Edisi Januari/LPMPD/I/FIAI/2016
Cover : Luthfi Zulhaqqi
DRAMA PEMBANGUNAN GEDUNG FIAI
SALAM REDAKSI
(red.)
DAFTAR ISI DAFTAR ISI EDITORIAL LAPORAN UTAMA PUISI OUR SPY OPINI RESENSI KOMIK
MANDIRI DALAM BEKERJA
MERDEKA
DALAM BERKARYA
STRUKTUR ORGANISASI LPM PILAR DEMOKRASI
PEMIMPIN UMUM GHAZIAN LUTHFI ZULHAQQI
SEKRETARIS UMUM LISNAWATI
BENDAHARA UMUM FIRA VEBY FITRIZKY
PEMIMPIN REDAKSI NAILI JANNATI
STAF REDAKSI REDAKTUR PELAKSANA DANDUN SETIAWAN FAMBUDI FOTOGRAFI PRHANATA NERHA DESAIN GRAFIS IQBAL MAULANA CANDRA P 2| Deru Pos
LITBANG Pemimpin Bidang TEDY JULIAN RESA Sekretaris Bidang RANY APRIANI
PSDM Pemimpin Bidang UMI SHOLEHAH Sekretaris Bidang MUKHLIS WINATA
JARINGAN KERJA DAN MEDIA Pemimpin Bidang FUAD ADZKA Sekretaris Bidang SRI WAHYUNINGSIH Staf M. SAFINGI
Foto oleh : Prhanata Nerha
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) telah mengajukan permohonan pembangunan gedung kepada Rektor Universitas lslam Indonesia sejak 03 November 2014 lalu. Tuntutan pembangunan gedung FIAI dianggap sebagai suatu kebutuhan yang harus segera dipenuhi sebagai hak dan keadilan yang seharusnya diperoleh disebuah institusi pendidikan. Jika mengkaji ulang sisi historis FIAI, fakultas ini merupakan cikal bakal UII. FIAI merupakan fakultas tertua yang ada di UII. Namun, jika dilihat dari sisi sarana dan prasarana serta fasilitas yang ada di FIAI masih jauh dari harapan mahasiswa. Jangankan berharap memiliki gedung, sebatas ruangan saja masih menjadi persoalan klasik yang tak kunjung usai. Hal mendasar yang perlu dipersiapkan adalah adanya academic plan (perencanaan akademik) yang disusun secara matang oleh pihak FIAI UII. Perencanaan akademik yang harus disusun oleh FIAI UII meliputi model pembelajaran
yang akan diadobsi, arah gerak FIAI terutama pada nilai-nilai keIslaman yang akan dibawakan di Indonesia, kegiatan penelitian (research) dan pengembangan (development), serta perencanaan lain yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dari visi dan misi FIAI UII. Hal ini menjadi salah satu kewajiban yang harus ditunaikan oleh pihak FIAI. A p a k a h c u k u p h a n y a s e b a t a s p e r en c a a n akademiknya saja yang ditunaikan? Tentu hal ini tidak cukup, harus ada revenue yang sesuai juga. Bagaimana cara mendongkrak revenue di FIAI padahal biaya kuliah untuk mahasiswa strata satu masih diberikan subsidi dari pihak yayasan? Sudah seharusnya pihak pimpinan universitas, pimpinan FIAI, jajaran mahasiswa FIAI melakukan kajian terkait persoalan yang penuh dilematis ini demi terwujudnya kemaslahatan bersama.
KAMI MENERIMA HAK JAWAB ATAS BERITA YANG KAMI MUAT DALAM BULETIN DERU POS KRITIK/SARAN :
[email protected]
3| Deru Pos
LAPORAN UTAMA Pembangunan Gedung FIAI Patut Dibarengi Academic Plan Untuk Mencapai Revenue Proses pembangunan gedung dak serta merta hanya sekedar pelayangan surat pembangunan, namun hal yang harus dipersiapkan ialah arah gerak FIAI ke depan dalam jangka panjang. Oleh: Naili Janna
Sumber : senenkliwon.wordpress.com
P
ada dasarnya bangunan gedung memegang peranan penting sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya sehari-hari. Dalam Undang-undang (UU) Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung memiliki fungsi antara lain fungsi hunian,keagamaan, usaha, pendidikan, sosial dan budaya serta fungsi khusus. Fungsi bangunan tentunya akan dicantumkan di dalam Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Dilematika pembangunan gedung Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) diresahkan pada kalangan mahasiswa. Hal tersebut dapat tercermin pada aksi yang dilakukan oleh mahasiswa pada 13 Oktober 2015 lalu, dengan tema “KM UII menagih tahu”. Dalam aksi tersebut mahasiswa menuntut pembangunan gedung FIAI UII. Menurut Tamyiz Mukharrom selaku Dekan FIAI UII, pembangunan gedung FIAI yang dirasa merupakan sebagai kebutuhan dhoruriyat yaitu suatu keharusan yang sesegera mungkin dilakukan. Dikatakan bersifat mendesak karena jumlah mahasiswa FIAI UII yang setiap tahunnya terus bertambah, sehingga kebutuhan akan ruangan kelas yang memadai sesuatu yang urgent. “Jika mahasiswa baru FIAI setiap tahunnya bertambah hingga mencapai 500 per angkatan, FIAI membutuhkan gedung baru”, jelas Tamyiz Mukharrom. Melihat gedung FIAI baru akan diadakan setelah gedung untuk fakultas hukum dan rumah sakit pendidikan dibangun. Padahal di FIAI sendiri hanya memiliki 11 ruangan, diantaranya 5 ruangan di gedung KH. Wahid Hasyim dan 6 ruangan di gedung KH. Mas Mansyur. “Dari pihak FTI sendiri sudah tidak memperbolehkan FIAI menambah ruang kelas, wajar sih karena dari FTI sendiri kekurangan 4| Deru Pos
ruangan disebabkan jumlah mahasiswanya yang cukup banyak”, tambahnya menjelaskan kondisi ruang kelas yang ada di FIAI. Pihak FIAI secara tersurat telah mengajukan pembangunan gedung sejak 03 November 2014 (10 Muharram 1435) lalu. Adapun kebutuhan untuk ruang kelas yaitu 33 ruang kelas untuk strata satu, 15 ruang kelas untuk strata dua dan tiga, serta beberapa ruang lain seperti ruang dekan, wakil dekan, prodiprodi, administrasi, laboraturium, dan lain-lain. “Ini merupakan pengajuan yang kedua kalinya terkait pembangunan gedung FIAI”, ungkapnya saat menjelaskan pengajuan pebangunan gedung secara resmi oleh pihak FIAI. Ilya Fadjar Maharika, Wakil Rektor 1 UII menjelaskan persoalan terkait jumlah mahasiswa masih dapat disiasati dengan mengurangi penerimaan mahasiswa baru. “untuk tahun 2016 ini hanya sekitar 4.000 mahasiswa yang akan diterima”, jelasnya. Mengurangi penerimaan jumlah mahasiswa baru dapat dijadikan sebagai solusi jangka pendek saja terkait persoalan ruangan. Untuk solusi jangka menengahnya ialah dengan melakukan efektifitas penggunaan laboraturium yang ada di gedung KH. Wahid hasyim. “Sebagian laboraturium yang ada di gedung KH. Wahid Hasyim, misalnya laboraturium kimia akan dipindahkan ke gedung Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)”, tangkasnya merujuk pada persoalan ruangan. Tentu hal ini segera dipersiapkan dengan matang agar menjawab keresahan-keresahan mahasiswa. Sejauh ini pihak FIAI dan Rektorat UII telah membentuk tim untuk perencanaan pembangunan gedung FIAI. Saat ini yang menjadi persoalan bukan sekedar terkait pada pembangunan gedung saja, namun hal mendasar yang perlu dipersiapkan adalah adanya academic plan (perencanaan akademik) yang disusun secara matang oleh pihak FIAI UII. Perencanaan akademik yang harus disusun oleh FIAI UII meliputi model pembelajaran yang akan diadobsi, arah gerak FIAI terutama pada nilai-nilai keIslaman yang akan dibawakan di Indonesia, kegiatan penelitian (research) dan pengembangan (development), serta perencanaan lain yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai dari visi dan misi FIAI UII. Sebagai contoh konsep al-Hikmah yang ada pada zaman Harun Arasyid di Baghdad. Konsep
LAPORAN UTAMA
Foto oleh : Prhanata Nerha
pendidikan yang dijalankan adalah Research University dengan model seperti pondok pesantren dengan membawakan nilai-nilai keIslaman ala Timur Tengah. “Tentu persoalan ini perlu didiskusikan bersama, sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai Waki Rektor memikirkan hal ini juga”, tegasnya. Terkait gedung yang akan didahulukan untuk dibangun dapat didiskusikan kepada pihak yayasan sesuai dengan kebutuhan dan arah gerak yang jelas. Karena pada dasarnya saat pengambilan keputusan oleh pihak yayasan dengan konsep musyawarah mufakat. Dalam hal ini mahasiswa dapat berkontribusi terkait arah gerak FIAI dengan mengadakan kajian terkait konsep keIslaman yang akan dibumikan sebagai universitas Islam ala Indonesia. Selain pada persoalan perencanaan akademik, berkaitan juga dengan budget yang ada di FIAI. Megingat bahwa biaya kuliah di FIAI masih mendapatkan subsidi dari pihak yayasan. “Revenue yang diperoleh dari FIAI masih sedikit, untuk memperoleh revenue maka menyiasati biaya yang ada di FIAI perlu adanya pembaharuan yaitu dengan dibukanya kelas International program dan mengurangi jumlah strata satu reguler dengan memfokuskan pada kelas strata dua dan tiga”, jelasnya. Sehingga biaya untuk pembangunan gedung dapat ditutupi dengan konsep pendidikan yang memadai. “Jika ingin menyelenggarakan pendidikan sudah seharusnya pihak kampus memenuhi segala fasilitas yang ada di FIAI UII, jangan memandang persoalan biaya menjadi prioritas utama tetapi pada tujuan diselenggarakan pendidikan”, ungkap Jefri Hery Sofyan mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2014. Kalau ada perbedaan maka akan timbul kecemburuan sosial antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya. Seharusnya antara hak dan kewajiban harus seimbang, demi tercapainya proses belajar mengajar yang nyaman. Jika ruangan kelasnya kecil, sedangkan jumlah rata-rata mahasiswa per kelas mencapai 50-70 orang. Sehingga sudah tidak kondusif juga kan dengan jumlah mahasiswa yang per kelasnya terlalu banyak. Menurut Zaki mahasiswa Ekonomi Islam angkatan 2013 mengungkapkan bahwa FIAI ini merupakan cikal bakal UII, sudah seharusnya diberikan fasilitas
yang memadai tidak perlu muluk-muluk dibangunkan gedung. Hal terpenting adalah yang ada sekarang disempurnakan seperti ruang kelas yang nyaman untuk proses belajar mengajar. Bentuk contoh lainnya ruang publik untuk Foto oleh : Naili Jannati mahasiswa mengadakan diskusi (hall FIAI) telah dirubah menjadi mushala. Sisi lainnya ialah laboraturium yang ada di fakultas ini segera disempurnakan, karena selama saya menjadi mahasiswa FIAI sejak tahun 2013 lalu, baru satu kali masuk dan menggunakan laboraturium”, ungkapnya. Reportase bersama : Phranata Nerha
PUISI
LELAH AKU JADI ANAK TIRI Oleh : Tubagus Urief
Berhamburan gedung elok Lelah aku menyinggahi Bukan tak ada kenyamanan Tetapi tak ada kepastian kapan aku hidup dengan sayap gedungku sendiri.. jalan lurus tengah jogja itu menjadi kenangan atas perjuangan perih di atas penderitaan demangan telah menjadi sejarah kenangan karena aku telah mendua.. mendua dari sisa sisa puing gedung itu yang di singgahi.. tak lupa sorowijayan juga pernah aku singgahi.. walaupun mata letik tubuh ini lelah sibuk mengitari.. sesampainya di puncak atas merapi aku pun masih jadi anak tiri… tuhan dengarlah setiap lantunan doaku dengarkan lah setiap sajak tasbihku mengharap gedungku agar penguasa itu sadar aku ini anak kandungnya sadarkanlah tuhan agar dia ingat AKU INI ANAK KANDUNGNYA.. semoga sampailah doa ku ini kepadamu tuhan.. usaikan penderitaan ini.. di tengah sesaknya mahasiswa berebut kursi.. karena tak bisa di pungkiri lelah aku menjadi anak tiri..
5| Deru Pos
Fasilitas Berada
Pada Zona Merah Oleh : M. Fuad Azka
Foto oleh : Prhanata
Foto oleh : Prhanata Nerha
Foto oleh : Prhanata Nerha Foto oleh : Prhanata Nerha
OPINI TOLERANSI LA RAIBA FIH Oleh : Ghazian Luthfi Zulhaqqi Toleransi, khususnya dalam lingkup teologis bukan lagi menjadi topik pembahasan yang baru, baik di kalangan akademisi maupun masyarakat umum. Kata “toleransi' sudah sangat Biasanya, setiap kali menjelang hari-hari besar keagamaan, orang-orang ramai berbicara toleransi, surat kabar dan media mengangkatnya sebagai headline (berita utama), kampus dan sekolah seolah gagap menyeleggarakan seminar-seminar keagamaan, pemimpin negara berpidato di hadapan rakyatnya menginstruksikan tasamuh dan masih banyak lagi. Berbagai lapisan masyarakat seperti belomba-lomba saling nasehat-menasehati antar mereka supaya saling bertoleransi satu sama lain. Tidak ada yang salah dengan hal yang dilakukan oleh pihak-pihak protoleransi di atas, tidak juga ada yang sia-sia dengan kegiatan itu, tetapi pertanyaan yang timbul kemudian adalah, masih haruskah orang Indonesia yang heterogen dan dengan sejarah toleransi panjangnya perlu diingatkan dan dinasehati terus menerus pada setiap momentum keagamaan? Jawabannya tentu ada diri kita masingmasing, apakah kita sudah menjad manusia yang toleran? apakah kita masih dianggap pemangsa bagi umat agama lain? atau pertanyaan mendasarnya adalah, seberapa memahami kita tentang makna toleransi itu sendiri? Bagi orang yang beragama Islam, konsep toleransi sebenarnya sudah sejak dulu diperkenalkan dan diajarkan oleh Rasullullah SAW secara terang dan konkret, manusia luhur, cermin samahah yang palng faktual. Misalnya, tercermin dari cerita Jabir bin Abdullah RA. Suatu hari Rasul SAW. berdiri ketika lewat seorang jenazah Yahudi, kemudian setelah mengikuti apa yang dilakukan Rasul SAW, para sahabat ketika itu mendampingi melontarkan pertanyaan sebab berdirinya Rasul SAW. Jawaban Rasulullah ternyata sederhana, orang Yahudi tadi juga manusia. Jelas, Rasul tidak memandang latar belakang si jenazah, memperlakukan semua manusia, bahkan yang sudah tidak bernyawa sekalipun dengan 8| Deru Pos
perlakuan yang sama. Pun demikian halnya dengan Yahudi yang masih hidup dan umat agama lain pada umunya, sikap Rasul tetap sama, toleran. Lagi-lagi kalau kita mau melihat sejarah kembali, memeriksa dan membuka beberapa buku bagaimana dahulu Rasul dengan jenius membina dan meracik kehidupan masyarakat pasca hijrahnya dari Mekkah, yaitu ke Madinah dengan sangat apik dan bijak. Rapi dan adil. Tanpa ada tendensi kebencian, tanpa niatan intimidasi kepada kelompok minoritas. Piagam Madinah, yang disebut-sebut sebagai konstitusi terulis pertama di dunia menjadi bukti Rasulullah SAW. menggariskan sikap toleran, adalah sikap yang wajib dimiliki oleh setiap Muslim. Kehadiran “Piagam Madinah” nyaris 6 abad mendahului Magna Charta, dan hampir 12 abad mendahului Konstitusi Amerika Serikat ataupun Prancis. Kandungan Piagam Madinah terdiri dari 47 pasal, 23 pasal mengaur hubungan antar sesama umat Islam yaitu; antara Kaum Anshar dan Kaum Muhajirin, dan sisanya beris tentang hubungan umat Islam dengan umat agama lain, termasuk Yahudi. Kalau kita persempit ruang lingkup pembahasannya, di Indonesia, apa yang telah diajarkan dan dikonsep oleh Rasul melalui Piagam Madinahnya belum Ilustrasi oleh : Iqbal Maulana sepenuhnya diresapi dan amalkan. Paling tidak, dari kurun waktu 1990-2008, mengutip laporan penelitian dari Ihsan Ali Fauzi, Rudy Haisyah dan Samsu Tizal panggabean, jumlah sebaran konflik keagaamaan di setiap propinsi di Indonesia tergolong besar. Total ada 547 insiden konflik keagamaan yang berujung damai dan 285 konflik keagamaan dengan kekerasan. Sementara pada tahun 2009 Setara Institute mencatat 200 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan yang mengandung 291 jenis tindakan. Terdapat 10 wilayah dengan tingkat pelanggaran tertinggi yaitu, Jawa Barat (57 peristiwa), Jakarta (38 peristiwa), Jawa Timur (23 peristiwa), Banten (10 peristiwa),
OPINI Nusa Tenggara Barat (9 peristiwa), Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Bali masing-masing (8 peristiwa), dan berikutnya Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur masing-masing (7 peristiwa). Meskipun, persentase konflik keagamaan lebih besar yang berujung pada aksi damai, namun hal ini perlu menjadi renungan bersama. Dengan jumlah Muslim yang mayoritas, Indonesia (seharusnya) hampir mustahil untuk terjadi konflik keagamaan dengan intensitas sesering itu. Menurut Emha Ainun Nadjib atau lebih dikenal dengan sapaan Cak Nun mengatakan Toleransi itu ialah ketika seekor kucing masuk ke dalam kandang kambing. Kucing tadi tidak harus memaksakan diri mengembik dan sebaliknya, kambing juga tidak seharusnya memaksakan diri untuk mengeong. Pokoknya, urusan agama adalah urusan pribadi dengan Tuhannya. Agama ibarat “isteri” yang tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya, demikian kata Cak Nun. Orang beragama, kata Freud bapak psikoanalisis, sering berada dalam suasana “perasaan ketergantungan” (the feeling of powerlessness) yang membuat orang beragama sulit mencapai kedewasaan beragama karena gagal membangun otonomi dalam dirinya sebagai manusia. Perasaan tersebut berlainan dengan orang yang berhasil membangun “religius feeling” yang mampu mengembangkan ritual keberagamaan menjadi konkrit dan mencapai “peragian rohani” dengan mengembangkan dirinya menjadi khalifah di muka bumi. Keadilan, kebenaran, cinta kasih, persaudaraan, dan lainnya terus dikembangkan. (Caknun.com)
Menuru Cak Nun, pengelompokan dan daya himbau berdasarkan tafsir dan “klaim kebenaran” inilah yang sering menimbulkan krisis dan bentrokan antar pengikut agama atau kepercayaan. Fakta ini sudah lama diamati oleh Geertz yang m en g a t a k a n b a h w a a g a m a i t u b u k a n l a h kesimpulan dari realitas, namun mendahului realitas itu sendiri. Karenanya unsur determinasi mutlak dan tidak mau berdamai dengan realitas, merupakan karakter dasar dari agama. Poinya adalah, permasalahan akar dari setiap konflik keagamaan di Indonesia baik yang berujung kekerasan maupun perdamaian adalah bukan bersumber dari satu faktor saja. Masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan masyarakat yang paling tolean dan ramah terhadapa hal-hal yang baru dan berbeda dari yang pernah ada sebelumnya. Paling tidak, itu terbukti dari catatan sejarah kedatangan Islam di Indonesia sampai penyebarannya pun berlangsung dengan damai dan toleran. Persoalannya, unsur-unsur di luar agama seperti kemakmuran yang fana, kejahatan dan korupsi dari ranah birokrat sampai ke bawah di masyarakat tumbuh dengan subur, kelangkaan lapangan kerja dan yang lainnya masih tetap terjadi. Maka tidak heran, ke depan, konflik antar agama, intoleran dan kekerasan atas nama agama masih akan sering terjadi. Setiap momen-momen besar keagamaan, pemimpin negara, media, institusi pendidikan dan para pemuka agama masih perlu untuk mengingatkan kembali tentang esensi toleransi, toleransi la roiba fih.
9| Deru Pos
RESENSI ISLAM DI INDONESIA TIDAK HARUS SAMA DENGAN ISLAM DI TIMUR TENGAH Oleh : Mukhlis Winata Judul : Gerakan Kultural Islam Nusantara Penulis : JNM Penerbit : Jamaah nahdliyin Mataram (JNM) bekerja sama dengan panitia muktamar ke-33 Jumlah Halaman : 348 halaman
Islam masuk ke nusantara dak menghancurkan seluruh kebudayaan masyarakat. Wali Songo mendakwahkan Islam bahkan dengan menggunakan strategi kebudayaan, menciptakan kreasi-kreasi seni yang dimina masyarakat pribumi. Islam justru mengakomodasi budaya yang sedang berjalan di masyarakat Nusantara. Tradisi sudah berlangsung lama dibiarkan berjalan untuk selanjutnya diberi makna baru. Isnus merupakan gabungan dari dua kata, Islam dan Nusantara. Islam merujuk pada agama luhur yang dibawa Kanjeng Nabi Muhammad yang lahir di Mekkah. Mendengar kata Nusantara ini, dalam sejarah dikaitkan dengan konsep yang dibuat oleh kerajaan Majapahit dan pa h Gajah Mada. Nusantara yang dipakai Isnus ini mencakup Indonesia beserta wilayah-wilayahnya, Gerakan dan perilaku Islam Nusantara tersebut.pen ng untuk terus disosialisasikan di tengah berkembangnya banyak paham keagamaan. Seper mu'tazilah, jabariyah, syiah, radikalisme dan lain-lain. Ada ga aspek Islam Nusantara tersebut antara lain, Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapatkan penger an baru dengan perantara yang sudah diketahui. Gerakan adalah Suatu ndakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerialdan usaha-usaha organisasi. Amaliyah adalah apa yang berhubungan dengan tatacara amal, seper , zakat shalat. S e m e n t a r a I s l a m N u s a n t a r a ke k a menghadapi masalah dan dak ada dasarnya dalam teks, nash (Al-Quran), tahlilan, Rajaban, haul, peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan sebagainya. terus mengkaji terlebih dahulu berdasarkan hadis, pendapat para ulama, dan sebagainya dengan pendekatan kebaikan serta maslahat, is hsan dan selama dak bertentangan dengan agama. Seper acara halal bihalal. Islam Nusantara itu adalah gerakan Islam yang berkemajuan (harakatul ishlahiyah), gerakan perbaikan-perbaikan, maka itu ada kaidah 'Almuhafadhatu alal qodimis sholih wal akhdu biljadidil ashlah yaitu memelihara tradisi lama yang 10| Deru Pos
baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik. mengambil (akhdu) itu pasif, sedangkan gerakan itu seharusnya ak f, inova f dan krea f. Dalam gerakan perbaikan itu dengan taqdimul ashlah alas-sholah yaitu mendahulukan yang terbaik daripada yang baik. Juga sepanjang dak menimbulkan gejolak. Selanjutnya berpikir yang seimbang (tawazun), tathawwuriyah (sukarela) sehingga dak memaksa orang lain untuk mengiku agama kita, namun juga dak masa bodoh. Terakhir adalah bersikap santun dan toleran. Meski ada hal-hal yang diatur secara formal. Seper UU (qonun) dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, zakat, haji, bank syariah, asuransi syariah, kesepakatan, demokra s-kons tusional, dan sepanjang dak menimbulkan kegaduhan, maupun konflik.Akan tetapi dak semua keinginan dan keinginan dan dinamika itu sejalan dan harus diterima secara keseluruhan,atau ditelan mentah-isa mentah:pertama,muslim yang menawarkan sekularisme ketat dan total,Sudah terbuk bahwa dak memperoleh pijakan di Indonesia,karena Indonesia menganut nilai-nilai yang diafirmasi oleh Isnus.Kedua,Muslim yang menawarkan jalan itu tunggal,dan ketungalan islam hanya bisa dimaknai dengan dimensi tunggal pula. (dalam 1 paragraf hanya berisikan 3 kalimat, setelah tanda baca k dan koma diberi spasi). Muslim yang bercorak Isnus ini menjadi mayoritas dan membentuk kultur masyarakat muslim di Nusantara,mau dak mau,siapa saja dari kelompok mana saja, dak akan berhasil,dalam melakukan transformasi bangsa Indonesia,dengan dak memperha kan nilai-nilai yang dikembangkan Isnus. Oleh karena itu Isnus menawarkan pengembangan dan pemodasian nilai-nilai,watak,dan kultur masyarakat muslim sejalan dengan kebutuhankebutuhan muslim Indonesia, di tengah berbagai gejolak, kultur dan ideologi, dengan dak mencabut akar mayoritas masyarakat pendukungnya. Sebagai nubuatan rahmatan lilalamin Islam dalam konteks di Nusantara.
KOMIK
Oleh: Iqbal Maulana Candra P
11| Deru Pos
“Perkembangan yang ideal akan tercapai melalui
Demokrasi.
Tak ada jalan lain yang memungkinkan setiap manusia untuk menggunakan” hak-haknya (Pramoedya Ananta Toer)