PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IV-C SDN DITOTRUNAN 01 LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Jupri Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang utama dan yang kali pertama dipelajari oleh manusia dalam hidupnya. Kompetensi ini harus dimiliki oleh siswa SDN Ditotrunan 01 Lumajang, namun demikian terdapat kendala bagi siswa untuk meningkatkan kompetensi berbicara, utamanya pada keterampilan berbicara di kelas. Penggunaan teknik cerita berantai diyakini dapat mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil peningkatan keterampilan berbicara dengan cerita berantai pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang. Untuk mencapai tujuan ini, dilakukan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan teknik cerita berantai dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV–C SDN Ditotrunan 01 Lumajang. Kata Kunci : keterampilan berbicara, teknik cerita berantai
Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan tersebut, maka manusia memenuhinya dalam dunia pendidikan. Aspek berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa indonesia. Keterampilan berbicara dapat meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain seperti menyimak, membaca dan menulis, semua aspek ini dapat berhasil dalam proses belajar mengajar dengan penggunaan teknik yang tepat. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
utama dan yang kali pertama dipelajari oleh manusia dalam hidupnya sebelum mempelajari keterampilan berbahasa lainnya. Sejak seorang bayi lahir, ia sudah belajar menyuarakan lambanglambang bunyi bicara melalui tangisan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara tangisan itu baru menandakan adanya potensi dasar kemampuan berbicara dari seorang anak yang perlu distimuli dan dikembangkan lebih lanjut oleh lingkungannya melalui berbagai latihan dan pembelajaran. Orang akan merasa terusik jika anaknya lahir tanpa suara tangisan. Orang akan merasa lebih sedih lagi jika anaknya tumbuh
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 230
dewasa tanpa memiliki kemampuan berbicara secara lisan. Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya. Keterampilan berbicara meme-gang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan antara anak-anak itu sendiri. Di luar lingkungan keluarga juga terjadi pembicaraan antara tetangga dengan tetangga, antar teman sepermainan, rekan kerja, teman perkuliahan dan sebagainya. Terjadi pula pembicaraan di pasar, di swalayan, di pertemuan-pertemuan, bahkan sering pula terjadi adu argumentasi dalam suatu forum. Semua situasi tersebut menuntut agar kita mampu dan terampil berbicara. Keterampilan berbicara juga memiliki peran penting dalam pendidikan, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat luas. Proses transfer ilmu pengetahuan kepada subyek didik pada umumnya disampaikan secara lisan. Tata krama dalam pergaulan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat juga banyak diajarkan terlebih dahulu secara lisan. Hal ini berlaku dalam masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Kemampuan berbicara sangat penting dalam kehidupan manusia
karena sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. “Keterampilan berbicara, terutama berbicara di depan banyak orang (public speaking) kini semakin penting. Tidak hanya untuk bisnis, tetapi juga untuk pendidikan, politisi dan di kalangan birokrasi,” demikian dikatakan oleh harian Kompas edisi online. Ditandaskan pula oleh Charles Bonar Sirait, penulis buku The Power of Public Speaking: Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik, “Saat ini public speaking sedang menjadi tren, mulai dari anak-anak sampai orang tua ingin mempelajarinya.” Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berkedudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan, agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa di sekolah meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (dengan pemahaman), berbicara, membaca (dengan mengerti), dan menulis. Dari keempat macam keterampilan
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 231
berbahasa itu guru melihat, mengalami dan merasakan adanya masalah pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang, pada semester I tahun pelajaran 2012/2013, terutama keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dari para siswa. Kendatipun guru telah berusaha keras untuk mengatasinya melalui pembelajaran standar dan dengan menerapkan bahan belajar serta media yang ada, namun tetap saja masalah belum teratasi. Berdasarkan pengalaman empris di lapangan diketahui bahwa kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal itu terdeteksi pada saat siswa diminta oleh guru untuk menjelaskan letak suatu tempat sesuai denah dan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut tidak akurat dan berbelit-belit. Selain itu siswa juga berbicara tersendatsendat sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau berbicara di depan kelas. Pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa di kelas yang berjumlah 38 orang, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena sepertinya malu dan takut salah menjawab. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. Singkatnya, aktivitas belajar dan keterampilan berbicara siswa sangat rendah. Dan, kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki keberanian, sekitar 6 sampai 8 siswa (15%-21%), namun berbicaranya
masih tersendat-sendat, tidak akurat dan tidak runtut. Kenyataan di lapangan membuk-tikan bahwa proses pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV-C khususnya aspek berbicara sangat rendah, prestasi belajar siswapun tidak mencapai kriteria yang ditentukan sehingga perlu dikembangkan suatu strategi tertentu untuk mengatasinya. Strategi yang dimaksudkan adalah penerapan tehnik cerita berantai. Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pemikiran tersebut, ditambah dengan hasil refleksi dan konsultasi dengan teman sejawat akhirnya diperoleh kesimpulan bahwa perlu segera dicarikan solusi alternatif sebagai upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal itu mengingat pentingnya kaitan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya. Selain itu, keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar merupakan tumpuan utama bagi pengembangan keterampilan berbicara tingkat lanjut pada jenjang sekolah yang lebih tinggi maupun sebagai bekal kehidupan siswa kelak di tengah masyarakat. Adapun alternatif pemecahan masalah yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan berbicara secara runtut pada siswa Kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang ini adalah dengan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) melalui penerapan metode pembelajaran cerita berantai (Telling Story Method). Dipilihnya metode ini karena dipandang mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan metode pembelajaran cerita berantai, siswa termotivasi untuk berbicara di
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 232
depan kelas. Siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu, diharapkan pula agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi. Alasan tersebut kiranya diperkuat oleh pernyataan Tarigan (1990) berikut, “Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.” Semua yang telah terurai dapatlah kiranya dirumuskan formulasi judul penelitian tindakan ini sebagai berikut: “Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Cerita Berantai pada Siswa Kelas IVC SDN Ditotrunan 01 Lumajang Tahun Pelajaran 2012/2013.” Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang harus dikuasai peserta didik kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang. Sudah menjadi tugas bagi seorang guru untuk membimbing peserta didik agar memiliki kompetensi berbicara. Bagi peserta didik banyak manfaat yang didapatkan dari keterampilan berbicara. Namun demikian tidak dapat dihindarkan jika dalam praktik pembelajaran berbicara di kelas, peserta didik menemui dan mengalami berbagai kendala. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan umum penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang dengan teknik cerita berantai. Berdasarkan rumusan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam rumusan masalah secara khusus sebagai
berikut: bagaimana proses peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik cerita berantai pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang, dan bagaimana hasil peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik cerita beranta pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan umum, yaitu meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang dengan teknik cerita berantai. Berdasarkan tujuan umum tersebut dapat dijabarkan menjadi tujuan khusus sebagai berikut: mendeskripsikan proses peningkatan keterampilan berbicara dengan cerita berantai pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang, dan mendeskripsikan hasil peningkatan keterampilan berbicara dengan cerita berantai pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah. Bagi siswa, sebagai wujud pengalaman belajar yang berpusat pada subyek didik, dirasakan menyenangkan, bisa memacu aktivitas belajar, meningkatkan keterampilan berbicara secara runtut, baik dan benar dan juga bisa meningkatkan prestasi belajar mereka. Bagi guru yang bersangkutan dan teman sejawat, hasil penelitian tindakan ini setidaknya bisa mendorong semangat untuk lebih meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Bagi sekolah, hasil penelitian ini setidaknya bisa dijadikan sebagai referensi untuk menambah dan memperkaya khazanah kepustakaan sekolah.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 233
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas (Arikunto, dkk., 1998:58). Prosedur penelitian yang digunakan adalah prosedur penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart, yaitu dengan melakukan beberapa langkah penelitian yang meliputi: (1) refleksi awal, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) refleksi penelitian tindakan, (5) perbaikan perencanaan, dan (6) pelaksanaan tindakan siklus II. Sesuai dengan jenisnya, penelitian ini dilaksanakan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang. Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud mendeskripsikan proses peningkatan keterampilan berbicara dengan teknik cerita berantai dan hasil peningkatan keterampilan berbicara dengan cerita berantai. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar penilaian hasil kegiatan pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan memperoleh data tentang peningkatan aktivitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara dan lembar penilaian hasil kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik cerita berantai. Dengan demikian, data penelitian ini terdiri atas dua
kategori, yaitu data tentang peningkatan aktivitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran berbicara dan data tentang peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik cerita berantai. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebagaimana yang dipaparkan, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran berbicara dan peningkatan hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan teknik cerita berantai. Hasil penelitian yang menggambarakan peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara dapat disampaikan dalam paparan berikut. Hasil Penelitian Pratindakan Hasil penelitian pada kondisi awal, menunjukkan bahwa pembelajaran berbicara kurang efektif dan efisien, karena ada indikasi kemungkinan metode pembelajaran yang diterapkan kurang sesuai. Pembelajaran berbicara dikelas selama ini masih sebatas menggunakan metode penugasan dan ceramah berupa penjelasan teknik-teknik berbicara yang baik tanpa praktik dengan berlatih berbicara melalui metode yang inovatif. Hal ini tentu saja berdampak pada siswa, sehingga keterampilan berbicara mereka tergolong rendah yakni masih di bawah standar ketuntasan minimal (KKM) 70. Informasi ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa belum berhasil meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran berbicara baik dari segi proses maupun dari hasil kegiatan pembelajarannya.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 234
Hasil Penelitian Siklus I Dari data aktivitas belajar siswa pada akhir siklus I sebagaimana terpaparkan dapat diketahui adanya tanda-tanda peningkatan aktivitas belajar siswa yang cukup menggembirakan. Kalau sebelumnya (sebelum dilakukan penelitian tindakan) aktivitas belajar siswa sangat memprihatinkan, dalam arti hanya ada sekitar 6 sampai 8 siswa (sekitar 15%-21%) yang memperlihatkan aktivitas belajar cukup baik, maka dengan dilakukannya tindakan sampai akhir siklus I terlihat hanya 8 siswa (21,05%) yang aktivitas belajarnya rendah. Sebagian besar siswa menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi (= 20 siswa atau 52,63%), sedangkan sisanya sebesar 26,32% (= 10 siswa) menunjukkan aktivitas belajar yang sedang-sedang saja. Sampai di sini dapat dikatakan bahwa penerapan teknik cerita berantai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa Kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Lumajang ini mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 31,58% pada akhir siklus I. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa penerapan teknik cerita berantai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada akhir siklus I, dari 38 siswa yang ada, hanya tersisa 7 siswa (18,42%) yang belum tuntas belajarnya. Sedangkan sebagian besar lainnya, yakni sebanyak 31 siswa (81,57%) telah mencapai ketuntasan belajar, hal ini disebabkan karena siswa masih kesulitan melakukan teknik berbicara di depan temannya. Permasalahan dan kendala yang ditemukan pada siklus I menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk menentukan langkahlangkah pada siklus II.
Hasil Penelitian Siklus II Dari data dapat dilihat bahwa pada akhir siklus II hanya ada 4 orang siswa (10,53%) yang aktivitas belajarnya masih tergolong rendah. Sebanyak itu pula jumlah siswa yang aktivitas belajarnya tergolong sedang atau biasa-biasa saja. Sementara itu sebagian besar dari siswa (30 siswa atau 78,68%) menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi. Selanjutnya, berdasarkan hasil tes tulis dan tes lisan, prestasi belajar siswa terkait dengan ketuntasan belajar dan penguasaannya terhadap kompetensi dasar yang berhubungan dengan aspek berbicara pada akhir siklus II dapat diketahui bahwa pada akhir siklus II hanya ada 1 siswa (2,63%) yang tidak tuntas belajarnya. Sedangkan sebagian besar lainnya, yakni sebanyak 37 siswa (97,36%) telah berhasil menuntaskan belajar mereka. Data hasil penelitian siklus I dapat memberikan informasi yang akurat bahwa pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicaradengan menggunakan teknik cerita berantai telah berhasil mewujudkan harapan ideal sebagaimana yang diharapkan. Hal itu telah membuktikan bahwa penggunaan teknik cerita berantai telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran berbicara. Akan tetapi, peningkatan kemampuan siswa tersebut dipandang masih perlu untuk dimaksimalkan mengingat dalam hasil pembelajaran siklus I tersebut, masih terlihat hanya 8 siswa (21,05%) yang aktivitas belajarnya rendah. Sebagian besar siswa menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi (= 20 siswa atau 52,63%), sedangkan sisanya sebesar 26,32%
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 235
(= 10 siswa). Penerapan teknik cerita berantai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada akhir siklus I, dari 38 siswa yang ada, hanya tersisa 7 siswa (18,42%) yang belum tuntas belajarnya. Sedangkan sebagian besar lainnya, yakni sebanyak 31 siswa (81,57%) telah mencapai ketuntasan belajar. Data hasil penelitian siklus II memperlihatkan hasil yang lebih memuaskan, Dari data itu dapat dilihat bahwa pada akhir siklus II hanya ada 4 orang siswa (10,53%) yang aktivitas belajarnya masih tergolong rendah. Sebanyak itu pula jumlah siswa yang aktivitas belajarnya tergolong sedang atau biasa-biasa saja. Sementara itu sebagian besar dari siswa (30 siswa atau 78,68%) menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi. Dari data juga dapat diketahui bahwa pada akhir siklus II hanya ada 1 siswa (2,63%) yang tidak tuntas belajarnya. Sedangkan sebagian besar lainnya, yakni sebanyak 37 siswa (97,36%) telah berhasil menuntaskan belajar mereka, mereka yang tuntas belajarnya ini masih bisa diperinci lagi dengan deskripsi sebagai berikut: siswa yang sekedar tuntas (13,16%), tuntas memuaskan (42,10%) dan siswa yang tuntas sangat memuaskan (42,10%). Proses pembelajaran pembelajaran berbicara dengan menggunakan teknik cerita berantai telah berhasil mengantarkan mayoritas siswa meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran berbicara di kelas, baik dilihat dari segi proses maupun dari hasil kegiatan pembelajarannya. Dengan demikian, hasil penelitian siklus I dan II, telah memberikan informasi yang akurat bahwa penggunaan teknik cerita berantai dapat mengoptimalkan peningkatan
aktivitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan pencapaian hasil kegiatan pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik cerita berantai dapat meningkatkan aktivitas keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan pencapaian hasil kegiatan pembelajaran berbicara pada siswa kelas IV-C SDN Ditotrunan 01 Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang. Berkenaan dengan hal itu, disarankan agar hasil penelitian ini dapat ditindaklanjuti, dijadikan sebagai landasan pertimbangan atau dijadikan sebagai rujukan, oleh sekolah dan para guru yang mengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk dija-dikan sebagai acuan dalam mengembangkan penggunaan teknik pembelajaran di sekolah yang berorientasi pengembangan potensi peserta didik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta Kompas, Keterampilan “Publik Speaking” Makin Penting, http://www2.kompas.com/ Majalah Fasilitator. 2003, Juni edisi V. Melatih Siswa SD Terampil Berbicara, hlm 32. Nuraeni, Euis & Supriatna. 2002. Penataran Tertulis Tipe A untuk guru-guru SLTP Jurusan Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdiknas. Tarigan, Djago & H.G. Tarigan. 1990. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 236