PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 01 LASEM TAHUN 2009 / 2010 Proposal Penelitian Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Guna Pembuatan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Ilmu Tarbiyah
Disusun oleh Siti Fithria 053111013
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
iv
v
vi
MOTTO
∩∈∪ ÷Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ ∩⊆∪ ÉΟn=s)ø9$$Î/ zΟ¯=tæ “Ï%©!$# 4. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. (QS. AlAlaq: 4-5) 1
1
Soenarjo, Al-Qur’an da Terjemahannya, Jakarta : Depag RI, 2003, Hlm. 597
vii
PERSEMBAHAN
Dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, simpul-simpul kata dalam jilidan kertas ini penulis persembahkan kepada: Ayahanda Soedardji dan Ibunda Sukarlin, beliau orang tua yang arif dan bijaksana serta memiliki peran yang sangat penting dalam hidupku, beliau yang selalu membimbing, memberikan kasih sayang serta perhatian dan pengarahan kepadaku. Kakakku {Mbak Milah, Mbak Nita, Mas Dul}, Adekku Ahmad Khoiri, keponakanku {Sofi, Udin} yang telah memberikan semangat untukku membuat skripsi ini. Seseorang
{Ali Dimas Aji} yang di takdirkan Allah tuk mendampingi
hidupku kelak Teman-teman kos amalia yang selalu menghiburku dikala suka maupun duka Sahabatku yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam pembuatan skripsi ini Untuk semua : Yang selalu memberi arti”
viii
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirohim
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga menjadikan lebih bermakna dalam menjalani hidup ini. Terlebih lagi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya ilahi kepada umat manusia sehingga dapat mengambil manfaatnya dalam memenuhi tugasnya sebagai khalifah di muka bumi Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, saran-saran serta motivasi dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 2. Drs. H. Mustaqim, M.Pd, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk membimbing penulis selama masa studi. 3. Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag dan Dra. Muntholiah, M. Pd, selaku Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuk dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 5. Bapak/Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan perpustakaan IAIN Walisongo, atas pelayanan selama penyusunan skripsi.
x
6. Civitas akademika SMP N 01 Lasem yang telah memberikan tempat kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran dalam menyelesaikan skrpsi ini. 7. Orang tuaku, Ayahanda Soedardji, dan Ibunda Sukarlin yang aku sayangi,Mbak Milah, Mbak Nita, Adek Khoiri, Sofi ,Udin, Mas dul, beserta keluarga tercinta yang senantiasa memberikan semangat dan memperjuangkan segalanya demi suksesnya penulis menuntut ilmu. 8. Sahabatku (Mbak Kis, Syafaatun, Hadi, Leli, Eko, Agus, Lutfi, Fahruri) yang selalu memberikan motivasi, semangat dan selalu menemaniku. Teman - teman seperjuangan (PAI angkatan 2005 ) semoga persahabatan yang telah terukir tetap selalu ada. 9. Teman- teman kos Amalia (Mbak Dian, Ni’ma, Dani, Nita, Nila, Atik, Ani, Saadah, Novi, Alfi, Nik, Murti, Ifa, Khova, Indy, Qotul) yang selalu menghiburku dikala suka dan duka. 10. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak, yang tidak mungkin penulis sebutkan satu- persatu, karena keterbatasan ruang. Harapan dan doa penulis, semoga amal dan jasa baik dari semua pihak dapat menjadi amal baik dan semoga mendapat balasan dari Allah. Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini belum mencapai kesempurnaan dalam makna yang sesungguhnya, akan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Juni 2010 Penulis
Siti Fithria NIM: 053111013
xi
ABSTRAK
Siti Fithria (NIM : 053111013), Pengaruh Persepsi Siswa mengenai Inovasi Mengajar Guru terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem. Skripsi. Semarang : Program Strata I Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo semarang, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1). Bagaimana persepsi siswa Kelas VIII mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem 2). Bagaimana motivasi belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMPN 01 Lasem tahun 2009/2010 3). Apakah ada pengaruh inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa Kelas VIII di SMP N 01 Lasem tahun 2009/2010 . Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif kuantitatif menggunakan teknik korelasional, subyek penelitian sebanyak 42 responden, yang terdiri atas kelas VIII, menggunakan teknik random sampling. Adapun metode pengumpulan data menggunkan a. Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan mata atau pengamatan, meliputi, kegiatan pemuatan perhatian seluruh alat indra b. Metode angket atau kuesioner (questionares) adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. c. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip, profil sekolah dan sebagainya. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunkan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian dengan analisis regresi satu peridiktor dan korelasi. Pengujian hipotesis menunjukkan bhwa : 1). Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar di SMP N 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang yaitu pada interval 63-71 dengan nilai rata-rata 66,0714. 2). Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP N 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang, yaitu pada interval 70-76 dengan nilai rata-rata 70,857. 3). Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI Siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem ditunjukkan dengan hasil Freg = 11,02 > Ftabel (0,01 : 1, 40) = 4,08 dan Freg = 11, 02 > Ftabel (0,05 : 1,40) = 7,31, ditunjukkan pula oleh koefisien korelasi R xy = 0,46 dan koefisien determinasi R2 xy = 0, 22. Ini menunjukkan bahwa 12 % variasi skor persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem melalui fungsi taksiran Y = 0,410X + 43,797. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para guru (pendidik) dan siswa-siswi di SMP N 01 Lasem khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama dalam memberi dorongan kepada siswa agar senantiasa meningkatkan motivasi berprestasi secara memadai.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… ii PENGESAHAN………………………………………………………... iii MOTTO.................................................................................................... iv PERSEMBAHAN……………………………………………………… vi DEKLARASI…………………………………………………………… v ABSTRAK……………………………………………………………… ix DAFTAR ISI……………………………………………………………. x DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………….. 1 B. Pembatasan Masalah……………………………………... 5 C. Rumusan Masalah………………………………………... 7 D. Manfaat Penelitian…………………………....................... 7 BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Persepsi siswa……………………………………………. 8 1. Pengertian Persepsi…………………………………... 8 2. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi…………. 9 3. Proses terjadinya persepsi……………………………. 10 B. Inovasi Dalam Mengajar…………………………………. 11 1. Pengertian Inovasi……………………………………. 11 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi................... 12 3. Bentuk-Bentuk inovasi……………………………….. 15 C. Motivasi Belajar…………………………………………. 27 1. Pengertian Motivasi Belajar………………………….
27
2. Macam-macam Motivasi…………………………….. 29 3. Fungsi Motivasi………………………………………
31
4. Teori Motivasi……………………………………….. 31 5. Cara Menumbuhkan Motivasi……………………….. 32
xiii
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Belajar siswa…………………………………………
35
7. Motivasi Belajar PAI………………………………... 37 D. Pengaruh Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI…………………………… 38 E. Kajian penelitian yang relevan…………………………... 39 E. Pengajuan Hipotesis…………………………………….... 40 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian………………………………………..
42
B. Waktu dan Tempat Penelitian………………………….... 42 C. Variabel Penelitian………………………………………. 42 D. Metode Penelitian……………………………………….. 43 E. Populasi dan Sampel…………………………………….. 44 F. Teknik Pengumpulan Data……………………………… 44 G. Teknik Analisis Data……………………………………. 46 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian…………………………. 50 B. Pengujian Hipotesis……………………………………...
59
C. Pembahasan hasil Penelitian…………………………….
63
D. Keterbatasan Penelitian………………………………….
63
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………...
64
B. Saran-Saran……………………………………………...
64
C. Penutup………………………………………………….
65
xiv
DAFTAR TABEL
TABEL I
: Hasil angket persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI Di SMP 01 Lasem…………….. 50
TABEL II
: Interval nilai ( X ) dan Rata-rata (Mean)……………………………………………….. 53
TABEL III
: Distribusi frekuensi persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem……. 54
TABEL IV
: Kualitas variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI……………………………. 54
TABEL V
: HASIL ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA…………………………………… 55
TABEL VI
: Interval nilai ( X ) dan rata-rata (Mean)………………………………………………... 57
TABEL VII
: Distribusi frekuensi motivasi belajar PAI Di SMP N 01 Lasem…………………………………. 58
TABEL VIII : Kualitas variabel motivasi belajar PAI siswa…………………………………………….. 58 TABEL IX
: Tabel kerja regresi persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII DI SMP N01 Lasem………………... 59
TABEL X
: Hasil Analisis Regresi Satu Prediktor Y atas X……………………………………………... 62
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Lembaga pendidikan di negara kita terus berupaya menerima struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan metode pengajaran yang efisien dan efektif melalui pembaharuan maupun eksperimen. Untuk itu sering diadakan studi kasus atau sekolah percobaan. Disana dicobakan struktur, sistem, atau metode yang baru, yang bersifat eksperimental sebagai bentuk upaya pembaharuan.2 Pentingnya peranan guru dan peranan lembaga pendidikan, pertamatama yang menjadi obyek dalam pembaharuan tersebut adalah adanya interaksi guru dan siswa melalui metode mengajar.3 Metode merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu. Dalam hal ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih secara optimal.4 Sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar mengajar yang akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar secara optimal. Guru harus dapat mengajar dengan tepat, efektif dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar serta memotivasi siswa untuk belajar dengan baik.5 Meskipun dalam proses pembelajaran dewasa ini peran murid juga sangat dominan, tetapi guru tetap saja menjadi penentu suksesnya suatu pembelajaran. Bahkan, sering kali guru dijadikan salah satu personal yang bertanggung jawab terhadap pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran, guru berhadapan 2
Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung : CV. Remaja Karya, 1988, hlm. 5 3 Ibid, hlm. 3 4 Ismail, SM , Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovasi, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang : Rasail Media Group, 2008, hlm. 18 5 Ibid, hlm. 25
1
dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap dan potensi yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Misalnya masih banyak peserta didik kurang berminat untuk belajar dan membolos terutama pada mata pelajaran yang kurang disukainya, dan guru yang menurut mereka sulit atau menyulitkan. Untuk kepentingan tersebut guru dituntut membangkitkan motivasi belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan belajar dengan sungguhsungguh. Dalam proses belajar-mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong/membimbing . peserta didik. Hal ini sesuai fitrah manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi. Allah Swt. berfirman dalam surat al-Baqarah, ayat : 30
!"# $% &' )( * + , & - !. / 0 -12 ) 3 '" $ 4 / % -12 5 1 62 7 8 9 :1 2 8 2 <; 1 & @>?= Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. al-Baqarah : 30).6 Untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik, setiap guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana anak belajar menyesuaikan dirinya dengan kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya.
6
TM. Hasbi Ash Shiddiqi, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya Toha Putera Semarang : 1994), hlm. 13
2
Selain itu, guru juga harus mampu untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran (proses belajar mengajar),dimana seorang guru haruslah mampu membantu peserta didik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang berhubungan dengan proses belajar mengajar. Pendidik disini harus mampu mengenal sampai dimana peserta didik perlu bimbingan dalam suatu ketrampilan khusus agar mereka bisa melanjutkan persoalannya lebih lanjut. Ini semua memerlukan guru yang sabar, fleksibel, memiliki kemampuan interdisipliner, kreatif dan cerdas. Perilaku guru kelas seharusnya terarah ke tujuan tertentu, Dengan demikian akan terbentuk suatu keyakinan serta harapan yang tertumpu ke tujuan pengajarannya. Dalam merencanakan kegiatan kelasnya, untuk berinteraksi dengan seluruh kelas, kelompok maupun perorangan, guru akan dipandu tidak hanya oleh keyakinannya terhadap kebutuhan peserta didik tetapi juga oleh harapannya yang menyangkut tingkah laku peserta didik jika mendapat perlakuan tertentu.7 Kemampuan mengajar guru merupakan masalah yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, sehingga kemampuan mengajar guru yang baik menunjukkan suatu keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Guru dalam hal ini merupakan salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya suatu proses belajar mengajar juga sebagai pemikul tanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan pengajaran suatu pendidikan. Makin besar usaha guru dalam menciptakan kondisi pengajaran itu, maka makin tinggi pula hasil atau produk dari suatu pengajaran tersebut, sebab guru mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran pendidikan. Di samping belajar mengajar, setiap anak memiliki sejumlah motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis.
7
Hartono Kasmadi, Fungsi Pengamatan di Dalam Kelas Oleh Guru, (Semarang ; IKIP Semarang Press, 1991)
3
Selain itu, anak juga memiliki sikap minat, penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagainya, akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah. Oleh karena itu tugas guru adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar.8 Guru harus dapat mengembangkan motivasi dalam setiap kegiatan interaksi dengan siswanya. Hal ini sekaligus dalam rangka menerjemahkan siapa guru secara profesional dan siapa siswa secara proporsional. Dengan ini guru perlu menyadari dirinya sebagai pemikul tanggung jawab untuk membawa anak didik kepada tingkat keberhasilannya.9 Sering ditemukan diberbagai sekolahan banyak anak yang malas, tidak menyenangkan, suka membolos dan sebagainya, sehingga mengakibatkan prestasi belajar mereka menjadi menurun. Hal demikian juga terjadi di SMP N 01 Lasem khususnya kelas VIII pada mata pelajaran PAI. Minat belajar yang ada pada siswa untuk belajar mata pelajaran PAI masih rendah, hal itu terlihat dari nilai ulangan baik harian, tengah semester maupun ulangan semesteran yang didapat siswa. Banyak faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya motivasi yang ada pada siswa tersebut, salah satunya adalah inovasi mengajar guru. Ketidak minatan siswa dalam mengikuti pelajaran menjadi pangkal utama anak dalam merespon pelajaran. Rendahnya motivasi yang ada ternyata ada pengaruhnya dengan persepsi siswa terhadap inovasi mengajar yang dilakukan guru. Oleh karena itu guru harus memberikan motivasi kepada siswa untuk keluar dari kesulitan belajar, dengan salah satunya adalah merubah cara mengajar. Dengan
inovasi
mengajar
yang
baik
diharapkan
mampu
menumbuhkan motivasi belajar siswa. Sebab bila persepsi siswa terhadap inovasi mengajar guru itu baik, maka akan berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Demikian juga sebaliknya juga persepsi siswa terhadap 8
Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Direktorat Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981), hlm. 111 9 Sardiman. A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986), hlm. 73
4
inovasi mengajar guru kurang baik maka akan menurunkan motivasi belajar siswa khususnya mata pelajaran PAI. Bertitik dari hal tersebut penulis terdorong untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul : “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Inovasi Guru Dalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII Di SMP N 01 Lasem Tahun 2009/2010.
B. Pembatasan masalah Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul penelitian ini, maka di perlukan penegasan istilah untuk membatasi ruang lingkup permasalahan dalam penelitian. 1. Pengaruh : pengaruh diartikan sebagai daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.10Jadi yang di maksud pengaruh disini adalah daya yang timbul dari perilaku keagamaan orang tua dan perilaku keagamaan siswa (kemampuan mempengaruhi oleh guru pendidikan agama islam terhadap siswa). 2. Persepsi : berasal dari kata “perception” yang berarti kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan, kemampuan memahami, menanggapi, pengamatan pandangan.11 Dalam kamus bahasa Indonesia persepsi diartikan sebagai : “tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya”.12Berdasarkan pengertian di atas maka yang di maksud dengan persepsi siswa terhadap inovasi mengajar guru PAI adalah pandangan, pengamatan, atau tanggapan siswa terhadap inovasi mengajar guru PAI.
10
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : balai pustaka, 1990), hlm. 664 11 Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologis, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm : 93 12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), hlm. 759.
5
3. Inovasi : diartikan sebagai perubahan yang sifatnya relatif teknikal dan terpisah-pisah atau perubahan-perubahan yang telah diprogramkan sebelumnya.13Jadi inovasi adalah perubahan yang sudah diprogamkan untuk tercapainya suatu tujuan pembelajaran. 4. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi itu sendiri adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif.14 Menurut Mustaqim, motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong untuk melakukan suatu perbuatan guna mencapai suatu tujuan.15Dengan demikian motivasi mengarah pada usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga anak itu mau, ingin melakukan sesuatu. 5. Belajar menurut Lyle E. Bourne, J.R, Brece R Ekstriando dalam bukunya Mustaqim yaitu ; “Learning as a relatively permanent change in behavior traceable to experience practice”. “Belajar adalah perbuatan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh pengalaman dan latihan”.16 Jadi belajar disini diartikan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan. Belajar juga merupakan latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. 6. Motivasi belajar itu sendiri adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh tercapai.17Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk bertindak melakukan suatu perubahan kelakuan melalui pengalaman dan latihan. 13
Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan, (Jakarta : 1984), hlm. 1 14 Sardirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986), hlm. 73 15 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 77 16 Ibid, hlm. 33 17 W. S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1986), hlm. 27
6
7. Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut ajaran agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.18 Jadi, pendidikan agama islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.
C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Bagaimana persepsi siswa kelas VIII mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010 ? 2. Bagaimana motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010 ? 3. Apakah ada pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010?
D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi instansi atau lembaga pendidikan mengenai pentingnya inovasi dalam mengajar PAI dalam setiap PBM. b. Sebagai bahan referensi dan masukan tentang pelaksanaan inovasi dalam mengajar Pendidikan Agama Islam dalam setiap PBM. c. Memberikan masukan yang penting bagi guru agar mereka dapat memberikan motivasi kepada anak didik selama PBM berlangsung.
18
. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikilum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm 130
7
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Persepsi Siswa 1. Pengertian Persepsi Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau reseptornya dan stimulus itu diteruskan ke saraf dan terjadinya proses psikologi, sehingga individu menyadari adanya apa yang ia lihat, apa yang didengar.19 Menurut Irwanto persepsi adalah : Proses diterimanya rangsangan obyek kualitas, hubungan antara gejala maupun peristiwa sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti, karena persepsi bukan sekedar penginderaan, maka ada yang menyatakan persepsi sebagai “the interpretation of experience” (penafsiran pengalaman).20 Ada lagi yang mengatakan bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Bagi seorang guru, mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip yang bersangkutan dengan persepsi sangat penting karena: 1) Makin baik obyek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat. 2) Dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah satu pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tidak relevan.
19 20
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyaarta: Andi Offset, 2002), hlm. 69 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm. 71
8
3) Jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atau potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru.21 Proses penginderaan akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera, yaitu melalui mata sebagai alat penglihatan, telinga sebagai alat pendengar, hidung sebagai alat pencium, lidah sebagai alat pengecap, kulit sebagai alat peraba, yang kesemuanya merupakan alat indera yang digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Stimulus yang di indera tersebut kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi.22 2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu: a) Obyek yang di persepsi Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. b) Alat indera, syarat dan pusat susunan syarat Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syarat, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
21 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RINEKA Cipta, 1995), hlm. 102 22 Bimo Walgito, Op. Cit., hlm. 69
9
c) Perhatian Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan obyek. 23 Dari hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi adanya beberapa faktor yang merupakan syarat agar terjadi persepsi yaitu: objek atau stimulus yang dipersepsi, alat indera dan perhatian yang merupakan syarat psikologi. 3. Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor, perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan, benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis, kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.24 Jadi dapat disimpulkan bahwa taraf-taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. 23 M. Chabib Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 180 24 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Rosda Karya, 1997) hlm. 101
10
B. Inovasi Dalam Mengajar 1. Pengertian Inovasi Kata “innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan, Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi kata Indonesia yaitu “inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya membicarakan usaha pembaharuan. Untuk memperluas wawasan serta memperjelas pengertian inovasi pendidikan, maka perlu dibicarakan dulu tentang pengertian discovery, invention, dan innovation sebelum membicarakan tentang pengertian inovasi pendidikan. “Discovery”, “invention”, dan “innovation” dapat diartikan dalam bahasa
Indonesia
“penemuan”,
maksudnya
ketiga
kata
tersebut
mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barangnya itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan diskoveri atau invensi. Untuk jelasnya marilah kita bicarakan ketiga pengertian tersebut satu persatu. Invensi (invention) adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benarbenar sebelumnya belum ada, kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu saja munculnya
ide
atau
kreativitas
berdasarkan
hasil
pengamatan,
pengalaman, dari hal-hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.25
25
Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D., Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008) hlm. 2
11
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru berupa hasil invention maupun discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inovasi a. Faktor Kegiatan Belajar Mengajar Kunci keberhasilan pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan.26 Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang professional, kurang efektif dan kurang perhatian. Kelemahan tersebut antara lain bahwa : 1. Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. 2. Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru menghadapi sejumlah siswa yang berbeda dengan yang lain, baik mengenal kondisi fisik, mental, intelektual, sifat, minat dan latar belakang social ekonominya. 27
26 27
Ibid, hlm. 6 Ibid, hlm. 57
12
b. Faktor Internal dan Eksternal Faktor internal yang mempengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Dalam proses belajar mengajar siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelgensia,daya motorik, pengalaman, kemauan, dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Peran siswa dalam inovasi pendidikan adalah siswa bisa sebagai penerima pelajaran, memberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan sebagai guru.
Siswa sangat besar
pengaruhnya terhadap proses inovasi karena tujuan pendidikan ialah untuk mencapai perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa merupakan pusat perhatian dan bahan pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan. Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi pendidikan ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan dalam menunjang kelancaran proses inovasi pendidikan, baik ia sebagai penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang pengadaan dana. Guru juga mempunyai peran penting dalam inovasi pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti
13
administrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha masyarakat sekitarnya, pengalaman dan ketrampilan guru itu sendiri.28 Jadi dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya mempunyai peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. c. Fasilitas Fasilitas termasuk sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan pendidikan oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi fasilitas perlu diperhatikan.29 d. Faktor Pendidikan (Pengelolaan dan Pengawasan) Penyelenggaraan
pendidikan
di
sekolah
diatur
oleh
pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah kementerian pendidikan nasional yang mengatur seluruh sistem berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam kaitan dengan adanya berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.
Guru
profesionalnya
di
tuntut
.Keterbatasan
28
untuk
meningkatkan
kesempatan
serta
kemampuan keterbatasan
Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D,’’ Inovasi Pendidikan’’, http://www.geogle.co.id#hl=id&g=pengertian+inovasi+mengajar&start=10&Sa=N&Fp=bf dbd34ob42e8865 / Rabu, 21-04-2010 29 Udin Saefudin Sa’ud, Ph.D,’’ Inovasi Pendidikan’’, http://www.geogle.co.id/#hl=id&g=pengetian+inovasi+mengajar&start=10&Sa=N&Fp=bf dbd34ob42e8865 / Rabu ,21 -04-2010
14
kewenangan dalam mengambil kebijakan merupakan hambatan guru dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang negatif,sikap apatis,dan rasa frustasi yang dapat mengurangi rasa tanggung jawab , rasa ikut terlibat (komitmen) dalam pelaksanaan tugas dan kurang semangat. Dengan adanya tanda-tanda bahwa guru kurang mampu melaksanakan tugas maka mengurangi kepercayaan atasan terhadap guru yang menyebabkan tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Karena atasan menganggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab penggunaan kewenangan serta kemampuan profesional yang dimiliki guru, maka dibatasi pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.30 3. Bentuk-bentuk Inovasi Pembelajaran a. Pengelolaan Kelas 1) Pengertian Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan kelas itu sendiri kata dasarnya adalah kelola ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.31 Adapun kelas di dalam didaktik terkandung suatu pengertian, yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.32 Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu :
30
Udin Saefudin Sa’ud, Op. Cit , hlm 58 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 2, hlm. 196 32 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawali Press, 1988), cet. 2, hlm. 17-18 31
15
a) Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. b) Kelas dalam arti luas adalah, suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan di organisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.33 Menurut Sudirman N, pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaikbaiknya oleh guru.34 Jadi
pengelolaan
kelas
merupakan
pengaturan
dan
pendayagunaan potensi kelas secara efektif sehingga tercapai tujuan pengajaran. 2) Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengelolaan kelas disini adalah hal-hal yang dapat dijadikan pedoman atau pegangan guru di dalam mengelola, agar menjadi terarah dan efisien. Untuk memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan, yaitu : a. Hangat dan Antusias Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
33
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Haji Masagung, 1989), cet. 3, hlm. 116 34 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. 1, hlm. 172
16
aktivitasnya
akan
berhasil
dalam
mengimplementasikan
pengelolaan kelas. b. Tantangan Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahanbahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tambahan lagi akan dapat mengendalikan gairah belajar mereka. c. Bervariasi Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian dalam penggunaan apa yang efektif dan menghindari kejenuhan. d. Keluwesan Keluwesan mengajarnya
dapat
tingkah
laku
mencegah
guru
untuk
kemungkinan
strategi
munculnya
gangguan anak didik, serta menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. e. Penekanan Pada Hal-Hal Yang Positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
17
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu proses belajar mengajar. f. Penanaman Disiplin Diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.35 Prinsip-prinsip diatas memberikan hubungan positif interaksi edukatif antara guru dan siswa. 3) Tujuan Pengelolaan Kelas Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan kemudahan bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta aspirasi pada siswa. Suharsimi Arikunto berpendapat “ tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap siswa di kelas itu dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.”36 Selain itu ketrampilan mengelola kelas perlu dikuasai oleh guru agar dapat : a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung. b) Menyadari kebutuhan siswa 35 36
Ibid, hlm. 208 Suharsimi Arikunto, Op. Cit, hlm. 68
18
c) Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.37 4) Pengelolaan Kelas yang Efektif Sebagai kunci keberhasilan dalam pengelolaan proses pembelajaran adalah guru. Dan manajemen kelas adalah salah satu aspek
dari
pengelolaan
proses
pembelajaran.
Selain
memperhatikan kepentingan-kepentingan sekolah yang sangat kompleks, guru yang memiliki tugas sebagai pendidik dan pengajar harus
melakukan
jenis-jenis
kegiatan
proses
pembelajaran
(instructional process) secara terpadu (integral). Untuk membuat iklim kelas yang sehat dan efektif, beberapa variabel masalah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : a) Bila situasi kelas memungkinkan anak-anak belajar secara maksimal, fungsi kelompok harus diminimalkan. b) Manajemen
kelas
harus
memberi
fasilitas
untuk
mengembangkan kesatuan dan bekerjasama. c) Anggota-anggota
kelompok
harus
diberi
kesempatan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang memberi efek kepada hubungan dan kondisi belajar atau kerja. d) Anggota-anggota
kelompok
harus
dibimbing
dalam
menyelesaikan kebimbangan ketegangan dan perasaan tertekan. e) Perlu diciptakan persahabatan dan kepercayaan yang kuat antar siswa.38 b. Media Pembelajaran 1) Pengertian Media Pembelajaran Media merupakan perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (1970) menyatakan “media
37 Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar, (dekdikbud, 1996), hlm. 90 38 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 239
19
adalah berbagai jenis komponen pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar.”39 Secara harfiah kata media pembelajaran identik dengan media yang memiliki arti perantara/pengantar. Association for Education
and
Communication
Technology
(AECT)
mendefinisikan media pembelajaran yaitu segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi. Sedangkan National Education Association (NEA) mendefinisikan sebagai benda
yang
dapat
dimanipulasikan,
dilihat,
didengar,
dibaca/dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional.40 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, menyatakan “ media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan perhatian dan kemampuan siswa, sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar.”41 M. Basyiruddin Usman, dan H. Asnawir dalam bukunya Media Pembelajaran mendefinisikan” media belajar sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan audien (siswa), sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.”42 Sedangkan Abdurrahman An Nahlawi, memberikan pengertian “media pembelajaran yaitu suatu media (gedung, alat teknik yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.”43 39
Rahardjo dan Arief S. Sadirman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta : Grafindo, 1993),
hlm. 6 40
Ibid, hlm. 7 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), hlm. 112 42 M. Basyiruddin Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra Utama, 2002), hlml. 4 43 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995) hlm. 136 41
20
Menurut Sutari Imam Barnadib, sebagaimana dikutip Jalaluddin” media pembelajaran merupakan suatu tindakan atau perbuatan atau situasi atau benda yang dengan sengaja diadakan untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan.”44 Sedangkan Zuhairini, dalam bukunya Metodik Khusus Pendidikan Agama, menjelaskan bahwa media pembelajaran atau alat pendidikan ialah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan daripada pendidikan.45 Jadi dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran atau alat belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yakni guru dan peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar mengajar misalnya papan tulis, buku, ruang perpustakaan, laboratorium, ruang UKS, alat peraga, gambar dsb. Sebagai media atau sarana atau alat penunjang kelancaran mengajar guna mencapai tujuan pendidikan. 2) Dasar dan Tujuan a. Dasar Dasar dari penggunaan media pembelajaran atau media pendidikan adalah : 1. Manusia mempunyai potensi untuk berkembang dengan dimilikinya pendengar, penglihatan, dan hati (pikiran). 2. Sesuatu hal yang kongkrit akan lebih mudah dipelajari daripada sesuatu yang abstrak. 3. Sesuatu yang abstrak perlu dikongkritkan 4. Untuk
itu
diperlukan
media
pembelajaran
dalam
pembelajaran.46 44 45
Jalaluddin, Teologi Pendidikan ,(Jakarta :PT .Raja Grafindo Persada,2001),hlm.109 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983),
hlm. 49 46
Asnawir dan Basyiruddin Usman, Op. Cit, hlm. 13
21
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Surat An Nahl ayat 78 : ãΝä3s9 Ÿ≅yèy_uρ $\↔ø‹x© šχθßϑn=÷ès? Ÿω öΝä3ÏF≈yγ¨Βé& ÈβθäÜç/ .ÏiΒ Νä3y_t ÷zr& !$#uρ šχρã ä3ô±s? öΝä3ª=yès9 nοy‰Ï↔øùF{$#uρ t ≈|Áö/F{$#uρ yìôϑ¡¡9$# “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tak mengetahui sesuatu apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”47 Berdasarkan dilahirkan
tidak
konsep mengerti
al-Qur’an, apa-apa.
manusia
Sebagaimana
ketika teori
tabularasa seperti kertas putih belum ada tulisannya, maka lingkungannya yang kemudian mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Allah SWT menjadikan telinga sehingga manusia akan mendengarkan suatu berita, suatu pengetahuan, suatu pengertian, tetapi sifatnya masih abstrak. Allah SWT menjadikan mata sebagai penglihatan ( )ارdengan melihat terjadi proses di dalam diri anak yang merupakan realisasi apa yang di dengar. Gambaran nyata pengertian timbul dari penglihatan.
Optimalisasi
indera
manusia
merupakan
akumulasi dari apa yang didengar, dan dilihat/hasil kerja hati yang telah diberikan Allah. b. Tujuan Tujuan dipergunakannya media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah : 1. Untuk membantu proses belajar mengajar. 2. Mempermudah siswa dalam menerima pelajaran. 3. Mempercepat penerima pesan. 4. Memperlama kesan tertanam pada diri siswa (long memory). 47
Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm. 413
22
5. Pengembangan perasaan siswa. c. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Media pembelajaran berfungsi menunjang proses belajar mengajar yang pada gilirannya diharapkan dapat menambah hasil belajar yang dicapainya. Peranan media pembelajaran memang semata-mata untuk membantu guru dalam mengajar. Tetapi kemudian, namanya lebih populer sebagai media pengajaran yang berfungsi untuk meningkatkan pengalaman belajar ke arah yang lebih kongkrit dan merangsang proses belajar mengajar.48 d. Prinsip-Prinsip Media Pembelajaran Menurut Nana Sudjana adalah : 1) Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan. 2) Menetapkan atau memperhitungkan subyek dengan tepat; artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik. 3) Menyajikan media dengan tepat; artinya teknik dan metode penggunaan media, waktu dan sarana yang ada. 4) Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan terusmenerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran. 49 Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu ia menggunakan media pengajaran.
48 49
R. Ibrahim dan Nana Syaodih, Op. Cit, hlm. 113 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit, hlm. 127
23
c. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa yunani, yaitu “methodos”, kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.50 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai yang telah ditentukan. Dengan kata lain metode adalah suatu cara yang sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis (istilah) metode dapat dimaknai sebagai jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya sampai pada tujuan tertentu.51 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh yang selesai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan. 2. Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan shalat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian 50 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang, RASAIL Media Group, 2008), hlm. 7 51 Ibid, hlm. 8
24
tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang lurus menyesuaikan diri dengan metode.52 Seorang guru dituntut untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang optimal, sehingga terwujud proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Belajar merupakan proses yang sangat penting dilakukan oleh siswa, karena tanpa adanya hasil belajar yang memadai, mereka akan kesulitan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam masyarakat. Suatu metode bisa dikatakan efektif jika prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik. Hasil pembelajaran yang baik haruslah bersifat menyeluruh, artinya bukan hanya sekedar penguasaan pengetahuan semata-mata, tetapi juga tampak dalam perubahan sikap dan tingkah laki secara terpadu. Perubahan itu sudah barang tentu harus dapat dilihat dan diamati, bersifat khusus dan operasional, dalam arti mudah diukur. Agar metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran bisa lebih efektif maka guru harus mampu melihat situasi dan kondisi siswa, termasuk perangkat pembelajaran. Kegiatan pembelajaran untuk peserta didik berkemampuan sedang tentu berbeda dengan peserta didik yang pandai.53 3. Tujuan Metode Pembelajaran Dipilihnya
beberapa
metode
tertentu
dalam
suatu
pembelajaran bertujuan untuk memberi jalan atau cara sebaik mungkin
bagi
pelaksanaan
dan
kesuksesan
operasional
pembelajaran. Sedangkan dalam konteks lain, metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin suatu ilmu, dalam hal 52 53
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Op. Cit, hlm. 76 Ismail, SM, Op. Cit, hlm. 29-30
25
ini, metode bertujuan untuk lebih memudahkan proses dan hasil pembelajaran sehingga apa yang telah direncanakan bisa diraih dengan sebaik dan semudah mungkin. Metode bertujuan mengantarkan sebuah pembelajaran ke arah tujuan tertentu yang ideal dengan tepat dan cepat sesuai yang diinginkan.54 4. Pemilihan Metode Mengajar Pemilihan
dan
penentuan
metode
dipengaruhi
oleh
berpotensi
yang
beberapa faktor, sebagai berikut : a. Anak didik Anak
didik
adalah
manusia
menghajatkan pendidikan, perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam waktu yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengaj aran yang telah dirumuskan secara operasional.55 b. Tujuan Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar.Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai jenis dan fungsinya.Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ,tujuan kurikuler ,atau tujuan kurikulum
,tujuan
institusional
dan
tujuan
pendidikan
nasional.Metode yang guru pilih harus sesuai dengan taraf kemampuan yang hendak di isi kedalam diri setiap anak didik . Maka metode harus mendukung sepenuhnya. 56
54
Ibid, hlm. 18 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hlm. 19 56 Ibid, hlm. 80 55
26
c. Situasi Situasi kegiatan mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari, pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu. d. Fasilitas Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentu metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. e. Guru Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi kekurangan penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.57
C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata “motif” diartikan sebagai daya paya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktifitas demi tercapainya suatu tujuan.58 Istilah motif berasal dari akar kata bahasa latin “motive” yang kemudian menjadi “motion”, artinya gerak atau dorongan untuk
57
Ibid, hlm. 20 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 71 58
27
bergerak.59 Menurut Ngalim Purwanto “motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.”60 Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.61 Dari pengertian motivasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa secara harfiah motivasi berarti dorongan, alasan, kehendak atau kemauan, sedangkan secara istilah motivasi adalah daya penggerak kekuatan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu, memberikan arah dalam mencapai tujuan, baik yang didorong atau dirangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.62 Menurut Clifort T Morgan; “Learning may be defined as any relatifavely permanent change in behavior which occurs as a result of experience or practice”.63 Artinya: Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan. Menurut Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid dalam kitab at-Tarbiyah wa Thuruqut at-Tadris:
&DC$ E8 )6 F GH* I/ %JK 4"BL& A M DC$'A 4"B & 3 64 &0 “Sesungguhnya belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku pada hati (jiwa) si pelajar berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki menuju perubahan baru”. 59
Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993, hlm. 114 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 60 61 Anton M. Moeliono, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) hlm. 759 62 Slameto, Op. Cit hlm. 2 63 Clifort T, Morgan, Introduction To Psychology, (Newyork: The Mc Graw Hill Book tt), hlm. 63 64 Saleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyah wa Thuruqut at-Tadris, (Makkah : Daul Ma’arif, 1979), hlm. 169 60
28
Menurut Muhibbin Syah,” belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individual yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.”65 Dari definisi belajar yang dikemukakan oleh para tokoh, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri seseorang sebagai akibat latihan dan pengalaman yang dilaksanakan secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta tingkah laku yang lebih baik. 2. Macam-Macam Motivasi a. Motivasi Dilihat dari Dasar Pembentukannya 1) Motif Bawaan Adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya, dorongan makan, minum. 2) Motif Yang Dipelajari Motif yang timbul karena dipelajari, contoh: dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan. b. Motivasi Menurut Pembagian Woodworth dan Marquis. 1) Motif Organis, contoh: kebutuhan untuk makan, minum, bernafas, seksual dan beristirahat. 2) Motif darurat, atau rangsangan dari luar, antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas. 3) Motif
Objektif,
menyangkut
kebutuhan
untuk
melakukan
eksplorasi, manipulasi untuk menaruh minat. Muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. c. Motivasi Jasmaniah dan Rohaniah Sebagian ahli menggolongkan jenis motivasi menjadi dua jenis yakni: Motivasi jasmaniah motivasi rohaniah. Motivasi jasmaniah
65
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 92
29
misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu, sedangkan motivasi rohaniah yakni kemauan.66 d. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik 1. Motivasi intrinsik Adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).67 Misalnya murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang dengan mata pelajaran yang diujikan. Unsur-unsur motivasi intrinsik a) Dorongan, atau alasan adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi tingkah laku bermotivasi adalah tingkah laku yang dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan. b) Minat, atau kemauan W.S. Winkel mengartikan minat dalam belajar sebagai kecenderungan seseorang yang menetap untuk merasa tertarik pada obyek tertentu atau bidang studi tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. c) Perhatian, adalah banyak sedikitnya perhatian yang mengenai aktifitas yang dilakukan, perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekelompok obyek.68 2. Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman.69
66
Sardiman, Op. Cit. hlm 84-86 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 514 68 Winkel Ws, Psikologi Pendidikan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983) hlm. 30 69 Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 91 67
30
Unsur motivasi ekstrinsik a. Orang tua, adalah sebagai motivator utama dan pertama dalam kegiatan belajar anak. Karena sebagian kehidupan anak adalah di rumah bersama dengan orang tuanya, dan sejak lahir juga sudah ada ikatan batin yang kuat antara anak dan orang tuanya. b. Guru, sebagai pendidik dan pengajar, disamping bertugas menyampaikan materi pelajaran juga berfungsi sebagai motivator. 3. Fungsi Motivasi a. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan tersebut. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh. c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.70 4. Teori Motivasi a. Hierarki Kebutuhan Maslow Hierarki didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin
bergeser
mengemukakan
ke lima
tingkat tingkat
yang
lebih
kebutuhan
tinggi. yaitu
Maslow kebutuhan
fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. b. Teori keberadaan, keterkaitan, dan pertumbuhan (Existence, relatedness, and Growth ERG) Aldefer. 70
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. Cet. 2,
hlm. 77
31
Aldefer merumuskan kembali Hierarki Maslow dalam tiga kelompok, yang dinyatakan sebagai keberadaan, keterkaitan dan pertumbuhan (Existence, Relatedness, and Growth ERG) yaitu: 1. Kebutuhan akan keberadaan adalah semua kebutuhan yang berkaitan dengan keberadaan manusia yang dipertahankan dan berhubungan dengan kebutuhan psikologis dan rasa aman pada hierarki Maslow. 2. Kebutuhan keterkaitan berkaitan dengan hubungan kemitraan. 3. Kebutuhan pertumbuhan adalah kebutuhan yang berhubungan dengan perkembangan potensi perorangan dan dengan kebutuhan
penghargaan
dan
aktualisasi
diri
yang
dikemukakan Maslow.71 Menurut teori ERG, semua kebutuhan timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat diuraikan, seseorang kembali ke tingkat lain. 5. Cara Menumbuhkan Motivasi Ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar mengajar.72 a. Memberi Angka Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai angka, nilai yang baik, sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya baik kelas saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik. 71 Hamzah B, Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 23 72 S. Nasution, Op. Cit, hlm. 73
32
b. Hadiah Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan bagi seorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar. c. Saingan atau Kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun
persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-Involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas da menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah symbol kebanggaan dan harga diri, begitu untuk siswa di subyek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras jadi karena harga dirinya. e. Memberi Ulangan Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini guru harus juga terbuka
33
maksudnya, kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya. f. Mengetahui Hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat. g. Pujian Apabila
ada
siswa
yang
sukses
yang
berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi
gairah
serta
belajar
serta
sekaligus
akan
membangkitkan harga diri. h. Hukuman Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadikan alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. i. Hasrat Belajar Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
34
j. Minat Proses belajar itu akan berjalan dengan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut: a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan. b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. k. Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk belajar. 73 6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Dalam rangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan
mengajar,
pelaksana
belajar
mengajar
maka
guru
menguatkan motivasi belajar siswa, motivasi belajar semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.74 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Kondisi siswa Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.
73 74
Sardiman, A. M. Op. Cit, hlm. 92-95 Dimyati dan Mujiono, Op. Cit, hlm. 97
35
Kondisi jasmani sangat berpengaruh terhadap minat-minat siswa untuk belajar.75 Aspek rohani atau psikis siswa yang menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu. Untuk kelancaran belajar bukan hanya dituntut kesehatan jasmani dan tetapi juga kesehatan rohani. Seorang yang sehat rohani adalah terbebas dari tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, konflik-konflik psikis. Kondisi rohani juga sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar dan keberhasilan dalam belajar.76 b. Kondisi lingkungan siswa Motivasi belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial-psikologis yang ada pada lingkungan, keluarga, sekolah dan masyarakat.77 Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan nakal, perkelahian antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban
pergaulan
perlu
dipertinggi
mutunya.
Dengan
lingkungan yang aman, tenteram, tertib, dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. c. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh dengan motivasi 75
Ibid, hlm. 98 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 162 77 Ibid., hlm. 163 76
36
belajar dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa. Ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar, dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan. Di Indonesia Timur misalnya, maka seseorang siswa akan tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan. Guru profesional diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran radio, televisi dan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi belajar.78 7. Motivasi Belajar PAI Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang di lakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain.79 Kemudian dalam hubungannya dengan kegiatan belajar yang terpenting adalah bagaimana menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa itu melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini tentu peran guru sangat penting bagaimana guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar siswa melakukan aktivitas belajarnya dengan baik. Untuk belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik pula. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau citacita. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar.
80
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menyalurkan, menggerakkan dan mengarahkan sikap dan perilaku 78
Dimyati dan Mujiono, Op. Cit., hlm. 99 Zuhairini, Op. Cit, hlm. 19 80 Ibid, hlm. 30 79
37
individu untuk belajar. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan. Dorongan merupakan kekuatan yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ada yang extrinsik. Penguatan motivasi-motivasi tersebut berada ditangan para guru atau pendidik dan anggota masyarakat lain (orang tua dan ulama). Motivasi siswa perlu dihidupkan terus untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam semua bidang pelajaran terutama pada bidang Pendidikan Agama Islam, sebab PAI sangat berguna sebagai pedoman atau pegangan hidup sesuai dengan ajaran agama Islam, membentuk akhlak yang mulia, menjadi warga Negara yang baik, mengabdi kepada Allah.
D. Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Inovasi Guru Dalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar PAI Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk moral, akhlak maupun etika peserta didik. Karena PAI mempunyai tujuan untuk membina peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara jujur harus diakui bahwa PAI masih belum mendapat tempat dan waktu yang proporsional, terutama di sekolah umum. Lebih dari itu karena tidak termasuk kelompok yang tidak di UAN-kan, keberadaannya seringkali kurang dapat perhatian, untuk itu guru dalam hal ini guru PAI harus dapat menumbuhkan motivasi dan semangat siswa dalam belajar PAI. 81
81
Zuhairini, Op. Cit. hlm . 43
38
Dalam belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar dengan baik. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Untuk itulah seorang guru memegang peran penting dalam memberikan dorongan dan harapan. Seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar dan dapat memberikan rangsangan kepada siswa untuk lebih semangat dalam belajar. 82 Seorang guru harus mengetahui serta tanggap terhadap kebutuhan peserta didik, sehingga dalam otak siswa dapat menumbuhkan persepsi atas kemampuan guru tersebut positif dan persepsi siswa mengenai inovasi mengajar akan dapat membangun motivasi belajarnya. Persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu obyek dimana persepsi siswa mengenal inovasi mendasar. Guru PAI sangat tergantung pada figur guru dalam membawa dirinya dalam kegiatan pelajaran di kelas, serta harapan siswa terhadap PAI dan motivasi anak didik, sementara persepsi siswa mengenai inovasi mengajar guru PAI akan membawa pengaruh terhadap motivasi belajar anak didik pada mata pelajaran PAI. 83 Dengan mengkaji tentang inovasi mengajar guru PAI dan motivasi belajar, maka dapat ditarik sebuah hubungan bahwasanya dengan melihat kemampuan seseorang guru dari segi keilmuannya, ketrampilannya dalam mengajar,
komitmennya
pada
profesi
yang
dipilihnya
maka
akan
memunculkan persepsi atau tanggapan di dalam diri siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajarnya berdasarkan pengalaman dan latihan yang telah didapatkannya dalam materi PAI.
E. Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah tentang guru dan anak didik dalam interaksi edukatif menjelaskan bahwa “Tugas guru sebagai suatu 82 83
Sardiman, Op. Cit.hlm. 61 Slameto, Op. Cit. hlm. 64
39
profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionlitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih akan didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi kehidupan anak didik. 84 Pendahuluan Didaktik Metodik Umum, AG. Soejono dalam buku tersebut diuraikan bahwa pembelajaran guru itu terlihat dalam suara dan cara guru bercakap, dalam bergaul dengan murid, dengan orang lain dan dengan seluruh kelas, dalam menghadapi kesulitan yang timbul di dalam maupun di luar kelas pada waktu ada keributan dan kecelakaan, pada waktu menghadapi situasi baru maupun persoalan atau kesulitan dan sebagainya. Skripsi karya Rahmawati yang berjudul “Study Korelasi Antara Kompetensi Guru dan Ketrampilan Mengajar di MTs Negeri Planjar Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa sebagai seorang pelajar yang kompeten harus memiliki berbagai ketrampilan mengajar untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Dengan ketrampilan mengajar yang baik diharapkan dapat melaksanakan pengajaran yang baik dan terprogram. Skripsi
ini
disamping
membahas
kemampuan
guru
dalam
pembelajaran di kelas, juga membahas tentang inovasi guru dalam mengajar yang akan berpengaruh terhadap motivasi belajar PAI siswa.
F. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. 85
84
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit, hlm. 120 Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,( Jakarta : Rineka Cipta,2006 ),hlm. 118
85
40
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang harus dilakukan kebenarannya. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam skripsi ini adalah: terdapat pengaruh positif persepsi siswa tentang inovasi mengajar guru PAI terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Lasem tahun 2009-2010.
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan merupakan suatu hal yang bermanfaat bagi penulis yaitu memberikan arahan pokok-pokok yang akan penulis teliti sehingga memudahkan penulis untuk mengerjakan dan mencari data-data sebagai langkah-langkah permasalahan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010. b. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010. c. Untuk mengetahui apa ada pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem tahun 2009/2010. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh peneliti mulai tanggal 22 Februari 2010 sampai 22 Maret 2010. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Lasem pada siswa kelas VIII, karena di SMP Negeri 01 Lasem sudah RSBI sehingga patut untuk di teliti. C. Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi obyek penelitian.86 Seringkali dinyatakan variabel penelitian sebagai faktor yang
86
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 118
42
berperan dalam peristiwa/gejala yang akan diteliti. Ada dua variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X, dan variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang nialai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y.87 Dalam penelitian ini variabel independent (variabel bebas) yaitu Persepsi siswa tentang inovasi mengajar, dan variabel dependent (variabel terikat) yaitu motivasi belajar. Dua variabel tersebut memiliki beberapa indikator yaitu 1. Persepsi siswa tentang inovasi mengajar{variabel bebas(X)}dengan indikator; a. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran. b. Tanggapan siswa terhadap pengelolaan kelas c. Tanggapan siswa terhadap media pembelajaran 2. Motivasi belajar {variabel terikat (Y)}, dengan indikator; a. Memperhatikan guru saat mengajar. b. Semangat belajar PAI. c. Perasaan senang belajar PAI.
D. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliable dan terpercaya.88 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey “field research”89 dengan teknik korelasional yaitu suatu penelitian yang bertujuan mencari hubungan atau pengaruh dari dua variabel atau lebih. Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yaitu penelitian yang mendasarkan pada perhitungan angka-angka atau statistik dari suatu variabel untuk dapat dikaji secara terpisah-pisah kemudian dihubungkan. 87
Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta : Bumi aksara, 2003), cet II, hlm. 227 88 Ibid. hlm 10 89 Ibid. hlm 133
43
E. Populasi dan Sampel a. Populasi Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi juga diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu yang diadakan suatu penelitian.90 Dalam penelitian ini yang dimaksud populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu siswa SMP N 01 Lasem kelas VIII yang berjumlah 276. b. Sampel Dalam pengambilan sampel peneliti berpedoman pada Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa: Apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subyeknya besar (lebih dari 100), dapat diambil 15% atau 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari; a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana, b. Sempit luasnya lahan wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dara, c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya makna lebih baik.91 Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis mengambil sampel 15% dari jumlah populasi yaitu 42 siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data Adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.92 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah : 90 91
Suharsimi Arikunto,Op. Cit, hlm. 96 Ibid. hlm. 134
44
a. Metode kuesioner (angket) dimana dalam kuesioner tersebut terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan.93 Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi siswa tentang inovasi guru dalam mengajar PAI dan data tentang motivasi belajar siswa. Setiap pertanyaan mengandung item positif dan negatif masing-masing butir pertanyaan diikuti lima alternatif jawaban. Untuk memudahkan penggolongan data statistiknya, maka dari setiap item soal diberi skor sebagai berikut :94 1) Untuk alternatif jawaban ”A” diberi skor 5 2) Untuk alternatif jawaban ”B” diberi skor 4 3) Untuk alternatif jawaban ”C” diberi skor 3 4) Untuk alternatif jawaban ”D” diberi skor 2 5) Untuk alternatif jawaban “E” di beri skor 1 Penskoran di atas digunakan untuk pertanyaan yang positif, sedangkan untuk pertanyaan yang negatif maka digunakan penskoran sebaliknya. Makin tinggi skor yang diperoleh subyek, makin baik tingkat persepsi siswa tentang inovasi mengajar guru. Sebaliknya makin rendah skor yang diperoleh subyek makin buruk pula tingkat persepsi siswa tentang inovasi mengajar guru. b. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dalam memperoleh informasi yang bersumber pada tulisan atau dokumen seperti buku, surat keputusan, surat instruksi, surat bukti kegiatan, notulen rapat dan sebagainya.95
92
Sambas Ali Muhidin, dan Maman Abdurahman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007), hlm 19 93 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), hlm. 76 94 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rieneka Cipta, 2006), Cet. XIII, hlm. 239-240 95 Ibid, hlm. 81
45
Metode ini digunakan untuk menghimpun data yang berkaitan dengan catatan-catatan sekolah terkait, seperti; keadaan guru, prestasi siswa kelas VIII, sejarah berdirinya, nilai report, dan lain-lain di SMP Negeri 01 La c. Metode observasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap obyek baik secara langsung maupun tidak langsung.96 Metode ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung atas gejalagejala yang terjadi dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PAI di SMP Negeri 01 Lasem.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah jalan yang dicapai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan penelitian terhadap objek yang diteliti atau cara penggunaan terhadap suatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan yang lain sekedar untuk memperoleh penjelasan mengenai halnya.97 Adapun teknik analisis data yang berbentuk kuantitatif yaitu data yang disajikan berdasarkan angket-angket, sedangkan bentuk penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dengan cara membandingkan dengan standar yang sudah dipilih atau ditentukan serta untuk membuktikan atau membenarkan hipotesis.98 Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dari jawaban-jawaban angket tersebut untuk direkap, kemudian dimasukkan dalam kategori baik, cukup, dan kurang, atau tinggi, sedang, dan rendah. Untuk itu pengelolaan data yang bersifat statistik, dalam penelitian ini penulis melakukan tiga tahapan, yaitu : a. Analisis Pendahuluan Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil angket yang disebarkan selama penelitian dimasukkan dalam tabel pada setiap variabel, dan diberi 96 97
Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa, hlm. 64 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996) hlm.
59 98
Suharsimi Arikunto, op. cit, hlm. 86-88
46
nilai pada setiap alternatif jawaban responden, yaitu menggunakan data tersebut dalam angka-angka kuantitatif. Dalam analisis pendahuluan data yang telah terkumpul dimasukkan ke dalam tabel-tabel distribusi frekuensi untuk setiap tabel. b. Analisis Uji Hipotesis Analisis uji hipotesis merupakan perhitungan lanjut dari analisis pendahuluan dengan menggunakan analisis regresi, karena dalam penelitian ini terdiri dari satu kriterium “Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Inovasi Guru Dalam Mengajar Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 01 Lasem Tahun 2009/2010”, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi satu prediktor dengan skor mentah. Sedangkan langkah-langkah analisis regresi adalah sebagai berikut:99 1. Metode regresi linier : Ŷ= aX + b + l Dimana : Ŷ =Skor yang diprediksi pada variabel dependen Y X= Skor pada variabel X Y= Skor pada variabel Y a = Skor Y bila X = 0, dalam grafik disebut intersep b = Koefisien regresi, dalam grafik disebut slop garis regresi, pengaruh variabel independen (X) pada variabel dependen (Y) l = galat, atau gangguan secara acak, untuk individu (bagian Y yang
tidak dijelaskan atau diprediksikan oleh X). 2. Persamaan regresi : Ŷ = aX + b b=
Σ XY ΣX2
a = y − bx 3. Jumlah kuadrat total = JKtot = Σy 2 = JKreg + JKres 4. Uji signifikansi regresi Y pada X = 99
Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta : Andi, 2001), hlm. 18
47
a. Hipotesis : H o : β = 0; H i : β > 0 b. F =
JK reg / dk reg JK res / dk res (Σ xy ) 2
Dimana : JKreg =
Σ x2
dkreg = k = jumlah variabel independen (X) JKres = Σy 2 - JKreg dkres = N – k – 1 c. Uji hipotesis dengan kriteria ; Jika F > Ft (α; dk(reg) α, dk(res)) = tolak Ho = regresi signifikan Jika F < Ft (α ; dk(reg) α, dk(res)) = terima Ho = regresi non signifikan 5. Tabel rangkuman anava regresi linier sederhana Sumber
JK
Varian Regresi
RK
(∑ xy ) 2
∑y
2
K
2
− JK reg
N–k –1
∑y
Total
2
N–1
JK reg
RK reg
dk reg
RK res
JK res dk res
-
JK tot dk tot
-
d. Proporsi varian Y yang diterangkan oleh X : 2
i. R =
(∑ xy ) 2
∑x ∑y 2
2
=
JK reg JK tot
ii. Uji signifikasi proporsi varian : F=
Freg
F (α ; dkreg α, dkres)
∑x Residu
dk
R2 / k (1 − R 2 ) /( N − k − 1)
48
Kesimpulan
e. Analisa Lanjut Dalam analisis lanjut diadakan analisis data-data hasil penelitian, kemudian membuat interpretasi lebih lanjut. Analisis ini membandingkan harga Freg yang telah diketahui dengan harga Ftabel pada taraf signifikasi 5% atau 1%, dengan kemungkinan : Jika Freg > F (a ; k, (N – k – 1) = signifikan = tolak Ho Jika Freg < F (a ; k, (N – k – 1) = non signifikan = terima Ho
49
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Untuk memperoleh data tentang pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa, dapat di peroleh dari hasil angket tentang pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar dan motivasi belajar PAI siswa yang telah diberikan kepada siswa sebagai responden yang berjumlah 42 siswa. Adapun jumlah pertanyaannya ada 36 soal yang terdiri dari 18 item pertanyaan tentang persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar dan 18 item pertanyaan tentang motivasi belajar PAI siswa.Angket bersifat tertutup dan berbentuk pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban dengan kriteria sebagai berikut : Alternatif Jawaban A diberi nilai 5 Alternatif Jawaban B diberi nilai 4 Alternatif Jawaban C diberi nilai 3 Alternatif Jawaban D diberi nilai 2 Alternatif Jawaban E diberi nilai 1 Untuk mengetahui jawaban lebih jelas data hasil penelitian dapat dilihat pada deskripsi sebagai berikut : 1. Data tentang persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar (X) Untuk menentukan nilai kuantitatif persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar adalah dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden sesuai dengan grekuensi jawaban agar lebih jelas, maka dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1 HASIL ANGKET PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR PAI DI SMP 01 LASEM No Responden
Jawaban A
B
C
Nilai D
E
5
4
3
Jumlah 2
1
53
1.
4
4
6
0
4
20
16
18
0
4
58
2.
10
3
5
0
0
50
12
15
0
0
77
3.
6
0
2
0
10
30
0
6
0
10
46
4.
7
0
2
0
3
35
0
6
0
9
50
5.
6
4
1
4
3
30
16
3
8
3
60
6.
6
2
8
0
2
30
8
24
0
2
64
7.
11
5
2
0
0
55
20
6
0
0
81
8.
6
2
4
2
4
30
8
12
4
4
58
9.
4
1
7
0
2
20
4
21
0
2
47
10.
5
2
5
4
2
25
8
15
8
2
58
11.
9
4
4
0
1
45
16
12
0
1
74
12.
8
0
4
0
6
40
0
12
0
6
58
13.
10
6
0
2
0
50
24
0
4
0
78
14.
10
5
2
0
1
50
20
6
0
1
77
15.
8
0
7
0
3
40
0
21
0
3
64
16.
16
2
0
0
0
80
8
0
0
0
88
17.
8
7
1
0
2
40
28
3
0
2
73
18.
10
0
3
4
1
50
0
9
8
1
68
19.
5
2
7
1
3
25
8
21
2
3
59
20.
8
2
7
1
3
40
8
18
0
2
68
21.
4
1
10
0
3
20
4
30
0
3
57
22.
11
6
1
0
0
55
24
3
0
0
68
23.
8
2
6
0
2
40
8
18
0
2
58
24.
8
0
4
0
6
40
0
12
0
6
68
25.
7
0
6
2
3
35
0
18
4
3
60
26.
7
1
8
0
2
35
4
24
0
2
73
27.
11
3
0
2
2
55
12
0
4
2
73
28.
8
1
2
6
1
40
4
6
12
1
63
29.
9
0
7
0
2
45
0
21
0
2
68
30.
8
0
6
1
3
40
0
18
2
3
63
54
31.
17
1
0
0
0
85
4
0
0
0
89
32.
10
2
4
0
2
50
8
12
0
2
72
33.
7
3
2
3
3
35
12
6
6
3
62
34.
9
6
0
2
2
45
20
0
4
2
71
35.
8
1
4
1
4
40
4
12
2
3
61
36.
11
3
1
1
2
55
12
3
2
1
73
37.
6
6
4
2
0
30
24
12
4
0
70
38.
7
2
4
3
0
35
8
12
6
2
63
39.
7
2
4
3
2
30
8
12
6
3
65
40.
8
2
4
1
2
40
12
12
2
2
68
41.
4
4
7
0
3
20
16
21
0
3
59
42.
4
5
4
2
3
20
20
12
4
3
59
Setelah dilakukan perhitungan data diatas kemudian dapat diuraikan sebagai berikut : a. Menentukan kualifikasi dan internal nilai, dengan cara menentukan range R=H–l R = 89 – 46 = 43 K = 1 + 3,3 log N = 1 + 3,3 log 42 = 1 + 3,3 . 1, 123 = 1 + 5, 3559 = 6, 35559 = 6 Sehingga dapat diketahui interval nilai I=
R 43 = = 7, 17 K 7
Keterangan R = Range H = Nilai tertinggi L = Nilai terenhdah I
= lebar unterval
K = Jumlah
55
N =Jumlah responden Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel berikut : Tabel II INTERVAL NILAI (X) DAN RATA-RATA (MEAN) No
Interval
f
x
fx
x2
fx2
1.
46 - 53
3
49, 5
148, 5
2450,25
7350,75
2.
54 – 61
12
57, 5
690
3306,25
39675
3.
62 – 69
13
65, 5
851, 5
4290,25 55773,25
4.
70 – 77
9
73, 5
661, 5
5402,25 48620,25
5.
78 – 85
3
81, 5
244, 5
6642,25 19926,75
6.
86 - 93
2
89, 5
179
Jumlah
42
Mx =
∑ fx N
=
2775 42
2775
= 66, 0714 SD =
∑ fx 2 ∑ fx − N N
2
=
187366,5 2775 = 42 42
=
4461,12 − (66,0714)
=
4461,12 − 4365,24
=
95,88
= 9,757
2
2
8010,25
16020,5 187366,5
56
b. Tabel distribusi frekuensi Tabel. III DISTRIBUSI FREKUENSI PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR PAI DI SMP N 01 LASEM
No
Interval
Frekuensi (f)
fr (%)
1.
46 - 53
3
7, 1
2.
54 – 61
12
28, 6
3.
62 – 69
13
31, 0
4.
70 – 77
9
21, 4
5.
78 – 85
3
7, 1
6.
86 - 93
2
4, 8
Total
100
c. Menentukan kualitas variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan ini dapat dicari dengan cara sebagai berikut : nilai tertinggi nilai terendah : Jumlah interval = 89 – 46 : 5 = 8, 6.
Tabel. IV KUALITAS VARIABEL PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR PAI Rata-rata
66, 07
Interval
Kualitas
81 – 89
Sangat baik
72 – 80
Baik
63 – 71
Sedang
54 – 62
Kurang
45 – 53
Cukup
Kriteria
Sedang
57
Dari uraian diatas diketahui bahwa persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI di SMP N 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval nilai 63 – 71 dengan nilai rata-rata 66, 07. 2. Data tentang motivasi belajar siswa (Y) Untuk mengetahui nilai data tentang motivasi belajar PAI siswa dengan menjumlahkan skor jawaban angket dari responden yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. V
No
Jawaban
Jumlah
Nilai
Responden
A
B
C
D
E
5
4
3
2
1
1.
4
5
6
0
2
20
20
18
0
2
60
2.
9
3
6
0
0
45
12
18
0
0
70
3.
7
1
7
3
0
35
4
21
6
0
66
4.
8
1
5
3
1
40
4
12
6
1
63
5.
6
8
1
3
0
30
32
3
6
0
71
6.
7
4
7
0
0
35
16
21
0
0
72
7.
7
2
6
1
2
35
8
18
2
2
65
8.
6
7
4
1
0
30
28
12
2
0
72
9.
6
0
8
0
4
30
0
24
0
4
58
10.
15
2
1
0
0
75
8
3
0
0
86
11.
12
2
4
0
0
60
8
12
0
0
80
12.
7
1
5
4
1
35
4
15
8
1
62
13.
7
3
8
0
0
35
12
24
0
0
71
14.
8
2
6
0
1
40
8
18
0
1
67
15.
10
3
5
0
0
50
12
15
0
0
77
16.
12
4
1
1
0
60
16
3
2
0
81
17.
10
4
4
0
0
50
16
12
0
0
78
18.
4
5
5
4
0
20
20
15
8
0
63
19.
0
6
9
3
0
0
24
27
6
0
57
58
20.
9
6
3
0
0
45
24
9
0
0
78
21.
7
0
7
0
4
35
0
21
0
4
60
22.
15
2
1
0
0
75
8
3
0
0
86
23.
9
7
2
0
0
45
28
6
0
0
79
24.
10
1
4
2
1
50
4
12
4
2
72
25.
2
8
1
0
1
10
32
21
0
1
64
26.
9
6
3
0
0
45
24
9
0
0
78
27.
12
2
4
0
0
60
8
12
0
0
80
28.
3
1
12
2
0
15
4
36
4
0
59
29.
6
4
8
0
0
30
16
24
0
0
70
30.
11
3
4
0
0
55
12
12
0
0
79
31.
14
2
2
0
0
70
8
6
0
0
84
32.
4
8
4
2
0
20
32
12
4
0
68
33.
4
4
5
2
3
20
16
15
4
3
58
34.
10
2
6
0
0
50
8
18
0
0
76
35.
9
5
3
0
1
45
20
9
0
1
75
36.
15
2
0
1
0
75
8
0
2
0
85
37.
5
5
5
2
1
25
20
15
4
1
65
38.
8
3
3
1
3
40
12
9
2
3
66
39.
2
5
8
1
2
10
20
24
2
2
58
40.
3
7
6
2
0
15
28
18
4
0
65
41.
11
5
0
2
0
55
20
0
4
0
79
42.
7
6
4
1
0
35
24
12
2
0
73
Setelah dilakukan perhitungan data diatas kemudian dapat di analisis sebagai berikut : a. Menentukan kualifikasi interval nilai, dengan cara menetukan : Range R =H–L R = 86 – 57
59
= 29 K = 1 3, 3 log n = 1 +_ 3, 3 log 42 = 1 = 3, 3 . 1, 623 = 1 + 5, 3559 = 6, 3559 = 6 Sehingga = I =
R 29 = 4, 83 = 5 = K 6
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai seperti pada tabel dibawah ini : Tabel. VI INTERVAL NILAI (X) DAN RATA-RATA (MEAN) No
Interval
f
x
fx
x2
fx2
1.
57 – 61
7
59
4, 3
3481
24367
2.
62 - 66
9
64
576
4096
36864
3.
67 – 71
6
69
414
4761
28566
4.
72 – 76
6
74
444
5476
32856
5.
77 – 81
10
79
790
6241
62410
6.
82 - 86
4
84
336
7056
28224
Jumlah
2976
42
∑ fx N 2976 = 42 = 70, 857
Mx =
SD
2
=
∑ fx 2 ∑ fx − N N
=
213287 2976 = 42 42
=
5078,26 − (70,857)
=
5078,26 − 5011,22
=
67,04
2
2
= 8, 598
213287
60
b. Tabel distribusi frekuensi Tabel. VII DISTRIBUSI FREKUENSI MOTIVASI BELAJAR PAI DI SMP N 01 LASEM
No
Interval
Frekuensi (f)
fr (%)
1.
57 – 61
7
16, 7
2.
62 - 66
9
21, 4
3.
67 – 71
6
14, 3
4.
72 – 76
6
14, 3
5.
77 – 81
10
23, 8
6.
82 - 86
4
9, 5
Total
100
c. Menentukan kualitas variabel motivasi belajar PAI siswa Untuk menentukan jumlah interval dalam menyusun kualitas dengan ini dapat dicari dengan cara sebagai berikut : nilai tertinggi nilai terendah : jumlah interval = 86 – 57 : 5 = 5, 8 Tabel. VIII KUALITAS VARIABEL MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA Rata-rata
70, 857
Interval
Kualitas
84 – 91
Sangat baik
77 – 83
Baik
70 - 76
Sedang
63 – 69
Kurang
56 – 62
Cukup
Kriteria
Sedang
Dari analisis diatas diketahui bahwa motivasi belajar PAI Siswa SMP Negeri 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada interval 68-73 dengan nilai rata-rata 70,857.
61
B. Pengujian Hipetesis
Hipotesis yang akan diuji kebenarannnya adalah untuk menentukan pengaruh antara vaetiabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar PAI (X) terhadap motivasi belajar PAI siswa (Y).
Tabel. IX TABEL KERJA REGRESI PERSEPSI SISWA MENGENAI INOVASI GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA KELAS VIII DI SMP N 01 LASEM
No
X
x
x2
Y
y
y2
xy
1.
58
-8, 1
65, 61
60
- 10, 9
118, 81
88, 29
2.
77
10, 9
118, 81
70
- 0, 9
0, 81
-9, 81
3.
46
- 20, 1
404, 01
66
-4, 9
24, 01
98, 49
4.
50
-16, 1
259, 21
63
- 7, 9
62, 41
127. 19
5.
60
- 6, 1
37, 21
71
0, 1
0, 01
- 0, 61
6.
64
- 2, 1
4, 41
72
1, 1
1, 21
- 2, 31
7.
81
14, 9
222, 01
65
-5, 9
34, 81
- 87, 91
8.
58
-8,1
65, 61
72
1, 1
1, 21
- 8, 91
9.
47
- 19, 1
364, 81
58
-12,9
166,41
246,39
10.
58
-8,1
65,61
86
15,1
228,01
-122,31
11.
74
11,9
62, 41
80
9,1
82,81
7189
12.
58
10,9
65,61
62
-8,9
79,21
72,09
13.
78
-2,1
141,61
71
0,1
0,01
1,19
14.
77
21,9
118,81
67
-3,9
15,21
-42,51
15.
64
-2,1
4,41
77
6,1
37,21
-12,81
16.
88
21, 9
479,61
81
10,1
102,01
221,19
17.
73
6, 9
47,61
78
7,1
50,41
48,99
18.
68
1, 9
3,61
63
-7,9
62,41
-15,01
19.
59
-7, 1
50,41
57
-13,9
193,21
98,69
20.
68
1,9
3,61
78
7,1
50,41
13, 49
62
21.
57
-9, 1
82,81
60
-101,9
118, 81
99,19
22.
82
15, 9
252,81
86
15,1
228,01
240,09
23.
68
1, 9
3,61
79
8,1
65,61
15,39
24.
58
-8, 1
65,61
72
1,1
1,21
-8,91
25.
60
-6, 1
37,21
64
-6,9
47,61
42,09
26.
65
-1, 1
1,21
78
7,1
50,45
-7,81
27.
73
6, 9
47,61
80
9,1
82,81
62,79
28.
63
-3,1
9,61
59
-11,9
141,61
36,89
29.
68
1,9
3,61
70
-0,9
0,81
-1,71
30.
63
-3,1
9,61
79
8,1
65,61
-25,11
31.
89
22, 9
524,41
84
13,1
171,61
299,99
32.
72
5,9
34,81
68
-2,9
8,41
-17,11
33.
62
-4, 1
16,81
58
-12,9
166,41
53,89
34.
71
4,9
24,01
76
5,1
26,01
24,99
35.
61
-5,1
26,01
75
4,1
16,81
-20,91
36.
73
6,9
47,61
85
14,1
198,81
97,29
37.
70
3,9
15,21
65
-5,9
34,81
23,01
38.
63
-3,1
9,61
66
-4,9
24,01
15,19
39.
65
-1,1
1,21
58
-12,9
166,41
14,19
40.
68
1,9
3,61
65
-5,9
-34,81
-11,21
41.
59
-7,1
50,41
79
8,1
65,61
-57,51
42.
59
-7,1
50,41
73
2,1
4,41
-14,91
3902,82
2976
∑
= 2776 −
3031,22 1598,39
−
X = 66,1
X = 70,9
−
−
X =X - X
=X- X
Dari tabel diatas dapat diketahui : N
= 42
∑X
= 2775
∑Y
= 2976
63
∑ x2
= 3902,82
∑ y2
= 3031,143
∑ xy
= 1598,39
−
= 66,1
X −
= 70,9
Y
Selanjutnya data tersebut diolah ke dalam rumus analisi regresi dengan skor deviasi (analisi regresi dengan satu prediktor) dengan langkah-langkah sebagai berikut : ∧
1. Persamaan regresi Y = aX + b Dimana ∧
Y
= Skor yang diprediksikan pada variabel dependen Y
X
= Skor pada variabel X
Y
= Skor pada variabel Y
a
= Skor Y bila X = 0, dalam grafik disebut intersep
b
= Koefisien regresi, dalam grafik disebut slop garis, regresi, pengaruh variabel independen (X) pada variabel dependen (Y). ∑ xy 1598,39 = = 0,410 ∑ x2 3902,82
a
=
b
= Y − b X = 70,9 (0,41 x 66,1)
−
−
= 70,9 – 27, 101 = 43, 797 ∧
Y
= a X+ b =0,410 X+ 43,797
2. Jktot = ∑ y2 = 3031, 143 3. Uji signifikansi regresi Y pada X : F = ∑ xy 2 (1598,39) 2 = 4. Jkreg = 2 3902,82 ∑x
JKreg / dkreg jkres / dkres
64
=
2554850,592 = 654,654 3902,82
Jkres = ∑ y2 –Jkreg = 3031, 143 – 654, 654 = 2376, 489 dKreg = K = 1 dKres = n – K – 1 = 42 – 1- 1 = 40 654, 654 JKreg / dkreg 1 = 654,654 = 11,02 = Jres / dKres 59,412 2376, 489 40
F
=
F
= 11,02 > F(0,01 : 1,40) = 4, 08 berarti signifikan
F
= 11,02 > F (0,05 : 1,40) = 7, 31 berarti signifikan
5. Tabel anava regresi linier sederhana
Tabel. X HASIL ANALISIS REGRESI SATU PREDIKTOR Y ATAS X Sumber
JK)
dk
RK
Freg
Ft 5 %
Ft 1 %
Kriteria
Regresi
654,654
1
654,654
11,02
7,31
4,08
Signifikan
Residu
2376,489
40
59,412
Total
3031,143
41
714,066
variasi
6. Proporsi varian y yang diterangkan oleh x ∑ xy 2 (1598,39) 2 R2 = = 2 2 ∑ x ∑ y ( 3902 , 82 ).( 3031 , 143 2554850,59 = = 0,22 11830005,52 R2 / K 0,22 / 1 0,22 0,22 F= = = = = 11 2 (1 − R ) /( N − k − 1) (1 − 0,22) / 40 0,78 / 40 0,02
65
C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah diketahui hasil perhitungan diatas, untuk mengetahui signifikansi pengaruh persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem, dengan jalan membandingkan harga Freg dengan Ftabel. Jika Freg > Ftabel maka ditolak Ho (signifikan) dan sebaliknya jika Freg < F
tabel
maka diterima Ho (non signifikan). Dengan taraf signifikansi 1 % dk
pembilang 1 dan dk penyebut = N – 2 = 40 diperoleh Ftabel sebesar 4, 08, sedang Freg sebesar 11,02, jika dibandingkan keduanya Freg 11,02 >Ftab = 4, 02 dengan demikian bahwa variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem. Kemudian pada taraf signifikan 5 %, dk pembilang 1 dan dk penyebut 40, diperoleh Ftab = 7, 31 sedang Freg = 11,02 jika dibandingkan keduanya Freg = 11,02 > Ftab = 7,31 dengan demikian bahwa variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap mitivasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem. Dengan melihat hasil pengujian hipotesis variabel X dan Y pada taraf signifikansi 0, 01 dan 0, 05 keduanya menunjukkan signifikan, berarti bahwa variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar bverpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa Kelas VIII di SMP N 01 Lasem. Dengan demikian dapat dibuktikan adanya pengaruh, persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan tentunya mempunyai banyak keterbatasan-keterbatasan antara lain : 1. Keterbatasan tempat penelitian
66
Penelitian yang penulis lakukan hanya terbatas pada satu tempat, yairu SMP N 01 Lasem. Namun demikian, tempat ini dapat mewakili SMP untuk dijadikan tempat penelituan dan kalaupun hasil penelitian di tempat lain akan berbeda, tetapi kemungkinannya tidak jauh menyimpang dari hasil penelitian yang penulis lakukan. 2. Keterbatasan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama pembuatan skripsi, waktu yang dapat mempersempit ruang gerak penelitian, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. 3. Keterbatasan dalam objek penelitian Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti tentang persepsi siswa mengenai inovasi mengajar pada pembelajaran PAI. 4. Keterbatasan pelaksanaan proses belajar mengajar Saat proses belajar mengajar berlangsung, ada beberapa siswa yang meninggalkan kelas sehingga memerlukan bimbingan dari guru. Dari berbagai keterbatasan yang penulis paparkan diatas, maka dapat dikatakan dengan sejujurnya bahwa inilah kekurangan dari penelitian ini yang penulis lakukan di SMP N 01 Lasem. Meskipun banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini, penulis bersyukur bahwa penelitian dapat selesai dengan lancar.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan kajian penelitian “Pengaruh Persepsi Siswa mengenai Inovasi Guru dalam Mengajar terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa Kelas VIII di SMP 01 Lasem dan sesuai dengan perumusan masalah yang ada, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar di SMP N 01 Lasem termasuk dalam kategori sedang yaitu berada pada interval nilai 63–71 dengan nilai rata-rata 66, 0714.
2.
Motivasi belajar PAI yang dimiliki oleh siswa SMP N 01 Lasem Tahun 2009/2010 termasuk dalam kategori sedang yaitu berada pada interval nilai 70_76 dengan nilai rata-rata 70,857
3.
Variabel persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI Kelas VIII di SMP N 01 Lasem Freg = 11,02 > F tabel = 4, 08 )pada taraf, 0, 01) Freg = 11, 02 > F tabel = 7, 31 (pada taraf, 0, 05) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh positif persepsi
siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar PAI siswa kelas VIII di SMP N 01 Lasem.
B. Saran-saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengarih atau hubungan antara persepsi siswa mengenai inovasi guru dalam mengajar, berikut ini dapat diajukan saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai rekomendasi sebagai berikut :
65
66
1.
Bagi guru a.
Siswa merupakan subyek dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru dapat mengerti dan mengetahui kondisi siswanya sehingga dapat menciptakan kondisi belajar yang kondusif.
b.
Didalam melakukan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam mengajar dengan mengadakan inovasi sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar khususnya pada mata pelajaran PAI
2.
Bagi siswa a.
Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam belajar, untuk itu, para siswa hendaknya berusaha untuk meningkatkan motivasi belajarnya, khusunya motivasi instrinsik sehingga dapat menciptakan prestasi belajar yang baik.
b.
Seorang siswa hendaknya selalu total dalam melakukan sesuatu sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang maksimal dan mendapat kepuasan.
C. Penutup Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat dan petunjuk yang telah diberikan sehingga penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak. Namun demikian harapan penulis ialah semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
A. M, Sardirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : CV. Rajawali, 1986). Abror, Abdurrahman, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993. Ali, Muhammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Angkasa. An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995). Arikunto, Suharsimi, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, (Jakarta : Rajawali Press, 1988), cet. 2. Ash Shiddiqi , TM. Hasbi, dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT. Karya Toha Putera Semarang : 1994). Aziz, Saleh Abdul dan Aziz, Abdul Majid Abdul, At-Tarbiyah wa Thuruqut atTadris, (Makkah : Daul Ma’arif, 1979). Badan Penelitian Dan Pengembangan Agama, Penelitian Pengembangan dan Inovasi Pendidikan, (Jakarta : 1984). Basyiruddin M. Usman dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Delia Citra Utama, 2002). Chabib M. Thoha dan Abdul Mu’thi, PBM PAI di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998) Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : balai pustaka, 1990). Djamarah, Syiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), cet. 1. ___________, Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 2.Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002). Hadi, Sutrisno, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001). Hamzah B., Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
68
Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), (Jakarta : Bumi aksara, 2003), cet II. Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004) Ibrahim dan Syaodih, Nana S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996). Irawan, Prasetya, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar, (dekdikbud, 1996). Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994). Jalaluddin, Teologi Pendidikan ,(Jakarta :PT .Raja Grafindo Persada,2001). Kasmadi, Hartono, Fungsi Pengamatan di Dalam Kelas Oleh Guru, (Semarang ; IKIP Semarang Press, 1991) Moeliono M, Anton, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) . Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep dan Implementasi Kurikilum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004). Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004). Morgan, Clifort T, Introduction To Psikologi, (Newyork: The Mc Graw Hill Book tt), Muhidin ,Sambas Ali dan Abdurahman Maman, Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian,(Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007). Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001). Nasution S., Dedaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Ed. 2, Cet. 2, Nawawi Hadari, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : Haji Masagung, 1989), cet. 3. Proyek Pembina Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Direktorat Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1980/1981).
69
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Rahardjo dan Sadirman Arief S., dkk, Media Pendidikan, (Jakarta : Grafindo, 1993). Rahmawati, Study Korelasi Antara Kompetensi Guru Dan Ketrampilan Mengajar Di MTs Negeri Planjar Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, (Semarang : Fakultas Tarbiyah, 2003) Sa’ud, Udin Syaefudin, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008). Santrock John W., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007). Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001). Singarimbun Masri, Metode Penelitian Survei, (Jakarta : LP3ES, 1989). Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: RINEKA Cipta, 1995). SM, Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM : Pembelajaran Aktif, Inovasi, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang : Rasail Media Group, 2008. Soenarjo, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 2003). Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologis, (Jakarta : Rineka Cipta). Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, Prasetya Irawan, dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar, (dekdikbud, 1996). Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004). Sukmadinata, Nana Syodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004). Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1993). Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyaarta: Andi Offset, 2002).
70
Wijaya, Cece, dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, Bandung : CV. Remaja Karya, 1988. Winkel, W. S., Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta : PT. Gramedia, 1986). Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983).
71
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Siti Fithria
Tempat/ Tanggal lahir
: Rembang, 25 Agustus 1986
Nim
: 053111013
Alamat
: Desa Pandan Rt.05 Rw.01, Kec. Pancur Kab. Rembang 59262
Jenjang Pendidikan : 1. TK Saraswati Pandan Pancur Rembang, Lulus Tahun 1993 2. SD N Pandan 02 Pancur Rembang, Lulus Tahun 1999 3. SMP N 1 Pancur Rembang, Lulus Tahun 2002 4. MAN Lasem Rembang, Lulus Tahun 2005