PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BRINGIN TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL
Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan guna memenuhi sebagian prasyarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Verra Dwi Utami 202009009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013
PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 1 BRINGIN TAHUN AJARAN 2012/2013 Verra Dwi Utami, Sutriyono, Novisita Program Studi S1 Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga, Indonesia e-mail:
[email protected] Abstract This thesis aims to compare the results of a significant study mathematics among students who are likely to have type A personalities and students who likely to have a personality type B. The problem that arises is "Are there differences in mathematics achievement is reviewed of personality types in class VII in Junior High School 1 Bringin Academic Year 2012/2013?". The problem solving is done by proving the hypothesis that has been proposed and tested in Junior High School 1 Bringin. Research subjects taken purposive sampling and totaled 66 students. Measuring instruments using two questionnaires that type of personality questionnaires and achievement s math questionnaires. Information materials were analyzed by using different test (Independent T Test) based on the results of the Equal Variance Assumed by 0.008 smaller than 0.05, so it was concluded that H1 is accepted, which means there are significant differences in mathematics achievement between students who have personality type A with students who have type B personality in Junior High School 1 Bringin Academic Year 2012/2013. Keywords: Achievement , Personality Type, Type A Personality and Personality Type B. A. Pendahuluan Tingkat kelulusan ujian nasional pada tahun ajaran 2012 sudah sangat memuaskan, hal tersebut menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia semakin membaik. Salah satunya tampak dari hasil ujian nasional tingkat SMP/sederajat yang memiliki jumlah peserta ujian nasional sebanyak 3.697.865 siswa dan hanya 15.945 siswa yang tidak lulus. Tidak sedikit siswa yang mendapat nilai seratus tak terkecuali mata pelajaran matematika, akan tetapi pelajaran matematika juga menempati urutan pertama penentu ketidaklulusan terbanyak dibandingkan nilai hasil ujian mata pelajaran lain yang diujikan. Nilai hasil ujian yang diperoleh siswa merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dari proses kegiatan belajar mengajar, seperti yang diungkapkan oleh Sudjana (2003) bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai siswa setelah proses belajar yang biasanya ditunjukkan dengan nilai atau skor. Nilai atau skor digunakan sebagai alat pengukur pada hasil tes sehingga pengajar dapat mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ekstern (Slameto, 2002). Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain: faktor jasmani, faktor kelelahan dan faktor psikologis, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu yang digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut guru harus mengetahui dan memperhitungkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik kepribadian siswa yang disebabkan oleh perbedaan pengaruh, baik dari fakor intern maupun ekstern karena dapat mempengaruhi jalannya proses dan 1
hasil belajar siswa yang bersangkutan. Karakteristik kepribadian seseorang tampak pada dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berpikir dan cara bertindak (Fajriyah, 2007). Sikap, cara berpikir dan bertindak itu dapat dipastikan tidak selalu sama antar individu yang satu dengan yang lain begitu pula dengan karakteristik kepribadian siswa yang berbeda dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengakibatkan perbedaan prestasi belajar atau hasil belajar yang berbeda pula. Perbedaan tipe kepribadian setiap siswa telah diungkapkan Cattel (1982) bahwa kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang berbeda dalam situasi tertentu. Kerpibadian siswa tercemin dari pola dan ciri-ciri perilaku mereka seperti suka bekerja keras, disiplin, pemalu, santai atau suka menyendiri. Tipe-tipe kepribadian telah banyak diungkapkan oleh para ahli psikologi, antara lain: tipe hardiness (kepribadian ketabahan), tipe kepribadian introver-ekstrover, kepribadian tipe A dan tipe B, kepribadian oral, anala dan kepribadian phallic serta lain sebagainya. Setiap dimensi dasar kepribadian memiliki ciri-ciri yang saling bertolak belakang, salah satu contohnya yaitu antara kepribadian tipe A dengan kepribadian tipe B. Menurut Friedman (1999) berpendapat bahwa kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri seperti berikut: a) gaya bicara tajam dan sangat agresif, b) berbicara dan berjalan cepat, c) tidak sabar terhadap orang yang lamban, d) suka memotong pembicaran orang lain, e) sering mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan, f) mengarah terhadap hal-hal yang sepatutnya dihargai, g) merasa bersalah bila santai dan sulit tenang setelah selesai bekerja, h) bila disaingi tipe A lainnya akan timbul keributan, i) tidak ada perhatian dan tidak dapat mengingat rincian suatu ruangan, j) percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan lebih cepat, sehingga ia terus bekerja dengan cepat. Sedangkan kepribadian tipe B mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) gaya bicara lamban dan santai, b) berbicara dan berjalan dengan santai, c) sabar, d) mengerjakan suatu pekerjaan satu persatu, d) lebih bisa memahami orang lain, e) mengerjakan sesuatu tanpa memaksakan diri, f) melakukan permainan sebagai suatu kesenangan bukan kemenangan, g) sulit untuk terus terang karena takut menyinggung perasaan orang lain. Hasil penelitian yang berhubungan dengan kepribadian telah dilakukan oleh Anggriani (1999) yang berjudul “Perbedaan Motif Berprestasi Berdasarkan Tipe Kepribadian A dan B Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Gunadarma” menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang sangat signifikan motif berprestasi berdasarkan kepribadian tipe A dan tipe B pada mahasiswa Fakultas Psikologi Gunadarma. Selain itu penelitian yang berhubungan antara hasil belajar dengan kepribadian telah dilakukan oleh Paramitha (2010) yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa universitas Malang sebagian besar berkepribadian ekstrovert yang memiliki predikat prestasi sangat memuaskan. Sementara itu, Christian (2011) telah melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Prestasi Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Introvert dan Siswa Berkepribadian Ekstrovert”. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan rata-rata nilai signifikan pada siswa berkepribadian introvert dan berkepribadian ekstrovert. Namun pada kenyataannya, kemampuan dan kecerdasan kognitif siswa sering dikaitkan dengan kepribadian extrovert. Kepribadian extrovert cenderung lebih cepat mengeluarkan pendapat, kreatif dan lebih bersikap terbuka. Sebaliknya tipe kepribadian introvert cenderung santai, kurang berani mengambil resiko atau hati-hati setiap mengambil keputusan, menutup diri dan pasif. Begitu juga dengan kepribadian tipe A dan tipe B yang saling bertolak belakang. Kepribadian tipe A yang lebih cenderung untuk dapat mengerjakan tugas dua sekaligus atau lebih dan sangat menghargai waktu, sedangkan kepribadian tipe B cenderung santai dan monophasic atau hanya bisa mengerjakan satu hal saja. Pelaksanaan pembelajaran di SMP Negeri 1 Bringin melalui argumen seorang guru matematika serta hasil evaluasi terdapat permasalahan hasil belajar dari beberapa siswa yang rendah yaitu nilai hasil belajar matematika dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terlihat dari rata-rata nilai matematika tes tengah semester pada tanggal 5 Maret 2013 adalah 47,53, sedangkan KKM 75. Berdasarkan data tersebut, tampak bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa memiliki selisih dengan KKM sebesar 27,47. Jika nilai hasil belajar matematika siswa yang rendah dibiarkan maka 2
tidak akan tercapainya tujuan pembelajaran dari pihak siswa maupun pihak guru atau bahkan tidak tercapainya tujuan pendidikan. Fenomena yang terjadi berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dikemukakan dan gambaran tentang hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 1 Bringin maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B Terhadap Siswa Kelas VII di SMP Negeri 1 Bringin”. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto dengan metode kuantitatif. Tujuannya untuk mencari nilai perbandingan berupa angka yang diambil dari hasil belajar matematika antara siswa yang memiliki kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Bringin yang beralamat di Jl. Raya Bringin – Gogodalem Km. 4 dengan subjek penlitian 66 siswa kelas VII dari populasi yang berjumlah 260 orang siswa dipilih melalui teknik purposive sampling. Alat pengambilan data dengan menggunakan kuesioner tipe kepribadian dan tes tertulis mata pelajaran matematika. C. Hasil dan Pembahasan 1. Pengelompokan Subjek Penggolongan tipe kepribadian yang dimiliki oleh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bringin berdasarkan atas 2 tipe kepribadian yang dimiliki siswa yaitu kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Statistik hasil perolehan dari data kepribadian siswa dapat dilihat pada Tabel 4.8 sebagai berikut: Tabel 1.1 Statistik Deskriptif Tipe Kepribadian N
Valid
66
Missing
0
Mean
100.33
Std. Error of Mean
1.578
Median
98.00
Std. Deviation
12.816
Variance
164.256
Skewness
.833
Std. Error of Skewness
.295
Range
73
Minimum
72
Maximum
145
Sum
6622
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai kepribadian dari 66 siswa sebagai sampel penelitian rata-rata 100,33 dengan nilai minimal 72 dan nilai maksimal 145 sehingga memiliki range 73 dan standart deviasi 12,816 serta variansi 164, 256. Berdasarkan data hasil statistik deskriptif tipe kepribadian, maka dapat ditentukan penggolongan tipe kepribadian adalah sebagai berikut:
Besarnya Se = 109 merupakan estimasi skor sebenarnya pada taraf kepercayaan tertentu untuk standart kepribadian tipe A, sedangkan estimasi skor kepribadian tipe B adalah: Penggolongan hasil data tipe kerpibadian siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Bringin dapat dilihat pada Tabel 4.9:
3
Tabel 1.2 Kategori Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian A Tipe Kepribadian B Total
Interval
Jumlah 15 51 66
% 23 % 77 % 100 %
Pada Tabel 4.6 menjelaskan bahwa terdapat 15 siswa pada interval antara sehingga memiliki kecenderungan tipe kepribadian A dan terdapat 51 siswa pada interval sehingga memiliki kecenderungan tipe kepribadian B. Oleh karena itu dapat disumpulkan bahwa siswa yang cenderung berkepribadian tipe B lebih banyak dibandingkan siswa berkepribadian tipe A. 2. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah subjek yang dipilih bersidtribusi normal. Distribusi dikatakan normal apabila hasil output uji dengan menggunakan SPSS mendapatkan nilai signifikan p > 0,05. Normalitas tipe kepribadian dan prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 4.10: Tabel 1.3 Normalitas Tipe Kepribadian dan Hasil Belajar Matematika TIPE A N Normal Parametersa Most Extreme Differences
NILAI HASIL BELAJAR
TIPE B
NILAI HASIL BELAJAR
15
15
51
51
Mean
118.80
61.00
94.90
46.47
Std. Deviation
9.190
17.444
7.582
18.064
Absolute
.205
.210
.088
.150
Positive
.205
.138
.061
.150
Negative
-.169
-.210
-.088
-.098
Kolmogorov-Smirnov Z
.796
.815
.626
1.069
Asymp. Sig. (2-tailed)
.551
.520
.827
.203
Berdasarkan Tabel 4.10, menunjukkan bahwa besar signifikansi untuk tipe kepribadian A sebesar 0,551, nilai signifikan untuk hasil belajar tipe A sebesar 0,520, tipe kepribadian B sebesar 0,827 dan hasil belajar tipe B sebesar 0,203. Oleh sebab itu nilai signifikan kepribadian dan hasil belajar dikatakan normal karena nilai signifikan 0,551 > 0,05; 0,520 > 0,05; 0,827 > 0,05 dan 0,203 > 0,05, sehingga H0 diterima yang berarti kelompok data hasil belajar dengan tipe kepribadian berdistribusi normal. Tabel 1.4 Hasil Deskripsi Nilai Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Tipe Kepribadian
N
Valid Missing
NILAI HASIL BELAJAR TIPE A
NILAI HASIL BELAJAR TIPE B
15
51
51
15
Mean
61.00
46.47
Std. Error of Mean
4.504
2.529
Median
65.00
40.00
Std. Deviation
17.444
18.064
Variance
304.286
326.294
Range
50
75
Minimum
30
15
Maximum
80
90
4
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dilihat bahwa dari 15 siswa yang berkepribadian tipe A mempunyai rata-rata hasil belajar matematika 61 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah adalah 30 sehingga memiliki range 50, standart deviasi 4,504 dan variansi 304,286. Selanjutnya menjelaskan 51 siswa yang memiliki kepribadian tipe B mempunyai rata-rata hasil belajar matematika 46,47 dengan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah adalah 15 sehingga memiliki range 75, standart deviasi 18,064 dan variansi 326,294. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk memperkuat analisa data setelah terbukti data berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan terhadap variabel terikat yaitu hasil belajar karena untuk membandingkan 2 kondisi yang berbeda. Tabel 1.5 Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar Terhadap Tipe Kepribadian Levene's Test for Equality of Variances
NILAI HASIL BELAJAR
Equal variances assumed
F
Sig.
.255
.615
Equal variances not assumed
Berdasarkan tabel uji Levene’s Test diatas, diperoleh nilai F sebesar 0,255 taraf signifikan 0,615 lebih dari 0,05 sehingga H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut bersifat homogen yang artinya variansi antara kelompok berkepribadian tipe A dengan kelompok berkepribadian tipe B adalah sama. 4. Uji Hipotesis Uji hipotesis menggunakan Uji t atau t-test yaitu independent samples test karena data berdistribusi normal dan homogen. Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan variabel dependen terhadap 2 kondisi variabel independen yaitu siswa yang memiliki kepribadian tipe A dan siswa yang memiliki kepribadian tipe B. Berikut adalah hasil uji t yang diperoleh: Tabel 1.6 Uji Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Tipe A dan Siswa Berkepribadian Tipe B Levene's Test for Equality of Variances
F NILAI Equal HASIL variances .255 BELAJAR assumed Equal variances not assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
t
.615 2.759
95% Confidence Interval of the Sig. (2Mean Std. Error Difference tailed) Difference Difference Lower Upper
Df 64
2.813 23.567
.008
14.529
5.266
4.008 25.050
.010
14.529
5.166
3.858 25.201
5. Pembahasan Berdasarkan pada Tabel 4.13 diperoleh hasil dari analisis data bahwa nilai t pada equal variances assumed sebesar 2,759 dengan nilai signifikan 0,008 yang berarti nilai p < 0,05, maka 5
dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang berkepribadian tipe A dengan siswa yang berkepribadian tipe B di kelas VII SMP Negeri 1 Bringin pada tahun ajaran 2012/2013. Berkaitan dengan data-data lapangan yang diperoleh dan bagaimana kareteristik kepribadian dalam kaitannya dengan tipe kepribadian A dan B mempunyai pengaruh tersendiri pada hasil belajar dan tingkat kepuasan individu atau siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Bringin. Kategori skoring hasil belajar berdasarkan tipe kepribadian dapat dilihat pada Tabel 4.14: Tabel 1.7 Kategori Skoring Hasil Belajar Berdasarkan Tipe Kepribadian Tipe Kepribadian
Jumlah Siswa
Kepribadian Tipe A Kepribadian Tipe B
15 51
Rata-Rata Hasil Belajar 61 46
Kategori Tinggi Rendah
Pada Tabel 4.14 menunjukkan terdapat sejumlah 15 siswa yang memiliki kecenderungan kepribadian tipe A di SMP Negeri 1 Bringin yang rata-rata mempunyai kebiasaan atau karakter disetiap melakukan aktifitas atau kegiatan dengan cepat, misalnya dalam mengerjakan tugas matematika dikerjakan dengan cepat tanpa menunda waktu, siswa tersebut juga terbiasa bangun jam lima pagi untuk bersiap-siap ke sekolah dan terbiasa berjalan cepat saat mereka merasa dikejar oleh waktu. Kecenderungan dalam melakukan aktifitas dengan cepat mengakibatkan mereka tidak sabar dalam berbicara perlahan-lahan dan tidak sabar mendengarkan orang lain yang berbicara perlahan-lahan serta mereka juga tidak sabar mengerjakan tugas atau PR matematika yang diberikan dari guru setelah sampai dirumah. Tugas atau PR matematika tersebut dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan sempurna karena salah satu prioritas pertama mereka adalah mendapatkan nilai matematika terbaik dikelas dengan demikian jelas bahwa kepribadian ini memiliki jiwa persaingan yang kuat. Kesempurnaan dalam mengerjakan tugas tersebut pastinya didukung oleh kesiapan siswa dalam menghadapi pelajaran metematika, antara lain seperti: tersedianya alat tulis yang lengkap ketika mempelajari matematika dan belajar matematika dirumah setelah itu menyiapkan buku pelajaran matematika untuk esok harinya. Siswa berkepribadian tipe A tidak hanya terfokus oleh satu hal saja namun cenderung mengerjakan banyak hal dalam waktu yang sama, salah satu contohnya dapat mengerjakan dua tugas atau PR matematika dalam waktu yang sama sekaligus. Selain itu tipe kepribadian ini memiliki jiwa yang asertif yang berarti suka berterus terang, terbuka dengan perasaannya dan langsung menegur teman yang melakukan hal yang menurutnya tidak baik atau jika menyinggung perasaannya. Berdasarkan penjelasan diatas dari berbagai macam karakter yang dimiliki oleh 15 siswa berkepribadian tipe A mengakibatkan suatu hasil belajar berikut: Tabel 1.8 Hasil Pengujian Nilai Hasil Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Tipe A Nilai Hasil Belajar Matematika Frekuensi
30
35
50
60
65
70
75
80
Total
2
1
1
3
1
3
1
3
15
Tabel 4.15 menjelaskan bahwa hasil uji nilai hasil belajar matematika berkepribadian tipe A terdapat 3 siswa yang mempunyai nilai hasil belajar 80 sebagai nilai maksimum dengan kategori tinggi dan terdapat 2 siswa yang mempunyai nilai hasil belajar 30 sebagai nilai minimum dengan kategori rendah, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar mereka adalah 61 dengan kategori tinggi. Siswa yang berkepribadian tipe B sejumlah 51 orang. Tipe kepribadian B ini cenderung melakukan aktifitas dengan tenang dan perlahan-lahan. Memiliki kesabaran mendengarkan orang lain yang berbicara perlahan-lahan dan mereka pun berbicara dengan perlahan juga dengan tujuan agar pendengar jelas akan hal yang dibicarakannya.
6
Kepribadian tipe B kurang memiliki jiwa persaingan sehingga mereka kurang begitu tertarik dengan hasil nilai dari tugas matematika oleh karena itu mereka tidak berambisi mendapatkan nilai terbaik dikelas karena mereka beranggapan nilai matematika yang bagus atau jelek tidak akan mempengaruhi pendidikan mereka selanjutnya. Selain dari pada itu kepribadian tipe B mempunyai waktu untuk meluangkan hobinya disela-sela tugas sekolah maupun tugas rumah karena mereka ingin melakukan semua hal yang dikerjakan dengan tenang, sabar tanpa buruburu dan tanpa paksaan orang lain. Berbeda dengan kepribadian tipe A yang terbuka dengan perasaannya, kepribadian tipe B cenderung lebih tertutup. Mereka merasa lebih baik diam dari pada harus berterus terang walaupun orang lain menyinggung perasaannya. Siswa tipe ini mempunyai rasa tidak enak hati untuk menegur orang lain yang melakukan hal yang menurutnya menyimpang dikarenakan takut teguran tersebut menyinggung perasaan orang lain. Penjelasan diatas memaparkan karakter-karakter yang dimiliki oleh 51 siswa berkepribadian tipe B yang mengakibatkan suatu hasil belajar matematika yang dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 1.9 Hasil Pengujian Nilai Hasi Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Tipe B Nilai Hasil Belajar Matematika
Frekuensi
Nilai Hasil Belajar Matematika
Frekuensi
15
1
55
3
25
5
60
3
30
9
65
2
35
4
70
3
40
7
75
3
45
4
80
2
50
4
90
1
55
3
Total
51
Berdasarkan Tabel 4.16, terdapat satu siswa yang mempunyai nilai hasil belajar 90 sebagai nilai maksimum dengan kategori sangat tinggi dan terdapat 1 siswa yang mempunyai nilai hasil belajar 15 sebagai nilai minimum dengan kategori sangat rendah, sedangkan rata-rata nilai hasil belajar mereka adalah 46 dengan kategori sedang. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa berkepribadian tipe A mempunyai karakteristik yang bertolak belakang dengan siswa berkepribadian tipe B dan mengakibatkan perbedaan yang signifikan dalam rata-rata nilai hasil belajar matematika antara kepribadian tipe A dengan tipe B. Masing-masing siswa yang berkepribadian tipe A atau B mempunyai cara tersendiri dalam melakukan aktifitas, contohnya ketika mempelajari pelajaran terutama pelajaran matematika, ketika mengerjakan tugas sekolah atau PR matematika dan ketika bersosialisasi, mereka dapat menciptakan kenyamanan tersendiri dan kepuasan hasil belajar yang mereka terapkan sendiri yang telah menjadi suatu kebiasaan. Hasil temuan ini sejalan dengan hasil penelitian Anggriani (1999) yang berjudul “Perbedaan Motif Berprestasi Berdasarkan Tipe Kepribadian A dan B pada Mahasiswa”. Penelitian tersebut menyatakan adanya perbedaan yang sangat signifikan motif berprestasi berdasarkan tipe kepribadian A dan tipe B pada mahasiswa. Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Paramitha (2010) yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang”. Penelitian tersebut menyatakan bahwa adanya perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa bertipe kepribadian ekstrovert dengan mahasiswa bertipe introvert. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Christian (2011) berjudul “Analisis Prestasi Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Introvert dan Siswa Berkepribadian Ekstrovert” yang menyatakan bahwa tidak
7
terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pada nilai prestasi belajar matematika antara siswa berkepribadian introvert dan siswa berkepribadian ekstrovert. D. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah terdapat 15 siswa berkepribadian tipe A dengan nilai rata-rata hasil belajar matematika 61 yang berkategori tinggi dan 51 siswa berkepribadian tipe B dengan nilai rata-rata hasil belajar matematika 46 yang berkategori sedang, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang berkepribadian tipe A memiliki hasil belajar matematika yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkepribadian tipe B. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan pada siswa yang cenderung berkepribadian tipe A dengan siswa yang cenderung berkepribadian tipe B di kelas VII SMP Negeri 1 Bringin tahun ajaran 2012/2013. Daftar Pustaka Anggriani, A. 1899. Perbedaan Motif Berprestasi Berdasarkan Tipe Kepribadian A dan B pada Mahasiswa.
Skripsi.
Retrieved
from
http://library.gunadarma.ac.id/repository/view/319417/perbedaan-motif-berprestasiberdasarkan-tipe-kepribadian-a-dan-b-padamahasiswa.html/. Allport, G.W. 1951. The Use of Personal Documents in Psychological Science: Prepared for The Committee on Appraisal of Research. New York: Social Science Research Council. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Aristia, Avriana. 2010. Perbedaan Prokrastinasi Akademik Antara Kepribadian Tipe A dan Tipe B. Skripsi. Salatiga: Program Studi Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Cattell, R.B. 1950. Personality A Systematic Theoretical And Factual Study. New York: McGraw Hill. Christian, A. P. 2011. Analisis Prestasi Belajar Matematika Siswa Berkepribadian Introvert dan Siswa Berkepribadian Ekstrovert. Skripsi. Salatiga: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Danim, S. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Alfabeta David, K & Newstrom, J.W. 1992. Perilaku Dalam Organisasi (terjemahan): Agus Dharma. Jakarta: Erlangga. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. dan Zain A. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta. Dunne, R., dan Ted Wragg. 1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta. PT Grasindo. Fatimaturrohmah, Lina. 2010. Hubungan Antara Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Matematika dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Salatiga: Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Franken, R.E. 1982. Human Motivation. California: Coll Publishing Company. Friedman & Roseman. 1974. Type A Behavior and Your Heart. New York: Random House, Inc. Gibson, E.HJ. & Walk R.R. 1960. The Visual Cliff. Scientific American. Holland, J. L. 1979. Psikologi Pemilihan Karir. Diterjemahkan oleh: Dewa Ketut Sukardi.1993. Jakarta. Rineke Cipta. Holland, J. L. 1985. Making Vocational Choise. Prentice Hall. Inc. Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
8
Jarwati. 2011. Pengaruh Sikap Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri di Gugus Sembodro Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Salatiga: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. Kolb, A., dkk. 1991. Psikologi Sosial Untuk Manajemen Perusahaan dan Industri. Jakarta: CV Rajawali Muis, Saludin. 2009. Kenali Kepribadian Anda dan Permasalahannya dari Sudut Teori Psikoanalisa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ormrod, J. E. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Paramitha, R. 2010. Perbedaan Prestasi Belajar Ditinjau dari Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang. Skripsi. Malang: Program Studi Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Parno. 2003. Hubungan Antara Sikap Siswa terhadap Pelajaran Matematika dan Kemampuan Penalaran dengan Prestasi Belajar Matematika. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pervin, L. A. Daniel and Oliver. 2010. Psikologi Kepribadian Teori Penelitian. Edisi Kesembilan. Jakarta: Kencana. Safaria, T. 2004. Tes Kepribadian Untuk Seleksi Pekerjaan. Yogyakarta: Amara Books. Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sarwono. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sujanto, Agus dkk. 2004. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Belajar. Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali. Susilo, M. J. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta. Pinus. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
9