BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan observasional dimana hanya mengkaji masalah atau keadaan pada waktu penelitian berlangsung atau dengan kata lain penelitian pada subjek hanya dilakukan satu kali dan menurut keadaan atau status subjek pada saat diobservasi.. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, karena variabel diteliti dalam waktu yang bersamaan. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif berupa gambaran dari setiap faktor risiko ergonomi yang terkait aktivitas manual handling dan keluhan subjektif MSDs yang dirasakan oleh pekerja.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pabrik proses inspeksi kain, pembungkusan, dan pengepakan di Departemen PPC PT SCTI, Ciracas, Jakarta Timur pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009.
4.3 Objek Penelitian Objek penelitian untuk penilaian postur adalah pekerjaan yang dilakukan di pabrik bagian proses inspeksi kain, pembungkusan, dan pengepakan di Departemen PPC PT SCTI tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja dengan aktivitas manual handling pada ketiga proses pekerjaan tersebut di atas. Dimana populasi penelitian hanya terbatas pada pekerjanya saja, sedangkan para pengawas lapangan, manajer, dan staf lain yang berada pada area tersebut tidak diikuti dalam penelitian ini. Pengambilan sampel untuk penilaian postur kerja adalah sebanyak dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan, yaitu pada ketiga proses (inspeksi kain, pembungkusan, dan pengepakan), masing-masing satu orang. Sedangkan sampel
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
47
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
48
untuk melihat keluhan subjektif terkait MSDs adalah seluruh pekerja atau karyawan yang melakukan ketiga proses pekerjaan tersebut.
4.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. 4.4.1 Data Primer Data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup dan dilakukan wawancara kepada responden serta melakukan observasi. Observasi dilakukan dengan menggunakan REBA untuk mengetahui postur janggal, frekuensi, dan durasi saat melakukan aktivitas pekerjaan. Penilaian postur dengan observasi ini dilakukan setelah penulis melakukan perekaman terhadap postur kerja mereka dengan handycam. Sedangkan untuk mengetahui keluhan MSDs yang dirasakan pekerja dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map yang ditujukan kepada seluruh pekerja yang melakukan ketiga proses pekerjaan, yaitu inspeksi kain, pembungkusan, dan pengepakan. Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dengan pekerja dan pengawas untuk memperkuat data hasil kuesioner. 4.4.2 Data Sekunder Data sekunder diperoleh berupa profil perusahaan yang didapat dari Departemen SDM dan Umum PT SCTI dan juga sumber tertulis lainnya berupa buku, jurnal, artikel, maupun arsip yang terkait dengan topik yang peneliti ambil.
4.5 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan perangkat program komputer. Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data yang dilakukan, yaitu: 1. Coding: memberikan kode-kode untuk kriteria-kriteria tertentu untuk memudahkan dalam pengolahan data. Pengkodean dilakukan sesudah proses pengambilan data dilaksanakan. 2. Editing: data diedit terlebih dahulu sebelum meng-entry data untuk mengetahui apakah semua pertanyaan sudah dijawab.
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
49
3. Entry: dilakukan perhitungan secara manual dan komputerisasi dengan menggunakan program excel. 4. Cleaning: pengecekan ulang untuk semua data yang telah dimasukkan untuk melihat apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan dari data yang dimasukkan
4.6 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini bersifat univariat untuk melihat gambaran faktor risiko ergonomi dan keluhan subjektif terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal berdasarkan metode REBA dan kuesioner Nordic Body Map. 1. Metode REBA Penilaian dilakukan dengan menggunakan bantuan busur derajat. Hasil dari penilaian REBA yang diisi pada lembar observasi yang sudah disiapkan dan dihitung skornya. Kemudian REBA dianalisis berdasarkan kriteria penilaian metode REBA yang ada, yaitu: •
Nilai 1 berarti risiko ergonomi dapat diabaikan
•
Nilai 2 sampai 3 berarti risiko rendah, sedikit perbaikan mungkin dibutuhkan
•
Nilai 4 sampai 7 berarti risiko sedang , perlu dilakukan investigasi lebih lanjut
•
Nilai 8 sampai 10 berarti risiko tinggi, investigasi dan harus ada perubahan implementasi
•
Nilai 11 sampai 15 berarti risiko sangat tinggi, pengimplementasian kerja harus dirubah
2. Kuesioner Nordic Body Map Setelah semua data dimasukkan ke dalam komputer dan dilakukan pembersihan data, kemudian dilakukan analisis data secara kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada masing-masing variabel dan data yang disampaikan dalam bentuk distribusi frekuensi menurut masing-masing variabel yang diteliti, sehingga dapat teridentifikasi karakteristik dan variasi setiap
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
50
variabel. Analisis dilakukan secara manual dan dengan menggunakan program microsoft excel.
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
BAB 5 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Sejarah PT Southern Cross Textile Industry (PT SCTI) PT SCTI berdiri dengan luas lahan sekitar 16 hektar pada tanggal 14 Desember 1972 di Jalan Raya Bogor Km 26, Ciracas, Jakarta Timur. PT SCTI merupakan salah satu bagian dari Trisula Corporation, selain PT Trisula Textile Industry serta sebuah perusahaan yang terletak di Cibaligo. Ketiga perusahaan tersebut bergerak dalam bidang tekstil. Selain itu, PT Trisula Corporation juga bergerak dalam bidang garmen dan penjualan. Pada tahun 1970-an daerah Ciracas merupakan kawasan industri seutuhnya, tetapi pada saat ini statusnya sudah berubah menjadi kawasan perumahan dan industri. Kendala yang dihadapi oleh PT SCTI berhubungan dengan letak lokasi pabrik yang dekat dengan perumahan penduduk, yaitu kurangnya persediaan air untuk kebutuhan produksi. Di sisi lain memiliki keuntungan, yaitu letak yang strategis, di pinggir jalan, dekat dengan tol, dan sangat mudah dalam menyerap tenaga kerja. Kantor pusat PT SCTI terletak di Delta Building Blok A No. 20-23, Jalan Suryo Pranoto No.1, Jakarta. PT SCTI pertama kali berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang dikelola oleh empat perusahaan induk Jepang, yaitu Jet Co International, Teijin Limited, C Itoh and Co Ltd, dan Toyo Menka Kaisha Limited. Sejak didirikan tahun 1972 hingga sekarang ada perluasan pabrik secara bertahap mulai dari kapasitas produksi ± 500.000 yard per bulan sampai mencapai produksi
±
1.200.000 yard per bulan. Tahapan pembangunan yang telah dilakukan PT SCTI adalah: -
Pada tahun 1972 membangun Departemen Weaving, Departemen Dyeing, dan Departemen Utility
-
Pada tahun 1973 membangun Departemen Spinning
-
Pada tahun 1974 membangun Departemen False Twisting
-
Pada tahun 1985 secara bertahap ada restorisasi atau penggantian mesin produksi
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
51
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
52
Pada tahun 1985 terjadi perubahan status dari PMA menjadi perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang usaha pertekstilan atau perusahaan dengan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berdasarkan persetujuan dan perizinan pemerintah yang tertera dalam Undang-Undang No.1 tahun 1967, Undang-Undang No.1 tahun 1970, dan surat Sekretaris Negara No.B 3492/M. Sesneg/11/85 pada tanggal 28 November 1985 hingga sekarang.
5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Dalam menjalankan roda organisasi dan untuk mencapai kesuksesan perusahaan, PT SCTI memiliki visi, misi, dan tujuan perusahaan yang tertulis sebagai berikut: 5.2.1 Visi PT SCTI “Good Product and Good Service By Good Leader”, maksudnya lebih menekankan pada mutu dengan menghasilkan produk yang lebih baik daripada yang diharapkan para pelanggan PT SCTI dimana telah merumuskan apa yang diyakini dalam berusaha, yaitu untuk menghasilkan produk-produk yang baik dan pelayanan yang baik oleh pemimpin-pemimpin yang baik. 5.2.2 Misi PT SCTI Menjadi penyedia tekstil yang amat kompetitif, baik lokal maupun internasional dengan memberikan pelayanan yang baik untuk memenuhi kepuasan pelanggan, serta menjadi industri tekstil yang efisien dan berkontribusi terhadap pembangunan nasional dengan terus memperbaiki standar nilai mutu dan memanfaatkan secar efektif sumber-sumber yang ada, seperti sumber daya manusia, bahan baku, peralatan, modal, dan waktu yang tersedia. 5.2.3 Tujuan PT SCTI memiliki tujuan sebagai pedoman dalam rangka pencapaian prestasi sesuai visi dan misi yang ada, yaitu: 1. Menjadi industri tekstil terbesar di Indonesia dengan cara mengutamakan kepuasan pelanggan, mengembangkan sikap saling percaya, bersikap saling menghargai dan profesionalisme dengan memperhatikan aspek keselamatan dan lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
53
lebih baik dan memberikan kontribusi untuk perkembangan sosial ekonomi di Indonesia. 2. Mengembangkan budaya perusahaan yang mendorong manajemen yang mandiri dengan mengandalkan kekuatan masing-masing individu untuk mengeluarkan pendapatnya yang mengarah kepada pengembangan pribadi, profesional, dan organisasi yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar dan kepuasan konsumen. 3. Menjadi industri tektil nomor satu di Asia Tenggara dalam pertumbuhan, kinerja, keuangan, dan kualitas sumber daya manusia. 4. Melakukan
ekspansi
pemasaran
di
luar
Asia
Tenggara
untuk
meningkatkan modal dan mengembangkan perusahaan. 5. Menembus pasar bebas dalam arus globalisasi yang penuh persaingan, tantangan, rintangan, halangan, ancaman dengan lancar tanpa hambatan, sehingga
dapat
membantu
pertumbuhan
ekonomi
dalam
negeri,
mempertahankan eksistensi di duania pertekstilan, sumber daya manusia, peralatan, maupun manajemen.
5.3 Struktur Organisasi PT SCTI Saat ini, PT SCTI dipimpin oleh Lie K.T sebagai direktur utama dan beberapa warga negara Jepang sebagai dewan komisaris. Direktur utama memiliki seorang sekretaris dan membawahi tiga asisten direktur, yaitu asisten direktur marketing, produksi, dan supporting, dimana masing-masing asisten direktur produksi membawahi beberapa manajer, misalnya asisten direktur produksi membawahi manajer rancang dan desain, spining, weaving, dyeing, dan finishing.
5.4 Komposisi Karyawan PT SCTI Komposisi karyawan PT SCTI hingga 21 Mei 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
54
Tabel 5.1 Komposisi Karyawan PT SCTI JABATAN
BAGIAN
Direksi
Karyawan
Manajer
Staff
THS
Total
Dyeing/Finishing
66
1
5
10
82
Finance-Accounting
4
2
9
15
HRGA
8
1
4
13
PPIC
61
3
64
R&D
8
1
9
3
4
7 101
Sales Sizing&Weaving
96
1
4
Spinning
262
2
4
Staff Direksi
161
429
5
Utility
5 41
1
1
11
54
Total
5
546
11
35
182
779
Data sebelumnya
5
555
11
36
189
796
5.5 Pengaturan Jam Kerja PT SCTI Sistem pembagian waktu kerja PT SCTI terbagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kerja karyawan staff non-shift, karyawan biasa non shift, dan karyawan biasa shift. Secara rinci pembagian waktu kerja dapat dilihat pada tabel beikut ini. Tabel 5.2 Sistem Pembagian Waktu Kerja PT SCTI Kelompok Kerja
Jam Kerja
Waktu Istirahat
Senin-Kamis
08.00 – 17.00
12.00 – 13.00
Jumat
08.00 – 17.00
11.30 – 12.30
Senin-Kamis
08.30 – 16.30
12.00 – 12.45
Jumat
08.30 – 16.30
11.30 – 12.30
Sabtu
08.00 – 12.00
Tanpa istirahat
Karyawan Staff Non Shift:
Karyawan Biasa Non Shift:
Karyawan Biasa Shift: -
I (Pagi)
06.00 – 14.00
09.00 – 09.45
-
II (Siang)
14.00 – 22.00
17.00 – 17.45
-
III (Malam)
22.00 – 06.00
02.00 – 02.45
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
55
5.6 Bahan Baku dan Proses Produksi PT SCTI 5.6.1 Bahan Baku Terdapat dua macam bahan dasar yang digunakan dalam proses pembuatan kain jadi, yaitu: a. Bahan dasar alami yang terdiri dari 65% polyester staple fiber berasal dari chip minyak bumi, lebih dikenal dengan nama tetoron sebagai nama merk dagang dan 35% rayon (viscose) staple fiber berasal dari tumbuhan atau selulosa dengan kapasitas ± 350.000 yard per bulan. b. Bahan dasar polyester fabric 100% dengan kapasitas ± 250.000 yard per bulan. Bahan dasar tersbut dikemas dalam karung dengan warna karung yang berbeda-beda, perbedaan warna karung menunjukkan identitas bahan dasar. Karung berwarna kuning adalah tetoron Br (bright), karung berwarna biru tua adalah tetoron Sd (semidal), karung berwarna coklat merupakan rayon Br, dan karung berwarna biru muda merupakan rayon Sd. Bahan dasar tersebut disuplai dari PT Indo Bharat Rayon yang terletak di Purwakarta, Jawa Barat. 5.6.2 Proses Produksi Lama proses produksi dari pembuatan benang hingga menghasilkan kain jadi adalah dua bulan, yaitu satu setengah bulan merupakan lama proses pembuatan benang hingga menghasilkan kain grey dan setengah bulan merupakan lama dari mengolah kain grey menjadi siap untuk dijual. Proses produksi terdiri dari tiga tahapan pada tiga bagian, yaitu: 1. Spinning (Pemintalan) Spinning merupakan proses pembuatan benang dengan menggunakan beberapa jenis fiber. 2. Weaving (Penenunan) Weaving merupakan proses dimana benang saling merajut dan mengikat sedemikian rupa sehingga menghasilkan kain mentah (kain grey). Prinsip dasarnya menyilangkan benang dengan benang menggunakan konstruksi tertentu. Pada weaving juga terdapat dua tahapan proses produksi, yaitu pre-weaving yang menghasilkan produk bersih dalam sehari sebanyak
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
56
360 tan x 62,2 yds dan weaving yang dihasilkan produk bersih dalam sehari sebanyak 310 tan x 62,5 yds. 3. Dyeing (Pewarnaan) Dyeing adalah proses pencampuran warna pada kain yang dikembangkan dengan teknik mutakhir untuk mendapatkan warna-warna yang solid dan serasi.
5.7 Produk PT SCTI Perusahaan ini membuat berbagai macam jenis kain jadi dalam jumlah yang relatif besar, mulai dari kain untuk membuat celana, kain sarung sampai dengan jenis blue jeans. Merk dagang yang digunakan oleh PT SCTI lebih kurang ada 100 merk, diantaranya Jobb, Catarina, Bellini, Osaka, Lea, Yasuka, dan lainlain. Produk bersih yang dihasilkan dalam sehari, yaitu 400 ton. Selain kain, benang juga menjadi komoditi untuk dijual disamping sebagai bahan baku untuk membuat kain. Tabel 5.3 Hasil Produksi Benang Nama Barang
Jumlah
Pemasaran
Keterangan
Benang No. 40/2 Br
40.000-60.000 lbs
Jawa Tengah
-
Benang No. 30/2 Br
350.000 lbs
Tidak Dijual
Bahan baku kain
Benang No. 32/2 Sd
350.000 lbs
Tidak Dijual
Bahan baku kain
Benang No. 40/-
40.000-60.000 lbs
Jawa Tengah
-
Benang No. 30/-
60.000 lbs
Jawa Tengah
-
Benang yang dihasilkan ada yang dipakai sebagai bahan baku proses produksi selanjutnya dan ada yang dijual. Presentase yang dipakai untuk bahan baku sekitar 60% dan yang untuk dijual sekitar 30%. Produk yang dihasilkan PT SCTI mengalami perubahan-perubahan pada kurun waktu tertentu. Dari tahun 1972 hingga 1985 PT SCTI memproduksi benang T/R. Dari tahun 1985 hingga 2005 perusahaan memproduksi benang T/R dan Texture. Pada tahun 2006 perusahaan memproduksi benang T/R Basis dan T/R Fancy (campuran antara benang T/R dan Texture).
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
57
Untuk memasarkan hasil produksinya, PT SCTI tidak mengadakan promosi besar-besaran seperti industri perusahaan sejenisnya. Hal ini dikarenakan PT SCTI telah memiliki segmen pasar tertentu dan tetap menjadi jaminan bagi pemasaran produk-produknya. Segmen pasarnya adalah sebagai berikut: 1. Ekspor hingga tahun 1998 meningkat menjadi 85% dari total penjualan kain. Negara tujuan ekspor meliputi Jepang, Timur Tengah, Amerika, Australia, dan sebagian besar Benua Eropa. 2. Lokal untuk benang jenis T/R dan benang jenis Texture Polyester dengan tujuan langsung ke distributor pasar di Jakarta. 3. Perusahaan Garmen Lokal sekitar 15% dari total penjualan kain yang menggunakan hasil produk PT SCTI sebagai bahan bakunya. Beberapa perusahaan garmen yang menjadi langganan adalah: Perusahaan Garmen Nusantara Cemerlang, Perusahaan Trimus, Perusahaan Tridharma Andhika, dan Perusahaan Saimoda Garmindo Indonesia.
5.8 Sarana PT SCTI Untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, PT SCTI juga menyediakan sarana dan fasilitas berupa: 1. Poliklinik Poliklinik terletak bersebelahan dengan koperasi karyawan dan kantin. Tenaga medis yang ada bukan milik perusahaan, tetapi berasal dari yayasan yang menyediakan tiga dokter dan dua perawat. Hari kerja dari Senin sampai Sabtu dengan waktu kerja mulai pukul 09.00 sampai 15.00 WIB. Poliklinik tersebut hanya untuk keadaan darurat saja. Poliklinik tersebut bekerja sama dengan klinik setempat, yaitu Klinik Sejahtera atau rujukan perusahaan di Jakarta, Rumah Sakit Polri. 2. Kantin PT SCTI tidak menyediakan makanan bagi karyawan, tetapi hanya diberikan uang makan. Hal ini dikarenakan sebagian besar karyawannya berdonisili dekat dengan lokasi pabrik, sehingga mereka makan siang di rumahnya masing-masing. Untuk karyawan yang bertempat tinggal cukup jauh dari lokasi, perusahaan menyediakan kantin yang buka selama 24
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
58
jam.
Karyawan
diberi
kemudahan
dalam
pembayarannya,
yaitu
diperbolehkan membayar jika sudah mendapat gaji dengan cara dipotong sesuai catatan tunggakannya. 3. Sarana Olahraga Sarana olahraga yang ada berupa lapangan sepak bola dan bulu tangkis. Dengan sarana sepak bola dapat diadakan pertandingan antar departemen yang dapat meningkatkan persaudaraan dan membangkitkan suasana kerja sehingga produktivitas kerja dapat terjaga dengan baik. 4. Sarana Keagamaan Sarana keagamaan berupa Masjid Al Muttaqien yang dibangun oleh perusahaan yang diperuntukkan untuk umat muslim. 5. Koperasi Karyawan Koperasi karyawan dikelola oleh dua orang karyawan dengan hari kerja dari Senin hingga Sabtu dan waktu kerja mulai pukul 08.00 hingga 17.00 WIB. 6. Fasilitas Keselamatan Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja yang disedikan, antara lain Alat Pelindung Diri (APD), Safety Sign, APAR, dan lain-lain.
5.9 P2K3 PT SCTI tidak memiliki sebuah departemen khusus K3 lagi sejak tahun lalu, namun terdapat suatu bentuk organisasi terkait K3, yaitu P2K3. Susunan kepengurusan langsung di bawah direksi dengan penanggung jawab manajer SDM/Umum. Terdapat tiga koordinator di dalam struktur kepengurusan tersebut, yang terdiri dari koordinator lapangan, koordinator kesehatan, dan koordinator K3. Program-program yang dijalankan antara lain: •
Program 5R, yaitu rajin, rawat, resik, rapi, dan ringkas. Program ini diadopsi dari 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke). Contoh dari pelaksanaan
program
ini
adalah
”Rabu
bersih”,
yaitu
kegiatan
membersihkan atap, lantai dan dinding, menguras sarang nyamuk, pembersihan kantin dan tempat istirahat, penataan meja kerja, serta pengecekan APD. Kegiatan tersebut dilakukan sebanyak dua kali dalam
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia
59
sebulan dan di akhir tahun akan dibuat suatu perlombaan tiap divisi yang ada berdasarkan penilaian yang dilakukan. •
Pelatihan pemadam (fire fighting)
Tinjauan faktor..., Ita Kurniawati, FKM UI, 2009
Universitas Indonesia Universitas Indonesia