PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA ( studi kasus kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013)
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Diajukan Oleh : NUR LATIFAH A.220090082
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
PENGEMBANGAN SIKAP TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN REMAJA ( studi kasus kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013) nur latifah, a220090082, program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, universitas muhammadiyah surakarta, 2013, xix + 80 halaman abstrak penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan sikap toleransi antar umat beragama di kalangan remaja (studi kasus kegiatan rohis di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013). Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Strategi penelitian adalah studi kasus tunggal dengan subjeknya adalah pembina dan anggota rohis di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi sistematis, wawancara tertsruktur dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data dengan cara triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi sumber data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data model interaktif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Sikap toleransi yang ditunjukkan anggota rohis kepada non muslim sangat baik dan toleran, saling menghormati, tidak membeda-bedakan ras,suku,agama. (2) Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler rohis sangat menyenangkan, menambah wawasan, menambah pengalaman dan mempunyai banyak teman. Kata kunci: Toleransi antar umat beragama, Ekstrakurikuler, Rohis.
1
A. PENDAHULUAN Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Hasan, 2010: 9). Ekstrakurikuler Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian. Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan wanita hal ini dikarenakan perbedaan di antara anggota. kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. (Hendri Firmansyah :2010).
B. LANDASAN TEORI 1. Pengertian pendidikan karakter. Menurut Gunawan (2012:24), “pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik”. 2. Pengertian toleransi. Menurut Hasan (2010:9), Toleransi adalah Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 3. Hakikat kerukuran antar umat beragama. Menurut Mukni’ah (2011:238), Kerukunan antar umat beragama mengandung arti bahwa umat muslim haruslah menjaga perdamaian dan memiliki hubungan yang baik antar umat beragama. Baik agama Islam sendiri dan yang bukan Islam. Oleh tali silaturahmi antar umat beragama lain sangatlah perlu dijaga. 4. Pengertian rohis. Menurut Hendri Firmansyah (2010), rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian
2
5. Nilai-nilai yang ditanamkan dan strategi yang digunakan dalam kegiatan rohis. Menurut Hasan (2010: 101), Ada beberapa nilai-nilai yang ditanamkan yaitu: 1) Religius. 2) Rasa kebangsaan. 3) Cinta tanah air. Strategi yang digunakan dalam kegiatan rohis yaitu: 1) Beribadah rutin. 2) Peringatan hari besar agama. 3) Kegiatan keagamaan. C. METODE PENELITIAN a. Observasi. Menurut Bungin (2011:118), observasi adalah “metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan”. Menurut Arikunto (2010:200), observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu: 1. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. 2. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Berdasarkan paparan di atas maka obervasi yang digunakan oleh peneliti adalah observasi sistematis, karena peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. b. Wawancara. Menurut Moleong (2004:186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Menurut Arikunto (2010:198), wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Menurut
3
Arikunto (2010:199), ditinjau dari pelaksanaannya, maka wawancara dibedakan menjadi: a. Interview bebas, inguided interview (wawancara tidak terstruktur), adalah wawancara bebas dimana pewa-wancara bebas menanyakan apa saja dan dalam pelaksanaannya pewawancara tidak membawa pedoman wawancara. b. Interviu terpimpin, guided interview (wawancara terstruktur) adalah wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. c. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interviu bebas dan interviu terpimpin. Berdasarkan paparan di atas maka wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur, karena peneliti membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci pada saat melakukan wawancara. c. Dokumentasi. Menurut Arikunto (2010:201), dokumentasi adalah barangbarang tertulis, dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis (buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya) dan benda-benda tidak tertulis (prasasti dan simbol-simbol). Menurut Sugiyono (2006:240), dokumentasi merupakan “catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Menurut Bungin (2011:124-125), metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodelogi penelitian sosial dan digunakan untuk meneliti data historis, sifat utama dari data ini adalah tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal terjadi di waktu silam. Kumpulan data berbentuk tulisan disebut dokumen dalam arti luas termasuk monumen, artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, CD, hardisk, flashdisk, dan sebagainya.
D. HASIL PENELITIAN 1). Kegiatan ekstrakurikuler rohis di SMA Negeri 3 Surakarta dilaksanakan seminggu sekali setiap hari Jum’at. Bagi yang rohis putri sebelum sholat jum’at pukul 11.30 WIB dan bagi yang rohis putra sesudah sholat jum’at pukul 13.00 WIB.
4
2). Tujuan kegiatan rohis yaitu untuk meningkatkan kualitas siswa muslim SMA Negeri 3 Surakarta terutama dalam bidang BTA, Akhlaq Mulkarimah dan toleransi antar umat beragama. 3). Manfaat kegiatan rohis yaitu siswa menjadi terampil di bidang kegiatan Islam, seperti dakwah, latihan-latihan kepemimpinan, lancar membaca Al Qur’an, menulis arab dengan benar, terutama kalimat-kalimat harian. Misal: menulis salam, menulis Basmalah, Hamdalah,dll. Selain itu juga menambah rasa persaudaraan karena dengan mengikuti rohis jadi banyak teman, menambah tali persaudaran dan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan. 4). Sikap toleransi yang ditunjukkan anggota rohis kepada siswa non muslim yaitu mereka sangat toleran, mereka tidak saling mencampuradukkan. Misalnya ada waktu saat ibadah agama masing-masing dan saling menghargai dan bersikap sewajarnya berteman dengan baik, tidak membeda-bedakan, tidak mengejak, tidak menyindir yang bisa memecah hubungan pertemanan di sekolah maupun di luar sekolah. 5). Kendala/hambatan yang dihadapi anggota rohis maupun pembina rohis yaitu pembina saat menjadi dan membimbing siswa melalui ekstrakurikuler rohis yaitu terkadang koordinasi kurang dan jadwal kegiatan banyak yang bersamaan dengan kegiatan yang lain, begitu juga sebaliknya, siswa juga ada yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang lain. 6).Solusi yang dilakukan pembina untuk mengatasi kendala saat menjadi dan membimbing siswa melalui ekstrakurikuler rohis yaitu setiap anak yang mengikuti esktrakurikuler lebih dari satu wajib memberitahu dahulu kepada pembimbing/ mentor, begitu pula sebaliknya agar jadwal kegiatan tidak bersamaan dengan yang lain. Begitu pula sebaliknya, pembina rohis jika ada jadwal di luar sekolah atau pergi ke luar kota, maka pembina juga wajib memberitahu dahulu kepada anggota rohis. E. KESIMPULAN 1) Pengembangan sikap toleransi antar umat beragama di kalangan remaja rohis sangat baik dan sangat toleran, mereka tidak saling mencampuradukkan masalah perbedaan agama dengan pergaulan sehari-hari. Misalnya ada waktu
5
saat ibadah agama masing-masing dan saling menghargai dan bersikap sewajarnya berteman dengan baik, tidak membeda-bedakan, tidak mengejak, tidak menyindir yang bisa memecah hubungan pertemanan di sekolah maupun di luar sekolah. 2) Manfaat kegiatan ekstrakurikuler rohis adalah siswa menjadi terampil di bidang kegiatan Islam, seperti dakwah, latihan-latihan kepemimpinan, lancar baca Al-qur’an menulis arab dengan benar, terutama kalimat-kalimat harian. Misal: menulis salam, menulis Basmalah, Hamdalah,dll. Selain itu juga menambah rasa persaudaraann karena dengan mengikuti rohis jadi banyak teman dan merupakan suatu kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan. Dilihat dari manfaat tersebut ternyata kegiatan ekstrakurikuler rohis mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat serta Menambah keterampilan & Mengasah keterampilan 3) Kendala / hambatan yang dihadapi pembina saat menjadi dan membimbing siswa melalui ekstrakurikuler rohis yaitu terkadang koordinasi kurang dan jadwal kegiatan banyak yang bersamaan dengan kegiatan yang lain. Pembina rohis sering ada kegiatan atau jadwal di luar sekolah maupun pergi ke luar kota, sehingga koordinasi pembina pada saat kegiatan rohis kurang efektif. Selain itu juga ada anggota rohis yang mengikuti ekstrakurikuler lain,jadi kadang-kadang jadwal saling benturan. Sehingga menjadi suatu kendala. 4) Solusi yang dilakukan pembina untuk mengatasi kendala saat menjadi dan membimbing siswa melalui ekstrakurikuler rohis yaitu setiap anak yang mengikuti esktrakurikuler lebih dari satu wajib memberitahu dahulu kepada pembimbing/ mentor, begitu pula sebaliknya agar jadwal kegiatan tidak bersamaan dengan yang lain. Begitu pula sebaliknya, pembina rohis jika ada jadwal di luar sekolah atau pergi ke luar kota, maka pembina juga wajib memberitahu dahulu kepada anggota rohis. F. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
6
1. Sekolah hendaknya memperhatikan jadwal ekstrakurikuler yang ada di sekolah agar jadwal ekstrakurikuler satu dengan yang lain tidak benturan, karena ada siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lebih dari satu. 2. Pembina rohis hendaknya mengkoordinasi terlebih dahulu kepada ketua rohis maupun anggota rohis jika akan ada kegiatan rohis, agar pelaksanaannya lebih efektif dan mencapai hasil maksimal. 3. Ketua rohis hendaknya memberitahu terlebih dahulu kepada pembina jika ada anggota yang mengikuti ekstrakurikuler lebih dari satu.
7
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana. Firmansyah,Hendri.2010.EkstrakurikulerRohis.(http://hendrifirmansyah.blogspot. com/2010/07/ekstrakurikuler-rohani-islamrohis.html#!/2010/07/ekstrakurikuler-rohani-islam-rohis.html diakses pada hari sabtu tanggal 18 Mei 2013 pukul 11.00 WIB). Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. ` Hasan, dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. Moleong, Lexy. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mukni’ah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
8