PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU IHSAN SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA TUNA GRAHITA SLB NEGERI SALATIGA TAHUN 2009/2010)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUH IHROMI NIM. 11408015
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
NOTA PEMBIMBING Lamp Hal
: 3 Eks : Naskah Skripsi Saudara Muh Ihromi Kepada Yth: Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
ASSALAMU’ALAIKUM, WR. WB Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Muh Ihromi NIM : 11408015 Jurusan : Tarbiyah/ Pendidikan Agama Islam Judul : PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU IHSAN SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA TUNA GRAHITA SLB NEGERI SALATIGA TAHUN 2009/2010) Dengan ini mohon agar skripsi saudara tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. WASSALAMU’ALAIKUM, WR.WB
Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M.Si NIP 19670307 199403 1 002
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara : MUH IHROMI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11408015 yang berjudul: PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU IHSAN SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA TUNA GRAHITA SLB NEGERI SALATIGA TAHUN 2009/2010) Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. 28 Agustus 2010 M Salatiga, 18 Ramadhan 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Dra. Hj. Woro Retnaningsih, M.Pd NIP. 19681017 199303 2 002
Abdul Aziz N.P, S.Ag, MM NIP. 19701028 200003 1 001
Pembimbing
Drs. Abdul Syukur, M.Si NIP. 19670307 199403 1 002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: MUH IHROMI
NIM
: 11408015
Judul Skripsi
: PENGARUH
PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU IHSAN SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA TUNA GRAHITA
SLB
NEGERI
SALATIGA
TAHUN
2009/2010) Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Salatiga, 28 Agustus 2010 Yang Menyatakan
Muh Ihromi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
…… Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (QS Al Baqarah: 197)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Istri, Subiyati dan anak-anakku tercinta, Asih Widiarti dan Miratul Mas'udah, yang selalu membimbing, mendo'akan dan memberikan segalanya baik moral maupun spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya. 2. Rekan-rekan di SLB Negeri Salatiga, yang senantiasa memberi dorongan kepada saya untuk menyelesaikan studi 3. Rekan-rekan di Fakultas Tarbiyah STAIN Salatiga
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan. Dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya, penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhanan ini dengan judul “PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU IHSAN SISWA (STUDI KASUS PADA SISWA TUNA GRAHITA SLB NEGERI SALATIGA TAHUN 2009/2010)
Dengan terbentuknya skripsi ini,
penulis ucapkan terima kasih yang tiada taranya kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Drs. Joko Sutopo, M.Ag selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Ekstensi. 3. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, yang dengan keikhlasannya telah memberikan bimbingan hingga tersusunnya skripsi ini. 4. Bapak Muhlisun, S.Pd, selaku Kepala SLB Negeri Salatiga, yang senantiasa memberikan motivasi pada penulis untuk melanjutkan studi. 5. Karyawan Perpustakaan STAIN Salatiga yang telah menyediakan fasilitasnya. Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdo’a, semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini akan penulis terima dengan rasa senang hati dan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi pembaca pada umumnya. Amin – amin yarobbal ‘alamin
Salatiga, 28 Agustus 2010 Penulis
Muh Ihromi
ABSTRAK
Pendekatan pembelajaran yang menyenangkan dalam memberikan pendidikan agama sehingga anak-anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab terhadap kehidupannya, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Salatiga Tahun 2010?, Bagaimana perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010?, dan Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Salatiga Tahun 2010, untuk mengetahui bagaimana perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010 Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di SLB Negeri Salatiga. Populasinya sebanyak 18 orang siswa kelas IV-VI dan semuanya dijadikan sampel. Pengumpulan data menggunakan angket yang dibagikan kepada sampel. Analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus korelasi product moment Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembelajaran PAI di SLB Negeri Salatiga yang berada pada kategori baik sekali mencapai 5,5%, kategori baik 77,7% dan kategori cukup 16,7%, Perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga yang berada pada kategori baik sekali mencapai 72,3%, kategori baik 22,2% dan kategori cukup 5,5%. Dari data kuantitatif di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa perilaku ihsan siswa dipengaruhi oleh pembelajaran PAI di sekolah dengan kategori tinggi yaitu nilai r yang diperoleh adalah sebesar 0,623 berada pada batas signifikan 1% dan 5% Saran yang dapat disampaikan adalah pendidikan Agama Islam yang sudah dalam kategori baik hendaknya dipertahankan dengan melakukan inovasi pembelajaran yang tepat untuk siswa SLB sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar dan perilaku ihsan siswa yang sudah baik perlu dipelihara dan dijaga sehingga menjadi contoh bagi dunia pendidikan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING .............................................................................
ii
PENGESAHAN ........................................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
v
KATA PENGANTAR...............................................................................
vi
ABSTRAK................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Penegasan Istilah ..................................................................
3
C. Rumusan Masalah ................................................................
4
D. Tujuan Penelitian..................................................................
4
E. Manfaat Penelitian ................................................................
5
F. Hipotesis ..............................................................................
5
G. Metode Penelitian .................................................................
6
H. Sistematika Penulisan ...........................................................
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam ......................................................
10
B. Perilaku Ihsan.......................................................................
15
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga ..............................
28
B.
Tujuan dan Fungsi SLB N Salatiga ....................................
29
C.
Strategi Pengembangan SLB N Salatiga .............................
30
D.
Sarana Prasarana SLB N Salatiga .......................................
31
E.
Partisipasi Masyarakat .......................................................
33
F.
Daftar Nama Responden ....................................................
34
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data ........................................................................
35
B. Analisis Pengolahan Data .....................................................
46
C. Analisis Uji Hipotesis ...........................................................
48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................
50
B. Saran ....................................................................................
50
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL I
DAFTAR NAMA RESPONDEN
TABEL II
NILAI ANGKET PEMBELAJARAN PAI
TABEL III
INTERVAL PEMBELAJARAN PAI
TABEL IV
NOMINASI PEMBELAJARAN PAI
TABEL V
KOMPARASI PEMBELAJARAN PAI
TABEL VI
NILAI ANGKET PERILAKU IHSAN
TABEL VII
INTERVAL PERILAKU IHSAN
TABEL VII
NOMINASI PERILAKU IHSAN
TABEL IX
KOMPARASI PERILAKU IHSAN
TABEL X
TABEL KORELASI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang menempati posisi istimewa di dunia ini. Manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi (QS. al-Baqarah, 2:30) dan diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. al-Tin, 95:4). Manusia terdiri dari dua substansi; pertama, substansi jasad/materi yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah dan dalam pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan mengikuti sunnatullah (aturan, ketentuan, hukum Allah yang berlaku di alam semesta), kedua, substansi immateri/nonjasadi, yaitu peniupan ruh ke dalam diri manusia sehingga manusia merupakan benda organik yang mempunyai hakekat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah1. Dari kedua substansi tersebut maka yang paling esensial adalah substansi immateri atau ruhnya. Manusia yang terdiri dari dua substansi itu telah dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar yang harus diaktualkan atau ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata di dunia
ini
melalui
proses
pendidikan
untuk
selanjutnya
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak di akhirat.
1
Sumbodo Ari Widodo, 2004. Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Media Pustaka, hlm. 14
2
Pendidikan dalam Islam lebih banyak dikenal dengan menggunakan istilah al-tarbiyah, al-ta`lim, al-ta`dib dan al-riyadah. Setiap terminologi tersebut mempunyai makna yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan teks dan kontek kalimatnya dan pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan pengertian pendidikan secara umum2. Beberapa pakar pendidikan Islam memberikan rumusan pendidikan Islam, diantaranya Yusuf Qardhawi, mengatakan pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya. Tidak terkecuali terhadap anak yang mengalami kelainan, terutama anak
Tuna
Grahita,
disini
guru
dituntut
menerapkan
pendekatan
pembelajaran yang menyenangkan dalam memberikan pendidikan agama sehingga anak-anak menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab terhadap kehidupannya, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku Ihsan Siswa SLB Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2009/2010
2
Ibid, hlm. 16
3
B. Penjelasan Istilah Untuk memudahkan memahami judul akan dijelaskan penegasan istilah sebagai berikut : 1. Pengaruh Pendidikan Agama Islam a. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (benda, orang dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan gaib3. b. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta meningkatkan spiritual4. Adapun indikatornya adalah: a. Jumlah jam pelajaran b. Metode pembelajaran c. Cara mengajar d. Media pembelajaran e. Sarana pembelajaran
2. Ihsan Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan5. Adapun indikatornya ihsan adalah: 3
Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 71 Ibid, hlm. 382 5 Ibid, hlm. 542 4
4
a. Berbakti pada orang tua b. Menghormati guru c. Menepati janji d. Rajin shalat e. Membantu orang lain f. Sabar g. Syukur/ terima kasih
C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Salatiga Tahun 2010? 2. Bagaimana perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010? 3. Adakah pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui bagaimana pembelajaran pendidikan Agama Islam di SLB Negeri Salatiga Tahun 2010. 2. Untuk mengetahui bagaimana perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010.
5
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010.
E. Manfaat Penelitian 1. Praktis Bagi orangtua siswa dapat menjadi acuan bagi orang tua untuk memberikan pendampingan bagi putra-putrinya sehingga dapat berbuat sesuai dengan norma agama dan masyarakat. 2. Teoritis Dapat memberikan sumbangan kritis bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya dalam Pendidikan Agama Islam.
F. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara atas suatu permasalahan6. Adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "Ada
pengaruh yang signifikan antara pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga Tahun 2010".
6
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, hlm. 4
6
G. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari individu yang memiliki karakteristik yang sama dan mendiami suatu wilayah7. Adapun yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV-VI SLB Negeri Tahun 2010 yang berjumlah 35 siswa terdiri dari kelas IV sebanyak 17 anak, kelas V 12 anak dan kelas VI sebanyak 6 anak. b. Sampel Yang dimaksud sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi untuk mewakilinya8. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian, yaitu sebanyak 18 siswa terdiri dari 9 orang kelas IV, 6 orang kelas 5 dan 3 orang kelas VI, sedangkan siswa lain adalah siswa nonmuslim.
2. Variabel Penelitian Penelitian
ini
meliputi
dua
variabel
yaitu
pembelajaran
pendidikan Agama Islam sebagai variabel bebas (X) dan perilaku ihsan sebagai variabel terikat (Y). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi.
7 8
Sutrisno Hadi, 1981. Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, hlm 70 Ibid, hlm. 71
7
3. Metode Pengumpulan Data dengan Angket Angket adalah alat pengumpulan data secara tertulis yang berisi daftar pertanyaan (question) atau pernyataan (statement) yang disusun secara khusus dan digunakan untuk menggali dan menghimpun
keterangan
dan/
atau
informasi
sebagaimana
dibutuhkan dan cocok untuk dianalisis9. Metode angket diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian dan berfungsi untuk mengumpulkan data tentang pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam dan perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga.
4. Teknik Analisa Data Untuk mengetahui mengetahui pengaruh pembelajaran pendidikan Agama Islam dan perilaku Ihsan siswa SLB Negeri Salatiga maka digunakan rumus sebagai berikut:
rxy
X Y
XY X 2 X N
2
N
2 Y 2 Y N
Keterangan:
9
rxy
: koefisien korelasi
x
: skor variabel x (pembelajaran PAI)
y
: skor variabel y (perilaku ihsan)
Djudju Sudjana, 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 177
8
N
: Jumlah responden
X
: hasil kuadrat variabel x
Y
: Hasil kuadrat variabel Y
XY
: Produk dari X kali Y
: Sigma (jumlah)
Dikatakan terdapat pengaruh jika r hitung > r table.
H.
Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan ini dipakai sebagai aturan yang saling terkait dan saling melengkapi, adapun sistematika penulisan sebagai berikut: BAB
I
Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Penegasan Istilah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Hipotesis F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan
BAB
II
Landasan Teori, berisi tentang Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Ihsan
BAB
III
Laporan Hasil Penelitian, berisi tentang gambaran umum SLB Negeri Salatiga dan Keadaan Responden
BAB
IV
Analisis Data A. Analisis Data B. Analisis Pengolahan Data C. Analisis Uji Hipotesis
BAB
V
Penutup Dalam bab ini akan disampaikan tentang:
9
A. Kesimpulan B. Saran Diakhiri dengan daftar pustaka, serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pendidikan Agama Islam Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya melalui para Rasul. Dalam Islam memuat sejumlah ajaran, yang tidak sebatas pada aspek ritual, tetapi juga mencakup aspek peradaban. Dengan misi utamanya adalah sebagai rahmatan lil „alamin, Islam hadir dengan menyuguhkan tata nilai yang bersifat plural dan inklusif yang merambah ke dalam semua ranah kehidupan. Berikut beberapa pengetian pendidikan agama Islam adalah: 1. Berdasarkan rumusan Seminar Pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian “Pendidikan Islam sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengasawi berlakunya semua ajaran Islam1. 2. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadara dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman2.
1 2
Hendra Akhdiyat, 2009. Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta, hlm. 21 Beni Ahmad Saebani,2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 30
10
11
3.
“Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang lebih khusus dan ditekankan pada pengembangan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya
agar
lebih mampu
memahami,
menghayati
dan
mengajarkan ajaran Islam”3. 4. Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu
dalam
kehidupan
pribadinya
atau
kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan perubahan itu ditandai dengan nilai-nilai Islami. Definisi lain menjelaskan pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar. Sedangkan pengertian pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Dalam pembelajaran PAI harus di dasarkan pada pengetahuan siswa yang belajar dan lebih sering difokuskan bagi suatu materi ada kepentingan antara panjangnya materi pelajaran yang tercampur atau tidak tercampur dengan spesifikasi apa yang harus dimunculkan. Pembelajaran PAI ini juga harus menjadi sesuatu yang direncanakan dari pada hanya sekedar asal jadi. Pembelajaran PAI ini akan lebih membantu siswa dalam memaksimalkan kecerdasan yang siswa miliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan social terhadap lingkungan.
3
Abdul Hamid, 2001. Studi Islam 3, Surakarta: UMS Press, hlm. 14
12
Tujuan pembelajaran PAI adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermsyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan Islam dapat dilasifikasikan menjadi empat dimensi yaitu: a) Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al jismiyah), b) tujuan pendidikan rohani (al-ahdaf al-ruhaniyah), c) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-akliyah, dan d) tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf alijtimaiyah)4. Sedangkan
pendidikan
Agama
Islam
disekolah
bertujuan
untuk
meningatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermsyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Jadi, tujuan pembelajaran PAI disini akan mampu memprediksikan kebutuhan-kebutuhan dan kesiapan pendidikan Agama Islam dalam menyiapkan sumberdaya yang diperlukan selaras dengan kebutuhan siswa, orang tua, maupun masyarakat.
4
Hendra Akhdiyat, op.cit, hlm. 24
13
Ruang lingkup pendidkan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara5: 1. Hubungan manusia dengan Allah SWT 2. Hubungan manusia dengan sesama manusia 3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 4. Hubungan manusia dengan mahluk lain dan lingkungannya. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima unsur pokok yaitu: Al-Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak, dan Tarikh (sejarah). Ruang lingkup ajaran Islam mencakup tiga domain yaitu 6: 1. Kepercayaan (i‟tiqadiyah), yang berhubnungan dengan rukun iman, sepert inam kepada Allah SWT, malaikat, kiabullah, Rasulullah, hari kebangkitan dan takdir; 2. Perbuatan („amaliyah), yangterbagi dalam dua bagian: (1) masalah Ibadah, berkaitan dengan rukun Islam, seperti syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah lain yang mengatur hubungan manusai dengan Allah SWT.; (2) masalah Mu’amalah, berkaitan dengan intraksi manusia dengan sesamanya, baik perseorangan maupun kelompok seperti akad, pembelajaran, hukuman, hukumjinayah (hukum pidana dan perdaa); 3. Etika (khulukiyah), berkaitan dengan kesusilaan, budi pekerti, adab atau sopan santun yang menjadi perhiasan bagi seseorang dalam rangka mencapai kutamaan. Nilai-nilai seperti jujur (siddiq), terpercaya 5 6
Ibid, hlm. 26 Ibid, hlm. 32
14
(amanah), adil, sabar, syukur, pemaaf, tidak tergantung pada materi (zuhud), menerima apa adanya (qana‟ah), berserah diri kepada Allah (tawakal), malu berbuat buruk (haya), persaudaraan (ukhuah), toleransi (tasamuh), tolong menolong (ta’awun), dan saling menanggung (akaful), adalah serangkaian bentuk dar budi pekerti yang luhur (akhlaq al karimah). Materi merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran (subject centered teaching). Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, sebab peran dan tugas guru adalah sebagai sumber belajar. Inti pokok ajaran agama Islam meliputi akidah (masalah keimanan) syari’ah (masalah keislaman), dan ihsan (masalah akhlak), maka desain kurikulum pendidikan agama Islam selayaknya juga diarahkan kepada tiga aspek tersebut. Dalam penerapannya, penentuan materi pendidikan agama Islam yang mengandung tiga ajaran pokok harus memperhitungkan kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan siswa. Pada tingkatan sekolah dasar, siswa yang belajar pendidikan Agama Islam harus memiliki
15
karakteristik tertentu yang diharapkan setelah ia lulus dari sekolah tersebut antara lain7: 1. Siswa dapat mengetahui bentuk dan tata cara pelaksanaan ibadah salat secara baik dan benar. 2. Mengenal adab sopan santun baik dalam berbicara, berpakaian aupun bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam. 3. Memiliki sifat setia kawan, bekerja sama dan berpikir positif. 4. Peka terhadap lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat. 5. Memiliki kesadaran beragama yang kuat. 6. Mampu membedakan nilai-nilai kehidupan yang baik yang harus diikuti, dan menjauhi nilai-nilai yang tidak baik, melalui kisah-kisah teladan Nabi dan Rasul dan kisah-kisah kesesatan dari para pembangkang agama.
B.
Perilaku Ihsan Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…8” (Al-Isra‟: 7) 7
Ibid, hlm. 34
16
“Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77) Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orangorang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu kebaikan….” (QS An-Nahl: 90)
8
untuk
berbuat
Depag RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, hlm. 528
adil
dan
17
“… serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (QS. AlBaqarah: 83)
“Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu….” (QS. An-Nisaa`: 36)
Ihsan meliputi tiga aspek yang fundamental. Ketiga hal tersebut adalah ibadah, muamalah, dan akhlak9. 1. Ibadah Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menunaikan semua jenis ibadah, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut ia dipenuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya), juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah senantiasa memantaunya hingga ia
9
Beni Ahmad Saebani, 2009. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 71
18
merasa bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Minimal seorang hamba merasakan bahwa Allah senantiasa memantaunya, karena dengan inilah ia dapat menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan. Kini jelaslah bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri sangatlah luas. Maka, selain jenis ibadah yang disebutkan tadi, yang tidak kalah pentingnya adalah juga jenis ibadah lainnya seperti jihad, hormat terhadap mukmin, mendidik anak, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yang mubah untuk mendapat ridha Allah, dan masih banyak lagi. Oleh karena itulah, Rasulullah saw. menghendaki umatnya senantiasa dalam keadaan seperti itu, yaitu senantiasa sadar jika ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya. Berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang hamba tidak dapat mengukurnya. Karena itulah, kita berlomba untuk meraihnya. Pada setiap derajat, ada tingkatan tersendiri dalam surga. Yang tertinggi adalah derajat muhsinin, ia menempati Jannatul Firdaus, derajat tertinggi di dalam surga. Kelak, para penghuni surga tingkat bawah akan saling memandang dengan penghuni surga tingkat tertinggi, laksana penduduk bumi memandang bintang-bintang di langit yang menandakan jauhnya jarak antara mereka. Adapun tiga tingkatan tersebut adalah sebagai berikut.
19
a. Tingkat at-Takwa, yaitu tingkatan paling bawah dengan derajat yang berbeda-beda. b. Tingkat al-Bir, yaitu tingkatan menengah dengan derajat yang berbeda-beda. c. Tingkat al-Ihsan, yaitu tingkatan tertinggi dengan derajat yang berbeda-beda pula. Tingkat takwa adalah tingkatan dimana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori al-Muttaqun, sesuai dengan derajat ketakwaan masing-masing. Takwa akan menjadi sempurna dengan menunaikan seluruh perintah Allah dan meninggalkan seluruh laranganNya. Hal ini berarti meninggalkan salah satu perintah Allah dapat mengakibatkan sanksi dan melakukan salah satu larangannya adalah dosa. Dengan demikian, puncak takwa adalah melakukan seluruh perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Namun, ada satu hal yang harus kita pahami dengan baik, yaitu bahwa Allah swt. Maha Mengetahui keadaan hamba-hamba-Nya yang memiliki berbagai kelemahan, yang dengan kelemahannya itu seorang hamba melakukan dosa. Oleh karena itu, Allah membuat satu cara penghapusan dosa, yaitu dengan cara tobat dan pengampunan. Melalui hal tersebut, Allah swt. akan mengampuni hamba-Nya yang berdosa karena kelalaiannya dari menunaikan hak-hak takwa. Sementara itu, ketika seorang hamba naik pada peringkat puncak takwa, boleh jadi ia akan naik pada peringkat bir atau ihsan. Peringkat ini disebut martabat takwa,
20
karena amalan-amalan yang ada pada derajat ini membebaskannya dari siksaan atas kesalahan yang dilakukannya. Adapun derajat yang paling rendah dari peringkat ini adalah derajat dimana seseorang menjaga dirinya dari kekalnya dalam neraka, yaitu dengan iman yang benar yang diterima oleh Allah swt. Peringkat ini akan dihuni oleh mereka yang masuk kategori al-Abrar. Hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah swt. hal ini dilakukan setelah mereka menunaikan segala yang wajib, atau yang ada pada peringkat sebelumnya, yaitu peringkat takwa. Peringkat ini disebut martabat al-Bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan pada hal-hal yang sifatnya sunnah, sesuatu sifatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan tambahan dari batasan-batasan yang wajib serta yang diharamkan-Nya. Amalan-amalan ini tidak diwajibkan Allah kepada hamba-hamba-Nya, tetapi perintah itu bersifat anjuran, sekaligus terdapat janji pahala di dalamnya. Akan tetapi, mereka yang melakukan amalan tambahan ini tidak akan masuk kedalam kelompok al-bir, kecuali telah menunaikan peringkat yang pertama, yaitu peringkat takwa. Karena, melakukan hal pertama merupakan syarat mutlak untuk naik pada peringkat selanjutnya. Dengan
demikian,
barangsiapa
yang
mengklaim
dirinya
telah
melakukan kebaikan sedang dia tidak mengimani unsur-unsur kaidah iman dalam Islam, serta tidak terhindar dari siksaan neraka, maka ia
21
tidak dapat masuk dalam peringkat ini (al-bir). Mengenai hal ini, Allah swt. berfirman dalam kitab-Nya,
“Bukanlah kebaikan dengan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebaikan itu adalah takwa, dan datangilah rumah-rumah itu dari pintu-pintunya dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (QS. l-Baqarah: 189)
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar seruan orang yang menyeru kepada iman, yaitu: Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang banyak berbuat baik.” (QS. Ali „Imran: 193)
Tingkatan ini akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun. Mereka adalah orang-orang yang telah melalui peringkat pertama dan yang kedua (peringkat takwa dan al-bir). Ketika kita mencermati pengertian ihsan dengan sempurna seperti yang telah kita sebutkan sebelumnya maka kita akan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa ihsan memiliki dua sisi: Pertama, ihsan adalah kesempurnaan dalam beramal sambil menjaga keikhlasan dan jujur pada saat beramal. Ini adalah ihsan dalam tata cara (metode). Kedua, ihsan
22
adalah senantiasa memaksimalkan amalan-amalan sunnah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, selama hal itu adalah sesuatu yang diridhai-Nya dan dianjurkan untuk melakukannya. Untuk dapat naik ke martabat ihsan dalam segala amal, hanya bisa dicapai melalui amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah yang dicintai oleh Allah, serta dilakukan atas dasar mencari ridha Allah swt. 2. Muamalah Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah swt. pada surah An-Nisaa’ ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut,
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.”
Ihsan adalah beribadah kepada Allah dengan sikap seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka Allah melihat kita. Kini, kita akan membahas ihsan dari muamalah dan siapa saja yang masuk dalam bahasannya. Berikut ini adalah mereka yang berhak mendapatkan ihsan tersebut: Pertama, Ihsan kepada kedua orang tua
23
Allah swt. menjelaskan hal ini dalam kitab-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berumr lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik aku diwaktu kecil.” (QS. Al-Israa‟: 23-24)
Ayat di atas mengatakan kepada kita bahwa ihsan kepada ibu-bapak adalah sejajar dengan ibadah kepada Allah. Kedua, Ihsan kepada kerabat karib Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang baik dengan mereka, bahkan Allah swt. menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silatuhrahmi dengan perusak di muka bumi. Allah berfirman,
24
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (QS. Muhammad: 22)
Silaturahmi adalah kunci untuk mendapatkan keridhaan Allah. Hal ini dikarenakan sebab paling utama terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah karena terputusnya hubungan silaturahmi. Ketiga, Ihsan kepada anak yatim dan fakir miskin Keempat, Ihsan kepada tetangga dekat, tetangga jauh, serta teman sejawat Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Adapun yang dimaksud teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman sekolah atau kampus, perjalanan, ma’had, dan sebagainya. Mereka semua masuk ke dalam katagori tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim; sedang tetangga muslim dan kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan sebagai kerabat. Kelima, Ihsan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya Selain itu, ihsan terhadap ibnu sabil adalah dengan cara memenuhi kebutuhannya,
menjaga
hartanya,
memelihara
kehormatannya,
menunjukinya jalan jika ia meminta, dan memberinya pelayanan.
25
Adapun muamalah terhadap pembantu atau karyawan dilakukan dengan membayar gajinya sebelum keringatnya kering, tidak membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak sanggup melakukannya, menjaga kehormatannya, dan menghargai pribadinya. Jika ia pembantu rumah tangga, maka hendaklah ia diberi makan dari apa yang kita makan, dan diberi pakaian dari apa yang kita pakai. Bagi manusia secara umum, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai dalam pergaulan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegahnya dari kemungkaran, menunjukinya jalan jika ia tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, dan tidak mengganggu mereka dengan tidak melakukan hal-hal dapat mengusik serta melukai mereka. Ketujuh, Ihsan dengan berlaku baik kepada binatang Berbuat ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar, mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya diluar kemampuannya,
tidak
menyiksanya
jika
ia
bekerja,
dan
mengistirahatkannya jika ia lelah. Bahkan, pada saat menyembelih, hendaklah dengan menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya, serta menggunakan pisau yang tajam. 3. Akhlak Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan
26
Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini, yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita. Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya. Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang yang diperoleh dari hasil maksimal ibadahnya maka kita akan menemukannya dalam muamalah kehidupannya. Bagaimana ia bermuamalah dengan sesama manusia, lingkungannya,
pekerjaannya, keluarganya,
dan bahkan
terhadap dirinya sendiri. Kesimpulannya, ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapapun kita, apapun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ketingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum SLB Negeri Salatiga Tempat penyelenggaraan pendidikan dibagi menjadi tiga lingkungan yaitu formal, informal dan non formal. Sekolah Luar Biasa adalah sebuah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik. Dalam ketentuan umum UU Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa : “Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya,
kecerdasan,
ahlak
mulia,
serta
keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Bertitik tolak dari tujuan itulah setiap lembaga pendidikan termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa hendaknya bergerak dari awal hingga akhir sampai titik tujuan suatu proses pendidikan, yang pada akhirnya dapat “mewujudkan terjadinya pembelajaran sebagai suatu proses aktualisasi potensi peserta didik menjadi kompetensi yang dapat dimanfaatkan atau digunakan dalam kehidupan”. Dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa tidak dapat terlepas dan harus didukung oleh berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) diantaranya pihak masyarakat. Hal ini
28
29
penting karena masyarakat memiliki peran yang sangat diperlukan oleh sekolah. Mengenai hal ini diungkapkan dalam UU Sisdiknas tahun 2003 sebagai berikut: 1. Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. 2. Komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
dan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
B.
Tujuan dan Fungsi SLB Negeri Salatiga SDLB bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.” Di atas telah disinggung tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal inilah yang disebut sekolah, termasuk di dalamnya Sekolah Luar Biasa. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut di atas maka Sekolah Luar Biasa sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Tempat pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memberikan dasar-dasar pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
30
2. Memberikan rehabilitasi bagi anak-anak yang memiliki hambatan baik fisik, mental, emosi, maupun sosial. 3. Mengembangkan life skill bagi anak-anak berkebutuhan khusus sebagai bekal untuk dapat mandiri dalam kehidupannya bermasyarakat. 4. Membentuk anak-anak yang berbudaya dan menjadi warganegara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Demikian pentingnya fungsi sekolah bagi kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang pada akhirnya tertuju pada kesejahteraan manusia. Oleh karena itulah, pengembangan Sekolah Luar Biasa semestinya mendapat suatu perhatian yang semakin bermutu dengan terobosan-terobosan upaya yang tidak pernah berhenti dilakukan oleh semua pihak. Pelaksanaan evaluasi pun semestinya tidak dilupakan karena maju mundurnya pengembangan sekolah akan signifikan dengan upayaupaya perbaikan yang selalu dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil evaluasi.
C.
Strategi Efektif Pengembangan SLB Negeri Salatiga Sebagai upaya untuk mengembangkan SLB ke arah yang diharapkan maka diperlukan strategi yang efektif. Strategi efektif adalah suatu teknis atau langkah-langkah yang tepat untuk mengembangkan sekolah agar menjadi lembaga pendidikan yang bermutu sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai stakeholders pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak
ada
alasan
untuk
mengabaikan
masalah
mutu
dalam
31
menyelenggarakan pendidikannya, karena dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pada pasal 5 ayat 1 ditegaskan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.
D.
Sarana Prasarana Suatu program tidak aka berjalan dengan baik tanpa didukung oleh sarana dan prasarana, tentunya dengan segala keriterianya sesuai dengan kebutuhan. Jadi, apabila SLB Negeri Salatiga ingin berkembang secara optimal sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat maka unsur sarana dan prasarananya juga merupakan hal yang mutlak diperlukan. Dalam penyediaan sarana dan prasarana ini dapat terwujud apabila ada kerjasama dan tanggung jawab secara penuh dari semua stakeholders pendidikan di sekola. Mulai dari pihak pemerintah yang secara serius menyediakan anggaran untuk penyediaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, pihak orang tua, maupun masyarakat harus peduli terhadap perkembangan pendidikan yang merupakan tanggung jawab bersama. Upaya yang dapat dilakukan untuk penyediaan sarana dan prasarana sekolah kiranya sejalan sekali dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga-tenaga yang ada di sekolah baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yaitu kompetensi sosial. Maksud yang terkandung dalam kompetensi sosial ini tiada lain bahwa personil yang ada di sekolah harus dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah yang salah satunya adalah penyediaan sarana dan prasarana.
32
SLB Negeri Salatiga menempati tanah seluas 1800 m2 dengan bangunan 456 m2. Fasilitas pendidikan yang memenuhi syarat sangat menentukan kelancaran proses belajar mengajar. Adapun fasilitas gedung/ ruang yang tersedia di SLB Negeri Salatiga adalah sebagai berikut: 1) Ruang kepala sekolah
: 1 buah
2) Ruang guru
: 1 buah
3) Ruang kelas
: 6 buah
4) Ruang perpustakaan
: 1 buah
5) Ruang UKS
: 1 buah
6) Kamar mandi/ WC guru
: 1 buah
7) Kamar mandi/ WC murid
: 1 buah
8) Dapur
: 1 buah
9) Gudang
: 1buah
Sedangkan fasilitas perlengkapan sekolah antara lain sebagai berikut: 1) Komputer
: 2 buah
2) Mesin ketik
: 2 buah
3) Almari
: 8 buah
4) Rak buku
: 2 buah
5) Papan tulis
: 8 buah
6) Kursi guru
: 12 buah
7) Meja guru
: 12 buah
33
E.
8) Kursi siswa
: 133 buah
9) Meja siswa
: 134 buah
Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat diwujudkan dengan adanya komite sekolah dengan kepengurusan sebagai berikut: 1.
Ketua
: Bambang Zainal Abidin
2.
Sekretaris
: Dra Kanik Sajarwo Sularno
3.
Bendahara
: Veronika Yudi Widyasari Nunik Supriyatmi
4.
Anggota
: Drs. Eko Sismadi Sumardi Sofwati Wawan Pamungkas Drs. Sarjiya Sutrisno
F.
Daftar Nama Responden Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV-VI SLB Negeri Salatiga yang dapat diuraikan sebagai berikut:
34
TABEL 1 DAFTAR NAMA RESPONDEN No
Nama
Jenis Kelamin
Kelas
Alamat
1
Dedi Irawan
L
IV
Perum Argomulyo
2
M. Khairul Rizal
L
IV
Warak
3
Santi Rahayu
P
IV
Tingkir Lor
4
Jatmiko Hidayat
L
IV
Banjaran
5
Maulana Ahmad Izul
L
IV
Pabelan
6
Ida Sri Suryani
P
IV
Banjaran
7
Ayu Setiyaningsih
P
IV
Canden
8
Umi Rosidah
P
IV
Sraten
9
Ardi Suprihatin
L
IV
Banjaran
10
Catur Joko W
L
V
Tegalrejo
11
Rusmiyati
P
V
Banjaran
12
Farid Ismail
L
V
Sumogawe
13
Bagas Prihantoro
L
V
Ngawen
14
Eko Budi Stiyanto
L
V
Warak
15
Nadya Yulia Puspita
P
V
Kembangsari
16
Wahid Nur Rokhim
L
VI
Jl Arimbi
17
Ramelan Nurdiansyah
L
VI
Karangkepoh
18
Khairina Nur Utami
P
VI
Candirejo Lor
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Analisis Data Pertama Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran PAI terhadap perilaku ihsan siswa, maka dapat diperoleh dengan analisis statistik. Karena data yang terkumpul berjumlah banyak dan bersifat kualitatif, adapun dalam menganalisis data tersebut menggunakan teknik analisis statistik korelasi product moment dengan rumus:
rxy
X Y
XY
N
X 2 X N
2
2 Y 2 Y N
Keterangan: rxy
: koefisien korelasi antara x dan y
x
: skor variabel x (pembelajaran PAI)
y
: skor variabel y (perilaku ihsan)
N
: Jumlah responden
X
: hasil kuadrat variabel x
Y
: Hasil kuadrat variabel Y
XY
: Produk dari X kali Y
: Sigma (jumlah) Selanjutnya adalah menyiapkan tabel nilai pembelajaran PAI,
perilaku ihsan dan tabel kerja untuk mencari koefisien korelasi antara variabel pembelajaran PAI dan perilaku ihsan. 35
36
1. Analisis Data tentang Pembelajaran PAI Data pembelajaran PAI diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. alternatif jawaban A, memiliki nilai 3 b. alternatif jawaban B, memiliki nilai 2 c. alternatif jawaban C, memiliki nilai 1 TABEL 2 NILAI ANGKET PEMBELAJARAN PAI Nomor Item
No
Jml Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
1
3
3
1
2
2
2
3
1
20
2
3
3
3
3
3
2
2
1
3
1
22
3
1
3
3
3
1
3
1
1
3
1
20
4
1
3
2
3
1
2
1
3
3
1
20
5
1
3
3
3
1
2
2
1
3
1
20
6
1
3
3
2
1
1
2
2
2
1
18
7
3
2
3
2
1
1
1
1
3
3
20
8
1
1
3
3
1
2
2
3
3
1
20
9
1
3
3
3
1
2
2
1
3
1
20
10
1
2
3
3
1
1
1
3
1
1
17
11
1
2
3
3
1
1
2
2
3
1
19
12
1
1
3
3
1
1
2
2
3
1
18
37
13
3
2
3
2
1
1
3
2
1
1
19
14
1
3
2
2
3
2
2
2
1
1
19
15
1
2
3
3
2
2
1
1
3
1
19
16
2
2
3
2
2
3
2
2
1
1
20
17
3
1
3
2
1
1
3
1
3
1
19
18
3
3
3
S
1
1
2
1
2
1
20
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: a. Untuk pembelajaran PAI dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 22 dan terendah 17 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
22 17 1 3
5 1 3
=2
38
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang dipengaruhi oleh pembelajaran PAI dengan kriteria baik sekali, baik dan cukup TABEL 3 INTERVAL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI Nilai
Jumlah siswa
Nilai nominasi
21-22
1
A
19-20
14
B
17-18
3
C
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk pembelajaran PAI yang mempunyai kriteria baik sekali, mendapat nilai antara 21-22 sebanyak 1 siswa b. Untuk pembelajaran PAI yang mempunyai criteria baik mendapat nilai antara 19-20 sebanyak 14 siswa c. Untuk pembelajaran PAI yang mempunyai criteria cukup mendapat nilai antara 17-18 sebanyak 3 siswa Kemudian dibuat tabel nominasi A (baik sekali), B (baik), C (cukup) untuk mengetahui pengaruh pembelajaran PAI dengan kriteria baik sekali, baik, cukup
39
TABEL 4 NILAI NOMINASI PEMBELAJARAN PAI No Responden
Skor
Nominasi
1
20
B
2
22
A
3
20
B
4
20
B
5
20
B
6
17
C
7
20
B
8
20
B
9
20
B
10
18
C
11
19
B
12
18
C
13
19
B
14
19
B
15
19
B
16
20
B
17
19
B
18
20
B
40
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang dipengaruhi pembelajaran PAI dengan kriteria baik sekali, baik, dan cukup kemudian dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut: P= -
F x100% N
Untuk pembelajaran PAI yang mendapat kriteria baik sekali dengan nilai A sebanyak 1 siswa P=
-
1 x100% = 5,5% 18
Untuk pembelajaran PAI yang mendapat kriteria baik dengan nilai B sebanyak 14 siswa P=
-
14 x100% =77,7% 18
Untuk pembelajaran PAI yang termasuk dalam kriteria cukup mendapat nilai C sebanyak 3 siswa P=
3 x100% = 16,7% 18
TABEL 5 KLASIFIKASI PEMBELAJARAN PAI No
Nilai pembelajaran PAI
Interval
Frekuensi
Persentase
1
Baik sekali (A)
21-22
1
5,5%
2
Baik (B)
19-20
14
77,7%
3
Cukup (C)
17-18
3
16,7%
41
2. Analisis data tentang Perilaku Ihsan Data perilaku ihsan diperoleh dari penyebaran angket yang terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan disediakan 3 alternatif jawaban dengan bobot nilai sebagai berikut: a. alternatif jawaban A, memiliki nilai 3 b. alternatif jawaban B, memiliki nilai 2 c. alternatif jawaban C, memiliki nilai 1 TABEL 6 NILAI ANGKET PERILAKU IHSAN Nomor Item
No
Jml Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
3
1
1
3
3
3
1
3
1
3
22
2
3
1
1
1
3
3
1
3
1
3
20
3
3
3
1
3
3
3
1
2
1
2
22
4
3
3
1
3
3
3
1
1
1
2
21
5
3
1
1
3
3
3
1
3
1
2
21
6
2
3
2
1
1
1
1
3
1
1
17
7
3
1
1
1
3
3
2
3
1
1
19
8
3
3
1
1
3
3
3
1
1
3
22
9
2
1
1
1
3
3
3
3
1
2
20
10
3
1
1
1
3
3
1
3
1
2
19
11
3
3
1
2
1
2
1
1
3
2
19
12
1
1
1
1
1
3
1
2
1
2
14
42
13
3
3
1
1
3
3
2
2
1
1
20
14
3
1
1
1
3
3
3
2
1
2
20
15
3
1
1
3
3
3
1
2
1
2
20
16
3
1
1
3
3
3
1
3
1
2
21
17
2
3
1
1
3
3
2
1
1
1
18
18
3
1
1
1
3
3
2
3
1
2
20
Kemudian diintervalkan dengan rumus sebagai berikut: Untuk perilaku ihsan dengan jumlah 10 item diketahui nilai tertinggi 22 dan terendah 14 maka berdasarkan rumus interval sebagai berikut: i
xt xr 1 ki
Keterangan: i
= interval ideal
xt
= nilai tertinggi ideal
xr
= nilai terendah ideal
ki
= kelas interval
i
=
22 14 1 3
8 1 3
=3
43
Kemudian dimasukkan tabel untuk mengetahui berapa banyak siswa yang mempunyai perilaku ihsan dengan criteria baik sekali, baik dan cukup TABEL 7 INTERVAL PERILAKU IHSAN
Nilai
Jumlah siswa
Nilai nominasi
20-22
13
A
17-19
4
B
14-16
1
C
Dengan demikian dapat diketahui: a. Untuk perilaku ihsan yang baik sekali mendapat nilai antara 2022 sebanyak 13 siswa b. Untuk perilaku ihsan yang baik mendapat nilai antara 17-19 sebanyak 4 siswa c. Untuk perilaku ihsan yang cukup mendapat nilai antara 14-16 sebanyak 1 siswa Kemudian dibuat tabel nominasi A (baik sekali), B (baik), C (cukup) untuk mengetahui perilaku ihsan dengan kriteria baik sekali, baik, cukup
44
TABEL 8 NILAI NOMINASI PERILAKU IHSAN SISWA No Responden
Skor
Nominasi
1
22
A
2
20
A
3
22
A
4
21
A
5
21
A
6
17
B
7
19
B
8
22
A
9
20
A
10
19
B
11
19
B
12
14
C
13
20
A
14
20
A
15
20
A
16
21
A
17
18
B
18
20
A
45
Setelah diketahui berapa banyak siswa yang mempunyai perilaku ihsan baik sekali, baik, dan cukup kurang kemudian dipresentasikan masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut: P=
F x100% N
a. Untuk perilaku ihsan yang baik sekali mendapat nilai A sebanyak 13 siswa P=
13 x100% = 72,3% 18
b. Untuk perilaku ihsan yang baik mendapat nilai B sebanyak 4 siswa P=
4 x100% = 22,2% 18
c. Untuk perilaku ihsan yang cukup mendapat nilai C sebanyak 1 siswa P=
1 x100% = 5,5% 18
TABEL 9 KLASIFIKASI PERILAKU IHSAN No
Nilai perilaku ihsan
Interval
Frekuensi
Persentase
1
Baik sekali (A)
20-22
13
72,3%
2
Baik (B)
17-19
4
22,2%
3
Cukup (C)
14-16
1
5,5%
46
B.
Analisis Pengolahan Data Analisis pengolahan data ini untuk data yang terkumpul dari nilai variabel pembelajaran PAI dan perilaku ihsan siswa untuk mencari korelasi dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar sebagai berikut:
rxy
X Y
XY X 2 X N
2
N
2 Y 2 Y N
Kedua variabel tersebut didistribusikan ke dalam koefisien dari perkalian antara nilai-nilai variabel X dan nilai-nilai variabel Y agar memudahkan dalam memasukkan ke rumus korelasi product moment dengan skor angka kasar. Untuk lebih jelasnya akan penulis kemukakan dalam tabel berikut: TABEL 10 TABEL KERJA UNTUK MENCARI KOEFISIENSI ANTARA PEMBELAJARAN PAI (X) DAN PERILAKU IHSAN SISWA (Y) No
X
Y
X2
Y2
XY
1
20
22
400
484
440
2
22
20
484
400
440
3
20
22
400
484
440
4
20
21
400
441
420
5
20
21
400
441
420
6
18
17
324
289
306
7
20
19
400
361
380
Responden
47
8
20
22
400
484
440
9
20
20
400
400
400
10
18
19
324
361
342
11
19
19
361
361
361
12
18
14
324
196
252
13
19
20
361
400
380
14
19
20
361
400
380
15
19
20
361
400
380
16
20
21
400
441
420
17
19
18
361
324
342
18
20
20
400
400
400
Jumlah
351
355
6861
7067
6943
Sehingga diketahui: X = 351 Y = 355 X2 = 6861 Y2 = 7067 XY = 6943 Kemudian dimasukkan ke dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy
X Y
XY X 2 X N
2
N
2 Y 2 Y N
48
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
351x355 18 3512 7067 3552 6861 18 18 6943
124605 18 123201 126025 7067 6861 18 18 6943
6943 6922.5
6861 6844,57067 7001,38 20,5
16,565,62 20 ,5 1082 .73
rxy = 0,623
C.
Analisis Uji Hipotesis Setelah hasil perhitungan dengan rumus korelasi product moment diketahui hasilnya, langkah selanjutnya adalah dilakukan pembuktian analisis yaitu dengan cara mengkonsultasikan nilai r yang ada pada tabel. Dalam perhitungan dengan rumus korelasi product moment di atas, diketahui bahwa nilai r yang diperoleh itu akan dikonsultasikan dengan nilai r (pada tabel) apakah terjadi signifikansi atau tidak, atas taraf signifikansi 5% maupun 1%. Pada tabel lain product moment (r xy) dengan jumlah responden = 18, kolom N (membacanya ke kanan) dalam kolom signifikansi 5% dalam
49
tabel diperoleh 0,468 dan taraf signifikansi 1% diperoleh bilangan 0,590, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: 1. pada taraf signifikansi 5% r tabel = 0,468 dan r hitung = 0,623 sehingga r tabel < r hitung dan 2. pada taraf signifikansi 1% r tabel = 0,590 dan rt = 0,623 sehingga r tabel < r hitung dan Oleh karena nilai r yang diperoleh yaitu 0,623 berada pada batas signifikan, yaitu pada taraf signifikan 1% sebesar 0,590 atas dasar pernyataan ini maka nilai r yang telah diperoleh dapat dikatakan signifikan. Dengan demikian penulis menerima hioptesis yang berbunyi: pembelajaran PAI berpengaruh terhadap perilaku ihsan siswa, bahwa semakin baik pembelajaran PAI di sekolah, semakin baik pula perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga.
50
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasar hasil penelitian serta pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran PAI di SLB Negeri Salatiga yang berada pada kategori baik sekali mencapai 5,5%, kategori baik 77,7% dan kategori cukup 16,7% 2. Perilaku ihsan siswa SLB Negeri Salatiga yang berada pada kategori baik sekali mencapai 72,3%, kategori baik 22,2% dan kategori cukup 5,5% 3. Dari data kuantitatif di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa perilaku ihsan siswa dipengaruhi oleh pembelajaran PAI di sekolah dengan kategori tinggi yaitu nilai r yang diperoleh adalah sebesar 0,623 berada pada batas signifikan 1% dan 5%.
B.
Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
50
51
1. Pendidikan Agama Islam yang sudah dalam kategori baik hendaknya dipertahankan dengan melakukan inovasi pembelajaran yang tepat untuk siswa SLB sehingga siswa dapat mencapai prestasi belajar. 2. Perilaku ihsan siswa yang sudah baik perlu dipelihara dan dijaga sehingga menjadi contoh bagi dunia pendidikan.
52
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiyat, Hendra. 2009. Pendidikan Islam, Bandung: Alfabeta Arikunto Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Bahreisy, Hussen. 1980. Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari. Surabaya: Al Ikhlas Widodo, Sumbodo Ari. 2004 Pendidikan Islam dan Barat, Jakarta: Media Pustaka Depag RI, 2005. Al Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta: Depag RI Depdiknas, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset Hamid, Abdul. 2001. Studi Islam 3, Surakarta: UMS Press Poerwadarminta, W.J.S, 1982 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Saebani, Beni Ahmad. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia ________________. 2009. Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia
Sudjana, Djudju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
52