RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN GAMBAS (L. acutangula) TERHADAP PEMBERIANPUPUK ORGANIK CAIR NASA PADA KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA
EDI PRANATA
110211796
A. Latar Belakang Gambas (Luffa acutangula), adalah tanaman sayuran semusim yang merambat dengan akar panjatnya. Gambas dibudidayakan untuk dipanen buah mudanya sebagai sayuran. Gambas dipercaya mampu menstabilkan gula darah, menurunkan kadar kolesterol serta tekanan darah. Dibanding dengan mentimun, gambas relatif lebih tahan terhadap serangan cendawan fusarium maupun bakteri pseudomonas (Anonim (b), 2011). Pupuk organik cair Nasa adalah salah satu jenis pupuk yang bisa diberikan ke daun dan tanah, mengandung unsur hara makro, mikro, vitamin, mineral, asam-asam organik, dan zat pengatur tumbuh Auksin, Giberilin, dan sitokinin. Kandungan unsur hara pupuk organik cair NASA adalah N 0,12%, P2O5 0,03%, K 0,31%, Ca 60,4 ppm, Mn 2,46 ppm, Fe 12,89 ppm, Cu 0,03 ppm, sehingga berpeluang untuk digunakan sebagai unsur hara bagi tanaman yang mampu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Anonim (a), 2005). Pemupukan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan pupuk pada tanaman dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik pada fase vegetatif maupun generatif sehingga dapat menyebabkan turunnya produksi atau hasil akhir tanaman. Pemupukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat menyebabkan tanaman mengalami defisiensi atau kelebihan sehingga pertumbuhan dan hasil tidak maksimal. Oleh karena diperlukan konsentarasi yang tepat dan frekuensi yang sesuai agar diperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Gambas (L. acutangula) terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Nasa pada Konsentrasi dan Frekuensi Berbeda”. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas ( L. acutangula). 2. Mengetahui pengaruh frekuensi pemberian pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas ( L. acutangula).
3. Mengetahui interaksi konsentrasi dan frekuensi pupuk cair nasa yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas (L. acutangula). C. Hipotesis 1. Ada pengaruh konsentrasi pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas. 2. Ada pengaruh frekuensi pemberian pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas. 3. Ada interaksi konsentrasi dan frekuensi pupuk cair nasa yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman gambas. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas asahan. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan sumbangan pemikiran yang baik di Fakultas Pertanian Universitas Asahan dalam budidaya tanaman jagung manis 3. Sebagai sumbangan informasi dan pengetahuan bagi petani yang menanam jagung manis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan tentang budidaya tanaman gambas Luffa acutangula L.). I.
BAHAN DAN METODE
A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di jalan Durian Lingkungan I Kel. Kisaran Naga Kec. Kisaran Timur Kab. Asahan Sumatera Utara. Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai bulan Mei 2015. B. Bahan dan Alat Bahan : Benih Gambas San-C, POC Nasa, pupuk kandang sapi, Insektisida Decis 25 EC dan Dithane M45. Alat : Cangkul, Garu, Parang Babat, Gembor, Ember, Handsprayer, Meteran, Gergaji, Palu, Papan, Alat tulis dan Timbangan. C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 taraf dengan 4 level perlakuan untuk faktor pertama dan 3 level untuk faktor kedua dan 3 ulangan, yaitu : 1. Faktor Konsentrasi POC Nasa (K) terdiri atas 4 taraf : (kontrol) K0 : 0 ml/ltr air Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
K1 : 1 ml/ltr air K2 : 2 ml/ltr air K3 : 3 ml/ltr air 2. Faktor Frekuensi Aplikasi POC Nasa (F) terdiri atas 3 taraf : F1 : 3 kali (Umur 10,20 dan 30 MST) F2 : 4 kali (Umur10,17,24 dan 31 MST) F3 : 5 kali (Umur10,15,20,25 dan 30 MST) Kombinasi perlakuan adalah 3 x 4 = 12 terdiri dari : K 0 F1 K 1 F1 K2F1 K 3 F1 K 0 F2 K 1 F2 K2F2 K 3 F2 K 0 F2 K 1 F2 K2F2 K 3 F2 Berdasarkan kombinasi perlakuan, maka jumlah ulangan dapat ditentukan sebagai berikut : ( t -1) (n -1) ≥ 15 (12 - 1) (n – 1) ≥ 15 11 (n – 1) ≥ 15 11 n – 11 ≥ 15 11 n ≥ 15 + 11 11 n ≥ 26 n ≥ 26 / 11 n ≥ 2,4 Unit perlakuan dari uraian di atas dapat disusun sebagai berikut : Jlh ulangan Jlh plot penelitian Jlh tanaman per plot Jlh tanaman sampel per plot Jlh tanaman seluruhnya Jlh tanaman sampel seluruhnya Jarak Tanam Panjang plot Lebar plot Jarak antar plot Jarak antar ulangan
= 3 ulangan = 36 plot = 6 tanaman = 3 tanaman = 216 tanaman = 108 tanaman = 50 cm x 60 cm = 150 cm = 120 cm = 50 cm = 100 cm
Model linier Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang dipergunakan diasumsikan sebagai berikut : Yijk = µ + Si + Uj + pk + (SU) ij + ∑ ijk dimana: Yijk
= Hasil pengamatan dari faktor K taraf ke –i dan faktor F ke-j dalam ulangan ke-k µ = Efek dari nilai tengah Si = Efek faktor K ke taraf ke-i Uj = Efek faktor F ke taraf ke-j pk = Efek ulangan taraf ke-k (SU)ij = Efek kombinasi antara faktor K taraf ke-i dan faktor F taraf ke-j ∑ ijk = Efek galat dari faktor konsentrasi POC Nasa taraf ke-i dan frekuensi POC Nasa taraf ke-j pada ulanagn ke-k (Sastrosupadi, 2000)
II.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Tinggi tanaman (cm) Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 6, 9 dan 12 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), namun berpengaruh sangat nyata pada umur 3 dan 4 MST. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata pada umur 2 dan 3 MST, namun berpengaruh nyata pada umur 4 MST. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata pada umur 2 minggu setelah tanam (MST), namun berpengaruh nyata pada umur 3 dan berpengaruh sangat nyata pada umur 4 MST. Hasil uji beda rataan pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa dan interaksi kedua perlakuan terhadap tinggi tanaman umur 4 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel1. Tabel 1. Hasil Uji Beda Rataan Pemberian Konsentrasi dan Frekuensi POC Nasa Terhadap Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 Minggu Setelah Tanaman. K/F
K0
K1
K2
K3
F1
86.33 d
F2
87.33 d 128.11 abc 141.78 ab 132.67 abc 122.47 a
F3
85.56 d 135.33 ab 149.78 a 111.67bcd 120.58 ab
97.54 d 103.00 cd 140.22 ab
Rataan 106.78 b
Rataan 86.41 b 120.33 a 131.52 a 128.19 a KK:13.27% Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji BNT dan DMRT.
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa dengan perlakuan 2,6 ml/plot (K2) memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 131,52 cm berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,9 ml/plot (K3) yaitu 128,19 cm dan 1,3 ml/plot (K1) yaitu 120,33 cm, namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/plot (K0) yaitu 86,41 cm, sedangkan K3 berbeda tidak nyata dengan K1 namun berbeda nyata dengan K0, dan K1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
berbeda nyata dengan K0. Perlakuan frekuensi peberian POC Nasa dengan perlakuan 4 kali aplikasi (F2) memiliki tinggi tanaman tertinggi yaitu 122,47 cm, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 kali aplikasi (F3) yaitu 120,58 cm namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 kali aplikasi (F1) yaitu 106,78 cm, sedangkan F3 berbeda tidak nyata dengan F0. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa tertinggi terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yaitu 149,78 cm dan terendah terdapat pada perlakuan 0 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K0F3) yaitu 85,56 cm. Pengaruh interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap tinggi tanaman dapat disajikan pada Gambar 1 berikut ini. 150.00
Ŷ = 81.70 + 16.71K r = 0.924
Tinggi Tanaman (cm)
140.00 130.00
Ŷ = 100.0 + 14.96K r = 0.801
120.00
Ŷ = 106.6 + 9.278K r = 0.425
110.00 100.00
F1
90.00
F2
80.00
F3
70.00 0
1
2
3
Konsentrasi POC Nasa (ml/plot)
Linear (F1) Linear (F2) Linear (F3)
Gambar 1. Kurva Interaksi Pengaruh Konsentrasi pada Perlakuan Frekuensi POC Nasa Terhadap Tinggi Tanaman (cm).
2. Jumlah cabang produktif (cabang) Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 15 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang produktif. 3. Jumlah buah per tanaman sampel (buah) Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 18 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman sampel. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman sampel. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman sampel.
Hasil uji beda rataan pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap jumlah buah per tanaman sampel dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Beda Rataan Pemberian Konsentrasi dan Frekuensi POC Nasa Terhadap Jumlah Buah per Tanaman Sampel (buah). K/F
K0
K1
K2
K3
Rataan
F1
5.89 e 6.22 de 6.44 cde 7.33 abc
6.47 b
F2
6.22 de 6.89 abcd 7.67 ab 7.00 abcd
6.94 a
F3
5.89 e 7.22 abc
6.92 ab
7.78 a
6.78 bcd
Rataan 6.00 b 6.78 a 7.30 a 7.04 a KK: 6.78% Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji BNJ dan DMRT.
Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa dengan perlakuan 2,6 ml/plot (K2) memiliki jumlah buah per tanaman sampel terbanyak yaitu 7,30 buah berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,9 ml/plot (K3) yaitu 7,04 buah dan 1,3 ml/plot (K1) yaitu 6,78 buah, namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/plot (K0) yaitu 6,00 buah, sedangkan K3 berbeda tidak nyata dengan K1 namun berbeda nyata dengan K0, dan K1 berbeda nyata dengan K0. Perlakuan frekuensi peberian POC Nasa dengan perlakuan 4 kali aplikasi (F2) memiliki jumlah buah per tanaman sampel terbanyak yaitu 6,94 buah, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 kali aplikasi (F3) yaitu 6,92 buah, namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 kali aplikasi (F1) yaitu 6,47 buah, sedangkan F3 berbeda tidak nyata dengan F0. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terbanyak terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yaitu 7,78 buah dan terendah terdapat pada perlakuan 0 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K0F3) dan 0 ml/plot dengan 3 kali aplikasi (K0F1) yaitu 5,89 buah. Pengaruh interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap jumlah buah per tanaman sampel dapat disajikan pada Gambar 2 berikut ini.
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
8.00
dan K1 berbeda nyata dengan K0. Perlakuan frekuensi peberian POC Nasa dengan perlakuan 4 kali aplikasi (F2) memiliki jumlah buah per plot terbanyak yaitu 41,33 buah, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 kali aplikasi (F3) yaitu 41,17 buah, namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 kali aplikasi (F1) yaitu 38,17 buah, sedangkan F3 berbeda tidak nyata dengan F0. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terbanyak terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yaitu 46,33 buah dan terendah terdapat pada perlakuan 0 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K0F3) yaitu 35,00 buah.
Jumlah Buah per Tanaman Sampel (buah)
Ŷ = 5.791 + 0.454K r = 0.951
7.50
Ŷ = 6.478 + 0.310K r = 0.678
7.00
Ŷ = 6.434 + 0.321K r = 0.520
6.50
F1 F2
6.00
F3
5.50 0
1
2
3
Konsentrasi POC Nasa (ml/plot)
Linear (F1) Linear (F2) Linear (F3)
Gambar 2. Kurva Interaksi Pengaruh Konsentrasi pada Perlakuan Frekuensi POC Nasa Terhadap Jumlah Buah per Tanaman Sampel (buah).
Pengaruh interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap jumlah buah per plot dapat disajikan pada Gambar 3 berikut ini.
4. Jumlah buah per plot (buah)
48.00 Jumlah Buah per Plot (buah)
Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 21 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per plot. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per plot. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah buah per plot.
Ŷ = 33.56 + 3.066K r = 0.887
46.00 44.00
Ŷ = 38.53 + 1.866K r = 0.461
42.00 40.00
Ŷ = 38.26 + 1.933K r = 0.271
38.00 36.00
F1
34.00
F2
32.00
F3
30.00
Hasil uji beda rataan pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap jumlah buah per plot dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Beda Rataan Pemberian Konentrasi dan Frekuensi POC Nasa Terhadap Jumlah Buah per Plot (buah). K/F
K0
K1
K2
K3
Rataan
F1
34.00
37.00
37.67
44.00
38.17 b
F2
37.00
41.00
45.67
41.67
41.33 a
F3
35.00
43.00
46.33
40.33
41.17 ab
Rataan 35.33 b 40.33 a 43.22 a 42.00 a KK: 7.76% Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji BNJ dan DMRT.
Pada Tabel 3. dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa dengan perlakuan 2,6 ml/plot (K2) memiliki jumlah buah per plot terbanyak yaitu 43,22 buah berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,9 ml/plot (K3) yaitu 42,00 buah dan 1,3 ml/plot (K1) yaitu 40,33 buah, namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/plot (K0) yaitu 35,33 buah, sedangkan K3 berbeda tidak nyata dengan K1 namun berbeda nyata dengan K0,
0
1
2
3
Konsentrasi POC Nasa (ml/plot)
Linear (F1) Linear (F2) Linear (F3)
Gambar 3. Kurva Interaksi Pengaruh Konsentrasi pada Perlakuan Frekuensi POC Nasa Terhadap Jumlah Buah per Plot (buah).
5. Berat buah per tanaman sampel (kg) Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 24 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman sampel. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman sampel. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman sampel. Hasil uji beda rataan pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap berat buah per tanaman sampel dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini.
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
K/F
K0
K1
K2
K3
F1
1.42 fg
F2
1.43 fg 1.92 bcd 2.18 ab
2.07 abc
1.90 a
F3
1.29 g
1.85 cde
1.88 a
1.62 ef 1.65 def 2.13 abc
2.11 abc 2.27 a
Rataan 1.71 b
Rataan 1.38 b 1.88 a 2.03 a 2.02 a KK: 8.18% Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji BNJ dan DMRT.
Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa dengan perlakuan 2,6 ml/plot (K2) memiliki berat buah per tanaman sampel terberat yaitu 2,03 kg berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,9 ml/plot (K3) yaitu 2,02 kg dan 1,3 ml/plot (K1) yaitu 1,88 kg, namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/plot (K0) yaitu 1,38 kg, sedangkan K3 berbeda tidak nyata dengan K1 namun berbeda nyata dengan K0, dan K1 berbeda nyata dengan K0. Perlakuan frekuensi peberian POC Nasa dengan perlakuan 4 kali aplikasi (F2) memiliki berat buah per tanaman sampel terberat yaitu 1,90 kg, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 kali aplikasi (F3) yaitu 1,88 kg, namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 kali aplikasi (F1) yaitu 1,71 kg, sedangkan F3 berbeda tidak nyata dengan F0. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terberat terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yaitu 2,27 kg dan terendah terdapat pada perlakuan 0 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K0F3) yaitu 1,29 kg. Pengaruh interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap berat buah per tanaman sampel dapat disajikan pada Gambar 4 berikut ini.
Berat Buah per Tanaman Sampel (kg)
Tabel 4. Hasil Uji Beda Rataan Pemberian Konsentrasi dan Frekuensi POC Nasa Terhadap Berat Buah per Tanaman Sampel (kg).
Ŷ = 1.383 + 0.215K r = 0.927
2.40 2.20
Ŷ = 1.573 + 0.217K r = 0.854
2.00
Ŷ = 1.606 + 0.183K r = 0.553
1.80 1.60
F1
1.40
F2
1.20
F3
1.00 0
1
2
Linea r (F1) Linea r (F2) Linea r (F3)
3
Konsentrasi POC Nasa (ml/plot)
Gambar 4. Kurva Interaksi Pengaruh Konsentrasi pada Perlakuan Frekuensi POC Nasa Terhadap Berat Buah per Tanaman Sampel (kg).
6. Produksi buah per plot (kg) Berdasarkan sidik ragam pada lampiran 27 dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi buah per plot. Perlakuan frekuensi pemberian POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi buah per plot. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi buah per plot. Hasil uji beda rataan pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap produksi buah per plot dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini. Tabel 5. Hasil Uji Beda Rataan Pemberian Konentrasi dan Frekuensi POC Nasa Terhadap Produksi Buah per Plot (kg). K/F
K0
K1
K2
K3
Rataan
F1
8.21 ef
9.37 de
9.59 de
12.30 abc 9.87 b
F2
8.27 ef 11.16 bcd 12.74 ab
11.97 abc 11.03 a
F3
7.43 f 12.33 abc 13.29 a
10.64 cd 10.92 a
Rataan 7.97 b 10.95 a 11.87 a 11.64 a KK: 9.78% Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji BNJ dan DMRT.
Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa dengan perlakuan 2,6 ml/plot (K2) memiliki produksi buah per plot terberat yaitu 11,87 kg berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3,9 ml/plot (K3) yaitu 11,64 kg dan 1,3 ml/plot (K1) yaitu 10,95 kg, namun berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/plot (K0) yaitu 7,97 kg, sedangkan K3 berbeda tidak nyata dengan K1 namun berbeda Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
nyata dengan K0, dan K1 berbeda nyata dengan K0. Perlakuan frekuensi peberian POC Nasa dengan perlakuan 4 kali aplikasi (F2) memiliki produksi buah per plot terberat yaitu 11,03 kg, berbeda tidak nyata dengan perlakuan 5 kali aplikasi (F3) yaitu 10,92 kg, namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 kali aplikasi (F1) yaitu 9,87 kg, sedangkan F3 berbeda tidak nyata dengan F0. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terberat terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yaitu 13,29 kg dan terendah terdapat pada perlakuan 0 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K0F3) yaitu 7,43 kg.
diberikan. Namun seiring peningkatan jumlah daun dan perkembanagn akar, percepatan pertumbuhan dan kebutuhan unsur hara juga akan meningkat sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara taraf konsentrasi POC Nasa yang diberikan. Hal ini lah yang menyebabkan adanya pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 dan 4 MST. Hal ini sesuai dengan pendapat Berger (1962) dalam Djunaedy (2009) yang menyatakan bahwa tanaman muda menyerap unsur hara dalam jumlah yang sedikit, sejalan dengan pertumbuhan tanaman, kecepatan penyerapan unsur hara pertanaman akan meningkat.
Pengaruh interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi POC Nasa terhadap produksi buah per plot dapat disajikan pada Gambar 5 berikut ini.
Adanya pengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang disebabkan pengaruh genetik yang dimiliki oleh tanaman gambas dalam mempengaruhi morfologi tubuh tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) bahwa susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman.
14.00
Ŷ = 7.991 + 1.250K r = 0.930
Produksi per Plot (kg)
13.00
Ŷ = 9.133 + 1.266K r = 0.837
12.00 11.00
Ŷ = 9.334 + 1.058K r = 0.531
10.00
F1
9.00
F2
8.00
F3
7.00 6.00 0
1
2
Konsentrasi POC Nasa (ml/plot)
3
Linear (F1) Linear (F2) Linear (F3)
Gambar 5. Kurva Interaksi Pengaruh Konsentrasi pada Perlakuan Frekuensi POC Nasa Terhadap Produksi Buah per Plot (kg).
B. Pembahasan 1. Pengaruh konsentrasi pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian konsentrasi POC Nasa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan jumlah cabang produktif, namun berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 dan 4 MST, jumlah buah per tanaman sampel, jumlah buah per plot, berat buah per tanaman sampel, dan produksi buah per plot. Adanya pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST disebabkan tanaman masih muda sehingga belum memiliki perakaran dan morfologi daun yang sempurna sehingga penyerapan unsur hara melalui daun maupun dari akar masih berlangsung lambat akibatnya tidak terjadi perbedaan yang nyata antara taraf konsentrasi perlakuan yang
Adanya pengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman sampel, jumlah buah per plot, berat buah per tanaman sampel, dan produksi buah per plot disebabkan adanya perbedaan konsentrasi pupuk yang diberikan sehingga mempengaruhi kepekatan larutan dan mempengaruhi permeabilitas membran sel daun dan pada akhirnya sangat menentukan kuantitas unsur yang dapat diserap oleh tanaman, akibatnya pada tanaman yang memperoleh konsentasi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka produksi yang dihasilkan akan lebih tinggi dibandingkan tanaman yang kekurangan atau kelebihan konsentrasi POC Nasa. Salisburry dan Ross (1992) menyatakan bahwa mekanisme penyerapan oleh daun merupakan proses difusi dan untuk unsur-unsur tertentu melalui mekanisme transpor aktif. Pada perlakuan kontrol, tanaman tidak memperoleh tambahan unsur hara dari POC Nasa sehingga tanaman hanya menggunakan unsur hara yang ada pada media tanah. Pada konsentrasi 2 ml/ltr air mungkin merupakan konsentrasi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga menghasilkan produksi yang paling tinggi dibandingkan taraf konsentrasi POC yang lainnya. Sedangkan pada peningkatan taraf menjadi konsentrasi 3 ml/ltr air menunjukkan adanya penurunan produksi tanaman, hal ini disebabkan konsentrasi tersebut terlalu tinggi sehingga menyebabkan tidak adanya peningkatan produksi atau bahkan menurunkan hasil produksi. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
2. Pengaruh frekuensi pemberian pupuk cair Nasa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa frekuensi pemberian POC Nasa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST dan 3 MST serta jumlah cabang produktif, namun berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 MST, jumlah buah per tanaman sampel, jumlah buah per plot, berat buah per tanaman sampel, dan produksi buah per plot. Adanya pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 4 MST disebabkan ketiga taraf perlakuan frekuensi pemupukan hingga umur 3 MST rata-rata hanya menerima 2 kali aplikasi sehingga hanya terjadi sedikit perbedaan dalam penerimaan aplikasi pemupukan akibatnya tanaman menunjukkan pengaruh tidak nyata antara tiap taraf perlakuan. Pada perlakuan F1, tanaman menerima 2 kali aplikasi yaitu pada umur 10 dan 20 HST, dan pada perlakuan F2, tanaman juga menerima 2 kali aplikasi yaitu pada umur 10, dan 17 HST sedangkan pada perlakuan F3, tanaman menerima 3 kali aplikasi yaitu pada umur 10, 15 dan 20 HST. Adanya pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 MST, jumlah buah per tanaman sampel, jumlah buah per plot, berat buah per tanaman sampel, dan produksi buah per plot disebabkan adanya perbedaan banyaknya jumlah aplikasi yang diterima oleh tanaman sehingga terjadi perbedaan yang nyata antara tiap taraf perlakuan. Tanaman membutuhkan unsur hara dengan jumlah yang cukup dan berimbang selama siklus hidupnya baik unsur hara makro dan mikro. Hal ini sesuai pendapat Novizan (2003) bahwa dengan cukupnya kebutuhan hara tanaman baik unsur makro maupun mikro, akan membantu metabolisme tanaman berjalan lancar, selanjutnya akan berguna dalam memacu pertumbuhan tanaman, baik vegetatif maupun generatif. 3. Interaksi konsentrasi dan frekuensi pupuk cair Nasa yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi konsentrasi dan frekuensi pupuk cair Nasa POC Nasa berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 MST serta jumlah cabang produktif, namun berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 3 MST dan 4 MST, jumlah buah per
tanaman sampel, jumlah buah per plot, berat buah per tanaman sampel, dan produksi buah per plot. Hal ini disebabkan adanya kerjasama dalam mengisi kekurangan dan kelemahan masing-masing perlakuan. Lingga dan Marsono (2013) menyatakan efektifitas pemupukan melalui daun dapat dilakukan dengan konsentrasi larutan pupuk yang rendah dapat dikompensasikan dengan cara meningkatkan frekuensi pemupukan agar efisiensi dan efektifitas pemupukan melalui daun menjadi lebih tinggi. Dari hasil uji DMRT diketahui bahwa interaksi konsentrasi dan frekuensi pupuk cair Nasa POC Nasa terbaik terdapat pada perlakuan 2,6 ml/plot dengan 5 kali aplikasi (K2F3) yang diikuti oleh perlakuan K2F2, K1F3, K3F1, K3F2, K1F2, K3F3, K2F1, K1F1, K0F2, K0F1 dan terendah terdapat pada perlakuan K0F3. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang rendah dengan frekuensi yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, begitu pula dengan pemberian pupuk dengan konsentrasi tinggi dengan frekuensi rendah mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiana (2007) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk dalam dosis/konsentrasi rendah dengan frekunsi sering ternyata menghasilkan kualitas tanaman yang lebih bagus. Hal ini berarti frekuensi pemberian pupuk kemasan dapat dikompensasikan untuk menurunkan dosis/konsentrasi pupuk. DAFTAR PUSTAKA
Adinugraha, H. A. 2007. Aplikasi Pupuk Organik Cair dalam Pembibitan Tanaman Suren. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Stiper. Anonim, 2005. POC NASA. Indonesia.
Natural Nusantara.
Anonim. 2011. Budidaya Sayuran Gambas. Error! Hyperlink reference not valid.. Diakses tanggal 15 Maret 2015. Bangun, M. K. 1991. Rancangan Percobaan Biometri. Fakultas Pertanian USU. Medan. Budiana N. S. 2007. Memupuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Djunaedy, A. 2009. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Jurnal. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
GROVIGOR Vol. 2 No.1. ISSN 1979 5777. Hal 42. Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. Lingga P dan Marsono, 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi Penebar Swadaya. Nanda. 2014. Klasifikasi Tanaman Gambas. Error! Hyperlink reference not valid. Diakses 11 Maret 2015. Novizan, 2003. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Penebar Swadaya. Bogor. Ripuan. 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Pada Berbagai Konsentrasi Dan Frekuensi Terhadap Tanaman Kakao Di Pembibitan. http://repository.unib.ac.id/2775/. Diakses tanggal 20 Maret 2015. Rismunandar. 1985. Pengetahuan Dasar Tentang Perabukan. Sinar Baru. Bandung. Salisbury, F., dan Ross, C. W. 1992. Fisiologi Tumbuhan (Jilid 2). ITB. Bandung. Setyaningrum, H. dan Suparinto, C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin Dilahan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta. Sitompul, S.M. dan Guritno, B. 1995. ANalisis Pertumbuhan tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. P.412. Sunarjono, H. 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta. Wunungga, 2009. Pengaruh Macam dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Lengkap Cair Terhadap Pertumbuhan dan Bibit Kakao (Theobroma cacao L). http://freedomwunungga.com/2009/11/penelitianpengaruh -macam-dan-interval.html. Diakses 11 Maret 2015.
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
Filename: RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN GAMBAS (L. acutangula) TERHADAP PEMBERIANPUPUK ORGANIK CAIR NASA PADA KONSENTRASI DAN FREKUENSI BERBEDA.docx Directory: E:\lock data\Dokumen E\Rensi\Jurnal Mahasiswa\Sipp\Agroekoteknologi Template: C:\Users\Toshiba\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal. dotm Title: Subject: Author: user Keywords: Comments: Creation Date: 01/02/2015 6:47:00 Change Number: 43 Last Saved On: 11/02/2016 11:00:00 Last Saved By: Toshiba Total Editing Time: 420 Minutes Last Printed On: 11/02/2016 14:24:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 8 Number of Words: 3.961 (approx.) Number of Characters: 22.584 (approx.)