PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBUAT RINGKASAN DENGAN METODE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS VI SDN AKKOR PALENGAAN PAMEKASAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Siti Fatimah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh peningkatan pembelajaran pada materi membuat ringkasan dengan metode cooperative script. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan tahun pelajaran 2012/2013 dengan subjek 22. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil membuat ringkasan dengan metode cooperative script.Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Peneliti menemukan bahwa aktivitas siswa yang lebih baik karena telah menjadikan siswa lebih aktif, percaya diri dan menunjukkan kerjasama yang lebih baik. Adapun berdasarkan penilaian hasil siklus I siswa hanya mampu mencapai ketuntasan klasikal 63,63% dengan KKM 63 pada KD 4.2. dan nilai rata-rata 64,77. Pada siklus II siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 72,72% nilai rata-rata 69,27. Kata kunci: peningkatan, membuat ringkasan, metode cooperative script Tujuan utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar pembelajaran itu terselenggara dengan efektif, seorang pengajar harus mengetahui hakikat kegiatan belajar, mengajar, dan strategi pembelajaran. Dengan memahami hal-hal tersebut, proses pembelajaran dapat diarahkan pada peningkatan kualitas manusia secara utuh baik dalam hal dimensi kognitif-intelektual, keterampilan, maupun nilai-nilai lainnya (Iskandarwassid dan Dadang, 2009:1). Hasil pembelajaran bahasa Indonesia tahun pelajaran 2012/2013 kelas IV SDN Akkor, khususnya pada KD 4.2, yakni “membuat
ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar” sangat memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa dari 22 siswa ternyata terdapat 14 siswa yang dapat memenuhi kriteria yang ditentukan, yakni KKM 63. Hal ini menjadi permasalahan pengajar yang harus dipecahkan dan dicarikan solusinya. Setelah dievaluasi pengajar, ternyata terdapat beberapa hal yang mendasari ketidakberhasilan siswa dalam mencapai KKM tersebut. Pertama, sikap siswa yang pasif ketika pembelajaran berlangsung. Kedua, kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, dikarenakan bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 726
Madura. Ketiga, pembelajaran berlangsung monoton, sehingga hal ini menjadikan siswa bosan. Keempat, waktu yang diperlukan masih kurang (latihan belum selesai, bel sudah berbunyi). Secara umum penelitian ini mengangkat masalah peningkatan kemampuan membuat ringkasan pada siswa kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan metode cooperative script. Adapun rumusan masalah secara khusus dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah proses peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013? dan 2) Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013? Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, terutama yang berkaitan langsung dengan bidang pendidikan. Manfaat yang dimaksud meliputi: 1)Bagi siswa, Hasil penelitian akan menarik minat belajar bahasa “belajar membuat ringkasan” yang lebih efektif dan terpadu sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam bidang tulis-menulis. 2) Bagi guru, dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) ini guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja sistem pembelajaran menulis karangan di kelas dengan menggunakan metode cooperative script.yang merupakan salah satu
bentuk pembelajaran terpadu. Harapannya adalah permasalahanpermasalahan yang dihadapi guru pada umumnya dapat diminimalkan. Di samping itu guru terdorong untuk berinovasi dan kreatif memanfaatkan metode/model pembelajaran tertentu yang relevan dengan kurikulum dan keadaan sekolah. 3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai masukan yang berharga bagi peningkatan kinerja sekolah terutama berkaitan dengan kebijakan pelaksanaan pembelajaran yang relevan dengan pembaharuan kurikulum. Hal ini juga ditujukan pada upaya pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien terciptanya manajemen pendidikan berbasis sekolah. 4) Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian yang mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap usaha penyempurnaan kurikulum sekolah. Sehingga kurikulum sekolah benar-benar berfungsi sebagai laboratorium yang sanggup menciptakan siswa-siswi yang kreatif dan inovatif. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Suyanto (dalam Kisyani, 2009:5), penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktikpraktik pembelajaran di kelas secara profesional.Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 727
pembelajaran yang dihadapi oleh guru di dalam kelas. Oleh karena itu, model rancangan penelitian yang digunakan adalah model spiral bersiklus yang memiliki tahapantahapan yang bersifat spiral. Kurt Lewin dalam Hopkins (dalam Kisyani, 2009:3.4) menjadi acuan pokok atau dasar berbagai model penelitian tindakan, terutama
penelitian tindakan kelas (PTK). Konsep pokok penelitian tindakan menurut Kurt Lewin terdiri atas empat komponen, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observasi), 4) refleksi (reflektif). Lebih jelasnya perhatikan gambar yang diadopsi dari Hopkins, (1993:48) berikut ini.
Gambar 1. SiklusPenelitian Tindakan Kelas Masalah
Siklus 1 Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan)
Terselesaikan
Pelaksanaan Tindakan I
Observasi I
Refleksi I
Analisis Data I
Belum Terselesaikan
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan yang terletak di Desa Akkor Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Penelitian sengaja memilih siswa kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan dengan pertimbangan bahwa siswa kelas VI yang berjumlah 22 siswa dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Hasil pembelajaran siswa tersebut dalam membuat ringkasan kurang maksimal dan belum memenuhi KKM yang ditentukan, yakni 63 dan
Siklus 2
dilaksanakan pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Pada tahap persiapan, peneliti mendeteksi adanya masalah dalam pembelajaran membuat ringkasan di kelas VI. Setelah menemukan beberapa permasalahan, kemudian mengidentifikasi dan menganalisisnya. Tindakan selanjutnya menetapkan fokus permasalahan dalam bentuk rumusan. Adapun pertama yang dilakukan adalah studi pendahuluan, dalam hal ini peneliti merumuskan permasalahan yang dirasakan di
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 728
dalam kelas. Sebelum melakukan pembelajaran dengan metode cooperative script di kelas, peneliti terlebih dahulu menyusun rencana tindakan berikut ini. (1) Identifikasi awal artinya untuk mengetahui secara detail kondisi kelas yang akan diteliti. (2) Menyusun rencana umum pelaksanaan pembelajaran menggunanakan metode cooperative script. (3) Merancang skenario tindakan, mulai dari menentukan teks bacaan, menetapkan waktu dan tahapan-tahapan yang akan dilakukan baik pada pramenulis, saat menulis dan pascamenulis. (4) Persiapan guru, yakni untuk mempersiapkan guru menerapkan metode cooperatif script pada pembelajaran membuat ringkasan. (5) Menyusun alat pengumpul data dan penganalisisannya. Sebelum melakukan pembelajaran dengan metode cooperative script di kelas, peneliti terlebih dahulu menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan tersebut dapat dijabarkan berikut ini. (6) Peneliti menyusun rencana pembelajaran (RP), silabus dan sistem penilaian yang mengacu pada kurikulum 2006 kelas VI untuk dapat diterapkan oleh guru di kelas terteliti. (7) Peneliti menetapkan target pencapaian sebesar 70%, hal ini mengacu pada kurikulum 2006 kompetensi dasar membuat ringkasan dari bacaan yang dibaca. (8) Menyusun rencana umum pelaksanaan pembelajaran kompetensi membuat ringkasan, berupa kegiatan yang akan diterapkan di kelas terteliti, yaitu kegiatan untuk membuat
ringkasan dari bacaan yang dibaca. (9) Merancang skenario tindakan, peneliti merancang skenario tindakan mulai dari menentukan teks bacaan, menetapkan waktu dan tahapan-tahapan yang akan dilakukan baik pada pramenulis, saat menulis dan pascamenulis. (10) Persiapan guru, untuk mempersiapkan guru menerapkan metode cooperative script pada pembelajaran membaca cepat. (11) Menyusun alat pengumpul data dan penganalisisannya, peneliti mempersiapkan alat untuk mengumpulkan data yang berupa pedoman pencatatan lapangan, pedoman observasi, dan pedoman pendokumentasiannya. (12) Menentukan siklus penelitian, yakni setiap siklus 1 kali pertemuan, setiap pertemuan direncanakan 2 jam pelajaran (2x 35 menit). Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan tindakan pembelajaran berdasarkaan skenario tindakan yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan baik kegiatan guru di kelas (oleh teman sejawat) maupun kegiatan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pedoman pengamatan. Oleh karena itu, untuk memudahkan pengamatan sekaligus mengevaluasi tindakan di kelas, peneliti menggunakan pedoman observasi. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui jalannya pembelajaran selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan peneliti dengan tujuan: 1) untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan peneliti dan gur bersamasama, 2) untuk mendapatkan
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 729
keterangan atau catatan tertentu yang sangat penting selama pembelajaran berlangsung, dan 3) untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan tindakan yang dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku yang dilakukan guru maupun siswa di kelas. Pengamatan dilaksanakan secara berkesinambungan mulai siklus I sampai siklus terakhir. Pengamatan yang dilakukaan pada siklus pertama dapat mempengaruhi pada siklus kedua. Hasil pengamatan sangat perlu didiskusikan dengan guru atau kolaborator, sehingga menghasilkan refleksi yang sangat berguna pada siklus berikutnya. Tahap terakhir adalah refleksi yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti mengadakan refleksi berdasarkan data yang diperoleh selama pengamatan dan pemantauan di kelas. Guru melaksanakan refleksi berdasarkan pengalaman selama melaksanakan pembelajaran yang mengalami hambatan atau kekurangan yang ada. Apabila dalam hasil refleksi terdapat kekurangan atau terjadi penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan, maka dimungkinkan membuat perubahan rencana tindakan atau skenario ulang untuk siklus selanjutnya. Sehingga penelitian tetap berada pada tujuan yang diharapkan semula oleh peneliti. Hasil refleksi tersebut akhirnya digunakan untuk memasukkan pada tindakan selanjutnya dan dijadikan dasar atau landasan untuk tindakan sebelumnya pada daur ulang pembelajaran siklus berikutnya, daur ulang tindakan dihentikan setelah diperoleh hasil yang telah ditargetkan oleh peneliti. Untuk menjaring dan mengumpulkan data dalam penelitian
ini, peneliti menggaunakan seperangkat instrumen pengumpulan data. Instrumen yang digunakan terdiri atas instrumen utama dan istrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena peneliti adalah orang yang paling mengetahui saeluruh data dan cara menyikapinya (Pramujiono, 2011:107). Dalam penelitian ini, data yang dimaksud dapat dipilah menjadi 4 bagian, yakni data verbal, nonverbal, data yang berupa nilai atau skor, dan gambar atau foto. Keempat jenis data tersebut diuraikan berikut ini. (13) Data verbal, yakni data yang berwujud tuturan baik lisan maupun tulisan. (14) Data nonverbal, yakni data yang berwujud tindakan atau perilaku guru dan siswa dalam pelaksanaan KBM dengan metode cooperative script. (15) Data berupa skor atau nilai adalah hasil penskoran atau penilaian terhadap kegiatan dan hasil kegiatan siswa dalam melaksanakan tindakan peningkatan kemampuan membuat ringkasan. (16) Data yang berupa gambar dan foto adalah data dalam bentuk dokumentasi kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Sesuai dengan jenis data yang ditetapkan di atas, maka sumber data penelitian ini adalah 1) praktisi, 2) siswa, 3) interaksi belajar mengajar membaca cepat dan 4) teks bacaaan.Selanjutnya analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teknik analisis data interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992:18). Analisis data tersebut terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yakni
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 730
reduksi data penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Dalam penelitian ini, kegiatan analisis data diuraikan sebagai berikut. (17) Kegiatan penelaahan data diawali dengan mentranskripsi data hasil observasi, wawancara dan studi dokumen tentang pelaksanaan tindakan menggunakan metode cooperative script. (18) Kegiatan mereduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian data. (19) Berdasarkan sajian data, peneliti menarik kesimpulan. Dengan demikian, data penelitian ini dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu aktivitas siswa dan guru (sikap dan perilaku) dalam pembelajaran membuat ringkasan dari teks yang dibaca dengan metode cooperative script. Data kuantitatif yaitu hasil nilai peningkatan keterampilan menulis (membuat ringkasan dari teks yang dibaca) pada siswa kelas VI SDN Akkor Palengaan Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah apabila keterampilan menulis (membuat ringkasan dari teks yang dibaca) pada siswa kelasVI SDN Akkor Palengaan Pamekasan Tahun Pelajaran 2012/2013 menggunakan metode cooperative script mengalami peningkatan. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ini meliputi dua hal, yakni proses peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Palengaan Pamekasan
dan hasil peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Palengaan Pamekasan. Berdasarkan penyelidikan pada siklus I dan siklus II, proses peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor tahun pelajaran 2012/2013 dapat dilihat pada dua hal, yakni proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan proses/aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Masing-masing proses tersebut mengalami perbaikan dan peningkatan aktivitas. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran yang dilakukan pada siswa baik siklus I maupun siklus II, terdapat perubahan aktivitas siswa pada aspek-aspek tertentu. Pada aspek 1, yakni mengemukakan pendapat, dari 22 siswa, hanya10 siswa yang dapat melakukannya. Sedangkan 12 siswa lainnya belum dapat mengemukakan pendapat ketika pembelajaran sedang berlangsung (masih pasif). Hal yang dapat diamati pada siklus I ini siswa hanya memperhatikan guru saja dan sebagian yang lain masih bermainmain. Namun, perubahan terjadi dalam proses pembelajaran siklus II, yakni dari 22 siswa, hanya 1 siswa yang masih pasif yakni subjek nomor 16. Hal yang dapat diamati siswa tersebut masih malu untuk mengekspresikan diri. Pada aspek 2, yakni mengajukan pertanyaan, pada siklus 1, dari 22 siswa, hanya 13 siswa yang telah melakukannya. Sedangkan 9 siswa lainnya belum dapat mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi ketika pembelajaran
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 731
sedang berlangsung (masih pasif). Hal yang dapat diamati pada siklus I ini siswa hanya memperhatikan guru saja dan sebagian yang lain masih bermain-main. Namun, perubahan terjadi dalam proses pembelajaran siklus II, yakni dari 22 siswa, hanya 3 siswa yang masih pasif yakni subjek nomor 5, 11, dan 19. Hal yang dapat diamati para siswa tersebut merasa tidak ada bahan yang akan ditanyakan. Pada aspek 3, yakni menentukan inti paragraf, pada siklus 1, dari 22 siswa, hanya 13 siswa yang telah melakukannya. Sedangkan 9 siswa lainnya belum dapat menentukan inti paragraf ketika mereka diberi latihan. Hal yang dapat diamati pada siklus I ini siswa masih bingung tentang cara untuk menentukan inti paragraf. Hal ini dikarenakan mereka tidak begitu memahami tugas yang diberikan. Namun, perubahan terjadi dalam proses pembelajaran siklus II, yakni dari 22 siswa, hanya 1 siswa yang belum dapat menentukan inti paragraf, yakni subjek nomor 7. Hal yang dapat diamati para siswa tersebut adalah siswa ini memiliki keterbatasan dalam hal membaca, yakni lambat dalam membaca. Pada aspek 4, yakni mengurutkan inti cerita tiap paragraf, pada siklus 1, dari 22 siswa, hanya 11 siswa yang telah melakukannya. Sedangkan 11 siswa lainnya masih belum dapat mengurutkan secara benar. Hal yang dapat diamati pada siklus I ini siswa hanya menuliskan inti cerita secara tidak berurutan antar paragrafnya. Namun, perubahan terjadi dalam proses pembelajaran siklus II, yakni dari 22 siswa, hanya 3 siswa yang masih mengurutkan inti cerita tiap paragraf secara tidak teratur, yakni subjek nomor 5, 9, dan 19. Hal yang dapat
diamati para siswa tersebut adalah mereka masih merasa kebingungan untuk mengurutkan inti cerita tiap paragraf yang telah mereka tulis. Pada aspek 5, yakni antusiasme siswa dalam KBM, pada siklus 1, dari 22 siswa, terdapat 17 siswa yang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan 5 siswa lainnya tampak terlihat malas dan kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Hal yang dapat diamati pada siklus I ini siswa mengatakan bahwa mereka belum sarapan dan memiliki masalah dengan keluarga mereka [dimarahi orang tuanya]. Namun, perubahan terjadi dalam proses pembelajaran siklus II, yakni dari 22 siswa, hanya 3 siswa yang masih kurang antusiasmenya untuk mengikuti pembelajaran yakni subjek nomor 7, 9, dan 16. Hal yang dapat diamati para siswa tersebut merasa malas untuk mengikuti pembelajaran dan terburu-buru ingin bermain-main di luar kelas. Adapun berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru adalah terdapat beberapa hal yang belum dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal-hal yang dimaksudkan adalah (1) Guru masih belum mempersiapkan siswa untuk belajar. Pengamat menulis bahwa ternyata guru datang terlambat. Sedangkan siswa sudah dalam kelas, guru masuk kelas dan langsung memberikan materi membuat ringkasan dengan berceramah.(2) Guru belum melaksanakan pembelajaran secara runtut. Ketidakruntutan ini guru setelah menyampaikan materi langsung memberikan tugas latihan. (3) Guru belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 732
direncanakan. Pada siklus I ini sebelum pembelajaran diakhiri ternyata waktu/bel telah dibunyikan tanda akan istirahat. (4) Guru tidak menggunakan media secara efektif dan efisien. Pengamat menuliskan bahwa guru tidak memanfaatkan buku teks dan media yang lainnya. (5) Guru tidak melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.(6) Guru belum dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. pengamat menuliskan bahwa guru mengajar dengan metode tradisional, dengan teknik ceramah. Sedangkan siswa hanya duduk saja memperhatikan guru yang mengajarnya tanpa melakukan aktivitas yang lain.(7) Guru belum menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. Pengamat menuliskan bahwa guru dalam mengajar sedikit diktator, sehingga siswa agak takut yang akan berpendapat atau bertanya. (8) Guru tidak memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran. hal yang tampak dalam proses belajar siklus I ini guru hanya sekedar mengajar saja. belum menampakkan ide-ide kreatif untuk memantau keberhasilan pengajarannya. (9) Guru tidak melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. dalam hal ini guru tidak memberikan arahan atau kegiatan dan/atau tugas sebagai bagian untuk remidi atau pengayaan. Namun, berdasarkan pada hal-hal yang belum dilaksanakan oleh guru di atas, dan atas saran kolaborator/guru yang melakukan pengamatan proses pembelajaran pada siklus I, akhirnya guru memperbaiki pembelajaran pada siklus II. Dalam hal ini dengan menggunakan metode cooperative script dan dengan menyempurnakan pembelajaran yang ada, dalam siklus
II guru telah memperbaiki proses pembelajarannya. Berdasarkan penyelidikan pada siklus I dan siklus II, hasil peningkatan kemampuan membuat ringkasan dengan metode cooperative script pada siswa kelas VI SDN Akkor tahun pelajaran 2012/2013 mengalami perbaikan, yakni memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh guru. Pada siklus I, dari 22 siswa yang mengikuti proses pembelajaran ditemukan sebanyak 14 siswa yang dapat memenuhi KKM, yakni 63. Siswa-siswa tersebut adalah (1) Faqihuddin [nilai 69], (2) Halimatus Sa’diyah [nilai 67], (3) Mohammad Hisam [nilai 72], (4) Hafidz [nilai 65], (5) M. Wildan Asy’ari [nilai 64], (6) Nurur Rohmah [nilai 70], (7) Nor Farida [nilai 67], (8) Rinatus Sholihah [nilai 73], (9) St. Lailatul Maghfiroh [nilai 68], (10) St. Nur Laili [nilai 71], (11) Ulfatus Sholehah A. [nilai75], (12) Ulfatus Sholihah [nilai 77], (13) Habiburrahman Firdaus [nilai 63], dan (14) M. Lutfianto Angga S. [nilai 70]. Sedangkan 8 siswa lainnya masih belum memenuhi kriteria KKM. Secara klasikal dalam siklus I ini, tingkat ketercapaian KKM hanya 63,63% dari jumlah total 22 siswa dengan rata-rata nilai 64,77. Kondisi seperti inilah yang membuat prihatin guru dalam pembelajaran membuat ringkasan karena masih terdapat 8 siswa yang belum tuntas KKM-nya. Adapun pada siklus II, setelah guru mengajar menggunakan metode cooperative script terdapat perubahan yang lebih baik pada hasil belajar siswa, yakni, dari 22 siswa terdapat 16 siswa yang telah memenuhi KKM yang ditetapkan guru, yakni KKM sebesar 63 dan
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 733
rata-rata nilai 69,27. Sehingga secara klasikal ketuntasan mencapai 72,72% dari 22 siswa. Namun, ternyata masih ada siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni (1) Mohammad Ro’is [nilai 55], (2) Alvin Wahyudi [nilai 56], (3) Muhammad Iqbal Maulana [nilai 53], (4) Nur Aini [nilai 55], (5) Siti Nor Holiza [nilai 53], dan (6) Arik Maulana [nilai 57]. Meskipun demikian, pembelajaran menggunakan metode cooperative script telah mampu meningkatkan kemampuan membuat ringkasan pada siswa kelas VI SDN Akkor Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Palengaan Pamekasan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penerapan metode pembelajaran cooperative script dalam peningkatan kemampuan membuat ringkasan pada siswa kelas VI SDN Akkor Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan yang dilaksanakan sebanyak dua siklus seperti yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, pertama, proses penerapan metode cooperative script dalam upaya meningkatkan kemampuan membuat ringkasan siswa kelas VI SDN Akkor Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan telah berhasil sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.Kedua, hasil pembelajaran menunjukkan bahwa metode cooperative script dapat dijadikan alternatif metode untuk mengajarkan keterampilan membuat ringkasan.Ketiga, pembelajaran kooperatif tipe cooperative script ini mempermudah siswa untuk membuat ringkasan karena dengan metode ini siswa dapat saling berpasangan dan saling membantu untuk
menyempurnakan hasil tugas membuat ringkasan. Adapun saran berkaitan dengan kemanfaatan hasil penelitian ini adalah sebafai berikut. (1) Bagi guru, sebaiknya meningkatkan profesionalismenya melalui peningkatan kinerja guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan hasil pembelajaran mengunakan metode ini dapat dijadikan referensi untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sejenis. (2) Bagi siswa, disarankan agar dalam proses pembelajaran membuat ringkasan siswa harus betul-betul aktif dan sungguh-sungguh dan dalam pembelajaran membuat ringkasan agar hasilnya memuaskan, maka sebaiknya disarankan agar siswa membiasakan diri untuk menulis secara lebih baik sesuai dengan langkah-langkah dan tekniktekniknya. (2) Bagi sekolah, sebaiknya sekolah (kepala sekolah & para guru) senantiasa membuat program-program untuk meningkatkan kinerjanya demi memenuhi tuntutan kurikulum yang telah ditetapkan dan upaya-upaya pengelolaan sekolah (pembelajaran) yang berkaitan dengan proses pembelajaran hendaknya dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk mewujudkan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah. (3) Bagi pemerintah, sebaiknya pemerintah memperhatikan kinerja guru melalui tim monitoring berkala dan pemerintah sebaiknya memberikan kontribusi pengetahuan bagi guru dalam rangka meningkatkan profesionalismenya melalui pelatihan atah workshop secara kompetitif serta untuk meningkatkan pembelajaran yang bervariasi
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 734
sebaiknya pemerintah menyediakan fasilitas yang relevan dengan keberadaan guru. DAFTAR RUJUKAN Ambary, H. Abdullah.1999. Petuunjuk Guru; Penuntun Terampil Berbahasa Indonesia 1. Bandung: Trigenda Karya. Baharuddin&Wahyuni, Esa Nur. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media. Fanani, Achmad. 2011. Model Pembelajaran Inovatif. Materi Umum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Surabaya: University Adi Buana Press. Hopkin. D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Keraf, Gorys. 2004. Komposisi: Sebuah pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa Indah. Kisyani dan Tatag Y.E.S. 2009. Modul Umum: Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Universitas negeri Surabaya. Miles, Mattew B and A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi R. Jakarta: Gramedia. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Pramujiono, Agung. 2011. Materi Penelitian Tindakan Kelas. Materi Umum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Surabaya: University Adi Buana Press.
Rifai, Mien A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Samidi & Tri Puspitasari. 2008. Bahasa Indonesia: SD/MI kelas 6. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Santosa, Puji. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Tarigan. Henry Guntur. 1983.Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penulis Bahasa Indonesia UNEJ. 2007. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Andi Offset. Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Penyusunan KTSP Lengkap (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP dan SMA. Yogyakarta: Pustaka Yustisia. Wardani, I G A K, &Wahardit, K.. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
NOSI Volume 1, Nomor 7, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 735