KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi pada Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Tahun 2009/2010)
SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.PdI)
Disusun Oleh : SUNARYO TO NIM : 11408008
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
NOTA PEMBIMBING Lamp Hal
: 3 Eks : Naskah Skripsi Saudara Sunaryoto Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di – Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Sunaryoto NIM : 11408008 Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam Judul : KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi pada Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Tahun 2009/2010) Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB
Pembimbing
_____________________ NIP
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudara : SUNARYOTO dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408008 yang berjudul: KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi pada Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Tahun 2009/2010) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. 25 September 2010 M Salatiga, 16 Syawal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. H. Nasafi, M.PdI NIP. 19551005 198103 1 010
Ruwandi, MA NIP. 19661225 200003 1 002 Pembimbing
______________________ NIP.
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: SUNARYOTO
NIM
: 11408008
Judul Skripsi
: KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi pada Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Tahun 2009/2010)
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Salatiga, 25 September 2010 Yang Menyatakan
SUNARYOTO
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan saling berpesan dengan kebenaran dan saling berpesan dengan kesabaran.” (Q.S. Al-„Ashr: 1-3)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Istriku tersayang, yang telah memberikan inspirasi bagiku 2. Anak-anakku tercinta, yang selalu membimbing, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studiku, semoga Allah senantiasa meridhoinya.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
Tuhan
yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi pada Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga
Tahun
2009/2010). Dengan tersusunnya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi. 3. Bapak
Drs.
H.
Saerozi,
selaku
Dosen Pembimbing,
yang
dengan
keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini. 4. Rekan-rekan mahasiswa STAIN Salatiga, yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan studi. 5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin. vi
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Amin – amin yarobbal ‘alamin
Salatiga,
September 2010 Penulis
Sunaryoto
vii
ABSTRAK
Dengan dukungan keluarga yang harmonis, maka prestasi belajar sebenarnya akan dapat tercapai. Namun demikian kondisi masyarakat, pekerjaan orang tua, pengaruh lingkungan menjadikan keharmonisan keluarga semakin hari semakin menjadi barang yang langka. Orang tua sering tidak memperdulikan anak-anaknya, bahkan bertemu dengan anaknya hanya pada malam hari menjelang akan tidur. Pada pagi hingga sore orang tua sibuk bekerja mencari nafkah. Akibatnya keharmonisan keluarga menjadi berkurang dan perhatian terhadap pendidikan anak sangat kurang. Oleh karena itu prestasi belajar siswa menjadi turun. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana variasi kesejahteraan keluarga siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010? Bagaimana variasi motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010? Adakah hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010 sehingga tujuan penelitiannya adalah Untuk mengetahui variasi kesejahteraan keluarga siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010, untuk mengetahui variasi motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010, dan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 20 orang siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk kesejahteraan keluarga dan motivasi belajar. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kesejahteraan anak dalam keluarga pada siswa SD N Sidorejo Lor 07 yang berada pada kategori tinggi mencapai 45% kategori sedang 40% dan kategori kurang 15 %, Motivasi belajar siswa SD N Sidorejo Lor 07 yang berada dalam kategori tinggi mencapai 25% kategori sedang 50% dan kategori rendah 25% dan Ada hubungan secara positif dan signifikan antara kesejahteraan anak dalam keluarga dengan motivasi belajar siswa SD N Sidorejo Lor 07 dimana r hitung yang diperoleh sebesar 0,793 memiliki nilai yang lebih besar dari r tabel 5% maupun r tabel 1%.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING .............................................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR...............................................................................
vi
ABSTRAK................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................
3
C. Tujuan Penelitian..................................................................
3
D. Hipotesis ..............................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ...............................................................
4
F. Definisi Operasional .............................................................
5
G. Metode Penelitian .................................................................
6
H. Sistematika Penulisan ...........................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kesejahteraan Keluarga ........................................................
9
B. Motivasi Belajar ...................................................................
20
C. Belajar Mengajar ..................................................................
28
D. Keberhasilan Pendidikan Agama ..........................................
32
E. Pengaruh Keharmonisan keluarga terhadap Motivasi ............
39
BAB III HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum SD N Sidorejo Lor 07............................
ix
43
B.
Keadaan Responden ...........................................................
46
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data ........................................................................
50
B. Analisis Pengolahan Data .....................................................
57
C. Analisis Uji Hipotesis ...........................................................
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................
61
B. Saran ....................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
63
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang mendapat prioritas utama dari pemerintah, karena pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Proses
pendidikan di Indonesia selalu mengalami perubahan berupa penyempurnaanpenyempurnaan yang pada akhirnya menghasilkan produk atau hasil pendidikan yang berkualitas. Berbagai usaha telah dilakukan oleh berbagai pengelola pendidikan untuk memperoleh kualitas pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Usaha pembangunan pendidikan yang berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga pendidikan lainnya (Suryosubroto, 2008: 48). Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Saichurum, 2004: 7).
1
2
Perkembangan peserta didik menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan institusi sekolah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan anak. Keluarga yang memiliki kepedulian terhadap anak-anaknya akan memberikan kontribusi positif terhadap semangat anak dalam belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar adalah keluarga, yaitu dalam memberikan motivasi (Slameto, 2003: 54). Kesejahteraan anak memegang peranan penting dalam proses belajar. Proses belajar senantiasa akan berhasil jika dalam diri siswa tumbuh motivasi belajar.
Motivasi belajar dalam diri siswa tentu dipengaruhi faktor intern
berupa intelegensi atau tingkat kecerdasan dan juga faktor ekstern seperti kesejahteraan keluarga. Siswa yang terpenuhi kebutuhan belajarnya tentu akan berbeda dengan siswa yang sarana prasarana belajarnya kurang. Keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh keadaan siswa itu sendiri, juga oleh lingkungannya termasuk lingkungan keluarga, dimana keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan anak tempat dia belajar dan tumbuh.
Ketepatan keluarga dalam memberikan perhatian
akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar. Namun demikian, upaya mencapai kesejahteraan dalam keluarga bukan merupakan hal yang mudah dicapai. Kadang orangtua sibuk mencari nafkah sehingga lupa akan perhatian terhadap belajar anak. Padahal kesejahteraan itu mencakup sejahtera lahir dan batin (Saebani, 2009: 14).
3
Sebagaimana siswa di wilayah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, sebagian orangtuanya merupakan karyawan swasta, sehingga perhatian terhadap anak juga kurang. Hal demikian berdampak pada semangat belajar anak di sekolah yang kurang. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mengambil judul "KESEJAHTERAAN ANAK DALAM KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Korelasi Siswa SD N Sidorejo Lor 07 Kota Salatiga Tahun 2009/2010)"
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana variasi kesejahteraan keluarga siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010? 2. Bagaimana variasi motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010? 3. Adakah hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010?
C.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui variasi kesejahteraan keluarga siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010.
4
2. Untuk mengetahui variasi motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010. 3. Untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan keluarga dengan motivasi belajar PAI siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2010.
D.
Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah "Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kesejahteraan keluarga dengan motivasi belajar siswa SD N Sidorejo Lor 07 Salatiga Tahun 2009/2010"
E.
Kegunaan Penelitian Dari beberapa masalah yang dirumuskan diatas setelah diperoleh jawaban, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoritis a. Memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan masalah keluarga. b. Sebagai pertimbangan penelitian yang sejenis di masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis a. Bagi orang tua siswa sebagai bahan masukan untuk lebih memperkuat pengawasan terhadap anak.
5
b. Bagi
para
guru
sebagai
pertimbangan
tentang
pentingnya
mengupayakan pola pendidikan yang baik agar tercapai kemandirian belajar pada siswa secara optimal. c. Bagi para siswa dapat menambah pengetahuan tentang bimbingan orang tua sehingga mereka mampu mencapai pribadi yang mandiri dalam belajarnya.
F.
Definisi Operasional Untuk memperjelas variabel dalam penelitian, maka dapat diuraikan indikator masing-masing variabel sebagai berikut: 1. Kesejahteraan Anak a. Kelengkapan sarana belajar seperti tas, buku, alat tulis. b. Kelengkapan seragam sekolah meliputi atribut, sepatu, kaos kaki. c. Fasilitas belajar di rumah seperti meja belajar, lampu belajar, komputer d. Kemampuan membeli perlengkapan pembelajaran e. Perhatian orang tua terhadap anak f.
Kebutuhan gizi anak termasuk sarapan
g. Kebutuhan rekreasi anak h. Kebutuhan akan kesehatan 2. Motivasi Belajar Indikator motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Ketepatan untuk datang ke sekolah
6
b. Ketekunan dalam mengikuti pelajaran c. Ketaatan dalam mengerjakan tugas d. Semangat dalam kegiatan belajar mengajar e. Mempersiapkan materi dengan baik f.
Memiliki jadwal pelajaran
g. Kemauan untuk belajar sendiri h. Faktor yang mendorong untuk belajar seperti perhatian orang tua i.
G.
Sikap dalam belajar
Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat serta menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2008: 56). 2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD N Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010. 3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi Populasi merupakan kumpulan individu atau orang dalam suatu wilayah yang memiliki karakteristik tertentu (Sugiyono, 2008: 6). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa SD N Sidorejo Lor 07 sebanyak 143 orang siswa.
7
b. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan obyek penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 20 orang anak kelas IV. Penulis memilih kelas empat karena kelas VI dan kelas V saat dilakukan penelitian sedang ada kegiatan sehingga jumlah siswanya tidak lengkap. Sehingga pengambilan sample dilakukan secara purposive.
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner (daftar pertanyaan). Metode kuesioner dipakai untuk mendapatkan data variabel kesejahteraan keluarga dan motivasi belajar. Kuesioner dibagikan kepada responden.
5. Analisis Data Analisis data untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
rxy
XY X Y N X Y N Y Y 2
2
2
2
Keterangan: rxy
: Koefisien Korelasi Product moment
X
: frekuensi variabel X (kesejahteraan anak)
8
H.
Y
: frekuensi variabel Y (motivasi belajar)
N
: Jumlah responden
Sistematika Penulisan Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman persetujuan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Sedangkan bagian inti terdiri dari: Bab I
Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II
Kajian
Pustaka,
berisi
tentang
landasan
teori
tentang
kesejahteraan anak dan motivasi belajar. Bab III
Hasil Penelitian,
berisi
tentang
gambaran
umum
lokasi
penelitian dan subjek penelitian serta penyajian data. Bab IV
Analisis Data, berisi tentang hasil penelitian, analisis data dan pembahasan.
Bab V
Penutup, berisi kesimpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Kesejahteraan Keluarga Keluarga merupakan satu organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial dan keluarga merupakan lembaga di dalam masyarakat yang paling utama bertanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan sosial dan kelestarian biologis anak manusia (Kartono, 2003: 62). Kesejahteraan keluarga itu akan terwujud apabila masing-masing unsur dalam keluarga itu dapat berfungsi dan berperan sebagimana mestinya dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama, maka interaksi sosial yang harmonis antar unsur dalam keluarga itu akan dapat diciptakan (Hawari, 2004:84). Firman Allah dalam Surat Huud ayat 80
Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)
Dalam kehidupan berkeluarga antara suami istri dituntut adanya hubungan yang baik dalam arti diperlukan suasana yang harmonis yaitu dengan menciptakan saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga, saling menghargai dan saling memenuhi kebutuhan. Setiap orangtua bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan dan terpelihara suatu hubungan antara orangtua dengan anak
10
yang baik, efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orangtua bahwa hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan keluarga yang harmonis (Kartono, 2003: 68). Anak yang hubungan perkawinan orangtuanya bahagia akan mempersepsikan rumah mereka sebagai tempat yang membahagiakan untuk hidup karena makin sedikit masalah antar orangtua, semakin sedikit masalah yang dihadapi anak, dan sebaliknya hubungan keluarga yang buruk akan berpengaruh kepada seluruh anggota keluarga (Hurlock, 2000: 47). Suasana keluarga ynag tercipta adalah tidak menyenangkan, sehingga anak ingin keluar dari rumah sesering mungkin karena secara emosional suasana tersebut akan mempengaruhi masing-masing anggota keluarga untuk bertengkar dengan lainnya. Firman Allah dalam Surat Thaaha ayat 132:
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kesejahteraan keluarga adalah persepsi terhadap situasi dan kondisi dalam keluarga dimana di dalamnya tercipta kehidupan beragama yang kuat, suasana yang hangat, saling menghargai, saling pengertian, saling terbuka, saling menjaga dan diwarnai kasih sayang dan rasa saling percaya sehingga memungkinkan
11
anak untuk tumbuh dan berkembang secara seimbang. Hal ini tersirat dalam Al Qur'an dalam surah An Nisaa’ ayat 9 Allah firman:
Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar
1. Aspek-Aspek Kesejahteraan Keluarga Enam aspek sebagai suatu pegangan kesejahteraan keluarga adalah (Meichiati, 2004: 61): a. Menciptakan kehidupan beragama dalam keluarga. Sebuah keluarga yang sejahtera ditandai dengan terciptanya kehidupan beragama dalam rumah tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan. Berdasarkan beberapa penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius yang penanaman komitmennya rendah atau tanpa nilai agama sama sekali cenderung terjadi pertentangan konflik dan percekcokan dalam keluarga, dengan suasana yang seperti ini, maka anak akan merasa tidak betah di rumah dan kemungkinan besar anak akan mencari lingkungan lain yang dapat menerimanya. Firman Allah dalam surat Thahaa ayat 132:
12
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha, 20:132) b. Mempunyai waktu bersama keluarga Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama, menemani anak bermain dan mendengarkan masalah dan keluhankeluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya, sehingga anak akan betah tinggal di rumah. c. Mempunyai komunikasi yang baik antar anggota keluarga Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Remaja akan merasa aman apabila orangtuanya tampak rukun, karena kerukunan tersebut akan memberikan rasa aman dan ketenangan bagi anak, komunikasi yang baik dalam keluarga juga akan dapat membantu remaja untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya di luar rumah, dalam hal ini selain berperan sebagai orangtua, ibu dan ayah juga harus berperan sebagai teman, agar anak lebih leluasa dan terbuka dalam menyampaikan semua permasalahannya. Betapa pentingnya nasihat orang tua kepada
13
anaknya, sehingga Al Qur’an memberikan contoh, seperti yang terdapat dalam surah Luqman 31:13 Allah berfirman:
Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. d. Saling menghargai antar sesama anggota keluarga Keluarga yang harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap anggota keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan yang lebih luas. e. Kualitas dan kuantitas konflik yang minim. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan pertengkaran
maka
suasana
dalam
keluarga
tidak
lagi
menyenangkan. Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan. f.
Adanya hubungan atau ikatan yang erat antar anggota keluarga. Hubungan yang erat antar anggota keluarga juga menentukan harmonisnya sebuah keluarga, apabila dalam suatu keluarga tidak memiliki hubungan yang erat maka antar anggota keluarga tidak ada
14
lagi rasa saling memiliki dan rasa kebersamaan akan kurang. Hubungan yang erat antar anggota keluarga ini dapat diwujudkan dengan adanya kebersamaan, komunikasi yang baik antar anggota keluarga dan saling menghargai. Keenam aspek tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Proses tumbuh kembang anak sangat ditentukan dari berfungsi tidaknya keenam aspek di atas, untuk menciptakan keluarga harmonis peran dan fungsi orangtua sangat menentukan, keluarga yang tidak bahagia atau tidak harmonis akan mengakibatkan persentase anak menjadi nakal semakin tinggi (Hawari, 2000: 68). Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan individu. Sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Dalam hal ini, peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influentif yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam moral, sosial, dan spiritual. Hal ini karena orangtua adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik, yang akan mereka tiru bentuk tindakan-tindakannya, terutama akhlaknya. Disadari ataupun tidak itu akan tercetak dalam jiwa dan perasaan anak didik (Saebani, 2009: 262). Disini, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal suksesnya anak didik menjadi baik maupun buruk. Jika pendidik jujur, dapat
15
dipercaya, berakhlak yang mulia dan sanggup melaksanakan perintah Allah SWT, serta berani dan mampu menjuhkan diri dari perbuatan yang menjadi larangan Allah SWT, maka punya harapan besar anak didik akan tumbuh dan berkembang dalam kejujuran terbentuk akhlak mulia, berani mengambil sikap untuk melaksanakan perintah Allah SWT, berani dan mampu menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sebaliknya jika pendidik bohong, khianat, durhaka, dan hina, maka tak heran si anak didik akan tumbuh dalam kebohongan, durhaka, dan hina. Anak didik, bila dilihat dari satu segi, ia merupakan buah hati dan bunga dalam keluarga. Dari segi lain ia merupakan amanat Ilahi yang harus dididik dan dibimbing sesuai dengan kehendak Allah. Anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan untuk kebaikan, dan bagaimanapun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu memenuhi prinsip-prinsip kebaikan terutama pokok-pokok pendidikan, selama mereka tidak melihat sang pendidik sebagai teladan dan memilikin moral yang tinggi. Sangat mudah bagi sosok pendidik mengajar anak didiknya dengan berbagai metode pendidikan. Namun amat sukar bagi anak didik untuk melaksanakan selama pendidik diketahuioleh mereka tidak melaksanakan didikan dan bimbingannya. Malah mereka dibilang oleh anak didik hanya omong kosong. Akibatnya, lahir krisis moral yang bermula dari krisis kepercayaan. Keteladanan ini seharusnya memang dari pendidikan orangtua dalam lingkungan keluarga. Maksudnya, pihak keluarga tidak boleh cuci
16
tangan, karena sudah menyerahkan sepenuhnya anaknya ke lembaga pendidikan. Perlu disadari, agama atau jalan hidup anak didik tidak bisa berjalan sendiri, karenanya peran orangtua sangat penting dan ikut menentukan keberhasilan pendidikan anaknya. Dalam kitab Shahihul Bukhari dikatakan bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi (Saebani, 2009: 264). Allah SWT adalah Maha Pendidik dan Dialah peletak pertama metode samawi yang tiada taranya, bahkan Allah SWT lah Yang Maha Kuasa menciptakan Nabi dan Rasul terakhir Nabi Muhammad SAW yang mampu mendidik sehingga sikap, perilaku, dan keimanan manusia jahiliyah menjadi manusia yang terhormat. Nabi Muhammad SAW diutus Allah untuk menyebarkan keteladanan pendidikan samawi kepada seluruh umat manusia. Hanya dengan 23 tahun, amanat Allah itu sampai dengan paripurna kepada obyek pendidikan. Rahasianya, dia dalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral, maupun intelektual. Sehingga
umat
manusia
meneladaninya,
memenuhi
panggilannya,
menggunakan metodenya dalam kemuliaan, keutamaan dan akhlak yang terpuji. Karena kenabian Muhammad SAW adalah penugasan (taklifi) bukan yang dicari-cari (iktisabi). Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai teladan yang baik bagi kaum muslimin dan seluruh manusia disetiap saat
17
dan tempat dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Firman Allah dalam QS. Al Ahzab ayat 21 menyatakan :
"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik."
Namun demikian, ternyata masih ada manusia, apalagi anak didik setelah dewasa tidak mau mengikuti bimbingan dan pendidikan orang tua maupun pendidiknya, malah memilih jalan lain yang tidak benar. Yang demikian itu sering terjadi, seperti ada anak didik yang berani menentang kepada pendidik, berani menentang orang tuanya, berkhianat kepada agamanya dan lebih celaka lagi murtad. Hal demikian dapat terjadi karena ada faktor-faktor tertentu antara lain (Hamid, 2009: 13): 1. Anak didik, pendidikan dan pengamalan agamanya kurang. Yang demikian terjadi karena anak didik tidak banyak mendapatkan pendidikan dan bimbingan agama di lingkungan rumah tangganya, di sekolah, dan di lingkungan masyarakatnya. Keteladanan orang tua di lingkungan rumah tangga dalam mengamalkan ajaran agama sangat berpengaruh sekali kepada anaknya. Pengarahan orang tua untuk mengambil keputusan masuk sekolah sangat penting. Kita akan lebih celaka jika memasukkan anak ke lembaga pendidikan non muslim, karena secara tidak langsung membentuk pribadi anak tersebut untuk berbadan Islam tetapi jiwanya sebaliknya. Akibatnya
18
perasaan hati anak akan kasar, pandangannya tentang Islam remangremang, tidak pernah merasakan manisnya iman dan Islam. Itulah sebabnya anak didik lebih condong memilih jalan hidup yang lain, yang tidak sesuai dengan ajaran Allah SWT. Agama Islam telah memberi petunjuk kepada umatnya agar memperhatikan pendidikan Islam kepada anak-anaknya sejak dini dan menyerahkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah yang Islami, bukan yang merugikan Islam. Disamping itu itu agar orang tua juga menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua menjadi teladan dalam mu'amalah dan 'ubudiyah. Hal ini agar anak bertambah halus perasaannya, bertambah tajam pandangannya terhadap kebenaran dan dapat merasakan kenikmatan iman dan Islam. Maka bersyukurlah anak-anak kita yang terdidik dan prihatin bila anakanak kita terlambat dididik. 2. Kurangnya kontrol dan pengawasan orang tua. Pada umumnya jika orang tua terlalu sibuk mengurus pekerjaannya, berangkat pagi ketika anak-anak masih tidur dan pulang malam ketika anak sudah mengantuk atau tidur. Apabila ada masalah anak didik di sekolah, susah untuk dapat diselesaikan disebabkan undangan pihak sekolah kepada orang tuanya tidak sempat dihadiri oleh orangtua. Atau terlalu percaya kepada anak-anak, jika anak pergi kemana saja, orangtua tidak menaruh curiga sama sekali. Setelah tergelincir dalam kenakalan yang berat, barulah orangtua sadar untuk memperbaikinya. Penyesalan seringkali datang terlambat. Agama Islam membimbing umatnya, baik
19
secara langsung maupun tidak langsung. Jika anak didik menyadari hal demikian, maka ia akan merasa diawasi oleh orang tuanya. Sebaliknya orang tua tidak akan lupa kepada anaknya dan selalu membimbingnya. Dalam hal pengawasan ini, Allah berfirman dalam QS. At Tahrim ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari (siksa) api neraka."
Menjaga keluarga ini berarti termasuk anak-anak kita harus dijaga agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dilarang agama. 3. Terpengaruh kehidupan matrialistis. Jika anak kita terbuai dengan dengan konsep hidup duniawi, dan melupakan
hidup
ukhrawi,
sehingga
tidak
seimbang
antara
perkembangan lahir dan batin. Maka tidak jarang anak menjadi murtad, hanya karena terpengaruh dengan wanita cantik, jabatan, dan harta. 4. Terpengaruh lingkungan keluarga yang rusak. Cukup banyak anak-anak yang menyimpang dari jalan yang benar disebabkan oleh kehidupan dalam rumah tangganya yang tidak harmonis. Anak yang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis akan berakibat fatal dan kurangnya pendidikan, sehingga mudah terjebak dalam pergaulan bebas.
20
B.
Motivasi Belajar Pada hakekatnya belajar adalah hasil dari proses interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar. Belajar dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti mengalami, mengerjakan, memahami, dan sebagainya. Sehingga berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang di alami siswa. Maka pemahaman yang benar mengenai belajar mutlak diperlukan oleh pendidik. Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan
bersifat relatif konstan dan berbekas (Budiningsih, 2002: 7). Menurut Oemar Hamalik, Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Hamalik, 2003: 14). Menurut Slameto, Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 18). Sedangkan menurut A. Suhaenah Suparno Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya (Slameto, 2003: 2). Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
21
dan keterampilan. Menurut Rogers dalam Dalyono belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar tersebut (Dalyono, 1997: 54). Suradi dalam Sardiman juga menyatakan bahwa salah satu ciri terjadinya proses belajar adalah ditandai dengan adanya aktivitas siswa (Sardiman, 2001: 62). Jadi suatu siswa dikatakan telah mengalami belajar jika siswa tersebut ikut terlibat secara langsung atau mengalami sendiri
proses pembelajaran
sehingga dalam diri siswa tersebut terjadi perubahan baik dalam hal penambahan pengetahuan, keterampilan maupun terjadi perubahan tingkah laku ataupun sikap. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang relatif menetap. Aktivitas siswa dalam belajar tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terjadi dalam pembelajaran pada umumnya. Aktivitas tersebut hendaknya mencakup aktivitas yang bersifat fisik atau jasmani maupun mental atau rohani. Diedrich dalam menyatakan ada 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut Sardiman, 2001: 68): 1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
22
2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, sebagai contoh adalah mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, interupsi. 4. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun, berternak. 7. Mental activities, sebagai contoh misalnya mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, gembira, bersemangat, berani, tenang, gugup. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar dengan berbagai aktivitas seperti diuraikan diatas, akan menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan maksimal. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 2003: 73). Tujuan belajar sangat penting dalam sistem pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem
23
pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan belajar. Jadi tujuan belajar adalah suatu komponen sistem pembelajaran yang menunjukkan hasil belajar siswa tercipta setelah melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Tujuan instruksional (instructional effects), biasanya berbentuk ketrampilan dan pengetahuan; 2) Tujuan pengiring (nurturant effects), merupakan hasil sampingan belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. Belajar merupakan suatu proses dimana siswa dengan kemampuan awal yang dimilikinya, akan mengikuti kegiatan belajar mengajar sehingga didapatkan kemampuan akhir yang lebih baik atau tercapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal diperlukan komponen-komponen PBM yang berupa sarana dan prasarana, guru, kurikulum dan lingkungan yang memadai dan mendukung. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan sebuah proses belajar mengajar diperlukan program evaluasi yang terstruktur dan terencana. Rianto menggambarkan bagan sistem pengajaran sebagai berikut (Rianto, 2004: 16):
Sarana
Siswa Kemampuan awal
Guru
Kurikulum
PBM
Evaluasi
Lingkungan
Siswa Kemampuan akhir
24
Gambar 1. Bagan Sistem Pengajaran Setiap kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang khas yaitu hasil belajar. Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan disetiap mata pelajaran dalam waktu tertentu (Slameto, 2003: 84). Keberhasilan seseorang dalam mempelajari sesuatu sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Slameto faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu (Slameto, 2003: 84). 1. Faktor intern a. Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat indera serta tubuhnya. b. Inteligensi dan bakat Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi
25
yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteleginsi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingakat inteleginsi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteleginsi yang rendah. Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Seperti juga inteleginsi, bakat juga mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya juga akan lebih baik. c. Minat dan motivasi Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Bahan pelajaran yang menarik minat belajar siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Motivasi adalah penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Menurut Nasution motivasi dapat berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) maupun dari luar (motivasi ekstrinsik) (Nasution, 1996: 14). Motivasi bukan saja penting karena menjadi faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan hasil belajar. Oleh
26
karena itu guru diharapkan mengetahui kapan siswa perlu dimotivasi dan bentuk motivasi yang harus diberikan agar proses pembelajaran berjalan lancar dan berhasil optimal. Sardiman menyebutkan ada sebelas bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu memberi angka, hadiah, saingan atau kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui (Sardiman, 2001: 48). d. Kematangan dan kesiapan Kematangan
adalah
suatu
tingkat
atau
fase
dalam
pertumbuhan seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kematangan dan kesiapan siswa untuk mempelajari sesuatu yang baru akan mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut. 2. Faktor ekstern a. Keluarga Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Keadaan ekonomi keluarga, cara orang tua mendidik, hubungan anak dengan orang tua, suasana rumah, dan latar belakang budaya (pendidikan orang tua) akan ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. b. Sekolah
27
Keadaan sekolah tempat belajar turut berpengaruh pada tingkat keberhasilan belajar. Kondisi sekolah, metode mengajar guru, kurikulum, tata tertib sekolah, serta hubungan guru dengan siswa dan siswa dengan siswa akan mempengaruhi motivasi belajar siswa sehingga hasil belajarpun terpengaruh. c. Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentu kehidupan masyarakat. Motivasi ialah dorongan untuk mendapatkan efek yang maksimal (Surayin, 2007: 174). Dengan demikian motivasi belajar adalah bahwa motivasi kesungguhan berkaitan dengan perubahan tingkah
laku
sebagai
akibat
bertambahnya
pengetahuan
dan
keterampilan serta sikap pada diri seseorang. Faktor motivasi belajar diantaranya adalah (Hamalik, 2003: 109): a. Kegiatan belajar yang dilakukan b. Latihan atau ulangan, artinya siswa akan intensif belajar jika ada ulangan atau latihan c. Kepuasan dan kesenangan. Seseorang intensif belajar karena dengan belajar seseorang memperoleh kepuasan atau kesenangan d. Pengalaman masa lampau
28
e. Kesiapan dan kesediaan belajar f.
Minat dan Usaha
g. Fisiologis h. Intelegensi atau kecerdasan.
C.
Belajar Mengajar Belajar merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik disengaja maupun tidak disengaja, disadari atu tidak disadari. Proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau hasil belajar. Proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar, disengaja dan terorganisisr dengan baik agar diperoleh hasil yang optimal. Belajar sering kali diartikan kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang mengajar, membaca buku, atau menghafal sesuatu yang diperoleh di sekolah. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian
terhadap atau mengenai
sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi (Rusyan, 2004: 24). Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman (Slameto, 2003: 2). Belajar mencakup dua macam yaitu perubahan tingkah laku akibat
29
latihan dan pengalaman-pengalaman dan proses memperoleh respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dari keadaan tidak tahu menjadi tahu atau dari tahu menjadi lebih tahu, dari tidak terampil menjadi terampil dan belum cerdas menjadi cerdas, dari sikap belum baik menjadi bersikap baik dari pasif menjadi aktif, dari tidak teliti menjadi teliti dan seterusnya.
Belajar ialah proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Belajar merupakan aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas. Cri-ciri tentang kegiatan belajar sebagai berikut: 1) belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik actual maupun potensial;
2) perubahan itu pada dasarnya adalah
diperolehnya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama; 3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha (Slameto, 2003: 16).
30
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu proses yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku dalam diri manusia. Perubahan ini akan membentuk kemampuan sikap dan perilaku hidupnya. Belajar di bidang pendidikan berhubungan dengan kegiatan mengajar. Pengertian yang umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam bidang-bidang studi kependidikan ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Proses belajar mengajar adalah sebuah kegiatan yang integral (utuh) dan terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Poses belajar mengajar memiliki empat komponen yaitu tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Poses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Proses belajar mengajar adalah suatu interaksi antara guru dengan siswa yang saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri) dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar). Fktor intern terdiri dari faktor jasmaniah dan faktor psikologis, sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah dan
31
faktor masyarakat. Faktor sekolah antara lain meliputi metode mengajar, alat atau media pembelajaran, kurikulum dan lain-lain. Faktor keberhasilan pendidikan di sekolah salah satunya menjadi tanggung jawab guru sebagai fasilitator.
Hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ialah
beberapa sifat peserta didik dalam belajar yaitu :
cepat dalam belajar,
lambat dalam belajar, anak kreatif, anak drop out dan anak berprestasi kurang. Sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru tersebut mengajarkan pengetahuan terhadap anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. Faktor guru sangat berperan dalam proses belajar mengajar. Guru yang dapat mengembangkan metode mengajar dan media pembelajaran sangat membantu siswa dalam menerima materi pelajaran sehingga prestasi belajarpun meningkat. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan apabila guru mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
D.
Keberhasilan Pendidikan Agama Keberhasilan pendidikan agama Islam adalah keberhasilan dalam bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian menurut ukuran-ukuran Islam (Saebani, 2009: 63).
Dari pengertian ini nampaknya ada dua dimensi yang akan
diwujudkannya, yaitu dimensi transendental dan dimensi duniawi. Dimensi
32
transendental (lebih dari hanya sekedar ukhrawi) yang berupa ketaqwaan, keimanan dan keikhlasan. Sedangkan dimensi duniawi melalui nilai-nilai material sebagai sarananya, seperti pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan sebagainya. Dengan demikian, pendidikan agama adalah upaya religiosisasi perilaku dalam proses bimbingan melalui dimensi transendental dan duniawi menuju terbentuknya kesalehan (religiositas). Secara normatif pendidikan agama menciptakan sistem makna untuk mengarahkan perilaku kesalehan dalam kehidupan manusia. Pendidikan agama harus mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan memenuhi tujuan agama yaitu memberikan kontribusi terhadap terwujudnya kehidupan religiositas (Saebani, 2009: 65). Religiositas ialah kemampuan memilih yang baik di dalam situasi yang serba terbuka. Setiap kali manusia akan melakukan sesuatu, maka ia akan mengacu pada salah satu nilai yang dipegangi untuk menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Religiositas juga dimaknai sebagai upaya transformasi nilai menjadi realitas empiris dalam proses cukup panjang yang berawal dari tumbuhnya kesadaran iman sampai terjadinya konversi. Agama lebih menitikberatkan pada kelembagaan yang mengatur tata cara penyembahan manusia kepada penciptanya dan mengarah pada aspek kuantitas, sedangkan religiositas lebih menekankan pada kualitas manusia beragama.
Agama dan religiositas merupakan kesatuan yang saling
mendukung dan melengkapi, karena keduanya merupakan konsekuensi logis
33
kehidupan manusia yang diibaratkan selalu mempunyai dua kutub, yaitu kutub pribadi dan kebersamaannya di tengah masyarakat. Religiositas merupakan suatu sikap percaya tentang ajaran-ajaran agama tertentu dan dampak dari ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Sebagai suatu kritik, religiositas dimaksudkan sebagai pembuka jalan agar kehidupan orang beragama menjadi semakin inten. Semakin orang religius, hidup orang itu semakin nyata atau semakin sadar terhadap kehidupannya sendiri. Bagi orang beragama, intensitas itu tidak bisa dipisahkan dari keberhasilannya untuk membuka diri terus menerus terhadap pusat kehidupan. Inilah yang disebut religiositas sebagai inti kualitas hidup manusia, karena ia adalah dimensi yang berada dalam lubuk hati dan getaran murni pribadi. Religiositas sama pentingnya dengan ajaran agama, bahkan religiositas lebih dari sekedar memeluk ajaran agama, religiositas mencakup seluruh hubungan dan konsekuensi, yaitu antara manusia dengan penciptanya dan dengan sesamanya di dalam kehidupan sehari-hari. Secara operasional religiositas didefinisikan sebagai praktik hidup berdasarkan ajaran agamanya, tanggapan atau bentuk perlakuan terhadap agama yang diyakini dan dianutnya serta dijadikannya sebagai pandangan hidup dalam kehidupan. Religiositas dalam bentuknya dapat dinilai dari bagaimana sikap seseorang dalam melaksanakan perintah agamanya dan menjauhi larangan agamanya. Dengan pemaknaan tersebut, religiositas bisa
34
dipahami sebagai potensi diri seseorang yang membuatnya mampu menghadirkan wajah agama dengan tampilan insan religius yang humanis. Meminjam konsep Abu Hanifah, religiositas harus merupakan kesatuan utuh antara iman dengan Islam. Artinya, religiositas jika diamati dari sisi internal adalah iman dan dari sisi eksternalnya adalah Islam. Sebagai suatu fenomena sosial,
rumusan ini menunjukkan bahwa
pengalaman beragama terdiri atas respons terhadap ajaran dalam bentuk pikiran, perbuatan serta pengungkapannya dalam kehidupan kelompok (Widodo, 2006: 24). Agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Ada lima dimensi religiositas (Widodo, 2006: 28), yaitu : Pertama, dimensi keyakinan yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut. Kedua, dimensi praktik agama yang mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktikpraktik keagamaan ini terdiri atas dua aspek penting, yaitu aspek ritual dan ketaatan.
Ketiga,
dimensi pengalaman.
Dimensi ini berisikan dan
memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengaharapanpengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktuakan mencapai pengetahuan
35
subyektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan super natural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaanperasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang. Keempat, dimensi pengetahuan agama yang mengacu kepada harapan bahwa
orang
beragama
paling
tidak
memiliki
sejumlah
minimal
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Kelima, dimensi pengamalan. Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat atau konsekuensi keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari ke hari. Pendidikan
adalah
upaya
sadar
untuk
melakukan
proses
pembelajaran peserta didik menuju pendewasaan. Pembelajaran adalah penyampaian pengetahuan atau rangkaian kegiatan untuk memberikan peluang kepada peserta didik agar dapat mengembangkan diri. Kedewasaan sebagai produk pembelajaran bila dihubungkan dengan upaya penanaman nilai agama adalah kesalehan yang belakangan lebih popular dengan istilah religiositas atau keberagamaan. Dengan demikian pembelajaran adalah proses religiosisasi dalam pendidikan agama. Prinsip utama yang dimiliki guru dalam pembelajaran religiositas adalah bahwa proses mengajar tidak terikat oleh ruang dan waktu, dalam artian mengajar bisa terjadi dimanapun selama siswa memiliki minat yang tinggi dalam memahami dan mengembangkan materi pelajaran. Tugas
36
utama guru adalah mengorganaisir suasana dan situasi agar dapat dijadikan proses belajar. Ada tiga hal yang harus diperhatikan keberhasilan pembelajaran agama. Pertama, Asumsi terhadap siswa. Siswa merupakan input utama dalam pembelajaran. Siswa merupakan elemen yang memiliki potensi yang bisa mengarah pada realitas negatif maupun realitas positif. Pembelajaran mengarahkan siswa kearah terwujudnya atau terbentuknya realitas sikap dan perilaku siswa yang positif. Dalam konteks ini, maka proses pembelajaran harus mampu menjawab, memberikan dan menyelesaikan problematika siswa. Dalam PP Nomor 19 tahun 2005, dinyatakan bahwa dalam pendidikan harus ada standar proses, yaitu proses pembelajaran yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis anak. Berdasarkan pesan PP tersebut, dalam pembelajaran harus dikemas dengan sedemikian rupa agar siswa dapat berekspresi secara bebas, siswa memiliki rasa senang dan nyaman dalam belajar, serta memiliki keleluasaan dalam mengembangkan materi sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga siswa benar-benar memahamai dan mampu melaksanakan materi yang diterima. Apabila pembelajaran justru melahirkan situasi dan kondisi dimana siswa tidak mampu melakukan ekspresi secara bebas, maka religiositas tidak akan dapat dicapai.
37
Kedua, asumsi terhadap pembelajaran. Ibarat sebuah pabrik, pembelajaran adalah proses mencetak sesuatu barang menjadi barang cetakan. Pembelajaran merupakan proses berinteraksinya seluruh elemen dalam pembelajaran, seperti, siswa, tujuan, materi, metode, guru, sarana, lingkungan. Seluruh elemen ini diramu, dikelola guru agar mampu mewujudkan kualitas siswa sesuai dengan harapan. Pembelajaran berarti mengoptimalisasikan seluruh elemen atau faktor dengan cara yang sesuai dengan kapasitas siswa. Pembelajaran harus dikemas dalam suasana yang menyengkan bagi siswa, karena dnegan suasana yang menyenangkan siswa akan mudah menerima dan mengembangkan materi yang diberikan dari guru. Banyak anak-anak tidak suka terhadap materi pelajaran tertentu, bukan disebabkan karena sulitnya materi pelajaran tersebut, tetapi lebih pada faktor siswa pernah memiliki pengalaman pahit di masa lalu terhadap pelajaran tersebut. Oleh sebab itu jika pembelajaran tidak dikemas dengan suasana yang menyenangkan, maka tidak akan dapat melahirkan pembelajaran religiositas. Ketiga, asumsi terhadap guru. Guru diakui atau tidak memiliki peluang sangat besar dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Meskipun demikian, guru tidak bisa bersikap dan berperilaku sembarangan. Guru tidak diperbolehkan memiliki anggapan bahwa dirinya merupakan satu-satunya orang yang paling pinter, siswa adalah anak yang tidak mengetahui apa-apa (bodoh). Apa yang dikatakan guru pasti benar dan tidak boleh dibantah. Guru ibarat raja kecil didalam kelas yang harus ditiru segala ucapan dan
38
tindakannya. Jika asumsi demikian yang ada dalam diri guru maka pembelajaran religiositas tidak pernah ada. Pembelajaran agama perlu dikonstruk dengan memperhatikan unsurunsur yang sangat dominan yaitu : pertama, perumusan mengenai pentahapan atau klasifikasi pencapaian tujuan pembelajaran yang lazim disebut taksonomi harus dirumuskan dengan konkret, tidak hanya tetap berakar pada
al Qur’an dan Sunnah, tetapi juga mewujudkan sosok
kehidupan masa kini yang mampu menunjukkan arah, memberikan motivasi dan menjadi tolok ukur dalam evaluasi kegiatan. Kedua, unsur bahan pembelajaran dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan, bersumber pada wahyu dan yang selanjutnya memberikan penyelesaian praktis permasalahan umat. Cakupan dan arah bahan kemudian didudukkan sebagai kurikulum sebuah kegiatan belajar mengajar. Struktur dan organisasi kurikulum didesain dengan kompak dan utuh, meski susunannya sudah dikemas dalam sosok muatan nasional dan lokal, pada dasarnya berpeluang untuk menentukan jati diri produk pembelajaran dan tidak perlu terkungkung oleh jerat formal. Artinya, unsur kurikulum bisa dibangun dengan membuka pintu baik bidang studi agama maupun non agama. Ini dilakukan karena masing-masing memiliki kaitan fungsional dengan ilmu tentang kenyataan praktis sebagai bagian proses mencapai tujuan.
Kemampuan
membuka
diri
masing-masing
bidang
studi,
menentukan kaitan fungsional antar unsur, dan kemudian membangun organisasi kurikulum yang kompak dan utuh untuk mencapai tujuan.
39
Secara lebih operasional, agar pengajaran dan pendidikan agama perlu sinkronisasi, kerjasama dan diinteraksikan dengan pendidikan non agama, sehingga memudahkan peserta didik mengamalkan agama ke dalam kehidupan
sehari-harinya.
Disinilah
pendidikan
agama
tidak
boleh
terlampau bersikap menyendiri, tetapi harus saling bekerjasama dengan ilmu lain. Bentuknya bisa berupa latihan-latihan pengamalan keagamaan, sehingga pendidikan menjadikan orang beragama secara transformatif. Artinya pendidikan agama yang bisa mempekokoh kehidupan lewat praktek sosial serta berorientasi pada pemecahan problematika ummat.
E.
Pengaruh Kesejahteraan Keluarga terhadap Motivasi Belajar Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Yamin, 2007). Dari pengertian yang di atas mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan
40
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik (Yamin, 2007). a. Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. b. Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.
41
Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat, yang merupakan bentuk dari sebuah perkawinan. Setiap keluarga tentu mendambakan bahagia lahir dan batin. Namun demikian, ternyata tidak mudah untuk mencapai tujuan tersebut. Keharmonisan dalam sebuah keluarga akan tercipta manakala diantara anggota keluarga melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara seimbang. Hal ini dapat dilihat dari keakraban hubungan atau komunikasi yang baik antara orang tua dan anakanaknya. Keharmonisan dalam sebuah keluarga
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak, baik dari segi fisik maupun psikis. Dalam hal ini orang tua mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Karena lingkungan pertama bagi pembelajaran dan pendidikan anak adalah keluarga. Seorang anak yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga harmonis, cenderung mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan dalam keluarga terjalin hubungan yang serasi dan selaras antara orangtua dan anak. Situasi keluarga yang harmonis akan mendorong anak untuk lebih senang di rumah dan melakukan aktifitas atau kegiatan belajar yang dapat memberikan dampak positif bagi dirinya sendiri dalam meraih cita-citanya. Kesulitan atau permasalahan dalam belajar yang dialami anak akan mudah dicari jalan keluarnya karena orangtua berperan aktif dalam melakukan pengawasan dan bimbingan dalam proses belajar anak.
42
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga berpengaruh terhadap motivasi belajar anak, dengan kata lain semakin harmonis sebuah keluarga maka motivasi belajar anak juga akan mengalami peningkatan.
BAB III HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum SD N Sidorejo Lor 07 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga 1. Identitas Sekolah a. Nama Sekolah
: SD N Sidorejo Lor 07
b. Alamat sekolah
: Jln Imam Bonjol No 86 B Kec. Sidorejo Kota Salatiga
c. Dibuka tahun
: 1977
d. Status Sekolah
: Negeri
e. Luas tanah
: 1820 m2
f.
: 478 m2
Luas bangunan
2. Letak Geografis SD N Sidorejo Lor 07 terletak di Jalan Imam Bonjol No. 86 B Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Sekarang ini telah mempunyai gedung yang permanen. Adapun secara geografis area tanahnya berbatasan dengan rumah penduduk. Dilihat dari letak geografis sangatlah strategis karena berada lingkungan pemukiman. Hal ini memungkinkan terciptanya suasana yang tenang karena jauh dari keramaian sehingga proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
43
44
3. Struktur Organisasi Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik. Organisasi dalam arti yang luas adalah badan yang mengatur segala urusan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan kerjasama dalam organisasi. 4. Daftar Guru SD N Sidorejo Lor 07 Keadaan Guru SD N Sidorejo Lor 07 berjumlah 11 orang. Gambaran secara detail dapat dilihat dibawah ini. TABEL 1 DAFTAR GURU SD N SIDOREJO LOR 07 No
Nama
Status
Keterangan
1
Kusnin, S.Pd.SD
PNS
Kepala sekolah
2
Kiswati, S.Pd
PNS
Guru
3
Bangun Setiani, S.Pd
PNS
Guru
4
Mintarsih, S.Pd
PNS
Guru
5
Sumpono, S.Pd.SD
PNS
Guru
6
Sri Sulastri, S.Pd
PNS
GPAI
7
Hambali, S.Ag
PNS
GPAI
8
Sunaryoto
PNS
GPAI
9
Parmusi
PNS
G. OR
10
Restu Ari Nur P
PNS
Guru
5. Sarana dan Prasarana Untuk menunjang proses belajar mengajar, sangatlah mutlak diperlukan adanya sarana dan prasarana. Karena sarana dan prasarana banyak membantu dan memperlancar jalannya pendidikan serta
45
meningkatkan mutu dan kualitas madrasah yang bersangkutan tentu saja digunakan
sesuai
dengan
keadaan
dan
situasi
sekolah
yang
bersangkutan. Sarana dan prasarana atau fasilitas yang dimiliki dalam konteks ini adalah segala sesuatu yang tersedia sebagai pelengkap aktivitas pendidikan di SD N Sidorejo Lor 07. Sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL II SARANA DAN PRASARANA SD N SIDOREJO LOR 07 No
Sarana dan Prasarana
Jumlah
1
Ruang kepala sekolah
1 ruang
2
Ruang kelas
7 ruang
3
Ruang guru
1 ruang
4
UKS
1 ruang
5
Perpustakaan
1 ruang
6
Kamar mandi/ WC guru dan siswa
5 ruang
7
Gudang
1 ruang
8
Dapur
1 ruang
9
Kantin sekolah
1 ruang
Sedangkan sarana dan prasarana perlengkapan sekolah antara lain sebagai berikut: a. Komputer
2 unit
b. Mesin Ketik
2 unit
46
c. Almari
10 unit
d. Rak Buku
5 unit
e. Meja Guru
12 unit
f. Kursi Guru
12 unit
g. Meja Siswa
215 unit
h. Kursi Siswa
265 unit
i.
8 unit
Papan Tulis
6. Keadaan Siswa Jumlah siswa SD N Sidorejo Lor 07 pada tahun 2009/2010 berjumlah 143 orang terdiri dari siswa laki-laki dan perempuan. Perincian selengkapnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: TABEL III DAFTAR JUMLAH SISWA SD N SIDOREJO LOR 07 No
Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
I
14
11
25
2
II
8
9
17
3
III
11
23
34
4
IV
7
13
20
5
V
15
8
23
6
VI
15
9
24
70
73
143
Jumlah
B.
Daftar Responden 1. Daftar Nama Responden
47
Jumlah seluruh siswa SD N Sidorejo Lor 07 adalah 143 anak. Penulis disini mengambil sampel 20 anak kelas IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut : TABEL IV DAFTAR NAMA RESPONDEN No
Responden
Jenis Kelamin
Kelas
1
Pungki Dwi W
P
IV
2
Setiawan F.
L
IV
3
Dwi Jatmiko
L
IV
4
Oktavian P.
L
IV
5
Ahmad Fauzi
L
IV
6
Anggana Raras
P
IV
7
Arin Kamala
P
IV
8
Arivian Lucky
L
IV
9
Astri Novia S
P
IV
10
Caesario Azka
P
IV
11
Desy Rahmawati
P
IV
12
Dimas Wahyu B
L
IV
13
Ditha Malasari
P
IV
14
Dwi Handayani
P
IV
15
Fachri Juniarko
L
IV
16
Fika Rahmadani
P
IV
17
Hazna Isnaiani
P
IV
18
Hendra Puji A.
L
IV
19
Luky Andika
L
IV
20
M. Fajar Wahid
L
IV
48
2. Jawaban Responden tentang Angket Kesejahteraan Anak TABEL V Daftar Jawaban Angket Kesejahteraan Anak
No Item
No Responden 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
B
B
A
B
A
A
A
C
B
A
A
A
A
A
B
2
A
B
A
C
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
A
3
B
A
A
C
A
C
C
A
B
A
A
A
A
B
A
4
B
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
B
A
A
5
A
B
A
C
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
6
A
A
A
B
A
B
A
A
C
C
A
B
A
A
A
7
B
B
A
B
A
C
A
A
B
A
B
C
A
A
A
8
A
A
B
B
A
A
A
A
C
A
A
B
A
A
A
9
B
B
B
B
B
A
A
B
B
A
A
A
A
B
A
10
A
B
A
A
B
C
A
A
A
A
A
A
A
A
A
11
B
B
A
B
A
A
B
A
B
C
A
C
A
A
A
12
A
A
C
B
A
A
A
A
B
A
A
A
A
B
A
13
A
B
A
C
A
B
A
A
B
A
C
B
A
A
A
14
B
C
A
B
A
B
A
A
C
A
A
B
A
A
B
15
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
16
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
17
B
B
A
B
A
B
C
A
B
B
A
B
A
A
B
18
A
B
A
B
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
A
19
A
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
B
A
A
A
20
B
B
A
B
A
A
C
A
C
A
A
A
A
A
B
49
3. Jawaban Responden tentang Angket Motivasi Belajar TABEL VI DAFTAR JAWABAN ANGKET MOTIVASI BELAJAR
No Item
No Responden 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
B
A
B
C
A
B
B
A
A
A
B
A
A
A
B
2
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
B
A
B
B
B
3
B
C
A
B
A
A
A
A
B
A
A
A
B
B
B
4
A
A
C
A
A
B
B
A
A
A
A
A
B
A
A
5
B
A
B
A
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
A
6
A
A
B
A
A
B
A
A
B
B
A
A
A
A
B
7
B
A
A
B
B
A
A
B
A
B
A
A
B
A
C
8
B
B
A
A
A
A
A
A
B
A
B
B
A
A
B
9
A
B
B
A
A
B
A
A
B
B
A
A
A
B
B
10
B
A
B
A
A
B
B
A
A
B
A
A
A
A
A
11
A
B
B
B
B
B
A
A
A
B
C
A
A
A
A
12
B
A
A
A
B
A
C
A
B
A
A
A
A
A
B
13
A
A
B
A
A
A
A
A
B
A
B
A
B
B
C
14
B
B
A
A
B
A
A
A
B
B
B
A
B
A
B
15
B
B
A
B
A
A
A
A
B
A
A
A
A
A
B
16
A
B
A
A
A
B
A
A
B
A
A
B
B
A
A
17
B
B
A
A
A
B
B
A
B
A
A
A
A
B
C
18
A
A
B
A
A
B
B
A
A
B
A
A
A
A
A
19
B
B
B
A
B
A
A
A
A
A
A
B
A
A
A
20
A
A
B
A
A
B
B
B
A
B
A
A
B
A
A
50
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Analisis Data Pertama Setelah data terkumpul serta adanya teori yang mendukungnya, maka langkah berikutnya adalah membuktikan ada tidaknya hubungan kesejahteraan anak dengan motivasi belajar. Maka data yang telah diperoleh akan dianalisis statistik karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat kualitatif. Adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus:
rxy
X Y
XY
N
X 2 X N
2
2 Y 2 Y N
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
N
: Jumlah responden
X
: hasil kuadrat variabel I
Y
: Hasil kuadrat variabel II
XY
: Produk dari X kali Y
Langkah selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai kesejahteraan anak, hasil angket motivasi belajar dan tabel kerja untuk mencari koefisien korelasi antara variabel kesejahteraan anak dan motivasi belajar.
50
51
1.
Daftar Jawaban Angket Kesejahteraan Anak Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: TABEL VII NILAI ANGKET KESEJAHTERAAN ANAK No Item No 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
2
2
3
2
3
3
3
1
2
3
3
3
3
3
2
Jml 38
2
3
2
3
1
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
40
3
2
3
3
1
3
1
1
3
2
3
3
3
3
2
3
36
4
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
42
5
3
2
3
1
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
39
6
3
3
3
2
3
2
3
3
1
1
3
2
3
3
3
38
7
2
2
3
2
3
1
3
3
2
3
2
1
3
3
3
36
8
3
3
2
2
3
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
40
9
2
2
2
2
2
3
3
2
2
3
3
3
3
2
3
37
10
3
2
3
3
2
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
41
11
2
2
3
2
3
3
2
3
2
1
3
1
3
3
3
36
12
3
3
1
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
2
3
40
13
3
2
3
1
3
2
3
3
2
3
1
2
3
3
3
37
14
2
1
3
2
3
2
3
3
1
3
3
2
3
3
2
36
15
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
16
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
17
2
2
3
2
3
2
1
3
2
2
3
2
3
3
2
35
18
3
2
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
43
19
3
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
2
3
3
3
41
20
2
2
3
2
3
3
1
3
1
3
3
3
3
3
2
37
Kemudian untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil per item soal dapat ditabulasikan sebagai berikut:
52
TABEL VIII TABULASI ANGKET KESEJAHTERAAN ANAK Jawaban
No Item
Persentase
Angket
A
B
C
A
B
C
1
11
9
0
55%
45%
0
2
4
15
1
20%
75%
5%
3
17
2
1
85%
10%
5%
4
2
14
4
10%
70%
20%
5
18
2
0
90%
10%
0
6
13
4
3
65%
20%
15%
7
16
1
3
80%
5%
15%
8
17
2
1
85%
10%
5%
9
4
11
5
20%
55%
25%
10
17
1
2
85%
5%
10%
11
18
1
1
90%
5%
5%
12
8
10
2
40%
50%
10%
13
19
1
0
95%
5%
0
14
17
3
0
85%
15%
0
15
16
4
0
80%
20%
0
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk angket kesejahteraan anak dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 43 dan terendah 35 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
53
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
43 35 1 3
9 3
=3 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang kesejahteraannya dalam keluarga baik, sedang dan kurang TABEL IX INTERVAL KESEJAHTERAAN DALAM KELUARGA Nilai
Jumlah siswa
Nilai nominasi
41-43
6 (30%)
A
38-40
6 (30%)
B
35-37
8 (40%)
C
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk kesejahteraan anak dalam keluarga dengan kategori baik mendapat nilai antara 41-43 sebanyak 6 siswa b. Untuk kesejahteraan anak dalam keluarga dengan kategori sedang mendapat nilai antara 38-40 sebanyak 6 siswa c. Untuk kesejahteraan anak dalam keluarga dengan kategori kurang mendapat nilai antara 35-37 sebanyak 8 siswa
54
2.
Daftar tentang Jawaban Angket Motivasi Belajar Adapun hasil penyebaran angket dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: TABEL X HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR No Item No 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
2
3
2
1
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
2
Jml 37
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
3
2
3
2
2
2
39
3
2
1
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
2
37
4
3
3
1
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
40
5
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
42
6
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
2
40
7
2
3
3
2
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
1
37
8
2
2
3
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
2
39
9
3
2
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
2
2
38
10
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
40
11
3
2
2
2
2
2
3
3
3
2
1
3
3
3
3
37
12
2
3
3
3
2
3
1
3
2
3
3
3
3
3
2
39
13
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
1
38
14
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
2
3
2
3
2
37
15
2
2
3
2
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
40
16
3
2
3
3
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
40
17
2
2
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
3
2
1
37
18
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
3
3
41
19
2
2
2
3
2
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
40
20
3
3
2
3
3
2
2
2
3
2
3
3
2
3
3
39
Hasil tersebut kemudian ditabulasikan sebagai berikut:
55
TABEL XI TABULASI JAWABAN ANGKET PER ITEM SOAL Jawaban
No Item
Persentase
A
B
C
A
B
C
1
9
11
0
45%
55%
0
2
11
8
1
55%
40%
5%
3
9
10
1
45%
50%
5%
4
15
4
1
75%
20%
5%
5
14
6
0
70%
30%
0
6
10
10
0
50%
50%
0
7
13
6
1
65%
30%
5%
8
18
2
0
90%
10%
0
9
8
12
0
40%
60%
0
10
12
8
0
60%
40%
0
11
14
5
1
70%
25%
5%
12
17
3
0
85%
15%
0
13
12
8
0
60%
40%
0
14
15
5
0
75%
25%
0
15
8
9
3
40%
45%
15%
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: Untuk angket motivasi belajar dengan jumlah 15 item diketahui nilai tertinggi 42 dan terendah 37 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
56
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
42 37 1 3
5 1 3
=2 Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang memiliki motivasi belajar kategori tinggi, sedang dan rendah TABEL XII INTERVAL MOTIVASI BELAJAR Nilai
Jumlah siswa
Nilai nominasi
41-42
2
A
39-40
10
B
37-38
8
C
Jumlah
20
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk motivasi belajar yang tinggi mendapat nilai antara 41-42 sebanyak 2 siswa b. Untuk motivasi belajar yang sedang mendapat nilai antara 39-40 sebanyak 10 siswa c. Untuk motivasi belajar yang rendah mendapat nilai antara 37-38 sebanyak 8 siswa
57
B.
Analisis Pengolahan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel kesejahteraan anak dan motivasi belajar untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
rxy
XY
X Y N
X 2 2 Y 2 2 X Y N N
Analisis
ini
untuk
mengetahui
seberapa
jauh
hubungan
kesejahteraan anak dengan motivasi belajar. Nilai dari kedua variabel tersebut selanjutnya untuk variabel kesejahteraan anak diberi nama variabel X dan motivasi belajar diberi nama variabel Y. Selanjutnya kedua variabel tersebut didistribusikan ke dalam koefisien dari perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment dengan skor angka kasar. Untuk lebih jelasnya akan penulis kemukakan dalam tabel berikut:
58
TABEL XIII TABEL KERJA UNTUK MENCARI KOEFISIENSI ANTARA KESEJAHTERAAN ANAK (X) DAN MOTIVASI BELAJAR (Y) No Resp
X
Y
X2
Y2
XY
1
38
37
1444
1369
1406
2
40
39
1600
1521
1560
3
36
37
1296
1369
1332
4
42
40
1764
1600
1680
5
39
42
1521
1764
1638
6
38
40
1444
1600
1520
7
36
37
1296
1369
1332
8
40
39
1600
1521
1560
9
37
38
1369
1444
1406
10
41
40
1681
1600
1640
11
36
37
1296
1369
1332
12
40
39
1600
1521
1560
13
37
38
1369
1444
1406
14
36
37
1296
1369
1332
15
41
40
1681
1600
1640
16
41
40
1681
1600
1640
17
35
37
1225
1369
1295
18
43
41
1849
1681
1763
19
41
40
1681
1600
1640
20
37
39
1369
1521
1443
Jumlah
774
777
30062
30231
30125
Sehingga diketahui: X = 774 Y = 777
59
X2 = 30062 Y2 = 30231 XY = 30125 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
X Y
XY X 2 X N
2
N
2 Y 2 Y N
774x777 20 7742 30231 7772 30062 20 20 30125
601398 20 599076 603729 30231 30062 20 20 30125
30125 30069,9
30062 29953,830231 30186,45 55,1 108 ,2 X 44 ,55
55,1 69 ,43
rxy = 0,793
60
C.
Analisis Lanjutan Setelah hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai r yang ada pada tabel. Dalam perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas, diketahui bahwa nilai r yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai r (pada tabel) apakah terjadi signifikansi atau tidak, atas dasar signifikansi 5% Pada tabel lain product moment (r hitung) dengan jumlah responden = 20, kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam tabel diperoleh 0,444, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: pada taraf signifikansi 5% rtabel = 0,444, sehingga r hitung > r tabel Jika dibandingkan dengan taraf signifikansi 1% (0,561) nilai r hitung sebesar 0,793 memiliki nilai yang lebih besar atau dapat dikatakan r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 1%. Oleh karena nilai r yang diperoleh yaitu 0,793 berada pada batas signifikan, 5%. Dengan demikian penulis menerima hipotesis yang berbunyi: Kesejahteraan anak dalam keluarga berhubungan dengan motivasi belajar siswa.
61
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dan beberapa analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kesejahteraan anak dalam keluarga pada siswa SD N Sidorejo Lor 07 yang berada pada kategori tinggi mencapai 45% kategori sedang 40% dan kategori kurang 15 % 2. Motivasi belajar siswa SD N Sidorejo Lor 07 yang berada dalam kategori tinggi mencapai 25% kategori sedang 50% dan kategori rendah 25%. 3. Ada hubungan secara positif dan signifikan antara kesejahteraan anak dalam keluarga dengan motivasi belajar siswa SD N Sidorejo Lor 07 dimana r hitung yang diperoleh sebesar 0,793 memiliki nilai yang lebih besar dari r tabel 5% maupun r tabel 1%.
B
Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut : 1. Orangtua perlu memberikan perhatian terhadap anak, mengingat anak dalam usia perkembangan membutuhkan perhatian.
61
62
2. Orangtua perlu memberikan perhatian terhadap pergaulan anak sehingga anak tidak terpengaruh hal-hal negatif yang dapat mempengaruhi motivasi belajar anak.
C.
Penutup Syukur Alhamdullilah penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menyampaikan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun ada kendala-kendala yang menghadang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis berterima kasih pada pemerhati skripsi untuk berkenan memberikan tanggapan, saran maupun kritik yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis lanjatkan do'a semoga skripsi ini menjadi manfaat yang lebih bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Disiplin dalam Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta _______________. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Budiningsih, 2002. Belajar dan Mengajar, Jakarta: Graha Ilmu Dalyono, 1997. Pendekatan dalam Pembelajaran, Bandung: Bina Insani Hamalik, Oemar. 2003. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Cipta Hurlock, Elizabeth T. 2000. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Gramedia Kartono, Kartini. 2003. Psikologi Perkembangan Keluarga, Jakarta: Graha Ilmu M. Hawari, 2004. Membentuk Keluarga Sakinah, Surabaya: Mitra Ummat Meichiati, 2004. Membangun Keharmonisan Keluarga, Bandung: Alfabeta Poerwadarminto, WJS. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Riyanto, Bambang. 2004. Psikologi Pengajaran, Bandung: Alfabeta S. Nasution, 1996. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius Sardiman, 2001. Konsep Belajar Mengajar, Bandung: Tarsito Slameto, 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, 2008. Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta Surayin, 2008. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Yrama Widya
63