perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Disusun Oleh: Astrini K8406014
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010
Disusun Oleh: Astrini K8406014
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta,
Juli 2010
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Suparno, M.Si
Dra. Hj.Siti Chotidjah, M.Pd
NIP. 19481210 1979031 002
NIP. 19481214 1980032 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Ketua
: Dra. Hj. Siti Rochani, M. Pd
Sekretaris
: Drs. T. Widodo, M.Pd
Anggota I
: Drs. Suparno, M. Si
Anggota II
: Dra. Hj.Siti Chotidjah, M.Pd
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP. 196007271 1987 02 1001
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Astrini. HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DAN KEDISIPLINAN SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN TAHUN AJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara: (1) kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa, (2) kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa, (3) kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten. Penelitian ini menggunakan metrode deskriptif kuantitatif korelasional. Populasinya untuk kompetensi guru adalah seluruh guru bidang studi yang mengajar SMA Muhammadiyah I Klaten sejumlah 83 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling sebesar 30 orang. Sedangkan populasi untuk kedisiplinan siswa adalah seluruh siswa XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten sejumlah 124. Sampel diambil dengan teknik random sampling sebesar 30 orang. Teknik pengumpulan data variabel kompetensi guru, kedisiplinan siswa menggunakan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi, dengan menggunakan uji hipotesis SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni P Pamardiningsih tahun 2004. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) tidak ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa, 2) ada hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar, 3) ada hubungan antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa. Analisis data menunjukkan Ry (1, 2)= 0,146 dan p = 0,117 “Ada hubungan posistif yang cukup signifikan antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010”, dapat diterima. Kriteria signifikan bila p<0,05, cukup signifikan bila p<0,15, kurang signifikan bila p< 0,30 dan tidak signifikan bila p> 0,30.Dengan demikian jika variable X1, X2 naik, maka variable Y akan naik. Sebaliknya, jika variabel X1, X2 turun, maka variable Y juga akan turun. Sumbangan efektif total sebesar 14,619 disebabkan oleh variabel X1X2 , sedangkan 85,381 merupakan faktor unik yang tidak dapat diteliti di penelitian ini.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Astrini. THE CORELATION OF THE TEACHERS’ COMPETENCE AND THE STUDENTS’ DISCIPLINE TO THE STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT IN THE CLASS XI IPS OF SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, July 2010. The objectives of the research are to find out the corelation between (1) teachers’ competence and students’ learning achievement, (2) the students’ discipline and the students’ learning achievement, and (3) the teachers’ competence and the students’ discipline and the students’ learning achievement in the XI IPS graders of SMA Muhammadiyah I Klaten. The research employed a correlational quantitative descriptive method. The population of the research are teachers in SMA Muhammadiyah I Klaten as many 83 persons. The samples were taken by using random sampling technique were 30 persons. The population of students discipline was variable all students of XI IPS of SMA Muhammadiyah I Klaten as many as 12 students. The samples that were taken by using random sampling technique were 30 persons. The technique of collecting data used was questionnaire. The technique of analyzing data was regression analysis technique, using SPSS hypothesis test of Sutrisno Hadi and Yuni P. Pamardiningsih edition of 2004. Based on the result of research, it can be concluded that: 1) there is no significant relationship between the teachers’ competence with the students’ learning achievement, 2) there is a relationship between the students’ discipline and the students’ learning achievement, 3) there is a relationship between the teachers’ competence and the students’ discipline and the students’ learning achievement. The data analysis shows Ry (1,2) = 0,146 and p = 0.117, so that the hypothesis is “There is a positive and sufficiently significant relationship of the teacher competency and students discipline to the students learning achievement in the Class XI IPS of SMA Muhammadiyah I Klaten,” is acceptable. The criteria is significant if p<0, 05, the criteria is sufficiently significant if p<0, 15, the criteria is less significant if p< 0, 30 and the criteria is not significant if p> 0, 30. Thus, if X1 and X2 variables will be increase, variable Y would increase. In other hand, if X1 and X2 variables decrease, variable Y will be decrease as well. The total effective contribution of 14.616 is given by X1 and X2 variables, meanwhile 85.381 is the unique factor excluded from this research.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Dan seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan sebab engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari pada apa yang dijangkau matahari sejak terbit hingga terbenam…”. (HR. Bukhari & Muslim)
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS. Al- Insyirah 6-7)
“Ketika usahamu dinilai tak jua membuahkan hasil, maka kau sedang belajar keikhlasan. Ketika kau lelah dan ingin berhenti, maka kau sedang belajar pengorbanan. Ketika semua cobaan menyapamu, maka kau sedang belajar untuk bersyukur dan mendekatkan diri pada-Nya. Ketika hatimu terluka dalam, maka kau sedang belajar memaafkan.” (peneliti)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Ibu dan Ayah yang telah mengorbankan ruhiyan, fikriyah dan jasadiyahnya untuk ku. Karena mu aku bisa berdiri sampai saat ini. Trimakasih tak terhingga untuk kedua orang tuaku. 2. Kedua kakaku Mbak Yuli dan Mbak Hera, yang walau jauh tapi tak pernah berhenti memberi sampai saat ini. Serta adhikku Mia, yang senantisa membawa keceriaan. 3. Sahabat sejatiku ukhti Ari Wardiyani beserta keluarganya yang telah bersedia menolongku dikala susah. 4. Teman-teman
yang
senantiasa
dekat
denganku: Tutut, Fitri Faiza, Ika Riba, Rahayu, Definta, Dianita, Novi, Maria. 5. Teman-teman seperjuangan Sosant’06. 6. Teman-temanku
seperjuangan
di
HIMADIKSAN, SKI FKIP, BEM FKIP, BIAS FKIP dan BIAS UNS. 7. Keluarga halaqoh (Humble Bee’s) beserta Murabiyahku.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan karunianya, sehingga pada saat ini peneliti mampu menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Hubungan antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan
Siswa
dengan
Prestasi
Belajar
Siswa
Kelas
XI
SMA
Muhammadiyah I Klaten “, adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S1) di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelasaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan yang ada dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuan, peneliti ucapkan terimakasih dan disampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pemberian izin penulisan skripsi ini. 2. Bapak Drs. H. Saiful Bachri, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas kesempatan, pengarahan, serta pemberian izin kepada peneliti. 3. Drs. H. MH. Sukarno, M. Pd, Ketua Program Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, atas kesempatan, pengarahan, serta pemberian izin kepada peneliti. 4. Drs. Suparno, M.Si, Dosen Pembimbing I atas segala bantuan, saran, kritik, dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti. 5. Dra. Hj.Siti Chotidjah, M.Pd, Dosen pembimbing II atas segala bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada peneliti. 6. Drs. H. Muhni, Kepala SMA Muhammadiyah I Klaten yang telah memebrikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini. 7. Pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan karya ini sangat jauh dari kesempurnaan, tapi peneliti berharap semoga penulisan karya ini berguna bagi semua pihak yang terkait.
Surakarta, Juli 2010 Peneliti
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………i PERSETUJUAN…………………………………………………………………ii PENGESAHAN………………………………………………………………….iii ABSTRAK……………………………………………………………………….iv ABSTRACT…………………………………………………………………........v MOTTO………………………………………………………………………….vi PERSEMBAHAN………………………………………………………………vii KATA PENGANTAR………………………………………………………….viii DAFTAR ISI……………………………………………………………………...x DAFTAR TABEL………………………………………………………………xii DAFTAR GAMBAR/ BAGAN………………………………………………..xiii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...xiv BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1 A. Latar Belakang Masalah……………………………………………..1 B. Identifikasi Masalah…………………………………………………4 C. Pembatasan Masalah………………………………………………...5 D. Perumusan Masalah…………………………………………………5 E. Tujuan Penelitian……………………………………………………6 F. Manfaat penelitian…………………………………………………...6 BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………..7 A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….7 1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar Siswa………………………...7 2. Tinjauan tentang Kedisiplinan Siswa…………………………..24 3. Tinjauan tentang Kompetensi Guru……………………………42 B. Kerangka Pemikiran………………………………………………..55 C. Perumusan Hipotesis……………………………………………….57 BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….58 A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………...58 1. Tempat penelitian ……………………………………………...58
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Waktu penelitian……………………………………………….58 B. Populasi dan Sampel……………………………………………….59 1. Populasi Penelitian……………………………………………..59 2. Sampel Penelitian………………………………………………59 C. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………64 D. Variabel Penelitian…………………………………………………74 E. Metode Penelitian…………………………………………………..76 F. Teknik Analisis Data……………………………………………….81 1. Uji Prasyarat Analisis…………………………………………..81 2. Pengujian Hipotesis…………………………………………….82 BAB IV. HASIL PENELITIAN………………………………………………..85 A. Deskripsi Data……………………………………………………...85 B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………….90 C. Proses Pengujian Hipotesis………………………………………...93 D. Kesimpulan pengujian Hipotesis…………………………………...96 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………………...100 A. Kesimpulan……………………………………………………….100 B. Implikasi…………………………………………………………..100 C. Saran………………………………………………………………101 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….102 LAMPIRAN……………………………………………………………………103
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fungsi dan Uraian Tugas Guru………………………………………..44 Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanan Penelitian………………………………………….58 Tabel 3. 2 Teknik Pengambilan Sampel…………………………………….......64 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Guru........................................86 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Angket Kedisiplinan Siswa.........................87 Tabel 4. 3. Distribusi Frekuensi Skor Angket Prestasi Belajar Siswa...................89 Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas Kompetensi Guru (X1).......................................90 Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Kedisiplinan Siswa (X2).....................................91 Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar (Y)............................................92 Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Linieritas X1 terhadap Y....................................92 Tabel 4. 8. Rangkuman Analisis Linieritas X2 terhadap Y...................................93 Tabel 4. 9. Matriks Interkorelasional Analisis Regresi..........................................94 Tabel 4. 10. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial..................................................95 Tabel 4. 11 Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh…………………………95 Tabel 4.12. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh..................................96
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR/ BAGAN
Bagan 1. Kerangka Pemikiran………………………………………………...57 Gambar 3. 1 Penyusunan Skala...................................................................................69
Gambar 4.1. Grafik Histogram Kompetensi Guru (X1).........................................86 Gambar 4.2. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (X2).......................................88 Gambar 4.2. Grafik Histogram Prestasi Belajar Siswa (Y)...................................89
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Try Out Lampiran 2. Soal Angket Try Out Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 5. Deskripsi Data Butir X1, X2 dan Y Lampiran 6. Soal Angket Penelitian Lampiran 7. Sebaran Frekuensi dan Histogram Lampiran 8. Uji Normalitas Sebaran Lampiran 9. Uji Linieritas Lampiran 10. Uji Hipotesis Regresi Ganda Lampiran 11. Tabulasi data X1, X2 dan Y Lampiran 12. Data SMA Muhammadiyah 1 Klaten Lampiran 13.Lembar Perizinan Lampiran 14. Curriculum Vitae
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Wajib belajar sembilan tahun merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan setiap manusia, khususnya anak- anak usia sekolah yang merupakan program dari pemerintah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia Indonesia agar lebih berkualitas. Wajib belajar sembilan tahun merupakan dasar bekal pendidikan untuk mengembangkan ketrampilan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anak didik, sehingga seorang anak didik akan bebas memilih untuk melanjutkan kejenjang berikutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Walaupun ada juga yang mencukupkan pendidikannya sampai jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam berbagai jenjang pendidikan tersebut, proses belajarlah yang menjadi bagian penting dalam perjalanan pendidikan. Tidak hanya melalui pendidikan formal, proses belajar juga bisa berasal dari orang tua sejak anak lahir hingga dewasa dan juga dari masyarakat dimana anak tersebut berada. Belajar adalah suatu kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Perubahan- perubahan itu, berbentuk kemampuan- kemampuan baru yang dimiliki dari hasil belajar. Perubahan- perubahan tersebut terjadi karena usaha sadar yang dilakukan oleh anak dari hasil belajarnya. Dalam proses belajar banyak dipengaruhi oleh berbagai hal atau kondisi. Dalam
buku
psikologi
pendidikan,
Sumadi
Suryabrata
(1993:
233)
mengemukakan bahwa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu berasal dari dalam diri siswa (faktor intern) maupun dari luar diri siswa (faktor ekstern). Faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik dapat digolongkan lagi menjadi dua, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik adalah faktor non sosial dan faktor sosial. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah faktor dari guru. Guru mempunyai andil yang cukup besar dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Guru dapat disebut sebagai sumber belajar dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
sebagai fasilitator, motifator, konselor, juga sebagai dinamisator bagi siswa. Guru sangat berperan dalam membelajarkan siswa. Membelajarkan adalah membuat siswa melaksanakan proses belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap sikap atau nilai. Untuk dapat melaksanakan tugas penguasaan pembelajaran itu, guru harus mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dewasa ini. Menurut W. Robert Houston dalam buku Kompetensi Mengajar dan Guru (1979, hal 3) disebutkan: “Competence” ordinarily is defined as “adequacy for a task” or as “possession of require knowledge, skill and abilities”. Artinya kompetensi sebagai tugas dari guru yang memadai, atau pemilikan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Sebagai guru dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam membelajarkan
siswa.
Dalam
hubungannya dengan
tenaga
professional
pendidikan, kompetensi menunjuk kepada performans atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugastugas
kependidikan.
Kompetensi guru
adalah
seperangkat
pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang membentuk kompetensi standar profesi guru antara lain kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 19 tahun 2005, kompetensi guru meliputi: 1) Kompetensi Kepribadian, mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 2) Kompetensi Pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, evaluasi hasil belajar, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai kompetensi yang dimilikinya. 3) Kompetensi Professional, merupakan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuaanya. 4) Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dalam bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Selain faktor eksternal, faktor internalpun dapat mempengaruhi hasil proses belajar siswa. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa, diantaranya adalah faktor kedisiplinan siswa. Disiplin merupakan suatu tindakan yang menuntut adanya kepatuhan, ketrampilan untuk melakukan aturan-aturan yang ditetapkan. Kepatuhan dan ketaatan siswa meliputi kepatuhan mentaati peraturan dan tata tertib dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah harus bersikap dan berprilaku disiplin. Sedangkan I. G Wursanto (1991: 147) mendefinisikan “Disiplin sebagai suatu sikap ketaatan seseorang terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang seseorang itu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan, bukan karena unsur paksaan”. Berdasarkan pendapat di atas bahwa disiplin merupakan suatu ketaatan tindakan seseorang secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku taat dan kepatuhan seseorang yang tumbuh atas dasar suatu kesadaran dari dalam diri sendiri untuk selalu mentaati segala peraturan dan tata tertib dengan mengabdikan diri dengan senang hati dan bukan adanya unsur- unsur paksaan dari berbagai pihak. Saat seorang siswa sudah dengan sendirinya menjalankan kedisiplinan baik dalam belajar maupun di sekolah maka siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya menjadi lebih baik. Selain itu, dengan adanya sinergisitas antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar diharapkan juga akan mempengaruhi tingkat prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Sedangkan
prestasi
belajar
menurut
Zainal
Arifin
(1990:
3)
bahwa”…prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Prestasi belajar merupakan hasil yang maksimal dicapai seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, maka dilakukan evaluasi yang nantinya dituangkan dalam bentuk angka yang yang digunakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
menyatakan prestasi belajar. Prestasi belajar siswa yang diperoleh siswa dalam kurun satu semester dituangkan dalam buku raport siswa. Untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi tentu tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi, seperti yang telah diuraikan di atas. Dengan adanya kompetensi guru dalam mengajar dengan profesional dan sikap disiplin siswa dalam belajar yang tinggi maka itu menjadi faktor pendukung yang baik bagi peserta didik dalam memperoleh prestasi yang memuaskan. Dari pembahasan yang telah disebutkan diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji mengenai hubungan atau keterkaitan antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar dengan prestasi belajar. Adapun judul yang peneliti lakukan adalah “Hubungan Antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Berbagai faktor internal maupun eksternal dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. 2. Kompetensi guru dalam melaksanakan tugas dapat membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal. 3. Kedisiplinan siswa dengan kesadaran dari dalam diri sendiri akan menunjang keberhasilan belajar siswa, sehingga ada kemungkinan hasil belajar menjadi maksimal. 4. Kompetensi guru dan kedisiplinan siswa kemungkinan mempunyai hubungan yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa. 5. Prestasi belajar siswa dapat meningkat dengan adanya kompetensi guru yang professional dan kedisiplinan siswa yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Pembatasan Masalah Adapun penelitian ini dibatasi permasalahannya pada: 1. Kopetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang membentuk kompetensi standar profesi guru antara lain kemampuan personal, keilmuan, tegnologi, social, dan spiritual. 2. Disiplin merupakan suatu ketaatan tindakan siswa
kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. 3. Prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan dalam mencapai hasil kerja dalam kurun waktu tertentu pada siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 .
D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010? 2. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010? 3. Apakah ada hubungan antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa secara bersama dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010? 2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010? 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan kompetensi guru dan kedisiplinan siswa secara bersama dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010?
F. Manfaat Penelitian Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan jawaban dari masalah yang dekemukakan oleh peneliti pada perumusan masalah, juga diharapkan memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan khasanah pengetahuan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan ilmu pendidikan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi penelitian lebih lanjut yang relevan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan bagi dunia pendidikan khususnya SMA Muhammadiyah I Klaten, guna meningkatkan mutu siswa. b. Sebagai bahan
informasi bagi
para
pembaca
untuk
menambah
pengetahuan tentang Kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Cronbach yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata (1993: 246) menyatakan bahwa “lerning is shown by a change in behavior as results of experience” (pembelajaran ditunjukkan dengan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Hilgard
yang
dikutip
oleh
Sumadi
Suryabrata
(1993:
232)
mengemukakan pendapatnya tentang belajar, yaitu attributable to training. …Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedures (wheter in laboratory or in the natural environment) as distinguished from change by factors not attributable to training. Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan alamiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak termasuk latihan. Sumadi Suryabrata (1993: 232) mengemukakan bahwa “belajar itu membawa perubahan (…) aktual maupun potensial. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru. Dan perubahan itu terjadi pada waktu lama”. Masyhuri HP dalam buku asas-asas belajar (1990: 7) menyimpulkan bahwa “Definisi-definisi
yang berlainan dalam pengertian belajar itu
sebenarnya mengandung banyak persamaan”. Persamaan-persamaan definisi tersebut adalah: 1) Setiap definisi belajar mengakui bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik potensial maupun aktual. 2) Bahwa perubahan itu berupa kemampuan baru yang memberikan respon terhadap stimulus. 3) Bahwa perubahan itu berfungsi secara relatif permanent.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
4) Bahwa perubahan itu bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan, melainkan karena suatu usaha sadar. Dari pendapat tokoh di atas mengenai pengertian belajar, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha yng dilakukan secara sadar yang diharapkan dapat membawa perubahan berupa peningkatan kemampuan baru yang bersifat lama.
b. Prinsip- prinsip dan Tahap- tahap Belajar 1) Prinsip- prinsip belajar Kingsley
yang
dikutip
oleh
Yahya
Ganda
(2004:
36),
mengemukakan bahwa prinsip-prinsip belajar antara lain adalah prinsip kematangan, prinsip belajar dengan berbagai aktivitas disertai dengan upaya trial and eror, prinsip repetisi, prinsip motivasi, prinsip penciptaan situasi (conditioning), prinsip hubungan dan organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip belajar: a) Prinsip kematangan Seseorang yang telah mencapai kematangan pada tahap tertentu akan lebih mudah mengadakan penyesuaian belajar pada tingkat itu dari pada mereka yang belum mencapai kematangan. Contoh eksterm adalah seorang mahasiswa lebih mudah memahami bacaan daripada anak berumur 3 tahun. b) Prinsip belajar dengan berbagai aktivitas disertai upaya trial and error. Belajar tidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya aktivitas. Yang dimaksud dengan trial and error adalah mengadakan ujicoba sesuatu cara walau ada kegagalan, tetapi mencoba dan mencoba terus sampai pada suatu saat mencapai sukses. c) Prinsip repetisi Repetisi (repetition-ulangan), repetisi dapat meningkatkan dan melengkapi ketrampilan sederhana dengan adanya pelatihan yang berkesinambungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
d) Prinsip motivasi Dalam belajar sebaiknya selalu ditentukan tujuan sehingga timbul motivasi intrinsik yang menentukan keberhasilan belajar. e) Prinsip penciptaan situasi (conditioning) Situasi stimulus yang diberikan selama belajar harus sesuai dengan respon baru yang diberikan, sehingga akan merangsang respon yang selanjutnya. f) Prinsip hubungan dan organisasi Yang dimaksud dengan proses pengorganisasian pengalaman ialah pengalaman yang kita peroleh akan menjadi dasar pengalaman yang baru. Pengalaman itu harus ditata dalam proses pikir. Kemudian, dicari antar kaitannya hingga menimbulkan konsep pemikiran yang baru. 2) Tahap-tahap Belajar Untuk menganalisis kegiatan belajar seorang siswa maka dapat dilakukan dengan mengetahui kegiatan belajar yang dilakukan dari awal sampai akhir. Masyhuri HP (1990: 8- 13) mengemukakan bahwa “tahaptahap dalam proses kegitan belajar adalah tahap persiapan, tahap seleksi, tahap pemusatan perhatian, tahap pelaksanaan perbuatan belajar, tahap penemuan insight, tahap penguatan, tahap latihan, tahap pebguasaan”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahap Pertama Pada tahap ini disebut sebagai tahap persiapan, yaitu individu belum melaksanakan kegiatan belajar. Baru sebatas melakukan penginderaan. Berbagai rangsangan yang datang dari lingkunagn sekitarnya diterima tanpa seleksi dan perhatian yang meyertainya. b) Tahap Kedua Tahap ini disebut tahap seleksi stimuli atau pemilihan rangsang. Pada tahap ini individu mengadakan pemilihan rangsang berdasarkan kondisi jasmani dan rohaninya pada waktu itu. Sehingga rangsang tersebut akan mendapatkan perhatian dan reaksi tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c) Tahap Ketiga Tahap ini disebut tahap pemusatan perhatian, sehingga siswa dapat menentukan pilihannya, yaitu menetapkan rangsang mana yang akan mendapatkan perhatian khusus untuk kemudian diberi reaksi tertentu. Siswa yang punya kesadaran belajar tinggi, maka kan memusatkan perhatiaanya pada materi dari guru. d) Tahap Keempat Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan perbuatan belajar. Pada tahap ini individu yang belajar menelaah materi pelajaran yang telah dihadapinya. e) Tahap Kelima Tahap ini disebut tahap penemuan insight atau pemahaman. Pada tahap ini individu yang belajar merasa telah menemukan sesuatu yang baru. f) Tahap Keenam Tahap ini disebut “reinforcement” atau tahap penguatan. Bila individu yang belajar itu telah ,menemukan insight, dan kemudian dengan prinsip yang telah ditemukannya itu ia mampu melakukan sesuatu seperti menjawab soal dengan benar, biasanya akan mendapat sambutan posistif dari orang yang menyaksikannya, seperti guru dan temannya. Misalnya acungn jempol. Sehinnga dapat menimbulkan perasaan lega kepada siswa dan menjadi penguat pencapaian hasil belajar. g) Tahap Ketujuh Tahap ini disebut “transfer of learning”
atau “transfer of
training”, yang berarti pengalihan hasil belajar atau latihan. Perolehan dari kegiatan dari berupa kemampuan, ketrampilan, penguasaan prinsip,dll dialih tugaskan untuk menghadapi masalah-masalah lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
h) Tahap Kedelapan Tahap ini dinamakan tahap pengausan. Dalam tahap ini hasil belajar yang telah dicapai oleh individu mengalami penyuutan dan lama kelamaan menjadi hilang atau aus karena beberapa hal. Diantaranya adalah berkurangnya frekuensi “reinforcement” karena tidak pernah menggunakan dalam praktek dan adanya “inhibisi” atau gangguan setelah tercapai hasil belajar.
c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu: bahan atau hal yang harus dipelajari, faktor-faktor lingkungan, faktor-faktor instrumental, kondisi individu si pelajar. (Materi Dasar Pendidikan program Akta Mengajar V. Buku III A psikologi pendidikan, 1985: 11) Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar: 1) Bahan atau hal yang harus dipelajari Bahan atau hal yang harus dipelajari ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi, dan bagaimana hasilnya yang dapat diharapkan. Misalnya saja belajar mengenai ketrampilan dan belajar pemecahan masalah tidaklah sama. 2) Faktor-faktor lingkungan Faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu, lingkungan alami atau lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Lingkungan alami seperti keadaan suhu turut berpengaruh terhadap proses belajar. Belajar dalam suhu yang segar jauh lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas. Disamping lingkungan alami, lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap proses belajar. Dengan fisik yang sehat, maka proses dan hasil belajar juga jauh lebih baik. Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun yang berwujud hal lain, berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Seorang siswa yang sedang belajar akan terganggu dengan adanya suara yang ramai. 3) Faktor-faktor instrumental Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaanya dirancang sesuai hasil belajar yang diharapkan. Faktorfaktor ini dapat berwujud perangkat keras (hardware) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat praktilum, dsb. Dapat pula berwujud perangakat lunak (software) seperti kurikulum, program, pedoman belajar dan sebagainya. 4) Kondisi individual pelajar Kondisi individual pelajar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis a) Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap belajarnya seseorang. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya jauh lebih rendah dibanding anak-anak yang gizinya terpenuhi. Disamping kondisi fisiologis pada umumnya, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi pancaindra, terutama pendengaran dan penglihatan. b) Kondisi Psikologis Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang juga bersifat psikologis. Beberapa faktor psikologis yang turut berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar diantaranya adalah perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, intelegensi, bakat dan motif.
d. Teori-teori Belajar Suciati dan Prasetya Irawan (1994: 1) menyatakan: “Teori belajar adalah teori yang pragmatik dan elektik. Teori dengn sifat demikian ini hampir dipastikan tidak pernah mempunyai sifat ekstrim”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Banyak ahli memiliki pemaknaan berbeda terhadap pengertian belajar. Secara garis besar menurut pendapat J.Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto,, dan Sutijan (1999: 6-14), teori tentang belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam aliran. Yaitu aliran psikologi Behavioristik, Kognitf, dan Humanistik. Masyhuri HP (1990: 18) juga mengungkapkan ”tiga teori dalam belajar yaitu teori yang bersifat Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik.” Berikut akan ditelaah mengenai teori-teori dalam belajar dengan lebih jelas. 1) Aliran Psikologi Behavioristik Suciati dan Prasetyo Irawan (1994: 21) mengemukakan bahwa “menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran output yang berupa respon”. Fudyartanto (2002: 184) untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat diperhatikan ciri-cirinya yakni: a) Mementingkan pengaruh lingkunagan b) Mementingkan bagian-bagian c) Mementingkan peranan relasi d) Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar e) Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu f) Mementingkan pembentukan kebiasaan g) Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “ mencoba dan gagal’ atau trial and error. Tokoh-tokoh aliran behavioristik antara lain: a) Thorndike Menurut Thorndike (Masyuhi HP, 1990: 19) “belajar adalah membentuk hubungan atau asosiasi antara stimulus dengan respon.” Atas dasar teori belajarnya Thorndike menciptakan hukum-hukum belajar yang secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu hukum primer dan hukum sekunder. 1) Hukum primer menurut Thorndike
yang dikutip Msyhuri HP
(1990: 21) terdiri atas tiga macam yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
(a) Law of Readiness (Hukum Kesiapan) Dalam hukum kesiapan belajar itu memerlukan persiapan. Belajar akan menjadi lebih baik hasilnya apabila individu telah mempunyai kesiapan untuk belajar, tidak disertai kesiapan maka hasilnya akan kurang memuaskan. (b) Low of Exercise (Hukun Latihan) Dalam hukum ini menujukkan akan pentingnya sebuah ulangan dalam proses belajar. Di dalam praktek ternyata ada faktor lain yang menentukan hasil belajar, seperti waktu latihan dan pengetahuan hasil ulangan. Terlalu banyak latihan kadang justru mengurangi prestasi, karena siswa kelelahan. Thorndike yang dikutip oleh Masyhuri HP (1990:23) memberikan revisi pada teorinya ini yang menyatakan bahwa “latihan tidak selalu menjamin adanya perbaikan pada hasil belajar”. (c) Low of Effect (Hukum Akibat) Hukum ini menyatakan bahwa koneksi antara stimulus dan respons akan menjadi semakin kuat bila perbuatan belajar itu
diikuti dengan
efek yang menyenagkan
dan ada
kecenderungan untuk diulang apabila ada stimulus yang sejenis dengan stimulus sebelumnya. Sebaliknya apabila hasil belajar itu diikuti oleh efek yang tidak menyenangkan, maka ada kecenderungan membuat jera. Thorndike yang dikutip oleh Masyhuri HP (1990: 23) menyatakan bahwa “hukuman tidak mempunyai pengaruh yang sama berat dengan hadiah. Sebab hadiah akan selalu memperkuat koneksi antara stimulus dan respon, sedang hukuman tidak selamanya memperlemah antara stimulus dan respon”. 2) Hukum Subsider atau hokum minor tediri atas lima macam, yaitu: (a) Law of Multiple Response (b) Law of Attitude (c) Law of Partial Activity
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
(d) Law of Response by Analogy (e) Law of Assosiative Shifting Kemudian Thorndike seperti yang dikutip oleh Masyhuri HP (1989: 24) menambahkan satu hukum lagi yaitu “Law of Belongingness” b) Ivan Petrovitch Pavlov Masyhuri HP (1990: 29) menyatakan bahwa “sebagai kesimpulan dari teori Pavlov ialah bahwa tingkah laku yang kita inginkan dapat dibentuk dengan cara memberi pancingan berupa kondisi. Menurut Pavlov tingkah laku merupakan deretan respon-respon berkondisi. Belajar adalah merupakan pembentukan respon kondisi atau respon bersyarat”. c) B.F Skinner Menurut Skinner yang dikutip Masyhuri HP (1990: 31) bahwa “tingkah laku organisme itu dapat dikontrol melalui pemberian “reinforcement” yang tepat dalam lingkungan yang relative bebas”. Menurut Skinner “reinforcement” merupakan faktor yang paling penting dalam prosedur tingkah laku maupun proses belajar. Sama dengan Thorndike, Skinner berpendapat bahwa hadiah atau “reward”
dalam arti luas akan merupakan “reinforcement” yang
mempunyai peranan penting dalam prosedur tingkah laku. Masyhuri HP (1990: 31). 2) Aliran Psikologi Kognitif J. Gino dkk (1999: 9) mengemukakan bahwa “belajar menurut teori ini adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tak selalu tampak sebagai tingkah laku. Para ahli, dalam psikologi kognitif ini berpendapat tingkah laku seseorang selalu didasari kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi”. Suciati dan Prasetya Irawan (1994: 24) mengungkapkan bahwa “menurut teori ini, proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan srtuktur kognitif yang sudah dimiliki oleh mahasiswa”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Teori-teori dalam aliran kognitif antara lain: a) Teori Gestalt Teori Gestalt mengatakan bahwa inti perbuatan belajar adalah pada penemuan “insight” ini. Bilamana usaha belajar telah menemukan “insight”, berararti bahwa masalah telah terpecahakan. Oleh karena itu maka bentuk yang terutama dari teori Gestalt dalam soal belajar adalah “Insightfull Learning” (Masyhuri HP, 1990: 40) Masih menurut Masyhuri HP (1990: 40), ciri- ciri Insightfull Learning ialah: (1) Setiap belajar bertujuan untuk menemukan “insight” (2) Sekali “insight” telah ditemukan, berarti masalah telah terpecahkan. (3) Bila “insight” telah ditemukan akan dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah lain. (4) “Insightfull Learning” ditentukan oleh kemampuan dasar individu yang belajar. (5) “Insightfull Learning” ditentukan oleh situasi yang dihadapi. b) Teori medan (Field Theory) Teori ini dikembangkan oleh Kurt Lewin. Istilah “medan” yang digunakan dalam pemberian nama pada teori ini diambil dari nama fisika. Dimana ada istilah “medan magnit”. Menurut Kurt Lewin, yang dimaksud dengan istilah “medan” atau “field” ialah individu dan lingkungan kejiwaannya. Kurt Lewin yang dikutip Masyhuri HP (1990: 43) menyebutkan prinsip-prinsip dalam belajar sebagai berikut: (1) Menurut Kurt Lewin, belajar adalah mengubah struktur kognitif, yakni mengenai isi dan susunan pengetahuan. Pemecahan suatu masalah hanya mungkin dilaksanakan jika ada pengubahan struktur kognitif. Misalnya dalam soal berikut; (lihat item G)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
*
*
*
Hubungkan kesembilan buah titik dalam gambar sebelah
*
*
*
dengan empat buah garis tanpa mengangkat alat tulis anda.
*
*
*
(item G)
jawaban atas soal demikian hanyalah mungkin diberikan dengan betul jika ada pengubahan struktur kognitif. Tetapi bagi mereka yang tidak dapat mengubah isi dan susunan pengetahuannya, tentulah akan mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah seperti itu. (Buku III A Akta V, 1983 : 22) (2) Peranan hadiah dan hukuman. Menurut Kurt Lewin, hadiah memang merupakan sesuatu yang menyenangkan, dan dapat menimbulkan motivasi belajar. Sedang hukuman merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, dan dapat menimbulkan motivasi yang bersifat menjerakan sesuatu yang kurang baik. Akan tetapi pelaksanaannya memerlukan pengawasan yang tepat. Misalnya dalam setiap kegiatan belajar anak akan selalu memandang nilai baik sebagai sesuatu yang menyenangkan. Jadi sama dengan hadiah. Sedangkan nilai buruk selalu dipandang sebagai hukuman. Tetapi untuk memperoleh nilai baik itu diperlukan usaha yang ternyata menyusahkan. Sehingga ada kemungkinan anak-anak hanya menginginkan nilai baik, tetapi tidak ingin susah-susah belajar. Oleh karena itu maka dalam memacu kegiatan belajar itu perlu adanya pengawasan. (3) Peranan sukses dan gagal. Bila seseorang mempunyai pengalaman sukses, maka ia akan merasa senang, puas, bangga, dan sebagainya. Efeknya ia kan berusaha meneruskan usaha-usahanya yang sukses itu. Tetapi sebaliknya, bila ia mengalami suatu kegagalan maka ia akan merasa kurang senang, sedih, malu, dan sebagainya. Sebagai akibatnya ia akan kehilangan semangat berusaha, bahkan ada juga yang merasa putus asa. Perasaan sukses itu dapat timbul dalam berbagai macam keadaan misalnya (a) Individu dapat mencapai apa yang diinginkannya dengan sebenarbenarnya. Misalnya seorang siswa ingin lulus dalam ujian masuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dalam sebuah Fakultas di salah satu Perguruan Tinggi. Setelah ia menempuh ujian ia memang lulus dan kini sudah diterima di Fakultas yang diinginkannya itu. Jadi cita-citanya berhasil penuh. (b) Individu sudah berada di daerah tempat tujuan yang akan dicapai. Bila seorang mahasiswa bercita-cita ingin menjadi insinyur, ia merasakan sudah sukses karena sudah kuliah di Fakultas Teknik. Meskipun sebenarnya belum ada jaminan, bahwa kuliahnya akan selesai dengan sukses. (c) Individu telah bergerak menuju ke arah tujuan. Misalnya seseorang mahasiswa yang ingin menjadi insinyur tadi, akan merasa sukses karena banyak mata kuliah yang sudah ditempuh. Tetapi sebenarnya ia masih harus berjuang sungguh-sunguh, karena masih harus menempuh mata kuliah yang belum diambil:skripsi, pendadaran, KKN, yang seluruhnya juga cukup memerlukan tenaga, pikiran, biaya, dan kesungguhan berusaha. Jadi sebenarnya masih besar juga kemungkinan gagal. (d) Individu telah berbuat layaknya orang-orang yang telah mencapai derajat tertentu. Misalnya seorang mahasiswa mungin telah merasa sukses kalau ia sudah membawa buku tebal-tebal telah seperti layaknya mahasiswa dalam tinggkat tertinggi, atau sudah memakai jaket dengan tulisan identitas Perguruan Tingginya. (4) Peranan taraf aspirasi individu. Apa yang oleh seseorang dipandang sebagai suatu sukses, bagi orang lain kemungkinan dirasakan sebagi suatu kegagalan. Oleh karena itu kita harus mengenal taraf aspirasi individu yang belajar, agar kita bisa mengatakan apakah seseorang mengalami sukses ataukah kegagalan. Misalnya bila seseorang sudah diterima di suatu fakultas, belum tentu bahwa ia merasa sebagai sukses. Mungkin ia berkata dengan nada gelisah; “Saya terpaksa mengikuti kuliah di Fakultas Hukum, sebab satu-satunya yang bisa menerima hanya itu. Sebenarnya saya ingin ke Fakultas Ekonomi”. Padahal mahasiswa Fakultas Hukum yang lain ada yang benar-benar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
merasa sukses dan karenanya sangat bersyukur bisa diterima di Fakultas Hukum. c) Jean Piaget Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur mahasiswa. Menurut Jean Piaget yang dikutip oleh Suciati dan Prasetya irawan (1994: 8) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan).
Proses
asimilasi
adalah
proses
penyatuan
(pengintegrasian) informasi baru kestruktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. 3) Aliran psikologi Humanistik Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk “memanusiakan manusia”. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, si pelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Secara umum, teori ini cenderung bersifat elektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar mahasiswa tercapai (Suciati dan prasetya irawan, 1994: 31) Tokoh-tokoh dalam aliran Humanistik antara lain: a) Combs Menurut Combs keberhasilan belajar siswa akan optimal apabila bahan pelajaran memiliki arti bagi kehidupannya atau dapat menyatu dengan pribadi siswa. Dengan demikian kegiatan belajar harus disesuaikan dengan sisi pribadi siswa. (J Gino dkk, 1999: 11) b) Maslow Menurut Maslow dalam diri seseorang terdapat dua hal penting. Kedua hal tersebut adalah suatu usaha yang positif untuk berkembang dan adanya kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Selanjutnya Maslow mengemukakan lima macam kebutuhan secara berjenjang, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan pembagian kebutuhan dari Maslow tersebut, belajar termasuk kebutuhan tingkat tinggi, bahkan kebutuhan tingkat tertinggi. (Masyihuri HP,1990: 51)
e. Pengertian Prestasi Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan. Hal ini sesuai makna prestasi yang diungkapkan oleh Sutratinah Tirtanagoro (1989: 43), yaitu “ Prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan dalam mencapai hasil kerja dalam kurun waktu tertentu”. Prestasi dalam kehidupan manusia dianggap parenial sebab dalam kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi sesuai dengan bidangnya masing-masing. Menurut Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan “Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi. Yang berarti “hasil usaha” atau prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan Ketut Sukardi (1983: 26) mengemukakan “Prestasi adalah suatu hasil yang maksimal
yang
diperoleh
dalam
usaha
mengaktualisasikan
dan
mengembangkan potensi diri lewat belajar”. Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang yang diperoleh dalam usaha mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi diri lewat belajar yang merupakan hasil usaha, serta menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk symbol, menunjukkan hasil kemampuan kerja. Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa prestasi akan terjadi setelah dilakukannya kegiatan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
f. Pengertian dan Fungsi Prestasi Belajar Secara umum prestasi diidentikan dengan kesuksesan yang diraih seseorang dalam bidang tertentu. Bidang tersebut misalnya dalam bidang akademis, pekerjaaan, olahraga dan sebagainya. Zainal Arifin (1990: 3) mengungkapkan “ prestasi yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan, ketrampilan dan sikap seseorang dalam melakukan sesuatu hal”. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) pengertian prestasi belajar adalah “…penilaian hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu’. Periode tersebut menurut Sutratinah “…misalnya tiap catur wulan atau semester, hasil prestasi belajar anak dinyatakan dalam buku rapor”. Prestasi dalam kegiatan belajar mengajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dari hasil belajar. Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 32) menyatakan “Klasifikasi segi kepribadian yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dinamakan taksonomi tujuan pendidikan, dimana meliputi domain (kawasan kognitif), afektif dan psikomotor. Menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal (1992: 32) kawasan kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Untuk kawasan afektif meliputi kesadaran, partisipasi, penghayatan, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri. Dan untuk kawasan psikomotor meliputi gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih dan komunikasi nondeskursit. Prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah menjalani kegiatan belajar mengajar dinyatakan dalam bentuk angka, symbol atau kalimat yang ditulis dalam buku raport siswa dalam periode satu semester. Prestasi belajar yang akan dikaji oleh peneliti adalah prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten dalam periode waktu semester, yang dinyatakan dalam bentuk angka dalam buku raport.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mahasiswa adalah penilaian hasil usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai serta kemampuan yang dimiliki siswa dari hasil belajarnya dalam periode waktu persemester. Prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan. Fungsi-fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990: 3) adalah sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa ahli psikolog biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebtuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dalam masyarakat. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telh diprogramkan dalam kurikulum. g. Penilaian prestasi belajar Untuk mengetahui hasil belajar mengajar, dapat dilakukan dengan penilaian dari kegiatan tersebut. Dimana penilaian itu digunakan untuk mengukur keberhasilan kegiatan tersebut, sehingga dapat diketahui mana yang berhasil dan mana yang tidak. Muhibbin Syah (2006: 141) mengemukakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
“Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk menilai taraf keberhasilan siswa di dalam proses belajar- mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah program pengajaran. Muhibbin Syah (2006: 143) menyebutkan berbagai macam evaluasi mulai yang sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu: 1) Pre Test dan Post Test 2) Evaluasi Prasyarat 3) Evaluasi Diagnostik 4) Evaluasi Formatif 5) Evaluasi Sumatif Untuk berikut merupakan penjelasan dari macam- macam evaluasi diatas: a) Pre Test dan Post Test Kegiatan pre test dilakukan oleh guru pada setiap akan memualai pelajarna baru. Diadakannya pre test ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan diajarkan. Sedangkan post test adalah kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada akhir pelajaran. Tujuannya untuk mengetahui apakah siswa dapat menguasai materi yang telah diajarkan. b) Evaluasi prasyarat Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang diajarkan. c) Evaluasi Diagnostik Evaluasi ini dilakukan setelah selesai pelajaran dengan mengidentifikasi bagian- bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. d) Evaluasi Formatif Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir pelajaran. Tujuannya untuk mendiagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan remedial (perbaikan) e) Evaluasi Sumatif Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini dilakukan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Hasilnnya dijadikan bahan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. Suharsimi Arikunto (1996: 172) menjelaskan pula pengukuran nilai yang lain, yaitu dalam suatu penilaian ada tiga yang harus diukur, ukuran itu adalah pengukuran ranah kognitif, ranah psikomotorik dan pengukuran ranah afektif. Pengukuran ini dinilai penting dalam menilai prestasi belajar siswa. Pengukuran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
(1) Pengukuran ranah kognitif Dalam pengukuran ini biasanya menggunakan macam- macam tes agar dapat diketahui siswa sudah paham atau belum materi yang diajarkan. Tes yang dilakukan juga bermacam- macam, dari tes subyektif samapai dengan tes obyektif. (2) Pengukuran ranah afektif Pengukuran ini sangat berbeda dengan pengukuran ranah kognitif, yaitu pengukurannya membutuhkan waktu yang lama karena mengamati sikap seorang anak didik. Dalam ranah afektif ini yang menjadi sasaran penilaian adalah prilaku anak didik. (3) Pengukuran ranah psikomotorik Pengukuran ini biasanya bersamaan dengan pengukuran ranah kognitif, yaitu berupa ketrampilan yang diukur. Berdasarkan uraian di atas dipahami bahwa evaluasi hasil belajar dapat memberikan gambaran tentang seberapa jauh prestasi yang dapat dicapai oleh seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Kedisiplinan a. Pengertian Kedisiplinan Kehidupan masyarakat tidak lepas dari pergaulan hidup berkelompok, sehingga perlu adanya norma- norma untuk menegakkan nilai dalam pergaulan hidup dengan tujuan agar tercapai suatu ketertiban. Di dalam perkembangan norma- norma tersebut menjadi aturan dalam kehidupan manusia dalam masyarakat sehari- hari. Dalam norma- norma yang masyarakat anut dan lakukan itu menghasilkan sikap disiplin, yaitu upaya agar dapat mencapai suatu tata tertib dalam melangsungkan kehidupan bersama secara aman, nyaman dan tentram. Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta. Kita mengenal ada disiplin kerja, disiplin lalu lintas dan disiplin belajar. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa disiplin merupakan suatu tindakan yang menuntut adanya kepatuhan, ketertiban serta tepat waktu dalam melakukan suatu perbuatan. Seseorang yang perbuatannya selalu menaati peraturan, kemudian taat dan teratur dalam menjalankannya, dapat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut terdapat sikap dan perilaku disiplin yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Banyak ahli mendefinisikan tentang disiplin, yang dimaksud disiplin menurut Alex S. Nitisemito (1996: 18) menyatakan “Disiplin ini diartikan sebagai suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis”. Sedangkan L. G Wursanto (1991: 147) mendefinisikan “Disiplin sebagai suatu sikap ketaaatan seseorang terhadap suatu aturan atau ketentuan yang berlaku dalam organisasi yang seseorang itu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan, bukan karena unsur paksaan”. Menurut Elisabeth B. Hurlock alih bahasa Med Meitasari (1999: 82) menyatakan ”Disiplin merupakan tindakan seseorang yang belajar secara sukarela mengikuti seorang pemimpin”.
Sedangkan
menurut
Soegeng
Prijodarminto
(1992:
23)
mendefinisikan: Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai- nilai ketaaatan, kapatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban”. Berdasarkan pendapat diatas penulis menyimpulkan, bahwa disiplin merupakan suatu ketaatan tindakan seseorang secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah prilaku taat dan kepatuhan seseorang yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri untuk selalu mentaati segala peraturan dan tata tertib dimana dia mengabdikan diri dengan senang hati dan bukan karena adanya unsur- unsur paksaan dari berbagai pihak. Jadi disiplin merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui prilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang. Andreas Sutrisno (2000: 12) menyatakan “Kedisiplinan adalah melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pola dan aturan tertentu sehingga diperoleh hasil yang diharapkan dan tidak menghindari adanya kerugian”. Berdasarkan pendapat di atas maka kedisiplinan mengandung maksud bersedia melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pola dan peraturan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan. Menurtu Lindgren berpendapat seperti yang dikutip Amir Achin (1990: 61), ada tiga arti disiplin yaitu: “Arti yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
pertama adalah hukuman, dalam hal ini disiplin dapat berarti hukuman. Arti yang kedua adalah pengawasan dengan memaksa anak menuruti atau berbuat secara teratur sesuai aturan yang telah ditentukan. Arti yang ketiga adalah latihan untuk membenarkan dan menguatkan tingkah laku yang baik”. Kesimpulan dari pengertian di atas bahwa tujuan disiplin adalah menciptakan disiplin diri sendiri untuk berbuat secara teratur. Dalam konteks pengertian ini, berarti anak seharusnya sudah memiliki pengalaman yang dapat membantu dirinya meningkatkan pengawasan atas diri sendiri dan menjadi manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Kedisplinan adalah suatu tekad untuk mengarahkan diri supaya berperilaku sesuai dengan moral yang disetujui baik oleh diri sendiri maupun dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat, dengan demikian siswa harus tunduk pada peraturan, norma dan ketentuan yang ada di dalam kelas atau sekolah. Pada dasarnya kedisiplinan menitikberatkan pada kepatuhan atau ketaatan untuk melakukan sesuatu kegiatan. Dalam hal ini kegiatan siswa di lingkungan sekolah seperti mengikuti upacara tepat waktu, mengerjakan piket sekolah, mengerjakan tugas sekolah, dan mematuhi peraturan sekolah. Kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah atau kelas dapat terwujud karena adanya kerjasama yang baik antar siswa. Siswa SMA pada umumnya merupakan remaja yang kestabilan dan kontrol diri kurang baik maka perlu adanya penanaman kedisiplinan yang lebih agar siswa dapat beraktivitas sesuai dengan perannya. Disiplin erat kaitannya dengan ketelitian, karena seseorang yang teliti berarti mampu melihat masa depan dengan perbuatan yang dilakukan pada masa sekarang. Dengan disiplin anak bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan, hal ini sangat penting untuk menuju keberhasilan dan kebahagiaan. Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu kedisiplinan sekolah yang merupakan usaha siswa dalam mematuhi tata tertib sekolah yang telah ditetapkan dan berlaku bagi seluruh siswa tanpa kecuali. Ini berarti kedisiplinan yang menyangkut tata tertib yang dibuat oleh sekolah dan telah disosialisasikan kepada siswa sejak siswa tersebut baru masuk menjadi anggota sekolah tersebut, sehingga harus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
benar- benar dipatuhi. Seperti mengikuti upacara bendera, mengikuti piket kelas, memakai sepatu warna hitam, tidak merokok di dalam lingkungan sekolah dan tidak boleh keluar saat pelajaran berlangsung, itulah sedikit gambaran tata tertib yang harus dipatuhi siswa agar siswa dapat belajar disiplin sejak dini. Di dalam penelitian ini, peneliti membatasi tentang kedisiplinan sekolah yang merupakan variable bebas. Karena dengan keaktifan berorganisasi di sekolah secara tidak langsung akan memberikan masukan bagi siswa untuk bertindak disiplin di lingkungan sekolah, sehingga di dalam lingkungan bergaul dengan teman- teman sebayanyapun tindakan disiplin dapat diterapkan. Kedisiplinan sekolah akan terus berjalan bila ada kesadaran dari siswa itu sendiri akan pentingnya suatu aturan dan tata tertib untuk menuju hal yang lebih baik. Kedisiplinan sekolah adalah tindakan taat kepada peraturan yang berlaku di dalam sekolah tersebut, agar siswa mempunyai perilaku yang sopan dan terpuji. Menurut teori Soegeng Prijodarminto (1992: 23) “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai- nilai ketaaatan, kesenian, keteraturan, atau ketertiban”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa disiplin perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman untuk mewujudakan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Dalam hal ini dapat melalui kegiatan organisasi yang diselenggarakan di sekolah yang meliputi kegiatan kepemimpinan, kesenian dan olahraga. Dari kegiatan tersebut juga akan melahirkan suatu ikatan antar sesama teman yaitu peer group yang saling mengisi satu sama lain, dan menjalin pertemanan yang erat dan persaudaraan. Menurut Vembriarto (1993: 79) “Sekolah adalah institusi sosial khusus tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal”. Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa sekolah adalah suatu lembaga resmi untuk mengadakan suatu kegiatan belajar mengajar dalam penanaman nilai dan norma agar siswa dapat berperilaku baik. Bentuk pembelajaran yang diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
disekolah tidak hanya ketrampilan dan ilmu pengetahuan saja tetapi juga tentang perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan tata tertib, pendidikan agama, budi pekerti sehingga perilaku disiplin siswa akan terbentuk sejak dini. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, kedisiplinan sekolah merupakan suatu perilaku taat pada aturan yang berlaku di Sekolah tersebut baik itu tertulis maupun tidak tertulis. Kedisiplinan sekolah juga meliputi kedisiplinan di kelas karena itu merupakan suatu ikatan di dalam lingkup sekolah. Hal ini merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai- nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban untuk menghasilkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kesadaran individu. Jika keaktifan organisasi intra sekolah dapat berjalan dengan baik maka siswa akan mempunyai teman bergaul yang banyak, dari kelas- kelas yang berbeda. Dengan demikian keaktifan berorganisasi intra dan pergaulan peer group dapat menjalin hubungan yang baik dan positif dalam lingkungan organisasi sekolah. Dalam hal ini kedisiplinan akan tercipta dalam lingkungan tersebut, untuk menjalankan organisasi sekolah secara aktif dan bersama- sama masyarakat.
b. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan Keberhasilan seseorang dalam suatu kegiatan selalu berhubungan dengan keuletan, tanggungjawab dan kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan merupakan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib. Seorang siswa dikatakan disiplin jika ia patuh dan taat terhadap tata tertib yang diberlakukan di tempat di mana dia berada, dalam hal ini lingkungan sekolah siswa menuntut ilmu. Kedisiplinan merupakan suatu awal mencapai keberhasilan, untuk itu harus ditanamkan sejak dini. Kedisiplinan dapat disebabkan oleh faktor- faktor yang memberikan motivasi keberhasilan khususnya keberhasilan belajar, adapun faktor- faktor yang menyebabkan kedisiplinan menurut Ratna S (Terjemhan dari Emile Durkheim) (1990: 2434), yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
1) Tanggung Jawab (responsibility) Orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan suatu tugas maka orang tersebut akan terdorong dan berusaha mengatur dirinya sendiri dan orang lain agar bertanggungjawab untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. 2) Harapan Diri Seseorang bersikap disiplin terdorong oleh adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh atau menghindari sesuatu. 3) Harapan Orang Lain Harapan dan kepentingan yang berasal dari orang lain akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku taat atau disiplin. Berdaasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpualn bahwa faktor yang menyebabkan kedisiplinan adalah tanggungjawab, harapan diri dan harapan orang lain. Tanggungjawab merupakan suatu usaha yang konsisten dalam mengatur diri sendiri dan orang lain untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Harapan diri yaitu adanya dorongan untuk memperoleh hasil yang baik sesuai dengan dengan keinginan. Harapan orang lain yaitu adanya kegiatan yang dilakukan berdasarkan motivasi dari orang lain untuk dapat berbuat dan berprilaku baik. Untuk itu faktor yang mendukung disiplin harus benar- benar diperhatiakan agar dalam melakukan suatu kegiatan daapat tercapai sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
c. Aspek- aspek Kedisiplinan Manusia terlahir dengan dibekali berbagai hal, salah satu diantaranya adalah sikap. Sikap mempunyai peranan yang besar di dalam kehidupan manusia, karena sikap turut menentukan cara- cara tingkah laku manusia. Kedisiplinan merupakan sikap yang tidak mudah dilakukan oleh seseorang bila tidak mempunyai kesadaran yang timbul dari diri sendiri. Dengan disiplin akan membuat diri anak dapat membedakan hal-hal apa saja yang seharusnya dilakukan atau yang tidak sepatutnya dilakukan karena merupakan hal yang dilarang. Soegeng Prijodarminto (1992:23) menggolongkan disiplin melalui 3 aspek yaitu: 1) Sikap mental,yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma kriteria, dan standar yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam/kesadaran. 3) Sikap, kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedislipinan tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek seperti sikap mental, pemahaman terhadap aturan perilaku, norma, kriteria dan standar perilaku serta sikap yang wajar terhadap peraturan yang ada. Ketiga aspek tersebut menyebabkan proses pembentukan kedislipinan, yang berupaya membantu memberikan pendidikan perilaku bagi anak. Semua anak ingin menerapkan disiplin tetapi tingkat penerapan disiplin anak bervariasi. Terdapatnya variasi ini terbukti dengan laju perkembangan berbagai anak, tidak semua anak dengan usia yang sama dapat diharapkan mempunyai kebutuhan akan disiplin yang sama. Disiplin yang cocok untuk anak yang satu belum tentu cocok untuk anak yang lain dengan usia yang sama. Jadi dalam aspek kedislipinan sikap mental, aturan perilaku dan norma sangat penting bagi anak, walaupun dalam hal ini anak yang seusia sama belum tentu memiliki tingkat kedisiplinan yang sama. Aspek kedisiplinan akan memberikan pemahaman dan pengertian yang mendalam bagi anak untuk dapat bersikap taat kepada aturan.
d. Unsur- unsur Kedisiplinan Kedisiplinan mendorong individu untuk bekerjasama antara yang satu dengan yang lain. Kedisiplinan itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap seseorang di dalam system nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Menururt Soegeng Prijodarminto (1992:24) “Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan system nilai budaya yang ada di dalam masyarakat”. Sikap atau attitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
atau panutan bagi kelakukan manusia. Perpaduan antara sikap dengan system nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Hal inilah yang pada dasarnya disebut disiplin. Disiplin akan tumbuh dan dibina melalui latihan, pendidikan dan penanaman kebiasaan dengan keteladanan- keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak- kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Disiplin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh, yang dapat menunjukkan kesadaran manusia. Didiplin yang tidak bersumber dari hati nurani manusia akan menghasilakan disiplin yang lemah dan tidak bertahan lama serta tidak langgeng dan lekas pudar. Disiplin yang tumbuh atas dasar kesadaran diri sendiri itulah yang selalu diharapkan. Med Meitasari (Terjemahan dari Elizabeth B. Hurlock) (1999:84) ada 4 unsur kedisiplinan antara lain: 1) Peraturan 2) Hukuman 3) Penghargaan 4) Konsistensi Keempat unsur di atas dapat menjelaskan bahwa peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk bertingkah laku. Orang tua, guru atau teman bermain mungkin
menetapkan
pola
itu.
Tujuan
ditetapkannya
pola
untuk
bertingkahlaku tersebut adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Jadi maksud penjelasan tersebut di atas bahwa peraturan itu dibuat atau ditetapkan untuk mengatur tingkah laku, agar dalam bertindak selalu berperilaku baik. Hukuman merupakan suatu tindakan untuk memberi peringatan kepada seseorang karena adanya kesalahan. Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan moral anak yaitu menghalangi pengulangan tindakan yang tidak didinginkan oleh masyarakat, mengajar anak untuk memberikan motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarkat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Hukuman dengan sendirinya akan membuat anak merasa bingung, marah dan cenderung memberontak, namun disiplin yang efektif mengajarkan tingkah laku yang baik sambil menghilangkan tingkah laku yang tidak baik atau pantas. Disiplin yang baik akan membantu anak menjadi besar dan merasa percaya diri, bertanggungjawab dan tahu akan tindakannya yang pantas dipuji. Jadi maksud penjelasan di atas bahwa hukuman itu dilakukan atau diberikan bagi anak yang telah melakukan kesalahan. Hukuman berguna memberikan peringatan kepada anak agar tidak mengulangi tindakan yang tidak baik. Walaupun hukuman biasanya membuat anak bingung dan marah, tetapi hal ini dapat memberikan pendidikan disiplin bagi anak. Penghargaan adalah suatu janji akan imbalan yang digunakan untuk membuat orang berbuat sesuatu. Penghargaaan tidak hanya berbentuk materi atau hadiah, tetapi dapat berupa kata- kata pujian, senyuman atau acungan jempol. Hal ini berguna untuk menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bagi anak untuk senantiasa berbuat patuh pada peraturan. Penghargaan mempunyai nilai memdidik, dan memotivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, maka mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan lebih banyak memberinya penghargaan. Jadi penghargaan merupakan imbalan yang diberikan atas jasa atau kebaikan seseorang. Penghargaan ini dapat memberikan motivasi kepada seseorang untuk mengulangi atau melakukan tindakan sesuai dengan aturan, untuk itu dengan tindakan yang baik di dalam kelompok sosial maka semakin banyak pula penghargaan yang akan diberikan. Konsistensi berarti tingkat stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Konsistensi mempunyai nilai mendidik yang besar, karena dengan konsistensi segala sesuatu akan berjalan dengan teratur secara rutin dan optimal. Konsistensi mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk berperilaku menurut standar yang disetujui secara sosial daripada mereka yang disiplin dengan tidak konsisten. Jadi konsistensi adalah tingkat stabilitas, yaitu suatu kastabilan yang rutin dan optimal. Konsisten akan memberikan motivasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
kepada anak untuk berperilaku baik, agar tidak terjadi suatu tindakan seenaknya sendiri. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur kedisiplinan merupakan segala sesuatu yang membentuk atau terdapat dalam kedisiplinan. Peraturan merupakan pedoman bertingkah laku sesuai dengan norma, agar dapat hidup dengan tenang dan teratur. Hukuman merupakan suatu ikatan bagi anak yang melanggar aturan yang telah ditetapkan, ini merupakan upaya agar anak dapat jera atas tindakan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Penghargaan merupakan imbalan atas tindakan yang telah diperbuat, sehingga menimbulkan kesenangan terhadap orang lain. Sedangkan konsistensi adalah tingkat stabilitas yang berguna untuk berprilaku sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Hilangnya salah satu unsur pokok ini akan meyebabkan sikap yang tidak menguntungkan pada anak dan perilaku yang tidak kan sesuai dengan standard dan harapan sosial dari masyarakat, maka masing- masing unsur ini berperan sekali dalam perkembangan moral bagi anak. Melalui kedisiplinan individu dapat belajar berperilaku agar diterima masyarakat dan kelompok.
e. Fungsi Kedisiplinan Secara umum fungsi kedisiplinan adalah untuk mengarahkan seseorang agar dapat mandiri dan berlatih meyesuaikan diri dengan suasana dan kondisi terhadap norma- norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga tercipta situasi yang kondusif dengan cara mentaati norma- norma yang berlaku dalam masyarakat atau lingkungan masyarakat. Menurut Y. Singgih D. Gunarsa (1992:136) “Fungsi utama kedisiplinan adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan mematuhi otoritas”. Menurut Dawn Lighter (1999:12) “Fungsi utama disiplin adalah mengajarkan tingkah laku yang baik sambil menghilangkan tingkah laku yang tidak baik”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi disiplin adalah belajar untuk mengendalikan diri dan bertingkah laku yang baik. Dalam mendidik anak perlu disiplin yang tegas dalam hal apa yang harus dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
dan apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan. Menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1995: 71), disiplin perlu ditanamkan dalam mendidik anak supaya: 1) Mudah meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain. 2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan- larangan. 3) Mengerti tingkah laku baik dan buruk 4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa tersa terancam oleh hukuman. 5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain. Jadi fungsi disiplin sangatlah penting berdasarkan pengertian di atas disiplin dapat memberikan pengertian kepada anak hal- hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan meninggalkan tingkah laku yang tidak baik. Disiplin adalah untuk mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa ada unsur paksaan atau secara suka rela, tidak mementingkan diri sendiri. Kebebasan anak akan bertambah sesuai dengan kemampuannya dan kesanggupannya bertanggungjawab, ini diwujudkan dengan mengambil keputusan- keputusan yang disertai pengarahan dan bimbingan. Dalam pengawasan dan bimbingan itulah anak bertingkahlaku sesuai dengan aturan yang berlaku, supaya tingkah laku anak yang pada mulanya tidak teratur, melalui saran- saran dan pengarahan maka anak mencapai tingkah laku yang teratur wajar dan serasi. Menurut Elizabeth B. Hurlock (Terjemahan Med Meitasari) (1999: 97) menyatakan ada tiga fungsi kedisiplinan, yaitu: 1) Mendidik seseorang bahwa perilaku individu diatur sesuai dengan tata tertib dan norma yang berlaku di lingkunagn masyarakat sehingga tidak berbenturan antara individu yang satu dengan individu yang lain. 2) Mengarahkan seseorang agar mampu beradaptasi dengan lingkunagan. 3) Sebagai pedoman dalam mengontrol dirinya sehingga ia mengetahui apakah perilakunya sesuai dengan norma yang telah berlaku atau tidak. Dari kedua pendapat di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa fungsi kedisiplinann adalah mendidik anak agar dapat menyesuaiakan segala tingkah lakunya seperti yang diharapkan masyarakat tidak hanya patuh terhadap aturan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
saja tetapi lebih dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri sebagai wujud dari kedewasaan. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan, penyesuaian pribadi dan sosial anak, serta memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Fungsi kedisiplinan di sekolah agar anak patuh dan taat terhadap peraturan sekolah. Anak yang mamiliki kedisiplinan yang tinggi dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik, tanpa harus diperintah. Misalnya disiplin mengerjakan tugas sekolah, disiplin masuk sekolah, disiplin mengikuti upacara bendera, disiplin memakai seragam sekolah, disiplin mengikuti pelajaran di sekolah. Disiplin merupakan kegiatan yang harus diterapakan kepada anak agar anak dapat dengan jelas mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan anak harus tahu bahwa setiap pelanggaran akan menyebabkan penolakan dari orang tua, guru dan orang lain pada umumnya. Jadi anak harus belajar menghayati dan mengamalkan perilaku disiplin dan membiasakan menyesuaikan terhadap kebiasaan dan cara berfikir orang lain. Anak harus menyesuaiakan diri terhadap anggota masyarakat lainnya, sebaliknya mayarakat juga harus menyesuaikan diri terhadap anak yaitu dengan cara memberikan bimbingan dan pengarahan yang berguna bagi kehidupan anak.
f. Sifat- Sifat kedisiplinan Kedisiplinan adalah suatu bentuk perilaku atau suatu pekerjaan menyesuaikan diri dengan aturan tertentu sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal. Tindakan yang berpola pada kedisiplinan dapat melatih atau mendidik seseorang untuk berhati- hati agar tidak terjadi pelanggaran yang dapat menimbulkan suatu hukuman yang dapat merugikan diri sendiri, maka sifat- sifat kedisiplinan harus dapat dilakukan. Menurut Agus Dharma (1992; 87) “Tindakan disiplin dapat bersifat preventif, korektif dan bersifat progresif”. Dalam pengertian diatas maka akan dijabarkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
1) Disiplin Preventif Disiplin preventif (Preventif Disipline) adalah suatu tindakan yang harus dilakukan untuk mendorong anggota mentaati standard dan peraturan sehingga tidak terjadi pelanggaran. Tujuan pokoknya adalah mendorong anggota untuk memiliki disiplin diri. 2) Disiplin Korektif Pendisiplinan korektif (Corrective Disipline) adalah tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran peraturan, tindakan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut sehingga tindakan di masa yang akan datang sesuai dengan standar. Tindakan korektif biasanya berupa tindakan disipliner. Tujuan tindakan disipliner adalah: a) Memperbaiki perilaku pelanggaran standar. b) Mencegah orang lain melakukan tindakan yang serupa c) Mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif. 3) Disiplin progresif Disiplin progresif yang berarti bahwa terhadap pengulangan pelanggaran dijatuhkan hukuman yang lebih berat. Tujuannya adalah memberikan kesempatan bagi anggota untuk memperbaiki diri sebelum terkena hukuman yang lebih serius.
g. Disiplin Sekolah Disiplin bisa dilakukan dimana saja, dan harus dilakukan dengan sungguh- sungguh setiap individu, khususnya anak di sekolah. Disiplin dapat berupa disiplin dalam beristirahat yaitu tidur tepat pada waktunya, disiplin beribadah yaitu melakukan ibadah tepat pada waktunya tanpa menunda- nunda atau mengulur waktu, disiplin bekerja artinya bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu pulang dan berangkat kerja tepat waktu, disiplin belajar yaitu belajar tepat pada waktu dan sesuai dengan porsinya. Disiplin harus dilakukan dalam kehidupan sehari- hari. Kedisiplinan siswa di sekolah sesuai dengan aturan yang berlaku dalam sekolah, karena siswa sebagai input dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
suatu proses pendidikan perlu selalu aktif berdisiplin mengikuti berbagai kegiatan belajar mengajar. Sikap dan perilaku disiplin belajar perlu ditumbuhkan pada diri siswa, sehingga hal itu dapat membawa pengaruh yang baik dalam mencapai tujuan. Ada beberapa macam disiplin belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar di sekolah, sesuai dengan pendapat Slameto (1995:27) yang mengatakan perilaku disiplin belajar siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah dapat dibedakan 4 macam, yaitu: “Disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, disiplin dalam mentaati tata tertib di sekolah”. Agar lebih jelas berikut akan dijelaskan sedikit uraian mengenai macammacam disiplin belajar di sekolah, yaitu: 1) Disiplin siswa dalam masuk sekolah Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekukan, dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujuan belajar. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:100) mengemukakan “Anak- anak tidak masuk dan pulang sesuka hati, juga tidak dibenarkan mengabaikan tugas yang diberiakan oleh guru. Berbicara sesuka hati ketika menerima pelajaran adalah perilaku anak yang harus dikendalikan”. Seorang siswa hendaknya mengikuti apa- apa yang harus dipersiapkan dalam mengikuti suatu pelajaran di sekolah, agar dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Dari uraian di atas yang dimaksud disiplin siswa mengikuti pelajaran mencakup kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran dengan mendengarkan, melihat dan mencatat hal- hal yang penting yang diajarkan oleh guru serta menanyakan hal- hal yang kurang jelas sehingga siswa yang bersangkutan benar- benar mengerti dan memahami materi pelajaran yang diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
2) Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegitan dalam belajar yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dalam pemberia tugas biasanya untuk menunjang pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang disampaikan di sekolah agar siswa berhasil dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nana Syaodin Sukmadinata (2003:163) yang mengatakan, “Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh ketrampilan- ketrampilan yang dimilikinya, seperti:
ketrampilan
membaca,
berdiskusi,
memecahkan
masalah,
mengerjakan tugas dan lain- lain”. Pendapat di atas ini dapat dikatakan bahwa mengerjakan tugas adalah kegiatan anak untuk mengerjakan ulangan ujian yang diberikan guru, membuat atau mengerjakan latihan yang diberikan guru. Jadi yang dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, adalah perilaku bertanggungjawab siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di sekolah yang sesuai materi yang dipelajari. 3) Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada satu tujuan belajar. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:100) mengemukakan “Anak- anak tidak bisa masuk dan pulang sesuka hati, juga tidak benar mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru. Berbicara sesuka hati ketika menerima pelajaran adalah prilaku anak yang harus dikendalikan”. Seorang siswa hendaknya mengikuti apa- apa yang harus dipersiapkan dalam mengikuti suatu pelajaran di sekolah agar dapat mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Dari uraian di atas yang dimasud disiplin siswa megkuti pelajaran menacakup kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan, keteraturan, ketekunan, ketertiban, dalam mengikuti pelajaran dengan mencatat hal- hal penting yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
diajarkan oleh guru serta menanyakan hal- hal yang kurang jelas sehingga siswa yang bersangkutan benar- benar mengerti dan memahami materi pelajaran. 4) Disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang mengikat semua personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat berjalan lancar. Tata tertib juga merupakan pendukung dalam usha pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati peraturan atau tata tertib sekolah yang sudah ditentukan. Siswa dituntut untuk berbuat disiplin, sehingga semua tindakannya harus taat dan sesuai dalam menjalankan tata tertib di sekolah, adalah perilaku siswa yang tunduk, taat dan mau melaksanakan peraturan atau tata tertib di sekolah. Tata tertib yang tertulis adalah tata tertib pemakaian seragam sekolah, pemakaian sepatu hitam, tidak boleh merokok di lingkunagan sekolah, rambut rapi, kuku rapi, tidak boleh menggunakan HP saat pelajaran dimulai. Sedangkan tata tetib yang tidak tertulis adalah melepas jaket saat masuk pintu gerbang sekolah, menyapa guru saat berada di sekolah maupun di luar sekolah, tidak boleh menggunakan topi di kelas, datang tepat waktu, tidak boleh meninggalkan pelajaran dll. Itu juga merupakan kewajiban siswa, sedangkan hak dari siswa adalah memperoleh pelajaran dari guru dan fasilitas dari sekolah.
h. Cara Menanamkan Kedisiplinan Dalam melakukan suatu kegiatan antara idividu satu dengan yang lain akan berbeda- beda, hal ini disebabkan karena tingkat kedisiplinan yang dipahami setiap individu berbeda- beda, hal ini disebabkan karena tingkat kedisiplinan yang dipahami setiap individu berbeda- beda pula, maka perlu adanya penanaman kedisiplinan. Kedisiplinan daripada anak dapat terbentuk apabila anak sudah dapat bertingkah laku dengan pola tingkah laku yang baik. Anak yang mengenal kedisiplinan yang baik apabila anak sadar memahami perilaku yang baik untuk dilakukan dengan memilih perbuatan- perbuatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
yang sesuai aturan yang ada, tanpa melihat adanya ancaman hukuman. Menurut Elizabeth B. Hurlock Med Meitasari (Terjemahan Med Meitasari) (1999:93) cara mananamkan kedisiplinan yaitu: 1) Cara menanamkan kedisiplinan otoriter 2) Cara menanamkan kedisiplinan permisif 3) Cara menanamkan kedisiplinan demokratis Cara menanamkan kedisiplinan otoriter adalah menanamkan perilakau yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama hukuman badan atau fisik. Disiplin otoriter berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan. Anak kehilangan kesempatan mengendalikan perilaku mereka sendiri, sehingga tidak bisa bersikap mandiri dalam mengambil keputusan- keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Cara menanamkan kedisiplinan permisif adalah dengan menggunakan sedikit disiplin, biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Disiplin permisif merupakan protes terhadap disiplin yang kaku dan keras, dalam disiplin permisif anak sering kali dibiarkan meraba- raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Jadi anak diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Penanaman kedisiplinan demokratis dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti dan memahami prilaku tertentu sesuai yang diharapkan, sehingga lebih menekankan pada aspek edukatif
atau pendidikan disiplin dari pada aspek hukumannya. Disiplin
demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar melakukan kesalahan yang fatal. Disiplin demokratis bertujuan mengembangkan kendali atas perilaku mereka sendiri, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
mereka akan melakukan apa yang benar walaupun tidak ada ancaman bila mereka melakukan hal yang tidak benar. Pendapat ini hampir sama dikemukakan oleh Gerungan (1996:133) bahwa cara menumbuhkan kedisiplinan antara lain dengan cara:: 1) Otoriter 2) Bebas 3) Demokrasi Pada cara otoriter orang tua menentukan aturan- aturan dan batasanbatasan yang mutlak ditaati oleh anak. Anak harus taat dan tunduk serta tidak ada pilihan lain yang sesuai dengan kemauan atau pendapatnya sendiri, apabila anak tidak mematuhinya maka akan diancam atau akan dihukum. Pada cara bebas orang tua memperlakukan anak mencari dan menentukan sendiri tata cara yang memberi batasan- batasn pada tingkah lakunaya. Hanya pada hal- hal yang dianggap sudah keterlaluan, orang tua baru bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi agak longgar, anak terbiasa mengatur dan menentukan sendiri yang dianggap baik. Pada cara demokrasi orang tua memperhatikan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak dalam arti masih ada bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah pihak anak maupun orang tua. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan dan apabila sesuai dengan norma- norma pada orang tua maka disetujui untuk dilakukan atau dilaksanakan. Jadi dalam cara ini orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada anak asalkan tidak melanggar norma- norma yang telah ditetapkan oleh orag tua. Dalam hal ini orang tua menjalankan peranan yang pasif maksudnya hanya menonton saja atau memperhatikan, ia menyerahkan segala penentuan tujuan dan kegiatan sepenuhnya kepada anaknya sehingga kan tercipta hubungan timbal balik antara orang tua dan anak untuk saling mengerti dan menimbulkan interdependensi. Dari uraian di atas cara yang efektif untuk menanamkan kedisiplinan pada anak yaitu didasarkan pada kegiatan atau pengajaran yang memungkinkan untuk memandang sifat anak yang kurang sesuai dengan kesempatan untuk mengadakan perubahan yang baik, sehingga anak menyadari sendiri akan kesalahan yang diperbuat tanpa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
adanya unsur paksaan dari luar. Dalam hal ini penanaman secara demokrasi yang dapat membimbing anak untuk bersikap tanggungjawab karena diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan sendiri yang menjadi keinginannya tanpa melanggar aturan yang telah ditentukan untuk orang tua, maka anak memiliki rasa percaya diri, kerjasama, dan tingkah laku positif di masa depan.
3.Kompetensi Guru
a. Hakikat Guru Guru adalah orang yang pantas untuk digugu dan ditiru (Bahasa Jawa, yang artinya orang yang pantas untuk diteladani dan dicontoh). Guru harus mempunyai kepribadian yang baik agar dapat menjadi panutan dan teladan yang baik bagi siswanya. Guru pada umumnya disebut dengan pendidik. Soedomo Hadi (1999:20), pendidik mempunyai pengertian sebagai berikut: Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberi pertolongan kepada anak didik, dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaan, mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, da sebagai individu dan pribadi yang mandiri”. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik professional
dengan
tugas
utama
mendidik,
mengajar
membimbing,
mengarahkan , melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendikan menengah”. “Tenaga professional merupakan tenaga yang mempunyai keahlian, rasa tanggungjawab dan memiliki otonomi serta memiliki rasa kesejawatan” (Piet A Sahertian, 1994:29). Sedangkan menurut Glickman dalam Mulyasa (2007:13). “Guru professional adalah guru yang memiliki dua ciri yaitu tingkat kemampuan yang tinggi dan komitmen yang tinggi.”. Menurut Supriadi yang dikutip Mulyasa (2007:11),”Untuk menjadi guru professional, seorang guru dituntut untuk memiliki minimal lima hal”, antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
1) Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya; 2) Menguasai secara mendalam bahan atau mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarnya kepada peserta didik; 3) Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi; 4) Mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; 5) Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam system pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian secara sentral, pertama dan utama. Guru juga merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadapat terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Menurut Murphy dalam Mulyasa (2007:8), “Keberhasilan pembaharuan sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena guru adalah manajer pembelajaran, fasilitator dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran”. Peran dan fungsi guru tersebut antara lain: 1) Sebagai Pendidik dan Pengajar Setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistis, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. Untuk mencapai semua itu, guru harus mempunyai pengetahuan yang luas, menguasai berbagai jenis pembelajaran, menguasai teori dan praktik pendidikan, serta menguasai kurikulum dan metodologi pembelajaran. 2) Sebagai Anggota Masyarakat Setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, mengetahui pengetahuan tentang hubungan antar manusia, memiliki kemampuan membina kelompok, dan menyeleaikan tugas kelompok. 3) Sebagai Pemimpin Setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsisp hubungan dengan manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah. 4) Sebagai Administrator Setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin serta memahami strategi dan manajemen pendidikan. 5) Sebagai Pengelola Pembelajaran Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas. Demikian adalah peran dan fungsi yang harus dimiliki dan dilakukan oleh seorang guru sebagi pekerja professional. Guna melengkapi uraian tersebut,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
berikut dikemukakan fungsi dan uraian tugas guru secara ringkas menurut P2TK Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang dikutip oleh Mulyasa (2007:19-20), yang dapat dirangkum dalam matrik sebagai berikut: Tabel 2.1 Fungsi dan Uraian Tugas Guru TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS 1.Sebagai 1.1 Mengembangkan potensi atau 1.Memdidik, mengajar, Pendidik kemampuan dasar peserta didik. membimbing, dan 1.2 Mengembangkan kepribadian melatih peserta didik 1.3 Memberikan keteladanan 1.4 Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif 2.Sebagai 2.1 Merencanakan pembelajaran Pengajar 2.2 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik 2.3 Menilai proses dan hasil pembelajaran 3.Sebagai 3.1 Mendorong berkembangnya Pembimbing perilaku positif dalam pembelajaran 3.2 Memberi peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran. 4. Sebagai Pelatih 4.1 Melatih ketrampilan yang diperlukan dalam pembelajaran 4.2 Membiasakan peserta didik berperilaku positif dalam pembelajaran 5.Sebagai Membantu mengembangkan II.Membantu pengembangan Pengembang program pendidikan sekolah dan dan pengelolaan profesi hubungan kerjasama intra sekolah. program sekolah 6.Sebagai 6.1 Membantu membangun hubungan Pengelola kerjasama intra sekolah. Program III.Mengembangkan 7.Sebagai Tenaga 7.1 Melakukan Upaya- upaya untuk kerpofesionalan Profesional meningkatkan kemampuan profesioanal.
a. Kompetensi Guru Pada hakekatnya kompetensi guru tidak dapat dilepasakan dari hakikat guru dan hakekat tugas guru. Pada dasarnya kompetensi guru merupakan penerminan dari tugas dan kewajiban guru yang harus dilakukan sehubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
dengan guru sebagi profesi. Kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah. Kompetensi tidak dapat berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor lain yaitu latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi dapat digunakan sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, pedoman dalam pengembangan tenaga guru. Undang- Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan
bahwa
“Kompetensi
adalah
seperangkat
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”. Menurut Broke and Stone (Mulyasa,2007:25), kompetensi guru sebagai “Discriptive of qualitative nature of techer behavior to be entirely meaningful”, kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat prilaku guru yang penuh arti. Sedangkan menurut Charles (Mulyasa. 2007:25) mengemukakan bahwa “Competency as rational performance which satisfactorily meets the objective for a desired condition”. Kompetensi merupakan prilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi bersifat kompleks dan merupakan kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian
yang dapat diaktualisasikan atau terwujud dalam bentuk
tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Kompetensi bukanlah satu titik akhir dari suatu upaya melainkan suatu proses yang berkembang dan belajar sepanjang hanyat (lifelong learning process). Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk pemahaman
terhadap
peserta
didik,
pembelajaran
pengembangan pribadi dan profesinalisme.
commit to user
yang
mendidik,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang membentuk kompetensi standar profesi guru antara lain kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual. Menurut UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 19 tahun 2005, kompetensi guru meliputi: 1) Kompetensi Kepribadian, mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 2) Kompetensi Pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta didik, evaluasi hasil belajar, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya. 3) Kompetensi Professional, merupakan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuaanya. 4) Kompetensi Sosial, merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dalam bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. b. Kompetensi Kepribadian Guru Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya
dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga
mempunyai peranan dalam membentuk kepribadian siswa. Seorang anak mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang yang lebih tua. Begitu juga seorang siswa yang mencontoh pribadi gurunya. Guru mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan siswa. Semua itu menunjukkan bahwa kepribadian seorang guru sangat dibutuhkan oleh siswa dalam proses pembentukan kepribadiaanya. Apabila seorang guru mempunyai kepribadian yang buruk maka tidak mustahil jika siswanya juga akan memiliki kepribadian yang sama. Walaupun memang guru hanya salah satu faktor yang memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi kepribadian anak selain keluarga terutama orang tua dan juga lingkungan masyarakat dimana anak tesebut tinggal. Oleh karena itu, sekarang diadakan sertifikasi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
mengetahui sejauh mana guru menguasai kompetensi guru, salah satu kompetensi yang diwajibkan dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi kepribadian. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:788), “Pribadi adalah manusia sebagai perseorangan atau keadaan manusia sebagai perseorangan”. Sedangkan “Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain”. Dalam standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir b, yang dikutip
Mulyasa (2007:117) dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahklak mulia”. Masing- masing kepribadian tersebut mempunyai indikator sebagai berikut: 1) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagi guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. 3) Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. 4) Akhlak yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. 5) Ahklak yang mulia dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman, taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Menurut pendapat A.S Lardisabal yang dikutip oleh Samana (1994:55), “Ada dua belas kepribadian dari kompetensi sosial”, yaitu: 1) Guru meghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimana). Mengamalkan nilai hidup berarti guru yang bersangkutan dalam situasi tahu, mau dan melakukan perbuatan nyata yang baik, yang mendamaikan diri beserta lingkungan sosialnya. 2) Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab Kejujuran dan kesediaan bertanggung jawab atas segala tindak keguruannya tersebut merupakan realisasi kesulitan hidupnya, sekaligus merupakan pengakuan akan berbagai keterbatasan yang perlu dibenahi. 3) Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam maupun di luar sekolah. Kepemimpinan guru di sekolah tampak dalam kemampuannya dalam mengorganisasi seluruh unsur serta kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajarnya. 4) Guru bersikap bersahabat dan terampil dalam berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik. Modal dasar dalam berkomunikasi dengan sesama adalah kesediaanya menghargai patner, bersikap terbuka, menguasai teknik berkomunikasi dan ikut menahan gejolak serta perasaan dari partner komunakasinya. 5) Guru mampu berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat. Dengan adanya kritik dan selektifnya, guru hendaknya mampu mempertimbangkan, menentukan nilai- nilai budaya yang akan dijadikan dasar sekaligus sasaran dalam membimbing, mengajar dan melatih siswanya. 6) Dalam persahabatan dengan siapapun, guru tidak kehilangan prinsip serta nilai hidup yang diyakininya. Dalam hal ini guru diharapkan mampu menghargai pribadi orang lain yang berbeda dengan dirinya. 7) Guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejahteraanya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Guru siap untuk mengembangkan kemampuannya, lebih- lebih yang berhubungan dengan kecakapan keguruannya bila dibutuhkan oleh sesamanya tanpa perhitungan keuntungan diri sendiri secara berlebihan. 8) Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil. Hal ini menunjuk tingkat perkembangan sarat pengintegrasian daya fisik, psikis dan spiritual yang sehat, berpola, dinamis dan adaptif terhadap lingkungan sosial budayanya. 9) Guru tampil secara pantas dan rapi. Hal ini berhubungan dengan tata cara bertindak, bertutur, berpakaian dan kebiasaan- kebiasaan lainnya. 10) Guru mampu berbuat kreatif dan penuh perhitungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Dalam hal ini guru dituntut mampu bertindak kreatif dalam melaksanakan tugas keguruannya. 11) Dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya, guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugastugasnya. Pengelolaan waktu kerja menuntut perencanaan yang rasional dan berdisiplin dalam pelaksanaannya. 12) Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif. Dalam menggunakan waktu luang yang dimilikinya, guru diharapkan mampu merencanakannya secara rasional dan proposional. Pengisian waktu luang tersebut dapat berupa pelayanan sosial di lingkungannya, pengembangan hobi, membina kehangatan hidup berkeluarga, kegiatan rekreatif, dan lain sebagainya. Secara ringkas, aspek yang dinilai dalam kompetensi kepribadian dan kompetensi soial adalah: 1) Ketaatan dalam menjalankan ajaran agama (rajin menjalankan ajaran agama yang dianut, misalnya: orang muslim rajin menjalankan sholat, orang kristiani rajin ke gereja, dll) 2) Tanggung jawab (sanggup menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan, misalnya: melaksanakan pembelajaran dengan baik dan sesuai jadwal) 3) Kejujuran (menyampaikan sesuatu apa adanya, misalnya: ijin tidak masuk atau tidak mengajar dengan alasan yang sebenarnya) 4) Kedisiplinan (kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, misalnya: memulai dan mengakhiri pelajaran sesuai dengan jadwal. 5) Keteladanan (menjadi contoh atau rujukan dalam sikap dan prilaku bagi orang lain, misalnya: menjadi teladan bagi sejawat dan peserta didik dalam tutur kata, berpakaian, dll) 6) Etos kerja (komitmen dan semangat dalam melaksanakan tugas, misalnya: yang memiliki etos kerja tinggi, bersemangat dalam melaksanakan dan mentaati kaidah- kaidah dalam tugas) 7) Inovasi dan kreativitas (kemampuan dan kemauan untuk mengadakan pembaharuan
melalui
oleh
pikirannya,
misalnya:
selalu
berusaha
menggunakan alam sekitar dan bahan- bahan yang ada di sekitarnya dalam proses pembelajaran di kelas).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
8) Kemampuan menerima kritik dan saran (prilaku dalam merespon kritik dan saran bagi ornag lain, misalnya: mendapat kritik tidak marah dan akomodatif terhadap saran dari orang lain). 9) Kemampuan berkomunikasi (dapat menyampaikan ide- idenya dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh sasaran, misalnya: dalam keseharian dapat berkomunikasi secara baik dengan sejawat. 10) Kemampuan bekerjasama
c. Kompetensi Pedagogik Guru Kemampuan yang sering diabaikan oleh guru adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru kadang hanya terfokus pada bagaimana dia dapat menyampaikan materi dengan baik, bagaimana materi yang diberikan dapat selesai tepat waktu. Sebagian besar guru hanya beranggapan bahwa peserta didik diibaratkan sebagai sebuah bejana yang akan didisi dengan air (ilmu) oleh gurunya, guru cenderung menyampaikan materi dengan metode ceramah, menguasai kelas. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi orang pasif yang hanya mampu menerima apa yang
disampaikan
oleh
guru
tanpa
memiliki
kemampuan
untuk
menyampaikan sesuatu. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dan mencapai hasil yang maksimal diperlukan kegiatan manajemen system pembelajaran atau mengelola pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam Standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a yang dikutip oleh Mulyasa (2007:75) dikemukakan bahwa “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya”. Indikator yang mampu menunjukkan kompetensi pedagogik guru antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
1) Pemahaman terhadap pesrta didik, dengan indikator esensial; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prisip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. 2) Perancangan pembelajaran,
dengan indikator esensial: memahami
landasan kependidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan srategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan srategi yang dipilih. 3) Pelaksanaan pembelajaran dengan indikator esensial; menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisa hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menetukan tingkat ketuntasan belajar(mastery
learning),
serta
memanfaatkan
hasil
penilaian
pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan indicator esensial: memfasilitasi peseta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik. Secara lebih rinci aspek- aspek yang diamati dalam penilaian kompetensi pedagogik antara lain: 1) Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung prilaku hasil belajar). 2) Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik) 3) Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu). 4) Pemilihan sumber atau media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
5) Kejelasan
skenario
pembelajaran
(langkah-
langkah
kegiatan
pembelajaran: awal, inti, dan penutup) 6) Kerincian skenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi atau metode dan alokasi waktu pada setiap tahap). 7) Kelengkapan instrument (soal, kunci, pedoman penskoran)
d. Kompetensi Profesional Guru Kemampuan yang mutlak harus dipenuhi seorang guru adalah kemapuan dalam menyampaiakn materi. Seorang guru harus mampu menguasai materi yang akan disampaikan sehingga dia dapat menyampaikan dengan urut dan jelas, memilih metode yang sesuai agar perhatian siswa dapat terfokus dan tidak bosan dalam mengikuti pelajaran. Dengan menguasai materi yang akan disampaikan, seorang guru dapat menetukan alokasi waktu dengan baik agar penyampaian materi dapat selesai tepat waktu dan mampu mencapai hasil yang memuaskan. Kemapuan semacam ini disebut dengan kompetensi professional guru. Standar Nasional Pendidikan pada pasal 28 ayat (3) butir c yang dikutip Mulyasa (2007:135) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi
professional
adalah
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”. Beberapa indikator yang dapat menunjukkan kompetensi professional guru adalah: 1) Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, memiliki indikator esensial: memehami materi ajar yang ada dalam kerikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, damn menerapkan konsep- konsep keilmuan dalam kehidupan sehari- hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: menguasai langkah- langkah
penelitian dan
kajian
kritis untuk
memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi. Secara lebih rinci aspek- aspek yang termasuk dalam penilaian kompetensi professional, antara lain: 1) Pra Pembelajaran a) Mempersiapkan siswa untuk belajar b) Melakukan kegiatan apersepsi 2) Kegiatan inti pembelajaran a) Penguasaan materi pembelajaran (1) Menunjukkan penguasaan materi pelajaran (2) Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan (3) Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa (4) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan b) Pendekatan atau strategi pembelajaran (1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa (2) Melaksanakan pemebelajaran secara runtut (3) Menguasai kelas (4) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual (5) Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (6) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. c) Pemanfaatan sumber belajar atau media belajar (1) Menggunakan media secara efektif dan efisien (2) Menghasilkan pesan yang menarik (3) Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media d) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa (1) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
(2) Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa (3) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar e) Penialaian proses dan hasil belajar (1) Memantau kemajuan belajar selama proses (2) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) f) Penggunaan bahasa (1) Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar (2) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. 3) Penutup a) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa b) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bahan remidi atau pengayaan
e. Kompetensi Sosial Guru Manusia adalah makhluk individu dan makhluk social. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Yang dalam kehidupannya tidak bisa terlepas dari kehidupan social masyarakat dan lingkungannya. Guru adalah makhluk sosial yang selalu hidup bersama dengan orang lain baik di sekolah maupun di kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai untuk bergaul, berkomunikasi dengan orang lain, menggunakan teknologi komunikasi terutama dalam kaitannya dalam pendidikan. Kemampuan itu tidak terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan yang berlangsung di masyarakat. Kemampuan tersebut dikenal dengan kompetensi sosial guru. Dalam Standar nasional pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d yang dikutip oleh Mulyasa (2007:140), dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagaian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali dari peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Hal tersebut lebih lanjut dalam RPP tentang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Guru dikutip Mulyasa 92007:140), bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang- kurangnya memiliki kompetensi untuk: 1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat 2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional 3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik 4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar Kompetensi sosial memiliki beberapa indikator yaitu: 1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan 3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Aspek- aspek yang dinilai pada kompetensi sosial sudah masuk pada aspekaspek kepribadian seperti yang telah dikemukakan diatas.
B. Kerangka Berfikir Pada prinsipnya kerangka pemikiran diperlukan untuk memperjelas penalaran, sehingga sampai pada jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan. Bertolak dari kajian teori, maka dapat diajukan kerangka pemikiran sebagai berikut : 1. Hubungan Antara Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Guru merupakan faktor eksternal dalam pencapaian prestasi belajar siswa. Selain itu guru juga merupakan unsur dinamis dalam proses pembelajaran. Ada berbagai kondisi guru yang siap membelajarkan siswa. Membelajarkan adalah membuat siswa belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap atau nilai. Untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dapat melaksanakan tugas itu, guru harus mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dewasa ini. Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang membentuk kompetensi standar profesi guru antara lain kemampuan personal, keilmuan, tegnologi, sosial, dan spiritual. Kompetensi yang dimiki guru hendaknya bisa dituangkan dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini adalah siswa yang akan belajar lebih keras lagi dan mengusahakan lebih dari yang sebenarnya diharapkan. Kompetensi guru tersebut
meliputi
Kompetensi
Kepribadian,
Kompetensi
Pedagogik,
Kompetensi Professional, dan Kompetensi Sosial. Adanya berbagai kompetensi guru yang dimiliki memungkinkan terwujudnya prestasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena dorongan belajar baik di kelas oleh guru maupun dirumah akan meningkatkan prestasi siswa. Semakin baik kompetensi guru selama mengajar, diharapkan akan semakin memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar yang akhirnya prestasi akan meningkat. 2. Hubungan Antara Kedisiplinan Siswa dalam Belajar dengan Prestasi Belajar Disiplim merupakan suatu ketaatan tindakan seseorang secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku taat dan kepatuhan seseorang yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri untuk selalu mentaati segala peraturan dan tata tertib dimana dia mengabdikan diri dengan senang hati dan bukan karena adanya unsur- unsur paksaan dari berbagai pihak. Kedisiplinan akan mudah dijalankan bila datang atas kehendak diri sendiri dengan sadar dan tanpa paksaan. Dengan adanya kedisiplinan yang disandang setiap siswa akan berpengaruh terhadap pencapaian prestasi siswa yang lebih baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
3. Hubungan Antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar, bersama – sama – sama dapat merubah tingkah laku siswa dalam rangka mencapai performa yang lebih tinggi. Kompetensi guru yang dimiliki serta kedisiplinan siswa dalam belajar mungkin akan mendorong siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.
Kompetensi Guru Variabel Bebas (X1)
Prestasi Belajar Variabel Terikat (Y) Kedisiplinan Siswa Variabel Bebas (X2) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010.
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan perumusan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada hubungan positif antara kompetensi guru dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010. 2. Ada hubungan positif antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010. 3. Ada hubungan positif secara bersama- sama antara kompetensi guru dan kedisiplinan belajar siswa dengan prestasi belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian
Sesuai dengan judul yang diambil, maka penelitian akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Muhammadiyah I di Jalan Sersan Sadikin No 89 Klaten. 2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan setelah proposal disyahkan dengan tahapan sebagai berikut : a. Tahap persiapan mencakup pengajuan judul, pembuatan proposal, pengurusan ijin, dan penyusunan instrumen penelitian. b. Tahap pelaksanaan mencakup semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu uji coba instrumen, analisis uji coba instrumen, perbaikan instrumen, dan pengambilan data. c. Tahap penyelesaian mencakup pengolahan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
1
Nama Keterangan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agst
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Persiapan
a. Membuat proposal penelitian.
b. Mempersiapkan Instrumen penelitian.
c. Mengurusi perizinan 2
Pelaksanaan Penelitian
a. Mengumpulkan data dan b. Analisis data
3
Pelaporan hasil
a. Menyusun laporan hasil penelitian,
b. Melaporkan hasil penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
B Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Pengambilan subyek dalam sebuah penelitian merupakan hal yang sangat penting. Karena subyek dalam penelitian yang akan membuktikan dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan di awal oleh peneliti. Banyak ahli yang menggungkapkan pendapatnya mengenai pengertian populasi. Suharsimi
Arikunto
(2006:
130)
menyatakan:
”Populasi
adalah
keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2006: 242) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. W. Gulo (2003: 76) menyatakan bahwa “populasi terdiri atas sekumpulan obyek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui”. Berdasarkan kedua pendapat di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pada intinya populasi adalah obyek atau subyek perhatian yang memiliki karakteristik untuk diteliti dan mengandung informasi yang ingin diketahui. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2002: 87) populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi target ( target population) dan populasi survey (survey population). Populasi target adalah seluruh “unit” populasi dari populasi survey untuk selanjutnya menjadi sample penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 yang aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Serta seluruh guru SMA Muhammadiyah I Klaten yang aktif mengajar di kelas. 2. Sampel
a. Pengertian Sampel Dalam penelitian kuantitatif tidak semua subyek dari populasi akan dikenai tindakan, hal ini mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan juga tenaga. Maka dari itu, dalam sebuah penelitian dilakukan pembatasan jumlah subyek yang dikenai tindakan, yaitu dengan menetapkan jumlah sampel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Sample adalah kelompok kecil yang kita amati (Sevilla et al, 1993: 160). Menurut W. Gulo (2003: 78) “sample sering juga disebut contoh, yaitu himpunan bagian (subset) populasi (…) dan menurut Sugiyono (2006: 42) “sample adalah sebagian dari populasi”. Suharsimi Arikunto (2002: 117) menyatakan “sample adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Dari berbagai pendapat para ahli di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sampel adalah sekelompok kecil yang merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi yang diteliti. Sampel yang diambil harus bersifat mewakili dan valid. b. Teknik Sampling Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sample dalam sebuah penelitian. Dalam bukunya metodologi research Sutrisno Hadi (1983: 75) mengatakan: Persoalan tentang teknik sampling itu begitu sangat penting dalam persiapan- persiapan penyelidikan ilmiah sehingga dirasa perlu sekali membicarakan dalam fasal- fasal tersendiri. Dalam fasal- fasal berikut pertama- tama akan dibicarakan teknik random sampling dan kawannya, teknik non random sampling. Kemudian akan diperbincangkan jenis- jenis sample seperti stratified sample, proportional sample, dsb. Yang kerap digunakan dalam research. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik- teknik sampling dan jenisjenis sample: 1) Teknik- Teknik Sampling a) Teknik random sampling Random sampling adalah pengambilan sample secara random atau tanpa pandang bulu. Dapat diartikan pengambilan secara acak, sehingga setiap objek atau individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample. Adapun cara- cara yang digunakan dalam random sampling adalah sebagai berikut: (1) Cara Undian Cara undian dilakukan dengan mengundi subyek atau individu dari populasi yang akan kita jadikan sebagai sample.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Sutrisno Hadi (1983: 76) menyatakan bahwa “jika cara ini dilakukan terhadap semua individu dalam populasi, teknik ini disebut unrestricted random sampling atau random sampling tak bersyarat. Akan tetapi akan sangat sukar untuk melaksanakan cara ini jika jumlah subyek dalam populasi sangat besar, atau jika belum mengetahui dengan pasti semua individu dalam populasi. (2) Cara Ordinal Cara ini diselenggarakan dengan mengambil subyek dari atas ke bawah. Dilakukan dengan mengambil nomor subyek dengan ciri tertentu, bisa bernomor ganjil atau genap. (3) Randomisasi dari Tabel Bilangan Random Adapun langkah- langkah yang dilakukan yaitu: Pertama, membuat daftar subyek. Kedua, memberi nomor urut pada subyek. Ketiga menjatuhkan ujung pensil pada tabel bilangan random disembarang tempat. Keempat, ulangi langkah ketiga untuk memperoleh dua angka lagi yang akan menjadi bilangan petunjuk lajur. Kelima, misalkan dari langkah- lagkah ketiga dan keempat kita peroleh bilangan- bilangan 36 dan 20, maka bacalah baris ke36 ke kanan sampai menyilang jalur 20. keenam, untuk populasi yang kurang dari 10, atau angka itu sudah cukup untuk mengidentifikasi anggota sampel. b) Teknik nonrandom sampling Dalam sampling ini individu tidak memiliki peluang yang sama menjadi anggota sampel. 2) Jenis- Jenis Sampel a) Proportional Sample Yaitu jika populasi terdiri dari beberapa sub-populasi yang tidak homogen dan tiap- tiap sub-populasi akan mewakili dalam penyelidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
b) Stratified Sample Jenis sampel ini dapat digunakan pada penelitian yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata. Contohya yaitu penelitian pada sekolah yang terdapat kelas- kelas, dan penelitian masyarakat yang terdapat tingkatan penghasilan. c) Purposive Sample Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan karakteristik tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. d) Quota Sample Ciri pokok dari quota sampling adalah bahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan dipenuhi. e) Double Sample Double sampel atau sampling kembar sering digunakan untuk keperluan pengecekan (cross validation). Jadi informasi dari sampel pertama dicek dengan informasi dari sampel kedua untuk memperoleh validitasnya. f) Area Probability Sample Jenis sampel ini membagi daerah- daerah populasi ke dalam sub-sub daerah, dan dari sub-sub daerah ini dibagi bagi lagi kedalam daerah yang lebih kecil. g) Cluster Sample Dalam cluster sample satuan- satuan sampel tidak terdiri dari individuindividu, melainkan dari kelompok- kelompok individu atau cluster. Penelitian menggunakan teknik randaom sampling secara undian untuk menetapkan sampel dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan Random sampling dengan alasan karakteristik populasinya mempunyai karakter yang hampir sama, sehingga setiap individu dalam populasi atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sedangkan cara undian digunakan karena dalam pelaksanaannya relatif murah, mudah dan tidak terlalu menyiakan waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Langkah-langkah random sampling dengan cara undian yaitu: a) Membuat suatu daftar nama-nama populasi. b) Memberi kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap anggota populasi. c) Menulis kode-kode tersebut masing-masing dalam satu lembar kertas kecil. d) Menggulung kertas tersebut baik-baik. e) Memamasukkan gulungan kertas itu ke dalam tempolong atau kaleng. f) Mengocok tempolong yang berisi gulungan kertas tersebut, dan catat kode yang keluar untuk dijadikan sampel. g) Mengambil gulungan kertas tersebut sebanyak yang dibutuhkan. c. Menetapkan Jumlah Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 112), apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih tergantung pada : 1) Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana; 2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, hal ini menyangkut banyak sedikitnya data; 3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk penelitian yang risikonya besar, maka sampel besar, hasilnya akan lebih besar. Berdasarkan teori tersebut, maka peneliti mengambil 20%-25% dari jumlah siswa kelas XI IPS SMA Muhammdaiyah I Klaten. Sampel yang diambil sebanyak
30 siswa diambil secara acak dari salah satu kelas.
Begitupula dengan jumlah sampel guru diambil, menyesuaikan dengan jumlah sampel kecil sebayak 30 guru dari berbagai mata pelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Tabel 3.2 Teknik Pengambilan Sampel Siswa No.
Kelas
Jumlah Siswa
Prosentase
Sampel
1
XI- 1
40
25%
10
2
XI- 2
40
25%
10
3
XI- 3
38
25%
9,5
Total Sampel
29,5
C Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam suatu penelitian karena data yang telah terkumpul akan dijadikan dasar untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Untuk mendapatkan data yang konkrit dari suatu objek penelitian, maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Test 2. Non Test, terdiri dari: a. b. c. d. e.
Angket/ kuesioner (questionnaires) Wawancara (interview) Observasi Skala bertingkat (rating scale) Dokumentasi. (Suharsimi Arikunto, 2002:127)
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, dengan maksud agar teknik satu dapat melengkapi teknik yang lain karena mengingat setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Adapun teknik pokok atau utama pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut: 1. Test Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam menggunakan metode test, peneliti menggunakan instrumen berupa test atau soal- soal test. 2. Non test a. Angket atau kuesioner
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal- hal yang ia ketahui. Kuesioner dipakai untuk instrumen. Jadi dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner. Suharsimi Arikunto (1992: 124) mengemukakan bahwa kuesioner atau angket dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandang: 1) Dipandang dari cara menjawab, maka ada: a) Kuesioner terbuka, yang memeberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. b) Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. 2) Dipandang dari jawaban yang diberikan maka ada: a) Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya. b) Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain. 3) Dipandang dari bentuknya, maka ada: a) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup. b) Kuesiner isian, yang dimaksud adalah dengan kuesioner terbuka. c) Check list, sebuah datar dimana responden tinggal membubukan tanda Check (√ )pada kolom yang sesuai. d) Rating scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom- kolom yang menunjkkan tingkatan- tingkatan, misalnya mulai dari singkatan setuju sampai kesangat tidak setuju. b. Interview Interview atau yang disebut dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai (interviewer). Wawancara yang digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, dll. c. Observasi Didalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi melakukan observasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. d. Skala bertingkat Skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penempilan di dalam orang menjalank tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. e. Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Di dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda- benda tertulis seperti buku- buku, majalah, dokumen, peraturnperaturan, notulensi rapat, catatan harian dan sebagainya. Sesuai dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan dokumentasi dan angket atau kuesioner sebagai alat pokok untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengetahui identitas masing- masing responden dari daftar presensi siswa, data mengenai wilayah penelitian (SMA Muhammadiyah I klaten), dan meneliti variabel prestasi belajar, yaitu pencapaian nilai raport semester yang telah diperoleh siswa kelas XI IPS pada semester satu tahun akademik 2009/2010. teknik angket peneliti pergunakan untuk mengukur kedua variabel bebas penelitian, yaitu variabel kompetensi guru ( X 1 ) dan kedisiplinan siswa ( X 2 ). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mendapatkan data yang akurat dan untuk mengukur variabel bebas, yaitu kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar. Setiap instrumen akan mempunyai skala pengukuran yang berbeda- beda. Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variabel. Menurut Moh Nazir (1999: 385) bahwa ”ada tujuh jenis skala dalam ilmu sosial, yaitu Skala jarak sosial, Skala penilaian, Skala membuat ranking, Skala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
konsistensi internal, Skala likert, Skala komulatif gutman, Skala diferensial semantik”. Pada penelitian ini untuk variabel kompetensi guru pemberian skor penilaian angket berpedoman pada skala likert, dimana responden akan diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuannya terhadap isi pertanyaan dalam lima kategori jawaban, yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Ragu- ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Moh. Nazir (1999: 398) berpendapat bahwa: Ada beberapa alasan digunakan dalam skala likert, yaitu: a. Dalam menyusun skala, item- item tidak jelas menunjukkan hubungan dengan sikap yang sedang diteliti masih dapat dimasukkan ke dalam skala. b. Skala likert lebih mudah membuatnya. c. Skala likert mempunyai realibilitas yang relatif tinggi, karena mempunyai lima respone alternative. d. Karena jangka respon yang lebih besar membuat slaka likert dapat memeberikan keterangan yang lebih nyata dan jelas tentang pendapat/ sikap responden tentang isu yang dipertanyakan.
Dalam menskor angket ada dua kriteria penilaian, yaitu pertanyaan positif dan pernyataan negatif. Pertanyaan positif kriteria bobot penilaiannya adalah sebagai berikut: Alternatif Jawaban
Bobot peneilaian
Sangat Setuju
5
Setuju
4
Ragu- ragu
3
Tidak setuju
2
Sangat Tidak Setuju
1
Pernyataan negatif bobot penilaiannya adalah sebagai berikut: Alternatif Jawaban
Bobot peneilaian
Sangat Setuju
1
Setuju
2
Ragu- ragu
3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Tidak setuju
4
Sangat Tidak Setuju
5
Sedangkan untuk variabel kompetensi guru dan kedisiplinan siswa, peneliti menggunakan lima kategori jawaban sebagai berikut: Alternatif Jawaban
Bobot peneilaian
Selalu
5
Sering
4
Kadang- kadang
3
Jarang
2
Tidak pernah
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Gambar 3.3 Penyusunan Skala Identifikasi tujuan ukur Penetapan konstruk psikologis
Operasionalisasi konsep Indikator perilaku
Perskalaan
Pemilihan format stimulus
Penulisan aitem Review aitem
Uji coba
Analisis aitem
Kompilasi I Seleksi aitem
Pengujian realibilitas
Pengujian validitas
Kompilasi II Format final Berikut penjelasan langkah- langkah penyusunan skala menurut Saifuddin Azwar (2005: 11): a. Awal kerja dimulai dari identifikasi tujuan ukur, yaitu memilih suatu definisi dan mengenali teori yang mendasari konstrak psikologis atribut yang hendak diukur. b. Komponen yang sudah jelas batasannya masih perlu dioprasionalkan ke dalam bentuk yang lebih konkret.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
c. Menetapakan bentuk atau format stimulus yang hendak digunakan, format stimulus berkaitan erat dengan metode penskalaannya. d. Penulisan aitem yang sudah jelas teridentifikasi komponen-komponen atributnya. e. Riview dilakukan pertama oleh penulis aitem guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala. f. Review dilakukan pertama oleh penulis aitem sendiri. g. Kumpulan aitem yang telah melewati proses pengujian parameterparameter aitem guna mengetahui apakah aitem memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagaian dari skala. h. Hasil analisis aitem menjadi dasar dalam seleksi aitem. i. Pengujian realibilitas skala dilakukan terhadap kumpulan aitem- aitem terpilih, yang banyaknya disesuaikan dengan jumlah yang telah dispesifikasikan oleh blue- print. j. Selanjutnya dilakukan proses validasi. k. Format final skala harus dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam membuat angket, peneliti melakukan langkah- langkah sebagai berikut: a. Menentukan variabel yang akan diukur yaitu kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar dan mendefinisikannya (menuliskan definisi oprasional). b. Melakukan pembatasan kawasan (domain ) ukur tehadap kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar (menuliskan indikator). c. Mengoprasionalkan komponen ke dalam bentuk yang lebih konkret (menuliskan deskriptor). d. Membuat format stimulus berbentuk pilihan ganda dengan penggunaan skala lima. e. Menuliskan item. f. Melakukan review terhadap item. g. Mengujicobakan kumpulan item yang telah ditulis dan direview. h. Melakukan analisis item dan hasilnya menjadi dasar dalam seleksi item. i. Melakukan pengujian reliabilitsas skala yang dilakukan terhadap kumpulan item- item terpilih. j. Melakukan proses validasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
k. Menampilkan format skala yang menarik namun tetap memudahkan bagi responden untuk membaca dan menjawabnya. Instrumen penelitian yang berupa angket yang dibuat oleh peneliti perlu dilakukan uji coba instrument untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket sebagai syarat instrumen yang baik. Uji coba angket dapat dilakukan terhadap sejumlah guru dan siswa yang dapat digolongkan setara dengan calon responden penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan mengambil sebanyak 10 guru dan 15 siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten untuk dijadikan sebagai sampel uji coba selain siswa yang akan dijadikan responden berikutnya.
a. Uji Validitas Angket Sugiyono (2002: 135) menuturkan bahwa validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tertentu. Jenis- jenis validitas menurut Saifuddin Azwar (1997; 45) digolongkan menjadi tiga yaitu: 1) Validitas Isi (Content Validity) Validitas isi diukur dengan jalan pengujian isi tes melalui analisis rasional yang mencari sejauh mana item- item pertanyaan mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas ini sendiri terdiri atas dua macam yaitu validitas muka dan validitas logik. 2) Validitas Konstruk (Construk Validity) Allen dan Yen yang dikutip oleh Saifuddin Azwar (1997; 48) menyatakan bahwa ”validitas konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstruk teorotik yng hendak diukurnya”. 3) Validitas Berdasar Kriteria (Criterion- Related Validity) Menurut pendapat Saifuddin Azwar (1997: 51) bahwa ”untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara sekor tes dengan skor kriteria, koefisien ini merupakn koevisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy dimana X melambangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
skor tes dan Y melambangkan skor kriteria”. Validitas ini juga digolongkan menjadi dua yaitu, validitas prediktif dan validitas konruen. Validitas yang digunakan dalam pengujian ini adalah jenis validitas konstruk. Rumus yang digunkan dalam analisis validitas konstruk dalah dengan kolerasi product moment Pearson yang dikutip oleh Saifuddin Azwar (1997: 19) yaitu:
∑ xy −
(∑ X )(∑ Y )
N 2 2 Y X ) ( 2 2 ∑ x − ∑ Y − N N
rxy =
( )
Dimana: : Koefisien antara variabel X dan Y
rxy
∑ X : Jumlah skor variabel X ∑ Y : Jumlah skor variabel Y ∑ XY : Jumlah perkalian skor variabel X dan Y ∑x
2
∑Y
2
N
: Jumlah kuadrat skor variabel X : Jumlah kuadrat skor variabel Y : Jumlah subyek
Kriteria validitas dari kedua pengukuran variabel bebas tersebut dalah jika
ρ< 0,05 maka dapat disimpulakan bahwa item adalah valid,
dan sebaliknya jika ρ> 0,05 maka item tidak valid. Semua item yang valid akan menjadi kesatuan dalam pengukuran validitas konstruk, sedang item yang tidak valid dibuang. Untuk keperluan analisis hasil ujicoba instrumen peneliti menggunakan jasa computer seri program statistik (SPS-2000) versi IBM/IN edisi Sutresno Hadi dan Yuni Pamardinngsih tahun 2004. Dari hasil analisis uji coba instrument dilaporkan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
(b) Jumlah butir pertanyaan untuk variabel kompetensi guru semula adalah 94 butir. Item- item yang gugur ada 50 butir sehingga jumlah butir valid ada 44 butir. (c) Jumlah butir pertanyaan untuk variabel kedisiplinan siswa dalam belajar semula ada 37 butir. Item- item yang gugur ada 18 butir sehingga jumlah butir valid ada 19 butir.
b. Uji Reliabilitas Angket Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 141) mengemukakan, ”Ada beberapa teknik yang digunakn untuk menghitung indeks reliabilitas, yakni: teknik pengukuran ulang, teknik belah dua dan teknik pararel”. Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah ”Teknik belah Dua”. Langkah-langkah yang peneliti lakukan berdasarkan pendapat Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 143) yang telah dikelaskan di atas yaitu: 1) Memberikan alat ukur (angket) kepada sejumlah responden. Dalam penelitian ini responden yang digunkan untuk try-out sejumlah 15 siswa dan 10 guru. Setelah diuji validitasnya, maka akan terlihat item yang valid dan yang tidak valid disingkirkan. 2) Setelah item- item yang valid terkumpul, kemudian item- item tersebut dibagi menjadi dua belahan. Dalam membelah item- item ini, penulis menggunakan cara membagi item berdasarkan ”nomor genap ganjil”. 3) Menunjukkan skor masing-masing item pada tiap belahan. Maka akan diperoleh dua skor total. 4) Mengkorelasikan skor total belahan pertama dengan skor total belahan kedua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Melakukn perbaikan angket, perbaikan angket dilakukan setelah hasil try out dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Langkah perbaikan berupa pemilihan pertanyaan-pertanyaan yang valid dan reliabel saja yang akan digunakan pada pengambilan data. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha seperti yng dikemukakan Suharsimi Arikunto (2002: 193) sebagai berikut: r 11 =
[ ][ k k− 1
1−
∑ σ 2b σ t2
]
Keterangan : r 11 = koefisien reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σ 2b
= jumlah varians butir
σ 2t = varians total.
Jika probabilitas atau tingkat kesalahan ρ< 0,050 maka dapat disimpulakan hasil pengukurannya reliabel, sebaliknya jika ρ> 0,050 maka hasil pengukurannya tidak reliabel. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah dapat dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan uji coba angket diketahui bahwa reliabilitas kompetensi guru
(X 1 )
dan kedisiplinan siswa dalam belajar
(X 2 )
dapat diterima karena ρ< 0,050 yaitu 0,000.
D Macam-Macam Variabel Menurut Sugiyono (2005:3) “ Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati “. Sedangkan menurut Manase Malo dalam Sudarwan Danim (2000:61), “Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai variasi nilai”. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara nilai satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
suatu symbol yang menggunakan angka atau nilai terhadap sesuatu yang memiliki variasi nilai. Macam-macam variabel dalam penelitian menurut Sugiyono (2005:3-6) yaitu: 1. Variabel Independen (variable bebas) Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, predictor, dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. 2. Variabel Dependen (variable terikat) Variabel dependen sering disebut sebagai variabel respon, out put, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. 3. Variabel Moderator Variabel moderator adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel dependen ke dua. 4. Variabel Intervening Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, namun tidak terukur. 5. Variabel Kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol ini ditetapkan oleh peneliti, bila peneliti akan melakukan penelitian terutama dengan menggunakan metode eksperimen yang bersifat dengan membuat perbandingan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah: a. Kompetensi guru sebagai variabel bebas I Kopetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Pengetahuan, ketrampilan, dan prilaku yang membentuk kompetensi standar profesi guru antara lain kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual. b. Kedisiplinan siswa sebagai variabel bebas II Disiplin merupakan suatu ketaatan tindakan siswa
kelas XI IPS SMA
Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. c. Prestasi belajar sebagai variabel terikat Prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk symbol untuk menunjukkan kemampuan dalam mencapai hasil kerja dalam kurun waktu tertentu pada siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 .
E Metode Penelitian 1. Pengertian Metode Penelitian Setelah merumuskan tujuan penelitian, kemudian ditentukan metodemetode untuk mencapai tujuan tersebut, yang lebih dikenal dengan istilah metode penelitian. Metode yang digunkan harus tepat dan disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti. Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982:500)”Metode penelitian ialah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi”. Sedangkan menurut Mardalis (2002:24), “Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian”. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Sedangkan menurut Kartini kartono (1996:20), “Metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan sebaik-baikknya untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan penelitian”. Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode penelitian adalah cara atau teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan melalaui penelitian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik dan dipersiapkan secara baik sehingga dapat menjawab persoalan yang sedang dihadapi. 2. Jenis-jenis Metode Penelitian Penelitian yang baik harus menggunakan metode yang tepat dan disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Metode penelitian ada bermacammacam. Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982:319-415) mengemukakan empat kategori yang biasa dipakai untuk pengelompokan penelitian pendidikan, yaitu: a. Metode Penelitian Eksperimen Adalah suatu penyelidikan ilmiah menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta mengamati variabel terikat untuk melihat perbedaaan yang sesuai dengan manipulasi variabel-variabel bebas tersebut. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menetapkan apa yang mungkin terjadi. b. Metode Penelitian Ex post facto Adalah penelitian yang serupa dengan eksperimental, bedanya dalam penelitian ini peneliti tidak dapat secara langsung memanipulasi variabel bebas. c. Metode Penelitian Deskriptif Metode penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang kasus, gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah melukiskan keadaan sesuatu atau melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada”dalam suatu situasi yang sedang terjadi pada saat penelitian penelitian berlangsung. Penelitian deskriptif ini terbag menjadi beberapa sub kategori yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
1) Studi kasus 2) Survei 3) Studi perkembangan 4) Studi tindak lanjut 5) Analisi documenter 6) Studi kecenderungan 7) Studi korelasi d. Metode Penelitian Historis Adalah usaha untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan mengenai halhal yang telah lalu. Secara sistematis dan oyektif, peneliti mencari, mengevaluasi dan menafsirkan bukti-bukti yang dapat dipakai untuk mempelajari masa lalu. Berdasarkan bukti yang dikumpulkan, peneliti (ahli sejarah) menarik kesimpulan mengenai masa lalu guna memperkaya pengetahuan tentang bagaimana dan mengapa suatu kejadian di masa lalu terjadi serta proses bagaimana masa lalu itu terjadi di masa kini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menceritakan apa yang terjadi di masa lalu.
3. Metode Penelitian yang Digunakan Sesuai dengan tujuan penelitian dan sifat masalahnya, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan rancangan analisia kuantitatif. Hal ini mengingat masalah yang diteliti merupakan masalah yang masih aktual yang ada pada masa sekarang. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif ini adalah: a. Permasalahan yang dihadapi merupakan masalah yang masih ada pada masa sekarang. b. Data yang diperoleh atau dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. c. Hasil dari penelitian ini nantinya merupakan suatu gambaran hasil penelitian yang melukiskan kondisi apa yang ada. Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982:415) menyatakan “Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Tujuan penelitia ini adalah untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
melukiskan kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi”. Menurut Mardalis (2002:26), “Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan-kaitan antara variabel-variabel yang ada”. Dalam penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut Sumadi Suryabrata (2002: 18-19) mengemukakan ciri-ciri penelitian deskriptif sebagai berikut: Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini penelitian deskriptif adalah akumulasi atas dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan, mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup juga metode-metode deskriptif. Tetapi para ahli bidang penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif. Sementara para ahli memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental, dalam arti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survey. Sedangkan langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini menurut Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982:436) adalah: 1) Perumusan masalah, 2) Identifikasi informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, 3) Pemilihan dan pengembangan instrument pengumpulan data, 4) Identifikasi populasi sasaran dan penentuan prosedur panarikan sampel yang diperlukan, 5) Rancangan prosedur pengumpulan data, 6) Pengumpulan data, 7) Analisi data, 8) pembuatan laporan. Kemudian Sumadi Suryabrata (2002: 19-20) mengemukakan langkahlangkah pokok dalam penelitian deskriptif, yaitu: a) Definisi dengan jelas dan spesifik tujuan yang akan dicapai. Faktafakta dan sifat-sifat apa yang perlu dikemukakan? b) Rancangkan cara pendekatannya. Bagaimana kiranya data akan dikumpulkan? Bagaimana cara menentukan sampelnya untuk menjamin supaya representative bagi populasi? Apakah metode pengumpulan data itu perlu di-try-out-kan? Apakah metode pengumpuln data perlu dilatih terlebih dahulu?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
c) Kumpulkan data d) Analisis data e) Susun laporan Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis kuantitatif. Alasan menggunakan metode deskriptif ini karena peneliti akan berusaha menggambarkan keadaan berdasarkan fakta-fakta yang ada serta lebih memusatkan diri pada pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang. Sedangkan alasan menggunakan analisis kuantitatif karena penulis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (X) dalam hal ini kompetensi guru (X1) dan kadisiplinan siswa (X2) dengan variabel terikat (Y) dalam hal ini prestasi belajar. Berdasarkan kategori penelitian deskriptif, penelitian ini termasuk study korelasional karena mencari hubungan dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat.
F Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan di awal. Dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan statistik kolerasional dengan teknik regresi linier ganda. Dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar dengan prestasi belajar siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010. Tugas pokok dari analisis regresi menurut Sutrisno hadi (2001: 2) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Mencari korelasi antara kriterium dengan predikator Menguji apakah kolerasi itu signifikan atau tidak Mencari persamaan garis regresinya Menentukan sumbangan efektif antara semua predicator jika prediktornya lebih dari satu. Prosedur analisis dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian yaitu tahap uji
persyaratan analisis dan tahp pengujian hipotesis. Penjelasan lebih rinci adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Chi Kuadrat (Sutrisno Hadi, 2001:346) sebagai berikut: ∑
X2 =
( fo − fh ) 2 fh
Keterangan : X2
= koefisien chi kuadrat
Fo
= jumlah frekuensi yang telah diperoleh
Fh
= jumlah frekuensi yang diharapkan
b. Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui hubungan yang linier antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat yaitu antara X1 dengan Y dan antara X2 dengan Y. Uji linieritas dilakukan dengan mengunakan rumus dari Sudjana (2001:332) sebagai berikut : ∑ Y
a. JK (G)
= ∑ X1
b. JK (TC)
= JK (S) – JK (G)
c. dK(G)
=N–K
2
−
(∑
Y N
d. dK (TC) = k – 2 J K (T C )
e. RJK (TC)
= d f (T C )
f. RJK (G)
=
g. F hitung
J K (G ) d f (G )
R J K (T C )
= R JK (G )
commit to user
)
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Keterangan : JK (G)
= Jumlah Kuadrat Galat
JK (TC)
= Jumlah Kuadrat Tuna Cocok
dK (G)
= Derajat Kebebasan Galat
dK (TC)
= Derajat Kebebasan Tuna Cocok
RJK (G)
= Kuadrat Tengah Galad
RJK (TC) = Kuadrat Tengah Tuna Cocok c. Uji Independensi Uji independensi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas X1 dan X2. rx1 x 2 =
N ∑ X 1 X 2 − (∑ X 1 )(∑ X 2 )
{N ∑ X
2 1
}{
− (∑ X 1 )2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
}
Keterangan : rx1x2 = koefisien korelasi X1 dan X2 X1
= variabel pertama
X2
= variabel kedua
N
= menyatakan jumlah data observasi
(S. Arikunto, 2002:124)
2. Uji Hipotesis Uji ini menggunakan uji regresi dengan langkah-langkah sebagai berikut : a.
Mencari korelasi antara kriterium dengan prediktor. 1) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, digunakan rumus :
ry1 =
N ∑ X 1Y − (∑ X 1 )(∑Y )
N ∑ X 12 − (∑ X 1 ) N ∑Y 2 − (∑Y ) 2
2
2) Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y, digunakan rumus :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
N∑X 2Y − (∑X2 )(∑Y )
ry2 =
N ∑X 22 − (∑ X2 ) N ∑Y 2 − (∑Y ) 2
2
(Suharsimi Arikunto, 2002:245)
3) Menentukan koefisien korelasi antara X1, X2 dengan Y, yaitu dengan rumus :
r y (1, 2 ) =
a1
∑ X 1Y + a 2 ∑ X 2Y ∑Y2
Keterangan : ry(1,2) = Koefisien korelasi antara Y dengan X 1 dan X 2
a1
= Koefisien prediktor X 1
a2
= Koefisien prediktor X 2
X1Y
= Jumlah produk antara X1 dan Y
X2Y
= Jumlah produk antara X2 dan Y
∑ Y2 = Jumlah kuadrat kriterium Y
b.
(Sutrisno Hadi, 2001:225)
Uji Signifikansi Untuk uji signifikansi menggunakan rumus sebagai berikut :
R2 k F=
(1 − R 2 ) ( n − k − 1)
Keterangan : F = harga F garis regresi n
= jumlah sampel
k
= jumlah variabel bebas
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktorprediktornya.
c.
Sumbangan Relatif
commit to user
(Sudjana, 2001:108)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Mencari sumbangan relatif X 1 dan X 2 terhadap Y dengan rumus:
Untuk X 1 =
Untuk X 2 =
d.
a 1 ∑ X 1Y J K (re g
)
a 2 ∑ X 2Y
JK (reg )
x100%
x100 %
(Sutrisno Hadi, 2004: 42)
Sumbangan Efektif Untuk mencari sumbangan efektif
X 1 dan X 2 terhadap Y, dengan
rumus: R 2 =SE =
J K (r e g ) x1 0 0 % J K (T )
a) Mencari sumbangan efektif X 1 terhadap Y:
SE% X 1 = SR% X 1 xR
2
b) Mencari sumbangan efektif X 2 terhadap Y :
SE% X 2 = SR % X 2 xR 2 Keterangan : SR : Sumbangan Relatif masing-masing prediktor. SE : Sumbangan Efektif masing-masing prediktor. R² : Koefisien antara X1 dan X2. Dimana R 2 = SE adalah efektifitas garis regresi.
(Sutrisno Hadi, 2004: 46)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
BAB IV PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data merupakan gambaran hasil pengumpulan data dari variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : 1. Kompetensi Guru sebagai variabel bebas pertama (X1). 2. Kedisiplinan Siswa sebagai variabel bebas kedua (X2). 3. Prestasi Belajar Siswa sebagai variabel terikat (Y). Ketiga data tersebut akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini : 1. Kompetensi Guru Kompetensi Guru dalam penelitian ini adalah variabel bebas pertama (X1). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor kompetensi guru, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Skor tertinggi
= 207,00
(2) Skor terendah
= 168,00
(3) Simpangan rata-rata
= 9,85
(4) Simpangan baku
= 12,04
(5) Median
= 183,10
(6) Modus
= 170,50
(7) Mean
= 184,57
Adapun distribusi frekuensi data tentang kompetensi guru dapat disajikan dalam tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Kompetensi Guru (X1) Variant
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
203,5-209,5 197,5-203,5 191,5-197,5 185,5-191,5 179,5-185,5
3 3 1 6 5
615,00 600,00 195,00 1.137,00 923,00
126.0681,0 120.008,00 38.025,00 215.473,00 170.387,00
10,00 10,00 3,33 20,00 16,67
100,00 90,00 80,00 76,67 56,67
173,5-179,5 167,5-173,5 Total Rerata
4 8 30 = 184,57
706,00 124.618,00 1.361,00 231.557,00 5.537,00 1.026.147,0 S.B =12,04
13,33 26,67 100,00 Min
40,00 26,67 = 168,00
Median
= 183,10
Mode
= 170,50
S.R
= 9, 85
maks = 207,00
Frekuensi
Gambar 4.1. Grafik Histogram Kompetensi Guru (X1)
10 8 6 4 2 0
8 4
5
6 3
3
197,5203,5
203,5209,5
1 167,5173,5
173,5179,5
179,5185,5
185,5191,5
191,5197,5
Interval
Berdasarkan grafik histogram data X1 dapat diketahui bahwa frekuensi data kompetensi guru yang tertinggi terletak pada interval 167,5-173,5 dengan jumlah 8 orang. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 191,5-197,5, dengan jumlah 1 orang. Kometensi Guru yang dimiliki oleh guru SMA Muhammadiyah I Klaten berada pada kategori rendah. Hasil ini berdasarkan data frekuensi terbanyak pada interval 167,5-173,5 yaitu sebanyak 8 responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
2. Kedisiplinan Siswa sebagai variabel bebas kedua (X2). Kedisiplinan siswa dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua (X2). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor kedisiplinan siswa, diperoleh hasil sebagai berikut : (1) Skor tertinggi
= 81,00
(2) Skor terendah
= 54,00
(3) Simpangan rata-rata
= 5,14
(4) Simpangan baku
= 6,63
(5) Mean
= 64,53
(6) Median
= 64,05
(7) Modus
= 63,50
Adapun distribusi frekuensi data kedisiplinan siswa dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Angket Kedisiplinan Siswa (X2) Variant
f
Fx
fx2
f%
fk %-naik
81,1-85,5
0
0,00
0,00
0,00
100,00
77,5-81,5
1
81,00
6.561,00
3,33
100,00
73,5-77,5
2
149,00
11.101,00
6,67
96,67
69,5-73,5
4
287,00
20.295,00
13,33
90,00
65,5-69,5
4
270,00
18,230,00
13,33
76,67
61,5-65,5
11
697,00
44.171,00
36,67
63,33
57,5-61,5
2
116,00
6.728,00
6,67
26,67
53,5-57,5
6
336,00
18,824,00
20,00
20,00
Total
30
1.936,00
126.210.00
100,00
-
Rerata
= 64,53
S.B
= 6,63
Min
= 54,00
Median
= 64,05
S.R
= 5,14
Maks = 81,00
Mode
= 63,50 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X1 dapat diketahui bahwa
data kedisiplinan siswa yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 61,565,5 yaitu sebanyak 11 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
interval 81,1-85,5 yaitu sebanyak 0 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Gambar 4.2. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa (X2)
Frekuensi
15
11
10
6
5
4
2
4
2
1
0
0 53,3-57,5 57,5-61,5 61,5-65,5 65,5-69,5 69,5-73,5 73,5-77,5 77,5-81,5 81,5-85,5
Interval
Kedisiplinan
siswa
yang
dimiliki
oleh
siswa
XI
IPS
SMA
Muhammadiyah I Klaten berada pada kategori sedang. Hasil ini berdasarkan data frekuensi terbanyak pada interval 61,5-65,5 yaitu sebanyak 11 responden. 3. Prestasi Belajar Siswa (Y) Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi skor prestasi belajar siswa, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Skor tertinggi
= 82,00
(2) Skor terendah
= 70,00
(3) Simpangan rata-rata
= 2,14
(4) Simpangan baku
= 3,01
(5) Mean
= 76,57
(6) Median
= 76,79
(7) Modus
= 77,00
Adapun distribusi frekuensi data tentang prestasi belajar siswa dapat disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 6. Distribusi frekuensi skor angket prestasi belajar siswa Variant
f
fx
fx2
f%
fk %-naik
84,5-87,5
0
0,00
0,00
0,00
100,00
81,5-84,5
1
82,00
6.724,00
3,33
100,00
78,5-81,5
6
418,00
38.563,00
20,00
96,67
75,5-78,5
14
1.077,00
82.861,00
46,67
76,67
72,5-75,5
6
445,00
33.007,00
20,00
30,00
69,5-72,5
3
212,00
14.982,00
10,00
10,00
Total
30
2.297,00
176.137,00
100,00
-
Rerata
= 76,57
S.B
= 3,01
Min
= 70,00
Median
= 76,79
S.R
= 2,14
Maks = 82,00
Mode
= 77,00 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel X2 dapat diketahui bahwa
data prestasi belajar siswa yang tertinggi frekuensinya terletak pada interval 75,578,5 yaitu sebanyak 14 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 84,5-87,5 yaitu sebanyak 0 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut : Distribusi Frekuensi Variabel Prestasi Belajar Siswa (Y) 14
Frekuensi
15 10 5
6
6
3
1
0
0 69,5-72,5 72,5-75,5 75,5-78,5 78,5-81,5 81,5-84,5 84,5-87,5
Interval
Gambar 4. Grafik Histogram Kedisiplinan Siswa(X2) Prestasi belajar siswa yang dimiliki siswa kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten berada pada kategori sedang atau rata-rata . Hasil ini berdasarkan frekuensi tertinggi terletak pada interval 75,5-78,5 yaitu sebanyak 14 responden.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada lampiran selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipothesis yang dirumuskan. Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data harus berdistribusi normal dan variabel bebas harus linier terhadap variabel terikat. Hasil uji persyaratan analisis data dapat diperinci antara lain sebagai berikut
1. Uji Normalitas Jika p > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal dan apabila p < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. a) Uji Normalitas variabel Kompetensi Guru (X1) Pada uji normalitas variabel X1 (Kompetensi Guru), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut: Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Kompetensi Guru (X1) Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
( fo − fh) 2 fh
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
0 1 4 2 9 3 6 5 0 0
0,25 0,83 2,38 4,78 6,77 6,77 4,78 2,38 0,83 0,25
-0,25 0,17 1,62 -2,78 2,23 -3,77 1,22 2,62 -0,83 -0,25
0,06 0,03 2,64 7,71 4,97 14,22 1,50 6,89 0,69 0,06
0,25 0,03 1,11 1.61 0,73 2,10 0,31 2,90 0,83 0,25
30,00
0,00
-
Total 30 Rerata = 184,567 Kai Kuadrat = 10,126
db = 9
commit to user
10,13 S.B. = 12,039 p = 0,340
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ρ = 0,340. Karena
ρ > 0,05, yaitu 0,340 >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data Kompetensi Guru (X1) berdistribusi normal. b) Uji Normalitas Variabel Kedisiplinan Siswa (X2) Pada uji normalitas variabel X2 (Kedisiplinan Siswa), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut Tabel 4. 8 Hasil Uji Normalitas Kedisiplinan Siswa (X2) Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
( fo − fh) 2 fh
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
1 0 3 4 3 11 5 3 0 0
0,25 0,83 2,38 4,78 6,77 6,77 4,78 2,38 0,83 0,25
0,75 -0,83 0,62 -0,78 -3,77 4,23 0,22 0,62 -0,83 -0,25
0,57 0,69 0,39 0,60 14,22 17,88 0,05 0,39 0,69 0,06
2,31 0,83 0,16 0,13 2,10 2,64 0,01 0,16 0,83 0,25
Total 30 30,00 0,00 9,42 = 64,533 S.B. = 6,627 Rerata Kai Kuadrat = 9,425 db = 9 p = 0,399 Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ρ = 0,399. Karena ρ >
0,05, yaitu 0,399 >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data kedisiplinan siswa (X2) berdistribusi normal. c) Uji Normalitas variabel Prestasi Belajar (Y) Pada uji normalitas variabel Y (Prestasi Belajar), langkah pertama yang dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y, kemudian dilakukan perhitungan dengan langkah dan rumus sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar (Y)
( fo − fh) 2 fh 10 0 0,25 -0,25 0,06 0,25 9 1 0,83 0,17 0,03 0,03 8 2 2,38 -0,38 0,14 0,06 7 4 4,78 -0,78 0,60 0,13 6 9 6,77 2,23 4,97 0,73 5 7 6,77 0,23 0,05 0,01 4 4 4,78 -0,78 0,60 0,13 3 0 2,38 -2,38 5,65 2,38 2 3 0,83 2,17 4,70 5,66 1 0 0,25 -0,25 0,06 0,25 Total 30 30,00 0,00 9,62 Rerata = 76,567 S.B. = 3,014 Kai Kuadrat = 9,617 db =9 p = 0,382 Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa ρ = 0,382. Karena ρ > Klas
fo
fh
fo - fh
(fo-fh)2
0,05, yaitu 0,382 >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi belajar siswa (Y) berdistribusi normal.
2. Hasil Uji Linieritas Jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linier dan apabila p < 0,05 maka korelasinya tidak linier. a) Uji linearitas X1 dengan Y Berdasarkan hasil uji linieritas X1 dengan Y diperoleh ρ = 0,117 serta F= 2,570, karena ρ > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa X1 dan Y mempunyai kolerasi yang linier. Hasil uji linearitas X1 dan Y dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9. Rangkuman Analisis Linieritas X1 terhadap Y
Sumber
Regresi
Residu Regresi Beda Residu
R2
db
Var
F
p
0,030
1
0,030
0,860
0,636
Tabel 4.7. Rangkuman Analisis 0,970 28 Linearitas 0,035
1,739 2,570 -
0,193 0,117 -
derajat
Ke 1
Ke 2 Ke 2 - Ke 1
0,114 2 0,084 commit to 1user 0,886 27 Korelasinya Linier
0,057 0,084 0,033
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Sebagai langkah pertama membuat tabel rangkuman analisis linieritas seperti tersebut di atas, (Untuk selengkapnya terdapat dalam lampiran hal ....) setelah itu dilakukan perhitungan yang diperoleh hasil sebagai berikut:
b) Uji Linieritas X2 dan Y Berdasarkan hasil uji linearitas X2 dengan Y diperoleh ρ = 0, serta F= 0,559, karena ρ > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa X2 dan Y mempunyai korelasi linier. Hasil uji linieritas X2 dan Ydapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 4.10. Rangkuman Analisis Linieritas X2 terhadap Y Sumber derajat Regresi Ke 1
Residu Regresi Beda Residu
Ke 2 Ke 2 - Ke 1
R2 0,313
db 1
Var 0,131
F 4,236
p 0,046
0,869
28
0,031
-
-
2,364 0,559 -
0,112 0,533 -
0,149 2 0,075 0,018 1 0,018 0,851 27 0,032 Korelasinya Linier
C. Pengujian Hipotesis Setelah syarat–syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan komputer seri SPSS program analisis butir (validitas dan reliabilitas instrument) edisi Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2000 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Hasil Perhitungan Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y, dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja matriks interkorelasi analisis regresi sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Tabel 12. Matriks Interkorelasional Analisis regresi r X1 p X2 p y p
X1 1,000 0,000 -0,144 0,547 -0,173 0,636
X2 -0,144 0,547 1,000 0,000 0,362 0,046
Y -0,173 0,636 0,362 0,046 1,000 0,000
1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y Ho : Tidak ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa. Ha : Ada hubungan antara kompetensi guru dengan prestasi belajar siswa. Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : rx1 y = -0,173 p
= 0,636
Karena p = 0,633, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya tidak signifikan antara X1 dengan Y, karena ρ > 0,030 yaitu 0,636 > 0,030. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha ditolak dan Ho diterima. 2) Koefisien korelasi sederhana antar X2 dengan Y Ho : Tidak ada hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa. Ha : Ada hubungan antara kedisiplinan siswa dengan prestasi belajar siswa. Setelah membuat tabel kerja, selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang digunakan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh hasil : rx2 y = 0,362 p
= 0,046
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Karena p = 0,046, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipothesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan bahwa hasilnya signifikan antara X2 dengan Y, karena 0,046 < 0,15. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan Ha diterima dan Ho ditolak. 3) Hasil perhitungan koefisien korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y Tabel 13. Koefisien Beta Dan Korelasi Parsial X
Beta ( β)
SB ( β)
r-parsial
t
p
0 1 2
72,126010 -0,030756 0,156776
0,044511 0,080867
-0,130 0,346
-0,691 1,939
0,502 0,060
Galat Baku = 2,886 Korelasi R = 0,382 Korelasi R sesuaian = 0,382
Tabel 14. Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh Sumber Variasi Regresi Penuh Variabel X1 Variabel X2 Residu Penuh Total
JK 38,498 34,604 3,893 224,846 263,344
db 2 1 1 27 29
RK 19,249 34,604 3,893 8,328 -
F 2,311 4,155 0,648 -
R2 0,146 0,131 0,015 -
p 0,117 0,049 0,507 -
Setelah membuat Tabel kerja dan dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus, diperoleh hasil sebagai berikut : p
= 0,117
F
= 2,311
Berdasarkan hasil p = 0,117 , maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut Sutrisno Hadi (2004), menyimpulkan hasilnya cukup signifikan antara X1 dengan X2, dengan p < 0,15 yaitu 0,117< 0,15 .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
4)
Hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel X1 dan X2
dengan Y Tabel 15. Perbandingan Bobot Prediktor - Model Penuh
Variabel Korelasi Lugas
Korelasi
Parsial
Koefisien
Determinasi
X r xy p r par-xy p SD Relatif % SD Efektif % 1 -0,173 0,636 -0,130 0,502 10,113 1,478 2 0,362 0,046 0,346 0,060 89,887 13,140 Total 100,000 14,619 Berdasarkan tabel perbandingan bobot prediktor model penuh tersebut di
atas, maka diperoleh sumbangan determinasi yaitu sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing prediktor yang bisa dijelaskan sebagai berikut : 1) Sumbangan Relatif (SR) variabel Kompetensi Guru (X1) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 10,113%. Sedangkan Sumbangan efektif (SE) Kompetensi Guru (X1) dengan Kedisiplinan Siswa (Y) sebesar 1,478%. 2) Sumbangan Relatif (SR) variabel Kedisiplinan Siswa (X2) dengan prestasi Belajar Siswa(Y) sebesar 89,887 %. Sedangkan Sumbangan Efektif (SE) Kedisiplinan Siswa (X2) dengan prestasi Belajar Siswa(Y) sebesar 13,140 %. 3) Sumbangan Relatif (SR) variabel Kompetensi Guru (X1) dan variabel Kedisiplinan Siswa (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Siswa (Y) sebesar. 100 %. Sedangkan sumbangan Efektif (SE) variabel Kompetensi Guru (X1) dan variabel Kedisiplinan Siswa (X2) dengan variabel Prestasi Belajar Siswa (Y) sebesar 14,619%.
D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Setelah melakukan uji hipotesis, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel tentang matriks interkorelasi analisis regresi tersebut di atas maka, diperoleh rx1y = -0,173 dan p = 0,636,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
maka berpedoman pada kaidah uji hipotesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Kompetensi Guru (X1) mempunyai hubungan negatif yang tidak signifikan dengan Prestasi Belajar Siswa (Y), karena p > 0,30. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi : “Ada hubungan positif yang signifikan antara Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010”, tidak dapat diterima. 2. Hipotesis kedua Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2
y
= 0,362 dan p = 0,046
maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Kedisiplinan Siswa(X2) mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan Prestasi Belajar Siswa (Y), karena p < 0,05. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi: “Ada hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010”, dapat diterima. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh p = 0,117 dan F = 2,311 maka berpedoman pada kaidah uji hipothesis menggunakan komputer menurut Sutrisno Hadi dihasilkan bahwa Kompetensi Guru (X1) dan Kedisiplinan Siswa (X2) secara bersama-sama mempunyai hubungan positif yang cukup signifikan dengan Prestasi Belajar (Y), karena p < 0,15. Dengan demikian hipotesis peneliti yang berbunyi: “Ada hubungan posistif yang cukup signifikan antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010”, dapat diterima.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian dilakukan pembahasan hasil analisis data. Pembahasan hasil analisis data sebagai berikut :
1. Hubungan Antara Variabel X1 dengan Y Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010” tidak diterima, karena rx1y = -0,173 dan p = 0,636. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang tidak signifikan antara Kompetensi Guru (X1) dengan Kedisiplinan Siswa(Y). Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa kompetensi guru tidak memberi dampak bagi prestasi belajar siswa. Asalkan siswa yang diajar memiliki kesunguhan dalam belajar maka prestasi yang tinggipun dapat diraih. Hal ini disebabkan karena variabel yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa juga ada bermacam-macam, misal saja dari minat bakat, penggunaan fasilitas perpustakaan, tingkat pendapatan orang tua dan lain sebagainya.
2. Hubungan Antara Variabel X2 dengan Y Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara ”Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010” diterima, karena rx2 y = 0,362 dan p = 0,046. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa (Y). Dalam penelitian ini seorang siswa dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang yang baik. Disiplim merupakan suatu ketaatan tindakan seseorang secara sadar terhadap semua peraturan tata tertib yang telah dibuat dan berlaku dalam organisasi baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku taat dan kepatuhan seseorang yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri untuk selalu mentaati segala peraturan dan tata tertib dimana dia mengabdikan diri dengan senang hati dan bukan karena adanya unsur- unsur paksaan dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
berbagai pihak. Kedisiplinan akan mudah dijalankan bila datang atas kehendak diri sendiri dengan sadar dan tanpa paksaan. Demikian pula dalam belajar diperlukan kedisiplinan agar dapat menunjang pencapaian prestasi belajar yang baik
3. Hubungan antara Variabel X1 dan X2 secara bersamaan dengan Y Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang cukup signifikan antara Kompetensi Guru dan Kedisiplinan Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah I Klaten Tahun Akademik 2009/2010 diterima, karena p = 0,117 dan F = 2,311. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup signifikan antara kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dengan prestasi belaajar. Kompetensi guru dan kedisiplinan siswa dalam belajar, bersama – sama untuk merubah tingkah laku siswa dalam rangka mencapai performa yang lebih tinggi. Kompetensi guru yang dimiliki serta kedisiplinan siswa dalam belajar akan mendorong siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis regresi dan korelasi yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Bahwa Kompetensi Guru (X1) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan Prestasi Belajar Siswa (Y) 2. Bahwa Kedisiplinan Siswa (X2) memiliki hubungan yang signifikan dengan Prestasi Belajar Siswa (Y). 3. Bahwa Kompetensi Guru (X1) dan Kedisiplinan Siswa (X2) memiliki hubungan yang cukup signifikan dengan Prestasi Belajar Siswa (Y).
B. IMPLIKASI Berdaasrkan pembuktian hipotesis di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: Kompetensi guru tidak berhubungan terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini tidak sepenuhnya mutlak, karena peneliti menyadari banyak kekurangn dalam melakukan penelitian ini. Faktor yang menyebabkan baik atau buruknya prestasi siswa tidak hanya ditentukan oleh guru. Variabel lainpun turut berhubungan dengan peningkatan prestasi. Seperti tingkat pendapatan dan pendidikan orang tua, teman bermain, minat bakat pada diri siswa juga perlu diperhatiakn untuk menunjang prestasi belajar siswa tersebut. Sedangkan untuk kedisiplinan siswa secara empiris memiliki hubungan dengan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu kedisiplinan pada diri siswa perlu ditingkatkan untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Sekolahpun perlu membuat peraturan-peraturan yang bisa menjadikan siswa mentaati peraturan tersebut, sehingga siswa akan dibiasakan bersikap disiplin terhadap peraturan yang ada, baik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rukmah tempat tinggal maupu di sekolah itu sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Secara empiris kompetensi guru dan kedisiplinan siswa berhubungan dengan keberhasilan siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Usaha peningkatan kedisiplinan siswa dapat dilakukan guru saat mengajar di kelas dengan turut menanamkan kedisiplinan melalui disiplin mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas hingga mengikuti ujian. Serta perlu ditingkatka pula kompetensi guru dan kedisiplinannya karena guru merupakan sorotan dan panutan bagi siswa. Bila guru dengan kompetensinya dan siswa dengan kedisiplinannya dalam mengajar bersama-sama dijalankan, maka prestasi belajar dapat meningkat.
C. SARAN Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan di atas penulis mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Bagi guru hendaknya lebih banyak mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan selalu meningkatkan kompetensi, sihingga siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik dan terus meningkat. b. Guru hendaknya dapat memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada siswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat antusisas dalam mengikuti pelajaran dengan senang dan penuh semangat. 2. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya mengetahui dan menyadari potensi yang dimilikinya, sehingga dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. b. Siswa hendaknya menyadari bahwa kedisiplinan adalah hal yang dapat mendukung terwujudnya prestasi belajar karena akan berdampak positif dalam proses pembelajaran. c. Siswa hendaknya menyadari arti penting pendidikan bagi dirinya sendiri dan masa depannya, dan mau mengikuti semua aturan yang telah ada dalam pendidikan untuk diterapkan pada segala sisi kehidupannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
3. Bagi Instansi Pendidikan a. Sekolah hendaknya lebih memperhat kan lagi perkembangan diri dan potensi dari masing-masing siswa demi mewujudkan tercapainya prestasi akademi yang maksimal. b. Sekolah hendaknya memperhatikan betul akan kompetensi guru yang ada di sekolah, hingga sekolah dapat menjadikan siswa lebih berprestasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
DAFTAR PUSTAKA
Amir Achsin. 1990. Pengelolaan Kelas dan Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: IKIP Bandung A. Samana. 1994. Pendidikan Moral Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Conseulo G. Sevilla, dkk. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Penerjemah Alimudin Tuwu. Jakarta: UI Cholid Narbuko & Abu Ahmadi. 2002. Metodologi Penelitian. jakarta: Bumi Aksara Donal Ary, dkk. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Penerjemah: Arif Furchan. Surabaya: Usaha Internasional Elisabeth B. Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Praktek Sepanjang Rentang Kehidupan. (diterjemahkan Isti Widayanti, dkk). Jakarta: Erlangga. . 1999. Perkembangan Anak, jilid 2. Jakarta: Erlangga Emile Durkheim. 1990. Pendidikan Moral Studi teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga Gerungan, W. A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco Gino,dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: UNS Press Gulo,W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Jalaluddin Rakhmat. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1998. Balai Pustaka Kartini Kartono. 1996. Pengantar Metode Riset Sosial. Bandung Remaja Rosdakarya Mardalis. 2002. Metode Penelitian Suatu bpendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
Masyhuri HP. 1990. Asas-Asas Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V. Buku III A Psikologi Pendidikan. 1985. Jakarta: Depdikbud Moh Nasir. 1999. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Mulyasa E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: P. Remaja Rosdakarya Piet, A Sahertian. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset Saifuddin Azwar. 1997. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar . 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Suciati & Prasetyo Irawan. 1994. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdikbud Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sogeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta: Pradya Paramita Sudjana. 2001. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada . 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grafindo Persada Sutratinah Tirtanagara. 2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Sutrisno Hadi. 1983. Statistik Jilid II. Yayasan penerbitan psikologi UGM. . 2001. Metode Research Jilid 1 & 2. Yogyakarta: Andi Offset . 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset .2004. versi IBM/IN seri SPSS Yogyakarta: UGM
Program Analisa Butir.
Undang-undang No 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Yahya Ganda. 2004. Petunjuk Praktis. Cara Mahasiswa Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Y. Singgih D. Gunarsa. 1992. Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia Zahara Idris dan Lisma Jamal. 1992. Pengantar Pendidikan 1. Jakarta: Gramedia Widyasarana Indonesia Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Karya
commit to user