S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
85
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENDEKATAN CTL DI KELAS V SEMESTER II SD NEGERI 05 BAGO TAHUN 2012/2013 Oleh: S. Darminto R SD Negeri 05 Bago, Tulungagung
Abstrak. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Bago pada siswa Kelas V Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Peranan para tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Peneliti di sini juga sebagai Kepala Sekolah dimana tempat penelitian ini berlangsung. Aktivitas guru dan siswa dalam penelitian ini juga terus mengalami peningkatan. Guru sudah lebih bisa memberikan motivasi kepada siswa. Sehingga prestasi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh prosentase aktivitas guru sebesar 61,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,25%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I prosentasenya sebesar 62,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 80%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SD Negeri 05 Bago berhasil dengan baik. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata : 69,90 siklus pertama : 74,48 siklus kedua : 80,19. Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan: dengan diterapkannya proses pembelajaran dengan Pendekatan CTL menjadikan: Pemahaman siswa terhadap pokok bahasan Peranan para tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia bidang studi IPS mengalami peningkatan. Kata kunci : pendekatan CTL, IPS
Motivasi belajar siswa merupakan kata majemuk, untuk mengetahui pengertiannya secara keseluruhan terlebih dahulu perlu diketahui pengertiannya satu persatu dari kata itu. Motivasi berarti “dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu” (Slameto, 1998) sedangkan belajar berarti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu” (Slameto, 1998) Dengan demikian pengertian motivasi belajar siswa adalah dorongan yang timbul bagi siswa baik secara sadar atau tidak sadar dalam melakukan kegiatan untuk memperoleh ilmu atau kepandaian. Untuk lebih memperjelas pengertian, di bawah ini penulis kemukakan pengertiannya secara terminologis berdasar keterangan para ahli: (a) Menurut M. Ngalim Purwanto: Secara umum motivasi adalah “suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan,
mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu” (Purwanto, 1997: 73). Dalam hal ini dikaitkan dengan belajar berarti usaha yang disadari untuk menggerakkan, dan menjaga tingkah laku untuk mencapai tujuan belajar; (b) Menurut Sumadi Suryabrata: mengemukakan istilah yang mempunyai akar sama dengan motivasi yaitu motif. Pengertian motif menurutnya adalah “keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan” (Suryabrata, 1997:70). Pengertian ini hampir sama dengan penjelasan McDonald sebagaimana dikutip Soemanto (1998: 203) bahwa motivasi merupakan “perubahan tenaga di dalam diri pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan”. Dikaitkan
86
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
dengan belajar pengertian ini berarti keadaan individu yang mendorong untuk melakukan aktivitas belajar guna mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian yang dikemukakan oleh para ahli di atas, selanjutnya dapat dikemukakan pengertian motivasi belajar adalah kondisi sesuatu yang mendorong individu atau siswa untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar itu sendiri. Motivasi belajar atau disebut juga pendorong kegiatan belajar siswa menurut Indrakusuma (1998: 65) Jika diperinci ada dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Selanjutnya dua macam motivasi tersebut perlu penulis bahas secara ringkas. Motivasi intrinsik yang dimaksud adalah “motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri” (Indrakusuma, 1998: 162). Sumber motivasi instrinsik ini adalah individu sendiri, bukan atas pengaruh dari luar diri individu. Sesuai dengan pendapat Suryabrata (1997: 72), motivasi intrinsik ini “berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar”, dengan demikian motivasi instrinsik itu adanya tanpa komando dari orang lain. Hal-hal yang bisa menimbulkan motivasi instrinsik ini diantara yang terpenting adalah: (1) Adanya kebutuhan, kebutuhan merupakan pendorong utama siswa untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Sebagai contoh kebutuhan untuk mengerti sebuah cerita, merupakan pendorong siswa untuk belajar membaca karena banyak cerita yang menarik bersumberkan dari buku-buku. Menurut Maslow sebagaimana dikutip Hamalik (2001: 176-177) kebutuhan ini meliputi “(1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan keselamatan dan rasa aman, (3) kebutuhan untuk diterima dan dicintai, (4) akan harga diri, dan, (5) kebutuhan untuk merealisasikan diri”. Seluruh komponen kebutuhan tersebut menjadi sumber penggerak atau motivasi siswa dalam belajarnya. Maka apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut mem-
punyai kualitas baik maka motivasi pun akan berkualitas baik dan demikian juga sebaliknya. (1) Adanya pengetahuan tentang kemajuan sendiri, dengan adanya pengetahuan tentang kemajuan atau kemunduran prestasinya maka akan mendorong siswa lebih, giat lagi dalam belajar. Sebagai contoh seorang siswa yang mengetahui motivasi belajarnya baik, maka akan ada usaha untuk mempertahankan, prestasi sekaligus juga untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya siswa yang mengetahui motivasi belajarnya buruk, juga akan terdorong untuk semakin meningkatkan belajarnya agar motivasi belajar selanjutnya dapat baik; (2) Adanya cita-cita, semakin meningkat usia seseorang maka akan semakin jelas cita-cita hidupnya. Semakin jelas cita-cita hidup sesorang maka akan menimbulkan pendorong dirinya untuk mencapai atau meraih cita-citanya itu. Demikian juga halnya dengan siswa, akan berusaha mencapai atau meraih cita-citanya dengan berbagai usaha. Di samping itu, citacita seorang siswa sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuannya. Siswa yang mempunyai tingkat kemampuan baik, umpamanya mempunyai cita-cita yang lebih realistis dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan kurang atau rendah. Motivasi ekstrinsik yang dimaksud adalah “motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar diri anak” (Indrakusuma, 1997: 164), atau dapat dikatakan sebagai “motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar” (Suryabrata, 1998: 72). Motivasi jenis ini tergantung pada lingkungan siswa-siswa dimana ia tumbuh dan berkembang. Dengan demikian motivasi ekstrinsik ini pada dasarnya adalah hal-hal yang berada di luar diri siswa, yang mendorong siswa itu melakukan sesuatu tindakan. Dalam kaitannya dengan belajar adalah halhal di luar diri siswa yang mendorong melakukan kegiatan belajar.
S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
Adapun hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik antara lain: (1) Ganjaran, dalam ilmu pendidikan ganjaran dikenal sebagai alat pendidikan represif yang bersifat positif. Namun demikian, ganjaran selain berfungsi sebagai alat pendidikan represif, postif juga merupakan alat untuk memotivasi. Ganjaran dapat menjadi pendorong siswa untuk memacu belajarnya agar dapat lebih giat lagi. Ganjaran dalam pendidikan digunakan sebagai alat untuk membangun semangat siswa sebagaimana dikemukakan Hamalik (2001: 184) “tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat”, misalnya atas keberhasilan siswa maka siswa diberi ganjaran. Ganjaran ini dapat diberikan oleh orang tua siswa, guru, maupun lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan seperti halnya beasiswa namun demikian ganjaran ini tidak harus berupa barang, melainkan dapat berupa pujian ataupun sekedar anggukan kepala. Marimba (1989: 86) dalam menjelaskan hadiah sebagai alat pendidikan mengemukakan: Yang dimaksud hadiah, tidak usah selalu berupa barang. Anggukan kepala dengan wajah berseri-seri, menunjukkan jempol (ibu jari) si pendidik, sudah satu hadiah. Pengaruhnya besar sekali. Memenuhi dorongan, mencari perkenan, menggembirakan anak, menambah kepercayaan pada diri sendiri. Membantu dalam usaha mengenal nilai-nilai. Dalam hal yang berkaitan dengan apabila ganjaran berbentuk barang atau materi disebut hadiah namun apabila ganjaran berbentuk non materi disebut penghargaan. Semua itu tergolong pada kelompok ganjaran, hanya wujudnya saja yang berbeda. Hukuman sekalipun merupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, sebagai alat pendidikan yang bersifat negatif, namun demikian hukuman dapat menjadi alat motivasi, alat pendorong untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
87
Hukuman ini “diambil apabila teguran dan peringatan belum mampu untuk mencegah anak melakukan pelanggaran-pelanggaran” (Indrakusuma, 1997: 146). Hukuman diberikan setelah siswa berulangkali ditegur dan diberi peringatan. Sebelum diberi hukuman hendaknya siswa diberi tahu dahulu apa kesalahannya. Hukuman merupakan wujud penyesalan penghukum atas perilaku siswa, bukan merupakan ungkapan permusuhan. Maka sasaran hukuman adalah “perilaku anak dan bukan pribadi anak” (Osman; 1997:74). Oleh karena itu hukuman diberikan kepada siswa secara akuratif, untuk menyembuhkan perilaku siswa yang selalu muncul. Dengan demikian hukuman tidak digunakan setiap saat tanpa permasalahan yang berupa kesalahan siswa. Hukuman diharapkan dapat membuat siswa lebih dapat berperilaku disiplin sekaligus hukuman diharapkan dapat membuat siswa itu insaf. (1) Persaingan atau kompetensi, banyak terjadi dikalangan siswa baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi atau tidak sengaja. Ujung persaingan atau kompetensi adalah memperoleh kedudukan dan penghargaan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Oleh karena itu kompetensi dapat menjadi tenaga pendorong yang kuat bagi para siswa. Menurut Hamalik (2001: 185-186) ada tiga jenis kompetisi yang yang efektif, yaitu: (a) Kompetisi internal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan; (b) Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat; (c) Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif. Belajar, selain merupakan aktifitas pisik juga merupakan aktifitas psikis. Dari sudut pisik, belajar membutuhkan badan yang relatif kuat serta lingkungan pisik yang
88
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
nyaman dan sejuk misalnya sirkulasi udara yang baik, iklim yang sejuk, penyinaran yang cukup, jauh dari kebisingan dan sebagainya. Sedangkan dari sudut psikis, belajar harus didukung oleh kondisi kejiwaan yang baik, misalnya suasana kehidupan keluarga yang baik, dukungan yang cukup. Dengan demikian belajar memerlukan suatu dukungan atau motivasi baik dari dalam diri (internal) maupun luar dirinya (eksternal). Tujuannya agar seseorang dapat berusaha dengan sesungguhnya untuk mencapai cita-citanya. Menurut Purwanto (1997: 73) tujuan motivasi adalah “Untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Dalam konteks ini tujuan motivasi belajar adalah agar siswa terdorong untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih intensif sehingga siswa dapat memperoleh motivasi belajar yang sebaik-baiknya, baik dalam bentuk pengetahuan (kognitif) sikap (afektif), maupun ketrampilan (psikomotorik). Dengan demikian baik orang tua, guru maupun siswa sendiri agar senantiasa mencari dorongan yang kuat dalam proses belajarnya. Orang tua dan guru harus memotivasi siswa agar giat belajar, demikian juga siswa harus mengupayakan dorongan atau motivasi yang relatif dapat mendukung bagi kegiatan belajar. Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar mengajar (Syah, 2001: 150). Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah, khususnya ranah pada murid sangat sulit. Untuk ukuran dan data hasil belajar system adalah mengetahui garis besar indikator (petunjuk adanya motivasi
tertentu) dihubungkan dengan jenis motivasi yang hendak diukur. Menurut Syah (2001:152), setelah mengetahui indikator motivasi belajar (ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) perlu mengetahui bagaimana menetapkan batas minimum keberhasilan belajar pada siswa/ menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantaranya norma-norma pengukuran tersebut adalah: (1) Norma skala angka dari 0 sampai 10. angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6; (2) Norma skala angka dari 0 sampai 100. angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Syah, 2001: 153). Sehingga dapat dikatakan bahwa target minimum keberhasilan belajar siswa jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar. Penerapan pendekatan CTL (Contextual Teaching And Learning) berarti menemukan. Menurut Nurhadi (2003) menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL (Contextual Teaching And Learning). Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk
S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri; (c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan, (b) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (c) Sistem sosial dan budaya; (d) Perilaku Ekonomi dan kesejahteraan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V semester II SD Negeri 05 Bago Tahun pelajaran 2012/2013; (2) Untuk mengetahui efektifitas penggunaan Pendekatan CTL pada Pembelajaran IPS
89
siswa kelas V SD Negeri 05 Bago Semester II Tahun pelajaran 2011/2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 05 Bago pada siswa Kelas V Semester II bidang studi IPS pokok bahasan Peranan para tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, Tahun pelajaran 2012/ 2013 dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Peneliti disini juga sebagai Kepala Sekolah dimana tempat penelitian ini berlangsung. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan (Action), (3) Observasi (Observation), (4) Refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya motivasi belajar siswa Kelas V SD Negeri 05 Bago, terhadap bidang studi IPS pokok bahasan Peranan para tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (a) Siswa enggan untuk bertanya/ mengemukakan pendapat, (b) Siswa kurang termotivasi dalam proses belajar, (c) Siswa malu bertanya. Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini peneliti bersama mitra guru merencanakan/membuat kelengkapan dalam penelitian sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pembelajaran (RP) dengan menggunakan pendekatan CTL; (2) Membuat lembar observasi untuk mengetahui kondisi belajar mengajar di kelas. Lembar observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur dan supervisi.
90
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Lembar observasi terstruktur digunakan untuk mengungkapkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan lembar supervisi digunakan untuk mengungkapkan aktivitas guru. Butir-butir observasi supervisi dan terstruktur terlebih dahulu didiskusikan bersama mitra guru; (3) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), alat peraga berupa foto/gambar para tokoh; (4) Lembaran angket siswa, menitik beratkan bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang dilakukan guru; (5) Membuat alat evaluasi untuk mencatat dan menganalisa peningkatan kualitas hasil belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus; (6) Dokumentasi digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Kegiatan pemotretan ini untuk mengetahui situasi dan kondisi guru maupun siswa ketika melaksanakan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal Peneliti (Kepala Sekolah) bersama mitra guru (guru kelas) mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas V semester II yaitu tentang rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah: (a) Menyusun rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan Pendekatan CTL, (b) Menyusun petunjuk kegiatan siswa, (c) Melaksanakan kegiatan penelitian, (d) Penilaian hasil kegiatan penelitian. Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan rencana pembelajaran sebagai berikut. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran:
Pertemuan I Pendahuluan: menyanyi lagu hari merdeka, tanya jawab tentang peristiwa sekitar proklamasi: Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 membicarakan tentang apa? Apakah hasil rapat panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945? Apa yang dimaksud Jakarta Charter? Kegiatan inti: (1) guru menginformasikan tujuan pembelajaran tentang peristiwa sekitar proklamasi; (2) Secara kelompok siswa mengerjakan lembar kerja: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tanggal 6 Agustus 1945 9 Agustus 1945 12 Agustus 1945 14 Agustus 1945 16 Agustus 1945 17 Agustus 1945
Peristiwa yang Terjadi
(i) Apakah peranan BPUPKI dan PPKI dalam peristiwa sekitar proklamasi? (ii) Menyerahnya Jepang kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 memberi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk? (iii) Apa tujuan pemuda pejuang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok? (iv) Sebutkan nama-nama tokoh yang terlibat dalam mempersiapkan proklamasi! Jelaskan riwayat singkatnya? (v) Kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini adalah hasil perjuangan para pahlawan yang telah gugur berkorban jiwa dan raga. Tidak terhitung jumlahnya mereka yang gugur sebagai kusuma bangsa. Bagaimana cara kita menghargai jasa para pahlawan?; (3) Membacakan hasil kerja kelompok, sedangkan siswa yang lain menanggapi dan menyempurnakan; (4) Dengan bimbingan guru membuat kesimpulan bersama; (5) Mengerjakan soal tes mandiri. Kegiatan akhir: pemajangan hasil tes dan penegasan catatan siswa. Pertemuan II Pendahuluan: Memerankan proklamator Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi
tokoh ketika
S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
Kegiatan inti: (1) siswa mencermati buku sumber tentang beberapa tokoh pahlawan nasional pada masa kemerdekaan; (2) secara berkelompok siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan; (3) secara kelompok siswa menuliskan pada lembar kerja cara-cara menghargai jasa para
91
pahlawan; (4) membacakan hasil kerja kelompok siswa yang lain menambah atau menyempurnakan; (5) secara klasikal mencatat cara-cara menghargai dan mengenang jasa para pahlawan. Kegiatan Akhir: memajangkan hasil diskusi kelompok.
Lembar Kerja Siswa Ceritakan tentang riwayat singkat dan peranannya para tokoh pejuang kemerdekaan.
92
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Lembar Kerja Kelompok
Observation (Pengamatan) Hasil observasi dapat dilihat dari hasil analisa data penilaian kinerja siswa. Perolehan hasil belajar siswa pada akhir siklus I dapat penulis sajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Daftar nilai hasil belajar siswa siklus I No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama
Febriansyah Purwanata Abdullah Badavi Aci dwi Lestari Aditya Wahyu Krisnata Amelia putri Rahmawati Azwa puti Mocca A Bintang samodra putra Meilia Tri Andari Definna Tarissa Syahmadina Delima Mariana Purnama W Denisya Fiara Ningtyas Denny Ramadhian Bagus S Dimas Ervanda Prayoga Edgar Adham reshandy Eka dina Rizkin Saputri Erna Fatmawati Fajar Sefvian syahputra Feri rahmad Nurkholis Fredy Mohammad Ikhsan Hafid Ridwan Ilham Satya Laksana Surya Jumlah Rata-rata
Skor
76 76 76 76 68 76 84 92 76 68 68 68 76 76 60 60 76 76 76 76 84 1564 74.48
Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas
T T T T T T T T T T T T T T T 15 71.43
TT TT TT TT TT TT 6 28.57
Dari data di atas terlihat jelas bahwa kemampuan siswa untuk memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan dengan
kualifikasi baik masih sangat rendah. Tingkat ketuntasan mencapai 71,43% atau 15 siswa dari 21 siswa yang diteliti yang berarti lebih rendah dari syarat ketuntasan minimum yaitu 85% siswa dengan nilai minimum 70. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dari hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, dengan materi yang sama. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik bertanya pada guru, (b) Mengurangi
S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
dominasi guru, (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Action (Pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Adapun langkah-langkah pembelajaran untuk siklus II adalah sebagai berikut. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: Pertemuan I Pendahuluan: menyanyi lagu hari merdeka, tanya jawab tentang peristiwa sekitar proklamasi: Rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945 membicarakan tentang apa? Apakah hasil rapat panitia Sembilan tanggal 22 Juni 1945? Apa yang dimaksud Jakarta Charter? Kegiatan inti: (1) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran tentang peristiwa sekitar proklamasi; (2) Secara kelompok siswa mengerjakan lembar kerja: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
(i)
93
dalam peristiwa sekitar proklamasi? (ii) Menyerahnya Jepang kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 memberi kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk? (iii) Apa tujuan pemuda pejuang membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok? (iv) Sebutkan nama-nama tokoh yang terlibat dalam mempersiapkan proklamasi! Jelaskan riwayat singkatnya? (v) Kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini adalah hasil perjuangan para pahlawan yang telah gugur berkorban jiwa dan raga. Tidak terhitung jumlahnya mereka yang gugur sebagai kusuma bangsa. Bagaimana cara kita menghargai jasa para pahlawan?; (3) Membacakan hasil kerja kelompok, sedangkan siswa yang lain menanggapi dan menyempurnakan; (4) Dengan bimbingan guru membuat kesimpulan bersama; (5) Mengerjakan soal tes mandiri. Kegiatan akhir: pemajangan hasil tes dan penegasan catatan siswa.
Pertemuan II Pendahuluan: memerankan tokoh proTanggal Peristiwa yang Terjadi klamator Ir. Soekarno ketika membacakan 6 Agustus 1945 teks proklamasi 9 Agustus 1945 Kegiatan inti: siswa mencermati buku 12 Agustus 1945 sumber tentang beberapa tokoh pahlawan 14 Agustus 1945 nasional pada masa kemerdekaan dan secara 16 Agustus 1945 berkelompok siswa mengisi lembar kerja 17 Agustus 1945 yang telah disiapkan. Apakah peranan BPUPKI dan PPKI Lembar Kerja Siswa Ceritakan tentang riwayat singkat dan peranannya para tokoh pejuang kemerdekaan.
94
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Lembar Kerja Kelompok
Secara kelompok siswa menuliskan pada lembar kerja cara-cara menghargai jasa para pahlawan, membacakan hasil kerja kelompok siswa yang lain menambah atau menyempurnakan, secara klasikal mencatat cara-cara menghargai dan mengenang jasa para pahlawan. Kegiatan akhir: memajangkan hasil diskusi kelompok. Observation (Pengamatan) Hasil Observasi selama proses pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 2 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Siklus II No
1 2 3 4
Nama
Febriansyah Purwanata Abdullah Badavi Aci dwi Lestari Aditya Wahyu Krisnata
Skor
76 76 92 92
Ketuntasan Tidak Tuntas
Tuntas
T T T T
-
No
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama
Amelia putri Rahmawati Azwa puti Mocca A Bintang samodra putra Meilia Tri Andari Definna Tarissa Syahmadina Delima Mariana Purnama W Denisya Fiara Ningtyas Denny Ramadhian Bagus S Dimas Ervanda Prayoga Edgar Adham reshandy Eka dina Rizkin Saputri Erna Fatmawati Fajar Sefvian syahputra Feri rahmad Nurkholis Fredy Mohammad Ikhsan Hafid Ridwan Ilham Satya Laksana Surya Jumlah Rata-rata
Skor
84 76 84 92 84 76 84 76 84 84 68 68 76 76 76 76 84 1684 80.19
Ketuntasan Tidak Tuntas Tuntas
T T T T T T T T T T T T T T T 19 90.48
TT TT 2 9.52
S. Darminto R, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS melalui Pendekatan CTL...
Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I sudah diperbaiki dalam siklus II. Dari Tabel 2 diketahui bahwa ketuntasan telah mencapai 90,48%, ketuntasan tersebut telah melebihi ketuntasan secara klasikal sebesar 85%, sehingga penelitian ini telah berhasil dan tidak perlu dilanjutkan lagi. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan sudah adanya beberapa peningkatan, yaitu: (a) Teknik bertanya siswa kepada guru sudah baik; (b) Motivasi guru terhadap siswa meningkat; (c) Dalam kegiatan diskusi semua siswa terlibat aktif. Setelah berakhirnya siklus ke II peneliti membagikan angket kepada siswa. Dari angket tersebut dapat diketahui bahwa respon siswa terhdap pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan CTL sangat positif. Hasil angket tersebut menunjukkan prosentase sebesar 1, 89%. Data yang penulis sajikan tersebut berupa data Hasil Belajar Siswa dan data Pelaksanaan PBM Guru. Interpretasi terhadap data penulis fokuskan pada dua hal tersebut yakni Hasil Belajar Siswa dan
pelaksanaan PBM Guru. Tindak lanjut terhadap hasil interpretasi ini berupa perencanaan tindakan siklus berikutnya, penulis sertakan atas dasar evaluasi untuk perbaikan kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan siklus berikutnya. Aktivitas guru dan siswa dfalam penelitian ini juga ters mengalami peningkatan. Guru sudah lebih bisa memberikan motivasi kepada siswa. Sehingga prestasi siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan pengamatan pada siklus I diperoleh prosentase aktivitas guru sebesar 61,25% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,25%. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I prosentasenya sebesar 62,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 80%. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas V SD Negeri 05 Bago berhasil dengan baik. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 69,90 siklus pertama: 74,48 siklus kedua: 80,19. untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 1.
RATA-RATA; SIKLUS KETUNTASAN; I; 74,48 SIKLUS I; 71,43
RATA-RATA; SEB SIKLUS; 69,9
95
KETUNTASAN; SIKLUS II; 90,48 RATA-RATA; SIKLUS II; 80,19
KETUNTASAN; SEB SIKLUS; 47,62
RATA-RATA KETUNTASAN
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
96
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
PENUTUP Kesimpulan Pemahaman siswa terhadap pokok bahasan Peranan para tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia bidang studi IPS mengalami peningkatan. Motivasi belajar siswa untuk mempelajari bidang studi IPS semakin meningkat, hal ini didukung oleh peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa dari siklus I: 74,48 menjadi 80,19 pada akhir siklus II. Efektifitas pembelajaran IPS mengalami peningkatan, hal ini ditunjukkan motivasi guru terhadap siswa juga meningkat, dominasi guru terhadap pembelajaran akan semakin berkurang, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. DAFTAR RUJUKAN Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM.
Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan CTL. Untuk team dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Indrakusuma, A.D. 1998. Motivasi Kerja beserta Aplikasinya. IKIP Malang: Majalah Pendidikan.
Slameto, Drs. 1998. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Syah, Muhibbin. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata, Sumadi. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.