IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM (KTSP) DI MTsN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : MUH. MUNAWIR 12108009
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan, di bawah ini: Nama
: MUH.MUNAWIR
NIM
: 12108009
Jurusan
: FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Karanggede, 30 Mei 2015 Yang Menyatakan,
MUH. MUNAWIR NIM. 12108009
ii
Dra. Nur Hasanah, M.Pd DOSEN IAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudara Muh Munawir Kepada Yth Rektor Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu'alaikum, Wr, Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama NIM Fakultas /Jurusan
: Muh Munawir : 12108009 : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam Judul : IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN FIQIH PADA KURIKULUM (KTSP) Di MTsN KARANGGEDE KAB BOYOLALI TAHUN 2014/2015. Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segara dimunaqosahkan. Wassalamu'alaikum, wr, wb Salatiga, 16 Juni 2015 Pembimbing
Dra.Nur Hasanah, M.Pd NIP. 19690110199403 2 002
iii
MOTTO
Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu Berlapang-lapanglah dalam majelis,maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu.dan apabila dikatakan Berdirilah kamu Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-oarang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan “.(QS. AL-Mujadilah ayat 11).
iv
PERSEMBAHAN
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan motivasi dan senantiasa mendoakan dengan tulus 2. K.H Zumri yang selalu mendidik saya selama ini terima kasih atas ilmu yang diberikan. 3. Kakak dan adikku tercinta yang selalu mensupportku dalam penulis ini. 4. Bapak dosen mendidik saya selama ini terima kasih atas ilmu yang diberikan. 5. Teman- teman kelompok PPL di SMK tengaran. 6. Buat Teman-teman KKN dusun tingkir tengah. 7. Terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang telah membantu terlesaikannya skripsi ini baik dukungan moril maupun spiritual.
v
KATA PENGATAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan apapun. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas memperoleh Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusun skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Ibu HJ.Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.
3.
Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing.
4.
Bapak kepala MTsN karanggede beserta guru.
5.
Semua Bapak dan Ibu dosen Pengampu dari Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga.
6.
Segenap keluarga dan sahabat yang telah memberikan bantuan serta senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya. Alhamdulillahirrobil „alamin. Karanggede, 30 Mei 2015 Penulis
Muh .Munawir NIM.12108009
vi
ABSTRAK
MUH.MUNAWIR,NIM 12108009 Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih Pada Kurikulum (KTSP) Di MTsN Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015. IAIN Salatiga. Kata Kunci : Pendekatan Kontekstual, Pembelajaran Fiqih Kurikulum KTSP. Tujuan Penelitian ini adalah untuk :1) Mengetahui pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede boyolali.2.) Mengetahui Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali tahun 2014 /2015. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang dimaksudkan hanya dengan membuat deskripsi atau narasi dari suatu fenomena, tidak untuk mencari hubungan antara variabel, atau penguji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede Boyolali dinilai baik. Guru melakukan pembelajaran Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati, dan mengamalkan hukum islam yang mengarahkan siswa supaya taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran fiqih tersebut, guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali berjalan dengan baik. dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, yang sesuai dengan komponen dan karakteristik serta hal-hal lain yang terkait dengan Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk membantu guru mengaitkan materi yang telah diperoleh peserta didik kedalam dunia nyata. siswa dengan segala potensi yang dimiliki, memungkinkan untuk mengembangkannya sendiri sehingga menjadi pengetahuan yang bermakna, baik sebagai individu, anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Populasi Penelitian ...........................................................................
35
Tabel1.2 Waktu penelitian ...............................................................................
37
Tabel 3.1 Data jumlah siswa MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 ...............
39
Tabel 3.2 Daftar Sarana Prasarana MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 ......
40
Tabel 3.3 Keadaan Guru dan Pegawai PNS dan Non PNS MTsN Karanggede Tahun 2014/2015 .........................................................................
42
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden ..................................................................
44
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Riwayat Hidup
Lampiran II
: Pembimbing Skripsi
Lampiran III
: Lembar konsultasi skripsi
Lampiran IV
: Surat Ijin Penelitian
Lampiran V
: Surat Bukti Melaksanakan Penelitian
Lampiran VI
: Struktur Organisasi MTsN Karanggede Tahun 2014/2015
Lampiran VII
: Pedoman Wawancara
Lampiran VIII
: Nilai SKK
Lampiran IX
: Foto MTsN Karanggede
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ...............................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ……………………………………….............. .......... iii PENGESAHAN ............................................................................................... . iv MOTTO ......................................................................................................... ...
v
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah ………………………………………… .........
1
B.
Fokus Penelitian ………………………………………………… .........
5
C.
Tujuan Penelitian ………………………………………………... ........
5
D.
Manfaat Penelitian ……………………………………………. ..........
6
E.
Definisi Operasional……………………………………………............
7
F.
Metode Penelitian…………………………………………………........
9
G.
Sistematika Penulisan ……………………………………………. .......
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pendekatan kontekstual………………………………………….........
18
1. Pengertian pendekatan kontekstual………………………….........
18
2. Konsep Dasar strategi pembelajaran kontekstual…………............
21
3. Faktor-faktor yang dipertimbangkan pembelajaran kontekstual ….
22
4. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual…….…………..........
24
5. Komponen-Komponen pembelajaran kontekstual………………..............
24
x
B. Pembelajaran Fiqih……………………………………………………......
29
1. Pengertian Fiqih ………………………………………….. ..........
29
2. Obyek Ilmu Fiqih…………………………………………. ..........
32
3. Pengertian Mata Pelajaran Fiqih………………………….. ..........
32
4. Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fiqih……………………….. ..........
34
5. Ruang Lingkup Fiqih …………………………………….. ..........
34
C. Pendekatan kontekstual dalam pembembelajaran fiqih ………….......
35
BAB III PAPARAN DATA
A.
B.
Gambaran Umum MTs N Karanggede Boyolali ………………...........
36
1. Sejarah Singkat dan Lokasi ……………………………….............
36
2. Identitas Sekolah ………………………………………….............
38
3. Struktur Organisasi ………………………………………............
38
4. Keadaan Siswa ……………………………………………...........
39
5. Sarana Prasarana …………………………………………............
40
6. Daftar Guru dan Staff ……………………………………............
41
7. Daftar Responden ………………………………………...............
44
Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran fiqih Pada kurikulum KTP di MTsN Karanggede………………………....
45
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Konsep pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih Di Karangggede ……………………………………………………..................................
B.
Implentasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede……………………………………………….....................
C.
54
Hasil penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede…………………………………………………
D.
52
57
Faktor pendukung dan penghambat Implementasi pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede……….......................
xi
59
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan ……………………………………………………….......
67
B.
Saran ……………………………………………………………….....
60
C.
Penutup……………………………………………………………......
68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam Kehidupan suatu
negara
untuk
menjamin
kelangsungan
hidup
berbangsa
bernegara.karena bagaimanapun juga, merupakan sarana untuk mencetak sumber Daya manusia (SDM) yang berkualitas.Menurut (Suhartono, 2008:43) pendidikan adalah segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan suatu hal yang telah diketahui itu. Disebutkan juga dalam (undang-undang sistem pendidikan Nasional, 2005:3) Bab 1 pasal 1 Ayat 1 pendidikan adalah usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap individu untuk memanfaatkan potensi yang di milikinya. Maka sangat wajar apabila pendidikan memiliki posisi penting dalam setiap kehidupan manusia. Allah memerintahkan hambanya untuk menuntut ilmu, artinya pendidikan menduduki posisi yang sangat penting dalam ajaran Islam. demikian pula pembelajaran fiqih kurikulum KTSP juga sangat penting, karena merupakan
1
kebutuhan setiap individu terutama dalam ibadah dalam kehidupan sehari Pembelajaran fiqih merupakan hal yang mendasar yang harus diberikan kepada peserta didik tanpa terkecuali sebagai bekal kehidupan. Menurut (Daradjat, 2011:86) perwujudan pembelajaran fiqih kurikulum KTSP pada sekolah terangkum dalam mata pelajaran fiqih yang merupakan mata pelajaran yang dijadikan kurikulum wajib untuk dipelajari oleh seluruh peserta didik yang beragama lslam. Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama lslam serta menjadikanya sebagai pandangan hidup (way of life) (Daradjat, 2011:87). Dalam suatu pembelajaran, pendekatan memang bukan segalasegalanya Masih banyak faktor lain yang ikut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Faktor-faktor tersebut antara lain kurikulum yang menjadi acuan dasarnya, program pengajaran, kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar dan teknik /atau bentuk penilaian. Ini berarti pendekatan hanyalah salah satu faktor saja dari sekian banyak faktor yang
perlu
mendapatkan
perhatian
dalam
keseluruhan
pengelolaan
pembelajaran.walaupun demikian, penetapan pendekatan tertentu dalam hal ini pendekatan kontekstual dalam suatu pembelajaran dirasa penting karena dua hal. Pertama, penentuan isi program, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar dan teknik /bentuk penilaian harus dijiwai oleh pendekatan yang dipilih. Kedua, salah satu acuan untuk menentukan
2
keseluruhan tahapan pengelolaan pembelajaran adalah pendekatan yang dipilih (Masnur Muslich, 2007:40). Interaksi yang baik dapat di gambarkan dengan suatu keadaan di mana guru dapat membuat peserta didik belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemaunya sendiri untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum sebagai kebutuhan mereka. karena itu, setiap pembelajaran terutama pembelajaran fiqih hendaknya berupa penjabaran nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dan mengkorelasikannya dengan kenyataan yang ada di sekitar peserta didik (Ahmad Munjir Nasih, 2009:19). Penulis dalam hal ini tertarik melakukan penelitian di MTsN Karanggede Boyolali. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang telah menerapkan pendekatan kontekstual yaitu menggabungkan peserta didik pembelajaran fiqih kurikulum KTSP melalui pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih kurikulum KTSP untuk mengotimalkan potensi yang dimiliki anak melalui pendidikan di sekolah. Di sekolah ini mereka memperoleh haknya, dalam mendapatkan pengajaran dan pendidikan, pembelajaran fiqih kurikulum KTSP dari latar belakang diatas muncul ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat
KONTEKSTUAL KURIKULUM
judul
DALAM
KTSP
DI
“IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MTsN
KARANGGEDE
BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
3
PENDEKATAN FIQIH
PADA
KABUPATEN
B. Fokus Penelitian Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu : 1. Bagaimana implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali? 2. Apa saja faktor pendukung dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali ? 3. Apa saja faktor penghambat dan solusi dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali ?
C. Tujuan Penelitian Berdasar fokus penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. 2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. 3. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dan solusi implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.
4
4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih pada anak sehingga memberikan manfaat. 1. Secara Teoritis a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan khasanah keilmuan dalam ilmu pendidikan dan pembelajaran fiqih di jurusan Tarbiyah IAIN Salatiga. b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih disekolah. 2. Secara Praktis a. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi baru tentang pelaksanaan pendekatan kontekstual pembelajaran fiqih disekolah MTsN Karanggede Boyolali. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, sumbangan pemikiran, dan bahan pertimbangan dalam mengembangkan proses pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih yang baik.
5
5. Definisi operasional 1. Implementasi pendekatan kontekstual Implementasi merupakan kata asing yang telah dibahasa Indonesiakan yang beranonim dengan kata penerapan, begitupun dalam (KBBI, 2007:427) implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan sedangkan pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,dan mendorong siswa membuat
hubungan
antara
pengetahuan
yang
dimilikinya
dengan
penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. 2. Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP Pembelajaran fiqih kurikulum KTSP adalah pengajaran pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan (Mulyasa, 2004:117). D. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah kualitatif, adapun yang
dimaksud kualitatif
menurut Lexy Moleong
adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata –kata tertulis, gambar, dan bukan angka, yang mana data diperoleh dari orang- orang dan perilaku yang diamati Menurut ( Moleong, 2011:4). Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan, lapangan, dokumentasi dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap atau realitas.
6
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut (Sukardi, 2004:157) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. penelitian ini juga sering disebut non eksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.oleh karena penelitian ini peneliti mendiskripsikan
dan
menginterpretasi
implementasi
pendekatan
kontekstual pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali. 2. Kehadiran peneliti Kehadiran peneliti yang dimaksud adalah bahwa peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai pameran serta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan,sebagai anggota pura-pura,jadi tidak menjadi melebur dalam artinya sesungguhnya (Moleong, 2011:77). Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Boyolali dan mengikuti secara pasif kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian yang dijadikan objek kajian dalam penyusunan skripsi ini adalah di MTsN Karanggede Boyolali. Lokasi sekolah memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian dan observasi karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari pusat kota Boyolali. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
7
a. Primer Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung (Arikunto, 2006:145). digunakan untuk mendapatkan data tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. Adapun untuk memperoleh data dengan melalui wawancara dengan para informan yang telah ditentukan meliputi sebagai hal yang berkaitan dengan persiapan dan pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih.Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu : Kepala sekolah, guru fiqih, siswa, (GPK) guru pendamping khusus/ penanggung jawab. b. Sekunder Sumber data sekunder adalah pendukung atau penunjang penelitian ini (Arikunto, 2006:145). sumbernya berupa dokumen, arsip, buku, karya ilmiah lainnya serta foto kegiatan belajar mengajar. 5. Metode pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang valid, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : a. Observasi (pengamatan) Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala dalam objek penelitian (Afifuddin 2009:134). Metode observasi penulis guna untuk mengumpulkan data tentang keadaan siswa dan kondisi keagamaan.
8
Observasi dilakukan berkaitan dengan masalah yang diteliti dengan mengadakan pengamatan, pencatatan dan mendengarkan secara cermat. b. Wawancara (interview) Wawancara adalah percakapan yang maksud tertentu. percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan
pertayaan
dan
terwawancara
(interview)
yang
memberikan jawaban atas pertayaan itu (Moleong, 2011:186). c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,gambar, maupun
elektronik
(Sukmadinata,
2008:220)
Dokumen
yang
diperlukan dalam penelitian skripsi ini antara lain Rencana pendekatan kontekstual
data siswa dalam pembelajaran fiqih, tenaga pendidikan
dan kependidikan, data kepala sekolah data guru pembimbing dan data lain yang menunjang penelitian ini. 6. Analisis Data Analisis data bertujuan menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasi,dalam memberikan interpretasi data yang diperoleh, akan digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada sekarang (Sugiyo, 2006:82). Sehingga digunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan
9
pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. Ada tiga kegiatan dalam analisis data : 1. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing-masing infoman yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga perlu dibuang atau di kurangi. Reduksi data di lakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian, maka akan memberikan gambaran yang lebih tajam (Sugiyono, 2011:247). 2. Penyajian data adalah deskripsi penemuan dari apa yang di peroleh di lapangan, yang paling sering di gunakan untuk menyajikan data untuk penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2011:249). 3. Verifikasi atau menarik kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan yang dapat di uji kebenaranya berdasarkan penyajian data yang diperoleh dari informan yang menjadi objek penelitian di lapangan (Sugiyono, 2011:250). 7. Pengecekan Keabsahan Data Untuk menjamin keabsahan data temuan yang diperoleh peneliti melakukan beberapa upaya,disamping menanyakan langsung kepada objek, peneliti juga berupaya mencari jawaban dari sumber lain (Burhan Bungin, 2004:99). Menyatakan bahwa keabsahan data dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik kehadiran peneliti di lapangan, observasi mendalam, triangulasi (menggunakan beberapa
10
sumber, metode, peneliti, dan teori) pembahasan dengan sejawat melalui diskusi, melacak kesesuaian hasil dan pengecekan anggota. Untuk memperoleh keabsahan data tersebut, maka teknik yang dilakukan : 8. Triangulasi Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong , 2002:178) hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara atau dapat juga dengan membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan di sepanjang waktu. 9. Menggunakan Bahan Referensi Penggunaan bahan Referensi sangat membantu memudahkan peneliti dalam pengecekan keabsahan data, karena dari Referensi yang ada sebagai pendukung dari observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Eister dalam (Moleong, 2002:181) kecukupan referensi sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan teknik untuk keperluan evaluasi. a. Teknik Member Check Menurut Lincolin dalam (Moleong, 2002:221) teknik member check yaitu dengan mendatangi kembali informasi sambil memperlihatkan data yang sudah di ketik pada lembar catatan lapangan yang sudah disusun menjadi paparan data dan temuan penelitian Serta
11
dikonfirmasikan pada informan apakah maksud informan itu sudah sesuai dengan apa yang ditulis atau belum. intinya dalam member check, infoman dan peneliti mengadakan review terhadap data yang diperoleh dalam penelitian baik isi maupun bahasanya. 10. Tahap-tahap penelitian Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu di lakukan yaitu: a. Tahap pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih lapangan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian). b. Tahap pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan persiapan diri, memansuki lapangan, berperan aktif sambil mengumpulkan data). c. Tahap Analisis Data (menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari interview, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah ditentukan). d. Tahap pelaporan Data (merupakan tugas akhir dari rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan format tulisan dan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca).
12
E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah didalam mempelajari dan memahami pokok bahasan skripsi maka dalam menyusun skripsi ini penulisan membagi menjadi lima bab. Adapun sistimatikanya adalah sebagai berikut : Bagian awal yang meliputi : sampul, logo, judul, persetujuan pembimbing, lembar pengesahan, peryataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, absrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian inti memuat : Bab I
: Pendahuluan Dalam bab ini penulis mengemukakan: latar belakang masalah, Fokus Penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi Operasional, metode penelitian, sistematika penulisan.
Bab II
: Kajian Pustaka Dalam observasi atau penelitian ini, dikemukan kajian pustaka yang meliputi : A. Pendekatan kontekstual terdiri dari pengertian pendekatan kontekstual, konsep dasar Strategi pembelajaran kontekstual, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembelajaran kontekstual,
langkah-langkah
pembelajaran
komponen-komponen pembelajaran kontekstual
13
kontekstual,
B. Pembelajaran fiqih terdiri dari pengertian fiqih, obyek ilmu fiqih, pengertian mata pelajaran fiqih, tujuan dan fungsi pelajaran fiqih, ruang lingkup fiqih Bab III
: Paparan Data dan Temuan Penelitian Dalam bab ini mengurai tentang gambaran umum MTsN Karanggede Boyolali yang meliputi : A. Gambaran umum MTsN Karanggede Boyolali visi dan misi tujuan MTsN Karanggede Boyolali profil sekolah. B. Paparan data dan temuan penelitian C. Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali yang terdiri dari : penyusun rencana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP evaluasi pelaksanaan pendekatan kontekstual
dalam
pembelajaran
fiqih
kurikulum
KTSP.faktor pendukung dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali Faktor penghambat dan solusi dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam Implementasi pendekatan kontektual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali.
14
Bab IV
: Pembahasan Pada bab ini akan mengurai tentang implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali yang terdiri dari: penyusun rencana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP, pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih
kurikum
KTSP,
Evaluasi
pelaksanaan
pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP. Faktor pendukung dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
fiqih
kurikulum
KTSP
di
sekolah
MTsN
Karanggede Boyolali. Faktor penghambat dan solusi dalam impelementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih kurikulum KTSP di sekolah MTsN Karanggede Boyolali. Bab V
: Penutup Bab ini merupakan Bab terakhir yang terdiri dari : kesimpulan, saran, dan kata penutup.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Pendekatan kontekstual 1.
Pengertian pendekatan kontekstual Menurut Sanjaya yang dikutip Sa‟ud (2008 : 162) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan
pembelajaran
yang
menekankan
kepada
proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka. Menurut Suprijono Agus (2009 : 80) pembelajaran kontekstual merupakan prosedur penelitian yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam
lingkungan
sosial
dan
budaya
masyarakat.
Menurut Sardirman (2007 : 222) pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa, yang dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan penerapanya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
16
Menurut Nanang Hanafiyah (2009 : 67) Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses pembelajaran holistik untuk membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaning full) yang dikaitkan dengen konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Dari berbagai devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru atau pengajar mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
2.
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran kontekstual Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006 : 225) Contextual Teaching Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka. dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus kita pahami.
17
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan tetapi materi dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan. Ketiga CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. dalam model pembelajaran kontekstual, siswa mendorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai topik yang akan dipelajarinya.
belajar
dalam
konteks
CTL
mendengarkan
dan
mencatat,
tetapi
belajar
bukan adalah
sekedar proses
berpengalaman secara langsung. melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek koqnitif saja, tetapi juga aspek afektif dan
18
juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajari. Sehubungan dengan hal itu, terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.(Wina Sanjaya,2006: 256). 1.
Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge) artinya apa yang dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
2.
Pembelajaran
kontekstual
adalah
belajar
dalam
rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru, yang diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan cara mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya. 3.
Pemahaman pengetahuan, artinya pengetahuan yang diperoleh bukan hanya dihafalkan tapi dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari orang tentang pengetahuan yang diperoleh dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4.
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh harus dapat
19
diaplikasikan
dalam
kehidupan
siswa,
sehingga
tampak
perubahan perilaku siswa. 5.
Melakukan
refleksi
terhadap
strategi
pengembangan
pengetahuan. hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. 3.
Faktor–Faktor
yang
dipertimbangkan
dalam
pembelajaran
kontekstual Menurut Nanang Nanafiyah (2009 : 72-73) Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam metode Contextual Teaching and Learning adalah: a. Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental (Developmentally Appropiate) peserta didik. b. Membentuk
kelompok
belajar
yang
saling
bergantungan
(Interdependent learning group). c. Mempertimbangkan keberagaman peserta didik (Diversity of students). d. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (Self
regulated
learning)
dengan
cara
tiga
karakteristik
umumnya,yaitu kesadaran berpikir,penggunaan strategi, dan motivasi berkelanjutan. e. Memperhatikan multi intelegensi (Multiple intelli-gences).
20
f. Menggunakan
teknik
bertanya
(Qustioning)
dalam
rangka
meningkatkan peserta didik dalam pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. g. Mengembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna jika diberi kesempatan untuk belajar menemukan,dan menkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (Contructivism). h. Memfasilitasi kegiatan penemuan (Iqury) supaya peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri. i. Mengembangkan rasa ingin tahu (Curiusity) di kalangan peserta didik melalui pengajuan pertanyaan (Questioning). j. Menciptakan masyarakat belajar (Learning community) dengan membangun kerjasama di antara peserta didik. k. Memodelkan (Modeling) sesuatu agar peserta didik dapat beridentifikasi
dan
berimitasi
dalam
rangka
memperoleh
pengetahuan dan keterampilan baru. l. Mengarahkan peserta didik untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari. m. Menerapkan penilaian autentik (Authentic assessment).
21
4.
Langkah-Langkah Pembelajaran kontekstual Menurut Sa‟ud (2008 :173-174) Tahapan model pembelajaran kontekstual meliputi empat Tahapan,yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Tahapan
invitasi,
siswa
didorong
agar
mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas, bila guru perlu memancing dengan memberikan pertanyaan problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melaui kaitan konsep-konsep yang dibahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. siswa diberi kesempatan
untuk
mengkomunikasikan
mengikuti
sertakan
pemahamannya tentang konsep tersebut. Tahapan eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru, secara berkelompok siswa melakukan kegiatan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingitahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya. Tahap penjelasan dan solusi, saat siswa memberikan penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan.
22
Tahapan pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. 5.
Komponen-komponen pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual mempunyai tujuh komponen utama pembelajaran, di antara yakni sebagai berikut. 1)
Kontruktivisme (Contructivism) Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur koqnitif siswa berdasarkan
pengalaman. Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Ada lima elemen belajar yang konstruktivistik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual menurut Zahorik Syaiful 2010:93) yakni sebagai berikut:
23
a)
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating konwlege)
b)
Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan
cara
mempelajari
secara
keseluruhan
dulu,
kemudian memperhatikanya detailnya c)
Secara
keseluruhan
dulu,
kemudian
memperhatikan
detailnya. d)
Pemahaman pengetahuan (understanding knwledge) yaitu dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis) melakukan sharing kepada orang lain agar dapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu, dan konsep direvisi dan dikembangkan.
e)
Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
f)
Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
2)
Bertanya (Questioning ) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan, bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
24
memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaanpertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan.
Bertanya
merupakan
strategi
utama
pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
dipandang
sebagai
kegiatan
guru
untuk
mendorong, membimbing dan menilai keterampilan berfikir siswa. Hal ini merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna: a.
Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
b.
Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.
c.
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu.
d.
Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan.
e.
Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
25
3)
Menemukan (lnquiry) Menemukan atau inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistimatis. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. dengan demikian
dalam
proses
perencanaan,
guru
bukanlah
mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahami.Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya. Kata kunci dan strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah (1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun(2) mengamati atau melakukan observasi(3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan gambar, laporan, bagan,tabel dan
26
karya lainnya (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audience lainya. 4)
Masyarakat belajar (Learning Community) Vygotsky (dalam Wina Sanjaya, 2006: 267) seorang psikolog Rusia menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. sesuatu permasalahan tidak mungkin dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Kerja sama saling memberi dan menerima sangat dibutuhkan untuk memecahkan suatu persoalan. Konsep masyarakat community)
dalam
model
belajar
pembelajaran
(learning kontekstual
menyarankan agar hasil pembelajaran juga diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi terjadi alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, teman, antar kelompok yang sudah tahu memberitahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengetahuan membagi pengalamanya pada orang lain. inilah hakikat dari masyarakat belajar. masyarakat yang saling membagi. 5)
Pemodelan (modeling) Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh
27
yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing dan sebagainya. Pemodelan pada dasarnya membasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa melakukan.Pemodelan
dapat
terbentuk
demonstrasi,
pembelajaran contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. 6)
Refleksi (Reflection) Refleksi
(Reflection)
adalah
proses
pengedepanan
pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan
kembali
kejadian-kejadian
atau
peristiwa
pembelajaran yang telah dilalui. Refleksi dapat juga diartikan cara berpikir tentang apa yang baru atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur koqnitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari siswa akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khasanah pengetahuanya. kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan mengendap dibenak siswa. siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.
28
7)
Penilaian sebenarnya (Assessment) Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini, biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual, sehingga alat evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. dengan tes dapat diketahui seberapa jauh siswa
telah
menguasai
materi
pelajaran.
dalam
model
pembelajaran kontekstual, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek.oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata atau penilaian sebenarnya.
B.
Pembelajaran Fiqih 1.
Pengertian Fiqih Fiqih menurut bahasa artinya tahu atau pemahaman sedangkan menurut istilah Fiqih adalah pemahaman tentang hukum syara‟yang berkaitan dengan perbuatan orang-orang mukallaf (baik yang bersifat hukum taklif maupun hukum wadl‟i) yang diambil /digali dari dalildalil terperinci baik Al-Qur‟an maupun As-sunnah jenderal pembinaan kelembagaan Agama Islam,1986 :3).
29
(Direktorat
Fiqih menurut fuqaha (ahli fiqih) adalah mengetahui hukum-hukum syara‟ yang menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf) yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah (Ash.Shiddieqy,1999:16).
2.
Obyek Ilmu Fiqih Obyek pembahasan dalam ilmu fiqih adalah perbuatan mukallaf bila dilihat dari sudud ilmu syara‟ Perbuatan itu dikelompokan menjadi 3 kelompok besar yaitu : ibadah, Muamalah, dan Uqubah. Bagian Ibadah mencakup segala perbuatan yang berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu : shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad. Bagian Muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan dengan harta, yaitu :jual beli, hukum benda, harta peninggalan, sewa-menyewa, pinjam-meminjam. Sedangkan bagian Uqubah mencakup segala hal persoalan yang menyangkut tindak pidana, seperti : Qishah /pidana setimpal, pencurian, zina, pembunuhan, perampokan, pemberontakan. Obyek pembahasan fiqih secara cermat dapat diperinci lagi ke dalam delapan bagian Menurut (Ash Shiddieqy,1999 : 24-27). a.
Sekumpulan hukum-hukum yang dinamai ibadah
b.
Sekumpulan hukum yang berhubungan dengan kekeluargaan, perorangan dan mawaris (Al Ahwalusy Syakhshiyahh).
c.
Sekumpulan hukum mengenai muamalah madaniyah (hukum yang dibuat untuk mengatur hubungan manusia dalam bidang kekayaan, harta dan tasharruf).
30
d.
Sekumpulan hukum mengenai benda dan ekonomi (muamalah maliyah).
e.
Sekumpulan hukum mengenai Uqubah.
f.
Sekumpulan hukum yang disebut hukum-hukum peradilan dan pengadilan.
3.
g.
Sekumpulan hukum tata negara (Ahkam Dusturiyah).
h.
Sekumpulan hukum Internasional (Ahkam Dauliyah).
Pengertian Mata pelajaran Fiqih Pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian dijadikan dasar pandangan hidup (way of life) Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.(Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,2004:48)
4.
Tujuan dan Fungsi Pelajaran Fiqih Tujuan dan fungsi pelajaran fiqih di Madrasah disesuaikan dengan kurikulum Madrasah, yaitu : a.
Tujuan Fiqih Tujuan fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah:
31
1.
Mengetahui dan memahami pokok-pokok Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun dalil
aqli
pengetahuan
dan
pemahaman
tersebut
diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan. Pribadi dan sosial (Direktorat Jenderal Kelembagaan Islam, 2004 :48). 2.
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
b.
Fungsi Fiqih Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah berfungsi untuk : 1.
Menanamkan nilai-nilai dan kesadaran peserta didik kepada Allah SWT.
2.
Membiasakan pengalaman terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan ikhlas dan perilaku sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat.
3.
Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
4.
Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam melaksanakan ibadah dan muamalah dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Membekali peserta didik dalam bidang Fiqih atau hukum Islam untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
32
5.
Ruang Lingkup Fiqih Ruang lingkup fiqih di Madrasah Tsanawiyah meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan (Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004 : 49-50) antara lain: a.
Hubungan manusia degan Allah
b.
Hubungan manusia dengan sesama manusia
c.
Hubungan manusia dengan alam dan lingkungan Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Fiqih di Madrasah
Tsanawiyah berfokus pada aspek fiqih ibadah dan muamalah. a.
Fiqih Ibadah meliputi 1.
Melakukan Thoharoh / bersuci
2.
Melakukan shalat wajib
3.
Melakukan adzan dan Iqamah
4.
Melakukan Shalat jum‟at
5.
Melakukan macam-macam Shalat sunah
6.
Melakukan puasa
7.
Melakukan zakat
8.
Melakukan shodaqoh dan infak
9.
Memahami hukum Islam tentang makanan,minuman, dan binatang
10. Memahami haji dan umroh 11. Melakukan dzikir dan berdoa
33
b.
C.
Fiqih Muamalah meliputi 1.
Memahami ketentuan jual beli
2.
Memahami ketentuan pinjam-meminjam
3.
Memahami ketentuan upah
4.
Memahami ketentuan riba
5.
Memahami ketentuan barang titipan dan barang temuan
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih Istilah Pendekatan memiliki strategi maupun metode akan tetapi tiga komponen saling berkaitan. dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai perencana yang berisi tentang rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan kemudian metode adalah untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal Wina Sanjaya, 2009:126. Dalam pembelajaran fiqih yang sesuai dengan standar isi Madrasah Tsanawiyah terdapat beberapa pendekatan berkaitan dengan cakupan materi pada setiap aspek dalam suasana pembelajaran meliput: 1.
Keimanan
yang
mendorong
peserta
didik
mengembangkan
pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah sebagai sumber kehidupan 2.
Pengalaman mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikan dan merasakan hasi-hasil pengalaman isi mata pelajaran fiqih dalam kehidupan sehari-hari
34
3.
Pembiasaan
melaksanakan
pembelajaran
dengan
membiasakan
melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat dan bernegara yang sesuai dengan materi pelajaran fiqih yang dicontohkan oleh para ulama 4.
Rasional usaha meningkatakan proses dan hasil pembelajaran fiqih dengan pendekatan yang memfungsikan rasiao peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan baik
5.
Emosional upaya menggugah perasaan peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik
6.
Fungsional menyajikan materi Fiqih yang memberikan manfaat bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas
7.
Keteladanan pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lain sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan materi fiqih. Sekiranya pembelajaran Fiqih dengan menggunakan pendekatan
kontekstual sangat penting untuk meningkatkan pemahaman mereka dalam memahami hukum Islam, sehingga peserta didik tidak membayangkan materi yang diajarkan akan tetapi materi yang diajarkan tersebut benar-benar terjadi linkungan kehidupan sehari-hari mereka. Pembelajaran fiqih dengan menggunakan pendekatan kontekstual dalam penerapannya tidak terlepas dari metode yang digunakan dalam menyampaikan materi yaitu sebagai pendukung dari keberhasilan penerapan pendekatan dalam pembelajaran tersebut. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual yaitu:
35
1.
Metode ceramah Metode ceramah yaitu disamping menerangkan materi, guru dapat menyelipkan kisah-kisah yang bersumber dari Al-qur‟an dan hadis misalnya materi shalat berjamaah, shalat bagi orang sakit. Metode ini sebenarnya tidak dapat ditinggalkan dalam setiap penyampaian materi, yang dikolaborasikan dengan metode lain.
2.
Metode tanya jawab Metode tanya jawab yaitu penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberikan kesempatan bertanya dan guru memberikan jawaban.
3.
Metode diskusi Metode diskusi yaitu suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi. hal ini akan membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan berfikir kritis dalam menuangkan ide-ide ketika ada suatu permasalahan dalam metode diskusi ini guru tetap mendampingi secara penuh dalam pembelajaran. Pembelajaraan Fiqih yang ada di madrasah tersebut dengan pendekatan kontekstual adalah
pendukung karena ketiga metode
tersebut adalah sebagai metode pembelajaran yang tidak ditinggalkan dalam mensukseskan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
36
BAB III PAPARAN DATA
A.
Gambaran Umum MTs N Karanggede Boyolali 1.
Sejarah singkat dan lokasi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Karanggede pada mulanya merupakan Madrasah swasta yang berada dibawah naungan dan pengawasan Kementrian Agama (Kemenag). Secara kronologis pada tahun 1961/1962 para tokoh dan ulama (NU) sekecamatan karanggede berusaha bekerja sama bahu membahu merintis untuk membangun dan mendirikan sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama yang bercirikan Islam, atau yang dikenal dengan Madrasah Tsanawiyah (MTsN). Hal ini mengingat pada waktu itu belum ada satupun sekolah lanjutan tingkat pertama di kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Di samping itu tujuan dari didirikannya Madrasah Tsanawiyah ini adalah untuk mencetak kader-kader insane yang cerdas, terampil dan terdidik untuk melanjutkan perjuangan Islam oleh tokoh atau ulama pendahulu di Kecamatan Karanggede. Tujuan lain dirikannya Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) adalah sebagai sarana transformasi nilai-nilai ke islaman Nahdlatul Ulama (NU) khususnya kecamatan karanggede.
37
Pada tahun 1963 Madrasah Tsanawiyah secara resmi telah berdiri dan ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 1963, dengan nama Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama (MTs NU). Sedangkan
beberapa
tokoh
perintis
yang
memprakarsai
berdirinya MTs NU ini adalah : a. K.H. Zainal Mahakim (sesepuh) b. K.H. Munawir (kepala) c. Bapak H.S Pathoni d. K.H. Khusaini e. K.H. Munajab f. Bapak Abdul Mutholib g. Bapak H. Djamari h. Bapak Sastro Murjono i. Dan lain-lain Sementara itu lokasi lembaga pendidikan formal (MTs NU) ini semula di Karanggede, dengan alamat Trayon Desa Kebonan kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah. MTsN karanggede ini sangat strategis karena di karanggede hanya ada satu Madrasah Tsanawiyah swasta selain Madrasah Tsanawiyah Negeri Karanggede, dan letaknya yang berdekatan dengan dua sekolah dasar di daerah tersebut yakni : SDN Klumpit yang terletak tepat sebelah utaranya dan MI Klumpit yang terletak kurang lebih 100 M disebelah timurnya.
38
Untuk lebih jelasnya MTsN ini terletak di dusun Gumukrejo kelurahan Klumpit kecamatan Karanggede kabupaten Boyolali Jawa Tengah berada di atas tanah ±4000M. Sebelah utara berbatasan dengan SDN Klumpit yang termasuk wilayah dusun tempel, sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya klumpit karanggede, sebelah selatan adalah berbatasan dengan perkampungan penduduk Gumukrejo sebelah barat berbatasan dengan kebun, perkampungan penduduk dusun Gumukrejo. 2. Identitas sekolah
Nama
: MTs Negeri Karanggede
Nomor Statistik
: 121133090012
Status Akademik
:B
Alamat
: Dusun Gumukrejoi, Desa Klupit Kecamatan Karanggede
NPWP Madrasah
: 00.258.374.8-527.000
Nomor telepon
: 081329567673
Kepala sekolah
: H. Suwardi, M.Pd. I
Kepemilikan Tanah 1) Status Tanah
: Pemerintah
2) Luas Tanah
: 3945 m²
Status Bangunan
: Pemerintah
Luas Bangunan
: 1015 m²
39
3. Struktur Organisasi Organisasi sekolah merupakan wadah kesatuan kerja dan tanggung jawab sebagai pelaksanaan administrasi yang masing-masing komponen berusaha menerapkan fungsinya berdasarkan garis struktur yang membawahinya. Sruktur organisasi akan berhasil dengan baik apabila komponen-komponen yang terlibat didalamnya memiliki suatu struktur tugas yang tegas serta terpadu dalam rangka merealisir sebagai progam yang telah dirancang. Adapun struktur organisasi MTs Negeri Karanggede adalah terlampir. 4. Keadaan siswa Kemajuan sekolah tidak diukur dari segi fasilitas gedung yang mewah, akan tetapi didukung oleh kuantitas dan kualitas siswa, karena mereka adalah subjek pendidikan Jumlah siswa MTsN Karanggede tiap tahun ajaran naik dengan baik, dalam gambaran ini secara keseluruhan siswa MTsN Karanggede tahun ajaran 2014/2015 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
40
TABEL 3.1 Data Jumlah Siswa MTsN Karanggede Tahun Ajaran 2014/2015
Jenis kelamin No
Kelas
L
P
Jumlah
1
VII
56
57
113
2
VIII
60
55
115
3
IX
65
43
108
194
150
334
Jumlah
Sumber : MTs N Karanggede 5. Sarana dan Prasarana Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar perlu di tunjang oleh adanya sarana dan prasarana yang memadai, karena dengan terpenuhinya sarana prasarana yang dibutuhkan, maka proses belajar akan bisa dilaksanakan secara maksimal. MTsN Karanggede sejak berdiri sampai sekarang sudah mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, hal tersebut karena adanya dukungan dari berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun dari pihak masyarakat yang bekerja sama, khususnya dalam sarana prasarana untuk menunjang kelancaran KBM. Adapun sarana prasarana yang dimiliki adalah sebagai berikut :
41
TABEL 3.2 Daftar Sarana Prasarana MTs Negeri Karanggede Tahun 2014/2015
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis Prasarana Jumlah ruang Kelas 11 Perpustakaan 1 Ruang Lab. Komputer 1 Ruang guru 1 Ruang Pimpinan 1 Ruang Guru 1 Ruang Tata Usaha 1 Ruang Konseling 1 Tempat Beribadah 1 Ruang UKS 1 Jamban 7 Gudang 1 Tempat Olah Raga 1 Ruang Organisasi 1 Kesiswaan Sumber : MTs N Karanggede
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik
6. Daftar Guru dan Staff Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru pemegang peranan utama, karena guru adalah faktor yang menentukan bagi keberhasilan pendidikan, karena tanpa guru proses belajar mengajar tidak akan berlangsung, dengan demikian tujuan pendidikan akan tercapai. Adapun daftar keadaan guru dan pegawai MTs Negeri Karanggede adalah sebagai berikut :
42
TABEL 3.3 Keadaan Guru dan Pegawai PNS dan Non PNS MTs Negeri Karanggede Tahun 2014/2015
a. Kepala, Guru (PNS) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
No
Nama Mengajar Mapel H. Suwardi, M.Pd.I Fiqih Suramto, S.Pd, M.Pd Matematika Darmono, M.Pd Bhs. Inggris Yanuar Ismunanto, S.Pd Bhs. Inggris Maryono, S.Pd IPA Fis Amir Fadhil, S.Ag SKI Evi Susiati, S.Pd IPS Kusmini , S.Pd Matematika Titi Asih Wijayanti , S.Pd.I Bhs. Inggris Kholid Mawardi , S.Ag Fiqih Nur Yasin, S.Ag Qur‟an Hadits Sulistyono , S.Ag Aqidah Adib , S.Ag Bhs. Arab Imam Khanafi , S.Pd.I TIK Sri Hartuti , S.Ag Qur‟an Hadits Endang Ratna Ayu A , S.Pd.I PKn Imam Sopingi , S.Pd.I BK Rohmat , S.Pd Bhs. Indo Endang Sri Sumarni , S.Pd Bhs. Indo Slamet , S.Pd IPA b. Kepala, Guru (Non PNS) Nama
Bidang ajar
1
Siti Sholichah , S.Pd
Tata Busana
2
Sugiyanti , S.Ag
PKn & Fiqih
3
Arfianto , S.Pd.I
Penjaskes & SKI
43
4
Dwi Agus Prasetyo , S.Pd
Bahasa Jawa
5
Eny Kurniawati , SS
Sastra Arab
6
Andri Wahyaningrum
BK
c. Pegawai /TU (PNS) No
Nama
Tugas Yang Diberikan
1
Sunaryo , S.Sos
KTU
2
Sumardi
Staf TU
d. Pegawai /TU (Non PNS) No
Nama
Tugas Yang Diberikan
1
Agung Windiarto
Karyawan
2
Ihwan Rahmadi
Keamanan
3
Munajat
Kebersihan
4
Sigit
Waharsono, Karyawan
S.Kom 5
Ngadenan
Penjaga
7. Daftar Responden Berikut disajikan tentang nama-nama responden:
44
Tabel 3.4 Daftar Nama Responden
No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Irkham Shohibul L. Muhammad Nafngan Elita Fitri P. Nadia Ummu Latifah Indah Wulandari Devi Nurul Hidayah Diki Hasan Muhammad Safrizal Nur Azizah Abimanyu Putratama Nurus Sa‟adah Oktavia Paramesti Rita Septiana A. Anjar Widiastuti Siti Umi Hanafiah Fitriyaningsih Alvin Setianugraha Awaludin Alfalah M. Rifaldo M. Zainal Arifin Sri Hartutik Ika Sabila Esti Nugraini Nia Sofiana Samida Rahmawati Muhamad Fani Setiawan Choirul Anam Wahyu Fahru Rozi Makruf Sudaryanto Maftukhatul Latif
Jenis Kelamin Putra Putri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
45
Kelas VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII A VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII B VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII C VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D VIII D
B. Implementasi Pendekatan kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih Pada Kurikulum KTSP di MTsN Karanggede Kurikulum mata pelajaran fiqih di MTsN Madrasah Tsanawiyah memuat lingkup pembahasan pelajaran fiqih ibadah yang berisi pokokpokok ibadah mahdloh secara terperinci dan menyeluruh. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup siswa dalam kehidupan pribadi dan sosial. dalam hal ini siswa diharapkan mampu melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam secara benar. dalam
pengalamannya,
diharapkan
dapat
menumbuhkan
ketaatan
menjalankan syariat Islam, disiplin dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Berdasarkan kurikulum terbaru yang diterapakan di indonesia, MTsN Karanggede mengacu pada kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, setiap pendidikan dianjurkan untuk membuat rencana pembelajaran sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. dalam rencana pembelajaran disebutkan pula standar
kompetensi,
kompetensi
dasar
dan
indikator
pencapaian
keberhasilan belajar siswa dari masing-masing jenjang pendidikan. melalui rencana pembelajaran ini, seorang pendidik dapat menjalankan proses pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan Instrumen pembelajaran seperti media pembelajaran, alat peraga dan sumber belajar yang digunakan.
46
Berkaitan dengan proses pembelajaran pada mata pelajaran fiqih di MTsN Karanggede, salah satu menggunakan pendekatan kontekstual. pendekatan kontekstual berorientasi pada pengalaman nyata. Siswa dibimbing untuk mendapatkan pengalaman sendiri selama proses pembelajaran. pengalaman ini bisa dicapai dengan memanfaatkan semua sarana yang ada sebagai sumber belajar. Sebagai contoh pemanfaatan belajar dalam pembelajaran Fiqih adalah menggunakan masjid sebagai praktek latihan shalat, menggunakan alat peraga tentang tata cara ibadah shalat yang lainnya. Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede sudah sesuai dengan unsur-unsur pendekatan kontekstual itu sendiri. Guru mencoba untuk menerapkan pendekatan kontekstual dengan sebaik mungkin.
dengan
menerapakan
pendekatan
pembelajaran menjadi lebih dinamis dan lebih aktif.
47
kontekstual,
suasana
BAB IV PEMBAHASAN
A. Konsep Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih disekolah MTsN Karanggede 1.
Pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih berawal sejak MTsN karanggede Berkaitan dengan program sekolah dan untuk menindak lanjuti dari ajuran Departemen agama agar melaksanakan pembelajaran fiqih khususnya pada kelas VIII pada tahap awal perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran fiqih belum dapat berjalan dengan baik, namun dari tahun ketahun akhirnya perencaan dan pelaksanaan pembelajaran fiqih dengan pendekatan kontekstual di MTsN dapat berjalan dengan baik, dan pihak guru MTsN mulai memahami dan melatih dalam merencanakan dan melaksanakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih tersebut. Sehingga pada tahun pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN dapat terlaksana dengan efektif dan dapat menjadikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi peserta didik meskipun masih mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih merupakan salah satu model pembelajaran yang didesain berbeda dengan model pembelajaran yang lainya. Pengertian pendekatan kontekstual adalah
48
pendekatan kontekstual yang di kemas meliputi tiga yang harus dipahami. B.
Implementasi Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede 1. Tujuan pendekatan kontekstual Tujuan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih adalah: a.
Menggiring fitrah anak menjadi penanya ulang dan melatih pola pikir ilmiah yang kemudian muncul karakter anak yang memiliki rasa ingin tahu rasa menyelidiki yang tinggi.
b.
Membentuk sikap anak lebih baik, membentuk anak yang mempunyai imanjinasi kreatif.
c.
Agar anak dapat menemukan pengetahuan sendiri dengan bimbingan guru dan berani berbicara di depan umum.
d.
Anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya,serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang. Tujuan pembelajaran ini senada dengan pendapat jauhar (2011:65)
pendekatan kontekstual bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun
kecakapan-kecakapan
intelektual
(kecakapan
berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu.
49
Tujuan pendekatan kontekstual juga memenuhi kriteria kompetensi lulusan sekolah (Yoewono, 2008:166) yaitu mampu berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta berkomunikasi melalui beberapa media. Jadi bisa disimpulkan tujuan dari pendekatan kontekstual dalam pembelajaran adalah memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif yang kemudian muncul karakter anak yang memiliki rasa ingin tahu, rasa menyelidik yang tinggi, menggiring fitrah anak menjadi penanya ulang, berani mengukapkan pendapat dan membentuk sikap anak yang lebih baik, serta membentuk imanjinasi kreatif anak, serta agar anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya, serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang. 2. Materi pelajaran Materi yang menggunakan pendekatan kontekstual adalah materi fiqih materi yang banyak memakai media visual dan materi praktek. Hal ini sesuai dengan pendapat jaurhar(2011:75) pendekatan kontekstual
yang memberikan kesempatan kepada siswa belajar
bermakna, pendekatan kontekstual mengutamakan proses pertemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan materi fiqih,yang banyak memakai media visual, dan materi praktek.
50
3. Media pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual adalah media cetak (flash card) media papan (papan tulis) media elektronik (notebook ) dan LCD. Dalam Implemetasi pendekatan kontekstual dibutuhkan media yang tepat sebagai sarana agar siswa lebih cepat memahami materi, Guru kewajiban memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitasnya, media, dan materi pembelajaran yang bervariasi (Mulyasa, 2003:234). Jadi bisa disimpulkan media pembelajaran yang menggunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual telah sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga menciptakan kemudahan belajar siswa. media yang digunakan adalah media cetak (flash card), media papan (papan tulis), media elektronik (notebook)dan LCD yang menampilkan film atau gambar, benda-benda di sekitar sekolah seperti barang bekas, artline,dan field trip. 4. Alat peraga Alat peraga yang digunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual atau laporan yang berisikan materi pelajaran, benda disekitar sekolah seperti barang bekas yang masih daur ulang, video, mat, flash card (potongan kartu, film dan gambar.
51
Alat peraga yang digunakan di MTsN terbentuk konkret, bukan abstrak. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran pada anak kelas sederajat menurut Yoewono (2008:166) bahwa pembelajaran konkret lebih sesuai diberikan pada kelas VIII sekolah MTsN. Jadi bisa disimpulkan alat peraga yang digunakan di MTsN terbentuk konkret, antara lain laporan buku yang berisikan materi pelajaran, benda di sekitar sekolah seperti barang bekas yang masih bisa di daur ulang, video, mat, flash card (potongan kartu) film, dan gambar. 5. Sumber belajar Sumber belajar di MTsN Karanggede adalah guru, kepala sekolah, masyarakat,dan orang yang ahli dalam bidang tertentu atau master, internet, buku, worksheet, aktivitas siswa, film dan lingkungan sekitar. Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran fiqih adalah proses mental perlu diarahkan kepada penggunaan sumber belajar secara relevan dengan bidang studi yang
membahas,
terpilih,
mutakhir,
serta
ketepatan
dalam
menggunakannya(sardirman, 1989:111). Sumber belajar dipilih berdasarkan materi dan ketepatan dalam menggunakannya. Sumber belajar tidak harus mutlak berasal dari guru. Tugas
guru
dalam
pembelajaran
anak
kelas
sederajat
adalah
mengembangkan kegiatan pembelajaran yang memberikan pengalaman konkret atau langsung dalam membangun konsep (Desmita, 2010 : 36).
52
bahwa karakteristik pembelajaran di sekolah MTsN adalah kelas VIII sekolah MTsN berorientasi pada pembelajaran fakta, lebih bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada di sekitar lingkungan siswa. Jadi bisa disimpulkan sumber belajar yang digunakan di MTsN bersifat konkret atau kejadian-kejadian yang ada lingkungan siswa, meliputi masyarakat, dan orang ahli dalam bidang tertentu atau master, internet, buku, worksheet, aktivitas siswa, film dan lingkungan sekitar. 6. Kegiatan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Kegiatan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede meliputi 7 langkah yaitu: a.
Guru menyiapkan materi atau media yang bisa menjadi stimulasi.
b.
Guru memaparkan permasalah melalui cerita, film, gambar, dan sebagainya.
c.
Guru memberikan open minded question kepada anak, kemudian anak memberi beragam jawaban.
d.
Guru memberi tugas kepada anak.
e.
Anak merumuskan jawaban dari tugas tersebut dengan cara berpikir sendiri, melihat di buku, dan bertanya kepada guru.
f.
Guru menjelaskan materi yang masih belum dipahami siswa.
g.
Terakhir guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran.
53
7. Metode pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih Metode
lain
yang
digunakan
adalah
demokrasi,
diskusi
menyenangkan, presentasi, kerja kelompok, ceramah, eksperimen, tanya jawab, observasi dengan field trip. Menurut Mulyasa (2003:236) keberhasilan metode ini sangat didukung oleh metode pembelajaran yang lain yang digunakan secara bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, diskusi pemberian tugas, pengamatan lapangan, wawancara,dan belajar sendiri. Jadi bisa disimpulkan metode ini yang dapat mengiringi metode pendekatan kontekstual adalah tanya jawab, diskusi pemberian tugas, pengamatan lapangan atau observasi, kerja kelompok, wawancara presentasi, ceramah, dan eksperimen. 8. Evaluasi pembelajaran di MTsN Karanggede Evaluasi pembelajaran di MTsN karanggede dilakukan dengan: a. Setiap akhir proses pembelajaran dengan tanya jawab b. Ujian tertulis setiap satu bulan sekali tema c. Selain tes dari kemendikbud,sekolah juga mengadakan tes tersendiri yang hasil berbentuk naratif atau penjelasan tentang prestasi siswa. Hal ini sejalan pendapat Mulyasa (2003:237) bahwa evaluasi pembelajaran
harus
mencakup
tiga
aspek.yaitu
kemampuan,
keterampilan, dan sikap. Hasil evaluasi harus ditindak lanjuti,bagi peserta didik yang mencapai nilai dibahwa rata-rata perlu dilakukan perbaikan sedangkan yang diatas rata-rata perlu dilakukan pengayaan.
54
Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran fiqih di MTsN telah mencakup 3 aspek, yaitu kemampuan dengan Ujian tertulis, dan UKK. Sedangkan keterampilan dan sikap dilaksanakan tanya jawab, dan tes mandiri dari sekolah yang hasilnya berbentuk naratif atau penjelasan tentang prestasi perkembangan belajar siswa. 9. Peran Guru di MTsN Karanggede Peran guru dalam implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah: a.
Sebagai pendamping siswa dalam belajar, guru dan siswa masih sama belajar.
b.
Fasilitator yang mefasiliasi siswa dalam belajar dan memberikan ruang belajar yang lebih kepada siswa.
c.
Motivator yang selalu membangkitkan semangat siswa dalam belajar,penanya,dan pembimbing. Di MTsN Karanggede guru dipanggil dengan sebutan kakak
agar memiliki kedekatan secara psikologis kepada siswa lebih terjalin. Hal ini sesuai pendapat menurut Gulo (dalam jauhar, 2011:84) guru akan memiliki beberapa peran dalam menerapkan metode pendekatan kontekstual yaitu: a.
Motivator yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b.
Fasilitator yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
55
c.
penanya untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka berbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
d.
Administrator yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.
e.
Pengarahan yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.
f.
Manajer yang mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas.
g.
Rewarder yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Jadi dapat disimpulkan peran guru di MTsN karanggede adalah: a.
Motivator yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir.
b.
Fasilitator yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.
c.
Sebagai pendamping siswa dalam belajar, Guru dan siswa masih sama-sama belajar.
d.
Penanya untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi kenyakinan pada diri sendiri.
10. Peran siswa di MTsN Karanggede Peran siswa sangat penting dalam proses pembelajaran, siswa sebagai warna di MTsN karanggede, siswa mewarnai kehidupan di sekolah. Siswa belajar dan berinteraksi dengan para guru atau para
56
fasilitator siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. siswa kelas atas sebagai patner fasilitator, sedangkan kelas bawah sebagai bagi sesama dan adik-adiknya. Hal ini senada dengan peran siswa dalam komponen metode pendekatan kontekstual keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melaikan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk
yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Jadi bisa disimpulkan peran siswa dalam pembelajaran fiqih mempunyai keterlibatan aktif untuk terlihat dalam menciptakan produk atas pemahaman siswa terhadap konsep dengan bimbingan dari fasilitator.
C.
Hasil Penggunaan Pendekatan kontekstual Dalam Pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede 1.
Prestasi Akdemik siswa di MTsN Karanggede Prestasi akademik siswa cukup bagus karena nilai telah melebihi KKM yang ditentukan sekolah. Nilai KKM di MTsN Karanggede berbeda dari sekolah lain, nilai KKM disini yaitu mencapai nilai 7 sampai 7,5.rata-rata nilai rapot diatas 80, tidak ada dibawah rata-
57
rata.sesuai target karena jawaban soal lebih fleksibel, anak bisa menyimpulkan masalah,anak dapat membuat hipotesa dan menarik jawaban dari persoalan yang ada, kemudian diterapakan dalam kehidupan sehingga sikap anak terbangun sejak dini. Jadi dapat disimpulkan Prestasi akademik siswa bagus, terlihat dari nilai-nilai siswa yang telah melebihi KKM yang telah ditentukan. 2.
Suasana pembelajaran pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede Suasana
pembelajaran
yang
mengunakan
pendekatan
kontekstual di MTsN Karanggede antara lain anak belajar dalam suasana
nyaman.
anak
leluasa
aktif
bergerak,
bermain
dan
bersosialisasi dalam nuansa alami, belajar tanpa terasa, dan tanpa perasaan terpaksa. dengan kondisi sekolah yang sejuk suasana pembelajaran berlangsung akrab dan kekeluargaan antara guru dan siswa. anak tidak merasa malas di kelas selalu berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. pembelajaran fiqih memacu rasa keingintahuan
siswa
untuk
bertanya
dan
siswa
yang
lain
menanggapinya dengan bimbingan guru, serta menjawab pertanyaan dari guru. Jadi dapat disimpulkan suasana pembelajaran di MTsN Karanggede berlangsung dalam suasana nyaman anak leluasa aktif bergerak, bersosialisasi dalam nuansa alami, belajar tanpa terasa, dan tanpa perasaan terpaksa. anak berperan aktif dalam pembelajaran.
58
3.
Tanggapan
orang
tua
tentang
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede. Tanggapan orang tua mengenai pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede bagus, alasannya pembiasaan ibadah diajarkan sejak dini. Pendekatan kontekstual juga dapat membentuk anak lebi berani anak mempunyai
kelebihan dibanding anak dari sekolah lain, anak lebih
mandiri, rasa keingintahu lebih besar dibanding anak lain,anak lebih berani berbicara di depan umum anak juga berani mengungkapkan pendapat dan bertanya tentang apa yang ingin diketahui. hal ini karena pembelajarannya langsung ke pratek, tidak harus membaca dan menghafalkan materi dari buku.anak dikasih bahan materi pelajaran kemudian anak diberi kesempatan untuk mengembangkan materi. Jadi dapat disimpulkan tanggapan orang tua mengenai pendekatan kontekstual adalah positif, alasanya dapat membentuk anak lebih mandiri, membentuk anak lebih berani. Pembelajaranya langsung ke praktek bukan menghafal materi pelajaran. 4.
Tanggapan siswa tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede Tanggapan siswa mengenai pendekatan konteksatual dalam pembelajaran fiqih di Karanggede adalah positif alasanya pembelajaran di kelas berlangsung menyenangkan, siswa dapat bertanya apapun kepada guru. Semua perlengkapan sekolah disediakan sekolah melputi buku, pencil, tas, perasaan siswa dapat bersekolah diMTsN Karanggede
59
adalah senang , karena disini punya banyak teman, dan sekolahnya luas. pelaksanaan pembelajaran bermacam-macam, dan siswa bertanya kadang menonton film bersama para guru tentang materi pelajaran. Kalau masih belum paham materi pelajaran dapat bertanya kepada guru. Jadi dapat disimpulkan tanggapan siswa mengenai pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah positif, alasannya pembelajaran berlangsung menyenangkan, karena siswa tidak terasa sedang melakukan kegiatan pembelajaran. siswa diberi kesempatan untuk bertanya apapun kepada guru. Pembelajaran berlangsung di dalam kelas dan lebih sering di luar kelas, semua kebutuhan siswa disediakan oleh pihak sekolah. D.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi pendekatan Kontekstual Dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede 1.
Faktor pendukung Faktor pendukung implementasi pendekatan kontekstual a.
Sumber daya manusia yaitu guru yang profesional. guru disini menjadi faktor pendukung utama dalam menerapkan pendekatan kontekstual
dalam
proses
pembelajaran.guru
sangat
mementingkan kebutuhan anak dalam memperoleh pendidikan tidak semata-mata transfer pengetahuan. b.
Sarana prasana di sekolah cukup memadai walaupun ada fasilitas yang belum lengkap tapi cukup memadai seluruh kegiatan siswa guru bisa memanfaatkan fasilitas yang lain sebagai pengganti .
60
c. 2.
orang tua murid sebagai pendukung dalam semangat belajar.
Faktor penghambat Faktor-faktor penghambat implementasi pendekatan kontekstual a.
orang tua murid ada yang menjadikan penghambat karena ada yang belum mempercayai mengenai pendekatan kontekstual Menurut anak bermain saja. Kalau dirumah banyak bertanya menyebabkan orang tua sulit menjawab pertanyaan mereka.
b.
Fasilitas yang belum lengkap menjadi penghambat dalam menerapakan pendekatan kontekstual.
c.
Media alat peraga, dan sumber
belajar kurang mencukupi
kebutuhan siswa. Cara mengatasi faktor-faktor
yang menghambat dalam
implementasi pendekatan konteksktual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede dengan mengadakan kegiatan parent gathering yang dilakukan minimal 2 bulan sekali. Dalam kegiatan ini orang tua diberikan informasi mengenai peserta didik dalam menentukan kebijakan sekolah. Kegiatan ini menjadi penghubung antara orang tua murid dan guru-guru MTsN Karanggede dan menjadi tempat sherring bagi orang tua yang mempunyai kritik dan saran. Para guru menampung
semua
kritikan
dan
saran
yang
membangun,
menggunakan alam sekitar dan kelas serba guna sebagai pengganti fasilitas yang belum ada, menggunakan bahan-bahan yang dapat didaur ulang untuk menjadi alat peraga, media, dan sumber belajar.
61
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan data serta analisis yang telah dikemukan pada bab sebelum maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Konsep pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede adalah metode yang mempersiapakan siswa pada situasi untuk melakukan ekperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu dan mengasah kemanpuan bertanya karena pada dasarnya fitrah anak inquirer yaitu penanya ulang yang memiliki rasa ingin tahu yang besar, melalui proses aktif bertanya aktif menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan kreatif di MTsN Karanggede lebih mengembangkan konsep rasa keingintahuan siswa sehingga siswa lebih aktif bertanya.
2.
Implementasi pendekatan kontekstual dalam pembelajaran Fiqih di MTsN Karanggede a.
Tujuan
implementasi
pendekatan
kontekstual
dalam
pembelajaran memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses berpikir reflektif yang kemudian muncul karakter anak yang memiliki rasa ingin tahu, rasa menyelidik yang tinggi, menggiringi
fitrah
anak
62
menjadi
penanya
ulang,
berani
mengungkapkan pendapat dan membentuk sikap anak lebik baik, membentuk imajinasi kreatif anak, agar anak dapat mencari solusi masalah yang ditemuinya, serta untuk membentuk anak menjadi agen perubahan untuk generasi mendatang. b.
Materi yang menggunakan pendekatan kontekstual adalah materi fiqih, karena pendekatan kontekstual mengutamakan proses penemuan dalam kegiatan pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan,materi fiqih yang banyak memakai media visual dan praktek.
c.
Media pembelajaran yang digunakan dalam implementasi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa sehinga menciptakan kemudahan belajar siswa.
d.
Alat peraga yang digunakan di MTsN Karanggede benda konkret, antara lain laporan
buku yang berisikan materi
pelajaran, benda disekitar sekolah seperti barang bekas yang masih bisa di daur ulang, video, mat, flash card(potongan kartu), film, gambar. e.
Sumber belajar yang digunakan MTsN Karanggede bersifat konkret atau kejadian yang ada disekitar lingkungan siswa, meliputi masyarakat, dan orang yang ahli dibidang tertentu atau internet, buku, aktivtas siswa dan lingkungan sekitar.
63
f.
Kegiatan pembelajaran pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede meliputi 7 langkah yaitu: 1. Guru menyiapkan materi atau media yang bisa menjadi stimulasi 2. Guru memaparkan permasalahan melalui cerita, film, gambar. 3. Guru memberi open minded question kepada anak, kemudian anak memberikan beragam jawaban. 4. Guru memberi tugas kepada anak 5. Anak merumuskan jawaban dari tugas tersebut dengan cara berpikir sendiri, melihat di buku, bertanya kepada guru. 6. Guru menjelaskan materi yang masih belum dipahami siswa. 7. Terakhir guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran.
g.
Metode lain yang dapat mengiringi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede adalah metode tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, pengamat lapangan atau observasi, kerja kelompok wawancara, presentasi, ceramah, eksperimen.
h.
Evaluasi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede telah mencakup 3 aspek yaitu kemampuan dengan worksheet, ujian tertulis,
dan
UKK.sedangkan
keterampilan
dan
sikap
dilaksanakan dengan tanya jawab dan tes mandiri dari sekolah
64
yang hasilnya berbentuk naratif atau penjelasan tentang prestasi perkembangan belajar siswa. i.
Peran guru di MTsN Karanggede adalah motivator yang memberikan rasangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir, fasilitator, yang menunjukan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa, sebagai pendamping siswa belajar. Guru dan siswa masih bersam-sama belajar, dan guru sebagai penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka berbuat dan memberi keyakinan pada sendiri.
j.
Peran
siswa
dalam
pendekatan
kontekstual
mempunyai
keterlibatan aktif untuk terlibat dalam menciptakan produk atas pemahaman siswa terhadap konsep dengan bimbingan dari fasilitator. 3.
Hasil penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede a.
Prestasi akademik siswa cukup bagus, terlibat dari nilai-nilai siswa yang telah melebihi KKM yang telah ditentukan.
b.
Suasana pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede dalam suasana gembira, anak leluasa aktif bergerak, dan bersosialisasi dalam nuansa alami, belajar tanpa terasa, tanpa perasaan terpaksa.
c.
Tanggapan orang tua mengenai pendekatan kontekstual adalah positif, alasanya dapat membentuk anak lebih mandiri, serta
65
membentuk
anak lebih berani
mengungkapkan pendapat
pembelajaran langsung ke praktek bukan menghafal materi pelajaran. d.
Tanggapan siswa mengenai penggunaan pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede adalah positif alasanya pembelajaran berlangsung menyenangkan, karena siswa tidak terasa sedang melakukan kegiatan pembelajaran.siswa diberi kesempatan untuk bertanya apapun kepada guru, pembebelajaran berlangsung di dalam kelas dan lebih sering di luar kelas semua kebutuhan siswa disediakan oleh pihak sekolah.
4.
Faktor pendukung dan Faktor penghambat implementasi pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede a. Faktor pendukung Faktor pendukung meliputi guru-guru yang mempunyai semangat belajar dan memiliki visi di luar kebiasaan serta melebihi sarana prasarana yang cukup memadai seluruh kegiatan pembelajaran. b. Faktor penghambat meliputi orang tua/ wali murid yang belum bisa menerima kebijakan sekolah menggunakan pendekatan kontekstual dan sarana prasarana yaitu fasilitas yang masih minim, cara mengatasi faktor-faktor yang menghambat pendekatan kontekstual di MTsN Karanggede dengan mengadakan kegiatan parent gathering bagi orang tua murid yang membangun alam sekitar dan kelas serba guna sebagai pengganti ada serta memberdayakan
66
bahan-bahan yang bisa di daur ulang sebagai pendukung pembelajaran. B.
Saran Dari hasil penelitian yang peroleh dari uraian sebelumnya, agar prosres belajar mengajar fiqih lebih efektif dengan hasil original,maka penulis sampaikan saran sebagai berikut. 1.
Lembaga yang diteliti, kepala MTsN Karanggede hendaknya selalu mengarahkan
para
pengajar
untuk
menerapkan
pendekatan
kontekstual sesuai dengan prosedur dan kemampuan yang dimiliki agar tercapai tujuan pembelajaran. 2.
Guru fiqih, sebaiknya dalam mengajarkan materi fiqih dengan menggunakan pendekatan kontekstual melakukan persiapan dengan matang, agar tujuan pembelajaran fiqih dapat tercapai sebagaimana yang ditentukan.
3.
Bagi siswa, hendaknya terlebih dahulu mengerti dan paham tujuan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih, demi mendukung terlaksananya pembelajaran dengan baik dan tidak tumbuh perasaan merugi untuk berbagi ilmu sesama.
4.
Seluruh warga MTsN Karanggede hendaknya selalu berusaha menciptakan suasana sosial yang harmonis serta mendukung terlaksananya pembelajaran pendekatan kontekstual dan tujuan penerapanya.
67
C.
Penutup Dengan hidayah Allah SWT dan nikmat serta kecerahan pikir dalam menyelesaikan skripsi ini penulis berharap apabila dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini dari jauh dari kesempurnaan,maka penulis mohon maaf kepada pembaca dan berikan kami solusi,kritik dan saran yang membangun. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya serta berguna bagi kehidupan pendidikan…Amin.
68
DAFTAR PUSTAKA
Suhartono, Suparlan. 2008, Wawasan Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruszz Media. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Zakiah. 20011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Muslich, Masnur. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta PT. Bumi Aksara, 2007. Nasih, Ahmad Munjir dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung PT. Refika Aditama 2009. Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang : Penerbit Universitas Negeri Malang. Mulyasa E, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung Remaja Rosda Karya, 2004. Moleong. Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung PT. Remaja Rosda Karya. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta: Sinar Grafika. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Afifudin dan Beni Ahmad Saebani. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia. Sukmadinata, Nana Syaodiah. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
69
Sugiyo. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Albeta. Bungin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008. Suprijono, Agus, Cooperative Learning:
Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Departemen Agama RI, Metodelogi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986. Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999. Sardirman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
70
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muh. Munawir
Tempat, tanggal lahir
: Boyolali, 9 Agustus 1987
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Pulutan RT. 07/RW 02 Kebonan, Karanggede, Boyolali
Nama orang tua Ayah
: Sukarno
Ibu
: Siti Handasah
Pendidikan : 1. MI Kebonan, Karanggede, Boyolali
: Lulus tahun 2002
2. MTsN Wonosegoro, Boyolali
: Lulus tahun 2005
3. MAN Karanggede, Boyolali
: Lulus tahun 2008
4. IAIN Salatiga, Semarang
: Lulus tahun 2015
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sesungguhnya. Karanggede, 30 Mei 2015
MUH. MUNAWIR NIM. 12108009
71
72
73
74
75
STRUKTUR ORGANISASI MTs NEGERI KARANGGEDE
KA.Ur.TU SUNARYO, S.Sos
KEPALA MADRASAH H. SUWARDI, M.Pd.I
KETUA KOMITE JOKO WIDODO,
S.Pd.I
WAKIL KEPALA
WAKA. Ur. KURIKULUM SLAMET, S.Pd
WAKA. UR.KESISWAAN SULISTYONO , S.Ag
WAKA. UR.HUMAS ADIB , S.Ag
BP/BK ARFIANTO , S.Pd.I
WAKA. UR.SARPRAS NUR YASIN, S.Ag
BENDAHARA IMAM KHANAFI ,S. Pd. I .Pd.I
WALI KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
KELAS
VII A
VII B
VII C
VII D
VIII
VIII
VIII
VIII
IX A
IX B
IX C
IX D
A
B
C
D
GURU
SISWA
76
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH MTsN KARANGGEDE
Nama
: H. Suwardi
Hari/Tanggal : Senin/20 April 2015 waktu
: 10.00 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
1. Faktor apa yang mempengaruhi pendekatan kontekstual dalam pempelajaran fiqih di MTsN karanggede ? Jawab : “ orang tua, fasilitas 2. Bagaimana pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN karanggede ? Jawab : “sangat baik melalui ceramah oleh guru .” 3. Sudah berapa lama MTsN karanggede menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih ? Jawab : “ 1 tahun” 4. Berkaitan dengan pendekatan kontekstual apakah sekolah menyarankan guru menggunakan pendekatan tersebut ? Jawab : “Kami mendukung segala sesuatu yang positif asalkan itu baik untuk pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran kaitannya dengan pendekatan kontekstual kami menyerahkan semua kepada guru.”
77
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU MTsN KARANGGEDE Nama
: Kholid
Hari/Tanggal : Senin / 20 April 2015 Waktu
: 11.00 WIB
Tempat
: Ruang Guru
1.
Berkaitan dengan proses pembelajaran di MTsN Karanggede pendekatan Pembelajaran apa yang sering digunakan ? Jawab : “yang sering digunakan adalah pendekatan kontektual, pendekatan kontekstual Berorentasi pada pengalaman nyata”
2.
Salah satu penentu keberhasilan pendekatan kontekstual adalah sumber belajar, bagaimana pengembangan sumber belajar yang di lakukan MTsN Karanggede ? Jawab : “pengembangan sumber belajar mata pelajaran fiqih di MTsN Karanggde di lakukan dengan cara yaitu : pernama melalui utilition yaitu pemanfaatan sumber belajar yang ada berupa alat peraga maupun sarana penunjang dalam pembelajaran, seperti buku, gambar, atau chart, masjid atau mushola, dan lain sebagainya yang kedua melalui design yaitu sumber belajar yang dihasilkan dengan membuat alat peraga sendiri yang bereupa tulisan-tulisan yang berkaitan dengan materi pembelajaran seperti lafal niat shalat, lafal niat wudlu, lafal azan, lafal iqomah atau yang lainya”
3.
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih di MTsN Karanggede yangdikembangkan apa saja ? Jawab : “dikembangkan meliputi hal-hal sebagai berikut yang mendorong siswa untuk
mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya
Allah SWT sebagai sumber kehidupan pengalaman, mengkondisikan
78
siswa untuk mempratikan dan merasakan hasil-hasil pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari. pembiasaan, melasanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran islam yang terkandung dalam AL- Quran dan Hadits serta di contohkan para ulama keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainya sebagai teladan, sebagai cerminan dari individu yang meneladani Nabi saw sahabat para ulama” 4.
Kontekstual juga berkaitan dengan masyarakan belajar bagaimana penerapanya ? Jawab : “pembentukan masyarakan di MTsN Karanggede telah berjalan lancar tetapi pengawasan dan pengarahan dari guru agar tercapi hasil belajar yang efektif dan efesien dalam kegiatan belajar aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri dalam membentuk kelompok belajar (traning community) pengelompokan siswa dibedakan dalam beberapa jenis, misalnya pengelompokan menurut kesenangan berteman, menurut kemampuan dan menurut minat”
79
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA MTsN KARANGGEDE
Nama
: Lidya Putri
Hari /tanggal
: Selasa/21 April 2015
Waktu
: 10.01 WIB
Tempat
: Kelas VIII
1. Apa yang di maksud pendekatan kontekstual ? Jawab : “suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara sepenuh untuk materi yang di pelajari.” 2. Berkaitan dengan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih apakah mudah dipahami ? Jawab : “sangat mudah dipahami dan menyenangkan.” 3. Yang sering digunakan guru dalam pembelajaran fiqih apa ? Jawab : “pendekatan kontekstual.” 4. Apakah pendekatan kontekstual dalam pembelajaran fiqih merasa kesulitan ? Jawab : “tidak.”
80
DAFTAR NILAI SKK Nama NIM Dosen PA
: Muh Munawir : 12108009 : Ari Setyawan, SPd, MM
No Nama Kegiatan 1. OPSPEK (Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus) STAIN Salatiga 2. Training Kader II Lembaga Dakwah Kampus (LDK) STAIN Salatiga 3. Islamic Public Speaking Training Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga 4. Pelatihan Dakwah Mahasiswa (PDM) LDK STAIN Salatiga
Jurusan Progdi
: :
Tarbiyah PAI
Pelaksanaan Keterangan 25-27 Peserta Agustus 2008
Nilai 3
8-9 Mei 2009
Peserta
2
14 Maret 2009
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
8
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
8
8-9 November 2008 5. Pelaksana Bedah Film “Laskar 4 April 2009 Pelangi dan Penggalangan Dana Untuk Korban Situ Gintung Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga 6. Kursus Pembina Pramuka Mahir 25-31 Januari Tingkat Dasar (KMD) Kwartir 2009 Cabang Kota Salatiga 7. Gardika LDK Darul Amal 15 September STAIN STAIN Salatiga 2008 8. Seminar Nasional Entreneurs 27 Mei 2013 Generasi Muda dan koperasi KOPMA STAIN Salatiga 9. Gerakan Santri Menulis 3 Agustus Sarasehan Jurnalistik Ponpes 2012 AL-Falah Kota Salatiga. 10. Traning Kader (TEKAD I) I4 Desember Perbaiki diri Tumbuh 2009 Ghiroh,Raih Dai Sejati Gapai Ridho Ilahi STAIN Salatiga 11. Diaspora Politik Indonesia di 1 April 2014 tahun 2014 Memilih Untuk Salatiga Hati Beriman STAIN Salatiga. 12. Seminar Nasional Pendidikan 6 Juni 2012 Multikultural Sebagai Pilar
81
13.
Karakter Bangsa (HMJ) Tarbiyah STAIN salatiga Seminar Nasional Pilar-Pilar Penanggulangan Korupsi di Indonesia Perspektif Agama,Budaya,dan Negara Himpunan Mahasiswa (HMJ) Syariah STAIN salatiga. Seminar Nasional Norma Hukum Dalam Mengendalikan Harga BBM Bersubsidi Dewan (DEMA) STAIN salatiga. Orientasi Dasar Keislaman (ODK) Membangun Karakter Keislaman Bertaraf Nasional di Era Globalisasi Bahasa STAIN Salatiga. Tabligh Akbar JQH STAIN salatiga.
22 Juni 2011
Peserta
8
27 Mei 2013
Peserta
8
10 September 2012
Peserta
2
1 Desember 2012
Peserta
2
23 Oktober 2013
Peserta
2
30 September 2013
Peserta
2
8 Juli 2011
Peserta
2
21. IBTIDA‟Lembaga Dakwah 10-11 Kampus (LDK) STAIN Salatiga Oktober 2009
Panitia
3
22. Meningkatkan Kualitas Moral. Intelektual,Spiritual Ponpes AlFalah Salatig 23. Ziarah WaliyulIah PPTI AlFalah Salatiga 24. Akhirussanah Ke XX PPTI AlFalah Salatiga 25. Halaqoh Alim Ulama Sejawa Tengah &Diy PPTI Al- Falah Salatiga
31 Juni 2013
Panitia
3
6 Juli 2012
Panitia
3
25 Juli 2013
Panitia
3
23-24 Juni 2013
Panitia
4
14.
15.
16.
17. Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Mahasiswa JQH STAIN salatiga. 18. Sosialisasi UU No 1 Th 2013 Peran Serta Fungsi OJK Peran Pemerintah Dalam Pengawasan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) STAIN salatiga. 19. Pelatihan Kewirausahan (Enterpreneurship di Sentral oleh –oleh Khas Bali.
82
26. 1 Muharram Perbahurui Hati Dengan kebaikan PPTI Al-falah Salatiga 27 Halal Bihalal Memanfaat dan dimaafkan Sebagai Modal Awal Perbaikan Akhlaq PPTI AlFalah Salatiga 28 Pawai Ta‟Aruf Membentuk Karakter Santri Sebagai Insan Kamil yang Kreatif PPTI AlFalah Salatiga. 29. Isra‟Miraj Semangat Membangun Generasi Muslim Yang Berkualitas PPTI Al-Falah Salatiga. 30. Pesantren Kilat Ramadhan 1430 H di SMP N 3 Salatiga , SMK PGRI 2 Salatiga dan SMP N 9 Salatiga STAIN Salatiga. Jumlah
25 November 2012
Panitia
3
10 Agustus 2014
Panitia
3
13 November 2013
Panitia
3
27 Mei 2012
Panitia
3
15 Juni 2010
Pemateri
4
100
83
84