UPAYA PENGURUS PONDOK PESANTREN ALMUNAWWIR KOMPLEK Q DALAM MENCETAK SANTRI TAHFIZUL QUR'AN 30 JUZ PERIODE 2012/ 2013.
Resti Wulan Sari Fak. Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstract: This study aims to determine the caretakers’ efforts of Pesantren Al Munawwir Complex Q in training Qur'an memorizers 2012/2013 period, supporting and demotiviting factors as well as the strategies used by the caretakers in overcoming them. Couching during Qur’an recitation, arranging schedule of the Qur’an memorizers activities and supportive activities in memorizing the Qur’an are some efforts made by the caretakers in training the Quran memorizers. The supportive factors are the ideal age, time management, condusive places, and supportive activities in the memorization of Qur'an. Meanwhile the demotiving factors are the Qur’an memorizers are not able to make Qur'an as a top priority, unable to read well, bad time management, and less repetition. The efforts of the caretakers’ to overcome the problems are inviting the Qur’an memorizers to perform their activities properly, create rayon forum, publishing the attendance, recapitulating of Qur’an cites memoring reports and imposing punishments. Key words: Qur’an, Tahfizul, Caretakers
A. PENDAHULUAN Al-Qur'an adalah kalam Allah yang merupakan mu'jizat, yang diriwayatkan secara mutawattir dan membacanya adalah ibadah. Allah telah menerangkan kebenaran hal ini, dalam al-Qur'an surat At- Takwir : 19-21, sebagai berikut: Artinya: Sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan Tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.
Ayat diatas dapat dijelaskan bahwa al-Qur'an adalah salah satunya kitab suci yang di pelihara kemurnian, kebenaran, dan kesempurnaannya sepanjang zaman. Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. tentunya
mengandung
hikmah
yang
besar,
diantaranya
untuk
1
Hal ini
mempermudah
menghafalkan karena al-Qur'an turun sedikit demi sedikit. Selain itu, hal tersebut
merupakan isyarat bahwa dalam menghafalkan al-Qur'an membutuhkan proses dan waktu yang lama. Umat Islam pada dasarnya punya kewajiban terhadap pemeliharaan kemurnian alQur'an dari orang-orang berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat al-Qur'an. Salah satu usaha nyata dalam memelihara kemurnian al-Qur'an adalah dengan menghafal dan mengamalkannya. Al-Qur'an kitab bagi umat muslim menempati posisi yang penting yaitu: al-Qur'an sebagai Manhajul Hayati (pedoman kehidupan) bagi seluruh manusia tanpa terkecuali 2. al-Qur'an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman 3. al-Qur'an sebagai Az-zikir (peringatan). 4. Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan 1.
Manusia dalam menghadapi kehidupan ini, maka wajarlah jika kaum muslimin berduyun-duyun untuk mempelajari al-Qur'an. Belajar al-Qur'an dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya adalah dengan menghafalkan. Menghafal al-Qur'an ini telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang dilanjutkan oleh sahabat-sahabatnya hingga al- Qur'an tersebar di berbagai penjuru kota Arab. Upaya menjaga dan menyebarkan al-Qur'an dengan cara menghafal ini tetap ada dan dilestarikan sampai sekarang di berbagai negara di dunia. Pondok Pesanten merupakan salah satu wadah atau tempat para santri untuk mengembangkan diri dalam memahami pendidikan agama Islam dan salah satunya adalah mendalami kitab suci al-Qur'an dengan cara menghafalkan al-Qur'an yang bertujuan untuk menjaga kitab suci al-Qur'an. Lembaga lembaga pendidikan agama diharapkan dapat membantu calon para penghafal al-Qur'an dalam mencapai tujuan yaitu hafal 30 juz dalam jangka waktu tertentu, maka proses pembelajaranya memerlukan pembinaan oleh lembaga tersebut. Pondok Pesantren al-Munawwir merupakan salah satu pondok pesantren yang berbasis Qur'an. Tepatnya berdiri pada tahun 1910. Pendiri pondok pesantren al-Munawwir adalah KH. M. Moenauwir. KH.M. Moenauwir ahli dalam Qiro'ah Sab'ah (7 bacaan alQuran). Salah satunya adalah Qiro'ah Imam 'Ashim riwayat Imam Hafsh, Sanad Qiro'ah Imam 'Ashim riwayat Hafsh K.H.M. Moenawwir sampai kepada Nabi Muhammad. Pondok pesantren al-Munawwir Komplek Q krapyak Yogyakarta terletak di dusun krapyak, desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian utara berbatasan dengan tapal batas antara kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Alamat PP. al-Munawwir Komplek Q berada dijalan KH. Ali
Maksum, Krapyak PO. BOX 1286 Telp. (0274) 387374 Yogyakarta 55002. Secara georgafis, jarak tempuh dusun Krapyak dengan kantor desa panggung. Keberadaan pengurus sangat diperlukan dalam tercapainya tujuan Madrasah Khusus Tahfiz Qur'an karena dengan keberadaan pengurus program-program yang ada di madrasah khususnya Tahfzul Qur'an dapat berjalan lebih baik sehingga outputnya pun lebih baik. Pengurus pun menyusun peraturan-peraturan yang dibuat bersama dengan santri asrama Tahfiz Qur'an yang bertujuan agar santri dan pengurus dapat bekerjasama dengan baik dalam membentuk santri Tahfzul Qur'an. Peran pengurus dalam Tahfizul Qur'an di Pondok Pesantren al- Munawwir asrama Tahfiz sangat penting, karena setiap penghafal yang masuk di asrama Tahfiz mempunyai tingkat kemampuan menghafal yang berbeda-beda, sehingga dengan adannya pembentukan pengurus dapat membantu pengasuh dalam mencetak para santri Tahfiz al-Qur'an 30 Juz.
B. KONSEP PONDOK PESANTREN Pendidikan merupakan komponen yang penting bagi umat manusia, bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terdiri dari pendidikan formal dan pendidikan non formal. Salah satu pendidikan non formal adalah pesantren. Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an, berarti tempat tinggal santri.13menurut Amien Haedari 2menjelaskan bahwa pesantren adalah sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Pesantren yang dimaksud adalah tempat tinggal santri selama belajar pendidikan agama Islam. Pesantren membantu orangtua untuk mendidik anak dalam belajar ilmu agama Islam. Kemunculan pesantren diawali dengan pengajian-pengajian yang diadakan oleh seorang yang dianggap 4alim di pedesaan-pedesaan dimana santri yang berdatangan. 1. Pengertian Tahfiz al-Qur' an Sebelum mengetahui lebih detail mengenai ma'na Tahfizul an, alangkah baiknya mengetahui uraian kata Tahfizul Qur'an. Sumardi Suryabrata mengemukakan bahwa “Tahfiz al-Qur'an terdiri dari dua kata yaitu Tahfiz dan al-Qur'an. Kata Tahfiz secara etimologi berasal dari kata (Tahfiz) yang berarti menghafal.3 Selain itu Tahfiz berarti proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun jika sering diulang, pasti menjadi hafal. Sedangkan al- Qur'an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad 2 3
Amien Haedari (2004) Sumardi Suryabrata (1987)
SAW sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah Dari kedua uraian kata tahfiz dan Qur'an dapat disimpulkan bahwa tahfizul Qur'an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw diluar kepala, agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.
C. Santri Tahfizul Qur'an Menghafal al-Qur'an adalah suatu kegiatan yang tidak mudah untuk dijalankan dan membutuhkan waktu yang lama. Banyak orang yang berkeinginan agar anaknya dapat menghafalkan al-Qur'an. Karena menghafal al-Qur'an adalah jaminannya surga menurut di alQur'an. Namun jaminan surga bukan hanya orang yang dapat menghafalkan al-Qur'an, akan tetapi orang yang sudah hafal al- Qur' an dapat menjaga hafalannya sampai kapanpun. Menghafal merupakan aktifitas yang dilakukan oleh para santri Asrama tahfiz di pondok pesantren al- Munawwir komplek Q. Salah satu cara atau pilihan, seseorang dapat menghafal al- Qur'an yang hafalannya dapat terkoordinir adalah dengan cara bermukim dipondok pesantren. Seseorang yang menghafalkan di pondok pesantren akan dapat lebih fokus dalam menghafalkan al- Quran dengan maksimal. Ia harus melewati beberapa tahap seperti yang dikatakan Indah Kusuma Wardhani: Anak yang mondok di asrama tahfiz harus daftar dulu ke pengurus umum pondok pesantren al- Munawwir Komplek Q, kemudian jika ingin masuk ke asrama tahfiz santri harus menunggu pendaftaran santri khusus tahfiz, biasanya membuka pendaftaran 2x yaitu setelah lebaran dan bulan juli. Setelah daftar santri akan mengikuti berbagai ujian dari pengurus asrama tahfiz kemudian tes menghafal dengan mengambil lintingan yang berisi surat yang harus dihafal dan dikasih waktu satu hari satu malam kemudian besoknya disetorkan hafalannya ke pengasuh, hafalan yang disetorkan itu semampu kita. Kemudian yang kedua tes wawancara yang dilakukan pengurus, tesnya mengenai kesiapan kita dalam menghafal 30 Juz dan harus nyampai khatam 30 Juz dan yang terakhir tes nya berupa mensetorkan hafalan yang berdasarkan lintingan tadi ke roisah yang telah ditentukan oleh pengurus. Nilainya akan dirapatkan oleh pengurus dan santri calon penghuni Asrama tahfizj nanti tinggal menunggu pengumuman. Diharapkan santri yang masuk, benar-benar santri yang mempunyai hafalan al-Qur'an nya. Beliau mengatakan: Seorang santri tahfiz itu tidak mudah dik dapat mendatangkan kebahagiaan dunia dan juga Akhiran namun juga sebaliknya jika tidak dijaga hafalannya.
Menghafalkan itu hal yang tidak mudah apalagi menjaga hafalan itu hal yang sangat dan sangat sulit jika kita tidak telaten. Menjadi santri tahfizul Qur'an pondok Pesantren al- munawwir juga Harus menjaga tingkah laku kita didalam keadaan apapun dan dimanapun, selain itu tidak boleh sombong apalagi dengan hafalan kita, selalu menjaga dan memelihara hafalan al-Qur'an dengan setiap hari meluangkan waktu untuk deres al-Qur'an yang sudah kita hafal minimal 1 Juz. D. UPAYA PENGURUS PONDOK PESANTREN Berdasarkan observasi, pengurus pondok Pesantren dapat meningkatkan lingkungan belajar yang kondusif agar santri mudah dalam menghafalkan al-Qur'an. Pengurus pondok pesantren al- Munawwir asrama tahfiz membuat program kerja dan peraturan- peraturan yang dapat menunjang dalam pelaksanaan program kerja tersebut. Ada beberapa upaya pengurus pondok komplek tahfiz ini dalam mencetak penghafal Qur’an yaitu kami selalu memantau santri dalam hafalanya setiap bulan karena disini santri harus mampu menghafal dan mensetorkan hafalannya setiap bulan nya adalah 1 juz. Selain memantau pengurus juga berkewajiban menfasilitasi kegiatan yang menunjang dalam menghafal al-Qur'an agar santri mudah dalam menghafalkan. Sebagaimana yang diungkapkan salah satu dari pengurus pondok pesantren almunawwir bahwa ada beberapa upaya pengurus dalam mencetak santri tahfizul Qur'an yaitu sebagai berikut: 1. Memantau santri dalam Hafalan Al-Qur'an Pengurus bertugas untuk memantau santri agar santri dapat menghafal dengan baik sehingga santri segera menghatamkan hafalan al-Qur'an 30 Juz. pengurus mengadakan absen dalam setiap kegiatan diharapkan dapat mengontrol santri asrama tahfiz dalam menjalankan segala peraturan. Selain itu pengurus juga menargetkan materi hafalan santri yang wajib dihafal dalan setiap bulannya sesuai dengan tingkatan atau kebiasaaan dalanm mensetorkan yang di hafalkan sesuai dengan juz yang telah didapat dan sesuai dengan jus yang akan dibuat sima’an. 2. Mengatur jadwal kegiatan santri Para pengurus membuat jadwal yang bertujuan mengatur kegiatan para santri agar dapat terkoordinir dengan baik dan dapat mencapai tujuan seperti yang diharapkan yaitu dapat hafal al-Qur'an 30 Juz. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu pengurus asrama tahfiz yaitu Nailul Fauziyah, bahwasannya:
Pengurus membuat jadwal santri untuk meningkatkan santri dalam menghafal dan menjaga hafalannya yaitu setoran pagi pada pengasuh, Diniyyah lailiyyah. Selain itu pada hari minggu pagi setelah sholat subuh diadakan deresan estafet sedangkan malam minggu dan malam selasa adalah deresan kelompok dan deresan malam diadakan pada malam senin, malam rabu, malam sabtu juga ada. Dengan jadwal-jadwal deresan tersebut santri asrama tahfiz dapat meningkatkan materi hafalannya. Dan juga dapat menjaga materi yang telah dihafalkan, karena orang yang lupa dalam hafalan al-Qur'an nya itu termasuk orang yang rugi. 3. Mengadakan Kegiatan yang menunjang dalam menghafalkan Al-Qur’an. Salah satu kegiatan yang digunakan untuk menunjang santri untuk memahami makna al-Qur’an dan agar santri dapat berprilaku yang sesuai dengan al-Qur an dan hadist adalah dengan mengadakan ngaji bandongan atau ngaji. Asrama tahfiz mengadakan Ngaost andongan yaitu mengaji kitab tafsir jala/ain, kitab khifayatul akhyar dan tafsir al-Qur'an. Ketiga kitab tersebut membahas mengenai al-Qur’an dan ilmu fikih. Dan kitabnya disetujui oleh pengasuh. Pengurus mengharapkan dengan mengaji ini santri tidak hanya hafal ayat Al-Quran, akan tetapi santri lebih memahami makna Al-Qur’an.
E. FAKTOR PENDUKUNG DALAM MENGHAFALKAN AL-QUR'AN Menghafal al-Quran beda dengan menghafal buku atau kamus adalah kalamullah, yang akan mengangkat derajat mereka yang menghafalnya. Ada beberapa faktor-faktor yang dapat menunjang menghafal al-Qur'an ialah: 1. Usia yang ideal Sebenarnya tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak dalam menghafalkan Qur'an, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat usia seseorang juga berpengaruh tehadap keberhasilan menghafal al-Qur'an. Banyak contoh yang membuktikan bahwa usia tua bukan halangan untuk menjadi seorang hafidz, asal diberengi dengan semangat dan ketekunan,serta kesabaran dalam melakukannya. Namun seorang menghafal dengan usia relatif muda jelas akan lebih potensial daya serap dan resap nya terhadap materi- materi yang dibaca dan dihafal atau dibandingkan mereka yang berusia lanjut. Dalam hal ini usia dini (anak-anak) lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar dan dihafal. Sesuai dengan pemaparan Indah Kusuma Wardhani mengenai Usia: “Usia juga termasuk hal yang mendukung dalam semakin malas karena merasa sudah harus memikirkan
yang lainnya apalagi perempuan, yang dikejar dengan usia, dapat dilihat juga di raport nya kok dik. Nurul Faizah Juga menanggapi bahwa "Usia juga kadang mempengaruhi hafalan, ada beberapa santri yang sudah berusia 24 malah hafalannya semakin menurun. Tidak tau karena apa, pingin nikah paling ya...."
b. Manajemen waktu Waktu yang paling baik menghafal itu ada bermacam macam dan setiap orang pasti mempunyai waktu yang berbeda-beda berdasarkan senyamannya masing-masing santri. Sesuai dengan penuturan Nurul Faizah: "Kalau saya enaknya menghafal pas setelah sholat subuh dan disela-sela waktu." Berbeda dengan yang diungkapkan Indah Kusuma Wardhan:; "Kalau saya sebelum solat subuh yaitu setelah tahajudan dan sebelum tidur." 6 Dapat disimpulkan bahwasanya setiap santri tahfizul Qur'an mempunyai waktu menghafal yang berbeda-beda tergantung orang yang ingin menghafal.
c. Tempat Menghafal Salah satu faktor yang mendukung seorang dalam menghafalkan adalah tempat menghafal karena orang yang menghafalkan al-Qur'an itu memerlukan kosentrasi yang sangat kuat agar mampu menghafalkna dengan baik dan benar. Hal ini dibenarkan dengan pemaparan salah satu santri yaitu Nurul Faizah: “Emm… faktor tempat juga berpengaruh dalam menghafalkan al-Qur'an, apalagi kalau pada ramai atau cerita cerita, saya sulit untuk menghafalkan alQur'an. Saya lebih menghayati dan mudah menghafalkan dengan menyendiri ditempai yang orang jarang berlalu lalang”. Berbeda dengan Noor Indah Kusuma Wardhani: “Hehee...berhubung saya orangnya cerewet saya memilih waktu sebelum tidur. Karena kalau tidur saya malam- malam jadi kan sepi dan di waktu itu menurut saya juga saya merasa nyaman dan mudah nyangkut apa yang saya hafalkan”. d. Kegiatan yang Menunjang dalam Menghafal al-Qur'an . Kegiatan setiap santri tahfizul al-Qur'an dipondok pesantren al- Munawwir ini berbeda beda pada setiap harinya. Hal tersebut dikarenakan santri yang tinggal di asrama tahfiz itu mempunyai kesibukan untuk belajar diluar atau ada yang bekerja sehingga setiap anak yang menghafalkan al-Qur'an di asrama tahfiz; harus benar-benar memilah dan memilih kegiatan yang menunjang dalam menghafalkan al-Qur'a . Sesuai yang diuraikan oleh santri asrama tahfiz yaitu nurul Faizah:
“Kebetulan saya kuliah di jurusan PAI dan di kelas saya bukan hanya saya saja yang menghafalkan al-Qur'an. Selain itu sesuai dengan jurusan saya yaitu PAI yang setiap harinya banyak yang presentasi mengenai berbagai hal mengenai agama, terlebih lagi kan sekarang integrasi interkoneksi jadi dunia dan akhirat harus sepadan”. Lingkungan juga dapat menjadi penunjang orang yang menghafalkan al-Qur'an. Jika seorang santri yang berada dalam lingkungan penghafal al-Qur'an memungkinkan santri tersebut selalu meningkatkan materi hafalannya agar hafalannya melebihi dengan teman yang lainnya. Namun berbeda dengan Nailul Fauziyah. Faktor yang menunjang dalam pemakaian handphone; dimana Setiap santri tahfiz mempunyai cara yang berbeda beda dalam menujang materi hafalannya, ada yang karena lingkungan menjadikan dia termotivasi dan ada yang dengan mendengarkan lantunan al-Qur'an di hp dan lain lain.
F. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM MENGHAFALKAN AL-QUR'AN Indah kusuma wardani selaku ketua Asrama tahfiz pondok pesantren al-Munawwir Komplek Q krapyak Yogyakarta memaparkan bahwa ada beberapa hal yang selama ini menjadi masalah di pesantren komplek Q Krapyak Yogyakrta. Problematikannya sebagai berikut: banyak sekali problem saat menghafal, bisa menjadikan al- Qur'an sebagai prioritas pertama, belum bisa membaca al-Qur'an yang sesuai dengan makhroj nya, kurang nya waktu untuk tikor santri, adanya rasa jenuh, putus asa dan malas, banyaknya kegiatan diluar pondok, banyaknya maksiat di Pondok Pesantren asrama tahfiz.” Ternyata
terdapat
beberapa
problematika
yang
dapat
menghambat
dalam
menghafalkan al-Qur'an. Sesuai dengan pemaparan dari narasumber terdapat beberapa faktor penghambat santri dalam menghafalkan al-Qur'an yaitu: 1) Belum bisa menjadikan al-Qur'an sebagai prioritas utama. Berdasarkan hasil wawancara dengan indah Kusuma Wardhani, ketika peneliti menanyakan problematika apa yang dihadapi santri beliau menjawab ada berbagai problem salah satunya mengenai menghafal bukan prioritas utama berikut ini pemaparannya: “Saya rasa santri kurang memproritaskan hafalan al-Qur'an 30 Juz sebagai prioritas yang paling utama dalam mondok di pesantren dan kuliah adalah yang pertama seperti kuliah dengan adanya santri pergi untuk kuliah atau bekerja.” Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi keseharian santri yang tinggal diasrama tahfiz ini rata-rata mereka bersetatus sebagai mahasiswa di berbagai perguruan tinggi yang tersebar di Yogyakarta meskipun juga ada yang salah satu dari mereka bekerja.
Para santri lebih mementingkan waktunya untuk kuliah, mengerjakan tugas kampus, ataupun kegiatan organisasi dikampus ketimbang dipondok dan ketika santri pulang kepondok waktunya sudah sore dan santri kelelahan sehingga ketika sampai dipondok ketika mengikuti kegiatan dipondok santri kurang kosentrasi ketika setoran target menghafal. 2) Terlalu Banyak Maksiat Proses seorang santri dalam menghafal bukan suatu yang mudah dan pasti setiap santri mempunyai masalah-masalah yang menjadikan proses menghafal 30 Juz terkendala. Salah satunya adalah terlalu banyak maksiat. Orang yang menghafal memerlukan kerja keras dan ketabahan yang tinggi, namun dalam proses menghafal Al-Qur'an seorang penghafal al-Qur'an tidak luput dari malas, tidak sabar dan putus asa karena berbagai hal. Hal ini sering dirasakan dan diakui oleh sebagian santri dan hampir seluruh santri komplek Q. Menurut Faizah hal itu dapat berpengaruh dalam menghafal kan al-Qur'an: Saya kira semua teman teman yang di asrama tahfiz dan termasuk saya pernah merasakan malas atau putus asa dalam menghafalkan al-Qur'an apalagi saat saya mempunyai banyak fikiran, salah satunya ada tugas yang harus dikumpulkan esok hari dan saya belum menyelesaikan sedangkan asrama ini tidak boleh membuka leptop, atau esok hari saya harus mensetorkan hafalan saya padahal saya belum hafal semua sehingga cara saya mengulangi hafalan yang kemarin agar saya dapat tetap mengaji. Menghafal al-Qur'an memang membutuhkan kosentrasi yang kuat dan penuh kesabaran. Ketika santri mempunyai banyak kegiatan diluar santri kadang merasa sulit untuk berkosentrasi dalam menghafal ketika dalam keadaan tidak fokus sehingga hafalan yang mereka akan setorkan ke roisah menjadikan keliru dan tidak sesuai harapan. Karena kurangnya kosentrasi dan menjadikan hafalan yang disetorkan tidak sesuai harapan, mereka biasanya akan putus asa dan malas. Disinilah peran pengurus sangat diperlukan salah satunya dengan memberikan dorongan dan masukan kepada santri yang putus asa atau malas dalam menghafal. 3) Tidak mampu membaca dengan baik Kitab suci agama Islam adalah Al-Qur'an. Setiap muslim harus dapat membaca al-Qur'an dengan baik sesuai dengan mahrorijul Khuruf dan tajwid. Salah satu syarat bagi orang yang akan menghafal Al-Quran harus mengetahui tajwid. Banyak orang dari berbagai daerah ingin menghafalkan al-Qur'an di komplek Q, namun belum dapat membaca nya dengan baik. Maka dia akan merasa terbebani karena orang yang menghafalkan al-Qur'an harus benar benar
meluangkan waktunya untuk membaca al-Qur'an agar orang yang menghafalkan al-Qur'an familiar dengan kalimah-kalimah yang ada di al-Qur'an sehingga memudahkan dalam menghafalkan al-Qur'an . Setiap orang bacaan al-Qur'an nya ada yang berbedanadanya, seperti yang diutarakan oleh salah satu roisah penyimak hafalan santri yang tidak ingin disebut namanya: Komplek ini dari berbagai daerah dan pastinya ada sedikit perbedaan. Biasanya orang ngapak yang membaca "ain" berbeda, belum sesuai dengan metode qiroati dan logat bahasa orang jawa barat yang memakai "a" sehingga harus memadankan itu semua. Asrama tahfiz menyeleksi sangat ketat dengan bacaan yang sesuai dengan qiroati. 4) Kurang mampu mengatur waktu dengan baik Santri di pondok pesantren al- Munawwir komplek Q asrama tahfi% selain seorang penghafal al-Qur'an mereka adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi yang tersebar di yogyakarta. Para santri harus dapat membagi waktunya dengan baik sebagai seorang penghafal dan juga seorang yang menghafalkan al-Qur'an . Kegiatan yang ada dipesantren merupakan kegiatan wajib begitu pula dengan mereka yang kuliah mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan kuliah agar kedua-duanya dapat berjalan dengan seimbang dan dapat diselesaikan sesuai dengan target mereka masingmasing. Seperti yang diutarakan oleh Nurul Faizah bahwasanya: “Kadang saya mengorbankan kuliah saya dengan cara bolos meskipun kadang jadwal presentasi saya ketika saya harus kuliah pagi sedangkan pagi hari itu juga ada jadwal setoran. Kadang juga saya kuliah pagi dulu nanti cepat cepat pulang setelah kuliah dan berharap masih dapat antrian untuk setoran hafalan. Meskipun kadang sudah selesai yang setoran dan saya tidak setoran”. Disinilah peran pengurus sangatlah penting. Banyak santri yang terkadang pulang larut karena kegiatan kampus sedangkan kegiatan pondok merupakan kegiatan wajib dimana mereka setiap harinya harus mensetorkan materi hafalannya ke roisah. Pengurus harus dapat bersikap tegas dan ikut membantu para santri dengan cara memberikan izin pada santri yang kuliah pagi untuk melaksanakan kuliah dan sepulang dari kuliah tetap mensetorkan hafalannya pada roisah jikala setoran pada pengasuh sudah selesai. 5) Pengulangan (tikror) yang sedikit Santri di pondok pesantren al- munawwir komplek Q asrama putri lebih mementingkan membuat hafalan baru dari pada mereka mengulang ulang hafalannya secara terus dikarenakan banyak nya kegiatan santri yang berstatus sebagai santri penghafal al-
Qur'an dan santri kuliah. Seharusnya harus ada kepedulian pada setiap santri mengenai tikror meskipun pengurus sudah membuat beberapa peraturan mengenai tikror akan tetapi jika masing-masing santri tidak melaksanakan tikror hal ini akan membahayakan bagi mereka sendiri yaitu akan terjadi lupa pada ayat ayat yang sudah dihafalkan, padahal orang yang lupa terhadap ayat yang telah dihafalkan akan mendapat siksa. G.
UPAYA
PENGURUS
DALAM
MENGATASI
HAMBATAN
DALAM
MENCETAK SANTRI TAHFIZUL QUR'AN Setelah melihat hambatan dalam mencetak santri tahfizul Qur'an diatas, maka harus ada upaya untuk mengatasi hambatan pengurus dalam mencetak santri tahfizul Qur'an dalam meningkatkan prestasi hafalan santri. Terkait dengan masalah ini, sesuai dengan penuturan Indah Kusuma Wardhani Selaku ketua asrama tahfiz menyatakan bahwasanya: “Ada beberapa upaya pengurus dalam mencetak santri tahfizul Qur'an agar selalu aktif dalam mengikuti aturan di Asrama ini yaitu kandang kita mengajak santri untuk selalu mengikuti kegiatan yang ada, mengadakan forum rayon, melalui penertiban absen, perekapan hasil setoran dan melakukan berbagai hukuman bagi santri yang melanggar”. Dalam mengatasi santri yang malas sesuai dengan pernyataan narasumber diatas adalah:
a. Mengajak santri untuk melakukan kegiatan dengan baik. Mengajak santri pondok pesantren melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ada. Seperti: setoran, deresan kelompok, jama'ah solat lima waktu, mengaji bandongan pagi, mengaji bandongan sore, deresan estafet, sima'an jum'at pagi, sirna'an sabtu wage, dan lain-lain.
b. Mengadakan Forum Rayon Mengumpulkan semua santri yang ada di Asrama tahfiz yang dilalukan satu bulan sekali biasanya disebut dengan forum rayon. Forum rayon digunakan sebagai ajang untuk sherring agar santri dapat mengungkapkan keluh kesah dipondok dan diharapkan setelah selesai mengadakan forum rayon santri dapat meningkatkan semangat dalam menghafalkan dan dapat menjalankan peraturan-peraturan pondok dengan baik.
c. Melalui Penertiban Absen Santri yang mensetorkan materi hafalan pada pengasuh dan roisah diabsen sesuai dengan keikut sertaan mereka. Diharapkan dengan adanya absen santri dapat menjalankan
kegiatan yang telah terjadwal dengan baik dan tidak ada santri yang saling iri antara yang taat dalam menjalankan kegiatan dan mendapat sangsi sesuai yang ditentukan dan disepakati bersama.
d. Perekapan hasil setoran Setiap santri mempunyai rapot dimana rapot tersebut akan direkap satu bulan sekali oleh pengurus. Pengurus selalu memberikan kata motivasi di absen para santri tahfiz diharapkan santri dapat meningkatkan materi hafalannya. Bentuk motivasi kata yang motivasi adalah: "tambah rajin lagi...biar nanti ikut khataman tahun ini" atau "ayo mbak semangat jangan jadikan tugas kuliah menjadi penghalang untuk khataman 30 Juz" dan lain-lain”. Memberikan Hukuman. Santri yang tidak mengikuti peraturan atau kegiatan maka akan dikenakan takziran sesuai dengan peraturan yang tertulis. Setiap jenis pelanggaran kegiatan atau peraturan mempunyai takziran yang berbeda beda. Adapun takziran yang diberikan kepada santri yang melanggar adalah sebagai berikut:4Apabila santri tidak mengikuti kegiatan deresan maka santri harus membaca al-Qur'an 5 Juz di aula dan harus selesai pada hari itu. dalam melaksanakan tugas. Pada kenyataanya mengatur seluruh santri yang mempunyai latar belakang yang berbeda- beda itu bukan hal yang mudah. Selain itu, Kerjasama yang baik antara pengurus dan santri merupakan kunci dari kesuksesan dalam mencetak santri tahfiqul Qur'an. Pengurus asrama tahfiz merupakan tempat aspirasi dan naungan para santri penghafal Al-Qur'an di Pondok Pesantren al-Munawwir Komplek Q. Upaya yang dilakukan pengurus pondok pesantren al- munawwir dalam mencetak santri tahfcul Qur'an tergolong baik karena pengurus selalu berusaha membuat program-program yang yang dirasa mampu meningkatkan prestasi hafalan santri, salah satunya dengan adanya program forum rayon yang digunakan sebagai tempat aspirasi santri agar program pengurus dapat berjalan dengan baik sehingga terjadi kerjasama yang baik antara pengurus dan santri. Hasil yang dicapai pengurus dalam mencetak santri tahfizul Qur'an Periode 2012/ 2013 sesuai dengan tujuan pengurus yaitu membantu kyai dalam menghasilkan santri tahfizul Qur'an 30 Juz, maka dengan berbagai upaya pengurus berusaha memberikan yang terbaik
dengan mengadakan berbagai program yang dapat membantu santri dalam menghafalkan alQur'an adalah mengadakan raport bulanan. Rapot bulanan bertujuan untuk mengetahui tingkat hafalan santri. Santri ditarget hafal minimal lima lembar pada setiap bulannya. Bagi santri yang sudah memenuhi target menghafal 1 jus maka santri diwajibkan untuk tikror pada bulan pertama, sedangkan santri yang hafal pada juz 5, 10, 15, 20, 25, 30 santri akan menempuh ujian yang akan dipandu langsung oleh Pengasuh. Tabel 1 Setoran dan perolehan hafalan Al-Qur'an Periode 2012/2013 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah Santri 46 Santri 47 Santri 47 Santri 47 Santri 47 Santri 47 Santri 43 Santri 43 Santri 43 Santri 43 Santri 42 Santri 42 Santri
Jumlah Santri Yang Setoran 40 Santri 44 Santri 40 Santri 37 Santri 37 Santri 45 Santri 37 Santri 40 Santri 39 Santri 39 Santri 38 Santri 40 Santri
Tiap santri mempunyai target yang berbeda-beda berdasarkan kemampuan masingmasing, namun target paling rendah hafalan santri adalah lima lembar, jika ada santri yang kurang dari 5 lembar santri akan mendapat takziran yang telah ditetapkan bersama. Hasil rekapan hasil hafalan santri pada setiap bulan. Sehingga hafalan masing-masing santri tetap terpantau dan tingkat prestasi masing-masing santri dapat terlihat jelas. Penulis mewawancarai salah satu santri mengenai target hafalan dengan saudara Siwi beliau mengatakan: “Pengurus memberi target pada setiap santri itu berbeda-beda ada yang satu juz perbulan dan ada yang satu setengah juz perbulannya menurut kamampuan masing masing. Jika ingin cepat khatam al-Qur'an dan dapat ikut acara khataman bersama yang di adakan pada bulan April.” Pemaparan diatas sangat jelas bahwasanya pengurus mengadakan target hafalan yang berbeda-beda pada setiap santri, karena setiap santri mempunyai kemampuan hafalan yang
berbeda beda. Diharapkan dengan adanya targetan hafalan tersebut santri dapat terpantau hafalan dan menghatamkan al- Qur'an yang diadakan pada tiap 2 tahun sekali. H. SIMPULAN Beberapa upaya yang dilakukan oleh pengurus pondok pesantren Al-Munawwir komplek Q Krapyak Yogyakarta dalam mencetak penghafal Qur’an ialah memantau santri dalam meningkatkan hafalannya dengan raport bulanan, kemudian mengatur jadwal kegiatan santri yang telah ditetapkan bersama dan mengadakan kegiatan yang menunjang dalam menghafalkan al- Qur'an agar santri penghafal Qur'an dapat menjaga hafalannya. Adapun faktor penghambat ialah santri belum bisa menjadikan al- Qur'an sebagai prioritas utama, tidak sabar karena banyak lafal yang sama di al- Qur'an. Selain itu semakin canggihnya teknologi terutama jejaring sosial menjadikan banyak maksiat dalam mempergunakan jejaring sosial, pengulangan yang sedikit, santri kurang dapat mengatur waktunya dengan baik, Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pengurus untuk mengatasi hamabatan dalam mencetak penghafal Qur’an yaitu dengan mengajak santri untuk selalu melaksanakan kegiatan dengan baik, mengadakan forum rayon setiap bulan, mengadakan penertiban absen pada tiap harinya, selain itu pengurus merekap hasil setoran santri pada tiap bulannya agar terlihat jelas antara santri yang setorannya meningkat dan santri yang setorannya menurun. Sehingga pengurus dapat memberi hukuman atau takziran bagi santri yang melanggar peraturan agar santri jera. Hasil yang dicapai pengurus dalam mencetak santri tahfizul Qur'an periode 2012/2013 yaitu terdapat dua belas santri yang khatam al-Qur'an. Santri yang mengikuti khataman 30 Juz merupakan santri yang sudah khatam 30 Juz dan telah melaksanakan ujian yang kepada pengasuh. Sebelum khataman seluruh calon khotimat melaksanakan khataman yang dilaksanakan di Musola Barat dan disimak seluruh santri. Diharapkan, dengan adanya khataman tersebut dapat melatih mental santri ketika terjun dimasyarakat.
BIBLIOGRAFI Al-Hafidz, Ahsin, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur'an, Jakarta.Bumi Aksara, 1994 Amirin, Tatang. Menyusun Rencana Penelitia., Jakarta: Rajawali Pers, 1995 Ana, Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya: Semarang, 2012 Daedari, Amin, Masa Depan Pesantren , IRD Press: Jakarta, 2004 Daki, Zaini, "Keutamaan-keutamaan Menghafal Al-Qur'an", (http://keutamaankeutamaanmenghafaU1auran.blogspot.com/') dalam Google.com. 2014
Departeman Agama RI, Pola Pembelajaran di Pesantren, Dikapontren Dirjen Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 2003 Dunawwir, Warson, Kamus Al Munawwir Arab Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1984 Fajar Gadhi, Pengaruh Liga Huffadz Pembelajaran Tahfaul di Madrasah Mu 'alimin Muhammadiyah Yogyakarta., Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003 Fauziyah Laily, Motivasi sebagai upaya mengatasi Problematika Santri Menghafal Al-Qur'an Di Madrasah Tahfidzhul Qur'an Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2010 Habibah, Nur, Pengembangan Model dan System Evaluasi Menghafal Al- Qur'an di Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Sewon Bantul Yogyakarta, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2003 Idaryanti, Budi, "Pengembangan Metode Pengajaran Tahfizjul dalam peningkatan Prestasi Menghafal Al-Qur'an Santri di PP. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta", Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2004 Igiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R &D, Bandung: Alfabeta, 2010 Ikmadinata, Nana, Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009 lryabrata, Sumardi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1987 Ladak, Agus, Program Hafidhil Qur'an pada santri Madrasah Salafiyah'l Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyakyogyakata. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006 Masyhud & Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Pustaka: Jakarta, 2004 Moleong, Lexy, J, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: RosdaKarya, 2000 Qur’an Special For Woman dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2007 Romdoni Massul, Metode Cepat Menghafal & Memahami Ayat-Ayat Al-Qur'an, Yogyakarta: Lafal Indonesia, 2014 Shinto, Suharsimi, Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Tuntjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Cet. Ketiga, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997 Wasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah),Jakarta: Bumi Aksara, 1996 WulRauf, Abdul Aziz, Kiat Sukses Menjadi Hafidz Qur'an Da'iyah, Bandung: Syamil Cipta Media, 2004 Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung