48 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
EVALUASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DARI TAMAN ALOON – ALOON KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh : LAILY PURNAWATI ABSTRAKSI Tatkala industrialisasi pesat berkembang hingga di aras lokal, kualifikasi yang dapat ditawarkan pada kelompok ini pada umumnya hanya sebatas pekerja kasar. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998 banyak sekali kegiatan ekonomi yang cenderung beralih pada sektor informal salah satunya pedagang kaki lima. Perkembangan kota secara pesat (rapid urban growth) yang tidak disertai dengan pertumbuhan kesempatan pekerjaan yang memadai mengakibatkan kota-kota menghadapi berbagai ragam problem sosial yang sangat pelik (Alisjahbana, 2003). Tumbuh suburnya sektor ekonomi informal kota adalah jawaban dari kondisi tersebut. Di satu sisi keberadaan pedagang kaki lima diakui sebagai potensi ekonomi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pedagang kaki lima yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar serta menyediakan kebutuhan hidup bagi masyarakat. Tetapi lain hal keberadaan pedagang kaki lima dianggap mengganggu keindahan dan ketertiban lingkungan Kota. Inilah yang membuat pemerintah turun tangan dalam permasalahan ini. Pemerintah Kabupaten Tulungagung dengan mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Tulungagung nomor 7 tahun 2012 tentang penyelenggaraan ketertiban umum, senantiasa melakukan penataan dan memberikan pembinaan kepada pedagang kaki lima, agar PKL dalam menjalankan kegiatannya tidak
menganggu keindahan dan kenyamanan kota dan menjaga keseimbangan kegiatan PKL dengan kepetingan umum.Dalam upaya penataan pedagang kaki lima, langkah besar pernah dilakukan Pemerintah Kabupan Tulungagung yaitu pada saat relokasi pedagang kaki lima aloonaloon Tulungagung ke pujasera pasar ngemplak dan dilanjutkan dengan relokasi ke area Ngrowo Water Front yang berada di seputar sungai Ngrowo Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk memperindah kota dengan menata keberadaan pedagang kaki lima tersebut. Akan tetapi pedagang kaki lima juga membutuhkan tempat sebagai ruang sosial yang justru seringkali tidak diindahkan di dalam perencanaan kota sehingga tidak jarang penataan ini malah menimbulkan penolakan dari pedagangan sendiri karena malah menjauhkan mereka dari keramaian kegiatan perekonomian masyarakat. Melihat dilema dalam penataan pedagang kaki lima ini maka diperlukan strategi di dalam penataan pedagang kaki lima agar bisa tetap bertahan dan tidak menggangu di dalam perencanaan kota mengingat PKL juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah ( PAD ). Pemerintah daerah juga perlu melibatkan pihak lain di dalam pemberdayaan sektor informal ini agar mereka bisa mandiri secara ekonomi. Kata Kunci: Sektor Informal, Penataan dan Pemberdayaan PKL
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
49
BAB I
sendiri atau sumber tak resmi, dapatlah
PENDAHULUAN
diketahui betapa banyaknya jumlah anggota masyarakat memilih tipe usaha
A. Latar Belakang Daerah wadah
ini, karena mudah dijadikan sebagai
perkotaan
konsentrasi
penduduk
dari
merupakan
lapangan kerja bagi masyarakat strata
permukiman
ekonomi rendah yang banyak terdapat
berbagai
kegiatan
ekonomi dan sosial dan mempunyai
di negara kita terutama pada kota besar maupun kecil.
peran yang sangat penting dalam
Kemampuan
kehidupan masyarakat. Perkembangan
dalam
penduduk
didukung oleh
kota
di
negara
sedang
sektor
menampung
informal
tenaga
kerja
faktor-faktor yang ada
berkembang tidak saja mencerminkan
yaitu faktor utama adalah sifat dari
pertambahan
sektor
alami
penduduk
kota
ini
yang
tidak
memerlukan
tetapi juga pertambahan arus penduduk
persyaratan dan tingkat keterampilan,
dari desa ke kota yang cukup besar.
sektor modal kerja, pendidikan ataupun
Pertumbuhan
kota
sarana yang dipergunakan semuanya
disebabkan oleh arus gerakan dari
serba sederhana dan mudah dijangkau
daerah pedesaan ke daerah perkotaan
oleh semua anggota masyarakat atau
yang lazim kita kenal dengan istilah
mereka yang belum memiliki pekerjaan
urbanisasi.Mimpi
mengubah
dapat terlibat didalamnya. Salah satu
nasib dan mendapatkan kehidupan
sektor yang kini menjadi perhatian
yang layak membuat arus urbanisasi di
pemerintah
kota kian meningkat.
adalah
penduduk
untuk
Di satu sisi kegiatan ekonomi
kabupaten
sektor
Tulungagung
tenaga
kerja
yang
sifatnya informal. Sektor kerja informal
dan sosial penduduk yang dibarengi
ini
dengan kebutuhan yang tinggi semakin
tertentu di setiap pusat keramaian kota
memerlukan ruang untuk meningkatkan
Tulungagung.
kegiatan
penduduk
beroperasi
sehingga
pada
Perkembangan
tempat-tempat
pedagang
kali
menyebabkan semakin bertambahnya
lima dari waktu kewaktu sangat pesat
ruang
kegiatan
jumlahnya, karena pedagang kaki lima
sektor informal. Menurut Jayadinata
dapat lebih mudah untuk dijumpai
(1999:146),
konsumennnya dari pada pedagang
informal
untuk
mendukung
Karakteristik yaitu
bentuknya
sektor tidak
resmi
yang
kebanyakan
bertempat
terorganisir, kebanyakan usaha sendiri,
tetap. Situasi tempat dan keramaian
cara kerja tidak teratur, biaya dari diri
dapat
dimanfaatkan
untuk
mencari
50 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
rejeki halal sebagai pedagang kaki
33,
lima,
masyarakatlah yang diutamakan bukan
misalnya
makanan
memanfaatkan
dengan
keterampilan
yang
dimana
kemakmuran
kemakmuran
orang
per
orang.
dimiliki dapat dipakai sebagai salah
Mendayagunakan sumber alam untuk
satu modal untuk mencari ataupun
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
menambah penghasilan. Dari uraian
dengan
tersebut dapat diketahui bahwa sektor
fungsi dan keseimbangan lingkungan
informal
hidup,
pedagang
kaki
lima
memperhatikan
kelestarian
pembangunan
yang
mempunyai peranan yang sangat besar
berkelanjutan,
untuk
perekonomian
dan kebudayaan masyarakat sekitar
terutama masyarakat ekonomi lemah
serta penataan ruang lingkungan yang
dan sektor ini juga menyerap tenaga
saling mendukung.
meningkatkan
kerja yang mempunyai keahlian yang relatif minim.
Perluasan merupakan
Pedagang
Kaki
Lima
(PKL)
kepentingan
kesempatan
kebutuhan
mendesak
ekonomi
dan
yang
dalam
kerja makin rangka
(street traders) adalah salah satu jenis
meratakan pembangunan ke seluruh
pekerjaan yang banyak digeluti oleh
wilayah
penduduk
kota
pertumbuhan angkatan kerja yang terus
sedang
berkembang
Indonesia. digambarkan
di
Para sebagai
pengangguran
negara-negara termasuk pelakunya
Indonesia.
meningkat,
sering
Tingkat
tidak
diimbangi
dengan tingkat pertumbuhan lapangan
perwujudan
pekerjaan.
tersembunyi
Dari
sinilah
awal
adanya
(Firmansyah, 1995:93) atau setengah
kecenderungan bahwa, mereka yang
pengangguran yang bekerja kurang
tidak
dari 35 jam seminggu. Bahkan ada
terpaksa berpartisipasi pada sektor
pandangan lebih ekstrim yang menilai
informal yang biasanya bergerak dalam
PKL
bidang
sebagai
parasit
dan
sumber
tertampung
atau
di
sektor
sektor
formal
jasa
dan
pelaku kejahatan atau semata-mata
perdagangan. Sebagaimana diketahui,
dianggap sebagai jenis pekerjaan yang
sektor ketenagakerjaan di Indonesia
sama sekali tidak relevan (Roggero
masih memprihatinkan. Sampai tahun
dalam Ramli, 1992).
1995, lapangan kerja masih didominasi
Terciptanya
perluasan
oleh
sektor
pertanian
(47,3%).
kesempatan kerja bagi masyarakat luas
Selanjutnya berturut-turut disusul sektor
merupakan pencerminan yang terdapat
perdagangan (16,6%), jasa (14,5%)
dalam Undang-Undang Dasar Pasal
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
serta
sektor
industri
(10,7%)
(Kartasasmita:1996:294).
51
bergerak di sub sektor usaha PKL adalah sebesar 1.673 orang.
Di berbagai sudut kota, setiap
Oleh
hari dengan mudah disaksikan aktivitas
Kabupaten
Pedagang Kaki Lima, meskipun secara
mengacu
umum sudah tertata dengan rapi tetapi
Kabupaten Tulungagung nomor 7 tahun
beberapa masih kurang memperhatikan
2012
keindahan kota. Beberapa PKL masih
ketertiban
menggunakan trotoar dan bahu jalan
melakukan penataan dan memberikan
untuk
pembinaan kepada pedagang kaki lima,
beraktifitas
dan
menggelar
sebab
itu
Pemerintah
Tulungagung pada
dengan
Peraturan
tentang
Daerah
penyelenggaraan
umum,
senantiasa
dagangannya, padahal trotoar itu dibuat
agar
PKL
dalam
menjalankan
untuk fasilitas pejalan kaki.
kegiatannya
tidak
menganggu
Dengan dipakainya trotoar untuk berjualan, maka pejalan kaki
akan
menggunakan sebagian bahu jalan
keindahan dan kenyamanan kota dan menjaga keseimbangan kegiatan PKL dengan kepetingan umum.
untuk berjalan, hal inilah yang dapat
Dalam upaya penataan pedagang
membahayakan keselamatan pejalan
kaki
kaki
dilakukan
dan
berpotensi
menimbulkan
kemacetan lalu lintas.
lima,
langkah Pemerintah
Tulungagung,
pedagang
kaki
sebagaimana pemerintah lokal pada
Tulungagung
umumnya
juga
ngemplak
berbagai
permasalahan dari
pernah Kabupan
Tulungagung yaitu pada saat relokasi
Kabupaten
implikasi
besar
tidak
lepas
keberadaan
dari
sebagai sektor
lima
ke dan
Front.Kebijakan
aloon-aloon
pujasera
pasar
Ngrowo
Water
tersebut
dilakukan
karena pedagang kaki lima yang pada
informal. Dari 668.475 jiwa tenaga kerja
awalnya
produktif
orang
yang berjualan di parkir timur aloon-
(42,42%) bergerak di sektor informal
aloon Tulungagung, dari tahun ke tahun
(Bappeda Kab. Tulungagung, 2006:30).
pedagang
Angka tersebut didominasi oleh lulusan
jumlahnya dan akhirnya hampir seluruh
SLTA sejumlah 10.665 orang (3,76%),
jalan di seputar aloon-aloon baik luar
yang selanjutnya disusul 3.349 orang
maupun dalam dipergunakan untuk
lulusan S-1 dan berikutnya 2.850 orang
berjualan.
lulusan
Kab.
tersebut mengurangi keindahan kota
Tulungagung, 2011:106). Khusus yang
dan mengganggu fungsi jalan untuk
tercatat
D-3
283.611
(Bappeda
hanya
belasan
semakin
Sudah
jumlahnya
berkembang
tentu
keadaan
berlalu lintas, apalagi limbah bekas
52 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
jualan
terkadang
mengganggu
pengguna jalan.
LIMA DARI TAMAN ALOON-ALOON
Hal ini menjadi acuan pemerintah Kabupaten
Tulungagung
mengambil
PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI
KOTA TULUNGAGUNG.
untuk
kebijakan
relokasi
pedagang kaki lima dan menjadikan
B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah
upaya
kawasan aloon-aloon bebas dari PKL
pemberdayaan pedagang kaki lima
dan dijadikan kawasan hijau untuk
pasca relokasi dari taman aloon-
keindahan
aloon Kabupaten Tulungagung?
kota.
Sehingga
permasalahan ini menjadi hal yang
2. Apa
saja
yang
menjadi
saling bertolak belakang dan saling
permasalahan di dalam penataan
bertentangan. Di satu sisi, para PKL
pedagang kaki lima khususnya di
justru memerlukan ruang sosial untuk
taman
berinteraksi
Tulungagung ?
walaupun
secara seringkali
ekonomis,
kawasan
yang
aloon-aloon
Kabupaten
3. Bagaimana strategi yang dilakukan
diinginkan tadi bagi perencana kota
untuk
justru dianggap tabu ditempati PKL. Di
penataan pedagang kaki lima di
sisi lain,kota tidak memberikan ruang
Kabupaten Tulungagung ?
sosial
yang
memadai
mengatasi
permasalahan
bagi
keberadaannya. Hal tersebut terlihat
BAB II
dari beberapa kebijakan relokasi bagi
TUJUAN DAN MANFAAT
PKL yang menjauhkan mereka dari
PENELITIAN
keramaian masyarakat kebijakan
kegiatan
perekonomian
sehingga tersebut
seringkali
melahirkan
aksi
penolakan.
A. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji
upaya
pemberdayaan
pedagang kaki lima pasca relokasi
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang penataan pedagang
dari taman aloon-aloon Kabupaten Tulungagung. 2. Mengetahui permasalahan di dalam
kaki limadi Kabupaten Tulungagung
penataan
sebagai upaya untuk pemberdayaan
khususnya di taman aloon-aloon
pedagang kaki lima sebagai salah satu
Kabupaten Tulungagung.
sektor informal. Oleh sebab itu maka judul kajian penelitian ini adalah : EVALUASI
PENATAAN
DAN
pedagang
kaki
lima
3. Merancang strategi yang dilakukan untuk
mengatasi
permasalahan
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
penataan pedagang kaki lima di
2. Menginventarisasi data – data
Kabupaten Tulungagung.
yang terkumpul. Data
B. Manfaat Penelitian 1. Merupakan
lebih
–
data
dikumpulkan
sarana
mengetahui
53
untuk
jauh
yang
dipilah
sudah –
pilah
dalam sub – sub bagian untuk
berbagai
memudahkan
persoalan dan upaya pemberdayaan
penyusunan
laporan penelitian.
pedagang kaki lima pasca relokasi
3. Menyusun data – data dalam
dari taman aloon-aloon kabupaten
bentuk tulisan.
Tulungagung;
Penulisan data – data dalam
2. Memberikan alternative solusi bagi
bab
–
bab
yang
sudah
keberlanjutan (suistainable) program
ditentukan dan juga dilakukan
pemberdayaan pedagang kaki lima
setting lay out
Kabupaten Tulungagung;
penelitian.
3. Sebagai penambah wawasan dan
buku laporan
4. Mengedit penulisan.
memperkaya pengetahuan tentang
Pengeditan
teori
kesalahan – kesalahan dalam
dan
alternative
permasalahan
solusi
penataan
dan
dilakukan
teknis maupun
pemberdayaan pedagang kaki lima.
penulisan dari
BAB III
agar
substansi dari
tidak
menyimpang
maksud
dan
tujuan
penyusunan buku profil.
METODE PENELITIAN
5. Mencetak dalam bentuk usulan penelitian dan laporan penelitian
A. Tahapan Penelitian Tahapan
.
Penelitian
yang
B. Lokasi Penelitian
dilaksanakan oleh peneliti adalah : 1. Melakukan pengumpulan data – data.
lokasi
Pedagang
Pedagang Semua data – data pustaka
yang
Lokasi penelitian dilakukan pada
berkaitan dengan kegiatan
Kaki
Kali
Ngrowo
Water
pertimbangan :
kapasitas dan akurasi data jumlah
1. Mengevaluasi
Kaki
Lima
di
Lima
Lima
eks
Aloon-Aloon
Tulungagung terutama di Pujasera dan
dalam rangka peningkatan kualitas,
Pedagang
Kaki
Front
dengan
berbagai
upaya
lokasi
pemberdayaan pedagang kaki lima
Pujasera dan Kali Ngrowo Water
pasca direlokasi dari taman aloon-
Front Kabupaten Tulungagung.
aloon kota Tulungagung;
54 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
2. Mengetahui
faktor
penyebab
pemberdayaan PKL.
permasalahan di dalam penataan pedagang selalu
kaki
menjadi
limayang suatu
hampir
hal
D. Model Penelitian
yang
Model penelitian yang dipakai
dilematis baik bagi pemerintah dan
adalah
PKL sendiri.
bertujuan
3. Memberikan
alternatif
solusi
deskriptif
kualitatif
yang
mendeskripsikan
dan
menggambarkan fenomena yang ada.
terhadap permasalahan penataan
Menurut
Maman
(2002;3)
pedagang kaki lima yang hampir
penelitian
selalu
menggambarkan suatu gejala sosial.
menjadi
suatu
hal
yang
deskriptif
kata
lain
berusaha
dilematis baik bagi pemerintah dan
Dengan
penelitian
ini
PKL sendiri.
bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada
C. Perubah Yang Diamati Perubah
yang
saat
diamati
dalam
penelitian ini meliputi : 1. Situs
:
Pujasera
Ngrowo
dan
Water
Pedagang
:
bermanfaat
bagi
Kali
lebih banyak dapat diterapkan pada
Front
berbagai masalah. Metode kualitatif ada 4 macam :
kaki
lima
a. Metode Historis Yaitu metode yang menggunakan
Permasalahan dihadapi
di
penataan
PKL
yang
analisa
atau
dalam
dalam
masa
dan
pemberdayaan PKL . 4. Proses
ini
perkembangan ilmu pengetahuan serta
(PKL). 3. Peristiwa :
kualitatif
Pasar
Moyoketen. :
Metode
memberikan informasi yang mutakhir sehingga
Ngemplak
2. Pelaku
studi.
Evaluasi
terhadap
dijadikan
peristiwa-peristiwa silam
sebagai
kemudian
prinsip-prinsip
yang bersifat umum. b. Metode
Komparatif/
Metode
berbagai permasalahan
Perbandingan
yang dihadapi dalam
Yaitu metode yang mempergunakan
penataan
perbandingan
upaya
PKL
dan
pemberdayaan
antara
bermacam-
macam masyarakat beserta bidang-
PKL, mencari alternatif
bidangnya
solusi untuk mengatasi
perbedaan-perbedaan
berbagai permasalahan
persamaan-persamaan,
kemudian
penataan
untuk
petunjuk-
PKL
dan
untuk
mendapatkan
memperoleh dalam
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
petunjuk
mengenai
perikelakuan
manusia dalam masyarakat.
pertanyaan/kuesioner), (daftar
c. Metode Historis Komparatif
pertanyaan),
(pengamatan,
55
schedules dan
observasi
participant
observer
Yaitu metode yang dipergunakan
technique), penyelidikan sejarah hidup
untuk
(life
meneliti
masyarakat
pada
masa silam dan masa sekarang.
historical
investigation),
dan
analisis konten (content analysis).
d. Metode Case Study / Studi Kasus
Dalam
penelitian
Yaitu metode yang dipergunakan
pengumpulan
dengan tujuan untuk mempelajari
kondisi yang nyata, sumber data primer
sedalam-dalamnya salah satu gejala
dan teknik pengumpulan yang lebih
yang
kehidupan
banyak pada observasi, wawancara
bermasyarakat. Obyeknya adalah
mendalam dan dokumentasi. Marshal
keadaan kelompok-kelompok dalam
dan
masyarakat,
(2006:253)
nyata
masyarakat,
dalam
lembaga-lembaga maupun
data
kualitatif
Rossman
dilakukan
dalam
menyatakan
pada
Sugiyono bahwa
the
individu-
fundamental methods relied on by
individu dalam masyarakat. (Sri W.
qualitative researchers for gathering
dan Sutapa Mulya, 2007)
information are, participation in the
Dari beberapa metode penelitian tersebut diatas peneliti akan lebih menfokuskan pada metode Case Study
setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”. Untuk
memperoleh
data
/ Studi Kasus. Dari perkembangan yang
informassi yang dapat dijadikan bahan
terjadi berbagai persoalan muncul pada
dalam penelitian ini, maka penulis
pelaksanaan
mengumpulkan
penataan
dan
pemberdayaan pedagang kaki lima di
data
dengan
cara
melalui :
Kabupaten Tulungagung. Berawal dari persoalan tersebutlah peneliti akan
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
melakukan pengamatan lebih lanjut
Yakni
pengumpulan
data
yang
untuk memperoleh kesimpulan maupun
dilakukan secara langsung pada
alternative problem solver terhadap
lokasi penelitian atau objek yang
kasus yang ada.
diteliti atau data yang diperoleh ini disebut data primer. Dalam hal ini
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data diperoleh dengan cara-cara data
sebagi berikut.
kualitatif diantaranya adalah interview
a. Wawancara, yaitu mendapatkan
(wawancara), quesionere (pertanyaan-
data dengan cara Tanya jawab
56 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
dan
berhadapan
langsung
dengan responden. b.
Observasi,
sebelum
terjun
kelapangan
dan
berlangsung terus sampai penulisan
yaitu
melakukan
hasil penelitian. Analisis data menjadi
pengamatan langsung terhadap
pegangan
objek penelitian.
sampai
bagi jika
peneliti
selanjutnya
mungkin
teori
yang
“grounded”. Tetapi dalam penelitian 2. Teknik
Pengumpulan
Data
Sekunder
kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersama
Yakni
data
yang
diperoleh
dengan pengumpulan data.
untuk mendukung data primer. Data sekunder yang digunakan antara
G. Pendekatan Penelitian
lain.
Penelitian
a. Studi Kepustakaan Yakni
menganalisis
pengumpulan
dengan
cara
ini dan
mengevaluasi
data-data
permasalahan di dalam penataan dan
mempelajari,
upaya pemberdayaan pedagng kaki
mendalami dan mengutip teori-
lima
teori dan konsep konsep dari
menggunakan
sejumlah literature baik buku,
Pendekatan ini dipilih dengan beberapa
jurnal, majalah, Koran ataupun
alasan sebagai berikut :
karya tulis lainnya yang relevan
1. Peneliti ingin mengetahui secara
dengan topik penelitian.
di
detail
b. Dokumentasi
penataan
Kabupaten
Tulungagung
metode
berbagai
kualitatif.
permasalahan
dan
pemberdayaan
Memanfaatkan dokumen tertulis,
pedagang kaki lima pasca relokasi
gambar, foto atau benda-benda
dari taman Aloon-aloon Kabupaten
lain
Tulungagung;
yang
berkaitan
dengan
aspek-aspek yang diteliti.
2. Peneliti
ingin
mengidentifikasi F. Analisis Data
yang
Analisis data dalam penelitian kualitatif lokasi
berusaha
sejak
sebelum
penelitian
sampai
(2006:275)
dan
faktor
saja
menyebabkan
permasalahan
apa
berbagai
penataan
dan
memasuki
pemberdayaan pedagang kaki lima
dengan
pasca relokasi dari taman Aloon-
selesainya penelitian. Nasution dalam Sugiyono
mengetahui
menyatakan
aloon Kabupaten Tulungagung; 3. Peneliti
dapat
mencari
berbagai
alternatif
bahwa analisis telah dimulai sejak
solusi
permasalahan
merumuskan dan menjelaskan masalah
berbagai permasalahan penataan
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
dan pemberdayaan pedagang kaki
dipandang
lima pasca relokasi dari taman
sekaligus cara.
Aloon-aloon
Kabupaten
Tulungagung.
sebagai
Pengertian
tujuan
57
dan
pemberdayaan
sebagai tujuan dan proses inilah yang seringkali digunakan sebagai indikator
H. Proses Pengumpulan dan Analisis Informasi
keberhasilan pemberdayaan, sehingga, pendekatan pemberdayaan masyarakat
Sifat-sifat
evaluasi
menurut
titik beratnya adalah penekanan pada
William N. Dunn (2003 : 608) sebagai
pentingnya
berikut :
mandiri sebagai suatu sistem yang
1. Fokus
Nilai.
Evaluasi
dengan
pemantauan,
pada
penilaian
keperluan
atau
nilai
berbeda dipusatkan
mengorganisir
diri
lokal
mereka
Pendekatan
yang
sendiri.
pemberdayaan
menyangkut
masyarakat yang demikian diharapkan
dari
dapat
suatu
kebijakan dan program. 2. Interdependensi
masyarakat
memberi
peranan
kepada
individu bukan sebagai obyek, tetapi
Fakta
Nilai.
justru
sebagai
subyek
pelaku
Tuntutan evaluasi tergantung baik
pembangunan yang ikut menentukan
“fakta” dan nilai untuk menyatakan
masa
bahwa
masyarakat secara umum (Setiana,
kebijakan
tertentu
telah
atau
program
mencapai
tingkat
depan
dan
kehidupan
2005).
kinerja yang tinggi atau rendah
Dengan
pendekatan
tersebut
diperlukan tidak hanya bahwa hasil-
maka penulis melakukan evaluasi serta
hasil kebijakan berharga bagi setiap
mencari
individu,
berbagai permasalahan penataan dan
kelompok
atau
seluruh
masyarakat. 3. Orientasi Lampau.
Masa
Kini
dan
Tuntutan
Masa
evaluative
diarahkan
pada
hasil
hasil dimasa depan.
I. Penafsiran
evaluasi ganda,
dan
Penarikan
Kesimpulan Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
4. Kualitas Nilai. Nilai yang mendasari
kualitas
mengatasi
Kabupaten Tulungagung.
sekarang dan masa lalu, ketimbang
tuntutan
dalam
pemberdayaan pedagang kaki lima di
berbeda dengan tuntutan-tuntutan advokatif,
strategi
mempunyai
karena
mereka
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Walaupun hipotesis penting sebagai arah
dan
pedoman
kerja
dalam
58 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
penelitian, mutlak
semua
penelitian
BAB IV
memiliki
hipotesis.
TINJAUAN PUSTAKA
tidak
harus
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah
A. Teori Evaluasi
atau tujuan penelitian. Dalam masalah
Sebuah kebijakan publik tidak
atau tujuan penelitian tampak apakah
bisa dilepas begitu saja. Kebijakan
penelitian menggunakan hipotesis atau
harus
tidak.
mekanisme Contohnya
eksplorasi
yaitu
yang
Penelitian
awasi
dan
salah
pengawasan
satu
tersebut
disebut sebagai evaluasi kebijakan.
untuk
Evaluasi ditunjuk untuk menilai sejauh
menggali dan mengumpulkan sebanyak
mana keefektifan kebijakan public guna
mungkin data atau informasi tidak
dipertanggungjawabkan
menggunakan hipotesis. Hal ini sama
konstituennya dan sejauh mana tujuan
dengan penelitian deskriptif, ada yang
dicapai ( nugroho 2004:183).
berpendapat hipotesis
tujuannya
di
tidak
sebab
menggunakan
hanya
membuat
kepada
Menurut Dwiyanto ( 2009:145) Evaluasi
kebijakan
public
deskripsi atau mengukur secara cermat
menilai
tentang fenomena yang diteliti, tetapi
kebijakan
ada juga yang menganggap penelitian
indikator
deskriptif
menggunakan
Indikator-indikator untuk mengevaluasi
hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
kebijakan biasanya menunjuk pada dua
penjelasan yang bertujuan menjelaskan
aspek : aspek proses dan hasil.
dapat
hubungan
antar-variabel
keharusan
untuk
adalah
menggunakan
hipotesis. Fungsi
keberhasilan
adalah
/
kegagalan
berdasarkan
indikator-
yang
Desain kemudian
telah
ditentukan.
evaluasi
kebijakan
dikembangkan
untuk
meyakinkan bahwa kebijakan benarpenting
hipotesis
di
benar
mengakibatkan
outcomes.
1. Untuk menguji teori,
evaluasi menurut Finsterbusch dan
2. Mendorong munculnya teori,
Motz ( dalam Dwiyanto 2009:146 ) ada
3. Menerangkan fenomena sosial,
empat jenis yaitu :
pedoman
untuk
mengarahkan penelitian, 5. Memberikan
kerangka
1. Single
Program
tipe
dan
dalam penelitian, yaitu:
4. Sebagai
Desain
output
penelitian
After-only,
yaitu
menunjuk bahwa evaluasi dilakukan untuk
hanya
mengidentifikasi
menyusun kesimpulan yang akan
kelompok
sasaran
pada
dihasilkan.
kebijakan selesai dilakukan.
kondisi saat
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
2. Single Program Before-After, yaitu menunjuk bahwa evaluasi dilakukan dengan
membandingkan
59
dengan pengangguran, migrasi dan urbanisasi.
kondisi
Terdapat konsensus dari para
sebelum dan sesudah dari kelompok
pemerhati sektor informal atas dua hal :
sasaran
1. Sektor informal pada hakekatnya
tanpa
menggunakan
kelompok pembanding. 3. Comparative
After
merupakan Only,
yaitu
sehingga
konsep
ekonomi,
kegiatannya
dapat
menunjuk bahwa evaluasi kebijakan
dikelompokkan menurut klasifikasi
dilakukan dengan mengidentifikasi
lapangan usaha
kondisi kelompok sasaran setelah implementasi
2. Bahwa
yang
dianalisa
adalah
dan
perilaku ”unit usaha” dan bukan
membandingkannya dengan kondisi
keluarga atau individu. Terhadap
pembanding.
unit usaha yang skalanya paling
4. Comparative Before After, yaitu
kecil (swakarya atau mandiri) maka
menunjuk bahwa evaluasi kebijakan
perilaku unit usaha akan identik
dilakukan
mengidentifikasi
dengan
sasaran
1996:6).
kondisi
dengan kelompok
dan
kelompok pembanding sebelum dan sesudah implementasi.
perilaku
individu(Hidayat,
Aktivitas-aktivitas informal tidak terbatas
pada
pekerjaan-pekerjaan
perusahaan berskala kecil di pinggiran B. Sektor Informal
kora besar, tetapi bahkan juga meliputi
Konsep sektor informal pertama
berbagai aktivitas ekonomi. Aktivitas ini
kali di pergunakan oleh Keirt Hard dari
dilakukan dengan ciri:
University of Manchester pada tahun
1. Mudah untuk dimasuki
1973 yang menggambarkan bahwa
2. Bersandar pada sumberdaya lokal
sektor informal adalah bagian angkatan
3. Usaha milik sendiri
kerja di kota yang berada di luar pasar
4. Operasinya dalam skala kecil
tenaga
5. Padatkarya
Kemudian
kerja
yang
konsep
terorganisir. informal
di
kembangkan oleh ILO dalam berbagai penelitian di Dunia Ketiga. Konsep itu
dan
tehnologinya
bersifat adaptif 6. Ketrampilan diperoleh diluar sistem sekolah forrmal
digunakan sebagai salah satu alternatif
7. Tidak terkena langsung oleh regulasi
dalam menangani masalah kemiskinan
8. Pasarnya
di Dunia Ketiga dalam hubungannya
bersifat
(Alisjahbana, 2003:10).
kompetitif
60 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
D. Pemberdayaan
memiliki
Pemberdayaan adalah
masyarakat
upaya
menciptakan/meningkatkan masyarakat,
baik
maupun
peningkatan
upaya
hidup,
saling terkait didalam pencapaian
individu
persoalan kualitas
kemandirian,
kesejahteraannya.
modal dasar aktualisasi diri.
kapasitas
dalam
terkait
menjadi
b. Terdapat dua kecenderungan yang
berkelompok, berbagai
yang
untuk
secara
memecahkan
kekuatan
dan
Pemberdayaan
pemberdayaan pertama, yang
masyarakat,
kecenderungan
menekankan
pemberian
primer
pada
atau
yaitu
proses
pengalihan
sebagian kekuasaan, kekuatan dan kemampuan
kepada
masyarakat
masyarakat memerlukan keterlibatan
atau individu agar lebih berdaya.
yang
Kedua,kecenderungan
lebih
besar
pemerintah
daerah
dari
perangkat berbagai
yang menekankan pada pemberian
pihak untuk memberikan kesempatan
stimulan, dorongan atau motivasi
dan menjamin keberlanjutan berbagai
agar
hasil yang dicapai.
mempunyai
Terdapat perspektif
yang
serta
sekunder
banyak
macam
berbeda
mengenai
pemberdayaan masyarakat. Menurut Prasojo
(2004:12),
dipahami
hal
karena
ini
dapat
sebenarnya
individu
atau
masyarakat kemampuan
menentukan
kebutuhan
hidupnya
melalui proses dialog. c. Pemberdayaan
masyarakat
tidak
hanya menyangkut aspek ekonomi. Ada
berbagai
macam
pemberdayaan masyarakat merupakan
pemberdayaan,
salah
pemberdayaan bidang politik, bidang
satu
perspektif
dari
sekian
mengenai
banyak
pembangunan
masyarakat.
Selanjutnya
(2004:12-14)
memberikan
Prasojo rincian
tentang beberapa hal penting di dalam
ekonomi, sosial,
bidang bidang
diantaranya
hukum,
:
bidang
budaya,
bidang
ekologi, dan pemberdayaan bidang spiritual.
memahami dan membuat definisi yang
d. Pemberdayaan masyarakat dapat
operasional dari pemberdayaan, yang
dilihat sebagai program maupun
tentunya didasarkan pada pendapat
proses.
beberapa ahli, diantaranya adalah :
pemberdayaan
a. Pada
tahapan-tahapan
adalah
dasarnya,
pemberdayaan
memberikan
kekuatan
kepada pihak yang kurang atau tidak berdaya
(powerless)
agar
dapat
Sebagai
program,
dilihat kegiatan
sebagai yang
biasanya telah ditentukan jangka waktunya.
Sedangkan
sebagai
61
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
BAB IV
proses, pemberdayaan merupakan
HASIL YANG DICAPAI
sebuah proses berkesinambungan. e. Pemberdayaan yang sepenuhnya melibatkan partisipasi masyarakat
A. Pembahasan dan Analisa Hasil
atau masyarakat menjadi pilihan
1. Profil
yang paling menguntungkan di masa
Wilayah
Kabupaten
Tulungagung
yang akan datang. Hal ini didasari
Kabupaten
Tulungagung
setidaknya oleh berbagai potensi
merupakan salah satu Kabupaten
yang dimilikinya.
yang terletak di selatan propinsi
f. Kosep pemberdayaan masyarakat mencakup pengertian pembangunan masyarakat development) yang
(community dan
bertumpu
pembangunan pada
manusia
(community based development).
Jawa
Timur.
Kabupaten
Luas
wilayah
Tulungagung
adalah
2
1.055,65 Km . Adapun batas-batas Wilayah
Kabupaten
Tulungagung
adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara
: Berbatasan dengan
E. Strategi Pemberdayaan PKL Strategi
Kabupaten
pemberdayaan
pedagang kaki lima saat ini sangat diperlukan
dan
dilaksanakan
segala permasalahan dapat
Kediri. b. Sebelah Timur
: Berbatasan
agar
dengan
diatasi
Kabupaten
dengan baik sehingga tujuan untuk meningkatkan kemandirian pedagang
Blitar. c. Sebelah Selatan : Berbatasan
kaki lima dapat terwujud.
dengan
Beberapa langkah dalam upaya
Samudra
untuk memberdayakan pedagang kaki lima antara lain : a. memfasilitasi
Hindia d. Sebelah Barat
dan
: Berbatasan
mengarahkan
dengan
pedagang kaki lima ke arah yang
Trenggalek.
lebih maju melalui program stimulu. b. menyediakan tempat berjualan yang lebih strategis.
Secara topografi, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut
Kabupaten
merupakan yang
daerah
merupakan
Tulungagung pegunungan bagian
dari
62 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
pegunungan
Bagian
marmer di Indonesia, dan terpusat di
rendah,
selatan Tulungagung, terutama di
sedangkan bagian selatan adalah
Kecamatan Campurdarat, yang di
pegunungan
merupakan
dalamnya banyak terdapat perajin
rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di
marmer, sayangnya saat ini marmer
sebelah barat laut Tulungagung,
kualitas terbaik sudah habis. Aset
tepatnya di Kecamatan Sendang,
marmer
terdapat Gunung Wilis sebagai titik
menembus pasar internasional. Di
tertinggi di Kabupaten Tulungagung
daerah yang sama, juga terdapat
yang memiliki ketinggian 2552 m. Di
industri
tengah Kota Tulungagung, terdapat
kualitas
Kali Ngrowo yang merupakan anak
industri marmer, di Tulungagung
Kali Brantas dan seolah membagi
juga
Kota
berbagai
tengah
Wilis-Liman.
adalah
dataran
yang
Tulungagung
menjadi
dua
bagian: utara dan selatan. Pada
akhir di
Tulungagung
tercatat
Tulungagung
onyx
yang
mirip
tumbuh
telah
mempunyai
marmer.`Selain
dan
industri
berkembang kecil
dan
menengah antara lain memproduksi
2015
penduduk
dari
jumlah
alat-alat/perkakas
rumah
tangga,
Kabupaten
batik, dan konfeksi termasuk bordir.
sebanyak
Beberapa batik yang terkenal di
1.002.807 jiwa yang terbagi atas
Tulungagung
laki-laki 498.533 (49,71%) jiwa dan
Tulungagung (sangat minim), Batik
perempuan
(50,29%).
Satriomanah, dan sebagainya. Di
Kepadatan penduduk terkonsentrasi
Kecamatan Ngunut terdapat industri
pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan
peralatan Tentara seperti tas ransel,
Tulungagung,
Kecamatan
sabuk,
Kecamatan
makanan
504.274
Kedungwaru,
dan
Boyolangu.
diantaranya
seragam, ringan
Batik
tenda seperti
dan kacang
atom. Di Kecamatan Ngunut juga terdapat industri batu bata dan
2. Industri
di
Kabupaten
Tulungagung
satu
terbesar
penghasil
di
bersumber Tulungagung.
yang
berkualitas.
Di
kelurahan sembung juga di kenal
Tulungagung terkenal sebagai salah
genteng
marmer
Indonesia, di
bagian
sebagai
pusat
industri
rambak.
Sedangkan
di
krupuk bagian
yang
pegunungan utara, yakni Kecamatan
selatan
Sendang terdapat perusahaan air
Tulungagung
juga
susu sapi perah dan teh. Industri
termasuk salah satu pusat industri
perikanan, dan gula merah juga
63
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Tulungagung juga tidak kalah, ini
tergabung
telah dikenal secara nasional. salah
paguyuban.
satunya
Pabrik
Modjopanggung
di
di
dalam
sebuah
Tabel 1:
Gula
JUMLAH DAN JENIS BARANG
Kecamatan
DAGANGAN PKL PUJASERA
Kauman.
NGEMPLAK 2. Pasar Ngemplak Tulungagung Pasar Ngemplak Tulungagung dahulunya
adalah
lahan
tanah
Jenis Dagangan
No.
Pedagang
%
1
Makanan
54
67,5
2
Non makanan
15
18,75
3
Makanan dan non makanan
11
13,75
Jumlah
80
100
bengkok desa botoran kecamatan Tulungagung Tulungagung. kebijakan
kabupaten Adanya
perubahan
pemerintah
kabupaten
Tulungagung yang merubah status desa
menjadi
kelurahan
maka
secara otomatis tanah bangkok /
Sumber: data primer diolah 2016
tanah kas desa ini pada akhirnya berubah pula statusnya menjadi aset daerah.
Pembangunan
pasar
Ngemplak yang merupakan milik pemerintah ini dimulai pada tahun 2002 dan merupakan pasar terbesar kedua di Tulungagung setelah pasar Wage.
Sedangkan Ngrowo water front merupakan pemanfaatan lahan di sepanjang bantaran sungai Ngrowo yang
pembangunan
sejak adalah
awal sebagai
tempat untuk rekreasi keluarga dan tempat
berjualan pedagang kaki
lima. Adapun nama-nama pedagang
Sebagai
pasar
tradisional,
aktivitas di pasar Ngemplak berbeda
kaki lima di Ngrowo Water Front adalah sebagai berikut :
dengan pasar tradisional lainnya
Tabel 2 : DATA PEDAGANG NGROWO WATER FRONT
karena berlangsung selama 24 jam penuh dan inilah yang menjadi salah satu
memang
alasan
pasar
Ngemplak
sebagai relokasi pedagang kaki lima. Jumlah pedagang kaki lima yang
No
Nama
Lapak
Pedagang
Jenis Dagangan
1.
Bangun Sugianto
Warung Kopi
Ds.Gedangse wu
2.
Sugeng Hariyadi
Nasi Campur
Ds.Gedangse wu
ada di pasar Ngemplak sebanyak 88 pedagang yang terdaftar resmi dan
Alamat
64 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
3.
Sariati
Pisang Coklat,Es Jus
Ds.Gedangse wu
21.
Melisa Martidawat i
Aneka Camilan
Kel.Kedungso ko
4.
Ria Astuti
Es Capucino Coklat
Ds.Gedangse wu
22.
Abdul Hapur
Ketan Susu
Kel.Kedungso ko
23.
Suliyah
Nasi Pecel
Ds.Moyoketen
5.
Sulastri
Sosis,Es Teler
Ds.Gedangse wu
24.
Hendri Bagus W
Rawon,Pe nyetan
Ds.Moyoketen
Tempe Penyet,Ja mu
Ds.Gedangse wu
25.
Choiriyyah
Krupuk Pecel
Ds.Gedangse wu
6.
Supiyah
7.
Abdul Wasil
Pecel Lele,Lodho
Ds.Gedangse wu
26.
Solikah
Punten Pecel
Ds.Gedangse wu
8.
Subandini
Kerajinan Kain Perca
Ds.Tunggulsar i
27.
Lilik Agustina
Aneka Kripik
Ds.Gedangse wu
9.
Sulkan Hadi W.
Ayam Goreng/Ba kar
Ds.Ketanon
28.
Yayuk Pamuji
Nasi Patik,Som pil
Ds.Gedangse wu
10.
Dahriani
Assesoris, Tas
Kel.Jepun
29.
Budi Yuswanto
Nasi Goreng
Ds.Sobontoro
11.
Kusnudin
Busana Muslim
Ds.Mojosari
30.
Aprilia Dwi S.
GadoGado
Ds.Moyoketen
12.
Sulistini
Gorengan, Kripik
Ds.Moyoketen
31.
Suroso
Bakso Naga
Ds.Sobontoro
13.
Subiyanto
Nasi Goreng,Mi e
Ds.Moyoketen
32.
Tedi Wahyu K.
Ronde Susu
Ds.Moyoketen
14.
Titis Suprihatin
Nasi Bakar/Both ok
Ds.Mojoagung
33.
Sumiati
Nasi Bantingan
Ds.Moyoketen
34.
Kasiar
Ds.Moyoketen
Sompil, Jadah Goreng
Ds.Mojoagung
Warung Kopi
35.
Uminarsih
Ds.Moyoketen
Moh.Edi Subhan
Bakso, Soto
Kel.Kedungso ko
Rujak Ulek,Es Dawet
36.
Karyatun
Gorengan
Windi Arismawati
Lodho Tiwul
Kel.Kedungso ko
Kel.Kedungso ko
37.
Nyoto
Ds.Moyoketen
Trianto
Sosis Takoyaki
Kel.Kedungso ko
Bakso,Mie Ayam
38.
Jamur Cress
Ds.Moyoketen
Heri Isdianto
Aneka Sosis
Kel.Kedungso ko
39.
Ermawati
Tahu Kres,Telo Kres
Kel.Kedungso ko
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Sukati
Srianah
Siti Khotimah
Bakso Puyuh
Isi
Kel.Kedungso ko
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
40.
Ds.Sobontoro
B. Penataan
dan
65
Pemberdayaan
Yeni Widyasari
Es Oyen
41.
Wasis Supriyanto
Es Degan
Ds.Gedangse wu
42.
Kitik Wijati
Tahu Petis
Ds.Moyoketen
tentang Koordinasi Penataan dan
43.
Riyadi
Pentol Cilot
Ds.Sobontoro
Pemberdayaan PKL, dapat dimaknai
44.
Martakim
Bakso
Ds.Sobontoro
untuk memberikan payung hukum
45.
Setyo Budiono
Sompil,Tah u Lontong
Ds.Gedangse wu
bagi daerah dalam dan menata dan
46.
Retno Diah
Tahu Tek
Kel.Kedungso ko
47.
Karyatun
Sosis Goreng Dan Bakar
Kel.Kedungso ko
Pedagang Kaki Lima 1. Penataan Pedagang Kaki Lima Mencermati
PP
Suparno
Warung Kopi
Ds.Sobontoro
49.
Diana Maryati
Nasi Pecel
Ds.Sobontoro
Zaenal Arifin
Bakso Dan Es
Ds.Gedangse wu
Tri Lina
Pecel,Are mArem,Stmj
Ds.Gedangse wu
Tempe Penyet
Ds.Sobontoro
Ana Kristanti
Molen, Camilan
Ds.Moyoketen
54.
Kartono
Pecel,OteOte,Punten
Ds.Moyoketen
55.
Ribut Yuliati
Ronde
Ds.Sobontoro
56.
Imroatus
Gorengan
Kel.Kedungso ko
52.
53.
Zulfiana
PKL
Indonesia.Dalam
di
implementasinya,
Bupati/Walikota
melaksanakan
penataan PKL Kabupaten/Kota di wilayahnya
48.
51.
/2012
bahwa pemerintah telah bertekat
memberdayakan
50.
125
dengan
berpedoman
kepada Kebijakan Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 PP125 /2012, yang meliputi : a. penetapan kebijakan penataan PKL;
b. penetapan
lokasi
dan/atau
kawasan tempat berusaha PKL di dalam Rencana Detil Tata Ruang; c. penataan PKL melalui kerja sama antar Pemerintah Daerah; d. pengembangan kemitraan dengan dunia usaha; dan
Sumber: Kantor Dispenda Kabupaten Tulungagung 2016
e. penyusunan
program
dan
kegiatan penataan PKL ke dalam dokumen
perencanaan
pembangunan daerah Menilik
Peraturan
Daerah
kabupaten Tulungagung Nomor 17 Tahun 2011 tentang Tugas, Fungsi dan
Tata
Kerja
Satuan
Polisi
66 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Pamong
Praja
Kabupaten
umum sebagaimana disampaikan
Tulungagung, maka diketahui bahwa
diatas. Dalam hal khusus dengan
implementasi
penataan
waktu yang agak leluasa, petugas
pedagang kaki lima (PK-5) dilakukan
menggunakan strategi dari pintu
oleh
Pembinaan
ke pintu (door to door), dimana
Kapasitas,
petugas memberikan pembinaan
tehnis
Seksi
Pengembangan sedangkan penertiban dibantu
dalam pedagang
oleh
kaki
Seksi
Operasional Dalam
pelaksanaan
dan
lima
Pembinaan Pengamanan.
penataan
pedagang
kaki
lima, prosedur yang dilakukan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja
dengan
cara
mendatangi
pedagang kaki lima (PK-5) satu per
satu
dengan
penyampaian
tujuan
pembinaan
tepat sasaran dan lebih dipahami oleh pedagang. b. Penerbitan surat peringatan
Kabupaten Tulungagugung meliputi :
Dalam
a. Pembinaan secara lisan
penataan pedagang kaki
Pembinaan
secara
lisan
lebih
pelaksanaannya,
seringkali
lima
menemui
hambatan.
alasan,
seringkali
agar
petugas
merupakan langkah awal dalam
Bermacam
penataan PK-5, dilakukan dengan
dikemukakan
tujuan
memahami dan mentolelir praktek
untuk
pemahaman pedagang tentang
memberikan kepada
para
pelanggaran. Misalnya, mereka
lima
(PK-5)
(PKL) tetap memanfaatkan bahu
kaki
Peraturan
Daerah
jalan
dan
trotoar
untuk terjadi
Kabupaten Tulungagung Nomor
beraktifitas.
Apabila
29 Tahun 2002 yang mengatur
permasalahan
yang
ketentraman
langkah
dan
ketertiban
yang
demikian,
dilakukan
oleh
umum, khususnya yang berkaitan
petugas Satuan Polisi Pamong
dengan kegiatan pedagang kaki
Praja adalah memberikan Surat
lima (PK-5).
Peringatan.
Metode
pendekatan
berisi
Surat
Peringatan
penjelasan
Peraturan
persuasif dan edukatif diyakini
Daerah Kabupaten Tulungagung
efektif dalam penataan pedagang
Nomor 29 Tahun 2002 khususnya
kaki
mengingat
menjelaskan
pedagang
dalam
lima
kebanyakan
(PK-5),
larangan-larangan
menjalankan
merupakan masyarakat lapisan
berdagang
menengah ke bawah. Strategi
oleh
dan
Kepala
aktifitas
ditandatangani Satuan
Polisi
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Pamong
Praja
Kabupaten
Tulungagung.
67
memelihara hasil kegiatan secara mandiri.
c. Penindakan
Keberadaan Pedagang Kaki
Penindakan
merupakan
Lima ( PKL ) sebagai salah satu
langkah terakhir yang terpaksa
upaya pemberdayaan ekonomi lokal
dilakukan apabila pedagang tidak
tidak bisa dipungkiri keberadaannya.
memperhatikan surat peringatan
Begitu pula keberadaan pedagang
III (terakhir).
kaki lima (PKL) yang berada di
Jadwal
pelaksanaan
seputaran
aloon-aloon
kota
penataan pedagang kaki lima
Tulungagung. Aloon-aloon sebagai
merupakan
yang
tempat hiburan rakyat yang murah
dilaksanakan rutin oleh anggota
meriah menjadikannya salah satu
Satuan
tempat
kegiatan
Polisi
Pamong
kabupaten
Praja
Tulungagung.
yang
berjualan.
strategis
Semakin
untuk
hari
jumlah
Penataan pedagang kaki lima
pedagang kaki lima (PKL) semakin
dilakukan oleh Seksi Pembinaan,
membludak
Pengembangan
memakan jalan raya. Hal inilah yang
dibantu
Kapasitas
anggota
dari
regu
bahkan
sampai
semakin lama membuat masyarakat
Operasional dan Pengamanan,
menjadi
tidak
nyaman
terutama dalam penataan untuk
melayangkan
jadwal siang dan malam.
pemerintah daerah.
keberatan
dan kepada
Pemberdayaan adalah suatu 2. Pemberdayaan
Pedagang
Kaki
Lima
proses menyeluruh dan aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok
Pemberdayaan pedagang kaki
masyarakat yang perlu dibedayakan
lima merupakan bentuk strategi yang
melalui peningkatan pengetahuan,
bertujuan
ketrampilan,
untuk
masyarakat
memberdayakan
dan
mengalokasi/
mencapai
peluang
daya
meningkatkan
keberdayaan
masyarakat, masyarakat
dapat
dan untuk
merencanakan,
mampu
membangun
dan
akses dalam
sistem
sumber
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
mendorong lebih
berbagai
kemudahan serta peluang untuk
menyesuaikan sumber daya dengan sehingga
pemberian
Masyarakat merasa keberatan dengan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di seputaran aloon-aloon kota
karena
jumlahnya
yang
68 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
semakin
banyak.
Di
pagi
hari,
dinas pendapatan daerah dan dinas
masyarakat yang ingin berolah raga
koperasi UMKM melakukan berbagai
di aloon-aloon merasakan suasana
upaya
yang tidak nyaman dengan adanya
pedagang
banyak sampah, sisa minyak bahkan
pujasera pasar Ngemplak ini.
bau yang tidak sedap. Menghadapi
untuk
pemberdayaan
kaki
lima
(PKL)
di
Salah satu cara adalah adanya keresahan
instruksi dari bupati kepada seluruh
masyarakat ini, pihak pemerintah
pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup
daerah Tulungagung tidak tinggal
pemerintah
diam.
Pihak
melalui
daerah
kabupaten
pemerintah
daerah
Tulungagung untuk berbelanja di
Pekerjaan
Umum
Pujasera pasar Ngemplak. Paling
melakukan
tidak ini bisa pula sebagai media
dinas
melakukan
upaya
pembersihan
aloon-aloon
setelah
promosi
dan
sosialisasi
bahwa
pedagang kaki lima (PKL) berjualan.
pedagang kaki lima di aloon-aloon
Akan tetapi ternyata kebijakan ini
telah dipindahkan ke pujasera pasar
tidak berjalan maksimal. Akhirnya
Ngemplak.
,pemerintah
daerah
kabupaten
Dari dinas koperasi UMKM
Tulungagung menerbitkan peraturan
kabupaten
Tulungagung
daerah
memfasilitasi
pembentukan
yang
melarang
pedagang
kaki
lima
seputaran
aloon-aloon
adanya
(PKL) kota
di
paguyuban para pedagang yang
dan
dinamakan Paguyuban “Ngemplak
aloon-aloon dikembalikan kembali ke
Bersatu”.
fungsinya semula sebagai lahan
organisasi paguyuban ini adalah
terbuka hijau dan sarana rekreasi
sebagai berikut :
dan olah raga masyarakat.
Ketua Paguyuban
: Mulyoto
Wakil ketua
: Mahmudi
Para
pedagang
kaki
lima
dimana
susunan
(PKL) di relokasi ke pasar Ngemplak
Sekretaris Paguyuban : Istiqomah
Tulungagung. Akan tetapi karena
Wakil sekretaris
: Suryani
letaknya yang berada di pinggiran kota
sehingga
jarang
didatangi
Nasution Bendahara Paguyuban: Endrik
pengunjung. Relokasi ini dianggap merugikan
lima
Wakil bendahara
karena omzet penjualan menurun
Paguyuban
drastis.
pedagang
Akan
tetapi,
kaki
Siswoyo
pemerintah
daerah melalui dinas terkait seperti
sebagai
wadah
keberlangsungan
: Agus Salim ini
dibentuk
untuk
menjaga
keberadaan
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
pedagang
kaki
lima
(PKL)
di
pujasera pasar Ngemplak dan agar
akhirnya
semua
pedagang
69
bisa
merasakan manfaatnya.
para pedagang kaki lima ini diakui
Koperasi
“Mumpuni”
ini
sebagai pedagang yang sah dan
memberikan potensi dalam kegiatan
terdaftar. Paguyuban ini dibentuk
pasar dan kegiatan pedagang yang
juga untuk memberikan rasa aman
menghendaki
terhadap para pedagang kaki lima
keuntungan
dari kekhawatiran akan direlokasi
pedagang ini dapat memperoleh
atau bahkan digusur.
laba atau sisa hasil usaha untuk
Paguyuban ini berdiri pada
dan
sehingga
pengembangan
anggota sebanyak 114 pedagang
selanjutnya.
berbagai
macam
para
disimpan dan dimanfaatkan guna
Februari tahun 2015 dengan jumlah
dengan
menginginkan
jenis
usaha
Pemerintah
mereka
daerah
juga
dagangan mulai dari sandal dan
pernah memberikan bantuan dana
sepatu,baju, asesoris dan pedagang
yang berasaldari pemerintah pusat
makanan.
yang
Salah
satu
bentuk
dilaksanakan
koperasi
terhadap adanya relokasi adalah
Rp.600.000.000,00 ( enam ratus juta
adanya fasilitas untuk berdagang
rupiah) yang diperuntukkan untuk
seperti
memperbaiki
penerangan
dan
saluran air bersih.
UMKM
dinas
kompensasi dari pemerintah daerah
tenda,
dan
oleh
bangunan
Dana tersebut juga digunakan untuk
kabupaten Tulungagung membantu
membangun
para
membuat saluran air.
dalam
pujasera
menjadi bangunan yang permanen.
Dinas koperasi dan UMKM
pedagang
sebesar
yang
paguyuban
tegabung ini
untuk
paving
jalan
Dengan
dan
semakin
membentuk sebuah koperasi yang
bertambahnya jumlah pedagang kaki
diberi nama koperasi ‘Mumpuni” dan
lima,
telah
kabupaten
berbadan
hukum.
koperasi
ini
pemerintah
dalam
bantuan
dana
Melalui
maka
pemerintah
daerah
Tulungagung
memudahkan
menyediakan satu lokasi lagi untuk
memberikan
menampung para pedagang kaki
kepada
para
lima ini agar tidak berdagang di bahu
pedagang kaki lima. Diharapkan
jalan yaitu di ngrowo water park.
dana bantuan dari pemerintah ini
Pemerintah kabupaten melalui dinas
bisa dikelola dan terus bergulir dan
Pekerjaan Umum membangun area di
sepanjang
bantaran
sungai
70 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Ngrowo yang diharapkan ngrowo
Pelatihan yang dimaksud bisa
water park bisa dijadikan alternatif
bekerja sama dengan pihak terkait
wisata kuliner di Tulungagung dan
untuk
sebagai tempat pedagang kaki lima
berwirausaha
berdagang
berjualan dan yang lebih penting
dengan
aman
dan
nyaman.
memberikan
adalah
Salah satu upaya pemerintah daerah
Tulungagung
membantu
pedagang
untuk kaki
lima
bekal
seperti
dalam
starategi
menumbuhkan
jiwa
enterpreneurship bagi para PKL ini. Selain
pelatihan
pembinaan
juga diperlukan
secara
intensif
dan
dalam menarik minat pengunjung
berkesinambungan
adalah
mengadakan
pedagang kaki lima ini mempunyai
berbagai festival di kali ngrowo water
kesadaran untuk terus berkreasi
front seperti festival jaranan,reog
agar dagangan mereka dilirik oleh
dan musik. Bantuan lain berupa
pembeli seperti packaging produk
tenda dan rombong untuk berjualan
atau barang dan juga penataan
serta pavingisasi di sepanjang jalan
tempat
agar para pengunjung nyaman.
memperhatikan aspek estetika.
dengan
agar
berjualan
para
dengan
Di dalam pemberdayaan PKL
Faktor non teknis yang dapat
ini, selain melalui pembangunana
diperoleh pedagang PKL dalam hal
sarana dan prasarana juga melalui
ini adalah identitas, pengakuan serta
penguatan kapasitas kelembagaan
kejelasan status mata pencaharian
paguyuban
juga
PKL.
Penguatan
menentukan
dalam
kapasitas kelembagaan paguyuban
pemberdayaan PKL. Penataan para
ini akan bisa menjembatani antara
PKL
kepentingan
PKL
pihak
dagangannya, melakukan koordinasi
pemerintah
sehingga
kejelasan
intensif juga merupakan kekuatan
keamana
strategis
status
pekerjaan
mereka
dalam
dilegalkan.
dengan
dan
berjualan
Selain
bisa
itu,melalui
pedagang
untuk
dengan
dalam
lajur
jenis
berpartisipasi
perumusan kebijakan terkait dengan kepentingan usahanya.
paguyuban ini bisa memfasilitasi para
sesuai
Bagi
pemerintah
daerah,
bisa
penataan pedagang kaki lim ini
membrikan pelatihan-pelatihan dan
merupakan keharusan untuk bisa
tambahan
menyesuaikan dengan tata ruang
ketrampilan
sehingga
mereka bisa berinovasi dan semakin
dan
tata
wilayah
yang
telah
mandiri di dalam usahanya.
ditetapkan. Bagi pedagang, adanya
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
lokasi
yang
kompensasi
71
disediakan
sebagai
Pertama, kurangnya komunikasi antara
penggusuran
adalah
pedagang kaki lima dan pemerintah
ketenangan dan kenyamanan dalam
daerah
berdagang sehingga para pedagang
Kedua,
tidak
pedagang.
takut
lagi
Sedangkan
akan
bagi
digusur.
masyarakat,
kabupaten kurangnya
Tulungagung. kesadaran
Ketiga,kurangnya
sarana
dan prasarana yang memadai.
penataan ini membuat kenyamanan
1. Kurangnya komunikasi.
dalam beraktivitas di tempat umum
Kurangnya
dan ketertiban terjamin.
para
komunikasiyang
intensif dari beberapa pihak yang terlibat,
C. Permasalahan di dalam penataan
biasanyaterjadi
karena
kesibukan dari masing-masing pihak
dan pemberdayaan pedagang kaki
tersebut.
lima
salah satu hal penting yang harus
Penataan pedagang kaki lima yang
dilakukan
oleh
pemerintah
Komunikasi
merupakan
dibangun dari semua pihak yang saling
berhadapan,
terlebih
lagi
kabupaten Tulungagung adalah sebuah
saling berbeda kepentingan.
upaya untuk menyediakan kawasan
Pemerintah kabupaten Tulungagung
“legal” bagi pedagang kaki lima untuk
sebagai lembaga eksekutif di tingkat
berjualan
kabupaten
dan
penyediaan
bantuan
yang
harus
bisa
modal berupa daya bergulir. Penataan
mempertanggungjawabkan
ini juga untuk menghilangkan efek
kebijakan
negatif yang biasanya ditimbulkan oleh
dihadapan lembaga legislatif, namun
keberadaan
juga
PKL
dengan
pola
yang
kebijakan
diambilnya
tersebut
harus
ketidakteraturannya
seperti
berpihak pada rakyat dan salah
menciptakan
kumuh,
satunya adalah terkait penataan dan
kesemrawutan, kemacetan lalu lintas
pemberdayaan PKL. Oleh karena,
dan mengurangi keindahan kota.
PKL merupakan salah satu aset
Dalam
kawasan
penataan
pemerintah
dalam
dan pemberdayaan pedagang kaki lima
pendapatan
asli
di pujasera Ngemplak dan Ngrowo
sehingga penataan ke arah positiflah
water
yang diharapkan oleh PKL.
front,
permasalahan
pelaksanaan
terdapat yang
beberapa
melingkupinya.
meningkatkan daerah
(PAD)
Akan tetapi, dalam membuat
Permasalahan dalam penataan dan
agenda
pemberdayaan pedagang kaki lima ini
pemerintah
antara lain:
bertindak
kebijakan,
seringkali
daerah
cenderung
sepihak
sebagai
agen
72 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
tunggal
dalam
menyelesaikan
persoalan. Perbedaan persepsi dan logika
dalam
memandang
berarti mereka dirugikan apalagi tidak didengarkan keinginannya.
suatu
Untuk
menghindari
hal
ini
masalah antara pemerintah dengan
maka perlu dijalin komunikasi yang
pedagang kaki lima yang tanpa
baik
disertai adanya proses komunikasi
diantara
timbal
terlebih lagi antara pedagang kaki
balik
seringkali
diantar
menjadi
keduanya
alasan
tidak
lima
dan
berkesinambungan
ketiga
sebagai
pihak
obyek
tersebut
peraturan
dilibatkannya secara aktif perwakilan
dengan pihak pemerintah daerah
dari PKL dalm tim penggodokan
sebagai pihak yang menjalankan
kebijakan konsep relokasi PKL.
peraturan atau subyek peraturan.
Pada penataan pedagang kaki
Kurangnya komunikasi menjadikan
lima ini ada beberapa pihak yang
semua pihak saling berprasangka
saling
dan merasa harus menang.
daerah
terkait
yaitu
kabupaten
pemerintah Tulungagung
Dalam hal penataan pedagang
sebagai pihak yang oleh undang –
kaki
undang mempunyai kewajiban untuk
bersedia untuk duduk bersama dan
melindungi
kepentinagn
saling mendengarkan. Kepentingan
terkecuali.
mana yang lebih besar dan harus
Pedagang kaki lima sebagai pihak
didahulukan itulah yang akan di
yang
memenuhi
ambil. Agar komunikasi terus terjalin,
kebutuhan hidup dan masyarakat
pihak pemerintah daerah melalui
yang menuntut kenyamanan dalam
Dinas koperasi dan UMKM juga
beraktifitas.
Satpol PP menjadi mediator dengan
semua
masyarakatnya
bekerja
tanpa
untuk
Ketiga pihak ini mempunyai kepentingan bertentangan
yang
saling
semua
pihak
harus
pedagang kaki lima yang biasanya diwakili oleh paguyuban.
tidak
Permasalahan pedagang kaki
menutup kemungkinan untuk bisa
lima dmanapun selalu menjadi buah
dicarikan penyelesaian yang baik
simalakam bagi pemerintah daerah
dan tidak ada pihak yang merasa
setempat
dirugikan. Akan tetapi, serti halnya
pemerintah
kebijakan publik lainnya,pasti ada
menertibkan dan menata tata ruang
pihak
wilayah sesuai dengan peraturan
karena
yang tidak
meskipun
lima
merasa sesuai
tidak
puas
keinginan
mereka. Ketidakpuasan ini bukan
yang
karena
berlaku
di
satu
daerah
dan
di
sisi harus
sisi
lain,
pedagang kaki lima berdagang di
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
tempat
–
tempat
umum
yang
73
pujasera, serta adanya pedagang
strategis dan biasanya di tempat
yang
yang
memperoleh tempat yang strategis.
dilarang
untuk
berjualan
karena faktor himpitan ekonomi.
Kondisi
Hambatan lain adalah alasan kesibukan
masing-masing
saling
pihak.
berebutan
bangunan
untuk
yang
kurang
sesuai dengan keinginan pedagang juga
menyebabkan
adanya
Pihak pemerintah dengan jadwal
keinginan untuk berjualan di luar
kegiatan
tempat yang telah disediakan.
yang
padat
seringkali
meremehkan untuk bertemu dengan pedagang
kaki
terkadang
lima
.
yang
Hal
ini
Alasan yang biasanya dipakai adalah
tempat
yang
disediakan
menjadikan
kurang strategis sehingga membawa
pedagang kaki lima merasa tidak
dampak dagangan mereka menjadi
dihiraukan
di
kurang laku. Adanya penyadaran
bersama
bahwa penataan tempat berdagang
adalah jalan satu-satunya dimana
ini perlu dilakukan dan perlu ditaati
semua pihak
dengan kesadaran
agar para pedagang bisa nyaman
harus merelakan kepentingan sedikit
dan tidak akan takut untuk digusur
orang untuk kepentingan yang lebih
atau dipindahkan lagi. Apabila para
besar.
pedagang mau menuruti apa yang
dan
dengar.Sehingga
tidak
duduk
telah 2. Kurangnya kesadaran pedagang Kesadaran pedagang sangat dibutuhkan
dalam
dan
disepakati
maka kelangsungan usaha mereka akan bisa terjamin pula.
pelaksanaan
proses penataan dan pemberdayaan pedagang kaki limadi kabupaten Tulungagung.
ditentukan
Adanya
kesadaran
3. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai Pembangunan
dan
dari pedagang ini nantinya akan
prasarana
mampu
kegiatan-
merupakan hambatan yang masih
kegiatan yang sedang dan akan
dirasakan baik oleh pedagang dan
diupayakan oleh pihak pemerintah
pengunjung.
dan ini masih dirasa sangat kurang.
memang sudah menyediakan lokasi
memperlancar
yang
sarana
memadai
Pemerintah daerah
Hal ini terlihat dari adanya
dan tempat untuk berjualan. Akan
protes dari pedagang dan masih
tetapi, lokasi tersebut masih belum
adanya pedagang yang tidak patuh
tertata dengan rapi.
berjualan di luar area pasar dan
74 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Akses
jalan
masih
belum
kebersihan
area
bagus karena masih merupakan
hanya
peninggalan
membersihkan
dari
pemanfaat
sebelumnya yaitu terminal angkutan
berjualan
dan
saja
yang
pedagang
tempat
mereka
berjualan.
pedesaan yang sudah tidak terpakai. Belum ada pergantian paving yang
D. Strategi
yang
dilakukan
lama dengan yang baru. Pemerintah
Pemerintah
daerah
sudah
penataan
untuk
pedagang kaki lima.
memang
menyediakan
tenda-tenda
berjualan namun ini masih dirasa
daerah dan
dalam
pemberdayaan
Strategi
pemberdayaan
kurang nyaman apalagi kalau musim
pedagang kaki lima saat ini sangat
penghujan. Tidak hanya pedagang
diperlukan
para pembeli juga tidak nyaman
segala permasalahan dapat
karena mereka masih kehujanan.
dengan baik sehingga tujuan untuk
Di malam hari, penerangan
dan
dilaksanakan
agar diatasi
meningkatkan kemandirian pedagang
dirasa sangat kurang. Kurangnya
kaki
penerangan
juga menjadikan
beberapa strategi yang telah dilakukan
pembeli kurang tertarik untuk datang
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
dan membeli di pasar pujasera dan
Tulungagung antara lain : pertama,
Ngrowo water front. Tenda-tenda
menyediakan lokasi berjualan yang
pdagang menjadi kurang menarik
strategis
karena
master plan RT/RW , kedua, revitalisasi
ini
penerangan
merupakan
salah satu daya tarik bagi pembeli. Pemerintah daerah memang sudah
menyediakan
saluran
air
bersihakan tetapi belum mencukupi
lima
dapat
dan
sarana
dan
terwujud.
disesuaikan
prasaran,
Adapun
dengan
ketiga,
peningkatan pelayanan kebersihan dan keamanan. Secara
prinsip,
di
Kabupaten
untuk kebutuhan semua pedagang
Tulungagung belum ada zonasi secara
kaki lima tersebut terlebih lagi bagi
detail dan terperinci.peruntukan lahan
pedagang makanan dan minuman.
hanya
Belum adanya kamar mandi permanen
juga
menyebabkan
pengunjung kurang nyaman untuk
diklasifikasi
sesuai
dengan
kecenderungan kawasan perdagangan – jasa dan kebutuhan pengembangan sesuai struktur fungsional perkotaan.
berlama-lama belanja di pujasera
Kawasan perdagangan dan jasa
dan Ngrowo water front. Selain itu,
skala regional untuk melayani wilayah
belum ada petugas yang merawat
Kabupaten
Tulungagung
semisal
:
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
pasar
induk,
mall/department notariat,
show store,
money
hotel,
changer,
75
room,
adanya kegiatan perdagangan informal
jasa
PKL. PKL (street trading/street hawker)
bank
)
adalah
salah
satu
usaha
dalam
diarahkan ke pusat perkotaan. Fasilitas
perdagangan dan salah satu wujud
regional untuk pelayanan Jalur Lintas
sektor informal. Kecenderungan PKL
Selatan (JLS), semisal : SPBU,rumah
berada pada lokasi strategis terkait
makan,
dengan arah pergerakan orang dan
penginapan,
perbengkelan,
diarahkan ke kawasan sepanjang JLS
terkait
yang
perdagangan-jasa
meliputi
:
Besuki,
Tanggunggunung,
dengan
sektor
pelayanan
lainnya
(pasar,
Kalidawir,
mall/plaza, tempat mangkal kendaraan
Pucanglaban, Ngunut dan Bandung
dan sebagainya). Pengadaan tempat
pada jalur utama. Di setiap kecamatan
khusus untuk PKL pada tempat-tempat
dikembangkan kawasan perdagangan
strategis di pusat kota dengan sistem
skala
pengelolaan
kecamatan
pada
kawasan
khusus
agar
tidak
perkotaan seperti : pasar kecamatan,
menimbulkan permasalahan kota dan
pasar hewan, SPBU, SPBE, Bank dan
operasionalnya(Hasil
Koperasi (Hasil Penyesuaian Evaluasi
Evaluasi RT-RW Kab. Tulungagung,
RT-RW Kab. Tulungagung, 2012-2032 :
2012-2032 : 4-86).
4-86).
Penyesuaian
Dari sini bisa dilihat bahwa salah
Dari kebijakan formal tersebut
satu strategi di dalam penataan dan
dapat diketahui bahwa masih terbuka
pemberdayaan pedagang kaki lima
peluang luas tempat usaha bagi sektor
adalah memberikan ruang khusus atau
informal
lokasi
PKL.
Konsentrasi
yang
telah
disediakan
dan
pengembangan sektor usaha secara
disesuaikan dengan rancangan tata
umum adalah pemerataan konsentrasi
ruang dan tata wilayah kabupaten
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di
Tulungagung tersebut.
kecamatan-kecamatan. Sedang untuk
Strategi kedua adalah dengan
perencanaan RT-RW jangka panjang
membenahi dan merenovasi sarana
adalah menempatkan fasilitas umum
dan prasara atau disebut revitalisasi
antar kota sebagai infrastruktur Jalur
bangunan.
Lintas Selatan.
mensinergikan
Dalam pengembangan kawasan
potensial
Revitalisasi seluruh
yang
berarti
sumberdaya
dimiliki
baik
oleh
perdagangan dan jasa perlu diberikan
pemerintah daerah maupun pedagang
ruang
kaki lima dengan mempertimbangkan
publik,
terutama
di
wilayah
perkotaan yang berhubungan dengan
aspek
secara
komprehensif,
76 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
terintregasi
dan
holistik
sehingga
dan BMCK harus mampu memberikan
mampu meningkatkan daya saing para
pelayanan berupa kebersihan sarana
pedagang kaki lima ini.
dan prasarana. Kebersihan kawasan
Revitalisasi
ini
biasanya
PKL merupakan satu faktor penting
dilaksanakan oleh pemerintah daerah
yang harus diperhatikan agar tercipta
yang bekerja sama dengan pemerintah
kondisi yang nyaman untuk dikunjungi
pusat maupun pihak swasta. Hal yang
pembeli
perlu diperhatikan di dalam revitalisasi
lokasi PKL.
ini adalah bahwa pembenahan ini harus mengedepankan
kepentingan
pedagang
konsumen
dan
kepentingan
investor
semata
mendukung
Kebersihan
penataan
sarana
dan
para
prasarana ini bukan hanya tanggung
bukan
jawab dari dinas PU Bina Marga dan
atau
Cipt Karya saja akan tetapi merupakan
pemerintah daerah saja. Pemerintah
dan
tanggung jawab penjual dan pembeli melalui
juga. Pemeliharaan kebersihan ini juga
SKPD yang diberi tugas harus terus
merupakan upaya pemberdayaan PKL
memberikan pengarahan kepada para
yang meliputi menciptakan suasana
pedagang untuk mendorong kesadaran
kondusif baik pedagang dan semua
melakukan
lingkungan,
pihak yang terkait dengan bersedia
kesehatan dan menjual produk yang
menjaga kebersihan. Kebersihan ini
hygienis.
tidak hanya kebersihan jalan atau
sanitasi
Dengan sarana
daerah
dan
adanya
revitalisasi
lingkungan berjualan saja tetapi juga
prasarana
diharapkan
termasuk kebersihan alat-alat berjualan
kesan kumuh dan tidak teratur yang telah tertanam di benak masyarakat terkait
pedagang
lima
Kebersihan
ini
harus
terus
lama
dipupuk kepada semua pihak sehingga
kelamaan akan terkikis habis yang
jangan sampai para pedagang hanya
nampak adalah kesan modern, bersih
bertumpu kepada petugas kebersihan
dan indah. Hal ini tentunya akan dapat
saja karena merasa sudah membayar
menarik minat konsumen lebih besar
retribusi
lagi.
kesadaran yang juga timbul dari dalam Strategi
kaki
dan menyediakan tong sampah.
akan
tetapi
adalah
diri masing-masing pedagang dan juga
memberikan pelayanan kebersihan dan
pembeli sehingga bisa menimbulkan
jaminan
perasaan nyaman.
pedagang
ketiga
kebersihan
keamanan maupun
baik
kepada
konsumen.
Selain kebersihan, faktor yang
Pemerintah daerah melalui dinas PU
tidak kalah penting adalah keamanan
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
dan
ketertiban.
dan
dilakukan adalah melalui pembinaan
ketertiban ini bisa dilaksanakan oleh
dan pelatihan para PKL, penyediaan
Satpol PP kabupaten Tulungagung
sarana
sehingga para penjual dan pembeli
pembentukan
merasa aman ketika bertransaksi di
koperasi juga penguatan kapasitas
lokasi tersebut. Penyediaan tempat
kelembagaannya
parkir
kemudahan
dan
Keamanan
77
petugas
parkir
yang
bertanggung jawab juga membantu penciptaan
kondisi
prasarana,
paguyuban
dalam
dan
termasuk mendapatkan
modal bergulir.
kondusif
2. Dalam pelaksanaan penataan dan
sehingga pengunjung merasa aman
pemberdayaan pedagang kaki lima
dan
di pujasera Ngemplak dan Ngrowo
tidak
yang
dan
khawatir
ketika
sedang
berbelanja. Di sisi lain, retribusi parkir
water
ini juga bisa menambah menciptakan
permasalahan yang melingkupinya.
lapangan pekerjaan bagi warga sekitar
Permasalahan dalam penataan dan
dan
pemberdayaan pedagang kaki lima
jika
dikelola
oleh
desa
bisa
menambah pendapatan asli desa.
front,
terdapat
beberapa
ini antara lain: Pertama, kurangnya komunikasi antara pedagang kaki
BAB V
lima
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pemerintah
daerah
kabupaten
Tulungagung.
Kedua,
kurangnya
kesadaran
para
pedagang. Ketiga,kurangnya sarana
Berdasarkan temuan
dan
hasil
temuan
–
di lapangan maka peneliti
dan prasarana yang memadai. 3. Strategi pemberdayaan pedagang
dapat menyimpulkan sebagai berikut :
kaki lima saat ini sangat diperlukan
1. Penataan
dan
dan
pemberdayaan
dilaksanakan
agar
segala
pedagang kaki lima di Kabupaten
permasalahan dapat diatasi dengan
Tulungagung merupakan salah satu
baik
upaya
meningkatkan
untuk
memberikan
sehingga
tujuan
untuk
kemandirian
kenyamanan dan ketertiban bagi
pedagang kaki lima dapat terwujud.
semua
Adapun
pihak.
Penataan
dan
beberapa
strategi
yang
pemberdayaan PKL melalui relokasi
telah dilakukan oleh Pemerintah
PKL dari taman aloon-aloon kota ke
Daerah
lokasi pujasera pasar Ngemplak
antara lain : pertama, menyediakan
Tulungagung front.Upaya
Kabupaten
Tulungagung
dan Ngrowo
water
lokasi berjualan yang strategis dan
pemberdayaan
yang
disesuaikan dengan master plan
78 Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
RT/RW , kedua, revitalisasi sarana
penataan dan pemberdayaan PKL
dan prasaran, ketiga, peningkatan
ini juga kebijakan yang manusiawi.
pelayanan
kebersihan
dan DAFTAR PUSTAKA
keamanan. Buku B. Saran
Abdul
Berkenaan
dengan beberapa
kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti memberikan saran
Wahab, Solichin, 2002.Masa depan Otonomi Daerah: Kajian Sosial Ekonomi dan Politik untuk menciptakan sinergi dalam Pembangunan Daerah, SIC, Malang.
sebagai berikut :
1. Dalam proses pemberdayaan PKL, Pemerintah Kabupaten Tulungagung harus
melakukan
riset
khusus
Alisjahbana, 2003.Urban Hidden Economy: Peran tersembunyi sector informal perkotaan, Lembaga Penelitian ITS, Surabaya.
secara bertahap untuk mengamati dan
memetakan
persoalan
PKL
sehingga bisa meletakkan argumen logis
untuk
kebijakan berikutnya
BPS-Bappeda Kab. Tulungagung, 2008.Kabupaten Tulungagung dalam Angka/Tulungagung Regency in Figures 2008, Tulungagung.
sehingga model pembinaan PKL bisa berjalan.
2. Dalam pemberdayaan PKL ini perlu pelibatan semua elemen yang terkait
Dunn, William N,(disunting oleh Muhadjir), 1998.Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Cetakan Kedua, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
baik itu masyarakat, pengusaha, dewan, dinas terkait dan semua elemen
lain
sehingga
dengan
semangat keterbukaan ini akan bisa menjadikan
kebijakan
pemerintah
kabupaten didukung dan dikawal
Firmansyah, 1995.Etos kerja sector informal pedagang kaki lima: Pengembangan Sektor Informal PKL di Perkotaan, Dewan Riset Nasional-Bappenas bekerja sama dengan Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI, Jakarta.
pada pelaksanaannya. Komunikasi yang baik antara lemen-elemen ini adalah
kunci
keberhasilan
pemberdayaan PKL ini.
3. Perlu
dilakukan
evaluasi
yang
berkelanjutan dan dukungan faktorfaktor yang berpengaruh baik sarana maupun
prasarana
mengenai
Firdausy, CM, 1995. Pengembangan Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di Perkotaan,Jakarta : Dewan Riset Nasional -BABBENASPuslitbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI. Indiahono, Dwiyanto, 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic
Laily Purnawati, Evaluasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima Dari Taman Aloon-Aloon Kabupaten Tulungagung
Policy Analisys. Media,Yogyakarta.
Gava
Kartasasmita, Ginanjar, 1996.Pembangunan untuk rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, CIDES, Jakarta. Miles,
79
B. Mathew & A. Michael Hubberman, 1992.Analisa Data Kualitatif, Penerbit Ul Press, Jakarta.
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif, CV. Remadja Karya, Bandung. Maman Kh, 2002, ”Menggabungkan Metode Penelitian Kuantitatif dengan Kualitatif”, Makalah Pengantar Filsafat Sain, Program Pasca Sarjana/S3, IPB. Nugroho, Riant, 2004.” Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi dan Evaluasi”. Gramedia, Jakarta. Sugiyono. 2006.” Metode Penelitian Bisnis”, cetakan kesembilan, CV Alvabeta: Bandung. Wiyarti, Sri Mg dan Widada Sutapa Mulya. 2007. “Sosiologi.” Surakarta: UNS Press. Setiana. L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. DiklatPenyuluhan. Jakarta. Sarjono Y ,2005, Pergulatan Pedagang Kaki Lima di Perkotaan. Surakarta: Muhamamdiyah University Press. Perundang-Undangan: ……… BAPPEDA Kab. Tulungagung 2011, Tulungagung in Figure, 2011, Kerjasama BPS Kab. Tulungagung- BAPPEDA Kab. Tulungagung.
……….. BAPPEDA Kab. Tulungagung 2011,Hasil Penyesuaian Evaluasi RT-RW Kab.Tulungagung, 20122032). ................Dispenda Kab. Tulungagung, 2013. ……. …
LKPJ :Akhir Masa Jabatan Bupati Tulungagung Tahun 2003-2008.
…..….…Perda Kabupaten Tulungagung Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum. Undang – undang Nomor 9 Tahun 1995. Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagang_k aki_lima