1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang yang menjadi titik tolak penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa. Hurlock (1999, hlm. 206) menyatakan bahwa remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Selanjutnya menurut Santrock (2007, hlm. 20) masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional, bahkan disebut sebagai masa terbaik dan sekaligus terburuk bagi remaja. Santrock (2007, hlm 23) memandang bahwa ketika anak-anak memasuki masa remaja, mereka memasuki dunia sekolah yang lebih luas sehingga prestasi menjadi hal yang penting dan tantangan akademis meningkat. Berdasarkan pernyataan Hurlock dan Santrock dapat disimpulkan masa remaja merupakan suatu masa perkembangan yang penuh dengan berbagai tantangan, karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi mulai dari perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Proses perubahan yang dialami akan terjadi dalam diri remaja jika perubahan ini mampu dihadapi secara adaptif dan sukses. Sehingga banyak remaja yang sukses menjuarai beberapa kompetisi baik yang sifatnya akademik maupun non akademik. Pada bidang akademik sebagai contoh siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung sukses meraih juara 1 olimpiade MIPA bidang Matematika Sekabupaten Bandung. Pada bidang Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
non akademik juara umum derap pramuka, juara 2 pramuka, juara 2 MTQ, juara 2 PMR, Juara umum porseni pada tingkat Kabupaten Bandung . Keberhasilan yang diraih remaja tersebut di atas menunjukkan bahwa ternyata remaja memiliki kemampuan yang dapat dibanggakan. Santrock (2003, hlm. 26) menyatakan remaja adalah masa depan masyarakat dan bagian dari perjalanan hidup bukan merupakan perkembangan yang terisolasi. Hal ini menunjukkan remaja memiliki keyakinan tentang kemampuan dirinya untuk mencapai hasil tertentu, yaitu suatu kemampuan yang berkenaan dengan keadaan diri sendiri dan keterampilan individu untuk dapat mengelola dan mengatur diri dalam mengarahkan perubahan tingkah lakunya sendiri.
Sehingga remaja
diharapkan mampu mandiri dan berusaha memainkan peran tanpa bantuan orang lain. Tugas perkembangan remaja menuntut perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa dewasa. Menurut Havighurst dalam Hurlock (1999, hlm. 10)
salah satu tugas
perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Untuk mencapai kemandirian remaja dalam hal ini siswa diperlukan usaha yang tidak mudah, melainkan dibutuhkan bantuan dari orang lain dan lingkungan yang ada disekitarnya, karena perkembangan kemandirian siswa dipengaruhi oleh lingkungan di mana individu hidup, keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan Blocler (Suherman, 2008) people do not growth and develop in a vacuum. Pernyataan ini menegaskan perkembangan individu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Madrasah Tsanawiyah (disingkat MTs) adalah bagian dari lingkungan pendidikan siswa merupakan jenjang dasar pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan sekolah menengah pertama, yang pengelolaannya di bawah Kementerian
Agama, memiliki peranan dalam merubah sikap dan perilaku
individu dengan mengembangkan potensi, meningkatkan diri menuju kedewasaan mental melalui pendidikan yang dibimbing oleh guru. Pendidikan MTs ditempuh dalam waktu 3 tahun mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Pertama hanya saja MTs Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam. Pelajar Madrasah Tsanawiyah umumnya berusia 13 sampai 15 tahun yaitu memasuki masa remaja. Salah satu MTs yang ada di Kabupaten Bandung adalah MTs Negeri Ciparay yang memiliki visi terwujudnya lulusan Madrasah Tsanawiyah yang berkualitas, kompetitif dan berakhlak mulia. Adapun misinya adalah (1) Menumbuhkembangkan sikap, perilaku dan sikap amaliah yang berdasarkan agama Islam di madrasah (2) Menumbuhkan semangat belajar agama Islam. (3) Melaksanakan bimbingan dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menarik sehingga peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki (4) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif dan daya saing yang sehat kepada seluruh warga madrasah baik prestasi akademik maupun non akademik. (5) Menata lingkungan madrasah yang bersih, sehat dan indah. (6) Mendorong dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan bakat dan minatnya sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal dan memiliki daya saing yang tinggi. Berdasarkan visi dan misi yang dimiliki Madrasah di atas, banyak tantangan eksternal dan internal yang dihadapi MTs Negeri Ciparay. Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di MTs Negeri Ciparay menunjukkan bahwa beberapa siswa ada yang kurang disiplin, merokok, rendahnya tatakrama terhadap guru, dan rendahnya kemandirian belajar. Rendahnya kemandirian belajar ini ditunjukkan dengan siswa menunggu untuk diperintah oleh orang lain dalam belajar terutama dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah, siswa menyontek hasil pekerjaan temannya karena merasa malas dan tidak yakin akan kemampuan diri sendiri, bolos sekolah, nilai ulangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal serta siswa belum bisa mengatur dan mengelola diri untuk kegiatan belajar. Menurut Desmita (2012, hlm 189) fenomena tersebut menunjukkan siswa kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan. Meningkatnya tingkat kesulitan tiap mata pelajaran, bertambah banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, baik tugas individual maupun tugas kelompok menuntut siswa memiliki kemandirian belajar. Kemandirian Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
merupakan hal penting dalam perkembangan siswa. Kesiapan emosional, perilaku, dan nilai untuk mengatur, melakukan aktivitas, dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri merupakan hal yang dituntut dalam kemandirian belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa di sekolah adalah dengan cara bekerja sama melalui komponen pendidikan di sekolah. Sekolah harus menyediakan layanan yang dapat membantu siswa untuk mencapai perkembangannya melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen yang ada di sekolah berperan dalam proses untuk mencapai kemandirian belajar siswa. Bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan kepada siswa agar mampu memahami diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan diri secara optimal (Yusuf dan Juntika, 2010, hlm. 16-17). Kemandirian belajar dalam penelitian ini adalah kemandirian menurut Steinberg (2014, hlm. 288) yaitu remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting. Kemampuan untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua disebut kemandirian emosional (emotional autonomy), kemampuan mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap keputusan tersebut disebut kemandirian behavioral (behavioral autonomy), serta kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidakpenting disebut kemandirian nilai (values autonomy). Wedmeyer (1973) dalam Nurhayati (2011, hlm. 61) menjelaskan kemandirian belajar adalah cara belajar yang memberikan kebebasan, tanggung jawab,
dan
merencanakan,
kewenangan
yang
melaksanakan
lebih dan
besar
kepada
mengevaluasi
pembelajar
kegiatan
dalam
belajarnya.
Kemandirian dalam konteks individu tentu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik. Selama masa remaja tuntutan terhadap kemandirian ini sangat besar dan jika direspon secara tidak tepat bisa saja menimbulkan dampak yang Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
kurang menguntungkan bagi perkembangan psikologi remaja, karena seringkali remaja mengalami kebingungan dalam mengelola dirinya. Bagi
remaja
mengembangkan kemandirian belajar merupakan hal penting untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Kemandirian belajar merupakan bagian penting dari proses edukasi pembentukan insan yang sadar akan nilai pentingnya menyiapkan diri bagi kehidupan yang akan datang; sadar akan tuntutan dan tantangan yang bakal dihadapinya di masa yang akan datang. Jadi, kemandirian belajar jauh melampaui pengertian mengajar dalam arti mentransfer pengetahuan kepada generasi yang masih muda dan labil, tapi lebih dari itu memiliki nilai edukasi yang berkepentingan dengan pembentukan tanggung jawab pribadi dalam tugas belajar dan menumbuhkan kemampuan sebagai pribadi yang sukses di masa yang akan datang. Penciptaan kultur belajar tentu membutuhkan proses yang panjang, sebagaimana telah dikemukakan di atas, kemandirian bukanlah merupakan hasil dari proses internalisai atau otoritas, melainkan suatu proses pengembangan diri sesuai dengan hakikat eksistensi manusia. Kemandirian yang sehat adalah kemandirian yang sesuai dengan hakikat manusia (Kartadinata, 2011, hlm. 53). Peran guru Bimbingan dan konseling adalah mengembangkan atau menyiapkan lingkungan
yang mampu memperkaya kehidupan
kemandirian
individu. Dengan demikian upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa, tentunya membutuhkan
pendekatan yang sesuai dengan tugas
perkembangan remaja. Salah satu peran Bimbingan dan Konseling untuk membantu meningkatkan kemandirian belajar adalah dengan menggunakan strategi yang dipandang sesuai dengan karakteristik dan tugas perkembangan remaja. Strategi yang dipandang relevan adalah strategi self-management yang dikemukakan oleh Cormier & Cormier (1991, hlm. 519) “Self-management is a process in which client direct their own behavior change with any one therapeutic strategy or a combination strategies”. Dapat diartikan self-management adalah suatu proses dimana individu mengarahkan sendiri pengubahan perilakunya dengan satu strategi atau gabungan strategi.
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, profil umum kemandirian belajar siswa berada pada kategori sedang pada aspek kemandirian emosional sebanyak 47,2 %, kategori rendah sebanyak 23,19 % pada aspek kemandirian perilaku dan kategori tinggi sebanyak 37,48 % pada aspek kemandirian nilai. Hal ini membuktikan bahwa kemandirian belajar siswa perlu dikembangkan, sehingga membutuhkan bantuan berupa layanan bimbingan dan konseling yang dapat memfasilitasi pengembangan kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar baik proses maupun hasil belajar, perlu ditumbuhkan pada siswa agar memiliki pemahaman tentang pentingnya belajar. Siswa yang belum memiliki kemandirian belajar dapat dilihat dari pemikiran siswa yang melihat hasil bukan proses belajarnya. Kurangnya kemandirian belajar siswa terlihat dari belum terampilnya siswa dalam menyelesaikan permasalahan terkait dengan belajar. Melihat kebutuhan dan mengedepankan prinsip pengembangan potensi siswa Kelas VIII MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung secara optimal, maka diperlukan suatu upaya bantuan melalui salah satu pendekatan dalam bimbingan dan konseling untuk mengembangkan kemandirian belajar adalah pendekatan kognitif perilaku dengan menggunakan strategi self-management. Strategi selfmanagement pada dasarnya dilakukan agar siswa lebih mampu mengatur dirinya dan mengarahkan perilakunya ke arah yang positif. Yates (2004, hlm. 63) menyebutkan bahwa self-management merupakan strategi yang mendorong individu untuk mampu mengarahkan perilakunya sendiri dengan tanggung jawab atas tindakannya untuk mencapai kemajuan diri. Untuk mengembangkan self-management secara efektif maka perlu dilakukan langkahlangkah dengan tahapan yang sistematis menggunakan prosedur yang jelas. Yates (2004, hlm.64) menekankan pentingnya individu untuk mengendalikan diri, bekerja secara tertib dan tekun dalam memantau perilakunya serta memiliki komitment untuk mempertahankan perilaku positif yang telah dicapainya. Penggunaan strategi self-management diharapkan dapat membantu siswa dalam mengatur, memantau dan mengevaluasi dirinya sendiri untuk mencapai perubahan kebiasaan yang lebih baik. Kaitannya dengan kemandirian belajar yaitu Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
bahwa kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa perlu diberikan suatu strategi untuk membimbing siswa dalam upaya mengembangkan kemandirian belajar. Maka strategi yang berfungsi untuk mengubah perilaku adalah dengan menggunakan pendekatan kognitif perilaku melalui strategi self-management. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian kajian tentang efektivitas strategi self-management
difokuskan pada
untuk mengembangkan
kemandirian belajar siswa.
B. Rumusan Masalah Menurut Kartadinata (2011, hlm. 54) esensi tujuan bimbingan dan konseling adalah memandirikan individu ; kemandirian adalah tujuan bimbingan dan konseling. Peran guru Bimbingan dan konseling memfasilitasi individu menguasai perilaku jangka panjang yang diperlukan di dalam kehidupannya, dalam mengambil keputusan sosial-pribadi, pendidikan, dan karir. Untuk meningkatkan kemandirian dalam hal ini kemandirian belajar ada beberapa pendekatan dalam konseling yang digunakan, yaitu Teori Konseling Self Adler, Teori Konseling Kelompok Psikodinamika, Teori Konseling Behavioral, Teori Kognitif Behavioral, Teori Psikoanalisis, Teori Analisis Transaksional, Teori Eksistensial Humanistik, Teori Client Center, Teori Realitas, Teori Rasional Emotif, Teori Gestalt, Teori Kognitif Sosial, Dan Teori Konseling Karir Trait And Factor. Berdasarkan Teori yang disebutkan diatas maka dalam penelitian ini lebih menekankan pada perubahan kognitif perilaku. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemandirian belajar yaitu dengan pendekatan Kognitif Behavioral.
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Seperti yang telah diketahui bahwa pendekatan kognitif perilaku merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan cognitive therapy dan behavior therapy. Teori Cognitive Behavior (Oemarjoedi, 2003, hlm. 6) pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional, di mana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku yang menyimpang, maka Cognitif behavior diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif. Menurut Cormier (2009. Hlm 517) “One of the major goals of self-management intervention is to assist clients in gaining a greater capacity for self determined initiative, or “agency,” relative to their goals and to achieve increasing independence in their desired functioning. Jadi salah satu tujuan utama dari intervensi self-management adalah membantu konseli dalam mendapatkan kapasitas yang lebih besar untuk menentukan inisiatifnya sendiri. Pendekatan kognitif perilaku memiliki beberapa strategi di antaranya adalah desensitisasi sistematik, relaksasi, modeling, latihan asertif, dan strategi self-management. Dalam penelitian ini akan difokuskan kepada strategi selfmanagement. Self-management merupakan salah satu model dalam pendekatan cognitive-behavior. Strategi Self-management meliputi pemantauan diri (self monitoring ), reinforcement yang positif (self-reward ), kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self-contracting ), dan penguasaan terhadap ransangan (stimulus control ) (Gunarsa, 2000, hlm. 225-226). Pengaruh teori kognitif pada masalah-masalah self-management disebabkan oleh kesalahan konstruksikonstruksi atau kognisi-kognisi yang lain tentang dunia atau orang-orang di Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
sekitar kita atau diri kita sendiri. Self-instructional atau menginstruksi diri sendiri pada hakikatnya adalah bentuk restrukturisasi aspek kognitif. Menurut Cormier dkk (2009, hlm. 517) dalam self-management konseli dibantu secara profesional untuk lebih memahami proses yang terjadi secara alami (terutama perilaku dan psikologis) yang diyakini memiliki pengaruh besar terhadap perilaku atau respon yang telah menjadi masalah bagi konseli. Oleh karena itu dalam meningkatkan kemandirian belajar melalui strategi selfmanagement perubahan tingkah laku lebih banyak dilakukan, dirancang, diproses oleh
subyek yang bersangkutan, bukan diarahkan apalagi dipaksakan oleh
pengubah. Strategi self-management juga digunakan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran yang diharapkan. Hasil penelitian Abdurokhman (2014, hlm. 84) menunjukkan aspek keterampilan sosial meningkat setelah diberikan intervensi strategi selfmanagement. Hasil Penelitian Supriyati (2013, hlm. 3) menunjukkan tingkat Selfmanagement dalam belajar siswa meningkat setelah diberi layanan bimbingan kelompok. Hasil penelitian Qomariyah (2011) menunjukkan Self-management dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Hasil penelitian Fitria dan Eko menunjukkan bahwa penggunaan strategi self-management dapat meningkatkan disiplin belajar siswa (ejournal.unesa.ac.id). Begitu pula hasil penelitian Wahyuningsih (2014) menunjukkan bahwa teknik self-management dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Berdasarkan pernyataan di atas, maka rumusan masalahnya adalah Apakah strategi self-management efektif untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa di MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung ?.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara umum penelitian bertujuan untuk menguji ada tidaknya peningkatan kemandirian belajar siswa MTs Negeri Ciparay kelas
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
VIII sesudah diberikan strategi self-management. Secara khusus tujuan penelitian adalah memperoleh kajian empiris mengenai “efektivitas strategi self-management untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa khususnya untuk siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung.
D. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan utama dalam penelitian ini yaitu, ”Apakah pendekatan strategi self-management efektif untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa khususnya untuk siswa MTs Negeri Ciparay Kabupaten Bandung?
E. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai, hasil penelitian ini memiliki kegunaan baik bagi pengembangan ilmu maupun pengembangan praktik bimbingan dan konseling, antara lain: bagi peneliti, kontribusi dalam upaya peningkatan
layanan
bimbingan
dan
konseling
kepada
siswa
dengan
mengembangkan pendekatan perilaku kognitif perilaku melalui strategi selfmanagement untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa. 1. Bagi
sekolah,
menjadi
alternatif
pendekatan
dalam
mengembangkan
kemandirian belajar siswa. 2. Bagi Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, dapat memberikan kontribusi untuk kajian bimbingan, dan menambah khasanah intervensi bimbingan dan konseling.
F. Struktur Organisasi Tesis Tesis ini terdiri dari lima bagian, yang terdiri dari sebagai berikut.
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
Bab I : Pendahuluan : Bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi dasar-dasar teori yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Teori yang digunakan merupakan teori yang terkait dengan konsep kemandirian belajar dan konsep strategi selfmanagement, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, asumsi penelitian, serta hipotesis penelitian. Bab III : Metode Penelitian : Bab ini berisi gambaran mengenai pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrument penelitan, lokasi dan subjek penelitian, pengembangan program intervensi, prosedur intervensi, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Temuan dan Pembahasan : Bab ini menyampaikan dua hal utama, yakni (1) temuan dengan
penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data
berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan
permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Bab V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi : Bab ini berisi simpulan, implikasi,
dan rekomendasi,
yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Ada dua alternatif cara penulisan simpulan, yakni dengan cara butir demi butir atau dengan cara uraian padat.
Yani Nurrohmah, 2015 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-MANAGEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu