Nomor Hal Lampiran
: 001/H.22/Bien/2016 : Pemberitahuan Revisi Opencall : Satu berkas
Yth.Para Perupa Indonesia di tempat.
Dengan hormat, Setelah melihat antusiasme para perupa di luar Jawa Tengah tentang ketersediaan ruang untuk perupa dari luar Jawa Tengah, maka atas nama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, Panitia Biennale Jateng #1 membuka Pameran Biennale Jateng #1 “KRONOTOPOS”ini untuk seluruh perupa Indonesia.mengabarkanbahwa seleksi OPEN CALL Pameran Biennale Jateng #1“KRONOTOPOS”penyelenggaraannya akan diundur pada tanggal 1 November 2016yang akan berfokus di KotalamaSemarang. Untuk itu kami merevisi pengumpulan karya dari semula tanggal 30 Juni 2016 menjadi tanggal 30 Agustus 2016, agar memberi kesempatan dan tenggat waktu juga kepada perupa di luar Jawa Tengah untuk turut meramaikan rangkaian acara Pameran Biennale Jateng #1“KRONOTOPOS”. Biennale Jatengyang pertama kali ini direncanakan akan melibatkan sekitar 100orang perupa baik itu yang berkarya secara perseorangan maupun community based projectdan 75 perupa diantaranya dari jalur OPEN CALL. Hal-hal yang perlu kami tekankan adalah: • Berkarya berdasarkan konsep Kronotopos (pengantar terlampir). • Mengirimkan foto/ sketsa rancangan yang spesifik (ukuran medium dan konsep) karya (kualitas file besar dan baik/HD) beserta uraian konsep dan biodata (CV) paling lambat tanggal 30 Agustus 2016. • Tim kurator akan mengunjungi beberapa studio perupa terpilih pada kisaran bula September-Oktober. • Karya paling lambat diterima panitia untuk display tanggal 25 Oktober 2016. • Karya yang diikutsertakan merupakan karya terbaruatau setidaknya 2 tahun terakhir (2014) dengan merujuk tema Kronotopos • Untuk perupa OPENCALL diharapkan karya belum pernah dipamerkan dan karya tidak dalam masa konsinyasi/ dikoleksi pihak lain selain perupa. Demikian surat pemberitahuan ini, terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
Semarang, 20 Agustus 2016 a.n. Tim Kurator,
Djuli Djatiprambudi Tembusan: 1. Kepala Bidang Budaya Seni dan Perfilman Disbudpar Jateng Co. Curator: M Rahman Athian: 085712624247
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
LAMPIRAN I KONSEP KURATORIAL 1. Rasional Biennale Jateng #01/2016 Biennale Jateng #01/2016 yang diselenggarakan kali pertama ini tidak bisa dibantah menjadi penanda penting bagi perkembangan seni rupa di Provinsi Jawa Tengah. Penyelenggaraan Biennale Jateng #01/2016 didasarkan pada fakta dalam dekade terakhir telah terjadi dinamika seni rupa yang serius di Jawa Tengah. Kuatnya jejaring (networking) perupa di Jawa Tengah meskipun terpisah jarak yang cukup jauh satu dengan lainnya tidak menghalangi para perupa untuk terus berkarya, baik itu dalam bentuk kolaborasi antar kota maupun berpameran tunggal mengatasnamakan kota. Hal ini sangat mempengaruhi semangat perupa di provinsi ini untuk saling membuat peristiwa seni (art event) di setiap kota. Akhirnya, peran perupa dengan ciri khas masing-masing menjadi agen pertumbuhan kesenirupaan dalam arti luas yang relatif menonjol. Para perupa yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Jawa Tengah bersama-sama membangun dan merepresentasikan Jawa Tengah sebagai provinsi yang tumbuh dinamis di bidang seni rupa. Gejala itu dapat dilihat di sejumlah kota seperti Semarang, Magelang, Pati, Rembang, Batang, Pekalongan, Kudus, Tegal, Solo, dan sebagainya. Antusiasme perupa dan bersatunya pemikiran serta aksi untuk merepresentasikan dinamika seni rupa di Jawa Tengah inilah yang mendorong Biennale Jateng #01/2016 ini diadakan. Istilah “biennale” bukan lagi sebagai sebuah agenda pameran seni rupa dua tahunan tanpa memiliki jangkauan jangka panjang. Penyelenggaraan biennale selama ini dipersepsikan menjadi “branding” sangat kuat sebagai sebuah pergelaran seni rupa yang merepresentasikan semangat zaman suatu wilayah tertentu. Dalam lingkup perkembangan seni rupa di wilayah tertentu, penyelenggaraan biennale bertujuan; (1) mencatat perkembangan seni rupa dari waktu ke waktu secara konsisten dengan pendekatan tertentu; (2) mengidentifikasi berbagai persoalan yang terjadi dalam konteks pertumbuhan supra dan infrastruktur seni rupa (ekosistem seni); (3) mempresentasikan karya seni rupa di tengah publik dalam konteks pertumbuhan apresiasi dan kreasi masyarakat; (4) menumbuhkan ruang representasi kreatif yang berdampak luas bagi masyarakat; (5) memperluas jejaring dengan strategi menciptakan terus aktivitas seni dan publikasi karya seni melalui berbagai media. Sementara itu, sekalipun dalam tradisi seni rupa modern/kontemporer di banyak negara, biennale lebih memperlihatkan praktik seni rupa yang merepresentasikan kota sebagai tempat diselenggarakan biennale. Namun, praktik biennale di Indonesia menghadapi realitas yang berbeda dalam konteks sosiologis dan realitas birokratis. Gejala ini yang kemudian memunculkan sejumlah fenomena penyelenggaraan biennale di Indonesia dengan skala spasial yang menunjuk nama provinsi. Untuk menyebut sejumlah kasus, misalnya; Biennale Bali dan Biennale Jatim, keduanya menggunakan nama provinsi. Selain itu, saat ini juga sedang disiapkan Biennale Sumatra, yaitu sebuah biennale yang menunjuk nama sebuah pulau (Sumatra). Praktik biennale macam itu dalam konteks medan sosial seni di Indonesia tidak bisa dihindari, mengingat pertumbuhan medan sosial seni atau yang lebih luas menunjuk suatu ekosistem seni tiap daerah tidak sama. Keterlibatan pemerintah dan jejaring birokrasinya sebagai fasilitator penyelenggaraan biennale dalam konteks daerah tertentu tidak bisa dihindari. Karena
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
itu, model penyelenggaraannya sedikit banyak berkompromi dengan pihak pemerintah sebagai fasilitator, dan logika-logika birokrasi patut diikuti. Dengan latar belakang seperti itulah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah melihat pentingnya biennale digelar di Jawa Tengah secara kontinyu dengan penyelenggaraan awal di kota Semarang. Mengingat seluruh komponen medan sosial seni rupa sudah cukup tersedia di kota Semarang seperti; perupa, penulis, peneliti seni, kritikus, kurator, kolektor, lembaga perguruan tinggi seni rupa, art dealer, dan galeri seni. Juga infrastruktur pendukung yang penting berupa; bandara, pelabuhan laut, stasiun kereta api, terminal bis antar kota, angkutan umum dalam kota, hotel, rumah makan, tempat wisata, dsb. Semua infrastruktur tersebut menjadi modal utama untuk suksesnya penyelenggaraan biennale. 2. Tema Biennale Jateng #01/2016 Tema Biennale Jateng #01/2016 yaitu Kronotopos (Chronotopos). Kata ini sebenarnya merupakan sebuah istilah serapan dari bahasa Latin yang terdiri dari chronos dan topos. Istilah ini dipopulerkan oleh Mikhail Bakhtin seorang filsuf dari Rusia dalam memaknai keterkaitan antara tempat dan waktu. Kronotopos dapat dimaknai secara mendasar memperlihatkan hubungan resiprokal antara ruang yang menunjukan dinamika sosial-budaya (sinkronik) dan waktu yang menunjukkan pertumbuhan atau dinamika progresivitas capaian budaya/peradaban dalam kurun tertentu secara berkesinambungan (diakronik). Namun agaknya pengertian tersebut tampaknya terlalu mengerucut pada khasanah hubungan ruang dan waktu saja. Hal ini bisa menjadi polemik yang cukup membingungkan ketika para perupa dihadapkan dengan tema yang terlalu fokus yang akan berdampak pada karya perupa yang monoton. Pada pengertian lain ditemukan bahwa sebenarnya kaitan antara chronos dan topos adalah sebuah nilai. Dalam konteks ini, kronotopos secara artistik memiliki dimensi spasial (mengkaji ruang) dan temporal (mengkaji waktu) kemudian bergabung dalam sebuah wacana yang meluas, dan sangat jamak. Dimensi waktu berhubungan dengan relativitas dan momen yang dikemas secara visual-artistik. Sebagai misal, dalam konteks ini bisa menunjuk bangunan Lawang Sewu, Gereja Blenduk, Kantor Pos, Stasiun Tawang, Tugu Muda, dan sebagainya yang tersebar di kota Semarang sebagai representasi simbolik-ikonik bertemunya chronos dan topos. Di dalam bangunan-bangunan itu terasa kuat ada pesan waktu, sekaligus menunjuk pesan tempat sebagai basis identitasnya. Artinya, sebuah artefak sejarah macam itu tersimpan memori tentang waktu (imaji massa) dan memori tentang tempat (imaji lokus/geografi). Kronotopos dimaknai oleh Mikhail Bakhtin sebagai sudut pandang waktu dan sosial budaya, karena awalnya teori ini digunakan oleh para penata panggung teater untuk memperlihatkan background gambar yang memperlihatkan latar sosial-budaya. Dalam sebuah drama, misalnya, penggunaan background bangunan Lawang Sewu akan merepresentasikan pesan simbolik yang kuat dalam konteks lakon pertempuran lima hari di Semarang. Kata “representasi” dalam hubungan ini disamakan dengan kata “nilai” dalam kajian kronotopos. Kata nilai dapat dipahami sebagai suatu konsep tentang makna historis, relasi sosial, dan kebudayaan. Nilai ini secara kognitif dan empiris dapat dijelaskan serta dihayati dimensi representasi narasi simboliknya tentang suatu tempat, keberadaan, keadaan, atau kondisi tertentu. Sementara itu, dalam makna yang lebih luas, kronotopos juga berarti sosok atau entitas individu yang telah memiliki makna historis yang kuat, sebagai misal; Sukarno, Hatta, Diponegoro, Ki Narto Sabda, Waljinah, Sudjojono, Gus Dur, BJ. Habibie, Hendra Gunawan, dan Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
tokoh-tokoh lainnya yang dikenal luas di berbagai bidang. Sosok-sosok tersebut secara nyata telah hidup dalam memori kolektif yang merepresentasikan dimensi ruang dan waktu. Tokohtokoh tersebut tidak ubahnya sebagai mitos dalam sejarah yang memiliki narasi simbolik yang kuat tentang suatu nilai (sejarah dan peradaban). Kronotopos dalam konteks kekinian (peradaban abad XXI) memperlihatkan suatu arus peradaban digital yang mendekonstruksi mitos-mitos dalam sejarah dengan kerangka berpikir (world view) yang baru dan tak terduga. Peradaban digital dengan segala implikasinya dalam makna tertentu memperlihatkan kronotopos postmodern yang membongkar ulang makna peradaban yang memburu keadhiluhungan. Peradaban digital dalam banyak hal telah mengantarkan perubahan revolusioner terhadap cara berpikir tentang realitas menuju posrealitas. Realitas fisikal/ragawi/bendawi/material menuju realitas non fisikal/imaterial/imajiner. Perubahan demikian secara nyata memperlihatkan makna tentang hadirnya kronotopos dalam konteks budaya layar (screen culture) yang menyodorkan habitus baru dalam cara berkesenian atau berkebudayaan. Kronotopos juga memberikan peluang untuk menghadirkan memori individual tentang suatu makna historis yang dialami langsung atau mungkin diangangkan secara bebas sosok dan narasinya. Kronotopos dalam hubungan ini menjadi sangat berkaitan dengan kekuatan seorang individu (seniman) untuk menghadirkan dalam narasi simbolik yang bermatra ruang dan waktu. Dengan demikian, karya seni yang dihadirkan akan diproyeksikan memiliki makna yang kuat ketika dimensi artistik dan estetik dijadikan pendekatannya. Melalui tema kronotopos, Biennale Jateng #01/2016 mengajak para perupa untuk mengeksplorasi tema tersebut sebagai sebuah titik rangsang dalam rangka menghadirkan karya seni rupa yang dapat dimaknai sebagai sebuah kronotopos (art as chronotopos). 3. Format Biennale Jateng #01/2016 Format pelaksanaan Biennale Jateng #01/2016 hendak merepresentasikan capaian artistikestetik karya perupa dengan bingkai tematik kronotopos. Kesertaan perupa akan dipilih berdasarkan; (1) seleksi tertutup (undangan) dengan didasarkan pada pertimbangan kekaryaan (berkaitan dengan jenis, medium, teknik, gaya ungkapan, relevansi tematik) dan portofolio dengan proporsi kurang lebih 25% dari jumlah peserta; (2) seleksi terbuka (open call) dengan didasarkan pada kekaryaan (berkaitan dengan jenis, medium, teknik, gaya ungkapan, relevansi tematik) yang diusulkan dengan proporsi kurang lebih 75% dari total peserta. Karya seni yang diusulkan dapat diformat presentasinya dalam bentuk karya mandiri (individu) dan karya kolaborasi yang mengatasnamakan kelompok/komunitas/sanggar. Dalam hal format karya, masing-masing peserta wajib membuat deskripsi spesifik terkait dengan ukuran lebar, panjang, tinggi, dan berat, serta media plus kelengkapan penunjang yang diperlukan, termasuk desain ruang presentasi/display khusus (bila dimungkinkan). Venue Biennale Jateng #01/2016 disiapkan di beberapa tempat di kota lama semarang: Gedung outdetrap, gedung di jalan kepodang, GKBI, gedung Telkom dan Galeri Semarang. Semua hal yang terkait dengan teknis undangan dan pendaftaran kesertaan Biennale Jateng #01/2016, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi, diatur melalui mekanisme yang dilampirkan tersendiri.
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
Semarang, Juni 2016 Kurator: Djuli Djatiprambudi – Ko Kurator: Rahman Athian LAMPIRAN II LEMBAR SKETSA
No
Judul Karya
Ukuran/ Durasi
Media
Tahun Pembuatan
KonsepKarya :
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
LAMPIRAN III FOTO PERUPA
CURRICULUM VITAE (Contoh Format) Name
: Paijo
Born
: Pekalongan, 28 Oktober 1980
Address
: Jl.xxx, Kelurahan xxx, kab xxx, no.xxKode Pos.
Phone
: 085712624xxx
E-mail
:
[email protected]
Education
: InstitutSeni Surakarta :
Paijo, Lahir tanggal 28 Oktober 1980 merupakan perupa muda yang mengikuti beberapa pameran. Diantaranya xxxxxxxxxxxxx (tempat dan tahun), xxxxxxxxxxxx (tempat dan tahun), xxxxxxxxxxxxx (tempat dan tahun) dan beberapa pameran lain di Jawa Tengah dan Bandung. Menempuh gelar sarjana pada Jurusan Seni Rupa di Institut Seni Indonesia Surakarta. Saat ini berprofesi sebagai xxxxxxxxxx dan aktif di xxxxxxxx.
Pengalaman Pameran : (Thn) Judul pameran, tempat pameran, (Bersama dengan…) 2016 “Femalektika” at Museum Kartini Rembang, with Monika, Putut Wahyu W, Kokoh
Pengalaman Lain : 2014 Juara pertama lukis tingkat nasional (menggunakan bahasan indonesia) 2013 pembicara diInternational Seminar “The 2nd Cross Cultural Asian Art Education International Conference in Miriam College, Manila, Phillippines 2013 Peneliti dari International Seminar “The 2nd Cross Cultural Asian Art Education International Conference in Miriam College, Manila, Phillippines
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]
LAMPIRAN IV
Tanggal dan Waktu Kegiatan •
Pameran Utama: Tanggal 1 November 2016
•
Dibuka setiap hari mulai jam 10.00–21.00 WIB
•
Resepsi pembukaan diselenggarakan pada: 1 November 2016, 18.30–21.00 WIB (waktu tentatif)
•
Konferensi Pers: 12Oktober 2016, 10.00–13.00 WIB (waktu dan tempat tentatif)
•
Pengiriman karya paling lambat 25 Oktober 2016
•
Pengiriman data karya, Work In Progress dan CV paling lambat 30 Agustus 2016
•
Pengembalian karya 1–6 Desember 2016 (waktu tentatif)
Sekretariat :JlMerak 11A Kota Lama, Semarang 50175 (085712624247) Email :
[email protected]