HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV, V DAN VI MI ABDUSSALAM TEMPURAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ANIK ASMOROWATI
NIM 11408102
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
i
ii
HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV, V DAN VI MI ABDUSSALAM TEMPURAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: ANIK ASMOROWATI
NIM 11408102
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Anik Asmorowati
NIM
: 11408102
Jurusan
: Jurusan Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Judul
: HUBUNGAN
ANTARA
PEMAHAMAN
MATERI
AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV, V DAN VI MI ABDUSSALAM TEMPURAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2009/2010 telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga,
Agustus 2010
Pembimbing
Mufiq, S.Ag.M.Phil NIP. 19690617 199603 1 004
iv
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga http://www.salatiga.ac.id email:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara Anik Asmorowati dengan Nomor Induk Mahasiswa 11408102 yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV, V DAN VI MI ABDUSSALAM TEMPURAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2009/2010 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 25 September 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Salatiga,
16 Shawwal 1931 H. 25 September 2010 M.
Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag. NIP. 19570812 198802 2 001
Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. NIP. 19680613 199403 1 004 Pembimbing
Mufiq, S.Ag.M.Phi l NIP. 19690617 199603 1 004
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Anik Asmorowati
NIM
: 11408102
Jurusan
: Jurusan Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,
Agustus 2010
Yang Menyatakan,
Anik Asmorowati
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian. - Nabi Muhammad Saw
PERSEMBAHAN Untuk orang tuaku, para dosenku, saudara-saudaraku, sahabat-sahabat seperjuanganku, dan teman spesialku yang selalu setia “menunggu”
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya serta limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya, shalawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Mumammad SAW. Peneliti menyusun skripsi dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN MATERI AQIDAH AKHLAK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS IV, V DAN VI MI ABDUSSALAM TEMPURAN MAGELANG TAHUN AJARAN 2009/2010”, yang merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pada kesempatan ini peneliti dengan tulus hati mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2.
Suwardi, M.Pd. selaku ketua Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agam Islam Negeri Salatiga, beserta Jajaran dan Staf tingkat Jurusan.
3.
Drs. Joko Sutopo selaku ketua Prodi Ekstensi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf.
4.
Mufiq, S.Ag.M.Phil. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama studi.
5.
Masruroh, S.Psi. Kepala MI Abdussalam Tempuran Magelang beserta guru dan stafnya yang telah memberi dorongan dan bantuan demi kelancaran selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
viii
6.
Segenap dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang yang telah memberikan penulis ilmu dan pengetahuan yang tak terhingga nilainya.
7.
Bapak dan Ibuku tercinta.
8.
Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
semua pihak atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini berguna bagi semuanya.
Magelang,
Agustus 2010
Peneliti
Anik Asmorowati
ix
ABSTRAK Asmorowati, Anik. 2010. Hubungan antara Pemahaman Materi Aqidah Akhlak dengan Sikap Sosial Siswa Kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag.M.Phil. Kata kunci: Aqidah Akhlak dan Sikap Sosial. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan model persekolahan yang bermakna bagi MI Abdussalam Tempuran Magelang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaiamana variasi tingkat pemahaman materi aqidah akhlak siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010? (2) Apakah tingkat pemahaman materi aqidah akhlak berhubungan dengan sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 terhadap materi Aqidah Akhlak baik. Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara tingkat pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. Mengacu pada temuan tersebut, maka penelitian ini merekomendasikan kepada instansi pendidikan khususnya madrasah supaya benar-benar konsisten memberikan materi aqidah akhlak agar pesan-pesan keimanan dan moral/akhlak yang ada didalamnya bisa diambil dan diserap oleh para siswanya sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi orang tua, hendaknya memberikan teladan bagi anak-anaknya karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam membangun dan membentuk pribadi anak dan bisa membantu pihak madrasah terkait dalam membimbing anak-anaknya sehingga materi-materi aqidah akhlak yang telah diberikan dapat diimplementasikan dalam dunia nyata
x
DAFTAR ISI Sampul ..................................................................................................................
i
Lembar Berlogo ....................................................................................................
ii
Judul ......................................................................................................................
iii
Persetujuan Pembimbing .......................................................................................
iv
Pengesahan Kelulusan...........................................................................................
v
Pernyataan Keaslian Tulisan .................................................................................
vi
Motto dan Persembahan ........................................................................................
vii
Kata Pengantar ......................................................................................................
viii
Abstrak ..................................................................................................................
x
Daftar Isi................................................................................................................
xi
Daftar Tebel ..........................................................................................................
xiv
Daftar Gambar .......................................................................................................
xv
Daftar Lampiran ....................................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................
6
E. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
F. Definisi Operasional ......................................................................
6
G. Metode Penelitian ..........................................................................
7
H. Sistematika Penulisan Skripsi........................................................
10
xi
BAB II
LANDASAN TEORI A. Aqidah Akhlak...............................................................................
12
1.
Definisi Aqidah Akhlak..........................................................
12
2.
Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak ....................................
17
3.
Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak ............................................
18
4.
Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak ..............................
19
5.
Pendekatan Pelajaran Aqidah Akhlak ....................................
22
B. Sikap Sosial ...................................................................................
23
1.
Pengertian Sikap Sosial ..........................................................
23
2.
Pembentukan Sikap Sosial Anak ............................................
25
3.
Perkembangan Sikap Sosial Anak ..........................................
28
4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial....................
33
C. Hubungan Pemahaman Materi Aqidah Akhlak dengan Sikap Sosial ...................................................................................
35
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat Penelitian ..........................................................................
39
B. Deskripsi Lokasi ............................................................................
39
C. Letak Geografis .............................................................................
40
D. Keadaan Guru dan Siswa...............................................................
40
E. Sarana dan Prasarana .....................................................................
41
F. Kegiatan Keagamaan yang Diadakan ............................................
44
G. Struktur Organisasi ........................................................................
45
H. Visi dan Misi .................................................................................
45
xii
I.
J.
Karakteristik Tiap Variabel ...........................................................
46
1.
Pemahaman Materi Aqidah Akhlak .......................................
46
2.
Sikap Sosial ............................................................................
47
Teknik Analisis Data .....................................................................
48
1.
Analisis Satu Variabel ............................................................
48
2.
Analisis Hubungan 2 Variabel ...............................................
48
3.
Uji Hipotesis ...........................................................................
49
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...............................................................................
BAB V
51
1.
Pemahaman Materi Aqidah Akhlak .......................................
51
2.
Sikap Sosial ............................................................................
53
B. Analisis Hubungan Dua Variabel ..................................................
54
C. Uji Hipotesis ..................................................................................
55
D. Pembahasan ...................................................................................
56
PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
59
B. Saran ..............................................................................................
59
Daftar Pustaka Lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri siswa untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003). Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Sabri, 1999). Pendidikan
agama
merupakan
bagian
pendidikan
yang
sangat
penting yang berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak, keagamaan dan sosial masyarakat. Agama memberikan motivasi hidup dalam kehidupan. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, diyakini dan diamalkan oleh manusia Indonesiaagar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga dapat menjadi manusia yang utuh. Agama mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadi
1
2
maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kebahagiaan lahiriah dan rohaniah. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, kreatif, trampil, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani, sehingga mampu menghadapi segala perubahan era globalisasi yang menuntut kesiapan sumber daya manusia. Konsekuensi dari masuknya budaya asing, pelaku bisnis, politik, ekonomi, dan sebagainya, bahkan nilai-nilai budaya asing, seperti munculnya sikap individualisme, muculnya tingkah lakunya tidak kenal sopan santun, adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin yang mampu menggeser budaya bangsa Indonesia. Sekolah sebagai salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan penting dalam usaha untuk mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang baik, serta menjadikan anak senang berbuat kebaikan. Pendidikan yang dilaksanakan melalui jalur sekolah diantaranya pendidikan keagamaan. Sementara itu, di Madrasah Ibtidaiyah Abdussalam Tempura Magelang sebagai sekolah yang berasaskan agama Islam mempunyai problema dalam hal akhlak murid, misalnya mulai nampak tindakan mencuri milik temannya, membohongi gurunya dan lain sebagainya. Dengan demikian pendidikan akhlak sejak dini pada anak didik sangatlah penting sekali agar anak terbiasa bersikap
3
sopan dan selalu berbuat hal-hal terpuji lainnya dalam kehidupan bermasyarakat baik pada saat masih bersekolah maupun pada saat mereka besar nanti. Aqidah merupakan dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan yang didirikan, harus semakin kokoh fondasi yang dibuat. Jika fondasinya lemah, bangunan itu akan cepat roboh. Tidak ada bangunan tanpa fondasi. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah Swt kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Seseorang tidaklah dinamai berakhlak mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar (Ilyas, 1993). Pada satu kesempatan, Rasulullah pernah menasehati seorang sahabat. Waktu itu Rasulullah berkata, bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada dan bersegeralah untuk melaksanakan perbuatan yang baik kalau seandainya kamu berbuat dosa. Karena sebenarnya perbuatan baik itu akan membantu menghapus dosa tersebut. Selain itu Rasulullah juga memperingatkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang berakhlak baik. hal ini tidak lain karena apa yang kita perbuat, sedikit-banyak dipengaruhi dengan kondisi lingkungan. Siapa yang bergesekan dengan kita setiap hari dan dengan siapa yang menjadi teman bicara kita (Umum, 2010). Menurut Djatnika (1996) memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan
4
hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Mata pelajaran aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Depag, 2004). Kompetensi mata pelajaran aqidah akhlak berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai peserta didik setelah menempuh Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MI. Kompetensi ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat aqidah serta meningkatkan kualitas akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Kompetensi mata pelajaran aqidah akhlak di MI adalah meliputi: rukun iman, berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu menjaga kemurnian Aqidah Islam; memiliki keimanan yang kokoh yang dilandasi dalildalil naqli (al-Qur.an dan Hadits), dalil aqli (Rasionalitas). Dari hasil pembelajaran aqidah akhlak di sekolah siswa dapat memahami, menghayati serta memiliki sikap dan perilaku sebagai orang yang
5
beriman kepada Allah Swt dan mengamalkan akhlak terpuji terhadap lingkungan sosial atau sesama manusia dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaiamana variasi tingkat pemahaman materi aqidah akhlak siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010?
2.
Bagaimana sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010?
3.
Apakah tingkat pemahaman materi aqidah akhlak berhubungan dengan sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui variasi tingkat pemahaman materi aqidah akhlak siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
2.
Untuk mengetahui sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
6
3.
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman materi aqidah akhlak dengan sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara tingkat pemahaman materi aqidah akhlak dengan sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilaksanakan adalah: 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini juga dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan tentang pendidikan khususnya pada bidang pendidikan akhlak dan keimanan.
2.
Manfaat Praktis Sebagai pengalaman dan penanaman guru agama terhadap pendidkan akhlak anak didik yang didasarkan pada Pendidikan Agama Islam di sekolah.
F. Definisi Operasional 1.
Tingkat pemahaman materi aqidah akhlak adalah kemampuan siswa dalam memahami atau menguasai materi aqidah akhlak yang telah dipelajari.
7
2.
Sikap sosial siswa adalah suatu bentuk pola perilaku lahiriah dan batiniah terhadap fenomena atau gejala yang mempunyai arti sosial.
G. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai suatu variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. Pendekatan survei adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara langsung turun ke lapangan untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berkaitan dengan pemahaman materi aqidah akhlak dan sikap sosial dengan memberikan kuesioner keapda siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran.
2.
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010, sedangkan waktu penelitian adalah di luar jam pelajaran.
3.
Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 berjumlah 90, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 berjumlah 44.
4.
Instrumen Penelitian a.
Pemahaman materi aqidah akhlak.
8
Indikator pemahaman siswa tentang materi aqidah yang menyangkut: 1) Kemampuan siswa dalam memahami dan meyakini sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah. 2) Kemampuan siswa dalam memahami dan meyakini adanya malaikat Allah, nama-nama malaikat dan tugasnya. 3) Kemampuan siswa dalam memahami dan meyakini kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud, Musa, Isa dan Muhammad SAW. 4) Kemampuan siswa dalam memahami dan meyakini adanya rasulrasul Allah Indikator pemahaman siswa tentang materi akhlak menyangkut: 1) Kemampuan siswa dalam memahami nilai sikap dan perilaku terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu. 2) Kemampuan siswa dalam memahami akhlak terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu. 3) Kemampuan siswa dalam memahami sikap dan perilaku menghindari akhlak tercela. 4) Kemampuan siswa dalam memahami sikap Riya, Kufur, Syirik dan Nifaq. 5) Kemampuan siswa dalam memahami akhlak Nabi Muhammad SAW
9
b.
Indikator sikap sosial, yaitu tolong menolong, tenggang rasa (tepa slira), saling memaafkan, patuh kepada orang tua dan sopan santun, serta mengembangkan sikap solidaritas sesama anggota masyarakat.
5.
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner. Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Materi pertanyaan secara sistematis dengan menggunakan alternatif jawaban tertutup, di mana setiap item telah diberikan kemungkinan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tepat sesuai dengan dirinya. Kuesioner ini disebarkan kepada siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Khususnya untuk memperoleh data tentang pemahaman materi aqidah akhlak dan sikap sosial siswa secara umum.
6.
Analisis Data Penilaian atas pemahaman materi aqidah akhlak dan sikap sosial siswa dilakukan scoring, dan digunakan penilaian acuan norma (PAN) dan dikategorikan berdasarkan acuan ini. Hasil scoring dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu: sangat baik, baik, cukup dan tidak baik. Penilaian pada kuesioner yaitu, jika menjawab a skornya 4, jika menjawab b skornya 3, jika menjawab c skornya 2 dan jika menjawab d skornya 1. Untuk menguji hubungan antara pemahaman materi Aqidah Akhlak dengan sikap sosial siswa kelas V MI Abdussalam Tempuran Magelang
10
Tahun Ajaran 2009/2010, maka digunakan teknik uji statistik korelasi. Analisis dilakukan dengan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistic Package for Social Science) for Windows versi 17.0. H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I
Pendahuluan Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB II
Landasan Teori Bab ini berisi tentang definisi aqidah akhlak, tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak, ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlak, fungsi pelajaran Aqidah Akhlak, pendekatan pelajaran Aqidah Akhlak dan sikap sosial, hubungan pemahaman materi aqidah akhlak dengan sikap sosial siswa.
BAB III
Hasil Penelitian Bab ini berisikan mengenai gambaran umum lokasi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, struktur organisasi, visi dan misi MI Abdussalam Tempuran Magelang, karakteristik tiap variabel, dan teknik analisis data.
BAB IV
Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi tentang analisis peningkatan hasil belajar, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil uji hipotesis.
11
BAB V
Penutup Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI A. Aqidah Akhlak 1.
Definisi Aqidah Akhlak Pengertian aqidah akhlak terdiri dari dua kata yaitu aqidah dan akhlak yang mempunyai pengertian secara terpisah. Aqidah berasal dari kata aqoid, bentuk jamak dari kata aqidah yaitu sesuatu yang wajib dipercayai atau diyakini hati tanpa keraguan (Munawir, 1997: 275). Sedangkan secara terminologi (istilah) aqidah berarti segala keyakinan yang ditetapkan oleh Islam yang disertai oleh dalil-dalil yang pasti (Rifa’i dkk, 1994: 1). Hal-hal yang termasuk di dalam pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya alam. Aqidah menurut syara. ialah iman yang kokoh terhadap segala sesuatu yang disebut dalam Al-Qur.an dan Hadits shahih yang berhubungan dengan tiga sendi Aqidah Islamiyah, yaitu (Munawir, 1997: 115): a.
Ketuhanan, meliputi sifat-sifat Allah SWT, nama-nama-Nya yang baik dan segala pekerjaan-Nya.
b.
Kenabian, meliputi sifat-sifat Nabi, keterpeliharaan mereka dalam menyampaikan risalah, beriman tentang kerasulan dan mukjizat yang diberikan kepada mereka. Dan beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka.
12
13
c.
Alam kebangkitan: 1) Alam rohani, membahas alam yang tidak dapat dilihat oleh mata. 2) Alam barzah, membahas tentang kehidupan di alam kubur sampai bangkit pada hari kiamat. 3) Kehidupan di alam akhirat, meliputi tanda-tanda kiamat, huru-hara, pembalasan amal perbuatan. Menurut Azzam (1993: 17), aqidah adalah iman dengan semua
rukun-rukunnya yang enam. Berarti menurut pengertian ini iman yaitu keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, hari kebangkitan dan Qadha dan Qadar-Nya. Pengertian Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman (Haryono, 2007). Aqidah secara etimologi, aqidah berasal dari kata 'aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh seseorang. Jika dikatakan "Dia mempunyai aqidah yang benar" berarti aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah
merupakan
perbuatan
hati,
yaitu
pembenarannya kepada sesuatu (Haryono, 2007).
kepercayaan
hati
dan
14
Aqidah berarti pula keimanan. Keimanan menurut Muhammad Naim Yasin dalam Azzam (1993: 17) terdiri dari tiga unsur: pengikraran dengan lisan, pembenaran dengan hati, dan pengamalan dengan anggota badan. Akhlak dilihat dari segi bahasa adalah berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata Khuluk yang artinya perangai atau tabiat. Namun kata Khuluk atau Al Khuluk mengandung segi-segi yang sesuai dengan Al Khuluk yang bermakna kejadian (Mas’ari, 1990: 1). Dalam ensiklopedi pendidikan anak Islam dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khalik-Nya dan terhadap sesama manusia (Ahmad, 2008: 9). Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental (halun lin-nafs) yang mendorong untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak (tempramen) dan ada yang berasal kebiasaan dan latihan (Ardani, 2005: 27). Akhlak menurut Al Ghazali (1970: 6) mempunyai tiga dimensi: a.
Dimensi diri, yakni orang dengan dirinyadan Tuhannya, seperti ibadah dan shalat.
b.
Dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya dengan sesamanya.
c.
Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya.
Menurut Ardani (2005: 28) akhlak itu mempunyai empat syarat : a.
Perbuatan baik dan buruk
15
b.
Kesanggupan melakukannya
c.
Mengetahuinya
d.
Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dan sifat tersebut, sehingga mudah melakukan yang baik atau yang buruk Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat
dalam perbuatan akhlak, yaitu (Nata, 2002: 5): a.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
b.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
c.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
d.
Perbuatan
akhlak
adalah
perbuatan
yang
dilakukan
dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. e.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata karena Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian. Pada dasarnya hakekat akhlak bisa dibina dan dibentuk sebagaimana
ucapan Al Ghazali yang dikutip oleh Abudin Nata dalam bukunya: .bahwa kepribadian itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan dan pembiasaan (Nata, 1996: 162). Jadi kedua pengertian di atas yaitu aqidah dan akhlak dapat diketahui bahwa keduanya mempunyai hubungan yang erat, karena aqidah atau iman dan akhlak berada dalam hati. Dengan demikian tidak salah kalau pada
16
sekolah tingkat Ibtidaiyah kedua bidang bahasan ini dijadikan satu mata pelajaran yaitu Aqidah Akhlaq. Pembelajaran aqidah akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan
pengalaman,
keteladanan
dan
pembiasaan
(http://www.fendighozali.co.cc). Jadi mata pelajaran aqidah akhlak mengandung arti pengajaran yang membicarakan tentang keyakinan dari suatu kepercayaan dan nilai suatu perbuatan baik atau buruk, yang dengannya diharapkan tumbuh suatu keyakinan yang tidak dicampuri keragu-raguan serta perbuatannya dapat dikontrol oleh ajaran agama. Adapun pengertian mata pelajaran aqidah akhlak sebagaimana yang terdapat dalam Kurikulum Madrasah (2004: 21-22) adalah: Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT. dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah di satu sisi dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa.
17
2.
Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak Tujuan Pengajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah tertuang dalam kurikulum Madrasah Ibtidaiyah bidang studi aqidah akhlak yaitu (Rifa’i dkk., 1994: 15): a.
Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani sehingga keyakinan itu tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
b.
Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mata pelajaran Aqidah-Akhlaq bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam Akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (http://www.canboyz.co.cc). Dari rumusan tujuan tersebut, ternyata tujuan pengajaran aqidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah pada hakikatnya adalah agar siswa mampu
18
menghayati nilai-nilai aqidah akhlak dan diharapkan siswa dapat merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. 3.
Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran Aqidah Akhlak ini memiliki fungsi sebagai berikut (Alfat dkk. 1994: 31): a.
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga.
b.
Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlaq di Madrasah berfungsi untuk: (a)
Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (b) Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta Akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang sebelumnya telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga; (c) Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial; (d) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; (e) Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dihadapinya sehari-hari; (f) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan Akhlaq, serta sistem dan
19
fungsionalnya; dan (g) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Aqidah dan Akhlaq pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (http://www.canboyz.co.cc). 4.
Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak Sasaran perbuatan manusia pada hakikatnya terbagi dua, yaitu sasaran vertical yang bersifat ilahiyah dan sasaran horizontal yang bersifat sosiologis. Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan. Ada hubungan manusia dengan Tuhan melalui ibadah, ada hubungan manusia dengan manusia melalui muamalah, ada hubungan manusia dengan dirinya sendiri melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau makhluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran aqidah akhlakpun tidak terlepas dari sasaran tersebut. Ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlak ini meliputi (Alfat dkk. 1994: 24): a.
Masalah keimanan seperti rukun iman (iman kepada Allah), Rasul-rasul Allah, hari akhir dan iman kepada qodo dan qodar)
b.
Cerita para Nabi dan Rasul Allah yang shaleh
c.
Masalah akhlak. Pembahasan masalah akhlak ini meliputi akhlak mahmudah yang harus diupayakan menjadi kebiasaan dan akhlak madzmumah yang mutlak harus dihindari.
20
Materi pokok atau ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak satu persatu sebagai berikut (Departemen Agama, 2004): a.
Hubungan manusia dengan Allah Dalam kurikulum hubungan manusia dengan Allah merupakan materi pertama yang harus ditanamkan terhadap siswa yang menjadi dasar Aqidah Islam, agar mereka meyakini keagungan dan ke-Esaan Allah sebagai Tuhan yang mencipta alam ini. Manifestasi rasa iman kepada Allah adalah tercermin dalam bentuk kehidupan sehari-hari. Dalam kurikulum 2004 materi yang terdapat dalam ruang lingkup ini meliputi Aqidah Islam yaitu: rukun iman yang terdiri dari beberapa aspek: keimanan kepada Allah (sifat wajib, mustahil dan jaiz Allah), keimanan kepada Malikat-malaikat-Nya, keimanan kepada Kitab-kitabnya, keimanan kepada Rasul-rasul-Nya (sifat-sifat dan mu.jizatnya), keimanan kepada hari akhir. Maka sangatlah tepat dalam materi
aqidah
akhlak
bahasan
utamanya
adalah
masalah
Ketuhanan/Ilahiyah. Dengan demikian sejak dini siswa sudah dikenalkan terhadap tugasnya di dunia, yaitu membina hubungan yang harmonis dengan penciptanya, dengan jalan menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. b.
Hubungan Sesama Manusia Hubungan sesama manusia merupakan materi pelajaran aqidah akhlak yang ditanamkan kepada siswa, yang merupakan kelangsungan dan manifestasi dari bentuk hubungannya dengan Allah, dengan
21
maksud agar mereka kelak mampu menjadi manusia yang taat kepada Allah, dan mampu pula berhubungan dengan sesame manusia secara baik dan hidup berdampingan secara wajar. Hal ini perlu ditanamkan kepada siswa karena manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat memerlukan bantuan dan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam kurikulum 2004 materi yang dipelajari meliputi aspek akhlak terpuji yang terdiri atas khauf, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad yang kuat, ta.aruf, ta.awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah, menepati janji, dan bermusyawarah. Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik, namimah, dan ghibah. Dengan materi yang demikian siswa diharapkan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. c.
Hubungan Manusia dengan Alam Lingkungannya Manusia disamping taat kepada Allah, mampu bergaul sesama manusia dengan baik, juga diharapkan mampu mengelola dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya, antara binatang dan tumbuhan serta manusia terdapat hubungan timbal balik yang saling membutuhkan satu dengan yang lain. Timbal balik antara manusia dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan harus dijaga keseimbangan dan kesinambungannya. Apabila keseimbangan hubungan antara ketiganya tidak terjaga, maka akan menimbulkan kerusakan dan bencana. Aspek hubungan manusia dengan alam ini dimaksudkan agar siswa mencintai, menyelidiki dan mampu mengolah alam dan
22
memanfaatkannya
untuk
beribadah
kepada
Allah.
Ajaran
ini
dimaksudkan agar siswa dapat menambah rasa syukur terhadap nikmatnikmatnya yang telah diberikan Allah kepada manusia, sehingga akan mempertebal rasa iman kepada Allah. Ketiga hal atau materi pokok di atas merupakan hal penting dalam mewujudkan aktifitas yang serasi, penuh dengan nilai-nilai agama. Terlaksananya hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya dapat menciptakan kehidupan
yang
sejahtera,
penuh
kebahagiaan
dan
sarat
dengan
keseimbangan materi dan rohani. Sehingga terciptalah lingkungan yang bersih dari caci maki dan perbuatan jelek lainnya, dengan demikian akan terbentuklah masyarakat yang saling menolong dan perbuatan baik lainnya di bawah satu ikatan Aqidah Islam. 5.
Pendekatan Pelajaran Aqidah Akhlak Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak ini adalah (Alfat dkk. 1994: 41): a.
Pendekatan rasa (kalbu), yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan siswa dalam memahami dan meyakini kebenaran ajaran dan syariat Islam dengan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Islam.
b.
Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal) dalam memahami peristiwa sejarah dan perkembangan peradaban Islam.
23
c.
Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai melalui keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain, maupun dengan menampilkan kisah-kisah teladan.
B. Sikap Sosial 1.
Pengertian Sikap Sosial Di dalam setiap kehidupan manusia memiliki pendapat mengenai suatu keadaan. Pendapat tersebut seringkali diikuti dengan kecenderungan untuk bertingkah laku dan biasanya disebut dengan sikap. Sikap didefinisikan sebagai kesiapan mental dan kesiapan syaraf, yang diperoleh lewat pengalaman, dan mempunyai pengaruh langsung pada tanggapan individu terhadap keadaan dimana mereka berhubungan (Mar’at, 1984: 9). Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) dalam Ramdhani (2008) mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Menurut free online dictionary (www.thefreedictionary.com), sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Sarwono (2000: 17), sikap adalah kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu rangsang tertentu, sedangkan menurut Abror (1993: 107-108), sikap
24
merupakan kecenderungan dan kesiapan untuk bertindak atau merespon, bukannya merupakan tindakan atau respon itu sendiri, sedangkan sosial adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Seperti
halnya
ahli-ahli
psikologi
yang
lain,
Sarnoff
mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif atau negatif terhadap obyek-obyek tertentu. Sebagaimana respons-respons nyata lainnya, sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. Fungsi ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses yang tidak disadari. Dengan demikian, tidak semua sikap merupakan tolok ukur untuk melihat motif-motif tidak disadari yang mendasarinya (Sarwono, 1998: 157). Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling kebergantungan dengan manusia yang lain dalam berbagai kehidupan bermasyarakat. Sedang pendapat lain mengatakan interaksi di kalangan manusia ; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan
individu
dengan
sesama
manusia;
perasaan
hidup
bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipati, rasa setia kawan, dan sebagainya (http://makalahpai.blogspot.com).
25
Sikap sosial anak adalah kemampuan anak untuk dapat bekerja sama, dapat berempati, dapat berinteraksi, dan dapat meniru perilaku positif serta menghindari rasa ditolak, menghindari “egosentris”, menghindari antagonisme jenis kelamin, dan menghindari agresifitas dengan semua orang yang ditemuinya, baik yang sebaya, maupun orang yang lebih dewasa (Kusumo, 2009). Pada siswa MI, sikap sosial ini perlu dikembangkan karena akan berdampak pada kehidupan sosial selanjutnya. Sikap sosial anak MI didasari oleh interaksi anak dengan keluarga, serta penerapan kecenderungan pola asuh orangtuanya berdasarkan tiga pola asuh orangtua yaitu pola asuh otoriter, permisif, dan demokratis. Pola asuh adalah suatu cara yang diterapkan orangtua kepada anak dalam mengasuh dan mendidik anak agar dapat berkembang secara optimal. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap sosial adalah kecenderungan atau kesediaan atau kesiapan seseorang untuk bertindak atau beringkah laku atau merespon individu atau masyarakat atau orang lain. 2.
Pembentukan Sikap Sosial Anak Pembentukan sikap sosial anak dapat terjadi melalui: (1) pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman traumatik); melalui imitasi (peniruan yang terjadi tanpa disengaja atau sengaja); (2) sugesti, yaitu seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya; (3)
26
identifikasi, yaitu seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi/badan tertentu didasari suatu keterikatan emosional sifatnya; (4) meniru dalam hal ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, yang sering terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pimpinan, peserta didik dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan (http://tarmizi.wordpress.com). Pembentukan sikap sosial anak mengandung tiga komponen, yaitu: kognitif (konseptual), afektif (emosional), konatif (perilaku atau action component). Komponen kognitif yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana orang mempersepsi objek sikap. Komponen afektif yaitu yang berhubungan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Komponen konatif yaitu komponen yang berkaitan dengan kecenderungan untuk berperilaku terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau
berperilaku
seseorang
terhadap
objek
sikap
(http://tarmizi.wordpress.com). Sarwono (2000: 95) mengemukakan bahwa pembentukan sikap sosial anak dapat melalui empat macam cara: a.
Adopsi: Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lam kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu
27
sikap. Misalnya, sseorang yang sejak lahir sampai ia dewasa tinggal di lingkungan yang fanatik Islam, ia akan mempunyai sikap negatif terhadap daging babi. b.
Diferensiasi:
Dengan
berkembangnya
intelegensi,
bertambahnya
pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersediri lepas dari jenisnya. Terhadap obyek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula. Misalnya, seorang anak kecil mula-mula takut kepada tiap orang dewasa yang bukan ibunya, tetapi lama-kelamaan ia dapat membedabedakan antara ayah, paman, bibi, kakak, yang disukainay dengan orang asing yang tidak disukainya. c.
Integrasi: Pembentukan sikap ini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tersebut. Misalnya, seorang dari desa sering memdengar tentang kehidupan kota, ia pun sering membaca surat kabar yang diterbitkan di kota kawan-kawan yang datang dari kota membawa barang-barang yang bagus dan bercerita tentang keindahan kota. Setelah beberapa waktu, maka dalam diri orang dewasa tersebut timbul sikap positif terhadap kota dan hal-hal yang berhubungan dengan kota, sehingga pada akhirnya ia terdorong untuk pergi ke kota.
d.
Trauma: Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan
28
terbentuknya sikap. Misalnya, orang yang sekali pernah jatuh dari sepeda motor, selamanya tidak suka lagi naik sepeda motor. Sikap selain dapat terbentuk oleh pengalaman-pengalaman yang objektif atau oleh sugesti-sugesti, juga dapat terbentuk karena prasangka. Prasangka adalah penilaian terhadap sesuatu hal berdasarkan fakta dan informasi yang tidak lengkap. Jadi, sebelum orang tahu benar mengenai sesuatu hal, ia sudah menetapkan pendapatnya mengenai hal tersebut dan atas dasar itulah ia akan membentuk sikap (http://tarmizi.wordpress.com). 3.
Perkembangan Sikap Sosial Anak Perkembangan sosial merupakan suatu hasil kematangan dalam hubungannya dengan pergaulan sosial (masyarakat). Dengan perkembangan sosial berarti pada usia-usia tertentu akan berkembang sifat-sifat yang tertentu pula, dan perkembangan ini berbeda-beda sesuai dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya (http://makalahpai.blogspot.com). Charlotte Buhler seperti yang dikutip oleh Ahmadi (1990: 12), membagi tingkat perkembangan sosial anak menjadi 4 (empat) tingkatan sebagai berikut: a.
Tingkatan pertama; sejak dimulai umur 0, 4-6 bulan, anak mulai mengadakan reaksi positif terhadap orang lain, antara lain ia tertawa, karena mendengar suara orang lain. Anak menyambut pandangan orang lain dengan pandangan kembali dan lain-lain.
b.
Tingkatan kedua: adanya rasa bangga senang yang terpancar dalam gerakan dan mimiknya, jika anak tersebut dapat mengulangi yang
29
lainnya. Tingkatan ini biasanya mulai muncul pada anak usia 2 tahun ke atas. Contoh, anak yang berebut benda atau mainan, jika menang dia akan kegirangan dalam gerak dan mimik. c.
Tingkatan ketiga: jika anak telah lebih dari umur 2 tahun ke atas, mulai timbul perasaan simpati (rasa setuju) dan atau rasa antipati (rasa tidak setuju) kepada orang lain, baik yang sudah dikenalnya atau belum.
d.
Tingkat keempat: pada masa akhir tahun kedua, anak setelah menyadari akan pergaulannya dengan anggota keluarga, akan timbul keinginan untuk ikut campur dalamgerak dan lakunya. Reaksi-reaksi sosial pada tahun-tahun pertama, sebenarnya bertujuan
untuk menambah kematangan dan kesanggupan bergaul dengan orang lain. Anak mulai mematuhi dan mentaati peraturan-peraturan dalam masyarakat kecilnya. Setelah selesai masa egosentris, yaitu pada saat ia berusia kurang lebih empat tahun dan seterusnya. “walaupun ketika berumur 3 tahun anak mulai mau bekerja sama dengan teman, membagi-bagikan mainan, namun sifat yang dimiliki masih bersifat egosentris, kurang begitu memperhatikan perasaan orang lain.” Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak setiap anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Keberhasilan anak menyesuaikan diri
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor
antara
lain
(http://makalahpai.blogspot.com): a.
Tergantung di mana anak itu dibesarkan, yang dimaksud di sini ialah kehidupan di dalam keluarga.
30
Kesulitan lain terjadi karena anak tidak memperoleh “model” yang baik di rumah terutama dari orang tuanya. Orang tua yang seharusnya memberi contoh yang baik ternyata sering kali bersikap dan bertingkah laku agresif. Kehidupan emosi yang cepat marah dan sebagainya. Biasanya anak-anak yang merupakan “hasil” keluarga tersebut, akan mengalami kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Sosialisasi anak dengan teman-temannya mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu anak akan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memperoleh pengalaman baru, sedangkan dampak negatifnya yaitu jika anak tidak punya prinsip hidup yang kuat maka anak akan gampang mengikuti kebiasaan buruk temannya, di sinilah dibutuhkan kontrol dan pengawasan dari orang tua untuk memberi tahu norma baik dan buruk di masyarakat. Anak mulai mengalami perkembangan kepribadian sosial dan mulai mencari konsep hidup, meskipun dalam nilai religi, etik dan estetika belum mendalam. Karena itu pada usia ini penyaluran di bidang sosio-budaya dan keagamaan hendaknya mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. b.
Peranan Keluarga terhadap Perkembangan Sosial Anak Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Di dalam keluarga
31
manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu-membantu dan lain-lain. Dengan kata lain ia pertama-tama belajar memegang peranan sebagai makhluk sosial yang memiliki norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain. Pengalaman-pengalamannya dalam interaksi sosial dalam keluarganya turut menentukan pula cara-cara tingkah lakunya terhadap orang lain dalam pergaulan sosial di luar keluarganya, di dalam masyarakat pada umumnya. Apabila interaksi sosialnya di dalam keluarga karena beberapa sebab tidak lancar atau tidak wajar, kemungkinan besar interaksi sosial dengan masyarakat pada umumnya juga berlangsung tidak wajar. Jadi selain keluarga itu berperan sebagai tempat manusia berkembang sebagai makhluk sosial, terdapat pula peranan-peranan tertentu di dalam keluarga yang dapat mempengaruhi perkembangan individu sebagai makhluk sosial yaitu (http://makalahpai.blogspot.com): a.
Peranan sosial ekonomi Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat juga berperan terhadap perkembangan anak-anak, yang orang tuanya berpenghasilan cukup lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan. Begitu pula sebaliknya, hubungan sosial anak-anak yang keluarganya mampu, mempunyai corak yang berbeda, orang tua mereka dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam,
32
sebab tidak disulitkan olehkebutuhan-kebutuhan primer, seperti mencari nafkah sehari-hari. Namun demikian status sosial ekonomi tidaklah dapat dikatakan sebagai faktor yang mutlak, sebab hal ini tergantung pula kepada sikap orang tua dan corak interaksi dalam keluarga itu. b.
Keutuhan keluarga Yang dimaksud keutuhan keluarga ialah pertama-tama keutuhan struktur keluarga, yaitu bahwa di dalam keluarga itu ada ayah, ibu dan anak-anaknya. Selain itu dimaksudkan pula keutuhan dalam interaksi keluarga, jadi bahwa di dalam keluarga berlangsung interaksi sosial yang wajar (harmosnis). Apabila orang tuanya sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif, keluarga itu tidak dapat disebut utuh.
c.
Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua Cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulan kedua orang tua memgang peranan yang penting dalam perkembangan sikap sosial anak. Hal ini mudah diterima apabila kita ingat bahwa keluarga itu sudah merupakan kelompok-kelompok sosial dengan tujuan-tujuan, struktur, normanorma, dinamika kelompok termasuk cara-cara kepemimpinannya yang sangat mempengaruhi kehidupan individu yang menjadi anggota kelompok tersebut.
d.
Status Anak Status anak juga berperan sebagai suatu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak di dalam keluarganya. Yang
33
dimaksud status anak, misalnya sebagai anak tunggal, status anak sulung atau anak bungsu di antara kakak adiknya. Keutuhan keluarga yang dimaksud bukan saja keutuhan dalam struktur keluarga akan tetapi juga harus tinggal bersama. Orang tua yang tinggal berjauhan dengan anaknya akan mempunyai pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan sosial anak karena komunikasi antara keduanya tidak berjalan lancar. Menurut para ahli, pengalaman bergaul sangat besar pengaruhnya bagi proses perkembangan sosial seorang anak, baik pengalaman yang sangat pahit maupun yang manis. Keduanya sama pentingnya, dalam saatsaat bermain dengan teman, anak akan menyadari bahwa pergaulan tidaklah selalu menyenangkan, bahkan seringkali amat keras. Dengan bergaul anak akan menghadapi kenyataan pahit dan manis yang mungkin tidak pernah terjadi dalam keluarganya. Melalui pengalaman interaksinya dengan anak-anak lain, seorang anak akan mengetahui apa sebenarnya yang ia harapkan dari orang lain dan juga apa yang diharapkan orang lain dari dirinya. Kesadaran ini sangat, bukan saja dalam masa kanak-kanak, melainkan juga sepanjang hidupnya. 4.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial Perkembangan sikap sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu: a.
Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
34
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga. b.
Kematangan Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
c.
Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
d.
Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
e.
Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan
belajar,
memecahkan
masalah,
dan
berbahasa.
35
Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak (http://h4md4ni.wordpress.com). C. Hubungan Pemahaman Materi Aqidah Akhlak dengan Sikap Sosial Sebagai makhluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan manusia dengan manusia lain. Hubungan itu terjadi karena manusia membutuhkan manuasia lainnya. Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi iitu, maka interaksi pun terjadi. Oleh karena itu interaksi akan berlangsung bila ada hubungan timbale balik antara dua orang atau lebih. Menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (2001) fungsi dan kegunanan pendidikan budi pekerti (akhlak) bagi anak didik adalah sebagai (a) Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik bagi anak didik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. (b) Penyaluan, yaitu membantu anak didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat berkembang dan bermanfaat secara optimal dengan budaya bangsa. (c) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan anak didik dalam prilaku sehari-hari. (d) Pencegahan, yaitu mencegah prilaku negative yang tidak sesuai dengan ajaran agama (Islam) dan budaya bangsa (Indonesia). (e) Pembersih, yaitu untuk membersihkan diri dari penyakit hati. (f) Penyaring (filter), yaitu
36
yaitu untuk menyaring budaya budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti, moral dan akhlak bangsa. Pembelajaran aqidah akhlak dapat memiliki pengaruh yang begitu besar terhadap pembentukan akhlaqul karimah karena dalam pembeljaran tersebut banyak memuat tentang tata cara berperilaku serta contoh-contoh kisah teladan dari tokoh Islam terdahulu, sehingga pembelajaran aqidah akhlak di sekolah diharapkan mampu membentuk pribadi yang terpuji sesuai dengan karakteristik agama Islam (Badri, 2010). Pemahaman materi aqidah akhlak adalah penguasaan atau pengetahuan siswa dalam memahami tentang ajaran agama Islam dari segi materi aqidah akhlak, sedangkan sikap sosial adalah segala gerak-gerik atau perilaku siswa yang datang akibat pengaruh rangsangan-rangsangan di sekitarnya. Aqidah dalam Islam merupakan yang paling penting karena akhlak merupakan sikap yang dapat melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia tersebut. Dan karena itu akhlak tidak dapat dipisahkan dengan aqidah karena aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang wajib dimiliki oleh setiap manusia di dunia (http://www.scribd.com). Banyak contoh yang membuktikan bahwa pemahaman itu berpengaruh besar terhadap perkembangan sikap maupun perilaku. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran Agama Islam misalnya aqidah, sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa dan lain-lain. Sedang dalam bidang akhlak, dia juga tidak segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang membutuhkan juga memerlukan,
37
sebab ia merasa bahwa memberikan bantuan itu adalah kebajikan, sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman atau pengetahuan yang mendalam terhadap materi-materi pelajaran khususnya aqidah akhlak yang ia terima dari gurunya. Menurut Djatnika (1996) memahami aqidah akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulangulang dengan kecenderungan hati (sadar). Pendidikan aqidah akhlak memberikan pengajaran tentang tata nilai yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, mengatur hubungan antara sesama manusia, mengatur hubungan dengan lingkungan dan mengatur dirinya sendiri. Dengan demikian pelajaran Aqidah Akhlak merupakan pelajaran yang teoritis dan aplikatif. Pelajaran teoritis menanamkan ilmu pengetahuan, sedangkan pelajaran aplikatif membentuk sikap dan perilaku dalam kehidupan. Jadi, tolok ukur keberhasilan siswa tidak dapat diukur dengan tinggi rendahnya taraf intelektual anak (aspek kognitif), melainkan hendaknya harus dilihat dari sisi bagaimana karakteristik yang terbentuk melalui pendidikan formalnya (aspek afektif dan psikomotorik). Upaya pengembangan pembelajaran Aqidah Akhlak yang berorientasi pada pendidikan nilai (afektif) perlu mempertimbangkan 3 faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), yang lebih
38
menekankan pada penggalian karakteristik peserta didik, terutama dalam hal perkembangan nilai yang sekaligus dapat mempengaruhi pilihan strategi (pendekatan
metode
dan
teknik)
yang
dikembangkannya.
Sehingga
pembelajaran Aqidah Akhlak tidak sekedar terkonsentrasi pada persoalan teoritis dan kognitif semata, akan tetapi juga sekaligus mampu menginternalisasikan makna dan nilai-nilai Aqidah Akhlak dalam diri siswa melalui berbagai cara, media dan forum. Selanjutnya makna dan nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber motivasi bagi siswa untuk bergerak, berbuat, berperilaku secara konkrit dalam wilayah kehidupan praktis sehari-hari (http://www.fendighozali.co.cc).
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini yang akan dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas V semester 2 MI Abdussalam Desa Tempurejo, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Dipilihnya MI Abdussalam karena belum pernah ada yang meneliti tentang hubungan antara pemahaman materi aqidah akhlak dengan sikap sosial siswa MI Abdussalam Punduhsari, Tempurejo, Tempuran, Magelang. B. Deskripsi Lokasi MI Abdussalam berdiri pada tahun 1970 dengan luas wilayahnya 500 m2. Tanah tersebut adalah waqaf dari salah satu warga dusun Punduhsari. Madrasah ini berdiri atas inisiatif dari para kyai dan guru ngaji beberapa dusun di Tempurejo, Salaman. Diantaranya dari dusun Punduhsari Kyai Abdul Azis, dari dusun Ngenthak Kyai Bahari, dusun Jambu Kyai Ibadi. Dahulunya para Kyai tersebut mengajar para murid di dusun masing-masing, akhirnya terjadi kesepakatan demi kebaikan dan kemajuan bersama dari masing-masing magrasah digabung menjadi satu di daerah antara dusun tersebut yaitu di Desa Tempurejo yang diberi nama Ifroghul Ghoi. Itulah nama madrasah untuk pertama kali sebelum akhirnya menajdi MI Abdussalam Ifrogul Ghoi masih sederhana sekali, bangunannya masih swadaya dari masyarakat dusun sendiri. Para murid belajar dengan duduk secara lesehan
39
40
karena terbatasnya sarana belajar yang tersedia. Jumlah muridnya kurang lebih 80 anak yang dijadikan satu dalam satu ruangan. Yang menjadi kepala madrasah pertama kali adalah Bapak Samsudin, kemudian Bapak Nawawi, Bapak Sayono Anwar, Bapak Ahmad, Ibu Masruroh hingga sekarang. C. Letak Geografis Batas-batas wilayah MI Abdussalam sebagai berikut: 1.
Sebelah utara berbatasan dengan SD Negeri Jambusari.
2.
Sebelah timur berbatasan dengan pondok pesantren.
3.
Sebelah selatan berbatasan dengan makam dusun Punduhsari.
4.
Sebelah barat berbatasan dengan pabrik tekstil. Berdasarkan batas-batas seperti yang tertulis di atas, maka lokasi MI
Abdussalam cukup baik untuk kegiatan belajar mengajar karena jauh dari keramaian dan kebisingan D. Keadaan Guru dan Siswa Tenaga pengajar di MI ada 10 orang termasuk kepala madrasah dari 10 guru, masing-masing 2 guru laki-laki dan 8 guru perempuan. Jumlah siswa MI Abdussalam 90 siswa terdiri dari 35 perempuan dan 45 laki-laki. Tabel 3.1 Jumlah Siswa Kelas Jumlah Kelas VI 17 siswa Kelas V 11 siswa Kelas IV 15 siswa Kelas III 17 siswa Kelas II 20 siswa Kelas I 10 siswa Jumlah 90 siswa
41
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam, dimana variabel yang diteliti adalah pemahaman materi aqidah akhlak dan sikap sosial siswa. Sebagai gambaran umum pemahaman siswa terhadap materi aqidah akhlak disajikan nilai mata pelajaran aqidah akhlak siswa kelas IV, V dan VI dalam tabel berikut ini. Tabel 3.2 Nilai Siswa Interval Kategori Nilai 80-100 Baik Sekali 66-79 Baik 56-65 Cukup 40-55 Kurang Jumlah
X 90,0 72,5 60,5 47,5
Frekuensi 9 20 9 6 44
X×F 810,0 1450,0 544,5 285,0 3089,5
Persentase 20,45 % 45,45 % 20,45 % 13,64 % 100.00 %
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa secara rata-rata nilai pelajaran aqidah akhlak termasuk dalam kategori baik yaitu 70,22, namun masih terdapat 4 siswa yang memiliki nilai pada mata pelajaran aqidah akhlak dalam kategori kurang.
E. Sarana dan Prasarana Proses belajar mengajar akan berhasil bila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Adapun sarana dan prasarana MI Abdussalam yang disajikan dalam tabel 3.3.
42
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Tabel 3.3 Keadaan Sarana dan Prasarana MI Abdussalam Sarana dan Prasarana Jumlah Keadaan Lemari 10 Baik Meja 100 Baik Kursi 100 Baik Komputer 1 Baik Mesin ketik 1 Baik Mushola 1 Baik Parkir 1 Baik WC 2 Baik Ruang kelas 6 Baik Ruang guru 1 Baik Ruang tamu 1 Baik Sofa 1 Baik Papan tulis 6 Baik Perlengkapan olahraga 12 Baik Perlengkapan rebana 1 Baik DVD 1 Baik Papan pengumuman 1 Baik Radio tape 1 Tidak baik Mikrofon 1 Baik Speaker 1 Baik Perlengkapan pramuka 24 Baik Kompor gas 1 Baik Dispenser 1 Baik Dapur 1 Baik
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki MI Abdussalam sudah lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Sarana dan prasarana adalah sebagai penunjang suksesnya proses belajar mengajar. 1.
Sarana Bidang Pendidikan MI Abdussalam Tempuran Magelang memiliki buku-buku pelajaran yang sudah mencukupi untuk kegiatan belajar mengajar, baik buku-buku
43
pelajaran maupun buku cerita. Peralatan mengajar sudah tersedia meskipun belum begitu lengkap seperti bentuk tiruan tubuh manusia, globe dan bentuk tiruan planet. 2.
Sarana Bidang Olah Raga Lapangan yang ada hanya lapangan kecil di depan sekolah. Perlengkapan olah raga juga sudah memadai seperti bola sepak, bola kasti, perlengkapan tenis meja juga lompat tinggi. Dalam bidang olah raga MI Abdussalam Tempuran Magelang pernah meraih juara Tingkat Kabupaten yaitu juara lomba lari putri.
3.
Sarana Bidang Kepramukaan MI Abdussalam Tempuran Magelang memiliki perlengkapan kepramukaan yang lengkap, sehingga ekstrakulikuler dapat dilakukan dengan baik. Dalam mengikuti lomba kepramukaan, MI Abdussalam Tempuran Magelang memiliki seragam sebagai inventaris sekolah untuk laki-laki dan perempuan.
4.
Sarana Bidang Kesehatan Di bidang kesehatan sudah mulai digalakkan adanya gerakan cuci tangan. Anak-anak dibiasakan untuk mencuci tangan menggunakan sabun setelah bersih-bersih atau setelah buang air besar. Di depan kelas masing-masing disediakan tempat air dan kain untuk cuci tangan setelah makan. MI Abdussalam Tempuran Magelang ini juga menyediakan ruang kelas UKS yang dilengkapi dengan P3K. Ada dua buah WC, satu WC guru dan satu WC untuk anak-anak. Setiap WC tersedia sabun untuk cuci tangan.
44
5.
Sarana Bidang Keagamaan Di bidang keagamaan, MI Abdussalam Tempuran Magelang sudah menyediakan perlengkapan shalat. Sebelum pelajaran dimulai anak-anak melaksanakan shalat dhuha dibimbing oleh guru. Al qur'an juga tersedia meskipun jumlahnya sedikit atau tidak mencukupi semua siswa. Kran air disediakan di dekat sekolah untuk praktek wudhu. MI Abdussalam Tempuran Magelang juga menyediakan perlengkapan rebana untuk latihan siswa seminggu sekali. Dalam latihan rebana siswa dibantu oleh dua santri dari pondok pesantren.
F. Kegiatan Keagamaan yang Diadakan Kegiatan-kegiatan diadakan sebagai pencernaan tentang sesuatu yang diperoleh dari MI Abdussalam Tempuran Magelang untuk menanamkan dan memupuk rasa keagamaan dalam pribadi siswa. Adapun kegiatan itu adalah: 1.
Diadakan peringatan hari besar Islam, seperti Maulud Nabi SAW, peringatan Isra' Mi'raj.
2.
Setiap menjelang puasa diadakan buka bersama.
3.
Setiap hari raya Idul Fitri (sesudah hari Idul Fitri) diadakan halal bi halal/sungkem siswa dengan guru dan siswa satu dengan siswa lainnya.
45
G. Struktur Organisasi Demi kelancaran pendidikan disusunlah struktur organisasi pengurus sebagai berikut: Kepala Yayasan Edy Purwanto, BA
Guru Kls I Nawawi, S.PSi
Komite Sekolah H. Ismail
Kepala Madrasah Masruroh, S.PSi
Bendahara Sapiyatun
Jabatan
Guru Kls II Sakinah, A.Ma
Guru Kls III Guru Kls IV Muslikah, S.Pdi Umi Nur, A.Ma
Nara Sumber Samsudin
Sekretaris Choirul Khafid
Guru Kls V Anik, A.Ma
Guru Kls VI Purwanti, A.Ma
H. Visi dan Misi 1.
Visi Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia, berkepribadian Islami serta cakap dalam ilmu pengetahuan.
2.
Misi a.
Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mengaktualisasikan diri dalam masyarakat,
b.
Menyelanggrakan pendidikan yang berkualitas dalam pencapaian prestasi akademik,
46
c.
Memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang pengetahuan dasar keagamaan dan pengetahuan umum serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
d.
Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan,
e.
Menyelenggarakan tata kelola Madrasah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
I.
Karakteristik Tiap Variabel 1.
Pemahaman Materi Aqidah Akhlak Pemahaman
adalah
penguasaan
atau
kesanggupan
untuk
menggunakan dengan kata lain juga dapat berarti pengetahuan atau kepandaian. Sedangkan materi aqidah akhlak adalah materi yang diajarkan dalam kelompok pendidikan agama yang membahas tentang ajaran agama Islam dari segi aqidah akhlak. Jadi, yang dimaksud pemahaman materi aqidah akhlak dalam penelitian ini adalah penguasaan atau kesanggupan siswa dalam memahami tentang ajaran agama Islam dari segi aqidah dan akhlak yang telah dipelajari di sekolah. Variabel materi aqidah akhlak ini dapat diukur melalui kuesioner dengan pendekatan aspek dan indikator seperti pada tabel berikut: Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Mengukur Pemahaman Materi Aqidah Akhlak No Dimensi Indikator Butir Soal 1. Aqidah Pemahaman siswa tentang materi aqidah yang menyangkut: a. Meyakini sifat-sifat wajib, mustahil, 1 dan jaiz Allah.
47
2.
2.
Akhlak
b. Meyakini adanya malaikat Allah, nama-nama malaikat dan tugasnya. c. Meyakini kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud, Musa, Isa dan Muhammad SAW. d. Meyakini adanya rasul-rasul Allah. Pemahaman siswa tentang materi akhlak yang menyangkut: a. Mananamkan nilai sikap dan perilaku terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu. b. Berakhlak terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu. c. Bersikap dan berperilaku menghindari akhlak tercela. d. Menghindari sikap Riya, Kufur, Syirik dan Nifaq. e. Meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW
2 3
4
5
6 7 8 9
Sikap Sosial Variabel sikap sosial siswa ini dapat diukur melalui kuesioner dengan pendekatan aspek dan indikator seperti pada tabel berikut: Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Mengukur Pemahaman Materi Aqidah Akhlak No Dimensi Indikator Butir Soal 1. TolongSikap terhadap teman yang terkena 10 menolong musibah 2. Toleransi/ Sikap kepada teman yang beragama lain. 11 tenggang rasa 3. Saling Berbuat kesalahan. 12 memaafkan 4. Patuh Sikap terhadap perintah orang tua. 13 kepada orang tua 5. Sopan Sikap di depan orang tua. 14 santun
48
Adapun penilaian atas pemahaman materi aqidah akhlak dan sikap sosial siswa dilakukan scoring, dan digunakan penilaian acuan norma (PAN) dan dikategorikan berdasarkan acuan ini. Hasil scoring dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu: sangat baik, baik, cukup dan tidak baik. Penilaian pada kuesioner yaitu, jika menjawab a skornya 4, jika menjawab b skornya 3, jika menjawab c skornya 2 dan jika menjawab d skornya 1. J.
Teknik Analisis Data 1.
Analisis Satu Variabel Untuk menganalisis setiap variabel digunakan teknik analisa secara deskriptif dengan alat statistik distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sudjino, 1990: 40): P=
F 100% N
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden 2.
Analisis Hubungan 2 Variabel Untuk menganalisis hubungan kedua variabel tersebut digunakan teknik analisa korelasional dengan rumus Product Moment. Adapun rumus korelasi Product Moment sebagai berikut (Sudjino, 1990: 77):
N
rxy =
N
X2
XY X
X 2
N
Y Y2
Y
2
49
Keterangan: rxy
= angka korelasi “r” Product Moment
N
= Number of Cases
∑XY = jumlah hasil seluruh perkalian antara skor x dan y ∑X
= Jumlah skor x
∑Y
= Jumlah skor y
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0. Sedangkan interpretasi secara kasar/sederhana hubungan dua variabel dengan pedoman (Sudjino, 1990: 78): Besarnya “r” Product Moment (rxy) 0,00 - 0,20
0,20 - 0,40 0,40 - 0,70 0,70 - 0,90 0,90 - 1,00
3.
Interpretasi Antara variabel x dan variabel y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah/sangat rendah. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah/rendah. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang/cukup. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat/tinggi. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat/tinggi.
Uji Hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan
dalam
penelitian
ini.
Uji
ini
dilakukan
dengan
cara
membandingkan nilai probabilitas r Product Moment dengan tingkat signifikan. Prosedurnya adalah sebagai berikut (Sudjino, 1990: 80):
50
a.
Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)
b.
Menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan dengan jalan membandingkan nilai r Product Moment (r hitung) dengan r tabel. Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan df = n - 2.
c.
Apabila nilai r hitung < r tabel, maka Ho diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel x dan variabel y.
d.
Apabila nilai r hitung > r tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel x dan variabel y.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden yang telah dipilih sebagai sampel. Kemudian data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabulasi data kuesioner. Setelah itu data dapat diolah dengan distribusi frekuensi yang dilengkapi persentase dengan menggunakan rumus: P=
F 100% N
Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden Hasil kuesioner kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi, yang merupakan proses data-data instrumen pengumpulan data (kuesioner) menjadi tabel-tabel angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini: 1.
Pemahaman Materi Aqidah Akhlak a.
Pemahaman Materi Aqidah Distribusi frekuensi pemahaman materi aqidah disajikan dalam tabel 4.1.
51
52
Tabel 4.1 Aqidah No. 1.
2.
3.
4.
Aspek Meyakini sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah Meyakini adanya malaikat Allah, namanama malaikat dan tugasnya Meyakini kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud, Musa, Isa dan Muhammad SAW Meyakini adanya rasulrasul Allah Rata-rata
Skor A (4) B (3) C (2) D (1)
Jumlah
37
7
0
0
44
31
13
0
0
44
28
16
0
0
44
34
10
0
0
44
74 % 26 %
0%
0%
100 %
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban A yaitu 74% dan B 26%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pemahaman siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang tahun ajaran 2009/2010 terhadap materi aqidah sangat baik. b. Pemahaman Materi Akhlak Distribusi frekuensi pemahaman materi akhlak disajikan dalam tabel 4.2.
53
Tabel 4.2 Akhlak No. 1.
2.
3.
4. 5.
Aspek
Skor A (4) B (3) C (2) D (1)
Mananamkan nilai sikap dan perilaku terpuji 18 26 Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu Berakhlak terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat 24 20 dan Tawdlu Bersikap dan berperilaku menghindari akhlak 28 16 tercela Menghindari sikap Riya, 22 19 Kufur, Syirik dan Nifaq Meneladani akhlak Nabi 7 25 Muhammad SAW Rata-rata 45 % 48 %
Jumlah
0
0
44
0
0
44
0
0
44
3
0
44
12
0
44
7%
0%
100 %
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban A yaitu 45%, B 48% dan C 7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang tahun ajaran 2009/2010 terhadap materi akhlak baik. 2.
Sikap Sosial Distribusi frekuensi sikap sosial disajikan dalam tabel berikut.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Tolong-menolong Toleransi/ tenggang rasa Saling memaafkan Patuh kepada orang tua Sopan santun Rata-rata
Tabel 4.3 Sikap Sosial Skor A (4) B (3) C (2) D (1) 34 10 0 0 22
22
Jumlah 44
0
0
44
22 21 1 40 4 0 42 2 0 72,7% 26,9% 0,4%
0 0 0 0%
44 44 44 100 %
54
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa banyaknya siswa yang menjawab alternatif jawaban A sebesar 72,2%, B 26,9%, dan C hanya 0,4%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sikap sosial siswa kelas IV, V, dan V MI Abdussalam Tempuran Magelang tahun ajaran 2009/2010 sangat baik. B. Analisis Hubungan Dua Variabel Berdasarkan hasil analisis korelasional dengan korelasi Product Moment diperoleh nilai koefisien korelasi sebagai berikut:
N
rxy =
X2
N =
=
=
=
=
XY X
X 2
N
44 581 .93
Y Y2
Y
2
155 .78 163 .80
44 553.90 - 24266.72 44 612.76 - 26830.44 25605 .07
25516 .40
24371.65 - 24266.72 26961.44 - 26830.44
88 .67 104 .94 131 .00 88 .67 13746 .91
88.67 117.25
= 0.757
55
Tabel 4.4 Korelasi Product Moment X X
Pearson Correlation
Y 1
.757**
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000 44
44
**
1
.757
.000 44
44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil analisis korelasi Product Moment pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa besarnya koefisien korelasi antara tingkat pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa kelas IV, V, dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang tahun ajaran 2009/2010 sebesar 0,757. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa besarnya berkisar antara 0,70 - 0,90, berarti antara variabel pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa terdapat korelasi atau hubungan yang kuat/tinggi. C. Uji Hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Uji ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas r Product Moment dengan tingkat signifikan. Prosedurnya adalah sebagai berikut (Sudjino, 1990: 80): 1.
Merumuskan hipotesa alternatif (Ha) dan Hipotesa nihil (Ho)
56
2.
Menguji
kebenaran
hipotesis
yang
telah
diajukan
dengan
jalan
membandingkan nilai r Product Moment (r hitung) dengan r tabel. Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 dengan df = n-2. 3.
Apabila nilai r hitung < r tabel, maka Ho diterima, artinya tidak terdapat hubungan antara variabel x dan variabel y.
4.
Apabila nilai r hitung > r tabel, maka Ho ditolak, artinya terdapat hubungan antara variabel x dan variabel y. Berdasarkan tabel 4.4 hasil korelasi Product Moment diketahui bahwa
hubungan antara variabel pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,757 dengan nilai probabilitas 0,000. Diketahui nilai r tabel pada df = 42 (n-2) sebesar 0,297. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai r hitung 0,757 > r tabel 0,297, maka Ho ditolak, berarti terdapat hubungan yang positif antara tingkat pemahaman materi aqidah akhlak dengan sikap sosial siswa kelas IV, V dan VI MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010. D. Pembahasan Penelitian ini menemukan bahwa tingkat pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 memiliki hubungan positif yang kuat/tinggi. Ini berarti pemahaman materi Aqidah Akhlak oleh siswa dapat meningkatkan sikap sosial siswa. Hal ini terjadi karena Aqidah dalam Islam mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang wajib dimiliki oleh setiap manusia, sedangkan Akhlak dalam Islam mengajarkan kebiasaan dan perbuatan yang mendalam
57
dalam jiwa tentang tingkah laku manusia serta penyesuaian diri dengan alam sekitar tempat manusia hidup. Dari materi Aqidah Akhlak diajarkan tentang tata cara berperilaku dan contoh-contoh kisah teladan dari tokoh Islam terdahulu, sehingga pemahaman materi Aqidah Akhlak mampu membentuk pribadi yang terpuji sesuai dengan karakteristik agama Islam. Apabila siswa memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap materi Aqidah Akhlak, siswa memiliki aqidah yang kuat dan akan lebih rajin beribadah shalat, puasa dan lain-lain. Sedang dalam bidang akhlak, siswa juga tidak segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang membutuhkan juga memerlukan, sebab ia merasa bahwa memberikan bantuan itu adalah kebajikan, sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman atau pengetahuan yang mendalam terhadap materi-materi pelajaran khususnya aqidah akhlak yang siswa terima dari gurunya. Materi pelajaran aqidah akhlak yang ditanamkan kepada siswa merupakan kelangsungan dan manifestasi dari bentuk hubungannya dengan Allah, dengan maksud agar mereka kelak mampu menjadi manusia yang taat kepada Allah, dan mampu pula berhubungan dengan sesame manusia secara baik dan hidup berdampingan secara wajar. Hal ini perlu ditanamkan kepada siswa karena manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat memerlukan bantuan dan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Pemahaman materi aqidah akhlak adalah penguasaan atau pengetahuan siswa dalam memahami tentang ajaran agama Islam dari segi materi aqidah
58
akhlak, sedangkan sikap sosial adalah segala gerak-gerik atau perilaku siswa yang datang akibat pengaruh rangsangan-rangsangan di sekitarnya. Banyak contoh yang membuktikan bahwa pemahaman itu berpengaruh besar terhadap perkembangan sikap maupun perilaku. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran Agama Islam misalnya aqidah, sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa dan lain-lain. Sedang dalam bidang akhlak, dia juga tidak segan-segan memberi pertolongan atau bantuan kepada orang yang membutuhkan juga memerlukan, sebab ia merasa bahwa memberikan bantuan itu adalah kebajikan, sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman atau pengetahuan yang mendalam terhadap materi-materi pelajaran khususnya aqidah akhlak yang ia terima dari gurunya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Tingkat pemahaman siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 terhadap materi Aqidah Akhlak sebanyak 45% sangat baik, 48% baik dan 7 % cukup baik.
2.
Sikap sosial siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 sebanyak 72,7% sangat baik, 26,9% baik dan 0,4% cukup baik.
3.
Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara tingkat pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010 dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,757.
B. Saran Saran dari hasil penelitian ini antara lain: 1.
Setelah ditemukan ada hubungan antara pemahaman materi Aqidah Akhlak dan sikap sosial siswa, disarankan untuk instansi pendidikan khususnya madrasah supaya benar-benar konsisten memberikan materi aqidah akhlak agar pesan-pesan keimanan dan moral/akhlak yang ada didalamnya bisa diambil dan diserap oleh para siswanya sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
59
60
2.
Bagi orang tua, hendaknya memberikan teladan bagi anak-anaknya karena keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam membangun dan membentuk pribadi anak dan bisa membantu pihak madrasah terkait dalam membimbing anak-anaknya sehingga materi-materi aqidah akhlak yang telah diberikan dapat diimplementasikan dalam dunia nyata.
61
DAFTAR PUSTAKA Abror, Abd. Rachman. 1993. Psikologi Pendidikan, Cetakan Keempat. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta. Ahmad, Hidayatullah. 2008. Ensiklopedia Pendidikan Anak Muslim. Jakarta: Robbani Press. Ahmadi, Abu. 1990. Psikologi Sosial. PT Bina Ilmu, Surabaya. Alfat, Hasan., dkk. 1994. Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah (MTS). Semarang: PT Toha Putra. Ardani, Moh. 2005. Akhlak-Tasawuf, Cet.-2. Jakarta: CV. Karya Mulia. Azzam, Abdullah. 1993. Akidah Landasan Pokok Membina Umat, Cet. Ke-4. Jakarta: Gema Insani Press. Badri. 2010. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Pembentukan Akhlaqul Karimah Siswa An-bajah I Karduluk Kec. Pragaan Kab. Sumenep Tahun Pelajaran 2009/2010. http://www.scribd.com Depertemen Agama Republik Indonesia. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Jakarta Depertemen Agama Republik Indonesia. 2004. Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Djatnika, Rachmat. 1996. Akhlak Mulia. Pustaka, Jakarta. Ilyas, Yunahar. 1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kusumo, Lorensia Irwanti. 2009. Sikap Sosial Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar Ditinjau dari Tiga Pola Asuh Orangtua. http://lib.atmajaya.ac.id. Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia, Jakarta. Mas’ari, Anwar. 1990. Akhlak Al-Qur.an. Surabaya: PT Bina Ilmu. Munawir, Ahmad Warson. 1997. Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif. Ramdhani, Neila. 2008. Sikap dan Beberapa Definisi untuk Memahaminya?. http://neila.staff.ugm.ac.id
62
Rifa’i, Moh. dkk. 1994. Aqidah Akhlak, Jilid I. Semarang: CV. Wicaksana. Sabri, Alisuf. 1999. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2000. Teori-teori Psikologi Sosial, Cetakan Keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudjino, Anas. 1990. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Umum, Fathul. 2010. Penilaian Akhlak http://salmanitb.com/2010/01/keluhuran-akhlak-dalam-kehidupan/
Manusia.
Undang-undang RI Nomor. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004. http://h4md4ni.wordpress.com/: Perkembangan Sikap Sosial. http://makalahpai.blogspot.com/2010/01: Pengaruh Komunikasi Keluarga terhadap Tingkat Sosial Anak http://tarbiyatulmujahidin.comze.com: Aqidah Ahklak. http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/02: Pembentukan Sikap Sosial Anak http://www.fendighozali.co.cc: Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di MTs Hidayatul Islamiyah Parit Kahar Desa Tungkal V Kecamatan Seberang Kota. http://www.scribd.com/doc/30547935/Aqidah-Dan-Akhlak : Aqidah dan Akhlak.
63
64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anik Asmorowati
Tempat Tanggal Lahir : Magelang, 1 Januari 1983 Alamat
: Dsn. Jogosaran RT 5/4 Ds. Jogomulyo, Kec. Tempuran, Kab. Magelang
Jenis Kelamin
: Perempuan
Nama Ayah
: Asrori
Nama Ibu
: Siti Maesaroh
HP
: 085878890430
Pendidikan
: Riwayat Pendidikan SDN Girirejo II Tempuran Magelang Lulus Tahun 1996. SLTP 1 Tempuran Magelang Lulus Tahun 1999. MAN Magelang Lulus Tahun 2002. STAIN Salatiga Lulus Tahun 2004.
65
SURAT KETERANGAN RISET
Menerangkan bahwa : Nama
: Anik Asmorowati
NIM
: 11408102
Jurusan/Program Studi : Tarbiyah/PAI PTS
: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Alamat
: Jl. Tentara Pelajar 02 Salatiga 50721 Telp 0298 323706 Fax. 323433
Judul
: Hubungan Antara Pemahaman Aqidah Akhlak dengan Sikap Sosial Siswa MI Abdussalam Tempuran Magelang Tahun Ajaran 2009/2010.
Telah melakukan penelitian pada MI Abdussalam Tempuran Magelang yang dilaksanakan pada bulan Juni 2010. Demikian surat keterangan ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Magelang, 02 Juni 2010 Kepala Sekolah
MASRUROH, S.Psi NIP 19790813 200501 2 003
66
Kuesioner Pilihlah jawaban yang sesuai di bawah ini ! 1) Apakah kamu meyakini sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz Allah? a. Sangat yakin b. Yakin c. Cukup Yakin d. Tidak Yakin 2) Apakah kamu meyakini adanya malaikat Allah, nama-nama malaikat dan tugasnya? a. Sangat yakin b. Yakin c. Cukup Yakin d. Tidak Yakin 3) Apakah kamu meyakini kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Daud, Musa, Isa dan Muhammad SAW? a. Sangat yakin b. Yakin c. Cukup Yakin d. Tidak Yakin 4) Apakah kamu meyakini adanya rasul-rasul Allah? a. Sangat yakin b. Yakin c. Cukup Yakin d. Tidak Yakin 5) Apakah kamu selalu mananamkan nilai sikap dan perilaku terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Pernah. d. Tidak pernah 6) Bagaimana sikap kamu terhadap siswa beragama lain? a. Menghormati dan menghargai b. Biasa-biasa saja c. Tidak menghormati dan tidak menghargai d. Memusuhi
67
7) Jika suatu ketika kamu mempunyai kesalahan kepada teman, apa yang akan kamu lakukan? a. Meminta maaf dengan tulus dan ikhlas. b. Meminta maaf karena keterpaksaan. c. Biasa saja. d. Tidak akan meminta maaf. 8) Apakah kamu telah meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Pernah. d. Tidak pernah 9) Apakah kamu terbiasa berakhlak terpuji Tauhid, Ikhlas, Khauf, Taubat dan Tawdlu? a. Sangat terbiasa b. Terbiasa c. Cukup terbiasa d. Tidak terbiasa 10) Apakah kamu bersikap dan berperilaku menghindari akhlak tercela? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Pernah. d. Tidak pernah 11) Apakah kamu menghindari sikap Riya, Kufur, Syirik dan Nifaq? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Pernah. d. Tidak pernah 12) Apakah yang kamu lakukan, bila teman sekolahmu tertimpa musibah bencana alam? a. Ikut memberi bantuan/sumbangan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. b. Ikut menyumbang jika diharuskan oleh guru/Kepala Sekolah. c. Ikut kesepakatan teman-teman. d. Masa bodoh. 13) Bagaimana sikap kamu apabila diperintah oleh orang tua? a. Patuh dan melaksanakannya dengan ikhlas. b. Melaksanakannnya asalkan tidak sedang sibuk. c. Tidak mau karena orang tua masih sehat dan bisa melakukannya sendiri. d. Menolak.
68
14) Bagaimana sikap kamu jika lewat di depan orang tua? a. Permisi dan membungkukkan tubuh. b. Permisi saja cukup. c. Diam saja. d. Masa bodoh.
69
70
Correlations
Correlations X X
Pearson Correlation
Y 1
.757**
Sig. (2-tailed) N Y
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000 44
44
.757**
1
.000 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
44
71