22 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
BAHASA CINTA ITSP (INGGIH, TIANG, SILAQ, PLINGGIH) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARAKTER PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 5 KOPANG Oleh : L. AMINULLAH Kepala SMKN 2 Batukliang Abstrak: Gagasan yang diluncurkan Presiden terpilih Joko Widodo yaitu revolusi mental, gagasan tersebut mendapat respons positif dari berbagai kalangan, baik dari teknokrat, agamawan, maupun para pendidik. Ide revolusi mental bermula dari kegalauan yang dirasakan masyarakat di berbagai ruang kehidupan. Antara lain, di jalan-jalan kota besar dan kecil serta di ruang publik yang lain, termasuk media masa dan media sosial. Meski sangat sederhana, konsep yang ditawarkan Joko Widodo itu didasari oleh pemikiran yang sangat fundamental, filosofis, dan empiris sehingga mampu menyentuh akar persoalan. Revolusi mental dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa. Pengembangan kebudayaan maupun karakter bangsa diwujudkan melalui ranah pendidikan. Pendidikan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Selama sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis, pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi. Kata-kata dalam Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih) tersebut diilhami dari bahasa cinta yang dikemukakan oleh Degeng kemudian diciptakan sebagai sebuah gerakan pendidikan karakter disekolah dalam rangka mencari solusi dari permasalahan pembinaan peserta didik disekolah. 1) Inggih artinya ya, 2) Tiang artinya saya merupakan sebuah kata jawaban dalam menjawab panggilan dari seseorang atau jawaban dari pertanyaan, 3) Silaq mempunyai arti mempersilahkan. 4) Plinggih dalam bahasa Indonesia berarti kamu. Strategi dalam pelaksanaan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP yaitu 1) Integrasi program kedalam mata pelajaran Muatan Lokal, 2) Integrasi program kedalam penialaian sikap mata pelajaran, 3) Memotivasi peserta didik melalui kegiatan Upacara Bendera dan kegiatan Imtaq. 4) Pantauan berkelanjutan oleh Guru. Implementasi pembiasaan Bahasa Cinta ITSP sangat berpengaruh positif dalam meningkatkan ketaatan peserta didik terhadap tata tertib sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan pesentase pelanggaran sampai 46,36 %. Sedangkan hambatan-hambatan hanya ditemui pada pelaksanaan strategi pertama dan kedua yaitu pengintegrasian dalam mata pelajaran muatan lokal dan pengintegrasian dalam pelaksanaan penilaian sikap pada mata pelajaran. Namun hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan kesabaran dan kerjasama antara Kepala sekolah dan guru mata pelajaran. PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (UU Sisdiknas) adalah untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Depdiknas, 2007: 5). Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, sangat diperlukan ide atau gagasan untuk sebuah perubahan besar yang dapat membentuk karakter generasi yang berakhlak mulia. Gagasan yang diluncurkan Presiden terpilih Joko Widodo yaitu revolusi mental, gagasan tersebut mendapat respons positif dari berbagai kalangan, baik dari teknokrat, agamawan, maupun para pendidik. Ide revolusi mental bermula dari kegalauan yang dirasakan masyarakat di berbagai ruang kehidupan. Antara lain, di jalanjalan kota besar dan kecil serta di ruang publik yang lain, termasuk media masa dan media sosial.
Meski sangat sederhana, konsep yang ditawarkan Joko Widodo itu didasari oleh pemikiran yang sangat fundamental, filosofis, dan empiris sehingga mampu menyentuh akar persoalan. Revolusi mental dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa. Pengembangan kebudayaan maupun karakter bangsa diwujudkan melalui ranah pendidikan. Pendidikan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Selama sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis, pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi. Implementasi pendidikan karakter tidak harus dikaitkan dengan anggaran. Dibutuhkan komitmen dan integritas para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk secara sungguh-sungguh menerapkan nilai-nilai kehidupan di setiap pembelajaran. Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga
_____________________________________________ Volume 10, No. 10, Oktober 2016
http://www.lpsdimataram.com
23 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
V
Preseta se pelangg aran dari 302 siswa
15
4.97%
b) > 15 menit c) > 15 menit lebih dari 2 kali tidak memakai atribut sekolah : Tidak Memakai Seragam Sekolah : Membawa barang-barang tanpa tanpa rekomendasi dari guru terkait. a. Kaset atau VCD. b. Gitar atau radio/walkman. c. Radio panggil/Telepon/Hp Membawa atau menyimpan/mempergunakan atau menghisap atau meminum a. Rokok.
1
0.33%
0
0.00%
18
5.96%
12
3.97%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
4
1.32%
0
0.00%
0
0.00%
b. Minuman berakohol.
0
0.00%
c. Obat-obat terlarang.
0
0.00%
0
0.00%
5
1.66%
63
20.86%
7
d. Buku porno. e. Alat-alat lain yang tidak berkaitan dengan KBM seperti; mainan, pemukul, senjata tajam. Mengeluarkan kata-kata kurang sopan menyebabkan permusuhan Membolos
3
0.99%
8
Berjudi
0
0.00%
9
Pemerasan (palak)
2
0.66%
10
Mencuri Merusak barang orang lain atau fasilitas sekolah Berkelahi baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Berbuat keonaran atau melakukan perbuatan (baik didalam maupun di luar lingkungan sekolah) yang dapat mengakibatkancitra jelek sekolah
0
0.00%
32
10.60%
4
1.32%
2
0.66%
JUMLAH
161
53.31%
No
Jenis Pelanggaran
1
Terlambat datang ke sekolah a)
2 3 4
5
6
11 12
13
< 15 menit.
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal
mana yang baik. Dengan begitu, peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik (loving the good/moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action), dan biasa melakukan (psikomotor). Jadi, pendidikan karakter erat berkaitan dengan habit (kebiasaan) yang dipraktikkan dan dilakukan. Anak-anak tidak membutuhkan kurikulum, tetapi kehidupan yang benar-benar mampu menghidupi mereka. Mereka belajar dari kehidupan nyata, yang terjadi sekarang, banyak nilai atau ajaran yang sudah ada itu dikaburkan, ditutup-tutupi dengan kebohongan yang dikemas dalam sebuah ikon berupa iklan yang justru menyesatkan. SMP Negeri 5 Kopang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di pinggiran kota kecamatan, dengan jumlah tenaga pendidik sebanyak 29 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 8 orang dengan jumlah siswa seluruhnya 302 orang. Visi SMPN 5 Kopang adalah mewujudkan generasi berakhlak mulia berbudaya berlandaskan iman dan taqwa, untuk mewujudkan cita-cita bersama tersebut, peran Kepala Sekolah sangat strategis sebagai top leader yang diharapkan mempunyai gagasan yang cemerlang untuk meraih tujuan yang diharapkan. Berdasarkan data pembinaan kesiswaan yang pada akhir tahun pembelajaran 2013/2014 yang tercantum pada tabel sebagai berikut : Tabel 1.1 Rekapitulasi catatan pelanggaran tata tertib siswa tahun 2013/2014 (Sumber: Data Kesiswaan SMPN 5 Kopang 2014) Berdasar Tabel 1.1. dapat diperoleh gambaran bahwa, pelanggaran siswa terhadap terhadap tata tertib sekolah sebesar 53,31%. Data ini menunjukkan bahwa pelanggaran tata tertib sekolah pada tahun 2013/2014 cukup tinggi, persentase tertinggi pada pelanggaran point 6 yaitu mengeluarkan kata-kata kurang sopan menyebabkan permusuhan, dan selanjutnya point 11 yaitu merusak barang orang lain atau fasilitas sekolah. Hal tersebut diatas menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan disaat pemerintah mengembangkan kebudayaan maupun karakter bangsa yang diwujudkan melalui ranah pendidikan, masih banyak peserta didik melanggar tata tertib terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahasa yang kurang santun, sehingga menyebabkan ketidak harmonisan antar siswa dilingkungan sekolah. Melihat fenomena diatas maka sekolah membuat gerakan melalui pembiasaan penggunaan bahasa cinta dengan penerapan bahasa sasak Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih (ITSP) sebagai upaya mengatasi masalah ______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 10, Oktober 2016
24 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
pelanggaran tata tertib khususnya dalam penggunaan bahasa dilingkungan sekolah yang diharapkan dapat membangun iklim sekolah yang menyenangkan. Pengalaman dari penulis yang selama menjalankan tugas sebagai Kepala Sekolah dalam upaya menciptakan tata krama dan pergaulan dilingkungan sekolah dengan bahasa yang santun, maka pembiasaan penggunaan bahasa cinta adalah salah satu kunci sukses bagi Kepala Sekolah untuk membangun sebuah hubungan yang indah dilingkungan sekolah sehingga iklim sekolah menjadi menyenangkan. PEMBAHASAN 2.1 Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih) 2.1.1 Bahasa Cinta
2)
Setiap orang pasti memiliki pengertian yang berbeda dalam memaknai cinta. Beberapa diantaranya, cinta adalah take and give, cinta adalah pengorbanan, dan lain sebagainya. Sesungguhnya apakah cinta itu? Cinta adalah cinta, orang yang mengajarkan cinta akan mati muda (Degeng, 2004). Cinta lebih jarang ditemukan daripada kecerdasan (Maxwell 1999:113). Mencari siswa dengan kecerdasan tinggi lebih mudah ditemukan daripada siswa yang memiliki cinta. Disadari atau tidak, lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia telah menghasilkan generasi yang memiliki kepekaan sosial rendah. Peraturan-peraturan yang ditetapkan di sekolah secara perlahan telah menciptakan manusiamanusia yang suka menolak keberadaan orang lain. Misalnya, siswa yang terlambat tidak diperbolehkan mengikuti proses belajar-mengajar yang sedang berlangsung dengan alasan untuk melatih kedisiplinan, banyak hukuman yang diberikan karena suatu pelanggaran yang sebenarnya bukan karena kesengajaan, tidak ada toleransi untuk kesalahan sekecil apapun, dan lainlain. Memakai perkataan yang baik untuk membangun adalah suatu hal yang jauh lebih bijaksana daripada memakai perkataan yang kotor. Maxwell dalam Degeng (2004;3) berpendapat bahwa seseorang dapat membangun sebuah hubungan yang indah dengan orang lain apabila ia sanggup mengatakan: 1) Enam kata terpenting: “ Saya mengakui telah melakukan kesalahan besar ” Sesungguhnya, mengakui kesalahan adalah lebih baik daripada menutupi kesalahan karena wibawa sesorang akan terlihat dari apa yang telah ia lakukan.
4)
_____________________________________________ Volume 10, No. 10, Oktober 2016
3)
5)
6)
7)
8)
Lima kata terpenting : “ Anda melakukan pekerjaan dengan baik “ Dengan memberikan pujian, berarti seorang kepala sekolah atau guru sedang menumbuhkan kepercayaan diri pada siswanya sehingga siswa tersebut dapat mendorong dirinya sendiri untuk dapat lebih maju dalam meraih kesuksesan belajar. Empat kata terpenting: “ Bagaimana menurut pendapat Anda?” Bertanya tentang pendapat siswa adalah sebuah hal luar biasa yang sebaiknya dilakukan oleh kepala sekolah atau guru. Dengan bertanya demikian, seorang kepala sekolah atau guru memposisikan diri menjadi seorang teman yang membutuhkan pendapat dan hal ini akan membuat siswa belajar untuk saling menghargai. Tiga kata terpenting : “ Jika Anda berkenan…” Menanyakan dan memberikan pilihan-pilihan kepada siswa sehubungan dengan proses belajar-mengajar akan membuat siswa berlatih untuk mengambil keputusannya sendiri tanpa ada unsur pemaksaan. Siswa terdidik untuk terus berpikir kreatif dalam mencari pemecahan suatu masalah. Dua kata terpenting : “ Terima kasih” Kata-kata “terima kasih” adalah sebuah ungkapan yang bermakna luas. Ketika seorang siswa mampu mengatakan terima kasih baik kepada teman atau dosennya, berarti ia memiliki kepekaan bahwa apa yang telah berhasil ia dapatkan adalah bukan karena kehebatannya sendiri, melainkan ada orang lain yang turut membantu. Dari sinilah siswa dapat belajar untuk menyadari bahwa bekerja sama merupakan hal yang sangat baik untuk dilakukan. Satu kata terpenting : “Kita” Kata “kita” menjadi sangat penting ketika guru mengajak siswanya untuk masuk dalam proses belajar-mengajar. Kata “kita” mengandung makna kesatuan dan kebersamaan. Satu kata paling tidak penting: “ Saya” Kata “saya” menjadi tidak penting disini karena kata “saya” menunjukkan ego yang berkonotasi negatif. Satu kata terburuk: “ Jangan! Dilarang! Awas! Harus!” Kata-kata seperti ini sangat sering dikatakan oleh guru terhadap siswanya. Segala sesuatu yang dikerjakan oleh siswa harus sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Tidak ada tempat untuk mengembangkan
http://www.lpsdimataram.com
25 Media Bina Ilmiah
9)
kreativitas siswa dalam proses belajarmengajar. Satu kata terindah: “ Silahkan..” Setiap orang mendambakan untuk dapat melakukan hal-hal yang sesuai dengan apa yang dirindukan. Ketika siswa menyatakan kepada guru tentang kerinduannya, satusatunya kata yang diharapkan didengar adalah kata “silahkan”. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan indvidu yang memerlukan manusia lain untuk dapat hidup di dunia.
2.1.2 Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih (ITSP) Kata-kata Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih adalah berasal dari bahasa sasak. Inggih artinya Ya, Tiang artinya saya, Silaq artinya Silahkan dan Plinggih artinya kamu. Kata-kata tersebut merupakan bahasa yang paling sering digunakan oleh orang sasak dalam kehidupan sehari-hari, dimana dalam penggunaanya dapat menumbuhkan rasa hormat menghormati dan saling menghargai. Kata-kata tersebut diilhami oleh bahasa cinta yang dikemukakan oleh Degeng kemudian diciptakan sebagai sebuah gerakan pendidikan karakter disekolah dalam rangka mencari solusi dari permasalahan pembinaan peserta didik disekolah. Yang selanjutnya kata-kata dalam bahasa sasak tersebut di dinamakan Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih). Berikut ini arti dan makna kata-kata tersebut yaitu : 1) Inggih Merupakan sebuah kata yang artinya ya, dan maknanya menunjukkan bahasa komunikasi yang indah, disaat seseorang mengatakan sebuah kesanggupan maka ia mengatakan Inggih, kata tersebut merupakan jawaban yang menunjukkan rasa cinta dalam cerminan nilai kekeluargaan. Contoh : Apa khabar temanteman ? Inggih baik-baik 2) Tiang Tiang dalam bahasa Indonesia artinya tonggak panjang dari kayu atau besi, namun dalam bahasa sasak mempunyai arti, Tiang adalah sebuah kata jawaban dalam menjawab panggilan dari seseorang atau jawaban dari pertanyaan, mempunyai nilai penghargaan yang tinggi kepada seseorang yang memanggil kita. Contoh : - Siapa yang sudah belajar tadi malam ? Tiang. Tiang pergi kesekolah jam 07.00 3) Silaq Kata Silaq dalam bahasa Indonesia mempunyai arti mempersilahkan. Sedangkan makna dari kata silaq merupakan sebuah kata perintah atau
ISSN No. 1978-3787 ajakan secara halus kepada orang lain, sehingga orang tersebut tidak merasa melaksanakan sesuatu dengan paksaan. Contoh : Silaq teman-teman kita pergi ke kantin 4) Plinggih Plinggih dalam bahasa Indonesia berarti kamu. Dalam penggunaan bahasa sasak di kehidupan sehari-hari kata kamu merupakan kata yang sangat merendahkan seseorang , sedangkan kata Plinggih mempunyai makna penghargaan kepada sesesorang untuk menumbuhkan sikap menghargai dan menghormati atar sesama invividu. Contoh : Keberhasilan dalam pertandingan sepak bola atas perjuangan plinggih. Implementasi bahasa cinta dalam bahasa sasak yaitu Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih, selanjutnya menjadi sebuah gerakan dalam membangun ketaatan pada tata tertib sekolah yang berlaku dilingkungan sekolah. Bahasa cinta ITSP (Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih) wajib digunakan dilingkungan sekolah khususnya di SMP Negeri 5 Kopang dalam rangka meningkatkan kualitas karakter peserta didik untuk berbahasa santun dan penuh arti cinta guna mewujudkan generasi yang berakhlak mulia, untuk menyongsong tahun emas 2045. 2.2 Strategi Pelaksanaan Pembiasaan Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Silaq, Tiang, Plinggih) disekolah. Untuk menciptakan budaya dan iklim sekolah di perlukan pengembangan dalam pengelolaan sekolah yaitu salah satunya adalah Penciptaan Relasi Kekeluargaan dan Kebersamaan. Sekolah menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan antara kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, melalui bahasa cinta sehingga satu sama lain saling menghargai dan saling menghormati. Iklim interaksi antar warga sekolah dibangun atas dasar prinsip setiap individu memandang dan memperlakukan individu lainnya sebagai subjek, pribadi yang patut dihargai, dihormati, dan memiliki kebutuhan dan kewenangan sendiri untuk menentukan keputusan dan pilihannya sendiri. Dalam mengimplentasikan pembiasaan dengan menggunakan bahasa cinta dalam pergaulan sehari-hari disekolah, membutuhkan kesabaran yang tinggi untuk mendorong dan mengajak semua warga sekolah untuk selalu menggunakan kata-kata indah tersebut, mengingat kebiasaan berbahasa siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dirumahnya. Oleh sebab untuk mendorong dan mengajak semua warga sekolah khususnya peserta didik agar selalu membumikan ______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 10, Oktober 2016
26 Media Bina Ilmiah bahasa cinta ITSP disekolah diperlukan strategi implementasi yaitu sebagai berikut : 1. Mengintegrasikan program pelaksanaan pembiasaan bahasa cinta ITSP kedalam mata pelajaran yaitu Mata pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu pada struktur kurikulum, sekolah diberikan peluang untuk memasukkan jenis muatan lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah yaitu salah satunya Bahasa Daerah (Bahasa Sasak) dengan alokasi waktu 2 jam tatap muka perminggu, yang selanjutnya standar kompetesi dan kompetensi dasar disusun oleh guru sendiri. Berikut ini tujuan yang telah disusun sesuai dengan implementasi Bahasa Cinta ITSP disekolah melalui mata pelajaran muatan lokal adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dalam hal ini menggunakan Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Silaq, Tiang, Plinggih) yang berlaku. 2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa sasak yang merupakan keunggulan lokal dan sebagai bagian dari budaya Indonesia. 3) Memahami bahasa Sasak dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan 4) Menikmati , memanfaatkan , dan melestarikan karya sastra sasak untuk memperluas wawasan dan memperhalus budi pekerti. 5) Menghargai dan membanggakan sastra sasak sebagai bagian dari khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 2. Mengintegrasikan kegiatan pembiasaan bahasa cinta ITSP kedalam penilaian sikap mata pelajaran. Penilaian Kurikulum 2013 mengamanatkan dalam tiga ranah penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Penilaian sikap pada masing masing mata pelajaran diintegrasikan penilaian penggunaan Bahasa Cinta ITSP, sebagaimana dalam penilaian sikap terdiri dari 8 indikator penilaian sikap yaitu Spiritual, Kejujuran, Kedisiplinan, Tanggungjawab, Toleransi, Gotong Royong, Santun dan Percaya Diri. Selanjutnya diintegrasikan 1 indikator yaitu Bahasa Cinta ITSP. Sehingga penilaian dilaksanakan dengan menggunakan 9 indikator. 3. Memotivasi dan mendorong siswa untuk selalu menggunakan bahasa cinta ITSP melalui kegiatan Upacara Bendera setiap hari Senin dan melalui kegiatan pembinaan Imtaq setiap hari Jumat. _____________________________________________ Volume 10, No. 10, Oktober 2016
ISSN No. 1978-3787 4. Pantauan Guru BK, wali kelas dan Pembina OSIS setiap hari dan memberikan teguran kepada siswa yang masih menggunakan bahasa yang kurang santun. Dalam melaksanakan pantauan implementasi Bahasa Cinta ITSP, Guru BK membagikan kartu kepada semua wali kelas, Pembina OSIS dan Pembina Ekstrakurikuler, selanjutnya kartu pemantauan tersebut direkapitulasi oleh Guru BK, sebagai dasar untuk memberikan pembinaan kepada siswa yang belum menggunakan Bahasa Cinta ITSP. No
Hari/Tangg al
Wakt u
Nam a Sisw a
Jenis Pelanggar an
Keteranga n
1 2 3 4 dst .
Contoh kartu pantauan Guru BK 5. Membuat tulisan-tulisan untuk mengingatkan siswa dalam penggunaan bahasa cinta ITSP di setiap lorong kelas. 2.3 Keberhasilan pelaksanaan serta hambatanhambatan dalam pelaksanaan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP di sekolah 2.3.1 Keberhasilan Pelaksanaan Kegiatan Gerakan pembiasaan penggunaan Bahasa Cinta ITSP di SMP Negeri 5 Kopang dilaksanakan pada semester ganjil tahun pembelajaran 20142015 dengan menggunakan strategi yang telah dipaparkan sebelumnya. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembiasaan menggunakan perbandingan rekapitulasi catatan pelanggaran tata tertib siswa tahun 2013/2014 dengan rekapitulasi catatan pelanggaran tata tertib siswa tahun 2014/2015 yaitu pada akhir semester ganjil tahun 2014-2015. Tabel 1.2 Rekapitulasi catatan pelanggaran tata tertib siswa akhir semester ganjil tahun ajaran 2014/2015
No
1
Jenis Pelanggaran
3 4
2
0.66%
0
0.00%
0
0.00%
4
1.32%
2
0.66%
0
0.00%
Terlambat datang ke sekolah a)
2
Vol
Presetas e pelangg aran 304 siswa
< 15 menit.
b) > 15 menit c) > 15 menit lebih dari 2 kali tidak memakai atribut sekolah : Tidak Memakai Seragam Sekolah : Membawa barang-barang tanpa tanpa rekomendasi dari guru
http://www.lpsdimataram.com
27 Media Bina Ilmiah
ISSN No. 1978-3787
terkait. a.
5
Kaset atau LD atau VCD.
0
0.00%
b. Gitar atau radio/walkman. c. Radio panggil/Telepon/Hp Membawa atau menyimpan/mempergunakan atau menghisap atau meminum a. Rokok.
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
b. Minuman berakohol.
0
0.00%
c. Obat-obat terlarang.
0
0.00%
0
0.00%
1
0.33%
12
3.97%
7
d. Buku porno. e. Alat-alat lain yang tidak berkaitan dengan KBM seperti; mainan, pemukul, senjata tajam. Mengeluarkan kata-kata kurang sopan menyebabkan permusuhan Membolos
0
0.00%
8
Berjudi
0
0.00%
9
Pemerasan (palak)
0
0.66%
10
Mencuri Merusak barang orang lain atau fasilitas sekolah Berkelahi baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Berbuat keonaran atau melakukan perbuatan (baik didalam maupun di luar lingkungan sekolah) yang dapat mengakibatkancitra jelek sekolah
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
JUMLAH
21
6
11 12
13
6.95%
(Sumber: Data Kesiswaan SMPN 5 Kopang semester ganjil 2014-2015) Berdasarkan tabel rekapitulasi diatas, pelanggaran siswa terhadap terhadap tata tertib siswa yaitu sebesar 6.95%. Dengan persentase tertinggi pada pelanggaran point 6 yaitu 3,97% Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran tata tertib siswa turun sebesar 46,36 % dan pada point 6 yaitu mengeluarkan kata-kata kurang sopan turun sebesar 12,89% . jika dibandingkan dengan awal tahun pembelajaran 2014-2015. Dengan demikian implementasi pembiasaan Bahasa Cinta ITSP sangat berpengaruh dalam meningkatkan ketaatan peserta didik terhadap tata tertib sekolah, hal ini membuktikan bahwa pembiasaan Bahasa Cinta ITSP memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan karakter peserta didik sesuai dengan harapan pendidikan karakter bangsa. Maxwell dalam Degeng (2004:15) mengatakan membangun kebersamaan kekeluargaan, peran bahasa dan perkataan sangatlah penting untuk menjembatani hubungan
antara warga sekolah. Memakai perkataan yang baik untuk membangun adalah suatu hal yang jauh lebih bijaksana daripada memakai perkataan yang kotor. Dengan bahasa cinta, hubungan yang kaku dan monoton antara guru dan siswa, kepala sekolah dengan guru dan stafnya, sudah saatnya diubah menjadi sebuah hubungan yang harmonis dan penuh kasih sayang sehingga tidak ada lagi kata-kata kotor yang muncul. Sebagai gantinya, muncul kata-kata terpuji yang bersumber dari kebersihan hati seorang yang patut digugu dan ditiru untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang unggul. 2.3.2 Hambatan-hambatan pelaksanan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP dan Solusinya Dalam setiap gagasan atau ide-ide yang dijadikan sebuah gerakan perubahan sudah barang tentu akan menemui hambatan-hambatan atau kendala, besar kecilnya hambatan tergantung dari rencana strategi program pelaksanaan yang terukur dan terarah. Implementasi pelaksanaan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP membutuhkan kesabaran yang tinggi dan keihklasan serta pantauan secara terus menerus melalui pendampingan pelaksanaan kepada guru BK, guru mata pelajaran, Wali Kelas dan Pembina- Pembina bidang kesiswaan. Secara garis besar hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP serta solusi dalam mengatasi masalah sebagai berikut : Hambatan-hambatan : 1) Alokasi waktu mata pelajaran muatan lokal selama 2 jam tatap muka dirasakan masih kurang 2) Penyusunan silabus dan RPP muatan lokal, belum mengarah sepenuhnya dalam mengimplementasikan Penggunaan Bahasa Cinta ITSP. 3) Penilaian sikap oleh guru mata pelajaran belum mengakomodir indikator penilaian pembiasaan Bahasa Cinta ITSP. 4) Masih terdapat guru mata pelajaran yang belum maksimal melaksanakan penialaian sikap. Alternatif mengatasi hambatan : 1) Pemamfaatan Jam Pengembangan Diri untuk menambah jam tatap muka 2) Revisi silabus dan RPP Muatan Lokal 3) Menyiapkan format penilain sikap yang dapat dijadikan pedoman penialaian yang mencakup 9 indikator penilaian serta mendorong dan ______________________________________
http://www.lpsdimataram.com
Volume 10, No. 10, Oktober 2016
28 Media Bina Ilmiah memotivasi guru mata pelajaran dalam melaksanakan pemantauan dan penilaian sikap. PENUTUP 1. Simpulan Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Kata-kata dalam Bahasa Cinta ITSP (Inggih, Tiang, Silaq, Plinggih) tersebut diilhami dari bahasa cinta yang dikemukakan oleh Degeng kemudian diciptakan sebagai sebuah gerakan pendidikan karakter disekolah dalam rangka mencari solusi dari permasalahan pembinaan peserta didik disekolah. 1) Inggih artinya ya, 2) Tiang artinya saya merupakan sebuah kata jawaban dalam menjawab panggilan dari seseorang atau jawaban dari pertanyaan, 3) Silaq mempunyai arti mempersilahkan. 4) Plinggih dalam bahasa Indonesia berarti kamu. 2. Strategi dalam pelaksanaan pembiasaan Bahasa Cinta ITSP yaitu 1) Integrasi program kedalam mata pelajaran Muatan Lokal, 2) Integrasi program kedalam penialaian sikap mata pelajaran, 3) Memotivasi peserta didik melalui kegiatan Upacara Bendera dan kegiatan Imtaq. 4) Pantauan berkelanjutan oleh Guru. 3. Implementasi pembiasaan Bahasa Cinta ITSP sangat berpengaruh positif dalam meningkatkan ketaatan peserta didik terhadap tata tertib sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan pesentase pelanggaran sampai 46,36 %. Sedangkan hambatan-hambatan hanya ditemui pada pelaksanaan strategi pertama dan kedua yaitu pengintegrasian dalam mata pelajaran muatan lokal dan pengintegrasian dalam pelaksanaan penilaian sikap pada mata pelajaran. Namun hambatan-
_____________________________________________ Volume 10, No. 10, Oktober 2016
ISSN No. 1978-3787 hambatan tersebut dapat diatasi dengan kesabaran dan kerjasama antara Kepala sekolah dan guru mata pelajaran. 2. Saran 1. Pembiasaan penggunaan Bahasa Cinta ITSP dalam pergaulan dilingkungan sekolah sangat efektif dalam rangka menciptakan iklim sekolah dengan penuh rasa kekeluargaan oleh sebab itu pembiasaan ini sangat perlu dilaksanakan untuk mendidik siswa menjadi tauladan di lingkungannya sendiri. 2. Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, dengan menggunakan bahasa cinta kepada guru dan staf kita akan membangun kebersamaan dan kekeluargaan. 3. Pemerintah adalah sebagai kontrol dunia pendidikan karena dari sinilah masa depan bangsa di tentukan, oleh sebab itu sangat perlu membuat aturan penggunaan bahasa sebagai kode etik pendidik dan tenaga kependidikan. DAFTAR PUSTAKA Bobbi DePorte & Mike Hernacki. (2000) Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Kaifa. Bandung Danial, Endang AR., Dr. H. M.Pd. (2003) Penelitian Tindakan Kelas.Direktorat PLP, Dirjendikdasmen, Depdiknas. Jakarta Degeng, Nyoman. 2004. Bahasa Cinta. Makalah disajikan dalam Seminar, Gresik Depdiknas. (2003) Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoral Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta Hasibuan dan Moedjino. (1996) Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya.
http://www.lpsdimataram.com