44 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
GAMBARAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI, TINGKAT KONSUMSI (ENERGI DAN PROTEIN), STATUS GIZI DAN INDEKS PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN 2 TERONG TAWAH KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015
Oleh : Yuli Laraeni1) Iriantoi1) Asti Cita Pratiwi2) 1) Staf Pengajar Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram 2) Alumni Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Mataram
Abstract: school age phase requires the intake of nutritious foods to support future growth and development. Malnourished children drowsiness and lack of passion that can disrupt the learning process in schools and declining academic achievement, thinking the child will also be recuded, because it is not optimal brain growth. Research purposes: reveal the breakfast habits, levels of consumption (energy and protein), nutritional status and learning achievement index of primary school children in SDN 2 Terong tawah. Research methods: this research uses descriptive observational. This research is done in SDN 2 Terong Tawah. Data collected student data is often breakfast and no breakfast, the data daily consumption and consumption of energy and protein students at SDN 2 Terong Tawah, data nutritional status of students is obtained by weigh students and measure student height and index data on student achievement that obtained from the student report cards, then the data is processed and analyzed using descriptive crosstabulation. Result: total sample of 54 people, there are 48 people (88,9%), have a habit of breakfast in the morning and 6 people (11,1%) in the habit of not breakfast . 39 sample and 33 sample have a habit of breakfast in the morning has a consumption level of energy and protein in the deficit category and 6 sample had no breakfast habits have high levels of energy and protein consumption with deficit category. 47 people who have a habit of breakfast in the morning has a normal nutritional status and one person has the nutritional status of obesity and 6 people have a habit of not breakfast have normal nutritional status. 34 people who have a habit of breakfast have enough performance index, 14 people who have a habit of breakfast have a good and 6 people who have a habit of not breakfast have enough performance index. Conclusion : of 54 sample there were 48 children who eat breakfast and 6 children who do not eat breakfast, and the average rate of energy consumption the day the sample is 1696 kcal/day and protein 40 grams/day, 53 sample of nutritional status to normal and 1 sample nutritional status of obesity, 16 sample have a good and 38 sample had sufficient performance index Keywords: breakfast, nutritional status, grade point
PENDAHULUAN Pembangunan Nasional merupakan landasan kemajuan suatu bangsa.Pembangunan Nasional tidak lepas dari sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.SDM berkualitas menjadi hal yang penting agar mampu bersaing di dunia internasional. Kelompok usia yang memiliki potensi besar untuk menjadi sumber daya manusia yang berkualitas adalah anak dan remaja. Pertumbuhan dan perkembangan anak secara langsung dipengaruhi oleh kecukupan asupan gizinya. Akan tetapi, diketahui bahwa asupan gizi pada anak usia sekolah masih belum diperhatikan dengan seksama. (Depkes 2008) Salah satu upaya kesehatan adalah perbaikan gizi terutama di usia sekolah khususnya pada usia
7-12 tahun. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier, 2001) Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu orang tuanya
_____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 (Anindya, 2009). Selain itu, pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak.Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008 dalam Pamularsih, 2009).Untuk itu, usaha-usaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan pada anak-anak (Krisno, 2004). Anak yang kurang gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga akan berkurang, karena pertumbuhan otaknya tidak optimal (Anindya, 2009). Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian (Achmad, 2000). Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2000) disebutkan bahwa pada anak usia sekolah kekurangan gizi akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit – sakitan sehingga anak seringkali absen serta mengalami kesulitan mengikuti dan memahami pelajaran. Menurut Almatsier (2006), kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada prosesproses seperti pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak serta perilaku. Begitu juga dengan anak yang mengalami obesitas akan mempengaruhi terhadap prestasi belajarnya. Hal ini berdasarkanDatar, Sturm, dan Magnabosco (2004) yang menyatakan prestasi anak obesitas pada pelajaran matematika dan membaca cenderung lebih rendah dibandingkan anak yang tidak obesitas.Selain itu, sarapan pagi juga penting bagi anak sekolah. Menurut Khomsan (2004), anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa juga berhubungan dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan orang tua. Karena dengan adanya tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan yang tinggi diharapkan orang tua selain akan
Media Bina Ilmiah 45 memberikan perhatian dan kepedulian terhadap kegiatan belajar siswa juga akan dapat memenuhi fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya, yang pada gilirannya dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat penghasilan yang rendah dari orang tua maka selain dapat mengurangi perhatian dan kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar siswa juga akan dapat mengurangi pemenuhan kebutuhan atau fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya. Sehingga akan menurunkan motivasi belajar yang pada gilirannya akan mengurangi prestasi belajar siswa (Kusumastuti, 2010) Menurut Data Dinas Pendidikan dan Olahraga Lombok Barat diperoleh nilai rata-rata hasil dari nilai ujian tiga mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA) untuk rata-rata nilai akhir ujian nasional yang tertinggi diperoleh sebesar 9,8 dan rata-rata nilai terendah sebesar 3,0. Sedangkan untuk nilai rata-rata hasil ujian nasional untuk semua SD/MI yang berada di Lombok Barat dari nilai ujian tiga mata pelajaran tersebut yaitu sebesar 6, 88. SDN 2 Terong Tawah merupakan salah satu sekolah dasar di Kecamatan Labu Api memperoleh nilai rata-rata ujian nasional sebesar 6,25 dan menduduki peringkat ke 317 dari 415 sekolah dasar atau MI di Lombok Barat khususnya di kecamatan Labu Api, SDN 2 Terong Tawah jika dibandingkan dengan SD yang lain, maka hasil prestasi belajarnya dengan nilai paling rendah adalah 3,86 dan yang tertinggi di SDN 2 Perampuan yaitu 8,95. Dari hasil nilai rata-rata ujian tersebut dapat dilihat bahwa SDN 2 Terong Tawah belum mencapai rata-rata tertinggi maupun rata-rata hasil nilai ujian disemua SD/MI yang berada di Lombok Barat. (DIKPORA Lombok Barat, 2014) Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan dengan metode kunjungan langsung ke lokasi tempat penelitian, ternyata dari 10 siswa yang telah diwawancarai konsumsi sarapan 7 diantaranya mempunyai rata-rata tingkat konsumsi dibawah 10% dari total kebutuhan sehari untuk sarapan pagi, baik dari konsumsi zat gizi energi dan konsumsi protein. Hal tersebut juga dapat dilihat dari jenis bahan makanan yang kurang bervariasi dan dikonsumsi oleh siswa yang ada di SDN 2 Terong Tawah seperti nasi, tempe, tahu, mie, ayam dan jarang mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah observasional deskriftif dimana data tentang variabel bebas dan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
46 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
variabel terikat diperoleh melalui pengamatan, pengukuran, pencatatan dan analisa data.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan cara pengukuran, pengamatan dan pencatatan terhadap variabel bebas dan variabel terikat akan dilakukan dalam satu kali pengukuran dan dalam waktu bersamaan terhadap subyek penelitian. Penelitian dilakukan di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV dan V yang ada di SDN 2 Terong Tawah yang berjumlah 54 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dan V di SDN 2 Terong Tawah dengan kriteria sebagai berikut : a) Sampel adalah siswa kelas IV dan V SDN 2 Terong Tawah dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan serta bersedia menjadi sampel berjumlah 54 orang. b) Sampel dalam keadaan sehat dan dapat berkomunikasi.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata kelas sampel di SDN 2 Terong Tawah adalah 25 orang untuk kelas IV (46%) dan 29 orang untuk kelas V (54%). Adapun tabel distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin sampel di SDN 2 Terong Tawah dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut:
HASIL PENELITIAN
Tingkat pendidikan orang tua sampel dikelompokkan kedalam lima kategori yaitu perguruan tinggi, SMA, SMP, SD dan tidak sekolah. Adapun rata-rata tingkat pendidikan orang tua sampel di SDN 2 Terong Tawah dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut:
Umur sampel dikelompokkan berdasarkan rata – rata umur sampel di SDN 2 Terong Tawah dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Sampel di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Tahun 2015 No 1 2 3
Umur (thn) 10 11 12 Jumlah
n 20 24 10 54
% 37,1 44,4 18,51 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata – rata umur sampel di SDN 2 Terong Tawah adalah 10 – 12 tahun. Sampel yang berumur 10 tahun sebanyak 20 orang (37,1%), sampel yang berumur 11 tahun sebanyak 24 orang (44,4%) dan sampel yang berumur 12 tahun sebanyak 10 orang (18,51%). Kelas sampel dikelompokkan berdasarkan rata – rata kelas sampel di SDN 2 Terong Tawah dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Tahun 2015 No 1 2
Kelas IV V Total
n 25 29 54
% 46 54 100
_____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
Tabel 7. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Tahun 2015 No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
n 31 23 54
% 57,4 42,6 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 54 orang sampel di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi terdapat 31 orang murid (57,4%) berjenis kelamin laki-laki dan 23 orang murid (42,6%) berjenis kelamin perempuan.
Tabel 8. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua Sampel di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Tahun 2015 No 1 2 3 4 5
Pendidikan Perguruan Tinggi SMA SMP SD Tidak Sekolah Total
n 2 9 9 31 3 54
% 3,7 16,6 16,6 57,4 5,5 100
Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan orang tua sampel sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 31 orang (57,4%), yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 9 orang (16,6%), SMA yaitu sebanyak 9 orang (16,6%), perguruan tinggi yaitu sebanyak 2 orang (3,7%) dan yang tidak sekolah yaitu sebanyak 3 orang (5,5%). Pekerjaan orang tua sampel dikelompokkan kedalam enam kategori yaitu PNS, wiraswasta, pensiunan, petani, IRT dan buruh. Adapun ratarata pekerjaan orang tua sampel di SDN 2 Terong Tawah dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 47
Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Sampel di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6
Pendidikan PNS Wiraswasta Pensiunan Petani IRT Buruh Jumlah
n 1 35 0 10 0 8 54
% 1,85 64,8 0 18,5 0 14,8 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata pekerjaan orang tua sampel sebagian besar adalah sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 35 orang (64,8%), sebagai petani yaitu sebanyak 10 orang (18,5%), sebagai buruh yaitu sebanyak 8 orang (14,8%), dan PNS yaitu sebanyak 1 orang (1,85%). Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa rata-rata kebiasaan sarapan pagi sampel di SDN 2 Terong Tawah sebagian besar sampel yang sarapan pagi yaitu sebanyak 48 orang (88.9%), dan sampel yang tidak sarapan pagi yaitu sebanyak6 orang (11.1%). Untuk tingkat konsumsi energi dan protein diperoleh hasil bahwa rata-rata asupan energi sehari sampel dari hasil recall 2 x 24 jam adalah 1696 kkal/hari yang termasuk dalam kategori defisit yaitu (80,76%) dan rata-rata tingkat asupan protein adalah 40 gram/hari yang termasuk dalam kategori defisit yaitu (80%), karena untuk tingkat konsumsi energdan protein yang termasuk dalam kategori baik yaitu 90-119% dan dikatakan lebih jika tingkat konsumsi ≥ 120%. Tabel 10. Distribusi kategori sarapan dan tidak sarapan dengan tingkat konsumsi energi.
Dari tabel 11 diatas, dapat diketahui bahwa dari 48sampel yang sarapan terdapat 33 orang (68.8%) sampel yang memiliki kategori tingkat konsumsi protein deficit dan dari 6 sampel yang tidak sarapan terdapat 6 orang sampel (100%) memiliki kategori tingkat konsumsi protein defisit. Pengukuran status gizi menggunakan indikator IMT/U Tawah Kecamatan Labuapi sebagian besar sampel memilki yaitu 53 orang (98,1%), dan obesitas 1 orang (2%).
sampel dengan di SDN 2 Terong diperoleh hasil status gizi normal sampel berstatus
Tabel 12. Distribusi kategori sarapan dan tidak sarapan dengan status gizi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 48 sampel yang memiliki kebiasaan sarapan terdapat 47 orang (97.9%) memiliki status gizi normal dan1 orang (2.1%) memiliki status gizi obesitas. Dari 6 orang sampel yang memiliki kebiasaan tidak sarapan terdapat 6 orang atau semua sampel (100%) yang memiliki status gizi normal. Status kesehatan seseorang merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar. Kurang gizi usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dengan kemampuan berpikir (Almatsier, 2010). Seseorang yang sehat dan mempunyai status gizi yang baik memiliki daya fikir dan aktivitas fisik yang baik sehingga hal ini akan mendukung prestasi dalam belajarnya (Kartasaputra, 2005 dalam Syatyawati, 2013). Tingkat Prestasi Sampel di SDN 2 Terong Tawah Kecamatan Labuapi dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat prestasi sampel di SDN 2 Terong Tawah sebagian besar cukup yaitu 38 orang (70,3%), dan sampel dengan tingkat prestasi baik 16 orang (29,6%)
Tabel 11. Distribusi kategori sarapan dan tidak sarapan dengan tingkat konsumsi protein
Tabel 13. Distribusi kategori kebiasaan sarapan pagi dan tidak sarapan pagi dengan indeks prestasi sampel
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
48 Media Bina Ilmiah Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 48 sampel yang sarapan terdapat 34 orang (70.8%) yang memiliki indeks prestasi cukup dan 14 orang (29.2%) sampel memiliki indeks prestasi baik. Dari 6 orang (100%) sampel yang tidak sarapan terdapat 6 orang (100%) atau semua sampel memiliki indeks prestasi cukup. Prestasi belajar merupakan hasil dari kemampuan untuk menyerap materi pelajaran yang diajarkan. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya tercapai (Djamarah, 2006 dalam Syatyawati, 2013). Menurut hukum kesiapan (Law of readiness) bagian dari hukum belajar menyebutkan, bahwa seseorang yang sudah siap untuk belajar maka prestasinya akan memuaskan, tetapi seseorang yang tidak siap belajar apabila dipaksakan akan mengakibatkan gangguan maupun kekecewaan. Bahwa fisik yang sudah matang akan mempermudah dan memperlancar proses belajar (Krisnawati, 2009). PEMBAHASAN a.
Kebiasaan sarapan pagi
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif (PGS, 2014). Sarapan harus memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian.Kebutuhan zat gizi harian setiap individu sekitar 2000-2200 kalori.Untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang, kita harus mengkonsumsi sebanyak 600-660 kalori pada saat sarapan. Kebutuhan sebanyak itu dapat diperoleh dengan mengkonsumsi seporsi nasi (sumber karbohidrat lainnya seperti kentang, roti), sebutir telur (sumber protein lainnya seperti tempe, tahu, daging, keju), sayur (salad, tomat, selada) dan satu buah (seperti jeruk, apel, pisang).Dan tidak lupa konsumsi minuman berupa air mineral, susu, ataupun jus buah. Untuk memenuhi gizi seimbang, sarapan harus memenuhi kebutuhan 5 zat gizi tersebut.(Wahyuni, 2012) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata sampel yang memiliki kebiasaan sarapan pagi sampel di SDN 2 Terong Tawah yaitu sebanyak 48 orang (88.9%), dan sampel yang tidak sarapan yaitu sebanyak 6 orang (11.1%). Dan rata-rata kandungan energi pada hidangan sarapan pagi sampel adalah 463,1 kkal/hari (70,53%). Sarapan pagi sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas yang lain pada hari itu. Dengan sarapan pagi, tubuh akan memperoleh _____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
ISSN No. 1978-3787 bekal zat tenaga untuk menghadapi kerja, belajar, bermain dan aktivitas lain. Banyak studi yang telah dilakukan membuktikan pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan aktivitas seseorang, terutama anak-anak (Minatun,2011) Sarapan menyumbang porsi 20% terhadap pemenuhan kebutuhan pangan setiap harinya. Oleh karena itu sarapan tidak boleh dianggap sepele mengingat porsinya hampir sama dengan makan siang 25-30% serta makan malam 25-30% karena baik kelebihan maupun kekurangan gizi akan sangat berdampak pada tumbuh kembang anak. Seorang anak dengan usia 7-12 tahun membutuhkan 1800 hingga 2050 kilo kalori (kkal), dan kebutuhan protein 45 sampai 50 gram untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap hari. Besarnya porsi bagi pemenuhan gizi setiap harinya untuk anak usia 7-12 tahun berturut-turut, makanan pokok 4-5 porsi, lauk hewani 2-3 porsi, lauk nabati 3 porsi, sayuran 3 porsi, buah 3-4 porsi, susu 1 porsi (bila diganti dengan lauk hewani), gula 2,5-3 porsi, minyak 4 porsi dan air 1,6-1,9 liter. Kebutuhan gizi tersebut harus terpenuhi dalam masa tumbuh kembang anak (Evrina, 2014) b.
Tingkat konsumsi (Energi dan Protein)
Berdasarkan hasil crosstabulation pada tabel 10, dapat diketahui bahwa dari 48 sampel yang sarapan terdapat 39 orang (81.2%) sampel yang memiliki kategori tingkat konsumsi energi defisit dan dari 6 sampel yang tidak sarapan terdapat 6 orang atau semua sampel (100%) memiliki kategori tingkat konsumsi energi defisit. Dan hasil crosstabulation pada tabel 11,dapat diketahui bahwa dari 48 sampel yang sarapan terdapat 33 orang (68.8%) sampel yang memiliki kategori tingkat konsumsi protein defisit dan dari 6 sampel yang tidak sarapan terdapat 6 orang atau semua sampel (100%) memiliki kategori tingkat konsumsi protein defisit. Sampel dengan tingkat konsumsi defisit ini disebabkan karena jenis dan jumlah makanan yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kecukupan selama sehari, hal ini sesuai dengan pernyataan Muctar (2011) seseorang yang tidak sarapan pagi sulit untuk memenuhi kecukupan gizinya. c.
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain pola konsumsi makan, tingkat pendapatan, faktor sosial budaya, pengetahuan gizi dan penyakit infeksi. Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung meliputi anthropometri, klinik, biokimia http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 dan biofisika dan penilaian status gizi secara tidak langsung, yang meliputi konsumsi makan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).Dalam penelitian ini status gizi diperoleh dengan pengukuran anthropometri yaitu berat badan dan tinggi badan yang dinyatakan dalam Indeks Massa Tubuh (IMT), yang merupakan salah satu perwujudan dari status kesehatan seseorang. Status kesehatan seseorang merupakan faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar. Kurang gizi usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dengan kemampuan berpikir (Almatsier, 2010). Seseorang yang sehat dan mempunyai status gizi yang baik memiliki daya fikir dan aktivitas fisik yang baik sehingga hal ini akan mendukung prestasi dalam belajarnya (Kartasaputra, 2005 dalam Syatyawati, 2013). Berdasarkan hasil crosstabulation pada tabel 12,dapat diketahui bahwa 48 sampel yang memiliki kebiasaan sarapan terdapat 47 orang (97.9%) memiliki status gizi normal dan 1 orang (2.1%) memiliki status gizi obesitas. Dari 6 orang sampel yang memiliki kebiasaan tidak sarapan terdapat 6 orang atau semua sampel (100%) yang memiliki status gizi normal. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Ristiana (2009) tentang hubungan tindakan sarapan pagi dengan status gizi dilakukan uji Chi Square test dimana (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tindakan sarapan pagi dengan status gizi baik menurut indeks TB/U dan BB/U pada anak sekolah di SD Negeri No 101835 Bingkawan. d.
Indeks Prestasi
Pada penelitian ini, prestasi belajar dilihat dari nilai raport semester terakhir yaitu semester genap. Prestasi belajar diambil dari jumlah nilai dari mata pelajaran Agama, PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya, Penjaskes dan Mulok. Portosuwido dkk (1976) dalam Minatun (2011) telah melakukan penelitian di bidang kognitif pada anak sekolah dasar dengan mengukur skor prestasi belajar melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS.Keempat mata pelajaran ini sudah cukup menggambarkan nilai kognitif anak sekolah dasar. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar (Tu’u, 2004 dalam Minatun 2011) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat prestasi sampel di SDN 2 Terong Tawah sebagian besar cukup yaitu 38 orang (70,3%), sampel
Media Bina Ilmiah 49 dengan tingkat prestasi baik 16 orang (29,6%). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang prestasi belajarnya cukup.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azhari (2001) dalam Minatun (2011) yang mengatakan bahwa sebagian besar siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik dapat menjadi indikator kualitas seorang siswa, dimana hal ini akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan pembangunan. Berdasarkan hasil crosstabulation pada tabel 13 menunjukkanbahwa 48 sampel yang sarapan terdapat 34 orang (70.8%) yang memiliki indeks prestasi cukup dan 14 orang (29.2%) sampel memiliki indeks prestasi baik. Dari 6 orang (100%) sampel yang tidak sarapan terdapat 6 orang (100%) atau semua sampel memiliki indeks prestasi cukup. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Ristiana (2009) tentang sarapan dengan indeks prestasi bahwa pada umumnya murid dengan tindakan sarapan yang baik memiliki indeks prestasi cukup. Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square di peroleh p=0,036 (p<0,05) yang artinya menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tindakan sarapan dengan indeks prestasi murid SD. Jika anak tidak biasa sarapan pagi, maka asupan anak akan berkurang yang akan berpengaruh terhadap status gizi anak sehingga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Soemantri (1978) dalam Minatun (2011), apabila zat- zat gizi yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, badan lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta ketidak sempurnaan organisasi biokimia dalam otak.Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak. PENUTUP Sampel di SDN 2 Terong Tawah berjumlah 54 orang dengan jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 31 anak (57,4%), 23 anak berjenis kelamin perempuan (42,6%) dan rata-rata rentang umur sampel yaitu dari 10-12 tahun. Sebagian besar sampel di SDN 2 Terong Tawah yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
50 Media Bina Ilmiah yaitu sebanyak 48 orang (88,9%) dan sampel yang mempunyai kebiasaan tidak sarapan pagi yaitu sebanyak 6 orang (11,1%). Rata-rata asupan energi sehari sampel adalah 1696 kkal/hari (80,89%) dengan kategori tingkat konsumsi energi defisit dan rata-rata asupan protein sampel adalah 40 gram/hari (78,44%) dengan kategori tingkat konsumsi protein defisit. Status gizi sampel menurut indikator IMT/U dari 54 sampel sebagian besar dengan status gizi normal yaitu 53 orang (98,1%) dan 1 orang (2%) sampel memiliki status gizi obesitas Tingkat prestasi sampel yang tergolong baik yaitu 16 orang (29,6%) dan cukup yaitu 38 orang (70,3%). DAFTAR PUSTAKA Almatsier S.,2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Annas M., 2011.Hubungan Kesegaran Jasmani, Hemoglobin, Status Gizi dan Makan Pagi terhadap Prestasi Belajar.Jurnal Media Ilmu KeolahragaanIndonesia. Anggraeni, AC. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Proses.Yogyakarta : Graha Ilmu Ahmadi.
2008. Pengertian Prestasi Belajar. Tersedia dalam http://www.sobatbaru.blogspot.com, di unduh pada tanggal21 Juni 2014
Al-Bana, AI.2012.Hubungan Konsumsi Energi Protein Sarapan Dengan Indeks Prestasi Di SDN 1 Kediri Lombok Barat. Anonim.2009. Pentingya Sarapan Pagi Bagi Anak.Tersedia dalam http://www.kuliner.com/baca/penting nya-sarapan-pagi-bagi-anak/329/. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2014 Depkes Departemen Kesehatan RI. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator menuju Indonesia Sehat 2010.Jakarta : Departemen kesehatan RI Dikpora Lombok Barat. 2014. Laporan Hasil Nilai Kelulusan Siswa SD Negeri dan Swasta Kota Mataram. Evrina.2014. Generasi Sehar dan Cerdas Berkat Sarapan Sehat. Tersedia dalam http://evrinasp.wordpress.com/2014/0 2/16/generasi-sehat-dan-cerdasberkat-sarapan-sehat
_____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
ISSN No. 1978-3787 Fauzi,
2012.Makalah Ilmu Gizi Sistem Energi.Tersedia dalam http://fauzimylivesport.blogspot.com/ 2012/03/makalah-ilmu-gizi-sistemenergi.di unduh pada tanggal 10 Agustus 2015
Isdaryanti, C. 2007. Asupan Energi Protein, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Judarwanto, Widodo. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinik (Klinik Khusus Kesulitan Makan pada Anak). Tersedia dalam situs web:http://kesulitanmakan.bravehost.c om. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 Kementrian Kesehatan RI.2014.Pedoman Gizi Seimbang.URL: Tersedia dalam http://gizi.depkes.go.id/download/ped oman%20Gizi/PGS%20Ok.pdf. Di akses pada tanggal 12 Oktober 2014 Khomsatun, S. 2006. Pengaruh Pembelajaran di Luar Kelas Terhadap Prestasi Belajar Siswa ditinjau dari Antusiasme Belajar Siswa Pada Siswa SMP Tahun Ajaran 2004/2005.Surakarta . Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Krisnawati, Soelistyowati E., Intiyanti A., 2009. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Kelas 1 Sekolah Dasar Negeri Trosobo II Sidoarjo. Jurnal Keperawatan. Kusumastuti, TL. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar IPA Semester Satu Siswa Kelas Tujuh SMP Cinde Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang. dalam situs web:http://www.scribd.com/doc/5587 4141/Hubungan-Antara-TingkatPendidikan-Dan-Penghasilan-OrangTua. Diakses pada tanggal 22 November 2014 Minatun, S.2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri 2 Cempaka http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Putih Ciputat .Universitas Islam Hidayatullah. Muctar,
Media Bina Ilmiah 51 Timur.Jakarta Negeri Syarif
Tahun 2011. Medan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
M. 2011. Sarapan dan Jajanan Berhubungan dengan Kemampuan Konsentrasi Pada Remaja di SMAN 1 Pahandut Palangka Raya.
Sofianita, NI. 2009. Gambaran Kebiasaan Sarapan Pagi Anak-anak Sekolah Dasar Negeri di Pondok Labu.Jakarta : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan UPN “Veteran” Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta : Jakarta. Pamularsih, A. 2009.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Sello Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.Universitas Muhammadiyah Surakarta. Prabowo, YSB. 2011. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Indeks Prestasi Komulatif Mahasiswa Tingkat III Fakultas Kedokteran UPN “Veteran”. Jakarta : Skripsi Universitas Pembangunan Nasional. Pusungulaa, N. 2013.Hubungan Antara Asupan Energi dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas IV Dan V SD Katolik St Malalayang Kota Manado.Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Rakhmawati, L. 2009. Kontribusi Makanan di Sekolah dan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kota Bogor. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Ristiana, SM. 2009. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Sarapan Pagi dengan Status Gizi dan Indeks Prestasi Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No. 101835 Bingkawan Kecamatan Sibolangit Tahun 2009.Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sari, PN. 2010. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) Pada Anak Usia Sekolah Dasar ditinjau dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Tingkat Pendidikan Ibu.Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Baret. Silalahi, RGH.2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kesegaran Jasmani Pada Murid SMP ST. Thomas 3 Medan
Sudarmanto, RG. 2007. Pengaruh Lingkungan Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007.Jurnal. Bandar Lampung. Diakses dalam situs web:http://blog.unila.ac.id/radenguna wans/files/2010/12/100.-Pengaruh Lingkungan-Belajar-dan-MinatBelajar.pdf Sukmaniah,S. 2012. Sarapan Sehat Buat Anak. Tersedia dalam http://dinkes.malangkota.go.id/index.p hp/kiat-sehat/125-sarapan-sehat-buatanak.di akses pada tanggal 29 juni 2014 Sultiani, M. 2013. Hubungan Antara Sarapan Pagi dan Tingkat Konsumsi Sarapan (Energi dan Protein) dengan Prestasi Belajar di SDN Guntur Lombok Tengah NTB Tahun 2013. Supariasa.2002. Penilaian Jakarta
Status
Gizi.EGC.
Supariasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar .2014 .Penilaian Status Gizi .EGC. Jakarta. Syatyawati, R. 2013. Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar di Desa Grenggeng Kecamatan Karanganyar Kebumen.Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Triasari, Novia. 2008. Pengaruh Perhatian, Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas XI MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta: UMS Wahyuni, I. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang PHBS Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Menjaga Kebersihan Diri Pada Siswa SD Banyuripan Kelas 4 Dan 5 Bangunjiwo Kasihan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016
52 Media Bina Ilmiah Bantul.Yogyakarta : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
_____________________________________________ Volume 10, No. 6, Juni 2016
ISSN No. 1978-3787 William, 2010.Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010.Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara Medan.
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787
Media Bina Ilmiah 53
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS VII E MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOKKECIL (BUZZ GROUP DISCUSSION) DI SMP NEGERI 6 MATARAM Oleh: Suhaili Guru pada SMP Negeri 6 Mataram Abstrak: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SMPN 6 Mataram dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui metode diskusi kelompokkecil (Buzz Group Discussion). Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Subyek penelitian adalah siswa kelas VII E SMPN 6 Mataram sebanyak 40 orang siswa. PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan metode diskusi kelompok (Buzz Group Discussion). Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes setiap akhir pembelajaran, sedangkan data aktivitas guru dikumpulkan dengan teknik observasi melalui lembar observasi setiap pertemuan. Selanjutnya data-data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif.Dari analisis data nilai rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yakni dari 89.41 menjadi 92.5, sedangkan untuk ketuntasan pada siklus I jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 29 orang (72.5%), dan II menjadi 35 orang (87.5%). Jadi ada peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15%.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group Discussion)dapat meningkatkan hasil belajarsiswa dalam pembelajaran PAI kelas VIIE SMPNegeri6 Mataram. Kata kunci : Hasil Belajar, Metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group Discussion) PENDAHULUAN Menurut M.Taufik (2010:47), pembelajaran merupakan bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan antara peserta didik dengan pendidik. Peranan peserta didik tidak sekedar dalam proses pembelajaranyang mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup apek-aspek lainnya yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Secara umum guru memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaan peserta didik dengan cepat dan efisien sehingga apa yang diharapkan dapat terwujud. Namun pada kenyataannya, hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) khususnya di kelas VII E di SMP Negeri 6 Mataram belum maksimal, hal ini dapat dilihat pada hasil evaluasi ulangan harian dimana dari 40 orang peserta sebanyak 12 orang peserta didik atau 27,5 % yang belum mencapai batas ketuntasan nilai KKM (81)dan yang memperoleh nilai sama atau di atas KKM sebanyak 28 orang peserta didik (72.5%) Hal ini disebabkan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik lainnya belum optimal dikarenakan pendidik hanya terpaku dengan satu metode yaitu ceramah. Dengan metode ini, maka peserta didik hanya sebagai pendengar saja dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan kreativitas dari guru untuk menggunakan metode
yang bervariasi salah satunya adalah metode diskusi. Dengan menggunakan metode ini diharapkan bisamengubah suasana pembelajaran dari ketidak aktifan peserta didik menjadi aktif. Salah satu hal yang menentukan sejauh mana seseorang kreatif adalah kemampuannya untuk dapat membuat kombinasi baru dari hal-hal yang ada.Demikian pula seorang guru harus menggunakan variasi metode dalam mengajar, memilih metode yang tepat untuk setiap materi pelajaran agar peserta didik tidak mudah bosan. Dari di atas tentang hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI di kelas VII E SMP Negeri 6 Mataram,maka peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memilih metode diskusi kelompok kecil (Buzz Group Discussion) untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas VII E. Pemilihan diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) dalam mengatasi rendahnya hasil belajar siswa kelas VIIE, karena dalam diskusi kelompok kecil setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk menungkapkan ide-idenya untuk memecahkan permasalahan secara bersamasama, dalam melaksanakan diskusi siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dari kelompok besar, kemudian dari hasil diskusi masing-masing kelompok kecil akan melaporkan hasilnya
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 6, Juni 2016