ESSAY STUDY EXCURSIE
BHINEKA TUNGGAL IKA
Della Arfentia Vadmara S1 Kedokteran Hewan 061211133120
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2012/2013
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 1
A. Judul Bhineka Tunggal Ika di Lamongan
B. Pengantar Indonesia merupakan negara kepulauan. Menurut catatan di Indonesia terdapat 17.508 pulau. Sebanyak 11.808 pulau (67%) belum diketaui namanya, sehingga yang dikenal namanya sekitar 5700 pulau (33%). Karena Indonesia memiliki puluhan ribu pulau maka perbedaan-perbedaan seringkali kita jumpai. Semua yang ada di dunia ini penuh dengan perbedaan mulai dari perbedaan antara individu (yang paling sederhana), antara keluarga, antara kota dengan kota ataupun kota dengan desa, perbedaan antara daerah, bahkan yang lebih kompleks adalah perbedaan antara pulau yang satu dengan yang lainnya. Dari daerah bahkan pulau perbedaan yang paling sering terjadi dan yang paling sering menjadi bahan pembicaraan adalah perbedaan agama, bahasa, dan tingkah laku. Dan apabila di dalam perbedaan-perbedaan tersebut terlalu dibesar-besarkan maka Negara ini diambang batas kehancuran. Seringkali perdebatan dalam mengagung-agungkan kebudayaan sendiri dan merendahkan kebudayaan orang lain. Padahal jika kita melihat lebih jeli lagi kita akan menemukan suatu rahmat keanugrahan dalam perbedaan, dapat kita bayangkan apabila kebudayaan suatu pulau sama dengan pulau-pulau yang lain, bahkan setiap individu memiliki warna kulit yang sama, rambut yang sama, bahasa yang sama, perilaku yang sama, dan latarbelakang yang sama pula. Maka dalam kehidupan ini tidak akan ada warna yang berbeda semua serba sama dan akhirnya menimbulkan kebosanan dalam kehidupan ini. Dan apabila kita ubah pola piker (main set) kita terhadap perbedaan, kita dapat merasakan warnawarni yang indah di kehidupan ini kita dapat mempelajari bahasa lain, kita dapat mempelajari kesenian daerah lain, serta kita dapat belajar dari kebudayaan lain. Sehingga kita dapat bersyukut atas keberagaman yang telah di ciptakan-Nya.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 2
Dan apabila kita ambil sikap positif dari perbedaan, kedamaian, kesejahteraan, serta persatuan dapat dijaga dan selalu terjaga. Sehingga dari perbedaan itu kita memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yaitu berbeda-bead namun tetap satu jua semboyan ini dipilih oleh para pendiri Negara kita karna semboyan itu sesuai dengan keadaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia dari berbagai suku, agama, dan ras. Akan tetapi bangsa Indonesia merupakan satu kesatuan yang utuh
C. Konsep Pokok Dari temanya “ peradaban lintas agama dan budaya” konsep yang tertanam adalah dari suatu daerah dan suatu wilayah mempunyai kebudayaan dan keagamaan sendirisendiri, hanya bahgaimana kita mengolah pola piker terhadap perbedaan yang ada dan menjadikan suatu apresiasi terhadap kebudayaan lain sehingga dapat memahami arti subuah keberagaman dan dari situ kita dapat menjadikan suatu pembelajaran yang berarti, sehingga kesatuan dapat terwujud.
D. Pembahasan 1. Kantor Bupati Lamongan atau Pendopo Lamongan
Di pendopo, kami disambut oleh bupati lamongan dan jajarannya. Bahkan kami disalami oleh bapak bupati padahal kami hanya mahasiswa tingkat bawah namun senyuman bapak bupati sangat hangat. Lalu kami membaca deklarasi bersama yang diteruskan dengan materi dari direktur kemahasiswaan tentang kebhinekaan dan menyarankan bahwa kita sesame manusia harus saling menghormati, dan menghargai. Dilanjutkan denagn materi bapak bupati lamongan bahwa intinya di lamongan ini terdapat salah satu wali songo yang bernama Sunan Drajat yang membawa dampak sangat baik bagi masyarakat lamongan pada khususnya selama bertahun-tahun lamanya, karnanya pertumbuhan ekonomi sekarang terus meningkat.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 3
2.
Studi Lapang di Balai Desa “Pancasila” Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilometer dari kota Lamongan. Desa Balun merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan bonorowo sehingga masuk daerah yang rawan banjir seperti umumnya daerah lain di kabupaten Lamongan. Desa Balun juga dibelah oleh sebuah sungai yang bermuara di Bengawan Solo. Desa ini dinamakan desa Balun dikarenakan di mana kata Balun berasal dari nama “Mbah Alun” seorang tokoh yang mengabdi dan berperan besar terhadap terbentuknya desa balun sejak tahun 1600-an. Mbah Alun yang dikenal sebagai Sunan Tawang Alun I atau Mbah Sin Arih konon adalah Raja Blambangan bernama Bedande Sakte Bhreau Arih yang bergelar Raja Tawang Alun I yang lahir di Lumajang tahun 1574. Dia merupakan anak dari Minak Lumpat yang menurut buku babat sembar adalah keturunan Lembu Miruda dari Majapahit (Brawijaya). Mbah Alun belajar mengaji di bawah asuhan Sunan Giri IV (Sunan Prapen). Selesai mengaji beliau kembali ke tempat asalnya untuk menyiarkan agama Islam sebelum diangkat menjadi Raja Blambangan. Selama pemerintahannya (tahun 1633-1639) Blambangan mendapatkan serangan dari Mataram dan Belanda hingga kedaton Blambangan hancur. Saat itu Sunan tawang Alun melarikan diri ke arah barat menuju Brondong untuk mencari perlindungan dari anaknya yaitu Ki Lanang Dhangiran (Sunan Brondong), lalu diberi tempat di desa kuno bernama Candipari (kini menjadi desa Balun) untuk bersembunyi dari kejaran musuh. Disinilah Sunan Tawang Alun I mulai mengajar mengaji dan menyiarkan ajaran Islam sampai wafat Tahun 1654 berusia 80 tahun sebagai seorang Waliyullah. Sebab menyembunyikan identitasnya sebagai Raja, maka beliau dikenal sebagai seorang ulama dengan sebutan Raden Alun atau Sin Arih. Sunan Tawang Alun I sebagai ulama hasil gemblengan Pesantren Giri Kedaton ini menguasai ilmu Laduni, Fiqh, Tafsir, Syariat dan Tasawuf. Sehingga dalam dirinya dikenal tegas, kesatria, cerdas, Alim, Arif, persuatif, dan yang terkenal adalah sifat toleransinya terhadap orang lain, terhadap budaya lokal dan toleransinya terhadap agama lain. Desa tempat makam Mbah Alun ini kemudian disebut Desa Mbah Alun dan kini Menjadi Desa Balun, Kecamatan Turi.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 4
Pasca G 30S PKI tepatnya tahun 1967 Kristen dan Hindu mulai masuk dan berkembang di Desa Balun. Berawal dari adanya pembersihan pada orang-orang yang terlibat dengan PKI termasuk para pamong desa yang diduga terlibat. Akibatnya terjadi kekosongan kepala desa dan perangkatnya. Maka untuk menjaga dan menjalankan pemerintahan desa ditunjuklah seorang prajurit untuk menjadi pejabat sementara di desa Balun. Prajurit tersebut bernama Pak Batih yang beragama Kristen. Dari sinilah Kristen mulai dapat pengikut, kemudian pak Batih mengambil teman dan pendeta untuk membabtis para pemeluk baru. Karena sikap keterbukaan dan toleransi yang tinggi dalam masyarakat Balun maka penetrasi Kristen tidak menimbulkan gejolak. Disamping itu kristen tidak melakukan dakwah dengan ancaman atau kekerasan. Pada tahun yang sama yakni 1967 juga masuk pembawa agama Hindu yang datang dari desa sebelah yaitu Plosowayuh. Adapun tokoh sesepuh Hindu adalah bapak Tahardono Sasmito. Agama hindu inipun tidak membawa gejolak pada masyarakat umumnya. Masuknya seseorang pada agama baru lebih pada awalnya lebih disebabkan oleh ketertarikan pribadi tanpa ada paksaan. Sebagai agama pendatang di desa Balun, Kristen dan Hindu berkembang secara perlahan-lahan. Mulai melakukan sembahyang di rumah tokoh-tokoh agama mereka, kemudian pertambahan pemeluk baru dan dengan semangat swadaya yang tinggi mulai membangun tempat ibadah sederhana dan setelah melewati tahap-tahap perkembangan sampai akhirnya berdirilah Gereja dan Pura yang megah. Desa Balun ini merupakan Desa Pancasila. Study excursie ini bermakna bahwa pembelajaran tentang Desa Balun ini agar kitasebagai mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan di desa-desa lainnya seperti Desa Balun. Desa Balun ini juga selain disebut Desa Pancasila juga merupakan desa yang mempunyai kebhinekaan yang tinggi, dimana Desa Balun ini didalamnya terdapat 3 pemeluk agama yaitu Kristen, Islam dan Hindu. Walaupun mayoritas islam namun mereka melaksanakangotong royong dan sabagainya itu tanpa memandang bulu. Mereka tidak mempermasalahkan itu. Di Desa ini pula juga ada 3 tempat ibadah (pura, masjid dan gereja) yang tidak jauh juga , hanya terpisahkan oleh lapangan. Warga Desa Balun sangat mengutamakan kerukunan antar warga. Ditekankan lagi bahwa ada toleransi yang ada di desa Balun ini tidak dibuat-buat, tetapi toleransi yang mengalir seperti air. Agama Islam menghormati apabila agama hindu sedang beribadat begitu pula dengan agama hindu. Sebagai contohnya, pas waktuagama Hindu merayakan Hari Nyepi,maka salon yang ada di speaker suaranya tidak akan mengganggu pemeluk agama hindu. Toleransi beragama di desa Balun sangat baik. Warga desa Balun bisa rukun dikarenakan kerukunan ini tidak lepas dari pengawasan Kepala Desa , tokoh-tokoh agama , yang sangat berperan aktif. Namun yang paling berperan ini adalah budaya. Sehingga orang yang merdeka ini adalah orang yang mampu bekerja sama dengan orang lain tanpa membedakan orang lain (menghidupkan orang lain dalam kebangsaan).
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 5
3. Pondok Pesantren Sunan Drajat , Paciran, Lamongan Ponpes yang terletak di Desa Banjaranyar, Kecamatan Paciran, ini mengasuh sekitar 10 ribu santri dari tingkat ibtidaiah (SD), sanawiah (SMP), aliah (SMA), hingga perguruan tinggi. Menurut penuturan Sekjen Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kholid Syeirozi, banyak ponpes di Jawa Timur mengalami penurunan jumlah santri, tetapi tidak untuk Pesantren Sunan Drajat. "Jumlah santri di pesantren ini terus meningkat tiap tahunnya. Ini berbeda dengan pondok-pondok lainnya di Jawa Timur yang mengalami penurunan jumlah santri," tutur Kholid. Dahulu Raden Qosim yang dikenal sebagai Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel yang diutus Ayahandanya untuk membantu Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu dari Paciran pesisir pantai utara Lamongan dalam penyebaran agama Islam. Dalam perkembangannya, Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di tanah Drajat (sekarang ditempati Pondok putrid Sunan Drajat) yang kemudian dikembangkan di desa Drajat ( Tempat makam Sunan Drajat). Sepeninggal Sunan Drajat, pondok pesantren yang beliau tinggalkan mengalami pasang surut hinga akhirnya tinggallah puing-puing bekas Musholla dan sumur yang dibangun tahun 1426. Pada tanggal 7 September 1977, salah seorang keturunan Sunan Drajat merasa terpanggil jiwanya, karena melihat masyarakat sekitar yang sesat. Dengan berbekal ilmu kanugrahan yang dimiliki KH Abdul Ghofur mengumpulkan para pemuda sambil mengajarkan ilmu agama, ilmu kanuragan serta ilmu pengobatan. Jumlah santri yang semula hanya beberapa orang, menjadi ribuan. Hingga tahun 1990an telah berhasil memiliki lembaga formal MI, MTs dan MA.
E. Simpulan dan Saran Simpulan Keberagaman dan perbedaan merupakan suatu nikmat, rahmat, dan anugrah yang harus kita syukuri. Karna di dalam perbedaan terdapat warna, dan jika kita buat “lingkaran warna” dan jika kita putar warna tersebut maka hasil akhirnya adalah putih yang melambangkan kesucian.
Saran Perbeadaan yang ada di dunia ini hendaknya kita kita syukuri dan kita jadikan suatu pembelajaran hidup bahwa hidup itu indah karna penuh dengan warna
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 6
F. Daftar Pustaka Sujana, I Nyoman Naya, 2010. Excellence With Morality. Mutiara Jatidiri Universitas Airlangga dan Identitas Kebangsaan, Bayu Media, Malang http://www.crayonpedia.org/mw/MENGHARGAI_KERAGAMAN_SUKU_BAN GSA_DAN_BUDAYA_4.1_TANTYA_HISNU
Adib,Mohammad,2012. Dialog Peradaban Lintasa Agama Dan Budaya : Kebhinekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, Dan Solidaritas Sosial Terbuka.
http://madib.blog.unair.ac.id/jatidiri-and-characters/makalah-study-excursie-2012/ 7