TIS GRA
Oktober/November 2013
HealthNews Kisah inspiratif dan informative untuk para pasien
Berjuang demi keluarga
MCI (P) 040/01/2013
Saat Bobby Rosales mengetahui dirinya terkena kanker paru-paru, baginya itu seperti vonis kematian. Tapi dia sadar bahwa dia belum siap untuk meninggalkan dunia ini. Jadi dia berusaha untuk melawan penyakit itu
P
ria berpostur tubuh langsing dengan rambut separuh beruban yang memiliki garis tawa di ujung matanya, Bobby Rosales berulang tahun ke-60 tahun ini dan merayakannya dalam sebuah pesta besar yang dihadiri oleh keluarga dan teman-temannya. Pesta kali ini sangat berarti baginya karena, sebelumnya, dia berpikir tidak akan bisa mencapai usia 60. Di tahun 2007 Bobby yang merupakan mantan perKisah tentang okok, mengalami batuk darah. Lalu dia pergi memeriksakan dirHARAPAN inya namun tidak menceritakan kecurigaannya kepada sang istri. Namun, tepat di hari Valentine, dia menerima hasil diagnosa: Kanker paru-paru, dan kankernya adalah kanker stadium lanjut. “Tidak ada kata sembuh untuk kanker, jadi berita itu terasa seperti vonis mati bagi saya,” kisahnya. “Jadi saya memutuskan untuk tidak mencari pengobatan apapun karena memang tak ada gunanya. Mungkin saya hanya akan mencari cara bagaimana mengelola rasa sakit yang muncul. Tapi saya mencoba merenung. Apakah ada alasan bagi saya untuk hidup lebih lama? Dan jawabannya adalah ‘Ada’. Hal pertama yang muncul di benak saya saat itu adalah keluarga – istri, anak-anak, dan cucu-cucu saya. Saya baru saja menjadi kakek pada tahun itu.” Kawannya di Filipina menyarankan Bobby agar ia berobat ke Singapura. Karena dia telah bertekad akan berjuang demi hidupnya, maka dia pun segera terbang ke Singapura pada hari berikutnya dan menemui Direktur Medis Parkway Cancer Centre Dr Ang Peng Tiam.
Lanjut ke halaman berikutnya
EDISI BULAN INI: Mengapa seseorang terserang kanker | Tips hidup sehat
Kisah tentang Harapan
Lanjutan halaman muka
Tersambunglah bersama kami di
www.facebook.com/ parkwaycancercentre Tim Editorial Chua Hwee Leng Ray Chua Lim Woan Fei Pauline Loh Vincent Tan Nazir (Tan) Amir Penerbit Preston Communications Percetakan Impress Printing Dilarang mengutip, memperbanyak, atau memperjualbalikan kembali sebagian atau seluruh isi majalah ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Informasi yang tersaji di majalah ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan saran dari praktisi kesehatan Anda.
Dengan blak-blakan, Bobby bertanya kepada Dr Ang: “Berapa lama lagi waktu saya?” Dr Ang pun menjawab dengan jujur: “Jika Anda tidak merespon pengobatan dengan positif, mungkin bisa dua atau tiga tahun. Tapi, jika Anda meresponnya dengan positif, Anda bisa hidup selama yang Anda inginkan!” Meskipun Bobby cukup fit dan sanggup menjalani operasi segera, Dr Ang merekomendasikan bahwa sebaiknya dia menjalani kemoterapi lebih dulu, untuk mengecilkan ukuran tumor dan mencegah sel-sel kanker tersebut menyebar ke bagian lain tubuhnya. Bobby telah membuat keputusan penting untuk berjuang demi hidupnya meskipun fakta menunjukkan bahwa kankernya sudah berada di stadium lanjut. Keputusan selanjutnya yang dibuatnya adalah bahwa dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada dokternya. “Saya berkata kepada diri sendiri, karena saya telah berkomitmen untuk melanjutkan pengobatan ini, maka saya harus menaruh kepercayaan penuh kepada dokter saya, jika tidak mungkin saya tidak bisa memenangkan pertarungan psikologis melawan penyakit ini.” Bagi Dr Ang, kepercayaan Bobby kepadanya dan tim medis adalah sangat penting. Dia menjelaskan: “Saya melihat bahwa apa yang hilang saat ini adalah kepercayaan. Seorang dokter harus melakukan yang terbaik untuk pasiennya; tapi secara garis besar, kita juga memerlukan pasien untuk mempercayai bahwa dokter mereka memiliki tekad yang besar untuk mengobati mereka.” Dr Ang menjelaskan rencana pengobatan untuk Bobby – tiga tahapan kemoterapi, dengan setiap tahapan butuh waktu selama tiga minggu. Bobby menggelengkan kepala jika teringat efek kemoterapinya. “Saya tidak bisa tidur, dan sering dilanda rasa panik. Pada dua minggu pertama rasanya benarbenar buruk, kemudian semakin membaik di minggu
ketiga, akan tetapi di saat itu jugalah saya harus menjalani tahapan kemoterapi berikutnya di minggu keempat!” Bobby pun memutuskan untuk mengontrol kesehatannya dengan cara mempelajari penyakit yang sedang dideritanya, tidak hanya dari segi fisik namun juga sisi psikologis. Ada sebuah kata-kata yang menarik baginya: “Pasien kanker itu seperti orang yang akan pensiun. Saat berencana pensiun, seseorang harus sudah tahu apa yang akan dia lakukan nanti; dia harus memiliki tujuan yang jelas.” Dia melanjutkan: “Jadi saya menetapkan kuat-kuat tujuan saya di dalam dada – Saya melakukan ini semua agar dapat berkumpul bersama keluarga. Dan itu membantu saya untuk gigih berjuang.” Pada saat pemeriksaan berikutnya, Dr Ang sangat terkejut saat mengetahui tumor besar di paru-paru Bobby merespon dengan baik dan ukurannya pun telah mengecil secara drastis. Dan tibalah saatnya untuk pembedahan. Setelah operasi, terlihat bahwa tumor Bobby telah mengecil menjadi 0,8 cm dan tidak ada penyebaran ke kelenjar getah beningnya. Saat menampilkan hasil rontgen ke pasiennya itu, Dr Ang berseru penuh kemenangan: “Sudah bersih! Tidak tersisa sama sekali!” Saat ini Bobby bertekad untuk memprioritaskan kesehatannya. Dia benar-benar menjaga asupan makanan dan kebugaran tubuh. Dia makan secukupnya dan olahraga teratur. Nyonya Rosales tersenyum saat bercerita: “Suami saya mengakui bahwa dia memiliki penyakit itu, dia tidak menyangkalnya. Tapi, karena dia begitu mencintai keluarganya, maka dia pun berjuang sekuat tenaga. Dia tahu dia tidak sanggup meninggalkan kami.” Anda juga dapat menyaksikan kisah Mr Bobby Rosales di http://www.parkwaycancercentre.com/storiesof- hope/cna-cancer-warriors/light-in-darkness/
Melawan Kanker
Mengapa seseorang bisa terserang kanker?
S
Pada sebuah acara bincang kesehatan baru-baru ini, para ahli berbicara mengenai bagaimana gaya hidup dapat menyebabkan kanker, dan bagaimana mengetahui penyebabnya akan dapat membantu menentukan pengobatan yang tepat
emakin banyak orang Singapura terdiagnosa diabetes, hal ini bisa jadi disebabkan karena meningkatnya gaya hidup yang semakin makmur. Beruntungnya, tidak banyak orang yang wafat disebabkan penyakit kronis. Akan tetapi kenyataan yang tidak banyak orang tahu adalah bahwa banyak dari mereka yang meninggal akibat penyakit sekunder timbul dari buruknya manajemen sindroma metabolik termasuk gangguan jantung dan gagal ginjal. Penelitian terbaru juga mengungkap adanya hubungan antara diabetes dengan penyakit pembunuh nomor satu – kanker. Dokter Ahli Onkologi Medis sekaligus Konsultan Senior Parkway Cancer Centre (PCC) Dr See Hui Ti, berbicara mengenai temuan baru dalam sebuah seminar yang diadakan pada bulan Agustus di Conrad Centennial Singapura. Seminar tersebut merupakan acara yang diselenggarakan oleh PCC dan bekerja sama dengan Eu Yan Sang Integrative Health. “Kami pernah berpikir bahwa obesitas dapat menyebabkan kanker, tapi obesitas sendiri sebenarnya bukan termasuk faktor penyebab kanker. Resiko muncul ketika kita makan seenaknya; hal inilah yang membawa kita pada penyakit metabolik. Yang terakhir inilah yang menjadi penyebab timbulnya kanker. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit metabolik dapat menyebabkan kanker payudara bagi wanita dan kanker kolon bagi pria,” papar Dr See. Karena itulah, sangat penting bagi para pasien diabetes untuk terus mengontrol kadar gula mereka. Perubahan gaya hidup yang dibawa oleh munculnya produk makanan rendah gula diketahui dapat menurunkan resiko kanker. Bersamaan dengan tes diagnosa reguler, kanker pun dapat dihambat segera. Deteksi dini dapat memberikan perubahan berarti bagi prognosa pasien kanker, yaitu dengan meningkatnya angka harapan hidup mereka secara signifikan. Bahkan ketika pembedahan diperlukan, pilihan pembedahan yang tidak begitu invasif pun tersedia¸ sehingga proses pemulihan lebih cepat. Sebagaimana diketahui bahwa obat kemoterapi terus disempurnakan, obat-obatan tersebut juga dapat dikombinasikan bersama dengan pembedahan untuk mencegah penyakit kambuh kembali. Meskipun demikian, Dr See menambahkan bahwa pasien kanker harus tetap mengurangi asupan gula mereka. Ini terutama ditekankan kepada mereka yang memiliki berat badan berlebih. Dr See melanjutkan: “Ada tiga hal yang dapat menyebabkan kanker. Selain penyakit metabolik, gen keluarga, merokok dan minum minuman beralkohol, semua itu dapat meningkatkan resiko kanker. Mungkin kita tidak bisa benar-benar menghindari semua resiko tersebut, tapi paling tidak kita berusaha meminimalisasi faktor penyebab kanker semampu kita bisa.” Dr See juga mengakui peran yang cukup besar dari TCM (Traditional Chinese Medicine) dalam penanganan kanker. Pembicara kedua pada acara tersebut adalah seorang ahli Pengobatan Senior He Qiu Ling. Dia mengenalkan konsep kanker payudara dari segi sejarah dan pemahaman dari praktik Traditional Chinese Medicine. Metode ini telah menetapkan bagaimana kanker dikelola dan diobati. Dia juga menekankan pentingnya seseorang yang sudah terdiagnosa untuk mencari pengobatan umum, yaitu dengan menemui ahli onkologi (kanker). Ini terutama ditekankan bagi pasien kanker stadium lanjut, karena pengobatan tradisional umumnya berfungsi mengekang atau mengurangi efek samping dari radioterapi atau kemoterapi. Metode TCM juga dapat meningkatkan imunitas dan nafsu makan pasien sehingga mereka tetap kuat untuk men-
Dokter PCC See Hui Ti berbicara mengenai kanker payudara (atas) dan menjawab pertanyaan dari peserta seminar.
untaskan proses pengobatan. Di paruh kedua seminar, Dr Ng Kheng Hong, Ahli Bedah Kolorektal dari Gleneagles Medical Centre dan seorang dokter senior dari Cina, Dr Tang Yue dari Eu Yan Sang membahas topik mengenai kanker kolorektal dan kanker lambung. Kebanyakan para peserta yang hadir adalah mereka yang sering hadir juga di seminar-seminar kesehatan. Alasan mereka sederhana – untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga mereka tahu apa dan bagaimana cara pencegahan dan penanganan apabila suatu hari ada di antara mereka terserang penyakit tersebut. Bagi kelompok yang sudah tercerahkan seperti mereka, tidak ada kata tabu dalam hal menjaga kesehatan. Salah satu di antaranya adalah Mr Jack Zhao (45) yang kehilangan ayahnya akibat kanker 17 tahun lalu. Dia menggambarkan ayahnya sebagai seorang yang sehat dan kuat, sehingga saat diketahui sang ayah sakit banyak orang yang tidak mempercayainya. Di rumah sakit, ayahnya terdiagnosa kanker stadium lanjut dan wafat beberapa bulan kemudian. Mr Zhao pun memutuskan agar keluarganya tidak mengalami hal yang sama seperti ayahnya dulu. Dia pun selalu memastikan seluruh anggota keluarganya untuk melakukan check-up rutin. Dia juga rajin menghadiri berbagai seminar kesehatan untuk menambah pengetahuannya. Dia menuturkan: “Ini pertama kalinya saya tahu bahwa obesitas dapat menyebabkan kanker. Saya akan menjaga makanan saya dan mengajak keluarga di rumah juga melakukan hal yang sama.”
Menjangkau Komunitas
Tip untuk hidup sehat Peserta belajar tentang cara menghindari dan mendeteksi kanker di acara simposium pada hari Minggu pagi
S
imposium bertajuk U Live merupakan kuliah kecil di Minggu pagi tentang bagaimana menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia. Tiga dokter yang menjadi pembicara, yaitu Dr See Hui Ti, Dr Anthony Siow dan Dr Yim Heng Boon, memberikan pemaparan di simposium yang diadakan pada bulan Juli lalu, dengan topik mengenai “Pengobatan dan perawatan kanker”, “Masalah Seputar Ginekologi dan Usia” dan “Irritable bowel syndrome”, secara berturut-turut. Ceramah Dr See seputar kanker secara umum menjadi yang paling banyak dihadiri peserta di simposium tersebut, dengan
Dokter PCC See Hui Ti menjelaskan tentang berbagai aspek kanker ( b a w a h ) , sementara Mr Heng Chee How, Duta Senior dari Kantor Perdana Menteri, mampir untuk melihat acara.
ruangan yang nyaris terisi penuh. Pesan utama beliau: Cara terbaik untuk menghindari kanker adalah dengan mengendalikan apa yang kita makan. Pola makan sehat juga dapat menurunkan risiko kanker hingga 40 persen. Dr See menambahkan bahwa meskipun kita tidak mungkin mengontrol segalanya, tapi paling tidak kita harus mencoba dan menutup segala peluang yang dapat membawa kepada kanker. Tiga dari empat keluarga akan terserang kanker, dengan cara apapun itu. Sedangkan di dalam keluarganya sendiri, Dr See bercerita, ada dua orang yang telah terserang kanker, namun neneknya baru wafat ketika berusia 86 dan beruntungnya, kanker tiroid ibunya ditemukan sangat dini. 10 kanker teratas adalah kanker kolorektal, kanker paru-paru, kanker prostat, kanker hati, kanker limfoid, kanker lambung, kanker kulit, kanker hidung, kanker ginjal dan kanker kandung kemih. Di antara 10 kanker di atas, telah terjadi penurunan angka pada kanker hidung dan kanker lambung, berkat perubahan pola makan masyarakat. Selama periode paska-perang, orang-orang sangat mengandalkan makanan yang diawetkan, yang mana berujung pada meningkatnya kasus kanker. Dan seiring dengan bergesernya pola makan seperti itu, kasus kanker pun menurun. Perkembangan makanan sehat dari tahun ke tahun juga berkontribusi terhadap menurunnya kedua kanker jenis ini. Kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita adalah kanker payudara, yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dr See mengajak para hadirin untuk memperhatikan layar monitor dimana disana tertera singkatan “CAUTION”, dan bagaimana karakteristik tersebut dapat membantu masyarakat dalam mendeteksi kanker sejak dini. Singkatan yang dimaksud adalah: Change, yaitu adanya perubahan pada BAK/BAB A sore, yaitu sakit yang tak kunjung reda Unusual bleeding, yaitu perdarahan atau keluarnya darah yang tidak biasa Thickening, yaitu adanya penebalan ataupun benjolan di payudara, testis atau daerah lainnya Indigestion yaitu gangguan pencernaan Obvious change, yaitu perubahan ukuran, warna, bentuk atau adanya kutil, tahi lalat atau sakit di daerah mulut Nagging cough, atau batuk yang terus menerus dan suara serak Deteksi dini dan pemeriksaan sangat penting agar tercapai hasil akhir yang baik, jelas Dr See. Beberapa mitos urban juga dibahas dalam simposium tersebut – bahwa penggunaan bra berkawat dan deodorant tidak menyebabkan kanker payudara. Dan bahkan bagi mereka yang sudah di stadium lanjut,seseorang tidak boleh putus asa. Dr See bercerita dia pernah menyaksikan pasien yang, dengan bantuan pengobatan yang tepat, dapat mendampingi buah hati mereka hingga masuk universitas, menikah hingga memiliki anak.
Melayani Anda
Dr LeLe Aung menjadi dokter ahli onkologi (kanker) anak karena dia ingin memberikan harapan kepada anak-anak penderita kanker
Dari pengalaman saya merawat anak-anak ini, saya belajar bahwa mereka adalah sangat istimewa – mereka memiliki kekuatan yang luar biasa.
S
aya bergabung dengan engan Pusat Kanker dan Hematologi Anak, Parkway Cancer Centre (PCC), tahun ini sebagai konsultan. Sebelum saya tertarik dengan kanker, saya hampir saja menjadi seorang Dokter Spesialis Penyakit Menular Anak. Saya ingin mendalami ilmu tentang penyakit tropis di negara-negara berkembang yang dulu saya pernah tinggali seperti kawasan Asia Tenggara dan Afrika Barat dimana disana saya banyak melihat anak yang meninggal akibat infeksi. Kemudian, pada saat menjalani masa residen, saya pernah mendatangi sebuah konferensi keluarga dengan orang tua dari seorang gadis kecil yang telah didagnosa dengan neuroblastoma, yaitu kanker yang sangat agresif pada anak. Saat itu saya melihat betapa banyak keahlian sekaligus kasih sayang dari seorang dokter yang dibutuhkan oleh keluarga ini. Sejak saat itu, saya menyadari bahwa merawat anak-anak dengan kanker adalah keinginan saya yang suesungguhnya. Saya tidak bisa membayangkan jika harus mengerjakan hal lain. Saya selalu sadar bahwa cita-cita saya adalah menjadi dokter. Dan inilah yang membawa saya mengejar gelar Doktor Medis dari Meharry Medical College, AS. Saya menyelesaikan pendidikan paska-sarjana di General Paediatrics Residency di University of Minnesota di Minneapolis, AS. Minneapolis bersuhu dingin (suhu bisa turun hingga minus 40 derajat kala musim dingin), jadi saya tidak bisa pergi keluar dan hanya belajar di dalam gedung. Setelah itu, saya melanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan beasiswa di Hematologi-Onkologi Anak di Pusat Kanker Memorial Sloan-Kettering (MSKCC). Paediatric Oncology Fellowship adalah salah satu cabang pelatihan yang paling kompetitif di Amerika dan juga yang paling tersibuk. Kita bisa menyaksikan langsung lebih dari 600 kasus baru kanker anak setiap tahunnya. (Di Singapura, sekitar 140 kasus baru berhasil ditangani setiap tahun). Pelatihan intensif di MSKCC ini membantu saya dalam menangani anak-anak penderita kanker. Kemudian saya kembali ke Singapura dan bekerja di Departemen Hematologi-Onkologi Anak di National University Hospital dan KK Women’s and Children’s Hospital. Setelah dilihat-lihat, saya sudah terjun ke bidang Hematologi-Onkologi Anak selama 11 tahun sebelum bergabung dengan PCC. Seringkali, orang tua yang baru saja menerima berita bahwa anak mereka terserang kanker mengalami shock berat dan ketakutan. Mereka mengira kanker sama dengan kematian. Saya ingin memastikan kepada Anda bahwa pendapat ini tidak benar. Dengan penanganan dan perawatan yang tepat, sekarang kita dapat menyembuhkan lebih dari 80 persen anak-anak yang terdiagnosa kanker. Jadi, bagi Anda orang tua yang sedang membaca artikel ini, jika Anda baru saja menerima diagnosa yang mirip seperti di atas, janganlah berputus asa. Saya berharap dapat memberikan harapan bagi banyak keluarga dan memastikan mereka bahwa buah hati mereka masih memiliki masa depan. Keluarga dan tim medis berperan besar dalam menolong anak-
anak. Kita semua bersama melawan kanker yang diderita mereka. Pada kenyataannya, satu bagian berharga dari pekerjaan saya adalah dapat memberdayakan orang tua serta anak mereka sebagai bagian dari tim, memberikan s pengetahun dan kontrol kepada mereka saat segalanya p terlihat mulai tak terkendali. te Saya mendorong keluarga pasien untuk hidup senormal mungkin demi buah hati mereka. Hal ini sama dengan m membolehkan mereka pergi bersama teman-temannya, m datang ke sekolah jika mereka memang menginginkannya, da dan da mengizinkan mereka menikmati jajanan selama kita mengedukasi mereka bagaimana jajan yang aman, terkadang me hambar. Makanan sering menjadi topik debat orang ha tua-anak. Orang tua menginginkan anaknya makan dengan tua aman am selama kemoterapi. Sedangkan anak-anak tentu ingin tetap teta bisa menyantap keripik kentang, minuman bersoda, dan lain-lain. Biasanya saya akan menyarankan orang tua untuk unt tetap mengizinkan anak-anak mereka jajan namun disertai batasan. dise Dari pengalaman saya merawat anak-anak ini, saya belajar bahwa mereka adalah sangat istimewa – mereka bela memiliki kekuatan yang luar biasa. Masing-masing mereka telah mengajarkan saya sesuatu yang sangat berarti dalam upaya saya untuk berusaha menjadi seorang dokter yang lebih baik. Tentu, selalu ada kondisi sulit. Namun apa yang membuat saya tetap terus melanjutkan perjalanan ini adalah senyum anak dan orang tua mereka. Mereka meyakinkan saya bahwa saya sanggup meringankan beban mereka dan meredakan kekhawatiran keluarga. Saya berprinsip untuk selalu berpegang pada kenangankenangan baik. Saya ingat seorang gadis kecil dari Vietnam yang pernah saya rawat sejak dia berusia tiga tahun. Dia didiagnosa dengan neuroblastoma stadium lanjut. Saat dia datang ke Singapura, kondisinya sangat parah dengan perut bengkak penuh tumor, dan patah tulang pahanya akibat kanker yang bermetastasis. Dia tidak bisa berjalan, bergerak ataupun makan. Orang tuanya benar-benar putus asa. Karena kondisinya sangat parah, saya khawatir akan efek samping jika saya memberinya kemoterapi dosis tinggi di awal. Namun setelah diobservasi lebih teliti, akhirnya saya memberanikan diri memberikan kemoterapi tersebut kepadanya. Sekarang dia berusia tujuh tahun. Dia menikmati masa sekolahnya, menari, memasak dan bisa menjadi gadis normal pada umumnya. Saya masih menyimpan gambar yang dia gambar dulu saat berusia tiga tahun – dan itu masih menginspirasi saya! Dia mengajarkan saya untuk tidak memandang remeh anakanak, karena mereka bisa menjadi sangat tabah. Saya juga sangat dekat dengan keluarganya; hal ini tentu saja karena kita telah berhasil memenangkan pertarungan bersama sebagai tim dalam melawan kanker putri mereka. Meskipun sepertinya saya banyak menghabiskan waktu di Amerika, namun hati saya tetaplah seorang Asia. Saya lahir di Burma, jadi sejak saya kembali ke Asia, saya bisa mengunjungi ibu saya lebih sering, dan itu sangat menyenangkan. Saya senang tinggal di Singapura, karena makanan Asia lengkap tersaji disini. Hidangan favorit saya adalah laksa dan rujak dan saya adalah seorang penggemar durian berkat suami saya yang seorang warga Negara Singapura. Hari-hari saya di PCC dimulai dengan menemui pasien. Dan ini bisa menghabiskan waktu setengah hari atau lebih. Saya juga berkontribusi dalam bidang onkologi anak dengan menulis artikel untuk jurnal sains tentang pengalaman Singapura dalam hal kanker anak, dengan harapan memperkaya khasanah pengetahuan seputar kanker pada anak di Singapura. Tahun lalu, saya mengikuti program Operation Smile Singapore ke Burma, kampung halaman saya. Program ini tidak ada kaitan sama sekali dengan kanker. Tim kami (dari Singapura, Filipina, Vietnam dan Rusia) mengadakan bakti sosial operasi gratis bagi bocah dengan bibir/langit-langit sumbing. Itu adalah pengalaman sukarela yang sangat berkesan. Perjalanan itu memberi saya energi baru dan rasa optimis saat kembali menekuni rutinitas saya di Pusat Kanker dan Hematologi Anak atau Children’s Haematology and Cancer Centre.