40 TAHUN FORTUNE INDONESIA. Kisah perjuangan anak bangsa

40 TAHUN FORTUNE INDONESIA

an anak g n a ju r e p h a is K

bangsa

2

3

4

Daftar Isi

Pengantar oleh Penulis Sambutan oleh Dewan Komisaris Sambutan oleh Direksi Sambutan oleh Ketua Umum P3I Bab 1 Bagian 1 Bagian 2 Bagian 3 Bagian 4 Ikhtisar

Kisah Awal (1970-1973) Di Kereta Api • Sejarah iklan • Dari Biro Reklame • Media tumbuh pesat • Industri Periklanan • Rumah di Jalan Haji Agus Salim Richard Pollard Mochtar Lubis Ekspatriat dan "Local Staff"

Bab 2 Masa Pembelajaran (1973-1978) Bagian 1 Kerjasama dengan Australia Bagian 2 Indra Abidin Bagian 3 Berkibar dan berkembang Reminiscences Bagian 4 Belajar dan Berhasil Bagian 5 Hampir bangkrut, berhutang lagi Ikhtisar

i ii iii iv 12 14 16 17 18 19 20 22 24 27 30 32 34 38 42 43

Bab 3 Masa Peralihan (1978-1982) Bagian 1 Beralih ke tangan anak bangsa Hajar! Bagian 2 Mengatur Iklan • Swa-regulasi • Berebut pangsa iklan Bagian 3 Mengukir sejarah • Kondom 25 • Aku Anak Sehat Bagian 4 Merintis produk baru • Kretek filter • Susu instan Bagian 5 Aneka ragam Ikhtisar

46 48 50 51 52 54 55 56 58 58 59 60 63

Bab 4 Masa Pengembangan (1982-1986) Bagian 1 Indonesia melaju • Belanja iklan Bagian 2 Pendawa-Pendawa Bagian 3 Masuk ranah Public Relations Bagian 4 Unggul dalam Social Marketing Bagian 5 Pindah tangan Bagian 6 Terus berkembang Ikhtisar

66 67 68 72 74 76 78 81

Bab 5 Masa Pemantapan (1986-1996) Bagian 1 East Asian economic miracle Bagian 2 Maju dan maju Bagian 3 Mengatasi krisis, membangun brand • Krisis Lemak Babi • Aku dan Kau Suka Dancow Bagian 4 Lingkaran Biru Bagian 5 Graphic Design dan Exhibition Bagian 6 Terus berkembang Bagian 7 Tenaga serba-bisa Catatan Pengabdian Kujang 328 Ikhtisar

84 86 88 89 90 92 94 96 98 99 103

Bab 6 Masa Krisis (1996-2000) Bagian 1 Indonesia krisis Bagian 2 Bertahan di tengah krisis Bagian 3 Membantu menyelamatkan bangsa • Bank Indonesia • Aku Anak Sekolah • Takesra dan Kukesra • Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah • Anak Jalanan Bagian 4 Indonesia Bangkit! • Prodina Ikhtisar

106 108 110 111 112 114 115 115 116 118 119

Bab 7 Milenium Baru, Semangat Baru (2000-2005) Bagian 1 Mulai pulih dari krisis Bagian 2 Menjadi Perusahaan Publik Bagian 3 Berubah atau Punah Bagian 4 Meraih momentum baru • Satu Abad Bung Hatta • Jakarta Fair • Pemilu 2004 Bagian 5 Bangkit dengan klien baru • Campina • Jiwasraya • Bank Muamalat • Djarum • Carrefour Galaxy of Communications Bagian 6 Berani menerima tantangan Ikhtisar

122 124 126 128 128 131 133 136 136 137 138 139 140 141 142 147

Bab 8 Akselerasi Menuju Take-Off (2005-2009) Bagian 1 SBY Bagian 2 Dari 4 miliar ke 48 triliun Bagian 3 From Good to Great! Bagian 4 Solusi media Bagian 5 Meraih Blue Chip Clients • Honda • Bank Mandiri • World Expo, Aichi, Japan • Jasa Marga • Tupperware Bagian 6 Terjun dalam Political Marketing • Foke-Prijanto • Partai Amanat Nasional Bagian 7 Satu atap di Ragunan Bagian 8 Tahan banting Ikhtisar

150 152 154 156 158 158 160 161 162 163 164 165 166 168 170 171

Bab 9 Visi 100 Tahun Ke Depan (2009 dan seterusnya) Bagian 1 Lanjutkan! Bagian 2 Di usia ke-40 Bagian 3 The Winning Formula Bagian 4 Kelompok perusahaan berstandar dunia • Fortune Indonesia • Fortune PR • Pelita Alembana • Fortune Adwicipta • Fortune Travindo Bagian 5 Bertahan untuk 100 tahun ke depan Bagian 6 Pemimpin masa depan Ikhtisar

174 176 178 180 180 182 184 186 188 190 192 195

Bab 10

Better and Younger

5

Kata Pengantar Penulis Fortune pernah membuat buku tentang perusahaannya di tahun 2005, dalam rangka merayakan HUT ke-35 Fortune Indonesia. Buku itu disusun oleh tim LP3S, suatu lembaga penelitian dan pendidikan ternama. Buku itu dibuat sebagai e-book dan tidak pernah terbit dalam bentuk hard copy atau buku cetak. Dengan judul ‘Berubah atau Punah’, buku itu sarat dengan informasi tentang perkembangan ilmu komunikasi dan periklanan dan lebih merupakan telahan ilmiah atas sejarah Fortune. Untuk 40 tahun Fortune, penulis mengusulkan kepada Indra Abidin, dan beliau menyetujuinya, agar konten buku dibuat lebih ringan agar easy reading, dan menceritakan perkembangan Fortune sejak tahun 1970 hingga sekarang dilihat dari sudut pandang warganya. Sebab dari hasil penelahaan penulis selama bekerja di Fortune, perusahaan ini bisa bertahan dan maju karena adanya kekuatan kepemimpinan yang ditunjukkan para founding fathersnya yang didukung oleh komitmen yang tinggi seluruh warga untuk menghasilkan yang terbaik, dengan semangat Hajar!! yang mencanangkan tidak ada yang tidak mungkin dan rasa kekeluargaan yang saling asih, asuh dan asah. Alhasil, buku ini merupakan satu ‘kisah perjuangan anak bangsa’, yang menggambarkan sejarah Fortune dari masa ke masa dengan sedikit latar belakang perkembangan situasi politik dan ekonomi serta dunia periklanan pada umumnya. Untuk itu, disamping membaca literatur tentang berbagai aspek perkembangan bangsa dan negara, penulis juga perlu mewawancarai langsung atau tidak langsung (yaitu melalui e-mail) sekitar 50 eks-warga dan warga Fortune yang turut berperan dalam membesarkan Fortune. Di dalam setiap bab, juga ada resume singkat masing-masing warga yang diwawancara. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa warga Fortune bukan saja berlatar belakang professional tetapi juga terdiri atas mereka yang berhasil naik jenjang karirnya karena bersemangat tinggi. Sayangnya, tidak semua eks-warga ataupun warga tergapai karena satu dan lain hal. Dan itu bukan berarti mereka tidak berperan -- semua warga dari Aang sampai ke Yacoub, dari Adi Karnadi sampai ke Rabiati, dari Iqbal ke Dudik, memainkan peranan mereka masing-masing dan memberikan sumbangsihnya. Hasil dari seluruh upaya itu adalah buku ini. Jelas masih jauh dari sempurna. Tetapi mudahmudahan berkenan di hati pembaca. Daradjat Achmad Natanagara ( 1944 - 2010 )

6

Sambutan 40 TAHUN FORTUNE INDONESIA

HAJAR!! Kisah perjuangan anak bangsa

Sambutan Dewan Komisaris

Atas nama seluruh anggota Dewan Komisaris PT Fortune Indonesia, Tbk., kami menyambut dan memberikan penghargaan kepada Fortune Indonesia yang telah memprakarsai terbitnya buku sejarah Fortune dalam rangka memperingati HUT ke-40 kelompok perusahaan komunikasi pemasaran ini. Terbitnya buku ini kami anggap sangat tepat karena tidak banyak perusahaan yang dapat bertahan sampai 40 tahun dan tetap bersemangat tinggi dan berprestasi. Dari buku ini, kita semua dapat memetik pelajaran dari kisah perjuangan anak bangsa membangun usaha praktis dari nol karena diwariskan perusahaan yang hampir bangkrut dan berhutang banyak menjadi perusahaan yang dapat disejajarkan dengan perusahaan multi-nasional. Dalam menelaah sejarah Fortune dari masa ke masa, kita semua dapat merasakan bagaimana warga Fortune harus bekerja keras, 24 jam sehari 7 hari seminggu untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat. Dan bagaimana semangat Hajar!! yang ditanamkan para pemimpin Fortune telah mendorong warga Fortune untuk pantang mundur sehingga di tengah krisis ekonomi dan moneterpun, Fortune bisa bertahan dan kemudian bangkit kembali. Dan hasil dari itu dapat kita saksikan dengan diraihnya kepercayaan klien-klien besar, termasuk instansi pemerintah, swasta nasional dan multi-nasional, untuk menangani berbagai program komunikasi pemasaran yang berskala nasional. Banyak diantaranya mengukir sejarah dan banyak memperoleh penghargaan nasional dan internasional. Tetapi tentu, kisah perjuangan tidak berakhir pada usianya yang ke-40. Perjuangan masih panjang dan harus diteruskan, sampai 100 tahun ke depan. Selamat atas terbitnya buku ini! Selamat berulang tahun yang ke-40!! Dedi Panigoro Komisaris Utama

7

Sambutan Direksi

Keberhasilan Fortune selama 40 tahun didasari oleh pembangunan kesamaan faham, sikap pandang dan perilaku yang dikembangkan dalam kerangka pembangunan kelembagaan Fortune yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kebersamaan. Selama 40 tahun, segenap warga bersama-sama membangun budaya usaha yang senantiasa saling melindungi, saling memajukan dan saling mendukung, dengan pemberian kesempatan yang sama untuk maju kepada segenap warganya yang memiliki kemauan, kemampuan dan integritas yang dikembangkan bersama secara berkelanjutan. Fortune menganut budaya usaha yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan bangsa kita sendiri. Semua dikelola dalam proses kerja disiplin yang disesuaikan terus menerus menurut perubahan tuntutan dan kebutuhan dari masa ke masa. Maka, kekuatan Fortune ke depan adalah menjalani 60 tahun lagi dengan berpegang teguh pada visi serta nilai-nilai budaya usaha yang diperkaya terus sejalan perubahan jaman guna mencapai tujuan dan harapan segenap warganya. Dan semua yang dikerjakan adalah demi tanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta selalu berada di jalan yang diridhoi Tuhan yang Maha Esa. Buku yang kami beri judul: “HAJAR!! Kisah Perjuangan Anak Bangsa” berusaha menangkap dan memaparkan jiwa dari azas kekeluargaan dan filosofi serta nilai-nilai kerja yang telah menjadi ciri khas perusahaan selama 40 tahun sejak berdirinya Fortune di tahun 1970 sebagai cabang perusahaan Australia sampai kemudian dikelola dan tumbuh kembang menjadi perusahaan nasional milik anak bangsa. Dan kisah perjalanan perusahaan melalui berbagai tantangan dari masa ke masa itu diungkap dari sudut pandang para pelaku sejarah itu, yaitu warganya sendiri. Memang tidak semua mendapat kesempatan untuk bercerita karena sudah tiada dan juga sulit dihubungi, dan mungkin ada yang kurang disana-sini. Tetapi dari kisah sekitar 50 warga yang pernah atau sedang berkiprah di Fortune ini, diperoleh gambaran yang menarik tentang sejarah 40 tahun Fortune. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai buku ilmiah dan tidak berbicara tentang ilmu komunikasi pemasaran ataupun periklanan. Buku ini lebih merupakan buku rujukan dan bacaan bagi mereka yang ingin mengetahui kisah tumbuh kembang sebuah perusahaan periklanan selama 40 tahun dan perannya bukan saja dalam pembangunan industri periklanan tetapi juga dalam pembangunan bangsa dan negara. Selamat membaca!

Indra Abidin Presiden Direktur

8



Sambutan Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I)

Pertama-tama, kami atas nama segenap anggota Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia ingin mengucapkan selamat kepada Fortune Indonesia yang tahun ini genap berusia 40 tahun. Tidak mudah untuk perusahaan apapun, termasuk perusahaan periklanan, untuk bertahan dan tetap jaya selama 40 tahun, dan merupakan prestasi tersendiri! Fortune Indonesia merupakan salah satu perintis perusahaan periklanan nasional, dan memainkan peranan penting dalam pembangunan industri periklanan di Indonesia, baik sebagai anggota P3I yang juga pernah diketuai Indra Abidin, maupun sebagai pelaku usaha industri periklanan itu sendiri. Kita mengenal prestasi yang dicapai oleh Fortune dalam menangani berbagai produk dan brand, termasuk berbagai kampanye social marketing, dan kita semua sedikit banyak telah belajar dari pengalaman Fortune selama 40 tahun ini. Pemikiran-pemikiran strategis, konsep kreatif dan inovasi yang terus dihasilkan Fortune merupakan inspirasi bagi kita semua. Kami juga mengucapkan selamat atas terbitnya buku: ”HAJAR!! Kisah Perjuangan Anak Bangsa” yang mengisahkan perjalanan perusahaan sejak berdiri di tahun 1970. Buku yang diterbitkan Fortune ini memperkaya literatur yang ada tentang usaha dan profesi periklanan dan jelas akan berguna bagi kita semua, terutama bagi para mahasiswa, profesional muda. Dunia menanti buku tahun ke-100 Fortune. Selamat!

Harris Thayeb Ketua Umum

9

40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indon Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 10Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah

nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indondonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 a 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indo11Fortune ndonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun tune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun hun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40

l a w A Kisah

Bagian 1

i p A a t e r e K Di Kisah perjuangan anak bangsa berawal di kereta api. Dalam perjalanan dari Sydney ke Melbourne, Australia di tahun 1969, C.K. Landell Jones, Presiden Direktur Fortune Internasional yang berbasis di Sydney, secara kebetulan bertemu dengan Duncan Bluck, Direktur Pelaksana Cathay Pacific, perusahaan penerbangan yang berbasis di Hong Kong. Dalam pembicaraan di luar rencana itu, Landell Jones berhasil mendapatkan Cathay Pacific sebagai klien Fortune International, dengan syarat Fortune International harus membuka kantor dimana Cathay Pacific mendarat di Asia. Pada waktu itu, Fortune International sudah mempunyai jaringan yang luas di Asia dengan kantor di Hong Kong sebagai kantor regional dan di Bangkok, Kuala Lumpur, Manila dan Singapura. Sementara Cathay Pacific bermaksud melebarkan sayapnya ke Indonesia. Fortune International mengajak kerjasama Mochtar Lubis, yang waktu itu memimpin IndoConsult, perusahaan konsultan manajemen Indonesia terkemuka di masa itu. Pada bulan Mei tahun 1970, Cathay Pacific mulai mendarat di Jakarta. Dua bulan kemudian, Fortune Indonesia Advertising and Marketing Consultants -- demikian nama awal Fortune Indonesia -mulai beroperasi.

12



Indonesia di waktu itu sedang menata kembali ekonominya dan mulai menjalankan program ekonomi berjangka panjang. Pada tahun 1969, Garis-Garis Besar Haluan Negara atau GBHN untuk pembangunan jangka panjang telah disahkan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama atau Repelita I diluncurkan. Dengan dukungan Dana Moneter Internasional, Bank Dunia dan negara-negara Barat, Indonesia beralih dari negara dengan sistim ekonomi sosialis menjadi negara yang menganut ekonomi pasar. Dengan disahkannya Undang-Undang Penamanan Modal Asing di tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri di tahun 1968, Indonesia membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor baik asing maupun dalam negeri, dan cukup banyak perusahaan nasional dan multi-nasional memanfaatkan peluang yang diberikan untuk memasuki pasar Indonesia yang potensial itu dan menjual produk dan jasanya. Semuanya tentu membutuhkan pemasaran dan periklanan.

Indonesia membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor baik asing maupun dalam negeri

13

n a l k i h a Sejar Iklan sudah lama dikenal di Indonesia. Iklan dalam arti sesungguhnya pertama kali muncul di surat kabar Bataviaasche Nouvelieso pada penerbitan bulan Agustus di tahun 1744, yang berisi informasi tentang perdagangan, pelelangan dan pengumuman resmi pemerintah. Surat kabar yang pertama kali memuat iklan-iklan produk adalah Tjahaya Siang, yang terbit di Minahasa, berupa iklan baris untuk produk obat-obatan tradisional yang dimuat pada tahun 1825. Surat kabar lain yang juga mulai memuat iklan adalah Bintang Timoer dan Advertentie Blaad yang terbit di Jakarta. Pada tahun 1870an, mulai beredar iklan brosur berisi promosi perusahaan komersial dan juga iklan display. Pada awal abad ke-20, perusahaan periklanan atau biro reklame, demikian istilah awalnya, mulai bermunculan, meskipun tidak bertahan lama karena kesulitan ekonomi. Baru pada tahun 1930-1942, biro reklame bangkit kembali. Ada biro iklan besar milik Belanda dan menengah dan kecil milik warga Tionghoa dan pribumi. Iklan yang dikeluarkan semakin beragam, dari iklan pasta gigi dan batik ke iklan pencarian kerja dan pernikahan. Pada masa Perang Dunia ke II, iklan menjadi alat propaganda, dan sempat dimanfaatkan untuk tujuan sama oleh penjajah Jepang di Indonesia. Pasca-kemerdekaan RI, tampil iklan imbauan untuk menyumbang bagi kepentingan perjuangan, pertahanan kemerdekaan dan pembangunan sekolah.

14



15

e m a l k e R o r i B i r Da Pada tahun 1963, berdiri perusahaan InterVista Ltd. dibawah pimpinan Nuradi, seorang mantan diplomat yang pernah bekerja pada perusahaan periklanan SH Benson di Singapura. Banyak pihak menganggapnya sebagai perintis periklanan modern di Indonesia. Tidak lama kemudian, juga berdiri Bhineka, perusahaan pimpinan Muhammad Napis, yang waktu itu menjadi Ketua Persatuan Biro Reklame Indonesia. Industri periklanan memang masih sedang berkembang. “Tahun 70an, yang disebut periklanan modern belum terasa di Indonesia. Kalau orang bicara iklan, adalah Biro Iklan atau kolportir iklan atau agen atau Biro Reklame,” kata Herman Mulyadi Sulaeman yang mulai bekerja di Fortune pada bulan Oktober 1971 sebagai Asisten Pembukuan/Accounting dan Kasir. “Image Biro Reklame adalah yang bikin spanduk, cap di pinggir jalan atau media broker yang memasang iklan di media atau membuat gambar iklan,” katanya. “Jadi kalau

bilang bekerja di biro iklan, dianggap membuat cap atau spanduk, bukan suatu profesi yang dihargai. Tidak ada yang mau bekerja di biro iklan,” lanjutnya. Sejalan dengan perkembangan bahasa Indonesia, pada tahun 1972 istilah biro reklame diganti menjadi “perusahaan periklanan”, yang memang dimaksudkan untuk membedakan pencitraan dari biro reklame di pinggir jalan. Nama Asosiasinyapun, yang sebelumnya adalah Persatuan Biro Reklame Indonesia atau PBRI, berganti menjadi Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia atau PPPI. P3I, demikian sebutan yang lazim digunakan, kelak berperan besar dalam membangun industri periklanan di Indonesia, dan diantara tokoh yang pernah memimpinnya adalah Indra Abidin.

foto biro reklame jaman dulu

16



t a s e p h u b m u t Media Media juga mulai tumbuh. Di Ibukota Jakarta, surat kabar berbahasa Indonesia sudah terbit sejak Perang Dunia, antara lain: Merdeka, Indonesia Raya, Pedoman dan Abadi. Pada tahun 1970an jumlah surat kabar sudah cukup banyak. Kompas telah berdiri di pertengahan tahun 1965, kemudian menyusul antara lain Sinar Harapan, Berita Yudha dan Pelita. Juga ada majalah bulanan dan majalah berita mingguan, diantaranya Selecta, Varia dan kemudian Kartini dan Femina, Ekspress dan Tempo. Surat kabar juga terdapat di beberapa ibukota propinsi utama, seperti Pikiran Rakyat di Bandung, Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, Jawa Pos di Semarang, Surabaya Pos di Surabaya, Fajar di Makassar, Haluan di Padang dan Waspada di Medan. Satu-satunya stasiun televisi waktu itu adalah TVRI, stasiun milik pemerintah yang berdiri tahun 1962 sewaktu Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games (baru pada tahun 1989, televisi swasta pertama, RCTI, berdiri). Awalnya, TVRI tidak memuat iklan, tetapi pada tahun 1971, TVRI mulai memperkenalkan program “Manasuka Siaran Niaga”, yang berisi iklan komersial. Sementara meskipun hanya ada satu radio pancaran nasional, yaitu RRI yang milik pemerintah, semakin banyak radio lokal swasta bermunculan di kota-kota besar. Pertumbuhan pesat media di tahun 1970an yang tentu butuh iklan sebagai sumber penghasilan mengakibatkan pertumbuhan periklanan yang cukup pesat.

17

n a n a l k i r e P i r t s Indu Seiring dengan pertumbuhan media di tahun 1970an, jumlah pemasang iklan juga turut bertambah banyak. Dengan terbukanya pintu investasi, maka berbagai merek internasional mulai bermunculan di Indonesia, seperti Coca Cola, Toyota, Fuji Film, dan lain-lain. Demikian juga, dengan adanya kemudahan memperoleh kredit penanaman modal, merek-merek lokal juga bertumbuh pesat, khususnya dalam industri farmasi. Diantaranya adalah Bodrex, Paramex dan Enterostop – yang ternyata tetap populer sepanjang masa. Pada tahun 1972, belanja iklan menurut buku Cakap Kecap (1972-2003) terbitan P3I yang mengutip majalah TEMPO waktu itu sudah mencapai Rp. 4 miliar, naik dari Rp. 2,5 miliar di tahun sebelumnya. Industri periklanan nasional juga mulai semakin ramai. Di tahun 1971, disamping Intervista dan Bhineka, sudah ada Fortune, Matari dan Perwanal serta sejumlah perusahaan lain seperti Poliyama, Larisa dan Artek ‘n Partner. Juga, seiring masuknya produsen multi-nasional seperti Unilever (yang kemudian mendirikan perusahaan periklanan internal bernama Lintas) dan merek-merek internasional seperti Coca Cola, perusahaan periklanan multi-nasional seperti Metro/ Publicis, AdForce/J. Walter Thompson dan Indo-Ad/Ogilvy dan McCann Ericsson juga mulai berkiprah di Indonesia untuk melayani klien-klien multi-nasionalnya. Pada masa awalnya, Fortune Indonesia waktu itu berkantor di Jalan Haji Agus Salim No. 19, sebuah rumah di bilangan Menteng di pusat Jakarta. Waktu itu masih sedikit sekali gedung perkantoran, dan sebagian besar gedung dihuni oleh perusahaan negara atau instansi pemerintah. Pada akhir tahun 1973, Fortune pindah ke Cempaka Putih.

18



Pada masa awalnya, Fortune Indonesia waktu itu berkantor di Jalan Haji Agus Salim No. 19

19

Bagian 2

d r a l l o P d r a h Ric

Fortune International merupakan salah satu perusahaan periklanan terbesar di Australia dan mempunyai klien-klien yang besar, diantaranya Woolworths, Toyota, Castrol dan Cathay Pacific. Kantor regional mereka berada di Hong Kong dan mereka sudah punya kantor di Singapura. Pimpinan kantor Fortune Singapura adalah Richard Pollard, seorang warganegara Inggris. Dialah yang dikirim ke Jakarta untuk mendirikan kantor Fortune Indonesia dan menjadi General Manager-nya.

20

Richard Pollard merupakan seorang yang sudah lama berkiprah dalam dunia periklanan, dan sebelum memimpin kantor Fortune International di Indonesia, ia pernah bertugas di Hong Kong, Kuala Lumpur dan Singapura. Selebihnya, tidak banyak yang tahu tentang latar belakangnya. ”Richard Pollard adalah seorang profesional yang tekun dan komunikatif”, cerita Otto Munaf, yang menjadi Asisten General Manager di bawah Richard Pollard. ”Saya banyak belajar dari dia; bagaimana membuat suatu proposal perencanaan iklan bagi client, media dan outdoor, bagaimana teknik-teknik menghandle client sewaktu memberikan presentasi, bagaimana mengatasi complaint client, dan sebagainya,” kata Otto. Richard Pollard cukup aktif mencari klien. ”Pak Richard mencari sendiri klien-klien baru, dan berhasil memperoleh Caterpillar dan (rokok) Gold Bond sebagai klien baru,” kisah Jos Arasroesto, Art Director yang masuk Fortune awal tahun 1972. Richard Pollard juga suka berhubungan langsung dengan para executive dan orang kreatif. ”Saya suka didatangi Pak Richard untuk mengerjakan art work yang dibutuhkan untuk kliennya,” kata Jos lebih lanjut. ”Ia merupakan General Manager yang baik, ’established’, dan bekerja sesuai dengan kebutuan waktu itu,” cerita Asri Usuluddin, yang masuk akhir tahun 1971, awalnya sebagai Trainee Executive, istilah untuk Account Executive waktu itu. ”Richard Pollard juga termasuk yang pertama merekruit talenta artis untuk iklan-iklan klien internasional kita,” ceritanya. Pendapat serupa disampaikan oleh Widodo Suroso, yang masuk Fortune pada awal 1972 sebagai Make-Up Artist. ”Richard Pollard bagus sekali, teliti dan sangat peduli kepada karyawan,” kenang Widodo.



Richard Pollard adalah seorang profesional yang tekun dan komunikatif Richard Pollard beristeri seorang Melayu atau pribumi Malaysia, dan karenanya lebih mudah menyesuaikan diri dengan budaya Asia. Ia konon masuk Agama Islam dan menambah nama Rashad sebagai nama tengah sehingga nama lengkapnya menjadi Richard Rashad Pollard. Di Jakarta ia menjadi anggota Subud. ”Pak Richard orangnya ramah dan selalu menyapa kita,” tutur Umi Karyono yang waktu itu menjadi staf administrasi di bagian Production. ”Ia selalu siap dan rajin mengontrol,” katanya. Pak Nolly Sadeli, yang waktu itu statusnya masih sebagai pengemudi, juga berpendapat sama. ” Pak Richard orangnya baik dan selalu santun,” katanya.

21

Bagian 3

s i b u L r a t h Moc

Siapa tidak kenal Mochtar Lubis? Tetapi hanya sedikit orang yang tahu bahwa ia adalah pendiri Fortune Indonesia Advertising and Marketing Consultants. Mochtar Lubis lebih dikenal sebagai wartawan yang mendirikan surat kabar Indonesia Raya di tahun 1949. Pada tahun 1956, Indonesia Raya membongkar sejumlah ”affair”, termasuk kisah hubungan Presiden Soekarno dengan Hartini yang mengakibatkan Nyonya Fatmawati marah dan kemudian meninggalkan istana, dan kasus korupsi yang dilakukan Ruslan Abdulgani, Menteri Penerangan dalam kabinet Burhanuddin Harahap. Presiden Soekarno marah-marah dan Mochtar Lubis ditahan dan kemudian dipenjarakan di Madiun sampai tahun 1966. Korannya pun ditutup bersama dengan koran seperjuangan lainnya, Pedoman dan Abadi.

22



Mochtar Lubis mempunyai hubungan yang baik dengan seluruh staf Fortune dan suka memberikan inspirasi kepada staf. Pada tahun 1968, dibawah pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia Raya diizinkan terbit kembali dan Mochtar Lubis kembali membuat gempar dengan membongkar kasus korupsi di Pertamina, yang mengakibatkan Letnan Jenderal Ibnu Sutowo kemudian mundur sebagai Direktur Utama Pertamina. Pada tahun 1974, terjadi aksi demonstrasi oleh mahasiswa terhadap kedatangan Perdana Menteri Kakeo Tanaka dari Jepang, dan terjadi banyak kebakaran dan kerusuhan. Presiden Soeharto menutup sejumlah surat kabar, termasuk Indonesia Raya, dan Mochtar Lubis-pun ditahan selama dua bulan. Disamping sebagai wartawan, Mochtar Lubis juga dikenal sebagai sastrawan dan penulis novel. Diantara novelnya yang paling dikenal adalah ”Harimau, Harimau” dan ”Senja di Jakarta”. Setelah bebas dari tahanan ia mendirikan majalah sastra Horizon dan memimpin Yayasan Obor Indonesia dan juga aktif dalam berbagai organisasi jurnalistik internasional seperti Press Foundation of Asia. Mochtar Lubis dikenal diantara kerabatnya sebagai seorang yang memiliki kekuatan dalam menjalin hubungan atau public relations yang memiliki antusiasme tinggi untuk memperjuangan kebenaran, apakah di bidang ekologi, demokrasi, keadilan ataupun hukum. Pada tahun 1970, Mochtar Lubis, yang memimpin perusahaan konsultan manajemen IndoConsult, dihubungi oleh Richard Pollard untuk mendirikan kantor Fortune di Jakarta. Mochtar Lubis tidak banyak terlibat dalam urusan bisnis atapun manajemen Fortune.” Ia jarang masuk kantor

dan selama sepuluh tahun pertama, ia tidak terima gaji dari Fortune,” kata Mulyadi Sulaeman.”Beliau bukan orang iklan,” cerita Otto Munaf,” dan menyerahkan urusan kantor ke Richard Pollard dan saya”. Tetapi, Mochtar Lubis mempunyai hubungan yang baik dengan seluruh staf Fortune dan suka memberikan inspirasi kepada staf. ”Beliau (pernah) berpesan: maksimalkan layanan kepada klien-klien kita, rebut setiap peluang yang timbul dan kalau ada kesulitan, beritahukan saya,” demikian ingat Otto Munaf tentang Mochtar Lubis. Mungkin sumbangsih paling besar yang diberikan kepada Fortune adalah idealismenya, keberanian dan konsistensi, nilai-nilai yang masih bertahan hingga sekarang.

23

Bagian 4

" f f a t S l a c o L " n a d t a i r Ekspa t

Richard Pollard tahun 1973 diganti oleh Peter Carton, orang Australia yang tadinya bekerja di kantor Fortune di Hong Kong. Berbeda dengan Richard Pollard, yang dikenal santun itu, Peter Carton dikenal sangat disiplin dan kurang luwes dalam berinteraksi dengan stafnya. Pada tahun 1974, Peter Carton diganti oleh John Lanham, yang dianggap paling berjasa dalam mendidik staf Fortune tentang ilmu periklanan modern. Fortune International juga menempatkan sejumlah tenaga asing atau ekspatriat lainnya. Diantaranya adalah Glenn Bruce.

24

Glenn Bruce telah bekerja selama dua tahun di kantor Fortune International di Sydney. ketika ada tawaran kepada staf Fortune untuk ditempatkan di Jakarta sebagai tenaga creative dan client service. ”Saya tidak tahu mengapa, tidak ada yang mau kerja di Jakarta, sehingga saya satu-satunya yang melamar,” cerita Glenn. ”Saya mau terima pekerjaan apa saja di Jakarta, sehingga waktu tawaran itu disampaikan kepada saya, saya menerimanya,” katanya lebih lanjut. Glenn mulai bekerja di kantor Fortune di Indonesia pada tahun 1972 sebagai Creative Advisor dan membantu”brand teams” dalam kreatifnya. ”Waktu itu,” katanya, ”Fortune mempunyai tujuh orang ekspatriat, dan tidak mungkin kantor membiayai begitu banyak ekspatriat, dan merugi karenanya.” Karena merugi, satu per satu ekspatriat dipulangkan sehingga pada tahun 1974 tinggal John Lanham dan Glenn Bruce, dan setelah John Lanham pergi di tahun 1977, tinggal dialah satusatunya ekspatriat sampai tahun 1982. Pada tahun 1975 ada pikiran dari Fortune International untuk menutup kantornya di Jakarta dan mengurus usaha Indonesia dari Singapura atau



Saya dan Richard Pollard boleh dikatakan merupakan duo pertama yang membangun Fortune, karena pada awalnya hanya kita berdua yang mondar-mandir kesana kesini cari klien Kuala Lumpur. Tetapi mungkin disitulah peran paling besar dari Glenn Bruce ketika dia merekrut Indra Abidin, sehingga Fortune tidak jadi tutup. Itu adalah cerita tersendiri. Pada tahun-tahun pertama berdirinya Fortune, ada sekitar 20an tenaga Indonesia, yang disebut sebagai ”local staff” atau staf lokal. Kalau ingin menyebut staf lokal pertama yang bekerja di Fortune Indonesia, itu adalah Otto Munaf. Dialah yang pada kwartal ketiga tahun 1969 diajak oleh Mochtar Lubis untuk bertemu Richard Pollard guna membicarakan pendirian kantor Fortune International di Jakarta. Tiga bulan kemudian, di awal 1970, berdirilah Fortune Indonesia Advertising and Marketing Consultants -- selanjutnya disebut Fortune atau Fortune Indonesia -- dengan Richard Pollard sebagai General Manager. Otto sendiri, yang waktu itu baru berusia 22 tahun, diangkat sebagai Assistant General Manager merangkap Account Executive. “ Saya dan Richard Pollard boleh dikatakan merupakan duo pertama yang membangun Fortune, karena pada awalnya hanya kita berdua yang mondar-mandir kesana kesini cari klien,” katanya. Dan memang Otto dipercaya menangani klienklien pertama Fortune Indonesia waktu itu, yaitu Caterpillar bersama Trakindo Utama sebagai dealernya dan rokok Gold Bond. “Waktu itu, klien saya sangat ‘tough’ dan sangat rewel, tapi client is client, dan kita harus siap untuk menghadapinya,” katanya. Betul sekali. Staf lainnya yang juga masuk di tahun pertama berdirinya Fortune adalah Nolly Sadeli, yang mulai bekerja tanggal 23 September 1970 sebagai pengemudi. Tapi berkat ketekunannya ia kemudian dipekerjakan di bagian Traffic dan di bagian Production. ”Pengetahuan saya waktu baru masuk masih meraba-raba dan masih ingin mencari tahu tentang ilmu-ilmu yang saya ingin pelajari”, cerita Nolly dan dalam

jabatan baru saya, saya perlu waktu cukup lama untuk belajar dan menekuni setiap pekerjaan”. Ia merasa bisa dipercaya untuk memikul tanggung jawab yang lebih tinggi karena mendapat dukungan dari pimpinan. ”Saya diberi semangat tinggi untuk serba ingin tahu dan (akhirnya) bisa melakukan sesuatu dengan kemampuan yang saya miliki,” lanjutnya. Ingin tahu dan ingin maju. Yang juga masuk Fortune di awal sejarahnya adalah Odih Saidi. Ia mulai kerja sebagai messenger atau sekarang disebut OB. Tetapi orang yang dikenal pendiam dan tertutup ini memiliki keinginan keras dan percaya diri yang tinggi dan kemudian berhasil memangku jabatan sebagai Media Buyer/ Manager. Luar biasa. Tientje Murtiningsih menjadi Receptionist ketika masuk Fortune in awal 1971, dan berada di front desk jadi tidak tahu banyak apa yang dikerjakan ”orang dalam”. Tetapi ia juga ikut menjadi typist dan suka membantu Kartini Suparwoto, sekretarisnya Richard Pollard. Ia keluar dari Fortune di tahun 1973 dan bekerja di Tesoro, sebuah perusahaan minyak Amerika. Tetapi begitu cintanya kepada Fortune sehingga ia sering datang ke Fortune untuk membantu mengetik dan menjalankan tugas-tugas lain. Seorang ”Fortuner” tulen. Di akhir tahun itu, tepatnya 1 Oktober 1971, Herman Mulyadi Sulaeman masuk Fortune. Bermula di bagian Accounting, ia kemudian menjadi Direktur Keuangan dan Direktur Fortune Indonesia. Pada awalnya, ia kerap membantu bagian-bagian lain. ”Saya awalnya juga ikut di media dan production,” kata Mulyadi. ”Waktu itu ada toleransi tinggi, jadi kalau ada kekurangan tenaga di media atau production ikut membantu. Juga copy checking untuk kreatif,” ceritanya. Staf Fortune sejak awal mempunyai latar belakang yang

25

beraneka-ragam. ”Ada insinyur, dokter, ahli biologi dan lain-lain, tetapi rata-rata mereka semua senang marketing.” kisahnya. ”Juga ada banyak orang asing, pernah sampai tujuh. Mereka membawa budaya kerja yang kadang-kadang membawa ketegangan, tapi di antara orang Indonesia, masih kompak,” lanjutnya. Kebersamaan dan kekompakan ini akan terus menandai suasana kerja di perusahaan periklanan ini. Asri Usuluddin masuk tidak lama kemudian sebagai Executive atau istilah sekarang Account Executive, setelah terlebih dahulu menjalani pelatihan selama tiga bulan. ”Tugas saya waktu itu adalah menterjemahkan iklan-iklan untuk klien internasional ke dalam konteks Indonesia,” ceritanya. Salah satu klien yang ia tangani adalah Bayer, yang pada tahun 1973 menarik dia menjadi staf marketing mereka. Tetapi ia pun kembali ke Fortune empat tahun kemudian atas ajakan Indra Abidin, General Manager yang menggantikan John Lanham di tahun 1978. Umi Karyono masuk Fortune di akhir tahun 1971 sebagai staf administrasi di bagian Production, dan dua tahun kemudian diperbantukan pada bagian Media. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi Sekretaris Indra Abidin. ”Cukup banyak staf Fortune yang berhasil naik jenjang karirnya, seperti Pak Odih Saidi dan Pak Nolly Sadeli,” kisahnya. ”Mereka naik jenjang karena memang skill mereka cukup menunjang tetapi mereka juga diberi kesempatan oleh pimpinan.” Profesionalisme dan peluang, itulah yang membuat Fortune bisa maju. Pada tanggal 2 Januari 1972, masuklah Jos Arasroesto sebagai Art Director. Tugas Art Director waktu itu juga merangkap sebagai Studio Manager, menyiapkan LayOut/Creative Design dan mengerjakan Finished Artwork,

26

Materi Pra-cetak untuk Lay-Out yang sudah disetujui serta mengatur kepentingan dan kelancaran pekerjaan di studio. ”Saat itu, dunia komputer belum dikenal,” tutur Jos, ”dan semua dikerjakan secara manual yang sangat tergantung pada kemampuan indivudi yang mengerjakan.” Fortune waktu itu sudah punya banyak klien, sebagian besar klien internasional, dan, semua staf dituntut kerja keras. ”Tiada hari tanpa lembur!” katanya. ”Lembur bisa sampai jam 6 pagi sedangkan pada jam 8 sudah harus masuk kerja dengan absensi yang cukup ketat,” lanjutnya. Tetapi semuanya ditangani dengan penuh kenyamanan dan tanggung jawab serta kebersamaan yang menjadi penunjang keberhasilan semua dalam menyelesaikan pekerjaan. Dan sikap nyaman dan tanggung jawab itu berlanjut. Pada bulan dan tahun yang sama, Widodo Suroso mulai berkiprah di Fortune awalnya sebagai Make-Up Artist tetapi kemudian menjadi Art Director dan kelak bergabung ke dalam salah satu anak perusahaan Fortune, yaitu Adwitya Alembana pimpinan Kasman Ardan. ”Tugas saya sebagai make-up artist adalah membikin art work dengan menggunakan paste-up berdasarkan layout yang disetujui klien,” ceritanya. Semua dilakukan dengan alat-alat yang masih sederhana. ”Setting pakai rugos atau letra-set, dan ilustrasi digambar sendiri atau menggunakan foto,” katanya. Tetapi semua ia lakukan dengan semangat tinggi sekalipun harus lembur hingga pagi untuk memenuhi deadline klien. Cikal bakal semangat ”kendu” Fortune hingga sekarang. Masih banyak lagi nama-nama perintis Fortune Indonesia yang belum dikisahkan, karena memang sudah almarhum atau sulit dihubungi. Tetapi semuanya berjasa dan tidak terlupakan oleh generasi-generasi berikutnya dalam mengantarkan Fortune menjadi perusahaan periklanan



Ikh tisar Fortune Indonesia pada masa awalnya hadir di Indonesia karena Fortune International, perusahaan periklanan yang berbasis di Sidney, Australia, memperoleh perusahaan penerbangan regional, Cathay Pacific, sebagai klien dengan syarat harus membuka cabang dimana perusahaan penerbangan itu mendarat. Dengan nama Fortune Indonesia Advertising and Management Consultants, manajemen perusahaan sepenuhnya ditangani oleh tenagatenaga asing yang ditempatkan oleh Fortune International. Peran anak bangsa sangat terbatas kecuali menjadi asisten dan tenaga teknis. Tetapi, meskipun harus bekerja dengan peralatan yang masih sangat sederhana, mereka menghasilkan karya-karya yang memuaskan klienkliennya. Industri periklanan di Indonesia masih terhitung baru, maka kehadiran Fortune Indonesia beserta tenaga ekspatriatnya membantu memperkenalkan sistem periklanan modern di Indonesia. Juga karena baru ada sedikit perusahaan periklanan dalam arti sesungguhnya dan bukan sekedar biro reklame yang memasang iklan barus atau spanduk, maka kehadiran Fortune Indonesia, bersama dengan Bhineka yang didirikan M. Napis dan Intervista yang dirikan Nuradi, dapat dikatakan merintis perkembangan industri periklanan di Indonesia yang kemudian tumbuh kembang dengan cepat. Peran Mochtar Lubis, seorang pejuang pers dan demokrasi, sebagai pendiri Fortune Indonesia juga tercatat dalam sejarah sebagai perintis industri periklanan di Indonesia. Dari cikal bakal sebagai cabang perusahaan asing itu, Fortune bersama anak bangsa tumbuh kembang meraih semakin banyak klien dan mempertajam kemampuannya untuk nasional terdepan. menghasilkan karya kreatif yang berkualitas sambil menambah ilmu yang diperoleh dari tenaga-tenaga ahli dari luar negeri itu.

27



n a r a j a l e b m e P Ma sa

Bagian 1

a i l a r t s u A n a g n e d a m a s Kerja Delapan tahun pertama Fortune Indonesia di Indonesia merupakan masa pembelajaran bagi staf Indonesia menuju peralihan penuh dari Fortune International Australia ke tangan anak bangsa. Masa itu ditandai oleh kepemimpinan Mochtar Lubis yang bekerjasama dengan Fortune International, Australia melalui Technical Management Contract. Berdasarkan perjanjian itu, Fortune International menempatkan orangnya sebagai General Manager dan sejumlah ekspatriat untuk menjalankan kantor Fortune di Jakarta. Disamping pendanaan yang disediakan mereka untuk operasionalisasi kantor, rasional di belakang itu juga adalah bahwa Fortune International mempunyai jaringan regional yang kuat dan dapat menawarkan jaringan regional itu kepada klien-klien regional atau multinasional. Dan memang dalam masa kerjasama itu, Fortune International berhasil memperoleh tambahan klien selain Cathay Pacific, yaitu Caterpillar, perusahaan alat-alat berat dengan dealernya PT Trakindo, obat Naspro, dan rokok Gold Bond sebagai klien regional, termasuk Indonesia.

30


Bagi staf lokal, kerjasama dengan Fortune International membawa cukup banyak manfaat. Tenaga-tenaga ekspatriat mengajarkan kedisplinan dan kerja keras dan ketepatan memenuhi deadline. ”Mereka membawa konsep baru periklanan sebagaimana sekarang dengan strategi marketing, dan sebagainya,” kata Herman Mulyadi Sulaeman. Hal senada juga disampaikan oleh Johnny Sunarya, yang masuk tahun 1974 sebagai staf Accounting. “Mereka mengajarkan kita bukan saja ilmu periklanan tetapi juga ilmu manajemen,” katanya. Kerjasama itu juga memudahkan Fortune Indonesia memperoleh klien-klien multi-nasional melalui hubungan antara ekspatriat di Fortune dan di klien potensial. “Klien-klien Fortune Indonesia waktu itu senang kalau ada orang asing di Fortune Indonesia,” kata Otto Munaf. “Juga kalau ada masalah, Fortune International mengirim orang dari kantor regional atau kantor pusatnya untuk membantu”, lanjutnya.


management, untuk memperoleh tambahan ilmu di luar negeri. “Tahun 1976, saya dikirim ke Hong Kong untuk belajar di Fortune Far East,” kata Yos Arasroesto, Art Director. “Meskipun kondisi di Indonesia berbeda, banyak hal yang bisa diterapkan di Jakarta, dan dengan inovasi tata cara kerja, produktivitas bisa makin ditingkatkan,” lanjutnya. Masa kerjasama dengan Fortune International itu memang merupakan masa pembelajaran bagi Fortune Indonesia. Kerjasama itu berakhir pada tahun 1984 ketika Cathay Pacific tidak lagi ditangani Fortune International dan merekapun angkat kaki dari Indonesia. Fortune International kemudian di jual kepada suatu perusahaan kecil bernama Sherbourne Baker Williams, yang juga kemudian tenggelam. Kantor Fortune International di Hong Kong, Filipina, Malaysia dan Singapura juga tutup semua. Hanya Fortune Indonesia yang tetap beroperasi.

Kerjasama itu juga memberi kesempatan kepada beberapa diantara staf lokal, terutama di bidang kreatif dan account

31

Bagian 2

n i d i b A a r Ind

Pada awal tahun 1973, Indra Abidin masih bekerja di Indo-Ad/Ogilvy and Mather (O&M) sebagai Account Executive. Pada satu saat, Glenn Bruce, ekspatriat Australia yang belum lama masuk Fortune Indonesia bertemu dengan Indra Abidin. “Saya sangat terkesan dengan Indra waktu pertama kali kita bertemu,” ceritanya. “Indra Abidin lancar berbahasa Inggris, memiliki kepribadian yang kuat dan menunjukkan kualitas kepemimpinan,” katanya. Glenn mengajak Indra Abidin untuk bergabung ke Fortune. Pada tahun itu juga, Indra Abidin, lulusan Fakultas Seni Rupa, Institut Teknologi Bandung angkatan 1965, mulai berkiprah di Fortune Indonesia, membuka sejarah baru dalam perjuangan anak bangsa. 32



Ia ingin agar karya-karya kita harus tampil beda dengan ide-ide gila jika dibandingkan dengan Agency lain. Pemikirannya adalah bagaimana kita bisa menjadi no. 1 dalam percaturan periklanan di Indonesia Awalnya diperbantukan pada bagian kreatif bersama Glenn Bruce, Indra Abidin kemudian menjadi Creative Manager. Disamping menangani aspek kreatif, Indra Abidin juga aktif mendukung tim account management dalam memperoleh klien bagi Fortune, dan tidak lama kemudian diangkat sebagai Account Manager. ”Pak Indra Abidin selalu memikirkan kemajuan Fortune, dan sering mengajak brainstorming antara staf Creative,” cerita Ibnu Khurie, yang masuk Fortune Indonesia di tahun 1977 sebagai Creative Manager. ”Ia ingin agar karya-karya kita harus tampil beda dengan ide-ide gila jika dibandingkan dengan Agency lain. Pemikirannya adalah bagaimana kita bisa menjadi no. 1 dalam percaturan periklanan di Indonesia,” lanjutnya. Suatu cita-cita yang dipegang teguh dan kelak menjadi visi utama Fortune. Sebagai pribadi, Indra Abidin dikenal dekat dengan seluruh staf. ”Staf dapat terbuka dan langsung menghadap dan menyampaikan problema yang dialami kepada beliau,” cerita Umi Karyono, staf administrasi yang kemudian menjadi Sekretaris Indra Abidin. Tetapi dibalik ketulusan hatinya, Indra Abidin juga berhati baja dan seorang pekerja keras. ”Jika beliau bilang A, ya harus A. Beliau sangat energik. Selalu datang pagi dan pulang paling malam,” tutur Umi lebih lanjut. Penilaian yang diungkapkan banyak orang. Pada tahun 1978, Indra Abidin menjadi General Manager menggantikan John Lanham dari Fortune International yang habis masa tugasnya di Indonesia. Mengingat ke belakang, Glenn Bruce merasa bahwa masuknya Indra Abidin ke Fortune Indonesia merupakan tonggak sejarah bagi perusahaannya. ”My greatest achievement and memorable moment working in Fortune was when I succeeded in convincing Indra Abidin

to join Fortune (Pencapaian saya yang terbaik dan kenangan paling melekat bekerja di Fortune adalah ketika saya berhasil mengajak Indra Abidin masuk Fortune),” tutur Glenn. ”The company was almost closed and the presence of Indra Abidin helped to avoid it (Perusaahaan hampir ditutup, dan kehadiran Indra Abidin telah membantu menghindarinya),” katanya lebih lanjut. Ke depan, Indra Abidin berhasil membangun Fortune Indonesia dan di mata semua orang merupakan personafikasi Fortune Indonesia. “No Fortune without Indra Abidin, it was Indra’s creation (Tidak akan ada Fortune tanpa Indra Abidin, ia adalah ciptaan Indra),” kata Roddy McRae, orang Inggris yang pertama kali masuk Fortune tahun 1986 sebagai Creative Director dan berperan dalam beberapa account besar Fortune. ”From a stumbling regional agency to becoming a successful exception company (Dari sebuah agency regional yang amburadul menjadi suatu perusahaan yang sukses dan luar biasa),” lanjut Roddy.

FOTO KEGIATAN PAK INDRA ABIDIN (OLD PHOTO)

33

Bagian 3

g n a b m e k r e B n a d r a b i k r Be Pada masa pembelajaran ini, situasi periklanan belum terlalu ramai, sehingga persaingan belum begitu ketat. Tetapi Fortune Indonesia, yang sudah menempati kantor baru di Cempaka Putih di tahun 1977, sudah mulai menawarkan jasa periklanan yang lebih luas. ”Fortune Indonesia bukan sekedar membuat materi iklan tetapi bisa membuat strategi,” kata Mulyadi Sulaeman, serta berbagai jasa lainnya yang diberikan melalui sejumlah anak perusahaannya. Mulai tahun 1978, Fortune Indonesia mendirikan sejumlah anak perusahaan, yaitu Fortune Indonesia yang menangani periklanan, Adwitya Alembana untuk bidang ekshibisi, Fortune Compsett yang melayani setting computer untuk percetakan dan penerbitan, Fortune Visuals yang melakukan kegiatan film dokumenter, Fortune Pramana Rancang untuk bidang Public Relations, Cipta Kalyana untuk usaha periklanan dan Mara Gita Madya (MGM) yang menjalankan Sales Promotion. ”Perusahaan-perusahaan

34

itu menjadi profit center bagi Fortune Indonesia,” kata Ibnu Khurie, yang menjadi General Manager Fortune Compsett dibawah Herman Mulyadi Sulaeman sebagai Direktur. Untuk mengelola semua itu, Fortune Indonesia membuat wadah baru, yaitu Grha Adhika Fortune atau Rumah Besar Fortune, sebagai holding company. Dapat dikatakan bahwa Fortune Indonesia sudah menjadi full service agency yang menawarkan hampir seluruh jasa periklanan kepada kliennya. Tetapi dengan menjadi perusahaan yang memberikan aneka ragam pelayanan itu, beban kerjanya tentu menjadi semakin berat. ”Tiada hari tanpa lembur” yang dikatakan Jos Arasroesto, menjadi kenyataan. Staf Fortune, sebagaimana biasanya perusahaan periklanan, dikejar-kejar deadline. Tetapi semua kerja keras itu memberikan hasil, dan jumlah klien Fortune beserta semua anak perusahaan bertambah banyak. Dalam kurun waktu itu, Fortune Indonesia berhasil memperoleh banyak klien baru, antara lain: Baygon, San Miguel Beer, Bir Bintang dan 7Up, Diamond Ice Cream, HSBC, TV Grundig, Peugot, Volvo, Vespa, Bristol Myers (Clairol) dan Sustagen. Fortune juga dipercaya menangani berbagai produk Nestle seperti Susu Cap Nona, Bear Brand Lactogen, Cerelac, Dancow dan Milo – hubungan kerja yang berlangsung selama 17 tahun. Pada tahun 1978, Fortune mendapat kepercayaan untuk menangani Kondom 25, sebagai bagian dari program Keluarga Berencana yang waktu itu mulai digalakkan. Dengan Keluarga Berencana, Fortune mengukir sejarah dalam menjalankan apa yang kemudian dikenal sebagai Social Marketing, sehingga menjadi suatu disiplin baru dalam komunikasi pemasaran. Di tengah krisis dan dengan semakin banyak pesaing, Fortune Indonesia dengan staf yang bersemangat tinggi dan bermental baja ternyata terus berkibar dan berkembang.



35

36



s e c n e c s i n i Rem

My association with P.T. Fortune dates back to the late 1970s when Nico Moran, the “Mister Levi’s” of Indonesia and myself had been granted regional distribution rights of L’Oréal’s luxury cosmetics and fragrance brands for Indonesia, Singapore and Malaysia.

brand happened to be P.T. Fortune headed by Indra Abidin. Initial contacts convinced us that P.T. Fortune was eminently qualified to handle our account and that from a personal chemistry standpoint, a mutually satisfying relationship and productive cooperation could be established.

At that time shopping malls, department stores or designer boutiques as we know them were still unheard of and professional consumer goods marketing still in its infancy. Wholesale marketing or “sell-in” to retailers had more to do with traditional trading than text-book marketing and “sellthru” to consumers largely relied on discounts or gift-withpurchase incentives.

In accordance with prevailing cosmetics industry practices, advertising budgets were split between “above-the-line” or “media” advertising and “below-the-line” or “non-media” activities. Media advertising spending was mostly concentrated on new skin-care, make-up and fragrance product launchings whereas non-media budgets covered construction and maintenance of identity sales counters, product booklets and leaflets, beauty classes and product demonstrations, product sampling, “gift-with-purchase” promotions and so forth.

Although media advertising rates were fairly cheap at that time, the real problem was how to reach your target market in a cost-effective manner. For upmarket cosmetics and fragrance product advertising, printed media were essentially limited to Femina and Kartini, the 2 leading female magazines at that time. High wastage factors however had to be considered to the extent that a significant percentage of readers reached did not have the necessary disposable income to afford our products. Likewise, television advertising was limited to a single government owned station, TVRI whose broadcasts were restricted to metropolitan areas so as to shield rural population from foreign life-styles and non-essential consumer goods which they could ill afford. Smuggling was widespread and up to a significant extent, brands distributed by our company such as Lancôme, Guy Laroche or Ted Lapidus had to compete with our own brands brought in by parallel importers or “inang-inang”. Other major players in the market at that time were Estée Lauder, Revlon, Ultima II, Shiseido, Kosé and Pola. The advertising business was still in its infancy and one of the few agencies not yet committed to a competing cosmetics

In those days digital imaging, sophisticated design software not to mention computer generated artwork and lay-outs did not exist. All advertising visuals had to be drawn and coloured painstakingly by hand and colour separations for media ads or brochures and leaflets represented another time-consuming headache. In many ways, sophistication and technical advances in advertising over the last 3 decades can be compared to Gutenberg’s primitive type-setting of the 14th century and today’s modern printing techniques. Due to budget constraints as well as to achieve a more direct and immediate pay-back on advertising spending, it was decided to dispense with media advertising and reallocate budgets to non-media activities handled in-house. Indra Abidin has remained a friend to this day and who every time we meet, reminds me of my initial foray into the cosmetics and fragrance world of yore. Joe Spartz

37

Bagian 4

l i s a h r e B Belajar dan Dengan tinggal Glenn Bruce sebagai satu-satunya ”orang bule”, maka kemajuan Fortune di masa itu tentu lebih banyak tergantung pada staf Indonesianya. Dan dalam kurun waktu itu, Fortune memperoleh sejumlah tenaga baru yang memperkuat kinerja perusahaan dan kelak menentukan arah perkembangan Fortune.

38



foto jhony sunarya

Johnny Pranatyo masuk Fortune pada tahun 1973 sebagai Account Executive dan kemudian menjadi Creative Director dan Account Supervisor. ”Saya melayani klien, menulis copy, mendesain iklan, membuat foto untuk iklan cetak, pergi ke media untuk minta space, melakukan dipstick research,” cerita Johnny Pranatyo, yang tadinya punya cita-cita menjadi diplomat dan sebelum masuk Fortune memang bekerja di Departemen Luar Negeri. Klien-klien yang ditanganinya mencakup Cathay Pacific Airways, San Miguel beer, Bristol Myers, JP Reynolds dan Sustagen. ”Bagi saya (diantara klienklien itu) yang paling menarik adalah Cathay Pacific, karena klien internasional yang mengharuskan kita bekerjasama dengan kantor Fortune di seluruh dunia,” katanya. Meskipun merasa dirinya digaji terlalu rendah, ”dibawah seorang sekretaris!” katanya, tetap ada sukanya bekerja di Fortune. ”Sukanya, saya anggap saya sedang bersekolah tanpa harus membayar, malahan dibayar,” kenangnya. ”Lulusan” Fortune itu kemudian pindah ke salah satu kliennya. Memang, Fortune menjadi sekolah atau batu loncatan dalam membangun karir bagi banyak mantan stafnya. Pada pertengahan tahun 1974, Johnny Sunarya masuk Fortune sebagai staf Accounting di bawah pimpinan Herman Mulyadi Sulaeman. Ia melakukan tugas pembukuan dan adminstrasi selama 7 tahun sebelum dipindahkan ke bagian Traffic. ”Saya tidak tahu apa-apa tentang traffic. Tahunya

traffic adalah warna merah, kuning, hijau,” ceritanya. Tapi adalah Indra Abidin sendiri yang waktu itu menugaskan dia, dan dengan dibekali pengetahuan dasar dari Indra Abidin, Johnny melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Dia senang sekali dengan pekerjaannya karena bisa berinteraksi dengan orang kreatif dan Copywriter. ” Saya sendirian, selalu pulang malam, tapi menyenangkan. Ia kemudian pindah ke bagian Produksi sampai keluar dan pindah ke Bayer dimana ia masuk dalam bagian advertising. ”Saya berhasil karena belajar banyak di Fortune,” demikian kenang Johnny, satu dari sekian banyak staf Fortune yang merintis karirnya di Fortune Indonesia. Harry Darmawan mulai berkiprah di Fortune Indonesia pada pertengahan tahun 1974 sebagai Account Executive yang bertugas sebagai penghubung antara Fortune dan klien. “Tidak lebih dari jual ide untuk cari duit,” katanya. Bersama tim kreatif dan media, ia sering membuat proposal berdasarkan arahan yang diterima dari klien. “Waktu itu tidak ada tender tetapi kita tetap harus bersaing dengan perusahaan periklanan lain,” ceritanya. “Tapi memang Fortune bisa unggul karena kita menawarkan full service, jadi apapun yang diperlukan klien, kita bisa penuhi,” katanya lebih lanjut. Ia merasa dirinya sebagai single fighter di client service Fortune itu karena AE-AE sering keluar masuk dan tinggal dialah yang harus berurusan dengan klien. “Mereka tidak tahan ditekan

39

Tapi memang Fortune bisa unggul karena kita menawarkan full service, jadi apapun yang diperlukan klien, kita bisa penuhi

deadline,” kisahnya. Ia kemudian menjadi Account Supervisor, dan menangani banyak klien, antaranya Rhone Poulenc, perusahaan obat dan pakan ternak, TIRA jeans, Bristol Meyers dan TEC, perusahaan mesin register dari Jepang. Tentang kiat menangani klien-klien multi-nasional itu, yang penting, katanya, adalah kita harus disiplin. “Kalau janji datang, harus pasti datang. Tidak alasan, karena klien adalah bos!” serunya. Harry keluar dari Fortune tahun 1990 dan pindah ke Wahyu Anggada, sebuah perusahaan komputer. Lily Limans masuk Fortune Indonesia di tahun yang sama dan awalnya bekerja di bagian administrasi, menjadi, katanya, “orang serba guna” yang merangkap sebagai resepsionis dan sekretaris. Lima tahun kemudian, ia dipindahkan ke bagian client service dan menjadi Account Executive, dimana ia bekerja di bawah Glenn Bruce. Ia menjadi penghubung dengan sejumlah klien, antara lain Dralle, Lancome, Nestle dan Woods. “Saya suka berurusan dengan multinational company,” katanya, karena biarpun mereka cerewet tetapi bayarannya teratur dan tepat waktu,” ceritanya. ”Kalau perusahaan lokal, sudah rewel, bayarannya tidak teratur dan suka minta diskon lagi!” katanya. Tapi kenangan yang paling manis adalah suasana kerja yang, katanya, penuh keakraban dan kebersamaan. Keadaan ini berkat kepemimpinan Indra Abidin. ”Kalau ada clash (antara bagian atau perorangan), ia langsung turun tangan dan mendamaikannya,” tuturnya. Ia juga berterima kasih karena bisa berkembang dan memperoleh banyak kesempatan untuk training. Setelah sepuluh tahun berkiprah di Fortune, Lily pindah ke Bayer dimana ia menjadi Advertising Manager. Leaders produce leaders, dan itulah Fortune Indonesia.

40

Madnur mulai bekerja di Fortune pada tahun 1976, awalnya sebagai Messenger atau Office Boy. Ia merasa bangga bekerja di Fortune Indonesia, yang bagi dia merupakan tempat kerja yang paling enak. ”Di Fortune tidak ada orang bodoh dan semua diberi kesempatan. Yang penting kita bisa berprestasi, bisa bekerja dan berani tanggung jawab,” ceritanya. Masuk Fortune sebagai ”orang kecil”, iapun sangat menghargai suasana kerja Fortune, karena, katanya, ”Fortune memperhatikan orang kecil”. Tapi orang kecil ini ternyata mampu dan beberapa tahun kemudian menjadi staf bagian Accounting. Hebat! Pada tahun 1977, Ibnu Khurie masuk Fortune sebagai Creative Manager. Salah satu klien yang ditanganinya adalah Group Hotel Indonesia International (PT HII), yang terdiri dari sejumlah hotel milik negara di Jakarta, Sukabumi, Yogyakarta dan Bali. ”Kita harus bisa menyelesaikan berpuluh-puluh item pekerjaan hotel-hotel tersebut (pada waktu bersamaan), mulai dari Creative Concept sampai dengan Production untuk bermacam-macam leaflet, poster, flyer sampai bak sampah,” kenangnya. Beberapa tahun kemudian Ibnu dipindahkan ke bagian produksi dan menjadi Production Manager. Tugasnya mempersiapkan materi iklan, termasuk pembuatan film hitam putih dan setting huruf, sesuai dengan deadline yang ditentukan klien. Bagian Production kemudian menjadi anak perusahaan Fortune Comsett, dengan Herman Mulyadi Sulaeman sebagai Direktur. Ibnu diangkat menjadi General Manager. Diantara klien-klien yang ditanganinya, salah satunya adalah Prabowo Subianto, yang minta Fortune membuat desain dan produksi buku ”Catatan Pengabdian Kujang 328”. Suatu kisah unik dalam sejarah Fortune Indonesia.



Dari mereka dapat dipetik pelajaran bahwa dengan dasar pengetahuan yang masih relatif rendah tentang periklanan dan memang demikian tahap perkembangan periklanan masih jauh dari periklanan modern dan peralatan yang masih sederhana, mereka memberikan sumbangsihnya kepada pembangunan perusahaan yang dapat dikatakan seumur jagung. Dan semua itu bisa tercapai berkat kerja keras, disiplin dan kepemimpinan yang bijak dan inspirasional.

41

Bagian 5

, t u r k g n a b r Hampi i g a l g n a t u h r be Dalam masa pembelajaran ini, Fortune Indonesia merupakan salah satu dari sedikit perusahaan periklanan di Indonesia yang dapat menawarkan serangkaian jasa periklanan. Karenanya, Fortune Indonesia mempunyai cukup banyak klien, baik nasional maupun multi-nasional. Tetapi dalam keadaan yang seharusnya cukup menguntungkan itu, Fortune Indonesia mengalami banyak masalah. Menurut Glenn Bruce, sebetulnya Fortune Indonesia tidak dikelola dengan baik oleh Fortune International. “Pendapatan yang diperoleh dari Cathay Pacific sangat kecil dan mereka salah perhitungan dalam menilai kemungkinan memperoleh klienklien lain,” katanya. “Tingkat kompetensi mereka sebetulnya rendah dan mereka tidak menawarkan apa-apa yang khas. Mereka memperoleh klien baru karena sedikitnya persaingan waktu itu,” tambahnya. Memang pada masa itu, sempat terjadi krisis, yang menurut Mulyadi Sulaeman ”disebabkan banyaknya ekspatriat dengan akibat besarnya overhead.” Waktu itu, Fortune mempunyai tujuh orang ekspatriat. ”Kehadiran tenaga asing itu, ” kata Indra Abidin, ”tidak menghasilkan pertumbuhan yang selaras dengan

42

penerimaan p e r u s a h a a n .” Hal senada disampaikan Glenn Bruce, ”Tidak mungkin kantor membiayai begitu banyak ekspatriat, dan karenanya terus merugi,” katanya. Karena merugi, satu per satu tenaga asing dipulangkan sehingga pada tahun 1974 tinggal John Lanham dan Glenn Bruce, dan setelah John Lanham pergi di tahun 1977, tinggal Glenn Bruce satu-satunya tenaga asing. Bahkan pada tahun 1975 sudah ada pikiran dari Fortune International untuk menutup kantornya di Jakarta dan mengurus usaha Indonesia dari Singapura atau Kuala Lumpur. Kelola Manajemen Fortune International berakhir di tahun 1978, kepemipinan Fortune Indonesia diserahkan kepada Indra Abidin. Tetapi Fortune International meninggalkan hutang sebesar US$400.000, suatu jumlah yang sangat besar waktu itu. Bagaimana Indra Abidin dan kawan-kawan dapat mengambil alih dan akhirnya melunasi hutang itu merupakan suatu kisah perjuangan anak bangsa yang menakjubkan.

Ikh tisar Masa pembelajaran dalam sejarah Fortune ini merupakan masa berkembangnya Fortune dari suatu perusahaan yang tergantung pada tenaga-tenaga asing menjadi perusahaan dimana anak bangsa, dengan bekal tambahan ilmu yang dimilikinya, memainkan peranan yang semakin besar. Di masa itu juga, jumlah tenaga asing berkurang hingga tinggal dua dan masuklah tenaga-tenaga lokal yang ahli di berbagai bidang. Diantara tenaga baru itu adalah Indra Abidin yang kemudian memegang kendali perusahaan dan membangunnya dari ”sebuah agency regional yang amburadul menjadi suatu perusahaan yang sukses dan luar biasa”. Fortune bukan saja memperoleh tambahan klien, termasuk yang besar-besar, tetapi terus berkembang dengan mendirikan sejumlah anak perusahaan yang menjadi profit center di bidang periklanan, ekshibisi, setting computer, Public Relations, kegiatan kreatif, usaha periklanan dan sales promotion, semua dibawah holding company Grha Adhika Fortune atau Rumah Besar Fortune. Fortune Indonesia sudah menjadi full service agency yang menawarkan hampir seluruh jasa periklanan kepada kliennya. Di akhir masa itu, Fortune International kehilangan Cathay Pacific sebagai klien utamanya. Karena manajemen yang lemah ditambah beban overhead yang tinggi dengan mempekerjakan begitu banyak tenaga asing, perusahaan terus merugi dan bahkan meninggalkan hutang banyak. Fortune International kemudian memutuskan untuk menyerahkan kepemimpinan Fortune Indonesia Advertising and Marketing Consultants kepada anak bangsa.

43



n a h i l a r e Ma sa P

Bagian 1

n a g n a t e k h Berali anak bang sa

Fortune International sejak 1975 sudah mulai secara bertahap mengurangi operasinya di Indonesia. Kantor-kantornya di negara-negara lain di Asia mulai ditutup dan kelak tinggal kantornya di Indonesia yang masih beroperasi. John Lanham, General Manager Fortune Indonesia sejak tahun 1977 juga pergi dan diganti oleh Indra Abidin. Di tahun 1984, Fortune International kehilangan Cathay Pacific sebagai klien regional utamanya, dan memutuskan untuk meninggalkan Indonesia. Peralihan kemimpinan perusahaan tidak semudah membalik telapak tangan, karena Fortune International meninggalkan hutang US$ 400.000, jumlah yang sangat besar waktu itu, karena besarnya pengeluaran untuk para ekspatriat tidak sepadan dengan penghasilan, sementara masih banyak tunggakan kepada media dan supplier. “Pak Indra mengajak saya untuk meneruskan Fortune Indonesia,” cerita Kasman Ardan, yang masuk Fortune tahun 1974 sebagai tenaga kreatif dan kelak menjadi Direktur Adwitya Alembana. Kasman mengusulkan agar hutang dinolkan, alias tidak bertanggung jawab atas hutang yang ditinggalkan Fortune International.

46

“Tetapi, Indra Abidin nampaknya sudah bikin komitmen untuk melunasinya,” ceritanya lebih lanjut. Kondisi Fortune pada masa peralihan itu tidak kondusif sama sekali. ”Keuangan perusahaan dengan beban hutang kepada media dan supplier memberikan tingkat kepercayaan yang kurang menguntungkan, ”cerita Indra Abidin, General Manager baru Fortune. ”Kredibilitas perusahaan diantara klien juga beragam dan tidak konsisten”, katanya lebih lanjut. Kualitas staf Fortune juga belum baik. Belum ada peraturan perusahaan yang baku, demikian juga tidak ada Tata Cara dan Tata Krama Kerja perusahaan, rencana pembangunan usaha jangka panjang dan perangkat kerja. ”Semua itu menciptakan persepsi warga yang tidak kondusif terhadap perusahaan,” kisah Indra. Maka untuk menyehatkan kembali Fortune Indonesia, berbagai langkah dilakukan untuk menghemat dan meningkatkan efisiensi. Gaji suka diangsur untuk membayar



Kita lebih baik karena pasar Indonesia, wilayah Indonesia, konsumen Indonesia lebih kita kenal dibanding orang asing hutang, kertas digunakan bolak-balik. “Hutang yang ada lebih banyak hutang dagang sehingga sangat membebani neraca pembayaran Forune Indonesia,” kisah Yuliana Leonarda yang waktu itu menjadi staf Accounting Fortune, dan “melunasi hutang-hutang itu dengan pinjaman dan manajemen cash flow yang ketat serta disiplin tinggi dan kerja keras seluruh staf,” katanya lebih lanjut. Indra Abidin juga melakukan perbaikan dalam kepemimpinan dimana kepala rumah tangga dan manajer disatukan sebagai pemimpin usaha, dan menjalankan usaha dengan standar profesional tinggi, serta menyelesaikan isu-isu internal melalui pendekatan kekeluargaan. Untuk melunasi hutang yang besar itu, langkah-langkah yang diambil bukan saja terbatas pada melakukan efisiensi kerja atau manajemen cash flow. “Kami bersama Bapak Mulyadi dan Glenn Bruce menyusun rencana pembangunan Fortune 5 tahun ke depan, membangun kesepahaman, sikap pandang, kesepakatan perilaku bersama, bekerja bersama-

sama dilandasi semangat kekeluargaan dan kebersamaan,” cerita Indra Abidin. Indra mengganti istilah karyawan dengan sebutan “warga” karena, katanya, “pada dasarnya kita semua adalah satu keluarga; kita bekerja dengan nilai-nilai kekeluargaan, kekerabatan dan kehangatan sebagai keluarga ...... silih asuh, silih asih dan silih asah.” Perusahaan dibangun dengan kepercayaan serta keyakinan bahwa sebagai orang Indonesia, mereka berkemampuan sama seperti orang asing manapun. “Kita lebih baik karena pasar Indonesia, wilayah Indonesia, konsumen Indonesia lebih kita kenal dibanding orang asing,” Indra tegaskan, Dan memang berkat kerja keras, rencana 5 tahun Fortune berhasil dicapai dalam waktu 4 tahun, dan hutangpun lunas. Lengkaplah masa peralihan ke anak bangsa itu. Suatu prestasi luar biasa.

47

Hajar!!

Tentu mengikat pinggang lebih kencang tidak cukup untuk dapat mengatasi masalah hutang Fotune tadi. Semangat kerja juga harus ditingkatkan. Semangat kerja itu didorong oleh Indra Abidin yang belum lama mengambil alih tampuk pimpinan perusahaan dari John Lanham. “Kami bertekad untuk membuktikan bahwa orang Indonesia mampu sejajar dengan orang asing yang memimpin banyak perusahaan periklanan terbesar di masa lalu, kini dan akan datang,” kata Indra. Dan untuk membuktikannya, segala sesuatu memang harus dimulai dari diri sendiri. Sikap pandang dan keyakinan untuk mencapai cita-cita ambisi selalu diawali dari upaya menguasai diri sendiri akibat ketidak-tahuhan apa yang akan dihadapi di depan. Indra berpandangan bahwa daripada kiita menunggu lebih baik kita melakukan sesuatu guna mencapai tujuan, daripada mencoba memprediksi apa yang akan terjadi, lebih baik menciptakan masa depan sendiri. Untuk mencapai tujuan perusahaan yang tinggi dan jauh ke depan, diperlukan kesamaan sikap pandang, perilaku jiwa, rasa termasuk semangat diantara warga Fortune. “Kata Hajar!! memberikan sikap gerak/aksi menjalankan sesuatu yang selalu penuh tantangan memenuhi harapan kita,” tukas Indra, “ Kata Hajar!! mengandung kepercayaan pada diri sendiri, keyakinan untuk bisa mengatasi secara bersama segala tantangan berat di hadapan kita,” tandasnya.

48



Semangat yang dilandasi sikap dan perilaku kerja Indra Abidin tidak pantang mundur itu menjadi inspirasi bagi seluruh stafnya waktu itu hingga sekarang. “Kami semua bekerja keras secara profesional, menghasilkan kualitas yang sempurna, dan berlomba dengan waktu untuk mengejar deadline,“ cerita Anyool Subroto yang menjadi Art Director waktu itu. “Kita tidak boleh pilih-pilih pekerjaan: semua pekerjaan dari klien harus diutamakan,” katanya, “ Utamakan kerjasama teamwork yang kompak, dengan motivasi semangat kerja Hajar!!” demikian diutarakan Anyool mengenang masa penuh tantangan itu. Hal itu juga dirasakan staf lain. “Yang saya rasakan selama bekerja di Fortune adalah kuatnya kepimpinan Indra Abidin,“ kenang Triawan Munaf, yang awalnya masuk Fortune Visuals tahun 1982 kemudian pindah ke Fortune Indonesia sebagai Junior AE sampai kelak menjadi Account Director. “Beliau adalah driving force dan frontman perusahaan ini,” katanya lebih lanjut. Dan memang demikianlah dari tahun ke tahun di saat sulit dan disaat krisis, Fortune bisa tetap jaya, berpartisipasi dalam membangun bangsa, maju dalam membangun usaha. HAJAR!!

49

Bagian 2

n a l k I r u t a g n Me Ditengah masa peralihan itu, dunia periklanan pun mengalami banyak kemajuan terutama setelah berdirinya Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) di tahun 1972, menggantikan organisasi Persatuan Biro Reklame Indonesia (PBRI). Semakin banyak perusahaan periklanan berdiri sejak itu dan kegiatan periklanan begitu ramai sehingga para pelaku pers dan periklanan merasa perlu untuk menata diri agar bisa mengatur dan menempatkan diri mereka dalam perekonomian nasional.

50



Swa-regula si Dalam proses membuat aturan main periklanan, maka sebagai hasil dari Seminar Periklanan Pers yang dilangsungkan bulan Januari 1977 di Jakarta, lahirlah Badan Periklanan Mediapers Nasional (BPMN) yang secara struktural ditempatkan di bawah Serikat Penerbit Pers atau SPS. Pentingnya aturan main itu kemudian mendorong Asosiasi Pemrakarsa dan Penyantun Iklan Indonesia (ASPINDO), BPMN/SPS, PPPI, Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GAPBINDO) dan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) untuk menyelenggarakan Seminar Kode Etik Periklanan Indonesia di pertengahan tahun 1980. Suatu konsep Kode Etik Periklanan Indonesia yang mencakup Tata Cara atau Code of Practices dan Tata Krama atau Code of Conduct, dibahas oleh sekitar 150 peserta dari kalangan media, pengiklan, pemerintah dan perusahaan periklanan.

Akhir tahun 1980, melalui suatu konvensi masyarakat periklanan Indonesia, Kode Etika Periklanan Indonesia disahkan dan pada bulan September tahun 1981 ditandatangani oleh semua ketua koalisi pendukung dan disaksikan oleh Menteri Penerangan. Kode Etik Periklanan kemudian dinamakan “Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia”. Kode etik ini mengalami penyempurnaan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1996 dan terakhir 2003. Apakah dengan adanya Tata Cara dan Tata Krama, iklaniklan yang disiarkan TV/Radio atau dimuat oleh media cetak menjadi lebih baik? Pada tingkat tertentu, jawabannya adalah ya. Tetapi, sebagaimana pernah dikatakan Ridwan Handoyo, Ketua Dewan Badan Pengawas Periklanan Indonesia pelanggaran memang masih kerap terjadi.

51

lan k i a s g n a p t u b e Ber Pada masa ini, media di Indonesia juga sudah ramai dengan berbagai stasiun radio lokal, surat kabar, majalah, dan karena sebagian besar media hidup dari iklan, maka persaingan atas pangsa belanja iklan juga semakin sengit. Kegiatan periklanan bertambah ramai setelah hadirnya TVRI. Kalau pada tahun 1971, TVRI hanya meraih 11% dari seluruh belanja iklan dan sebagian besar masih dikuasai surat kabar, keadaan itu berbalik sepuluh tahun kemudian ketika TVRI meraih lebih dari separuh belanja iklan. Dan perusahaan periklananpun sibuk membuat iklan televisi. Di saat itulah, masalah pemerataan iklan ramai dibicarakan. Menurut catatan dalam buku, Cakap Kecap (1972-2003), masalah pemerataan iklan sebetulnya sudah lama menjadi masalah tapi awalnya menyangkut porsi pemberitaan dan iklan dalam suatu media. Dalam Kongres Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) di tahun 1974, ditetapkan perbandingan porsi pemberitaan dan iklan 70:30, yang dimaksudkan untuk mencapai pemerataan di bidang periklanan. Keputusan ini ditindak lanjuti pada sidang pleno Komisi Khusus Dewan Pers tahun 1980 dengan pembatasan jumlah halaman koran maksimal 12 halaman dengan perbandingan beritaiklan yang sama, yaitu 70:30. Baru ketika sebagian besar belanja iklan mengalir ke televisi, para pemilik penerbitan pers menuntut adanya pengaturan dan mekanisme yang memungkinkan mereka mendapat jatah dari belanja iklan yang terus meningkat. Karena gencarnya isu pemerataan iklan ini, maka Presiden Soeharto pada perayaan ulang tahun Persatuan Wartawan Indonesia di Banjarmasin tahun 1981 memutuskan untuk menghentikan penayangan siaran iklan di TVRI. Ada berbagai cerita di balik keputusan Presiden itu, termasuk keinginan pejabat TVRI, yang masih berstatus Yayasan di bawah naungan Yayasan Gelora Bung Karno, memperoleh tambahan anggaran

52

dari pemerintah dengan mengecilkan angka pendapatannya dari iklan sehingga pemerintah menganggap pendapatan itu tidak lagi relevan bagi kelangsungan siaran TVRI dan iklan tidak perlu dipertahankan. Juga ada alasan bahwa pemerintah khawatir terhadap dampak negatif dari penayangan iklan di televisi, termasuk iklan-iklan yang 60% mempromosikan produk luar negeri, dapat menjadi wahana masuknya budaya asing dan ikut menyuburkan konsumerisme. Tapi, apapun latar belakangnya, larangan iklan di televisi mengubah struktur pendapatan iklan secara dramatis. Yang menerima berkahnya adalah surat kabar, yang setiap tahunnya setelah larangan itu keluar memperoleh rata-rata separuh dari seluruh belanja iklan. Namun, harapan terjadinya pemerataan tidak tercapai, karena ternyata hanya surat kabar yang memiliki banyak pembaca saja, seperti Kompas dan Sinar Harapan, yang dapat meraih keuntungan. Bagi perusahaan periklanan, hilangnya iklan televisi menjadi masalah besar, karena belum lama sebelumnya telah keluar ketentuan pembatasan halaman suratkabar dan ruang iklannya. ”Kendala terbesar adalah dibatasinya jumlah halaman koran dan halaman iklan oleh Pemerintah Orde Baru,” tutur Triawan Munaf, yang pernah menjadi Account Executive dan kemudian Account Director di Fortune Indonesia. ”Dan ruang iklan di koran utama Kompas yang menjadi primadona pemasangan iklan menjadi rebutan seluruh agency periklanan yang ada,” lanjutnya. Bagi Fortune, perebutan ruang iklan menjadi perjuangan tersendiri. “Waktu itu, TVRI tidak lagi menerima iklan, sementara media cetak dibatasi dalam menerima iklan,” cerita Lucia Budiono, Media Director Fortune di masa sulit itu. “Jadi tantangannnya adalah bagaimana bisa mendapat space di media cetak,” katanya. Dan Fortune bisa survive dan bahkan di kurun waktu itu mengukir sejarah.



Kendala terbesar adalah dibatasinya jumlah halaman koran dan halaman iklan oleh Pemerintah Orde Baru

53

Bagian 3

h a r a j e s r i k u Meng Perkembangan bangsa dan negara di masa itu sedang berada di persimpangan jalan. Pertumbuhan ekonomi sudah mulai terasa, produksi pertanian pun meningkat sehingga kelak Indonesia menjadi swasembada beras. Tetapi masih banyak masalah yang perlu ditangani untuk mencapai cita-cita menjadi negara yang adil dan makmur. Diantaranya adalah aspek pertumbuhan penduduk dan kesehatan masyarakat itu sendiri.

54



Kondom 25 Pada tahun 1970, jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk yang diselenggarakan Biro Pusat Statistik adalah sebesar 119,208,229; pada tahun 1980, angka itu naik menjadi 147.490.298, dengan kenaikan rata-rata 2,34% (“dji sam soe”) per tahun. Kenaikan jumlah penduduk itu tentu menjadi beban pada pertumbuhan ekonomi negara. Untuk mengurangi beban itu dan mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai, pemerintah menjalankan berbagai program sosial, diantaranya Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana diluncurkan pada awal tahun 1970an untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pada waktu itu, sudah ada banyak cara untuk membatasi kelahiran termasuk pil, suntikan dan susuk. Dan sebetulnya ada juga cara yang sudah lama digunakan di seantro dunia, yaitu kondom. Tetapi penggunaan kondom sebagai cara membatasi kelahiran mendapatkan resistensi dari kalangan pemuka agama, termasuk Majelis Ulama Indonesia. Tetapi berkat kelihaian Kepala BKKBN, DR. Haryono Suyono, dalam melakukan advokasi, akhirnya Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa yang membolehkan penggunaan kondom untuk kepentingan keluarga berencana.

Tapi ada kendala lain, yaitu masih sedikit orang yang menggunakan kondom, dan ada semacam tabu di kalangan pria untuk membeli kondom secara terang-terangan. Akhirnya, BKKBN dengan bantuan Fortune mengembangkan dan mempromosikan ‘Kondom 25’. Penggunaan merek Kondom 25 memang sengaja dilakukan agar orang mengenalinya sebagai alat kontrasepsi dan tidak perlu malumalu membelinya karena cukup memberi isyarat dengan tangan, yaitu dua jari ditambah lima jari atau 2-5. Kampanye Kondom 25 yang dilaksanakan merupakan kisah sukses pertama Fortune dalam melaksanakan kampanye dengan pendekatan social marketing atau pemasaran sosial, dimana prinsip-prinsip dan teknik pemasaran komersial diterapkan untuk mempromosikan masalah dan program sosial. Fortune sungguh mengukir sejarah.

55

t a h e S k a n A u Ak Tidak banyak yang tahu bahwa pada masa itu, Fortune juga mengukir sejarah dalam bidang lain, yaitu kesehatan anak. Sekalipun peran Fortune kecil tapi dampaknya besar sekali. Pada tahun 1982, Pemerintah mulai melaksanakan program yang kelak menjadi salah satu program nasional yang paling berhasil, yaitu Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu, suatu tempat pemberian pelayanan gizi dan KB serta penyuluhan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa yang dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana kepada penduduk di akar rumput. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Departemen Kesehatan yang dibantu oleh Dana PBB untuk Anak-Anak atau UNICEF, sepakat untuk membuat suatu jingle untuk mempromosikan Posyandu. ”Waktu itu, PKM mengusulkan agar kita minta bantuan Fortune yang sukses dalam kampanye Kondom 25”. Cerita Daradjat Natanagara, yang waktu itu menjabat Information Officer UNICEF. Fortune mengembangkan suatu lagu jingle yang dapat dinyanyikan oleh anak-anak yang menggambarkan pelayanan yang diberikan oleh Posyandu. Lagu jingle itu diberi judul: ’Aku Anak Sehat’ (”Aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat. Semasa aku bayi, aku diberi ASI, makanan bergizi dan imunisasi.....”), suatu lagu jingle yang sangat informatif dan mudah diingat dan dinyanyikan dengan nada semi-pop. Kepopuleran lagu ini tumbuh dengan tumbuh pesatnya Posyandu yang kelak mencapai lebih dari 250.000 di seluruh Indonesia, terutama setelah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjadikan lagu jingle itu sebagai lagu wajib sekolah dasar di seluruh Indonesia. Lagu jingle itu menjadi salah satu kunci keberhasilan program Posyandu ..... berkat kreativitas yang diperoleh dari Fortune.

56



ing y f s i t a s y A ver p rela tionshi

By: Stephan Issenmann

I arrived in Indonesia in the beginning of 1976 and was to stay for four years as Marketing Manager of Nestle. National development under the “New Order” government was still at its infancy, but it was on the right track at that time…. Business activities were picking up as foreign investment flowed into the country, and the business atmosphere was beginning to become perhaps as competitive as is today in its own way. The country had undergone a devaluation of its currency and reigned in its rampant inflation; Palapa, the country’s first communication satellite had been launched; and TVRI, the only television station, had also just begun airing commercial advertising at national level for the first time. Fortune had already been appointed as our advertising agency when I arrived. It was at the time the leading advertising agency in Indonesia with a well functioning and advisory structure at international levels. My contact persons at Fortune were Indra Abidin and Glenn Bruce, and we developed an excellent working relationship between our respective staff at Nestle and Fortune. Already in those days, Nestle was a major producer of milk products. We wanted to strengthen our position in the sweetened condensed milk market with the Milkmaid brand (or more popularly known as ‘Susu Cap Nona”) and….more importantly…. become number one in full cream powder milk market with Dancow, as well as fortified milkmodifiers with Milo. We consequently wanted to introduce Dancow Instant….a huge investment and a major innovation at the time, since it dissolved instantly, even in cold water….in order to strengthen the strategic market position for Nestle in Indonesia and to drive sales development.

for the launch of Dancow Instant, and eventually for two of our other major brands: Milo and Milkmaid. With the advent of TV advertising, it was possible….for the first time ever in Indonesia….to reach a wide group of consumers and integrate promotional and other marketing activities. This was of course of particular importance for the Dancow brand. The launch of Dancow Instant….with its slogan of “Susu Empat Detik”….. became a major national event and its success has since defined the evolution of Nestle in Indonesia as well as the full cream milk powder market in the country. Milo and Milkmaid have also since developed into major national brands. The campaigns were highly successful and it was for that reason that Nestle became a long-term client of Fortune over many years. It had been a very satisfying relationship. Indra Abidin and Glenn Bruce, together with the Nestle staff involved, worked many hours well into the night to develop labels, TV commercials, press and magazine ads, launch events and sales promotions etc. For our customers, consumers, distributors and sales people on Java and of course the outlying islands. The relationship that were formed by these events eventually developed further, and grew into lasting personal friendships which have lasted over 30 years….and more. I left Indonesia in 1980 to take up the post of Market Head and Country Manager in Hong Kong, and returned to Indonesia 16 years later to become Market Head and Country Manager and President Director of Nestle Indonesia. I am now retired. But if I was still active at Nestle, would I hire Fortune again? ..... Definitely.

Fortune helped us develop what was perhaps the first fully integrated advertising and marketing campaign in Indonesia

57

Bagian 4

u r a b k u d o r Merintis p Sejarah juga terjadi ketika Fortune berhasil mempromosikan produk baru yang berhasil menjadi produk baku dan merubah cita rasa dan perilaku konsumen untuk selamanya. Dan itu dilakukannya untuk dua produk konsumen yang berbeda, yaitu rokok dan susu.

Kretek filter Pada tahun 1980, market leader rokok kretek adalah Djarum dan Gudang Garam, sementara Marlboro dan Commodore adalah market leader untuk rokok putih. Sampoerna jauh ketinggalan antara lain karena tidak pernah beriklan. ”Saya membuat proposal yang dipresentasikan oleh Mustafa Alatas (alm.) kepada Sampoerna untuk mempromosikan produk dan brand baru Sampoerna, yaitu rokok kretek filter pertama bermerk Extra,” cerita Nenny Somawinata, yang waktu itu menjadi Account Supervisor dan kemudian Account Director Fortune. ”Karena TVRI tidak lagi memuat iklan, maka programnya lebih bersifat brand activation, dari pemasangan poster dan sticker sampai pembagian leaflet,” lanjutnya. Promosi rokok Extra di arahkan kepada perokok muda dan memposisikannya sebagai produk kontemporer atau masa kini. Promosi rokok Extra memang kurang berhasil menebus pasar secara berarti tetapi sebagai market test dan perkenalan pertama rokok kretek filter cukup berhasil. Dan sejak itu, hampir semua rokok kretek yang ternama menggunakan filter.

58

Sampoerna sebetulnya memiliki merek rokok yang sudah dikenal, yaitu Dji Sam Soe, tetapi juga tidak pernah diiklankan hingga saat itu. Karena semakin banyaknya pesaing dan untuk menambah pangsa pasarnya, maka Dji Sam Soe meminta Fortune dalam melakukan program komunikasi pemasarannya. ”Fortune mengangkat nilai-nilai historis dari merk rokok yang memang sudah ada sejak puluhan tahun dan sejarah cita rasa tinggi yang dimilikinya dalam iklan-iklannya,” kisah Nenny. Promosi dengan positioning ini ternyata sangat berhasil dan memungkinkan Dji Sam Soe bertahan ditengah persaingan yang ketat sejak itu.



Susu instan Kisah bersejarah lainnya adalah Nestle dengan Milkmaid atau Susu Cap Nona dan Dancow. Waktu itu hanya ada condensed milk atau susu kental manis dan belum ada susu bubuk, kecuali yang skim atau tanpa lemak. Nestle sudah lama mempromosikan susu kental manis Cap Nona melalui TVRI, dan ternyata tingkat recall penonton televisi terhadap pesan Cap Nona itu setiap tahun tetap tinggi. Nestle kemudian ingin meluncurkan produk baru, yaitu Dancow Instant, sebagai susu bubuk instan. Nestle sudah menjadi klien Fortune sejak tahun 1970an dan meminta Fortune mengembangkan program periklanan dan pemasaran yang terpadu untuk Dancow Instant. Permasalahannya, waktu itu orang tahunya susu bubuk adalah susu skim yang kurang disenangi karena tidak mudah larut. ”Fortune mengembangkan program komunikasi terpadu yang mengedepankan kemudahan menggunakan susu bubuk instan,” cerita Iwan Ramelan, yang masuk Fortune tahun 1981 sebagai Associate Creative Director di bawah almarhum Mustafa Alatas, ”dengan pesan pokok ’Susu Empat Detik’ dan manfaat kesehatan yang diperoleh.” Dancow menjadi perintis dalam memperkenalkan suatu produk yang kemudian lazim dikonsumsi masyarakat. Kisah sukses dengan Dancow akan berlanjut di kemudian hari. (Lihat tulisan: ”A Very Satisfying Relationship” oleh Stephan Issenmann).

59

Bagian 5

m a g a r a k e An Pada masa peralihan ke anak bangsa itu, staf Fortune masih belum banyak, sekitar 25 orang, dan mencakup aneka ragam latar belakang dan profesi. Tetapi semua mempunyai keinginan yang sama, yaitu membangun karir di bidang komunikasi pemasaran di Fortune Indonesia.

60

Anyool Subroto merupakan seorang yang sudah cukup lama berkecimpung dalam bidang periklanan. Sebelum masuk Fortune di tahun 1979, ia pernah bekerja di Prima Advera dan kemudian Speed Advertising sebagai Visualizer. ”Waktu masuk Fortune, saya masih harus mengulang pekerjaan lama sebagai Visualizer, tapi tidak lama kemudian, saya diangkat sebagai Art Director,” ceritanya. Seiring dengan berkembangnya Fortune, baik dari segi billing dan jumlah klien serta sarana dan fasilitas penunjang, posisinya meningkat dan ia diangkat menjadi Senior Art Director merangkap Creative Director. Klien-klien yang ditangani Anyool Subroto cukup beragam, antara lain Cathay pacific, Lancome, Kemfood, Bayer, Wood’s dan Grundig. Keistimewaan yang ditawarkan Fortune kepada calon kliennya adalah bahwa: Fortune "menghayati dan memahami kebudayaan Indonesia", katanya, ”dan ide-ide kreatif iklan Fortune senantiasa berpijak dari akar kebudayaan Indonesia yang membumi”. Anyool terpilih sebagai Warga Teladan untuk periode tahun 1982 dan 1983.


Lily Soemardjito masuk Fortune Visuals, salah satu anak perusahaan Fortune Indonesia, di tahun 1978 sebagai Visual Manager dan kemudian menjadi Art Director. Ia menangani sejumlah klien besar, antara lain PT Perumtel. Struktur organisasi pada waktu itu masih sederhana. ”Konsepkonsep kreatif masih ditangani oleh pimpinan perusahaan yang digodok oleh tim kreatif,” kisahnya. Demikian cara kerjanya yang masih jauh dari era komputerisasi. ”Waktu itu, untuk membuat lay-out atau LO iklan majalah atau koran, seorang visualizer harus menggambar dan menulis headline berulang-ulang atau memfotokopi berkali-kali, dibesarkan atau dikecilkan sesuai kebutuhan, kemudian ditempel satu per satu.” Lily keluar dari Fortune dua tahun kemudian tapi kelak kembali bergabung ke dalam Adwitya Alembana dibawah pimpinan Kasman Ardan.


Riswanto Ramelan atau lebih dikenal dengan nama Iwan Ramelan masuk Fortune tahun 1981, awalnya sebagai tenaga lepas dan kemudian menjadi Associate Creative Director. Iwan kemudian pindah ke Adwitiya Alembana, anak perusaahaan Fortune yang dipimpin oleh Kasman Ardan. Adwitiya Alembana awalnya merupakan yang disebut “second string” agency, untuk menangani produk atau brand yang bersaingan. “Karena sempat terjadi kasus yang memaksa Adwitiya Alembana mendrop kliennya, dilakukan repositioning sehingga kemudian Adwitiya Alembana menangani graphic design dan exhibition dan corporate communication/PR,” cerita Iwan. Dalam pembagian usaha itu, Iwan mengepalai Divisi Graphic Design. Diantara klien utama yang ditanganinya adalah BPPT dan Bappenas untuk

61

penyelenggaraan Expo, BULOG, Departemen Perindustrian dan Garuda. “Lumentar & Landor, sebuah perusahaan strategic design Amerika, mendapat $2 juta untuk membuat design logo baru Garuda, dan Adwitiya Alembana diminta untuk penerapannya,” kata Iwan yang kelak memimpin anak perusahaan ini. Yuliana Leonarda masuk Fortune di tahun 1982 sebagai staf Accounting, setelah sebelumnya bekerja di sebuah kantor akuntan. Ia bekerja selama 10 tahun di accounting sebelum pindah ke Pelita Alembada dan kemudian Travindo, dua anak perusahaan Fortune, sebelum kelak kembali lagi ke Fortune Indonesia untuk menjadi Finance Director. “Saya sangat suka dengan situasi kantor waktu saya pertama kali masuk,” kisahnya, “karena teman-teman kerja baik dan suasana kerja tidak kaku (sementara) semangat kerja tinggi.” Tetapi di luar itu, yang paling mengesankan dia adalah sistim administrasi dan keuangan yang dia anggap teratur dan terkelola dengan baik, dengan menggunakan system software keuangan yang terbilang canggih saat itu. Di kemudian hari, karena dipandang kurang applicable karena terbatasnya modifikasi yang bisa dilakukan, Yuliana Leonarda dan kawan-kawannya membuat software Adsystem sendiri, mendesain dan memodifikasi sendiri sesuai dengan kebutuhan, yang ternyata jauh lebih baik dan lebih applicable. Itulah semangat inovasi Fortune in action.

62

Ikh tisar Masa peralihan merupakan masa yang sangat menarik karena sambil terjadi peralihan kepemimpinan perusahaan dari tangan tenaga asing ke tangan anak bangsa, Fortune juga berkembang pesat dan berhasil menunjukkan keunggulannya dalam komunikasi pemasaran baik yang komersial maupun sosial. Juga kepemimpinan Indra Abidin nampak sekali dengan semboyan “HAJAR!”-nya yang membakar semangat staf Fortune untuk memberikan yang terbaik. Dan berkat manajemen keuangan yang baik ditambah dengan semangat baja dan kerja keras, maka hutang yang ditinggalkan Fortune International-pun dapat dilunasi dalam 4 tahun. Masa peralihan juga ditandai dengan adanya swa-regulasi periklanan dengan terbitnya Kode Etik Periklanan Indonesisa yang mencakup Tata Cara atau Code of Practices dan Tata Krama atau Code of Conduct. Pada masa itu pula, TVRI, satu-satunya stasiun televisi, berhenti menyiarkan iklan sehingga memperuncing persaingan untuk spasi iklan antar media cetak. Maka keluarlah ketentuan Pemerintah yang membatasi jumlah halaman koran dan persentase halaman iklan agar diperoleh pemerataan dalam pangsa iklan di kalangan media cetak. Di tengah semua itu, Fortune dibawah pimpinan anak bangsa melaju dan bahkan membuat sejarah dengan keberhasilannya membantu mensukseskan dua program pemerintah yang sangat strategis, yaitu Keluarga Berencana dengan kampanye Kondom 25 dan Kesehatan dengan program Posyandu. Keberhasilan serupa diperoleh dalam bidang komersial dengan membantu memperkenalkan dua produk baru, yaitu rokok kretek filter dari Sampoerna dan susu bubuk instan dari Nestle, dua produk yang merubah citarasa dan perilaku konsumen selamanya. Keberhasilan semua itu tidak terlepas dari masuknya tenaga-tenaga baru di bidang kreatif dan keuangan yang membantu melahirkan konsep dan pemikiran baru sehingga Fortune cepat maju dan berkembang. Dengan bekal itu, Fortune memasuki masa pengembangan.

63



n a g n a b m e g n e P Ma sa

Bagian 1

u j a l e m a i s Indone Indonesia di masa itu sedang giat membangun, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial. Laju pertumbuhan ekonomi sudah mencapai angka paling kurang 5% per tahun selama dasawarsa 1970, pendapatan per kapita juga beranjak naik dari tadinya hanya sekitar US$ 70 di tahun 1969 menjadi lebih dari US$ 400 pada tahun 1980. Melalui berbagai program sosialekonomi, angka kemiskinan yang tercatat 65% di tahun 1969 juga berangsur menurun menjadi sekitar 20% pada tahun 1980 dan terus menurun. Pertumbuhan ekonomi yang semakin mantap itu didorong kebijakankebijakan Pemerintah Orde Baru yang mendukung perkembangan pesat industri di bidang investasi, perbankan dan perdagangan. Untuk menopang pembangunan industri nasional, strategi waktu itu dipusatkan pada industri pengganti impor yang sarat tenaga kerja seperti tekstil dan garmen, sepatu, produk kayu dan makanan dan minuman. Strategi ini dilanjutkan dengan strategi promosi ekspor yang mengurangi pajak impor dan pembatasan ekspor yang juga difokuskan pada industri-industri sarat tenaga kerja. Strategi-strategi ini didukung oleh pembaharuan kebijakan ekonomi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang berlangsung hingga akhir abad ke-20. 66



Belanja iklan Pertumbuhan ekonomi selama dasawarsa 1970-1980 itu juga berimbas positif pada dunia periklanan dengan naiknya belanja iklan dari Rp. 4 miliar di tahun 1970 menjadi Rp. 100 miliar di tahun 1980. Tetapi situasi yang kondusif itu terganggu oleh keputusan Pemerintah di tahun 1981 untuk menghentikan penyiaran iklan di TVRI dan diberlakukannya ketentuan porsi berita dan iklan di surat kabar 70-30 oleh Dewan Pers. Ketentuan itu dianggap bertentangan dengan anjuran Pemerintah kepada para industriawan untuk melipatgandakan produksi, sementara dengan sarana promosinya dikurangi para industriawan dikhawatirkan tidak mampu memasarkan hasil produksinya. Tetapi dalam kenyataannya itu tidak sepenuhnya benar. Belanja iklan memang bergeser dari televisi ke media cetak dan didominasi oleh surat kabar, meskipun kemudian harga iklan jadi sangat tinggi. Dalam buku Cakap Kecap terbitan P3I tahun 2004 disebutkan bahwa harga iklan sempat membuat gerah Savrianus Suardi, Ketua P3I waktu itu. Seperti dikutip oleh Daniel Dhakidae dalam The State, the Rise of Capital and the Fall of Political Journalism: Political Economy of Indonesian News Industry, ”Harga iklan dari surat kabar Indonesia adalah paling mahal di dunia. Sangat mahal. Dan sangat sulit untuk keluar dari masalah ini meskipun surat kabar itu efektif atau tidak,” kata Savrianus Suardi. Tetapi demikianlah, tanpa TV dan dengan dominasi surat kabar dan harga iklan selangit, belanja iklan tetap naik mencapai Rp 176 miliar di tahun 1983 dan Rp 226 miliar di tahun 1986.

67

Bagian 2

a w a d n e p a w Penda Bagi Fortune, masa itu sungguh menjadi masa pengembangan dengan semakin lebarnya sayap Fortune dengan tambahan jasa yang disediakan kepada klien-kliennya. Juga di masa itulah duo Indra Abidin-Mulyadi Sulaeman didukung oleh keberadaan sejumlah tenaga andal yang kemudian menjadi pendamping setia Indra Abidin dalam pengembangan dan perkembangan Fortune Indonesia dari masa ke masa. Mereka semua dapat disebut ‘founding fathers and mothers’ Fortune Indonesia, yang memberikan nilai-nilai tambah yang signifikan kepada kemajuan Fortune di masa itu dan seterusnya. Mereka semua dapat dikatakan merupakan pendawa-pendawa Fortune, karena di tangan mereka, di bawah pimpinan Indra Abidin, Fortune Indonesia menjadi jaya.

68


Herman Mulyadi Sulaeman atau lebih dikenal dengan Mulyadi Sulaeman adalah yang paling dahulu masuk Fortune diantara ke enam pendawa itu. Dalam masa pengembangan, Mulyadi Sulaeman menjadi pendamping Indra Abidin yang sangat berperan dalam memajukan Fortune. “Pak Indra dan Pak Mulyadi saling mengisi bagaimana sebaiknya menjalankan roda bisnis perusahaan,” cerita Ibnu Khurie. ”Pak Mulyadi beliau sangat ahli dalam memutarkan uang atau mendayagunakan uang,” sambungnya. Tetapi dibelakang kepiawaiannya dalam mengatur keuangan Fortune, Mulyadi Sulaeman menjadi pendamping Indra Abidin dalam menciptakan hubungan kekeluargaan antar staf. “Pak Indra dan Pak Mul, hubungannya dengan staf sangat personal,” kenang Iwan Ramelan. Kasman Ardan masuk Fortune Indonesia di tahun 1974, awalnya sebagai orang kreatif dalam tim yang dipimpin langsung John Lanham, General Manager Fortune Indonesia. Setahun kemudian ia pindah ke bagian marketing Kenrose, perusahaan farmasi multi-nasional, dan baru kembali lagi ke Fortune tahun 1978 sebagai Account Executive. Kasman Ardan dikenal sebagai orang yang kuat dalam segala komponen penjualan dan dapat berpikir diri sebagai klien.


Meskipun menjabat AE, ia dianggap senior oleh kawankawannya dan merupakan pendukung Indra Abidin yang andal. “Saya memiliki satu guru dan satu ilmu dengan Indra,” katanya. Pada tahun 1980, atas gagasan Mulyadi Sulaemen, Fortune mendirikan anak perusahaan Adwitiya Alembana dan Kasman Ardan diangkat sebagai Direkturnya. Ia dikenal diantara staf Fortune dekat dengan para pejabat pemerintah dan petinggi perusahaan swasta waktu itu sehingga sangat berperan dalam memperoleh sejumlah klien besar, termasuk BKKBN. Adwitiya Alembana yang sudah mereposisi diri dari second string agency menjadi perusahaan graphic design dan exhibition dan corporate communications/PR dikenal jago tender. “Tidak ada tender yang lewat kita,” kata Kasman. Lulusan senirupa ITB itu merupakan pelobi ulung, meskipun, katanya, “itu hasil tim, bukan saya saja.” Pada tahun 1995, Adwitiya Alembana dipecah menjadi dua anak perusahaan dengan berdirinya Fortune Pramana Rancang atau Fortune PR. Kasman Ardan diganti sebagai Direktur Adwitiya Alembana oleh Iwan Ramelan. Ia kemudian menjadi Komisaris untuk Fortune Indonesia, Adwitiya Alembana dan Fortune PR.

69

semua telah berjuang habis-habisan, banting tulang, mengorbankan tenaga dan waktunya untuk kepentingan bersama Fortune di masa itu, masa kini dan masa mendatang Lucia Budiono mulai berkiprah di Fortune sejak tahun 1979, sebagai Media Planning Officer setelah lebih dari enam tahun bekerja di bagian Finance di Cathay Pacific Airlines. Tiga tahun kemudian, ia diangkat menjadi Media Director. “Waktu itu, TVRI tidak lagi menerima iklan, sementara media cetak dibatasi dalam menerima iklan,” cerita Lucy, demikian nama panggilan akrabnya. “Jadi tantangannya adalah bagaimana bisa mendapat space di media cetak,” lanjutnya. Tapi ia merasa pekerjaan di media itu “boring, too easy, routine”, dan di tahun 1985, ia ditantang Indra Abidin untuk memimpin Pelita Alembana, anak perusahaan Fortune yang menurut Kasman Ardan pada awalnya ditugaskan untuk memperoleh iklan baris yang sedang marak-maraknya waktu itu. Perusahaan yang sengaja berlokasi di sebuah ruko di bilangan Kota itu berhasil hingga pernah mempunyai 50 karyawan. Beberapa tahun kemudian, di ruko yang sama, Lucy mendirikan biro perjalanan Travindo, anak perusahaan Fortune yang menangani travel marketing. Beberapa tahun kemudian Lucy kembali ditarik ke Fortune Indonesia untuk menjadi Media Director sambil tetap menjabat Direktur Travindo. “Saya memang mendapat kontrak mati jabatan Media Director,“ katanya. Iwan Ramelan waktu masuk Fortune tahun 1981 awalnya menjadi tenaga lepas. Ia kemudian menjadi Associate Creative Director menangani klien-klien utama Fortune seperti Nestle, Philips, San Miguel dan lain-lain, sebelum bergabung ke Adwitiya Alembana, anak perusahaan yang pada awalnya di posisikan sebagai “second string agency” bagi Fortune. Namun perkembangannya tidak seperti yang diharapkan sehingga Adwitiya Alembana melakukan repositioning sebagai perusahaan graphic design, exhibition dan corporate commmunications. Iwan Ramelan dan rekanrekan di Adwitiya Alembana berhasil mengembangkan jasa

70

desain exhibition dan menjadi pelaksana berbagai ekshibisi internasional, termasuk EXPO 92 di Seville, Spanyol, EXPO 85 di Tsukuba, Jepang, EXPO 86 di Vancouver, Kanada. Iwan kemudian memimpin Adwitiya Alembana dan menempatkan Fortune diantara perusahaan jasa graphic design dan exhibition terkemuka di Indonesia. Semasa menjadi pimpinan usaha pada kelompok Fortune, Iwan diminta untuk mengembangkan dan mengajar desain pada Jurusan Desain di Universitas Trisakti. Di kedua sisi peran sebagai profesional dan pendidik, Iwan Ramelan mempertemukan pemikiran dan pengalaman menjadi faktor-faktor yang saling memperkaya dan melengkapi baik bagi dirinya maupun rekan-rekannya dan para mahasiswa calon desainer Indonesia masa datang. Iapun merintis dan kemudian menjadi Ketua Asosiasi Desainer Grafis Indonesia. Miranty Abidin masuk di Adwitiya Alembana di awal tahun 1983. Sebelumnya, ia bekerja di ASEAN Trade Journal sebagai Chief Editor Indonesian Section. Miranty yang dikenal memiliki keahlian dalam Corporate Communications dan Public Relations, memimpin Divisi Corporate Communications yang kemudian menjadi Divisi Public Relations. Kisah sumbangsihnya kepada pembangunan Fortune dapat dilihat pada bagian berikut. Djodjo Gozali mulai berkiprah di Adwitiya Alembana sebagai Account Manager di tahun 1987. Waktu itu Adwitiya Alembana, anak perusahaan Fortune, masih merupakan perusahaan periklanan umum, tetapi kemudian, mulai memperkenalkan jasa graphic design dan exhibition dan juga corporate communications/PR serta multi-media. Djodjo ditugaskan untuk menangani Exhibition. Klien klien pertama Djodjo Gozali adalah Sekretariat Negara, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM) dan Pameran Produksi Indonesia



(PPI). Djodjo aktif dalam penyelenggaran PPI pertama di tahun 1990 dan PPI kedua di tahun 1995. Ia juga menangani berbagai International Expo, termasuk World Expo di Seville, Spanyol (1992) dan kemudian di Hanover, Jerman (2000), dan Aichi, Jepang (2005). “Adwitiya Alembana mempunyai keunggulan dalam graphic design dan exhibition,” kata Djodjo, “Tidak ada perusahaan design dan exhibition yang terlibat dalam begitu banyak World Expo,” lanjutnya. Indra Abidin sendiri mengaku bahwa mengajak rekan-rekan kerja itu dahulu sangat sulit mengingat masing-masing memiliki kemampuan dan keahlian sendiri-sendiri. Mereka diajak untuk membangun kesamaan tujuan cita-cita dan melaksanakan pembangunan kelembagaan Fortune sesuai dengan potensi dan aspirasi bersama. “Masing-masing memiliki kontribusi khasnya,” cerita Indra, “dan semua telah berjuang habis-habisan, banting tulang, mengorbankan tenaga dan waktunya untuk kepentingan bersama Fortune di masa itu, masa kini dan masa mendatang,“ katanya lebih lanjut. Peran dari para pendawa ini dirasakan seluruh staf Fortune waktu itu dan di kemudian hari. “Keberhasilan Fortune juga saya rasa tidak lepas dari pemimpin-pemimpin lain seperti Pak Mulyadi, Bu Lucy, Bu Mia, Pak Kasman, Pak Iwan dan Pak Djodjo, “cerita Frieda Subroto, Account Executive Fortune yang kemudian menjadi General Manager holding company-nya, Grha Adhika Fortune. “Mereka sangat mendukung Pak Indra dan saya rasa hasilnya bisa dilihat sekarang. Tidak mudah untuk terus bersama dalam bisnis dan bila sekarang mereka masih bersama, berarti kepemimpinan Pak Indra sudah teruji,” tambahnya.

71

Bagian 3

h a n a r k u s Ma s n o i t a l e R c Publi Pada masa pengembangan ini, Adwitya Alembana, sebagai anak perusahaan Fortune yang awalnya didirikan untuk menangani klien yang bersaing dengan klien yang sudah ada, berkembang menjadi perusahaan yang menangani Graphic Design, Exhibition dan Corporate Communications. Yang terakhir ini kemudian menjadi Divisi Public Relations. Repositioning ini terjadi setelah masuknya Miranty Abidin di Adwitiya Alembana. “Saya masuk di Fortune untuk membuka jenis usaha baru, yaitu Public Relations,” tutur Miranty. “Saya sangat merasakan kebutuhan jasa Public Relations yang saat itu belum berkembang,” ceritanya lebih lanjut. 72


Divisi Corporate Communications/PR memainkan peranan sangat besar dalam memperkuat corporate communications Sampoerna guna memperkenalkan korporat itu kepada publik dimana saat itu yang dikenal hanya merk Dji Sam Soe. “Strategi corporate communications yang digunakan pada tahap awal adalah memperkenalkan falsafah perusahaan ‘Menuju titik kesempurnaan’, dengan menggunakan tiga kali pendakian selama tiga tahun berturut-turut menuju puncak Gunung Himalaya,” kisah Miranty Abidin. Publikasi yang diperoleh Sampoerna dari berbagai media nasional dan internasional sangat besar dan luas karena dengan keberhasilan itu mengangkat nama Indonesia dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Pada tahun ke-empat Divisi pimpinan Miranty itu juga melakukan corporate communications yang ditujukan kepada masyarakat internasional, antara lain dengan keberhasilan marching band Sampoerna berpartisipasi dalam


Rose Parade di Pasadena, California, Amerika Serikat. “Dengan keberhasilan corporate comunications-nya, Sampoerna melakukan berbagai diversifikasi, antara lain dalam brand-nya, dan munculah rokok Sampoerna A,” kisah Miranty. Pada tahun 1984, Divisi Corporate Communications/PR di Adwitiya Alembana pisah dan resmi menjadi perusahaan Public Relations dengan nama Fortune Pramana Rancang atau Fortune PR. Baik sebagai divisi maupun anak perusahaan, Fortune PR aktif mendukung berbagai program pemasaran produk komersial dan juga social marketing, termasuk Kondom 25 dan KB Mandiri/Lingkaran Biru. Kelak, Fortune PR akan melaksanakan program yang berhasil menanggulangi suatu krisis besar yang mengguncang dunia industri di Indonesia, yaitu Krisis Lemak Babi.

73

Bagian 4

m a l a d l u g g Un g n i t e k r a m social Diperolehnya klien BKKBN merupakan suatu tonggak sejarah bukan saja bagi Fortune Indonesia tetapi juga bagi dunia periklanan di Indonesia, karena merupakan awal dari penerapan secara penuh suatu ilmu pemasaran yang baru mulai berkembang di seantero dunia, yaitu social marketing. Fortune Indonesia kelak dikenal sebagai perusahaan periklanan yang piawai dalam disiplin komunikasi yang khas ini.

74


Penggunaan iklan untuk mempromosikan suatu cause atau masalah kepentingan umum sudah lama dilakukan oleh Advertising Council atau Dewan Periklanan di Amerika yang berdiri di tahun 1937 untuk mempromosikan berbagai macam cause, dari membangun partisipasi dukungan masyarakat Amerika pada masa Perang Dunia II sampai ke pencegahan kebakaran hutan serta dukungan kepada Palang Merah Amerika. Tetapi baru pada tahun 1970an, para praktisi periklanan terkemuka, termasuk Philip Kotler dan Gerald Zaltsman, melihat bahwa prinsip-prinsip pemasaran yang digunakan untuk menjual produk komersial dapat diterapkan untuk menjual suatu gagasan dan merubah sikap dan perilaku yang membawa manfaat bukan saja bagi pemasar tetapi juga bagi masyarakat pada umunya. Dengan kata lain, “if you can sell toothpaste, why can’t you sell good health?” kata mereka. Teknik itu kemudian digunakan secara luas untuk mempromosikan kesehatan, keluarga berencana dan pendidikan. Social Marketing menunjukkan kemampuan periklanan untuk mewujudkan perubahan perilaku dan berkembang menjadi disiplin terpisah dalam ilmu komunikasi. Sekalipun bukan yang pertama yang menggunakan teknik social marketing, Fortune Indonesia dapat dikatakan adalah yang pertama yang menggunakan pendekatan social marketing pada skala luas dan pada tingkat nasional


di Indonesia, dan Fortunelah yang pertama di dunia menggunakan social marketing untuk Keluarga Berencana. Dan memang orang suka melihat iklan layanan masyarakat dan menganggapnya sebagai social marketing. Anggapan itu tidak sepenuhnya salah tetapi social marketing lebih jauh dari sekedar ILM, dan menyangkut upaya merubah perilaku melalui serangkaian kegiatan advokasi, komunikasi massa dan komunikasi pendukung/tatap muka dan penggerakan masyarakat. Ini disebabkan perubahan perilaku harus didasarkan pada keputusan rasional dan bukan tidak rasional yang menghasilkan peningkatan pengetahuan dan perbaikan sikap. Kampanye social marketing dilaksanakan untuk mencapai sasaran-sasaran yang lebih ambisius, bukan sekedar peningkatan penjualan beberapa persen saja melainkan sasaran-sasaran program yang jauh lebih tinggi, bahkan universal atau seluruh khalayak sasar seperti dalam Universal Child Immunization, Health for All dan Universal Primary Education. Dan dalam bidang social marketing ini, Fortune dianggap unggul dan bahkan sering dijuluki sebagai ”agency pemerintah” karena memperoleh banyak klien instansi pemerintah untuk kampanye-kampanye social marketing.

Fortunelah yang pertama di dunia menggunakan social marketing untuk Keluarga Berencana

75

Bagian 5

n a g n a t h a d Pin Pada tahun 1986, Mochtar Lubis, pendiri Fortune Indonesia Advertising and Marketing Consultants, menawarkan kepada Indra Abidin untuk meneruskan dan menjadi pemilik baru Fortune. ”Tawaran untuk meneruskan Fortune diterima dengan rasa tangung jawab besar kepada masyarakat, klien dan warga Fortune sendiri,” cerita Indra. ”Tawaran ini kami tanggapi dengan baik sejalan dengan cita-cita pribadi dalam menjadikan Fortune terpilih di Indonesia serta menjadikan Fortune pemberi sumbangsih bagi kemajuan bangsa dan negara,” katanya lebih lanjut.

76

Sebagai pemilik baru, Indra Abidin tidak pernah menempatkan diri sebagai pemilik dan selalu menposisikan diri sebagai warga yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sama seperti warga lainnya. Dan setiap warga menurutnya adalah sama, dalam membangun kelembagaan perusahaan termasuk proses kerja, budaya usaha, meletakkan landasan usaha termasuk fungsi sosial dan komersial perusahaan. Dan memang demikianlah di bawah pimpinan Indra Abidin, setiap warga Fortune mempunyai kesempatan maju yang sama. ”Kalau dia mampu dan setia, maka dia akan mendapat kesempatan yang sama dengan warga lainnya; kalau dia berhasil memajukan perusahaan, maka pada gilirannya dia dimajukan perusahaan,” tandas Indra. Demikian pula, pembangunan kelembagaan usaha memerlukan pedoman kerja bersama dengan segala standar yang ditetapkan bersama. Fortune Indonesia, demikian nama baru perusahaan yang dipimpin Indra Abidin, dikelola dengan landasan konsep kekeluargaan. Konsep ini tetap berpegang pada profesionalisme universal dan etos kerja yang tinggi tetapi juga membangun rasa tanggung-jawab bersama terhadap diri, keluarga di rumah, masyarakat, bangsa dan negara. Fortune Indonesia. Tiada duanya.



77

Bagian 6

g n a b m e k r e b Terus Pada masa pengembangan ini, Fortune terus bertumbuh dan sudah dapat menawarkan full service kepada klien-kliennya yang jumlahnya terus meningkat. Untuk itu, Fortune merekrut dan mendatangkan tenaga-tenaga untuk memperkuat keunggulan Fortune dalam memperoleh dan mempertahankan klien-kliennya.

Triawan Munaf masuk Fortune bulan Mei tahun 1982. Lulusan Amerika itu belum bekerja dan ditawari langsung bekerja di Fortune Visuals oleh Iwan Ramelan yang merupakan semacam In-House Production House untuk memproduksi iklan-iklan televisi. Tetapi, karena Fortune Visuals kurang maju setelah ruang iklan di TVRI dihapuskan, beberapa bulan kemudian, ia pindah menjadi Account Executive kemudian Account Director di Fortune Indonesia. Dengan kemampuannya di bidang Creative, ia berhasil dalam menangani banyak klien, antaranya Nestle, Sampoerna, BKKBN, Danmotors, Bangun Tjipta Sarana dan lain-lain. ”Dari segi kreatif, keistimewaan yang ditawarkan Fortune Indonesia adalah filosofi di balik cara berkomunikasi dengan audience-nya,” kata Triawan. ”Pak Indra dan Pak Iwan Ramelan adalah orang-orang nasionalis sehingga mereka selalu menekankan pentingnya menggali cara-cara berkomunikasi dengan gaya Indonesia,” lanjutnya. Triawan tidak terlalu lama berkiprah di Fortune. Sebagai seorang anak muda, waktu itu baru berusia 28 tahun, ia merasa perlu melihat ”dunia luar selain Fortune”. Pada tahun 1988, Triawan pindah ke agency lain dengan bekal pengetahuan dan kenangan manis yang diperolehnya dari Fortune. RTS Masli masuk Fortune di tahun 1983 setelah sebelumnya bekerja sebagai producer dan broadcaster di Philippine Radio Information and Education Center di Manila. Ia mulai sebagai Copywriter dan bekerja di bawah Mustafa Alatas (Alm) yang waktu itu menjabat Creative Director. Ia kemudian menjadi Senior Copywriter dan Associate Creative Director. Klien utama yang ditanganinya adalah Nestle beserta nyaris semua produknya. “Mereka sangat profesional dan bukan klien yang menyulitkan,“ cerita Masli, demikian nama panggilannya. “Karenanya tim kreatif dituntut kerja profesional, kerja baik, kerja keras, tepat waktu dan penuh tanggung jawab,” lanjutnya. Ia lebih banyak menangani bagian ke dalam dan

78



79

Dari segi kreatif, keistimewaan yang ditawarkan Fortune Indonesia adalah filosofi di balik cara berkomunikasi dengan audiencenya sesekali ke klien, yang waktu itu termasuk Nestle,Texmaco, Grundig dan Vespa. Waktu itu Fortune sedang jaya-jayanya. Banyak klien yang percaya kepada Fortune dan setiap bulan ada klien baru atau produk baru yang dikampanyekan. Keberhasilan Fortune banyak ditentukan oleh kemampuan kreatifnya. ”Klien umumnya menilai Fortune sebagai agency yang kreatif dan penuh semangat untuk memenangkan produk kliennya,” katanya. Masli keluar dari Fortune pada tahun 1988 untuk menjadi Account Director di agency lain.” Saya merasa bahwa bisa diterima di agency lain karena ilmu dan prestasi yang saya peroleh di Fortune diakui mereka,” katanya. Truth well spoken. Pada tahun 1985, Roddy McRae mendapat telpon dari Indra Abidin untuk datang ke Indonesia untuk bergabung dengan Fortune. Roddy waktu itu sedang berada di Inggris, negara asalnya, untuk urusan pribadi. Ia kenal dengan Indra Abidin sewaktu bekerja di Fortune FarEast di Hong Kong. Dan memang Roddy telah bergabung dengan Fortune FarEast di tahun 1974 setelah bekerja dengan Ketchum Advertising Japan di Tokyo menangani Japan Air Lines. Ia juga pernah bekerja untuk Fortune Promo Seven di Bahrain dan Dubai. Di Indonesia, Roddy yang jago kreatif itu diminta Indra Abidin untuk melatih staf kreatif Fortune. “Tetapi saya kemudian terlibat dalam tugas creative dan juga account service, dan menjadi orang serba bisa,” cerita Roddy. “Saya menangani semua produk Nestle, Vespa, RJ Reynolds. Praktis hampir semua klien,” katanya lebih lanjut. Dua tahun kemudian, ia meninggalkan Fortune Indonesia untuk bekerja di Advertising Associates, perusahaan Fortune Internasional di Singapura, tetapi setahun kemudian bergabung dengan Sampoerna di Surabaya dimana ia menjadi “in-house marketing consultant”. Pada tahun 1991, Roddy kembali ke Fortune Indonesia untuk menangani produk-produk Nestle. Di kala itulah, ia berperan

80

dalam menciptakan suatu konsep kreatif yang sangat menarik dan bertahan hingga sekarang. Paula Dewi Abdulkadir masih bekerja sebagai pramugari Garuda Airlines di awal tahun 1984 ketika menerima ”lamaran” dari Indra Abidin untuk bergabung ke dalam Fortune Indonesia. Paula Dewi termasuk diantara hanya beberapa VVIP Stewardess atau pramugari pilihan yang dipilih untuk melayani Istana Presiden. Ia awalnya bekerja di Fortune sebagai Account Executive di bawah Triawan Munaf dan kemudian ikut membantu dalam New Business Development dan Promotion. Ia merasa cocok sekali bekerja di Fortune. “Yang senang adalah kita semua seperti satu keluarga dan sangat erat. Saya belum pernah merasakan pekerjaan seperti yang suasananya saya rasakan di Fortune Indonesia,” katanya lebih lanjut. Diantara klien-klien yang ditanganinya adalah Grundig, Philips, Tripatra Engineering, Griyawisata, BKPM dan Sampoerna. Ia juga termasuk team yang menangani pengembangan dan promosi corporate identity atau logo baru Garuda yang dikembangkan oleh Lumentar & Landor, brand consultant dari Amerika. Pada tahun 1985, ia pindah ke Adwitiya Alembana dan masuk Divisi Public Relations yang dipimpin Miranty Abidin. “Saya sangat senang karena ternyata saya menemukan ilmu baru,” ceritanya. Tahun 1990, Paula keluar dari Fortune untuk bekerja di Tripatra Engineering dan kemudian Philips. “Saya bersyukur telah sempat bekerja selama 6 tahun di Fortune,” katanya. Suatu sentimen yang disampaikan banyak mantan warga Fortune.



Ikh tisar Masa pengembangan diwarnai oleh masuknya sejumlah tenaga-tenaga yang kemudian menjadi pendamping setia Indra Abidin dalam pengembangan dan kemajuan Fortune Indonesia dari masa ke masa. Mereka dapat disebut sebagai ’founding fathers’ Fortune Indonesia, termasuk dua perempuan yang memberikan nilai-nilai tambah yang signifikan kepada kemajuan Fortune Indonesia di masa itu dan seterusnya. Mereka dapat dikatakan merupakan pendawa-pendawa Fortune, karena di tangan mereka, bersama dengan Indra Abidin, Fortune Indonesia menjadi jaya. Masa itu juga menandai masuknya Fortune ke dalam ranah Public Relations dengan berdirinya Fortune Pramana Rancang pimpinan Miranty Abidin yang dikenal ahli dalam corporate communications. Fortune PR kelak mendapat penghargaan sebagai perusahaan PR terbaik oleh dua penerbitan industri periklanan. Disamping di bidang PR, Fortune semakin dikenal sebagai piawai dalam Social Marketing dan kelak melakukan begitu banyak proyek pemerintah sehingga mendapat julukan sebagai “agency pemerintah”. Diperkuat dengan warga baru dengan keahlian dan ketrampilan masing-masing, termasuk enam pendawa yang membantu Indra Abidin menakhodai perusahaan hingga sekarang, Fortune di masa itu sungguh berkembang menjadi apa yang sebut Stephan Issenmann, Marketing Manager Nestle waktu itu, sebagai “the leading advertising agency in Indonesia”. Maka dari tahap pengembangan, Fortune memasuki tahap pemantapan yang mengantarkan Fortune ke masa depan yang gemilang.

81



n a p a t n a m e P a Ma s

Bagian 1

e l c a r i M c i m o n o c E n a i s A Ea st Pada masa pemantapan ini, Indonesia mencapai kemajuan yang pesat, sembari memantapkan hasil yang sudah diraih. Kalau sebelum tahun 1987, pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 5% per tahun, setelah itu ”tancap gas” menjadi 6% dan kemudian 7% hingga terjadinya resesi ekonomi dan moneter di tahun 1997/1998. Kemajuan ini bukan saja karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga karena perkembangan cepat industri manufacturing-nya, sehingga Indonesia termasuk diantara perekonomian dengan kinerja yang tinggi di Asia Timur yang melahirkan apa yang disebut ”East Asian Economic Miracle”. Pertumbuhan industri di Indonesia berlangsung dengan dinamis dan berkelanjutan selama satu dasawarsa, dan memungkinkan negara mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas dan menjadi pelaku utama dalam berbagai bidang industri, dari kelapa sawit ke garmen dan elektronik sampai ke farmasi dan makanan/minuman.

84


Pertumbuhan pesat industri di Indonesia yang didukung oleh kebijakan-kebijakan ekonomi yang kondusif juga telah menghasilkan perubahan besar dalam tingkat kesejahteraan rakyat. Pendapatan per kapita naik dari US$ 70 di tahun 1969 menjadi US$ 1100 di tahun 1997, sementara angka kemiskinan menurun dari 20% di tahun 1980 menjadi sekitar 11,3% di tahun 1996. Semua ini tentu merupakan berita baik bagi dunia periklanan karena semakin banyaknya produk tersedia yang membutuhkan pemasaran, sementara daya beli masyarakat juga semakin menguat. Karenanya, industri periklanan termasuk berbagai industri penunjang iklan juga tumbuh pesat.


Di masa itu, bisa dikatakan membanjirlah perusahaanperusahaan periklanan baik nasional maupun multi-nasional. Keanggotaan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia atau P3I terus meningkat, sementara industri penunjang iklan mulai tumbuh dengan hadirnya production house, media house dan creative boutique. Hal itu semua juga dipicu oleh keputusan pemerintah yang mengizinkan TVRI menyiarkan kembali iklan setelah absen 10 tahun, dan berdirinya televisi swasta pertama, RCTI, pada tahun 1989, yang disusul oleh SCTV pada tahun 1990 dan TPI pada tahun 1991. Belanja iklanpun terus membumbung tinggi sehingga mencapai Rp 1,66 trilIun di tahun 1994.

85

Bagian 2

u j a m n a d Maju Di tengah itu semua, Fortune Indonesia terus maju dan maju. Berpindah kantor dari Cempaka Putih ke Jl. Mampang Parapatan Raya/Jl Buncit Raya sejak tahun 1989, Fortune berhasil memperoleh klien-klien besar seperti McDonald’s, Cahaya Department Store, Hyatt International, VIT, Mercedes Benz, Baygon, Indosat dan Telkom. Perolehan klien multi-nasional itu tidak terlepas dari afiliasi Fortune di tahun 1991 dengan DDB Needham, salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia. Fortune juga meraih kembali BKKBN, mempertahankan Garuda dan tetap dipercaya oleh Nestle, terutama ketika mereka menghadapi krisis.

86



Kemampuan Fortune memperoleh klien blue chip baru dan mempertahankan klien blue chip lama disebabkan banyak faktor. ”Ada dua hal penting yang jauh lebih ampuh dari output strategi, media ataupun kreatif, ”cerita Wimpi Handoko, yang masuk Fortune di tahun 1989, awalnya sebagai Account Executive dan naik jenjang menjadi Account Director sebelum kemudian menjadi General Manager pada perusahaan induk Fortune. ”Faktor pertama adalah kebesaran nama Fortune Indonesia serta citranya saat itu di industri periklanan, ” tutur Wimpy, ”dan yang kedua dan tidak kalah pentingnya adalah human chemistry antara personil agency dan personil klien,” katanya lebih lanjut. Pada akhir tahun 1993, Fortune pindah kantor lagi ke Gedung Aurum di Jl. Ampera Raya. Masa kemajuan di paruh pertama dasawarsa terakhir abad ke20 itu merupakan masa emas bagi Fortune, yang menawarkan jasa pelayanan yang lengkap atau full service dari periklanan ke produksi dan media, dan dari PR sampai ke graphic design dan exhibition serta travel marketing. Keunggulan Fortune dibuktikan dengan berhasilnya Fortune menangani sejumlah proyek sulit seperti krisis lemak babi, Lingkaran Biru KB dan berbagai pameran dalam dan luar negeri yang kolosal.

87

Bagian 3

, s i s i r k i s Menga ta d n a r b n u g n a memb Nestle merupakan klien Fortune sejak pertengahan tahun 1975, dan Fortune telah dipercaya untuk menangani semua produk Nestle, dari Susu Cap Nona, Bear Brand, Lactogen sampai ke Cerelac, Dancow dan Milo. Sebagai salah satu blue chip client, dapat dikatakan bahwa Fortune berkembang bersama Nestle. Bersama Fortune, Nestle menjadikan Susu kental Manis Cap Nona merek yang dikenal semua orang sementara Dancow menjadi susu bubuk instan pertama yang masuk pasar Indonesia. Bersama Fortune juga, Nestle berhasil keluar dari suatu krisis, dan bersama Fortune pula, Nestle meluncurkan suatu jingle yang menjadikan Dancow sebagai market leader.

88



bi a b k a m e l s i s i r K Di tahun 1988, Indonesia digemparkan oleh penemuan seorang peneliti di Universitas Brawijaya, Malang, yang mendapatkan bahwa beberapa produk makanan yang beredar di masyarakat dibuat dengan unsur gelatine, yang di negara-negara maju bisa juga dibuat dengan menggunakan lemak babi. Karenanya, produk yang mempunyai unsur gelatine di Indonesia “dicurigai” mengandung lemak babi. Hasil penelitian cepat menyebar dan menimbulkan kepanikan. Jumlah produk yang dicurigaipun bertambah sehingga mencakup berbagai bahan makanan, termasuk kecap, mie instan dan susu bubuk dan bahkan produk kosmetik. Kepanikan rakyat mengarah ke anarki, dengan sejumlah toko dilempari batu oleh massa dan distribusi perusahaan yang memproduksi produk-produk yang dicurigai dihadang dan dirusak. Salah satu produk yang terkena dampak kasus lemak babi ini adalah susu instan Dancow dari Nestle. Fortune diminta membantu melakukan crisis management kasus lemak babi ini. “Strategi yang dijalankan adalah menggunakan pendekatan PR,“ cerita Miranty Abidin, yang waktu itu menjadi Direktur Fortune Pramana Rancang atau Fortune PR. “Periklanan dan promosi yang dilakukan pada saat itu juga memberikan dukungan dan memperkuat program PR,” kata Miranty lebih lanjut. Fortune juga menggalang dukungan dan melakukan pendekatan intensif kepada pejabat berwenang,termasuk Departemen Kesehatan, Departemen Koperasi, Dewan Perwakilan Rakyat dan Majelis Ulama Indonesia. Pemerintah membentuk Tim Verifikasi Nasional bersama dengan MUI untuk menangani kasus lemak babi itu.

meyakinkan beliau untuk datang ke pabrik PT Nestle Dancow di Pasuruan, Jawa Timur untuk membuktikan sendiri bahwa susu Dancow tidak mengandung lemak babi.” Rovic berhasil dan kunjungan Ketua Umum MUI Pusat dan MUI Jawa Timur bersama Tim Verifikasi Nasional ke Pasuruan menjadi kunci dalam meredam krisis lemak babi itu. Kejadian ini disusul dengan pertemuan Tim Verifikasi Nasional dengan Presiden Soeharto untuk melaporkan hasil temuannya. Rovic hadir dan dia pulalah yang memberikan segelas susu Dancow kepada Presiden untuk meyakinkan masyarakat bahwa susu itu tidak mengandung lermak babi. Liputan atas peristiwa tersebut dan dukungan media massa dalam berbagai bentuk pemberitaan media lainnya yang positif telah menyelesaikan masalah itu dengan baik. Berbagai upaya itu ternyata berhasil menanggulangi krisis lemak babi ini dan berakhir positif bagi Nestle. Pengalaman ini menunjukan bahwa suatu krisis tidak harus selalu berdampak buruk pada suatu perusahaan. Dengan crisis management yang baik, bahkan bisa menguntungkan citra perusahaan. Kasus lemak babi ini merupakan satu kejadian fenomenal sehingga menjadi studi kasus PR dalam berbagai literatur internasional, dan contoh bagaimana crisis management yang dilakukan dengan tepat dan baik dapat dengan cepat mencegah suatu krisis menjadi tidak terkendali.

”Saya sendiri menunggu lama sejak pagi hari untuk menemui Ketua Umum MUI, KH Ali Yafie, di rumah beliau,” cerita Ainur Rovic yang waktu itu menjadi PR Officer di Fortune PR, ”untuk

89

ncow a D a k u S u a K Aku dan Pada tahun 1990an, Frisian Flag menjadi saingan utama Nestle dan dengan jingle iklannya ”Susu saya susu Bendera”, menjadi market leader untuk produk susu. Nestle tidak memiliki slogan atau jingle untuk brand utamanya, Dancow. Dennis Chavenis, Marketing Director Nestle waktu itu, meminta Fortune untuk melakukan re-launching susu Dancow. ”He wanted a strategy which shows what Dancow really is (Ia menginginkan suatu strategi yang menggambarkan apa itu Dancow sebenarnya),” cerita Roddy MacCrae, yang waktu itu kembali ke Fortune sebagai Creative Director setelah beberapa tahun bekerja untuk Sampoerna di Surabaya. ”He wanted something that says Dancow is for everybody (ia menginginkan sesuatu yang mengatakan bahwa Dancow adalah untuk semua orang),” tutur Roddy lebih lanjut. Berdasarkan harapan yang disampaikan Dennis Chavenis itu, Fortune melalukan brainstorming yang melibatkan Roddy McCrae, Agus Madjadikara (alm) yang juga adalah Creative Director, dan Mustafa Alatas (Alm), Account Director waktu itu. Brainstorming akhirnya melahirkan pesan ”Aku dan Kau, Suka Dancow”. Pesan itu dibawa ke Singapura untuk menjadikan pesan pokok itu suatu jingle. Fortune kemudian melaksanakan kampanye promosi dengan menggunakan jingle itu. Jingle itu juga dijadikan tagline pada berbagai iklan Dancow. ”Pesan ’Aku dan Kau’ sangat penting,” kisah Roddy, ”sementara tekanan dalam pendekatan kreatif adalah bahwa perkembangan mental sama pentingnya dengan perkembangan fisik,” lanjutnya. Pesan itu juga menekankan bahwa Dancow menghasilkan anak yang cerdas. Iklan TV yang dibuat Fortune menunjukkan bahwa kecerdasan juga berarti sedikit nakal. Pesan itu disampaikan Fortune melalui cerita anak yang masih kecil melihat kakaknya pergi ke sekolah dan menanyakan ibunya

90

kenapa ia tidak bisa pergi ke sekolah juga. Ibunya menjawab bahwa ia belum cukup umur dan baru cukup umur kalau tangannya cukup panjang untuk mencapai bagian atas kepalanya. Tetapi anak kecil itu berhasil melakukannya dengan mencapai bagian atas kapalanya dari belakang leher: cerdas tetapi sedikit curang. ”Iklan itu menunjukkan anak yang cerdas, pintar, punya akal dan sedikit nakal,” kata Roddy McRae. Iklan ”Aku Dan Kau Suka Dancow” kemudian merupakan kunci dari keberhasilan relaunching Dancow. Dengan jingle dan tagline yang masih dipakai hingga kini, Dancowpun berhasil mengungguli Frisian Flag sebagai market leader.



91

Bagian 4

u r i B n a r a k g Lin Salah satu kisah sukses paling menonjol dalam pembangunan sosial di Indonesia adalah Keluarga Berecana, dan Fortune adalah salah satu pelaku utamanya. Setelah berhasil dalam promosi Kondom 25, Fortune di tahun 1987 dipercaya untuk menangani kampanye Lingkaran Biru. Program Lingkaran Biru merupakan lanjutan dari program KB Mandiri. KB Mandiri adalah wujud pelaksanaan kebijakan Pemerintah dalam penyediaan alat konrasepsi yang sebelumnya gratis untuk semua pasangan subur menjadi hanya menyediakan kontrasepsi gratis bagi masyarakat miskin, karena ternyata 70% dari seluruh akseptor KB adalah dari keluarga mampu.

92



Lingkaran itu mencerminkan keluarga dan kehangatan

”Dalam melaksanakan kampanye Lingkaran Biru kami dituntut pemahaman substansial dari program nasional Keluarga Berencana, yaitu Gerakan Nasional KB Mandiri, ”cerita Ainur Rovic, yang menjadi Koordinator Kampanye Lingkaran Biru KB, ”dengan norma dan budaya yang ingin dibentuk dalam persepsi dan perilaku masyarakat, yaitu Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera atau NKKBS.” Maka berangkat dari pemahaman itu, Tim Lingkaran Biru mengembangankan kampanye yang ternyata sangat efektif. “Konsep Lingkaran Biru sangat jelas, yaitu mempromosikan tempat pelayanan KB,” cerita Freida Subrata, yang masuk Fortune pada tahun 1987 sebagai Account Executive yang kemudian menjadi General Manager pada Graha Adhika Fortune, holding company Fortune Indonesia. ”Nama tempat pelayanan itu harus mudah diingat, sederhana sehingga orang yag tidak sekolahpun bisa tahu dan paling penting nama itu mewakili tempat pelayanan KB,” lanjutnya. Konsep Lingkaran Biru digagas oleh Iwan Ramelan dan dimatangkan oleh Roddy McRae, Mustafa Alatas (Alm.) dan Nenny Soemawinata. ”Kita pasang suatu lingkaran biru di sekeliling logo KB Mandiri,” tutur Roddy McRae, yang bergabung dengan Fortune di

tahun 1985 sebagai tenaga creative tetapi kemudian terlibat dalam client service. ”Lingkaran itu mencerminkan keluarga dan kehangatan,” cerita Nenny Somawinata. ”Dan biru adalah warna lelaki,” kata Roddy. Lingkaran Biru kemudian menjadi lambang dari seluruh program KB Mandiri dan memperkuat baik program maupun brand image dari program itu sendiri. Keberhasilan program Keluarga Berencana masuk sejarah sebagai salah satu program pembangunan sosial yang paling berhasil dan bukan saja mendapat penghargaan internasional, tetapi menjadikan Indonesia sebagai rujukan dan tempat pelatihan bagi berbagai negara yang ingin belajar dari Indonesia. Menurut Prof. DR. Haryono Suyono, Kepala BKKBN di waktu itu, ”Kampanye Lingkaran Biru beserta berbagai upaya dan kegiatan keluarga berencana di Indonesia telah berhasil menurunkan angka pertumbuhan penduduk dari 2,34% di tahun 1980 mejadi 1,49% di tahun 2000.” Atas keberhasilan ini, Indonesia mendapat penghargaan dari Badan PBB untuk Kependudukan atau UNFPA. Suatu prestasi menakjubkan, dan Fortune ikut berperan.

93

Bagian 5

n g i s e D c i Graph n o i t i b i h x E n da Indonesia di masa kemajuan ini memusatkan perhatiannya pada bidang ekspor dan peningkatan modal investasi dan aktif menyelenggarakan atau berpartisipasi pada berbagai pameran ekspor, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada tahun 1985, Indonesia ikut serta dalam pameran internasional atau World EXPO yang tahun itu diadakan di Tsukuba Jepang. World EXPO itu mengambil tema ilmu pengetahuan dan teknologi dan menampilkan kemajuan teknologi yang dicapai hingga saat itu.

94

Pada tahun yang sama, Indonesia menyelenggarakan Pameran Produksi Indonesia (PPI) yang pertama di Jakarta. PPI itu diselenggarakan atas inisiatif Departemen Kehutanan sebagai bagian dari usaha Indonesia (yang gagal) untuk menjadikan Jakarta sebagai lokasi Sekretariat dari International Tropical Timber Organization atau ITTO. Untuk PPI pertama itu, Adwitiya Alembana ditugaskan oleh Garuda Indonesia untuk mempromosikan logo dan corporate identity baru mereka. Untuk itu, Adwitiya Alembana membuat mock up pesawat Garuda yang mendapat perhatian besar dari media dan sambutan yang sangat baik dari pengunjung. Dan itulah awal dari kisah Adwitya Alembana sebagai perancang dan pengelola pameran yang andal. Selanjutnya, pada tahun 1986, Adwitiya Alembana ditugaskan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BPKM untuk membantu rancangan dan membuat materi-materi promosi pada World EXPO di Vancouver, Kanada yang bertemakan Communication Technology atau Teknologi Transportasi. “Kami buatkan multi-media, presentasi slide, display dan hampir semua grafik,“ cerita Djodjo Gozali, yang waktu itu bersama Iwan Ramelan menangani graphic design dan exhibition. Kemudian, Adwitiya Alembana dipercaya untuk menangani Pameran Produksi Indonesia yang ke-dua di tahun 1990 di Jakarta. Untuk PPI ke-dua itu, Adwitiya Alembana membuat desain dan materi untuk paviliun Pertanian, Kehutanan dan Pertambangan. Dan pada tahun 1992, mendapat kepercayaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi atau BPPT untuk merancang dan me-manage program untuk paviliun Indonesia pada World EXPO di Sevilla, Spanyol. Temanya adalah Discovery, dalam rangka memperingati 500 tahun ditemukannya benua Amerika.



Di kemudian hari Adwitiya Alembana (yang kelak ganti nama menjadi Fortune Adwicipta setelah Fortune Indonesia menjadi perusahaan terbuka) juga menangani tiga EXPO lagi, yaitu di Hanover, Jerman di tahun 2000, di Aichi, Jepang pada tahun 2005 dan di Zaragoza, Spanyol di tahun 2008. “Tidak ada perusahaan graphic design dan exhibition yang terlibat dalam begitu banyak World EXPO yang seintens itu,” kata Djodjo dengan bangga. Dan memang, Adwitiya Alembana terus berkiprah dalam berbagai pameran, bukan saja sebagai kontraktor design tetapi juga memberikan jasa konseling, dari IndonesiaSingapore Exhibition di tahun 1994 dan perayaan HUT ke50 Republik Indonesia di Hanover Messe, pameran industri terbesar di dunia di tahun 1995 sampai ke pameran dagang dan promosi tahunan Klondyke Days di Edmonton, Alberta, Kanada di tahun 2002 dan PPI ke-3 di Jakarta pada tahun 2003, dan seterusnya. Fortune beserta anak perusahaannya terus berkibar.

95

Bagian 6

g n a b m e k r e b Terus Masa pengembangan ditandai dengan hadirnya komputer sebagai alat canggih yang mempercepat dan memudahkan produktivitas dan kualitas kerja bagi warga Fortune. ”Sejak 1984, di Fortune sudah ada bagian Electronic Data Processing atau EDP dengan program yang dibeli dari Australia untuk Media Administrative System dan Finance System,” cerita Dewi Indrawati atau lazim dipanggil Wiwien, yang masuk Fortune akhir tahun 1987 sebagai programmer. Programming language-nya adalah Cobol. EDP kemudian mengembangkan aplikasi finance di PC dengan OS Cobol. Aplikasi program ini juga digunakan di Fortune Indonesia, Pelita Alembana dan Travindo.

96


Sekitar tahun 1990, Fortune mulai menggunakan IBM AS/400 sebagai Finance Database Server yang saat itu sangat populer dan mahal harganya. Pada era yang sama, Microsoft menerbitkan Operating System Windows 3.11 dan para user mulai marak menggunakan PC. Fortune mulai menggunakannya walaupun komputer - komputer belum terhubung ke Network; sementara koneksi Internet yang ketika itu masih dial up, digunakan di Fortune untuk posisi Account Director keatas (terbatas). Tahun 1996, Divisi Media mulai menjalankan Network Computer karena adanya kebutuhan penggunaan Aplikasi Nielsen dengan database yang terpusat. Tahun berikutnya Operating System mulai beralih ke Windows 95; dan di tahun tsb Divisi EDP berganti nama menjadi Management Information System (MIS). Pada tahun 1998 Fortune mulai mengaplikasikan Computer Networking dan Internet Sharing walau saat itu koneksi internet masih via dial up. Di awal tahun millenium, kantor


Fortune pindah ke MT Haryono; bersamaan dengan itu seluruh komputer di Fortune sudah terhubung ke Network dan Internet. ”Sejak itu,” kisah Wiwien, ”komunikasi sudah dilakukan melalui e-mail, sharing file antar user dilakukan melalui computer network, infrastruktur jaringan komputer di-upgrade, internet firewall mulai di-implementasikan dan Fortune mulai punya website sendiri.” Memasuki era digital, informasi teknologi di Fortune terus berkembang. Dan kini, internet bandwith ditingkatkan untuk kecepatan mendapat informasi, infrastruktur di perkuat agar user dapat bekerja secara mobile, penerimaan fax tersimpan dalam database email dan distribusi dijalankan secara paperless, dan ada portal yang menyimpan seluruh hasil karya Fortune sebagai bank data. Dan seterusnya dan seterusnya. Fortune memanfaatkan teknologi informasi mutakhir bagi kelancaran dan pengamanan kerjanya.

97

Bagian 7

a s i b a b r e s a Tenag Di masa yang memperlihatkan kemajuan di segala bidang, termasuk dalam industri periklanan, Fortune mendapatkan tenaga-tenaga baru yang profesional dan serba bisa yang menyumbang pada kemajuan perusahaan. Mustafa Alatas (alm.) masuk Adwitya Alembana di tahun 1984, awalnya sebagai copywriter, tetapi kemudian menjadi Creative Director. Adwitya Alembana waktu itu masih merupakan perusahaan periklanan dan ia menangani sejumlah klien seperti Sampoerna dan Nestle. Tahun 1987, ia pindah ke Fortune Indonesia. Ia termasuk tenaga serba bisa yang banyak terlibat dalam sejumlah proyek yang mengharumkan nama Fortune, termasuk relaunching Dancow (”Aku Dan Kau Suka Dancow”), Lingkaran Biru dan Krisis Lemak Babi. Mustafa meninggalkan Fortune tahun 1995 untuk membangun usaha sendiri. Freida Subrata mulai berkiprah di Fortune tahun 1987 sebagai Account Executive dan kemudian menjadi Account Supervisor. Disamping menangani beberapa produk komersial seperti Vicks dan L’Oreal, Freida juga terlibat dalam social marketing. Ia ditugaskan oleh atasannya, Triawan Munaf sebagai Account Manager, untuk menangani Kondom 25, account yang baru diperoleh Fortune. Penanganan Kondom 25 dianggap berhasil karena konsep yang diterapkan Fortune sederhana, jelas dan langsung pada sasaran. Freida tidak lama di Fortune dan keluar di tahun 1989. Tetapi ia kembali di tahun 1992 dan menjadi General Manager pada induk perusahaan, Grha Adhika Fortune. Ia membawahi commerce/business development, jadi mendampingi semua anak perusahaan mencari klien baru. Freida keluar dari Fortune tahun 1994 untuk membangun usaha sendiri.

98

Ainur Rovic masuk Fortune di tahun 1988 sebagai PR Officer di Adwitiya Alembana dan kemudian pindah ke Fortune PR. Rovic mempunyai kelebihan dalam human relations, dan karenanya sering diajak Indra Abidin untuk menemui Menteri. ”Saya sering diajak Pak Indra kalau mau bertemu dengan seorang Menteri,” kisah Rovic. ”Setelah ketemu Menteri, saya disuruh lanjutkan,” katanya. Rovic kemudian pindah ke Fortune Indonesia sebagai Account Executive dan kemudian Account Manager. Pada tahun 1990, ia diangkat menjadi Koordinator Tim Lingkaran Biru yang kemudian dirubah menjadi Tim Social Marketing. Rovic sempat berhenti dari Fortune selama satu tahun (1995-1996), tetapi kembali sebagai Account Director. Klien-klien yang ditangani Ainur Rovic sebagian besar adalah instansi pemerintah, antara lain KLH, DepKes, BKKBN dan DepAg (”Dan semuanya berhasil!” katanya). Kepiawaian Fortune dalam social marketing ini menjadi sangat berharga di masa Krismon, ketika Fortune ditunjuk oleh berbagai instansi pemerintah untuk membantu dalam program penyelamatan dan pemulihan dari dampak krisis itu. Di kemudian hari, Ainur Rovic akan terlibat dalam banyak lagi program social marketing, seperti kampanye antipembalakan hutan, Satu Abad Bung Hatta dan Pemilu 2004. Rovic keluar dari Fortune tahun akhir 2005 ketika Divisi Social Marketing dibubarkan, dan pindah kerja sebagai konsultan Departemen Pertanian.

ian d b a g n e P Ca ta tan 8 Kujang 32

Pada tahun 1992, Fortune mendapat tugas yang amat luar biasa, yaitu mendesain dan menerbitkan buku tentang kisah Batalyon Kujang 328 sewaktu bertugas di Timor Timur. Yang minta adalah Prabowo Subiantyo, waktu itu masih Kolonel, mantan Komandan Batalyon itu, dan Fortune diberi waktu kurang dari satu bulan untuk menyelesaikan buku yang diberi judul ”Catatan Pengabdian Kujang 328”. Buku itu diterbitkan dalam rangka merayakan HUT Batalyon Kujang 328. ”Saya langsung ditunjuk oleh Pak Indra sebagai Pimpro untuk menangani proyek tersebut,” cerita Ibnu Khurie, yang waktu itu General Manager Fortune Compsett. ”Ib, saya yakin Anda bisa menyelesaikannya,” pesan Indra Abidin, yang sudah menjadi Presiden Direktur Fortune Indonesia. Dari konsep kreatif, pemotretan, desain sampai dengan cetak, pengerjaan buku itu betul-betul penuh tekanan. ”Kita seperti disandera, karena 2 jeep tentara sengaja ditaruh di kiri kanan pintu kita dan biasanya Pak Prabowo kalau datang ke kantor untuk lihat bukunya, selalu datang jam satu atau jam dua dini hari,” kata Ibnu Khurie. ”Bahkan PLN-pun dijaga untuk mencegah terjadinya pemadaman listrik,” lanjutnya. Yang bikin rasa tenang Ibnu Khurie dan kawan-kawan adalah dukungan penuh yang diberikan Indra Abidin, yang selalu ikut mendampingi dan memantau setiap harinya dari Gedung Fortune. ”Sempat ketika Pak Prabowo marah-marah, saya langsung kontak Pak Indra dan saya utarakan kondisi saat itu, dan beliau langsung datang dan menjelaskan duduk persoalannya kepada Pak Prabowo,” tutur Ibnu. Buku itu akhirnya selesai tepat waktu dan dikirim ke Markas Baret Hijau, Kujang 328 di Cilodong pada jam 02.00 dini hari. Prabowo Subianto, yang kelak menjadi Letnan Jenderal dan Panglima Kostrad, merasa puas karena bisa dibagikan pada acara HUT Kujang 328 pada hari itu juga.

99

Pindah dari perusaahaan rakitan komputer, Dewi Indrawati atau Wiwien, masuk Fortune di akhir tahun 1987 sebagai programmer untuk kemudian memimpin bagian EDP dan kelak MIS. Teknologi informasi waktu itu masih belum begitu canggih. ”Waktu baru masuk, memang sistim yang digunakan kurang kompatibel,” kata Wiwien, ”karena software aplikasi yang yang dibeli di luar selalu tidak bisa sepenuhnya applicable di Indonesia.” Tetapi perkembangannya melaju begitu cepat dari tahun ke tahun sehingga Wiwien harus kerja keras, kendatipun dengan stafnya yang awalnya hanya satu orang, untuk melengkapi Fortune beserta seluruh anak perusahaannya dengan perangkat teknologi informasi yang mutakhir. Dan iapun berhasil. Lusiana Tanahdjaja belum pernah bekerja. Dengan latar belakang pendidikan management, Lusiana masuk Fortune di tahun 1989 sebagai tenaga administrasi, tetapi hanya untuk seminggu. Ia kemudian dipindahkan ke bagian media, awalnya sebagai media planner. Ia ternyata berhasil sampai menduduki jabatan Associate Media Director. Lusiana kemudian diangkat menjadi Associate Client Service Director dan kemudian Group Brand Manager. Wimpi Handoko adalah seorang arsitek yang berkecimpung di bidang real estate. Pada tahun 1989, ia memutuskan untuk terjun ke dalam dunia periklanan dan masuk Fortune sebagai Account Executive. Sebagai orang yang masih awam, ia harus banyak belajar. ”Saya beruntung bekerja di sebuah agency yang melihat jelas accomplishment dan achievement setiap orangnya,” ceritanya, ”dan beruntung karena saya belajar banyak dari atasan dan teman-teman yang memberi saya inspirasi untuk bekerja lebih baik.” Berkat keuletan dan kemampuannya, ia kemudian diangkat menjadi Account Supervisor dan ditugaskan menangani account

100

Nestle dengan berbagai produk dan brand-nya, Mercedes Benz, Dr. Dralle, air mineral VIT dan rokok Kansas. Wimpi kemudian menjadi Account Director dan Client Service Director. Disamping tetap menangani Nestle, ia ditugaskan menangani klien blue chip lain, yaitu McDonald’s dan Cahaya Department Store. Wimpi kemudian diangkat menjadi General Manager, yang harus terlibat dalam semua masalah di kantor terutama yang menyangkut SDMnya. Wimpi merasa bahwa ia merupakan orang yang paling beruntung bekerja di Fortune, karena di perusahaan inilah ia mendapatkan isterinya yang tercinta. Setelah absen beberapa tahun, Roddy McRae kembali ke Fortune pada tahun 1991 sebagai Creative Director tetapi juga terlibat dalam client service. Ia ditugaskan untuk membantu menangani Nestle yang waktu itu juga ditangani oleh Ogilvy dan McCann Ericksson dengan semua produk dan brand-nya. ”I was their main contact person in Fortune (saya menjadi contact person utama mereka di Fortune),” ceritanya. Ia juga terlibat dalam mengembangkan strategi untuk relaunching Dancow (dengan jingle: ’Aku dan Kau Suka Dancow’). Roddy memang orang kreatif yang piawai, dan sewaktu bekerja untuk Sampoerna sebelum kembali ke Fortune, dialah yang mengembangan iklan kolosal untuk Sampoerna yang menampilkan drumband Sampoerna di atas bukit Gunung Bromo. Pada bulan April 1993, Dewi Gajahmada bergabung dengan Adwitya Alembana sebagai Exhibition Designer. Waktu itu, Adwitiya Alembana -- yang di tahun 2002 berganti nama menjadi Fortune Adwicipta -- memang sedang aktif membantu berbagai instansi dan badan pemerintah dalam menyelenggarakan atau menjadi peserta pameran, baik di dalam maupun luar negeri. Dewi, yang sebelumnya bekerja

101

di perusahaan Engineering Contractor, mudah menyesuaikan diri dan langsung dilibatkan dalam membuat materi, desain grafis, konstruksi berbagai pameran di seantro dunia. Diantara pekerjaan yang dilakukan oleh Dewi pada masa awal adalah untuk paviliun Indonesia pada ’TELECOM’ di Jenewa, Swiss untuk Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dan pada pameran, ’Partners in Progress’ untuk Departemen Perindustrian di tahun 1995; dan paviliun Indonesia pada ’HABITAT II Trade Fair’ di Istanbul, Turki untuk Kantor Menteri Perumahan Rakyat, pada pameran Cable and Satelite di Hong Kong dan pada pameran ’World Food Summit’ FAO di Roma, Italia. Dewi dilibatkan pada berbagai pameran internasional lainnya, termasuk EXPO di Hanover, Jerman di tahun 2000 dan EXPO di Aichi Jepang tahun 2005. Jarang terdengar seorang wartawan masuk dunia periklanan, tetapi itu yang terjadi di tahun 1993 ketika Indah Soepraba, wartawan Kompas Group, masuk Fortune PR. Awalnya bekerja sebagai Public Relations Officer, ia kemudian menjadi Media Relations Officer dan kelak diangkat sebagai Senior Consultant. “Pada awalnya, PR masih diasosiasikan sebagai pekerjaan yang memberikan pelayanan terbatas,“ kisah Indah, “terbatas pada hubungan baik dengan media, publikasi, publisitas, pembuatan dan penyebaran siaran pers,“ katanya lebih lanjut. Tetapi semua itu sudah berubah dengan berkembangnya dunia PR. Indah terlibat dalam berbagai pekerjaan PR seperti media relations, komunikasi krisis, Litigasi PR, Korporat PR, Social Marketing, dan lainlain. Indah menangani aneka ragam klien, diantaranya PLN, Jasa Marga, BNI, Telkom, PTATK dan Bukopin. Kalau ditanya apa yang menjadi kunci keberhasilan seorang petugas PR, ia menyebut lima hal, yaitu bertanggung jawab, mencintai pekerjaan, profesional, loyalitas dan bonding dengan klien. Indah sekali.

102

Indira Abidin bergabung dengan Fortune Indonesia pada tahun1996 untuk memperkuat tim New Business Development atau NBD. Pada masa Krismon, Fortune Indonesia dipercaya untuk mengelola kampanye social marketing Aku Anak Sekolah, dan Indira ditugaskan untuk memimpin tim hotline service kampanye tersebut. Indira secara pribadi turut mendengar jerit tangis masyarakat yang saat itu tak lagi mampu menyekolahkan anaknya. Pengalaman itulah yang mendorong Indira untuk menekuni bidang pendidikan di School of Education, Boston University. Di Boston, Indira mengevaluasi kembali keberhasilan Fortune Indonesia dalam berbagai kampanye pemasaran sosial, di bawah penjurusan yang diambilnya, yaitu International Education Development Program. “Begitu lulus (di tahun 2001), saya mendapat telepon dari Bapak Mulyadi Sulaeman yang langsung menawari saya untuk menjadi Corporate Secretary karena Fortune Indonesia akan go public,” cerita Indira. Indira pun kembali ke Jakarta dan mengemban tugas sebagai Corporate Secretary, membidani IPO PT Fortune Indonesia Tbk. Indira banyak membangun citra perusahaan, membangun pengenalan masyarakat mengenai industri iklan dan perseroan. Keberhasilannya membangun citra perusahaan mendorong pimpinan Fortune untuk mengangkat Indira sebagai salah satu brand team leader, dan kemudian Managing Director Fortune PR. Klien-klien pertama yang dipegangnya adalah Djarum, Secure Parking dan Telkom Indonesia Tbk. Dibawah pimpinannya (dan tentunya Miranty Abidin), Fortune PR mendapat penghargaan sebagai PR terbaik oleh majalah Cakram di tahun 2007 dan Majalah Mix di tahun 2008.



Ikh tisar Masa pemantapan berlangsung di tengah majunya perekonomian bangsa sehingga Indonesia dianggap termasuk dalam kelompok “East Asian Economic Miracle”, dan juga merupakan masa emas bagi industri periklanan dengan meningkatnya dengan tajam belanja iklan dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan Fortune, yang disamping berhasil meraih sejumlah klien besar seperti Hyatt International, VIT, Mercedes Benz, Baygon, Indosat dan Telkom, juga memperoleh kembali BKKBN, mempertahankan Garuda dan tetap dipercaya oleh Nestle. Dimasa emas itu pula, Fortune, melalui anak perusahaannya Adwitiya Alembana, menunjukkan keunggulannya dalam merancang dan mengelola pameran internasional yang terbukti dengan dipercayakannya Adwitiya Alembana membantu menyelenggarakan Pameran Produksi Indonesia dan menangani keikut-sertaan Indonesia dalam berbagai World EXPO di mancanegara. Sementara secara internal, mulai teleknologi informasi sebagai sarana untuk meningkatkan kinerja dan mempermudah penyimpanan data dan informasi dikembangkan dan terus berkembang menjadi sarana yang berdampak sangat besar pada peningkatan kualitas produk kerja yang dihasilkan Fortune. Kepiawaian Fortune dalam komunikasi korporat mendapat tantangan paling besar ketika diminta oleh Nestle membantu mengatasi krisis lemak babi yang pada tahun 1988 mengancam brand utamanya, Dancow, yang disebut-sebut mengandung lemak babi. Melalui anak perusahaan Fortune PR, Fortune berhasil bukan saja melakukan manajemen krisis yang baik tetapi dalam prose itu bahkan membantu meningkatkan tingkat penjualan Dancow. Sementara itu, Fortune kembali dipercaya BKKBN untuk merancang dan melaksanakan kampanye program Lingkaran Biru KB, yang menjadi program pembangunan sosial yang paling berhasil dan mendapat penghargaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Demikian pula, Fortune dipercaya oleh (waktu itu) Kolonel Prabowo untuk mendesain dan menerbitkan buku berjudul ”Catatan Pengabdian Kujang 328”. Buku itu diterbitkan dalam rangka merayakan HUT Batalyon Kujang 328. Fortune, sebagaimana warganya, menjadi perusahaan yang serba bisa, yang berpegang pada pola pikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Kecuali tentunya terjadi hal-hal yang diluar kemampuannya seperti krisis ekonomi dan moneter yang melanda Negara di tahun 1997/1998. Cerita berikutnya adalah bagaimana Fortune bisa survive ditengah krisis yang dahsyat itu.

103

40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indon Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia nesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune In 104 Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fort Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tahun Fortune Indonesia 40 Tah


s i s i r k Ma sa

Bagian 1

s i s i r k a i s Indone Setelah tiga dasarwarsa mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat dan terus menerus, mulai pertengahan tahun 1977 hingga akhir 1998 perekonomian Indonesia berhenti tumbuh. Krisis itu dimulai dengan ambruknya mata uang Baht Thailand yang kemudian merambat ke negara-negara lain di wilayah Asia Timur, termasuk Indonesia, Filipina dan Republik Korea. Nilai tukar mata uang Rupiah merosot tajam sampai 500% pada pertengahan tahun 1998, sementara banyak perusahaan, terutama perusahaan besar, yang tergantung pada barang dan komponen impor serta kredit luar negeri berhenti berproduksi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun itu jatuh menjadi minus 13%. Produk Domestik Bruto per Kapita yang pada tahun 1996 mencapai US$ 1.200 jatuh menjadi hanya US$ 300 pada awal 1998. Demikian juga belanja negara merosot tajam sehingga sejumlah instansi pemerintah mendapatkan anggaran proyeknya dikurangi secara drastis. Krisis ekonomi dan moneter, yang kemudian dikenal dengan sebutan Krismon, juga berdampak buruk pada industri periklanan. Perusahaan-perusahaan penghasil produk konsumen seperti makanan dan minuman, elektronik dan kendaraan bermotor mengalami kesulitan berproduksi karena sebagian besar bahan mentahnya atau komponennya didatangkan dari luar negeri. Dari 286 perusahaan yang

106

terdaftar di Bursa Efek Jakarta, tinggal 22 perusahaan yang dianggap sehat. Harga kebutuhan pokok melambung tinggi, mengakibatkan jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat dari 13,7% menjadi 24,2%, dan belanja konsumen pun jatuh. Banyak produsen produk konsumen berhenti beriklan dan belanja iklan untuk tahun 1998 menurun dengan 26,2% dibanding tahun 1997.



107

Bagian 2

s i s i r k h a g n e t i d n a h a t r Be Berkurangnya belanja iklan tentu membawa dampak negatif pada industri periklanan. Sebagai konsekuensi menurunnya belanja iklan, sejumlah pengiklan mengurangi atau bahkan tidak melakukan promosi sama sekali. Banyak perusahaan periklanan yang mengalami kemunduran, dengan mundurnya klien-klien mereka dan berkurangnya pendapatan mereka. Ada yang terpaksa memPHK-kan karyawannya secara besarbesaran atau memberlakukan kerja bergantian (sehari kerja, sehari tidak) demi efisiensi. Mereka juga kehilangan sejumlah klien mereka.

108

Fortune pun merasakan dampak dari 'Krismon'. Semasa krisis Fortune memang kehilangan klien, dan yang lainnya berhenti beriklan. Untuk perusahaan periklanan, itu adalah ibarat lonceng kematian, dan langkah-langkah perlu diambil untuk menyelamatkan perusahaan. “Fortune melakukan berbagai tindakan penghematan untuk mengurangi biaya operasional”, cerita Mulyadi Sulaeman, Direktur Keuangan dan Administrasi Fortune, “ dan bahkan terpaksa memberhentikan hampir separuh warga kami”. Tetapi berbeda dengan agency lain, Fortune memiliki satu kelebihan yang sangat membantu di masa krisis itu. “Yang terjadi di Fortune kebalikan dari agency lain,” cerita Lusiana Tanahjaja, Group Brand Manager waktu itu, “karena Fortune mempunyai keunggulan dan dipercaya untuk menangani proyek social marketing”. Hal sama diceritakan oleh Ainur Rovic yang waktu itu khusus bergerak di bidang social marketing, “Fortune tidak kehilangan bahkan menambah klien untuk kampanye social marketing selama krisis,”kisahnya. “Sebagian besar klien yang saya tangani adalah pemerintah,” katanya lebih lanjut. Dan memang, di masa krisis, Pemerintah melakukan berbagai usaha penyelamatan (rescue) untuk mengurangi dampak krisis terhadap rakyat miskin, dan upaya pemulihan (recovery) melalui berbagai program untuk membangkitkan kembali bangsa dari kenestapaan.



Fortune tidak kehilangan bahkan menambah klien untuk kampanye social marketing selama krisis

109

Bagian 3

Membantu a s g n a b n a k menyelama t Krismon banyak berdampak negatif baik terhadap dunia usaha, termasuk perbankan, maupun terhadap kehidupan masyarakat umum karena semakin tingginya biaya hidup. Masyarakat miskin khususnya bukan saja semakin sulit membeli sembako dan memberi makanan bergizi kepada anaknya tetapi merekapun semakin tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya. Fortune dipercaya untuk membantu serangkaian program baik untuk mengatasi dampak dari Krismon maupun untuk membangkitkan kembali bangsa melalui berbagai kampanye social marketing.

110



a i s e n o d In k n a B Ketika Krismon berkecamuk di Indonesia, salah satu bidang usaha yang kena dampak buruk adalah perbankan. Banyak bank mengalami kesulitan likuiditas dan Bank Indonesia harus melikuidasi 16 bank karena tidak memenuhi kualifikasi sehat. Yang ditakuti adalah tindakan itu akan mengakibatkan rush kepada bank-bank tersebut dan bank-bank lain sehingga sistem perbankan di Indonesia bisa collapse. Fortune diminta oleh Bank Indonesia untuk melakukan program komunikasi untuk membantu mengatasi kemungkinan itu. “Yang diinginkan Bank Indonesia adalah bagaimana memulihkan kepercayaan kepada sistem perbankan Indonesia,” kisah Miranty Abidin, Direktur Fortune PR yang menangani program itu. Yang pertama dilakukan Fortune PR adalah melakukan research tentang jumlah proyek yang dikhawatirkan akan kena dampak dan nasabahnasabah bank yang bermasalah dan tidak bermasalah. Kampanye diluncurkan berupa pengumuman melalui media massa, konferensi pers dan sebagainya yang memberitahu dan menjelaskan keputusan pemerintah menutup 16 bank, dengan dukungan para endorser, yaitu ahli-ahli ekonomi, Perbanas, Bankers’ Club, dan lain-lain. “Fortune PR melanjutkan dengan membuat acara-acara seminar serta tulisan media oleh para ahli yang menggambarkan bahwa Indonesia perlu disehatkan tetapi bank-bank itu memang harus ditutup,“ cerita Miranty lebih lanjut, Pemerintah juga meminta bankbank itu untuk bisa membayar nasabah-nasabahnya dan sisa yang belum dibayar akan dibantu pemerintah.

Yang diinginkan Bank Indonesia adalah bagaimana memulihkan kepercayaan kepada sistem perbankan Indonesia

Krismon memang menimbulkan masalah besar bagi perekonomian Indonesia, tetapi berkat bantuan Fortune, kekhawatiran akan terjadinya panik di masyarakat paling tidak dapat diredam.

111

lah o k e S k a n A u k A Di awal tahun 1998, dampak krisis ekonomi dan moneter sudah menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat. Masyarakat miskin mengalami kesulitan untuk menyekolahkan anaknya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memperkirakan bahwa sampai 7,5 juta anak usia sekolah dikhawatirkan tidak akan dapat melanjutkan pendidikannya alias menjadi dropout atau tidak bisa masuk sekolah SD dalam tahun ajaran 1998-1999. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat atau Menko Kesra, Prof. Dr. Haryono Suyono, memanggil tiga perusahaan periklanan, yaitu Fortune Indonesia, Hotline dan Matari untuk membantu mengatasi masalah pendidikan ini melalui suatu kampanye social marketing. Fortune diminta untuk memimpin Tim perusahaan periklanan untuk mengembangkan strategi komunikasi dan konsep kreatifnya. Juga disepakati bahwa Hotline akan menangani iklan layanan masyarakat, sementara Fortune menangani aspek komunikasi pendukung dan tatap muka, public relations serta pembangunan kemitraan dan penggerakan masyarakat. Pendanaan disediakan oleh Badan PBB untuk Anak-Anak atau UNICEF. Fortune sebagai Ketua Tim ditugaskan untuk mengembangkan strategi dan konsep kreatifnya. Tim itu dipimpin langsung oleh Indra Abidin. ”Fortune mengembangkan strategi

112

yang menempatkan anak sebagai pelaku utama kampanye dengan logo ’Aku Anak Sekolah’ dan slogan ’Ayo ke Sekolah’, kisah Ainur Rovic, Account Director Fortune, ”dengan tekanan bahwa setiap anak usia sekolah wajib disekolahkan orangtua dan orangtua harus mau berkorban untuk masa depan anaknya.” Berdasarkan konsep ini, Hotline memproduksi serangkaian iklan layanan masyarakat yang menampilkan kelompok sinetron TV “Si Doel Anak Sekolahan” yang waktu itu sangat digemari penonton. Fortune membantu menggalang dukungan dari Presiden BJ Habibie (yang menggantikan Presiden Soeharto tahun itu) dan berbagai tokoh bangsa, seperti KH Abdurrachman Wahid atau Gus Dur, Megawati Soekarno dan selebriti seperti artis-artis terkenal Titiek Puspa dan Sherina dan tentu Rano Karno, bintang ’Si Doel’. Kemitraan dibangun dengan Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI yang menggerakan seluruh guru sampai ke tingkat desa untuk mendukung program Aku Anak Sekolah itu. “Fortune mengembangkan paket informasi program Aku Anak Sekolah berupa buku pedoman, leaflet, poster, audio-cassette, dan materi komunikasi pendukung lainya yang disebarkan oleh PGRI ke seluruh jajarannya,“ tutur Rovic. Fortune juga membantu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam



memberdayakan Komite Sekolah yang didirikan pada tingkat propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan sampai ke tingkat sekolah melalui penyelenggaraan serangkaian seminar dan lokakarya dimana Fortune membantu menyediakan paket informasi yang dibutuhkan. Melalui Komite Sekolah ini serta dukungan PGRI, sekolahsekolah di seluruh Indonesia diikut sertakan dan diberdayakan untuk mensukseskan program Aku Anak Sekolah ini. Sementara itu, untuk menggerakan masyarakat, Fortune membantu menggalang kerjasama dengan Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga atau PKK dan sejumlah LSM agama dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Berkat kerja keras dari Pemerintah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang didukung kampanye Aku Anak Sekolah, jumlah yang putus sekolah atau tidak masuk SD berhasil dikurangi dari perkiraan awal 7,5 juta menjadi 2,5 juta. Ini merupakan prestasi yang luar biasa di tengah krisis yang sangat dahsyat itu, sehingga mendapat penghargaan dari Bank Dunia. Luar biasa.

113

Takesra dan Kukesra Menjelang krisis, Pemerintah telah meluncurkan Program Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera (KUKESRA) yang bertujuan untuk menumbuh-kembangkan semangat dan kemampuan keluarga, khususnya yang kurang mampu, untuk berwirausaha melalui kelompokkelompok ekonomi produktif keluarga yang dikenal dengan sebutan kelompok Prokesra. Dalam menghadapi krisis ekonomi, Program Takesra ditingkatkan ke tahap ketahanan ekonomi keluarga. Fortune diminta BKKBN untuk melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mendorong kelompok akseptor KB untuk menabung. Program KIE mencakup pengembangan materi ATL dan BTL serta materi penyuluhan untuk petugas lapangan dan kader KB. ”Pesan pokoknya,” cerita Ainur Rovic, Account Director Fortune yang menangani kampanye-kampanye social marketing waktu itu, ”adalah bahwa tabungan yang terkumpul dapat digunakan untuk pengembangan usaha kelompok dan juga untuk kepentingan anak sekolah.” Fortune juga membantu sosialiasi untuk Kukesra tentang tata-cara pengajuan kredit dari bank. ”Pesan pokoknya,”kata Rovic, ”marilah kita tingkatkan ekonomi keluarga melalui usaha bersama kelompok”.

114


n a n a k a M n a i r e Pemb k a n A n a h a b m Ta Sekolah Krisis ekonomi dan moneter yang berdampak besar pada daya beli masyarakat juga berimbas pada status gizi anak-anak, baik bayi, balita maupun anak sekolah. Menurut Bank Dunia, sepertiga anak di negara-negara berkembang termasuk Indonesia kekurangan kalori energi protein (KEP) atau bergizi rendah. Ditengah krisis itu, Pemerintah memperkenalkan program Pemberian Makanan Tambahan untuk Anak Sekolah (PMT-AS), untuk meningkatkan perhatian dan kemampuan anak dalam proses belajar di sekolah, meningkatkan gizi dan kesehatan siswa dan meningkatkan kesadaran orangtua untuk lebih memperhatikan pendidikan, kesehatan dan gizi anakanaknya. Program ini juga ditujukan untuk memanfaatkan produk lokal dan menambah pendapatan masyarakat. Fortune ditugaskan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk membantu sosialisasi program PMT-AS ini. ”Tugas yang diberikan DepDikBud mencakup mengedukasi kepala dan guru sekolah untuk memperhatikan gizi dan kebersihan anak,” tutur Ainur Rovic, ”serta melalui program ini meningkatkan perputaran ekonomi lokal karena PMT harus terbuat dari bahan-bahan lokal.” Untuk itu, Fortune mengembangkan berbagai materi komunikasi pendukung seperti buku pedoman program PMT-AS, poster dan leaflet.


Anak Jalanan Memburuknya gejala sosial anak jalanan merupakan akibat langsung dari krisis di berbagai bidang di tahun 1997/1998. Hasil Survei dan Pemetaan Sosial Anak Jalanan yang dilakukan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta di 12 kota besar di tahun 1999 menunjukkan bahwa dari sekitar hampir 40.000 anak jalanan, 48% adalah anak-anak yang baru turun ke jalanan sejak tahun 1998 atau setelah terjadinya Krismon. Survei itu lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar anakanak itu bekerja di jalan karena membantu orang tua dan menambah biaya sekolah. Salah satu upaya penanggulangan yang dilakukan baik Pemerintah dan LSM adalah mengarusutamakan kembali mereka ke dalam masyarakat melalui pemberian pendidikan baik dalam bentuk sekolah keliling maupun pengadaan rumah singgah. Fortune membantu Departemen Sosial dalam melaksanakan program ’Peduli Anak Jalanan’ untuk menggugah masyarakat yang mampu untuk memperhatikan anak jalanan. ”Fortune melibatkan Christine Hakim, artis film yang waktu itu sangat terkenal karena perannya sebagai Tjut Nyak Dien dalam film nasional dengan judul yang sama, untuk berindak sebagai juru bicara anak jalanan,” cerita Ainur Rovic. Christine Hakim tampil dalam berbagai acara TV dan radio untuk memperjuangk an kepentingan anak jalanan.

115

Bagian 4

! t i k g n a B Indonesia Di masa krisis ini, Fortune bersama Institut Teknologi Komunikasi Pemasaran (ITKP) mengambil prakarsa menghimpun berbagai kampanye untuk membantu masyarakat bangkit kembali di bawah satu tema payung. Prakarsa itu didasarkan pada pemikiran bahwa sebelum 1997, berbagai program social marketing berlangsung tanpa ada benang merah antara satu dan lainnya karena tidak ada tema payung. Karena itu, persepsi citra masing-masing kampanye tidak sinkron atau akumulatif dan dampak dari penanaman citra/ merek atau brand building masing-masing kampanye lemah. Tema besar tersebut diharapkan menjadi pemersatu seluruh program social marketing pemerintah guna membangun akumulasi dampak citra, opini dan persepsi, termasuk dengan pesan perilaku dan sikap pandang. Tema besar itu menjadi benang merah antara seluruh program dan menciptakan keterpaduan pesan dan kesan. Tema besar itu diberi nama “Indonesia Bangkit”. “Kami bawa gagasan ini ke Prof. DR. Haryono Suyono (Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat waktu itu),“ kisah Indra Abidin, Presiden Direktur Fortune Indonesia, ”dan nampaknya ia memiliki pikiran serupa dan mempersilahkan kami mengembangkannya”. Dengan tema besar Indonesia Bangkit ini, seluruh materi kampanye menggunakan tema baku, dengan tekanan pada membangun semangat dan kepercayaan pada kekuatan bangsa sendiri. Indonesia

116

Bangkit mempersatukan berbagai program pemerintah dan badan internasional, termasuk antara lain Program Keluarga Sejahtera (Prokesra) dari BKKBN, Kesetiakawanan Sosial dari Departemen Sosial, Kesehatan Gizi Keluarga dari Departemen Kesehatan dan Garam Yodium dari UNICEF. Fortune sendiri mengambil prakarsa melakukan kampanye di bawah tema Indonesia Bangkit untuk mempromosikan produk dalam negeri yang diberi nama Prodina atau Produksi Indonesia.



117

Prodina Promosi produksi Indonesia telah cukup lama dilakukan oleh Pemerintah, dan pada 1985 telah dilangsungkan Pameran Produksi Indonesia di Jakarta. Tetapi tujuannya lebih untuk meningkatkan ekspor dan modal investasi. Sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi pasca-Krismon dan dibawah tema besar Indonesia Bangkit itu, Fortune memprakarsai dan melaksanakan kampanye untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri dan mengurangi belanja negara untuk barang impor serta memperkuat industri dalam negeri Indonesia. Sampai masa krisis itu, konsumen Indonesia masih lebih suka menggunakan produk buatan luar negeri karena dianggap lebih berkualitas dari produk hasil bangsa sendiri. Tetapi konsumen tidak tahu bahwa ada sejumlah produk yang digunakan di dunia yang merupakan hasil produksi Indonesia. Fortune mengembangkan Kampanye Prodina atau Produksi Indonesia dengan pesan pokok“Kupilih Karya Bangsaku”. Salah satu iklan yang paling populer yang dikembangkan Fortune adalah iklan bola yang digunakan oleh FIFA untuk kejuaraan Piala Dunia sepakbola, yang merupakan produk buatan Indonesia, sesuatu yang tidak diketahui kebanyakan orang Indonesia sendiri. Iklan bola dan materi-materi lainnya yang dikembangkan Fortune banyak membantu membangun apresiasi terhadap produk buatan Indonesia.

118



Ikh tisar Krisis ekonomi dan moneter atau dikenal dengan sebutan Krismon yang melanda Indonesia di tahun 1997/1998 merupakan pukulan besar terhadap perekonomian Indonesia. Nilai tukar Rupiah merosot tajam sampai 500% dan dari 286 perusahaan yang terdaftar di pasar modal Jakarta, tinggal 22 perusahaan yang dianggap sehat. Banyak produsen produk konsumen berhenti beriklan dan belanja iklan untuk tahun 1998 menurun dengan 26,2% dibanding tahun 1997. Berkurangnya belanja iklan tentu membawa dampak negatif pada industri periklanan. Sejumlah perusahaan periklanan karena pendapatannya turun drastis, terpaksa mem-PHK-kan karyawannya secara besar-besaran. Demikian juga di Fortune, dimana sebagian besar kliennya berhenti beriklan. Untuk menyelamatkan perusahaan Fortune melakukan berbagai tindakan penghematan untuk mengurangi biaya operasional, dan juga terpaksa memberhentikan lebih dari separuh warga warganya. Tetapi Krismon juga membawa hikmah bagi Fortune karena untuk mengurangi dampak krisis terhadap rakyat miskin dan memulihkan ekonomi, berbagai program diluncurkan pemerintah. Fortune yang sudah dikenal kepiawaiannya dalam social marketing mendapat tugas dari berbagai instansi Pemerintah dan badan internasional untuk melakukan berbagai kampanye social marketing, termasuk untuk mencegah tingginya angka tidak masuk dan putus sekolah, pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah, mendorong kebiasaan menabung dan penanangan masalah anak jalanan. Dan di tengah Krismon yang berdampak luas itu, Fortune berinisiatif untuk menghimpun berbagai kampanye untuk membantu masyarakat bangkit kembali di bawah satu tema besar yang diberi nama “Indonesia Bangkit”, yang diharapkan menjadi pemersatu seluruh program social marketing pemerintah guna membangun akumulasi dampak citra, opini dan persepsi, termasuk perilaku dan sikap pandang dan perilaku. Tema besar itu menjadi benang merah antara seluruh program dan menciptakan keterpaduan pesan dan kesan. Termasuk dalam tema payung Indonesia Bangkit itu, Fortune juga turut memprakarsai suatu kampanye yang diberi nama Prodina untuk mendorong rakyat Indonesia menggunakan produk-produk buatan Indonesia. Fortune berhasil melalui masa krisis itu dengan baik dan memasuki milenium baru dengan semangat baru dan kebulatan tekad untuk meraih kemenangan. Hajar!!

119



, u r a b m Mileniu u r a b t a Semang

Bagian 1

s i s i r k i r a d h i l u p i a l Mu Memasuki milenium baru, Indonesia baru mulai pulih tetapi belum sepenuhnya terlepas dari krisis ekonomi dan moneter. Langkah-langkah pemulihan sudah menunjukkan hasil. Di bawah kepemimpinan Presiden B.J. Habibie yang menggantikan Presiden Soeharto yang lengser pada bulan Mei tahun 1988 itu, kurs Rupiah yang sempat mencapai Rp 16.000 per US$1 berangsur dapat dipulihkan sehingga turun menjadi Rp 8250 per US$1. Sektor riil nampak masih belum bangkit kembali dan perekonomian negara masih banyak tergantung pada belanja konsumen yang mulai pulih kembali. Hal ini dibarengi dengan pulihnya kembali belanja iklan yang antara 1997 dan 1998 merosot cukup tajam tetapi kemudian meningkat lagi mulai tahun 1999. Belanja iklan untuk tahun 1999 naik 40% dibanding tahun sebelumnya dan naik lagi 20% pada tahun 2000, dan 27% di tahun 2001. Belanja iklan yang menjelang Krismon tidak sampai Rp 500 miliar sudah mencapai Rp 25 triliun di tahun 2005.

122



Belanja iklan yang menjelang Krismon tidak sampai Rp. 500 miliar sudah mencapai Rp. 25 triliun di tahun 2005.

123

Bagian 2

k i l b u P n a a h a s u r e P i d a Menj Fortune telah melewati masa krisis moneter dengan cukup baik dan bahkan pada tahun 2001 telah membukukan kenaikan laba usaha yang cukup sebesar. Di tengah situasi pasca-Krismon itu, Fortune, yang diawal tahun 2001 mulai berkantor di Graha Pratama, Jl. MT Haryono, siap-siap menjadi perusahaan publik. Niat menjadi perusahaan publik sudah ada sejak tahun 1996 ketika Fortune mengajukan venture capital ke BNI Nomura, perusahaan finansial gabungan Indonesia-Jepang. Venture capital tujuannya untuk memberikan modal awal untuk menjadi perusahaan publik, yang akan dibayar dari penjualan saham. ”Dasar pemikirannya adalah bagaimana perusahaan bisa hidup seratus tahun lagi”, kisah Mulyadi Sulaeman. ”Kebanyakan perusahaan privat kalau founder-nya sudah tidak ada cenderung berubah alias mundur”, katanya. Baru pada tahun 1998, ditengah-tengah berkecamuknya Krismon, permohonan venture capital Fortune disetujui dan merupakan satu-satunya perusahaan yang disetujui. Dana venture capital digunakan antara lain untuk mengembalikan hutang-hutang semasa Krismon. ”Dana venture itulah yang menyelamatkan Fortune di saat krisis itu,” kata Mulyadi Sulaeman. Pada bulan Januari 2002, Fortune Indonesia resmi menjadi perusahaan publik bernama PT Fortune Indonesia, Tbk., satusatunya perusahaan periklanan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta hingga sekarang. Manfaat dan konsekuensi menjadi perusahan publik tentu luas. Perusahaan mulai saat itu harus

124

bertanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan benar-benar menjadi terbuka. “Semua data perusahaan dapat dievaluasi, “kata Nurfurqan, Corporate Legal Manager yang masuk Fortune awal tahun 2002. “Tetapi dengan keterbukaan itu,” katanya lebih lanjut, “Fortune menjadi terpercaya dan akuntabel.” Konsekwensi menjadi perusahaan publik secara luas digambarkan oleh Indra Abidin sebagai berikut: “Sebagai perusahan publik, maka terbukalah berbagai mekanisme yang baku berlaku secara internasional. Sebagai perusahaan publik, secara otomatis Fortune sudah menjadi perusahaan kategori internasional. Sebagai perusahaan publik, Fortune menjadi perusahaan yang kredibel/bonafid karena otomatis harus mengikuti ketentuan internasional yang ketat termasuk Good Corporate Governance, Transparansi, Akuntabilitas dan Professional. Sebagai perusahaan publik, maka Fortune dapat menggali sumber daya dari publik



PT Fortune Indonesia Tbk.

secara lebih cepat dalam skala yang lebih besar, termasuk dana yang murah, tenaga ahli professional yang kompeten, mitra strategis, dan jaringan internasional yang global. Sebagai perusahaan yang berkategori internasional, maka Fortune lebih percaya bahwa estafet kepemimpinan dan alih kelola dari para pendiri kepada tenaga ahli yang muda dapat terus menjamin pembangunan suatu lembaga usaha periklanan terpilih berkaliber dunia secara berkelanjutan dan kerkesinambungan bukan saja di dalam negeri bahkan di luar negeri.” Dan itu semua membutuhkan perubahan dan penguatan dalam pola berpikir dan etos kerja. Berubah atau punah.

125

Bagian 3

h a n u P u a t a Berubah Tahun-tahun itu merupakan masa yang penuh tantangan bagi dunia industri periklanan, termasuk Fortune. Krisis yang berlangsung sejak pertengahan 1997 belum sepenuhnya berakhir dan pertumbuhan ekonomi baru mulai merangkak naik di atas garis positif. Meskipun secara keseluruhan belanja iklan kembali naik, tetapi para pengiklan besar masih bersikap hati-hati. Pada tahun 2000, baru Campina dan Lotte berhasil diraih Fortune. ”Waktu itu, Fortune tidak mempunyai klien-klien andalan,” kisah Alfonso Rahardjo yang masuk Fortune akhir tahun 2001 sebagai Managing Director. ”Baru pada tahun 2002, diperoleh Djarum sebagai klien untuk kampanye korporat mereka”, katanya lebih lanjut. Juga pada awal tahun 2000an, Fortune putus hubungan dengan DDB Needdham, yang merupakan mitra internasionalnya sejak tahun 1991. “Sebagian besar klien DDB dibawa mereka”, tutur Mulyadi Sulaeman,

126


Dengan Fortune go public di tengah berbagai tantangan yang dihadapi di masa itu, Indra Abidin selaku pemimpin Fortune memberlakukan slogan ’Berubah Atau Punah!’. “Dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka membutuhkan perubahan menyeluruh di dalam Fortune,” kata Indra Abidin waktu itu. “Perusahaan (perlu) menjalankan manajemen perubahan, memperbaiki prasarana, meremajakan sumber daya manusia,” tukasnya lebih lanjut. Latar belakang lahirnya slogan diungkapkan lebih lanjut dalam E-Book “Berubah atau Punah” yang mengisahkan sejarah Fortune selama 35 tahun ke belakang. Sejak awal para pemimpin Fortune ingin agar perusahaan dapat tumbuh kembang dan hidup seratus tahun lebih sebagai perusahaan jasa komunikasi yang terkemuka dan berskala dunia. Dalam evaluasi yang dilakukan pada awal milenium, disimpulkan bahwa diperlukan sikap pandang baru guna menyiapkan Fortune memasuki era baru, tanggung jawab baru dari


tertutup-terbatas menjadi perusahaan terbuka dan berakuntabel kepada publik. Dan bahwa manusia Fortune perlu berubah sesuai dengan pertumbuhan zaman untuk mencapai tujuan dan sasaran yang disusun bersama. “Apabila tidak ada perubahan,“ ujar Indra, “konsekuensinya adalah tertinggal zaman dan Fortune akan punah.” Jelas tidak akan terjadi. Slogan ’Berubah atau Punah’ juga dilontarkan bertepatan dengan lahirnya sejarah baru Fortune, yaitu menjadi perusahaan periklanan pertama yang go public, yang akan membuka peluang perusahaan untuk berkembang dan sekaligus ke depan menghadirkan tantangan-tantangan baru yang membutuhan perubahan pada diri warga dan pada perusahaan secara keseluruhan. Dan disitulah perjuangan anak bangsa.

Slogan ' Berubah atau Punah ' juga dilontarkan bertepatan dengan lahirnya sejarah baru Fortune, yaitu menjadi perusahaan periklanan pertama yang go public 127

Bagian 4

u r a b m u t n e Mera ih mom Tetapi di tengah masa sulit itu, Fortune mampu bertahan dan bahkan memanfaatkan peluang-peluang yang muncul pasca-Krismon itu dengan mulai pulihnya perekonomian negara beserta naiknya kembali belanja konsumen dan belanja iklan dengan cepat. Fortune di tahun-tahun awal milenium baru meraih momentum baru dengan membantu membangun bangsa sambil terus membangun usahanya.

a t t a H g n u B d a Sa tu Ab Pada tahun 2002, Mohammad Hatta atau Bung Hatta mencapai usia genap 100 tahun. Pemimpin bangsa yang meninggal dunia tahun 1980 itu merupakan pendamping setia Bung Karno dan bersama dikenal sebagai “Dwi-Tunggal”. Dalam buku yang terbit pada tahun 2002 itu berjudul, “Bung Hatta, Bapak Kedaulatan Rakyat,” Sri Edi-Swasono, suami putri pertama Bung Hatta, Meutia Hatta, menghimpun tulisan dari 60 tokoh bangsa, baik yang masih ada atau sudah tiada, tentang Bung Hatta. Diantara para penulis itu adalah Ruslan Abdulgani, Mubiyarto, Emil Salim, Ali Sadikin, Taufik Abdullah, Adi Sasono, Jakob Oetama dan Sri Edi-Swasono sendiri. “Dalam buku ini terbaca ungkapan-ungkapan, Bung Hatta adalah ‘Bapak Ekonomi Rakyat’, ‘Bapak Kedaulatan Rakyat’, ‘Bapak Bangsa’, ‘Bapak Demokrasi’, ‘Bapak Hak Azasi’, ‘Father of the Founding Fathers’, dan seterusnya,” ungkap Sri Edi-Swasono, yang bertindak sebagai editor buku itu, dalam pengantarnya. Bung Hatta juga diingat dalam sejarah sebagai “Bapak Koperasi”.

128

Apapun sebutan orang bagi Bung Hatta, semua sependapat bahwa sosok Bung Hatta adalah orang yang sangat loyal dan jujur, sampai setelah pensiun tidak mampu membayar tagihan air PAM, listrik, gas dan Ireda, dan menurut cerita Ali Sadikin, kemudian dibantu pembayarannya oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Bung Hatta juga terkenal disiplin dan selalu tepat waktu kalau menghadiri suatu acara dan iapun menghargai pendapat orang lain. Sementara dalam menjalankan kebijakan ekonomi, Bung Hatta juga mengutamakan kepentingan rakyat. Seorang ikon dalam sejarah bangsa dan negara.

Adi Sasono, mantan Menteri Koperasi dan UKM selaku Ketua Panitia Pelaksana Satu Abad Bung Hatta, meminta Fortune untuk mengembangkan dan melaksanakan program peringatan Satu Abad Bung Karno. Fortune menyambut baik -- sekalipun disampaikan juga bahwa mereka tidak punya dana untuk itu. Dalam mengembangkan program SABH


ini, Tim Fortune di bawah pimpinan langsung Indra Abidin mempelajari ciri-ciri pribadi Bung Hatta untuk diangkat dalam program itu. ”Dari penelahaan itu, Tim Fortune memposisikan ciri-ciri pribadi Bung Hatta sebagai orang yang sopan dan santun, jujur dan disiplin dan berpikir secara ekonomis,” tutur Daradjat Natanagara, yang waktu itu memimpin Divisi Advocacy, Partnership Building dan Social Marketing atau APSOM. Maka lahirlah slogan, “Santun, Jujur, Hemat” sebagai personifikasi Bung Hatta. Program Satu Abad Bung Hatta yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh Fortune bertujuan untuk menjadikan Bung Hatta sebagai contoh bagi para penyelenggara negara dan masyarakat umum dalam memimpin bangsa. Karenanya, agenda program sangat beraneka ragam, ada iklan layanan masyarakat, filler untuk TV, media komunikasi pendukung sampai ke seminar dan talk show serta penerbitan dan penjualan koin emas SABH oleh perusahaan koin komemorasi Goldquest -- seluruhnya dirancang 22 macam program. Yang terakhir ini, disamping dilakukan untuk melestarikan peringatan SABH ini, juga dimaksudkan untuk menghimpun dana


keluarga Bung Hatta, diketahui bahwa Bung Hatta paling suka lagu Indonesia Pusaka. Maka dengan dukungan mitramitra, khususnya rumah produksi Jatayu yang menyediakan dana, tenaga dan waktu, serta para tokoh politik dan agama serta artis peserta, dibuatlah filler yang disiarkan di sejumlah stasiun televisi. Kalau masih ada, Bung Hatta pasti senang. Mungkin yang sama bobotnya adalah seminar dan talk show. Fortune sendiri menyelenggarakan sekitar 15 kali seminar (dari seluruhnya sekitar 50 yang diselenggarakan di seluruh Indonesia) yang mencakup berbagai topik dan pembicara. Untuk talk show di TV dan radio, Fortune menyediakan materi untuk stasiun televisi dan radio tetapi hanya televisi yang menyelenggarakannya. “Apabila ditelaah secara mendalam apa yang disampaikan baik oleh pembicara dan peserta, adalah harapan adanya suatu gerakan politik yang santun, jujur dan hemat,” kata Adiwidjaja Astrianto, Account Executive pada Divisi APSOM waktu itu.

Diantara media hasil kreasi Tim Fortune yang paling menarik adalah filler 60 detik yang menampilkan berbagai tokoh, diantaranya Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati Soekarno, Abdurrachman Wahid, Emil Salim, Magnus Suseno, Susi Susanti, Titiek Puspa dan keluarga Bung Hatta sendiri secara bergantian menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. ”Pembuatan filler ini lahir dari keinginan punya jingle yang dinyanyikan semua orang seperti lagu Michal Jackson, ’Heal the World’,” cerita Aris Boediharjo yang waktu itu menjabat Deputy Director APSOM. Setelah bicara dengan Jaya Suprana, Direktur Utama Jamu Cap Jago yang suka main piano itu dan

129

Acara Puncaknya Satu Abad Bung Hatta diselenggarakan di halaman belakang Gedung Perpustakaan Nasional di Jalan Gajah Mada. Acara ini dihadiri oleh Presiden Megawati Soekarnoputri dan para Menteri Kabinet Gotong Royong, tokoh-tokoh politik dan masyarakat dan banyak undangan lainnya dari berbagai kalangan. Acara puncak itu ditandai oleh sambutan Presiden Megawati dan berbagai pertunjukkan yang memukau termasuk repertoir piano dan lagu oleh Jaya Suprana dan Titiek Puspa. Suatu penghargaan besar kepada seorang tokoh bangsa yang tak akan terlupakan sepanjang sejarah. Fortune berhasil melaksanakan hampir seluruh mata acara yang direncanakan untuk memperingati Satu Abad Bung Hatta. Karena tiadanya dana dari panitia penyelenggara peringatan SABH, Fortune harus mencari mitra-mitra pendukung dari kalangan BUMN dan perusahaan swasta. Fortune berhasil memperoleh dukungan banyak pihak, namun dukungan itu bersama dengan hasil penjualan koin SABH ternyata tidak cukup menutup seluruh biaya, dan Fortune merugi ratusan juta Rupiah. Tapi bagi Fortune, memperingati satu abad seorang tokoh nasional yang membawa bangsa menjadi merdeka bukan soal untungrugi. Itu satu keharusan.

130

Jakarta Fa ir

Setiap tahun sejak jaman Belanda, Jakarta merayakan ulang tahunnya yang jatuh pada tanggal 22 Juni dengan mengadakan Pameran atau Pekan Raya di bilangan Gambir dan karenanya dahulu dikenal dengan sebutan “Pasar Malam Gambir”. Pekan Raya Jakarta pertama kali diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada tahun 1968 di kawasan Monumen Nasional dengan nama awal Djakarta Fair (ejaan lama) dan dikelola oleh Yayasan Pekan Raya Jakarta. Perkembangan PRJ atau Jakarta Fair dari tahun ke tahun berkembang dengan bertambahnya pengunjung dan peserta, dan menjadi ajang pameran modern. Pada tahun 1992, Jakarta Fair dipindahkan ke kawasan Kemayoran.

Pada awal tahun 2003, Fortune diundang oleh Jakarta International Trade Fair (JITF), yang telah mengambil alih pengelolaan Jakarta Fair dari Yayasan PRJ, untuk mengembangkan program komunikasi untuk Jakarta Fair tahun itu. JITF telah mendapat kritik pedas dari DPR karena dianggap gagal menyelenggarakan Jakarta Fair pada tahun 2001 yang dikatakan oleh anggota Komisi B DPRD DKI, “lebih mirip THR alias tempat hiburan rakyat ketimbang pameran internasional” (Tempo Interaktif, 12 Juli 2001).

131

Dalam mengembangkan program komunikasinya, Fortune harus kerja keras karena Tim JITF yang dipimpin Ralph Scheunemann, orang Jerman kelahiran Surabaya yang menjadi Direktur Operasi Jakarta Fair 2003 itu tidak mudah diyakinkan dan tidak mau mengulangi kegagalan JITF tahuntahun sebelumnya. “ Kami harus bolak balik ke JITF hampir tiap hari,” cerita Rina Priyatna, yang waktu itu adalah Account Executive yang ditugaskan untuk menangani Jakarta Fair, “dan sering berangkat sore dan baru pulang pagi dini hari untuk rapat di JITF.” Dan memang, JITF menetapkan target yang cukup ambisius untuk JF 2003 itu, termasuk meningkatkan peserta menjadi 900 dari 600 dan jumlah pengunjung antara 2,2 juta sampai 2,5 juta dari 1,5 juta di tahun 2002. Dalam usaha mencapai target-target itu, Fortune menawarkan positioning JF 2003 sebagai perhelatan dimana ada semua untuk semua, atau ’Everything for Everybody’. Konsep itu disetujui oleh Ralph Scheunemann dan Fortune mengembangkan program komunikasi dengan slogan itu. Tetapi, pada waktu yang sudah mendekati hari-H, Edward Surjadjaja, Direktur Utama JITF, meminta agar slogannya

132

harus dalam Bahasa Indonesia Betawi dan menetapkan slogan baru berbunyi: “Dari Kite, Untuk Kite, Oleh Kite”. Slogan itu akhirnya dipakai dengan tagline “Jakarta Fair untuk Kita Semua”. Namun, pada acara pembukaan resmi JF 2003, sesuatu yang menarik terjadi. “Gubernur DKI, Sutiyoso, dalam sambutannya menyebut tema Jakarta Fair sebagai‘Everything for Everybody’”, cerita Daradjat Natanagara, yang waktu itu memimpin tim Fortune. “Pak Edward masih kurang sreg dengan konsep Fortune dan bahkan pernah mengatakan, ‘I’m not convinced’ ketika Fortune mempresentasikan program komunikasinya yang final untuk JF 2003”, kata Daradjat lebih lanjut. Sekalipun demikian, dalam kenyataannya, program komunikasi yang dipusatkan pada iklan media dan iklan luar ruang berhasil menarik minat peserta dan pengunjung. Jumlah pengunjung mencapai 2 juta lebih dan jumlah peserta mencapai lebih dari 700. Dan untuk pertama kali, Jakarta Fair meraih keuntungan yang besar dan sungguh menjadi suatu pameran perdagangan internasional.

Pemilu 2004

Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden tahun 2004 mungkin dapat dikatakan merupakan kulminasi dari gerakan reformasi yang dimulai setelah Presiden Soeharto lengser di tahun 1988. Berbeda dari Pemilu 1999, Pemilu 2004 membawa paradigma baru dengan diberikannya hak kepada para pemilih untuk memilih langsung wakil-wakilnya (dan bukan Partai peserta seperti pada Pemilu-Pemilu sebelumnya), dan demikian juga pada Pemilihan Presiden atau PilPres. Pemilu dan Pilpres 2004 juga merupakan awal masuknya Fortune ke bidang pemasaran yang berbau politik.

Fortune sejak awal tahun 2003 sudah melakukan pendekatan, melalui Miranty Abidin, Direktur Utama Fortune PR, dengan Komisi Pemilihan Umum. Valina Singka Subekti, anggota KPU yang membawahi bidang sosialisasi Pemilu

menyampaikan tentang sistem pemilihan yang baru itu. ”Kita harus bisa menjangkau seluruh pemilih dengan informasi tentang tata cara pemilihan baru itu”, kurang lebih itulah yang disampaikannya kepada Miranty Abidin dan Daradjat Natanagara, yang diserahi tugas menangani Pemilu 2004 oleh Indra Abidin. Fortune yang sudah punya pengalaman luas dalam social marketing menyampaikan kesanggupannya untuk mengembangkan dan melaksanakan suatu program komunikasi terpadu untuk menjawab tantangan itu. Pada pertengahan tahun 2003, Program Pembangunan PBB, UNDP, yang menjadi penyandang dana utama untuk program sosialisasi Pemilu mengadakan tender untuk suatu ”Voter and Electoral Information Programme”, terdiri atas tiga subprogram, yaitu Voter and Electoral Information Campaign,

133

Media Center dan Media Monitoring. Tiga puluh enam perusahaan periklanan, termasuk perusahaan-perusahaan multi-nasional, ikut serta dalam tender itu. ”Fortune memiliki keunggulan dari yang lainnya karena saya dahulu bekerja di UNICEF dan tahu betul informasi apa yang diinginkan dalam technical proposal dan juga gaya bahasa PBB yang perlu digunakan,” cerita Daradjat yang memimpin Tim Fortune bersama Ainur Rovic dan Ati Mochtar, keduanya Account Director di Divisi APSOM. Dan memang ternyata, Fortune berhasil keluar sebagai pemenang untuk ke tiga sub-program tersebut tadi. “Hanya karena merasa tidak enak semuanya jatuh ke tangan satu agency, maka KPU minta agar urusan Media Center diserahkan kepada Bamboedoea, agency yang memang berpengalaman dalam menangani media center,” kisah Daradjat lebih lanjut. Pekerjaan yang diberikan ke Fortune terbagi atas tiga bagian, yaitu untuk masa pembangunan citra KPU dan sistem Pemilu yang baru serta pendaftaran pemilih yang berlangsung pada kwartal akhir tahun 2003, masa menuju hari Pemilu itu sendiri (5 April) tentang proses pemilihan dan tata-cara memilih, Januari hingga Maret, dan masa menuju hari PilPres (Putaran 1: 5 Juli, Putaran2: 20 September) tentang pendaftaran pemilih dan tata-cara memilih untuk putaran pertama dan anjuran untuk menggunakan hak pilih pada putaran kedua. Dalam mengembangkan program komunikasi terpadu untuk KPU, Fortune menyadari bahwa sosialisasi Pemilu perlu dilakukan secara menyeluruh, baik pada tingkat nasional maupun di tingkat daerah sampai ke desa kalau ingin menggapai sekitar 140 juta pemilih di seluruh tanah air. Juga pesannya harus jelas dan mudah diingat. Maka pesan utama dan tagline yang dikembangkan adalah ”Milih Langsung”. ”Pesan itu merupakan essence dari konsep Pemilu 2004 dan

134

merupakan discriminator dari Pemilu-Pemilu sebelumnya”, kata Aris Boediharjo, yang menggagas bunyi pesan itu. Untuk masa pembangunan citra dan pendaftaran pemilih, Fortune menekankan kegiatan pada iklan layanan masyarakat dengan menggunakan artis-artis TV yang terkenal (Gogon dan Nunung). Sementara untuk masa menuju hari-H Pemilu, Fortune bukan saja mengembangkan berbagai iklan layanan masyarakat dan media pendukung, tetapi juga paket informasi untuk KPU Daerah dan Kepala Daerah untuk membantu mereka melakukan kampanye informasi Pemilu di daerahnya masing-masing. Keberhasilan usaha mengajak peran serta KPU Daerah/Kepala Daerah untuk melakukan sosialisasi Pemilu disaksikan sendiri oleh Kendra Collins, Project Officer UNDP, yang bercerita:”I had just returned from Nusa Tenggara Timur and was surprised to see posters and billboards on the General Elections using the design that was included in the information kit (Saya baru kembali dari Nusa Tenggara Timur dan tercengang melihat poster dan billboard tentang Pemilihan Umum yang menggunakan desain yang diberikan dalam paket informasi),” katanya dengan gembira. Keberhasilan kampanye Pemilu terlihat lebih jelas dalam survey yang dilakukan UNDP dan IFES (International Foundation for Elections Systems) yang menunjukkan bahwa 90% dari pemilih menggunakan hak pilihnya. Hasil yang hampir sama juga diperoleh pada PilPres. Fortune tidak berhenti dengan kegiatan yang dibiayai UNDP dan KPU, melainkan atas prakarsa Indra Abidin melakukan kampanye Pemilu yang damai melalui pembuatan sejumlah iklan cetak yang dimuat secara cuma-cuma oleh surat kabar, termasuk Kompas. Fortune juga bekerjasama dengan Kompas

dalam menyelenggarakan untuk pertama kalinya Lomba Kartun dan Lomba Karikata Pemilu yang berhasil menarik banyak peserta dan perhatian publik. Keberhasilan Fortune merancang dan melaksanakan kampanye informasi pemilih untuk Pemilu dan PilPres diakui dalam laporan evaluasi UNDP atas program bantuannya untuk Pemilu dan PilPres 2004, ”Consolidating Democracy: Report of the UNDP Technical Assistance Programme for the 2004 general Elections” yang terbit tahun 2005. Dalam laporan itu, dikatakan bahwa: ”The professionalism of Fortune Indonesia together with their flexibility in meeting the changing priorities of the election environment proved to be invaluable (Profesionalisme Fortune Indonesia bersama fleksibilitasnya dalam memenuhi prioritas yang berubah-ubah dari situasi pemilihan tidak ternilai artinya).” Job well done!

135

Bagian 5

n a g n e d t i Bangk u r a b n e i l k klienMilenium baru juga menyaksikan Fortune bangkit kembali dengan diperolehnya sejumlah klien-klien komersial yang besar yang mengharuskan Fortune kembali merekrut warga-warga baru yang berkualitas, dan mengangkat kembali pamor Fortune sebagai agency papan atas.

Campina

Es krim (beda dengan es sirop atau es puter) bukan merupakan makanan asli Indonesia tetapi memiliki sejarah yang cukup panjang. Tidak tahu siapa yang pertama kali memperkenalkan es krim di Indonesia tetapi restoran es krim pertama adalah Ragusa Ice Cream Parlor, yang didirikan 75 tahun lalu di Jalan Veteran I, Jakarta. Es krim juga mulai dijual di Yogyakarta sekitar 73 tahun yang lalu, dengan nama Es Krim Tip Top. Keduanya masih ada hingga sekarang. Karena sudah masuk dalam kuliner Indonesia, maka perusahaan es krim multi-nasional pun terjun ke dalam usaha es krim di Indonesia. Pada pertengahan tahun 2000, Fortune ditunjuk oleh perusahaan Campina untuk membantu mempromosikan produk es krim mereka. Dalam industri es krim di Indonesia, market leader waktu itu (hingga sekarang) adalah Walls.” Campina merupakan second player dalam ice cream industry,” kata Dwi Bustomi, yang masuk Fortune di tahun 2000 sebagai Senior Account Director. ”Mereka tidak mengharapkan menjadi market leader,” kata Dwi selanjutnya, ” dan puas menjadi strong second player”.

136

Untuk itu, Fortune mengembangkan dan melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain membantu mendirikan Campina Kids Club, menerbitkan bulletin untuk anak-anak usia SD yang terbit sekali tiga bulan dan menyelenggarakan Turnamen sepakbola Liga Campina <12 yang keliling ke beberapa kota di Indonesia. Fortune juga membuat sejumlah iklan TV dengan menggunakan jingle yang sudah dipakai Campina, yaitu ”Add Something Nice to Your Life” yang dijadikan ide kreatif untuk iklan TV. ”Iklan itu menggambarkan kebersamaan dalam keluarga akan lebih manis makanannya dengan kehadiran Campina,” cerita Yanti Priyambodo, Creative Director yang menangani Campina. Meskipun dalam market share-nya, Campina masih jauh ketinggalan dari Walls, tetapi tingkat awareness-nya beranjak naik. Berkat kampanye yang dilakukan Fortune.



Jiwa sraya

PT Asuransi Jiwasraya merupakan perusahaan asuransi tertua di Indonesia, dan berdiri di tahun 1859 sebagai perusahaan asuransi milik seorang pemuka Belanda, dengan nama Nederlansche Indische Levenverrente Maatsekering en Lijverente Maatschappij. Dalam perjalanannya, perusahaan mengalami peleburan dan nasionalisasi dan pada tahun 1973 menjadi milik pemerintah atau yang sekarang disebut Badan usaha Milik Negara. Pada tahun 2003, pimpinan baru Jiwasraya melakukan pembaruan yang ditandai dengan dengan penggantian logo. Semangat baru itu juga diwujudkan dalam motto 3-P, yaitu Product, Process dan People. ”Pimpinan baru Jiwasraya waktu itu,”kisah Aris Boediharjo, Chief Operations Officer, ”ingin membangun citra perusahaannya sebagai perusahaan yang profesional”. Fortune menang pitching untuk melaksanakan suatu kampanye brand building dan pemasaran produk-produknya. ”Untuk itu, kita fokus pada kegiatan ATL, yaitu iklan di media TV, radio dan cetak”. Di tengah menjamurnya perusahaan asuransi multinasional, Jiwasraya sebagai perusahaan pemerintah memang seolah kurang dihargai. Setelah kampanye yang dijalankan Fortune, persepsi itu berubah dan Jiwasraya dikenal sebagai perusahaan asuransi yang modern dan profesional, yang tidak kalah dari perusahaan multi-nasional. Apple to apple.

137

t a l a m a u M k n a B Memasuki milenium baru, ada keinginan di kalangan pemuka Muslim agar di Indonesia berdiri bank syariah, mengingat bahwa bunga yang diberikan bank konvensional dianggap haram. Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia dan Pemerintah Indonesia dengan dukungan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia atau ICMI memprakarsai berdirinya Bank Mualamat pada tahun 2001. Bank Muamalat, yang mulai beroperasi di pertengahan tahun 2002, mendapat sambutan hangat dari masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim, dan cepat berkembang. Bahkan pada tahun 1994 menjadi Bank Devisa, yang memperkokoh posisinya sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia. Namun, krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997/98 melanda Indonesia dan membawa dampak sangat buruk bagi perbankan nasional. Bank Muamalat sendiri mengalami rasio pembayaran yang tinggi dan rugi sampai Rp 105 miliar. Tetapi berkat keberhasilannya menarik Islamic Development Bank (IDB) menjadi pemegang saham, Bank Muamalat dapat bangkit dari keterpurukan, dan memasuki milenium baru sudah dapat tumbuh kembali.

138

Untuk memacu pertumbuhan kembali itu, di tahun 2002 Bank Muamalat menunjuk Fortune untuk membantu mengembangkan program komunikasi untuk mempromosikan Bank Muamalat sebagai bank pertama yang murni syariah. Fortune memulai program komunikasi untuk Bank Muamalat dengan tekanan pada brand development. Untuk itu, dikembangkan logo baru dengan memasang huruf Arab ”ain” pada Shar sehingga bernuansa Islam dan berbunyi shar-E (yang dalam bahasa Inggris artinya membagi, sesuai dengan konsep bagi hasil Syariah). ”Saya dan tim bekerja hingga jam 4 pagi untuk akhirnya menghasilkan konsep logo ini,” cerita Adiwidjaja Astrianto, Account Manager waktu itu. Dengan logo baru ini, Fortune mengembangkan berbagai materi media, termasuk iklan TV dan media pendukung berupa signboard, poster dan leaflet.

Djarum Industri rokok di Indonesia, khususnya rokok kretek, dalam melakukan usahanya menghadapi tantangan yang sangat kompleks, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. WHO, badan kesehatan sedunia, terus melakukan kampanye anti rokok yang membangun opini anti rokok di seluruh dunia dan berdampak negatif pada industri rokok. Demikian juga, tekanan dialami di dalam negeri dengan ketentuan pembatasan kandungan tar dan nikotin per batang rokok dan pembatasan jam siaran untuk iklan rokok di media elektronik. Sementara cukai rokok pada tahun 2002 mencapai Rp 22,3 triliun, dan merupakan sumber pendapatan ke dua terbesar dalam anggaran negara. Perusahaan-perusahaan rokok merasa perlu memperbaiki citranya dan meredam dampak dari berbagai tekanan tadi. Diantara yang paling giat adalah PT Djarum, produsen rokok ketiga terbesar di Indonesia, setelah Gudang Garam dan Bentoel. Pada awal tahun 2000, Fortune Indonesia diminta oleh PT Djarum untuk melakukan apa yang mereka sebut PR Marketing, yang kegiatannya mencakup penyelenggaraan konferensi pers dan pembuatan print ad untuk menyambut hari-hari nasional. ”Mereka juga meminta Fortune melakukan promosi program bakti sosial mereka di bidang olahraga dan pendidikan, dibawah tema ’Semangat Kemajuan’”cerita Dwi Bustomi, yang menjabat Senior Account Manager waktu itu. Kemudian pada tahun 2004, Djarum meminta Fortune Indonesia untuk membantu dalam corporate communications-nya guna meningkatkan pencitraan perusahaan rokok itu. Fortune mengembangan program yang mencakup iklan TV dan kegiatan PR. ”Iklan TV yang dikembangkan Fortune mengandung pesan pokok maafmemaafkan yang disiarkan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri,” tutur Dwi. Iklan itu dijuluki ’Iklan Kurma’ karena bercerita

di sekitar kurma, d a n

merupakan diantara iklan corporate communications yang terbaik. Pembuatan iklan sejenis dilakukan Fortune untuk Djarum di tahun-tahun berikutnya. Jasa public relations dilaksanakan oleh Fortune PR, dengan memberikan konsultasi dan usulan berdasarkan analisa media monitoring yang dibuat Fortune setiap hari. ”Berdasarkan analisa media monitoring, kami mengusulkan berbagai kegiatan corporate communications,” cerita Indira Abidin, PR Officer di Fortune PR, ”dan turut mendukung publisitas kegiatan marketing Djarum,” katanya lebih lanjut. Fortune PR juga mengembangkan manual komunikasi krisis dan non-krisis dikembangkan dan kemudian digunakan untuk pelatihan di seluruh kantor Djarum di berbagai kota. ”Dari pelatihan inilah, semua warga Djarum paham, apa peran mereka sebagai bagian dari komunikasi korporat Djarum”, kisah Indira lebih lanjut. Djarum menjadi klien Fortune sejak itu dan memperkuat citra Fortune sebagai perusahaan yang memiliki keunggulan dalam corporate communications dan public relations. Hal ini didemonstrasikan dengan diperolehnya penghargaan dari dua majalah periklanan terhadap Fortune PR di kemudian hari.

139

Carrefour

140

Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter di tahun 1997/98, salah satu kebijakan yang diambil Pemerintah atas tekanan Dana Moneter Internasional atau IMF adalah membuka pasar Indonesia kepada perusahaan multi-nasional, termasuk pasar retail atau eceran. Maka pada tahun 1998, Carrefour, hypermart kedua terbesar di dunia setelah WalMart, mulai hadir di Indonesia yang disusul oleh hypermart lainnya seperti Giant dan lain-lain. Pada waktu yang sama, juga marak bertumbuh factory outlet dan discount store yang menawarkan harga 15-30% lebih murah dibanding dengan bentuk retail lainnya. Persaingan menjadi sangat ketat diantara berbagai bentuk outlet retail tersebut.

Diantara kegiatan dari program komunikasi terpadu yang dilakukan Fortune ada dua yang paling menonjol. Yang pertama adalah program HUT Carrefour ke-7 yang bertemakan “Tujuh Keajabaian Carrefour”, dimana Fortune membuat program yang terpadu antara media massa dan media pendukung yang benar-benar membuktikan efektifitas teori aktifasi berbasis “consumer experience”, sehingga di akhir kampanye, Carrefour berhasil menutup tahun itu dengan pencapaian yang jauh melebihi target. Yang kedua adalah program promosi selama World Cup 2006 untuk Carrefour Asia Pacific. Fortune memenangkan pitching, mengalahkan agency-agency multi-nasional.

Pada akhir tahun 2004, Fortune memperoleh Carrefour sebagai klien, dan untuk pertama kalinya menangani klien hypermart. “Fortune berhasil karena menawarkan strategi komunikasi yang mendukung rencana marketing dari Carrefour, menyampaikan ide-ide inovatif dalam retail marketing dan mengajukan rencana activation campaign yang didasarkan pada pengalaman konsumen,” kisah David Honadi yang waktu itu baru diangkat sebagai Account Director setelah menjadi e-Services Manager. Carrefour sebagai perusahaaan hypermart untuk memenangkan kompetisi sangat mementingkan efisiensi dan kecepatan dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. “Untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan oleh Carrefour, maka Fortune membentuk tim khusus yang hanya menangani Carrefour Indonesia 24 jam sehari, 7 hari satu minggu,” kata David. Tim khusus itu dipimpin oleh David Honadi dan dimulai dengan gabungan tim kreatif dan account management, sehingga setiap kebutuhan dari Carrefour Indonesia dapat dipenuhi setiap saat dengan waktu tercepat secara efisien.

Carrefour kelak menjadi klien Fortune hingga awal tahun 2009. Kontrak dengan Fortune itu diakhiri bukan karena kurang puas tetapi karena, akibat krisis global seluruh Carrefour harus menggunakan agency Carrefour Group, yaitu Publicis. “Hal itu disayangkan baik oleh kami dan klien,” cerita Charlie Azis, iBD Director Fortune Indonesia, “karena sedang berada dalam puncak performa dari bisnis.” Dan memang hubungan antara Fortune dan Carrefour telah berevolusi menjadi partner. “Kami akhirnya juga berkiprah di regional dengan memenangkan pitching store activation World Cup 2008 untuk East Asia and Southeast Asia”, kata Charlie. Kunci keberhasilan Fortune menangani Carrefour paling baik diilustrasikan oleh Tim Leader-nya. “Kemampuan memberikan efisiensi dan kecepatan output yang tinggi adalah hal yang menjadi kunci Fortune dalam mempertahankan Carrefour sebagai kliennya selama 4 tahun,” kata David Honadi. Par excellence!

ons i t a c i n u m m Co Galaxy of

Ajakan Indra Abidin sebagai pemimpin perusahaan untuk “berubah atau punah” mengharuskan seluruh warga untuk berpikir bagaimana Fortune harus berubah, baik secara organisasi maupun secara operasional. Fortune waktu itu secara organisasi sudah jadi ramping dan terdiri atas perusahaan induknya, Fortune Indonesia, dan empat anak perusahaan, yaitu Fortune PR, Fortune Adwicipta, Pelita Alembana dan Travindo. Ke lima perusahaan itu memang memiliki manajemen sendiri tetapi dirasakan masih belum sepenuhnya bekerja secara sinergis antara satu dan lainnya.

tuntutan perkembangan zaman dari PT Fortune Indonesia, Tbk. dan anak-anak perusahaan dengan segala keunikannya. Dan sebagai filosofi, Galaksi Komunikasi adalah sebuah integrasi dinamis dalam sikap, komitmen dan integritas dalam memberikan hanya yang terbaik dan menciptakan dampak yang terbesar. “Ia merupakan suatu manifestasi kebijaksanaan untuk terus berubah, meremajakan diri, memperbaiki layanan, segar dan maju di baris terdepan,” kata Indra Abidin, “sebuah konsep wilayah ruang dan waktu tak bertepi untuk terus berkembang dalam harmoni, ke dalam dan ke luar.”

Adalah Aris Boediharjo, yang waktu itu sudah menjadi Operations Officer, yang menawarkan konsep “Galaxy of Communications”, yang menurutnya, “digali dari bumi Fortune sendiri dan artinya integrated yet separate”. Galaxy of communications atau Galaksi Komunikasi merupakan konsep layanan dan sebuah folosofi. Sebagai sebuah layanan, ia menciptakan integrasi berbagai jasa komunikasi terkini yang dinamis dan terus menyesuaikan dengan

Dengan konsep layanan dan filosofi itu, anak-anak perusahaan Fortune membentuk kisah suksesnya sendiri-sendiri. Perusahaan PR yang berpengaruh, jasa usaha desain grafis yang inspirasional dan jasa manajemen perjalanan yang menghargai mobilitas manusia. Fenomena ini hanya ada satu di Indonesia. Hanya pada Galaksi Komunikasi Fortune Indonesia.

141

Bagian 6

n a g n a t n a t a m i r e n e m i n a r Be Masa memasuki milenium baru merupakan masa penuh tantangan bagi Fortune. Meskipun berhasil melalui masa Krismon dengan cukup baik, Fortune masih harus bisa meraih klien-klien baru karena di penutupan abad ke-20 itu, Fortune tidak mempunyai klien komersial yang termasuk blue chip. Baru pada tahun 2000, Fortune berhasil memperoleh klien besar seperti Campina dan Djarum dan selanjutnya Fortune dapat meraih berbagai klien besar lainnya dan bangkit kembali sebagai agency papan atas di Indonesia. Hal itu dimungkinkan berkat kepemimpinan yang bijak dan berpikir strategis serta dukungan wargawarga yang berani menerima tantangan yang mereka hadapi di masa yang krusial itu.

142


Yanti Priyambodo pernah bekerja di tiga agency ternama, yaitu AIM Coomunications, Inter-Admark/Dentsu dan Matari. Bahkan sewaktu di Matari di tahun 1989, tim kreatifnya berhasil memenangkan penghargaan Citra Pariwira untuk iklan majalah TEMPO. Yanti masuk Fortune di akhir tahun 1999 sebagai Creative Director, dan langsung ditugaskan menangani dua klien besar, yaitu Campina dan Djarum. Kelak ia juga akan membantu mengembangan konsep dan materi kreatif untuk program komunikasi Satu Abad Bung Hatta, Jakarta Fair dan Tropical Cooking Oil. Diantara program itu, yang paling terkesan baginya adalah Satu Abad Bung Hatta.” Waktu dikasih tugas untuk membuat kampanye Satu Abad Bung Hatta merupakan satu kebanggaan bagi saya,” katanya. Yanti merasa bahwa keunggulan Fortune dalam bidang kreatif adalah karena mampu tampil dengan konsep kreatif yang orisinil, sehingga tidak bisa diklaim oleh agency lain. “Tetapi untuk mempertahankan keunggulan itu, Fortune perlu menerapkan sistem rolling agar tenaga kreatif yang menangani suatu klien tidak itu-itu saja,” katanya lebih lanjut. Yanti keluar dari Fortune di akhir tahun 2003 dan kemudian mendirikan usaha sendiri. Rina Priyatna mengawali kiprahnya di Fortune sebagai tenaga magang di tahun 1999, dan kemudian menjadi Account Executive, Sr. AE dan sekarang menjabat sebagai Account Manager. Rina memang memulai karirnya dari bawah tetapi karenanya, ia mempunyai banyak pengalaman menangani berbagai klien, termasuk Departemen Pendidikan Nasional untuk program Bantuan Operasional Sekolah atau BOS dimana ia menjadi contact person-nya. Klien lain adalah JITF untuk Jakarta Fair, Pemda DKI untuk Busway, UNDP/KPU untuk Pemilu 2004 dan Bank BRI untuk program ’Hebring’. Rina sekarang masuk dalam Tim Khusus Fortune untuk menangani Bank Mandiri. ”Diantara klien-klien itu, yang


paling menyenangkan adalah Bank Mandiri,” katanya, ”dan evaluasi mereka positif terus”. Sejak tahun 2009, Rina beserta Tim Khusus menangani seluruh program Bank Mandiri. Amelia Setiawan masuk Fortune dekat pertengahan tahun 2000. Sebelumnya menjadi staf pengajar bimbingan belajar dan asisten dosen di sebuah perguruan tinggi di Surabaya. Ia memang bekerja di divisi media mulai dari dasar dan kemudian bertugas di bagian buying, planning sampai menjadi Assistant Media Director. Waktu baru masuk, situasi media masih belum seramai sekarang. Baru ada TVRI dan 5 TV swasta sementara surat kabar yang menonjol hanyalah Kompas. “Tetapi kondisi media sudah berubah drastis,” kata Amel, nama panggilannya. “Hampir setiap tahun ada penambahan media baru dan media baru seperti internet sudah mulai menjadi pilihan bagi pemasang iklan.” Hadirnya media specialist tidak mengganggu Amel, karena dianggap sebagai mitra. ”Kita harus bisa melihat opportunity yang ada di setiap kesempatan,” tandasnya. Fortune juga diperkaya dengan masuknya Dwi Bustomi di pertengahan tahun 2000. Dwi bergabung dengan Fortune dengan membawa banyak pengalaman karena sebelumnya bekerja di L’Arome International (Tiga Raksa Group), Matari Advertising, Majalah Liga Italia dan Jet Advertising. Dwi awalnya bekerja sebagai Senior Account Manager, kemudian menjadi Account Director sebelum diangkat sebagai Brand Team Leader. Dalam perjalanan karirnya di Fortune, ia menangani banyak klien, termasuk Campina Ice Cream, Djarum, Tropical Cooking Oil, Morreta Margarine dan terakhir, Honda motor. Bagi Dwi, brand building perlu waktu dan tentu anggaran yang cukup, dan ia mengambil contoh Honda, dengan Honda Vario matic pertama yang diluncurkan tahun 2006 dan disusul oleh Honda Beat, yang sukses di pasar.

143

Ia juga menunjuk pada Campina. “Kami adalah bagian dari growth Campina ice cream yang selalu naik dari tahun ke tahun”, katanya. Apa rahasianya mempertahankan klien? ”Kita selalu berusaha menjaga hubungan baik dan selalu berkomunikasi dengan client-client kita,” kata Dwi. Rahasianya meraih klien? “Team Work!” Spoken like a leader. Ia sering mengatakan bahwa ia “lompat pagar”, karena ia dahulu adalah klien Fortune sewaktu menjadi Programme Coordinator di UNICEF Indonesia. Pada awal tahun 2002, Daradjat Natanagara bergabung dengan Fortune sebagai Director, Advocacy, Partnership Building and Social Marketing atau disingkat APSOM. Dengan go publicnya Fortune, jabatannya kemudian diganti menjadi Vice President. Semasa menjadi Direktur/VP APSOM, Daradjat bersama tim social marketing menangani aneka ragam kampanye, termasuk kampanye anti-pembalakan hutan untuk Greencom/ USAID, dan peringatan Satu Abad Bung Hatta. “Peringatan Satu Abad Bung Hatta bagi saya merupakan tantangan paling berat,“ kata Daradjat, “bukan saja karena harus cari dana sendiri tetapi begitu banyak kegiatan yang Pak Indra minta kita lakukan”. Daradjat kemudian menangani Jakarta Fair dan kampanye informasi pemilih untuk Pemilu 2004 untuk UNDP dan KPU. Yang terakhir ini sangat berhasil dan mendapat pujian UNDP. Daradjat meninggalkan Fortune di akhir tahun 2005 dengan jabatan terakhir Vice President, Strategic Development and Corporate Development. Ia kembali bekerja di Fortune pada pertengahan tahun 2007 sebagai Special Advisor, dan membantu Fortune memperoleh antara lain klien strategis World Bank untuk pengembangan strategi kampanye anti-korupsi untuk KPK. Berangkat dari pekerjaan sebagai Technical Advisor pada Inkubator Bisnis Atma Jaya, David Honadi masuk Fortune di

144

awal tahun 2002 sebagai e-Services Manager. Di masa itu, ia ikut menangani sejumlah klien, termasuk Satu Abad Bung Hatta, Electrolux, Procold dan Lotte. Pada tahun 2004, ia diangkat sebagai Account Director ditugaskan untuk memimpin Tim Khusus untuk menangani klien hypermart kedua terbesar di dunia itu. Bekerja 24 jam sehari dan 7 hari seminggu, Tim pimpinan David berhasil mempertahankan Carrefour sebagai klien selama empat tahun. Karena keberhasilannya itu, ketika Fortune meraih Bank Mandiri sebagai klien, ia pun ditugaskan untuk memimpin tim khusus untuk itu. Itu pun merupakan tugas yang berat karena harus menangani 3 grup besar yang mencakup lebih dari 30 produk perbankan. Bagi David, Fortune berhasil memperoleh klien-klien besar seperti Carrefour dan Mandiri dan bertahan selama 40 tahun karena cara pimpinan Fortrune mengelola manusia di dalamnya, mengikuti perkembangan dan mempunyai kemauan untuk berubah sejalan dengan perkembangan industri periklanan serta memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Pada tahun 2002 juga, masuk Firzi Abidin, yang sebelumnya bekerja di bagian PR dan sebagai Market Analyst di Group Astra. Firzi awalnya ditugaskan untuk memimpin pelaksanaan program Change Management karena Fortune baru saja go public sehingga mencanangkan program peningkatan kinerja. Ia juga ikut serta dalam penyusunan rencana 5 tahun dari korporat, khususnya Fortune Advertising. Di tahun 2004, Firzi masuk area operasional di Pelita Alembana dan menangani sejumlah klien besar, termasuk Asuransi Jiwasraya, Pertamina Corporate dan Standard Chartered Bank. Kemudian ia juga sempat berkiprah di New Business Development sebelum pada tahuh 2006 diangkat sebagai Associate Media Director di divisi media atau yang disebut brand team Touchpoint. ”Kita posisikan sebagai media specalist,” kata Firzi. Disamping klien-klien dari brand team

lain, Touchpoint memiliki klien-klien sendiri, antara lain Osim, ConocoPhillips, Agung Podomoro, dan lain-lain. ”Selain para pengiklan, Touchpoint juga memiliki klien yang jenisnya agency,” tukas Firzi. Menurut Firzi, Fortune berhasil dan bisa bertahan karena mempunyai corporate image yang baik, corporate culture yang dilandasi optimisme, portofolio usaha dan pimpinan usaha yang kuat. Bisa! Adiwidjaja Astrianto merupakan salah satu penerima beasiswa dari Industri Pesawat Terbang Nusantara atau IPTN yang kemudian bangkrut. Adi belum lama kembali dari Jerman ketika ia bergabung dengan Fortune di awal tahun 2002 sebagai Account Executive pada divisi APSOM. Adi menangani tiga klien yang berat, yaitu Greencom/USAID untuk kampanye anti-pembalakan hutan, Satu Abad Bung Hatta dan Bank Muamalat. Khusus untuk SABH, ia ditugaskan menyelenggarakan seminar dan talk show, suatu tugas yang tidak mudah.. ”Saya merasa terpanggil dalam tugas itu karena saya cucu Mr. Soenario, pencetus KTT Asia-Afrika, yang berteman akrab dengan Bung Hatta,” katanya. Adi juga bangga dengan penanganan Bank Muamalat. ”Logo Shar-E adalah rancangan saya dan tim,” ceritanya. Adi kemudian dipromosikan menjadi Account Manager dan membantu dalam pengembangan dan produksi berbagai materi untuk Pemilu dan PilPres 2004, termasuk paket informasi yang dibuat untuk KPUD dan Pemda seluruh Indonesia. Adi meninggalkan Fortune di akhir tahun 2005 dan bergabung dengan agency lain. Aris Boediharjo bukan orang baru dalam dunia periklanan. Ia pernah bekerja di Avicom dan Hotline, dan juga sempat berkiprah di UNICEF sebagai Communication Officer. Aris masuk Fortune di pertengahan 2002 sebagai Deputy Director, APSOM, dan langsung ditugaskan membantu tim

Fortune menangani peringatan Satu Abad Bung Hatta. Ia berhasil dalam pembuatan filler TV yang bisa dikatakan bersejarah karena filler itu menghimpun sejumlah tokoh nasional yang secara bergantian menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Aris juga berhasil dalam penyelenggaraan acara puncak SABH. Aris juga terlibat dalam penanganan Jakarta Fair dan Pemilu 2004. Aris kemudian dipromosikan menjadi Operations Director dan membantu Indra Abidin melakukan perubahan-perubahan yang krusial dalam operasional dan organisasi Fortune, termasuk menelurkan konsep ”Galaxy of Communications” sebagai filosofi kerja dan pengorganisasian Fortune Indonesia. Aris kemudian dipromosikan lagi menjadi Chief Operations Officer, awalnya untuk Fortune Indonesia dan kemudian untuk seluruh Fortune Group. Aris memprakarsai slogan ’Good to Great’ di tahun 2005 untuk memacu kinerja warga dan ’Walk the Talk’ untuk memperkuat implementasi kerja. ”Pada saat buat planning dan strategi selalu pol-polan, tetapi akhirnya banyak yang kurang optimal dan bahkan tidak terimplementasi,” tukasnya lebih lanjut. Selama menjabat jabatan-jabatan itu, Aris tetap membantu dalam pitching untuk meraih klien-klien baru, termasuk banyak klien besar seperti Honda dan Bank Mandiri. Dalam meraih klien, ia memiliki strategi yang sederhana. ”Keep dreaming dan jangan putus asa”, demikian kata Aris. Betul sekali! Nur Rochim Achmad masuk Fortune di kuartal ketiga tahun 2002 sebagai Human Capital Development and General Affairs Manager yang kemudian ditugaskan untuk mendukung program Management System dan Corporate. Ia sebelumnya bekerja di Bank Universal dan juga PriceWaterhouse Consulting dan punya banyak pengalaman dalam human capital development. ”Beberapa sistem HCD dan kebijakan di Fortune perlu dibenahi dan dilengkapi”,

145

ceritanya, ”seperti standardisasi penggolongan warga, career tracking dan performance management.” Dan beberapa best practices di perusaahaan-perusahaan terkemuka dalam HR Practices, seperti Astra Group, secara bertahap diterapkan di Fortune Group. Rochim optimis akan kemampuan warga Fortune. “Kami yakin dengan SDM yang kami miliki saat ini, Fortune dapat menangani klien-klien besar, nasional maupun multi-nasional”, tandasnya. Rochim kini terlibat dalam mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan melalui program Pesemaian Fortune. Vonny Brahmana masuk Fortune di pertengahan tahun 2004 setelah beberapa bulan menjadi Sales Executive di Tea Addict. Ia mulai sebagai Jr. Account Executive dan dalam perjalanan karirnya menjadi Account Executive dan Sr. Account Executive. Bekerja dalam brand team Pegasus, Vonny menangani banyak klien termasuk beberapa klien seperti Campina, Honda dan NICI yang sudah menjadi klien lebih dari lima tahun. ”Itu karena adanya hubungan yang terjalin sangat baik antara agency dengan client saling men-support, percaya dan ingin berkembang bersama,” kata Vonny. Dalam menyampaikan konsep baik kepada klien lama atau klien potensial, tim dimana ia bergabung selalu menekankan untuk mengajukan konsep yang sesuai dengan brief dari klien, dengan target market serta informasi yang sangat jelas dan juga jalan ceritanya yang menarik agar target market tergerak untuk mencoba atau membeli produk yang dipromosikan. ”Alhamdullilah hampir 95% kami selalu mendapatkan tanggapan yang memuaskan dari klien kami”, kata Vonny. Bravo!

146

Ikh tisar Tahun-tahun pertama milenium baru merupakan masa penuh tantangan tetapi juga penuh peluang bagi Fortune. Dengan mulai pulihnya Indonesia dari krisis dan meningkatnya kembali belanja konsumen, belanja iklan pun bertambah besar dari tahun ke tahun. Peluang-peluang itu dimanfaatkan Fortune yang di masa itu berhasil meraih sejumlah klien besar, baik untuk bidang pemasaran sosial maupun pemasaran komersial, termasuk proyek-proyek prestigius seperti Satu Abad Bung Hatta, Jakarta Fair dan Pemilu dan Pilpres 2004, dan produk komersial Campina, Djarum korporat, Bank Muamalat dan Carrefour. Dan Fortune bukan saja berhasil dalam melaksanakan program komunikasi untuk masing-masing klien, tetapi berhasil memperoleh pujian dan mempertahankan klien-klien komersialnya. Tetapi masa itu juga merupakan masa untuk melakukan perubahan -- ‘Berubah atau Punah’ baik dalam falsafah dan operasional kerja maupun dalam pengorganisian perusahaan. Maka lahirlah konsep ‘Galaxy of Communications’ yang menempatkan semua anak perusahaan sebagai unit usaha yang terpadu tetapi terpisah untuk meningkatkan sinergi dan kinerja usaha kelompok perusahaan Fortune. Juga dalam pengorganisasian, khususnya di Fortune Indonesia, account management dibagi ke dalam brand teams sehingga masing-masing tim akan lebih terfokus dalam mengembangkan usahanya. Dan, setelah melakukan perampingan semasa Krismon, dengan diraihnya klien-klien besar itu, Fortune juga kembali merekrut warga-warga baru dan memperoleh tenaga berkualitas yang berperan dalam membangkitkan kembali dan mempersiapkan Fortune untuk take-off dengan visi 100 tahun ke depan.

147



u j u n e m i s a r e l Akse f f o e k ta

Bagian 1

SBY Pemilu dan Pilpres 2004 telah berlalu dan Indonesia memiliki Presiden dan Kepala Negara baru, yaitu Jenderal (Pur) Susilo Bambang Yudhoyono atau dikenal dengan sebutan SBY, menggantikan Megawati Soekarnoputri yang dikalahkannya dalam putaran kedua PilPres. SBY menang dengan penegakan hukum dan persatuan bangsa sebagai tema kampanye, meskipun lawannya di putaran ke dua didukung oleh partai-partai besar. Masa pemerintahan baru itu ditandai oleh upaya pemberantasan korupsi dan kelanjutan kemajuan ekonomi serta penciptaan iklim usaha yang positif. Memasuki tahun 2005, prospek ekonomi Indonesia untuk tahun itu dan jangka menengah cukup menjanjikan, yang didukung oleh komitmen Pemerintah untuk melanjutkan konsolidasi fiskal. Pertumbuhan ekonomi yang dalam tiga tahun sebelumnya stagnan di sekitar 4 persen, dapat melampaui 5% di tahun 2005 dan 6% di tahun 2007 sampai terjadi krisis ekonomi global di tahun 2008. Krisis global itu mengakibatkan laju pertumbuhan menurun menjadi 4,3% di tahun 2009. Laju inflasi bisa terkendali pada tingkat 4-5% meskipun mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Business confidence atau kepercayaan dunia usaha membuat perbaikan ekonomi terus berlanjut sementara ”country risk” atau peringkat risiko membaik sehingga memberikan ruang bagi upaya penurunan suku bunga domestik lebih lanjut, yang mendorong perkembangan lebih lanjut sektor korporasi dan mendorong peningkatan konsumsi pada sektor rumah tangga.

150



Memasuki tahun 2005, prospek ekonomi Indonesia untuk tahun itu dan jangka menengah cukup menjanjikan, yang didukung oleh komitmen Pemerintah untuk melanjutkan konsolidasi fiskal

151

Bagian 2

n u i l i r t 8 4 e k r a i l i m 4 Dari Bagi industri periklanan, pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, semakin bergairahnya investasi dan kuatnya permintaan konsumen merupakan pemacu pertumbuhan bisnisnya. Hal ini tercermin dari naiknya belanja iklan. Menurut laporan AC Nielsen, belanja iklan pada tahun 2006 mencapai Rp 30 triliun, atau naik 17% dibanding tahun sebelumnya, dan cenderung akan terus meningkat pesat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan belanja konsumen. Untuk tahun 2009, AC Nielsen mencatat belanja iklan mencapai Rp 48,5 triliun, naik 16% dibanding tahun sebelumnya (Kompas.com, 19 Januari 2010). Kalau melihat ke belakang dalam sejarah Fortune, berarti belanja iklan secara nominal telah naik lebih dari 10.000 lipat dari Rp 4 miliar di tahun 1970. Fantastis!

152



Peningkatan belanja iklan itu terjadi di semua jenis media massa, dengan televisi masih dominan (70% di tahun 2005 dn 63% di tahun 2009) dari seluruh belanja iklan. Peringkat berikutnya adalah surat kabar (36% tahun 2009), dan jauh dibawahnya majalah dan tabloid dan terakhir dengan pangsa hanya 1% (2009) adalah radio. Memuncaknya belanja iklan tidak terlepas dari semakin menjamurnya media massa. Pada tahun 2009, sudah hadir 10 stasiun TV swasta diluar TVRI dan 27 stasiun lokal. Jumlah stasiun radio -- yang kecuali RRI merupakan radio siaran lokal -- juga bertambah banyak dan mencapai 1.600 stasiun di seluruh nusantara. Demikian pula media cetak yang di luar surat kabar mencakup majalah dan tabloid, dengan munculnya berbagai surat kabar lokal serta terbitnya majalah dan tabloid dengan nama atau judul baru yang diperuntukkan berbagai segmen masyarakat dengan selera dan gaya hidupnya masing-masing. Sementara itu, media baru, yaitu internet dan telpon seluler atau HP, semakin marak. Pada tahun 2009 sudah ada 23 juta pemakai internet. Peningkatan dalam penggunaan HP juga mengalami kenaikan sangat pesat akibat semakin murahnya harga HP. Kini sudah ada 150 juta pelanggan, termasuk kelompok masyarakat paling miskinpun. Dengan menguatnya internet sebagai media informasi pilihan, juga muncul berbagai media sosial – Friendster, Twitter, Facebook, YouTube dan lain-lain – yang menjadi ladang periklanan baru bagi para pelaku komunikasi pemasaran. Suatu ledakan pilihan telah terjadi.

153

Bagian 3

t a e r G o t d From Goo Bagi Fortune, masa ini merupakan masa pertumbuhan pesat atau akselerasi menuju ‘take off’ untuk menjadi kelompok perusahaan terbaik dalam industri periklanan Indonesia. Keberhasilannya meraih sejumlah klien besar, baik untuk pemasaran komersial dan pemasaran sosial, pada tahun-tahun awal milenium baru telah membangkitkan semangat kerja seluruh warga dan karenanya warga perlu terus dipacu agar lebih meningkatkan lagi prestasi mereka. Maka pada tahun 2005, Fortune meluncurkan slogan baru, yaitu ‘Good to Great’. Slogan itu memberi penghargaan akan pencapaian fenomenal dengan diperolehnya klien-klien besar seperti Campina, Djarum, Jiwasraya, Carrefour dan UNDP/KPU, tetapi juga menyadari baik untuk tahun-tahun selanjutnya, pencapaian harus ditingkatkan lagi. ”Artinya bisnis kita sudah bagus di tahun 2004 tetapi kita ingin lebih baik lagi di tahun 2005 dan seterusnya,” kata Aris Boediharjo yang ikut memprakarsai slogan itu. Dan hasil yang diharapkan dengan slogan ini adalah bahwa secara mindset warga sudah siap untuk bekerja lebih baik dan lebih keras lagi untuk mencapai impian bersama dikemudian hari. ”It is a matter of mindset set up, it is a matter of spirit building (Persoalannya hanya pembinaan pola pikir, soal membangun semangat),” tukas Aris lebih lanjut. Great!

154



155

Bagian 4

a i d e m i s u l So Ledakan pilihan media dan munculnya media sosial juga merubah tatacara pengiklan atau agency berhubungan dengan konsumen, yang tidak lagi memperlakukan konsumen sekedar sebagai sasaran pemasar semata tetapi juga pelaku yang harus dilibatkan dalam pengembangan produk dan brand, atau yang disebut ‘consumer engagement’. Social media ini memang membuka cakrawala baru dalam menjangkau konsumen, tetapi nampaknya belum dapat diandalkan sepenuhnya. ”(Media sosial) belum bisa menjadi media utama, dan harus link dengan media lama,” kata Hasina Hakim, yang menjadi partner Fortune sejak tahun 2005 dan berkiprah dalam anak perusahaan Pelita Alembana. Hasina menggambarkan konsumen sebagai orang yang baca koran di pagi hari, dengar radio di mobil dalam perjalanan ke kantor, membuka Facebook atau Twitter sewaktu di kantor dan menonton TV di malam hari. ”Jadi social media tidak bisa berdiri sendiri, perlu ada link antara media yang berbeda itu,” tandasnya.

156



Dengan perkembangan ini, dari sisi business opportunity, media solution dan bukan media placement yang menjadi jasa yang sangat diperhitungkan oleh klien dibanding dahulu, dimana klien lebih mencari agency yang memiliki kreatif yang baik, dan jasa media ditawarkan untuk melengkapi. ”Banyak client saat ini yang sudah memisahkan antara agency kreatif dan agency medianya,” kata Firzi Abidin, Associate Media Director di Fortune Indonesia. Dan tentunya, apabila peluang meningkat, persaingan pun meningkat, dan dibanding dahulu persaingan media semakin ketat dengan hadirnya media specialist baik nasional maupun multi-nasional. Yang terakhir ini memiliki kekuatan finansial yang sangat penting dalam bisnis media, teknologi dan juga jaringan. ”Hal ini menuntut kita untuk terus bisa meningkatkan standard kualitas,” kata Firzi.

157

Bagian 5

s t n e i l C p i h C e u l B h i a r Me Tantangan “Good to Great” mendapat sambutan positif dari warga yang bekerja keras untuk meraih klien-klien baru melawan agency-agency papan atas baik yang nasional maupun multi-nasional. Hasil dari usaha warga itu ditandai dengan keberhasilan Fortune meraih banyak klien baru, termasuk blue chip clients seperti Honda, Bank Mandiri, Indofood dan Telcom, Tupperware dan World Expo 2005.

Honda Pada tahun 2005, penjualan sepeda motor di Indonesia menembus angka 5 juta dan naik 30% lebih dibanding dengan tahun sebelumnya. Penjualan motor merek Honda kembali menduduki peringkat pertama dengan penjualan 2,6 juta lebih atau 52% dari total, jauh di atas pesaing terdekatnya, yaitu Yamaha dan Suzuki. (News Aggregator, 18 Januari 2006; otomotif.kompas.com, 4 Februari 2009). Animo pembelian motor di Indonesia tetap tinggi dan tidak terpengaruh banyak oleh kelesuan ekonomi karena didorong oleh kebutuhan masyarakat akan kendaraan yang terjangkau harganya dan untuk menghemat biaya transportasi.

158

Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai market leader motor di Indonesia dan memelihara animo tersebut, pada tahun 2006 Honda memperkenalkan Honda Vario, yang merupakan motormatic pertama Honda. Fortune memenangkan pitching untuk mempromosikannya. ” Brand building perlu waktu dan tentu anggaran yang cukup,”ungkap Dwi Bustomi, brand Team Leader Pegasus, ”dan contohnya adalah dengan Honda. Honda Vario baru mencapai sukses di pasar pada tahun kedua.”Selanjutnya diluncurkan Honda BeAT yang lebih sukses lagi. Dalam tiga tahun, ke dua motormatic itu menyumbang 30% terhadap penjualan motor Honda.



159

Bank Mandiri Memasuki milenium baru, dunia perbankan di Indonesia mengalami perkembangan yang cepat, termasuk bank-bank nasional dan BUMN. Bank Mandiri merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia yang memberikan pelayanan kepada nasabah dalam usaha Corporate, Comercial, Micro dan Retail, Consumer Finance dan Treasury dan International Banking. Bank Mandiri juga mempunyai anak-anak perusahaan untuk mendukung bisnis utamanya, seperti Mandiri Sekuritas, Bank Syariah Mandiri, AXA Mandiri (Asuransi Jiwa) dan Bank Sinar Harapan Bali (UMKM). Pada tahun 2008, Bank Mandiri berhasil mencetak laba Rp 1,39 triliun atau meningkat 35,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya. (www.bankmandiri. co.id). Tetapi keberhasilan usaha itu berlangsung di tengah persaingan tajam antar bank, termasuk dengan bank multinasional yang kian menanamkan kukunya di bumi Indonesia. Pada tahun 2009, Fortune memenangkan pitching untuk mempromosikan 3 group besar Bank Mandiri, yaitu Mass dan Electronic Banking Group, Consumer Loan Group dan Micro Banking Group. Dari total group itu, Fortune menangani lebih dari 30 produk perbankan, dan setiap produk membutuhkan penanganan khusus. “Fortune pernah menangani Bank Mandiri di tahun 2006-2008 untuk Consumer Loan,” kisah Rina Priyatna yang waktu itu menjadi Sr. Account Executive yang menangani Bank Mandiri, “Jadi sudah banyak tahu tentang sepak terjang Bank Mandiri.” Untuk pitching tahun 2009 itu, Brand Team Mars didukung oleh divisi NBD dan Media, Mereka kemudian menelurkan strategi 5 R, yaitu Reenergize visuals, Re-construct copy and headline, Re-engage consumer, Re-enlight Programs dan Re-discover the meaning of brands. ”Fortune berusaha mempersonalisasi Mandiri sebagai sebuah brand dengan turunan sub-brand yang lebih rapi, terstruktur dan memiliki kesamaan benang merah jiwa brand-nya di

160

masing-masing produk dan sub-merk,” kata Ami Amalia, Brand Team Leader Mars, “dan membuat materi presentasi yang sangat komprehensif dengan kualitas gambar dan materi yang sangat mendekati hasil akhir.” Dan memang, sebagaimana juga dikatakan David Honadi yang sebelumnya memimpin Tim Carrefour, Fortune berhasil meraih Bank Mandiri berkat usaha research yang dilakukan menunjukkan pemahaman terhadap produk, melakukan analisa yang akurat tentang kondisi pasar dan memberikan usulan yang inovatif sehingga dapat menonjol di dunia perbankan. Sebagaimana dengan Carrefour, suatu tim khusus dibentuk untuk menangani Bank Mandiri di bawah pimpinan David Honadi.

n a p a J i, h c i A o World Exp World Expo merupakan suatu pameran akbar yang berskala besar, bersifat global dan tidak komersial. Dengan sejarah 150 tahun, Expo bertujuan untuk memajukan pertukaran pikiran dan pembangunan perekonomian, kebudayaan dan teknologi dunia, dan memungkinkan para peserta untuk mempromosikan dan memperlihatkan hasil capaiannya dan membangun hubungan internasional. Fortune Adwicipta bukan pemain baru dalam pengelolaan pameran internasional, karena telah membantu menangani World Expo di Seville, Spanyol di tahun 1992 dan Expo di Hanover, Jerman di tahun 2000. Maka Kantor Menteri Koordinator Perekonomian kemudian menunjuk Fortune Adwicipta untuk mendesain dan mengelola Paviliun atau Anjungan Indonesia pada World Expo di Aichi, Jepang di tahun 2005. World Expo di Aichi mengambil tema utama, ”Nature’s Wisdom” atau dapat diterjemahkan menjadi ”Kearifan Alam Raya”. Dalam buku laporan tentang penyelenggaraan Expo yang diterbitkan Kantor Menko Perekonomian RI, dikatakan bahwa Expo di Aichi berusaha mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi umat manusia mengenai lingkungan hidup, sumber daya dan energi. Forum Expo itu memberi kesempatan kepada segenap warga dunia untuk berinteraksi dan saling belajar tentang mekanisme alam serta daya kehidupan agar dapat memahami budaya serta peradaban yang harus dikembangkan bagi masyarakat dunia.

Dalam mendesain Anjungan Indonesia, Fortune Adwicipta mengembangkan logo yang merupakan stilasi dari konsep pohon hayat atau pohon kehidupan, suatu simbol kehidupan masyarakat yang telah dikenal di berbagai kepulauan nusantara sejak dulu. “Simbol itu menggambarkan kehidupan yang seimbang dan harmonis antara manusia dengan alam dan Penciptanya,” cerita Dewi Gajahmada, Managing Director FAC. Hal itu tercermin dalam tema Anjungan Indonesia, ”People and Nature in Harmony”. Tema itu diterjemahkan ke dalam desain anjungan dengan bentuk tampilan biodiversity atau keaneka-ragaman hayati, cultural diversity atau ragam budaya dan wisata serta potensi produk-produk ekspor nasional dan peluang investasi di Indonesia. Anjungan Indonesia merupakan salah satu dari 121 anjungan negara yang ikut serta dalam World Expo di Aichi, Jepang, dan meraih penghargaan bergengsi sebagai pemenang ketiga dan memperoleh Bronze Trophy ‘Nature’s Wisdom Award’. Penghargaan yang diraih anjungan Indonesia merupakan pengakuan internasional atas prestasi Indonesia, termasuk Fortune Adwicipta yang merancang dan mengelolanya, sebagai suatu representasi keserasian alam raya dan manusia.

161

Ja sa Marga PT Jasa Marga didirikan tanggal 1 Maret 1978 untuk menyelenggarakan jalan tol di Indonesia, dan yang pertama yang dikelola adalah jalan tol Jagorawi yang baru selesai dibangun tahun itu juga. Sejak itu, Jasa Marga bersama Pemerintah membangun jalan-jalan tol baru di wilayah Jabotabek, Bandung, Cirebon, Semarang, Surabaya dan Medan. Sampai akhir tahun 1980an, Jasa Marga merupakan satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia hingga kemudian Pemerintah mengundang pula investor swasta. Jasa Marga sudah menjadi klien Adwitiya Alembana sejak 1995. Anak perusahaan Fortune itu membantu menyelenggarakan pameran dan menerbitkan Company profile, Annual Report, agenda kerja dan kalendar. Pada tahun 2007, status Jasa Marga berubah menjadi perusahaan terbuka. Jasa Marga tidak pernah melakukan kegiatan publisitas, tetapi setelah menjadi perusahaan publik, merasa perlu meningkatkan citranya dan memperkuat komunikasi korporatnya, termasuk hubungan dengan media dan hubungan dengan pengguna jasa jalan tol. Fortune Pramana Rancang dipilih oleh Jasa Marga untuk melakukannya di tahun 2008. ”Untuk pekerjaan itu,” cerita Indira Abidin, Managing Director Fortune PR, ”kami melakukan research dan kami tahu target audience-nya dan sudah mengenal investor relations”. Pada waktu itu, Jasa Marga sudah merencanakan untuk menaikkan tarif tol. Jadi disamping membangun citra sebagai perusahaan publik, Fortune PR juga diminta untuk membangun pemahaman terhadap perlunya kenaikan tarif tol dan menjelaskan dampaknya kepada publik dan apa artinya bagi Jasa Marga. Masalah ini cukup pelik karena banyaknya kritik yang dilontarkan di media, dan Fortune PR perlu cepat tanggap. ”Kami membangun dukungan publik terhadap kenaikan tarif tol melalui berbagai kegiatan,

162

termasuk membangun media relations dan melakukan media monitoring,” kisah Indira. Tetapi itupun tidak mudah. ”24 jam kami harus selalu terhubung dengan klien, wartawan dan berbagai pihak terkait,”kisah Indira lebih lanjut. Fortune PR juga tidak lupa melakukan pendekatan kepada semua pemangku kepentingan, termasuk dari kalangan LSM. ”Alhamdulillah,” kata Indira,” kenaikan tarif tol dapat diterima masyarakat dan tidak ada demonstrasi atau protes, sebagaimana pernah terjadi sebelumnya.” Hasil dari kegiatan pembangunan citra oleh Jasa Marga ternyata sangat membantu dalam mendongkrak nilai sahamnya. Pada tahun 2009, Jasa Marga tercatat dalam list LQ4 di Bursa Efek Indonesia, yaitu saham-saham yang paling berprestasi di pasar modal. Dan Fortune PR ikut berperan. Jasa Marga masih menjadi klien Fortune PR hingga kini. ”Mudah-mudahan di-extend,” kata Indira.

Tupperware Tupperware merupakan nama dari produk-produk rumah tangga yang mencakup produk persiapan, penyimpanan dan penyajian untuk dapur dan rumah tangga. Produk pertama kali diperkenalkan di tahun 1946 di Amerika Serikat, Tuppeware merintis strategi direct marketing atau pemasaran langsung yang dikenal hingga kini sebagai ”Tupperware Party” dengan sasaran utama wanita dan ibu rumah tangga. Sejak itu, Tupperware dijual di 100 negara, termasuk Indonesia. Pada tahun 2008, Brand Team Activator Fortune Indonesia berhasil memenangkan pitching untuk mempromosikan Tupperware di Indonesia. ”Activator menawarkan strategi Integrated Communication dan Activation untuk Tupperware melalui Consumer Participation di program Tupperware She Can,” cerita Debbie Damajanti, Brand Team Leader Activator yang baru masuk Fortune tahun 2008. Secara internasional, Tupperware biasanya hanya melakukan direct marketing

dan tidak diperbolehkan mengiklankan produknya, jadi harus dilakukan secara soft branding. ”Peran Activator dalam membesarkan Tupperware adalah dengan ’breakthrough’ strategy yang membuat Tupperware pertama kali masuk TV,” kata Debbie. ”Indonesia adalah negara pertama kali yang memiliki program TV (Tupperware) di dunia”, tandasnya. Bagi Tim Activator, Tupperware merupakan suatu anomali. “Dalam menangani Tupperware, yang menarik adalah bahwa Activator bukan menangani brand melainkan Corporate Philosophy,” kata Debbie. Untuk mendalami Corporate philosophy Tupperware ini, tim Activator harus berbuat lebih dari biasanya. “Pembelajaran dilakukan oleh semua team, termasuk media dan IBD dimana tidak hanya hanya mempelajari filosofinya,” tutur Debbie, “tetapi juga ikut terjun menjadi Sales Force untuk mengerti prosesnya.” Dan berkat kegigihan tim Activator ini, Tupperware menjadi besar dan konon menempati ranking kedua di Asia. Ruuuaaaar biasa!!

163

Bagian 6

m a l a d n u j Ter g n i t e k r a M Political Political marketing merupakan perpaduan antara commercial dan social marketing karena disamping melakukan brand building dimana brand-nya adalah calon anggota DPR/Presiden/Kepala Daerah, political marketing juga mencakup aspek-aspek social marketing dalam membangun kemitraan atau koalisi dan pengerahan massa dengan sasaran menang dan bukan sekedar menjadi nomor dua, terutama untuk PilPres dan Pilkada. Orang berkata, dalam politik, ”the second winner is the first loser!” (pemenang kedua adalah yang pertama kalah!) Fortune Indonesia sudah mulai masuk ranah political marketing dengan partisipasi kuat Fortune dalam kampanye informasi pemilih pada Pemilu dan PilPres tahun 2004. Tetapi baru pada tahun 2007, Fortune terjun penuh ke dalam bidang baru ini dengan ditunjuknya Fortune untuk menangani kampanye politik Fauzi Wibowo dan Prijanto dalam Pemilihan Kepala Daerah untuk Propinsi DKI Jakarta, yang kemudian disusul oleh kiprah yang lebih luas menangani kampanye untuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada Pemilu 2009.

164



Foke-Prijanto Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, demikian sebutan resminya, untuk pertama kalinya diselenggarakan pada akhir bulan Juni 2005, yang antara lain diadakan di Sulawesi Utara (untuk jabatan Gubernur) dan di Depok (untuk jabatan Walikota). Seluruhnya 226 pemilihan umum kepala daerah yang kemudian dikenal dengan istilah Pilkada dilangsungkan di seluruh Indonesia selama tahun 2005. Tetapi baru pada bulan Agustus 2007 Pilkada untuk Gubernur dan Wakil Gubernur dilangsungkan di Propinsi DKI Jakarta. Dalam Pilkada di Ibukota RI itu, bertarung Fauzi Wibowo, Wakil Gubernur, yang berpasangan dengan Prijanto, mantan Asisten Teritorial TNI-AD, melawan Adang Daradjatun, mantan Wakil Kepala POLRI yang berpasangan dengan Dani Anwar, seorang politikus dari Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.

itu, Fortune menerapkan positioning dan pesan pokok keragaman, yaitu bahwa Foke-Prijanto adalah untuk semua golongan dan semua agama,” kata Ami Amalia, Brand Team Leader Mars yang memimpin tim Fortune. Pendekatan ini ternyata berhasil, meskipun bukan tanpa kerja keras. ”Kita harus kerja ekstra cepat, ” kisah Ami, ”sekarang di-brief, besok sudah jadi.” Meskipun pasangan Daradjatun-Dani Anwar dengan dukungan satu partai memperoleh dukungan suara cukup besar, yaitu 42%, tetapi Foke-Prijanto yang menang dengan suara hampir 58%. Suatu prestasi luar biasa di tengah kerumitan situasi politik di DKI Jakarta.

Fauzi Wibowo, atau akrab dipanggil Bang Foke oleh warga Betawi, meminta Fortune untuk (bersama dengan Hotline) menangani kampanyenya. Yang menarik dari Pilkada di DKI Jakarta ini adalah bahwa pasangan Foke-Prijanto ini didukung oleh 10 partai politik termasuk Golkar, PDIP, PPP dan PKB sementara Daradjatun-Dani Anwar didukung hanya oleh satu partai, yaitu PKS. Meskipun nampak timpang sekali, tetapi diketahui bahwa khusus di Jakarta, PKS memiliki massa yang kuat, utuh dan disiplin, sementara massa dari ke-10 partai pendukung Bang Foke, meskipun besar, tetapi kurang utuh dan displin. Maka Fortune melihat bahwa tidak cukup hanya mengandalkan dukungan ke-10 partai tersebut. Karenanya, Fortune melancarkan kampanye yang lebih diarahkan kepada para pemilih secara keseluruhan dengan memperhatikan demografi penduduk DKI Jakarta yang beraneka ragam -- suatu ”melting pot” berbagai golongan etnis, agama dan sosial-ekonomi. ”Dalam kampanye

165

) N A P ( l a n o i s a N Parta i Amana t Pada Pemilu 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP keluar sebagai pemenang sementara PAN berada pada urutan ke-enam. Sedangkan pada Pemilu 2004 , dengan jumlah partai sama, Golongan Karya berada mengambil alih pimpinan dan Partai PAN merosot ke urutan ke-7, di bawah pendatang baru, Partai Demokrat yang berhasil menempati urutan ke-5.

jelas, karena pada akhirnya di bilik suara orang hanya tinggal memiliki sedikit waktu untuk memilih. “Memasukkan secara sadar maupun tidak sadar angka atau nomor partai agar menjadi top of mind di benak masyarakat,” kata Ami Amalia, Brand Team Leader Mars yang menangani kampanye PAN, “menjadi strategi utamanya.” Slogan yang digunakan sederhana: Pilih PAN Nomor Sembilan.

Menjelang Pemilu 2009 bermunculan partai-partai baru yang dipimpin oleh tokoh-tokoh nasional yang kuat, yaitu Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura pimpinan Jenderal Wiranto dan Partai Indonesia Raya atau Gerindra pimpinan Letnan Jenderal Prabowo Subianto. Sementara Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera telah menunjukkan kemampuannya menjadi partai yang harus diperhitungkan.

Soetrisno Bachir selaku pimpinan partai juga diminta tampil dengan membuat iklan khusus tentang dirinya, jauh dari janji-janji surga tetapi lebih berakar pada kehidupan sehari-harinya, karakternya dan dengan jelas dan tegas menyampaikan semangat dan visi misinya untuk bangsa dan negara ini. “Konsepnya adalah Pengusaha – Perubahan,” kata Ami, “dengan slogan: Membangun Indonesia Baru yang lebih maju. Kita Mampu!”

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat itu, PAN dibawah pimpinan Soetrisno Bachir meminta Fortune melaksanakan kampanye untuk Pemilu 2009 setelah kampanye sebelumnya dengan slogan ”Hidup adalah Perbuatan” kurang berhasil. Fortune mengembangkan konsep strategi agar PAN tampil secara populer dengan mengetengahkan nomor pilih (angka sembilan) dengan

166

Ditengah persaingan yang berat itu, memang sesuai perkiraan polling opini publik, dalam Pemilu 2009 itu, Partai Demokrat menang disusul oleh Golkar dan PDIP. Bagi PAN, hasil Pemilu itu cukup memuaskan dengan terjadi peningkatan perolehan suara dan kembali menempati urutan ke-5.

167

Bagian 7

n a n u g a R i Sa tu a tap d Di akhir tahun 2007, Fortune Indonesia pindah dari Graha Pratama di Jalan MT Haryono ke kantor baru di Jalan Harsono RM, Ragunan. Gedung itu diberi nama Gedung Galaktika yang menjadi pusat Galaksi Komunikasi. Di akhir dasawarsa pertama Milenium baru ini, seluruh anak perusahaan terkecuali Travindo akan bergabung, bekerja dan bersinergi di bawah satu atap. Disinilah anak bangsa pejuang Galaksi Komunikasi akan bersama-bersama berkreasi dan berinovasi, mengharumkan nama Fortune untuk 100 tahun ke depan. Di Gedung Galaktika dan dimanapun mereka berada, akan didapatkan para ‘Galaktikan’ yang selalu siap menghadapi semua tantangan, dengan mental ‘Kendu’, meneruskan perjuangan anak bangsa terdahulu. Dan dalam perjalanan anak bangsa itu, mereka datang dan berkiprah di Fortune Indonesia. Bagi warga Fortune dari anak perusahaan yang selama ini menempati gedung sendiri, kepindahan ke Ragunan membawa berkah bagi anak perusahaan yang tadinya terpisah. ” Disamping lebih mengenal warga-warga lain yang jarang sekali dijumpai,” kata Dewi Gajahmada, Managing Director Fortune Adwicipta, ”kerjsama dengan seluruh unit Fortune menjadi lebih mudah dan diperoleh sinergi dalam melaksanakan tugas-tugas bersama.”

168

169

Bagian 8

g n i t n a b n a h Ta

Charlie Azis masuk Fortune di awal tahun 2006 setelah berkiprah di Avicom. Ia awalnya menjadi IBD Director dan kemudian diangkat sebagai Operations Director dan terakhir Corporate IBD Director. Waktu baru masuk merupakan masa peralihan dimana Fortune siap-siap untuk take-off dan untuk itu dibutuhkan bisnis baru, dan Charlie ditugaskan untuk meningkatkan new business untuk advertising. Waktu itu ada perubahan portofolio klien dalam peningkatan business dari sektor swasta, yang sebelumnya sektor pemerintahan memberikan porsi bisnis yang cukup signifikan. Dan upaya itu ternyata berhasil. Beberapa klien baru yang diperoleh Fortune sejak 2006 mencakup Honda Motor, Bank Mandiri, Axis, Tiga Roda dan Kalbe Nutritional. Dalam mengisahkan sumbangsihnya, Charlie rendah hati. “Peran saya hanya memberikan arahan dan memonitor proses dan memastikan segalanya on track,” tukasnya. “Tidak ada kiat khusus dalam pencapaian keberhasilan new business,” katanya. “Modal utama kami adalah spirit yang sama dan memberikan yang terbaik kepada organisasi.” Lama bergerak dalam marketing di sejumlah perusahaan, Debbie Damajanti kemudian beralih ke bidang advertising dengan bekerja di Proximity/BBDO Indonesia dan di awal tahun 2008 di Fortune Indonesia sebagai Brand Team Leader untuk tim Activator. Debbie sangat aktif dan menangani banyak klien, termasuk Abbot Indonesia, Agung Podomoro Group, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Seasons City dan Sari Ayu Martha Tilaar dan

170

Tupperware Indonesia yang sebagian besar diperolehnya sendiri. “Keunggulan tim Tupperware pada saat itu,” kata Debbie, ”adalah key person yang ada merupakan orangorang senior dan telah terbukti dalam beberapa program diberbagai perusahaan. Debbie tidak lama di Fortune dan keluar di kuartal ketiga tahun 2009 untuk membantu bisnis orangtuanya. “Fortune adalah perusahaan yang kuat dan bisa bertahan selama 40 tahun di industri dan tidak banyak bisa dilakukan perusahaan lain,” kata Debbie. Ami Amalia masuk Fortune di awal tahun 2005 sebagai Brand Team Leader Mars setelah berkiprah di sejumlah perusahaan periklanan sejak 1994. Di Fortune, Sebagai Brand Team Leader, Ami menangani baik klien-klien komersial maupun sosial dan merupakan yang pertama yang terjun langsung ke dalam pemasaran politik, dengan ditanganinya kampanye Fauzi Bowo-Prijanto untuk Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk Propinsi DKI Jakarta di tahun 2007 dan Partai Amanat Nasional untuk Pemilu 2009. Klien-klien lain yang ditanganinya mencakup Pertamina, Bank mandiri, Kacang Dua Kelinci, Bank Rakyat Indonesia, Departemen Kesehatan dan IFES (untuk Pemilu 2009). “Dalam menangani berbagai klien itu,” kata Ami, “produk-produk yang kurang menarikpun dapat dibalut sedemikian rupa menjadi kampanye iklan yang menarik dan komunikatif sehingga memenuhi bahkan melebihi harapan klien.” Ami keluar dari Fortune di pertengahan tahun 2009.

Ikh tisar Masa antara 2005 dan 2009 merupakan masa akselerasi menuju take-off bagi Fortune secara keseluruhan. Situasi ekonomi semakin kondusif dengan pertumbuhan ekonomi melonjak dari 5 menjadi 6 persenan, meskipun pada tahun 2009 menurun karena krisis ekonomi global. Belanja iklan juga naik terus dengan rata-rata dua digit setiap tahun hingga mencapai Rp 48,5 trilyun, yang secara nominal lebih dari sepuluh ribu kali lebih besar dibanding dengan belanja iklan waktu Fortune baru berdiri di tahun 1970. Masa itu juga ditandai dengan terjadinya ledakan media dengan bertambahnya TV daerah dan radio swasta di seluruh nusantara, dan semakin maraknya media komunikasi digital dengan cepat berkembangnya media baru berupa internet dan telepon seluler yang semakin dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Media baru ini juga melahirkan media sosial yang menciptakan revolusi baru dalam tata-cara interaksi antar manusia. Dan semua itu membawa tantangan baru bagi dunia periklanan yang harus mampu memberikan solusi media dan bukan saja penempatan iklan di media. Tetapi di tengah perkembangan yang spektakuler itu Fortune terus berkibar. Dengan slogan “Good to Great”, warga Fortune didorong untuk lebih berprestasi, meraih kemenangan dalam melakukan pitching, memperkuat kreativitas dan inovasi. Fortune juga memperkuat jajarannya dengan tenaga-tenaga muda dan profesional yang tahan banting. Dan semua usaha itu membuahkan hasil yang sangat menjanjikan bagi kejayaan Fortune ke depan. Fortune meraih klien-klien besar seperti Honda, Bank Mandiri, Tupperware, sekalipun kehilangan Carrefour di awal tahun 2009, dan masuk ranah pemasaran politik dengan menangani kampanye Fauzi Wibowo-Prijanto pada Pemilihan Umum Kepala Daerah di DKI Jakarta dan kampanye Partai Amanat Nasional pada Pemilihan Umum di tahun 2009. Foke-Prijanto menang dan PAN kembali menjadi partai 5 besar. Sungguh spektakuler!

171



n a p e d e k n u h a t 0 Visi 10

Bagian 1

Lanjutkan! Pemilu 2009 menghasilkan peta politik baru dengan kemenangan Partai Demokrat sebagai partai politik nomor satu dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merosot menduduki urutan ketiga di bawah Partai Golkar. Hasil Pemilu itu menjadi pertanda kuat akan hasil Pemilihan Presiden yang memang dimenangkan oleh Presiden inkumben, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan slogan, ”Lanjutkan!”, SBY berhasil menang pada putaran pertama mengalahkan Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla. SBY menang sebagian besar adalah berkat keberhasilannya dalam upaya pemberantasan korupsi.

174



Krisis ekonomi telah melanda dunia mulai tahun 2007 dan sebagian besar negara masih mencatat pertumbuhan ekonomi yang minus atau sedikit sekali di tahun 2009. Tetapi Indonesia berhasil menghalau badai krisis ini dan memperoleh pertumbuhan yang cukup baik, yaitu 4,3%, kinerja ekonomi terbaik kedua di Asia setelah China. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan naik menjadi 5,6% untuk tahun 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan dapat bertahan itu, dasawarsa pertama milenium baru merupakan masa pertumbuhan industri periklanan setelah sempat jatuh di masa Krismon. Belanja iklan sejak tahun 2000 naik dengan angka-angka yang signifikan, 32 % di tahun 2002 dan 12% di tahun 2008, sementara pada tahun 2009, belanja iklan naik 16% dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2010, belanja iklan diperkirakan akan meningkat lagi dengan adanya perhelatan akbar World Cup dan 244 Pemilihan Kepala Daerah di berbagai penjuru Indonesia.

175

Bagian 2

0 4 e k a i s u Di Pada tahun 2010, Fortune genap 40 tahun. Mencapai usia 40 tahun tidaklah mudah bagi perusahaan apapun. Dari sejak berdiri di tahun 1970 hingga sekarang, Fortune didera oleh berbagai masalah, dan tidak sedikit kegagalan yang dialaminya dalam meraih klien baru ataupun mempertahankan klien lama. Tetapi sebagaimana kata para sejarawan: “History is written by winners, and not by losers (Sejarah ditulis oleh yang menang dan bukan yang kalah)”. Dan demikian juga sejarah Fortune. Keberhasilan Fortune selama 40 tahun silam terletak pada satu hal penting yang menjadi kunci sukses. “Kita bangun sikap pandang bahwa setiap keadaan adalah kesempatan bagi Fortune,” tutur Indra Abidin. “Setiap kondisi lingkungan yang menciptakan hambatan atau kesulitan kita jadikan kesempatan,” kata Indra lebih lanjut. Hal itu terbukti dalam perjalanan Fortune dari masa ke masa: • Tahun 1978, kesempatan membuktikan anak bangsa mampu mengatasi hutang berat dan beban peringkat jauh dibawah; • Tahun 1981, hilangnya iklan TV dijadikan kesempatan untuk membangun Media Luar Ruang dan Public Relations sebagai solusi menjangkau konsumen di seluruh Indonesia, serta publik yang tersegmentasi akibat hilangnya iklan TV; • Tahun 1985, perolehan BKKBN sebagai klien dijadikan kesempatan untuk ciptakan layanan Integrated Marketing Communications, menciptakan Social Marketing Swasta KB yang pertama di dunia;

176

• Tahun 1988, Krisis Lemak Babi yang dapat menciptakan keresahan, kerusuhan dan menghancurkan berbagai industri khususnya Nestle dijadikan kesempatan untuk kelola krisis; • 1997/1988, Krisis Moneter dan Ekonomi atau Krismon berkepanjangan menimbulkan kesempatan bagi Fortune menciptakan berbagai layanan komunikasi: Lobbying, Litigasi, Kelola Krisis, Restruktutrisasi dan lainnya, termasuk Event Marketing Pameran Indonesia yang sepenuhnya diprakarsai Fortune dan dibiayai secara mandiri; • 2004, Kelola Komunikasi Pemilu untuk pertama kali berhasil terselenggara tanpa kekerasan. Dengan demikian, semua hambatan dari berbagai kondisi dan situasi yang muncul sebagai hambatan justru dimanfaatkan Fortune untuk menawarkan solusi. Solusi itu adalah Fortune.



177

Bagian 3

a l u m r o F g n i The Winn Para founding fathers Fortune sejak lama bercita-cita agar Fortune akan menjadi perusahaan berstandar dunia yang akan bertahan untuk 100 tahun ke depan. Untuk itu, sebagai hasil dari dalam pertemuan di suatu kompleks villa di Gunung Geulis, Puncak, pimpinan beserta para jajaran management Fortune lainnya merumuskan suatu strategi untuk mencapai cita-cita itu sekaligus sebagai dasar bagi pembuatan rencana lima tahun ke depan. Dalam perkembangan selanjutnya maka terhimpunlah suatu strategi yang disebut ”The Winning Formula” atau TWF.

178

TWF terdiri atas lima unsur pokok. Yang pertama adalah unsur eksternal, yaitu para pelanggan atau klien, pemasok, mitra/rekanan, masyarakat dan pemerintah. Yang kedua adalah unsur internal, yaitu kebijakan, peraturan/ketentuan, sistem dan proses bisnis. Yang ketiga adalah manusia, yaitu bagaimana bisa menarik, memotivasi dan mempertahankan warga yang terbaik. ”Fortune memahami bahwa warga (people) merupakan aset yang paling utama dalam bisnis perusahaan,” tukas Nur Rochim Achmad, Human Capital Manager. ”(Karenanya) Manajemen Fortune memberikan perhatian yang lebih pada pengembangan dan optimalisasi SDM." Yang keempat adalah unsur keuangan dikelola dengan baik guna menjamin tumbuhkembang usaha yang sehat secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Yang kelima adalah unsur kreativitas dan inovasi sebagai pendukung semua itu agar usaha bisa terus mengalami pembaharuan, perubahan, mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Bagi Fortune, penerapan TWF sangat penting untuk menjadikan Fortune kelompok usaha komunikasi Indonesia yang memiliki standar dunia dan untuk meraih keunggulan usaha. The Winning Formula (TWF) ini merupakan kunci bagi Fortune untuk bisa maju dan memenuhi visinya menjadi

kelompok usaha komunikasi Indonesia yang memiliki standar dengan inovasi yang melampau batas waktu 100 tahun ke depan. TWF dilandasi visi Fortune, yaitu: Menjadi kelompok komunikasi Indonesia berskala dunia yang didukung oleh karya-karya inovatif yang unggul. Dengan misi: Menjadi perusahaan terpilih untuk investasi, berbisnis dan menuntut karir, yang didukung oleh profesionalisme yang menghasilkan pertumbuhan bisnis yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup manusia. Dan dari visi dan misi dirumuskan pula nilai-nilai yang menekankan integritas sebagai landasan kerja dan paradigma yang didasari semangat “Kendu” untuk memanfaatkan setiap peluang dan tantangan. Sejalan dengan visi dan visi tersebut, TWF menganut tema: ”One Team, One Dream” yang mengandung pengertian bahwa sebagai suatu kelompok usaha, Fortune hanya dapat mencapai keunggulan dan sasaran-sasaran usaha dengan adanya kesatuan berpikir dan bertindak serta kerjasama tim. “Kesamaan impian yang kita tumbuh-kembangkan,” tandas Indra Abidin, “dijalankan bersama dalam kesatuan kerja dalam keserasian, keselarasan dan keseimbangan yang berkelanjutan dan berkesinambungan.” Dengan Winning Formula itu, Fortune semakin kuat, semakin berkembang untuk menjadi kelompok perusahaan berstandar dunia.

179

Bagian 4

n a a h a s u r e p Kelompok a i n u d r a d n a berst Pada usia 40 tahun, PT Fortune Indonesia Tbk. sebagai holding company terdiri atas lima perusahaan yang bersinergi dan saling mendukung. Ke lima perusahaan Fortune merupakan perpaduan yang unik antara pengetahuan lokal dan pandangan global, kombinasi ini menyediakan para klien serangkaian layanan jasa yang senantiasa berkembang termasuk PR dan komunikasi korporasi, pemasaran sosial dan pemasaran politik, kehumasan dan media, disain, jasa perjalanan wisata, dan tentunya, jasa periklanan itu sendiri.

IA S E N O D IN E FORTUN Fortune Indonesia merupakan salah satu perintis dalam dunia periklanan, dan dalam perkembangannya menjadi perusahaan komunikasi pemasaran terpadu, dengan layanan periklanan yang mencakup semua aspek brand management termasuk perencanaan strategis, brand audit dan brand development. Fortune Indonesia juga termasuk perintis dalam melakukan baik social marketing maupun political marketing diantara perusahaan-perusahaan periklanan nasional. Fortune Indonesia sebagai perusahaan periklanan utama merupakan full service agency yang menyediakan seluruh jasa periklanan dan bersinergi dengan anak perusahaan lainnya untuk memberikan jasa PR, graphic design dan exhibition dan travel marketing – pendek kata, seluruh jasa komunikasi pemasaran yang dibutuhkan kliennya yang beraneka ragam

180

itu. Fortune Indonesia selama ini menjadi penghasil laba terbesar diantara perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Fortune Group. Dalam menyediakan berbagai jasa periklanan itu, Fortune Indonedia terdiri atas Brand Teams atau unit-unit kerja, yaitu: Pegasus yang menjadi ujung tombak dalam memberikan jasa periklanan lengkap dari pengembangan konsep dan strategi sampai pelaksanaan program komunikasi terpadu; Touchpoint yang merupakan spesialis media terkemuka yang memberikan seluruh aspek dari solusi media, dari perencanaan media, pembelian serta analisa media; dan Activator sebagai satuan yang menangani brand activation yang menangani program TV dan special events. Juga untuk klien-klien dengan portofolio besar sekali, dibentuk Tim-Tim Khusus yang dapat melayani klien 24 jam sehari, 7 hari seminggu.



Dalam dasawarsa pertama milenium baru, Fortune Indonesia telah berhasil bangkit kembali setelah mengalami beberapa kemunduran di masa Krismon, dengan meraih banyak klien-klien besar dan prestigious seperti Campina, Djarum, Satu Abad Bung Hatta, UNDP/KPU, Honda dan Carrefour. Pada tahun 2009, Fortune kembali meraih klien besar, yaitu Tupperware dan Bank Mandiri. Perolehan portofolio dari salah satu bank terkemuka di Indonesia merupakan motivasi penting untuk meneruskan upaya menjadi perusahaan periklanan terkemuka di Indonesia.

181

FORTUNE PR Fortune Pramana Rancang (Fortune PR) adalah perusahaan konsultasi kehumasan terkemuka dan terdepan di Indonesia. Perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam komunikasi pemasaran dan strategi korporasi melalui pelayanan yang komprehensif yang mencakup Media Relations, Public Affairs, Investor dan Hubungan Finansial, Layanan Informasi, jasa Pemasaran, Layanan Korporasi, Hubungan LSM, Jasa Pemasaran Sosial, Internal PR, Komunikasi Militer & Pertahanan dan Komunikasi Litigasi. Klien utama antara lain: PT Jasa Marga (Persero), Bank Dunia, KPK, PT Roche Indonesia dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Dengan terus bertambah banyak klien, Fortune PR melakukan pengembangan sumber daya manusia, yang terbukti memberikan motivasi lebih. Tim Fortune PR diperluas mendekati 30 anggota tim, dengan posisi baru Client Service Director, Business Support Director, dan New Business Development Director. Fortune PR mencapai sebuah tingkat sinergi yang lebih tinggi, dengan meciptakan tim-tim spesialis. Kelompok-kelompok kerja yang beroperasi dengan sistem matriks yang meliputi: Perawatan Kesehatan dan Konsumen, Energi, Teknologi, Finansial & Korporasi. Beberapa studi kasus berbasis pengetahuan yang baru membantu melakukan penyebaran ilmu tersebut. Fortune PR melakukan program pelatihan intensif dan merevitalisasi seluruh organisasi. Fortune PR menikmati standar acuan internasional dan peluang global melalui afiliasi dengan Worldcom, sebuah grup global yang terdiri dari beberapa perusahaan PR independen, dan Ketchum, sebuah konglomerasi PR global dengan keberadaan yang kuat di Eropa dan Amerika. Pada saat bermitra dengan Citigate Dewe Rogerson, Fortune PR berhasil memberikan konribusi klien seperti Telkom, Indosat, Bank BNI dan BRI. Pada tahun 2009, Fortune PR

182

berkibar dengan berhasil melakukan komunikasi IPO yang meliputi layanan pada Energy Petro Services, dan persiapan peluncuran IPO untuk PT Benakat Petroleum. Fortune PR bekerja secara lokal dengan Panadol dan secara internasional dengan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC). Kekuatan disiplin ilmu dalam bidang teknologi, membawa Nimbuzz bersamaan dengan datangnya kembali D-Link, Trend-Micro and Sea Gate. Pada tahun 2007, Fortune PR terpilih oleh majalah Cakram sebagai perusahaan PR terbaik di Indonesia. Pada tahun 2008, penghargaan serupa diberikan oleh majalah MIX. Bulan April tahun 2010 ini, majalah MIX kembali memberikan penghargaan kepada Fortune PR sebagai “The Best of The Best PR Agency”, dan “The Most Recommended PR Agency”.

183

A N A B M E L A A PELIT Pelita Alembana menawarkan serangkaian layanan pemasaran terpadu serta periklanan pada klien korporasi maupun komersialnya yang dapat meraih lebih jauh daripada points of contact tradisional yang ada antara klien dengan konsumennya. Selain itu, Pelita Alembana menyediakan layanan one-off berdasarkan kasus per kasus untuk kebanyakan klien Indonesia yang tidak memerlukan jasa sebuah perusahaan periklanan full-service. Sebagai Biro Kreatif dan Spesialis Media, Pelita Alembana memberikan grup sebuah arus penerimaan yang stabil, khususnya pada bidangbidang perencanaan, pembelian & penempatan media. Meskipun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Fortune Group, Pelita beroperasi sebagai kesatuan terpisah dari saudaranya Fortune Indonesia. Keunggulan kompetitif terkuat dari unit usaha ini terletak pada kecepatan dan kelincahan yang mana ia dapat melakukan pendekatan peluang pasar yang dinamis. Perusahaan ini telah

184

membangun reputasi dengan perusahaan di mana pangsa pasar konsumennya memerlukan pendekatan campaign-bycampaign; sebuah eksposur suksesi yang cepat dalam jangka pendek dengan fleksibilitas yang lebih besar dan media yang digunakan secara bersamaan. Komitmen Pelita Alembana untuk merangkul teknologi baru dan media ambience yang dikombinasikan dengan hubungan kerjasama yang baik terhadap media konvensional menempatkannya dalam kelas tersendiri. Selama tahun 2009 Pelita Alembana melayani kontrak dengan klien blue chip Ultra Jaya, sementara klien jasa terpadu meliputi Direktorat Jendral Pajak dan Departemen Agama. Perusahaan ini kemudian melakukan taktik media gerilya untuk beberapa kampanye ad-hoc. Melangkah ke depan, Pelita Alembana tetap menjajaki peluang baru untuk membuat platform guna mengembangkan serta melakukan distribusi konten digital.

185

A T IP IC W D A E FORTUN Fortune Adwicipta merupakan perusahaan yang telah lama menikmati reputasi sebagai penyedia terkemuka dari layanan jasa desain grafis dan pameran, yang piawai dalam merancang dan mengelola berbagai pameran, baik di dalam maupun di luar negeri, termasuk untuk lima World Expo di berbagai penjuru dunia sejak tahun 1985. Pada tahun 2009, Fortune Adwicipta yang dikenal dengan singkatan FAC melakukan restrukturisasi organisasi dengan mengoptimalkan sumber daya dan melakukan perampingan disaat-saat yang memungkinkan, serta event management yang sukses. Selama tahun berjalan, perusahaan berhasil melaksanakan Road Show Internasional untuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia di Milan, Amsterdam, Washington DC., dan bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal DKI kami menyelenggarakan “Jakarta: A Golden Gate to Invesment Opportunities” dengan kunjungan antara lain, Abu Dhabi, Budapest dan Frankfurt. Sementara, di dalam negeri perusahaan mengadakan acara ganda yang sukses di SMESCO Building, Jakarta dan Adiwastra Nusantara 2009 di JCC Senayan Jakarta. Ajang beberapa hari tersebut dikombinasikan dengan pameran perdagangan ‘Temu Karya’, mempromosikan kerajinan tangan Indonesia yang khas , dengan eksposisi busana dan aksesoris ‘Urban Muslim Fashion’ yang menampilkan demo produk, talk show, pameran busana, serta serangkaian koleksi makanan tradisional Indonesia untuk berbuka puasa pun disajikan. Sekali lagi FAC berhasil menampilkan kekuatannya yang unik dalam menciptakan konsep acara yang kuat untuk industri, makanan dan busana. Dengan kondisi yang lebih ramping dan cerdas, Fortune Adwicipta tampil lebih kuat dari sebelumnya, peningkatan sinergi dengan Fortune PR dan Travindo. Tahun-tahun

186

mendatang memiliki arahan yang jelas untuk dapat mengalahkan kompetisi dalam tender berskala besar. Untuk disain grafis, yang meliputi pembangunan signage dan pengembangan materi promosi, Adwicipta diakui secara luas untuk kekuatan dalam hal Corporate Identity, Brand Identity, Brand Packaging, Corporate Communications, Brand Communication, Public Service Announcement serta multimedia. Bisnis yang terus menggunakan jasanya di tahun 2009 meliputi: PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., BKPM dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, PT Bukit Asam (Persero), sedangkan klien baru Taman Bunga Nusantara pun disambut. Meskipun desain grafis terus mewakili kekuatan inti Perusahaan, Jasa layanan pameran masih memberikan kontribusi terbesar untuk pendapatan. FAC terus berkembang lebih dan lebih sebagai event organizer daripada sekedar disainer eksebisi, dengan pekerjaan yang berkelanjutan untuk sektor publik dan swasta baik di dalam negeri maupun luar negeri. Pada tahun 2009, FAC menyediakan pengembangan citra terpadu, komunikasi visual, desain event, konstruksi serta layanan manajemen untuk Jakarta Business Forum. Mencuatnya reputasi Fortune Adwicipta sebagai event organizer serta pelaksana pameran berskala internasional berskala berkualitas mempertegas sikap optimis kami di masa yang akan datang, kami akan terus memperkaya pengalaman kami dalam bidang desain pameran dan konstruksi. Berpasangan dengan New Business Development yang dinamis, serta jaringan kerja yang kuat dari anggota keluarga Fortune, baik aktif maupun non-aktif, FAC dapat mengembangkan dan mengatur lebih banyak event secara mandiri yang dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan untuk masyarakat umum.

187

O D IN V A R T E N FORTU Fortune Travindo menyediakan jasa lengkap untuk perjalanan serta pelayanan yang berkaitan dengan MICE dan berbagai jasa perjalanan kelompok untuk asosiasi dan perusahaan-perusahaan besar. Sebagai anggota dari ASITA, IATA, dan PATA serta memegang lisensi sebagai Profesional Conference Organizers (PCO) dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Travindo, demikian dikenalnya, merupakan anak perusahaan termuda yang tergabung dengan Fortune Group. Travindo merupakan agen perjalanan terdepan yang memberikan pelayanan dalam bidang kegiatan perjalanan dengan menggunakan standar tertinggi. Pelayanan ini termasuk keseluruhan manajemen acara, promosi serta kegiatan publikasi. Dengan kegiatan berupa mengubah konsep menjadi realisasi, Travindo berusaha menempatkan seluruh kebutuhan transportasi, akomodasi, serta fasilitas untuk para peserta delegasi sebuah konferensi maupun pameran. Meeting Incentive Convention Exhibition (MICE) sekali lagi memegang peran utama dalam kesuksesan Travindo selama beberapa tahun terakhir ini. Di tahun 2009, kegiatan ini di promosikan dan diatur sebagai kumpulan berbagai kegiatan, yang diantaranya dilakukan bersamaan dengan perusahaan dalam Fortune Group maupun terpisah dari bisnis unit Fortune. Klien-klien Travindo dalam tahun tersebut antara lain: BKPM, Astra Internasional,

188

Warner Music Indonesia, BAPPENAS, United Diesel, dan RS Jantung Harapan Kita. Tahun 2009, Travindo sekali lagi diminta untuk bekerja sama dengan Fortune Adwicipta untuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Road show Forum Bisnis Jakarta (The Jakarta Business Forum) tahun 2009 telah mengunjungi beberapa kota di Eropa, Timur Tengah serta Asia termasuk Milan, Amsterdam, Frankfurt, Budapest, Singapura, dan Abu Dhabi. Selanjutnya Travindo membantu pemerintah daerah di seluruh Indonesia saat berpartisipasi dalam forum perdagangan dan investasi regional.

189

Bagian 5

k u t n u n a h Berta n a p e d e k n 100 tahu Mungkin ada yang berkata bahwa adalah terlalu jauh bagi suatu perusahaan memikirkan untuk bisa bertahan 100 tahun lagi, hal yang dicita-citakan founding fathers Fortune. Tetapi dalam kenyataannya, banyak perusahaan sudah berusia 100 atau lebih seperti Unilever, HSBC, Goodyear dan Ajinomoto. Dan bahkan di Jepang ada 20.000 perusahaan yang berusia lebih dari 100 tahun. Di dalam negeripun tercatat Sampoerna sebagai perusahaan yang nyaris berusia 100 tahun (kurang tiga tahun), dan mungkin ada lebih banyak lagi. Jadi tidak mustahil kalau Fortune dapat bertahan 100 tahun lagi.

190

Tetapi tentu bukan sekedar bertahan tetapi juga berprestasi dengan kinerja yang melampaui perkiraan semula. ”Kalau manusia umumnya menetapkan 100% sebagai angka tertinggi,” kata Indra Abidin, ”maka kita harus menetapkan 200% sebagai tujuan kita, sehingga kalau hanya mencapai 100%, kita sudah mencapai angka tertinggi manusia ratarata.” Demikian juga dalam semangat kerja. ”Kalau manusia rata-rata bekerja 8 jam seharinya,” kata Indra lebih lanjut, ”maka kita harus bisa bekerja 16 jam.” Dan memang, kalau mau hidup, janganlah tanggung-tanggung. Tentu untuk bertahan 100 tahun lagi membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Disamping SDM yang prima, juga dibutuhkan strategi, inovasi dan kreativitas yang dinamis. Tetapi mampukah Fortune menjadi kelompok perusahaan komunikasi terbaik di Indonesia yang bertahan 100 tahun lagi? Dan apa kendala dan upaya yang perlu dilakukan Fortune untuk mencapai citacita ini? Semua warga Fortune optimis dan bahkan sangat optimis bahwa Fortune dapat bertahan dan tetap jaya 100 tahun lagi.

”Penguasaan terhadap sumber daya: manusia yang berkualitas, pengetahuan teknologi paling mutakhir, sistem dan organisasi paling efisien dan produk dan layanan yang paling efektif,” kata David Honadi, Account Director dan Ketua Tim Khusus Bank Mandiri. ”Memperbanyak blue chip clients, memperkuat team dan meningkatkan kompetensi,” kata Firzi Abidin, Associate Media Director. Dan last but not least: ”Fortune harus lebih mensejahterakan seluruh karyawan. Dengan begitu, maka seluruh karyawan akan lebih rajin bekerja, semakin loyal terhadap perusahaan dan tergerak hatinya untuk bisa mengembangkan dan mengangkat nama Fortune Indonesia sebagai agency nomor 1 di Indonesia,” demikian kata Vonny Brahmana, Senior Account Executive.

Tetapi dengan beberapa catatan bahwa masih ada yang perlu dilakukan Fortune ke depan: ”Management yang kuat dengan regenerasi yang tepat”, kata Dwi Bustomi, Brand Team Leader Pegasus. ”Di abad ini ada satu modal lagi yang cukup fatal, yaitu teknologi. Teknologi tidak hanya dalam hardware tetapi juga software dan brainware,” kata Charlie Azis, IBD Director. ”Fortune Group harus secara serius membangun brand-nya sendiri, bukan hanya brand klien,” kata Indira Abidin, Managing Director Fortune PR.

191

n a p e d a s a Pemimpin m Keberhasilan Fortune selama 40 tahun tidak terlepas dari kepemimpinan dari Indra Abidin dan para pendamping setianya. Tetapi mereka tentu tidak akan ada selamanya. Pembaharuan kepemimpinan mutlak penting dan seperti suatu estafet, harus berlangsung secara terus menerus. Majalah internasional Fortune dalam tulisan berjudul ’How to Build Great Leaders’ terbitan 7 Desember 2009, mencatat 25 perusahaan terkemuka di dunia yang menjalankan program pengembangan pemimpin-pemimpin masa depan. Semua perusahaan itu, kata majalah bisnis itu, memiliki satu persamaan: “Mereka tahu bahwa menanamkan modal dalam pengembangan karyawannya bukan sesuatu yang mewah, melainkan sesuatu yang mutlak”.

192

193

Tidak banyak perusahaan di Indonesia yang mempersiapkan pemimpin masa depannya dan karenanya tidak mengherankan kalau ada perusahaan yang langsung jatuh kinerjanya setelah ditinggalkan CEO-nya, yang acap kali adalah pendiri perusahaan itu, atau harus menggunakan head hunters untuk mencari pengganti eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri atau pindah kerja dari luar. Fortune Indonesia dengan visi membangun kelompok perusahaan komunikasi yang unggul untuk 100 tahun ke depan, harus dapat menghindari terjadinya kekosongan dalam kepemimpinan dan mulai mengambil langkah-langkah untuk mempersiapkan sejumlah warga terpilih untuk menjadi pemimpin-pemimpin perusahaan di masa depan melalui program ’Pesemaian Fortune’. ”Melalui Pesemaian Fortune,” kata Nur Rochim Achmad, HCD Manager, ”kami berharap akan diperoleh calon-calon pemimpin Fortune yang berakar kuat dari budaya Fortune dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri maupun oleh perusahaan di masa depan.” Program ini diluncurkan Fortune tanggal 1 April 2010. Program ini telah mengidentifikasi dan menseleksi caloncalon pemimpin berdasarkan perangkat penilaian kinerja dan prediksi potensial. Mereka yang terplih menjalani

194

suatu resim pelatihan dan mentoring yang menghasilkan sejumlah warga dengan business dan people acumen serta kompetensi yang tinggi yang siap ditempatkan di jenjang kepemimpinan dimana perlu. Sebagai suatu Corporate Development Program, Pesemaian Fortune menumbuhkembangkan pemimpin transformasional dengan mengoptimalkan talenta, pengetahuan dan kompetensi yang dimiliki warga untuk menjadi pemimpin masa depan serta mempertahankan dan melanjutkan filosofi, nilai dan budaya Fortune yang menjadi ciri khas Fortune sejak berdiri 40 tahun lalu. ”Fortune ke depan,” kata Indra Abidin, ”adalah menjalankan 60 tahun lagi dengan berpegang teguh pada visi serta nilai-nilai budaya usaha yang diperkaya disesuaikan terus sejalan perubahan zaman guna mencapai tujuan dan harapan segenap warganya.” Selamat datang, pemimpin masa depan Fortune!

Ikh tisar Di tahun 2009. Indonesia berhasil melaksanakan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden. Bangsa dan negara kembali dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia global yang mengakibatkan banyak negara maju mengalami pengurangan pertumbuhan ekonominya sampai ke level minus. Tetapi Indonesia mampu melewati krisis dengan baik dengan pertumbuhan ekonomi tetap positif pada tingkat yang memadai. Dan sementara belanja iklan di negara-negara maju berkurang cukup drastis, di Indonesia belanja iklan tetap meningkat dengan dua digit. Maka masa memasuki akhir dasawarsa pertama milenium baru merupakan masa yang sangat menjanjikan bagi Fortune. Itu bukan tanpa langkah-langkah yang diambil Fortune dalam beberapa tahun terakhir ini untuk memastikan kelangsungan usahanya. Fortune menggariskan strategi untuk bisa tetap unggul yang disebut ”The Winning Formula” yang terdiri atas lima unsur pokok, yaitu eksternal yang menyangkut klien, mitra dan pemasok dan pemerintah dan masyarakat; internal, yang mencakup aspek sistim dan kebijakan, peraturan dan ketentuan, dan proses bisnis; unsur manusia, yaitu bagaimana bisa menarik, memotivasi dan mempertahankan warga yang terbaik. Mendukung semua itu adalah inovasi dan pertumbuhan agar usaha bisa terus maju secara berkesinambungan. Kunci dari keberhasilan Fortune untuk bertahan selama 40 tahun adalah kemampuannya untuk memanfaatkan situasi, menjadi suatu krisis ataupun suatu kejadian sebagai kesempatan untuk melakukan terobosan, dari hilangnya iklan dari siaran TVRI sampai ke krisis lemak babi dan Krismon dan perolehan berbagai klien yang strategis. Bagi Fortune, tidak ada masalah atau hambatan, hanya tantangan dan peluang. Menginjak usianya yang ke 40, kelompok usaha Fortune bertambah kuat sambil terus meningkatkan efisiensi dan kinerja. Pengakuan atas keunggulan kelompok usaha ditandai dengan diperolehnya berbagai penghargaan sementara semakin banyak klien besar telah menempatkan Fortune sebagai mitra yang terpercaya. Dan untuk menjaga kelanjutan keunggulan dan kinerja usaha perusahaan, Fortune melalui program Pesemaian Fortune mempersiapkan pemimpin-pemimpin masa depan yang berakar kuat dari budaya Fortune dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh industri maupun oleh perusahaan di masa depan.

195


a r e Bett


r e g n u o Y d an

r e g n u o Y d Better an Tahun 2010 ini, Fortune berusia genap 40 tahun. Berawal dari perusahaan konsultan periklanan dan manajemen yang didirikan oleh Fortune International yang berbasis di Australia dan Indo-Consult milik Mochtar Lubis, Fortune berkembang menjadi perusahaan periklanan nasional yang dapat melalui berbagai cobaan dan tantangan, dari harus membayar hutang besar di masa peralihan ke tangan anak bangsa sampai ke krisis ekonomi yang mengurangi ruang gerak bisnisnya, dari masa sulit dengan kelangkaan klien-klien besar sampai ke masa jaya dengan perolehan klien-klien kolosal. Founding fathers Fortune sejak awal sudah bercita-cita atau lebih tepat, bertekad bulat membangun perusahaan periklanan yang terbaik yang dapat bertahan 100 tahun ke depan. Mungkin waktu pertama gagasan itu dilontarkan, dianggap mimpi oleh banyak orang. “Bisa dikatakan sesuatu impian yang gila untuk ukuran orang normal,” kenang Indra Abidin. Tetapi sekarang, impian itu “within reach”, dapat terjangkau.

198

199

Pada usianya yang ke-40, Fortune memang bertambah matang, dewasa, dan profesional. “Dengan modal 40 tahun ke belakang, Fortune sudah mencapai hasil yang sangat membanggakan,” kata Indra. “Kita berhasil mengukir sejarah dengan berbagai karya yang berdampak besar bagi masyarakat Indonesia dan bagi masyarakat duniapun,” tambahnya. Dan untuk bertahan 100 tahun ke depan, Fortune akan terus berkarya, berkreativitas dan berinovasi. Karenanya, Fortune juga terus melakukan penyegaran, baik dalam sumber daya manusia maupun dalam gagasan kreatif dan inovasi. Peremajaan di segala bidang memang harus terus berlangsung kalau ingin bertahan 100 tahun lagi.

Orang bilang “Life begins at forty”, atau hidup baru mulai ketika orang menginjak usia 40 tahun, dan demikian juga bagi Fortune yang pada usianya yang matang di tahun 2010 ini tidak berhenti bertumbuh-kembang dan bahkan bertambah muda. Sekarang sekitar 60% warga Fortune berusia di bawah 30 tahun. Diantara mereka ada yang baru lulus perguruan tinggi, tetapi sebagian besar adalah tenaga profesional muda yang sudah mempunyai keahlian dan pengalaman di bidangnya masing-masing. Fortune juga bertambah piawai dengan hasil kreasi dan inovasinya yang terus diperbaharui yang menjadikannya sungguh perusahaan terpilih untuk investasi, berbisnis dan menuntut karir.

Fortune Indonesia: Better and Younger!!

200

201

Daftar Pustaka Buku 40th Fortune Indonesia (Menurut kronologi perkembangan sejarah Fortune Indonesia) 1. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, “Reka Reklame, Sejarah Periklanan Indonesis 1744-1984,” Desember 1993 2. Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia, ”Cakap Kercap (1972-2003)”, 2004 3. Karina Adistiana, www.halamansatu.net, “Sejarah Periklanan”, 2007 4. Endah Murwani, Universitas Terbuka, “Perkembangan Periklanan Modern Indonesia”, 2004 5. Adhy Trisnanto, ”Cerdas Beriklan”, Galangpress, 2007 6. Siti Dewi Seri Ratna Sari, S.S., M.Si., Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Mercu Buana,” Manajemen Krisis PR”, 2003 7. Batalyon 328, Sebuah Catatan Pengabdian, 1958-1991, Fortune Indonesia, 1991 8. Lepi Tarmidi, Wakil Ketua Pusat Kajian APEC, “Krisis Moneter Indonesia: Sebab Dampak, Peran IMF dan Saran”, 1998 9. Tulus Tambuan, Kadin Indonesia & Center for Industry and SME Studies, University of Trisakti, ”Long Term Trends in the Industrial and Economic Growth in Indonesia”, internal seminar paper, IPS-FE-USAKTI, 28 September 2006 10. Harian Pelita, 19 Juni 2009, ”Menyebut Nama Haryono Ingat Takesra, www.haryono.com 11. Bung Hatta, Bapak Kedaultan Rakyat, Memperingati Satu Abad Bung Hatta, Editor: Sri Edi Swasono, 2002 12. www.tempointeraktif.com, “Jakarta Fair Dinilai Gagal, Dewan akan panggil JITF”, 12 Juli 2001 13. UNDP, ”Consolidating Democracy: Report of the UNDP Technical Assistance Programme for the 2004 general Elections (Laporan Evaluasi program bantuan UNDP untuk Pemilu dan PilPres 2004) 2005. 14. Iklan dan Politik, RTS Masli dan Budi Setyono, AdGoal.com, 2008 15. www.jasamarga.com, Profil Perusahaan 16. Advertising Self-Regulation in Asia, Sankaran Ramanathan, Asia Federation of Advertising Agencies; International Advertising Association – Asia Pacific, 2010 17. Wikipedia.com, Tupperware, Company History 18. Gatra.com, “Foke-Prijanto Jawara Pilkada DKI Jakarta 2007”, 17 Agustus 2007 19. DetikForum,” Pengumuman KPU Hasil Akhir Perhitungan Pemilu 2009”, 10 Mei 2009 20. www.muamalatbank.com, “Tentang Muamalat – profil Muamalat” 21. www.ekon.go.id, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, “Kinerja Perekonomian 2004-2009”, 14 Oktober 2009 22. www.gudangupil.com, “Evolusi Bisnis Retil di Indonesia”, 2001 23. Wikipedia.com, Sejarah McDonald’s di Indonesia 24. Wikipedia.com, Sejarah Pizza Hut di Indonesia 25. Wikipedia.com, Sejarah Burger King di Indonesia, Wikipedia.com 26. www.fauziwibowo.com, “Sepintas Lintasan Sejarah Jakarta Fair”. 27. www.tembi.org, “Es Krim Top Yogyakarta: Sudah Eksis Sejak Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI”. 28. Rahman Salilul Hadi, “Strategi Program Komunikasi Korporasi PR Djarum”, Perpustakaan Universitas Indonesia 29. teknologi.vivanews.com, “Prediksi Pasar Telekomunikasi Indonesia”, 2 September 2009. 30. tekno.kompas.com, “Pengguna Internet Indonesia Tumbuh 1.000 Persen”, 31 Maret 2009. 31. www.tempointerakif.com, “Belanja Iklan 2005 Meningkat Lima Persen”, 28 Desember 2005 32. Harris Thayeb, PPt. “Advertising Industry Outlook for 2010: AdEx Growth Increased from 12% Last Year”, 2009 33. bisnis keuangan.kompas.com, “Nielsen: Belanja Iklan Indonesia 2009 Tembus Rp. 48,5 Triliun”, 19 Januari 2010 34. www.samarinda.go.id, “Penjualan Sepeda Motor 2005 Tembus 5 Juta”, 18 Januari 2006 35. otomotif.kompas.com, “Rekor Baru Penjualan Sepeda Motor di Indonesia 6,2 juta unit”, 4 Februari 2009 36. en.wikipedia.org, Tupperware: Company History 37. www.jiwasraya.co.id, “Profil Jiwasraya dan Sejarahnya”, 2010 38. www.bankmandiri.co.id, “Bank Mandiri akan Lakukan Akuisisi Mayoritas Saham PT Tunas Financindo Sarana”, 30 Juni 2008 39. Annual Reports/Laporan Tahunan, PT Fortune Indonesia, Tbk., 2001-2010

202

Nara Sumber yang diwawancara langsung atau melalui E-Mail (Secara kronologis dengan jabatan terakhir semasa kerja di Fortune dahulu/sekarang) 1. Glenn Bruce, Creative Advisor 2. Otto Munaf, Assistant General Manager dan Account Executive 3. Nolly Sadely, Traffic dan Production 4. Odih Saidi, Media Buyer/Manager 5. Tientje Murtiningsih, Receptionis 6. Herman Mulyadi Sulaeman, Direktur 7. Asri Usuluddin, Account Executive 8. Umi Karyono, Sekretaris Indra Abidin 9. Jos Arasroesto, Art Director 10. Widodo Surosdo, Art Director 11. Anyool Subroto, Senior Art Director merangkap Creative Director 12. Lily Soemardjito, Art Director 13. Riswanto Ramelan, Direktur, Aditya Alembana 14. Yuliana Leonarda, Finance Director 15. Johnny Pranatyo, Creative Director dan Account Supervisor. 16. Johnny Sunarya, Staf Bagian Traffic dan Produksi 17. Harry Darmawan, Account Supervisor 18. Lily Limans, Account Executive 19. Madnur, staf bagian Accounting 20. Ibnu Khurie, General Manager Fortune Compsett 21. Lily Soemardjito, Art Director 22. Kasman Ardan, Komisaris Fortune Indonesia, Adwitiya Alembana dan Fortune PR 23. Lucia Budiono, Direktur Fortune Travindo, Media Director 24. Miranty Abidin, Direktur Utama Fortune Pramana Rancang, Komisaris Fortune Indonesia 25. Djodjo Gozali, Direktur Adwitiya Alembana/Fortune Adwicipta 26. Triawan Munaf, Account Director Fortune Indonesia 27. RTS Masli, Senior Copywriter dan Associate Creative Director 28. Roddy McRae, Creative Director 29. Paula Dewi Abdulkadir, PR Officer, Adwitiya Alembana 30. Freida Subrata, General Manager, Grha Adhika Fortune 31. Ainur Rovic, Account Director/Ketua Tim Social Marketing, APSOM 32. Dewi Indrawati (Wiwien), IT Manager 33. Lusiana Tanahdjaja, Group Brand Team Leader 34. Wimpi Handoko, Account Director dan Client Service Director 35. Dewi Gajahmada, Managing Director, Fortune Adwicipta 36. Indah Soepraba, Senior Consultant, Fortune Pramana Rancang 37. Indira Abidin, Managing Director,Fortune Pramana Rancang 38. Yanti Priyambodo, Creative Director 39. Rina Priyatna, Account Manager 40. Amelia Setiawan, Associate Media Director, Touchpoint 41. Dwi Bustomi, Brand Team Leader, Pegasus 42. Daradjat Natanagara, Special Advisor 43. David Honadi, Account Director dan Team Leader, Barcode 44. Firzi Abidin, Associate Media Director, Touchpoint 45. Adiwidjaja Astrianto, Account Manager, APSOM 46. Aris Boediharjo, Group Chief Operations Officer 47. Nur Rochim Achmad, Human Capital Development and General Affairs Manager 48. Vonny Brahmana, Senior Account Executive 49. Charlie Azis, iBD Director 50. Debbie Damajanti, Brand Team Leader, Activator 51. Ami Amalia, Brand Team Leader, Mars 52. Indra Abidin, President Director

203

204

40 TAHUN FORTUNE INDONESIA. Kisah perjuangan anak bangsa

Recommend Documents