29
4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Kerangka Pemikiran Realisasi strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu yang
telah dirumuskan sebelumnya belum menunjukan efektifitas sesuai yang diharapkan. Pada titik bahasan inilah penelitian ini memandang perlu menggunakan metoda sistem dinamis sebagai alat dasar yang diharapkan mampu mengupas bahwa penerapan strategi generik belum tentu menghasilkan efek yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Metodologi sistem dinamis yang dipadu dengan Intrepretive Structural Modelling (ISM), Analytical Network Process (ANP) dan Bayesian Biliefe Network (BBN) diharapkan dapat mengeliminir kesan kurangnya penekanan prioritas sebagai langkah tanggap atas kebutuhan kebijakan yang tepat bagi para pemangku kepentingan yang kompleks.
Hal ini minimal dapat merespon kondisi seperti
tercermin dari kurang terstrukturnya langkah kebijakan sesuai skala prioritas yang terjadi pada kebijakan terkait hal-hal berikut: a. inovasi baru teknik budidaya dan pabrik gula, b. peningkatan permintaan gula oleh industri makanan dan minuman, c. penghapusan pengendalian tataniaga oleh Bulog d. pemberian fasilitas pendanaan kredit usaha tani tebu e. program relokasi PG dari Jawa ke luar Jawa& Rehabilitasi PG f. kebijakan tarif g. penguatan fungsi organisasi/ kelembagaan yang sesuai dan wajar Berdasarkan gambaran kompleksitas antar subyek yang berlangsung secara terus menerus, dan kondisi usaha serta tata niaga yang amat kompleks di atas, maka diharapkan pendekatan pemodelan dengan menggunakan metoda sistem dinamis yang yang dipadu dengan teknik ISM, ANP, BBN/JKB dapat membantu untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri gula tebu yang ditopang oleh kebijakan secara lebih tepat guna dan efektif dalam pelaksanaanya. 4.2
Tahapan Penelitian Pemodelan sistem dinamis ini akan dilakukan melalui 4 (empat) tahapan
utama yaitu: tahapan persiapan, perancangan model, pembangunan model, dan
30 rancangan implementasi.
Secara skematis rangkaian tahapan dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6 Tahapan penelitian rancang bangun model dinamispengambilan keputusan kompleks pengembangan agroindustri gula tebu
31
Tahap persiapan meliputi kegiatan studi pustaka, pengembangan ide, persiapan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer yang dilakukan melalui pertemuan Focused Group Discussion dengan para pemangku kepentingan. Langkah selanjutnya berupa pengumpulan data dari petani, kebutuhan konsumen rumah tangga dan industri, pengumpulan data kajian kebijakan pemerintah, dan pengumpulan data dari kepustakaan serta pendapat pakar. Tahap berikutnya adalah persiapan perancangan model. Pada tahap ini akan dilakukan tahapan pendekatan sistem, dimulai dari analisa kebutuhan sampai dengan analisa stabilitas. Selanjutnya sesuai lingkup penelitian, maka akan dihasilkan elemen model berupa sub-sistem perkebunan/ petani, sub-sistem produksi gula tebu, subsistem distribusi, dan subsistem kebijakan. Mengingat tidak semua elemen dapat dianalisis dengan baik oleh alat bantu software sistem dinamis Stella, maka penelitian ini akan menggunakan alat bantu analisis software ISM, ANP dan BBN/ JKB. Penggunaan alat bantu dan penerapanya dapat dilihat pada Gambar 7.
Langkah 6
Langkah 1 – 3 Berorientasi pada data Langkah 4 – 5 Metodologi & Isu Kebijakan Langkah 5 – 6 Pengambilan Keputusan
Langkah 5
Langkah 4
Langkah 3
Langkah 2
Langkah 1
Analisis Kesenjangan Kenyataan v.s. Harapan?
Basis Pengetahuan Dasar Agroindustri Gula Tebu Realitas di lapangan
ISM ANP BBN
Penentuan Prioritas Opsi-‐opsi strategi Ukuran Kinerja
Kebutuhan saat ini & yad Kebutuhan Investasi Operasional & Pendanaan
Penilian Kondisi Bagaimana Kondisinya? Bagaimana keterkaitanya?
Pengambilan Keputusan Kebijakan prioritas Strategi prioritas
Model Perhitungan (simulasi & matematis) Software Stella
Basis Data Pangetahuan Dimodelkan secara System Dynamic menggunakan Software Stella
Gambar 7 Tahapan penggunaan alat bantu software Tahapan pendekatan sistem yang berkenaan dengan rancang bangun model dinamis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pemodelan utama sistem dinamis menggunakan software Stella
32 2. Pemodelan pembangunan visi, misi, dan rencana aksi menggunakan softeware ISM Concept Star 3. Pemodelan pemeringkatan kebijakan menggunakan software ANP Super Decisions. 4. Pemodelan jejaring keyakinan Bayesian untuk menggambarkan probabilitas tercapainya langkah awal yang utama dalam rangka pengembangan agroindustri gula tebu, menggunakan software BBN Netica. 4.2.1 Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dalam penelitian ini membahas pokok-pokok kepentingan dan kebutuhan para pihak pemangku kepentingan dalam agroindustri gula tebu. Dengan menganalisis secara cermat mengenai kepentingan dan kebutuhan masingmasing pihak, diharapkan dapat menghasilkan gambaran yang lebih jelas mengenai kemungkinan munculnya potensi sinergis dan antagonis. Di samping itu dalam analisis kebutuhan akan terungkap para pelaku utama dalam agroindustri gula tebu. Kajian para pelaku dalam suatu sistem kegiatan usaha merupakan bagian dari ilmu ekonomi kelembagaan. Dalam ekonomi kelembagaan, kajian yang diarahkan untuk mengungkapkan perbedaan kepentingan yang muncul dalam pengambilan keputusan yang berorientasi pasar dan non-pasar, serta terjadinya biaya transaksi (trancsaction cost) dari kegiatan antar pelaku yang berulang-ulang, hal inilah merupakan unsur pembentuk harga (Williamson, 1981) Pendapat Oliver E. Williamson, pemenang Nobel Ekonomi 2009, tepat diterapkan pada pengembangan agroindustri gula tebu terutama sesuai teorinya yang menyangkut ekonomi kelembagaan mengenai semakin sulitnya dan tidak menentunya biaya informasi yang pada penghujungnya sangat menentukan biaya atau harga produk gula. Lebih lanjut dalam analisis ekonomi kelembagaan berkenaan dengan para pelaku yang saling terkait dalam agroindustri gula tebu, telah mengakibatkan munculnya ketidak tentuan dan peluang aportunisme dalam setiap transaksi atau rangkaian transaksi. Hal inilah yang mengakibatkan gejala spekulasi yang dapat muncul pada tiap tahapan kegiatan agroindustri gula pada khususnya.
Dengan
pemahaman perilaku yang diturunkan dari teori ekonomi kelembagaan ini, maka diharapkan para pemangku kepentingan dapat menghindari setiap upaya dari luar sistem yang akan merugikan sistem.
33
Tabel 9 Analisis kebutuhan sistem, pelaku ekonomi kelembagaan dan potensi konflik antar pelaku. No
1
2
Pelaku
Petani
Dinas Pertanian
Kebutuhan • • • • • • • • •
3
4
5
6
9
Dinas Perdagangan
Lembaga Pendana Keuangan
Pemerintah Daerah
Pemerintah Pusat
7
Industri Pabrikan Gula
8
Importir legal
Bea Cukai, Fiskal
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Potensi Konflik
Harga Tebu stabil & layak Penentuan Rendemen yang transparant Peningkatan Pendapatan Peningkatan Kesejahteraan Kemudahan Info pasar Peningkatan Produksi Tebu Kesinambungan suplai tebu ke P.G. Peningkatan Kualitas Tebu Tercapai target produksi
• •
Harga tidak sesuai Ketidak jelasan kriteria inspeksi rendemen
•
Ketidaksesuaian pencapaian produksi tebu karena alternatif komoditas lain (mis. Padi)
Peningkatan kualitas gula lokal Penurungan Impor gula Stabilitas harga gula nasional Tingkat suku bunga layak Pengembalian Kredit lancar dan tepat waktu Terjaminya modal yang diinvestasikan Penciptaan lapangan pekerjaan Peningkatan investasi daerah Peningkatan infrastruktur Pertumbuhan ekonomi nasional Pengembangan agroindustri gula tebu Pertumbuhan Kesejahteraan Peningkatan keuntungan Penurunan Biaya Produksi Kontinuitas suplai bhn baku Peningkatan Produktifitas Ketersediaan Sumber Dana Kelayakan Usaha bagi pengembangan pabrik baru Peningkatan keuntungan Kemudahan prosedur impor Harga gula memberikan keuntungan Valas condong stabil Tercapai Target Pemasukan Penurunan Penyelundupan, impor ilegal
•
Disparitas harga domestik dan internasional
•
Persaingan dengan sumber pendana informal
•
Kebocoran pasokan bahan baku tebu ke wilayah lain
•
Ketidakseimbangan portofolio pengembangan komoditas lain.
• •
Harga tidak stabil Kelemahan kelembagaan pendukung
• •
Persaingan dengan Importir ilegal (penyelundupan) Nilai tukar valas fluktuatif.
•
Impor ilegal tak terkendali
34
4.2.2 Formulasi Permasalahan Kompleksitaspermasalahan agroindustri gula tebutebudi Indonesia dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Keterbatasan informasi, pengetahuan, permodalan petani tebu dalam melaksanakan bongkar ratoon dan rawat ratoon 2. Kurangnya penciptaan bibit unggul yang sesuai dengan perubahan lingkungan lahan tanam. 3. Kurangnya fasilitas irigasi terutama pada lahan kering 4. Mulai langkanya ketersediaan tenaga kerja 5. Kualitas gula rendah, ICUMSA masih lebih besar dari 150 IU 6. Belum berkembangnya diversifikasi produk 7. Penetapan Bea Masuk Impor gula tebu perlu ditinjau (masih rendah) 8. Ketersediaan pendanaan sering terhambat. 9. Penatalaksanaan industri gula masih kurang baik 10. Produktifitas dan efisiensi pabrik gula rendah 11. Lahan perkebunan menyempit dan penyediaan lahan baru masih kurang Penelitian ini telah mengupayakan agar dapat mengakomodir semua keinginan para pihak pemangku kepentingan yang pada saat itu dipertemukan dalam forum pertemuan bersama. 4.2.3
Identifikasi Sistem Mata rantai hubungan yang dapat diidentifikasi dari pemodelan sistem dinamis
agroindustri gula tebu dapat digambarkan di bawah ini.
Identifikasi sistem
menggambarkan hubungan kebutuhan dan hal-hal yang harus dipecahkan atau dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Berdasarkan gambaran saling
berhubungan tersebut, lalu diinterpretasikan ke dalam black box pemodelan sistem dinamis strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu. 4.2.4 Diagram konsepsual agroindustri gula tebu Petani Tebu adalah pihak yang berada pada posisi paling awal dari matarantai agroindustri gula tebu yang panjang. Petani tebu memegang peran yang penting meski dalam banyak hal mereka lebih sering dimarginalkan.
Oleh karena itu
penekanan pada ketelitian penentuan kebutuhan pihak petani dalam sistem
35 agroindustri gula tebu menjadi penting karena pihak petani merupakan basis awal dari agroindustri gula tebu. Pabrik gula merupakan mata rantai selanjutnya setelah produksi tebu oleh petani. Permasalahan yang dihadapi oleh PG tidak kalah komplekssnya dari pada permasalahan yang ada di sektor perkebunan. PG di Indonesia relatif sudah berusia sangat tua dan oleh karenanya revitalisasi fasilitas pabrik secara parsial cenderung tidak dapat mengejar pencapaian efisiensi produktifitas yang diinginkan. Kondisi ini berpotensi melemahkan pencapaian target pemenuhan kebutuhan gula dalam negeri. Luar Negeri
GULA PUTIH
Dalam Negeri
PG Tebu
RAW SUGAR
Industri MSG
REFINED SUGAR
PG Rafinasi
Petani Pedagang Produsen Makanan dan Minuman (Ma-Min) Konsumen Rumah Tangga Konsumen Ma-Min Keterangan : Merembes Barrier
Gambar 8 Kerangka konseptual Supply-Demand sistem agroindustri gula tebu Pabrik gula menghasilkan produk gula putih (supply side) yang siap dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga.
Di sektor produsen makanan dan
minuman, mereka hampir tidak mengkonsumsi produk gula putih dalam negeri karena faktor spesifikasi gula yang tidak kompatibel dengan persyaratan produk makanan dan minuman. Di sinilah muncul permintaan gula dengan kualitas tinggi atau disebut gula rafinasi. Permintaan gula rafinasi oleh kelompok industri besar (Pabrik Makanan dan Minuman) dipenuhi dari dua sumber, yaitu Pabrik Gula Rafinasi yang beroperasi di dalam negeri dan import gula rafinasi siap pakai dari luar negeri. Kompleksitas semakin meningkat ketika Pabrik Gula Rafinasi dalam negeri harus mengimpor bahan baku berupa gula mentah dari luar negeri. Kondisi kompleksitas di atas menimbulkan peluang penyalahgunaan wewenang bila tidak diatur dan ditata dengan kebijakan yang tepat. Hal ini semakin meningkatkan resiko persaingan bagi produsen gula putih domestik bila tingkat
36 pasokan gula rafinasi hasil produksi pabrik gula rafinasi dalam negeri serta importasi gula rafinasi siap pakai tidak dikendalikan. Keadaan dapat menjadi lebih buruk bila saling terjadi rembesan pasokan dan permintaan antara gula mentah, gula putih, dan gula rafinasi. 4.2.5
Pemodelan dan implementasi komputer Dalam penelitian ini proses penulisan dan pembangunan model akan
menggunakan pendekatan seperti ketika membuat narasi yang menggambarkan keadaan riel dengan menggunakan susunan kalimat yang terdiri dari subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Semua kegiatan ini akan dikomputerisasi baik dalam program sistem dinamis, interpretive structural modelling, analytical hierarchi process dan Bayesian Belief Network. Sebagai contoh dalam pemodelan komputerisasi sistem dinamis, subyek atau pelaku dalam sebuah kalimat berupa kata benda atau kata majemuk yang dibendakan, akan digambarkan sebagai stock dalam pemodelan sistem. Ada empat macam stock, yang bercirikhas kata benda, yaitu: •
Reservoir
•
Conveyer
•
Queue
•
Oven
Perumpamaan kata kerja atau predikat dalam sebuah kalimat, digambarkan dalam pemodelan dengan istilah flow, atau aliran yang terdiri dari 3 jenis: •
Uniflow – aliran satu arah
•
Biflow – aliran dua arah bolak balik
•
Unit connected flow – aliran yang terkait dengan sebuah unit
37 Dengan menggunakan dua instrumen stock dan flow (kata benda dan kata kerja) di atas, kemudian dibuatlah model yang menyerupai susunan kalimat sebagai representasi dari gambaran kondisi riel suatu fenomena. Untuk menyempurnakan ”kalimat”, diperlukan obyek dan keterangan sebagai pelengkap kalimat. Dalam teknik pemodelan menggunakan simbul, sebagai berikut: •
Lingkaran – artinya berfungsi sebagai variabel kontrol
•
Belah ketupat – berfungsi sebagai konstanta
•
Tanda Panah Penghubung – berfungsi sebagai penghubung atribut.
Secara model persamaan matematik, dapat digambarkan salah satu sub model Supply – Demand dari agroindustri gula, sebagai berikut: Penawaran gula secara agregat diformulasikan: §
Supply Gula(t) = Gula(t - dt) + (Produksi_Tebu - Konsumsi) * dt
Permintaan gula secara agregat dirumuskan: •
DemandGula(t) = jumlah_penduduk(t)*Konsumsi_Gula/_kapita
Sub Sistem Produksi Gula secara agregat: •
ProduksiGula(t)= Produksi_Tebu(t)*Rendemen(t)
Sub Sistem Permintaan Gula Konsumsi Rumah Tangga & Industri: •
Jumlah_penduduk(t) = jumlah_penduduk(t - dt) + (dilahirkan mati) * dt
•
Dilahirkan (t)= jumlah_penduduk(t)*tingkat__kelahiran+(STEP(10,2005)*dinaik an)
•
Mati (t)= jumlah_penduduk(t)*tingkat_kematian dinaikan = 0
•
Gula_per_kapita = Gula/jumlah_penduduk
•
Konsumsi_Gula_per_kapita = 2*impact_konservasi pada_konsumsi_tebu
•
Tingkat__kelahiran (t)= .2*impact_kekurangan_supply_pd tingkat kelahiran
38 Rendemen (t)= GRAPH(Gula/INIT(Gula))
•
(0.00, 0.0015), (0.07, 0.033), (0.14, 0.0495), (0.21, 0.0655), (0.28, 0.0765), (0.35, 0.0825), (0.42, 0.0885), (0.49, 0.0925), (0.56, 0.0955), (0.63, 0.0985), (0.7, 0.1) Tingkat_kematian(t) =
•
GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 1.00), (0.05, 0.665), (0.1, 0.45), (0.15, 0.355), (0.2, 0.32), (0.25, 0.285), (0.3, 0.265), (0.35, 0.245), (0.4, 0.23), (0.45, 0.215), (0.5, 0.2) pengendalian jumlah penduduk •
impact_kelangkaan tebu pada tingkat kelahiran = GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 0.3), (0.1, 0.52), (0.2, 0.795), (0.3, 0.855), (0.4, 0.88), (0.5, 0.92), (0.6, 0.94), (0.7, 0.96), (0.8, 0.97), (0.9, 0.99), (1, 1.00) Proses keputusan konservasi
•
impact_konservasi_pada konsumsi tebu = GRAPH(gula_per_kapita/INIT(gula_per_kapita)) (0.00, 0.345), (0.1, 0.445), (0.2, 0.56), (0.3, 0.68), (0.4, 0.785), (0.5, 0.86), (0.6, 0.9), (0.7, 0.93), (0.8, 0.955), (0.9, 0.98), (1, 1.00)
Gambar sub sistem Supply – Demand Gula Tebu yang mengintegrasikan dinamika perubahan jumlah penduduk (sisi demand) dan produksi gula sejak dari bahan baku tebu, pabrik, dan distribusi akan diprogramkan dengan menggunakan program Stella dapat dilihat pada Gambar 9.
39
Gambar 9 Model supply-demand gula tebu 4.2.6
Verifikasi dan validasi model Model merupakan gambaran yang merepresentasikan keadaan nyata. Timbul
permasalah berkaitan dengan apakah pembangunan model telah sesuai dengan kaidah yang benar dan apakah model yang dibangun merupakan representasi yang sahih dari realitas yang sedang dikaji sehingga berdaya untuk menggambarkan kondisi di masa depan. Menurut Sargent (2001) verifikasi model adalah tindakan untuk meyakinkan bahwa tahapan pemrograman komputer atas model tersebut telah dilakukan dengan benar. Dengan demikian verifikasi model adalah berupa pembuktian bahwa model berbasis komputer yang telah dibangun tersebut mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji (Eriyatno, 1999). Adapun cara pengujian verifikasi untuk menjamin bahwa proses pembuatan model telah dilakukan dengan benar, maka dilakukan pemrograman komputer yang benar.
uji prosedur tahapan
Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
kaidah pemodelan sesuai petunjuk yang berlaku pada software yang digunakan. Validasi model berkaitan dengan upaya untuk meyakinkan apakah model yang dibangun benar-benar merupakan representasi yang paling sahih dari realitas yang dikaji, sehingga model tersebut dapat menghasilkan kesimpulan yang meyakinkan.
40 Untuk memenuhi persaratan validasi model, maka dilakukanlah pengujian secara terus menerus yang hasilnya digunakan untuk menyempurnakan perhitungan dalam komputerisasi. Adapun cara pengujian validasi untuk menjamin kehandalan model, maka dilakukan uji keabsahan tanda-tanda aljabar, pangkat, besaran (order of magnitude), hubungan fungsional: linier, eksponensial, logaritmik, arah perubahan peubah seiring penggantian input atau parameter, dan pengamatan nilai batas peubah sesuai nilai batas parameter sistem Selanjutnya Sargent (2001) yang merujuk Schlesinger et al. (1979) menjelaskan bahwa validasi model berbasis komputer dimaksudkan agar bila model diaplikasikan dalam dunia nyata maka akan menghasilkan akurasi dan konsistensi hasil yang memuaskan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh model tersebut. Proses verifikasi dan validasi dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus serta dilakukan pada tiap-tiap tahapan pemodelan, seperti tahap penyusunan konsep, penyiapan operasional, pengolahan data, hingga proses simulasi. 4.2.7
Analisis sensitivitas Berbagai peubah dalam model akan memberikan pengaruh yang beragam.
Untuk mengetahui peubah mana yang paling berpengaruh, kurang berpengaruh atau lemah pengaruhnya terhadap peubah dependen, maka diperlukan analisis sensitivitas. Pelaksanaan analisis akan diprioritaskan pada peubah yang menonjol pengaruhnya terhadap keseimbangan supply dan demand gula. Peubah yang kurang berpengaruh terhadap keseimbangan supply dan demand gula nasional tidak akan diprioritaskan sebagai unsur pendukung strategi pengembangan dan kebijakan. 4.2.8
Analisis stabilitas Pemodelan yang baik adalah yang dapat menghasilkan model yang stabil.
Kriteria stabilitas dilihat dari sejauh mana model yang dibangun dapat berperilaku konsisten bila model diberi parameter yang acak. Pemberian nilai parameter yang acak dilakukan hingga berada di luar batas tertentu sehingga memenuhi perilaku acak dan tidak berpola secara realistik. Adapun parameter yang akan diberi nilai acak di luar batas sebagai pengecekan analisis stabilitas antara lain adalah kuantitas permintaan gula, dan harga gula yang dipasang pada level ekstrim dengan nilai amat rendah atau amat tinggi.
41
4.2.9
Aplikasi model Aplikasi Model merupakan tahap pengoperasian model hasil rancang bangun
untuk melihat secara teliti strategi pengembangan dan kebijakan agroindustri gula tebu, seperti pada : a.
Strategi pengembangan produksi gula domestik dari sisi perkebunan tebu, pabrik gula putih guna mengantisipasi dinamika perubahan pasar dan permintaan dalam negeri.
b.
Kebijakan Moneter berupa tingkat suku bunga, tingkat valuta asing, dan pemberian fasilitas pendanaan bagi agroindustri gula untuk mengantisipasi dinamika supply-demand gula domestik maupun internasional
c.
Kebijakan Fiskal berupa seluruh kebijakan yang terkait dengan sektor riel untuk mengantisipasi kelancaran produksi, distribusi, tata niaga ekspor-impor, tata kelola kelembagaan.
d.
Strategi pengelolaan usaha yang kompetitif melalui segmentasi produk, segmentasi bentuk usaha, penciptaan merek dagang, modifikasi teknologi dan modifikasi input produksi sehingga menghasilkan alternatif output produksi yang berdaya saing.
e.
Strategi management mutu, pengendalian biaya, efisiensi rantai pasok, peningkatan kemampuan sumber daya manusia, dan tata kelola perkebunan yang baik, serta praktek pabrikasi yang efisien.
4.2.10 Simulasi model Dari kerangka pemodelan di atas, selanjutnya akan ditentukan komponenkomponen modul untuk melengkapi kebutuhan sistem secara kesuluruhan. Penelitian ini diharapkan dapat membuahkan hasil program komputer pendukung perumusan strategi yang mampu mensimulasikan dengan memperhatikan dan menggunakan berbagai variabel dan asumsi yang relevan. Program simulasi akan menggunakan paket pemrograman perangkat lunak STELLA Program Versi 9.1.4, produksi Iseesistems. Halaman interface dialog input dan output hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 10.
42
Gambar 10 Interface model simulasi sistem dinamis
4.3
Pengumpulan data Sebagai langkah sistematik yang akan dijadikan tolok kerja penelitian, maka
akan ditentukan tahapan penelitian yang dimulai dari penyusunan kuesioner, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, tempat dan waktu penelitian. Berikut rincian langkah di atas: 4.3.1
Tahap penyusunan kuesioner Isi kuesioner bagi masing-masing pihak akan dikembangkan sesuai dengan
rencana penelitian yang paling tidak harus mampu menggambarkan tentang: •
Kebutuhan keadaan yang diharapkan dan yang tidak diharapkan dari praktek yang ada saat ini pada tiap-tiap pihak.
•
Persyaratan kualitas yang harus disepakati bersama yang mengkaitkan dua pihak atau lebih.
•
Perihal harga, biaya, dan aspek keuangan lain seperti valuta asing dan suku bunga pinjaman.
Perihal keinginan ke depan, rencana pengembangan, dan harapan 4.3.2 Metoda pengumpulan data dan observasi Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dan observasi yang dapat dirinsi sebagai berikut:
43 1. Penelitian ini akan menggunakan data primer dan sekunder.
Data
Primer akan dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan kuesioner dari sampel yang diambil secara tertata dan sengaja (purposive sampling ). 2. Wawancara dilakukan pada tahap awal penelitian untuk menggali lebih dalam tentang permasalahan yang dihadapi oleh para pemangku kepentingan dalam sistem, menggali kebutuhan dan menjelaskan faktor-fkator yang berpengaruh. 3. Khusus wawancara pada kelompok pemangku kepentingan (petani, importir,
fabrikan,
distributor,
konsumen)
dilakukan
dengan
menggunakan pertanyaan terarah. 4. Bagi target penelitian yang secara mandiri mampu mengisi kuesionier, maka mereka disediakan kuesioner khusus. 5. Observasi fabrikan dan petani dilakukan di kawasan ”sabuk gula”, mulai dari Yogyakarta ke arah timur hingga Pasuruan, disamping itu dilakukan di Lampung sebagai representasi pabrik gula di luar Jawa. 4.4
Metoda pengolahan data Setelah kebutuhan data untuk penelitian ini terpenuhi, langkah selanjutnya
adalah melakukan pengolahan dan analisis data yang dapat dilaksanakan secara paralel dengan kelengkapan penulisan dan pemodelan.
Pengolahan data
menggunakan program komputer Stella untuk merumuskan hubungan antar elemen yang terlibat dalam sistem.