EX-CC-AAJI-06-001 Jakarta Post – 04/05/2016, hal. 15 OJK Pertimbangkan kelonggaran aturan obligasi
3 Mei 2016 | 16:20 OJK Ubah Syarat Obligasi Negara untuk Investasi Asuransi http://id.beritasatu.com/home/ojk-ubah-syarat-obligasi-negara-untuk-investasi-asuransi/143878
JAKARTA- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana untuk memperluas kategori surat berharga atau obligasi negara yang akan menjadi sasaran 20% investasi dari premi industri asuransi dan dana pensiun. “OJK berecana membuat Surat Edaran bahwa 20% investasi dari premi asuransi dan dana pensiun tidak hanya bisa ditanamkan pada obligasi negara, namun juga pada obligasi BUMN sektor infrastruktur,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank OJK Firdaus Djaelani di Jakarta, Selasa. "Sekarang (2016) juga bisa sih (diterapkan), tapi kita akan cek dahulu kebutuhan pembiayaan BUMN infrastruktur itu berapa," kata Firdaus selepas menghadiri seminar di Universitas Negeri Jakarta. Firdaus mengatakan, dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang seluruh pimpinan BUMN sektor infrastruktur untuk membahas kebutuhan tambahan pendanaan yang akan dicari melalui penerbitan obligasi. Seperti diketahui, mulai awal tahun ini, OJK mewajibkan pelaku industri keuangan non-bank, seperti asuransi dan dana pensiun, untuk menaruh investasi dari preminya sebesar 20 persen ke Surat Utang Negara atau obligasi negara. Ketentuan itu agar porsi kepemilikan domestik di pasar SUN dapat lebih besar. Saat ketentuan itu dibuat, 38,4% dari kepemilikan SUN dikuasai investor asing. Firdaus mengatakan, pada awalnya ketentuan untuk menempatkan obligasi BUMN infrastruktur sebagai instrumen investasi dari asuransi dan dana pensiun ingin diterapkan pada 2017. Pada tahun depan, memang syarat porsi investasi asuransi dan dana pensiun ke SUN naik dari 20% menjadi 30%. Namun, dia melihat perluasan instrumen investasi itu bisa diterapkan tahun ini, terlebih kebutuhan pendanaan BUMN Infrastruktur juga cukup mendesak. Di sisi lain, dengan bertambahnya ketersediaan surat utang sebagai instrumen wajib investasi bagi
asuransi dan dana pensiun, dapat menjaga imbal hasil yang nanti diterima pelaku industri. Saat ini, imbal hasil SUN Bergerak di sekitar 7%. Menurut Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Hendrisman Rahim, saat ini, pelaku industri asuransi jiwa sudah berlomba-lomba untuk memburu SUN, sebagai pemenuhan kewajiban investasi premi sebesar 20%. Namun, menurutnya, ketersediaan SUN saat ini hampir tidak dapat mencukupi permintaan asuransi dan dana pensiun. Pelaku industri juga harus bersaing untuk berburu SUN, termasuk bersaing dengan para investor asing, dan korporasi lain non-IKNB. "Akibatnya nanti kalau permintaan lebih banyak, harga SUN bisa naik, dan nanti yield (imbal hasil) nya turun," kata Hendrisman. (ant/gor)
Kontan – 04/05/2016 Premi Melejit, Laba Asuransi Jiwa Melesat
Rabu, 04 Mei 2016 / 06:10 WIB Premi melejit, laba asuransi jiwa melesat http://keuangan.kontan.co.id/news/premi-melejit-laba-asuransi-jiwa-melesat
JAKARTA. Bisnis industri asuransi jiwa mulai membaik. Lihat saja, perolehan laba di kuartal I 2016 yang tumbuh hingga 56%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, laba asuransi jiwa pada tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp 2,5 triliun. Laba melesat lantaran perolehan premi asuransi jiwa kembali kencang. Bahkan, premi yang diraih melebih ekspektasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). Togar Pasaribu Direktur Eksekutif AAJI memperkirakan, di kuartal pertama 2016 pertumbuhan premi bakal menembus dua digit. Minimal kenaikan premi yang didapat asuransi jiwa sebesar 10% secara year on year (yoy). Namun nyatanya, pertumbuhan premi mencapai 22%. Pertumbuhan premi kuartal satu tahun ini jauh lebih tinggi ketimbang kuartal I tahun lalu yang sebesar 5,8%. Bancassurance Iklim ekonomi yang mulai membaik berdampak bagi asuransi jiwa. Apalagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang secara perlahan naik mendorong penjualan unitlink. Minat nasabah membeli unitlink makin tinggi. Jalur bancassurance juga menjadi penopang perusahaan asuransi jiwa mencetak kinerja apik. PT Asuransi Jiwasraya termasuk yang kinerjanya melejit. Pertumbuhan premi Jiwasraya bahkan mencapai 216% pada kuartal I 2016. Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya menyebut, premi Jiwasraya mencapai Rp 3,8 triliun. Di kuartal I 2015, premi Jiwasraya hanya Rp 1,2 triliun. Jalur distribusi bancassurance berkontribusi hingga separuh perolehan premi Jiwasraya. Selebihnya berasal dari agen sebesar 30% dan 20% berasal dariemployee benefit sampai telemarketing. Sementara PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri (AJTM) meraih pertumbuhan premi 5% atau mencapai Rp 115,9 miliar pada kuartal I lalu. Dari target setahun, AJTM telah merealisasikan perolehan premi sebanyak 27%. Hingga akhir 2016, target premi AJTM Rp 420 miliar. AJTM optimistis target premi bakal tercapai. Khusnun Arief, Direktur AJTM mengatakan, peluang mendulang premi terbuka lebar sebab potensi dari segmen nasabah korporasi masih luas. AJTM mengandalkan pasar korporat sebagai ladang utama untuk mengumpulkan premi. Hampir 80% target premi berasal dari segmen asuransi kumpulan. Captive market berasal dari industri migas menjadi sumber utama yakni mencapai 50%.
Kontan – 04/05/2016, hal 24 Tahun Lalu, Laba Reliance Life Tumbuh 20%
Selasa, 03 Mei 2016 / 18:10 WIB Laba Reliance Life tumbuh 20% http://keuangan.kontan.co.id/news/laba-reliance-life-tumbuh-20
JAKARTA. Laba PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia (Reliance Life) tumbuh 20% sepanjang tahun lalu. Pertumbuhan laba disokong pertumbuhan pendapatan premi. Reliance Life mencatat perolehan laba sebesar Rp 14,25 miliar per Desember 2015, atau tumbuh 20% year on year (yoy) dari tahun 2014 senilai Rp 11,91 miliar. Melesatnya laba Relience disokong pendapatan premi tahun lalu yang melonjak 50% dibandingkan tahun 2014 menjadi Rp 197,28 miliar. Pertumbuhan ini didorong segmen pilihan perusahaan yang merupakan mass market. Atas kondisi ini, perusahaan fokus melakukan diversifikasi jalur distribusi dengan menyasar komunitas untuk mendorong kontribusi segmen ritel. “Kami meningkatkan kontribusi penjualan produk melalui jalur distribusi yang membidik ke komunitas, seperti komunitas nelayan di Banyuwangi, petani kelapa sawit di Riau, komunitas motor, dan berbagai komunitas lainnya,” papar Prihantoro, Direktur Utama Reliance Life dalam keterangan tertulis, Selasa (3/5). Tahun ini, perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan premi mencapai 70% menjadi Rp 340 miliar. Anak usaha Reliance Group ini akan meningkatkan infrastruktur IT, dan ekspansi pasar ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain juga mengandeng lembaga jasa keuangan lainnya seperti perusahaanmultifinance, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank Pembangunan Daerah.
Selasa, 03 Mei 2016 | 19:18 Pendapatan Premi Reliance Life Melonjak 50 Persen di 2015 http://www.beritasatu.com/asuransi/363226-pendapatan-premi-reliance-life-melonjak-50-persen-di2015.html
Jakarta - PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia (Reliance Life) membukukan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 48,34 persen menjadi Rp 197,28 miliar selama 2015 dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp 132,99 miliar. Pertumbuhan pendapatan premi ini juga diikuti oleh kenaikan laba bersih Reliance Life sebesar 20 persen menjadi Rp 14,25 miliar per Desember 2015 dari Rp 11,91 miliar pada 2014 lalu. Adapun, kontribusi premi produk asuransi jiwa Reliance Life meliputi produk Reliance Credit Life normal death, yakni produk asuransi jiwa kumpulan untuk peserta asuransi kredit debitur bank, koperasi, dan lembaga keuangan non bank lainnya, produk Reliance Credit Life dan Reliance Term Life normal death. Direktur Utama Reliance Life, Prihantoro, mengatakan perseroan membidik segmen mass market untuk meningkatkan perolehan premi. Oleh karena itu, Reliance Life fokus melakukan diversifikasi jalur distribusi melalui jalur distribusi komunitas guna meningkatkan kontribusi segmen ritel. "Kami meningkatkan kontribusi penjualan produk melalui jalur distribusi yang membidik ke komunitas, seperti komunitas nelayan di Banyuwangi, petani kelapa sawit di Riau, komunitas motor, dan berbagai komunitas lainnya,” papar Prihantoro dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/5). Perseroan menyadari pentingnya memberikan edukasi tentang pentingnya asuransi kepada segmen masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, Reliance Life fokus memasarkan produk asuransi jiwa konvensional dengan besaran premi yang terjangkau. Prihantoro menambahkan perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan premi mencapai 70 persen menjadi Rp340 miliar pada tahun ini. "Kami juga akan meningkatkan kontribusi jalur distribusi yang menyasar ke komunitas, didukung oleh kesiapan infrastruktur IT, dan ekspansi pasar ke Jawa Timur dan Jawa Tengah," kata Prihantoro. Selain itu, Reliance Life akan meningkatkan kerja sama dengan lembaga jasa keuangan lainnya, terutama yang juga menggarap segmen pasar yang sama dengan Reliance Life, seperti perusahaan multifinance, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank Pembangunan Daerah.
May 3, 2016 Premi Reliance Life Tumbuh 48,34% http://infobanknews.com/premi-reliance-life-tumbuh-4834/
Jakarta – PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia (Reliance Life) membukukan lonjakan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 48,34% menjadi Rp197,28 miliar selama 2015 dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sebesar Rp132,99 miliar. Pertumbuhan pendapatan premi ini juga diikuti oleh kenaikan laba bersih Reliance Life sebesar 20% menjadi Rp14,25 miliar per Desember 2015 dari Rp11,91 miliar pada 2014 lalu. Adapun, kontribusi premi produk asuransi jiwa Reliance Life meliputi produk Reliance Credit Life normal death, yakni produk asuransi jiwa kumpulan untuk peserta asuransi kredit debitur bank, koperasi, dan lembaga keuangan non bank lainnya, produk Reliance Credit Life dan Reliance Term Life normal death. Direktur Utama Reliance Life Prihantoro mengatakan perseroan membidik segmen mass market untuk meningkatkan perolehan premi. Oleh karena itu, Reliance Life fokus melakukan diversifikasi jalur distribusi melalui jalur distribusi komunitas guna meningkatkan kontribusi segmen ritel. “Kami meningkatkan kontribusi penjualan produk melalui jalur distribusi yang membidik ke komunitas, seperti komunitas nelayan di Banyuwangi, petani kelapa sawit di Riau, komunitas motor, dan berbagai komunitas lainnya,” papar Prihantoro dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa 3 Mei 2016. Perseroan menyadari pentingnya memberikan edukasi tentang pentingnya asuransi kepada segmen masyarakat menengah ke bawah. Oleh karena itu, Reliance Life fokus memasarkan produk asuransi jiwa konvensional dengan besaran premi yang terjangkau. Prihantoro menambahkan perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan premi mencapai 70% menjadi Rp340 miliar pada tahun ini. “Kami juga akan meningkatkan kontribusi jalur distribusi yang menyasar ke komunitas, didukung oleh kesiapan infrastruktur IT, dan ekspansi pasar ke Jawa Timur dan Jawa Tengah,” kata Prihantoro. Selain itu, Reliance Life akan meningkatkan kerja sama dengan lembaga jasa keuangan lainnya, terutama yang juga menggarap segmen pasar yang sama dengan Reliance Life, seperti perusahaan multifinance, Bank Perkreditan Rakyat, dan Bank Pembangunan Daerah. Reliance Life merupakan perusahaan asuransi jiwa yang berdiri sejak 25 September 2012 dan berada di bawah naungan PT Reliance Capital Management (Reliance Group). Perseroan telah meraih sertifikasi ISO 9001:2008 pada 10 Desember 2015.(*)
Bisnis Indonesia – 04/05/2016, hal. 21 Penetrasi Tak Kunjung Tinggi
Jakarta Post – 04/05/2016, hal. 16 Manulife US REIT menargetkan $ 470 juta di IPO S'pore
Rabu, 04 Mei 2016 | 01:16 http://www.beritasatu.com/emiten/363280-bei-beri-return-terbesar-di-dunia.htmlEI BEI Beri Return Terbesar di Dunia
Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio mengatakan dalam 10 tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Eefek indonesia (BEI) sudah bertumbuh 317%. Pertumbuhan rata-rata per tahun (Compound Annual Growth Rate/CAGR) sekitar 15%, tanpa dividen. Jika dengan dividen, CAGR pertumbuhan IHSG sekitar 22%. “Dengan data itu, saya bisa mengatakan, BEI adalah bursa yang memberikan return terbesar sedunia bagi investor selama 10 tahun terakhir,” kata Tito dalam acara pemberian penghargaan Best Listed Companies 2016 yang digelar Majalah Investor di Jakarta, Selasa (3/5). Tito mengungkapkan, impian BEI adalah mampu menjadi bursa yang terbesar di Asia Tenggara dari segi jumlah emiten dan nilai perdagangan per hari. Guna mencapai target tersebut, BEI melakukan roadshow atau sosialisasi secara nasional maupun internasional. Selain itu, BEI juga berupaya memfasilitasi munculnya produk-produk baru di pasar modal. “Kita akan upayakan reksadana penyertaan terbatas bisa masuk ke pasar, seiring dengan kebijakan tax amnesty yang diharapkan bisa segera direalisasikan,” kata Tito. Optimisme di Pasar Modal Indonesia. Dalam kesempatan yang sama Pemimpin Redaksi Invetsor Daily dan Majalah Investor Primus Dorimulu mengatakan hari-hari ini, optimisme menyergap pasar modal Indonesia. Dalam empat bulan pertama 2016, indeks harga saham gabungan di BEI sudah naik di atas 5,5%. Kenaikan indeks disebabkan oleh sejumlah faktor. Dari global, ada kebijakan moneter negara maju menuju suku bunga negatif. Eropa dan Jepang masih berkutat dengan slow down ekonomi. Bank Sentral AS, The Fed juga belum menaikkan lagi suku bunga acuannya karena pemulihan ekonomi di AS belum mencapai target. Sementara itu, Tiongkok masih dilanda over capacity. Dari sentimen domestik, kata Primus, Indonesia masuk rezim suku bunga kredit di bawah satu digit. Infrastruktur sedang dibangun dengan gencar, dan belanja pemerintah sudah dikucurkan sejak kuartal I2016. “Lalu terjadi perbaikan iklim investasi tanpa henti. Pemerintah pun sudah meluncurkan paket stimulus ekonomi hingga 12 kali, dan akan terus dikucurkan,” kata dia. Faktor domestik, kata Primus, kian mendukung saat pemerintah menaikkan pendapatan tidak kena pajak menjadi Rp 54 juta setahun atau Rp 4,5 juta per bulan. Kini, pemerintah tengah menjajaki kebijakan tax amnesty. Potensi dana orang Indonesia yang berada di luar negeri sekitar Rp 11.400 triliun atau sama dengan PDB Indonesia. Jika Rp 1.500 triliun saaja masuk pasar modal Indonesia, IHSG diprediksi akan melesat.
Primus menjelaskan, dari data yang dihimpun, laba emiten berhasil membaik sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi terus melaju hingga lima tahun ke depan, laba emiten juga akan semakin positif. “Sejalan dengan pertumbuhan laba emiten, indeks juga akan melesat,” kata dia. Dalam sepuluh tahun terakhir, IHSG rata-rata naik 21% per tahun dan laba emiten bertumbuh 18% setahun. Dengan asumsi IHSG bertumbuh 21% setahun, kata Primus, maka pada 2026, IHSG diperkirakan mampu menembus 25.000. Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia Franciscus Welirang mengatakan, saat ini industri pasar modal masih memerlukan peningkatan kualitas, termasuk tuntutan atas pemenuhan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). Dalam 10 tahun terakhir, kata dia, para emiten dihadapi berbagai tantangan, baik nasional maupun global. Seiring itu, emiten juga banyak mengalami perubahan. Kini, siap tidak siap, emiten harus menghadapi tantangan yang lebih luas, yakni Masyarakat Ekonomi Asean yang dimulai sejak akhir 2015. MEA diyakini akan membuat kawasan ASEAN berdaya saing. Sebab, MEA menyepakati pembebasan arus barang, jasa, tenaga kerja, investasi, dan penghapusan tarif perdagangan. “Ini akan menjadi tantangan sendiri dari para emiten. Di sisi lain, ada dorongan dari pemerintah untuk perbaikan ekonomi, melalui 12 paket kebijakan dan seterusnya,” jelas Franciscus. Strategi OJK Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad mengatakan, melalui penyelenggaraan Investor Awards The Best Listed Companies 2016 ini, pihaknya berharap ditengah optimisme perkembangan positif perekonomian Indonesia tahun 2016, kegiatan ini dapat mendorong semangat emiten Indonesia untuk terus meningkatkan kinerjanya. Sehingga, mendorong para investor untuk belomba-lomba melakukan investasi di pasar modal Indonesia. Lebih lanjut, merespon perkembangan makroekonomi global dan domestik di tahun 2016 yang diperkirakan masih bergerak cukup dinamis, kata Muliaman, kinerja lembaga keuangan nasional masih berada dalam kondisi yang baik. Kecukupan modal lembaga jasa keuangan jauh diatas persyaratan minimum, rasio kecukupan modal bank (CAR) tercatat sebesar 22%, sementara modal berbasis risiko (RBC) industri asuransi jiwa dan asuransi umum tercatat 534% dan 262%. “Dari kondisi likuiditas, risiko kredit dan risiko pasar lembaga keuangan juga dapat dipertahankan pada tingkat yang terkendali dengan baik. Non Performing Loan Net (NPL) dan Non Performing Financing (NPF) industri perbankan masing-masing sebesar 2,83% dan 0,65%, masih jauh di bawah ambang batas,” kata dia. Untuk pasar modal, lanjut Muliaman, IHSG menempati posisi nomor dua tertinggi di kawasan Asean setelah Thailand. Industri reksadana juga mencerminkan pertumbuhan positif, melalui Nilai Aktiva Bersih (NAB) ryang mengalami pertumbuhan signifikan. Pada akhir April 2016 NAB reksadana tercatat sebesar Rp299 triliun atau meningkat 9,95% secara year to date. Berdasarkan data Laporan Keuangan Tahunan (LKT) Emiten dan Perusahaan Publik tahun 2015 yang telah disampaikan ke OJK hingga akhir April 2016 ini, meskipun terdapat penurunan kinerja dibanding tahun sebelumnya, namun mayoritas emiten atau 75% dari total 526 emiten masih mampu membukukan laba. Selain itu, total asset emiten dan perusahaan publik tercatat meningkat sebesar 10% tahun lalu, total nilai ekuitas meningkat hampir sebesar 14%, dan laba bersih meningkat hampir mencapai 36% dibandingkan tahun lalu. “Melihat kondisi-kondisi tersebut diatas, saya optimis bahwa di tahun 2016 ini kinerja pasar modal kita masih akan terus meningkat dan bergerak positif hingga akhir tahun,” kata dia.
Tahun ini, lanjut Muliaman, OJK bersama berbagai pemangku kepentingan terkait telah mencanangkan beberapa program strategi untuk mendorong laju pasar modal. Strategi tersebut yakni,Pengembangan produk-produk baru maupun optimalisasi produk-produk yang sudah ada sebelumnya di pasar modal. Produk yang dimaksud seperti produk derivatif baik yang berbasis ekuitas, maupun surat utang, obligasi daerah, produk pasar modal syariah (sukuk), dan produk investasi lainnya seperti produk Efek Beragun Aset-Surat Partisipasi (EBA-SP), maupun Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT). Lalu, OJK juga berupaya meningkatkan kemudahan akses ke pasar modal. Upaya yang dilakukan adalah pendampingan bagi usaha yang belum berkembang (UKM) dan usaha start up yang berminat memperoleh pendanaan dari lantai bursa. “Strategi lainnya adalah peningkatan kualitas pelaku industri jasa keuangan, melalui pengembangan pedoman tata kelola perusahaan, serta pengembangan infrastruktur pasar modal melalui peningkatan efisiensi penyelesaian transaksi dan sistem kliring,” kata Muliaman.
Pendirian UUS, OJK Terbitkan Izin 2 Perusahaan Bisnis Indonesia – 04/05/2016, hal. 22