Ch. II – Valves Selection Criteria
2.1. Valve Coefficient Ukuran yang umum digunakan untuk valve adalah valve coefficient (Cv) or flow coefficient. Valve coeff. digunakan untuk menentukan valve size yang akan memungkinkan valve untuk mengalirkan fluida sesuai dengan kebutuhan. Valve manufacturers biasanya memberikan nilai Cv dari valve yang dibuatnya. Nilai Cv dapat bervariasi sampai sekitar 10%, tergantung dari konfigurasi sistem perpipaan dan pembuatan trimnya. Nilai Cv yang tidak ditentukan secara benar, akan mengakibatkan performans valve yang kurang baik. Training on Valve Technology
16
2
Ch. II – Valves Selection Criteria
Nilai Cv yang terlalu kecil (valve is undersized): • aliran fluida akan “terjepit”. • create high back pressure Î damage upstream pump or other equipment. • create high pressure drops Î cavitation or flashing may be occur.
Nilai Cv yang terlalu besar (valve is oversized): • kerugian utama: cost, size, and weight. • for throttling valve Î significant control problem can occur. • closure element tidak bisa tepat duduk pada seat Î bathtub stopper effect. Training on Valve Technology
3
Ch. II – Valves Selection Criteria
Definition of Cv One Cv is defined as one U.S. gallon (3.78 liters) of 60oF (16oC) water that flows through an opening, such as a valve, during 1 minute with a 1.0 psi (0.07 bar) pressure drop. As specified by the Instrument Society of America (ANSI/ISA Standard S75.01),the simplified equation fro Cv is Cv = Q
specific gravity at flowing temperature pressure drop
where: Cv : required flow coefficient for valve Q : flow rate (gal/min) Training on Valve Technology
17
4
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.2. Flow Characteristics (FC) Setiap throttling valve memiliki karakteristik aliran yang mendiskripsikan hubungan antara valve coefficient dan valve stroke. Atribut ini memungkinkan valve dapat mengontrol aliran sesuai dengan yang diinginkan. Laju aliran melalui throttling valve juga dipengaruhi oleh pressure drop. Karakteristik aliran valve dengan pressure drop yang bervariasi dapat sangat berbeda dengan karakteristik aliran dengan pressure drop yang tetap. Jika valve dioperasikan dengan pressure drop yang konstan, tanpa memperhitungkan efek dari pipa Î inherent flow characteristic. Training on Valve Technology
5
Ch. II – Valves Selection Criteria
Jika efek valve dan pipa diperhitungkan Î installed flow characteristic. Umumnya selain valve dan pipa, efek dari equipment lainnya juga harus diperhitungkan untuk menentukan installed flow characteristic. Beberapa rotary valves, seperti butterfly dan ball valves memiliki karakteristik inherent yang tidak dapat diubah karena closure elementnya sukar untuk dimodifikasi. Quarter-turn plug and ball valves dapat diubah karakteristiknya dengan memvariasikan bukaan pada plugnya, Gbr. 1. Training on Valve Technology
18
Gbr. 1 Karakteristik quarter-turn plug 6
Ch. II – Valves Selection Criteria
Linear valves mempunyai karakteristik aliran yang dirancang sesuai dengan bentuk & ukuran lubang pada cagenya, Gbr. 2 atau bentuk plug headnya, Gbr. 3.
Gbr. 2 Karakteristik cage
Gbr. 3 Karakteristik linear plug Training on Valve Technology
7
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tiga tipe karakteristik aliran yang umum ditemukan adalah equal percentage, linear, and quick-open. Kurva ideal ketiganya ditunjukkan pada Gbr. 4. Kurva inherent ini dapat dipengaruhi oleh jenis dan rancangan body serta faktor-faktor perpipaan.
Gbr. 4 Tiga karakteristik inherent Training on Valve Technology
19
8
Ch. II – Valves Selection Criteria
1. Equal Percentage FC Merupakan FC yang paling sering dispesifikasikan untuk throttling valves. Pada equal-percentage characteristic, perubahan aliran per satuan bukaan valve adalah proporsional terhadap besarnya aliran tepat sebelum perubahan. Dengan laju aliran kecil pada awal bukaan valve memberikan kontrol yang baik dan tepat pada closure element, di mana kontrol sangat sukar dipertahankan karena closure element sangat mudah dipengaruhi oleh gaya proses. Laju aliran yang meningkat pada akhir bukaan memungkinkan valve dapat melewatkan aliran sesuai yang diinginkan. Training on Valve Technology
9
Ch. II – Valves Selection Criteria
Rumus matematis karakteristik equal-percentage.
dQ = nQ dL
Q = Q0 e nL ,
dengan: Q = flow rate L = valve travel/stroke Q0 = minimum controllable flow n = constant Walaupun FC valve adalah equal-percentage, installed FC mendekati linear FC. Gbr. 5 memperlihatkan 2 kurva equal-percentage: inherent dan installed (sudah memperhitungkan efek sistem perpipaan). Training on Valve Technology
20
10
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 5 Karekteristik inherent dan installed untuk FC equal-percentage
Note: Efek sistem perpipaan cendrung membuat FC menjauhi karakteristik equal-percentage yang ideal. Training on Valve Technology
11
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Linear FC Inherent linear FC memberikan perubahan aliran yang sama per satuan bukaan valve sejak awal sampai akhir bukaan. Umumnya, linear FC memberikan kapasitas aliran yang lebih baik sepanjang bukaan valve. Rumus matematik linear FC
dQ = k dL
Q = kL ,
dengan: Q = flow rate L = valve travel/stroke k = constant of proportionality Training on Valve Technology
21
12
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 6 Inherent and installed characteristic for linear FC
Note: Efek sistem perpipaan mendorong FC linear FC ke arah quick-open FC. Training on Valve Technology
13
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Quick-Open FC Karakteristik valve ini digunakan secara eksklusif untuk aplikasi “on-off”, di mana aliran maksimum dihasilkan segera setelah valve dibuka. Inherent dan installed FC-nya praktis sama, Gbr. 7
Gbr. 7 Inherent and installed characteristic for quick-open FC Training on Valve Technology
22
14
Ch. II – Valves Selection Criteria
4. Menentukan Installed FC Seperti telah dibahas sebelumnya, inherent FC dapat berubah secara drastis saat valve dipasangkan pada suatu sistem perpipaan. Jika efek dari sistem perpipaan diperhitungkan: Ö Equal-percentage FC Î linear FC Ö Linear FC Î quick-open FC Dua contoh penentuan installed FC akan dibahas berikut ini: Ö tanpa memperhitungkan efek sistem perpipaan Ö dengan memperhitungkan efek sistem perpipaan
Training on Valve Technology
15
Ch. II – Valves Selection Criteria
5. FC Without Piping Effects
Gbr. 8 Skematik instalasi valve dalam sistem perpipaan
Valve pada Gbr. 8 digunakan untuk menjaga tekanan di hilir sebesar 80 psi (5,5 bar). Sebagai contoh ilustrasi, kurva karakteristik pompa diberikan pada Gbr. 9. Pada contoh ini losses pada sistem perpipaan tidak diperhitungkan. Training on Valve Technology
23
16
Ch. II – Valves Selection Criteria
• Misalkan total laju aliran yang diinginkan adalah 200 gal/min. • Dari Gbr. 9 diperoleh untuk Q = 200 gal/min, pump discharge pressure (P1) adalah 100 psi. • Jadi pressure drop yang terjadi adalah 20 psi (100 psi – 80 psi). Gbr. 9 Typical pump characteristic
• Dengan menggunakan sizing formula, Cv diperoleh Cv = Q
specific gravity at flowing temperature pressure drop
= 200
1 20
= 45 Training on Valve Technology
17
Ch. II – Valves Selection Criteria
Asumsikan bahwa 45 adalah nilai Cv maksimum. Bermacam besar aliran kemudian dapat diestimasi, di mana besarnya Cv valve yang dibutuhkan dan prosentase terhadap nilai maksimum Cv digunakan untuk mengontrol proses. Lihat Tabel 1. Tabel 1 Laju aliran, Cv, dan tekanan pompa (tanpa loses pada pipa)
ΔP (psi)
Cv valve yg dibutuhkan
% Maximum Cv
170
90
5,2
11
100
150
70
12
27
150
125
45
22
49
200
100
20
45
100
Q (gpm)
P1 (psig)
50
Training on Valve Technology
24
18
Ch. II – Valves Selection Criteria
Dengan menggunakan definisi dari equal-percentage dan linear FC, installed FC dapat diplot dengan bantuan Tabel 1, yang diberikan pad Gbr. 10.
Gbr. 10 Installed linear and equal-percentage FC (without piping losses) Training on Valve Technology
19
Ch. II – Valves Selection Criteria
6. FC With Piping Effects Penyederhanaan pada kasus “without piping effects”, dilakukan dengan mengambil tekanan hilir yang konstan dan pressure drop hanya dipengaruhi oleh karakteristik pompa. Untuk kasus “with piping effects”, aplikasi dimodifikasi dengan memperhitungkan efek tahanan pipa di hilir valve. Tekanan di hilir sebesar 80 psi harus tetap dipertahankan setelah memperhitungkan losses melalui tahanan pipa. Karena adanya tahanan pipa, pressure drop harus didistribusikan antara tahanan valve dan tahanan pipa (R). Training on Valve Technology
25
20
Ch. II – Valves Selection Criteria
Sebagai contoh, pressure drop sebesar 4 psi pada valve terjadi pada laju aliran 200 gpm, sehingga besarnya Cv valve dapat dihitung Cv = Q
specific gravity at flowing temperature pressure drop
= 200
1 4
= 100
Menurut aturan “square-root”
(Q = R ΔP ) pressure drop pada valve akan bervariasi. Dengan menggunakan karakteristik pompa, “available pressure drop pada valve dapat diestimasi, seperti diberikan pada Tabel 2. Training on Valve Technology
21
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 2 Laju aliran, Cv, dan tekanan pompa (dengan loses pada pipa) Q (gpm)
P1 (psig)
ΔPRes (psi)
ΔPVal
(psi)
Cv valve yg dibutuhkan
% Max. Cv
50
170
1
89
5
5
100
150
4
66
12
12
150
125
9
36
25
25
200
100
16
4
100
100
Gbr. 11 memperlihatkan installed linear dan installed equal-percentage FC yang diperoleh dari Tabel 2. Terlihat bahwa piping losses telah memodifikasi installed equal-percentage FC ke inherent linear FC dan installed linear FC menjadi inherent quick-open FC. Training on Valve Technology
26
22
Ch. II – Valves Selection Criteria
Akibat adanya piping losses: 1. Linear FC akan memberikan sistem yang sangat sensitif terhadap bukaan valve pada awal bukaan. Gbr. 11 Installed linear and equalpercentage FC (with piping losses)
2. Equal-percentage FC akan memberikan sensitivitas yang relatif lebih konstan sepanjang bukaan valve. Training on Valve Technology
23
Ch. II – Valves Selection Criteria
7. Choosing The Correct FC Jika menggunakan throttling valve, pilihan FC yang dianjurkan adalah antara linear dan equalpercentage. Dua aturan umum untuk melakukan pemilihan FC: 1. Jika sebagian besar pressure drop terjadi pada valve dan tekanan di hulu adalah konstan, linear FC akan memberikan control yang terbaik. Linear FC juga direkomendasikan jika “variable-flow meter” dipasang pada sistem. 2. Jika piping dan peralatan di hilir yang mendominasi terjadinya pressure drop, maka equal-percentage FC yang direkomendasikan. Kebanyakkan kasus industri masuk ke dalam kategori ini. Tabel 3, 4, 5 dan 6 memberikan rekomendasi yang lebih spesifik dalam memilih FC. Training on Valve Technology
27
24
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 3 Recommended FC for Liquid Level System Constant Valve Pressure Drop
Recommended Inherent FC
Constant ∆P
Linear
Decreasing ∆P with increasing load: ∆P at maximum load > 20% of minimum load ∆P
Linear
Decreasing ∆P with increasing load: ∆P at maximum load < 20% of minimum load ∆P
Equal-Percentage
Increasing ∆P with increasing load: ∆P at max. load < 200% of min. load ∆P
Linear
Increasing ∆P with increasing load: ∆P at max. load > 200% of min load ∆P
Quick-Open
Training on Valve Technology
25
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 4 Recommended FC for Pressure Control System Recommended Inherent FC
Application Liquid process
Equal-Percentage
Gas process, small volume, less than 10 feet (3 meters) of pipe between control valve and load valve
Equal-Percentage
Gas process, large volume (process has a receiver, distribution system or transmission line exceeding 100 feet of nominal pipe volume), decreasing ∆P with increasing load, ∆P at maximum load > 20% of minimum load ∆P Gas process, large volume, decreasing ∆P with increasing load, ∆P at maximum load < 20% of minimum load ∆P
Training on Valve Technology
28
Linear
Equal-Percentage
26
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 5 Recommended FC for Flow Control System
Flow Measurement Signal to Controller
Proportion to flow
Proportion to flow Squared
Location of Valve in Relation to Measuring Element
Wide Range of Flow Set Point
Small Range of Flow with Large ∆P Change at Valve with Increasing Load
Series
Linear
Equal Percentage
By-pass*
Linear
Equal Percentage
Series
Linear
Equal Percentage
By-pass*
Equal Percentage
Equal Percentage
*) When valve closes, flow rate increase in measuring element Training on Valve Technology
27
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 6 Recommended FC for Miscellaneous System Recommended Inherent FC
Application Three-way valves and two-way valves used as three-way valves (if characterized positioner are used, they must be calibrated by the valve manufacturer)
Linear
Gas compressor recycle control valve
Linear
Constant pressure drop service
Linear
Temperature control where control valve ∆P > 50% of System ∆P
Equal Percentage
pH control where control valve ∆P < 50% of system ∆P
Equal Percentage
pH control where control valve ∆P > 50% of system ∆P
Linear
Training on Valve Technology
29
28
Ch. II – Valves Selection Criteria
7. Rangeability and Sensitivity Rangeability is defined as the ratio of maximum and minimum flow that can be acted upon by a control valve after receiving signal from a controller. Sensitivity is defined as the specific change in flow area opening produced by a given change in the regulating element when compared to the previous position. Rangeability dari control valve dipengaruhi oleh 3 faktor: 1. Valve’s geometry 2. Seat leakage 3. Valve’s actuation (actuator) ISA Standard S75.11 (“Inherent FC and Rangeability of Control Valves”) memberikan panduan dan rekomendasi untuk rangeability, sensitivity, dan limits of deviation dari control valve. Training on Valve Technology
29
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.3. Shutoff Requirement 1. Shutoff Standards Standard industri untuk valve, khususnya yang berkenaan dengan level kebocoran yang diperbolehkan, telah disusun untuk mendukung perkembangan industri valve. Walaupun umumnya standard ditujukan untuk throttling valves, tetapi dapat juga digunakan untuk valve jenis lain. Khususnya, ANSI Standard 70-2-1976 (reaffirmed in 1982) memberikan outline untuk 6 (enam) klasifikasi dari shutoff. Training on Valve Technology
30
30
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Shutoff Classification Klasifikasi shutoff ditentukan oleh prosentase dari fluida uji (umumnya air) yang melewati valve pada tekanan, temperatur, dan batas waktu yang ditentukan. Klasifikasi shutoff berkisar antara ANSI Class I, valve yang tidak memerlukan tight shutoff sampai dengan ANSI Class VI, di mana shutoff harus komplit atau sampai ke level nearly bubble-tight. Berikut ini akan dijelaskan, secara singkat, setiap klasifikasi shutoff tersebut. Shutoff ANSI Class I: klasifikasi terbuka, tidak membutuhkan pengujian (kesepakatan antara user & manufaktur yang dijadikan pedoman.) Training on Valve Technology
31
Ch. II – Valves Selection Criteria
Shutoff ANSI Class II: 0,5 (setengah) persen dari rated valve capacity dan berhubungan dengan “double-ported seats atau pressure-balanced trims” di mana digunakan permukaan metal piston ring dan metal-to-metal seat. Shutoff ANSI Class III: 0,1 persen dari rated valve capacity dan berhubungan tipe valve yang sama dengan pada Class II, dengan beberapa modifikasi sehingga mampu mencapai angka 0,1 %. Shutoff ANSI Class IV: merupakan standard industri untuk single-seated valves with metal-to-metal seating surfaces, di mana level maksimum kebocoran yang diperbolehkan adalah 0,01 (seper seratus) % dari rated valve capacity. Hal ini membutuhkan gaya penekan yang besar. Lihat Tabel 7. Training on Valve Technology
31
32
Ch. II – Valves Selection Criteria
Shutoff ANSI Class V: is defined as 0.0005 cm2/min per inch of orifice diameter per psi differential pressure. Kelas V ini dibutuhkan dalam aplikasi di mana throttling or control valve digunakan sebagai blocking valve dan diinginkan tetap tertutup untuk selang waktu yang lama dengan pressure drop yang besar. Shutoff ANSI Class VI: is commonly referred to as bubble-tight shutoff and is associated with metal-toelastomer soft seating surfaces. With extremely high seating forces, it is possible to achieve Class VI with a metal-to-metal seat. Lihat Tabel 7. Gbr. 12 memperlihatkan hubungan antara kelas V dan VI sebagai fungsi dari pressure drop. Training on Valve Technology
33
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 7 Typical seat load vs. ANSI classification for shutoff Seat Surface
Required Seat Load
ANSI Shutoff Classification
Valve Sizes
Metal
Class IV
0.5 to 4 inch DN 15 to 100
50 pounds/inch 60 joules
Metal
Class IV
6-inch and above DN 150 and above
75 pounds/inch 91 joules
Metal
1% of Class IV
0.5 to 4-inch DN 15 to 100
100 pounds/inch 121 joules
Metal
1% of Class IV
6-inch and above DN 150 and above
150 pounds/inch 181 joules
Metal
Class V
0.5 to 4-inch DN 15 to 100
250 pounds/inch 303 joules
(linear seating force)
Training on Valve Technology
32
34
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tabel 7 Typical seat load vs. ANSI classification for shutoff (continued) Seat Surface
Required Seat Load
ANSI Shutoff Classification
Valve Sizes
Metal
Class VI
6 to 10-inch DN 150 to 250
400 pounds/inch 484 joules
Soft
Class V
0.5 to 4-inch DN 15 to 100
50 pounds/inch 60 joules
Soft
Class V
6-inch and above DN 150 and above
100 pounds/inch 121 joules
Soft
Class VI
0.5 to 4-inch DN 15 to 100
50 pounds/inch 60 joules
Soft
Class VI
6-inch and above DN 150 and above
100 pounds/inch 121 joules
(linear seating force)
Training on Valve Technology
35
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 12 ANSI Class V and VI allowable leakage Training on Valve Technology
33
36
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.4. Body End Connections 1. Introduction Berbagai cara penyambungan antara valve dan sistem perpipaan telah disediakan. Idealnya sambungan dan material antara valve dan piping sebaiknya identik. Aturan umum (untuk refining industry): Untuk valve ukuran kecil (less than 2-in) gunakan sambungan ulir, Gbr. 13; sedangkan untuk ukuran yang lebih besar, gunakan sambungan flange, Gbr. 14
Untuk kasus di mana kebocoran tidak menjadi masalah (contoh saluran alir), dapat menggunakan sambungan ulir sampai dengan ukuran 4 in (DN 100). Training on Valve Technology
37
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 13 Sambungan ulir
Gbr. 14 Sambungan flange
Training on Valve Technology
34
38
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Threaded End Connections Di USA, sambungan valve dirancang menggunakan “female” National Pipe Thread (NPT) yang dipasangkan dengan “male” NPT dari pipa. Karena keterbatasannya terhadap kebocoran dan tekanan, maka sambungan baut hanya dibatasi up to ANSI Class 600. Sambungan baut tidak dianjurkan untuk aplikasi yang korosif. Untuk aplikasi pada “fire management system”, digunakan Standard National Hose Thread (NHT). Standard lainnya adalah “ordinary 3/4” Garden Hose Thread (GHT). Training on Valve Technology
39
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Flanged End Connections Standard: ANSI B16.5 (atau API 6A atau lainnya) Lebih mudah dipasangkan dibandingkan dengan sambungan ulir. Dapat digunakan untuk range temperatur yang sangat lebar [dari nol absolut sampai 1500oF (815oC)]. Gaya sambungan dihasilkan dari kombinasi antara baut dan gasket. Ada 2 tipe rancangan: integral and separable flanges. Aplikasi integral flanges lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan separable flanges. Integral flanges: flat face, Gbr. 15; raised face, Gbr. 16; ring-type joint (RTJ), Gbr. 17. Training on Valve Technology
35
40
Ch. II – Valves Selection Criteria
Flat face flanges umum digunakan untuk aplikasi tekanan rendah. Kontak antara flange yang penuh, akan meminimumkan tegangan pada flange, demikian juga kemungkinan terjadinya beban bending. Dalam fabrikasi permukaan flange harus diusahakan sedatar mungkin. Aplikasi face flanges umumnya membutuhkan gasket dengan diameter yang lebih besar (seukuran flange).
Gbr. 15 Flat face
Training on Valve Technology
41
Ch. II – Valves Selection Criteria
Rancangan raised flange ini memberikan celah antara 2 flange. Besarnya celah sesuai dengan standard ANSI: 0,06 in (1,5 mm) untuk di bawah Class 600 (PN 100) dan 0,25 in (6 mm) untuk di atasnya. Kondisi operasi yang direkomendasikan: tekanan sampai dengan 6000 psi (400 bar) dan temperatur sampai 1500oF (815oC).
Gbr. 16 Raised face
Training on Valve Technology
36
42
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tipe RTJ merupakan modifikasi dari tipe raised-face. Concentric U-shaped groove dibuat pada permukaan flange untuk meningkatkan kapasitas tekanannya. Kondisi operasi: high pressure, up to 15 ksi (1000 bar), walaupun tidak dengan temperatur yang tinggi.
Gbr. 17 RTJ Training on Valve Technology
43
Ch. II – Valves Selection Criteria
Separable flange mulai dapat diterima sebagai alternatif lain dari integral flanges. Kelebihannya: kemampuannya untuk mengatasi misalignment dengan flange pipa. Kekurangannya: jika bautnya tidak dikencangkan dengan baik dapat menyebabkan berputarnya valve akibat gaya berat, khususnya untuk valve dengan aktuator yang berat. ANSI Class: 150-600 for size 4” or smaller; 150-300 for size 6” & 8”; Gbr. 18 Separable flange ANSI Class 150 for size larger than 10:. Training on Valve Technology
37
44
Ch. II – Valves Selection Criteria
4. Welded End Connections Jika zero leakage dipersyaratkan Î welded end connections dapat digunakan. Untuk aplikasi pada tekanan tinggi, ANSI Class 900 atau lebih, umumnya digunakan permanent end connection, khususnya juga yang menyangkut temperatur tinggi. Ada 2 tipe yang umum: socket-weld dan butt-weld. Socket-weld, Gbr. 19 dikhususkan pada aplikasi untuk fluida dengan tekanan dan temperatur yang tinggi dengan ukuran 2” atau kurang. Untuk ukuran 3” ke atas, sambungan butt-weld, Gbr. 20 umum digunakan untuk kondisi operasi dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Training on Valve Technology
45
Ch. II – Valves Selection Criteria
Socket-weld design for a valve dispesifikasikan dalam ANSI B16.11)
Gbr. 19 Socket-weld
Butt-weld design for a valve dispesifikasikan dalam ANSI B16.25) Gbr. 20 Butt-weld Training on Valve Technology
38
46
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.5. Pressure Classes 1. Introduction Valve dirancang untuk bekerja pada suatu range internal pressure tertentu Î valve’s pressure rating. Pressure rating juga dipengaruhi oleh temperatur operasi. Makin tinggi temperatur, semakin rendah tekanan yang dapat diterima oleh valve, seperti ditunjukkan oleh diagram pada Gbr. 21. ANSI Standard B16.34 is used to determine the pressure-temperature relationship, as well as applicable wall thickness and end connections.
Training on Valve Technology
47
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 21 Pressure-temperature rating for carbon steel Training on Valve Technology
39
48
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Standard Specification Standard klasifikasi yang paling umum digunakan adalah ANSI B16.34 yang memiliki 6 (enam) kelas standard: Class 150, 300, 600, 900, 1500, dan 2500. Lihat Tabel 8 untuk tekanan nominalnya. Kelas-kelas ini berlaku untuk valve dengan sambungan NPT threaded, flanged, socket-weld, dan butt-weld. Special class rating are available when NDE requirements are met for valves with butt-weld end connections. ANSI Standard B16.34 allows butt-weld valves to be upgraded to ANSI Special Classes 150, 300, 900, 1500, 2500, dan 4500. Training on Valve Technology
49
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 8 ANSI Pressure Class vs. Nominal Pressure*) ANSI Pressure Class
Nominal Pressure (PN)
(pounds of force per square inch of surface area)
(allowable pressure in bar)
150
16
300
40
600
100
900
160
1500
250
2500
400
4500
700
Note: PN is an approximation to the corresponding ANSI pressure class, and should not be used as an exact correlation between two standards. Training on Valve Technology
40
50
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Intermediate Standard ANSI Standard juga mengijinkan penggunaan intermediate rating untuk valve dengan sambungan butt-weld, seperti ANSI Intermediate Class 3300. Penggunaan intermediate rating membutuhkan additional engineering time. Sebagai contoh, dibutuhkan carbon-steel valve untuk aplikasi pada 300oF dan tekanan 6500 psi (450 bar). Jika digunakan standard baku akan dipilih ANSI Special Class 4500 yang tentunya lebih besar, lebih berat dan lebih mahal. Sebaliknya jika Class 3300 yang dipilih akan memberikan ukuran valve yang lebih kecil. ANSI intermediate class juga dapat digunakan untuk penggunaan pressure rating yang lebih besar dari Class 4500. Training on Valve Technology
51
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.6. Face to Face Criteria The dimension between one pipe mating surface of the valve to the surface on the opposite end is called the face-to-face dimension. Kebanyakan valve’s face-to-face dimension ditentukan oleh standard industri, walaupun dalam beberapa kasus dapat ditentukan oleh pembuat atau pengguna. For RTJ (ring-type joint), where sealing surface is the end of the ring and not the surface of the valve end, face-to-face dimension is still considered to be the valve’s face surfaces. Berbagai standard tentang face-to-face yang umum digunakan dalam industri proses diberikan pada Tabel 9. Training on Valve Technology
41
52
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 9 Common face-to-face standards Standard
Valve Type
Pressure Rating
ANSI/ISA S75.03
Globe Valves
150-600 (valve is interchangeable between Class 150, 300 and 600)
ANSI/ISA S75.04
Flanged globe valves
125, 150, 250, 300, 600
ANSI/ISA S75.04
Flangeless globe valves
150, 300, 600
ANSI/ISA S75.08
Flanged clamp or pinch valves
All Classes
ANSI/ISA S75.12
Socket-weld and threaded end globe valve
150, 300, 600, 900, 1500, 2500
ANSI/ISA S75.14
Butt-weld globe valves
4500
ANSI/ISA S75.15
Butt-weld globe valves
150, 300, 600, 900, 1500, 2500
ANSI B16.10
Iron (ferrous), gate, plug, globe valves
All Classes
BS 2080
Steel valves used in the petroleum, petrochemical and associated industries
All Classes
MSS SP-67
Butterfly valves
All Classes
MSS SP-88
Diaphragm valves
All Classes
MSS SP-42
Stainless steel valves (gate, globe, angle and check)
All Classes
ANSI/ISA = American National Standard Institute/Instrument Society of America BS = British Standards (Institute) MSS = Manufacturers Standardization Society of Valves and Fittings Industry
Training on Valve Technology
53
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.7. Body Material Selection 1. Introduction In the most cases, the required valve’s body material is the same as the pipe material – most likely carbon steel, stainless steel, or chrome-molybdenum steel. Carbon steel-CS: material yang paling umum untuk semua jenis valve dan harganya tergolong murah dengan tingkat ketersediaan di pasaran yang cukup tinggi. Material ini sangat cocok untuk kondisi yang nonkorosif dan cocok untuk temperatur operasi up to 425oC in continuous service atau up to 535oC for noncontinuous service. Training on Valve Technology
42
54
Ch. II – Valves Selection Criteria
Stainless steel-SS, memiliki ketahanan karat yang paling baik dan sangat kuat serta sangat cocok untuk temperatur tinggi, 535oC atau lebih. Harga material SS relatif lebih mahal dari CS, tetapi umumnya lebih murah dari baja paduan lainnya. Chrom-moly steel-Moly merupakan material dengan sifat-sifat yang berada diantara CS dan SS. Ketahanan terhadap tekanan dan temperaturnya lebih tinggi dibandingkan CS dan dapat mendekati SS. Tetapi material ini tidak memiliki ketahanan terhadap korosi seperti SS. Material dengan paduan khusus, Hastelloy B or C and titanium, dapat digunakan untuk menghindari masalah fluid incompatibility (ex. highly acidic fluid). Training on Valve Technology
55
Ch. II – Valves Selection Criteria
Monel dan bronze (non-sparking material) cocok untuk aplikasi oksigen murni, karena alasan safety. Tabel 10 mencantumkan beberapa jenis material untuk valve beserta batasan temperatur operasinya. Valve’s body dapat dibuat dari casting, forging, or barstock, atau dapat dipabrikasi dari piping tees and flanges. As a general rule, bonnets or bonnet caps dibuat dengan material yang sama dengan body. Salah satu pengecualian aturan di atas adalah valve dari chrome-moly untuk tekanan rendah sering menggunakan bonnet dari material SS untuk ukuran valve 6” atau yang lebih kecil. Training on Valve Technology
43
56
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 10 Temperature limits for body materials Material
Lower Limit
Upper Limit
(◦F)
(◦C)
(◦F)
(◦C)
Cast Iron
-20
-5
410
210
Ductile Iron
-20
-5
650
345
Carbon Steel (Grade WCB)
-20
-5
1000
535
Carbon Steel (Grade LCB)
-50
-10
650
345
Carbon Moly
-20
-5
850
455
1-1/4 Cr-1/2 Mo (Grade WC6)
-20
-5
1000
535
2-1/4 Cr-1/2 Mo (Grade WC9)
-20
-5
1050
565
5 Cr-1/2 Mo (Grade C5)
-20
-5
1100
595
9 Cr – 1 Mo (Grade C12)
-20
-5
1100
595
Type 304 (Grade CF 8)
-425
-220
1500
815
Type 347 (Grade CF8C)
-425
-220
1500
815
Training on Valve Technology
57
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 10 Temperature limits for body materials (continued) Material
Lower Limit
Upper Limit
(◦F)
(◦C)
(◦F)
(◦C)
Type 316 (Grade CF8M)
-425
-220
1500
815
3-1/2 Ni (Grade LC3)
-150
-65
650
345
Aluminum
-325
-160
400
205
Bronze
-325
-160
550
285
Inconel 600
-325
-160
1200
650
Monel 400
-325
-160
900
480
Hastelloy B
-325
-160
700
370
Hastelloy C
-325
-160
1000
535
Titanium
N/A
N/A
600
315
Nickel
-325
-160
500
260
-50
-10
300
150
Alloy 20
Training on Valve Technology
44
58
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Material Selection Standards Untuk keamanan & keselamatan, pemilihan material bagian-bagian valve perlu distandardkan. Bagian-bagian valve yang materialnya ditetapkan: body, bonnet, bonnet bolting, plug, ball, disk, wedge, and/or drainage plug. ANSI (Standard B16.34) mempublikasikan limit tekanan dan temperatur untuk suatu material. Material yang digunakan dalam konstruksi “pressureretaining parts” dicakup dalam codes yang disusun oleh ASTM (American Society for Testing Materials). ASTM memberikan spesifikasi penggunaan material, prosedur pengetesan dan acceptance criteria. Training on Valve Technology
59
Ch. II – Valves Selection Criteria
ASTM codes tidak memuat semua material, tetapi hanya material yang umum digunakan dalam praktek. Karena pesatnya perkembangan ilmu material, ASTM bahkan mengijinkan penggunaan material baru, walaupun belum diterima oleh ASTM, asalkan prosedurnya telah diikuti dengan benar. Tabel 11 mencantumkan material untuk body and bonnet valves (ANSI Standards B16.34 & B15.24) dengan proses casting, forging, and barstock. Organisasi lain, terkait dengan proses manufaktur dan performans “pressure-retaining parts” adalah ASME dengan Boiler and Pressure Vessel codes and standardnya; AWS (American Welding Society) dengan prosedur dan regulasi untuk pengelasannya. Training on Valve Technology
45
60
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 11 Common ASTM materials for bodies and bonnets Body Type
Material
Body Standard
Bonnet Standard
Stainless Steel
A351-CF8M
A479-316
Carbon Steel
A216-WCB
A675-70
A217-WC6
A479-316
A217-WC9
A479-316
A217-C5
A479-316
Stainless Steel
A743-CF8M
A479-316
Carbon Steel
A105
A675-70
A182-F11
A479-316
A182-F22
A479-316
Castings Chrome-moly
Forgings Chrome-moly
Stainless Steel Barstock
A182-F5a
A479-316
A182-F316
A479-316
A479-316
A479-316
Carbon Steel
A675-70
A675-70
Chrome-moly
See Forgings
See Forgings
Training on Valve Technology
61
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Material Testing Methods Untuk menjamin bahwa material telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau untuk menjamin bahwa material juga bebas dari cacat seperti small crack, voids, lamination, or porosity, perlu dilakukan pengujian. Untuk mengetahui komposisi kimia suatu material dapat digunakan peralatan “x-ray spectrometer”, Gbr. 23. Certified material test report dapat diminta oleh user bila diperlukan. Pengujian material yang umum digunakan adalah: pengujian visual, magnetic particle, liquid penetrant, radiography, dan ultrasonic. Training on Valve Technology
46
62
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 22 X-ray spectrometer Training on Valve Technology
63
Ch. II – Valves Selection Criteria
Pengujian visual (coded VT oleh AWS), merupakan metode yang paling murah, hanya mengandalkan pengamatan visual untuk melihat adanya cacat seperti crack, surface porosity dan kualitas material seperti surface finish, overall quality, dsb. Pengujian magnetic particle, merupakan salah satu metode cepat untuk menentukan adanya small crack or porosity in surface yang tidak terdeteksi secara visual. Pengujian liquid penetrant, juga digunakan untuk mendeteksi minute surface cracks or porosity yang sukar dideteksi melalui magnetic particle. Pengujian radiography digunakan untuk mendeteksi adanya cracks and voids under the surface of a part. Training on Valve Technology
47
64
Ch. II – Valves Selection Criteria
Pengujian ultrasonic digunakan untuk mendeteksi adanya cracks or laminations in the interior of metal. Pengujian radiography and ultrasonic biasanya dilakukan bersamaan untuk memperoleh hasil yang optimum. Jenis pengetesan lain yang juga sering dilakukan adalah pengujian kekerasan (Brinnel hardness test) material dan pengujian impak (Charpy impact test). Umumnya semua pengujian/pengetesan tersebut di atas dilakukan oleh seorang teknisi yang sudah memiliki kualifikasi yang ditetapkan dan harus mengikuti standard yang ditetapkan, misalnya oleh ASTM atau lembaga sejenis lainnya. Training on Valve Technology
65
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.8. Gasket Selection 1. Introduction Gasket adalah material lunak yang disisipkan antara 2 bagian yang disambung untuk mencegah kebocoran. Gasket dirancang untuk ditempatkan pada lokasi yang telah ditentukan yang dapat berupa counterbore, groove, atau retainer plate (Gbr. 23). Self-energizing gasket: gasket yang re-used. Non-selfenergizing (material lebih keras), untuk sekali pakai. Gasket dibuat dari berbagai jenis material tergantung pada tekanan, temperatur, dan fluida kerjanya. Aturan umum pemilihan material gasket: material gasket harus lebih lunak dari material bagian yang disambung. Training on Valve Technology
48
66
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 23 Gasket placement in typical globe valve Training on Valve Technology
67
Ch. II – Valves Selection Criteria
Tiga fungsi gasket pada konstruksi valve: • Prevent leakage around the closure element (ex. gasket between body and seat) • Prevent leakage of fluid to atmosphere (ex. gasket at disassembly joint – for split-body valves) • Allow the function of internal mechanisms of valve.
Fungsi gasket dipengaruhi oleh beberapa faktor: seating load, style of gasket, free height, material, groove (or step) depth. Bentuk gasket yang umum: flat, spiral-wound, metal O-ring, metal C-ring, metal spring energized, and metal U-ring gasket. Pada beberapa aplikasi, gasket dapat dilapisi dengan karet atau plastik untuk meningkatkan kemampuan self-energizingnya. Tabel 12 memberikan spesifikasi umum tipe gasket. Training on Valve Technology
49
68
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 12 Typical Gasket Specifications Type
Gasket Material
Flat
Virgin PTFE
Flat
Reinforced PTFE
Flat
CTFE
Flat
FEP
Maximum Temperature (◦F/◦C)
Minimum Temperature (◦F/◦C)
Maximum Pressure psi (bars)
350/175
-200/-130
6000-1000 (415 – 70)
450/230
-200/-130
6000-500 (415 – 35)
200/95
-423/-250
6000-500 (415 – 35)
400/205
-423/-250
6000-500 (415 – 35)
1500/815
-20/-30
6250 (430)
Spiral-wound
AFG*
Spiral-wound
304 SS/Asbestos
750/400
-20/-30
6250 (430)
Spiral-wound
316 SS/Asbestos
1000/540
-20/-30
6250 (430)
Spiral-wound
316 SS/PTFE
350/176
-200/-130
6000-500 (415 – 35)
Spiral-wound
316 SS/Graphite
1500/815
-423/-250
6250 (430)
Hollow O-ring
Inconel X-750
1500/815
-20/-30
15000 (1035)
Training on Valve Technology
69
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Flat Gaskets Merupakan jenis gasket yang paling sederhana dan murah Gbr. 25 (atas). Spesifikasi: outside and inside diameter and height. Gasket tipe ini sangat sesuai untuk berbagai ketakteraturan permukaan karena sifatnya yang elastis dan plastis. Aplikasi: general service application without severe temperature or pressure, kecuali beberapa metal flat gasket seperti nikel (760oC), Monel (815oC), and Inconel (1095oC). Material: polytetrafluoroethylene (PTFE), chlorotrifluoroethylene (CTFE), aluminum, copper, silver, soft iron, lead, or brass. Training on Valve Technology
50
70
Ch. II – Valves Selection Criteria
Fl at ga s
ke
t
Sp ri ra lw
ou nd
Gbr. 25 Flat gasket (atas) dan spriral-wound (bawah) Training on Valve Technology
71
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Spiral-Wound Gaskets All-pupose, medium-priced that consist of alternate layers of metallic and non-metallic wound together, Gbr. 25 (bawah) Kekuatannya yang tinggi Î aplikasi pada tekanan dan temperatur tinggi. Karena bagian logam dapat terdeformasi plastis akibat gaya penekanan yang besar Î never be reused. Rekomendasi: should never be used with soft-seat or soft-seal designs, where the closing device, such as a plug or disk, seats against a non-metallic surface. Filler (non-metallic) material: asbestos, ceramic paper, graphite, mica, PTFE. Winding (metallic) material: CS, SS 304, 315, 347, 321, Monel, nickel, titanium. Alloy 20, etc. Training on Valve Technology
51
72
Ch. II – Valves Selection Criteria
4. Metal O-Ring Gaskets Sangat cocok untuk exceptional severe and wide range of service. Harganya lebih mahal dari flat maupun spiral-wound. Walaupun umumnya dibuat berpenampang lingkaran, Gbr. 26; tetapi dapat juga dibuat dengan bentuk yang lain. Bagian dalamnya dapat diberikan tekanan untuk aplikasi pada tekanan dan temperatur yang tinggi. Kelebihan utamanya: their ability to conform to the mating gasket surfaces despite any minor variations in flateness or concentricity. Sama seperti pada kasus spiral-wound gasket, tipe Oring tidak dapat digunakan kembali dan harus diganti setiap kali dilakukan disassembling. Training on Valve Technology
73
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 26 Metal O-Ring
Gbr. 27 Metal C-Ring Training on Valve Technology
52
74
Ch. II – Valves Selection Criteria
5. Metal C-Ring Gaskets Keunikannya terletak pada bentuk penampang; C dengan slot menghadap ke diameter-internal dan sisi tekanan dari sistem, Gbr. 27. Bentuk ini memungkinkan gasket memiliki sifat selfenergizing. Walaupun harganya termasuk yang paling mahal, tipe ini cocok untuk aplikasi di mana diperlukan seating load yang kecil dan diharapkan memiliki spring-back yang tinggi. Typical application: low-vacuum or low-prressure system.
Training on Valve Technology
75
Ch. II – Valves Selection Criteria
6. Metal Spring-Energized Rings Serupa dengan metal C-ring gaskets, metal springenergized ring diberi metal spring di dalam C-ring-nya untuk meningkatkan kemampuan self-energizing-nya, Gbr. 28. Membutuhkan seating load yang besar tetapi memberikan “a more consistent sealing” karena beban yang lebih besar dan spring-back yang tinggi. Harganya cukup mahal dengan bidang aplikasi yang dikhususkan pada kondisi operasi dengan variasi rentang yang lebar.
Training on Valve Technology
53
76
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 28 Metal springenergized ring
Gbr. 29 Metal U-Ring Training on Valve Technology
77
Ch. II – Valves Selection Criteria
7. Metal U-Ring Gaskets Jenis gasket ini dirancang untuk aplikasi pada tekanan tinggi (up to 12000 psi or 828 bar working pressure) dan temperatur tinggi (up to 1600oF or 871oC) di mana masalah reliability merupakan pertimbangan penting. Inside of the U faces the pressure side or face away when used with a vacuum, Gbr. 29. Karena fungsinya diperoleh dengan memanfa’atkan adanya bantuan tekanan (atau vakum). Untuk mengoptimalkan kemampuan mencegah kebocoran, top and bottom surface-nya harus memiliki kualitas kedataran dan kesejajaran yang cukup. Training on Valve Technology
54
78
Ch. II – Valves Selection Criteria
2.9. Packing Selection 1. Introduction Any soft material encased in a bonnet (linear and some quarter-turn rotary valve’s designs) or in a body (butterfly- and some ball-valve’s designs) used to seal a valve closure element’s stem or shaft is called the packing. Packing follower is a metal ring used to retain the packing inside bonnet or bonnet cap. Guides are used with throttling valves to keep the stem or shaft of the closure element in correct alignment with the body. The configuration of the packing, guides, spacers, etc., is called the packing box. Training on Valve Technology
79
Ch. II – Valves Selection Criteria
Packing comes in a series of rings: preformed, square, or braided. Preformed packing dibuat dengan bentuk yang khusus oleh pabriknya, misalnya V-ring configuration. Square packing memiliki bentuk berupa ring pejal bentuk persegi. Braided packing berbentuk untaian tali dibuat dari bahan elastomer. Beberapa ring dapat disatukan seperti untuk rotary valves (Gbr. 30) atau disusun terpisah dalam 2 set, packing atas dan packing bawah (Gbr. 31) untuk aplikasi pada linear valve. Tergantung dari materialnya, packing dapat memberikan pola deformasi yang tertentu jika diberi gaya tekan (compression). Lihat Gbr. 32. Training on Valve Technology
55
80
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 30 Rotary packing box design
Gbr. 31 Linear packing box design Training on Valve Technology
81
Ch. II – Valves Selection Criteria
If packing acted like a fluid…
If packing acted like a solid…
Gbr. 32 Axial pressure effects on packing
Actual PTFE packing behavior…
Actual graphite packing behavior…
Training on Valve Technology
56
82
Ch. II – Valves Selection Criteria
2. Packing Configuration Packing box dalam bonnet atau body harus dirancang untuk memungkinkan berbagai konfigurasi packing. Konfigurasi yang umum adalah konfigurasi V-ring yang disusun dari V-shaped ring, Gbr. 33. Dua set packing yang dipisahkan oleh packing spacer. Konfigurasi Twin V-ring, Gbr. 34 mirip dengan basic Vring, hanya saja packing bawah memiliki V-ring yang lebih banyak. Konfigurasi Twin-V-ring-lantern-ring dirancang dengan memberikan special spacer (lantern ring) diantara packing atas dan bawah, Gbr. 35. Lantern-ring memungkinkan pelumas packing dapat bersirkulasi dalam packing box. Training on Valve Technology
83
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 33 Standard V-ring
Gbr. 34 Twin V-ring
Gbr. 35 Twin V-ringlantern-ring
Training on Valve Technology
57
84
Ch. II – Valves Selection Criteria
Square & braided packing dapat juga digunakan untuk membuat konfigurasi standard dan twin, Gbr. 36. Aplikasi graphite packing umumnya memerlukan pelumasan Î perlu injeksi pelumas dari luar, Gbr. 37. Fungsi pelumas: menjaga graphite tetap lunak dan lentur sehingga memudahkan gerakan sliding stem. Kombinasi antara square and braided packing umumnya digunakan untuk aplikasi pada temperatur tinggi. Sifat solid graphite yang keras dan braided graphite yang lebih lunak akan menghasilkan sealing yang optimal. Braided graphite biasanya digunakan untuk packing di sebelah ujung-ujungnya (Gbr. 38 dan 39). Training on Valve Technology
85
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 37 Twin square or lubricator
Gbr. 36 Standard square
Training on Valve Technology
58
86
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 39 Twin graphite
Gbr. 38 Standard graphite
Training on Valve Technology
87
Ch. II – Valves Selection Criteria
3. Packing Materials Persyaratan material packing: • • • •
able to withstand a wide range of temperature able to withstand a wide range with fluid medium generate minimum friction on the stem or shaft holds a seal with very little material
Material packing umumnya tidak mahal untuk aplikasi umum, tetapi bisa menjadi sangat mahal untuk kondisi extreme/severe. Material packing umum digunakan: • Polytetrafluoroethylene (PTFE) • Asbestos and AFP (Asbestos-Free Packing) • Graphite • Perfluoroelastomer (PFE) Training on Valve Technology
59
88
Ch. II – Valves Selection Criteria
4. Temperature & Pressure Limits for Packing Packing material dapat dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur fluida kerja. Kombinasi tekanan dan temperatur yang tinggi akan mempermudah material packing, khususnya softer materials, untuk mengalami ekstrusi. Pada Tabel 13 diberikan perbandingan batas temperatur untuk berbagai material packing. Batas temperatur untuk extended bonnet selalu lebih tinggi, karena lebih panjang sehingga packing dapat berada lebih jauh dari sumber panas. Pada Gbr. 40 s/d 42 diberikan batas temperatur dan tekanan untuk packing yang umum. Training on Valve Technology
89
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 13 Temperature limitations for common packing materials Packing Material
Valve Rating
Standard Length
(ANSI/PN)
Bonnets
Bonnets
PTFE
150 to 600 16 to 100 900 to 2500 160 to 400
-20 to 450° F -30 to 230° C -20 to 450° F -30 to 230° C
-150 to 600° F -100 to 315° C -150 to 700° F -100 to 370° C
Braided PTFE
150 to 600 16 to 100 900 to 2500 160 to 400
-20 to 500° F -30 to 260° C -20 to 500° F -30 to 260° C
-150 to 600° F -100 to 315° C -150 to 700° F -100 to 370° C
Glass-filled PTFE
150 to 600 16 to 100 900 to 2500 160 to 400
-20 to 500° F -30 to 260° C -20 to 700° F -30 to 260° C
-150 to 600° F -100 to 315° C -150 to 700° F -100 to 370° C
Asbestos-free Packing
150 to 600 16 to 100 900 to 2500 160 to 400
-20 to 750° F -30 to 400° C -20 to 800° F -30 to 425° C
-20 to 1200° F -30 to 650° C -20 to 1200° F -30 to 650° C
Training on Valve Technology
60
Extended Length
90
Ch. II – Valves Selection Criteria
Table 13 Temperature limitations for common packing materials (continued) Packing Material Graphite
PFE
PFE (with back up rings)
Valve Rating
Standard Length
(ANSI/PN)
Bonnets
Extended Length Bonnets
150 to 600
-20 to 750° F
-20 to 1500° F
16 to 100
-30 to 400° C
-30 to 815° C
900 to 2500
-20 to 800° F
-20 to 1500° F
160 to 400
-30 to 425° C
-30 to 815° C
150 to 600
-20 to 450° F
-20 to 600° F
16 to 100
-30 to 230° C
-30 to 315° C
900 to 2500
-20 to 450° F
-20 to 700° F
160 to 400
-30 to 230° C
-30 to 370° C
150 to 600
-20 to 550° F
-20 to 700° F
16 to 100
-30 to 290° C
-30 to 370° C
900 to 2500
-20 to 550° F
-20 to 800° F
160 to 400
-30 to 290° C
-30 to 425° C
Training on Valve Technology
91
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 40 Maximum temperature and pressures for packing contained in standard bonnets Training on Valve Technology
61
92
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 41 Maximum temperature and pressures for packing contained in extended bonnets ANSI Class 150, 300, and 600 Training on Valve Technology
93
Ch. II – Valves Selection Criteria
Gbr. 42 Maximum temperature and pressures for packing contained in extended bonnets ANSI Class 900, 1500, and 2500 Training on Valve Technology
62
94
Ch. II – Valves Selection Criteria
5. Packing Lubricants Untuk meminimumkan gesekan pada stem, packing box sering dilengkapi dengan “lantern ring” untuk injeksi pelumas. Kriteria pelumas yang baik adalah yang mampu menimimumkan gesekan tanpa meningkatkan kemungkinan level kebocoran pada packing box. Selain itu, pelumas harus kompatibel dengan fluida proses, tidak mudah mengikat kotoran dan karakteristiknya tetap dalam selang kondisi operasi. Bahan pelumas yang umum adalah “silicon grease”, yang dapat bekerja baik sampai temperatur 260oC, walaupun dapat teroksidasi pada temperatur di atas 260oC dan dapat menimbulkan kebocoran. Training on Valve Technology
95
Ch. II – Valves Selection Criteria
Umumnya, lubricator dipasang langsung pada bonnet. Sebuah isolating valve dibutuhkan pada aplikasi dengan tekanan tinggi untuk mencegah kebocoran tekanan melalui lubricator. Pelumasan tidak direkomendasikan pada aplikasi dengan oksigen dan aplikasi flammable lainnya, karena petroleum based lubricant dapat bereaksi dan dapat menimbulkan kebakaran. Aplikasi pada sistem dengan tekanan tinggi, terkadang menyebabkan injeksi pelumas sangat sukar. Biasanya disassembling packing box perlu dilakukan untuk memudahkan injeksi pelumas. Injeksi pelumas ke packing box dengan tekanan tinggi dapat merusak packing dan dapat menyebabkan kebocoran. Training on Valve Technology
63
96
Ch. II – Valves Selection Criteria
Reference Skousen, P.L., Valve Handbook, McGraw-Hill, USA, 1998. Fisher®, Control Valve Handbook, Fisher Control International, USA, 2001.
Training on Valve Technology
97
Training on Valve Technology
98
Ch. II – Valves Selection Criteria
64