KEMAHIRAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 SENGGARANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh CHAN SUARDI NIM 090388201044
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2013
Kemahiran Menulis Pantun Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Senggarang Tahun Pelajaran 2012/2013 oleh Chan Suardi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dosen Pembimbing I : Riau Wati, M. Hum. Dosen Pembimbing II: Drs. H. Said Barakhbah Ali, M. M.
[email protected]. Abstrak Masih rendahnya kemahiran siswa khususnya kelas X Sekolah menengah Atas negeri 6 Senggarang dalam menulis pantun menjadi hal yang harus diperhatikan mengingat pantun merupakan budaya melayu yang harus dijaga kelestariannya. Pantun yang dinilai berdasarkan empat aspek, yaitu pola rima, jumlah baris dalam satu bait, jumlah suku kata dalam sampiran dan isi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Teknik dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan tes penugasan kemudian di analisis teks pantun tersebut. Dari hasil tes penulisan pantun yang dilakukan, ditemui beberapa kesalahan dari keseluruhan sampel 46 siswa. Rata-rata kemahiran menulis pantun siswa 0,61 termasuk klasifikasi baik. Berdasarkan pembuktian hasil hipotesis dapat dinyatakan Ho diterima sedangkan Ha ditolak.
Kata kunci: Kemahiran, menulis, pantun.
Abstract Still low it student adeptness in particular class x SMA N 6 Senggarang in write poetry as thing which shall notice to remember poetry constitutes malay culture that shall be kept up. Peotry that is assessed bases for aspect which is pattern rima, total deep row one couplet, total sampiran’s deep syllable and content. This research utilize quantitative descriptive method. Data collecting tech in observational it is with essays assignation then at analysis that poetry text. From result essays poetry assignation that is done, found severally fault from all sample 46 students, Averagely adeptness writes students poetry 0,61 included good classifications. Base hypothesises yielding probe get to be declared for by accepted Ho where as Ha is refused.
Keywords: Adaptness, writing poetry.
1.
Pendahuluan
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam kegiatan menulis ini penulis haruslah terampil dalam pemakaian struktur bahasa dan pemilihan kosa kata. Karena keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, maka dibutuhkan latihan dan praktik yang banyak dan teratur serta harus dijalani dengan tekun agar mendapat hasil yang bagus. Kemahiran menulis pantun yang dimiliki sebagian siswa ada yang dikategorikan sangat baik, baik, cukup dan kurang baik , sebagian siswa masih belum mampu untuk memilih diksi karena kekurangan penguasaan kosa kata, sehingga mereka tidak mampu untuk menyesuaikan rima baik di tengah maupun di akhir baris, bahkan mereka tidak memahami persajakan dalam menulis pantun. Kemahiran menulis karya sastra tidak hanya sebatas kemahiran menulis puisi saja, masih banyak jenis karya sastra seperti roman, novel, puisi baru, puisi modern, dan berbagai macam jenis puisi lama seperti mantra, bidal, syair, gurindam, dan pantun. Namun yang menjadi penelitian disini adalah kemahiran menulis pantun. 2.
Metode Penelitian
Jenis penelitian di dalam skripsi ini adalah penelitian tindakan kelas, pada bulan mei 2013 di Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Senggarang Tahun Pelajaran 2012/2013, metodologi pengambilan sampel adalah dengan teknik sampling didasarkan pada pendapat Arikunto (2010: 120), karena populasi sebanyak 131 siswa diambil sebanyak 35% yaitu 46 siswa. Teknik pengumpulan data dengan cara studi ke perpustakaan, dokumentasi, tes, teknik baca dan teknik catat. Penulis menggunakan pola analisis isi (content analysis), karena data yang diperoleh dianalisis berdasarkan isinya. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. 3.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil tes kemahiran menulis pantun, dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan kepada siswa berdasarkan tabel di atas yaitu dengan hasil 5 orang siswa (10,86%) memperoleh nilai pencapaian pembelajaran 0,80-1,00 termasuk klasifikasi berkemahiran sangat baik. 29 orang siswa (63,04%) memperoleh nilai pencapaian pembelajaran 0,60-0,79 termasuk kategori klasifikasi baik. 7 orang siswa (15,22%) memperoleh nilai pencapaian pembelajaran 0,40-0,59 termasuk kategoti klasifikasi cukup. 5 orang siswa (10,86%) memperoleh nilai pencapaian pembelajaran 0,20-0,39 termasuk kategori klasifikasi kurang baik. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh dari 46 siswa 60,8% ataupun 0,61 termasuk kategori klasifikasi berkemahiran baik. Contoh menghitung rata-rata kemahiran siswa dalam menulis pantun adalah: X
= Σx Σn
= 2797,8 46
= 60,8% = 0,61
Tabel 1 Tingkat Kemahiran Menulis Pantun
Pencapaian
Klasifikasi
pembelajaran
Banyak
% Jumlah
Rata-rata
siswa
skor
siswa
kemahiran
0,80-1,00
Sangat baik
5
10,86%
0,60-0,79
Baik
29
63,04%
0,40-0,59
Cukup
7
15,22
0,20-0,39
Kurang Baik
5
10,86%
0,00-0,19
Tidak Baik
-
-
0,61
Berdasarkan uraian analisis data melalui tes pada siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Senggarang termasuk kategori baik. Berdasarkan pembuktian hasil hipotesis dapat dinyatakan Ho diterima sedangkan Ha ditolak. 4.
Simpulan dan Rekomendasi
Kemahiran menulis pantun siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Senggarang belum maksimal, oleh karena itu, siswa perlu membudayakan pantun, mendapatkan pembelajaran yang lebih intensif, khususnya pembelajaran tentang menulis pantun, Menulis pantun dapat ditingkatkan dengan cara: a. Membudayakan dan membiasakan kembali budaya pantun yang merupakan budaya khas melayu di kalangan masyarakat, khusunya pelajar. Jika siswa sudah biasa berkomunikasi dengan menggunakan pantun pasti mereka akan mudah dalam menulis pantun. b. Tanamkan budaya pantun di sekolah seperti jika baru masuk sekolah memperkenalkan diri dengan menggunakan pantun, dan dalam keseharian kegiatan di sekolah yang lain. c. Sekolah sebagai lembaga resmi pendidikan hendaknya memberi waktu lebih banyak untuk pembelajaran pantun. Seperti ektrakulikuler dibidang sastra tulis dan lisan termasuk pantun. Agar siswa mendapat wadah untuk menyalurkan minat dan bakatnya terutama pantun. d. Gunakanlah metode yang bervariasi bagi guru yag mengajarkan pantun, seperti metode kolaborasi ataupun dengan metode dan tehknik lainnya. e. Minat dan kecintaan siswa terhadap budaya pantun harus ditanamkan sejak dini agar siswa mencintai pantun sebagai budaya warisan yang harus terus dilestarikan.
Daftar Pustaka Akbar, A. 2011. Efektivitas Media Gambar Dalam Pembelajaran Mengarang Deskripsi Siswa Kelas V Thalhah Sidit Almadinah Tanjungpinang Timur, Skripsi. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Budianta dkk. 2002. Membaca Sastra. Depok: Indonesiatera. Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pengarang Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT Indeks. Hadi, Abdul dkk. 2012. Puisi dan Relijiusitas. Jakarta: Jurnal Sajak. Keraf, Gorys. 1970. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. Kristantohadi, Didik. 2010. Peribahasa lengkap dan Kesusastraan Melayu Lama. Yogyakarta: Tabora Media. Mafrukhi dkk. 2007. Berbahasa Indonesia Kelas X . Jakarta: Erlangga. Pradopo, Djoko Rachmat. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sari, Murti, E. 2012. Peribahasa Sastra Lama dan Majas. Jakarta: Mata Elang Media. Semi, M. Atar. 2007. Dasar-dasar keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Senny Suzana, A. Chaedar Alwasilah 2007. Pokoknya Menulis Bandung: Kiblat. Soenaryo, Andi. Buku Pintar Pantun dan Puisi: Kartika. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suhardi. 2011. Sastra Kita, Kritik, dan Lokalitas. Depok: Komodo Books. Wati, Riau. 2009. Berbahasa Indonesia Yang Baik dan Benar. Tanjungpinang: Umrah Press. Zainurrahman. 2011. Menulis Dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta.