PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh: INDAH PRAWATI K1206026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh: INDAH PRAWATI K1206026
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 30 April 2010
Pembimbing I
Dra. Suharyanti, M. Hum NIP 19490627 198010 2 001
Pembimbing II
Sri Hastuti, S. S., M. Pd NIP 19690628 200312 2 001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Jumat
Tanggal : 21 Mei 2010
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
tanda tangan
Ketua
: Dra. Raheni Suhita, M. Hum
_______________
Sekretaris
: Drs. H. Purwadi
_______________
Anggota I
: Dra. Suharyanti, M. Hum
_______________
Anggota II
: Sri Hastuti, S. S., M. Pd
_______________
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surakarta Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Indah Prawati. K1206026. PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV SD NEGERI II KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei. 2010. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning, (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sedangkan strategi dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 karanganyar yang berjumlah 40 siswa dan mitra adalah guru kelas IV yaitu Surono, S. Pd. Sumber data yang digunakan adalah: (1) peristiwa, yaitu proses pembelajaran yang berlangsung saat pembelajaran menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum learning; (2) informan, yaitu pendidik dan anak didik (siswa kelas IV); dan (3) dokumen, yaitu materi menyimak, hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara, dan daftar nilai siswa. Uji validatas data yang digunakan adalah trianggulasi metode dan sumber data. Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) verifikasi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus prosedurnya adalah: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah peningkatan persentase kualitas proses dan hasil pembelajaran. Persentase kenaikan kualitas proses pembelajaran dihitung dari kenaikan persentase minat dan motivasi serta keaktifan siswa dalam pembelajaran 75 % siswa yang berminat dan termotivasi serta aktif dalam pembelajaran. Peningkatan hasil pembelajaran dihitung dari kenaikan persentase siswa yang memperoleh nilai minimal 68 saat mengerjakan soal pembelajaran menyimak. Hasil penelitian adalah: (1) terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan quantum learning, (2) terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan quantum learning. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari kenaikan persentase minat dan motivasi siswa dan keaktifan siswa. Siswa yang mempunyai minat dan motivasi tinggi terhadap pembelajaran menyimak pada siklus I sejumlah 62,5 %, siklus II sejumlah 80 %, dan siklus III sejumlah 88,9 %. Siswa yang aktif dalam siklus I sejumlah 62,5 %, pada siklus II sejumlah 77,5 %, dan pada siklus III sejumlah 80,6 % . Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari kenaikan persentase siswa yang berhasil mengerjakan soal pembelajaran menyimak. Siswa yang tuntas pada siklus I sejumlah 70 %, siklus II sejumlah 72,5 %, dan siklus III sejumlah 80,6 %.
MOTTO
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Ali ’Imran : 190 - 191)
PERSEMBAHAN
1. Bapak Waluyo dan Ibu Sartati, orang tuaku tercinta 2. Om Totok dan seluruh keluarga besar Yoso Sumarto 3. Mas Agus, Handoko, Sarah, dan Velinna, kakak dan adik-adikku tersayang 4. Fajar, Umi, Yanti, dan Dewi Nurhayati, sahabatku yang senantiasa memotivasiku 5. Teman-temanku di Bahasa dan Sastra Indonesia 2006 PBS FKIP UNS 6. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, almameter tercinta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis tujukan kepada Allah Swt yang senantiasa melimpahkan berkah-Nya, memberikan kekuatan dan pertolongan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang digunakan sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Banyak hambatan yang peneliti alami dalam penyelesaian skripsi ini, namun akhirnya dapat teratasi atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bantuannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penulisan skripsi; 4. Drs. Dra. Suharyanti, M. Hum., dan Sri Hastuti, S. S., M. Pd., selaku Pembimbing I dan II yang membimbing peneliti dalam penulisan skripsi ini; 5. Dr. Budhi Setiawan, M. Pd., selaku Pembimbing Akademis yang telah membimbing peneliti selama menempuh studi; 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing selama menempuh studi; 7. Suwandi Kasino, A. Ma., Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri 02 karanganyar yang telah memberikan izin pada peneliti untuk melakukan penelitian; 8. Surono, S. Pd., selaku Guru kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitian; 9. Siswa siswi kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar; 10. Teman-teman Bastind ’06 atas segala dukungan dan bantuannya; dan
11. Semua puhak yang telah berkenan membantu yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Surakarta, April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ......................................................................
ii
PERSETUJUAN ............................................................................. iii PENGESAHAN .............................................................................. iv ABSTRAK ......................................................................................
v
MOTTO ..........................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .......................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................
x
DAFTAR TABEL ......................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ..............................................................
1
A. Latar Belakang masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian .....................................................................
4
BAB II LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ................................. 6 A. Landasan Teori ...........................................................................
6
1. Hakikat Menyimak ............................................................... 6 a. Pengertian Menyimak ..................................................... 6 b. Peranan Menyimak ........................................................ 12 c. Tujuan Menyimak ......................................................... 12 d. Jenis-jenis Menyimak ................................................... 13 2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD ............. 15 a. Pengertian Pembelajaran Menyimak ............................
15
b. Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD... 17 3. Hakikat Pendekatan Quantum Learning ............................. 21
4. Relevansi Pendekatan Quantum Learning dengan Pembelajaran Pembelajaran Menyimak di SD ........................................ 27 5. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa Kelas IV SD....... 28 B. Penelitian yang Relevan ............................................................ 31 C. Kerangka Berpikir .................................................................... 32 D. Hipotesis .................................................................................... 34 BAB III METODE PENELITIAN ........................................
35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 35 B. Subjek Penelitian …………………………………………….. 36 C. Bentuk dan Strategi Penelitian .................................................
36
D. Sumber Data .............................................................................
37
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
37
F. Uji Validitas Data ..................................................................... 38 G. Teknik Analisis Data ................................................................ 38 H. Prosedur Penelitian …………………………………………... 38 I. Indikator Keberhasilan .............................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………… 42 A. Survei Awal ………………………………………………….. 42 B. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................
45
1.
Siklu s I ............................................................................... 45 a.
Peren canaan Tindakan I ............................................... 45
b.
Pelak sanaan Tindakan I ............................................... 47
c.
Obse rvasi dan Interpretrasi .......................................... 49
d.
Anali sis dan Refleksi ................................................... 52
2.
Siklu s
II
........................................................................... ..
56
a.
Peren canaan
Tindakan
II
.............................................
56
b.
Pelak sanaan
Tindakan
II
.............................................
59
c.
Obse rvasi
dan
Interpretrasi
..........................................
62
d.
Anali sis
dan
Refleksi
...................................................64 3. Siklus III .............................................................................
68
a. Perencanaan Tindakan III ..............................................
68
b. Pelaksanaan Tindakan III ............................................
71
c. Observasi dan Interpretrasi ..........................................
73
d. Analisis dan Refleksi ...................................................
75
C.
Pemb ahasan ..............................................................................
D.
79
Indik ator Keberhasilan ............................................................. 97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................
99
A.
Simp ulan .................................................................................. 99
B.
Implikasi ................................................................................. 100
C.
Saran .................................................................................... ....
100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 102
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Menyimak Kelas IV ........................................................................... 18
2. Penilaian Kemampuan Menyimak Pantun ......................................... 30 3. Jadwal dan Kegiatan Penelitian ......................................................... 35 4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian ......................................... 41 5. Nilai Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Survei Awal .......................... 44 6. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siklus I Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar .......................
53
7. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siklus II Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ........................ 65 8. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siklus III Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ........................ 76 9. Persentase Peningkatan Kualitas proses Pembelajaran Menyimak ................................................................... 83 10. Persentase Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Meniyimak .................................................................. 83 11. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................
84
12. Persentase Hasil Capaian Indikator Keberhasilan ............................... 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir ...........................................................
33
2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ..........................................................
39
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Catatan Lapangan I ............................................................................. 112 2. Catatan Lapangan 2 ............................................................................ 125 3. Angket Survei Awal ………………………………………………… 127 4. Hasil wawancara ……………………………………………………. 128
5. Nilai Survei Awal ………………………………………………….. 135 6. Foto Survei Awal …………………………………………………… 136 7. Catatan Lapangan Siklus I …………………………………………. 137 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 1) ......................... 140 9. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ................................................. 146 10. Hasil Obsevasi Siklus I Lembar Observasi Kegiatan Siswa ................................................................................... 153 11. Foto Siklus I ........................................................................................ 154 12. Catatan Lapangan Siklus II ................................................................ 163 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 2) ......................... 167 14. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ....................................... 174 15. Hasil Obsevasi Siklus II Lembar Observasi Kegiatan Siswa .................................................... 181 16. Foto Siklus II ...................................................................................... 182 17. Catatan Lapangan Siklus III ................................................................ 189 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP Siklus 3) ........................... 192 19. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ....................................... 199 20. Hasil Obsevasi Siklus III Lembar Observasi Kegiatan Siswa ..................................................
206
21. Angket Siklus 3 .................................................................................
207
22. Foto Siklus III ...................................................................................
208
23. Lampiran-lampiran lain ....................................................................
216
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa sangat penting untuk diajarkan di sekolah karena dengan penguasaan terhadap keterampilan berbahasa berarti telah meningkatkan keterampilan anak didik dalam berbahasa yang mempunyai tujuantujuan dalam tindak bahasa yang digunakan. Bahasa adalah sarana komunikasi yang penting bagi manusia. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan berbahasa sangat penting dimiliki oleh setiap manusia karena bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menyimak, di samping keterampilan berbahasa lainnya yaitu keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (Henry Guntur Tarigan, 2008: 31). Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Menyimak mempunyai peran penting dalam berbagai hal terutama dalam tindak tutur berbahasa, termasuk di dunia pendidikan keterampilan menyimak juga sangat diperlukan. Pemberian materi oleh pendidik melalui komunikasi verbal yang berbentuk ujaran sehingga anak didik perlu menguasai adanya keterampilan menyimak guna penguasaan materi yang telah disampaikan, karena
itu, keterampilan menyimak seharusnya diajarkan sejak dini dalam pelajaran berbahasa di sekolah dasar. Fakta tentang rendahnya kemampuan menyimak juga peneliti temukan pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar tahun Pelajaran 2009/2010. Berdasarkan wawancara dengan guru kelas Surono, S. Pd pada hari Rabu, 4 November 2009 diperoleh data bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menyimak. Berdasarkan data nilai pada materi pembelajaran menyimak terdapat 47,5 % siswa masih mendapatkan nilai di bawah KKM (≥ 68) SD Negeri 02 Karanganyar. Selain wawancara guru, peneliti juga melakukan observasi kelas pada saat pembelajaran menyimak berlangsung yaitu pada jam keempat dan kelima seusai jam istirahat pertama. Hasil data yang diperoleh saat observasi awal tersebut adalah siswa tidak berminat pada pembelajaran, pada umumnya siswa tersebut duduk di bangku bagian belakang. Siswa yang tidak berminat terlihat dari tingkah laku mereka yaitu berbicara dengan teman sebangku, menempatkan kepala di atas meja dan tidak menghadap ke arah papan tulis. Selain itu siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Kegiatan menyimak tidak berjalan dengan baik pada kelas IV yang terlihat pada
(1) peserta didik kurang berminat dan tidak termotivasi dalam
pembelajaran, tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatannya sendiri sehingga tidak menyimak dengan baik. Hal tersebut merupakan hal yang bertolak dari pengertian menyimak yaitu menyimak sebagai memperhatikan baik-baik yang diucapkan atau dibaca orang, karena itu dalam menyimak diperlukan suatu kemampuan khusus. Kemampuan ini berarti kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan yang harus dikuasai oleh peserta didik, (2) beberapa peserta didik masih kurang mampu dalam menyimpulkan pesan yang telah didengar, dan (3) rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran, terlihat pada sedikitnya siswa yang maju secara sukarela dan sedikitnya siswa yang merespon pertanyaan yang disampaikan guru. Pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melakukan kegiatan menyimak, dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar
akan dan dapat meningkat. Pendapat tersebut mengisyaratkan adanya sikap aktif dan strategi aktif yang harus terintegrasi dalam pembelajaran menyimak. Siswa harus menunjukkan sikap aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Demikian halnya, guru juga dituntut untuk dapat menerapkan strategi aktif dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar menyimak yang baik diperlukan pula proses belajar yang baik. Berdasarkan hal di atas peneliti berdiskusi dengan pihak guru yaitu Surono, S. Pd untuk memberikan tindakan sebagai solusi dalam masalah pembelajaran menyimak tersebut. Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran dan akhirnya guru menyetujui solusi yang diberikan peneliti yaitu dengan pendekatan quantum learning sebagai pendekatan untuk pembelajaran menyimak. Pendekatan quantum learning (quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar) (DePorter, 2008: 20). Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif, quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat.” Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar (DePorter, 2008: 4-5). Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Pendekatan ini dipilih peneliti untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak. Menyadari perlunya peningkatan keterampilan menyimak tersebut, maka penulis
mencoba
melakukan
penelitian
tindakan
kelas
sehingga
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak Penulis berharap semoga
penelitian ini dapat berguna bagi para pengguna bahasa pada umumnya dan para guru bahasa Indonesia khususnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis memilih judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menyimak dengan Pendekatan Quantum Learning Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar? 2. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan: 1. Kualitas proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. 2. Kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan pendekatan Quantum Learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran menyimak. b. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pembelajaran menyimak. c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian penelitian tindakan kelas.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar. 2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. 3) Memberikan masukan positif untuk mengatasi kesulitan dalam pembelajaran menyimak. b. Bagi Siswa 1) Pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar akan lebih bermakna. 2) Memotivasi siswa untuk tidak cepat putus asa dan berusaha untuk berubah agar prestasinya meningkat. 3) Sebagai sarana memotivasi siswa agar ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 4) Melatih siswa untuk terampil dalam kegiatan menyimak. c. Bagi sekolah 1) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah berdasarkan indikator-indikator pembelajaran menyimak yang telah ditentukan. 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak baik proses maupun hasil sehingga menghasilkan siswa yang berkualitas di sekolah tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori 1. Hakikat Menyimak a. Pengertian Menyimak Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya (Djago Tarigan, 1992: 4). Menyimak menjadikan seseorang dapat menyerap informasi atau pengetahuan yang disimaknya. Menyimak juga memperlancar keterampilan berbicara dan menulis. Semakin baik daya simak seseorang maka daya serap informasi atau pengetahuan yang disimaknya juga semakin baik. Keterampilan menyimak dipelajari saat seseorang masih bayi dan terus berkembang seiring bertambahnya usia. Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Henry Guntur Tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan. Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkannya dalam berbicara, membaca, atau menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya (Djago Tarigan, 1992: 9). Komunikasi lisan dapat berbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula, dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar. Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Seseorang dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Seseorang pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya dapat di simak, karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi. Menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa, namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki
jalan yang berliku-liku, artinya yang bersangkutan harus berupaya bersungguhsungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif. Bila perhatian seseorang hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif. Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknanya. Penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi. Melalui kegiatan menilai ini penyimak telah pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi. Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpelasian, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi (Djago Tarigan, 1992: 13). Berdasarkan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1) 2) 3) 4) 5) 6)
mendengar mengidentifikasikan menginterpretasi memahami menilai menanggapi (Djago Tarigan, 1992: 15-16) Tahap mendengar, penyimak berusaha menangkap pesan pembicara yang
sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa untuk menangkap bunyi bahasa itu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat. Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik, kemudian bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknanya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara. Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahami atau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian. Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak. Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berwujud berbagai bentuk seperti mengangguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu. Setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna di samping itu penyimak dituntut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap dan mengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.
Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya, kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu. Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama, dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu menyusut menjadi setengahnya. 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tinggal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya. Di samping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, perangkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya sedikit yang tinggal. Karena itu, diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kembali catatannya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan. Fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan diantaranya adalah kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menerjemahkan
pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata, kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik. Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai. Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan. Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama. Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Sebaliknya, pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiyakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak.
b. Peranan Menyimak Menyimak mempunyai peranan
yang penting sekali bagi kehidupan
manusia. Menyimak, seseorang dapat mengenal bunyi suatu bahasa. Bunyi-bunyi bahasa yang sering dan berulang-ulang disimak itu akhirnya dapat ditiru, diucapkan, dan dipraktekkan dalam kegiatan berbicara, dalam hal ini menyimak berperan sebagai dasar belajar berbahasa. Sebagai ilustrasi seorang anak dapat mengucapkan kata mamah, papah, mamam, dan sebagainya, setelah ia sering dan berulang-ulang menyimak pengucapan kata-kata tersebut dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tidaklah heran apabila seorang anak berkebangsaan Inggris dapat mengucapkan kata bahasa Inggris, karena ia sering dan berulang-ulang menyimak kata-kata bahasa Inggris dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikian pula, tidaklah heran apabila anak Jawa dapat mengucapkan kata-kata bahasa Jawa, anak Sunda dapat mengucapkan kata-kata bahasa Sunda dan sebagainya. Demikian pula halnya pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Kegiatan diawali dengan menyimak cara mengucapkan fonem, kata, dan kalimat. Setelah itu, ia dapat meniru pengucapan fonem, kata dan kalimat tersebut akhirnya dapat mempraktekkannya dalam berbicara. Apabila bahasa pembicara sama dengan bahasa penyimak, maka penyimak dari hasil simakannya akan dapat mengetahui ciri-ciri berbahasa pembicara, misalnya: pengucapaan, pemilihan kata dan kalimat, gerak-gerik dan mimik dan pengorganisasian gagasan. Hal ini dapat menunjang kemampuan berbicara penyimak (Sabarti Akhadiah, 1992: 148).
c. Tujuan Menyimak Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang disebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan, karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
mendapatkan fakta menganalisis fakta mengevaluasi fakta mendapatkan inspirasi menghibur diri meningkatkan kemampuan berbicara (Djago Tarigan, 1992: 5) Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan
berbicara. Penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi cara mengorganisasikan bahan pembicaraan, cara penyampaian bahan pembicaraan, cara memikat perhatian pendengar, cara mengarahkan perhatian pendengar, cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga, dan cara memulai dan mengakhiri pembicaraan. Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa tujuan menyimak adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Menyimak untuk belajar Menyimak untuk menikmati keindahan audial Menyimak untuk mengevaluasi Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan Menyimak untuk menunjang ide-ide penyimak sendiri Menyimak untuk dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat Menyimak untuk dapat memecahkan masalah secara analisis dan kreatif Menyimak untuk meyakinkan si penyimak terhadap suatu masalah yang dia ragukan. (Henry Guntur Tarigan, 2008: 52)
d. Jenis-jenis Menyimak Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :
1) Menyimak marginal: Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil. 2) Menyimak apresiatif: Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan. 3) Menyimak atentif: Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya. 4) Menyimak analisis: Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak (Djago Tarigan, 1992: 26-27). Henry Guntur Tarigan (1983: 38-58) berpendapat bahwa menyimak dibedakan menjadi dua belas jenis, yaitu: 1) Menyimak ekstensif: Sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan atau mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. 2) Menyimak intensif: Kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal. 3) Menyimak sosial: Menyimak secara sopan santun daan dengan penuh perhatian percakapan dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud. 4) Menyimak sekunder: Menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif. 5) Menyimak estetik: Meliputi menyimak puisi, musik, membaca bersama atau drama. 6) Menyimak kritis: Menyimak, yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya keaslian atau prasangka dan ketidaktelitian yang akan diamati. 7) Menyimak konsentratif: Meliputi menyimak untuk mengikuti petunjuk, urutan ide, dan lain-lain. 8) Menyimak kreatif: Menyimak yang berakibat dalam pembentukan seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, penglihatan, gerakan dan perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa yang didengarnya. 9) Menyimak penyelidikan: Menyimak intensif dengan tujuan yang agak lebih sempit. 10) Menyimak interogatif: Menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi dan pemilihan.
11) Menyimak pasif: Penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti. 12) Menyimak selektif: Menyimak yang melengkapi menyimak pasif.
2. Hakikat Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD a. Pengertian Pembelajaran Menyimak Pembelajaran berasal dari kata “belajar” mendapat imbuhan pe-an. Kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 2002: 2) Menurut Gino, dkk. (1998: 30), istilah pembelajaran sama dengan “instuction” atau pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai suatu usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang diinginkan, atau bisa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar-mengajar. Pendapat lain tentang pembelajaran adalah proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik, dalam menguasai suatu kompetensi (Dian Sukmara, 2003: 57). Tumbuhnya perhatian pada pembelajaran menyimak sebagai salah satu alat penting penerimaan komunikasi dapat dilihat dengan nyata dari sejumlah literatur. Meningkatnya kepentingan menyimak sebagai suatu objek telaah dan penelitian dicerminkan oleh kenyataan bahwa “menyimak” telah memperoleh satu bab khusus pada tahun 1995 dalam keterampilan berbahasa yakni “Review of Educational Research”. Akan tetapi, Heilman menemui bahwa sedikit sekali perhatian yang diberikan pada keterampilan-keterampilan menyimak dalam bukubuku pegangan psikologi pendidikan dan mengeluh akan meningkatnya referensireferensi yang samar-samar, bukannya mengkhusus, bagi metode-metode pengajaran dalam petunjuk-petunjuk kurikulum yang ditelitinya. Donald E. Bird dan Sam Duker menyajikan bibliografi-bibliografi yang ekstensif mengenai
bahan-bahan yang perlu dalam pengajaran menyimak (Henry Guntur Tarigan, 2008: 12). Salah satu dari telaah-telaah permulaan yang menunjuk betapa pentingnya menyimak itu adalah telaah yang dilakukan oleh Paul T. Rankin pada tahun 1926, yang melaporkan bahwa 42% waktu penggunaan bahasa tertuju pada menyimak. Pada tahun 1950 Miriam E. Wilt melaporkan bahwa jumlah waktu yang dipergunakan oleh anak-anak untuk menyimak di kelas-kelas sekolah dasar kira-kira satu setengah sampai dua jam sehari, walaupun sekolah-sekolah telah lama menuntut para siswa menyimak secara ekstensif, namun pengajaran langsung bagaimana cara yang terbaik untuk menyimak tetap saja terlupakan dan diabaikan berdasarkan asumsi bahwa hal itu merupakan kemampuan “alamiah”. Caffrey menemui sedikit hubungan yang terdapat antara usia kronologis dan kemampuan menyimak di antara para siswa sekolah menengah pertama. Jelas adanya beberapa kenyataan bahwa pria merupakan penyimak yang lebih baik daripada wanita (Henry Guntur Tarigan, 2008: 13). Walaupun korelasi-korelasi antara membaca pemahaman dan menyimak pemahaman agak tinggi, tetapi jangan pula dilupakan faktor-faktor umum intelegensi, daya, dan kecepatan yang dimiliki oleh para siswa. Jika hal ini diabaikan, tidak akan dapat dianggap bahwa pengembangan cara peningkatan dalam membaca akan mengakibatkan pula pengembangan serta peningkatan dalam menyimak, dalam kenyataannya, kemampuan menyimak yang melampaui membaca pemahaman di antara para siswa sekolah dasar menjadi kurang efisien. Implikasi yang terlihat adalah bahwa pengajaran langsung menyimak adalah penting. Instruksi dalam menyimak akan bermanfaat sebagai alat uji yang mengembangkan alat ukur yang lebih baik. Kini beberapa tes standar mengenai menyimak telah tersedia pada tingkatan-tingkatan sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Perubahan-perubahan dalam sikap dan perilaku serta peningkatan-peningkatan dalam dinamika-dinamika kelompok sebagai suatu akibat peningkatan menyimak merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang penting di mana tes-tes buku belum tersedia (Henry Guntur Tarigan, 2008: 14)
Berdasarkan pengertian pembelajaran dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran menyimak adalah proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas dengan tujuan agar siswa mampu melakukan kegiatan komunikasi secara tidak langsung untuk menerima pesan dengan menggunakan wacana lisan (suara) sebagai medianya.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak di Kelas IV SD Pembelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan keterampilan berbahasa Indonesia dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sebagai sebuah program, berarti pembelajaran harus memiliki perencanaan dan pengorganisasian yang baik ( Sabarti Akhadiah, dkk, 1992: 11) Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari empat standar kompetensi yaitu mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Setiap standar kompetensi dibagi lagi menjadi beberapa kompetensi dasar. Pembelajaran menyimak di sekolah dasar disamakan dengan pembelajaran mendengarkan. Pembelajaran menyimak terdiri dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, berikut merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus bahasa Indonesia kelas IV SD semester 2.
Tabel 1. standar kompetensi dan kompetensi dasar menyimak Kelas IV Standar Kompetensi
Kompetensi
Indikator
Dasar Semester 2 Mendengarkan/Menyimak Mendengarkan pembacaan
Menirukan
pantun
pembacaan pantun
1. Menirukannpembacaan pantun
anak dengan lafal
2. Membaca pantun
dan intonasi yang
dengan lafal yang
tepat.
tepat 3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat 4. Menyimak pantun 5. Menjelaskan isi pantun
Pembelajaran menyimak di semester 2 untuk kelas IV adalah menyimak pantun. Pantun adalah sejenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam tiaptiap rangkap yang mempunyai pembayang dan maksud. Pantun adalah sajak pendek, tiap-tiap kuplet biasanya empat baris (abab) dan dua baris yang dahulu biasanya untuk tumpuan sahaja. Pantun adalah perkataan pantun itu pada mulanya dahulu dipakai orang dengan makna seperti, umpama, laksana. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-a-a, a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Peran pantun sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang, kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermainmain dengan kata. Seperti halnya puisi, pantun juga dibaca disertai dengan irama. Hal ini bertujuan agar isi pantun enak didengar dan memberi kesan mendalam bagi yang mendengarnya. Pada saat membacakan pantun, lafal, intonasi, dan ekspresinya harus tepat. Hal ini dimaksudkan agar pantun yang disampaikan dapat dinikmati, direnungkan maknanya, dan isinya dapat diterima atau ditangkap dengan baik oleh pendengar. Azhar (2009 dalam http: //alyandthenongkojajar.blogspot.com) unsur yang harus ada dalam pembacaan pantun: 1) Pelafalan Ketika membacakan pantun, pelafalan harus jelas. Fonem-fonem yang dilafalkan harus tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem-fonem konsonan dan fonem-fonem vokal harus diperhatikan, misalnya: bola pola. Kata bola dan pola harus dilafalkan dengan jelas agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem /b/ pada kata bola dan fonem /p/ pada kata pola merupakan fonem yang dihasilkan oleh artikulator yang sama, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Kedua fonem itu disebut fonem bilabial. 2) Intonasi Intonasi adalah lagu kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dari bagian yang lain. Intonasi dapat ditandai oleh naik-turunnya nada pada kata atau kalimat. Penandaannya dapat menggunakan garis naik untuk
nada tinggi, garis turun (V) untuk nada rendah, dan garis horizontal (–) untuk nada datar. Pickering dan Hoeper berpendapat bahwa nada suara, walaupun diekspresikan secara eksplisit atau implisit dapat memberikan gambaran kepada pembaca watak si tokoh, apakah ia seorang yang percaya diri, sadar akan dirinya atau pemalu, demikian pula sikap ketika si tokoh bercakap-cakap dengan tokoh lain (Albertine Minderop, 2005: 33). 3) Ekspresi Ekspresi atau mimik muka pada saat membaca pantun dapat berbeda-beda. Ketika membaca pantun jenaka, ekspresi wajah harus menampilkan mimik gembira, ceria, dan suka cita. Begitu pula ketika membacakan pantun yang berisi kesedihan, ekspresi wajah harus sesuai. Misalnya: mimik sedih, gembira, dan lain-lain di depan cermin. Bahasa (gesture) atau ekspresi wajah biasanya tidak terlalu signifikan untuk dibandingkan dengan tingkah laku, namun tidak selamanya demikian. Kadangkala tingkah laku samar-samar atau spontan dan tidak disadari sering kali dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang kondisi batin, gejolak jiwa tau perasaan si tokoh (Albertine Minderop, 2005: 33). Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Jumlah larik (baris) setiap bait empat. b) Jumlah suku kata setiap larik delapan hingga dua belas suku kata. c) Di akhir larik, terdapat aturan ritma, yaitu a b a b. d) Baris pertama dan kedua berupa sampiran. e) Baris ketiga dan keempat berupa isi. Contoh: Buat apa kain kebaya (a) Kalau tidak pakai selendang (b) Buat hidup kaya (a) Kalau tidak suka sembahyang (b)
Hentakan irama di akhir larik sangat terasa. Kekuatan bunyi irama menimbulkan kesan indah. Pengulangan bunyi ya pada larik pertama dan larik ketiga. Begitu pula pengulangan bunyi ang pada larik kedua dan keempat. (Azhar
dalam
http://alyandthenongkojajar.blogspot.com,
diakses
15
November 2009)
3. Hakikat Pendekatan Quantum Learning Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Beberapa teknik yang dikemukakan merupakan teknik meningkatkan kemampuan diri yang sudah populer dan umum digunakan. (DePorter, Bobbi. Reardon, Mark & Nurie, Sarah Singer. 2003 dalam http://kafeguru.blogspot.com) Nyoman Degeng menyebut pendekatan quantum teaching sebagai “orkestra pembelajarn yang penuh dengan suasana bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan.” Penciptaan suasana seperti itu, dapat: a. b. c. d. e.
dibangun motivasi ditumbuhkan simpati dan saling pengertian dibangun sikap takjub kepada pembelajaran dibangun perasaan saling memiliki dapat memberikan keteladanan (Andayani, 2008: 18-19) Quantum Learning pada dasarnya adalah suatu konsep belajar dengan
membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan. Suasana tersebut dapat membantu orang untuk berkonsentrasi dengan mudah mengerjakan pekerjaan mental dengan rileks. Bobbi DePorter (2008: 45) mengembangkan teknik-teknik yang sasaran akhirnya ditujukan untuk membantu para siswa menjadi responsif dan bergairah dalam menghadapi tantangan dan perubahan realitas (yang terkait dengan sifat jurnalisme). Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology (suggestopedia). Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detil
apa pun memberikan sugesti positif atau negatif, untuk mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan. Murid di dalam kelas dibuat menjadi nyaman. Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi. Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur (Septiawan Santana Kurnia, 2008 dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id) Quantum
learning
merupakan
salah
satu
pembelajaran
yang
menyenangkan. Pembelajaran harus menarik dan menyenangkan karena pembelajaran yang menarik berarti mempunyai unsur menggelitik bagi siswa untuk terus diikuti, dengan begitu, siswa mempunyai motivasi untuk terus mengikuti pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan berarti pembelajaran cocok dengan suasana yang terjadi dalam diri siswa. Kalau siswa tidak senang, pasti juga siswa tidak ada perhatian. Ujung-ujungnya pasti siswa jenuh dan masa bodoh ( Suyatno, 2005: 1). Suasana menyenangkan dalam pembelajaran dapat dicitakan guru dengan merancang dan menerapkan berbagai strategi. Komunikasi dan interaksi guru dengan peserta didik yang terbuka dan penuh keriangan dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Lingkungan fisik belajar yang kondusif memungkinkan siswa dapat beraksi dan berkreasi dengan penuh motivasi. Penataan suasana hati dengan musik dapat meningkatkan kegairahan belajar (Darmansyah, 2007: 41). DePorter (2008: 54) dalam pembelajaran Quantum Learning ada ciri spesifik yang berguna untuk meningkatkan otak untuk memahami suatu informasi yang diberikan. Ciri-ciri tersebut adalah: Learning To Know yang artinya belajar untuk mengetahui, Learning To Do yang artinya belajar untuk melakukan, Learning To Be yang artinya belajar untuk menjadi dirinya sendiri, dan Learning To Live Together yang artinya belajar untuk kebersamaan.
Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: “belajar apa saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang anda pelajari untuk keuntungan anda, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada kehidupan.” Gambaran ini disandingkan dengan konsep belajar pasif yang terdiri dari: “tidak dapat melihat adanya potensi belajar, mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.” Quantum learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”. Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar. Peserta didik quantum dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar. Quantum Learning membahasakan kegembiraan dengan terbangunnya emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi positif di dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan suasana gembira. Frederickson menyebutkan empat keadaan emosi positif: joy (kegembiraan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasaan atau kelegaan), dan love (cinta atau kasih sayang). Bayangkan jika setiap selesai proses belajar mengajar, senantiasa memiliki emosi positif (Indra Munawar, 2009 dalam http://.blogspot.com/2009/06/quantumlearning.html). Deporter (2008: 4-5) Quantum Learning membahasakan kegembiraan dengan terbangunnya emosi positif, seseorang yang dapat membangun emosi positif di dalam dirinya, tentulah ia akan dapat menghadirkan suasana gembira. Frederickson menyebutkan empat keadaan emosi positif: joy (kegembiraan), interest (ketertarikan), contentment (kepuasaan atau kelegaan), dan love (cinta atau kasih sayang). Bayangkan jika setiap selesai proses belajar mengajar, senantiasa memiliki emosi positif. Apabila emosi positif terus dibangun, tentulah hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan diri dan kepercayaan diri akan semakin meningkat dan akhirnya, keberhasilan dalam proses belajar mengajar pun tidak
harus dicapai secara 100%. Keberhasilan dapat dicapai di bawah 100% asal kemudian pencapaian itu terus dapat ditingkatkan akibat dari rasa senang yang terus menjalar di dalam diri dan proses peningkatan pencapaian kesuksesan dalam belajar atau mengajar hanya dapat tercapai dengan membangun emosi positif. Quantum learning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyampaikaan isi pembelajaran, dan memudahkan proses belajar (Deporter, 2008: 4-5). Cara efektif pelaksanaan quantum learning salah satunya adalah dengan memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan) (Andayani, 2008: 20). 1) TUMBUHKAN Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan pelajar. Penerapan prosedur T (tumbuhkan) dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, misalnya: menyanyi, bertepuk tangan, dan bermain. 2) ALAMI Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. A ( alami) yaitu kegiatan dimana murid mulai memasuki proses belajar dalam pembelajaran. Alami dalam TANDUR menggunakan permainan yang memanfaatkan media gambar yaitu permainan teka-teki pantun rumpang. Permainan ini dimaksudkan agar siswa dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep: kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses dan hasil (Suyatno, 2005: 12). 3) NAMAI Prosedur N (namai) yaitu prosedur dimana murid berkesempatan mengaktualisasikan dirinya menemukan konsep-konsep. 4) DEMONSTRASIKAN D (demonstrasikan) yaitu berwujud aktivitas gerak. aktivitas dapat dilakukan dengan praktik. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. 5) ULANGI
Prosedur U (ulangi) yaitu pengulangan tindakan yang sudah dipelajari sebelumnya yang bertujuan agar penguasaan materi belajar semakin baik. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. 6) RAYAKAN R (rayakan) yaitu murid diberi respon-respon khusus dari guru maupun dari murid-murid lain dikelasnya secara serentak. Respon tersebut pada umumnya berbentuk applause, gerakan toss yang diberikan guru kepada muridnya, dan memberi seruan dengan kata-kata serentak disertai gerakan dua tangan diangkat ke atas. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Adanya keunggulan-keunggulan yang terdapat dalam metode quantum learning karena quantum learning merupakan metode gabungan dari beberapa prinsip belajar yaitu teori sugestologi, teknik pemercepatan belajar, neurolinguistik, teori keyakinan dan konsep-konsep dasar belajar. Keunggulan tersebut, antara lain: a. Dapat memahami materi dengan cepat b. Dapat memperkuat pemahaman terhadap materi c. Dapat menciptakan lingkungan dengan mudah d. Dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah Pembelajaran quantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran quantum, sebagai berikut: a. b. c. d.
Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif. Pembelajaran quantum lebih bersifat humanistis. Pembelajaran quantum lebih bersifat konstruktivistis. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. e. Pembelajaran quantum sangat menekankan pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. f. Pembelajaran quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. g. Pembelajaran quantum menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
h. Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. i. Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis dan keterampilan hidup (Sugiyanto, 2009: 73-77). Quantum learning for teachers professional development programs train educators in the ”how to: of facilitating the learning process, covering both theory and implementation. Core components include the steps to building a strong foundation, a positive atmosphere of rapport and respect and a supportive environment. The training includes specific teaching strategies, content delivery, curriculum design and learning and life skills. Programs consist of staff development, classroom coaching and reinforcement, and incorporate proven methods to: infuse joy into learning, accelerate learning, make content more meaningful, improve classroom behavior, build rapport and self esteem, and support standards-based curriculum (Sarah Singer-Nourie, 1998: 7). Kutipan tersebut dapat diartikan bahwa quantum learning bagi para pendidik merupakan program pengembangan profisional yang melatih pendidik dalam “bagaimana” memfasilitasi proses pembelajaran yang mencakup langkahlangkah untuk membangun sebuah pondasi yang kuat, sebuah hasil maupun respek yang positif serta lingkungan yang mendukung. Pelatihan tersebut mencakup strategi pembelajaran khusus, penyampaian isi, desain kurikulum dan pembelajaran serta keahlian. Program-programnya meliputi staf pengembangan, kelas pelatihan dan penguatan kembali serta metode yang bertujuan untuk menghadirkan
kesenangan
dalam
pembelajaran,
pembelajaran
akselerasi,
membuat pembelajaran lebih bermakna, meningkatkan perilaku dalam kelas, membangun hasil dan penghargaan diri serta mendukung kurikulum berdasar standar. Quantum learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara quantum learning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.
3. Relevansi Pendekatan Quantum Learning dengan Pembelajaran Menyimak di SD Quantum Learning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakjan lingkungan belajar yang efektif, maka sejumlah prinsip dan petunjuk yang dimiliki quantum learning relevan apabila diterapkan di dalam pembelajaran menyimak di sekolah dasar karena pembelajaran menyimak di sekolah dasar memiliki masalah yaitu siswa yang sering ramai senidiri, melamun, berdiskusi sendiri, dan lain-lain. Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya (Djago Tarigan, 1992: 16). Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Henry Guntur tarigan (2008: 31) menjelaskan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan. Materi menyimak yang akan disajikan dalam pembelajaran menyimak untuk kelas IV SD adalah berupa teks pantun dari pihak guru maupun siswa, cerita-cerita dari siswa yang dijadikan sumber pembuatan pantun, rekaman pembacaan pantun, dan lain-lain. Setelah itu akan diterapkan pendekatan quantum learning, agar menyimak menjadi kegiatan yang prioritas dan menyenangkan di sekolah, maka penciptaan orkestra pembelajaran, seperti yang terkandung dalam model quantum learning dapat diangkat menjadi model pembelajaran menyimak. Hal ini menjadi relevan dengan pembelajaran menyimak yang sesuai dengan hakikatnya, sehingga siswa akan dapat mencapai cheers (kepuasan) dan
applause (kekaguman). Di dalam mewujudkan pembelajaran menyimak yang dapat mencapai kepuasan dan kekaguman di sekolah dasar, salah satu teknik yang dapat diwujudkan yaitu dengan mengintegrasikan pembelajaran menyimak dengan materi yang disenangi siswa. Hal ini bermanfaat untuk membangkitkan siswa.
5. Tes Kemampuan Menyimak untuk Siswa SD Kelas IV Burhan Nurgiyantoro (2001: 161) di dalam pengajaran bahasa tes kebahasaan merupakan salah satu hal yang krusial dan wajib dilakukan. Melalui kegiatan tes tersebut dapat dilakukan penilaian secara obyektif, khususnya terhadap hasil belajar bahasa siswa. Pengajaran karya sastra Indonesia tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran yang mandiri, akan tetapi merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia (Burhan nurgiyantoro, 2001: 319). Pada umumnya, di dalam KTSP Sekolah Dasar, pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara tematik dan sastra diintregasikan dengan keempat aspek keterampilan berbahasa. Salah satunya diintregasikan dengan keterampilan menyimak. Penilaian kemampuan menyimak pantun untuk siswa sekolah dasar sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan tes kesastraan kategori Moody dan tes dalam bentuk pragmatik untuk kemampuan siswa menjelaskan isi pantun yang telah disimak. Tes tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan kejiwaan dan kemampuan kognitif siswa (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 340). Indikator yang tercantum dalan KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar dalam standar kompetensi mendengarkan pembacaan pantun menyebutkan bahwa siswa harus mencapai poin untuk mampu menjelaskan isi pantun, menyimpulkan ciri-ciri pantun, membaca intonasi dan lafal yang tepat, dan membuat pantun. Bentuk tes kesastraan kategory Moody dalam Burhan Nurgiyantoro (2001: 340-345) terbagi menjadi:
a. Tes kesastraan tingkat informasi Tes kesastraan tingkat informasi dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, misalnya mengenai unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik karya sastra. b. Tes kesastraan tingkat konsep Tes kesastraan tingkat konsep berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-data atau unsur karya sastra diorganisasikan. Pengerjaan butir-butir soal tingkat konsep diperlukan anlisis secara kritis dan menghubungkan unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra. Tes kesastraan tingkat konsep juga tidak sulit untuk dijadikan tes bentuk objektif, tentu saja dipilih hal-hal yang memungkinkan, juga dengan pertimbangan tertentu, misalnya pertimbangan praktis. c. Tes kesastraan tingkat perspektif Tes kesastraan tingkat perspektif berkaitan dengan pandangan siswa sehubungan dengan karya sastra yang dinikmati. Bentuk tes pada tingkat perspektif menuntut siswa untuk mampu menghubungkan antara sesuatu yang ada di dalam karya sastra dengan sesuatu di luar karya sastra tersebut. Bentuk tes esai memang lebih tepat untuk mengungkap kemampuan siswa tingkat perspektif, namun bukan berarti tes objektif tidak dapat digunakan, walaupun tidak mudah disusun atau kurang menghemat waktu. d. Tes kesastraan tingkat apresiasi Tes
kesastraan
tingkat
apresiasi
terutama
berkisar
pada
permasalahan dan atau kaitan antara bahasa sastra dengan linguistik. Kemampuan kognitif yang dituntut untuk mengerjakan butir-butir tes tingkat apresiasi adalah kemampuan kognitif tingkat tinggi. Siswa dituntut untuk
mampu
menggeneralisasikan,
mengenali, dan
menilai
menganalis, bentuk-bentuk
dipergunakan dalam karya-karya yang dibahas.
membandingkan, bahasa
yang
Tabel 2. Penilaian Kemampuan Menyimak Pantun No.
Aspek yang dinilai
Skor
Skor Maksimal
1.
2.
Ketepatan menirukan pembacaan pantun a. tepat
3
b. kurang tepat
2
c. tidak tepat
1
3
Ketepatan membacakan pantun dengan lafal tepat
3.
a. tepat
3
b. kurang tepat
2
c. tidak tepat
1
3
Ketepatan membacakan pantun dengan intonasi tepat
4.
5.
a. tepat
3
b. kurang tepat
2
c. tidak tepat
1
3
Kelengkapan menulis hasil simakan a. lengkap
3
b. kurang lengkap
2
c. tidak lengkap
1
3
Kelengkapan menjelaskan isi pantun a. lengkap
3
b. kurang lengkap
2
c. tidak lengkap
1
Jumlah
3
15
Perolehan skor Nilai akhir =
X skor ideal (100) = skor maksimal
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini relevan dengan penelitian dari 1. Doni
Prahastomo
yang
berjudul
“Upaya
Meningkatkan
Kualitas
Pembelajaran Keterampilan menyimak Menggunakan Media Film Animasi pada Siswa Kelas VI SDN Carangan Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008”, yang berkesimpulan: (1) Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menyimak menggunakan media film animasi. (2) Terjadi peningkatan
kualitas
hasil
pembelajaran
keterampilan
menyimak
menggunakan media animasi. (3) Kendala-kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak menggunakan media film animasi sudah dapat diatasi. 2. Penelitian dari Moh Roza Ashari yang berjudul “Pemanfatan Media Rekaman Monolog dan Dialog untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak pada Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta”, Yang berkesimpulan: (1) Terdapat peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik dan (2) Terdapat peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik. 3. Penelitian dari Sri Mulyani Dwi Hastuti yang berjudul “Bahan Ajar Apresiasi Puisi untuk SMA dengan Pendekatan Quantum Learning (Penelitian Pengembangan di SMP Negeri 10 Surakarta), yang berkesimpulan: (1) Bahan materi ajar apresiasi puisi yaang dibutuhkan oleh guru dan siswa di SMP Negeri 10 Surakarta adalah materi ajar yang menyenangkan, bervariasi, daan sesui kebutuhan murid. (2) Protype pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya apresiasi puisi secara terpadu telaah dikembangkan melalui persiapan dan eksplorasi menjadi produk awal buku materi ajar apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning. (3) Model pembelajaran terpadu apresiasi puisi dengan pendekatan quantum learning diyakini sangat sesuai untuk siswa SMP Negeri 10 Surakarta.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran menyimak seringkali kurang mendapatkan tempat yang proporsionaal dibandingkan pembelajaran kerterampilan berbahasa lainnya. Sesuai
kurikulum
yang
ada
pembelajaran
bahasa
Indonesia
harus
mengintregasikan keempat aspek keterampilan berbahasa dalam tiap bahasan atau tema baik pada kemampuan bahasa maupun kemampuan bersastra. Berdasarkan dari hasil wawancara guru dan siswa serta observasi kelas pada saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan peneliti, menyimak pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa dalam materi menyimak pada semester I yang hanya mencapai 47,5 % siswa masih mendapat nilai di bawah standar ketuntasan minimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia SD Negeri 02 Karanganyar yaitu 68. Faktor penyebab dari rendahnya kemampuan menyimak siswa, sebagai berikut: 1. Siswa kurang berminat dan kurang termotivasi pada pembelajaran menyimak. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak merupakan materi yang tidak menyenangkan. 2. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 3. Guru mengalami kesulitan dalam menemukan pendekatan yang tepat untuk pembelajaran menyimak. Guru bercerita bahwa siswa sering mengalihkan perhatian, diskusi dengan teman sebangku, dan melamun. Masalah tersebut melatarbelakangi alasan peneliti menggunakan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menyimak. Nyoman Degeng menyebut pendekatan quantum teaching sebagai “orkestra pembelajaran yang penuh dengan suasana bebas, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan”. Dengan penciptaan suasana seperti itu, dapat: 1. 2. 3. 4. 5.
dibangun motivasi ditumbuhkan simpati dan saling pengertian dibangun sikap takjub kepada pembelajaran dibangun perasaan saling memiliki dapat memberikan keteladanan (Andayani, 2008: 18)
Pendekatan quantum learning dipilih agar kualitas pembelajaran menyimak siswa dapat meningkat sehingga prestasi siswa dalam pembelajaran menyimak pun juga dapat ikut meningkat. Pendekatan quantum learning dipilih berdasarkan asumsi peneliti bahwa dalam pendekatan tersebut menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang variatif dan menyenangkan sehingga peserta didik diharapkan dapat terangsang melalui pendekatan tersebut. Gambar dari alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Kondisi Awal
Siswa kurang berminat dan tidak termotivasi dalam pembelajaran menyimak
Guru kesulitan dalam menentukan pendekatan yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran menyimak
Kemampuan Menyimak Siswa Rendah
Pendekatan quantum learning sebagai pendekatan pembelajaran menyimak (Penelitian Tindakan Kelas)
Kualitas proses pembelajaran menyimak siswa meningkat
Kualitas hasil pembelajaran menyimak siswa meningkat
Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan Peneliti dan guru akan merencanakan dan melakukan tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak siswa dengan menggunakan pendekatan quantum learning dengan hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Karanganyar yang beralamat di jalan Abdulrahman Saleh, Tegalmulyo, Karanganyar. Sekolah ini memiliki enam kelas dari kelas satu hingga kelas enam. Penelitian ini diflakukan pada
siswa kelas IV. Alasan pemilihan SD Negeri 02 Karanganyar karena
terdapatnya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran menyimak. Waktu penelitian dari bulan November 2009 sampai dengan April 2010. Tabel 3. Jadwal dan Kegiatan Penelitian No.
Jadwal Kegiatan
1.
Persiapan awal sampai penyusunan proposal
2.
Persiapan instrument
3.
Pengumpulan data
4.
Analisis data
5.
Penyusunan Laporan
November Desember Januari Februari 2009 2009 2010 2010
Maret 2010
April 2010
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 karanganyar. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah 40 siswa, 21 putri dan 19 putra dan yang dijadikan guru kolaborator adalah guru pengampu kelas IV yaitu Surono, S. Pd.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah pencermatan terhadap pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi secara bersama. Suharsimi Arikunto dkk (2007: 3) penelitian tindakan kelas adalah kerjasama untuk menghasilkan kinerja sekolah yang lebih baik dengan terjalinnya kerjasama antara pihak peneliti dengan pihak sekolah baik pendidik maupun anak didik. Supardi (dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007: 110) menyatakan bahwa karakteristik PTK meliputi: (1) inkuiri reflektif, yaitu kegiatan penelitian berdasarkan ada pelaksanaan tindakan (proactive driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven), (2) kolaboratif, yaitu upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru, dan (3) reflektif, PTK lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. Langkah-langkah pelaksanan PTK dilakukan melalui lima tahap, yaitu: hipotesis tindakan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis dan refleksi tindakan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data berbentuk lisan dan tertulis, dan bukan data yang berupa angka-angka. Data yang sudah diperoleh dideskripsikan kemudian disimpulkan. Strategi ini bertujuan untuk menggambarkan serta menjelaskan kenyataan di lapangan. Peneliti memberikan gambaran dan menjelaskan berbagai fenomena dalam pelaksanaan tindakan serta hasil penelitian dalam data tertulis.
D. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Peristiwa, yaitu peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran yang berlangsung saat pembelajaran menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum learning. 2. Informan, yaitu pendidik dan anak didik (siswa kelas IV). 3. Dokumen, yaitu materi pembelajaran, hasil pekerjaan siswa, hasil wawancara, dan daftar nilai siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran menyimak yang dilakukan oleh guru dan siswa. Salah satu teknik pengumpulan data adalah observasi dengan memahami apa yang diteliti (Rochiati Wiraatmadja, 2007: 104). Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Pemimpin jalannya pembelajaran yaitu guru pengampu kelas IV itu sendiri, Surono, S. Pd. Pengamatan dilakukan sebelum dan selama penelitian berlangsung. 2. Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi guna memperoleh data yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran, penentuan tindakan, dan respon yang timbul sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Denzin (dalam Rochiati Wiraatmadja, 2007: 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orangorang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. 3. Angket
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden (Suharsimi arikunto, 1996: 139). Sarwiji Suwandi (2009: 51) dengan menganalisis informasi yang diperoleh melalui angket dapat diketahui peningkatan proses atas kegiatan siswa serta dapat diketahui ada tidaknya peningkatan motivasi siswa. Jenis angket terbagi
10
menjadi empat, yaitu: (1) angket langsung yang ertutup, (2) angket langsung yang terbuka, (3) angket tak langsung yang tertutup, dan (4) angket tak langsung yang terbuka (Sanapiah Faisal, 1981: 5) Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian. Penelitian ini menggunakan angket yang dibagikan kepada siswa kelas IV yang berjumlah 40 siswa.
F. Uji Validitas Data Uji validitas data dilakukan agar data yang diperoleh valid. Uji validitas yang dilakukan: a. Triangulasi metode Membandingkan data dari metode yang berbeda. Peneliti menguji kebenaran data yang diperoleh melalui observasi dengan wawancara dan angket. b. Triangulasi sumber data Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh.
G. Teknik Analisis Data Penelitian
ini
akan
menggunakan
teknik
analisis
data
yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman (H.B Sutopo, 2002: 96). Teknik analisis interaktif terdiri dari tiga tahap yaitu (1) reduksi data: proses menyeleksi, menentukan fokus, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. (2) display data: setelah data direkdusi maka data perlu disajikan secara rapi agar memudahkan kesimpulan atau menentukan tindakan selanjutnya. (3) verifikasi atau penarikan kesimpulan dalam tahap ini dilakukan secara bertahap pada akhir setiap siklus.
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanan
tindakan,
(3) pengamatan, dan
(4)
refleksi.
si. Permasalahan
Permasalahan baru hasil refleksi
Apabila Permasalahan Belum Terselesaikan
Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke Siklus Berikutnya
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2007: 74)
Rancangan prosedur penelitian tindakan kelas tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Merencanakan tindakan, meliputi: media audiovisual (rekaman lagu dalam bentuk CD), pantun rumpang, dengan media gambar, skenario pembelajaran, RPP, instrumen tes (unjuk kerja kelompok dan individu), dan instrumen nontes (pedoman observasi). b. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario pembelajaran siklus I. c. Melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran. d. Membuat refleksi atas tindakan pada siklus I oleh guru dan peneliti. 2. Siklus II dan Siklus Berikutnya Siklus II, dilakukan sebagai tindakan untuk memperbaiki kelemahankelemahan yang ada pada siklus sebelumnya, tahap-tahap yang dilakukan sama seperti pada siklus I, akan tetapi sebelumnya dilakukan perencanaan ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, sehingga kelemahan yang ada pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Demikian juga pada siklus berikutnya, juga sama dengan siklus sebelumnya, hanya saja merupakan perwujudan tahap pelaksanaan observasi dan interpretasi serta analisis refleksi pada siklus sebelumnya.
I. Indikator Keberhasilan Pengukuran
keberhasilan
tindakan,
dilakukan
peneliti
dengan
merumuskan indikator-indikatornya. Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 4. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian Aspek
Persentase
Indikator Keberhasilan
yang
Kondisi
Kondisi
Target
Diukur
Awal
Akhir
Capaian
Rendah
Tinggi
75%
1. Proses Pembelajaran a. Minat
Siswa tampak
siswa dan
senang dalam
motivasi
pembelajaran
siswa
menyimak dan siswa tampak antusias dalam aktivitas pembelajaran menyimak
b. Keaktifan siswa dalam
Kurang
Aktif
75%
aktif
Siswa tampak aktif dalam proses
mengikuti
pembelajaran
pembelajaran
menyimak
menyimak
2. Ketuntasan hasil belajar
Rendah
Tinggi
75%
Mencapai standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Survei Awal Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. Kelas ini dipilih dengan pertimbangan hasil wawancara dengan pihak guru kelas tersebut yaitu Surono, S. Pd dan hasil observasi pada saat proses pembelajaran serta hasil angket yang dibagikan pada siswa untuk mengetahui sejauh mana respon siswa terhadap pembelajaran menyimak bahasa Indonesia yang telah berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak guru pada hari Senin, 2 November 2009, diperoleh data yaitu terdapat masalah dalam pembelajaran menyimak. Pembelajaran menyimak tersebut mempunyai masalah bahwa anak didik tidak mengikuti pembelajaran menyimak dengan baik, hal ini diungkapkan oleh pihak guru. Pada umumnya anak didik sering melamun, berbicara atau ramai sendiri, melakukan kegiatan lain selain menyimak. Pihak guru juga mengatakan bahwa kemungkinan penyebab dari kurangnya antusias peserta didik karena metode atau media yang yang digunakan belum memadai serta faktor internal yang dialami siswa, misalnya sedang mempunyai masalah di rumah, belum mengerjakan PR pelajaran lain, dan sebagainya. Hasil wawancara tersebut dijadikan peneliti untuk melakukan observasi kelas pada hari Rabu, 06 Januari 2010, pada saat proses pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung yaitu pada jam keempat dan kelima. Pada hari tersebut peneliti juga mengambil data dari angket yang dijawab oleh semua siswa kelas IV, selain itu peneliti juga melakukan wawancara siswa. Hasil survai awal atau pra-tindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut: 1. Pengembangan pendekatan dalam mengajar yang digunakan guru masih kurang. Guru hanya aktif di depan kelas dengan menerangkan materi menyimak. Guru tidak menggunakan pendekatan yang menarik sebagai perangsang motivasi
siswa. Akhirnya, sebagian besar siswa acuh pada materi yang disampaikan, terutama siswa yang duduk di belakang karena merasa berada jauh dengan posisi guru. 2. Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menyimak. Berdasarkan kegiatan pengamatan di kelas, angket, dan wawancara yang telah dilakukan peneliti terhadap siswa dan guru, peneliti mendapatkan hasil data bahwa siswa kurang berminat dan kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaraan menyimak. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa selama mengikuti pelajaran menyimak pantun, beberapa siswa yang mengalihkan perhatiannya dengan berbicara dengan teman sebangku, meletekkan kepala di atas meja, menopang dagu, dan tidak fokus pada materi menyimak yang dibacakan oleh guru. 3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran menyimak. Terlihat dari sikap siswa yang pasif saat ditunjuk maju di depan kelas. Sedikitnya siswa yang merespon petanyaan dari guru.
Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menyimak Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Survei Awal No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
No. Induk 2501 2509 2483 2506 2490 2504 2510 2536 2538 2539 2540 2541 2543 2545 2546 2548 2550 2551 2552 2554 2555 2556 2557 2560 2561 2562 2563 2565 2566 2567 2568 2569 2570 2573 2574 2575 2633 2635 2685 -
Nama Siswa Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Nilai 55 61 77 60 74 49 59 80 65 50 75 58 81 79 82 58 70 66 60 78 56 76 54 86 79 67 81 76 63 55 88 50 74 56 54 70 71 61 58 81
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 19 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 47, 5 %.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari berbagai tahap, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan interpretasi, dan 4) analisis dan refleksi tindakan. 1.
Siklus I a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 11 Januari 2010 di ruang tamu, SD Negeri 02 Karanganyar. Perencanaan tersebut dirancang oleh pihak guru pengampu kelas IV yaitu Surono, S. Pd bersama peneliti. Hasil keputusan yang disepakati yaitu bahwa pelaksanaan tindakan dalam siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010, pada jam pelajaran yaitu jam keempat dan kelima selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Hasil rancangan pembelajaran menyimak yang telah didiskusikan yaitu materi menyimak pada semester 2, standar kompetensi
dalam
pembelajaran menyimak semester 2 yaitu mendengarkan pantun dan kompetensi dasarnya adalah menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut: a) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. Lagu yang diputar, antara lain: Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek,
Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak. Langkah ini termasuk dari konsep TANDUR yaitu T (Tumbuhkan). b) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa menyimak penjelasan guru. c) Guru membagi 40 siswa menjadi delapan kelompok. d) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar dan potongan-potongan jawaban. e) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu A (Alami). f) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi jawaban pantun. g) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah ”pantun”. langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu N (Namai). h) Guru
meminta
siswa
sebagai
perwakilan
kelompok
untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan intonasi dan lafal yang tepat. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu D (Demonstrasikan) kemudian guru meminta setiap kelompok saling menyimak kelompok lain untuk mengerjakan tugas kelompok berikutnya. i) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan pantunnya di depan kelas. Langkah ini merupakan bagian dari konsep TANDUR yaitu U (Ulangi). j) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR yaitu R (Rayakan). k) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah dikerjakan. l) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu.
m) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. n) Guru menutup pembelajaran. 2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi menyimak pantun pada siklus I. 3) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan pada siklus I berlangsung selama 2 x 35 menit pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02 karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang telah disusun pada hari Senin, tanggal 11 Januari 2010 yang telah disepakati antara pihak guru dan peneliti. Peneliti dalam pelaksanaan tindakan I menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai partisipan pasif serta untuk melakukan observasi terhadap proses tindakan I dan mencatat data-data yang penting, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pihak siswa maupun pihak guru pasca tindakan. Materi pelaksanaan tindakan I tersebut adalah menyimak pantun. Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh temannya. Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar yaitu dengan menggunakan gambar buah-buahan dan binatang yang terletak pada baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun. Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu: 1) Guru memutarkan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan
binatang. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40 siswa menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar dan mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari baris pantun yang telah diberikan setiap kelompok. 2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar buahbuahan dan binatang tersebut. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap kelompok. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan ini bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan turut serta aktif dalam proses pembelaajaran. 3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat. Selanjutnya menamai apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”, dan termasuk jenis pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk menyimak kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas. Kelompok yang menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa yang telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan jenis pantun yaang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu huruf ”N” yang berarti ”Namai”. 4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari pantun
tersebut.
Tindakan
ini
bagian
dari
huruf
”D”,
yaitu
”Demonstrasikan”. 5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang sudah maju. Tindakan ini bagian huruf ”U” yang berarti ”Ulangi.”
6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan
hasil
kelompok
di
depan
kelas
dan
telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti ”Rayakan.” 7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah dikerjakan. 8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok. 9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak yang telah berlangsung. 10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan pertama yang dilakukan pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2010, pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung selama 2 x 35 menit. Guru memutarkan lagu yang bertema buah-buahan dan binatang sesuai materi yang akan disampaikan yang menggunakan rangsangan media gambar berupa buah-buahan serta binatang. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi presentator dan penyimak yang baik. Deskripsi pembelajaran
peneliti
menyimak
atas
pada
hasil
siklus
yang diperoleh pertama
dengan
dari
proses
menggunakan
pendekatan quantum learning yang memanfaatkan media gambar maupun media audiovisual adalah pihak guru belum melaksanakan kegiatan pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning secara total. Guru hanya aktif menerangkan langkah-langkah pembelajaran menyimak, posisi guru masih banyak berada di depan kelas, sehingga kurang begitu
mengelola kelas dengan baik, hal ini menyebabkan masih terdapat siswa yang ramai terutama yang berada di tempat duduk di deretan belakang. Tindakan pada siklus pertama diawali guru dengan mengemukakan materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu anakanak yang berjudul: Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak. Lagu tersebut diputar oleh guru sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan materi selanjutnya serta lagu tersebut masih berhubungan dengan media gambar yang digunakan dalam penyampaian materi pantun pada hari tersebut yaitu gambar yang berupa gambar buah-buahan dan binatang yang merupakan deret sampiran dalam pantun. Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok dan membagikan gambar serta potongan-potongan jawaban dan meminta siswa untuk segera mengerjakan secara berkelompok. Hasil penyusunan pantun setiap kelompok dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok lain menyimak kemudian menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait pantun, penjelasan isi dari pantun tersebut, dan menyebutkan ciri-ciri pantun. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Tindakan pada awal pembelajaran menyimak dilakukan guru dengan cara tugas kelompok dan selanjutnya secara individu sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok sebelumnya.
Proses pembelajaran yang berlangsung dalam siklus I, masih terdapat kelemahan baik dari guru maupun siswa, antara lain: 1) Posisi guru masih terfokus di depan kelas sehingga pengelolaan kelas kurang maksimal. Siswa yang duduk di deretan belakang masih menunjukkan sikap ramai dan tidak memperhatikan siswa yang sedang berpresentasi dan dalam tugas kelompok tidak turut berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok. 2) Guru tidak memberi teguran kepada kelompok lain yang tidak bertugas untuk menyimak kelompok yang sedang bertugas presentasi. 3) Guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu dan jendela dibiarkan terbuka, sehingga siswa sering mengalihkan pandangan ke luar kelas. 4) Guru tidak mengembalikan posisi tempat duduk siswa ketika tugas kelompok sudah selesai, sehingga dalam mengerjakan tugas individu, siswa malah berdiskusi dengan anggota kelompok. Kelemahan dari siswa, sebagai berikut: 1) Siswa terlihat belum sepenuhnya termotivasi dalam pembelajaran. Siswa yang duduk di deret bangku paling belakang terlihat masih berbicara dengan teman sebangku, menopang dagu, bermain dengan teman yang duduk di dekatnya. 2) Siswa masih kesulitan dalam maju secara sukarela untuk presentasi di depan kelas, masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas. 3) Siswa masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berdasarkan
hasil
observasi
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran diperoleh gambaran, sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 25 siswa atau 62, 5 % siswa, sedangkan 15 siswa atau 37, 5 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya duduk di deret bangku bagian tengah, dekat dinding, dan deret paling belakang.
2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak pantun sebanyak 25 siswa atau 62,5 %, sedangkan 15 siswa lainnya atau 37,5 % menunjukkan sikap kurang berminat dengan pembelajaran menyimak pantun. 3) Berdasarkan hasil tes terdapat
28 siswa atau 70 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 12 siswa atau 30 % siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi, sebagai berikut: 1) Posisi guru tidak hanya di depan kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru juga harus berkeliling untuk memonitoring siswa yang berada di tempat duduk deret tengah maupun berlakang agar siswa-siswa tersebut juga dapat ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran menyimak. Selain itu, guru juga perlu menegur ulang siswa yaang tidak fokus pada pembelajaran. 2) Kelompok yang tidak bertugas untuk menyimak, diharapkan agar turut serta menyimak dengan tujuan agar semua paham akan materi simakan yang disajikan setiap kelompok. 3) Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif atau cerdas dengan tujuan untuk mendorong siswa agar konsentrasi dan aktif selama proses pembelajaran. Misalnya berupa pujian seperti: jawaban bagus, baik sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberi nilai tambahan kepada siswa yang aktif atau bisa juga dengan memberi hadiah kecil ( buku, pensil, dan lain-lain). 4) Guru sebaiknya menutup jendela dan pintu agar siswa tidak mengalihkan pandangan ke luar kelas. 5) Setelah tugas kelompok selesai, sebaiknya posisi tempat duduk siswa dikembalikan seperti posisi semula.
Tabel 6. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus I. Perilaku No.
No. Nama Siswa Induk 1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
Keterangan:
I
II
3 4 3 4 5 3 4 4 5 3 5 4 5 3 5 4 5 3 4 5 5 3 4 3 5 3 3 5 4 3 5 4 3 3 3 5 5 3 4 5 62,5 %
3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 4 5 62,5 %
Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus I.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
No. Induk 2501 2509 2483 2506 2490 2504 2510 2536 2538 2539 2540 2541 2543 2545 2546 2548 2550 2551 2552 2554 2555 2556 2557 2560 2561 2562 2563 2565 2566 2567 2568 2569 2570 2573 2574 2575 2633 2635 2685 -
Keterangan:
Nama Siswa Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Nilai 73,3 73,3 73,3 60 53,3 53,3 53,3 73,3 73,3 60 73,3 73,3 73,3 53,3 80 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 66,6 60 60 80 73,3 73,3 80 53,3 80 60 73,3 73,3 66,6 73,3 73,3 80
Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 70 %.
2. Siklus Kedua a. Perencanaan Tindakan II Kegiatan untuk siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin, 18 Januari 2010 di ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar. Berdasarkan kesepakatan guru dan peneliti maka tindakan pada siklus dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Januari 2010 selama 2 x 35 menit, pada jam keempat dan kelima. Guru dan peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus II meliputi pembuatan rencana pembelajaran menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning yang merupakan refleksi dari siklus I, sebagai upaya perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus I. Siklus II ini dilakukan untuk menyempurnakan kelemahan yang ada di siklus I, sehingga di dalam siklus II rencana pembelajaran hampir sama dengan siklus I dengan mengubah rencana pembelajaran yang lemah pada siklus I. Kesepakatan dari pihak guru dan peneliti untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah guru harus bisa menempatkan posisi yang tepat selama proses pembelajaran berlangsung, misalnya selalu berputar dari depan sampai posisi siswa yang menempati bangku paling belakang dengan tujuan guru dapat mengamati perilaku seluruh siswa. Guru memperhatikan kondisi kelas, misalnya jendela dan pintu agar ditutup rapat dengan tujuan siswa tidak mengalihkan pandangan ke luar kelas. Guru tidak segan untuk kembali menegur siswa yang kurang bisa menuruti perintah guru dengan tujuan agar siswa menghargai perintah guru dan tidak menimbulkan keramaian. Kekurangan dari siswa yaitu ketidakaktifan siswa dalam berperan serta dalam tugas kelompok dapat diatasi dengan memberikan reward kepada siswa yang ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran menyimak pantun. Pemberian reward tersebut direncanakan guru dan peneliti berupa: kalimat
pujian seperti bagus, tepat sekali, pintar, dan tepuk tangan dari teman-teman. Pemberian reward ini dilakukan agar siswa lebih giat dalam menyimak kelompok lain yang sedang mempresentasikan hasil kelompoknya dengan tujuan siswa dapat menunjukkan eksistensinya selama pembelajaran berlangsung. Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning untuk tindakan pada siklus II. Berdasarkan pertimbangan bersama antara peneliti dan guru maka untuk tindakan pada siklus II memutuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pantun yaitu dengan memilih aneka jenis pantun, jika pada siklus I jenis pantun hanya ditekankan pada jenis pantun nasihat, maka untuk siklus II digunakan aneka jenis pantun, misalnya; pantun jenaka, pantun tekateki, pantun cinta, dan lain sebagainya. Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun dengan media audiovisual dan media gambar. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut: a) Guru sebelumnya memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas. b) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. Lagu yang diputar, antara lain: Nama-Nama Rasa dan Cicak-Cicak. Langkah ini termasuk dari konsep TANDUR yaitu T (Tumbuhkan). c) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa menyimak penjelasan guru. d) Guru membagi 40 siswa menjadi delapan kelompok. e) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar buah-buahan dan binatang dan potongan-potongan jawaban. Pantun yang diberikan untuk tindakan kedua ini tidak hanya pantun nasehat, namun guru telah
menyusun aneka jenis pantun dengan tujuan agar siswa mengerti jenis pantun lain selain pantun nasihat dan tidak menimbulkan kebosanan siswa terhadap materi yang disampaikan. f) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu A (Alami). g) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi jawaban pantun. Guru meminta semua anggota kelompok untuk bekerjasama mengerjakan tugas kelompok. h) Guru betindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok. i) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah ”pantun”, serta termasuk jenis pantun apa. langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu N (Namai). j) Guru
meminta
siswa
sebagai
perwakilan
kelompok
untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan intonasi dan lafal yang tepat. Presentasi ini dilakukan secara sukarela siapa yang maju paling awal. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu D (Demonstrasikan). k) Guru memberi reward berupa pujian untuk siswa yang berkenan maju tanpa disuruh dan siswa yang aktif selama proses pembelajaran. l) Guru meminta setiap kelompok saling menyimak kelompok lain untuk mengerjakan tugas kelompok berikutnya. Tidak hanya kelompok yang mendapat tugas menyimak tersebut, namun kelompok yang tidak bertugas diharapkan untuk turut serta menyimak kelompok yang sedang berpresentasi. m) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan pantunnya di depan kelas dengan sukarela. Langkah ini merupakan bagian dari konsep TANDUR yaitu U (Ulangi).
n) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR yaitu R (Rayakan). o) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah dikerjakan. p) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu. q) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. r) Guru menutup pembelajaran. 2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi menyimak pantun pada siklus II. 3) Peneliti memberikan CD rekaman lagu dan media gambar yang akan digunakan dalam tindakan II. 4) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian. Instrumen penilaian yang disusun berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil unjuk kerja siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan individu. Instumen non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II berlangsung selama 2 x 35 menit pada hari Rabu, tanggal 20 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02 karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang telah disusun pada hari Senin, tanggal 18 Januari 2010 yang telah disepakati antara pihak guru dan peneliti. Guru dan peneliti merencanakan skenario pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklis I dalam pembelajaran menyimak pantun. Peneliti dalam pelaksanaan tindakan II menempatkan diri di kursi paling belakang sebagai partisipan pasif serta untuk melakukan observasi terhadap proses tindakan II dan mencatat data-data yang penting, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pihak siswa maupun pihak guru pasca tindakan.
Materi pelaksanaan tindakan II tersebut adalah mendengarkan pantun. Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh temannya. Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar yaitu dengan menggunakan gambar buah-buahan dan binatang yang terletak pada baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun. Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II, yaitu: 1) Guru memutarkan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan binatang. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40 siswa menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar dan mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari baris pantun yang telah diberikan setiap kelompok. 2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar buahbuahan dan binatang tersebut. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap kelompok. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan ini bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diminta untuk turut berpartisipasi pada kelompoknya masing-masing dan tidak boleh menggantungkan pada teman satu kelompok. 3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat dengan sukarela. Selanjutnya menamai apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”,
dan termasuk jenis pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk menyimak kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas, namun kelompok yang tidak bertugas menyimak harus turut menyimak agar juga paham akan pantun yang sedang dibawakan. Kelompok yang bertugas menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa yang telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan jenis pantun yang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu huruf ”N” yang berarti ”Namai.” 4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari pantun
tersebut.
Tindakan
ini
bagian
dari
huruf
”D”,
yaitu
”Demonstrasikan”. Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa yang berani maju dan aktif dalam proses pembelajaran. 5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang sudah maju dan dilakukan secara sukarela. Tindakan ini bagian huruf ”U” yang berarti ”Ulangi.” 6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan
hasil
kelompok
di
depan
kelas
dan
telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti ”Rayakan.” 7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah dikerjakan. 8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok. 9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak yang telah berlangsung. 10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan kedua yang dilakukan paada siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 20 Januari 2010, pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung selama 2 x 35 menit. Guru memutarkan lagu yang bertema buah-buahan dan binatang sesuai materi yang akan disampaikan yang menggunakan rangsangan media gambar berupa buah-buahan serta binatang. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi presentator dan penyimak yang baik. Deskripsi
peneliti
atas
hasil
yang diperoleh
dari
proses
pembelajaran menyimak pada siklus kedua dengan menggunakan pendekatan quantum learning yang memanfaatkan media gambar maupun media audiovisual adalah pihak guru belum melaksanakan kegiatan pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning secara total. Guru hanya aktif menerangkan langkah-langkah pembelajaran menyimak, posisi guru sudah merata, artinya sudah mengelola kelas dengan baik dengan berjalan berkeliling kelas, mengontrol jalannya tugas kelompok. Guru juga sudah memperhatikan kondisi fisik kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas. Tindakan pada siklus kedua diawali guru dengan mengemukakan materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu anakanak yang berjudul: Nama-Nama Rasa dan Cicak-Cicak. Lagu tersebut diputar oleh guru sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan materi selanjutnya serta
lagu tersebut masih berhubungan dengan media gambar yang digunakan dalam penyampaian materi pantun pada hari tersebut yaitu gambar yang berupa gambar buah-buahan dan binatang yang merupakan deret sampiran dalam pantun. Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok dan membagikan gambar serta potongan-potongan jawaban dan meminta siswa untuk segera mengerjakan secara berkelompok. Hasil penyusunan pantun setiap kelompok dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok lain menyimak kemudian menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait pantun, penjelasaan isi dari pantun tersebut, dan menyebutkaan ciri-ciri pantun. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun
secara
tepat
kemudian
kelompok
lain
mengulang
untuk
mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Tindakan pada awal pembelajaran menyimak dilakukan guru dengan cara tugas kelompok dan selanjutnya secara individu sebagai evaluasi dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok sebelumnya. Proses pembelajaran yang berlangsung dalam siklus II, masih terdapat kelemahan yaitu meskipun siswa terlihat sudah paham akan materi yang diberikan tetapi siswa nampak sedikit bosan dengan lagu-lagu yang dipilih guru dan peneliti dalam langkah awal sebagai motivasi, selain itu media gambar yang diberikan juga berjenis sama dengan siklus pertama yaitu buah-buahan dan binatang. Berdasarkan
hasil
observasi
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran, sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 31 siswa atau 77,5 % siswa , sedangkan 9 siswa atau 22,5 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya duduk di deret bangku paling belakang. 2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak pantun sebanyak 32 siswa atau 80 %.
3) Berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 72,5 % siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar. Tindakan II ini masih mempunyai kelemahan terutama siswa nampak sedikit bosan dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II karena lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi bahwa proses pembelajaran menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum learning di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar pada siklus II yang dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Januari 2010 selama 2 jam (2 x 35 menit) berjalan dengan sukses. Siswa merespon stimulus dari guru dengan semangat dan antusias. Respon siswa terhadap pembelajaran cukup memuaskan. Kekurangan yang ada pada siklus pertama telah dapat diatasi, namun untuk mencapai indikator yang lebih baik lagi dan mengatasi kelemahan yang masih ditemukan pada siklus II yaitu perihal kebosanan siswa terhadap jenis lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II karena lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan, maka peneliti dan guru akan melakukan tindakan kembali pada siklus berikutnya.
Tabel 7. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus II. Perilaku No. No. Induk Nama Siswa I II 1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
Keterangan:
4 4 3 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 3 4 5 4 3 5 4 3 5 3 5 5 5 4 5 80 %
4 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 3 4 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 5 5 77,5 %
Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II
: Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus II.
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
No. Induk 2501 2509 2483 2506 2490 2504 2510 2536 2538 2539 2540 2541 2543 2545 2546 2548 2550 2551 2552 2554 2555 2556 2557 2560 2561 2562 2563 2565 2566 2567 2568 2569 2570 2573 2574 2575 2633 2635 2685 -
Nama Siswa Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Nilai 80 93,3 60 93,3 93,3 93,3 93,3 80 86,6 93,3 80 80 60 93,3 93,3 93,3 93,3 86,6 66,6 86,6 60 93,3 86,6 66,6 93,3 93,3 93,3 60 60 86,6 93,3 93,3 93,3 60 80 86,6 66,6 66,6 93,3 93,3
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 72,5 %. 3. Siklus Ketiga
a. Perencanaan Tindakan III Kegiatan untuk siklus ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 25 Januari 2010 di ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, peneliti bersama guru melakukan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya berdasarkan dari hasil analisis dan refleksi pada siklus kedua. Berdasarkan kesepakatan guru dan peneliti maka tindakan pada siklus ketiga dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Januari 2010 selama 2 x 35 menit, pada jam keempat dan kelima. Guru dan peneliti mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan kegiatan dalam siklus III meliputi pembuatan rencana pembelajaran menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning yang merupakan refleksi dari siklus II, sebagai upaya perbaikan pada kegiatan pembelajaran pada siklus II. Kesepakatan dari pihak guru dan peneliti untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terjadi pada siklus II adalah rekaman lagu akan ditambah dengan lagu yang sedang up to date dan media gambar selain gambar buahbuahan dan binatang. Tindakan II ini masih mempunyai kelemahan terutama siswa nampak sedikit bosan dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II karena lagu dan gambar yang disajikan pada siklus II masih sama dengan lagu dan gambar yang disajikan pada siklus I, sehingga siswa merasa seakan sudah paham dan mengerti terhadap materi yang disampaikan. Peneliti dan guru kemudian menyusun rencana pembelajaran menyimak pantun dengan pendekatan quantum learning untuk tindakan pada siklus III. Berdasarkan pertimbangan bersama antara peneliti dan guru maka untuk tindakan pada siklus III memutuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pantun yaitu dengan memilih lagu yang sedang up to date dan gambar selain gambar buah-buahan dan binatang. Tahap perencanaan tindakan III meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran menyimak pantun dengan media audiovisual dan media gambar. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:
a) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan stimulus kepada siswa yaitu dengan memutarkan rekaman lagu yang sedang up to date kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. Lagu yang diputar, antara lain: Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Langkah ini termasuk dari konsep TANDUR yaitu T (Tumbuhkan). b) Guru menjelaskan mengenai materi menyimak pantun dan siswa menyimak penjelasan guru. c) Guru membagi jumlah siswa menjadi delapan kelompok. d) Guru membagikan soal pantun rumpang yang bergambar alat-alat transportasi dan potongan-potongan jawaban. e) Guru memberi penjelasan kepada siswa agar mengamati gambar pada pantun rumpang yang telah dibagikan. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu A (Alami). f) Guru meminta siswa untuk menyusun pantun rumpang tersebut dengan cara mencari jawaban pada potongan-potongan kertas yang berisi jawaban pantun. Guru meminta semua anggota kelompok untuk bekerjasama mengerjakan tugas kelompok. g) Guru memberi penjelasan bahwa yang telah dikerjakan tersebut adalah ”pantun”, serta termasuk jenis pantun apa. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu N (Namai). h) Guru
meminta
siswa
sebagai
perwakilan
kelompok
untuk
mempresentasikan pantun bergambar tadi di depan kelas, dengan intonasi dan lafal yang tepat. Presentasi ini dilakukan secara sukarela siapa yang maju paling awal. Langkah ini termasuk dalam konsep TANDUR yaitu D (Demonstrasikan). i) Guru memberi reward berupa pujian untuk siswa yang berkenan maju tanpa disuruh dan siswa yang aktif selama proses pembelajaran. j) Guru meminta setiap kelompok saling menyimak kelompok lain untuk mengerjakan tugas kelompok berikutnya. Tidak hanya kelompok yang
mendapat tugas menyimak tersebut, namun kelompok yang tidak bertugas diharapkan untuk turut serta menyimak kelompok yang sedang berpresentasi. k) Guru meminta kelompok lain untuk mengulangi mempresentasikan pantunnya di depan kelas dengan sukarela. Langkah ini merupakan bagian dari konsep TANDUR yaitu U (Ulangi). l) Guru meminta siswa lain untuk memberikan tepuk tangan untuk siswa yang telah maju. Langkah ini termasuk bagian dari konsep TANDUR yaitu R (Rayakan). m) Guru bertanya jawab mengenai tugas kelompok yang sudah dikerjakan. n) Guru melakukan evaluasi berikutnya dengan tugas individu. o) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Guru menutup pembelajaran. 2) Guru bersama peneliti menyusun rencana pembelajaran untuk materi menyimak pantun pada siklus III. 3) Peneliti memberikan CD rekaman lagu dan media gambar yang akan digunakan dalam tindakan III. 4) Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian. Instrumen penilaian yang disusun berupa tes dan non tes. Instrumen tes dinilai dari hasil unjuk kerja siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan individu. Instumen non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati sikap siswa selama pembelajaran berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus III berlangsung selama 2 x 35 menit pada hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010 di ruang kelas IV SD Negeri 02 karanganyar. Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan rancangan yang
telah disusun pada hari Senin, tanggal 25 Januari 2010 yang telah disepakati anatara pihak guru dan peneliti. Guru dan peneliti merencanakan skenario pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada siklis II dalam pembelajaran menyimak pantun. Materi pelaksanaan tindakan III tersebut adalah mendengarkan pantun. Siswa diminta untuk menyimak pantun yang dibawakan oleh temannya. Pantun yang disampaikan dengan menggunakan media gambar yaitu dengan menggunakan gambar alat-alat transportasi yang terletak pada baris pertama dan kedua yang merupakan sampiran dari pantun. Langkah-langkah proses pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan siklus III, yaitu: 1) Guru memutarkaan lagu-lagu yang diputar melalui VCD, pemutaran lagu tersebut merupakan bagian dari pendekatan quantum learning yaitu dari konsep rancangan TANDUR. Pemutaran lagu tersebut merupakan aplikasi huruf ”T”, yaitu ”Tumbuhkan”, kegiatan ini dilakukan oleh guru dengan tujuan agar siswa terdorong dan merasa termotivasi mengikuti materi selanjutnya. Lagu yang diputar pun masih berhubungan dengan materi pada hari itu, yaitu lagu anak-anak yang bertemakan buah-buahan dan binatang serta lagu yang sedang up to date yaitu Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 40 siswa menjadi delapan kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari lima siswa. Setiap kelompok mendapat pantun rumpang yang bergambar dan mendapat potongan-potongan jawaban yang merupakan bagian dari baris pantun yang telah diberikan setiap kelompok. 2) Siswa diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar alat-alat transportasi. Siswa mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap
kelompok.
Tindakan
ini
merupakan
bagian
dari
konsep
”TANDUR”, yaitu pada huruf ”A” yang berarti ”Alami”. Tindakan ini bertujuan agar siswa mengalami sendiri pengalaman dalam belajar dan turut serta aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diminta untuk turut
berpartisipasi pada kelompoknya masing-masing dan tidak boleh menggantungkan pada teman satu kelompok. 3) Siswa sebagai wakil dari kelompok mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat dengan sukarela. Selanjutnya menamai apa yang telah dibacakan tadi sebagai ” PANTUN”, dan termasuk jenis pantun apa. Selanjutnya kelompok lain diminta untuk menyimak kelompok yang sedang membacakan pantun di depan kelas, namun kelompok yang tidak bertugas menyimak harus turut menyimak agar juga paham akan pantun yang sedang dibawakan. Kelompok yang bertugas menyimak tersebut selanjutnya diminta untuk menuliskan apa yang telah disimak dan menjelaskan isi dari pantun tersebut berdasarkan jenis pantun yang telah disimak serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Tindakan ini merupakan bagian dari konsep ”TANDUR”, yaitu huruf ”N” yang berarti ”Namai.” 4) Siswa mempresentasikan pantun yang telah ditulis berdasarkan hasil simakannya dan menjelaskan isi pantun tersebut beserta ciri-ciri dari pantun
tersebut.
Tindakan
ini
bagian
dari
huruf
”D”,
yaitu
”Demonstrasikan”. Guru memberikan reward berupa pujian untuk siswa yang berani maju dan aktif dalam proses pembelajaran. 5) Kelompok lain mengulangi untuk mempresentasikan hasil simakannya yang tersusun dalam sebuah pantun, menjelaskan isi, dan menyebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan apa yang telah disimak pada kelompok yang sudah maju dan dilakukan secara sukarela. Tindakan ini bagian huruf ”U” yang berarti ”Ulangi”. 6) Kelompok lain memberian tepuk tangan kepada siswa yang telah mempresentasikan
hasil
kelompok
di
depan
kelas
dan
telah
menyelesaikaan tugasnya. Tindakan ini bagian dari huruf ”R” yang berarti ”Rayakan.” 7) Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai tugas kelompok yang telah dikerjakan.
8) Guru memberikan evaluasi dengan meminta siswa untuk mengerjakan tes secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok. 9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran menyimak yang telah berlangsung. 10) Guru menutup pembelajaran.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti sebagai partisipan pasif hanya menempatkan diri di tempat duduk paling belakang dan mengamati jalannya proses pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning. Tindakan ketiga yang dilakukan pada siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010, pukul 09.00 WIB, yaitu pada jam keempat dan kelima yang berlangsung selama 2 x 35 menit. Pada siklus ketiga ini jumlah siswa hanya 36 siswa saja karena 4 siswa tidak masuk. Guru memutarkan lagu yang sedang up to date yaitu Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Guru membagi siswa menjadi delapan kelompok dan memberikan penjelasan untuk menjadi presentator dan penyimak yang baik. Tindakan pada siklus ketiga diawali guru dengan mengemukakan materi pada hari tersebut yaitu menyimak pantun, materi pada hari tersebut disampaikan guru dengan pendekatan quantum learning. Guru menerangkan terlebih dahulu pengertian quantum learning itu sendiri dan rancangan konsep yang dipakai dalam pendekatan tersebut yaitu dengan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Selanjutnya guru menerangkan langkah-langkah konsep TANDUR yang diterapkan dalam pembelajaran menyimak pantun. Langkah awal yang dilakukan guru adalah memutarkan lagu dalam bentuk CD, yaitu lagu yang berjudul Buka Semangat Baru dan Ulat Kepompong. Lagu tersebut diputar oleh guru sebagai motivasi siswa untuk melanjutkan materi selanjutnya. Guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu pembagian kelompok dan membagikan pantun rumpang yang bergambar alat-alat transportasi serta
potongan-potongan jawaban dan meminta siswa untuk segera mengerjakan secara
berkelompok.
Hasil
penyusunan
pantun
setiap
kelompok
dipresentasikan siswa di depan kelas dan kelompok lain menyimak kemudian menuliskan hasil simakan yang berupa satu bait pantun, penjelasan isi dari pantun
tersebut,
dan
menyebutkan
ciri-ciri
pantun.
Hasil
simakan
dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Siswa mengerjakan tes secara individu berdasarkan apa yang materi menyimak yang telah diperoleh dalam proses pembelajaran menyimak secara kelompok. Guru
dan siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran menyimak yang telah berlangsung. Guru menutup pembelajaran dengan memberi kesempatan pada peneliti untuk mengucapkan terimakasih pada siswa yang telah bersedia membantu dalam penelitian. Berdasarkan
hasil
observasi
terhadap
proses
dan
hasil
pembelajaran, sebagai berikut: 1) Siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung Sebanyak 29 siswa atau 80,6 % siswa , sedangkan 7 siswa atau 19,4 % lainnya kurang memperhatikaan penjelasan dari guru. Siswa tersebut pada umumnya duduk di deret bangku bagian tengah, dekat dinding, dan deret paling belakang. 2) Siswa yang menunjukkan minat dan motivasinya dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak pantun sebanyak 32 siswa atau 88,9 %. 3) Berdasarkan hasil tes terdapat
29 siswa atau 80,6 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 7 siswa atau 19,4 % siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Berdasarkan wawancara siswa pasca tindakan, siswa menyatakan bahwa pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning pada siklus ketiga lebih fresh karena lagu yang diputarkan lagu sedang up to date
dan gambar yang disajikan berbeda dengan dua siklus sebelumnya. Penggunaan quantum learning lebih menarik daripada pembelajaran biasanya.
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi bahwa secara umum semua kekurangan yang terdapat pada siklus-siklus sebelumnya dalam proses pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning dapat diatasi dengan baik. Guru telah berhasil membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
menyimak
dengan
baik.
Siswa lebih
terfokus
dalam
memperhatikan materi yang diberikan. Sebagian besar siswa berani maju secara sukarela tanpa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil tugas kelompok. Sebagian besar siswa juga berhasil dalam tugas individu pada materi menyimak pantun. Pendekatan quantum learning yang digunakan pada siklus III sudah dapat membangkitkan minat siswa, siswa merasa tertarik untuk mengikuti materi selanjutnya. Simpulan ini diambil dari hasil perbandingan antar pekerjaan siswa pada saat observasi siklus I, II, dan III. Setelah pelaksanaan pembelajaran kemampuan menyimak dengan pendekatan quantum learning, kemampuan menyimak siswa semakin meningkat. Hal ini terbukti dengan pendekatan quantum learning siswa lebih mudah untuk memahami seluk beluk pantun.
Tabel 8. Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Perolehan Penilaian Proses Pembelajaran Menyimak Siklus III.
Perilaku No.
No. Induk
Nama Siswa
1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
I
II
4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 3 3 5 5 3 4 5 88,9 %
3 3 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 5 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 3 5 5 80,6 %
Keterangan: Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Perolehan Penilaian Hasil Tes Pembelajaran Menyimak Siklus III. No. 1. 2. 3.
No. Induk 2501 2509 2483
Nama Siswa Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah
Nilai 93,3 66,6 66,6
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
2506 2490 2504 2510 2536 2538 2539 2540 2541 2543 2545 2546 2548 2550 2551 2552 2554 2555 2556 2557 2560 2561 2562 2563 2565 2566 2567 2568 2569 2570 2573 2574 2575 2633 2635 2685 -
Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
80 93,3 93,3 86,6 66,6 80 93,3 93,3 80 93,3 93,3 93,3 86,6 66,6 66,6 93,3 66,6 93,3 86,6 66,6 86,6 93,3 80 93,3 93,3 93,3 86,6 80 86,6 93,3 93,3 93,3 93,3
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 80,6 %.
C. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan tindakan dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasil kemampuan
menyimak dengan pendekatan quantum learning dari siklus I sampai dengan siklus III. Secara garis besar penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti. Rumusan masalah tersebut adalah: 1. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar? 2. Apakah pendekatan Quantum Learning dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menyimak siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar? Jawaban untuk rumusan masalah di atas dapat penulis paparkan sebagai berikut: Penelitian tindakan kelas terhadap peningkatan kemampuan menyimak dengan pendekatan quantum learning pada siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap observasi dan interpretasi dan, (4) tahap analisis dan refleksi. Sebelum pelaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dan kondisi yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil kegiatan survei awal peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan hasil kemampuan menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar masih tergolong rendah. Peneliti bersama guru kelas membuat kesepakatan untuk melakukan upaya dalam mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menyimak. Peneliti bersama guru menyusun rencana guna melaksanakan siklus I. Siklus I merupakan tindakan awal dan utama untuk mengatasi permasalahan di dalam pembelajaran menyimak. Siklus pertama guru telah menggunakan pendekatan quantum learning sebagai pendekatan pembelajaran menyimak pantun jenis pantun nasehat dengan media audiovisual sebagai motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran dan media gambar sebagai perangsang siswa untuk menyimak pantun. Deskripsi hasil dari siklus pertama yaitu pembelajaran menyimak dengan pendekatan quantum learning adalah masih kekurangan di dalam pelaksanaan tindakan.
terdapat
Kekurangan tersebut berasal dari guru dan siswa. Kekurangan dari pihak guru yaitu, posisi guru masih terfokus di depan kelas sehingga pengelolaan kelas kurang maksimal. Siswa yang duduk di deretan belakang masih menunjukkan sikap ramai dan tidak memperhatikan siswa yang sedang berpresentasi dan dalam tugas kelompok tidak turut berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok, guru tidak memberi teguran kepada kelompok lain yang tidak bertugas untuk menyimak kelompok yang sedang bertugas presentasi, guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu dan jendela dibiarkan terbuka, sehingga siswa sering mengalihkan pandangan ke luar kelas, dan guru tidak mengembalikan posisi tempat duduk siswa ketika tugas kelompok sudah selesai, sehingga dalam mengerjakan tugas individu, siswa malah berdiskusi dengan anggota kelompok. Kelemahan dari siswa, yaitu siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Siswa yang duduk di deret bangku paling belakang terlihat masih berbicara dengan teman sebangku, menopang dagu, bermain dengan teman dengan teman yang duduk di dekatnya, siswa masih kesulitan dalam maju secara sukarela untuk presentasi di depan kelas, masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas. Selain itu, dalam mengerjakan tugas menyimak masih kurang memuaskan. Berdasarkan hasil tes, siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 70 %. Siklus dilaksanakan
II merupakan
untuk
mengatasi
siklus
untuk
kekurangan
memberikan
yang
terjadi
solusi
selama
yang proses
pembelajaran kemampuan menyimak dengan menggunakan pendekatan quantum learning pada siklus I. Solusi yang disepakati peneliti dan guru berupa perubahan posisi guru agar tidak hanya di depan kelas ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru juga harus berkeliling untuk memonitoring siswa yang berada di tempat duduk deret tengah maupun belakang agar siswa-siswa tersebut juga dapat ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran menyimak. Selain itu, guru juga perlu menegur ulang siswa yang tidak fokus pada pembelajaran. Kelompok yang tidak bertugas untuk menyimak, diharapkan agar turut serta
menyimak dengan tujuan agar semua paham akan materi simakan yang disajikan setiap kelompok. Guru sebaiknya memberikan reward kepada siswa yang dianggap aktif atau cerdas dengan tujuan untuk mendorong siswa agar konsentrasi dan aktif selama proses pembelajaran. Misalnya berupa pujian seperti: jawaban bagus, baik sekali, benar, pintar, atau juga bisa dengan memberi nilai tambahan kepada siswa yang aktif atau bisa juga dengan memberi hadiah kecil ( buku, pensil, dan pujian). Guru sebaiknya menutup jendela dan pintu agar siswa tidak mengalihkan pandangan ke luar kelas setelah tugas kelompok selesai, sebaiknya posisi tempat duduk siswa dikembalikan seperti posisi semula. Berdasarkan pelaksanaan siklus II terbukti bahwa terjadi peningkatan proses dan hasil pembelajaran menyimak jika dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 75 %. Nilai KKM yang digunakan oleh sekolah tersebut pada bidang studi bahasa Indonesia adalah 6 Peningkatan yang terjadi pada siklus II memang cukup signifikan, namun masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut siswa banyak yang protes akan lagu yang diputar, siswa menginginkan lagu yang up to date dan gambar yang digunakan agar lebih bervariasi. Upaya untuk mengatasi kekurangan pada siklus II, guru dan peneliti mencari solusi yang akan digunakan pada siklus berikutnya yaitu dengan mencari lagu-lagu yang up to date dan gambar yang berbeda dengan siklus pertama dan kedua. Siklus III dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran menyimak pada siklus II. Upaya mengatasi kekurangan pada siklus II berupa pemutaran lagu yang sedang up to date dan gambar yang lain dari siklus sebelumnya. Siklus III merupakan siklus terakhir dalam tindakan penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti berusaha memperkecil segala kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran menyimak berlangsung. Siklus III dilaksanakan dengan pemutaran lagu milik Cinta Kuya yang berjudul Ulat Kepompong dan lagu milik Ipang , Ello, dan kawan-kawan yang berjudul Buka Semangat Baru, pemutaran lagu tersebut agar
siswa termotivasi dan bersemangat mengikuti materi pada hari tersebut. Selain itu, gambar yang digunakan dalam siklus III berupa gambar alat-alat transportasi. Hasil yang didapatkan pada siklus III ini jauh lebih baik dan memuaskan. Jumlah siswa yang mampu mencapai ketuntasan nilai sebesar 80,6 %. Hasil peningkatan nilai siswa pada setiap siklus dari siklus pertama hingga siklus terakhir mengindikasikan adanya efektifitas pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menyimak. Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan peneliti, guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik minat siswa sehingga terjadi peningkatan terhadap kemampuan menyimak siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan di
kelas.
Keberhasilan
upaya
penggunaan
pendekatan
quantum
learning
dalam
meningkatkan kemampuan menyimak dapat dilihat dari pembahasan peningkatan kualitas pembelajaran menyimak, sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak. Keberhasilan penggunaan pendekatan quantum learning dalam meningkatkan pembelajaran menyimak ini dapat dilihat dari indikatorindikator, sebagai berikut: a) Siswa terlihat lebih berminat dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. b) Siswa terlihat aktif dan lebih berani untuk maju di depan kelas tanpa ditunjuk.
Tabel 9. Persentase Peningkatan Kualitas proses Pembelajaran Menyimak
Kegiatan
Persentase
Siswa
Siklus I
Berminat
Siklus II
Siklus III
dan
termotivasi
62,5 %
80 %
88,9 %
62, 5 %
77,5 %
80,6 %
selama kegiatan belajar mengajar Aktif mengikuti proses pembelajaran
2. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak. Peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari nilai belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya dan mencapai ketuntasan nilai berdasarkan KKM SD Negeri 02 Karanganyar.
Tabel 10. Persentase Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Meniyimak Kegiatan Siswa Mencapai ketuntasan belajar (68)
Persentase Siklus I
Siklus II
Siklus III
70 %
72,5 %
80,6 %
nilai
Deskripsi hasil penelitian dari siklus I hingga siklus III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1. Peneliti dan guru
1. Guru memeriksa
Guru dan peneliti
Hasil Penelitian Perencanaan Tindakan
merancang
kondisi kelas
menyusun
skenario
dengan menutup
pergantian jenis
pembelajaran
jendela dan pintu
lagu dan jenis
kelas
gambar
2. Guru menyusun rencana pembelajaran 3. Peneliti dan guru merancang pendekatan quantum learning 4. Peneliti dan guru
2. Guru menyusun pantun
menjadi
beberapa
jenis
pantun 3. Gurumakan merotasi posisi sebagai fasilitator
menyusun
dan
mengawasi
instrumen
kelasmsecara
penelitian
menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok 4. Guru memberikan reward kelompok berani sukarela
kepada yang tampil dan
kepada
siswa
yang
aktif
bertanya Pelaksanaan
1. Dilakukan
guru 1. Sebelumnya guru 1. Sebelumnya
dengan
memeriksa
memutarkan
kondisi
rekaman
kelas
memeriksa
dengan menutup
kondisi kelas
anak-anak
jendela dan pintu
dengan
kemudian diikuti
kelas.
menutup
siswa
lagu
guru
dengan
2. Dilakukan guru
jendela
dan
menyanyikan
dengan
nya. Tujuan dari
memutarkan
tahap ini adalah
rekaman
untuk
anak-anak
memutarkan
mendorong siswa
kemudian diikuti
rekaman lagu
gembira
siswa
dengan
anak-anak
menumbuhkan
menyanyikannya
kemudian
minat belajarnya.
Tujuan
diikuti siswa
(Nama-Nama
tahap ini adalah
dengan
Rasa, Tek Kotek-
untuk
menyanyikan
Kotek,
mendorong siswa
nya.
Kakak Tua, dan
gembira
dari tahap ini
Cicak-Cicak)
menumbuhkan
adalah untuk
minat belajarnya.
mendorong
menjadi delapan
(Nama-Nama
siswa
kelompok.
Rasa, Tek Kotek-
gembira dan
Kotek,
menumbuh
dan
Burung
2. Murid
dibagi
3. Setiap kelompok mendapat yang
soal berupa
2. Dilakukan lagu
dari
dan
Burung
guru dengan
Tujuan
Kakak Tua, dan
kan
Cicak-Cicak).
belajarnya.
pantun rumpang 3. Murid yang bergambar
pintu kelas.
dibagi
menjadi delapan
minat
(ulat kepompong
buah-buahan dan binatang.
kelompok.
dan
4. Setiap kelompok
4. Murid menerima penjelasan
dari
mendapat
soal
yang
Buka
Semangat baru).
berupa 3. Murid dibagi
guru,
murid
pantun rumpang
menjadi
diminta
untuk
yang bergambar
delapan
mengamati
buah-buahan dan
kelompok.
pantun rumpang
binatang.
yang bergambar
pantun
tersebut
menjadi
5. Murid mencoba
Jenis 4. Setiap terbagi
kelompok mendapat
beberapa
jenis
soal
untuk menyusun
pantun
antara
berupa
pantun rumpang
lain:
pantun
pantun
yang bergambar
jenaka,
pantun
rumpang
tadi
nasehat,
pantun
yang
dengan
yang
mencari
agama, dan lain-
bergambar
potongan pantun
lain.
alat-alat
yang
sudah
5. Murid menerima
dibagikan setiap
penjelasan
kelompok
guru,
murid
terbagi
diminta
untuk
menjadi
6. Murid menerima penjelasan
dari
dari
transportasi. Jenis pantun
mengamati
beberapa
guru bahwa apa
pantun rumpang
jenis pantun
yang telah dibaca
yang bergambar
antara
tadi merupakan “
tersebut.
pantun
6. Murid mencoba
jenaka,
untuk menyusun
pantun
menyimpulkan
pantun rumpang
nasehat,
ciri-ciri
yang bergambar
pantun
tadi
agama,
PANTUN”. 7. Murid
pantun
berdasarkan pantun
yang
mencari
dengan
lain-lain.
lain:
dan
telah disusun tadi 8. Murid
potongan pantun 5. Murid yang
sudah
menerima
mempresentasika
dibagikan setiap
penjelasan
n pantun yang
kelompok.
dari
telah disusun di depan dengan
kelas intonasi
7. Guru bertindak sebagai
guru,
murid diminta
fasilitator
dan
untuk
yang tepat secara
mengawasi kelas
mengamati
bergantian setiap
secara
pantun
kelompok
menyeluruh
rumpang
dengan berputar
yang
posisi
bergambar
mengelilingi
tersebut.
9. Murid yang lain menyimak 10. Murid yang telah terbentuk dalam
setiap kelompok.
kelompok
tadi,
menulis
hasil
penjelasan
simakan
yaitu
guru bahwa apa
menyusun
berupa satu bait
yang telah dibaca
pantun
pantun,
tadi merupakan “
rumpang
PANTUN” dan
yang
pantun, dan ciri-
termasuk
bergambar
ciri pantun yang
pantun apa.
penjelasan
isi
ditemukan
yang
telah disimak. 11. Murid
sebagai
perwakilan kelompok mengulangi untuk
dari
jenis
untuk
dengan
mencari
menyimpulkan
potongan
ciri-ciri
pantun yang
pantun
berdasarkan pantun telah
lain
mencoba
tadi
9.Murid
berdasarkan pantun
8. Murid menerima
6. Murid
sudah yang
disusun
tadi. 10.
dibagikan setiap kelompok.
Murid
mempresentasika
7. Guru bertindak
mempresentasi
n pantun yang
sebagai
kan
hasil
telah disusun di
fasilitator dan
simakan
yaitu
depan
mengawasi
kelas
membaca pantun
dengan
dengan
intonasi
yang tepat secara
menyeluruh
tepat,
bergantian setiap
dengan
kelompok.
berputar
yang
menjelaskan
isi
pantun,
intonasi
dan 11. Murid
menyebutkan
yang
lain menyimak
ciri-ciri pantun
12. Murid
12. Ditandai dengan
yang
telah terbentuk
kelas
secara
posisi mengelilingi setiap kelompok.
pemberian tepuk
dalam
tangan
kelompok tadi,
menerima
murid yang telah
menulis
penjelasan
mempresentasi
simakan yaitu
dari
kan
berupa
bahwa
kepada
hasil
kelompok
di
bait
8. Murid
hasil
satu pantun,
yang
apa telah
depan kelas dan
penjelasan
telah
pantun,
menyelesaikan
ciri-ciri pantun
PANTUN”
tugasnya.
yang
dan termasuk
ditemukan
jenis pantun
melakukan
berdasarkan
apa.
refleksi
pantun
13. Siswa dan guru
14. Siswa mengerjakan evaluasi
isi
guru
dan
dibaca
tadi
merupakan “
yang 9. Murid
telah disimak. 13. Guru
menyimpul kan
ciri-ciri
memberikan
pantun
reward kepada
berdasarkan
kelompok yang
pantun yang
berani
telah disusun
sukarela
tampil dan
tadi.
kepada
siswa 10. Murid
yang
aktif
bertanya.
mempresenta sikan pantun
14. Murid sebagai
yang
telah
perwakilan
disusun
kelompok lain
depan
mengulangi
dengan
untuk
intonasi yang
mempresentasi
tepat
kan
bergantian
hasil
di kelas
secara
simakan yaitu
setiap
membaca
kelompok.
pantun dengan 11. Murid intonasi
yang
tepat,
yang
lain menyimak
menjelaskan isi 12. Murid pantun,
dan
yang
telah
menyebutkan
terbentuk
ciri-ciri pantun.
dalam
15. Ditandai
kelompok
dengan
tadi, menulis
pemberian
hasil simakan
tepuk
tangan
yaitu berupa
kepada
murid
satu
yang
telah
bait
pantun,
mempresentasi
penjelasan isi
kan
hasil
pantun,
di
ciri-ciri
kelompok
dan
depan
kelas
pantun yang
dan
telah
ditemukan
menyelesaikan
berdasarkan
tugasnya. 16. Siswa dan guru melakukan refleksi 17. Siswa
pantun yang telah disimak. 13. Guru memberika
mengerjakan
reward
evaluasi
kepada kelompok yang
berani
tampil sukarela dan kepada siswa yang
aktif
bertanya. 14. Murid sebagai perwakilan kelompok lain mengulangi untuk mempresenta sikan
hasil
simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi yang tepat, menjelaskan
isi
pantun,
dan menyebutkan ciri-ciri pantun. 15. Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang
telah
mempresenta sikan
hasil
kelompok di depan
kelas
dan
telah
menyelesaika n tugasnya. 16. Siswa
dan
guru melakukan refleksi 17. Siswa mengerjakan evaluasi
Hasil
1. Siswa yang aktif 1. Siswa yang aktif 1. Siswa selama
proses
selama
proses
aktif
yang selama
pembelajaran
pembelajaran
proses
berlangsung
berlangsung
pembelajaran
Sebanyak 25 siswa
Sebanyak
31
berlangsung
atau 62, 5 % siswa
siswa atau 77,5
Sebanyak
,
%
,
siswa
9
80,6 % siswa ,
sedangkan
15
siswa
29 atau
siswa atau 38 %
sedangkan
lainnya
siswa atau 22,5
sedangkan
memperhatikaan
%
siswa
penjelasan
kurang
19,4 % lainnya
memperhatikaan
kurang
penjelasan
memperhatika
kurang
dari
guru.
Siswa
tersebut
pada
lainnya
dari
atau
umumnya duduk di
guru.
deret
bangku
tersebut
bagian
tengah,
umumnya duduk
Siswa tersebut
dekat dinding, dan
di deret bangku
pada
deret
paling belakang.
umumnya
paling
belakang.
Siswa
7
pada
2. Siswasyang
2. Siswa
yang
an penjelasan dari
guru.
duduk di deret
menunjukkan
bangku bagian
minatsdan
tengah,
motivasinya
dinding,
motivasinya dalam
dalam mengikuti
deret
mengikuti
proses
belakang.
menunjukkan minat
dan
proses
dekat dan paling
pembelajaran
pembelajaran
menyimak pantun
menyimak
menunjukkan
sebanyak 25 siswa
pantun sebanyak
minat
atau
%,
32 siswa atau 80
motivasinya
15
%.
dalam
62,5
sedangkan
2. Siswa
yang
dan
siswa lainnya atau 3. Berdasarkan
mengikuti
38
hasil tes terdapat
proses
menunjukkan
29
pembelajaran
sikap
kurang
72,5
berminat
dengan
yang
pantun
pembelajaran
mendapatkan
sebanyak
menyimak pantun.
ketuntasan
siswa
%
siswa
siswa
atau
%
siswa
menyimak
32 atau
3. Berdasarkan hasil tes terdapat
28
belajar,
88,9 %.
sedangkan
10 3. Berdasarkan
siswa atau 70 %
siswa atau 25 %
hasilmtes
siswa
siswasbelum
terdapatm29
mendapatkan
mencapaimnilai
siswamatau
ketuntasan belajar,
ketuntasan
80,6 % siswa
sedangkan
belajar.
yang
yang
12
siswa atau 30 % 4. Berdasarkan
mendapatkan
siswa
wawancara siswa
ketuntasan
nilai
pasca
belajar,
ketuntasan belajar.
siswa
sedangkanm7
menyatakan
siswamatau
bahwa
19,4 % siswa
pembelajaran
belum
siswa menyatakan
menyimak
mencapai nilai
bahwa
dengan
ketuntasan
pembelajaran
pendekataan
belajar.
menyimak dengan
quantum
pendekataan
learning
lebih
quantum learning
menarik
dan
lebih menarik dan
menyenangkan
tindakan,
menyenangkan
karena
siswa
karena siswa suka
suka
terhadap lagu-lagu
lagu-lagu
dansgambar-
gambar-gambar.
belum
mencapai
4. Berdasarkan wawancara pasca
gambar.
siswa
tindakan,
tindakan,
4. Berdasarkan
siswa terhadap dan
wawancara siswa
pasca
menyatakan bahwa pembelajaran menyimak dengan pendekataan quantum learning pada siklus
ketiga
lebih
fresh
karena
lagu
yang diputarkan lagu
yang
sedang up to date
dan
gambar
yang
disajikan berbeda dengan
dua
siklus sebelumnya. Kelemahan
1. Posisi guru masih Perihal
kebosanan Secara
terfokus di depan siswa terhadap jenis keseluruhan kelas
sehingga lagu dan gambar
proses
pengelolaan kelas
pembelajaran
kurang maksimal.
menyimak
Siswa yang duduk
dengan
dimderetan
menggunakan
belakang
masih
pendekatan
menunjukkan
quantum
sikap ramai dan
learning berjalan
tidak
dengan
memperhatikan
Kekurangan-
siswa yang sedang
kekurangan yang
berpresentasi
ada dapat diatasi
dan
dalammtugas kelompok
dengan tidak
lancar.
baik.
Dengan demikian
turut berpartisipasi
dapat
dalam
bahwa
dikatakan
mengerjakan tugas
pembelajaran
kelompok
menyimak
2. Guru memberi
tidak
tersebut
telah
teguran
berhasil
dan
kepada kelompok
menunjukkan
lain
tidak
peningkatan, baik
untuk
dari segi proses
yang
bertugas menyimak
maupun
kelompok sedang
yang bertugas
presentasi 3. Guru
tidak
memperhatikan kondisi fisik ruang kelas. Pintu dan jendela
dibiarkan
terbuka,
sehingga
siswa
sering
mengalihkan pandangan ke luar kelas. 4. Guru
tidak
mengembalikan posisi
tempat
duduk siswa ketika tugas
kelompok
sudah
selesai,
sehingga
dalam
mengerjakan tugas individu, malah
siswa berdiskusi
hasil siswa.
dari belajar
dengan
anggota
kelompok 5. Siswa
terlihat
belum sepenuhnya aktif
dalam
pembelajaran. Siswa yang duduk di
deret
paling
bangku belakang
terlihat
masih
berbicara teman
dengan sebangku,
menopang
dagu,
bermain
dengan
teman
dengan
teman yang duduk di dekatnya. 6. Siswa masih kesulitan dalam maju secara sukarela untuk presentasi di depan kelas, masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas.
D. Indikator Keberhasilan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung secara konvensional di mana guru hanya bertindak monoton dapat teratasi dengan sikap guru yang lebih kreatif dan inovatif untuk menciptakan suatu kondisi kelas yang menyenangkan.Guru mampu memberikan stimulus sehingga siswa mampu merespon stimulus tersebut dengan senang dan baik. Siswa yang tadinya tidak begitu aktif, akhirnya turut aktif mengikuti proses pembelajaran seperti menjwab pertanyaan guru, memperhatikan guru secara penuh, berani mengungkapkan pendapat dan berani tampil maju di depan kelas serta senang mengikuti jalannya permainan penyampaian materi. Ditinjau dari segi keaktifan siswa, telah terjadi perubahan positif terhadap sikap siswa dalam mengikuti pelajaran. Siswa mau aktif dan berperan serta dalam proses belajar mengajar. Selain itu, kemampuan siswa dalam menyimak meningkat dengan penyampaian materi menggunakan pendekatan quantum learning. Pengetahuan siswa bertambah dengan penggunaan pendekatan quantum learning. Perubahan positif tersebut membawa dampak baik berupa peningkatan nilai siswa dalam pembelajaran menyimak. Ditinjau dari segi pemanfaatan fasilitas dan pengembangan bahan ajar telah terjadi peningkatan yang cukup memuaskan. Guru mampu menggunakan fasilitas belajar dengan maksimal dan mampu mengembangkan bahan ajar yang ia gunakan. Bahan ajar yang semula bersumber dari buku teks yang dimiliki siswa berkembang menjadi pemanfaatan media lain selain buku yang lebih menarik perhatian siswa.
Tabel 12. Persentase Hasil Capaian Indikator keberhasilan Aspek yang diukur
Persentase Hasil Capaian
Indikator
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keberhasilan
62,5 %
80 %
88,9 %
Siswa tampak
1. Proses Pembelajaran a.SMinatSdan SSMotivasi
senang dan
SSsiswa
antusias dalam pembelajaran
a. Keaktifan siswa
menyimak 62,5%
77,5 %
80,6%
Siswa tampak aktif dalam proses pembelajaran menyimak.
2. Ketuntasan hasil
70 %
72,5 %
80,6 %
Mencapai
belajar
standar
(Kemampuan
ketuntasan
hasil tes dalam
belajar miimal
unjuk kerja)
untuk
mata
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 68.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar ini berhasil menjawab rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti. Melalui survei awal, peneliti memperoleh data bahwa kualitas pembelajaran menyimak di kelas tersebut masih rendah. Penelitian yang terdiri dari tiga siklus ini mengalami peningkatan baik dari segi proses maupun hasil pembelajaran yang dicapai. Kendala-kendala dalam pembelajaran juga sudah berhasil diatasi. Adapun simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan quantum learning. Pada survei awal, siswa tidak tertarik dengan pembelajaran, sehingga berpengaruh terhadap minat maupun motivasi serta keaktifan mereka akibatnya proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. Tindakan yang dilakukan oleh guru berupa penggunaan pendekatan quantum learning dengan penyempurnaan tindakan pada setiap siklus terbukti mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini dapat dilihat dari persentase minat dan motivasi serta keaktifan siswa yang mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus terakhir yang dilakukan yaitu siklus ketiga diperoleh data bahwa siswa yang minat dan motivasinya tinggi sebanyak 88,9 % (32 siswa). Siswa yang aktif sebanyak 80,6 % (29 siswa). Proses pembelajaran sudah dikatakan berkualitas karena setiap indikator mencapai persentase 75 % atau lebih. 2. Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menyimak menggunakan pendekatan
quantum
learning.
Peningkatan
proses
pembelajaran
menyebabkan kenaikan kualitas hasil pembelajaran yang dicapai para siswa. Kualitas hasil tersebut dapat dilihat dari hasil pekerjaan menyimak siswa yang mengalami peningkatan dari setiap siklus. Pada siklus ketiga siswa yang memperoleh nilai sesuai standar ketuntasan belajar minimal (≥68) sebanyak
80,6 % siswa. Hasil pembelajaran sudah dikatakan berkualitas karena persentase hasil pembelajaran siswa lebih dari 75 %.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini membuktikan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran meningkat setelah diterapkan pendekatan quantum learning. Oleh karena itu, pendekatan quantum learning ini dapat digunakan guru sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan pembelajaran. Di samping itu, pendekatan quantum learning dapat digunakan sebagai pendekatan alternatif yang menyenangkan dalam pembelajaran menyimak. Penerapan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menyimak. Pendekatan quantum learning ini menjadikan siswa lebih bisa mengoptimalkan kemampuan yang ada pada dirinya. Siswa mencoba untuk mencari sesuatu hal yang baru berdasarkan pengalaman sendiri, siswa bisa menirukan pembacaan pantun berdasarkan hasil menyimak dan siswa bisa merayakan keberhasilan yang diperoleh, maka dari itu siswa merasa lebih nyaman dan senang akan pembelajaran menyimak yang disajikan dengan pendekatan quantum learning.
C. Saran Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Guru
hendaknya
terus
berupaya
untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran dengan mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. b. Guru bisa menggunakan pendekatan lain dengan memanfaatkan media yang menarik sehingga siswa mempunyai minat dan motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran.
2. Bagi sekolah a. Sekolah perlu melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung jalannya pembelajaran. b. Sekolah perlu memotivasi guru untuk senantiasa melakukan peningkatan kinerjanya dengan jalan melakukan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran.
3 1 3 DAFTAR PUSTAKA Albertine Minderop. 2005. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. Andayani. 2008. Buku Pedoman Pembelajaran Apresiasi Sastra Berbasis Quantum Learning di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Darmansyah. 2007. Menciptakan Pembelajaran Menyenangkan Melalui Optimalisasi Jeda Strategis dengan Karikatur Humor dalam Belajar Matematika. Jurnal Teknodik. No. 21/XI. Ciputat: Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan Depdiknas. DePorter, Bobbi. Reardon, Mark & Nurie, Sarah Singer. 2003. Quantum Teaching Orchestrating student Success. ( Dalam http://kafeguru.blogspot.com. Diakses 15 November 2009). DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar nyaman dan Menyenangkan. Diterjemahkan oleh alwiyah Abdurrahman. Bandung: penerbit Kaifa. DePorter, Bobbi. 2008. Quantum Teaching Mempaktekkan Quantum Laerning di Ruang-ruang Kelas. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Penerbit Kaifa. Dian Sukmara. 2003. Implementasi Program Life Skill. Bandung: Remaja Rosdakarya. Djago Tarigan. 1992. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud. Doni
Prahastomo. 2007. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan menyimak Menggunakan Media Film Animasi pada Siswa Kelas VI SDN Carangan Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Surakarta.
Gino, Suwarni, Suripto H.S., dan Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran 1. Surakarta: Depdikbud. H.B, Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press. Henry Guntur Tarigan. 2008. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
IndraSMunawar.S2009.SQuntumLearning.S(DalamShttp://indramunawar.blogspo t.com/2009/06/quantum-learning.html. Diakses 11 Oktober 2009). Moh Roza Ashari. 2007. Pemanfatan Media Rekaman Monolog dan Dialog untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak pada Siswa Kelas X SMA Batik 1 Surakarta. Surakarta. Rochiati Wiraatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sabarti Akhadiah, dkk. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Dekdikbud. Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya: Usaha Nasional. Sarah Singer-Nourie. 1998. ”Quantum Learning”. Quantum Learning Education, 7. Sarwiji Suwandi. 2008. Model Assesment dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13. Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia sertifikasi guru rayon 13 FKIP UNS. Septiawan Santana Kurnia. 2008. Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik Studi pembelajaran jurnalistik yang berorientasi pada life skill. (Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan www.depdiknas.go.id. Diakses 15 November 2009). Slameto. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Sri Mulyani Dwi Hastuti. Bahan Ajar Apresiasi Puisi untuk SMA dengan Pendekatan Quantum Learning. Surakarta. Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta:Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhadjono, dan Suparti. 2007. PTK. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. Suyatno. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa & Sastra. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Catatan Lapangan I Hari/tanggal
: Rabu/06 Januari 1010
Waktu
: 09.00-10.10 WIB
Jenis
: Observasi Pra-Tindakan (Survei awal)
Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Setting: Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa. Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung pertemuan. Saat observasi ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran. Observsi ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh pda hari Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama. Otomatis ketika guru dan peneliti masuk kelas, belum sepenuhnya siswa kelas IV masuk, untuk itu pihak guru meminta siswa yang masih di luar kelas untuk segera masuk. Suasana kelas nampak begitu gaduh dan siswa-siswi nampak heran dengan kedatangan peneliti. Guru kemudian membuka salam dan memperkenalkan peneliti kepada siswa, setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk mencarikan kursi dan meletakkannya di bagian belakang sebagai tempat duduk peneliti dan guru pun memulai kegiatan belajar mengajar.
Deskripsi: Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan meminta siswa untuk mengeluarkan buku teks bahasa Indonesia beserta buku tulis. Peneliti menempatkan diri dio bagian belakang sebagai partisipan pasif, sehingga peneliti dapat melakukan proses pengamatan pembelajaran tanpa mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hari itu, guru mengajarkan materi menyimak pantun. Guru meminta siswa untuk membuka halaman buku yang berhubungan dengan pantun, setelah itu guru menerangkan apa itu pantun dan mencontohkan satu buah pantun. Siswa nampak masih terbawa dengan suasana istirahat pertama, sehingga banyak siswa yang ramai sendiri, tidak memperhatikan guru, namun beberapa dari mereka nampak memperhatikan apa yang dibicarakan guru. Siswa yang memperhatikan tersebut duduk di deretan bangku depan. Sesaat guru melemparkan pertanyaan kepada siswa untuk mengulangi apa yang telah dijelaskan guru. Fahrul yang duduk di deretan bangku belakang harus menjawab pertanyaan dari guru karena guru menunjuknya, ia nampak kebingungan dan tertunduk dengan menjawab tidak bisa. Kemudian guru meminta teman sebangkunya untuk membantu, namun ia juga tidak bisa. Guru menghela napas kemudian meminta agar siswa konsentrasi terhadap pelajaran. Keadaan kelas memang tidak mendukung karena jendela kelas terbuka, sehingga banyak siswa yang mengalihkan pandangan ke luar kelas. Setelah guru menerangkan, guru meminta beberapa siswa untuk maju ke depan membacakan pantun. Namun hanya sedikit yang maju sukarela, nampaknya mereka merupakan siswa yang aktif memperhatikan penjelasan guru sebelumnya, siswa tersebut bernama Putri, Moga, Berlian, Nisa, Aldi, dan lain-lain. Guru harus memanggil satu persatu siswa agar siswa berkenan maju ke depan kelas. Siswa yang maju dengan disuruh guru nampak agak kesulitan dalam membacakan pantun. Siswa-siswa tersebut merupakan siswa yang terlihat gaduh dan tidak mempedulikan penjelasan guru sebelumnya. Setelah siswa maju membacakan pantun, guru meminta siswa untuk membuat pantun dan menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah disimak tadi. Setelah beberapa menit, guru bertanya pada siswa sudah selesai
apa belum. Banyak siswa yang masih salah dalam menyimpulkan pantun yang telah disimak tadi dan masih salah dalam membuat pantun, karena jam sudah menunjukkan 10.00 WIB guru mengakhiri pelajaran dengan merefleksi kembali materi yang disampaikan kepada siswa dan mengevaluasi hasil pekerjaan siswa bersama siswa.
Refleksi: Kegiatan belajar mengajar di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, khususnya pelajaran menyimak masih mengalami permasalahan. Siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung karena banyak siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan guru ketika dilempari pertanyaan. Siswa mengalihkan pandangan ke luar kelas daan tidak memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Guru kelas hanya aktif di bagian depan kelas dan monoton terhadap materi yang hanya terpacu pada buku teks. Observasi ini merupakan survei awal yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Survei awal ini dilakukan untuk mengidentifikasi garis besar permasalahan yang ada di lapangan, sehingga peneliti dapat menentukan tindakan yang tepat dan pemecahan permasalahan yang dihadapi guru di dalam proses pembelajaran menyimak.
Catatan Lapangan 2 Hari/tanggal
: Kamis/07 Januari 1010
Waktu
: 07.00-08.45 WIB
Jenis
: Angket ( Survei awal)
Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Setting: Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa. Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depaan kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan waakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung pertemuan. Saat observasi ini dilakukan semua siswa mengikuti pelajaran dan tidak ada siswa yang terlambat masuk. Guru memberikan secara singkat tujuan peneliti hadir pada hari itu.
Deskripsi: Guru menjelaskan tujuan peneliti hadir, yaitu menyebarkan angket untuk dijawab secara jujur. Siswa nampak ragu dan enggan menjawab angket tersebut. Siswa kemungkinan takut jika angket tersebut akan mempegaruhi nilai bahasa Indonesia mereka. Banyak siswa yang ramai dan saling bertanya kepada teman apakah jawaban yang harus dipilih. Guru pun akhirnya memberi panduan dan penjelasan untuk mengiusi angket tersebut. Peneliti hanya duduk di bagian
belakang, proses pengumpulan data melalui angket tersebut berlangsung selama 30 menit. Guru berputar mengelilingi kelas, memeriksa pekerjaan siswa. Setelah semua siswa selesai mengisi angket tersebut, siswa diminta untuk mengumpulkan data angket tersebut di meja guru. Setelah itu peneliti ijin untuk mengecek hasil jawaban siswa di ruang tamu sekolah. Sementara itu guru melanjutkan materi pelajaran di kelas. Penarikan kesimpulan didiskusikan peneliti dan guru ketika istirahat pertama, serta membuat perencanaan penelitian.
Refleksi: Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen angket ini berjalan dengan cukup lancar. Setelah hasil angket disimpulkan, guru dan peneliti mendapatkan data bahwa sebagian besar siswa menyatakan kurang menyukai pembelajaran menyimak yang disampaikan guru kelas mereka. Selain itu mereka menyatakan bahwa mereka senang dengan musik, lagu dan gambar. Hasil angket tersebut mendukung peneliti untuk memanfaatkan pendekatan quantum learning dalam pembelajaran menyimak di kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar.
Nama : ……………………. No Absen :……………………. Angket Survei Awal Petunjuk Pengisian: 1. Berilah tanda centang (V) jawaban yang sesuai dengan jawaban kamu! 2. Isilah angket ini dengan jawaban yang jujur! 3. Jawaban dari angket ini tidak mempengaruhi nilai Bahasa Indonesia kamu! No.
Pertanyaan
1.
Pernahkah kamu mendapat materi berkaitan dengan pembelajaran keterampilan menyimak?
2.
Masih ingatkah kamu dengan materi tersebut?
3.
Apakah kamu tertarik dengan materi yang disampaikan pada saat pembelajaran menyimak tersebut?
4.
Apakah kamu memperhatikan pembelajaran tersebut?
5.
Apakah kamu aktif mengikuti pembelajaran tersebut?
6.
Apakah guru sudah menerapkan suatu metode yang mendorong kamu untuk aktif belajar?
7.
Apakah guru sudah menggunakan media yang tepat dalam pembelajaran?
8.
Apakah kebanyakan diantara kalian ramai sendiri?
9.
Apakah kamu menyukai lagu?
10.
Apakah kamu suka menyanyi?
11.
Apakah kamu suka melihat gambar daripada tulisan?
12.
Apakah kamu pernah mendapat pembelajaran menyimak dengan lagu atau media gambar?
13.
Apakah kamu setuju apabila dalam pembelajaran menyimak menggunakan metode yang mengasyikkan?
Ya
Tidak
Hasil wawancara Hari/tanggal : 4 November 2009 Informan
: Suwandi Kasino, A. Ma. Pd dan Surono, S. Pd
Tempat
: Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Deskripsi P
: Selamat, pagi Pak?
G : Pagi mbak! Ada perlu apa ya Mbak? P : Begini Pak, saya mahaasiswi FKIP UNS dan saat ini saya akan melakanakan skripsi, untuk itu saya akan melakukan penelitian tindakan kelas. Sehubungan dengan hal tersebut, bolehkah saya mengadakan penelitian di sekolah ini, Pak? G : Ow, kalau begitu harus dengan persetujuan Kepala Sekolah dulu, Mbak! (wawancara kemudian dilanjutkan dengan Kepala Sekolah) K : Jika penelitian tersebut dapat membuat pembelajaran sekolah ini lebih baik, boleh-boleh saja. Nanti, Anda buat surat ijin penelitian. Selanjutnya dalam penelitian nanti, silahkan Anda berhubungan dengan pak Surono selaku guru kelas IV. Begitu ya, Mbak. Saya tinggal dulu? P
: Baik, Pak. Terimakasih.
P
: Ow, iya, Pak? Sebelumnya saya akan wawancara mendalam terlebih dahulu tentang pembelajaran di kelas IV selama ini?
G : Silahkan! P
: Kurikulum yang digunakan di sekolah ini?
G : KTSP P
: Terdiri dari berapa kelas di sekolah ini?
G : 6 kelas, Mbak! P
: Untuk kelas IV sendiri, berapa jumlah siswanya?
G : 40 siswa, 21 putra dan 19 putri. P
: Untuk pelajaran bahasa Indonesia berapa jam pelajaran? Dan berapa kali pertemuan setiap minggunya?
G
: 2 kali pertemuan, setiap hari Rabu dan Kamis. Untuk hari Rabu 2 x 35 menit pada jam keempat dan kelima. Hari Kamis 3 x 35 menit, dari jam pertama
hingga jam ketiga. Jadi, setiap minggunya ada 175 menit untuk pelajaran Bahasa Indonesia. P
: Materi bahasa yang Bapak kira masih sulit diterima siswa atau masih bermasalah, menurut Bapak terletak pada materi apa?
G : Untuk materi bahasa yang selama ini saya ajarkan, ada keterampilan bahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya siswa-siswa sudah cukup paham dan menguasai, hanya untuk keterampilan menyimak ada sedikit problem. P
: Masalah apa yang timbul saat pembelajaran tersebut?
G
: Data nilai siswa yang tidak mencapai nilai KKM di sekolah ini. Siswa-siswa saat proses pembelajaran tersebut kurang begitu konsentrasi, dan pada umumnya anak yang duduk di belakang malah ramai sendiri sehingga tidak melakukan menyimak dengan baik.
P : Kalau boleh tahu, materi menyimak saat itu apa Pak? Bagaimana cara Bapak dalam menyampaikan materi menyimak tersebut? G : Materi menyimak pada semester satu ini yaitu menyimak petunjuk denah dan simbol daerah, Mbak! Saya sederhana saja, Mbak! Saya jelaskan pengertian menyimak petunjuk denah dan simbol daerah dan saya sebutkan contohnya kemudian saya minta anak-anak untuk menyimak dan tugas berikutnya saya minta untuk menuliskan hasil simakan. P
: Apakah Bapak tidak menggunakan metode lain selain ceramah atau media apa yang Bapak gunakan saat proses pembelajaran tersebut?
G : Dalam menyampaikan materi saya menggunakan buku teks pelajaran bahasa Indonesia kelas IV yang dimiliki siswa. P
: Kesulitan atau masalah yang Bapak temukan saat proses pembelajaran tersebut?
G : Ya, seperti yang saya katakan di awal tadi. Mungkin karena anak-anak belum siap belajar, ada pikiran di rumah sehingga mereka tidak memperhatikan atau menyimak dengan baik. Ada yang melamun, menopang dagu, melihat ke arah luar, dan lain-lain. Apalagi anak seusia kelas IV masih suka ngobrol dengan teman-temannya meskipun sedang pembelajaran.
P
: Ow, begitu. Kalau begitu saya akan mencoba untuk meneliti permasalahan tersebut dengan memikirkan solusinya, Pak!
G
: Baik, nanti perencanaannya silahkan diberitahukan kepada saya.
P : Baik, Pak. Terimakasih. Saya akan kembali dengan perencanaan saya.
Karanganyar,
November 2009
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd
Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006
NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 25 November 2009 Informan
: Suwandi Kasino, A. Ma. Pd dan Surono, S. Pd
Tempat
: Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
P
: Selamat pagi, Pak!
G
: Selamat pagi!
P
: Saya menyerahkaan perencanaan penelitian saya yang berkaitan dengan masalah yang terjadi di kelas IV.
G
: Oh, ya!
P
: Setelah saya kaji dari hasil wawancara lalu bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menyimak. Saya akan melakukan tindakan dengan suatu pendekatan, yaitu quantum learning. Berikut langkah-langkahnya, Pak!
G
: Ow, begitu (membaca rencana tindakan) Ehm, begini mbak karena semester satu, pembelajaran keterampilan menyimak sudah habis dan ini sudah mendekati semesteran. Bagaimana kalau penelitian Anda nanti dilaksanakan pada semester dua?
P
: Baik, Pak! Nanti akan saya sesuaikan dengan silabus pembelajaran pada semester II mengenai materi menyimak.
G
: Baik, kalau begitu. Rencana ini akan saya beri kepada Kepala Sekolah dahulu?
K
: Ow, Mbaknya yang dari UNS? Yang mau penelitian itu? Baik, saya baca terlebih dahulu rencana tindakannya. Ehmm,,,Baik saya rasa tindakan ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah ini. Saya rasa Anda tinggal mendiskusikan dengan pak Surono bagaimana proses tindakan nantinya dan saya berharap penelitian anda sukses.
P
: Terimakasih, Pak!
P
: Pak, sebelum nanti saya masuk pada tindakan siklus I, bolehkah saya melakukan survei awal terlebih dahulu?
G
: Baiklah, Mbak. Nanti Anda kembali saja kemari setelah memasuki semester II!
P
: Baik, Pak!
G
: Baik, nanti kita lanjutkan perencanaan pembelajarannya. Saya tunggu perencanaan yang lebih matang lagi.
P
: Baik, terimakasih, Pak!
Karanganyar,
November 2009
Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd
Surono, S.Pd
NIP. 19500510 1974011006
NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara
Hari/tanggal : 03 Desember 2009 Informan
: Surono, S. Pd
Tempat
: Ruang tamu SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
P
: Selamat pagi, Pak!
G : Selamat, pagi! P
: Saya menyerahkan surat ijin penelitian beserta proposal penelitian, Pak!
G : Baik, nanti saya sampaikan kepada Kepala sekolah! P
: Pak, kira-kira nanti untuk observasi pertama dilaksanakan tanggal berapa? Saya kira awal Januari saja, anda bisa langsung masuk kelas dan melakukan observasi tersebut.
P : Baik, Pak! Setelah observasi nanti saya akan melakukan pengambilan data untuk membuat perencanaan yang nantinya saya serahkan kepada Bapak, dan dapat didiskusikan kembali untuk pembuatan RPP. G : Ya, baik.
Karanganyar, Desember 2009
Kepala Sekolah
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd NIP. 19500510 1974011006
Guru Mata Pelajaran
Surono, S.Pd NIP. 19630527 198405 1006
Hasil wawancara Hari/tanggal : 03 Desember 2009 Informan
: (Putri) Siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tempat
: Ruang kelas SD Negeri 02 Karanganyar
P
: Apakah kamu pernah menerima pelajaran menyimak di sekolah?
I : Pernah, Mbak! P : Menurut kamu, bagaimana cara mengajar yang dilakukan oleh guru kamu dalam pembelajaran menyimak selama ini? I
: Guru seperti biasanya, Mbak! Menerangkan dari buku teks kemudian siswa diberi tugas.
P : Kamu suka dengan cara yang digunakan guru kamu tersebut? I : Kurang suka, Mbak! Bosan..... P : Menurut kamu, cara yang bagaimana yang kamu inginkan agar digunakan oleh gurumu dalam pembelajaran menyimak? I : Cara yang menyenangkan dan siswa menjadi nyaman sehingga kami tidak bosan. P : Jika penggunaan pembelajaran yang menyenangkan itu, memanfaatkan media audio atau visual kamu suka tidak? I
: Suka, Mbak! Pasti akan menimbulkan suasana baru sehingga kami menjadi senang akan materi yang disampaikan.
P : Kamu suka lagu maupun gambar? I : Suka, saya suka menyanyi dan saya juga suka dengan gambar-gambar. P : Pernahkah media gambar maupun audio digunakan guru kamu saat pembelajaran menyimak? I : Guru saya, jarang menggunakan Mbak! Guru hanya menggunakan buku teks. P : Kamu setuju tidak jika digunakan suatu pembelajaran yang menyenangkan dengan memanfaatkan media audio maupun gambar dalam pembelajaran menyimak? I : Setuju, mbak! Informan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
No. Induk 2501 2509 2483 2506 2490 2504 2510 2536 2538 2539 2540 2541 2543 2545 2546 2548 2550 2551 2552 2554 2555 2556 2557 2560 2561 2562 2563 2565 2566 2567 2568 2569 2570 2573 2574 2575 2633 2635 2685 -
Nilai Survei Awal Nama Siswa Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Nilai 55 61 77 60 74 49 59 80 65 50 75 58 81 79 82 58 70 66 60 78 56 76 54 86 79 67 81 76 63 55 88 50 74 56 54 70 71 61 58 81
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 47,5 %.
Foto Survei Awal
Pengembangan metode dan media yang digunakan guru masih kurang
Siswa terlihat kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menyimak
Siswa tidak diikutsertakan secara langsung dalam pembelajaran menyimak
Catatan Lapangan Siklus I Hari/tanggal
: Rabu/13 Januari 2010
Waktu
: 09.00-10.10 WIB
Jenis
: Pelaksanaan siklus I
Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Setting: Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa. Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan waakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran. Pelaksanaan siklus I ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh pada hari Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama. Siswa- siswa masih banyak yang berada di luar kelas, menghabiskan jam istirahat mereka. Guru pengampu kelas kemudian meminta siswa untuk segera memasuki kelas dengan cara mengitung angka, satu persatu siswa masuk kelas dengan saling dorong. Peneliti langsung menempatkan diri di bangku belakang sebagai partisipan pasif. Guru kelas kemudian memulai KBM Mata pelajaran bahasa Indonesia.
Deskripsi: Guru memulai pelajaran dengan memberi apersepsi siswa bahwa materi pada hari itu merupakan materi menyimak pantun. Guru juga menerangkan bahwa materi akan disampaikan dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Secara singkat guru menerangkan pengertian pendekatan quantum learning dan langkah-langkah yang akan diterapkan. Pendekatan quantum learning yang akan digunakan memanfaatkan media audiovisual berupa rekaman lagu dan media gambar berupa gmbar buah-buahan dan binatang. Siswa-siswi langsung bersorak sorai mendengar kata video lagu dan gambar. Guru memulai langkah dengan memainkan video untuk diputar. Lagu yang diputar antara lain lagu yang berhubungan dengan gambar yang akan digunakan dalam materi Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak. Siswa siswi nampak begitu senang melihat video yaang diputar, mereka pun turut menyanyikan lagu-lagu tersebut karena dalam video pun disertakan lirik lagu agar para penonton dapat membaca lirik tersebut. Siswa-siswi nampak termotivasi akan pembelajaran yang diberikan oleh guru dan semakin terdorong untuk mengikuti materi selanjutnya. Setelah tahap pertama dari quantum learning tersebut, guru kemudian membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5 anak. Setiap kelompok diminta untuk merapatkan posisi, di sisi lain guru membagikan pantun rumpang bergambar dan potongan-potongan kalimat yang merupakan jawaban dari pantun rumpang tersebut. Setiap kelompok diminta untuk segera mengisi pantun rumpang tersebut dengan potongan-potongan jawaban. Siswa-siswi nampak tertarik sekali dengan permainan materi pantun rumpang tersebut, mereka asyik mencari jawaban dari pantun bergambar. Setelah penyusunan pantun selesai, setiap kelompok ditugasi untuk mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan menugasi kelompok lain untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan menjelaskan serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa
memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Setelah tugas kelompok selesai, guru melanjutkan materi dengan melakukan evaluasi terakhir berupa pemberian tugas individu. Setelah tugas dikumpulkan, guru dan siswa melakukan refleksi dan menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
Refleksi: Kegiatan belajar mengajar pada siklus I di kelas IV berlangsung cukup aktif. Siswa sudah mulai menunjukkan keaktifan daan terlihat cukup antusias mengikuti proses pembelajaran menyimak. Hal itu dapat dilihat dari cukup banyaknya siswa yang mau berinteraksi terhadap penyampaian materi guru. Siswa terlihat asyik mengikuti permainan quantum learning dari pemutaran video hingga pengisian pantun rumpang bergambar, meskipun masih ada siswa yang mengalihkan pandangan ke luar kelas karena jendela dan pintu kelas dibiarkan terbuka. Sementara di luar kelas nampak siswa kelas lain sedang berolahraga, dan saling berdiri di luar jendela kelas IV. Deretan bangku yang terletak di bagian belakang pun msih memperlihatkan sikap acuh pada guru. Sementara posisi guru nampak aktif di bagian depan saja dan guru juga tidak mengembalikan posisi ketika tugas kelompok siswa sudah selesai, namun pada dasarnya guru memberikan landasan dasar mengenai materi menyimak dengan penggunaan pendekatan quantum learning yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan dan berhasil membangkitkan minat siswa terhadap pembelajaran menyimak. Hal ini terbukti dengan hasil pemerolehan nilai siswa dengan batas ketuntasan 68 adalah data siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa atau 70 %, sedangkan 12 siswa atau 30 % siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Siklus 1) Sekolah
: SD Negeri 2 Karanganyar
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Standar Kompetensi
: Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar
: Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Hari/tanggal
: Rabu/13 Januari 2010
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR 1. Menirukan pembacaan pantun 2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat 3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat 4. Menyusun hasil simakan 5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN 1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun 2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan awal
Tumbuhkan a. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. (Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak) b. Murid dibagi menjadi delapan kelompok. c. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang bergambar buah-buahan dan binatang. 2. Kegiatan Inti
Alami a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar tersebut b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap kelompok
Namai a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca tadi merupakan “ PANTUN”. b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah disusun tadi
Demonstrasikan a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok b. Murid yang lain menyimak c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciriciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak.
Ulangi Murid
sebagai
perwakilan
kelompok
lain
mengulangi
untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan tugasnya. 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru melakukan refleksi b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR 1. Buku teks 2. Buku referensi
G. PENILAIAN 1. Penilaian proses Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 2. Penilaian hasil Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan. Karanganyar,
Januari 2010
Mengetahui, Kepala Sekolah SD II Karanganyar
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd NIP. 19500510 1974011006
Guru mata Pelajaran
Surono, S.Pd NIP. 19630527 198405 1006
Soal Penugasan Siklus I 1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar! Pantun rumpang a. Buah alpukat buah semangka Buah mangga buah strowberi Jika kamu ingin pahala .....................................
b. Buah kelengkeng buah pepaya Buah jeruk buah nanas Kalau kamu ingin kaya ............................... c. Buah anggur buah jambu Buah ceri buah manggis ......................................... Janganlah kamu suka menangis
d. Buah belimbing buah salak Buah jeruk buah melon Kalau kamu makan banyak ..........................................
e. Ada kuda ada keledai Ada kupu-kupu ada kanguru ................................... Ikutilah perintah guru
f. Ada onta ada sapi Ada kambing ada domba Meski kamu boleh menonton tivi ......................................
g. Ada zebra ada gajah Ada badak ada kelinci ................................................ Jika kamu tidak saling membenci
h. Ada monyet ada rusa Ada panda ada jerapah ................................ Taatilah perintah ayah
2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman kamu! 3. Jelaskan isi pantun tersebut! 4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak! 5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun!
Kunci Jawaban 1. Pantun rumpang a. Iklaslah kamu dalam memberi b. Hati-hati nanti kamu kayak balon c. Kalau kamu ingin disayang ibu d. Jangan jadi anak malas e. Kalau kamu ingin pandai f. Jangan lupa tugas membaca g. Temanmu akan bertambah h. Kalau kamu tak ingin dosa
2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1. 3. Isi Pantun a. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa jika kita ingin bertambah pahala kita harus iklas dalam memberikan sesuatu kepada orang lain.
b. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan nasihat agar kita tidak malas supaya nantinya kita bisa jadi orang kaya. c. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahawa kita akan disayang orang tua apabila kita bisa menjaga perilaku kita dengan tidak sering menangis karena kita sudah besar. d. Berupa pantun nasihat. Yaitu berisikan kita harus mengtur pola makan kita dengan tidak banyak makan karena jika tidak dapat mengatur pola makan kita, maka kita akan bertambah gendut. e. Berupa pantun naasiht, yaitu berisikan agaar kita taat pada perintah guru supaya kita bisa menjadi anak pandai. f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus ingat waktu, meskipun kita diperbolehkan menonton tivi tetapi kita harus ingat tugas kita sebagai pelajar yaitu belajar. g. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh membedabedakan teman, dalam arti kita tidak boleh saling membenci agar teman kita banyak. h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus patuh pada orang tua kita agar kita tidak berdosa. 4. Ciri-ciri Pantun a. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris b. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b c. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. d. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 5. Presentasi Pembacaan Pantun a. Intonasi tepat sesuai nada pantun b. Keberanian siswa c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Nilai Proses Perilaku No.
No. Induk
Nama Siswa
1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
Keterangan:
I
II
3 4 3 4 5 3 4 4 5 3 5 4 5 3 5 4 5 3 4 5 5 3 4 3 5 3 3 5 4 3 5 4 3 3 3 5 5 3 4 5 62,5 %
3 3 4 4 5 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 4 5 62,5 %
Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II
: Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Nilai Hasil
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Nama Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Keterangan :
I 2 2 3 2
II 2 2 3 1
Aspek II 2 2 2 1
Skor IV 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
V 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 3 1 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2
Nilai 73,3 73,3 73,3 60 53,3 53,3 53,3 73,3 73,3 60 73,3 73,3 73,3 53,3 80 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 73,3 66,6 60 60 80 73,3 73,3 80 53,3 80 60 73,3 73,3 66,6 73,3 73,3 80
I. Ketepatan Menirukan Pantun II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun IV.Ketepatan menyimak pantun V. Kelengkapan penjelasan isi pantun Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 28 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 70 %.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa
Indikator
Persentase
Siswa tampak senang dan
62,5 %
1. Proses a. Minatbdan Motivasi siswa
antusias dalam pembelajaran menyimak
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak aktif dalam
62, 5 %
proses pembelajaran menyimak 2.nKetuntasanmhasil belajar
Mencapai standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 68.
Foto Siklus I
70 %
Posisi guru masih terfokus di depan kelas
Guru tidak memperhatikan kondisi fisik ruang kelas (Pintu dan jendela terbuka)
Guru tidak memberi teguran terhadap siswa yang ramai
Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran
Siswa masih merasa malu dan enggan untuk tampil di depan kelas
Catatan Lapangan Siklus II Hari/tanggal
: Rabu/20 Januari 2010
Waktu
: 09.00-10.10 WIB
Jenis
: Pelaksanaan siklus II
Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Setting: Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa. Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depaan kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruang untuk diadakan rapat wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran. Pelaksanaan siklus II ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh pada hari Rabu jam keempat daan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama. Melihat kedatangan guru dan peneliti, siswa-siswi yang masih di luar kelas karena istirahat, satu persatu menyalami guru dan peneliti disusul siswa-siswi yang sudah bertada di dalam kelas. Mereka nampak senang melihat kedatangan peneliti. Guru kemudian meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing dan memulai pembelajaran.
Deskripsi: Guru memulai pelajaran dengan memberi apersepsi siswa bahwa materi pada hari itu merupakan materi menyimak pantun. Sebelumnya guru memperhatikan kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu agar kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak terulang kembali. Guru juga menerangkan bahwa materi akan disampaikan dengan menggunakan pendekatan quantum learning sebagai penyempurnaan dari pelaksanan siklus I. Secara singkat guru kembali menerangkan pengertian pendekatan quantum learning dan langkah-langkah yang akan diterapkan yaitu sama dengan pelaksanan siklus I, hanya saja untuk siklus II, materi pantun diperluas dengan adanya aneka jenis pantun, kalau saja pada siklus I hanya pantun nasihat, maka pada siklus II terdapat pantun jenaka, pantun cinta, pantun agama, dan lain-lain. Pendekatan quantum learning yang akan digunakan memanfaatkan media audiovisual berupa rekaman lagu dan media gambar berupa gambar buah-buahan dan binatang. Siswa-siswi langsung bersorak sorai mendengar kata video lagu dan gambar, sehingga mereka akan mendapatkan keasyikan yang sama dengan siklus I. Sebelumnya guru memeriksa kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas. Guru memulai langkah dengan memainkan video untuk diputar. Lagu yang diputar antara lain lagu yang berhubungan dengan gambar yang akan digunakan dalam materi Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak. Siswa siswi nampak begitu senang melihat video yaang diputar, mereka pun turut menyanyikan, namun beberapa anak tampak bosan dengan lagulagu tersebut dan ada yang menyarankan agar lagu diganti dengan lagu jaman sekarang, misalnya lagu dari Nidji, Paterpan dan ST 12. Lagu-lagu tersebut masih diputar karena peneliti dan guru masih berpikir lagu-lagu tersebut relevan dengan materi pada hari itu. Meskipun, siswa-siswa ada beberpa yang tampak bosan namun pada dasarnya mereka tetap terdorong untuk mengikuti materi selanjutnya, apalagi pemutaran lagu semacam itu hanya diberikan pada hari itu dan pelajaran itu. Setelah tahap pertama dari quantum learning tersebut, guru kemudian membagi 40 siswa menjadi 8 kelompok, sehingga setiap kelompok terdiri dari 5
anak. Setiap kelompok diminta untuk merapatkan posisi, di sisi lain guru membagikan pantun rumpang bergambar dan potongan-potongan kalimat yang merupakan jawaban dari pantun rumpang tersebut. Setiap kelompok diminta untuk segera mengisi pantun rumpang tersebut dengan potongan-potongan jawaban. Siswa-siswi nampak tertarik sekali dengan permainan materi pantun rumpang tersebut, mereka asyik mencari jawaban dari pantun bergambar. Kali ini guru mengawasi siswa secara menyeluruh agar setiap anggota kelompok turut serta berpartisipasi dalam pengerjaan tugas kelompok, selain itu guru menegur siswa yang tampak berjalan-jalan ke kelompok lain dan menimbulkan kegaduhan. Setelah penyusunan pantun selesai, setiap kelompok ditugasi untuk mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan menugasi kelompok lain untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan menjelaskan serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Guru juga memberikan reward bagi kelompok yang berkenan maju sukarela dan yang paling berani menampilkan hasil kelompoknya di depan kelas serta bagi siswa yang aktif bertanya pada guru. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Setelah tugas kelompok selesai, tak lupa guru meminta agar posisi tempat duduk dikembalikan seperti semula agar ketika tugas evaluasi berikutnya, setiap siswa dapat berkonsentrasi tanpa adanya diskusi antar siswa. Setelah tugas kelompok selesai, guru melanjutkan materi dengan melakukan evaluasi terakhir berupa pemberian tugas individu. Setelah tugas dikumpulkan, guru dan siswa melakukan refleksi dan menutup pembelajaran bahasa Indonesia.
Refleksi: Kegiatan belajar mengajar pada siklus II berlangsung cukup sukses. Siswa sudah menunjukkan keaktifan dan terlihat antusias mengikuti proses pembelajaran menyimak dengan penggunaan pendekatan quantum learning. Hal itu dapat dilihat dari sebagian besar siswa yang asyik menyimak pemutaran lagu dan asyik
terhadap perminan quantum learning berupa pantun rumpang bergambar serta antusias perhatian mereka dalam menyimak kelompok yang sedang menampilkan hasil kelompok. Hal ini terbukti dengan hasil pemerolehan nilai siswa dengan batas ketuntasan 68 adalah berdasarkan hasil tes terdapat 29 siswa atau 72,5 % siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 10 siswa atau 25 % siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Sikap guru yang mengelola kelas secara menyeluruh dan memberikan reward terhadap siswa mendukung proses pembelajaran pada siklus II berjalan sukses. Pada siklus II ini, kelemahan yang masih tampak adalah siswa yang sedikit bosan dengan video lagu dan gambar yang sama jenisnya dengan video dan gambar yang diputar pada siklus I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Siklus 2) Sekolah
: SD NEGERI 2 KARANGANYAR
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Standar Kompetensi
: Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar
: Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Hari/tanggal
: Rabu/20 Januari 2010
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR 1. Menirukan pembacaan pantun 2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat 3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat 4. Menyusun hasil simakan 5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN 1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun 2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
1. Kegiatan awal Tumbuhkan a. Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas. b. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. (Nama-Nama Rasa, Tek Kotek-Kotek, Burung Kakak Tua, dan Cicak-Cicak). c. Murid dibagi menjadi delapan kelompok. d. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang bergambar buah-buahan dan binatang. Jenis pantun terbagi menjadi beberapa jenis pantun antara lain: pantun jenaka, pantun nasehat, pantun agama, dan lain-lain. 2
Kegiatan Inti
Alami a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar tersebut. b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap kelompok. c. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok.
Namai a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca tadi merupakan “ PANTUN” dan termasuk jenis pantun apa. b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah disusun tadi.
Demonstrasikan a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok. b. Murid yang lain menyimak c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciriciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak. d. Guru memberikan reward kepada kelompok yang berani tampil sukarela dan kepada siswa yang aktif bertanya.
Ulangi Murid
sebagai
perwakilan
kelompok
lain
mengulangi
untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan tugasnya. 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru melakukan refleksi b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR 1. Buku teks 2. Buku referensi
G. PENILAIAN 1. Penilaian proses Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 2. Penilaian hasil Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan.
Karanganyar,
Januari 2010
Mengetahui, Kepala Sekolah SD II Karanganyar
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd NIP. 19500510 1974011006 asino
Guru mata Pelajaran
Surono, S.Pd NIP. 19630527 198405 1006
Soal Penugasan Siklus II 1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar! Pantun rumpang a. Buah mannga buah pepaya Buah kelengkeng buah belimbing Nasib sial menimpa saya .....................................
b. Buah leci buah srikaya Buah jambu buah durian Kalau kita orang beragama ............................... c. Buah melon buah mangga Buah pisang buah rambutan Lanjutkan perjuangan Indonesia .........................................
d. Buah melon buah semangka Buah jeruk buah rambutan Gadis pintar nan mempesona ..........................................
e. Buah apel buah nanas Buah delima buah pepaya ................................... Satelit bumi apa namanya?
f. Buah belimbing buah salak Buah pisang buah durian ...................................... Pasti kamu tak punya teman
g. Buah jambu buah ceri Buah srikaya buah kelapa ................................................ Bintang di langit ada berapa?
h. Buah per buah strowberi Buah pepaya buah anggur Daripada menonton tivi ................................ 2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman kamu! 3. Jelaskan isi pantun tersebut! 4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak! 5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun! Kunci Jawaban 1. Pantun rumpang a. Berlari-lari dikejar anjing b. Jangan lupa kepada Tuhan c. Seperti perjuangan para pahlawan d. Bolehkah saya berkenalan e. Wahai temanku yang cerdas f. Jika kamu orang galak g. Jika kamu pintar sekali h. Mending kita pergi tidur 2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1. 3. Isi Pantun a. Berupa pantun curahan hati, yaitu berisikan bahwa seseorang yang sedang sial karena harus berlari-lari dikejar seekor anjing. b. Berupa pantun agama, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh lupa terhadap sang pencipta untuk selalu beribadah karena kita makhluk beriman.
c. Berupa pantun perjuangan, yaitu berisikan semangat bagi kita generasi muda untuk melanjutkan perjuangan bangsa seperti perjuangan para pahlawan terdahulu. d. Berupa pantun cinta, yaitu berisikan sebuak sapaan untuk perkenalan pada seorang gadis yang cantik dan mempesona. e. Berupa pantun teka-teki, Yaitu berisikan sebuah pertanyaan yang ditujukan pada seseorang untuk mengetahui kepintarannya yaitu dengan cara memberi pertanyaan satelit bumi apa namanya?. f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh mempunyai sifat buruk, salah satunya galak agar kita mempunyai banyak teman. g. Berupa pantun teka-teki, yaitu berisikan sebuah pertanyaan yang ditujukan pada seseorang apabila orang tersebut pintar pasti bisa menghitung jumlah bintang yang berada di langit. h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaiknya, yaitu salah satunya daripada kita menonton tivi lebih baik kita beristirahat dengan tidur. 4. Ciri-ciri Pantun 1. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris 2. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b 3. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. 4. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 5. Presentasi Pembacaan Pantun a. Intonasi tepat sesuai nada pantun b. Keberanian siswa c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Nilai proses Perilaku No.
No. Induk
Nama Siswa
1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
Keterangan:
I
II
4 4 3 4 5 3 4 4 5 4 5 4 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 3 4 5 4 3 5 4 3 5 3 5 5 5 4 5 80 %
4 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 3 5 3 4 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 3 4 5 5 77,5 %
Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II
: Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Nilai Hasil
No.
Nama I
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Keterangan :
Aspek II II IV 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skor V 0 2 1 2 2 3 2 1 2 2 0 3 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 3 2 2 0 1 1 3 2 2 2 3 0 1 0 2 3
Nilai 80 93,3 60 93,3 93,3 93,3 93,3 80 86,6 93,3 80 80 60 93,3 93,3 93,3 93,3 86,6 66,6 86,6 60 93,3 86,6 66,6 93,3 93,3 93,3 60 60 86,6 93,3 93,3 93,3 60 80 86,6 66,6 66,6 93,3 93,3
I. Ketepatan menirukan pantun II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun IV.Ketepatan menyimak pantun V. Kelengkapan penjelasan isi pantun
Keterangan: Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 72,5 %.
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II
Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa
Indikator
Persentase
Siswa tampak senang dan
80 %
1. Proses a. Minatndan Motivasi siswa
antusias dalam pembelajaran menyimak
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak aktif dalam
77,5 %
proses pembelajaran menyimak
2.nKetuntasan belajar
hasil Mencapai standar ketuntasan belajar miimal untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 68.
Foto Siklus II
72,5 %
Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas
Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara menyeluruh
Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok
Catatan Lapangan siklus III
Hari/tanggal
: Rabu/27 Januari 2010
Waktu
: 09.00-10.10 WIB
Jenis
: Pelaksanaan siklus III
Tempat
: Ruang kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar, Tegalmulya, Karanganyar
Setting: Observasi ini dilaksanakan di ruang kelas IV. Ruang kelas tersebut terdapat 1 meja guru beserta kursinya dan 20 meja dan 40 kursi untuk siswa. Bagian depan kelas terdapat tempat cuci tangan dan almari guru. Dinding depan kelas terdapat papan tulis dan di bagian atas dinding terdapat gambar presiden dan wakil presiden beserta gambar burung garuda. Dinding bagian utara terdapat gambar-gambar hiasan dan sederetan kertas karton yang berisi tulisan jadwal pelajaran, jadwal piket, dan struktur organisasi kelas. Bagian selatan merupakan bagian ventilasi yang terpasang tiga jendela yang berurutan. Bagian belakang kelas, terpasang juga sejenis jendela yang menghubungkan kelas IV dengan kelas V. Jendela tersebut berfungsi sebagai penghubung ruangan untuk diadakan rapat wali murid atau sebagai tempat pertemuan-pertemuan. Hal tersebut karena sekolah yang belum mempunyai aula tersendiri untuk dijadikan gedung pertemuan. Saat penelitian ini dilakukan, semua siswa masuk mengikuti pelajaran. Pelaksanaan siklus III ini dilakukan saat mata pelajaran bahasa Indonesia yang jatuh pada hari Rabu jam keempat dan kelima yaitu jam setelah istirahat pertama. Pada hari tersebut, siswa-siswa sudah masuk kelas dan menyiapkan buku pelajaran bahasa Indonesia meskipun jam itu merupakan jam setelah istirahat. Hari pelaksanaan siklus II ternyata ada empat siswa yang absen. Peneliti langsung menempatkan posisi seperti biasanya di bagian belakang agar tidak mengganggu proses pembelajaran yang akan berlangsung. Guru langsung memulai KBM.
Deskripsi:
Guru memulai KBM dengan memberikan apersepsi pantun yang telah diberikan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya dan langkah selanjutnya guru memutar lagu yang berbeda dengan pelaksanaan siklus-siklus sebelumnya. Lagu yang diputar adalah lagu dari Cinta yang berjudul Ulat Kepompong dan lagu dari Elo dan kawan-kawan yang berjudul Buka Semangat Baru, siswa-siswa langsung bersorak sorai melihat pemutaran lagu tersebut, mereka langung bersama-sama secara serentak menyanyikan lirik lagu tersebut sambik bertepuk tangan, namun ada beberpa anak yang kurang hafal dengan lagu tersebut. Pembangunan motivasi lewat lagu tersebut dilanjutkan kembali dengn permainan quantum learning berupa pengisian pantun rumpang bergambar. Kali ini siswa nampak begitu beda, mereka tampak lebih fresh dari pelaksanan siklus II, karena mereka melihat gambar yang berbeda yaitu gambar transportasi. Mereka saling bertanya dengan gambar yang berbeda itu, namun mereka senang dengan pembaruan itu. Peneliti dan guru pun tersenyum menyaksikan kegembiraan siswa. Setelah penyusunan pantun selesai, seperti pada siklus sebelumnya setiap kelompok ditugasi untuk mempresentasikan hasil penyusunan pantun tersebut dan menugasi kelompok lain untuk menyimak dan mencatat hasil simakan dan menjelaskan serta menyebutkan ciri-ciri pantun yang telah disimak. Hasil simakan dipresentasikan lagi di depan kelas dengan pembacaan pantun secara tepat kemudian kelompok lain mengulang untuk mempresentasikan hasil simakan masing-masing di depan kelas. Siswa memberi tepuk tangan pada siswa yang telah mempresentasikan hasil simakan. Setelah tugas kelompok selesai, guru melanjutkan materi dengan melakukan evaluasi terakhir berupa pemberian tugas individu. Setelah tugas dikumpulkan, guru dan siswa melakukan refleksi dan menutup pembelajaran bahasa Indonesia. Setelah itu, peneliti membagikan angket pasca tindakan untuk diisi oleh siswa. Terakhir guru memberikan waktu pada peneliti untuk berucap pamit dan terimakasih pada siswa.
Refleksi:
Kegitan belajar mengajar pada siklus III berjalan sukses. Siswa menunjukkan kesenangan dan keaktifan mereka terhadap materi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan quantum learning. Hal ini dapat dilihat daari antusias siswa menyanyikan lagu sebagai motivasi pembelajaran dan keaktifan mereka dalam menjawab tugas kelompok berupa pantun rumpang bergambar dan keberanian mereka saat berebut siapa yang maju terlebih dahulu untuk mempresentasikan hasil kelompok. Selain itu, banyaknya siswa yang berani bertanya pada guru perihal keraguan mereka dalam menjawab tugas dan ketidakmengertian terhadap materi. Berdasarkan hasil tes terdapat
29 siswa atau 72,5 % siswa yang
mendapatkan ketuntasan belajar, sedangkan 10 siswa atau 25 % siswa belum mencapai nilai ketuntasan belajar. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran menyimak dengan penggunaan pendekatan quantum learning di kelas IV SD Negeri 02 karanganyar mencapai keberhasilan hingga siklus III berakhir.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP Siklus 3) Sekolah
: SD NEGERI 2 KARANGANYAR
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Standar Kompetensi
: Mendengarkan pembacaan pantun
Kompetensi Dasar
: Menirukan pembacaan pantun anak dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Hari/tanggal
: Rabu/27 Januari 2010
Alokasi Waktu
: 2 X 35 Menit
A. INDIKATOR 1. Menirukan pembacaan pantun 2. Membaca pantun dengan lafal yang tepat 3. Membaca pantun dengan intonasi yang tepat 4. Menyusun hasil simakan 5. Menjelaskan isi pantun
B. MATERI PEMBELAJARAN Teks/bacaan sebagai contoh pantun
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN Quantum Learning
D. MEDIA PEMBELAJARAN 1. VCD Berisi Rekaman Pembacaan Pantun 2. Media Gambar
E. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Kegiatan awal
Tumbuhkan
a. Sebelumnya guru memeriksa kondisi kelas dengan menutup jendela dan pintu kelas. b. Dilakukan guru dengan memutarkan rekaman lagu anak-anak kemudian diikuti siswa dengan menyanyikannya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendorong siswa gembira dan menumbuhkan minat belajarnya. (ulat kepompong dan Buka Semangat baru). c. Murid dibagi menjadi delapan kelompok. d. Setiap kelompok mendapat soal yang berupa pantun rumpang yang bergambar alat-alat transportasi. Jenis pantun terbagi menjadi beberapa jenis pantun antara lain: pantun jenaka, pantun nasehat, pantun agama, dan lain-lain. 2. Kegiatan Inti
Alami a. Murid menerima penjelasan dari guru, murid diminta untuk mengamati pantun rumpang yang bergambar tersebut. b. Murid mencoba untuk menyusun pantun rumpang yang bergambar tadi dengan mencari potongan pantun yang sudah dibagikan setiap kelompok. c. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengawasi kelas secara menyeluruh dengan berputar posisi mengelilingi setiap kelompok.
Namai a. Murid menerima penjelasan dari guru bahwa apa yang telah dibaca tadi merupakan “ PANTUN” dan termasuk jenis pantun apa. b. Murid menyimpulkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah disusun tadi.
Demonstrasikan a. Murid mempresentasikan pantun yang telah disusun di depan kelas dengan intonasi yang tepat secara bergantian setiap kelompok. b. Murid yang lain menyimak
c. Murid yang telah terbentuk dalam kelompok tadi, menulis hasil simakan yaitu berupa satu bait pantun, penjelasan isi pantun, dan ciriciri pantun yang ditemukan berdasarkan pantun yang telah disimak. d. Guru memberika reward kepada kelompok yang berani tampil sukarela dan kepada siswa yang aktif bertanya.
Ulangi Murid
sebagai
perwakilan
kelompok
lain
mengulangi
untuk
mempresentasikan hasil simakan yaitu membaca pantun dengan intonasi yang tepat, menjelaskan isi pantun, dan menyebutkan ciri-ciri pantun.
Rayakan Ditandai dengan pemberian tepuk tangan kepada murid yang telah mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas dan telah menyelesaikan tugasnya. 3. Kegiatan Akhir a. Siswa dan guru melakukan refleksi b. Siswa mengerjakan evaluasi
F. SUMBER BELAJAR 1. Buku teks 2. Buku referensi
G. PENILAIANG. PENILAIAN
1. Penilaian proses Menilai keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. 2. Penilaian hasil Menilai hasil pekerjaan siswa baik secara kelompok dan individu dalam menginterpretasikan materi simakan yang telah diperdengarkan.
Karanganyar,
Januari 2010
Mengetahui, Kepala Sekolah SD II Karanganyar
Suwandi Kasino, A.Ma. Pd NIP. 19500510 1974011006
Soal Penugasan Siklus III
Guru mata Pelajaran
Surono, S.Pd NIP. 19630527 198405 1006
1. Susunlah pantun yang telah disajikan pada setiap kelompok dengan benar! Pantun rumpang a. Daripada naik kapal Mending kita naik pesawat Daripada kita nakal .....................................
b. Hujan-hujan naik motor Tiba-tiba kejatuhan buah kelapa ............................... Ingatlah untuk mencuci segera
c. Ke terminal menunggu bus Ke stasiun menunggu kereta ......................................... Bekal makan masih ada
d. Pergi sekolah naik sepeda Sambil makan buah jambu .......................................... Untuk memperbanyak ilmu
e. Buah naga di dalam pesawat Buah jambu di dalam kereta ................................... Rajinlah kamu bangun pagi
f. Ada sepeda ada motor Ada mobil ada perahu Jika lantai kelas kotor ......................................
g. Ada bus ada helikopter Ada mobil ada vespa ................................................ Dengan cara rajin membaca
h. Ada jet ada sepeda Ada truk ada kapal ................................ Jangan jadi anak nakal
2. Tuliskan hasil simakan kalian tentang pantun yang dipresentasikan teman kamu! 3. Jelaskan isi pantun tersebut! 4. Sebutkan ciri-ciri pantun berdasarkan pantun yang telah kalian simak! 5. Presentasikan di depan kelas hasil pantun yang telah kalian susun!
Kunci Jawaban 1. Pantun rumpang a. Mending kita rajin sholat b. Bila baju kamu kotor c. Meski uang saku habis d. Marilah kita rajin membaca e. Kalau kamu tidak ingin terlambat f. Segeralah untuk menyapu g. Jadilah anak yang pinter h. Kalau kamu ingin masuk surga 2. Jawaban sesuai pantun yang dipresentasikan pada nomor 1. 3. Isi Pantun a. Berupa pantun agama, yaitu berisikan bahwa kita tidak boleh menjadi anak nakal, kita seharusnya menjadi anak sholeh dengan rajin sholat
b. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan nasihat agar kita tidak malas untuk mencuci apabila baju kita kotor. c. Berupa pantun curahan hati, yaitu berisikan curahan hati seseorang bahwa meskipun uang saku dia telah habis, dia masih punya bekal makanan. d. Berupa pantun nasihat. Yaitu berisikan kita harus rajin membaca agar kita bertambah wawasan dan ilmu. e. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan agar kita disiplin dalam mengatur waktu agar kita tidak terlambat sekolah yaitu dengan rajin untuk bangun pagi. f. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus segera membersihkan kelas apabila kelas tersebut kotor. g. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita diharuskan banyak membaca agar kita menjadi anak yang pintar. h. Berupa pantun nasihat, yaitu berisikan bahwa kita harus menjadi anak baik dengan tidak berlaku nakal pada seseorang agar kita bisa masuk surga. 4. Ciri-ciri Pantun a. Pantun terdiri atas empat larik atau empat baris b. Bersajak akhir dengan pola a-b-a-b c. Sampiran adalah dua baris pertama ( baris 1 & 2), kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. d. Dua baris terakhir (baris 3 & 4) merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. 5. Presentasi Pembacaan Pantun a. Intonasi tepat sesuai nada pantun b. Keberanian siswa c. Kejelasan dalam mempresentasikan pantun
Nilai Proses dan Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar. a. Nilai Proses Perilaku No.
No. Induk
Nama Siswa
1. 2501 Muhammad Fahrul 2. 2509 Nur Rahman Fauzi 3. 2483 Aprilia Latifah 4. 2506 Nila Lilis 5. 2490 Dimas Alvin Kurniawan 6. 2504 Muhammad Zuhud 7. 2510 Novri Eka Nuryana 8. 2536 Alif Purnomo Aji 9. 2538 Arinda Ayu 10. 2539 Andini Apriani 11. 2540 Agus Tiawan 12. 2541 Ari Prasetyo 13. 2543 Adelia Setyaningrum 14. 2545 Bhisma Dhepo 15. 2546 Berlian Imani Putri 16. 2548 Dani Nur Saputra 17. 2550 Endrianto Purwo Legowo 18. 2551 Ferdian Agung Baskoro 19. 2552 Ferdyansyah Agung 20. 2554 Hayati Nisa Aliminati 21. 2555 Hailda Erlindia Rinzi 22. 2556 Ihtiar Insan Permana 23. 2557 Isnaini Kiki 24. 2560 Muhammad Aldi 25. 2561 Negi Meilana Putri 26. 2562 Nur Rahmad Adi Permana 27. 2563 Nadifa Alifia Nisa 28. 2565 Nadia Sri Suryaningsih 29. 2566 Niratih Sanjaya 30. 2567 Oktavian Indra Pratama 31. 2568 Putri Anugrah 32. 2569 Rafiq Muhammad 33. 2570 Syaiful Adi Saputro 34. 2573 Umi Khasanah 35. 2574 Yayan Wisnu Murti 36. 2575 Yustitia Hening Lusia Andi 37. 2633 Amartia Farel 38. 2635 Paulus Deka Nur Prasetyo 39. 2685 Abdur Rahman Yahya 40. Iftin Moga Risky Haznah Persentase siswa dengan kriteria baik/sangat baik
Keterangan:
I
II
4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 3 3 5 5 3 4 5 88,9 %
3 3 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 3 5 4 5 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 3 5 5 80,6 %
Aspek Penilaian: I
: Minat dan motivasi terhadap pembelajaran menyimak.
II : Keaktifan siswa tehadap pembelajaran menyimak.
Kriteria Penskoran: 1
: sangat kurang
2
: kurang
3
: sedang
4
: baik
5
: sangat baik
b. Nilai Hasil
No.
Nama I
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Muhammad Fahrul Nur Rahman Fauzi Aprilia Latifah Nila Lilis Dimas Alvin Kurniawan Muhammad Zuhud Novri Eka Nuryana Alif Purnomo Aji Arinda Ayu Andini Apriani Agus Tiawan Ari Prasetyo Adelia Setyaningrum Bhisma Dhepo Berlian Imani Putri Dani Nur Saputra Endrianto Purwo Legowo Ferdian Agung Baskoro Ferdyansyah Agung Hayati Nisa Aliminati Hailda Erlindia Rinzi Ihtiar Insan Permana Isnaini Kiki Muhammad Aldi Negi Meilana Putri Nur Rahmad Adi Permana Nadifa Alifia Nisa Nadia Sri Suryaningsih Niratih Sanjaya Oktavian Indra Pratama Putri Anugrah Rafiq Muhammad Syaiful Adi Saputro Umi Khasanah Yayan Wisnu Murti Yustitia Hening Lusia Andi Amartia Farel Paulus Deka Nur Prasetyo Abdur Rahman Yahya Iftin Moga Risky Haznah
Keterangan : I. Ketepatan menirukan pantun
Aspek II II IV 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3
Skor V 1 1 0 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 0 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 3
Nilai 93,3 66,6 66,6 80 93,3 93,3 86,6 66,6 80 93,3 93,3 80 93,3 93,3 93,3 86,6 66,6 66,6 93,3 66,6 93,3 86,6 66,6 86,6 93,3 80 93,3 93,3 93,3 86,6 80 86,6 93,3 93,3 93,3 93,3
II. Ketepatan lafal dalam membacakan pantun III.Ketepatan intonasi dalam membacakan pantun IV.Ketepatan menyimak pantun V. Kelengkapan penjelasan isi pantun Siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar (KKM ≥ 6,8) sebanyak 29 siswa. Jadi, persentase siswa yang mendapatkan ketuntasan belajar adalah 80,6 %.
Hasil Wawancara Hari/tanggal
: 27 Januari 2010
Informan
: (Bisma) Siswa kelas IV SD Negeri 02 Karanganyar
Tempat
: Ruang kelas SD Negeri 02 Karanganyar
P
: Bagaimana tanggapan kamu tentang pembelajaran menyimak dengan pendekatan
quantum learning?
B
: Senang Mbak, lebih nyaman dan menarik
P
: Kamu suka tidak dengan pembelajaran tadi?
B
: Suka Mbak!
P
: Alasan kamu?
B
: Pembelajarannya tidak membosankan karena ada permainan dan adanya lagu dan musik yang menghibur
P
: Menurut kamu jika pembelajaran seperti tadi, materi yang disampaikan akan mudah diterima tidak?
B
: Mudah, Mbak! Karena kita bekerja sendiri untuk menemukan sesuatu yang baru.
P
: Kamu mengerti akan pembelajaran menyimak tadi?
B
: Iya, Mbak! Saya masih ingat akan inti materi tadi.
P
: Kalau begitu, terimakasih Ya?
B
:Iya, Mbak!
Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III Persentase Instumen Keberhasilan Siswa dalam Pembelajaran Menyimak
Kondisi Siswa
Indikator
Persentase
1. Proses a. Minat
dan Siswa tampak senang dan
Motivasi siswa
88,9 %
antusias dalam pembelajaran menyimak
b. Keaktifan siswa
Siswa tampak aktif dalam
80,6 %
proses pembelajaran menyimak
2.
Ketuntasan belajar
hasil Mencapai standar ketuntasan belajar miimal
80,6 %
untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 68.
Nama : ……………………. No Absen :…………………….
Angket Siklus 3 No.
Pertanyaan
1.
Apakah kamu tertarik dengan pembelajaran keterampilan menyimak menggunakan pendekatan quantum learning (lagu dan gambar)?
2.
Apakah kamu merasa dengan pendekatan quantum learning lebih baik daripada pembelajaran biasanya?
3.
Apakah kamu lebih fokus dan mudah paham dengan pendekatan quantum learning?
4.
Setujukah kamu bila pendekatan quantum learning dipakai dalam pembelajaran menyimak?
5.
Menurut pendapat kamu, bisakah pendekatan quantum learning digunakan dalam pembelajaran lain selain menyimak?
Foto Siklus III
Ya
Tidak
Siswa berani maju
Siswa merasa tertarik untuk mengikuti materi
Guru telah berhasil membangkitkan minat dan motivasi