perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DAN INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEINGINTAHUAN SISWA
(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh: AFIF KURNIAWAN S830809002
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya bagi kita semua, sehingga kita tidak sanggup menghitung-hitungnya. Semoga kenikmatan yang kita peroleh saat ini semakin menambah keimanan dalam hati kita, Amin. Tesis ini ditulis dan diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar magister Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa sarana dan fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin untuk penulisan tesis ini. 3. Prof. Drs. H. Sutarno, M.Sc., Ph.D. selaku Pembimbing 1, yang selalu memberikan
dorongan,
pengarahan,
bimbingan
dan
nasehat
hingga
terselesaikannya tesis ini. 4. Dr. H. Sarwanto, M.Si. selaku Pembimbing 2, yang selalu memberikan dorongan, pengarahan, bimbingan dan nasehat hingga terselesaikannya tesis ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS Surakarta yang telah memberikan banyak pengalaman dan wawasan keilmuannya kepada penulis. 6. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sragen yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 7. Guru Biologi SMA Negeri 2 Sragen untuk semua bantuan, bimbingan yang diberikan kepada penulis. 8. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Pendidikan Sains UNS Surakarta angkatan reguler September 2009 yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Keterbatasan
pengalaman
penulis
menimbulkan kekurangan sehingga
dalam
penyusunan
tesis
ini,
banyak kendala-kendala yang dihadapi
penulis. Berbagai kendala jelas menjadikan tesis ini kurang sempurna, akan tetapi tesis ini tidak akan terbit jikalau dituntut oleh sebuah kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengharapkan kepada pembaca untuk ikut serta menyempurnakan tesis ini dengan memberikan saran dan kritik yang membangun. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Surakarta, Februari 2011
Penulis commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN INQUIRY TERBIMBING DAN INQUIRY BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KEINGINTAHUAN SISWA
(Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun oleh: Afif Kurniawan S830809002
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D. NIP. 19600809 198612 1 001
_____________
__________
Pembimbing II
Dr. Sarwanto, M.Si NIP. 19690901 199403 1 002
_____________
__________
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. commit to user1 001 NIP. 19520116 198003
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Afif Kurniawan. S830809002. Implementasi Metode Pembelajaran Inquiry Terbimbing dan Inquiry Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Kemampuan Awal dan Keingintahuan Siswa (Studi Kasus pada Pokok Bahasan Sistem Respirasi Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010). Tesis. Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pembimbing: 1) Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D . 2) Dr. Sarwanto, M.Si. Surakarta. 2011. Pembelajaran IPA di SMA menurut Peraturan Menteri Pendidikan No 22 Tahun 2006 berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan merupakan suatu proses penemuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan serta mengetahui interaksi antar variabel tersebut terhadap prestasi belajar biologi Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010, sebanyak 5 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling sebanyak dua kelas. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes untuk mendapatkan data prestasi belajar kognitif dan kemampuan awal, metode angket untuk mendapatkan informasi keingintahuan dan prestasi belajar afektif, serta observasi untuk mengukur prestasi belajar aspek psikomotorik. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x2 dan frekuensi sel tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh penerapan metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.000), afektif (p=0.004), dan psikomotorik(p=0.000), 2) ada pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi, aspek kognitif (p=0.000) dan afektif (p=0.004), namun tidak berpengaruh terhadap prestasi aspek psikomotorik (p=0.250), 3) tidak ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadup prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.127) dan afektif (p=0.104), namun berpengaruh terhadap prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik (p=0.013), 4) ada interaksi antara metode pembelajaran dengam kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.035), tetapi tidak terdapat interaksi metode pembelajaran dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.100) dan psikomotorik (p=0.250), 5) ada interaksi antara metode pembelajaran dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.001), tetapi tidak ada interaksi metode pembelajaran dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif (p=0.117) dan psikomotorik (p=0.395). 6) tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.376), afektif (p=0.387), dan psikomotorik (p=0.081), 7) tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif (p=0.780), afektif (p=0.742), dan psikomotorik (p=0.660) Kata Kunci: inquiry terbimbing, inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, commit to user keingintahuan ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Afif Kurniawan. S830809002. The implementation of Guided Inquiry and Modified Free Inquiry to Biology Achievements Overviewed from Students’ Prior Knowledge and Curiosity (A Case Study on Respiratory System Subject Matter for Grade XI of The State Senior High School 2 Sragen Academic Year 2009/2010). Advisor 1): Prof. Drs. Sutarno, M.Sc, Ph.D, 2): Dr. Sarwanto, M.Si. Thesis: Science Education Program Post-graduate program, Sebelas Maret University. Surakarta, 2011 Based on the role of Education Minister no 22 year 2006 science learning in SMA should be related to inquiry about nature phenomena systematically and the process of discovery. The purpose of the research was to know the effect of implementation of Guided Inquiry and modified free inquiry overviewed from Students’ prior knowledge studends curiosity and its interactions toward biology learning achievement This research used experimental method. The population of this research is all the students of XI grade of The State Senior High School 2 of Sragen in Academic Year 2009/2010; consisted of 5 classes. The sample of this research are determined randomly with cluster random technique consisted classes. The data were collected using test for students achievement and students prior knowledge, questionnaire for students curiosity and affective learning achievement, and observation sheet for psychomotor. Hypothesis of this research were tested by a three way of analysis of variance with 2x2x2 factorial design and unequal cells. The results showed that: 1) there was an effect of the use of learning method toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), affective (p=0.004), and psychomotor aspect (p=0.000), 2) there was an effect of the students prior knowledge toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.000), and affective aspect (p=0.004), but there was no effect in psychomotor aspect (p=0.250), 3) there was no effect of the students’ degrees of curiosity toward the Biology learning achievement in cognitive (p=0.127), and affective aspect (p=0.104), but there is an effect in psychomotor aspect, (p=0.013), 4) these was an interaction between learning method with prior knowledge to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.035), but there is no interaction between learning method and prior knowledge to the Biology learning achievement in affective (p=0.100), and psychomotor aspects(p=0.250), 5) there was an interaction between learning method and the students’ curiosity to the Biology learning achievement in cognitive aspect (p=0.001), but there was no interaction between learning method and students’ curiosity to the Biology learning achievement in affective (p=0.117), and psychomotor aspects (p=0.395), 6) There is no interaction between the students’ prior knowledge and the students degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.376), affective (p=0.387), and psychomotor aspect (p=0.801), 7) there was an interaction among the learning method, the students’ prior knowledge, and the students’ degrees of curiosity to the Biology learning achievement in cognitive (p=0.780), affective (p=0.742), and psychomotor aspect (p=0.660). Key words: guided inquiry, modified free inquiry, prior knowledge, and curiosity commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, namun tampaknya hal ini belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan siswa dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Banyak usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya adalah dengan memperbaiki proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Banyak faktor yang mempengaruh selama melakukan usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan, diantaranya faktor internal yang keberadaannya tidak dapat dipengaruhi oleh tenaga pendidik dalam hal ini peneliti, yang termasuk dalam faktor internal diantaranya: kemampuan awal, motivasi, dan commit to user keingintahuan. Selain faktor internal ada faktor luar (faktor eksternal) yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 mempengaruhi kualitas pendidikan, diantaranya: lingkungan, kurikulum, sarana prasarana, media pembelajaran, proses pembelajaran meliputi model dan metode pembelajan yang dipilih. Dari beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kulitas pendidikan, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan peneliti dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan diantaranya pembuatan media, ICT, dan memperbaiki proses pembelajaran. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasarkan peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006 menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa (student oriented), guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup. Namun pada kenyataanya proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung berorientasi pada pencapaian isi, dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman serta pencapaian kompetensi. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode dan pendekatan konvensional seperti: ceramah, penugasan, open book, sehingga siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan siswa menjadi pasif. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada kemampuan peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Neila Ramdhani (2008) bahwa “Sesungguhnya manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 perkembangan fisik, kepribadian, sosio emosional, dan perkembangan kognitif”. Belajar lebih bermakna jika anak mengalami sendiri konsep yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Kemudian, pengetahuan tersebut dihubungkan dengan struktur kognitif mereka. Pembelajaran bermakna dapat diterapkan melalui beberapa metode pembelajaran seperti: cooperative learning, inquiry learning, problem based learning, dan contextual teaching and learning, karena metode pembelajaran tersebut mengajak siswa untuk aktif secara kognitf, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran Ari Widodo (2007). Pengajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jagka panjang. Hal ini disebabkan siswa dikonsentrasikan hanya untuk menguasai isi. Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan menengah dan dasar menyebutkan bahwa: Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri
Permendiknas tersebut mengisyaratkan adanya upaya-upaya untuk mengenbangkan kemampuan siswa agar mereka lebih berpikir ilmiah, kreatif, dan mandiri. Tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara mengungangkap tiga prinsip pembelajaran, yaitu: ing ngarso sung tulodo (jadi pemimpin-guru jadilah teladan bagi siswanya), ing madyo mangun karso (dalam pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 membangun ide siswa dengan aktivitas sehingga kompetensi siswa terbentuk), tut wuri handayani (jadilah fasilitator kegiatan siswa dalam mengembangkan life skill sehingga menjadi pribadi mandiri). Dengan perkataan lain, student-oriented adalah solusi tepat untuk pelaksanaan kurikulum 2006, bukan dengan teacheroriented. Metode yang tepat untuk pembelajaran Biologi yaitu metode inquiry. Implikasi terhadap pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran identik dengan aktivitas siswa secara optimal, tidak cukup dengan mendengar dan melihat, tetapi harus dengan hands-on, minds-on, kontruktivis, dan dayly life. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Sragen selama ini proses pembelajaran masih belum optimal, hal ini terbukti dari siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Selama ini keaktifan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya sekedar mendengarkan. Guru dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih konvensional dan siswa tidak diajak melakukan suatu kegiatan selama kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar seperti ini, siswa hanya mampu menguasai aspek kognitif saja, sehingga aspek afektif dan psikomotorik masih belum tercapai, karena siswa tidak dilibatkan dalam proses penemuan, pengamatan, pengelompokan, pengukuran, analisis, dari suatu fenomena dalam pengalaman belajar. Pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dapat optimal jika kegiatan yang dilakukan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) juga optimal. Kegiatan-kegiatan yang dilaukan merupakan pengalaman yang melibatkan fisik maupun mental yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 dilakukan oleh siswa dalam berinteraksi dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Ketercapaian proses pembelajaran untuk aspek kognitif dapat dilihat dari prestasi nilai semester ganjil untuk mata pelajaran Biologi pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Nilai Biologi Kelas XI IPA Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 No
Komponen
1
UH 1
2
UH 2
3
UH 3
4
UAS
Mean Standar Deviasi Mean Standar Deviasi Mean Standar Deviasi Mean Standar Deviasi
Kelas XI IPA 1
XI IPA 2
XI IPA 3
XI IPA 4
XI IPA 5
44.6 14.5 84.9 0.8 59.8 17.2 68.3 6. 6
50.1 50.07 84.1 1.9 26 12.5 69.0 4.8
44.5 18.3 83.5 2.4 62.6 11.3 69.9 5.9
42.8 14.7 80 1.4 71.4 16.9 70.3 4.7
46.9 15.0 80 0 67 10.4 69.9 5.9
(Sumber: Data statistik bagian pengajaran SMA Negeri 2 Sragen) Berdasarkan Tabel 1.1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar yang masih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat, dalam arti kurang memberdayakan potensi siswa. Hasil pembelajaran hanya tampak dari kemampuan siswa menghafal fakta, tetapi siswa tidak memahami secara mendalam substansi dari materi tersebut. Penyajian materi belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran yang sesuai, dan kurang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan prestasi belajar tidak optimal. Sistem respirasi merupakan materi pada siswa kelas XI IPA semester 2. Diperlukan kemampuan untuk memahami konsep yang benar, kreatif dalam mentransfer pemahaman secara abstrak menjadi nyata dan mampu menganalisis struktur dan fungsi dari sistem pernapasan tersebut. Sebenarnya banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran materi sistem respirasi, tetapi guru belum memanfaatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 model dan metode pembelajaran kontemporer yang ada dan hanya mengajak siswa dengan proses pembelajaran konvensional. Usaha yang dapat dilakukan untuk menjembatani dan menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat adalah yang berpusat pada siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir aktif siswa dalam menentukan konsep serta mampu mengaplikasikan life skill dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif menggunakan proses fisik untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari adalah inquiry. Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2) Inquiry bebas, dan 3) Inquiry bebas yang dimodifikasi Metode pembelajaran inquiry merupakan metode pembelajaran yang diharapkan oleh kementrian pendidikan nasional yang dituangkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) No. 22 Tahun 2006 dapat diterapkan dalam kegiatan proses belajar mengajar IPA Biologi, mengingat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan sehingga dalam proses belajar mengajar Biologi diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa untuk dapat menemukan sesuatu konsep melalui kreatifitas secara langsung dengan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 mengamati, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar mengajukan pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Penerapan metode pembelajaran inquiry, pada pokok bahasan tertentu antara lain bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah dan menarik kesimpulan dari beberapa kegiatan yang dilakukan. Pandangan terkini tentang metode inquiry muncul dari National Science Education Standards (NSES) (1996). Salah satu area dalam standar pengajaran sains dan standar pengembangan profesional adalah pengembangan program pembelajaran berbasis inquiry dan pembelajaran konten sains melalui inquiry. NSES mengesahkan kurikulum sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam sains menggunakan metode inquiry. Metode ini telah mengubah fokus pendidikan sains dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta dalam mata pelajaran ke belajar berdasar inkuiri, selanjutnya siswa mencoba menjawab untuk memahami dan memecahkan suatu masalah. Landasan filosofis inquiry adalah kontruktivisme, yaitu “belajar bukan hanya menghafal tetapi juga mengkontruksi pengetahuan” (Sugiyanto, 2008: 19). Dalam pennerapanya kontruktivisme masih mengalami kekurangan seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Widodo (2007) bahwa “penerapan prinsipprinsip konstruktivisme dalam pembelajaran kurang menunjukkan urutan sebagaimana yang disarankan oleh kontruktivis”. Oleh karena itu, dalam menerapkan prinsip-prinsip konstruktivisme atau inquiry guru perlu memberi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 bimbingan yang memadai agar pembelajaran tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa. Metode pembelajaran seperti yang telah diuraikan di atas merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, sedangkan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran diantaranya adalah kemampuan awal siswa. Dalam pandangan tentang belajar dikatakan bahwa siswa membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitifnya berdasarkan pengalaman. Perbedaan kemampuan awal yang dimiliki siswa akan ditemui oleh guru dalam proses belajar mengajar, ada yang berkemampuan tinggi, sedang ataupun rendah, akan tetapi dalam kenyataanya dalam proses pembelajaran hal ini belum diperhatikan oleh tenaga pendidik atau guru sebelum melakukan proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar siswa yang memiliki kemampuan tinggi cenderung memiliki prestasi belajar tinggi pula, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan awal rendah akan menunjukkan prestasi belajar yang juga rendah. Faktor internal lainnya yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar adalah motivasi dan keingintahuan siswa. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi seseorang) yang ditandai dengan perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan dan keberhasilan (Legiman, 2007 :17). Jadi untuk mencapai tujuan dan keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan motivasi dalam diri siswa. Motivasi internal ini tumbuh melalui stimulus-stimulus yang hadir pada diri siswa, baik dihadirkan oleh lingkungan atau sengaja dihadirkan oleh siswa. Stimulus dapat berupa stimulus material maupun stimulus non material. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 Stimulus material antara lain sarana dan prasarana belajar, sedangkan stimulus non material antara lain: suasana belajar, cara mengajar guru, dan lingkungan belajar. Perbedaan stimulus material dan stimulus non material yang didapat siswa akan menimbulkan tingkat motivasi yang berbeda-beda pula pada siswa. di SMA Negeri 2 Sragen kelengkapan stimulus tersebut berbeda-beda sehingga tingkat motivasi siswa juga berbeda. Menurut Oemar Hamalik (2002 : 159-160), salah satu komponen dalam diri motivasi adalah keadaan merasa tidak puas, selalu ingin tahu, dan ketergantugan psikologis. Sejalan dengan teori motivasi di atas, maka tingkat keingintahuan
siswa
dapat
mempengaruhi
keberhasilan
pembelajaran.
Keingintahuan yang tinggi akan mendorong siswa untuk mencari konsep dan informasi baru yang sedang dipelajari, sehingga pengetahuannya bertambah dan prestasinya meningkat, sedangkan siswa yang keingintahuannya rendah akan mendapatkan hal yang sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hesty Handayani (2010) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis kemukakan di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1.
Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru belum sesuai dengan karakter materi Biologi sehingga mengakibatkan prestasi belajar siswa belum optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 2. Metode pembelajaran selama ini banyak bersifat konvensional, pembelajaran masih berpusat pada guru, maka prestasi belajar siswa masih rendah karena siswa belum terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 3. Terdapat berbagai macam metode inquiry akan tetapi pada kenyatannya inquiry belum dilaksanakan sesuai dengan karakternya. 4. Ada kecenderungan guru memperlakukan anak didik sebagai objek tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mengembangkan diri, sehingga mengakibatkan tidak bisa aktif dalam kegiatan pembelajaran. 5. Keberhasilan belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor terutama
faktor internal dan eksternal akan tetapi dalam praktiknya guru kurang memperhatikan hal ini. 6. Dalam proses pembelajaran siswa hanya dikonsentrasikan untuk menguasai
isi, tanpa memperhatikan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang optimal 7. Kemampuan
awal
merupakan
faktor
internal
yang
mempengaruhi
keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. 8. Tingkat keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, namun hal tersebut belum diperhatikan oleh guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. 9. Biologi belum diajarkan sesuai dengan karakteristiknya sehingga proses pembelajaran kurang optimal dan mengakibatkan prestasi belajar siswa masih belum optimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat mencapai sasaran, maka perlu pembatasan masalah, pembatasan masalah dititik beratkan pada : 1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi 2. Faktor internal yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah kemampuan awal dan keingintahuan siswa yang dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah. 3. Materi pelajaran difokuskan pada pokok bahasan sistem respirasi
D. Perumusan Masalah Dalam pembelajaran, banyak masalah yang dihadapi, akan tetapi dalam penelitian ini hanya akan ditinjau pada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi? 2. Adakah pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi? 3. Adakah pengaruh
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar
Biologi? 4. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal commit to user siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 5. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi? 6. Adakah interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi? 7. Adakah interaksi antara metode dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi. 2. Pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi. 3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi. 4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi. 5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi. 6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi 7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Manfaat teoritis a. Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa. b. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi c. Menjadi bahan pustaka bagi penelitian yang sejenis 2. Manfaat praktis a. Menambah perbendaharaan tentang metode pembelajaran yang lebih inovatif sehingga menarik perhatian siswa dan tidak membosankan. b. Memberi masukan kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang tepat. c. Meningkatkan prestasi belajar siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Ketika berkecimpung di dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sanggat fundamental. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sanggat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Muhaibin Syah (2006: 89) dalam bukunya psikologi pendidikan menyatakan bahwa “Kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya kemungkinan akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik”. Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses tindakan atau prilaku. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, secara etimologis belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Belajar menurut Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 11) didefinisikan sebagai suatu proses perubahan prilaku suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Jadi dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 dikatakan bahwa dalam proses belajar, akan terjadi perubahan dan membutuhkan waktu. Menurut Winkel (1996: 33) belajar adalah ”Suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkunga yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif, konstan, dan berbekas”. Morgan dalam Ngalim Purwanto (1990: 84) mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah “Suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruahn, sebagai hasil pengalamnya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1996:5) belajar adalah: Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk. Seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspekaspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Berdasarkan pendapat tentang pengertian yang telah diungkapkan di atas, maka belajar dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu melalui latihan atau pengalaman serta ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terdiri dari perubahan kognitif yang meliputi pengetahuan atau pemahaman. Perubahan secara afektif atau perubahan sikap dan perubahan psikomotorik (ketrampilan). Dalam belajar, siswa tidak akan lepas denan interaksi antar siswa, siswa dengan fasilitas belajar, ataupun siswa dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 guru. Kemampuan interaksi setiap individu akan mempengaruhi proses dan hasil belajar yang bersangkutan dan membentuk kepribadian (Jack Conficld, 1992:27). b. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran merupakan membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh proses pembelajaran. “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik” (Syaiful Sagala, 2005: 61). Jadi untuk mencapai tujuan belajar dalam pembelajaran melibatkan pendidik dan peserta didik. Pembelajaran memiliki dua karakteristik, pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berpikir, kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga memperoleh pengetahuan yang mereka kontruksi sendiri. Jadi pembelajaran menurut penelitian ini merupakan usaha untuk membantu siswa mempelajari sesuatu hal yang baru secara interaktif, sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya. 2. Teori Belajar Yang mendukung Penelitian Untuk menjelaskan proses belajar itu berlangsung, timbul berbagai teori.” Setiap teori memberi penjelasan tentang aspek belajar tertentu dan tidak sesuai dengan macam bentuk belajar” (Nasution; 2005: 131-132). Menurut Nasution (2005:135) ”Kita tidak perlu memilih satu teori belajar tertentu bagi segala bentuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 belajar, juga tidak perlu kita menolak teori tertentu”. Dengan demikian semua teori belajar dapat memberi bantuan kepada guru dalam proses belajar mengajar. ”Belum diciptakan satu teori belajar yang mencakup semua bentuk belajar” ( Nasution; 2005: 131-132). Dalam penelitian ini digunakan beberapa teori belajar diantaranya adalah: a. Teori belajar Bruner Jerome Bruner adalah seorang profesor psikologi dari Harvard University di Amerika Serikat. Model instruksional kognitif dari Bruner dikenal dengan belajar penemuan (discovery learning). Siswa hendaknya belajar melalui kemampuannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sebagaimana ungkapan Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103) berikut: Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya menghasilkan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Proses pencarian pengetahuan ini memiliki beberapa keunikan. Pertama, pengetahuan tersebut dapat bertahan lama dalam ingatan siswa. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek tranfser yang lebih baik, dalam artian konsepkonsep atau prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif siswa lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih menemukan
dan
memecahkan
masalah
keterampilan kognitif siswa untuk tanpa
pertolongan
orang
lain,
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja keras terus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 menerus dalam rangka mencari jawaban dan melatih siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Pada teorinya Bruner juga mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut antara lain adalah 1) Memperoleh informasi baru; 2) Transformasi informasi; dan 3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pendekatan Bruner terhadap belajar berdasarkan dua asumsi. Asumsi yang pertama adalah bahwa orang memperoleh pengetahuan merupakan proses interaktif. Asumsi yang kedua adalah orang yang mengkonsruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi sebelumnya. Jika aktivitas belajar dikaitkan dengan peranan guru, maka akan terbentuk sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif dan menarik. Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan, pengetahuan tersebut perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan tersebut dapat diinternalisasi dalam pikiran orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jika pengetahuan yang dipelajari itu melalui tiga tahap, yaitu: Pertama,tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu dipelajari aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Kedua, tahap ikonik, yaitu tahap pembelajaran pengetahuan ketika pengetahuan itu dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkrit. Ketiga, tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran ketika pengetahuan itu di presentasikan dalam bentu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 simbol-simbol abstrak, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) maupun lambang-lambang abstrak yang lain. Kaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah pada teori Bruner pembelajaran yang baik adalah pembelajaran penemuan, dan pada penelitian ini digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan
inquiry bebas termodifikasi
adalah pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk menemukan suatu konsep sendiri. Salah satu contoh pada pembelajaran sistem respirasi yang sesuai dengan teori belajar Bruner yaitu untuk menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O dan energi. Siswa diminta mengamati, menduga, dan menganalisis perubahan yang terjadi pada dua erlenmeyer, erlenmeyer yang pertama berisi krupuk dan kecambah, sedangkan erlenmeyer ke dua hanya berisi kerupuk. Masing-masing erlenmeyer dilengkapi dengan termometer dan ditutup dengan kapas. Diamati perubahan yang terjadi pada termometer dan krupuk setiap 5 menit selama 15 menit pada kedua erlenmeyer, kemudian siswa diminta menduga, menyelidiki, dan menganalisis kenapa suhu pada erlemeyer pertama menjadi meningkat dan krupuk yang ada di dalam erlenmeyer tersebut menjadi basah sedangkan pada erlemeyer ke dua keadaan suhu dan krupuk masih tetap seperti keadaan semula dan pada akhirnya siswa menemukan bahwa respirasi menghasilkan H2O dan energi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 b. Teori belajar Ausubel Salah satu teori belajar yang berprinsip bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila siswa mengalami bukan mengetahui. Implikasi dari pembelajaran ini adalah sesuatu yang harus dipelajari siswa baik itu pengetahuan atau ketrampilan harus bermakna bagi siswa. Dengan demikian pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru bila memiliki makna. Proses pembelajaran tidak hanya menyenangkan siswa saat mempelajari materi (joyfull learning), tetapi juga bermanfaat bagi hidupnya nanti. Sesuai dengan tujuan belajar dan pembelajaran sangat diharapkan senantiasa mengaitkan pembelajaran dengan dunia nyata siswa. Menurut Ausubel, ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses penerimaan informasi baru yang dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar, sedangkan belajar menghafal adalah kegiatan belajar seseorang dengan memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang telah ia ketahui. Belajar bermakna terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep, yaitu belajar dengan menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu dan perubahan konsep yang telah ada mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang sudah dimiliki. Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru belum ada dalam struktur kognitif seseorang, informasi baru harus dipelajari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 melalui belajar menghafal. Dalam proses ini informasi yang baru tidak diasosiasikan dengan konsep yang telah ada dalam struktur kognitif. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema (konsep) yang telah dimiliki. Dalam proses ini seseorang dapat mengembangkan skema yang sudah ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengkontruksi sesuatu yang siswa pelajari sendiri. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 134) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya mencoba-coba menghafal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsepkonsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Kaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah pada teori belajar Ausebel pembelajaran yang baik adalah belajar yang bermakna, dan pada penelitian ini digunakan pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dan ditinjau dari kemampuan awal siswa, siswa mengalami sendiri dalam menemukan konsep atau informasi, dan dalam menemukan konsep atau informasi tersebut dikaitkan dengan kemampuan atau pengetahuan yang sudah ada sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi, karena konsep atau informasi yang didapat sendiri akan bertahann lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh pembelajaran yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah siswa memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan respirasi/pernapasan melalui percobaan dan pengamatan dengan peralatan yang sederhana, sehingga siswa dapat mengaplikasikan informasi yang diperoleh tersebut dalam kehidupan sehari-hari, c. Teori Belajar Gagne Menurut Gagne dalam Muhammad Surya (2003 : 60) ”Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosen informasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi internal adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 pembelajaran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses belajar berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan eksternal akan menghasilkan hasil belajar. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran (Akhmad Sudrajat http://www.bpk penabur.or.id/file/ 09.0.pdf, diakses 02 Desember 2009/13.10 WIB) Gagne mengemukakan lima kategori hasil belajar yang merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia yang terdiri atas informasi verbal, kecakapan intelektual, setrategi kognitif, dan kecakapan motorik. Informasi verbal adalah kemampuan untuk menuangkan kemampuan dalam bentuk bahasa yang memadahi sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Kemampuan ini diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dari katakata yang diucapkan oleh seseorang, televisi, radio, dan media lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan ini menyangkut dalam hal membedakan (diskriminasi), konsep konkret, konsep abstrak, aturan-aturan, dan hukum-hukum. Strategi kognitif merupakan organisasi ketrampilan internal yang diperlukan dalam belajar, mengingat, dan berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Sikap merupakan hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk berbagai tindakan yang akan dilakukan. Kecakapan motorik adalah hasil pembelajaran yang berupa pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik. Berdasarkan teori belajar Gagne ini, belajar juga dapat merupakan usaha positip dari individu agar terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan yang dimaksud oleh Gagne adalah perubahan mengenai segala aspek kepribadian, yang meliputi penambahan pengetahuan, sikap kebiasaan, kecakapan-kecakapan, minat, penyesuaian diri terhadap lingkungan, dan sebagainya. Perubahanperubahan tersebut terjadi melalui pengalaman atau latihan-latihan. Dalam pembelajaran Biologi perlu menggunakan media yang ada di lingkungan siswa. Pembelajaran Biologi tidak bisa dilepaskan dari peristiwa alam, sehingga berdasarkan teori belajar Gagne pembelajaran Biologi akan menjadi baik apabila
dilakukan
sesuai
dengan
karakteristiknya.
Biologi
merupakan
pembelajaran yang bersifat abstrak untuk itu harus diubah menjadi sesuatu yang bersifat nyata. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran inquiry, sehingga siswa akan menemukan konsep/informosi sendiri. Salah satu contoh pembelajaran sistem respirasi pada penelitian ini yang sesuai dengan teori belajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 Gagne adalah ketika siswa melakukan kegiatan untuk menemukan konsep masuknya udara pernapasan ke dalam paru-paru melaui kegiatan eksperimen. d. Teori Belajar Jean Piaget Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132). Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Ratna Wilis Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu (Paul Suparno, 1996: 7). Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak seimbangan dan keadaan keseimbangan (Poedjiadi, 1999: 61) dalam http://wahib-dr.com/teoribelajar-konstruktivisme.html, diakses 03 Desember 2009/jam 13.10 Berdasarkan pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Menurut Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 152) setiap individu mengalami perkembangan intelektual yaitu: 1) Sensori motor (0-2 tahun), 2) Pra operasional (2-7 tahun), 3) Operasional konkrit (7-11 tahun), dan 4) Operasional formal (11 tahun ke atas). Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah inquiry dan sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA, siswa SMA rata-rata berumur 17-18 tahun, pada usia ini anak mengalami tahapan perkembangan intelektual operasional formal. Menurut Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) dalam tahapan operasional formal anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan mengacu pada pola berpikir ”kemungkinan”. Anak pada tahapan ini sudah memiliki metode berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan, dan mengembangkan hipotesis. Piaget dalam Astri Budianingsih (2005: 39) menyebutkan bahwa pada tahap operasional formal anak sudah dapat: 1) Bekerja secara efektif dan sistemis, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 2) Menganalisis secara kombinasi, 3) Berpikir secara proposional, dan 4) Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi. Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaran inquiry, metode pembelajaran inquiry adalah metode pembelajaran induktif, menurut Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) ”Inquiry adalah proses menemukan dan menyelidiki masalahmasalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, menggumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka metode inquiry cocok digunakan untuk siswa SMA kelas XI dan sesuai dengan teori belajar yang dikemukakan oleh Piaget, selain metode pembelajaran yang digunakan media yang digunakan siswa untuk membantu dalam menmukan konsep dan informasi juga sesuai dengan pola berpikir anak, dalam hal ini anak usia SMA sudah mampu berpikir abstrak dan logis. 3. Metode Pembelajaran Inquiry a. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran. Menurut Winarno Surakhmad (1190: 96) ”Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan”. Dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan, guru dituntut untuk memiliki kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan tersebut sangat diperlukan oleh guru sehingga guru dalam menyajikan materi pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien. Sedangkan menurut Dick dan Cary (1990: 1) ”Metode pembelajaran adalah suatu metode dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan”. Menurut Hasibuan dan Moedjono (200: 3) metode mengajar merupakan bagian dari alat dan cara pelaksanaan suatu pembelajaran. Metode mengajar dapat juga disebut teknik penyajian. Adapun teknik penyajian menurut Roestiyah (2001: 1) adalah ”Suatu pengetahuan tentang caracara mengajar yang dipergunakan guru atau instruktur”. Pengertian lain masih menurut Roestiyah (2001: 1) teknik penyajian ialah ”Teknik yang dikuasai guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa metode pembelajaran merupakan pengetahuan mengenai cara-cara yang digunakan oleh guru atau instruktur dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila guru mampu memilih metode yang tepat. Dengan metode yang tepat siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga mengenai pada tujuan yang diharapkan. Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah metode pembelajaran inquiry. b. Pengertian Metode Pembelajaran Inquiry Metode pembelajaran inquiry memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses fisik maupun mental dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran yang dapat dipilih dalam proses kegiatan belajar mengajar terutama IPA Biologi, mengingat dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu bentuk kegiatan yang dapat mengubah siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 untuk dapat menemukan suatu konsep melalui kreatifitas secara langsung. Inquiry berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyelidiki atau menanyakan tentang sesuatu. Upaya melakukan penyelidikan dalam rangka memecahkan suatu masalah berarti metode pembelajaran inquiry adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pengalaman-pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Proses mental yang dilakukan misalnya: mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan mengambil kesimpulan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing dan fasilitator belajar baik secara kelompok maupun perseorangan. Proses pembelajaran dengan metode inquiry memberikan kesempatan luas kepada siswa yang merupakan prasyarat bagi siswa untuk berlatih mandiri. Ada beberapa definisi berkaitan dengan metode
Inquiry antara lain
Trowbridge, Bybee, dan Sund dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) memberikan bahasan inquiry sebagai berikut: ”Inquiry adalah proses menemukan dan menyelidiki masalah-masalah, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen, menggumpulkan data, dan menarik kesimpulan tentang pemecahan masalah”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk mendapatkan kesimpulan dari suatu masalah harus melalui beberapa tahapan-tahapan ilmiah. Margono (1995: 51) mengemukakan bahwa Inquiry adalah suatu metode dalam pembelajaran yang menempatkan siswa secara bebas memilih atau mengatur obyek belajarnya. Menurut webster dalam Good and Brophy (1997: 193) “Inquiry commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 adalah the act or an instance of seeking truth, information or knowledge about something of asking for information”, yang maknanya adalah pembelajaran Inquiry merupakan suatu tindakan atau keadaan dalam mencari kebenaran, keterangan atau pengetahuan tentang suatu hal untuk mendapatkan infromasi atau pemahaman. Menurut Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 43) pembelajaran discovery mempunyai relevansi untuk pembelajaran Inquiry. Hal ini disebabkan adanya strategi yang serupa, kedua-duanya menekankan pentingnya proses kognitif siswa
untuk
mengungkap
arti
sesuatu
yang
dijumpai
dalam
lingkungannya. Dalam proses pembelajaran sama-sama berpusat pada siswa, siswa tidak hanya belajar konsep dan prinsip dari suatu materi pembelajaran, namun juga melatih rasa tanggung jawab, komunikasi sosial, rasa puas dalam belajar, dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Pendapat lain, menurut Muhammad Ali (2000: 86) mengatakan “Metode Inquiry dan discovery pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan. Inquiry artinya penyelidikan, sedangkan discovery adalah penemuan”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkann melalui penyelidikan akhirnya memperoleh suatu penemuan. Bahkan dengan penekanan pentingnya proses kognitif maka ada juga yang menterjemahkan dari “Many consider inquiry to be synonyms with discovery, inductive teaching, revlektive and problem solving”. Yang maksudnya adalah banyak orang menganggap bahwa inquiry identik dengan discovery, pengajaran induktif, pengajaran reflektif, dan pemecahan masalah (Kindsvateter R, Wiliam W Margaret Ishler,1996: 258). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Ciri utama metode inquiry adalah guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi, tetapi siswalah yang diberikan peluang untuk mengadakan penelaahan dan menemukan sendiri jawabannya melalui teknik pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Dimnyati (1999: 173), bahwa “Tujuan utama inquiry adalah mengembangkan ketrampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah”. Berdasarkan berbagai definisi dan ciri-ciri metode pembelajaran inquiry di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran inquiry adalah merupakan metode pembelajaran yang menitik beratkan pada upaya pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar menemukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaanpertanyaan yang mengarah pada pencapain tujuan pembelajaran. Inquiry adalah sebuah sistem atau cara dalam melihat sebuah pengetahuan atau hal baru. Cara pandang Inquiry membantu pengembangan pola dan cara berfikir yang akan terus bertahan dan berkembang dalam perjalanan siswa sebagai pembelajar. Apabila cara berfikir tersebut sudah menjadi cara berfikir siswa, maka siswa akan menjadi pemikir yang kreatif dan pribadi yang mampu memecahkan masalah. Mengacu pada UUSPN No. 20 tahun 2003 manyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan konsep yang baik terhadap materi pelajaran. Upaya pembelajaran yang dikembangkan diharapkan mempunyai berbagai macam
karakteristik.
Karakteristik
tersebut
antara
lain:
dalam
proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar untuk mendengar dan mencatat saja, akan tetapi menghenadaki aktivitas siswa dalam berfikir, kemudian pembelajaran dibangun dengan suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada giliriannya kemampuan berfikir tersebut dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Pembelajaran dengan metode inquiry sebagai suatu metode pembelajaran penyelidikan yang mengembangkan cara berfikir ilmiah, menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. Peran guru dalam proses pembelajaran ini adalah membimbing dan sekaligus sebagai fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih dan mengarahkan masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan bersama antar siswa sendiri. c. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry Ada beberapa pendapat tentang langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiry. Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran inquiry menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah sebagai berikut: 1).Stimulation: guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan, 2) Problem statement: memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai persoalan, 3) Data collection: perngumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uji coba sendiri dan lain-lain oleh siswa, 4) Data prossesing: pengolahan, pengacakan, pengklasifikasian, pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat kepercayaan tertentu, 5) Verification atau pembuktian: pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada, 6) Generalization: berdasarkan hasil verifikasi, siswa menarik kesimpulan atau genaralisasi tertentu Kindsvatter, Wilen, dan Ishler dalam Paul Suparno (1996: 66) menjabarkan langkah-langkah Inquiry yaitu; 1) Identifikasi dan klarifikasi persoalan, 2) Membuat hipotesis; 3) Mengumpulkan data; 4) Menganalisis data, dan 5) mengambil kesimpulan. Menurut
Joyce and Weil (2000: 179-181)
langkah-langkah pembelajaran adalah: 1) Menghadapi masalah dengan cara guru menyajikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur Inquiry kepada para siswa; 2) Pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu informasi yang dilihat dan
dialami
obyek
(situasi
problematik);
3)
Pengumpulan
data
dan
eksperimentasi, para siswa diperkenalkan dengan elemen baru ke dalam situasi yang berbeda dengan menyusun hipotesis hubungan kausal; 4) Memformulasikan penjelasan. Disisi lain Burden dan Byrd (1999: 104) berpendapat bahwa pembelajaran Inquiry dibagi menjadi empat komponen yaitu: 1) Melontarkan masalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 dihadapan siswa untuk menstimulasi dan memotivasi siswa; 2) Merumuskan hipotesis; 3) Siswa mengumpulkan data untuk menyelesaikan masalah; 4) Siswa menganalisa data dan membandingkan dengan hipotesis. Menurut Margono (1989: 53) pembelajaran Inquiry dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Siswa dirangsang oleh guru dengan permasalahan, pernyataan, pertanyaan permainan, teka-teki dan gambar; 2) Siswa diminta menentukan langkah mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan secara individual maupun kelompok; 3) Siswa mencoba merumuskan pemecahan masalah; 4) Siswa menyusun prosedur. d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry Setiap metode pembelajaran yang digunakan memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pada metode pembelajaran inquiry siswa dirancang untuk menemukan sendiri konsep ilmu yang akan dipelajari sehingga diharapkan dari penemuan sendiri suatu konsep oleh siswa selain lebih mudah dimengerti dan diingat, juga dapat menumbuhkan motivasi intrinsik siswa karena siswa merasa puas atas hasil dari penemuan mereka. Metode pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup banyak, karena dalam prosesnya siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan dengan cara mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber serta melakukan uji coba sendiri. Apabila selama proses penemuan konsep kurang terbimbing atau kurang terarah, maka akan terjadi kekacauan dan kekaburan atas konsep yang dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 1) Kelebihan Metode Pembelajaran Inquiry Menurut Moh. Amien (1987: 18) kelebihan dari pembelajaran ini antara lain: a) Dapat membentuk dan mengembangkan “self concep” pada diri siswa sehingga siswa dapat mengerti dan memahami dengan baik konsep dasar dan ideide yang lebih banyak; b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan trasnfer pada situasi-situasi proses belajar baru; c) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap jujur, obyektif dan terbuka; d) Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri; e) Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik. Menurut Jerome Bruner dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 103) menyebutkan beberapa kelebihan metode inquiry adalah: a) Pengetahuan lebih tahan lama untuk diingat, atau mudah diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; b) Hasil belajar inquiry mempunyai efek transfer yang sangat baik, daripada hasil belajar lainnya; c) Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas; d) Dapat melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain; e) Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabanjawaban yang sesuai 2) Kelemahan Metode Pembelajaran Inquiry Disamping beberapa kelebihan yang telah utarakan di atas, berikut merupakan beberapa kelemahan yang dimiliki oleh metode pembelajaran inquiry. Menurut Moh Amien (1987: 18) kelemahan pembelajaran dengan menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 metode inquiry antara lain: a) Tidak semua guru atau siswa mampu menggunakan metode ini, tanpa bimbingan fasilitas dan sumber fasilitas yang memadai; b) Jika jumlah siswa banyak, tugas guru dalam membimbing dan mengawasi menjadi lebih berat; c) Siswa yang gagal menyelesaikan tugasnya akan merasa frustasi Menurut Momi Sahroni dalam Tantyo Hatmono dalam Tarono (2006: 36) kelemahan dari metode inquiry adalah:a) Kesukaran untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan faktual, dimana pengetahuan itu secara efisien diperoleh dengan pengajaran deduktif; b) Ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan sebagian besar siswa diam, pasif sambil menunggu adanya siswa yang menyatakan aturan umum tersebut; c) Suatu keluhan umum bahwa metode inquiry memerlukan waktu banyak, sedangkan waktu di sekolah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam kurikulum; d) Tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang kelebihan dan kelemahan yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal dari kelebihan metode pembelajaran inquiry antara lain: siswa akan terlihat lebih aktif, terlatih untuk berfikir kritis dan bersikap ilmiah, dan belajar untuk menemukan konsep-konsep sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Sedangkan beberapa kelemahan metode inquiry antara lain: dalam pelaksanannya membutuhkan waktu yang banyak, membutuhkan kerja keras dan kesadaran dari seluruh siswa dan membutuhkan kesabaran yang kuat untuk memperoleh suatu konsep. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Inquiry Menurut Margono (1989: 52) bahwa dilihat besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa dalam proses pembelajaran, metode inquiry dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Inquiry terpimpin/terbimbing, 2) Inquiry bebas, dan 3) Inquiry bebas yang dimodifikasi. Dari ketiga jenis inquiry ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi. 4. Inquiry Terbimbing (Guided Inquiry) Salah satu pengembangan kemampuan “inquiry” pada diri siswa melalui pengajan science dapat dilukiskan dengan kegiatan guided inquiry. Menurut Moh. Amien (1979: 15) “Istilah “guided inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan “inquiry” guru menyediakan bimbingan/ petunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian perencanaan dibuat oleh guru”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa guided inquiry atau inquiry terbimbing adalah kegiatan pembelajaran penemuan, permasalahan/problem diberikan oleh guru. Siswa tidak merumuskan problema. Petunjuk yang cukup luas tentang cara menyusun dan mencatat diberikan oleh guru. Guru menyajikan bimbingan/petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Petunjuk yang luas dari guru biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya membimbing. Pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan oleh siswa disusun oleh guru dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaanya guru masih dapat membantu siswa agar dapat menyimpulkan sendiri hasil belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 Menurut Moh. Amien (1979: 15-16) Pada umumnya suatu “guided inquiry” terdiri dari: a. Pernyataan problema: problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa; b Prinsip atau konsep yang diajarkan: prinsip-prinsip dan/atau konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan, harus ditulis dengan jelas dan tepat; c. Alat/Bahan: alat/bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk melakukan kegiatan; d. Diskusi pengarahan : berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa (kelas) untuk didiskusikan sebelum para siswa melakukan kegiatan “inquiry”; e. Kegiatan inquiry: kegiatan metoda “inquiry” oleh siswa berupa kegiatan percobaan/penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-konsep dan/atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru; f. Proses berpikir siswa: proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukkan tentang “mental operation: siswa yang diterapkan selama kegiatan berlangsung; g. Pertanyaan yang bersifat “open-ended”: harus berupa pertanyaan yang mengarah ke pengembangan tambahan kegiatan penyelidikan yang dapat dilakukan oleh siswa; h. Catatan guru : catatan guru berupa catatan-catatan lain yang meliputi: penjelasan tentang hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan/pelajaran, isi/materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan, faktor-faktor variabel yang dapat mempengaruhi hasil-hasilnya. 5. Inquiry Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan inquiry bebas tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Pada metode pembelajaran ini guru memberikan masalah tersebut melalui commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban dan siswa harus didorong untuk memecahkan masalah dalam kerja kelompok atau perorangan. Metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode pembelajaran ini diantaranya: a. Membantu perkembangan berfikir siswa, terutama dalam memproses menentukan bermacammacam keterangan; b. Siswa memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan ide-ide yang baik; c. Siswa terdorong untuk berfikir secara bebas terbuka sehingga akan memberikan kepuasan kepada dirinya sendiri; siswa terdorong untuk berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri. Sedangkan kelemahannya adalah: a) Siswa yang motivasinya kurang dalam hal pengumpulan data dan keterangan hasilnya akan kurang memuaskan; dan b. Siswa masih kurang inisiatif untuk mendapatkan data, karena kurang pengalaman. c. Strategi pembelajaran ini memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang banyak. Pada penelitian ini digunakan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi. Proses pembelajaran dengan metode imquiry terbimbing siswa diarahkan pada proses berpikir dan memecahkan masalah dengan cara problem solving, artinya siswa dihadapkan pada permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk memperoleh jawaban dari masalah tersebut perlu diperoleh melalui suatu percobaan, observasi, maupun studi pustaka dan ditemukan hasilnya berupa konsep dan prinsip yang benar-benar masih baru. Sedangkan pada proses pembelajaran inquiry bebas termodifikasi siswa diberi suatu permasalahan terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 kesempatan yang luas untuk menemukan masalah yang tujuannya telah dirumuskan oleh guru. 6. Kemampuan Awal Siswa a. Pengertian Kemampuan Awal Proses pembelajaran guru akan selalu berinteraksi dengan siswa. Siswa merupakan individu yang belajar yang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, sehingga dalam melaksanakan kewajibannya tidak bisa memperlakukan sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Perbedaan individu salah satunya adalah kemampuan belajar siswa. Perbedaan ini akan membuat tingkat penguasaan materi pelajaran yang berbeda pula. Hal ini dapat diasumsikan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi cenderung hasil belajar yang dicapai juga tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal kurang akan mengalami sedikit kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Kemampuan awal merupakan prasyarat yang diperlukan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan diperlukan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (2005: 150) yang menyatakan bahwa tingkah laku awal itu menyangkut suatu kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional (prasyarat). Pada awal proses pembelajaran, siswa belum mempunyai kemampuan yang dijadikan tujuan instruksional dari interaksi guru dan siswa, bahkan terdapat suatu jurang antara tingkah laku siswa pada awal proses pembelajaran harus menjembatani jurang itu. Setiap proses pembelajaran mempunyai titik tolaknya sendiri atau berpangkal pada kemampuan siswa tertentu (tingkah laku awal) untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 dikembangkan menjadi kemampuan baru, sesuai dengan tujuan instruksional. Oleh karena itu keadaan siswa pada awal proses pembelajaran tertentu mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan instruksional (tingkah laku akhir). Menurut Poerwadarminta (1994: 620), kemampuan berarti kesanggupan melakukan sesuatu, sedangkan awal adalah mulai/pertama. Berdasarkan arti tersebut kemampuan awal adalah suatu keadaan yang berupa kemampuan yang terdapat sebelum proses belajar mengajar berlangsung dimulai, namun dapat berperanan terhadap proses tersebut. Kemampuan awal merupakan dasar atau bekal untuk memperoleh pengetahuan baru yang lebih tinggi tingkatnya, sehingga dalam melakukan segala aktivitas kemampuan awal siswa akan berpengaruh terhadap keberhasilan aktivitas yang dilakukan sebelumnya. b. Cara Mengukur Kemampuan Awal Menurut Abdul. Gafur (1982: 60) langkah-langkah untuk mengetahui karakteristik siswa, kemampuan awal ada dua cara. Cara pertama adalah dengan menggunakan catatan yang tersedia. Dokumen yang dimaksud adalah Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), nilai tes intelegensi, serta nilai tes masuk. Dan cara kedua dengan menggunakan prasyarat dan tes awal atau pre-requisite tes dan pre-tes. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal dapat diukur dengan tes tertentu dan hasilnya dapat digunakan oleh guru untuk menentukan strategi pembelajarannya. Kemampuan awal dapat diperoleh dari hasil tes yang terdokumentasi atau tes awal. Dalam penelitian ini diadakan tes kemampuan awal tentang konsep Sistem Respirasi yang disusun sendiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 berdasarkan silabus. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, soal tersebut diuji cobakan dahulu kemudian dianalisis mengenai reliabilitas, validitas, dan daya pembeda. 7. Keingintahuan Siswa a. Pengertian Keingintahuan Siswa Keingintahuan tidak lepas dari kata keinginan yang didefinisikan sebagai dorongan nafsu, yang tertuju pada suatu benda tertentu, atau yang kongrit. Keinginan yang dipraktikkan dapat menjadi kebiasaan. Sedangkan keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang disebut dengan hasrat (Agus Sujanto, 2004: 86). Dengan demikian keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk mengetahui suatu benda tertentu. Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu obyek disebut dengan minat (Djemari Mardapi, 2004: 16). Keingintahuan atau Curiosity merupakan salah satu aspek yang bersifat kondisional bagi pengembangan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat budaya belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi akan selalu ingin tahu segala hal. Di dalam kelas siswa akan sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima. Keingintahuan dapat diartikan sebagai keinginan untuk tahu. Keinginan adalah dorongan nafsu untuk menuju ke suatu hal yang kongkrit, sehingga keinginan untuk tahu adalah dorongan untuk mengetahui suatu hal yang kongrit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Menurut Oemar Hamalik (2002: 159-160) keadaan selalu ingin tahu merupakan salah satu komponen dalam dari motivasi. Siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan sangat sensitif terhadap rangsangan yang mengenainya. Dalam kelas siswa seperti ini akan tampak dari antusiasmenya mengikuti pembelajaran dan banyaknya dia mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan merupakan eksplorasinya terhadap lingkungan dan rangsangan yang datang padanya. Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 81) Siswa dengan keingintahuannya yang tinggi akan bersikap positif terhadap pelajaran yang disampaikan oleh gurunya, karena siswa akan mengangap bahwa pembelajaran itu merupakan hal yang baru yang harus diketahuinya dan bisa menjawab ketidaktahuannya. b. Cara Mengukur Keingintahuan Siswa Untuk mengetahui tingkat keingintahuan siswa, maka guru dapat mengukurnya dengan angket yang diisi siswa. Menurut Ridwan (2004 : 94), angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Sedangkan angket sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu angket terbuka (tidak terstruktur) dan tertutup (terstruktur). Angket terbuka memungkinkan responden memberikan respon sesuai dengan keadaan dan kehendaknya, sedangkan angket tertutp responden diminta untuk memilih respon yang ditawarkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup dengan empat pilihan jawaban. Berdasarkan teori tersebut tinggi, maka diharapkan siswa yang keingintahuan tinggi memiliki prestasi tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 8. Prestasi Belajar Syaiful Bachri (1994: 23) berpendapat bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan dalam individu, sedangkan Muhibin Syah (1995: 141) mengungkapkan bahwa “Prestasi belajar adalah alat ukur yang banyak digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan proses belajar mengajar”. Menurut Winkel (2005: 61) prestasi belajar boleh jadi merupakan kemampuan baru boleh juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Sedangkan menurut Slameto (2003:23) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun hal yang lain yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. BNSP (2006:26), menunjukkan bahwa “Prestasi belajar merupakan ketuntasan belajar”. Ketuntasan belajar setiap indiator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam menyelengarakan pembelajaran. Jadi, prestasi belajar adalah tingkat kecakapan/keberhasilan yang diperoleh siswa berkat pengalaman dan lain-lain yang diikutinya mealui proses belajar mengajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hal ini senada dengan pendapat Nana Sudjana (2001: 3) yang menyatakan bahwa”Hasil belajar siswa adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 a. Bidang Kognitif Anderson dan Krathwohl (2001) dalam Ella Yulaelawati (2005: 71) menyebutkan ranah/bidang kognitif terdiri dari enam tingkatan diantaranya: 1) Mengingat, 2) Memahami, 3) Menerapkan, 4) Menganalisis, 5) Menilai, dan 6) Menciptakan b. Bidang Afektif Martinis Yamin (2003: 32), menyatakan bahwa ”Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani”. Bidang afektif mencakup penilaian yang berkenaan dengan perasaan, minat, keinginan, dan penghargaan ketika siswa dihadapkan pada objek tertentu. c. Bidang Psikomotorik Kawasan psikomotorik menurut Martinis Yamin (2003: 37), adalah ”Kawasan yang berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot”. Jadi hasil belajar psikomotorik dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kelompok bertimdak individu. Aspek psikomotorik terdiri dari: 1) Meniru (perception), 2) Menyusun (manipulating), 3) Melakukan dengan prosedur (precition), 4) Melakukan dengan aktif dan benar (articulation), dan 5) Melakukan tindakan alami (naturalization). Penilaian mengukur perkembangan dan kemajuan siswa yang menyangkut dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan dalam kurikulum. Proses pembelajaran berhasil atau tidak dapat diketaahui melalui evaluasi oleh guru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 Evaluasi mengandung unsur mengukur (measurement) dan tidak mengukur (non measurement) atau menilai. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Menilai adalah mengambil sesuatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk, penilaian bersifat kualitatif (Endang Supartini, 2001) Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilakukan perbaikan terhadap
metode
pengajaran, sarana, prasarana maupun bahan yang akann disampaikan. Tinggi rendahnya prestasi belajar menunjukkan efektif atau tidaknya pembelajaran yang diikuti oleh siswa. Kesimpulan yang diambil adalah prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan dan mengikuti proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu. 9. Sistem Respirasi Bernapas adalah proses memasukkan dan mengeluarkan udara dari paruparu. Respirasi adalah proses penggunaan oksigen di dalam sel untuk menghasilkan energi. Pada akhir proses ini, dihasilkan limbah berupa gas karbondioksida. Gas tersebut akan dibawa darah ke paru-paru. a. Sistem Respirasi Manusia Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Sistem respirasi manusia termasuk sistem respirasi tidak langsung. Respirasi tidak langsung adalah respirasi di mana pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada alat-alat pernapasan atau respirasi. Alat-alat pernapasan atau respirasi ialah rongga hidung, faring, tenggorokan, bronkus; bronkiolus, dan alveolus. Berikut ini adalah uraian setiap organ pernapasan atau respirasi tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 1) Hidung Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar, berfungsi untuk menghirup udara. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambutrambut halus dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gasgas beracun atau berbau busuk. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
Gambar.2.1. Alat pernapasan manusia (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
2) Faring Dari rongga hidung udara yang hangat dan lembab selanjutnya masuk ke faring. Faring adalah suatu saluran yang menyerupai tabung sebagai persimpangan tempat lewatnya makanan dan udara. Faring terletak di antara rongga hidung dan kerongkongan. Pada bagian ujung bawah faring terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 katup yang disebut epiglotis. Epiglotis merupakan katup yang mengatur agar makanan dari mulut masuk ke kerongkongan, tidak ke tenggorokan. Pada saat menelan, epiglotis menutup laring. Dengan cara ini, makanan atau cairan tidak bisa masuk ke tenggorokan 3) Pangkal Tenggorokan (Laring) Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju lambung. Di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara, pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. 4) Batang Tenggorokan (Trakea) Batang tenggorokan tersusun dari cincin-cincin tulang rawan dan terletak di depan kerongkongan. Batang tenggorokan memanjang dari leher ke rongga dada atas. Di dalam rongga dada, batang tenggorokan ini bercabang dua. Setiap cabangnya masuk menuju paru-paru kanan dan paru-paru kiri. 5) Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi dua, yaitu menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Bronkus bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah. 6) Paru-paru Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan dibatasi dengan rongga perut dengan diafragma. Paru-paru merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung (alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas-gas. Paruparu terbagi menjadi paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri hanya dua belahan. Paruparu kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. 7) Bronkiolus dan Alveolus Di dalam paru-paru bronkus bercabang-cabang membentuk saluran yang semakin kecil ukurannya. Saluran yang terkecil disebut bronkiolus. Pada setiap bronkiolus terdapat segerombol kantung kecil seperti anggur , berdinding tipis yang disebut alveolus. Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida terjadi di antara alveolus dengan kapiler darah. Oksigen diikat oleh hemoglobin dan diedarkan ke seluruh tubuh. Seiring dengan kejadian tersebut, gas karbondioksida dikembalikan oleh sel-sel tubuh melalui kapiler darah. Karbondioksida akan meninggalkan tubuhmu pada saat mengeluarkan napas. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
Gambar.2.2. Bronkiolus dan alveolus (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
b. Proses Respirasi Proses pernapasan atau respirasi meliputi dua proses, yaitu menarik napas (inspirasi) serta mengeluarkan napas (ekspirasi). 1) Inspirasi Otot diafragma berkontraksi pada saat menarik napas, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Sewaktu menarik napas, udara masuk melalui hidung. Dari hidung, udara menuju ke tenggorokan, kemudian masuk ke paru-paru. Setelah mencapai paru-paru, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 diikat oleh hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh. 2) Ekspirasi Saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Gas karbondioksida yang dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut karbondioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru. Karbondioksida dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan napas. c. Mekanisme Respirasi Ada dua macam mekanisme pernapasan, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut 1) Pernapasan Dada Pernapasan dada terjadi karena otot antartulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk terangkat dan akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada ini membuat tekanan dalam rongga dada mengecil dan paru-paru mengembang. Akibatnya, tekanan udara di luar lebih besar daripada di dalam paruparu, akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antartulang rusuk berelaksasi, tulang rusuk turun. Hal ini menyebabkan volume rongga dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya pun naik. Pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara keluar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Gambar. 2.3. Pernapasan dada, inspirasi (kiri), ekspirasi (kanan) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf)
2) Pernapasan Perut Pernapasan perut terjadi karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma berkontraksi, rongga dada akan membesar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara akan masuk ke dalam paru-paru. Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula. Saat itu, rongga dada akan menyempit, mendorong paru-paru sehingga mengempis dan udara keluar.
Gambar. 2.4. Pernapasan perut, inspirasi (a), ekspirasi (b) (http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 d. Macam-Macam Udara Pernapasan Oksigen sangat penting dibutuhkan oleh tubuh karena dengan adanya oksigen, tubuh memperoleh energi. Oksigen dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk udara pernapasan. Udara pernapasan manusia dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu sebagai berikut: 1) Udara tidal (udara pernapasan): Udara pernapasan adalah udara yang masuk dan keluar saat berlangsungnya proses pernapasan biasa. Volume udara tidal orang dewasa kira-kira 500 mL. 2) Udara komplementer Udara komplementer adalah volume udara yang dapat ditarik ketika menarik napas dalam-dalam. Volume udara yang dapat ditarik mencapai 1500 mL. 3) Udara suplementer Udara suplementer merupakan volume udara yang dapat dihembuskan jika mengembuskan napas sekuat-kuatnya. Volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar 1500 mL. 4) Udara residu Udara residu adalah sisa udara dalam paru-paru ketika mengeluarkan napas sekuat-kuatnya. Sisa udara dalam paru-paru volumenya kira-kira 1500 mL. 5) Kapasitas vital Kapasitas vital paru-paru adalah jumlah dari volume udara tidal, volume udara komplementer, dan volume udara suplementer. Kapasitas vital merupakan udara yang dapat dihembuskan melakukan inspirasi secara maksimal. commit to user
semaksimal mungkin setelah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 6) Volume total paru-paru Volume total paru-paru merupakan udara yang dapat tertampung secara maksimal di dalam paru-paru secara keseluruhan. Volume total paru-paru juga bisa diukur dengan menjumlahkan kapasitas vital dengan udara residu e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pernapasan Kecepatan frekuensi pernapasan dipengaruhi beberapa faktor antaralain sebagai berikut: 1) Umur Semakin tua usia seseorang frekuensi pernapasannya semakin rendah sehingga mudah terengah-engah. Hal ini, terjadi karena adanya penurunan proporsi kebutuhan energinya. 2) Jenis kelamin Umumnya laki-laki banyak melakukan aktivitas sehingga membutuhkan energi yang lebih banyak. Hal itu mengakibatkan frekuensi pernapasannya lebih cepat. Dengan banyaknya udara pernapasan yang masuk ke sel-selnya, maka akan lebih banyak energi yang dihasilkannya sehingga laki-laki lebih tahan dan kuat dalam bekaerja. Namu, apabila seorang laki-laki dan perempuan dengan berat yang sama, usia sama, dan aktivitas sama, energi yang dibutuhkan lebih banyak perempuan sehingga frekuensi pernapasannya lebih cepat perempuan. 3) Suhu tubuh Di lingkungan yang panas, tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap stabil. Untuk itu, tubuh harus banyak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini, membutuhkan energi yang yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menguraikan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekuensi pernapasan. 4) Posisi tubuh Posisi tubuh berpengaruh terhadap beban otot pada sebagian organ tubuh kita. Otot pada organ tubuh dapat mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk menyesuaikan kebutuhan energinya. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa respirasi. Dengan posisi tubuh tertentu, dibutuhkan energi yang lebih banyak sehingga akan meningkatkan frekuensi pernapasan. 5) Kegiatan tubuh Orang yang melakukan pekerjaan lebih berat membutuhkan energi yang lebih banyak. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa respirasi. Aktivitas atau kegiatan tubuh yang berlebih akan meningkatkan frekuensi pernapasan. f. Pernapasan Eksternal dan Internal Untuk memperoleh oksigen dari luar, makhluk hidup mempunyai sistem pernapasan yang berbeda-beda. Paru-paru merupakan alat respirasi manusia yang mempunyai struktur tertentu untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen masuk ke dalam paru-paru dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah kemudian diikat oleh hemoglobin (Hb) dan di bawa ke organcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 organ serta jaringan-jaringan tubuh lainnya. Sebaliknya CO2 dari jaringan atau sel diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dikeluarkan. Paru-paru tersusun oleh struktur bronkiolus yang merupakan percabangan dari bronkus, kemudian bercabang-cabang lagi membentuk kantung-kantung udara (alveolus). Alveolus tersusun atas satu lapisan sel yang tipis, lembab, dan berlekatan dengan kapiler darah sehingga akan memudahkan proses difusi O2 dan CO2. Pembuluh-pembuluh darah kapiler yang ada di alveolus akan meneruskan proses difusi CO2 ke luar pembuluh darah menuju ke rongga alveolus, maupun difusi O2 dari alveolus menuju pembuluh darah untuk ditranspor ke seluruh jaringan. Paru-paru manusia ada dua, terletakk di sebelah kanan dan kiri. Pada paruparu sebelah kanan tersusun atas tiga lobus, yaitu lobus atas, tengah, bawah. Paruparu ssebelah kiri hanya tersusun atas dua lobus, yaitu lobus atas dan bawah. Dalam paru-paru orang dewasa tersusun ± 300 juta alveolus dan memberikan daerah permukaan total seluas 160 m2 untuk pertukaran gas. Di dalam alveolus berlangsung proses pertukaran O2 dan CO2 antara pembuluh darah yang mengandung banyak CO2 dengan udara luar yang banyak mengandung O2. Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi dua, yaitu pernapasan luar dan perapasan dalam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 1) Pernapasan luar (eksternal), yaitu proses pertukaran O2 dan CO2 antara udara luar dengan kapiler-kapiler darah yang ada di alveolus manusia
Gambar 2.5 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan luar (Reaven Johnson,2003 :1006)
Pada sistem pernapasan luar, oksigen yang beada di permukaan alveolus berdifusi masuk ke kapiler darah. Di dalam kapiler darah oksigen diikat hemoglobin (eritrosit) dan oksigen berubah menjadi senyawa oksihemoglobin. Reaksi pengikatan sebagai berikut: Hb + O2 → HbO2 (oksihemoglobin) Oksihemoglobin di dalam darah selanjutnya akan bergerak ke seluruh tubuh untuk mengirimkan oksigennya ke sel/jeringan sebagai oksidator dalam peristiwa respirasi di dalam mitokondria. Pada parnapasan eksternal ini, juga terjadi pertukaran CO2 yang dibawa darah dari sel. Darah yang masuk ke dalam kapiler paru-paru dari sel mengangkut CO2 dalam bentuk ion karbonat (HCO3), asam karbonat (H2CO3) yang terlarut dalam plasma dan karbonminoglobin (HbCO2). Reaksi pelepasan CO2 dari H2CO3, ion HCO3 dan HbCO3 adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 H2CO3
→ H2 + CO2
H+ + HCO2
→ H2CO3 → H2O + CO2
HbCO3
→ Hb + CO2
Ion H+ yang digunakan untuk mengubah ion HCO2 menjadi CO2 bereaksi dari HHb. Proses pelepasannya yaitu: HHb → H+ + Hb (hemoglibin) Setelah Hb terbebas dari ion H+ maka Hb dapat mengikat oksigen yang berdifusi dari udara bebas di alveolus membentuk oksihemoglobin. 2) Pernapasan dalam (internal), yaitu proses berlangsungya pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel atau jeringan tubuh.
Gambar 2.6 Mekanisme pertukaran CO2 dan O2 pada pernapasan dalam (Reaven Johnson, 2003: 1006)
Pada sistem pernapasan internal, oksihemoglobin sampai pada memran sel/jeringan tubuh, di sini oksihemoglobin melepaskan oksigen. Oksigen selanjutnya berdifusi masuk ke dalam cairan sel dan menuju ke mitokondria. Hb yang sudah tidak mengikat oksigen selanjutnya akan bereaksi mengikat CO2 dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 dalam sel membentuk karbominoglobin. Tidak semua Hb mengikat olsigen, selanjutnya akan berikatan dengan H+ membentuk HHb. Reaksinya adala sebagai berikut: HbO2 → Hb + O2 Hb + CO2 → HbCO2 (karbominoglobin) Hb + H+ → HHb Senyawa HHb terbentuk karena Hb yang kembali dari sel/jeringan setelah melepaskan oksigen, tidak semuanya mengangkut CO2, Hb agar dapat kembali ke alveolus dan mengikat oksigen lagi maka harus berikatan dengan H+ membentuk HHb. Pada pernapasan internal CO2 dari sel tidak semuanya diangkut oleh hemoglobin dslsm bentuk karbominoglobin. Tetapi sebagian besar CO2 akan diubah menjadi ion karbonat (H2CO3), asam karbonat (HCO3). Reaksi pengikatannya sebagai berikut: H2O + CO2 → H2CO3 H2O + CO2 → H2CO3 → H+ + HCO3 Semua reaksi pengikatan dan pengubahan senyawa CO2 di atas dikatalis oleh enzim karbonat anhidrase dan berlangsung di dalam eritrosit, tetapi tahap selanjutnya ion karbonat (HCO3) dan asam karbonat (H2CO3) keluar dari eritrosit menuju ke plasma darah dan diangkut menuju ke alveolus. Perpindahan ion HCO3- dari eritrosit ke plasma diikuti dengan pergerakan ion Cl (clorida) dari plasma ke eritrosit. Ini dikenal dengan mekanisme pertukaran klorida.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 g. Sistem Pernapasan Pada Hewan 1) Pernapasan Pada Protozoa Protozoa tidak memiliki alat pernafasan. Pengambilan oksigen dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuhnya. Oksigen masuk ke dalam mitokondria dan terjadilah proses pernafasan. Oksigen dan karbon dioksida keluar-masuk melalui membran sel secara difusi. Oksigen dan karbon dioksida tersebut merupakan gas-gas yang terlarut di dalam air. Contoh: Amoeba sp.
Gambar 2.7 Pernapasan melalui membrane sel (John Kimball, 1990: 504)
2) Pernapasan Pada Porifera Hewan phylum ini tubuhnya tersusun atas banyak sel dan memiliki jaringan yang sangat sederhana. Udara pernapasan dipertukarkan langsung oleh sel-sel di permukaan tubuh atau oleh sel-sel leher yang bersentuhan dengan air. Contoh: Spongia sp. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 3) Pernapasan Pada Coelenterata Hewan phylum coelenterata tubuhnya tersusun tersusun atas banyak banyak sel dan memiliki jaringan. Hewan ini tidak memiliki alat pernapasan lengkap. Alat bantu pernapasan berupa lekukan-lekukan lapisan gastrodermal yang berada sedikit di bawah mulut, yang disebut sifonoglifa. Namun sel-sel di permukaan tubuh yang lain juga dapat melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Contoh: Aurelia aurita, Hydra sp. dan Metrium sp. (ubur-ubur). 4) Pernapasan pada cacing (Vermes) Cacing (Vermes) dapat digolongkan ke dalam tiga phylum, yaitu: a. Cacing pipih (Platyhelminthes) pernapasan pada cacibg pipih terjadi di seluruh permukaan tubuh melalui difusi. Contoh: Planaria sp. b. Cacing
gilik
tidak
bersegmen
(Nemathelminthes)
pernapasan
pada
Nemathelminthe juga melalui difusi lewat permukaan tubuhnya. Contoh: Ascaris lumbricoides c. Cacing gilik bersegmen (Annelida) pernapasan Annelida melalui permukaan kulit yang selalu basah oleh cairan mukus. Contoh: Lumbricus sp. 5) Pernapasan Pada Serangga Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel menmpunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Gambar 2.8 Sistem trakea pada serangga (Mukayat Djarubito,1990)
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Mekanisme pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut: Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea..
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas pernapasan. Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik (Notonecta sp). mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabangcabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalu pembuluh trakea. 6) Pernapasan Pada Ikan Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaranlembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang pada ikan bertulang sejati commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung. Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, O2 dari air masuk ke dalam insang kemudian O2 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, CO2 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang diekskresikan keluar tubuh. Selain dimiliki oleh ikan, insang juga dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander
Gambar 2.9 Mekanisme pernapasan commitpada to user ikan (Reaven Johnson,2003 :1057)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 7) Pernapasan Pada Katak Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paru-paru walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentukbentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paruparu dan sebaliknya, karbondioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
Gambar 2.10. Alat pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Gambar 2.11. Mekanisme pernapasan pada katak (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
8) Pernapasan Pada Burung Pada burung, tempat berdifusinya gas pernapasan hanya terjadi di paruparu. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk. Jalur pernapasan pada burung berawal dari lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin. Bagian akhir trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink. Bagian dalamnya terdapat lipatanlipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus (bronkus sekunder). Bronkus ini dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian ventral) dan dorsobronkus (di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan dorsobronkus, oleh parabronkus. Parabronkus berupa tabung tabung kecil, tempat bermuara banyak commit to user kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Selain
paru-paru,
burung
memiliki
pundi-pundi
hawa
(sakus
pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap. Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan. Pundi-pundi hawa hanya berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Pundi-pundi hawa terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang (toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal). Masuknya udara yang kaya oksigen ke paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk (interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke bawah. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundipundi hawa sebagai cadangan udara. Udara pada pundi-pundi hawa dimanfaatkan hanya pada saat burung sedang mengepakkan sayapnya. Saat sayap mengepak atau diangkat ke atas maka kantung hawa di tulang korakoid terjepit sehingga oksigen pada tempat itu masuk ke paru-paru (inspirasi). Ekspirasi terjadi apabila otot interkostal relaksasi maka tulang rusuk dan tulang dada kembali ke posisi semula. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari tekanan di udara luar. Hal ini menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida keluar. Bersamaan dengan mengecilnya rongga dada, udara dari kantung hawa masuk ke paru-paru. Kemudian terjadi pelepasan oksigen dalam pembuluh kapiler di paru-paru. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 Pernafasan burung saat terbang Saat terbang pergerakan aktif dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan n otot yang berfungsi untuk terbang. Saat Saat mengepakan sayap (sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru
Gambar.2.12 Alat pernapasan pada burung (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Gambar. 2. 13 Mekanisme pernapasan pada burung; (a) inspirasi (b) ekspirasi (http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf)
9) Pernapasan Pada Reptil Reptil mempunyai kulit bersisik atau kering, sehingga sulit ditembus oleh air. Cairan yang hilang kulit sedikit sehingga reptil dapat bertahan hidup pada habitat yang kering. Alat pernapasan pada reptil adalah paru-paru. Paru-paru pada reptil dikelilinggi rongga dada yang dilindunggi oleh tulang rusuk. Tulang rusuk ini dapat merapat dan merenggang secara bergantian. Mekanisme pernapasan reptil terdiri dari fase inspirasi dan ekspirasi. Saat fase inspirasi, tulang rusuk merengang dan volume rongga dada meningkat, sehingga paru-paru yang kosong akan terisi oleh udara yang banyak mengandung oksigen, pada fase ekspirasi tulang rusuk akan merapat, sehingga udara yang mengandung karbondioksida dan uap air akan terdesak keluar dari paru-paru.
commit user (John Kimball, 1990: 465) Gambar 2. 14. Alat pernapasan PadatoReptil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 d. Macam-macam Kelainan Pada Sistem Respirasi Udara yang dihirup oleh paru-paru tidak selamanya bebas dari senyawa partikel ataupun makhluk hidup yang membahayakan manusia. Di kota-kota besar, banyaknya asap dari kendaraan bermotor ataupun industri berpengaruh pada kesehatan paru-paru, berikut ini adalah jenis-jenis gangguan pada alat respirasi. 1) Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada dinding alveolus. Penyakit ini dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya, paru-paru akan kuncup atau mengecil dan menyebabkan napas penderita sering terengah-engah. 2) Pneumonia: adalah merupakan radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Diplococcus pneumonia. Akibat peradangan alveolus dipenuhi oleh nanah dan lendir sehingga oksigen sulit berdifusi mencapai darah. 3) Bronkhitis, merupakan gangguan pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Gejalanya adalah penderita mengalami demam dan menghasilkan lendir yang menyumbat batang tenggorokan. Akibatnya penderita mengalami sesak napas 4) Asma,
merupakan
kelainan
penyumbatan
saluran
pernapasan
yang
disebabkan oleh alergi. Kelainan ini dapat diturunkan dan dapat kambuh jika suhu lingkungan cukup rendah atau keadaan dingin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 5) Pleuritis: yaitu penyakit ini menyebabkan peradangan pada selaput pembungkus paru-paru (pleura). Penyakit ini menyebabkan terdapatnya cairan berlebih pada pleura sehingga penderita akan sesak napas. 6) Asfiksi: yaitu penyakit yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen ke sel-sel atau jaringan tubuh. 7) Asidosis: yaitu kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu. 8) Emfisema: yaitu robeknya dinding alveolus sehingga mengurangi daerah pertukaran gas. 9) Difteri: yaitu penyumbatan oleh lender pada rongga faring maupun laring yang dihasilkan oleh infeksi kuman difteri. e. Pengaruh rokok dan asap pembakaran tak sempurna Kanker paru-paru dapat menyebabkan kematian pada penderitanya. Menghirup tar yang terdapat pada asap rokok adalah faktor terbesar penyumbang penyebab penyakit kanker paru-paru. Merokok juga diyakini sebagai salah satu faktor berkembangnya kanker mulut, kerongkongan, laring dan pankreas. Usaha yang dapat untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan dengan menghindari merokok. Bahan berbahaya yang lain adalah senyawa karbon monoksida (CO). Gas ini dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna. Beberapa sumber gas CO adalah asap kendaraan bermotor, asap pembakaran sampah dan asap hasil pembakaran rokok. Gas CO amat berbahaya bagi kesehatan karena sifat kimia CO yang lebih mudah berikatan dengan hemoglobin daripada dengan oksigen. Sehingga, bila di udara kandungan CO tinggi maka hemoglobin akan berikatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 dulu dengan CO, akibatnya sel-sel tubuh akan kekurangan oksigen. Keracunan gas CO dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kematian. f. Teknologi Penanggulangan Kelainan Sistem Pernapasan 1) Traekotomi, merupakan pembuatan lubang pada trakea untuk membantu memberikan pernapasan buatan. Trakeotomi biasanya dilakukan pada penderita dipteri akut yang dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran pernapasannya. 2) Pulmotor, merupakan alat untuk melakukan pernapasan buatan. Pernapasan buatan biasanya dilakukan kepada orang-orang yang mengalami gangguan pernapasan karena tenggelam dan shock karena sengatan listrik. 3) Oxygen catheter merupakan alat yang digunakan untuk mengalirkan oksigen ke dalam lubang hidung. 4) Spirometer merupakan alat untuk mengukur secara langsung dan cepat kemampuan paru-paru seseorang serta untuk diagnosa paru-paru yang abnormal. 5) Pernapasan buatan darurat dengan menggunakan metode Sylvester dan Hengger-Nelsen. Metode Sylvester dikenal sebagai metode pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Sedangkan metode Henger-Nelsen dilakukan dengan cara penderita ditengkurapkan, kepala dimiringkan, dan diikuti dengan menekan secara berirama pada bagian punggung untuk merangsang paru-paru mengembang dan mengempis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 B. Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian yang rerdahulu yang ada hubungannya dengan yang akan dilakukan (penelitian yang relevan) agar dapat memberikan gambaran yang jelas. 1. Tarono (2006) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Metode Inkuir Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhapap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah”, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan penguasaan konsep kedua kelas eksperimen adalah sama, setelah diberi perlakuan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran inkuiri terbimbing prestasinya lebih baik daripada menggunakan pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi. Kelemahan atau yang menjadi hambatan utama dalam penerapan pembelajaran ini adalah kurangnya pengalaman siswa terutama dalam penggunaan LKS. 2. Sigit Triyono (2008), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa”, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan penguasaan konsep kedua kelas eksperimen adalah sama, setelah diberi perlakuan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran inkuiri terbimbing prestasinya lebih baik daripada menggunakan metode demonstrasi. Persamaan atau relevansi yang dilakukan oleh kedua peneliti tersebut adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode inquiry, sedangkan perbedaan tentang peninjauannya yaitu: penelitian sebelumnya yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 dilakukan Tarono (2006) ditinjau dari Sikap Ilmiah sedangkan Sigit Triyono (2008) ditinjau dari motivasi berprestasi pada siswa SMA, sedangakan pada penelitian ini ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa. 3. Yulia Saraswati (2009) melakukan penelitian yang berjudul ”Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil terdapat interaksi antara penggunaan metode eksperimen dan demonstrasi melalui inkuiri terbimbing dengan kemampuan awal dan perhatian siswa terhadap prestasi belajar Fisika. Persamaan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian Yulia Saraswati tersebut adalah sama-sama meneliti pengaruh pembelajaran dengan metode inquiry dan melengkapi pada komponen kemampuan awal. 4. Legiman (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran 4Mat System dan Metode STAD Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa”. Keingintahuan menurut penelitian ini merupakan sikap pribadi yang tercermin untuk ingintahu terhadap sesuatu benda yang konkrit. Siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi dalam proses pembelajaran lebih aktif dan terbuka pikirannya dibandingkan dengan siswa yang keingintahuannya rendah. Di samping itu, siswa yang mempunyai keingintahuan tinggi akan bersemangat dalam memperoleh dan mengembangkan konsep ilmu secara kritis dalam melengkapi permasalahan. Keingintahuan memberikan hasil yang relatif berbeda dan memaksimalkan hasil belajar. Pada penelitian ini menyatakan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 kemampuan merupakan pemacu berpikir. Oleh karena itu, pembelajaran melalui metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk memunculkan keingintahuan siswa. Negosiasi kognitif dalam kelompok menambah kekayaan berpikir siswa, sehingga timbul keingintahuan dan proses akhir mampu mengidentifikasi masalah serta mampu mencari solusi. Relevansi atau persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian Legiman adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan perbedaannya terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan. 5. Hesty Handayani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Proyek Dengan Lab Real dan Audio Visual Ditinjau
Dari
Keingintahuan
Siswa
dan
Kemampuan
Kerjasama”.
Menyimpulkan bahwa aktifitas dan kegiatan observasi yang dilakukan siswa untuk pemenuhan keingintahuan mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, ada pengaruh yang signifikan keingintahuan siswa terhadap prestasi belsjar. Persamaan atau relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian Legiman adalah melengkapi pada komponen keingintahuan siswa, sedangkan perbedaannya terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan. 6. Ahmed Kiline (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activites” berdasarkan
kesimpulanya
menyatakan
bahwa
pembelajaran
dengan
pendekatan inkuiri berbasis laboratorium, berdasarkan opini para siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan hasil pemahaman yang diperoleh lebih permanen. 7. Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Community-Based Inquiry Improve Critical Thingking In General Biology” menyatakan bahwa pembelajaran CBI, di dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa pada pelajaran Biologi. Relevansi kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah sama-sama menggunakan metode pembelajaran inquiry.
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk sampai pada perumusan hipotesis. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan, kajian teori tentang teori belajar, metode pembelajaran inquiry, kemampuan awal, keingintahuan, dan kajian penelitian yang relevan yang telah disampaikan di atas, maka dapat disampaikan kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Pada penelitian ini menggunakan pembelajaran inquiry yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses penyelidikan dan akhirnya menemukan konsep sistem respirasi. Pada penelitian ini pembelajaran inquiry digunakan adalah metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 Pegunaan
metode pembelajaran
inquiry terbimbing dan
inquiry bebas
termodifikasi karena metode pembelajaran tersebut dapat mengaktifkan siswa dalam melakukan penyelidikan dan akhirnya menentukan konsep system respirasi, Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi siswa ditekankan untuk menemukan konsep sendiri sistem respirasi melalui percobaan, pengamatan, observasi, studi pustaka, dan diskusi dengan bimbingan guru. Pada pembelajaran dengan metode pembelajaran inquiry terbimbing selain permaslahan diberikan oleh guru, siswa juga diberi pertanyaan panduan untuk menuju konsep yang akan dicapai sedangkan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi guru hanya memberikan permasalahan saja tanpa memberikan panduan pertanyaan untuk mencapai konsep yang akan dituju. Oleh karena itu, pada inquiry terbimbing siswa lebih terarah dalam penemuan konsep-konsep sistem respirasi dengan bantuan pertanyaan panduan sedangkan pada metode inquiry bebas termodifikasi siswa akan kebingungan dalam menemukan konsep respirasi. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat diperkirakan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi pokok bahasan sistem respirasi sehingga perstasi belajarnya akan lebih baik dibanding menggunakan metode inquiry bebas termodifikasi. 2. Pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi Faktor lain yang kurang diperhatikan guru dalam pembelajaran Biologi di SMA yang menyebabkan pembelajaran kurang berhsil adalah kemampuan awal yang dimiliki siswa. Konsep-konsep awal yang dimiliki oleh setiap siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 berbeda-beda, karena tidak setiap siswa memiliki kemampuan yang sama dalam menerima materi-materi pelajaran. Pada penelitian ini ditinjau aspek kemampuan awal dan dibagi menjadi dua kategori yaitu kemampuan awal tinggi dan rendah. Semakin tinggi kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa, siswa akan lebih siap dalam menerima materi pelajaran, sehingga siswa akan lebih mudah menguasai konsep dan prestasi belajar yang dihasilkan juga lebih baik, dengan demikian dapat diperkirakan kemampuan awal dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 3. Pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Keingintahuan siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar, juga kurang diperhatikan dalam pembelajaran Biologi di SMA. Keingintahuan tentang materi Biologi antara satu siswa dengan siswa lainnya berbeda-beda, hal ini dikarenakan motivasi atau dorongan untuk mengetahui sesuatu hal yang baru yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda. Pada penelitian ini keingintahuan siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu : tinggi dan rendah. Semakin tinggi keingintahuan yang dimiliki oleh siswa maka motivasi untuk mengikuti pembelajaran Biologi semakin tinggi, sehinnga prestasi belajarnya cukup baik, dengan demikian dapat diperkirakan bahwa keingintahuan siswa terhadap suatu hal khususnya mengenai segala sesuatu hal yang berhubungan dengan Biologi, akan mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan memiliki prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki keingintahuan yang rendah. 4. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi Pada proses pembelajaran Biologi, siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi begitu juga dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Hal ini disebabkan karena dengan menggunakan metode inquiry terbimbing dalam pembelajaran Biologi siswa diberikan pertanyaan panduan untuk menuju konsep yang akan ditemukan, sehinnga akan memiliki pengguatan terhadap kemampuan awal sebelumya, sedangkan pada pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode inquiry bebas termodifikasi, dalam memperoleh konsep tanpa adanya panduan yang mengarah ke konsep yang akan ditemukan sehingga siswa masih merasa kebingungan. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemapuan awal terhadap pencapaian prestasi belajar. 5. Interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Pembelajaran inquiry adalah metode pembelajaran yang menantang siswa untuk melakukan sesuaatu penyelidikan baik dengan eksploitasi, eksperimen, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 maupun dengan studi kasus sehingga siswa dapat menemukan suatu konsep atau informasi, siswa yang memiliki keingintahuan rendah akan lebih tertantang untuk melakukan proses inquiry. Berangkat dari pemikiran tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran
dengan
keingintahuan siswa terhadap pencapaian prestasi belajar. 6. Interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Pada proses pembelajaran, siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinngi pula. Namun apabila kemampuan awal tinngi, tetapi keingintahuannya rendah, maka prestasi belajarnya juga rendah. Siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, apabila memiliki keingintahuan yang tinggi, maka pencapaian prestasi belajarnya tinggi. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat diperkirakan bahwa ada interaksi antara kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar. 7. Interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Pada kegiatan belajar mengajar, siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang tinggi, jika diberi pembelajran dengan metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang tinggi yang diberi pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Pada siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah, jika diajar dengan metode inquiry terbimbing akan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 pada siswa yang memiliki kemampuan awal dan keingintahuan yang rendah yang diberi pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar.
D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan dari tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi. 2. Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi 3. Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi 4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi 5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi 6. Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi 7. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal serta tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Sragen yang beralamat di Jl. Angrek No. 34 Sragen Jawa Tengah
57212. Waktu pelaksanaannya pada
semester 2 tahun pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2010 bulan ke-
No.
Kegiatan
1.
Usulan judul dan penyusunan proposal
2.
Seminar proposal dan revisi
3.
Perijinan dan uji coba instrumen
4.
Pelaksanaan penelitian
5.
Olah data dan penyusunan laporan
6
Konsultasi pembimbing
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12
B. Metode Penelitian Metode penelitian
yang digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
menggunakan metode eksperimen. Kegiatan penelitian selalu dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah secara ilmiah. Dengan penelitian akan to user Menurut Suharsimi Arikunto diperoleh hasil secara cermat commit dan objektif.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 (1996:150) metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan dan penelitiannya. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan maka penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Budiyono (2003:73) berpendapat bahwa metode eksperimen adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara memanipulasi dan mengendalikan satu variabel bebas atau lebih dan melakukan observasi terhadap variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring dengan manipulasi variabel bebas tersebut. Menurut Moh. Nazir (2003; 63) eksperimen adalah “observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition), kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti”. Dengan demikian penelitian eksperimen dapat di artikan penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimen, karena hasil penelitian ini akan menegaskan kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang akan diteliti. Tujuannya terletak pada penemuan fakta-fakta penyebab dan fakta-fakta akibat tentang perbedaan penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan metode inquiry bebas termidifikasi dalam pembelajaran Biologi terhadap prestasi belajar. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan setiap variasi variabel bebas yang dieksperimenkan, yaitu metode pembelajaran inquiry terbimbing dan metode inquiry bebas termodifikasi, dan tingkat kemampuan awal serta tingkat keingintahuan siswa, sekaligus dilihat faktor-faktor yang berinteraksi terhadap prestasi belajar Biologi. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian desain faktorial 2x2x2 seperti yang tersaji dalam Tabel 3.2 untuk memudahkan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 menggambarkan desain faktorial 2x2x2. Teknik analisis statistik atau statistik uji yang digunakan adalah menggunakan analisis variansi ( ANAVA) 3 jalur dengan sel tak sama kemudian dilanjutkan uji lanjut dengan uji t 1 ekor pada varian yang hipotesisnya ditolak. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan penerapan metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi yang ditinjau dari kemampuan awal dan keingintahuan siswa dengan kategori tinggi dan rendah. Setiap data yang terdistribusi dalam kelompok sel anava mewakili kelompok varian sel anava. Tabel 3.2 Desain Metode Penelitian Faktorial 2x2x2 Metode pembelajaran inquiry (A) Inquiry bebas Inquiry terbimbing termodifikasi (A2) (A1) Kemampuan Awal (B) Keingintahuan Tinggi (C1) Siswa ( C ) Rendah (C2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
Tinggi (B1)
Rendah (B2)
A1B1C1 A1B1C2
A1B2C1 A1B2C2
A2B1C1 A2B1C2
A2B2C1 A2B2C2
Tabel 3.2 di atas menunjukkan tata letak data penelitian dengan desain faktorial anava tiga jalan 2x2x2. Disebut demikian karena masing-masing variabel bebas dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Variabel bebas tersebut antara lain: metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan. Metode pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu metode inquiry terbimbing (A1) dan inquiry bebas termodifikasi (A2); kemampuan awal dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan rendah (B2); serta keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua kategori juga, yaitu commit to user kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 Berdasarkan Tabel 3.2 A1B1C1
adalah sel kelompok siswa metode
pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan tinggi. A1B1C2 adalah sel kelompok siswa metode pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah. A1B2C1adalah sel kelompok siswa metode pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal rendah, dan keingintahuan tinggi. A1B2C2 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry terbimbing, kemampuan awal rendah, dan keingintahuan rendah. Berdasarkan Tabel 3.2 A2B1C1 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan tinggi. A2B1C2 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal tinggi, dan keingintahuan rendah. A2B2C1 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal rendah, dan keingintahuan tinggi dan A2B2C2 adalah kelompok siswa metode pembelajaran inquiry bebas termodifikasi kemampuan awal rendah, dan keingintahuan rendah.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Sampel dalam penelitian berupa unit kecil yaitu kelas, sampel yang diambil dua kelas dari 5 kelas yang ada dalam populasi. Pembagiannya satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan satu kelas sebagai kelas eksperimen 2. 3. Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling karena populasi terbagi dalam kelas-kelas. Kelas diambil secara acak dengan melalui tahapan sebagai berikut : a. Mengambil data nilai UAS semester ganjil seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen. b.
Melakukan
uji
keseimbangan
untuk
mengetahui
kelas-kelass
yang
mempunyai kemampuan sama. Sebelum eksperimen berlangsung, kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 diketahui keadaan awalnya. Hal ini dimaksudkan agar hasil eksperimen benar-benar akibat dari perlakuan ynag dibuat, bukan karena pengaruh lain. Untuk menguji keadaan awal kedua kelompok sampel digunakan uji t dua pihak setelah terlebih dahulu diketahui populasi berdistribusi normal dan sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji kesetaraan dilakukan dengan metode uji beda mean dengan menggunakan uji t-two sampel menggunakan minitab 15, adapun prosedurnya adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 1) Pengajuan hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H0 = tidak terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry terbimbing dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi H1 = terdapat perbedaan rerata kemampuan awal siswa kelompok inquiry terbimbing sama dengan kelompok inquiry bebas termodifikasi 2) Statistika uji t Teknik uji yang digunakan adalah uji-t dua ekor, dengan rumus : v r y1 - y2 - D0 t= 1 1 s 2p + n1 n2
(3.1)
(n1 - 1) s1 + (n2 - 1) s2 n1 + n2 - 2 2
s2 =
2
(3.2)
Derajat bebas : (n1+n2 – 2) Daerah penolakan : t > tα atau t < tα Persamaan 3.1 dan 3.2 menunjukkan rumus yang digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata antar dua kelompok dengan asumsi: kedua populasi mendekati distribusi normal, varian kedua populasi adalah sama, dan kedua sampel adalah independen (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 188). Perhitungan dilakukan dengan uji t-two sampel menggunakan software Minitab 15. Rinkasan hasil perhitungan seperti disajikan pada Tabel 3.3 Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Keseimbangan Kelas XI IPA 3 XI IPA 4
N 40 40
Mean 69,1 69,9
StDev 5,2 5,9
commit to user
SE Mean 0,8 0,9
P-Value 0,543
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh harga p-value = 0,543
seperti
pada Tabel 3.3, yang berarti lebih besar dari taraf signifikan (α=0.05), sehingga keputusan ujinya H0 diterima. Sampel berdasarkan keputusan uji ini dinyatakan setara/seimbang, sehingga data prestasi diperoleh benar-benar dari hasil perlakuan eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasu. c. Menentukan kelas yang berfungsi sebagai kelas eksperimen 1 dan 2 Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kelas XI IPA 3 dam kelas XI IPA 4 memiliki kemampuan setara atau seimbang, maka ditetapkan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen 1 yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing dam kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen 2 yang melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi
D. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi dasar objek pengamatan dan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: a.
Metode pembelajaran inquiry (inquiry learning) 1) Definisi operasional: Metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif menggunakan proses fisik untuk penyelidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 dan akhirnya menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari. 2) Indikator:
pembelajaran
inquiry
terbimbing
dan
inquiry
bebas
termodifikasi 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol: metode pembelajaran inquiry diberi simbol A b.
Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi 1) Definisi operasional : a) inquiry terbimbing adalah: cara belajar dengan penyelidikan kemudian mencari dan menemukan sendiri, dimana permasalahan / problem dan petunjuk penyususnan, serta pencatatan sudah diberikan oleh guru. b) inquiry bebas termodifikasi adalah: merupakan suatu kegiatan inquiry bebas
tetapi
dalam
penyelidikan
dan
penemuan
konsep
permasalahannya diberikan oleh guru. 2) Indikator : metode pembelajaran inquiry 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol : a) inquiry terbimbing diberi simbol A1 b) inquiry bebas termodifikasi diberi simbol A2 2. Variabel Moderator Variabel moderator adalah: variabel yang tidak begitu diutamakan, tetapi pengaruhnya terhadap variabel terikat dapat dipandu. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 a. Kemampuan awal 1) Definisi operasional: kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tentang konsep atau materi tertentu sebelum diberi perlakuan (sebelum proses pembelajaran) 2) Indikator: nilai tes kemampuan awal sebelum mempelajari materi sistem respirasi 3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah 4) Simbol : a) Kemampuan awal tinggi diberi simbol B1 nilai ≥ rata-rata b) Kemampuan awal rendah diberi simbol B2 nilai < rata-rata b. Keingintahuan 1) Definisi operasional: rasa ingin tahu yang dimiliki siswa terhadap konsep atau materi yang akan dipelajari 2) Indikator : rasa ingintahu siswa terhadap materi sistem respirasi 3) Skala pengukuran: interval dengan dua kategori yaitu : tinggi dan rendah 4) Simbol a) Keingintahuan tinggi diberi simbol C1 nilai ≥ rata-rata b) Keingintahuan rendah diberi simbol C2 nilai < rata-rata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 3. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar Biologi: a. Prestasi belajar 1) Definisi operasional: hasil maksimal yang diperoleh siswa dalam menguasai materi-materi yang telah diajarkan 2) Indikator: prestasi belajar Biologi pada materi sistem respirasi 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol a) Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1 b) Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2 c) Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3 b. Prestasi belajar kognitif 1) Definisi operasional: adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, dan mengaplikasi. 2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek kognitif materi sistem respirasi 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol: Prestasi belajar aspek kognitif diberi simbol Y1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 c. Prestasi belajar afektif 1) Definisi operasional: adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi pengalaman, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang muncul saat terjadi proses interaksi. 2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek afektif materi sistem respirasi 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol: Prestasi belajar aspek afektif diberi simbol Y2 d. Prestasi belajar psikomotorik 1) Definisi operasional: domain belajar yang dilihat dari gerakan-gerakan baik kaku maupun lambat atau juga disebut sebagai keterampilan siswa dalam melakukan sesuatu. 2) Indikator: prestasi belajar Biologi aspek psikomotorik
materi sistem
respirasi 3) Skala pengukuran: nominal 4) Simbol: Prestasi belajar aspek psikomotorik diberi simbol Y3
E. Teknik Pengumpulan Data. Untuk mengumpulkan data yang akan digunakan pengajuan hipotesis digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik-teknik yang digunakan dalam pengambilan data diantaranya adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 a. Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2002: 206) menjelaskan bahwa Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya. Fungsi dari metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester I mata pelajaran Biologi yang digunakan untuk menguji keseimbangan kemampuan awal. b. Angket Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang priabadi, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data tentang keingintahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan dan prestasi ranah afektif. Instrumen angket digunakan untuk pengambilan data keingintahuan dan prestasi belajar aspek afektif. Menurut Depdiknas (2003: 91), instrumen penilaian berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam commit to user menyusun item-item angket.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suryabrata (2000: 186-190) yaitu sebagai berikut :1). Untuk item pernyataan positif (+): a) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 3 untuk alternatif jawaban Setuju (S), c) Skor 2 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju (TS), d) Skor 1 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). 2) Untuk item pernyataan negatif (-): a) Scor 1 untuk alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), b) Skor 2 untuk alternatif jawaban Setuju (S), c) Skor 3 untuk alternatif jawaban Tidak Setuju (TS), d) Skor 4 untuk alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. c. Tes Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 198) “Tes dilakukan dengan pemberian serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Dalam penelitian ini teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar aspek kognitif kelompok inquiry terbimbing dan kelompok inquiry bebas termodifikasi. d. Observasi Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Sardiman (1994:120) menyatakan bahwa “guru tidak hanya memperhatikan hasilhasil pelajaran, melainkan perlu juga memperhatikan minat, bakat, sifat-sifat, watak, kebiasaan, keterbukaan, dan cara kerja setiap siswa”. Teknik observasi digunakan untuk mengambil data hasil belajar aspek psikomotorik.
F. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen penelitian terbagi menjadi dua yaitu instrumen pelaksanaan penelitian dan instrumen pengambilan data 1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), langkah-langkah pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen pelaksanaan penelitian tersebut disusun oleh peneliti dan disesuaikan dengan silabus. Untuk menjamin bahwa instrumen pelaksanaan
penelitian
valid,
maka
instrumen
dikonsultasikan
dengan
pembimbing. 2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data pada penelitian ini berupa instrumen angket, instrumen tes, dan lembar observasi. Instrumen angket berupa angket keingintahuan dan perstasi belajar ranah afektif, instrumen tes digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan prestasi belajar ranah kognitif. Sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah psikomotorik. Instrumen-instrumen pengambilan data tersebut disusun oleh peneliti dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dan diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui bahwa item dalam instrumen baik.
G. Uji Coba Instrumen Item dalam instrumen dikatakan baik harus memenuhi persyaratan dalam hal validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda soal. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam uji coba instrumen diantaranya adalah: a. Menentukan sampel ujicoba; b. Melakukan uji coba instrumen; c. Analisis data hasil uji coba Uji coba instrumen dilaksanakan pada salah satu kelas XI IPA SMA Negeri 3 Sragen sejumlah 40 siswa. Penentuan tempat uji coba dengan pertimbangan kedua sekolah tersebut memiliki tingkat prestasi dan budaya yang tidak jauh berbeda. Data diperoleh dari hasil uji coba instrumen yang dikerjakan oleh siswa, kemudian hasil tersebut dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, daya beda dan taraf kesukaran dari instrumen yang telah dibuat. a. Validitas Instrumen “Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes” (Djemari Mardapi, 2008:16) atau “taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur“ (Masidjo, 1995: 242). Jadi suatu instrumen dikatakan valid atau sahih jika menunjukkan kesesuaian dengan indikator yang akan diukur dalam penelitian. Menurut Djemari Mardapi (2008: 15) “ada lima sumber bukti validitas yang penting yaitu : bukti validitas berdasarkan isi tes (content), bukti berdasarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 proses respons, bukti berdasarkan struktur internal, bukti berdasarkan hubungan dengan variabel lain”. Untuk memperoleh instrumen yang valid terlebih dahulu membuat kisikisi untuk instrumen dan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing. Hal ini untuk memenuhi validitas isi (content validity) artinya materi tes betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan pelajaran yang diberikan (Masidjo, 1995: 243) Setelah ini dilalui kemudian peneliti melakukan kegiatan uji coba (try out) untuk menguji validitas empiris dari data try out dengan menggunakan rumus korelasi product moment ( rxy) seperti pada persamaan 3.3 berikut : rxy =
N å XY - (å X)(å Y)
{Nå X - (å X) }{Nå Y - (å Y) } 2
2
2
2
(3.3)
Keterangan : : Koefisien Validitas rxy X : Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya Y : Kriteria yang dipakai (Masidjo, 1995: 246)
Persamaan 3.3 menunjukkan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan validitas item soal tes dan angket. Validitas soal dinyatakan dengan nilai rxy yaitu indeks korelasi antara dua variabel (x dan y) yang dikorelasikan. Indeks korelasi (rxy) tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya subjek (N), skor item nomor soal yang dijawab benar (x), dan jumlah skor total (y). Untuk menentukan validitas dari setiap item soal maka rxy yang telah diperoleh dibandingkan dengancommit rtabel (pada to user lampiran). Dengan mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 banyaknya subjek N dan taraf signifikansi 5% maka diperoleh rtabel. Setiap item soal dikatakan valid jika nilai rxy > rtabel atau. Tabel 3.5 menampilkan ringkasan hasil uji validitas instrumen pengambilan data, sedangkan tingkat validitas masing-masing item dapat dilihat pada Tabel 3.6. Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien validitas (rxy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara-1,00 sampai dengan1,00. Adapun besar koefisien yang dimaksud adalah: Tabel 3.4.Koefisien Validitas Koefisien korelasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Kualifikasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 243)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data No. 1.
Instrumen Pengambilan Data Prestasi kognitif
2.
Prestasi Afektif
3.
Kemampuan awal
4.
Keingintahuan
Nomor Soal yang Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 25, 2, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, , 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 42, 43
Jumlah 47
Nomor Soal yang Tidak Valid 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 34, 43, 44, 49, 59, 60
Jumlah
Total
13
60
24
4, 9, 11, 14, 16, 21
6
30
20
9, 10, 21, 23, 24
5
25
32
1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44
12
44
Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa pada soal tes prestasi kognitif, ada tigabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 34, 43, 44, 49, 59, 60. Pada angket prestasi afektif, ada enam item soal yang tidak valid dengan nomor soal 4, 9, 11, 14, 16, 21. Pada soal tes kemampuan awal, ada lima item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 10, 21, 23, 24. Pada angket keingintahuan, ada duabelas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 18, 1, 3, 5, 8, 10, 13, 20, 25, 33, 38, 41, 44. Dari beberapa item soal yang tidak valid tidak digunakan, hal ini dikarenakan item yang tersisa sudah dapat mewakili commit to user indikator yang ingin dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 Tabel 3.6 Rangkuman Kriteria Validitas Instrumen Pengambilan Data No
1 2 3 4
Instrumen Pengambilan Data Prestasi kognitif Prestasi Afektif Kemampuan awal keingintahuan
Samgat Tinggi (ST ) 1 0 0 0
Kualifikasi validitas Tinggi Cukup Rendah (T) (C ) ( R) 4 39 5 0 13 11 1 16 6 2 21 10
Total Sangat Rendah (SR) 11 6 2 11
60 30 25 44
Berdasarkan Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa item instrumen pengambilan data kebanyakan memiliki tingkat validitas yang cukup. b. Reliabilitas instrumen Menurut Budiyono (2003: 69), instrumen dikatakan reliabel berarti dapat memberikan hasil yang relatif sama pada saat dilakukan pengukuran lagi pada responden yang berbeda pada waktu yang berlainan. Menurut Arikunto (2002: 205) reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk objektif digunakan rumus Kuder-Richard 20 (KR 20) seperti persamaan 3.4 berikut : æ n ö é St - å pq ù r11 = ç ÷ê ú 2 è n -1 ø ë S t û
(3.4)
Keterangan : r11 n S p q
: Koefisien reliabilitas : Jumlah item : deviasi standar : indeks kesukaran :1–p
Persamaan 3.4 merupakan rumus untuk menhitung besarnya reliabilitas commit to user tes bentuk objektif. Untuk dapat menghitung besarnya reliabilitas denan metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 Kuder-Richard diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: harga atau prestasi rata-rata dari kelompok, yang dinyatakan dalam Mean (M), Deviasi standar dari kelompok (S), Taraf kesukaran dari setiap item (IK=p), jumlah item (n). ”Dengan metode Kuder-Richard akan diperoleh koefisien reliabilitas suatu tes yang tinggi apabila distribusi skor-skor yang diperoleh dari tes merupakan distribusi normal” (Masidjo, 1995: 233) Untuk menghitung koefisien reliabilitas bentuk angket digunakan rumus alpha dari Masidjo (1995: 238), seperi persamaan 3.5 :
æ n öæ S S i2 ç ÷÷ç 1 - 2 r11 = a = çç St è ( n - 1) øè
ö ÷÷ ø
(3.5)
Keterangan : r11 : koefisien reliabilitas suatu tes n : jumlah item S Si2 : jumlah kuadrat S dari masing-masing aitem Si2 : kuadrat dari S total keseluruhan Keputusan: r 11 positif dan rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel r 11 negatif dan rhitung < rtabel maka item tersebut tidak reliabel Persamaan 3.5 merupakan rumus untuk menghitung besarnya reliabilitas tes bentuk angket. Untuk dapat menghitung taraf reliabilitas denan metode alpha diperlukan data-data hasil pengukuran diantaranya: jumlah item atau soal dalam suatu tes dan deviasi standar dari skor masing-masing item dan deviasi standar dari total skor keseluruhan item atau soal dalam suatu tes (Masidjo, 1995: 239) Koefisien reliabilitas seperti pada Tabel 3.7 berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 Tabel 3.7.Koefisien Reliabilitas Koefisien korelasi 0,91 – 1,00 0,71 – 0,90 0,41 – 0,70 0,21 – 0,40 Negatif – 0,20
Kualifikasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 209) Tabel 3.8 merupakan ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen secara keseluruhan. Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data No. 1. 2. 3. 4.
Instrumen Prestasi kognitif Prestasi Afektif Kemampuan awal keingintahuan
r11 0,93 0,75 0,85 0,85
rtabel 0,312 0,320 0,312 0,320
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa instrumen prestasi kogbitif memiliki nilai r11 sebesar 0,93. Dengan mengacu pada klasifikasi yang ada maka dapat diputuskan bahwa instrumen tersebut sangat tinggi reliabilitasnya. Sementara itu, instrumen prestasi afektif, kemampuan awal, dan keingintahuan masing-masing memiliki nilai r11 sebesar 0,75, 0,85, dan 0, 85 sehingga dapat diputuskan bahwa ketiga instrumen tes tersebut tergolong tinggi reliabilitasnya. Dengan demikian, keempat instrumen pengambilan data tersebut memenuhi syarat uji coba reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengambil data penelitian. c. Taraf Kesukaran Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6). IK =
B N ´ skor maksimal
(3.6)
Ketarangan : IK B N Skor maksimal N x skor maksimal
: Indeks Kesukaran : Jumlah jawaban yang benar yang diperoleh siswa dari suatu item : Kelompok siswa : Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item : Jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item. (Masidjo, 1995: 189)
Adapun klasifikasi indeks kesukaran menurut Masidjo (1995:192) yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 3.9. Indeks Kesukaran IK – IK
Kualifikasi IK
0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Mudah Sekali (MS) Mudah (Md) Sedang / Cukup (Sd/C) Sukar (Sk) Sukar sekali (SS)
Persamaan 3.6 merupakan persamaan untuk menentukan tingkat kesukaran suatu soal yang dinyatakan dengan nilai IK. Indeks kesukaran soal (IK) merupakan nilai perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar (B) dengan jumlah keseluruhan siswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran soal dipengaruhi oleh jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan siswa. Semakin banyak jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal maka semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya. Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes commit to user karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Tabel 3.10 merupakan tabel distribusi tingkat kesukaran instrumen berbentuk tes. Tabel.3.10. Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes N o 1
Instrumen Tes Prestasi kognitif
Tingkat Kesukaran Mudah Sekali Mudah Sedang/Cukup Sukar
2
Kemampuan awal
Sukar Sekali Total Mudah Sekali Mudah Sedang/Cukup Sukar Sukar Sekali Total
Nomor soal
Jumlah
%
50, 53, 56 5, 10, 12, 13, 15, 16, 22, 27, 31, 32, 35, 37, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 52 2, 4, 6, 7, 8, 9, 11, 18, 19, 23, 24, 28, 29, 34, 38, 40, 46, 55, 58, 60 3, 14, 17, 25, 33, 36, 39, 41, 42, 51, 54, 57, 59 1, 20, 21, 26, 30
3 19
5,.0 31,7
20
33,3
13
21,7
5 60 2 6 13
8,3 100 8,0 24 52
1 3 25
4.0 12 100
8, 10 2, 12, 13, 16, 17, 19 1, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 14, 15, 20, 24, 25 22 18, 21, 23
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diketahui bahwa instrumen tes kemampuan awal dan tes prestasi kognitif mempunyai distribusi soal yang seimbang. Jumlah soal dengan kategori sedang/cukup lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan mudah. Suatu instrumen tes dikatakan memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika soal dengan kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sukar dan mudah. Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran instrumen tes yang baik harus mengikuti bentuk kurva normal. Karena instrumen sudah memiliki tingat kesukaran yang baik maka instrumen kemampuan awal dan prestasi kognitif sudah dapat digunakan untuk pengambilan data.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 d. Indeks Diskriminasi Menurut Arikunto (2002: 201), taraf pembeda suatu item adalah taraf sampai dimana jumlah jawaban benar dari siswa. Siswa yang tergolong kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa yang tergolong kelompok bawah (bodoh). Perbedaan jawaban benar dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID). Untuk menghitung indeks diskriminasi suatu item digunakan persamaan 3.7 ID =
KA - KB nKA atau nKB ´ Skor maksimal
(3.7)
Keterangan : ID KA K
: Indeks Diskriminasi : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok atas : Jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa kelompok bawah NKA atau nKB : Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau bawah. (Masidjo, 1995: 198)
Klasifikasi indeks diskriminasi yang digunakan menurut Masidjo (1995:201) adalah sebagai berikut : Tabel 3.11 Indeks Diskriminasi ID - ID 0,80 – 1,00 0,60 – 0,79 0,40 – 0,59 0,20 – 0,39 Negatif – 0,19
Kualifikasi Sangat membedakan (SM) Lebih membedakan (LM) Cukup Membedakan (CM) Kurang membedakan (KM) Sangat kurang membedakan (SKM)
Distribusi indeks diskriminasi atau daya beda soal untuk tes kemampuan awal dan prestasi kognitif disajikan pada Tabel 3.12. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 Tabel 3.12. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes Instrumen Tingkat Nomor soal No Tes Kesukaran 1 Prestasi Sangat kognitif Membedakan Lebih 5, 13, 16, 19, 25, 40, 41, 48, 52, Membedakan 59 Cukup 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 17, Membedakan 18, 24, 28, 29, 31, 34, 35, 36, 38, 42, 45, 46, 47, 51, 54, 57, 58 Kurang 22, 23, 32, 33, 37, 39, 50, 53, 55, Membedakan 56 Sangat 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43, 44, Kurang 49, 60 Membedakan Total 2 Kemampuan Sangat awal Membedakan Lebih 4, 7, 14, 18 Membedakan Cukup 1, 2, 3, 5, 6, 9, 12, 13, 15, 19, 22, Membedakan 25 Kurang 8, 11, 16, 17, 20 Membedakan Sangat 10, 21, 23, 24 Kurang Membedakan Total
Jumlah
%
0
0
10
16,7
29
48,3
10
16,7
11
18,3
60
100 0
4
16
12
48
5
20
4
16
25
100
Tabel 3.12 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan menggunakan awal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan (SKM) hanya berjumlah empat soal (nomor soal 10, 21, 23, 24) atau sebesar 16% dari keseluruhan soal tes kemampuan awal yang ada. Sementara itu, instrumen tes prestasi kognitif dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang Membedakan (SKM) hanya berjumlah sebelas soal (nomor soal 11, 15, 20, 21, 26, 27, 30, 43, 44, 49, 60) atau sebesar 18,3% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada. Secara umum, kedua instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda sehingga cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Item soal dengan kualifikasi daya beda Sangat Kurang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108 Membedakan (SKM) tidak digunakan untuk mengambil data penelitian karena sisa soal yang ada sudah mewakili indikator yang ingin dicapai.
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa variansi tiga jalan (anava 3 jalan) dengan desain faktorial 2x2x2 dengan sel tak sama. Sebelum melakukan uji anava dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan software Minitab 15. Untuk mempermudah dalam perhitugan dan teknik analisis data baik itu uji kesetaraan/uji keseimbangan, uij prasyarat analisis, uji hipotesis, dan uji lanjut digunakan software Minitab 15. Minitab merupakan salah satu program aplikasi statistik yang banyak digunakan untuk mempermudah pengolahan data statistik. Menurut Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti (2006: 22-23), keunggulan Minitab diantaranya adalah: a. Dapat digunakan dalam pengolahan data statistik untuk tujuan sosial maupun teknik, b. Mampu memberi nilai taksiran yang mendekati nilai sebenarnya, c. Minitab menyediakan beberapa pengolahan data untuk melakukan analisis regresi, membuat ANOVA, membuat alat-alat pengendalian kualitas statistika, membuat desain eksperimen (faktorial, response surface, dan Taguchi), membuat peramalan dengan analisis time series, analisis reliabilitas, dan analisis multivariat, serta menganalisis data kualitatif dengan menggunakan cross tabulation, d. Tampilan menu lebih lengkap dan disertai toolbar akan mempermudah pengguna commitdalam to usermenjalankan perintah, e. Minitab
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109 menyediakan Sta tGuide yang menjelaskan cara melakukan interprestasi tabel dan grafik statistik yang dihasilkan oleh Minitab dengan cara yang mudah dipahami, f. Ukuran worksheet dinamis dan memuat kolom sampai 4.000, g. Bahasa pemrogaman makro lebih mudah, hampir mirip dengan bahasa pemrograman basic, h. Minitab menyediakan ReportPad agar mudah membuat laporan project yang telah dibuat, i. Pengguna dapat membuat nama yang panjang pada file tanpa harus menyingkat nama file. a. Uji Normalitas. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Menetapkan statistik uji Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan software Minitab 15 dengan uji Ryan-Joiner (RJ), karena uji ini memiliki daya yang bagus, selain itu uji Ryan-Joiner (RJ) ini juga mendasarkan pada korelasi antara sampel data dan salah satu data yang diharapkan berasal dari distribusi normal (Pribadi, 2008:40). Rumus
yang digunakan pada test for normality adalah sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110 ...............................................................................................((3.8) Dengan: R
= koefisien korelasi product moment antara N skor data (X) dengan Z skor (Y) = kovariansi sampel = standar deviasi N skor data = standar deviasi Z skor
Sedangkan rumus untuk mencari
,
, dan
adalah sebagai berikut:
=
................................................................................(3.9)
=
....................................................................................(3.10)
=
.....................................................................................(3.11)
Sedangkan untuk mengetahui nilai Z skor digunakan rumus koefisien korelasi product moment, dengan persamaan berikut: ..............................................................................................(3.12) Dengan: skor sampel mean rata-rata sampel jumlah sampel (Suharsimi Arikunto, 2005: 96)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111 3) Menentukan taraf signifikansi (α) Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini, taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. 4) Menetapkan keputusan uji Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria: Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya data berdistribusi tidak normal. Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya data berdistribusi normal. e. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang homogen. 2) Menentukan statistik uji Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software Minitab 15. Uji homogenitas dapat dilakukan dengan beberapa uji yaitu F test dan Levene’s Test.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112 3) Menetapkan taraf signifikansi (α) Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji homogenitas ini, taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. 4) Menentukan keputusan uji Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria: Jika probabilitas < α maka H0 tidak ditolak artinya sampel berasal dari populasi yang tidak homogen. Jika probabilitas > α maka H0 ditolak artinya sampel berasal dari populasi yang homogen. 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan dan uji lanjut anava jika antar metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan terdapat pengaruh yang signifikan. a. Uji Anava Tiga Jalan Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui hipotesis yang telah diajukan ditolak atau tidak ditolak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga variabel bebas yang meliputi metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode inquiry terbimbing (A1) dan metode inquiry bebas termodifikasi (A2). Kemampuan awal dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (B1) dan kategori rendah (B2). Keingintahuan siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan kategori rendah (C2). Variabel terikat commit to user dalam penelitian ini adalah prestasi belajar Biologi siswa pada aspek kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113 afektif, dan psikomotorik. Uji hipotesis/anava dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1). Menentukan Hipotesis a. H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi b. H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi H12: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi c. H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi H13: Ada pengaruh
tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar
Biologi d. H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi H112: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi e. H013:
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi
H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114 f. H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi g. H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi 3) Menentukan statistik uji Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga jalan dengan General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan dengan software Minitab 15. Sub-menu General Linear Model (GLM) dalam software Minitab berfungsi membuat ANOVA untuk data pengamatan yang sama maupun tidak dengan faktor-faktor saling silang atau nested dan faktor fixed atau random (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti, 2006: 80). 4) Menetapkan taraf signifikansi (α) Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi (α) yang digunakan adalah 0,05 atau 5%. 5) Menentukan keputusan uji Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika p-value < 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115 b. Uji Lanjut Anava Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti hipotesis alternatif (H1) tidak ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut Anava dilakukan dengan uji t satu ekor (Budiyono, 2004: 201). Statistika uji t satu ekor seperi disajikan pada persamaan 3.13
t=
v y1 - m 0
(3.13)
s / n
Derajat bebas (df) : (n– 1) Daerah penolakan : t > tα atau t < tα (Nur Iriawan dan Septin Puji Astuti,2006: 198)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab II, maka diperlukan data-data yang perlu dianalisis. Data ini berupa nilai kemampuan awal, keingintahuan, dan prestasi belajar siswa pada materi pokok sistem respirasi. Prestasi belajar ini meliputi nilai kognitif, afektif, dan psikomotorik. Data-data tersebut diambil dari siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 2 kelas, dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa yang dibagi menjadi 2 kelas, yaitu: kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, dan kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Secara lebih jelasnya deskripsi data penelitian akan dibahas tiap variabel. 1. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa dalam penelitian ini berupa nilai pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik seperti disajikan padaTabel 4.1. nilai aspek kognitif diperoleh melalui tes tertulis, sedangkan untuk nilai afektif diperoleh melalui angket dan nilai aspek psikomotorik diperoleh melalui lembar observasi. Tabel 4.1. Rangkuman Data Prestasi Belajar Hasil Penelitian Berdasarkan Metode Inquiry Terbimbing Dan Inquiry Bebas Termodifikasi Metode
Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
Prestasi Kognitif Afektif Psikomotorik Kognitif Afektif Psikomotorik
N 40 40 40 40 40 40
commit to user
Min 61 60 47 50 58 41
Max 84 88 69 90 85 64
Rara-rata 73.5 73.0 59.1 64.4 70.0 52.6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan rata-ratanya lebih besar dibandingkan kelas yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Distribusi data nilai prestasi belajar siswa disajikan dalam bagian berikut. a. Aspek Kognitif 1) Kelas Inquiry Terbimbing Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, nilai terendah
61 dan nilai tertinggi 84, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 6.1. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1. Tabel 4.2. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas 61-64 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84
Xi (nilai tengah) 62.5 66.5 70.5 74.5 78.5 82.5 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 2 5 6 15 10 25 11 27.5 5 12.5 6 15 40 100 6.1 73.5
fxi 125 399 705 819.5 392.5 495 2936
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 73-76 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 61-64 yaitu sebesar 2. Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118 tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.1, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak. 74.5, Frekuensi, 70.5, Frekuensi, 11 10
Frekuensi
66.5, Frekuensi, 6
82.5, Frekuensi, 6 78.5, Frekuensi, 5
62.5, Frekuensi, 2
62.5
66.5
70.5
74.5
78.5
82.5
Nilai Tengah
Gambar 4.1. Diagram data kognitif kelas inquiry terbimbing
Gambar 4.1 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.2, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 74,5 dan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 62.5. 2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Prestasi belajar siswa aspek kognitif materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90, Standar Deviasi (SD) sebesar: 8.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 7. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.2. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119 Tabel 4.3. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Apek Kognitif Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Interval Kelas 50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91
Xi (nilai tengah)
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 9 22.5 9 22.5 15 37.5 5 12.5 1 2.5 1 2.5 40 100 8.3 64.5
53 60 67 74 81 88 Jumlah SD Mean
fxi 477 540 1005 370 81 88 2561
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 64-70 yaitu sebesar 15. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 78-84 dan 85-91dengan frekunsi masing-masing sebesar 1. Distribusi data prestasi belajar aspek kognitif tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.2, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
Frekuensi
67, Frekuensi, 15 53, 60, Frekuensi, Frekuensi, 9 9 74, Frekuensi, 5 81, 88, Frekuensi, Frekuensi, 1 1 53
60
67
74
81
88
Nilai Tengah Gambar 4.2. Diagram data kognitif kelas inquiry bebas termodifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120 Gambar 4.2 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.3, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 15 dengan nilai tengah 67 dan frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 81 dan 88. b. Aspek Afektif 1) Kelas Inquiry Terbimbing Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, nilai terendah
60 dan nilai tertinggi 88, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 6.9. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.3. Tabel 4.4. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89
Xi (nilai tengah) 62 67 72 77 82 87 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 3 7.5 9 22.5 13 32.5 7 17.5 5 12.5 3 7.5 40 100 6.9 73.0
fxi 186 603 936 539 410 216 2935
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 70-74 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 60-64 dan 85-89 dengan frekunsi masing-masing sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek afektif tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.3, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
67, Frekuensi, 13
60, Frekuensi, 9
Frekuensi
74, Frekuensi, 7 81, Frekuensi, 5 53, Frekuensi, 3
62
88, Frekuensi, 3
67
72
77
82
87
Nilai Tengah Gambar 4.3. Diagram data afektif kelas inquiry terbimbing
Gambar 4.3 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.4, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 72 dan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62 dan 87. 2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Prestasi belajar siswa aspek afektif materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, nilai terendah 58 dan nilai tertinggi 85, Standar Deviasi (SD) sebesar: 7.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 5. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 Tabel 4.5. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Interval Kelas 58-62 63-67 68-72 73-77 78-82 83-87
Xi (nilai tengah) 60 65 70 75 80 85 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 6 15 9 22.5 8 20 7 17.5 7 17.5 3 7.5 40 100 7.7 70.1
fxi 360 585 560 525 560 255 2845
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 68-72 yaitu sebesar 9. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 83-87 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek afektif tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.4, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak. 60.5, Frekuensi, 13
Frekuensi
65.5, Frekuensi, 9 64.5, Frekuensi, 6
52.5, Frekuensi, 5
68.5, Frekuensi, 4
48.5, Frekuensi, 3
60
65
70
75
80
85
Nilai Tengah Gambar 4.4. Diagram data afektif kelas inquiry bebas termodifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123 Gambar 4.4 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.5, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 9 dengan nilai tengah 65 dan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 85. c. Aspek Psikomotorik 1) Kelas Inquiry Terbimbing Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, nilai terendah
47 dan nilai tertinggi 69, Standar
Deviasi (SD) sebesar: 5.5. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.6 dan Gambar 4.5. Tabel 4.6. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas 47-50 51-54 55-58 59-62 63-60 67-70
Xi (nilai tengah) 48.5 52.5 56.5 60.5 64.5 68.5 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 3 7.5 5 12.5 9 22.5 13 32.5 6 15 4 10 40 100 5.5 5.1
fxi 145.5 265.5 508.5 786.5 387.5 274 2366.5
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 59-62 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 47-50 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar 4.5, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124 60.5, Frekuensi, 13
Frekuensi
65.5, Frekuensi, 9 64.5, Frekuensi, 6
52.5, Frekuensi, 5
68.5, Frekuensi, 4
48.5, Frekuensi, 3
48.5
56.5
52.5
60.5
64.5
68.5
Nilai tengah Gambar 4.5. Diagram data psikomotorik kelas inquiry terbimbing
Gambar 4.5 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.6, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 60.5 dan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 48.5. 2) Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Prestasi belajar siswa aspek psikomotorik materi pokok sistem respirasi pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi nilai terendah
44 dan nilai tertinggi 64,
Standar Deviasi (SD) sebesar: 5.7. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 4. Distribusi frekuensi nilai prestasi belajar siswa disajikan pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125 Tabel 4.7. Distribusí Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Interval Kelas 41-44 45-48 49-52 53-56 57-60 61-64
Xi (nilai tengah) 42.5 46.5 50.5 54.5 58.5 62.5 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 4 10 6 15 9 22.5 10 25 8 20 3 7.5 40 100 5.7 52.6
fxi 170 279 454.5 545 468 187.5 2104
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 53-56 yaitu sebesar 10. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 61-64 dengan sebesar frekuensi 3. Distribusi data prestasi belajar aspek psikomotorik tersebut juga dapat dilihat melalui diagram pada Gambar 4.6, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak. 54.5, Frekuensi, 10
Frekuensi
50.5, Frekuensi, 9
58.5, Frekuensi, 8
46.5, Frekuensi, 6 42.5, Frekuensi, 4
42.5
46.5
62.5, Frekuensi, 3
50.5
54.5
58.5
62.5
Nilai Tengah Gambar 4.6. Diagram data psikomotorik kelas inquiry bebas termodifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126 Gambar 4.6 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.7, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 10 dengan nilai tengah 54.5 dan frekuensi terendah yaitu 3 dengan nilai tengah 62.5. 2. Deskripsi Data Nilai Kemampuan Awal Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan test materi prasyarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pembagian kategori kemaampuan awal tinggi dan rendah berdasarkan nilai ratarata dari masing-masing kelas. Kemampuan awal tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan kemampuan awal rendah jika skornya < mean. Deskripsi data hasil tes kemampuan awal tersebut disajikan dalam Tabel 4.8 Tabel 4.8. Deskripsi Data Kemampuan Awal Kelas Inquiry terbimbing Inquiry Bebas Termodifikasi
Jumlah Data 40 40
Min 60 45
Max 95 95
Rata-rata 77.0 66.2
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa kelas Inquiry terbimbing mempunyai rata-rata lebih besar daripada Inquiry Bebas Termodifikasi yaitu 77.00 > 66,25 akan tetapi nilai tertinggi yang didapat oleh kelas Inquiry terbimbing dan kelas Inquiry bebas termodifikasi sama yaitu sebesar 95. Jadi dapat dikatakan bahwa kelompok Inquiry terbimbing dan kelas Inquiry bebas termodifikasi mempunyai kemampuan awal yang sama dalam mempelajari materi sistem respirasi, hal tersebut juga didukung hasil uji t dua pihak pada kedua kelas eksperimen yang diambil dari rapor semester gasal. a. Kelas Inquiry Terbimbing Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tes materi prasyarat sebelum menempuh commitmateri to userpokok sistem respirasi. Pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127 kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 95, Standar Deviasi (SD) sebesar: 11.8. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 6. Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.7. Tabel 4.9. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas 60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95
Xi (nilai tengah) 62.5 68.5 74.5 80.5 86.5 92.5 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 10 25 4 10 9 22.5 2 5 4 10 11 27.5 40 100 11.8 77.0
fxi 625 274 670.5 161 346 1017.5 3094
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 90-95 yaitu sebesar 11. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 78-83 dengan frekuensi masing-masing sebesar 3. Distribusi data kemampuan awal tersebut juga disajikan melalui diagram seperti pada Gambar 4.7, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak. Gambar 4.7 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.9, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 11 dengan nilai tengah 92.5 dan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 78.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
Frekuensi
62.5, Frekuensi, 10
92.5, Frekuensi, 11
74.5, Frekuensi, 9
68.5, Frekuensi, 4
86.5, Frekuensi, 4 80.5, Frekuensi, 2
62.5
62.5
68.5
74.5
80.5
86.5
92.5
Nilai Tengah Gambar 4.7. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry terbimbing
b. Kelas Inquiry Bebas Ternmodifikasi Data kemampual awal dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan test materi pra syarat sebelum menempuh materi pokok sistem respirasi. Pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas ternmodifikasi nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 95, Standar Deviasi (SD) sebesar: 11.2. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 9. Distribusi frekuensi nilai kemampuan awal siswa disajikan pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129 Tabel 4.10. Distribusí Frekuensi Kemampuan Awal Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Interval Kelas 45-53 54-62 63-71 72-80 81-89 90-98
Xi (nilai tengah)
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 5 12.5 11 27.5 13 32.5 7 17.5 2 5 2 5 40 100 12.2 66.2
49 58 67 76 85 94 Jumlah SD Mean
fxi 245 638 737 532 170 188 2510
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 63-71 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 81-89 dengan frekuensi sebesar 3. Distribusi data prestasi belajar aspek psikomotorik tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.8, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
Frekuensi
74.5, Frekuensi, 13 68.5, Frekuensi, 11
80.5, Frekuensi, 7 62.5, Frekuensi, 5 86.5, 92.5, Frekuensi, Frekuensi, 2 2
49
58
67
76
85
94
Nilai Tengah Gambar 4.8. Diagram data kemampuan awal kelas inquiry bebas termodifikasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130 Gambar 4.8 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.10, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 67 dan frekuensi terendah yaitu 2 dengan nilai tengah 85 dan 94. 3. Deskripsi Data Keingintahuan Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan angket
yang dibagikan sebelum diberi perlakuan. Pembagian
kategori
keingintahuan tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing kelas. Keingintahuan tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan keingintahuan rendah jika skornya < mean. Deskripsi data keingintahuan tersebut disajikan dalam Tabel 4.11 Tabel 4.11. Deskripsi Data Keingintahuan Kelas Inquiry terbimbing Inquiry Bebas Termodifikasi
Jumlah Data 40 40
Min 78 73
Max 121 122
Rata-rata 99.2 98.8
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa untuk kelas yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai Min, Max, dan rata-ratanya lebih besar dibandingkan kelas yang menggunakan metode inquiry bebas termodifikasi, akan tertapi perbedaan tersebut tidak begitu signifikan. Distribusi data nilai keingintahuan siswa disajikan dalam bagian berikut. a. Kelas Inquiry Terbimbing Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas eksperimen 1 (XI IPA 4) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing nilai terendah 78 dan nilai tertinggi 121, Standar Deviasi (SD) sebesar: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131 10.19. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 8. Distribusi frekuensi data keingintahuan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan Gambar 4.9. Tabel 4.12. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Terbimbing Interval Kelas 78-85 86-93 94-101 102-109 110-117 118-125
Xi (nilai tengah)
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 4 10 8 20 9 22.5 13 32.5 5 12.5 1 2.5 40 100 10.2 99.2
81.5 89.5 97.5 105.5 113.5 121.5 Jumlah SD Mean
fxi 815 1790 877.5 1371.5 567.5 121.5 5543
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 102-109 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 118-125 dengan frekunsi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.9, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak.
Frekuensi
105.5, Frekuensi, 13 97.5, 89.5, Frekuensi, Frekuensi, 9 8 113.5, Frekuensi, 5
81.5, Frekuensi, 4
121.5, Frekuensi, 1 81.5
89.5
97.5
10.5
113.5
121.5
Nilai Tengah Gambar 4.9. Diagram data keingintahuan kelas inquiry terbimbing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132 Gambar 4.9 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.12, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 13 dengan nilai tengah 10.5 dan frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 121.5. b. Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Data keingintahuan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan angket yang diberikan sebelum melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kelas eksperimen 2 (XI IPA 3) yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi nilai terendah 73 dan nilai tertinggi 122, Standar Deviasi (SD) sebesar: 10.3. Data dibagi menjadi 6 kelas dengan interval 9. Distribusi frekuensi data keingintahuan siswa disajikan pada Tabel 4.13 dan Gambar 4.10. Tabel 4.13. Distribusí Frekuensi Data Keingintahuan Kelas Inquiry Bebas Termodifikasi Interval Kelas 73-81 82-90 91-99 100-108 109-117 118-126
Xi (nilai tengah) 77 86 95 104 113 122 Jumlah SD Mean
Frekuensi Mutlak (f) Relatif (%) 1 2.5 4 10 18 45 11 27.5 9 10 2 5 40 100 10.3 98.8
fxi 77 890 1710 1144 1130 224 5145
Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar terdapat pada interval kelas 82-90 yaitu sebesar 13. Frekuensi terkecil terdapat pada interval kelas 73-81 dengan frekuensi sebesar 1. Distribusi data keingintahuan tersebut juga disajikan melalui diagram pada Gambar 4.10, untuk mengetahui lebih jelas sebaran data tersebut merata atau tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
95, Frekuensi, 18
Frekuensi
104, Frekuensi, 113, 11 Frekuensi, 9 86, Frekuensi, 4 77,
122, Frekuensi, 2
Frekuensi, 1 77
86
95
104
113
122
Nilai Tengah Gambar 4.10. Diagram data keingintahuan kelas inquiry bebas termodifikasi
Gambar 4.10 merupakan gambaran dari interval data pada Tabel 4.13, menerangakan bahwa frekuensi tertinggi yaitu 18 dengan nilai tengah 95 dan frekuensi terendah yaitu 1 dengan nilai tengah 77.
B. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum melaksanakan uji lebih lanjut yaitu uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama dan uji lanjut untuk menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis yang digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan commit to user untuk menguji normalitas data bantuan program Minitab 15 series. Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134 dalam penelitian ini adalah: H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Untuk mengambil keputusan data penelitian yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak, maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan ketentuan, yaitu: jika p-value hasil perhitungan lebih besar dari harga taraf signifikansi (α = 0,05) maka H0 ditolak, artinya data berdistribusi secara normal. Namun, jika p-value hasil perhitungan lebih kecil dari harga taraf signifikansi (α = 0,05) maka H0 diterima, artinya data tidak berdistribusi normal. a. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif Hasil uji normalitas aspek kognitif berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komponen Metode inquiry terbimbing Metode inquiry bebas termodifikasi Kemampuan awal tinggi kemampuan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
Metode Uji Normalitas Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner
p-value
Keputusan
> 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100
H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Tabel 4.14 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar aspek kognitif. Berdasarkan Tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena p-value > α b. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif Hasil uji normalitas aspek afektif berdasarkan perhitungan yang dilakukan commit to userpada Tabel 4.15. dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135 Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Afektif No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komponen Metode inquiry terbimbing Metode inquiry bebas termodifikasi Kemampuan awal tinggi kemampuan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
Metode Uji Normalitas Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner
p-value
Keputusan
> 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100
H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Tabel 4.15 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar aspek afektif. Berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena p-value > α c. Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Hasil uji normalitas aspek psikomotorik berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Ryan-Joiner disajikan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Komponen Metode inquiry terbimbing Metode inquiry bebas termodifikasi Kemampuan awal tinggi kemampuan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
Metode Uji Normalitas Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner Ryan-Joiner
p-value
Keputusan
> 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100 > 0.100
H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
Tabel 4.16 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi belajar aspek psikomotorik. Berdasarkan Tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal, karena p-value > α 2. Uji Homogenitas Syarat lain yang harus dipenuhi untuk uji prasarat analisis adalah variansi populasi harus homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
136 adalah dengan metode uji F (F-Test) dan sebagai pendukung keputusan digunakan juga Levene’s Test untuk dua kelompok yang diuji. Variabel untuk uji ini adalah prestasi kognitif, afektif, dan psikomotorik sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. a. Uji Homogenitas Aspek kognitif Variabel untuk uji ini adalah prestasi kognitif, sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.17. Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Kognitif No.
Respon
Faktor
1
Prestasi belajar kognitif
2
Prestasi belajar kognitif Prestasi belajar kognitif
Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi Kemampan awal tinggi Kemampan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
3
p-value F-Test Levene’ Test 0.059 0.105
Keputusan
H0 ditolak
0.434
0.309
H0 ditolak
0.376
0.283
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama atau homogen, karena p-value > α. b. Uji Homogenitas Aspek Afektif Variabel untuk uji ini adalah prestasi afektif, sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.18 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
137 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Afektif N o.
Respon
1
Prestasi belajar afektif Prestasi belajar afektif Prestasi belajar afektif
2 3
Faktor
Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi Kemampan awal tinggi Kemampan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
Keputusan
p-value F-Test Levene’ Test 0.521 0.229
H0 ditolak
0.313
0.517
H0 ditolak
0.411
0.178
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama atau homogen, karena p-value > α. c. Uji Homogenitas Aspek Psikomotorik Variabel untuk uji ini adalah prestasi psikomotorik, sedangkan sebagai faktornya adalah metode pembelajaran (inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi), kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.19 Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas data Prestasi Brlajar Aspek Psikomotorik N o.
Respon
1
Prestasi belajar psikomotorik Prestasi belajar psikomotorik Prestasi belajar psikomotorik
2 3
Faktor
Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi Kemampan awal tinggi Kemampan awal rendah Keingintahuan tinggi Keingintahuan rendah
Keputusan
p-value F-Test Levene’s Test 0.819 0.761
H0 ditolak
0.477
0.742
H0 ditolak
0.860
0.955
H0 ditolak
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa H0 ditolak yang berarti bahwa populasi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki variansi yang sama atau homogen, karena p-value > α.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
138 C. Pengujian Hipotesis Penelitian 1. Anava Tiga Jalan Pengujian hipotesis untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh atau ada tidaknya interaksi terhadap penerapan kedua metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan keingintahuan. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan anava tiga jalan desain faktorial 2x2x2 dengan isi sel tidak sama karena faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas ada tiga faktor, yaitu metode pembelajaran, kemampuan awal, dan keingintahuan siswa. Pengajuan hipotesis dilakukan untuk ketiga aspek prestasi belajar, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Adapun hasil analisis variansi (anava) tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama yang dihitung menggunakan software minitab 15 dengan metode GLM (General Linear Model) menghasilkan perhitungan sebagai berikut: a. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Kognitif Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab 15 diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 4.20 Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Kognitif Sumber Metode (A) Kemampuan awal (B) Keingintahuan (C ) Interaksi AB Interaksi AC Interaksi BC Interaksi ABC Eror/Galat Total
Adj SS 339.32 2030.24 54.58 104.92 290.29 27.55 1.80 1644.46 4493.16
df/dk 1 1 1 1 1 1 1 72 79
Adj MS 339.32 2030.24 54.58 104.92 290.29 27.55 1.80 22.84 -
p-value 0.000 0.000 0.127 0.035 0.001 0.276 0.780 -
Fobs 14.86 88.89 2.39 4.59 12.71 1.21 0.08 -
Keputusan H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 diterima -
Berdasarkan rangkuman analisis commit variansito (anava) user tiga jalan sel tak sama yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
139 disajikan pada Tabel 4.20, dapat diambil keputusan sebagai berikut: 1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05) 2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05). 3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.127 > 0.005). 4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H112: Ada interaksi antara
metode
pembelajaran
inquiry
terbimbing
dan
inquiry
bebas
termodifikasi dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.035 < 0.005). 5) H013:
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140 bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.001 < 0.005). 6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.276 > 0.005). 7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.780 > 0.005). b. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Afektif Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab 15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.21 Tabel 4.21. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Afektif Sumber Metode (A) Kemampuan awal (B) Keingintahuan (C ) Interaksi AB Interaksi AC Interaksi BC Interaksi ABC Eror/Galat Total
Adj SS 427.19 422.91 131.72 134.43 90.05 36.73 5.31 3495.43 4743.81
df/dk 1 1 1 1 1 1 1 72 79
Adj MS 427.19 422.91 131.72 134.43 90.05 36.73 5.31 48.55 -
p-value 0.004 0.004 0.104 0.100 0.177 0.387 0.742 -
Fobs 8.80 8.71 2.71 2.77 1.85 0.76 0.11 -
Keputusan H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima -
Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang disajikan pada Tabel 4.21, dapat diambil keputusan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.004< 0.05) 2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.004 < 0.05). 3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.104 > 0.005). 4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.100 > 0.005). 5) H013:
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.177 > 0.005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142 6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.387 > 0.005). 7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.742 > 0.005). c. Uji Hipotesis Prestasi Belajar Aspek Psikomotorik Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan software Minitab 15 diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.22 Tabel 4.22. Rangkuman Hasil Uji Anava Tiga Jalan Aspek Psikomotorik Sumber Metode (A) Kemampuan awal (B) Keingintahuan (C ) Interaksi AB Interaksi AC Interaksi BC Interaksi ABC Eror/Galat Total
Adj SS 872.25 39.64 191.64 41.37 21.52 1.87 5.73
2117.74 3291.76
df/dk 1 1 1 1 1 1 1 72 79
Adj MS 872.25 39.64 191.64 41.37 21.52 1.87 5.73 29.41 -
p-value 0.000 0.250 0.013 0.240 0.395 0.801 0.660 -
Fobs 29.66 1.35 6.52 1.41 0.73 0.06 0.19 -
Keputusan H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima -
Berdasarkan rangkuman analisis variansi (anava) tiga jalan sel tak sama yang disajikan pada Tabel 4.22, dapat diambil keputusan sebagai berikut: 1) H01: Tidak ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H11: Ada pengaruh penerapan metode pembelajaran inquiry terbimbing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
143 dan inquiry bebas termodifikasi terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.000 < 0.05) 2) H02: Tidak ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterim berarti H11: Ada pengaruh tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.250 > 0.05). 3) H03: Tidak Adakah pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, berarti H13: Ada pengaruh tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, hal ini dikarenakan p-value < 0,05 (0.013 < 0.005). 4) H012: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H112: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.240 > 0.005). 5) H013:
Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat
keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H113: Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.395 > 0.005). 6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H123: Ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.801 > 0.005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
144 7) H0123: Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi diterima, berarti H1123: Ada interaksi antara metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi ditolak, hal ini dikarenakan p-value > 0,05 (0.660 > 0.005). 2. Uji Lanjut Anava Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis null (H0) ditolak yang berarti hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Hal ini dikarenakan uji Anava hanya dapat digunakan untuk mengetahui diterima atau ditolaknya H0, maka diperlukan uji lanjut dengan menggunakan uji t, yang bertujuan mengetahui lebih lanjut rerata yang sama dan rerata yang berbeda. Uji lanjut Anava dilakukan dengan
uji t yang perhitungannya dilakukan dengan
software Minitab 15. a. Uji Lanjut Aspek Kognitif Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil penelitian untuk prestasi belajar aspek kognitif uji lanjut dilakukan pada hipotesis pertama, kedua, keempat, dan kelima. Pada hipotesis ketiga, keenam, dan ketujuh tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
145 1) Hipotesis pertama Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil uji lanjut disajikan pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Kognitif Metode Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
N 40 40
Mean 73.5 64.5
StDev 6.1 8.3
SE Mean 0.9 1.3
T 76.16 49.17
P-Value 0,000
Berdasarkan Tabel 4.23 diketahui bahwa metode memiliki efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan pvalue < 0.05 2) Hipotesis Kedua Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil
uji lanjut
disajikan pada Tabel 4.23. Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Kognitif Kemampuan awal Tinggi Rendah
N 37 43
Mean 75.9 63.0
StDev 5.2 5.9
SE Mean 0.8 0.9
T 88.64 69.74
P-Value 0,000
Berdasarkan Tabel 4.24 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
146 memiliki kemampuan awal tinggi mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih besar dari siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, dan p-value < 0.05 3) Hipotesis Keempat Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui interaksi metode dengan tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.11
Gambar 4.11. Hasil uji lanjut interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar kognitif
Gambar 4.11 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada Gambar 4.11 dapat diambil keputusan bahwa terdappat intraksi antara metode dan kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
147 kemampuan awal rendah, begitupula pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi menghasilkan presatasi yang tinggi disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 4) Hipotesis Kelima Hasil uji lanjut untuk hipotesis keempat ini digunakan untuk mengetahui interaksi metode dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis keempat disajikan pada Gambar 4.12
Gambar 4.12. Hasil uji lanjut interaksi metode dan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar kognitif
Gambar 4.12 merupakan plot hasil uji lanjut anava. Berdasarkan plot pada gambar 4.12, plot hubungan antara netode dengan keingintahuan siswa menunjukkan keterkaitan atau interaksi. Hal ini dapat diasumsikan demikian karena kedua garis pada plot tersebut saling berpotongan. Perpotongan antara kedua garis tersebut dapat diartikan sebagai siswa dengan keingintahuan kategori commit usertinggi dibandingkan dengan siswa rendah justru menghasilkan prestasi yangtolebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148 yang memiliki keingintahuan kategori tinggi. b. Uji Lanjut Aspek Afektif Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakan uji t. Pada hasil penelitian untuk prestasi belajar aspek afektif, uji lanjut dilakukan pada hipotesis pertama dan kedua. Pada hipotesis ketiga, keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima. 1) Hipotesis pertama Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.25 Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Afektif Metode Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
Berdasarkan Tabel
N 40 40
Mean 73.0 70.0
StDev 6.9 7.6
SE Mean 0.9 1.3
T 66.72 57.73
P-Value 0,000
4.25 diketahui bahwa metode memiliki efek yang
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan pvalue < 0.05
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
149 2) Hipotesis Kedua Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis kedua disajikan pada Tabel 4.26 Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Afektif Kemampuan awal Tinggi Rendah
N 37 43
Mean 70.0 72.8
StDev 7.9 6.7
SE Mean 1.3 1.0
T 53.66 70.68
P-Value 0,000
Berdasarkan Tabel 4.26 diketahui bahwa kemampuan awal memiliki efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang memiliki kemampuan awal rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah lebih besar dari siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05 c. Uji Lanjut Aspek Psikomotorik Uji lanjut anava dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Uji lanjut anava menggunakanuji t. Pada hasil penelitian untuk prestasi belajar aspek apsikomotorik, uji lanjut dilakukan pada hipotesis pertama dan ketiga. Pada hipotesis kedua, keempat, kelima, keenam dan ketujuh tidak dilakukan uji lanjut karena keputusan H0 tidak ditolak atau diterima 1) Hipotesis Pertama Hasil uji lanjut untuk hipotesis pertama ini digunakan untuk mengetahui metode yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis pertama disajikan pada Tabel 4.27 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150 Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Metode Terhadap Prestasi Psikomotorik Metode Inquiry terbimbing Inquiry bebas termodifikasi
Berdasarkan Tabel
N 40 40
Mean 59.1 52.6
StDev 5.4 5.6
SE Mean 0.8 0.9
T 68.44 58.67
P-Value 0,000
4.27 diketahui bahwa metode memiliki efek yang
berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing lebih besar dari siswa yang belajar dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dan pvalue < 0.05 2) Hipotesis Ketiga Hasil uji lanjut untuk hipotesis kedua ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil lanjut hipotesis ketiga disajikan pada Tabel 4.28 Tabel 4.28 Hasil Perhitungan Uji t Pengaruh Tingkat Keingintahuan Terhadap Prestasi Psikomotorik Keingintahuan Tinggi Rendah
N 43 37
Mean 54.6 57.2
StDev 6.2 6.4
SE Mean 0.9 1.0
T 57.23 54.10
P-Value 0,000
Berdasarkan Tabel 4.28 diketahui bahwa tingkat keingintahuan memiliki efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang memiliki keingintahuan rendah mendapatkan prestasi yang lebih baik daripada siswa yang memiliki keingintahuan tinggi, hal ini ditunjukkan dari nilai mean pada siswa yang memiliki keingintahuan rendah lebih besar dari siswa yang commit to user memiliki kemampuan awal tinggi, dan p-value < 0.05
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
151 D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif), maka H01 ditolak. Hal ini berarti metode inquiry terbimbing dan metode inquiry bebas termodifikasi mempunyai efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar. Hal ini juga diperkuat dengan hasil uji lanjut anava dengan uji t seperti pada Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27. Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 diketahui bahwa metode memiliki efek yang berbeda terhadap pencapaian prestasi belajar Biologi, yaitu siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mendapatkan prestasi yang lebih baik/tinggi daripada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi, dengan demikain berarti metode pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Biologi baik itu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmed Kiline (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activites” berdasarkan kesimpulanya menyatakan bahwa
pembelajaran
dengan
pendekatan
inkuiri
berbasis
laboratorium,
berdasarkan opini para siswa memberikan suasana yang lebih menyenangkan dan hasil pemahaman yang diperoleh lebih permanen. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penilitan yang dilakukan oleh Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu (2009:1-6), dalam penelitiannya yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152 berjudul “Use of guided inquiry as an active learning technique in engineering”. Dari hasil penelitian tersebut bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing dalam materi pendahuluan untuk kelas besar. Selama proses pembelajaran fasilitator menyediakan ruang kelas yang nyaman untuk melakukan kegiatan penyelidikan yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan. Sebagai komparasi perbandingan yaitu kuliah biasa sebagai kelas kontrol dan kelas inkuiri terbimbing, instruktur dan materi yang diajarkan pada kedua kelas tersebut sama. Hasil prestasi belajar menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua perlakuan tersebut, namun dari survei dan data wawancara, menunjukkan alasan tersebut yaitu siswa tidak mengetahui manfaat menjadi pembelajar aktif, namun mahasiswa merasa bingung tanpa ada pernyataan yang menunjukkan jawaban mereka benar atau salah. Maka diharapkan implementasi pembelajaran inkuiri terbmbing lebih dikaji lagi secara mendalam. Berdasarkan Tabel 4.23, 4.25, dan 4.27 ditunjukkan bahwa nilai rerata atau mean berbeda, nilai mean pada kelas inquiry terbimbing (A1) > mean pada kelas inquiry bebas termodifikasi (A2). Hal ini berarti ada beda rerata yang signifikan antara siswa yang melakukan proses pembelajan dengan metode inquiry terbimbing (A1) dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi (A2). Siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi baik kognitif, afektif, dan psikomotorik dibanding dengan siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang telah diungkapkan bahwa metode pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
153 merupakan faktor ekstrim yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dua metode pembelajaran yang karakteristiknya sama hanya berbeda pada peranan guru dalam pembimbingan, namun memberikan pengaruh hasil prestasi belajar yang berbeda. Rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing sebesr 73.5 (kogniti), 73.0 (afektif), dan 59.1 (psikomotorik) sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi adalah 64.5 (kognitif), 70.0 (afektif) dan, 52.6 (psikomotorik), dengan demikian pada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing mempunyai prestasi belajar lebih baik daripda prestasi belajar siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan inquiry bebas termodifikasi. Soun dalam Moomi Sahroni (1986:55) Inquiry terbimbing “inquiry yang banyak dicampuri guru”. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap maupun pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inquiry, sehingga siswa dalam melakukan penyelidikan lebih terarah, baik dalam berhipotesis, pengumpulan data atau pencarian informasi sampai penarikan kesimpulan disbanding siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi. Bruner dalam Syaiful Bahri (1995: 20) menyatakan bahwa: Hasil belajar dengan inquiry lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik merasa puas atas penggunaan sendiri. Sedangkan kelemahan metode inquiry memakan waktu yang sangat banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas commit to user materi yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154
Beberapa kendala tersebut diatas mengakibatkan pada proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi system respirasi menimbulkan beberapa kelemahan diantaranya: memerlukan waktu yang relatif lama sehingga kurang efektif, sering terjadi pada tiap pertemuan dalam pembelajran tidak dapat menyisakan waktu untuk diskusi kelas dalam menarik kesimpulan, dan bahkan beberapa kelompok tertentu belum berhasil menjawab pertanyaan dalam LKS yang disediakan, karena belum berhasil menemukan hasil/informasi yang tepat. Beberapa kendala metode inquiry bebas termodifikasi tersebut di atas menghambat proses inquiry untuk menemukan konsep atau prinsip materi Biologi yang sedang dipelajari sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih rendah dibanding metode inquiry terbimbing. Pada proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing, siswa cenderung aktif dan lebih terarah pada saat mendapat data maupun saat melaporkan
hasil
penyelidikan.
Semntara
pada
metode
inquiry
bebas
termodifikasi hanya siswa yang pandai yang aktif, hal ini karena metode inquiry dianggap hal baru pada saat di SMP biasanya dengan metode eksperimen, sehingga bimbingan pada proses-proses inquiry masih sangat diperlukan. Pembelajaran inquiry juga didukung teori belajar kontruktivistik, menurut Ari Widodo (2007), bahwa sebagai sebuah ilmu kontruktivistik merupakan dinamika yang menguntungkan, namun bagi orang yang mempelajari (terutama pemula)
terkadang
menimbulkan
kesulitan.
Oleh
karena
itu,
sebelum
commit to user pengarahan dan pemahaman melaksanakan pembelajaran, guru memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
155 kepada siswa mengenai proses inquiry dan tahapan-tahapanya agar kegiatan yang terlaksana dapat memberikan kontribusi terhadap pengalaman belajar siswa. Pembelajaran IPA yang bertolak dari konsep pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui metode pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Metode pemrosesan informasi bertitik tolak dari prinsipprinsip pengolahan informasi yang diterima individu. Metode ini menjelaskan cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya, yakni dengan cara mengorganisasi data, memformulasi masalah, membangun konsep dan rencana pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non-verbal. (Joyce & Weil, 1992). 2. Hipotesis kedua Setiap
individu
mempunyai
kemampuan
belajar
yang berlainan.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajarannya, karena dengan demikian dapat di ketahui apakah siswa telah mempunyai kemampuan atau pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang akan di sajikan. Dengan mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik. Sebab apabila siswa diberi materi yang telah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
156 diketahui
maka
akan
merasa
cepat
bosan
(Nizar
Al-kadiri
dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awal-siswa) Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif), dan p-value = 0.250 >0.005 (psikomotorik) maka H02 ditolak untuk prestasi aspek kognitif dan afektif,. Sedangkan H02 diterima untuk prestasi aspek psikomotorik. Hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar biologi. Belajar biologi seperti halnya belajar menaiki anak tangga, untuk bisa sampai pada puncak prestasi maka disyaratkan sudah melewati dan memahami dasar-dasarnya yyang sudah dipelajari sebelumnya. Pada pembelajaran sistem respirasi syarat yang harus dimiliki siswa adalah tentang konsep sistem respirasi yang meliputi anatomi, konsep tekanan, dan konsep difusi-osmosis. Kemampuan awal dalam belajar Biologi akan menentukan kelancaran siswa dalam memhami materi yang sedang dipelajarinya. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi adalah siswa yang sudah memahami sebagian besar dasar-dasar dalam belajar sistem respirasi, sedangkan siswa dengan skor kemampuan awal rendah adalah kebalikannya yaitu siswa yang kurang memahami sebagian besar materi dasar dalam belajar sistem respirasi. Berdasarkan hail uji lanjut pada kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi didapat bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberika pengaruh posistif yang signifikan sedangkan kemampuan awal rendah memberikan pengaruh negatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
157 yang signifikan terhadap prestasi belajar Biologi. Hasil tersebut sependapat dengan penelitian Andi Sutonda Situmorang (2008), yang menunjukkan bahwa kemampuan awal tinggi memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan awal rendah. Hasil serupa juga diungkapkan oleh Dwi Retna Asminah (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempnyai kemapuan awal tinggi dan rendah (p-value = 0,017), yaitu siswa dengan kemapuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik. Siswa yang tekun belajar memahami materi sebelum pelajaran tersebut disampaikan oleh guru akan tampak selalu aktif dalan proses pembelajaran. Hal tersebut
tampak
ketika
guru
melemparkan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mendukung sebuah penemuan sendiri oleh siswa, maka siswa yang mempunyai dasar pengetahuan yang cukup akan dapat menjawab dengan waktu yang lebih cepat dan akan lebih memahami materi daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah yang masih mencari-cari dengan membuka buku untuk mencari jawaban pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dengan dasar pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan awalnya masih kurang harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang sedang dipelajarinya. Dengan demikian siswa yang mempunyai kesiapan kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
158 kemampuan awal dalam belajar sistem respirasi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Antonius Kartolo (2010) yang menyatakan terdapat perbedaan kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memberikan rata-rata prestasi yang lebih tinggi (66.53) dibanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah (61.83). 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik) maka H03 diterima untuk kognitif dan afektif, dan H03 ditolak untuk aspek psikomotorik. Hal ini berarti keingintahuan siswa kategori tinggi dan rendah mempunyai efek yang tidak sama terhadap prestasi belajar siswa untuk aspek psikomotorik. Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar dan melakukan penyelidikan, sesuai dengan hasil penelitian Engelhard dan Judith (1988), bahwa “Curiosity representens broadly conveived exploratory behavior” serta menurut Talip Alkiyumi M (2009) bahwa “Curiosity as the inner drive that motivates people to learn and investigate. It drives people to search information abaut on object, or idea through exploration”. Keingintahuan muncul apabila siswa dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan mencerminkan kehidupan sehari-hari. Rasa keingintahuan berkembang karena aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran materi sistem respirasi masih asing bagi siswa, pada umumnya siswa hanya merasakan hasil dari proses respirasi dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
159 untuk sistem anatominya siswa hanya melihat di buku. Penyajian materi yang berbeda,
menyebabkan
siswa
merasa
tertarik.
Ketertarikan
tersebut
mengakibatkan faktor internal siswa berkembang, salah satunya adalah keingintahuan. Keingintahuan siswa muncul, menyebabkan terjadinya negoisasi kognitif diantara siswa untuk memperbanyak pengetahuan yang mereka peroleh. Hal ini mengakibatkan bagian kelompok saling berhubungan sehingga pengetahuan yang dipunyai seseorang akan menjadi output yang lain dan output ini menjadi input bagi yang lainnya. Keingintahuan sebagai modal awal yang dimiliki siswa, inquiry sebagai metode untuk menyalurkan keingintahuan dengan mengadakan eksplorasi, observasi, dan penyelidikan. Keingintahuan yang berbeda menyebabkan perbedaan aktivitas selama kegiatan pembelajaran. Perbedaan aktivitas ini terletak pada seringnya bertanya dan mencari tahu. Siswa dengan keingintahuan tinggi berusaha untuk mencari sesuatu yang belum dimengerti begitu pula sebaliknya karena siswa yang tidak memiliki keingintahuan jarang untuk mendapatkan dorongan atau rangsangan untuk berpikir. “Anak yang memiliki keingintahuan yang tinggi akan menanggapi positif terhadap pelajaran yang diberikan oleh gurunya” (Suharsimi Arikunto, 2006: 81). Siswa dengan keingintahuan tinggi mengajak temnya untuk aktif dalam kegiatan karena permasalahan yang ditemukan merupakan tanggung jawab kelompok untuk menyelesaikannya. Untuk itu kelompok yang berisi siswa dengan keingintahuan tinggi dan rendah samasama aktif bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuri Dewi Mildayanti (2010) menyimpulkan bahwa ”keingintahuan tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
160 memberikan
pengaruh
yang
lebih
baik
terhadap
prestasi
daripada
keingintahuannya rendah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa siswa dengan keingintahuan kategori rendah memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki keingintahuan tinggi hal ini disebabkan karena siswa dengan keinggintahuan tinggi disibukan oleh aktivitas-aktivitas untuk memenuhi hasrat keingintahuannya sehingga
siswa
dengan
keinggintahuan
tinggi
kurang
konsentrasi belajar. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.035 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.240 > 0.005 (psikomotorik) maka H04 diterima untuk afektif dan psikomotorik, dan H04 ditolak untuk aspek kognitif. Berdasarkan plot pada Gambar 4.13 dapat diambil keputusan bahwa terdappat intraksi antara metode dan kemampuan awal, hal ini berarti bahwa pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, begitupula pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang melakukan pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi menghasilkan presatasi yang tinggi disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara kemampuan awal tinggi dan rendah dengan penggunaan metode inquiry terhadap prestasi belajar Biologi. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal commit to user tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
161 kemampuan awal rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh kemampuan awal rendah terhadapa prestasi belajar Biologi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal tinggi. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada interaksi sama sekali antara kemampuan awal tinggi dengan kemampuan awal rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa prestasi belajar rata-rata dengan kemampuan awal tinggi adalah 76.9 (kognitif), 72.2 (afektif), dan 59.38 (psikomotorik) pada inquiry terbimbing dan 73.7 (kognitif), 65 (afektif), dan 50 (psikomotorik) pada kelas inquiry bebas termodifikasi sedangkan nilai rata-rata kemampuan awal rendah adalah 67.9 (kognitif), 74.5 (afektif), dan 58.6 (psikomotorik) untuk inquiry terbimbing dan 60.9 (kognitif) ), 72 (afektif), dan 53.2 (psikomotorik) pada inquiry bebas termodifikasi. Berdasarkan data-data pada penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi maupun rendah pada materi sistem respirasi lebih cocok menggunakan inquiry terbimbing sebagi metode pembelajaran daripada inquiry bebas termodifikasi. 5. Hipotesis Kelima Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.117 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik), maka H05 diterima untuk afektif dan psikomotorik dan H05 ditolak untuk aspek kognitif. Hipotesis yang diterima yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
162 ada interaksi antara metode pembelajaran dan keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuhnya keingintahuan belajar pada siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi dorongan, perasaan, cita-cita dan pengalaman masa lalu. Dorongan yang berasal dari dalam berhubungan dengan perasaan senang dan tidak senang, simpati atau tidak, dan perasaan lain yang timbul dalam diri terhadap sesuatu objek. Oleh karena itu, maka untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, siswa harus berusaha meningkatkan keingintahuan belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif. Keinginan yang dipraktekkan dapat menjadikebiasaan. Sedangkan “Keinginan tertentu yang dapat diulang-ulang disebut dengan hasrat’ (Agus Sujianto,1983:95). Dengan demikian keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk mengetahui suatu benda tertentu.”Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek disebut dengan minat” (Djemari Mardapi, 2004:16). Keinginan atau curiosity merupakan aspek yang bersifat kondisional bagi pengembagan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat belajar. Tanpa rasa ingintahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi selalu ingin tahu akan segala hal. Di dalam kelas akan sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
163 Siswa yang mampu bergaul adalah siswa siswa yang mampu berkomunikasiatau memberikan informasi selama berkomnukasi. Jadi, orang yang mampu bergaul dapat menyesuaikan diri dengan baik. Menurut Ari Widodo (2007), bahwa lingkungan pembelajaran bukanlah hanya lingkungan fisik semata namun juga lingkungan sosial dan emosional. Oleh karena itu, untuk berkomunikasi dengan lingkungan diperlukan penyesuaian diri dengan baik. Stimulus yang ada dalam diri siswa secara mental dapat mempengaruhi hasil belajar, apabila keingintahuan dan metode tidak ada interaksi dikarenakan siswa bekerja dalam sebuah kelompok kecil, ada perlakuan saling mengabaikan dan menerima beban tugas yang tidak sama. Hal tersebut mengakibatkan siswa bekerja kurang kooperatif dengan anggota lain sehingga rasa keingintahuan berkurang dan hasil akhir informasi yang diperoleh dari kegiatan inquiry tersebut sangat terbatas. Aspek psikomotorik kurang berkembang melalui metode ini, maka aspek afektif sebagai salah satu hasil belajar tidak ada interaksi dengan metode. Keingintahuan siswa berbeda-beda meliputi keingintahuan kategori tinggi dan rendah, sehingga diperlukan rangsangan yang berbeda pula untuk setiap siswa, sesuai dengan pendapat Talib Alkiyuni M (2009), bahwa “The teachers must appreciate that there are individual differences between students in their styles of curiosity. Some explore using only their minds, others use more physical ways, touching, smelling, and tasting. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa dengan inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi menimbulkan berbagai macam respon, baik negatif maupun positif. Keingintahuan sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
164 modal awal dan pemacu berpikir dapat dikelola dengan baik, harus ada bimbingan dari guru. Keingintahuan bersifat kondisional, tergantung dari situasi yang dihadapi. Apabila situasi dirasa cukup menarik dan berbeda, maka siswa merespon dengan mengadakan eksplorasi berdasarkan sesuatu yang inggin diketahui. Penyajian materi dengan metode yang berbeda, merupakan rangsangan yang cukup untuk menimbulkan keingintahuan siswa. Tetapi metode yang digunakan terbilang baru bagi siswa, sehingga siswa masih beradaptasi dengan langkah-langkah dalam metode tersebut. Adaptasi setiap siswa berbeda-beda dan menimbulkan perbedaan dalam aktifitas selama kegiatan penyelidikan. 6. Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.387 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik) maka H06 diterima. Hipotesis yang diterima yaitu tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan keingintahuan Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara kemampuan awal dengan keingintahuan terhadap prestasi belajar. Pengaruh yang diberikan kemampuan awal terhadap prestasi belajar merupakan berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan keingintahuan. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh keingintahuan terhadap prestasi belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan awal. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan awal dengan keingintahuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
165 Faktor yang berkaitan dengan prestasi belajar menurut Farid Nasution (2001), yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Kedua faktor tersebut memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap faktor lain. Ketrampilan belajar siswa, sarana belajar, dan lingkungan belajar juga berperan untuk mencapai prestasi belajar. Kemampuan awal dan keingintahuan merupakan faktor internal, maka disajikan kegiatan pembelajaran melalui inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi untuk memaksimalkan faktor internal dan mengkontruksi kemampuan awal guna mendapatkan hasil yang baik. Tahap perkembangan berpikir siswa SMA adalah operasional formal, yaitu anak dapat berpikir abstrak, hal ini didukung keingintahuan untuk membentuk pengetahuan yang berbentuk informasi abstrak. Kemampuan awal tidak ada interaksi dengan keingintahuan, karena tingkat kemampuan awal siswa berbeda atau belum ada high order thinkin. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan dalam melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.780 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.660 (psikomotorik) maka H07 diterima. Hipotesis yang diterima yaitu tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal dan keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
166 Hasil temuan dalam Farid Nasution bahwa metode mengajar merupakan variabel yang memberikan sumbangan terbesar yaitu 10.73%, sedangkan variabel lainnya yaitu: ketrampilan belajar (3.27%), suasana belajar (2.26%), dan lingkungan belajar (3.35%) sedangkan 80.4% lagi merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak menjadi variabel dalam penelitiannya. Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz (2008) menyatakan bahwa pembelajaran CBI, di dalam penelitian ini ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi siswa pada pelajaran Biologi. Dalam penelitian ini tidak ada interaksi antara metode inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi, kemampuan awal, dan keingintahuan.Hal ini disebabkan karena tahap-tahap dalam pembelajaran inquiry dirasa terlalu berat oleh siswa, metode tersebut terdiri dari beberapa tahap pelaksanaan dan diintegrasikan dengan dengan waktu yang singkat. Oleh karena itu siswa mengalami kesulitan dan menyebabjan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hasil belajar tidak maksimal. Hasil belajar bukan hanya disebabkan oleh vaeiabel yang diteliti, tetapi juga disebabkan variabel lain yaitu: intelegensi, motivasi, minat, dan bakat seperti yang disebutkan oleh Farid Nasution. Meskipun tidak terdapat interaksi, siswa telah menjalani kegiatan berupa pengalaman belajar yang melatih kemampuan mereka baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Stimulus yang diberikan adalah sesuatu yang nyata, dengan kata lain siswa menghadapi hal-hal yang ada dan dirasakan oleh diri mereka, maka
respon dari siswa berupa kecakapan hidup/kemampuan, bukan hanya
pengetahuan saja. Kecakapan hidup dalam membangun konsep sains, ketrampilan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
167 dan sikap. Kemampuan individu dalam memproses informasi, juga menjadi faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran. Informasi yang diterima, akan diolah sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri. Pengolahan informasi memiliki keterbatasan, tergantung dari sering tidaknya berinteraksi dengan lingkungan dan mengikuti kegiatan belajar yang menampilkan kerja ilmiah.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian Penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin dengan harapan hasilnya dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun masih terdapat beberapa hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan dan keterbatasan penelitian yang mempengaruhi hasil penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menejemen waktu yang dilakukan pada saat proses pembelajaran belum optimal 2. Metode inquiry yang digunakan belum diperkenalkan kepada siswa sebelum metode digunakan 3. Efektivitas kinerja kelompok masih rendah, sehingga hanya sebagaian siswa yang bekerja menyelesaikan LKS dan masih banyak siswa yang tidak bekerja secara optimal. 4. Instrumen penelitian yang digunakan baru diujicobakan satu kali. 5. Prestasi belajar aspek psikomotorik masih berupa ketrampilan proses 6. Observer untuk prestasi belajar aspek psikomotorik belum diuji coba untuk menyamakan persepsi. 7. Pengisian angket afektif dan keingintahuan yang dilakukan oleh responden commit to user kurang diperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
168 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Inquiry merupakan suatu proses bagi siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan dan melakukan eksperiemn, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran berbasis inquiry siswa terlibat sacara mental dan secara fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Dengan kata lain para siswa akan menjadi terbiasa berperilaku sebagai saintis (objektif, jujur, kreatif, dan menghargai yang lain). Pembelajaran dengan inquiry terbimbing memberikan pengaruh terhadap prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan inquiry bebas termodifikasi. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menerapkan metode inquiry terbimbing sebagai wahana dalam kegiatan pembelajaran sistem respirasi cenderung lebih baik daripada menggunkan inquiry bebas termodifikas. Berarti ada perbedaan pengaruh pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikas terhadap prestasi belajar Biologi materi pokok sistem respirasi. Hal ini ditunjukkan berdasarkan analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh p-value = 0.000 < 0.005 (kognitif dan psikomotorik), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif) 2. Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
169 mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Hal ini berarti ada pengaruh tingkat kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif dan afektif, namun tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh pvalue = 0.000 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.004 < 0.005 (afektif), dan p-value = 0.250 > 0.005 (psikomotorik) 3. Keingintahuan merupakan faktor internal yang memotivasi untuk belajar dan melakukan penyelidikan, Keingintahuan muncul apabila siswa dihadapkan pada situasi yang menarik yaitu situasi yang realistis dan mencerminkan kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kategori keingintahuan rendah memiliki prestasi belajar aspek psikomotorik yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki tingkat keingintahuan kategori tinggi, namun siswa dengan keingintahuan kategori tinggi dan rendah memiliki prestasi belajar yang tidak berbeda untuk aspek kognitif dan afektif. Berarti bahwa tidak ada pengaruh tingkat keiningintahuan terhadap prestasi belajar aspek kognitif dan afektif, akan tetapi berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek psikomotorik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh besarnya p-value = 0.127> 0.005 (kognitif), p-value = 0.104 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.013 <0.005 (psikomotorik). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
170 4. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil analisis variansi tiga jalan untuk prestasi belajar diperoleh besarnya p-value = 0.035 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.100 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.240 > 0.005 (psikomotorik) 5. Ada interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi aspek kognitif, tetapi tidak terdapat interaksi metode pembelajaran dengan tingkat keingintahuan terhadap prestasi belajar Biologi aspek afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.001 < 0.005 (kognitif), p-value = 0.117 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.395 > 0.005 (psikomotorik). 6. Tidak ada interaksi antara kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi. Hal ini berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.376 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.387 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.005 (psikomotorik) 7. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal dan tingkat keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar Biologi Berdasarkan hasil uji analisis variansi tiga jalan sel tak sama diperoleh besarnya p-value = 0.780 > 0.005 (kognitif), p-value = 0.742 > 0.005 (afektif), dan p-value = 0.801 > 0.660 (psikomotorik) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
171 B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran Biologi pada materi pokok sistem respirasi. Metode inquiry terbimbing lebih mampu merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih optimal daripada metode inquiry bebas termodifikasi. Selain memberikan gambaran metode pembelajaran, hasil penelitian ini juga mendeskripsikan tentang pengaruh kemampuan awal dan keingintahuan. 2. Implikasi Praktis a. Metode pembelajaran inquiry terbimbing dan inquiry bebas termodifikasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar Biologi, siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry terbimbing memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang melakukan proses pembelajaran dengan metode inquiry bebas termodifikasi pada materi pokok sistem respirasi. Oleh karena itu, dalam menyampaikan materi Biologi/melakukan kegiatan pembelajaran metode inquiry terbimbing dapat digunakan. b. Tingkat kemampuan awal memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar Biologi, oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan tingkat kemampuan awal peserta didik untuk meningkatkan psestasi belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
172 c. Tingkat keingintahuan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar Biologi, oleh
karena
itu
sebelum
melakukan
kegiatan
pembelajaran
harus
memperhatikan tingkat keingintahuan peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar.
C. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Saran untuk para guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsipprinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Untuk menyampaikan konsep-konsep Biologi diperlukan metode pembelajaran yang mampu membantu siswa pada kondisi senang, rileks atau santai, dan mudah untuk menerima dan memahami materi. Metode inquiry terbimbing merupakan metode pembelajaran yang tepat untuk penyampaian materi Biologi, hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan, metode inquiry menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding metode inquiry bebas termodifikasi 2. Saran untuk para peneliti a. Selama kegiatan pembelajaran menejemen waktu harus diperhatikan, untuk tahapan Stimulation dan Problem statement sebesar 10 %, tahapan Data commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
173 collection, Data prossesing, dan Verification sebesar 75 %, sedangak untuk tahapan Generalization sebesar 15 % dari alokasi waktu yang tersedia b. Metode inquiry yang akan digunakan seharusnya diperkenalkan terlebih dahulu maksimal satu bulan sebelum metode tersebut digunakan. c. Dalam proses pembelajaran guru harus memotivasi seluruh siswa untuk aktif bekerja dalam kelompok dengan cara memberikan pertanyaan yang menantang d. Instrument yang akan digunakan sebaiknya diujicobakan lebih dari satu kali, ujicoba pertama untuk perbaikan dan ujicoba berikutnya untuk validasi. e. Prestasi belajar aspek psikomotorik diukur setelah proses pembelajaran. f. Observer untuk prestasi aspek psikomotorik harus diujicoba dan diberi pengarahan untuk menyamakan persepsi pada saat proses penilaian. g. Untuk responden yang tidak serius dalam pengisian angket harus ditindak lanjuti dengan teknik wawancara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
174 DAFTAR PUSTAKA
Abdul. Gafur. 1982. Desain Intruksional: Suatu Langkah Praktis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan Belajar dan Mengajar. Surakarta : Tiga Serangkai Agus Sujanto. 1983. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara ___________. 2004. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara Akhmad Sudrajat http://www.bpkpenabur.or.id/files/09 Desember 2009/13.10 WIB
0.pdf,
diakses
02
Andi Suntoda Situmorang. 2008. Gaya Mengajar dan Kemampuan Awal Dalam Pembelajaran Keterampilan Forehand Groundstroke Petenis Pemula. Bandung: Universitas Indonesia Antonius Kartolo. 2010. Pembelajaran Kooperatif Model STAD Dan TGT Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Dan Kemampuan Awal. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Ari Widodo. 2007. Kontruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal pendidikan dan kebudayaan, No. 064, Tahun ke-13 Astri Budianingsih. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta BNSP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: BNSP Budiyono. 2003. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret _______. 2004. Statistik Dasar Penelitian. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Burden Paul. M dan Byrd David M. 1997. Methods Of Effective Teaching. Massachuset: Allyn dan Bocan Depdiknas. 2003. Panduan Pengembangan Program Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas Dick, Walter and Cary, Iou. 1999. The Systenic Design Of Instruction. New York: Harper Cpllins pupliser Inc Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
175 Djemari Mardapati. 2004. Pedoman khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Sekolah Menengah Umum ________________. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Yogyakarta. Mitra Cendikia Dwi Retna Asminah. 2010. Pembelajaran Fisika dengan Metode Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Training Ditinjau dari Kemapuan Awal dan aktifitas Siswa. Tesis. Universitas Sebelas Maret Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum Dan Pembelajaran Filosofi Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Arya. Elliot P. Douglas dan Chu-Chuan Chiu. 2009. Use Guided Inquiry as an Active Learning in Engineering. ASEE/IEEE Frontiers in Education Conference. Session M4C Endang Supartini. 2001. Diagnostik Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remidial. Yogyakarta: FIP UNY Engelhard, George and Judith A.M. 1988. Grade level, gender, and school related curiosity in urban elementary schools. The journal of education research vol.82 no 1. http://.jstor.org/stabel/27540332. Diakses pada tanggal 01 Januari 2010 Hesty Handayani. 2010. Pembelajaran Biologi Menggunakan Metode Proyek Dengan Lab Real dan Audiovisual Ditinjau Dari Keingintahuan dan Kemampuan Kerjasama. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret http://tigaserangkai.com/images/File/Dunia%20IPA%20SD%205.pdf. Diakses 12 Februari 2010 http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/10/respirasi-hewan.pdf . Diakses 12 Februari 2010 Johnson, Reaven. 2003. Biology. USA: Graw Hill Hingher Education. Inc Joyce Bruce and Weil. 2000. Models Of Teaching 6 Prentice-Hall
th
Education. New Jersey:
Kiline, Ahmed. 2007. The Opinion Of Turkish Highscohool Pupils On Inquiry Based Laboratory Activites http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15 commit to user Kimball, John. W. 1998. Biologi Jidil 2. Jakarta: Erlangga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
176 Kindswatter R. William and Margareth Isher. 1996. Dinamic of effectif Teaching. New York: Harper and Row Legiman. 2009. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran 4Mat System dan Metode STAD Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Keingintahuan Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Margono. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: Sebelas Maret University Press Martinis Yamin. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Disekolah. Yogyakarta: Kanisius Moh. Amien. 1979. Apakah Metoda Discovery-Inquiry Itu?. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus. ___________. 1987. Pengajaran IPA Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud. Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia Muhibbin Syah. 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pembelajaran Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mukayat Djarubito. 1990. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga Muhammad Ali. 2000. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Muhammad Suryo. 2003. Pedoman Penilaian Ranah Afektif. Jakarta: Depdiknas Nana Sudjana. 1996. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya ____________. 2002. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Remaja Rosdakarya Nasution. 2005. Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara National Academy of Science, (1996), National Science to Academy user Standards,Washington, DC:commit National Press.
Education
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
177 Nizar Al-Kadiri.. http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/22/kemampuan-awalsiswa/. Diakses 11 Januari 2011 Nur Irawan dan Septin Puji Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Yogyakarta: Andi Nuri Dewi Mldayanti. 2010. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT Ditinjau Dari Keingintahuan Dan Minat Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Oemar Hamalik. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Paul Supaeno. 1997. Filsafat Kontruktifisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Poedjiadi. 1999. Teori belajar kontruktivisme. http://wahib-dr.com/teori-belajar konstruktivisme.html. Purwodarminto. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah, Jakarta, 2006 Quitadano, Celia, James E Johnson, Martha J. Kurtz.2008. Community-Based Inquiry Improve Critical Thingking In General Biology. http://www.jiamse/journals.edu.com, diunduh 03 Nopember 2009/12.15 Ratna Willis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga Ridwan. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Roestiyah. N K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman, A, M.1994. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press Sigit Triyono. 2008. Pengaruh Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan Demonstrasi Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka Putrsa Suharsimi Arikunto. 1995. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
178 ________________. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Suryabrata, S. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Talib, Alkiyuni M. 2009. Instructional Strategies Of Intrinsic Motivation And Curiosity For Developing Creative Thingking. 14th international conference on thingking (2009 Malaysia). Malaysia: University Sains Malaysia Tarno. 2006. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Fisika Ditinjau Dari Sikap Ilmiah Siswa Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta; Media Wacana Press Winarno Surakhmad. 1990. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung: Tarsito Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara Indonesia ______. 2005. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiaswara Indonesia Yulia Saraswati, 2009. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing Dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Ditinjau Dari Kemampuan Awal dan Perhatian Siswa. Tesis. Surakarta : Universitas Sebelas Maret
commit to user