BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengetahuan
2.1.1
Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panaca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besara pengetahuan manusia di pperolaeh malauli mata dan telinga. Pengetahun kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan sesorang / over behavior (Notoatmodjo, 2005). 2.1.2 Sasaran Ilmu Pengetahuan Pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu, mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat di susun secara sistematis dan di akui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu. Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang manjadi ilmu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Mempunyai objek kajian 2. Mempunyai metode pendekatan 3. Bersifat universal ( Mendapat Pengakuan Secara Umum ). Agus Comte ( 1798-1857 ), membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan kedalam tahap religus, metafisik dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam tahap pertama maka azaz religilah yang di jadikan dalil ilmiah sehingga ilmu
pengetahuan merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi. Dalam tahap kedua orang mulai berspekulasi berasumsi, atau membuat hipotensis –hipotensis tentang metafisika ( keberadaan ) wujud yng menjadi objek penenlaan yang terbatas dari religi, dan mengembangkan system pengetahun tersebut. Sedangkan tahap ketiga adlah tahap pengatahuan ilmiah, dimana asas-asas yang di perlukan diuji secara positif dalam verivikasi yang objektif. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif menurut ― RONGERS 1974 ― dalam Notoadmodjo ( 2005 ) sebagai berikut: 1. Tahu ( know ) Tahu di artikan mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadapa suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu ― tahu ― itu adalah merupakan tingakat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami ( chomprehension ) Suatu kemampuan yang menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3. Aplikasi ( aplication ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan unutk mengusai materi yang telah ipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya. Aplikasi disini dapat di artikan pengunaan hukum – hukum , rumus, metode, prinsip dan sebagainya. Dalam perhitungan – perhitungan hasil penelitian dapat menggunakan rumus statistik dapat menggunakan
prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah ( Problem Solving Cycle ) di dalam pemecahan maslah kesehatan dari kasus yang di berikan. 4. Analisis ( analiysis ) Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis ( synthesis ) Sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian –nbagian didalam suatu bentuk keselurruhan yang baru. 6. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang di buat sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang sudah ada sebelumnya. 2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan sebagai beikut: 1.
Cara tradisional ( non ilimiah ) meliputi: a. Coba –coba salah b. Cara kekuasaan atau otoritas c. Berdasarkan pengalaman sendiri d. Melalui jalan pikiran
2.
Cara modern (ilmiah ) Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih
sistematis , logis, dan ilimiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah, atau populer disebut metodelogi penelitian (recearche methodologi). Cara ini mula –mula di kembangkan oleh Francis Bacopn (1567 – 1626) (Notoatmodjo , 2005). 2.1.4 faktor –faktor yang mempengaruhi ilmu pengetahuan 1.
Genetik Faktor
genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
pengetahuan. Melalui instuksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang di buahi, dapat ditemukan kualitas dan kuantitas dari hasil pengetahuan yang di peroleh. Yang termasuk faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa dan susunan saraf, ini memegang peranan penting dalam proses terjadinya pengetahuan, karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit – unit dasarnya yang disebut neuron. 2.
Lingkungan Lingkungan sangat mempengaruhi pengetahuan yaitu : lingkungan sekitar tempat
tinggal baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. 2.2.
Sikap
2.2.1
Defenisi
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmojo, 2007). Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Dalam buku Notoatmodjo 2007, Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok. a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. 2.2.2
Tingkatan dari Sikap
a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dai pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap paling tinggi. 2.3
Tindakan
2.3.1
Defenisi
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nayta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu: 1. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin Dapat melakukan sesuatau sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingakat dua. 3. Mekanisme Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingakat tiga. 4. Adopsi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
2.4.
Remaja
2.4.1
Defenisi Remaja adalah periode transisi perkembangan dari masa kanak – kanak
kemasa dewasa, usia antara 10 - 24 tahun. Secara Etimologi, remaja berarti ‖ Tumbuh Menjadi Dewasa‖. Defenisi remaja (adolescense) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia anatara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 - 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Reseunces and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11 - 21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap yaitu: remaja awal 11 - 14 tahun , remaja menengah 15 - 17 tahun, dan remaja akhir 18 - 21 tahun. Defenisi ini kemudian disatukan dalam terminalogi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun. Defenisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: 1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11 - 12 tahun sampai 20 - 21 tahun. 2. Secara fisik remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual. 3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan – perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan maral, diantara masa kanak – kanak menuju dewasa. Menurut WHO remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Akan tetapi usia 19 tahun tidak menjamin remaja telah mencapai kondisi yang sehat fisik, mental dan sosial. Di indonesia undang- undang no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak
menetapkan defenisi anak sebagai seorang yang belum berusia 21 tahun dan belum pernah kawin. Batasan usia 21 tahun ditetapkan bedasarkan pertimbangan, bahwa baru pada usia inilah tercapainya kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun kematangan sudah terjadi lebih awal pada usia belasan tahun. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak – anak ke dewasa, bukan hanya dalam arti psikologis tetapi juga fisik. Bahakan perubaahan – perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan psikologis muncul anata lain sebagai akibat dari perubahan – perubahan fisik itu. Diantar perubahan – perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan tingggi), mulai berfungsinya alat – alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda – tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito W. Sarwono, 2002). 2.4.2
Ciri – Ciri Kejiwaaan Dan Psikososial Remaja
a. Usia remaja muda (12-15 tahun) 1.
Sikap protes terhadap orang tua Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian diri, remaja cenderung melihat tokoh-tokoh di luar lingkungan keluarga, yaitu: guru, figur ideal yang terdapat dalam flim, atau tokoh idola.
2.
Preokupasi dengan badan sendiri.
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yanng cepat sekali. Perubahan – perubahan ini menjadi perubahan khusus pada diri remaja. 3.
Kesetiakawananan dengan sekelompok seusia. Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan kebersamaan dengan sekelompok umur dala upaya mencari kelompok yang senasib. Hal ini tercermin dalam cara berpilaku sosial.
4. Kemampuan untuk berpikir secara abstrak. Daya kemampuan berpikir seseorang remaja mulai berkembang dan dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri. 5. Perilaku yang labil dan berubah-ubah. Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada suatu waktu tampak bertangggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa bodoh dan tidak bertanggggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang memrlukan pengartian dan penganangan yang bijaksana. b. Usia remaja penuh (16 - 19 tahun) 1.
Kebebasan dari orang tua Doronga untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas. Remaja mulai merasakan kebebsan, tetapi juga merasakan kurang menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain melaui ikatan cinta yang stabil.
2.
Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas. Sering kali remaja menunujukkan nilai pda suatu tugas tertentu yan ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita-cita masa depan yaitu mulai memikirkan , melanjutkan sekolah atau langsung bekerja untuk mencari nafkah.
3.
Pengembangan nilai moral dan etis yang mantab. Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan cita-cita.
4.
Pengembangan hubungan pribadi yang labil. Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
5.
Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar.
2.4.3
Tahapan Remaja Anna Freud yang di kutip oleh Monks dkk, (2004). Membagi usia remaja
menjadi empat bagian tahapan, walaupun tanpa memberikan batasan usia biologis untuk tiap tahapan yaitu: 1. Masa Jouvenil Suatu tahapan biologis yang terletak diantara masa kanak-kanak dan masa pra remaja. Dalam masa ini perkembangan intelektual anak berlangsung sangat cepat, kemampuan memantau pikirannya sendiri berkembang dan mulai mempunyai perhatian terhadap lawan jenisnya. 2. Pra remaja Masa ini relatif sangat singkat jika masa Jouvenil Ditandai dengan perluasan hubungan sosial masa praremaja ditandai dengan hubungan sosian yang bersifat (searah mungkin) mendalam. Masa ini adalah masa ketika anak secara pasti
beranjak keluar dari dukungan keluarga dan belajar kenal dengan berbagai manusia diluar, tetapi belum separuhnya lepas dari orang tuanya. 3.
Masa Remaja Awal Dalam
masa
ini
yang
dibutuhkan
sosial
seorang
remaja
adalah
mengembangkan hubungan yang semakin mendalam. Keinginannya untuk mandiri mungkin menguatkuat.dalam tahap ini remaja belumcukup matang menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Pada masa ini remaja sudah mengalami orgasme, ia mulai merasakan perkembangan kebutuhan interpersonal, kebutuhan untukmendapatkan kebutuhan birahi yang dicoba diintegrasikan dengan kebutuhan interpersonal lainya yaitu kebutuhan rasa aman. 4. Masa Remaja Akhir Pada tahap ini remaja telah mendapati kemampuan untuk mengembangakan citacitanya sesuai dengan pengalaman dan tingkat pendidikannya. Ia juga sudah mampu dorongan nafsu genetalnya menjadi hubungan interpersonal yang ia sesuaikan dengan budaya, kesempatan dan pershabatan dengan seseorang yang ia anggap sesuai. Dapat dikatakan bahwa dalam tahap ini seorang remaja sudah berkembang menjadi seorang manusia yang utuh. 2.4.4
Aspek Perubahan Pada Remaja Dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik
atau biologis dan perubahan psikologis. 1. Perubahan Fisik Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasnya disebut pubertas. Seperti yang dikemukakan oleh Santrock (1993) Puberty is a rapid
change to physical maturation invlving hormonal and bodily that occur primarily during ealy adolescence. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang dapat di amati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atau biasa disebut pertumbuhan dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan hormonal (Monks, 2004). Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksual terjadi pada usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya pada usia 10 – 13 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi pada usia 9 – 15 tahun. Bagi laki-laki perubahan itu di tandai oleh perkembangan organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakuasi pertama melalui wet dream atau mimpi basah. Sedangkan pada remaja putri puberitas ditandai dengan menarche ( haid pertama), perubahan pada dada (mammae), tumbuhnya rambut kemaluan dan juga pembesaran panggul.usia menarche rata – rata juga bervariasi dengan rentang umur 10 hungga 16 tahun. Dari beberapa penelitian sejak seratus tahu terakhir menunjukan bahwa adnya kecendrungan semakin cepat remaja mengalami menarche. Pada tahun 1660, rata-rata usia remaja mengalami menarche pada umur 16 tahun dan pada tau 1975 rata- rata umur 12 tahun (Notoatmodjo, 2007). Adanya penurunan umur menarche tersebut disebabkan adanya perbaikan gizi, perbaikan pelayanan kesehatan dan lingkungan masyarakat. Semakin cepat mengalami menarche tentu semakin cepat pula memasuki masa reproduksi.
2. Perubahan psikologis Masa aremaja merupakan masa trnasisi anatara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi sering kali menghadapkan individu yang bersangkkutan pada situasi yang membingungkan, disatu pihakia masih kanak-kanak dan di lain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang yang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung dan kalau tidak di control bisa menimbulkan kenakalan. Masa remaja merupakan masa dimana banyak terjadi perubahan fisik sebagai akibat mulai berfungsinya kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan pertumbuhan organ seks pada khususnya. Masa remaja sering disebut juga sebagai masa pancaroba, masa krisis, dan masa pencarian identitas. Kenakalan remaja terjadi pada umumnya karena tidak terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan mereka seperti kebutuhn prestasi, kebuthan konformitas, kebutuhan seksual, kebuthan yangberhubungan dengan kehidupan keluarga dan kebutuhan akan identitas diri serta kebuthan popularitas diri. Dalam usaha untuk mencari identitas diri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai mempunyai pendapat – pendapat sendiri, cita –cita, serta nilai – nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Sebenarnya mereka belum mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu merka sering terjerumus kedalam kegiatan – kegiatan yang menyimpang dari aturan yang sering disebut dengan kenakalan remaja. Salah satu kenakalan remaja adalah perilaku seksual pranikah.
2.5 Mensturasi 2.5.1
Defenisi Mensturasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstrasi
merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandunga telah berfungsi secara matang. Periode ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya 12-16 tahun. Siklus mensturasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya mensturasi selama 2-7 hari (Eny Kusmiran, 2011). Datangnya mensturasi pertama disebut menarche, biasanya akan terjadi pada usia 10 tahun. Pada umumnya, sebelum memasuki masa menarche atau sektar 5 bulan sebelumnya, seorang perempuan akan mengalami keputihan. Janis keputihan ini tidak berbahaya karena sela-sel dalam dinding vagina mengahsilakn asam laktat, yang selanjutnya akan mengeluarkan kuman-kuman jahat. Keputihan ini berwarna keputihputihan atau kekuningan tapi tidak berbau. Setiap perempuan tidaklah sama siklus mensturasinya. Siklus haid adalah suatu rangkaian peristiwa, sejak mulainya satu mensturasi ke mensturasi bulan yang berikutnya, dapat terjadi setiap 26-30 hari, bahkan kemungkinan ada yang sampai 40 hari. Siklus ini tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun dan pada saat kapan pun. Seorang perempuan hanya dapat meramalakan kapan mensturasinya akan datang, tapi tidka secara umum. Seperti diketahui, siklus haid seseorang dalam setiap bulannya tidak lah sama, bisa terlambat atau agak cepat. Semuanya adalah norma. Masa mensturasi seseorang pada umunya terjadi sekitar 4-7 hari (Ajen Diana Wati, 2007).
Menurut Morgan (Utami, 2008) orang tua, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan informasi yang tepat dan benar tentang apakah menstruasi itu. Jika mengetahui informasi yang benar tentang menstruasi maka anak remaja perempuan akan merasa siap ketika mendapatkan menstruasi pertama kali. Seperti dikatakan oleh Astuti (2007) bahwa pendidikan seputar menstruasi mempengaruhi kesiapan anak perempuan menjelang remaja untuk menghadapi menarche. Oleh karena itu, pendidikan seputar menstruasi disarankan untuk diterapkan bagi anak remaja perempuan yang belum mengalami menstruasi sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan kesiapan menghadapi menarche. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai dan mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu berperilaku higienis ketika mengalami menstruasi.
2.5.2 Fisiologi Mensturasi 1.
Stadium Mensturasi Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon – hormon ovarium berada pada kadar paling yang rendah. 2.
Stadium Proliferasi Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah
mensturasi samapi hari ke 14 setelah mensturasi berahir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis yang mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Anatar hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). 3.
Stadium Sekresi Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa sesudah
terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan memengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implamasi ( perlekatan janin ke rahim). 4.
Stadium Premensturasi Stadium yang berlansung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-se darah putih, bisa
sel bulat. Stroma engalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah. 2.5.3 Siklus Mensturasi Umumnya siklus mensturasi terjadi secara periodik setiap 28 hari ( ada pula satiap 21 dan 30 hari), yaitu pada hari 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit promer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang menjadi folikel de graaf yang masak, folikel ini juga akan menghasilkan hormom esterogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu endometrium, yang habis terkelupas saat mensturasi. Selain itu, estrogen menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de graaf yang masak
untuk mengadakan ovulasi yan terjadi pada hari ke-14. Waktu disekitar terjadi ovulasi disebut juga fase estrus. Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini disebut fase luteal. Selain itu, progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang. Pembentukan progesteron berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada endometrium terhenti. Endometrium menjadi mengering dan selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (mensturasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase mensturasi, oleh karena tidak ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses oogenesisi kembali. 2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi Mensturasi 1. Faktor Hormon Hormon – hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seseorang wanita yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis, estogen yang dihasilkan oleh ovarium, Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis, serta progesteron yang dihasilkan oleh ovarium. 2. Faktor Enzim Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endomentrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
3. Faktor Vaskular Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteriarteri, vena-vena, dan hubungan anatar keduanya. Dengan regresi endomerium, timbul stasis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembnetukaan hematoma, baik dari artei maupun vena. 4. Faktor Prostaglandin Endometrium mengandug prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, protaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdaraha pada haid. 2.6 Vulva Hygeine Mensturasi 2.6.1 Defenisi Bagian utama pada manusia yang berfungsi memperoleh keturunan. Sistem inilah yang menjadi salah satu penyebab berbagai macam konflik, baik psikis, masalah rumah tangga, hingga hubungannya dengan sosial masyarakat (Dita, 2009). Higienis berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (hidayat, 2009). Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah yang berasal dari dinding rahim. Jadi higienis saat menstruasi adalah menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi/alat kelamin. (Sarwono, 2009) .
Perawatan organ – organ reproduksi sangat lah penting. Jika tidak dirawat dengan benar maka dapat menyebabkan berbagai macam penyakit yang dapat merugikan
misalnya infeksi. Cara pemeliharaan dan perawatan dapat dilakukan
menurut tuntutan agama , budaya, maupun medis. Cara pemeliharaan dan perawatan alat – alat reproduksi ini ada yang khusus sesuai dengan jenis kelamin, tetapi ada juga yang bersifat umum ( Eny Kusmiran, 2011). Kebersihan Alat Kelamin (Vulva hygiene) merupakan menjaga kebersihan vagina dengan membilas bagian-bagian tersebut dengan air matang dan sabun setelah BAK atau BAB(perawatan ibu dipusat kesehatan masyarakat). Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin luar perempuan atau Vulva hygiene adalah memelihara kebersihan alat kelamin luar perempuan (Laksamana, 2009). 2.6.2 Tujuan Vulva Hygeine a. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva b. Untuk kebersihan perineum dan vulva 2.6.3
Hal Yang Mempengaruhi Hygeine Saat Mensturasi Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan diri,
terutama menjaga kebersihan organ reproduksi. Udara panas cenderung lembab dan berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri lembab, terutama alat reproduksi. Daerah yang menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap yang dan mudah menimbulkan penyakit (Solin, 2008) . Tampon dan pembalut wanita sangat mempengaruhi kebersihan saat menstruasi. Hampir semua gadis lebih suka memakai pembalut saat menstruasi
karena mudah penggunaannya, sehingga tidak perlu memasukkannya kedalam vagina. Selain itu juga pembalut sangat efektif. Pembalut umumnya diproduksi dengan alat penyerap untuk menjaga agar tidak menyebabkan infeksi pada vagina, maka hendaknya mengganti pembalut 4 atau 5 kali dalam sehari. Untuk
jenis
tampon, hanya sedikit wanita yang dapat menyangkal bahwa mereka lebih lupa ketika memakai tampon dibandingkan dengan jika memakai pembalut Bila tampon dibiarkan terlalu lama dalam vagina, gulungan serat-seratnya dapat menjadi terlalu lama dalam vagina gulungan, serat-seratnya dapat menjadi tempat persemaian infeksi vagina. Tampon sebisa mungkin harus diganti setiap 4 jam sekali karena tampon lebih cenderng memberikan efek kering yang tidak alamiah pada vagina, sehingga membuat vagina peka terhadap infeksi. Perawatan pada mensturasi juga perlu dilakukan karena pada saat mensturasi pembuluh darah rahim sangat mudah terkena infeksi. Kebersihan harus sangat dijaga karena kuman mudah sekali masuk dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pembalut tidak boleh dipakai lebih dari enam jam atau harus diganti sesering mungkin bila sudah penuh oleh darah mensturasi. Badan terasa kurang segar pada saat mensturasi karena tubuh memproduksi lebih banyak keringat dan minyak serta cairan tubuh lainnya. Oleh karena itu, remaja harus tetap mandi dan keramas seperti biasa. Pada saat mensturasi, jummlah kebuuhan air dalam tubuh lebih banyak dari biasa. Hal ini menyebabkan timbulnya keluhan nyeri perut dan lainnya. Oleh karena itu, buah-buahan dansayur-sayuran, membatasi komsumsi lemak, perbanyak konsumsi ikan dna daging ayam, serta minum air putih yang banyak. Konsumsi makanan yang mengandung karbohindrat
lebih banyak untuk kebutuhan energi sehingga tubuh tidak terasa lemah (Eny Kusmiran, 2011). 2.6.4
Perawatan Vulva Hygeine Saat Menstruasi Adapun yang dapat dilakukan untuk menjaga higeine saat mensturasi adalah
sebagai berikut: 1. Harus selalu bersih. 2. Membasuh vagina dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) secara hati-hati dan berulang-ulang dengan menggunakan air bersih yang lembut
dengan
menggunakan air hangat. 3. Membersihkan bekas keringat dengan tissu atau handuk agar tidak lembab. 4.
Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
5. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan yang lembut, menyerap dengan baik serta tidak membuat alergi dengan baik pada celana dalam. 6.
Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut serta menghindari bakteri masuk ke vagina.
7.
Memilih celana dalam dari bahan alami (katun) dan tidak ketat. sehingga dapat menyerap keringat.
8.
Mengganti celana dalam 2 kali/lebih dalam sehari untuk menjaga kelembaban yang berlebihan.
9.
Cukur Rambut Kemaluan Secara Rutin/Berkala. Bagi yang memiliki rambut kemaluan panjang sebaiknya melakukan pangkas rambut kemaluan untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri.
10. Segera mungkin mengganti pembalut dan celana dalam jika merasa tidak nyaman atau mulai terasa lembab terutama pada hari-hari yang banyak mengeluarkan darah(hari pertama sampai ketiga), ini dikarenakan darah bisa menjadi media yang sesuai untuk kuman berkembang biak. 11. Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaaan dalam yang tidak benar, penggunaa pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaaan yang tidak hygeines, dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga timbul karena pengobatan hormonal, celana dalam yang tidak meyerap keringat, dan penyakit menular seksual. Keputihan yang abnormal berwarna putih, hijau,atau kuning, berbau, sangat gatal atau disertai nyeri perut bagian bawah( Eny Kusmiran 2011). 2.6.5 Dampak Yang Terjadi Jika Tidak Menjaga Vulva Higeines Saat Mensturasi. 1. Keputihan Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, seta disertai rasa gatal stempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunujukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada
perempuan yang terangsang saat pada waktu sengggama atau pada saat masa subur (ovulasi). Keputihan yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higeines, dan adanya benda asing dalam vagina. Selain itu karena infeksi, keputihan dapat juga disebabkab oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual. Cairannya berwarna putih/hijau/kuning, sangat gatal, dan atau disertai nyeri perut bagian bawah. Jika seseorang mengalami hal seperti itu, maka oang tersebut harus segera berobat ke dokter. Pengobatan akan disesuaikan dengan penyebabnya (Eny Kusmiran, 2011) . 2. Infeksi vagina Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum. Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya. Infeksi vagina yang umum terjadi, seperti vaginitis bacterial, trichomonas vaginalis, dan kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita. Sindroma syok toksik, suatu gangguan system yang tidak umum. Di daerah yang cukup panas membuat tubuh kita sering berkeringat, keringat ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama sekali pada organ seksual dan
reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Estrogen dan Laktobasilus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, vagina mampu mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat dan amis yang disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi di vagina ini dibiarkan bisa masuk sampai kedalam rahim. Vaginitis (peradangan pada vagina) adalah salah satu yang paling dikeluhkan wanita. Gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih, biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis. Sekitar 25 % dari kasus yang ada disebabkan oleh C. Albican dan T. vaginalis, dan sisanya oleh G. Vaginalis (Baradero, 2007). Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi bila tidak diobati dengan sempurna, akan menimbulkan komplikasi berupa penyakit radang panggul (PRP) dan bisa berdampak kemadulan, gangguan pada kehamilan (abortus, lahir prematur) atau bahkan menyebabkan bayi lahir cacat, serta kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. (Tito, 2007). 3. Kanker Rahim Kurangnya perilaku higienis saat menstruasi dapat menyebabkan penyakit kanker rahim. Menurut beberapa penelitian menyebutkan bahwa kanker ini
disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara lain karena perilaku sering berganti-ganti pasangan seks dan perilaku yang tidak higienis pada saat menstruasi. Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. 2.7 Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Independen
Pengetahuan dan sikap Remaja Tentang Mensturasi
Variabel Dependen
Tindakan Vulva hygeine
2.8 Hipotesa Penelitian Ho: Ada hubungan pengetahuan remaja tentang mensturasi dengan tindakan vulva hygeine saat mensturasi. Ha : Tidak ada hubungan pengetahuan remaja tentang mensturasi dengan tindakan vulva hygeine saat mensturasi. Ho: Ada hubungan sikap remaja tentang mensturasi terhadap tindakan vulva hygeine saat mensturasi. Ha: Tidak ada hubungan sikap remaja tentang mensturasi terhadap tindakan vulva hygeine saat mensturasi.