Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Tahun Pelajaran 2012/2013 Supardi ∗ Ilfiana ∗∗ Abstrak: Menghafal Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang mudah tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin, sebab pada zaman Nabi telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an. Di sekolah-sekolah formal, mengenalkan al-Qur’an pada anak didik, mengajarinya membaca, dan menghafal menjadi tanggung jawab guru. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk menghafal, maka guru tentunya harus melakukan berbagai upaya atau usaha sebab keberhasilan seorang peserta didik dalam menghafal tergantung dari usaha-usaha yang dilakukan guru. SMP Islam Terpadu Abu Hurairah mempunyai program tahfiz yang dijadikan sebagai program unggulan yang mencetak para hafidz dan hafidzah yang dibimbing langsung oleh guru-guru tahfiz yang memiliki kompetensi dalam menghafal AlQur’an tentunya dengan berbagai metode dan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hafalan tersebut. Tulisan ini mengupas tiga hal, yaitu: a) bagaimanakah upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menghafal Al-Qur’an? b) apa saja problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menghafal Al-Qur’an? dan c) apa saja solusi yang dilakukan guru untuk mengatasi problematika siswa dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an? Kata Kunci: kemampuan mengahafal al-Qur’an, tahfiz, talaqqi, takrir, muraja’ah.
∗
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram. E-mail:
[email protected]. ∗∗ Penulis adalah alumni Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Mataram.
47
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
P
endidikan merupakan bagian terpenting dalam menunjang perkembangan dan kemajuan sebuah bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang disediakan dalam suatu bangsa, maka semakin tinggi juga kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa, begitu juga sebaliknya jika tingkat pendidikan di suatu bangsa itu rendah, maka tingkat kualitas bangsa itupun akan menjadi menurun. Oleh karena itu, pendidikan adalah salah satu wadah untuk menciptakan manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur, untuk menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT dan membentuk manusia yang cerdas. Upaya untuk mewujudkan tujuan dari pelaksanaan pendidikan diperlukan sebuah keahlian khusus dari orang-orang yang sudah memiliki kompetensi yang tinggi pada bidangnya. Dalam dunia pendidikan orang yang memiliki kompetensi dan bertanggung jawab di dunia pendidikan adalah pendidik atau guru. Guru adalah seorang yang bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan secara sadar terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik, baik itu dari aspek jasmani maupun rohaninya agar ia mampu hidup mandiri dan dapat memenuhi tugasnya sebagai makhluk Allah, sebagai individu dan sebagai makhluk sosial (Ramayulis, 2008:50). Oleh karena itu, guru menjadi komponen terpenting dalam sistem pendidikan sekaligus yang memegang tanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pendidikan atas keberhasilan peserta didiknya sehingga keberhasilan peserta didik sangat ditentukan oleh guru. Sesuai dengan hal tersebut, maka guru sangat dibutuhkan karena guru adalah sosok manusia mulia yang dari tangan dan jerih payah guru, kelak anak didik tersebut akan tumbuh menjadi manusia yang baik yang berguna bagi dirinya, keluarga, agama, dan orang lain. sehigga guru harus benar-benar memperhatikan perkembangan peserta didiknya, baik itu perkembangan kognitif,
48
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
apektif, dan psikomotoriknya sebab guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar terlebih lagi jika seorang guru diberikan tugas dan tanggung jawab mengajar peserta didik untuk menghafal Al-Qur’an. Menghafal Al-Qur’an adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar karena pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal (Abdul Rauf, 2004:49). Namun menghafal Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang mudah tetapi bukan pula suatu hal yang tidak mungkin, sebab pada zaman Nabi telah banyak orang yang menghafal Al-Qur’an. Buku-buku sejarah telah menerangkan dengan jelas bahwa para sahabat belomba-lomba dalam menghafal Al-Qur’an, bahkan mereka memerintahkan anak-anak juga istri-istri mereka untuk menghafal Al-Qur’an (Hafidz, 2000:16). Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi tugasnya sebagai seorang guru dalam memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk menghafal, maka guru tentunya harus melakukan berbagai upaya atau usaha sebab keberhasilan seorang peserta didik dalam menghafal tergantung dari usahausaha yang dilakukan guru. Berdasarkan upaya atau usaha-usaha tersebut, maka dari observasi yang telah dilakukan, SMP Islam Terpadu Abu Hurairah mempunyai program tahfiz Al-Qur’an atau menghafal Al-Qur’an bagi peserta didiknya dengan target yang ditentukan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang bersangkutan, bahwa bagi siswa SMP ditargetkan untuk menghafal Al-Qur’an dengan hafalan Al-Qur’an 5 (lima) juz, pada umumnya SMP merupakan sekolah umum yang tidak lazim ada program tahfiznya akan tetapi di SMP Islam Terpadu Abu Hurairah memiliki program tahfiz yang dijadikan sebagai program unggulan bahkan sampai meghasilkan para hafidz dan hafidzah yang melebihi target dari yang sudah ditentukan guru. Mengingat bahwa betapa pentingnya akan usaha guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an bagi peserta didiknya sehingga dalam
49
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
menghafal Al-Qur’an peserta didik SMP Islam Terpadu Abu Hurairah dibimbing dan diajarkan langsung oleh guru-guru tahfiz yang memiliki kompetensi dalam menghafal Al-Qur’an yang tentunya diiringi dengan berbagai upaya atau usaha yang dilakukan guru untuk dapat meningkatkannya (Observasi, 2 November 2012). Tulisan ini mengupas tiga hal, yaitu: a) bagaimanakah upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menghafal Al-Qur’an?; b) apa saja problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menghafal Al-Qur’an?; dan c) apa saja solusi yang dilakukan guru untuk mengatasi problematika siswa dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an? Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Tahun Pelajaran 2012/2013 Sebagai seorang pendidik, maka tentu saja guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membimbing, mengarahkan, dan menyimak hafalan para penghafal Al-Qur’an sebab menghafal Al-Qur’an tidak diperbolehkan sendiri tanpa adanya seorang guru, karena di dalam Al-Qur’an banyak terdapat bacaan-bacaan yang sulit yang tidak hanya bisa dikuasai hanya dengan mempelajari teorinya saja. Sehingga seorang yang menghafal Al-Qur’an sendiri tanpa diperdengarkan kepada seorang guru kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya (Sa’dulloh, 2008:33). Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik maka sudah sepantasnya guru harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya agar para siswa yang menghafal bisa meningkatkan hafalan Al-Qur’annya. Untuk dapat meningkatkan hafalan Al-Qur’an para siswanya, maka guru menempuh berbagai upaya untuk dapat meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an untuk para siswanya, diantaranya:
50
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
1. Membuat kegiatan ekstrakurikuler tahfiz Al-Qur’an Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar kelas dan di luar jam pelajaran (kurikulum) untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh para siswa. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk: a. Meningkatkan pemahaman terhadap agama sehingga mampu mengembangkan dirinya sejalan dengan norma-norma agama dan mampu mengamalkan dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. b. Meningkatkan kemampuan para siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam semesta. c. Menyalurkan dan mengembangkan potensi dan bakat para siswa agar dapat menjadi manusia yang berkreativitas tinggi dan penuh karya. d. Melatih sikap disiplin, kejujuran, kepercayaan dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas (Depag RI, 2005:9-10). Sesuai dengan penjelasan di atas, maka dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah, para guru membuat kegiatan ekstrakurikuler dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an bagi para siswanya agar para siswa tidak melupakan hafalan Al-Qur’annya begitu saja sebab para siswa bisa muraja’ah terhadap hafalan yang sudah dihafalkan sebelumnya maupun terhadap hafalan yang baru dihafal kepada teman-teman sekelasnya. 2. Memberikan motivasi kepada para siswa Menurut Fathurrohman dan Sutikno, untuk dapat meningkatkan motivasi para siswa, maka ada berbagai strategi untuk dapat menumbuhkan motivasi yang salah satunya yaitu, dengan memberikan hadiah dan pujian sebab dengan memberikan hadiah dan pujian dapat memacu semangat para
51
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
siswa untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi sehingga sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian yang bersifat membangun (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:21). Guru SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah ketika memberikan motivasi kepada siswa, biasanya dilakukan dengan cara, guru memberikan masukan atau saran kepada para siswa, guru juga memberikan hadiah dalam bentuk piagam penghargaan bagi para siswa yang mampu untuk menghafal AlQur’an setiap juznya serta guru juga memberikan pujian-pujian agar para siswa semakin bersemangat dalam menghafal. Dengan motivasi yang diberikan di atas, dapat membantu para siswa dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’annya. 3. Memberikan tugas dan hukuman kepada para siswa Guru memberikan tugas kepada para siswa untuk melanjutkan hafalan ayat-ayat yang akan dihafalkannya, guru biasanya memberikan tugas menghafal 3 sampai 10 baris dari ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan adanya pemberian tugas maka dapat membantu para siswa untuk dapat meningkatkan hafalannya sebab tanpa adanya pemberian tugas maka para siswa akan jarang membuka Al-Qur’an untuk menghafal maupun mengingat hafalan yang sudah dihafalkan sebelumnya. Adapun yang dimaksud dengan pemberian tugas adalah suatu pengajaran dengan cara guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Dzamarah dan Zen, 2006:85). Selain memberikan tugas, guru juga memberikan hukuman bagi para siswa yang tidak mengerjakan tugas. Guru memberikan hukum kepada para siswa dengan tujuan agar para siswa mau belajar dan menuntut ilmu, jika guru ingin menghukum siswa selayaknya hukuman yang diberikan dalam batas seminimal mungkin dan dengan cara tidak menimbulkan pengaruh terhadap individu dan kepribadian anak.
52
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Adapun beberapa aspek yang harus dipertimbangkan oleh guru yang hendak menjadikan sanksi atau hukuman sebagai teknik pendidikan untuk mengontrol siswa di dalam kelas. Aspek tersebut adalah sebagai berikut: a. Sanksi itu sendiri bukan merupakan tujuan, tetapi sanksi merupakan sarana untuk memperbaiki prilaku siswa yang salah dan untuk meluruskan respons para siswa yang tidak sempurna. b. Bagi siswa yang dikenai sanksi harus memahami tujuan di balik sanksi itu, yaitu keinginan guru yang kuat untuk memperbaiki muridnya dan membimbingnya pada jalan pembelajaran. c. Sanksi yang diberikan harus disesuaikan dengan besarnya kesalahan yang yang dilakukan oleh siswa, tidak boleh kurang atau lebih (Budaiwi, 2002:59). Berdasarkan penjelasan di atas, maka guru SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah, dalam memberikan hukuman kepada para siswanya, guru memberikan hukuman dengan cara siswa disuruh untuk berdiri di depan kelas seraya memegang AlQur’an untuk menghafal tugas yang diberikan guru sehingga dengan ini dapat membantu para siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sebab hukuman yang diberikan masih dalam batas kewajaran tanpa menimbulkan pengaruh terhadap kepribadian anak. 4. Membimbing para siswa untuk tetap muraja’ah Muraja’ah atau mengulang hafalan merupakan sesuatu yang penting dalam menghafal Al-Qur’an sebab orang yang menghafal Al-Qur’an namun tidak pernah mengulang hafalannya akan mengakibatkan hafalan-hafalannya terlupakan atau hilang. Hal ini dijelaskan oleh Abdurrazzaq, bahwa muraja’h atau mengulang hafalan tidak kalah penting dari menghafalnya bahkan tahap muraja’ah jauh lebih penting daripada fase penghafalan sebab penghafalan lebih mudah dan ringan bagi
53
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
jiwa sehingga manusia mampu menghafal dan mudah tergerak untuk melakukannya dengan sedikit motivasi sedangkan muraja’ah atau mengulang hafalan amat terasa berat bagi jiwa manusia (Al-Ghaustani, 2010:96). Sehingga Muraja’ah yang biasa dilakukan di SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah yaitu muraja’ah yaumiah dan muraja’ah usbu’iyah agar para siswa SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah tidak melupakan hafalan Al-Qur’annya begitu saja. 5. Menggunakan metode yang bervariasi Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:55). Sehingga berdasarkan hal ini, maka di SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah para guru menggunakan metode bervariasi dalam mengajar para siswa untuk menghafal Al-Qur’an. Adapun metode-metode yang digunakan guru dalam mengajar para siswa untuk menghafal Al-Qur’an yaitu metode tahfiz, talaqqi, dan takrir dengan tujuan agar para siswa yang menghafal Al-Qur’an mampu untuk memenuhi target menghafal. Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh guru SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah di atas, maka dapat dikatakan bahwa upaya-upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah berhasil, sebab semuanya itu dapat dilihat dari jumlah hafalan Al-Qur’an yang diraih oleh siswa kelas VII semakin meningkat, yang awalnya para siswa tidak mampu membaca Al-Qur’an dengan baik namun guru membimbing para siswa untuk membaca Iqra’ kemudian siswa di bimbing dan diajarkan tahsin yaitu membaca Al-Qur’an juz awal dengan diajarkan tajwid, kemudian barulah guru memberikan para siswa kesempatan untuk menghafal AlQur’an yang hasilnya semakin meningkat.
54
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Pada semsester satu jumlah hafalan yang didapat oleh beberapa siswa yaitu belum ada sama sekali tetapi sekarang pada semester dua ini jumlah hafalan siswa meningkat, ada siswa yang sudah menghafal satu juz, dua juz dan ada juga siswa yang sudah sebelas juz. Oleh karena itu, upaya-upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah tahun pelajaran 2012/2013 dapat membantu para siswa dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’annya. Problematika yang Dihadapi Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Tahun Pelajaran 2012/2013 Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab paparan data dan temuan penelitian, bahwa dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah maka guru tentu saja akan mengahadapi berbagai macam problematika atau maslah. Setiap orang pernah mengalami problematika dalam hidupnya, tidak terkecuali bagi pendidik dalam membantu para siswanya untuk meningkatkan kemampuan menghafalnya tetapi problematika itu juga akan muncul dari siswa dalam proses menghafal Al-Qur’an. Adapun problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah yaitu: 1. Kurangnya Tenaga Guru Kurangnya tenaga guru yang mengajarkan tahfiz AlQur’an di SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah menjadi problematika bagi guru sebab jumlah guru yang mengajar tidak sesuai dengan jumlah siswa. Ketika seorang menghafal Al-Qur’an, maka keberadaan seorang guru sangat dibutuhkan. Guru adalah seorang yang membimbing, mengarahkan dan
55
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
menyimak penghafal-penghafal Al-Qur’an sehingga guru dalam menghafal Al-Qur’an sangat diperlukan sebab hafalan sendiri tanpa diperdengarkan kepada seorang guru maka hafalan Al-Qur’an tersebut kurang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya(Muhaimin Zen, 1985:237). 2. Adanya siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik Dalam meningkatkan kemampuan menghafal AlQur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Abu Hurairah, para guru menghadapi problematika yaitu adanya siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, hal ini disebabkan karena tidak semua para siswa yang ada di SMP Islam Terpadu Abu Hurairah berasal dari sekolah MI ataupun dari SD Islam Terpadu Abu Hurairah itu sendiri, namun SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah juga menerima siswa yang berasal dari SD yang belum tentu siswanya mampu dan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik. Oleh karena itu, ini menjadi salah satu problematika bagi guru yang harus diatasi sebab orang yang menghafal Al-Qur’an tanpa memperbaiki bacaannya terlebih dahulu banyak melakukan kesalahan dalam menyebutkan harakat, bahkan dalam pengucapan sebagian kata-kata atau bacaannya (AlGhaustani, 2010:68). Oleh karena itu, guru tidak akan memberikan siswa untuk menghafal sebelum para siswa bisa untuk membaca Al-Qur’an dengan baik sebab dikhawatirkan siswa tidak bisa memenuhi target menghafal yang sudah ditentukan oleh sekolah. 3. Kesehatan dari guru yang dapat mengganggu konsentrasi mengajar Kesehatan dapat mengganggu konsentrasi guru SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah dalam mengajar tahfiz AlQur’an. Sebab ketika guru menemukan problematika seperti ini, maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan secara
56
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
maksimal. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Zakiah Daradjat, bahwa “guru yang sakit tidak akan bergairah ketika mengajar”. Pepatah di dalam Zakiah Daradjat juga mengatakan “Mens sana in corpore sano”, yang artinya di dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walupun pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwa kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja sehingga guru yang sakit kerap kali terpaksa absen dan tentunya merugikan para siswa (Daradjat, Dkk., 2011:41). 4. Kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal Dalam menghafal Al-Qur’an para siswa SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah kurang termotivasi, ini menjadi kendala juga bagi guru ketika para siswa menyetorkan hafalannya sebab hafalan yang disetorkan kepada guru menjadi tidak maksimal. Motivasi sangat dibutuhkan bagi orang yang menghafal Al-Qur’an sebab motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:19). 5. Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal AlQur’an Rasa malas ketika menghafal Al-Qur’an pasti akan muncul dari diri siswa, sebab ketika menghafal Al-Qur’an siswa akan menemukan berbagai macam problematika yang akhirnya problem-problem yang dihadapi oleh siswa dapat menimbulkan rasa malas untuk menghafal, sehingga rasa malas dari siswa juga akan menjadi problem atau masalah bagi guru. Guru ketika mengajar para siswa yang memiliki rasa malas ketika menghafal akan menyebabkan guru merasa kesulitan untuk memberikan bimbingan, sebab ketika seorang penghafal Al-Qur’an menghafal dengan rasa malas dan terpaksa dalam menghafal, maka hasil yang diharapkan oleh guru tidak akan maksimal ketika siswa menyetorkan hafalannya. Sebab sifat malas merupakan perbuatan syaitan
57
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
yang harus dihindari serta sifat malas juga sebagai godaan dan cobaan kepada seorang penghafal di dalam menghafal AlQur’an (Muhaimin Zen, 1985:40). Oleh karena itu, guru harus mengatasi kendala seperti ini agar para siswa tidak terus menerus malas dalam menghafal. 6. Adanya kecerdasan yang berbeda dari para siswa Kecerdasan yang berbeda dari para siswa menjadi problematika bagi guru ketika mengajar dan memberikan bimbingan kepada para siswa sebab para siswa akan merasa kesulitan dalam menghafal ayat-ayat yang akan dihafalkannya sehingga dikhawatirkan para siswa tidak mampu untuk memenuhi target menghafal 5 juz. Oleh karena itu, kecerdasan yang berbeda dari siswa menjadi masalah bagi guru sebab perbedaan dibidang kecerdasan menyebabkan perbedaan di bidang minat dan bakat sehingga perbedaan tersebut juga menyebabkan manusia memiliki kelebihan dan kekurangan di bidang yang lain yang dapat menyebabkan prestasi belajar dari siswapun menjadi berbeda (Sa’dulloh, 2008:77). 7. Alokasi waktu Dalam mengajar para siswa untuk menghafal AlQur’an dibutuhkan waktu yang panjang, sebab waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga, Abdurrazzaq juga menjelaskan bahwa memilih waktu yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk menghafal Al-Qur’an sebab tidak sepantasnya seseorang menghafal Al-Qur’an pada waktu yang sempit maupun ketika seorang penghafal dalam keadaan jenuh (Al-Ghaustani, 2010:58). Di SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah, menghafal Al-Qur’an untuk program intrakurikulernya, tahfiz Al-Qur’an diajarkan pada pagi hari yang dimulai dari hari senin sampai hari kamis kemudian dilanjutkan lagi pada hari minggu, setiap tatap muka tahfiz AlQur’an diajarkan selama 1 jam pelajaran sehingga dalam lima hari tahfiz Al-Qur’an diajarkan selama 5 jam pelajaran. Guru
58
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
yang mengajar terlihat seperti tergesa-gesa dengan waktu yang singkat sedangkan jumlah siswa yang diajarkan oleh masing-masing guru disetiap kelompok berjumlah 7 atau 8 orang siswa sehingga para guru tidak merasa puas untuk memberikan bimbingan kepada para siswanya. Selain dari problematika yang dihadapi guru di atas, para siswa juga mengalami masalah dalam menghafal Al-Qur’an. Adapun problematika yang dihadapi siswa dalam menghafal AlQur’an yaitu: 1. Belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik Seorang yang ingin menghafal Al-Qur’an namun belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik maka akan menjadi masalah bagi para penghafal. Hal ini juga dijelaskan oleh Abdul Ra’uf, bahwa penghafal yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan belum lancar akan merasakan dua beban ketika menghafal yaitu beban membaca dan beban menghafal (Abdul Ra’uf, 2004:84). Sehingga jika seorang ingin menghafal Al-Qur’an maka kendala yang seperti ini harus segera diatasi. 2. Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an Rasa malas ketika menghafal Al-Qur’an akan dihadapi oleh orang yang menghafal Al-Qur’an, terlebih lagi jika yang menghafal Al-Qur’an itu para siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah yang belum tentu para siswa hanya memfokuskan untuk menghafal Al-Qur’an saja tanpa adanya kegiatan-kegiatan yang lain yang harus dikerjakan. Para siswa ketika menghafal Al-Qur’an akan menemukan berbagai macam masalah yang akhirnya masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa dapat menimbulkan rasa malas untuk menghafal. sifat malas merupakan perbuatan syaitan yang harus dihindari serta sifat malas juga juga sebagai godaan dan cobaan kepada seorang penghafal di dalam menghafal Al-Qur’an (Muhaimin Zen, 1985:40).
59
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
3. Kesulitan dalam menghafal ayat-ayat yang bacaannya sama Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang bacaannya sama yang menyebabkan para siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah terkadang menukarkan posisi ayat-ayatnya ketika para siswa menyetorkan hafalannya kepada seorang guru. Hal ini dijelaskan oleh Abdul Ra’uf, bahwa ayat-ayat yang serupa kadang-kadang suka menjengkelkan bagi para penghafal Al-Qur’an. Untuk itu, siswa tidak perlu berkecil hati (Abdul Ra’uf, 2004:85). Namun masalah ini juga harus segera diatasi oleh para siswa yang menghafal Al-Qur’an agar hafalannya bisa ditingkatkan. 4. Sering lupa pada ayat yang sudah dihafalkan Lupa menjadi salah satu problematika atau masalah bagi siswa SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah dalam menghafal Al-Qur’an, baik itu lupa dalam mengingat hafalan yang sudah dihafal sebelumnya ataupun lupa pada ayat yang baru saja dihafal. Lupa akan dialami oleh setiap orang sebab yang dimaksud dengan lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah dipelajari (Tohirin, 2008:37). Oleh karena itu, Allah SWT telah menjadikan sifat lupa sebagai tabiat dasar umat manusia. Diantara penyebab lupanya seseorang terhadap hafalan Al-Qur’an adalah karena kurangnya muraja’ah (mengulang-ulang) dan mengingat-ingat hafalan Al-Qur’an atau karena banyaknya pekerjaan dan kesibukan yang harus dikerjakan (Al-Ghaustani, 2010:37-38). 5. Kesehatan siswa yang dapat mengganggu konsentrasi belajar Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga, sebab ketika seseorang dalam keadaan sakit, maka tidak menutup kemungkinan segala sesuatu yang dikerjakan tidak akan bisa tercapai sesuai dengan harapan. Begitu juga bagi para siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah ketika menghafal Al-Qur’an dalam keadaan sakit, maka para
60
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
siswa akan sulit untuk berkonsentrasi dalam menghafal ayatayat yang ditugaskan oleh guru maupun dalam hal mengingat hafalan ayat-ayat yang sudah dihafalkan sebelumnya. Oleh karena itu, kesehatan seseorang yang menghafal Al-Qur’an, baik kesehatan fisik maupun psikis harus selalu dijaga supaya pencapaian target hafalan tidak terganggu (Sa’dulloh, 2008:68). Solusi yang Dilakukan Guru untuk Mengatasi Problematika dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Tahun Pelajaran 2012/2013 Dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah maka tidak menutup kemungkinan seorang guru tidak akan mengalami suatu problem atau masalah dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an, baik masalah yang muncul dari guru amupun dari siswa. Sebagai seorang guru tentu saja masalah-masalah tersebut tidak akan dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada solusi yang ditempuh sebab tanpa adanya solusi, maka target menghafal Al-Qur’an yang sudah ditentukan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, solusi yang ditempuh guru untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah yaitu sebagai berikut: 1. Kurangnya tenaga guru Adapun solusi yang ditempuh untuk mengatasi problematika ini yaitu menambah jumlah guru dengan cara membuka lowongan kerja bagi para guru, tentunya guru-guru yang memiliki kompetensi mengajar dan memiliki kompetensi dalam menghafal Al-Qur’an agar guru mampu untuk membimbing dan mengajarkan para siswa untuk menghfal AlQur’an. Keberadaan seorang guru dalam dunia pendidikan
61
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
sangatlah diperlukan terlebih lagi di dalam Islam kedudukan guru amatlah tinggi sebab guru adalah pembimbing dan sebagai penasihat, jika tidak ada guru, maka manusia akan menjadi hewan lantaran tidak ada pengajaran dan bimbingan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:123). 2. Adanya siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik Bagi siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, maka solusi yang dilalakukan guru untuk mengatasi ini yaitu, guru terlebih dahulu melihat kemampuan para siswa dalam membaca Al-Qur’an, jika para siswa belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, maka guru memberikan bimbingan kepada para siswa untuk membaca Iqra’ kemudian dinaikkan ke tingkatan tahsin, yaitu tingkatan dalam bentuk para siswa membaca Al-Qur’an juz awal sekaligus diajarkan hukum bacaan tajwid, kemudian barulah guru mulai memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memasuki tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan tahfiz Al-Qur’an yaitu para siswa mulai untuk menghafal Al-Qur’an yang dimulai dari juz 30 sampai 26 barulah dilanjutkan ke juz awal. Abdul Ra’uf juga menjelaskan bahwa “ketika para siswa belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik, maka guru bisa menciptakan kemampuan membaca satu hari satu juz secara terus menerus dengan latihan yang banyak dan mendengarkan bacaan para qari’ yang bagus bacaannya sehingga lidah akan semakin mudah melafazhkan ayat-ayat Al-Qur’an” (Abdul Ra’uf, 2004:84). 3. Kesehatan dari guru yang dapat mengganggu konsentrasi dalam mengajar Kesehatan guru menjadi problematika ketika mengajar di kelas sehingga solusi yang dilakukan guru SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah untuk mengatasi hal tersebut yaitu, menjaga kesehatan dengan cara berolahraga dan
62
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
berkonsultasi dengan dokter agar kesehatan guru tetap terjaga. Hal ini juga dijelaskan oleh Amir, bahwa “sebagai seorang guru, maka guru harus menjaga kesehatannya dengan cara, bagi setiap guru harus diadakan pemeriksaan dengan teliti mengenai keadaan kesehatan tubuh secara umum yang biasanya dituntut pemeriksaan oleh dikter pemerintah” (Indrakusuma, 1973:174). 4. Kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal Dalam menghafal Al-Qur’an para siswa SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah kurang termotivasi sehingga problematika ini diatasi dengan cara, guru memberikan motivasi kepada siswa baik motivasi dalam bentuk pemberian hadiah maupun dengan memberikan pujian kepada para siswa sebab motivasi memiliki beberapa fungsi, menurut Oemar Hamalik dalam Fathurrohman diantaranya motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan sekaligus penggerak prilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:20). Oleh karena itu motivasi sangatlah perlu untuk diberikan kepada ornag yang menghafal Al-Qur’an. 5. Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an Rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an menjadi masalah juga bagi guru sehingga solusi yang dilakukan untuk mengatai hal ini yaitu dengan cara, guru memberikan motivasi berupa masukan atau saran kepada siswa. Sebab motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:19). Selain dari motivasi guru juga membuat kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantu para siswa untuk bisa menghilangkan rasa malas dari diri siswa sebab para siswa bisa menghafal Al-Qur’an bersama dengan teman-temannya yang dapat memberi motivasi tersendiri bagi
63
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
para siswa sehingga rasa malas yang ada pada diri siswa menjadi berkurang. 6. Adanya kecerdasan yang berbeda dari para siswa Faktor kecerdasan menjadi sesuatu yang sangat menentukan tingkat keberhasilan sebab semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses (Syah, 2010:148). Kecerdasan menjadi maslah bagi guru sehingga solusi yang harus dilakukan guru untuk mengatasinya, yaitu dengan cara, guru menyesuaikan dengan kemampuan otak siswa ketika menghafal, biasanya guru tidak memaksa kehendaknya ketika mengajar, guru memberikan bimbingan dalam bentuk pemberian tugas untuk menghafal 3 sampai 10 baris secara serius tetapi santai agar para siswa tidak merasa tertekan dalam menghafal Al-Qur’an. 7. Alokasi waktu Waktu yang tersedia untuk mengajar para siswa menghafal Al-Qur’an menjadi problem atau maslah bagi guru sehingga solusi yang dilakukan oleh guru untuk mengatasinya yaitu dengan cara, menambah jumlah jam pelajaran menghafal Al-Qur’an menjadi dua jam walaupun memang tidak diajarkan selama tiap minggunya, guru bisa mengajarkan menghafal Al-Qur’an setiap hari senin sampai rabu dengan jumlah waktu dua jam tiap jam pelajaran atau setiap tatap muka sehingga dalam satu minggu menghafal AlQur’an diajarkan dalam waktu enam jam agar para siswa dapat berkonsentrasi juga pada mata pelajaran yang lain sebab menajemen waktu yang baik akan berpengaruh besar terhadap pelekatan materi hafalan terutama bagi mereka yang mempunyai kesibukan lain selain menghafal (Al-Hafidz, 2000:59).
64
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Selain solusi di atas, para siswa juga berusaha untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam menghafal AlQur’an yaitu: 1. Belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik Di dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan kemampuan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik sehingga solusi yang dilakukan siswa untuk mengatasi problematika seperti ini yaitu dengan cara belajar membaca Iqra’ dengan bimbingan guru dan dilanjutkan ketingkatan tahsin kemudian barulah siswa mulai untuk menghafal Al-Qur’an. Ahsin menjelaskan bahwa sebelum seorang penghafal melangkah pada periode menghafal, maka hendaklah ia terlebih dahulu meluruskan bacaannya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid dan memperlancar bacaannya kemudian membiasakan lisan dengan fonetik Arab (Al-Hafidz, 2000:55). 2. Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an Rasa malas, tidak sabar dan berputus asa ketika menghafal dapat diatasi dengan cara menyadari bahwa dalam menghafal Al-Qur’an diperlukan kerja keras dan kesabaran yang terus menerus dari seorang penghafal Al-Qur’an. Untuk itu, sebelum menghafal Al-Qur’an seorang penghafal harus meyakini secara benar tujuan menghafal dan fadilah menghafal Al-Qur’an agar rasa malas dan berputus asa yang dialami seorang penghafal bisa teratasi sebab siapapun bisa memiliki peluang untuk menjadi hafizh Al-Qur’an 30 juz selama seorang penghafal bersabar, bersemangat dan tidak berputus asa (Abdul Ra’uf, 2004:74). Rasa malas yang dihadapi siswa tidak mungkin dibiarkan begitu saja agar para siswa tidak melupakan hafalan Al-Qur’annya. Oleh karena itu, siswa SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah ketika menghadapi problematika ini, biasanya para siswa berusaha untuk memotivasi diri sendiri dan tetap bekerja keras tanpa menyerah untuk tetap menghafal ataupun dengan meminta
65
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
masukan kepada guru tahfiz agar rasa malas yang dihadapi bisa teratasi. 3. Kesulitan dalam menghafal ayat-ayat yang bacaannya sama Adapun solusi yang dilakukan untuk mengatasi problematika ini yaitu dengan cara lebih memfokuskan lagi ayat-ayat yang bacaannya sama kemudian ayat-ayat yang bacaannya sama tersebut dibaca secara berulang-ulang agar ketika muraja’ah ayat yang sama tersebut tidak tertukar. Abdul Ra’uf menjelaskan bahwa “para siswa jangan sampai berkecil hati sebab solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala ini yaitu dengan memberikan perhatian lebih terhadap ayat-ayat yang tidak serupa kemudian dengan memperbanyak pengulangan pada ayat-ayat yang serupa sehingga dapat memudahkan bagi siswa yang menghafal AlQur’an” (Abdul Ra’uf, 2004:85). 4. Sering lupa pada ayat yang sudah dihafalkan Adapun solusi yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Islam Terpadu Abu Hurairah dalam mengatasi problematika ini yaitu dengan cara tetap muraja’ah, baik muraja’ah yang dilakukan di sekolah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler maupun dengan muraja’ah di rumah agar hafalan yang sudah dihafalkan sebelumnya maupun hafalan yang baru dihafalkan tetap melekat di ingatan. Muhaimin menjelaskan bahwa “solusi untuk mengatasi lupa terhadap hafal Al-Qur’an yaitu dengan cara, sebelum memperdengarkan hafalan kepada guru, maka terlebih dahulu hafalan yang semula sudah dihafal dengan lancar harus diulangi lagi seperti hafalan yang baru sehingga seorang penghafal akan merasakan hasil hafalan yang mantap dibanding dengan hafalan yang pertama” (Muhaimin Zen, 1985:40-41). 5. Kesehatan siswa yang dapat mengganggu konsentrasi belajar
66
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Kesehatan seseorang, baik kesehatan fisik maupun psikis yang sedang menghafal Al-Qur’an harus selalu dijaga, supaya pencapaian target hafalan tidak terganggu. Gangguan pada fisik dapat dicegah dengan cara banyak berolah raga, memeriksakan kesehatan ke dokter maupun dengan cara menjaga diri agar tidak kurang tidur, sedangkan gangguan pada psikis dapat dicegah dengan cara sering berkomunikasi dengan teman atau guru dan selalu berperinsip santai, serius, suksesSa’dulloh, 2008:68). SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah biasanya mengatasi problematika seperti ini dengan cara, guru memberikan masukan kepada siswa untuk segera berkonsultasi kesehatan secara langsung dengan dokter yang dipekerjakan oleh sekolah sebab sekolah sudah menyediakan UKS yang langsung ditangani oleh Dr. Nusairi Sp. Rad sehingga dapat membantu siswa yang mengalami gangguan kesehatan serta para siswa juga berolahraga untuk menghindari diri dari berbagai macam penyakit. Catatan Akhir Berdasarkan dari hasil temuan data dan pembahasan yang telah peneliti kemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Upaya yang dilakukan oleh guru untuk dapat meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: (a) Membuat kegiatan ekstrakurikuler tahfiz Al-Qur’an (b) Memberikan motivasi kepada para siswa (c) Memberikan tugas dan hukuman kepada para siswa yang tidak mengerjakan tugas (d) Membimbing para siswa untuk tetap muraja’ah (e) Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar siswa diantaranya metode tahfiz, talaqqi, takrir dan lain sebagainya.
67
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
2. Problematika yang dihadapi guru dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: (a) Kurangnya tenaga guru yang mengajarkan tahfiz AlQur’an (b) Adanya siswa yang belum mampu membaca AlQur’an dengan baik (c) Kesehatan dari guru yang dapat mengganggu konsentrasi mengajar (d) Kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal (e) Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal Al-Qur’an (f) Adanya kecerdasan yang berbeda dari para siswa (g) Alokasi waktu. 3. Solusi yang dilakukan guru untuk mengatasi problematika dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an pada siswa kelas VII SMP Islam Terpadu putri Abu Hurairah tahun pelajaran 2012/2013 yaitu: a. Kurangnya tenaga guru: Hal ini diantisipasi dengan menambah jumlah guru tahfiznya dengan membuka lowongan kerja. b. Adanya siswa yang belum mampu membaca Al-Qur’an secara baik: Solusi untuk mengatasi hal ini yaitu dengan membimbing siswa membaca Iqra’ kemudian tahsin selanjutnya mulai menghafal Al-Qur’an. c. Kesehatan dari guru yang dapat mengganggu konsentrasi mengajar: Solusi untuk mengatasi hal ini yaitu dengan cara menjaga kesehatan dengan tetap berolahraga dan tetap berkonsultasi dengan dokter. d. Kurangnya motivasi dari siswa dalam menghafal: Solusi untuk mengatasi problematika ini yaitu dengan memberikan motivasi kepada siswa. e. Adanya rasa malas dari diri siswa ketika menghafal AlQur’an: Solusi untuk mengatasi problematika ini yaitu dengan memberikan motivasi berupa masukan serta membuat kegiatan ekstrakurikuler.
68
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
f. Adanya kecerdasan yang berbeda dari para siswa: Solusi untuk mengatasi hal ini yaitu dengan menyesuaikan dengan kemampuan otak siswa. g. Alokasi waktu: Solusi untuk mengatasi problematika ini yaitu dengan menambah jumlah jam pelajaran menghafal Al-Qur’an. Daftar Pustaka Abdul Aziz Abdul Rauf. Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah. Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Cv Pustaka Setia, 2005. Abuddin Nata. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2010. Ahmad Ali Budaiwi. Imbalan dan Hukuman Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak. Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Ahmad Muhaimin Zen. Tata Cara/Problematika Menghafal AlQur’an dan Petunjuk-Petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985. Ahmad Salim Badwilan. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jogjakarta: Diva Press, 2011. Ahsin W.Al-Hafidz. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara, 2000. Amir Daien Indrakusuma. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1973. Burhanuddin Abdullah. Pendidikan Islam Sebagai Sebuah Disiplin Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Prisma, 2010. Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. cet 12 Jakarta:Bumi aksara, 2010. Departemen Agama RI. Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005.
69
El-HIKMAH, Volume 7, Nomor 1, Juni 2013
Djam’an Satori Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta,2012. Dzamarah dan Zen. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2010. Heri Juhaeri Muchtar. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Imam Nawawi. Riyadhus Sholihin, ter. Agus Hasan Bashori AlSanuwi dan Muhammad Syu’aib Al-Faiz Al-Sanuwi. Surabaya: Duta Ilmu, 2005. Lexi J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Yarasin, 2000. Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafiindo Persada, 2010. Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama, 2007. Ramayulis. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2008. Rosihon Anwar. Ulumul Quran. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008. Saad Riyadh. Ingin Anak Anda Cinta Al-Qur’an? Solo: Aqwam, 2008. Sa’dullah. 9 cara praktis menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani, 2008. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.(Bandung: Alfabeta, 2011. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Mataram: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2011.
70
Upaya Guru dalam... (Supardi & Ilfiana)
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008. Umi Chulsum & Windy Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko, 2006. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976. Yahya bin Abdurrazzaq Al-Ghaustani. Cara Mudah dan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Imam AsySyafi’i, 2010. Zakiah Daradjat. Dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011. Zakiah Dardjat. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.
71