PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) DARUSSU’ADA MAOSKIDUL TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Diajukan kepada IAIIG untuk melengkapi salah satu syarat Guna memeperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh: Nama : Ahmad Almuchali NIM : 062321644 Program Studi :Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI (IAIIG) CILACAP 2011
i
PENGESAHAN Skripsi Saudara Nama NIM Fakultas/Prodi Judul
: : : :
AHMAD ALMUCHALI 06 232 1644 Tarbiyah/PAI Prinsip-Prinsip Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajaran Fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul Tahun Pelajaran 2009-2010 Telah disidang munaqosahkan oleh dewan penguji Fakultas Tarbyah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap pada hari / tanggal : KAMIS, 24 PEBRUARI 2011 Dan dapat diterima sebagai pemenuhan tugas akhir maha siswa program Strata 1 (S.1) Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap. Cilacap, 01 Maret 2011 Dewan Sidang Ketua Sekretaris
Lumaur Ridlo, S.Psi. NIK. 951 001 116 Pengiji 1
Umi Zulfa, S.Ag, M.Pd. NIK. 951 011 089 Pengiji 2
Drs.Machfudin, M.Pd. NIK. 951 011 116
Rohmat, M.Ag, M.Pd. NIK. 951 011 096
Pembimbing
Ass. Pembimbing
Drs. H.M.Muchdir Ma’sum, Psi. NIK. 951 011 016
Toifur, S.Ag, M.Si NIK. 951 011 079
Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah
Lumaur Ridlo, S.Psi. NIK. 951 011 116
ii
Drs. H.M.Mucdir Ma’sum,Psi Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islsm Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap NOTA PEMBIMBING Cilacap, 14 Pebruari 2011 H a l : Skripsi Saudara Ahmad Almuchali Lamp : 4 Ekseplar Kepada Yth Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Di Cilacap
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya memeriksa dan mengadakan koreksi seperlunya atas skripsi saudara : Nama NIM Judul
: Ahmad Almuchali : 062321644 : ”PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI MI DARUSSU’ADA MAOSKIDUL TAHUN PELAJARN 2009/2010”
Saya berpendapat bahwa skripsi itu sudah dapat diajukan ke sidang munaqasah. Bersama ini kami kirimkan skripsi tersebut, semoga dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Drs. H.M.Muchdir Ma’sum,Psi NIK.951001016
iii
Toifur, S.Ag Msi Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islsm Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap NOTA PEMBIMBING Cilacap, 14 Pebruari 2011 H a l : Skripsi Saudara Ahmad Almuchali Lamp : 4 Ekseplar Kepada Yth Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Di Cilacap
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya memeriksa dan mengadakan koreksi seperlunya atas skripsi saudara : Nama NIM Judul
: Ahmad Almuchali : 062321644 : “PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI MI DARUSSU’ADA MAOSKIDUL TAHUN PELAJARN 2009/2010”
Saya berpendapat bahwa skripsi itu sudah dapat diajukan ke sidang munaqasah. Bersama ini kami kirimkan skripsi tersebut, semoga dapat segera dimunaqasahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Ass. Pembimbing
Toifur, S.Ag Msi NIK 951011079
iv
SURAT PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini Nama NIM Fak/Prodi Judul Skripsi
: Ahmad Almuchali : 062321644 : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam : ”PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN FIQH DI MI DARUSSU’ADA MAOSKIDUL TAHUN PELAJARN 2009/2010”
Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar orisinil atau asli buatan sendiri, tidak ada unsur menjiplak atau dibuatkan. Jika di kemudian hari ditemukan adanya indikasi salah satu unsur di atas, maka saya bersedia untuk dicabut gelar kesarjanaanya. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh dan tanpa ada unsur paksaan. Cilacap, 14 Pebruari 2011 Penulis Skripsi
Ahmad Almuchali NIM. 062321644
v
MOTTO
©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù öΝÎγøŠn=tæ (#θèù%s{ $¸≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏù=yz ôÏΒ (#θä.ts? öθs9 šÏ%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ ∩∪ #´‰ƒÏ‰y™ Zωöθs% (#θä9θà)u‹ø9uρ Artinya : Hendaknya/seyogyanyalah orang-orang itu khawatir jika
mereka
meningalkan keturunan yang lemah dan menghawatirkan sepeninggal mereka. Maka hendaknya mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS.An Nisa : 9)1
1
Al qur’an dan terjemah Departemen Agama RI tahun 1984
vi
PERSEMBAHAN Berkah rahmat Allah SWT skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis mempersembahkan skripsi ini kepada: 1. Bapak Ibu tercinta Yang telah melahirkan dan membesarkan. 2. Isteri dan anak-anak tercinta Yang selalu mendampingi dan memberikan motivasi kepada penulis. 3. Adik-adik penulis tersayang Yang selalu memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 4. Semua keluarga penulis Yang selalu memberikan motivasi dan doanya. 5. Seluruh teman-teman IAIIG Cilacap Yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
ا ا ا ا. ِ
ِم ا ِ َِ ا ِ آ ا وأا رب ا ا ./ ل,-وا ا ي أ.ت وا ) َر ِ ( ض و'& ا َ ر%ت وا ِ ا# ا ي ! ا ،ِرض%ت وا ِ ا# ا9: 7 وا ا ي.ً'َ / ِ 7 ْ&6 و،ب34 ا0 1/ ُ 1? ُ ا4 وه ا، ا
ucapan shalawat kepada nabi Muhammad SAW
sebagai penuntun umat, penulis telah menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif dalam Pembalajaran Fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul”. Dimasa yang akan datang anak merupakan jendela kehidupan penerus perjuangan kedua orang tua dan penerus peradaban umat manusia tentunya. Karenanya pendidikan anak adalah merupakan hal yang mesti diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya baik berupa pendidikan yang bersifat pengetahuan, kesehatan dan bahkan agama. Tiga hal tersebut merupakan kebutuhan vital bagi para anak menuju kedewasaan dan perkembangan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam, karenanya menjadi penting bagi orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak mereka dan memberikan kebutuhan dasar anak sebagai mana tersebut di atas. Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yamg telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih terutama kepada : 1. Drs.K.H. Nasrulloh Muchson selaku Rektor IAIIG Cilacap. 2. Lumaur Ridlo, S.Psi selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIIG Cilacap. 3. Drs. H.M. Mucdir Ma’sum, Psi selaku pembimbing satu. 4. Toifur, S.Ag Msi, selaku pembimbing dua.
viii
5. Bapak Mahmud Yunus, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussu’ada Maoskidul. 6. Ibu Asriyah, S.Ag selaku guru kelas lima MI Darussu’ada Maoskidul yang telah memberi ijin kepada penulis serta data-data yang dibutuhkan dalam penulisan sekripsi ini. 7. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini. Semoga amal baik mereka mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allaah AWT. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali kekurangannya, meskipun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk kesempurnaan penulisan kripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga apa yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini bisa berguna bagi peenulis dan pembaca. Amin
Cilacap, 14 Pebruari 2011 Penulis
Ahmad Almuchali
ix
ABTRAKSI
Dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti tentang prinsip-prinsip perkembangan kognitif dalam pembelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul, hal ini terinspirasi dari semakin banyaknya model pembelajaran yang ditawarkan oleh para ahli pendidikan dalam rangka maksimalisasi out put pendidikan di tiaptiap lembaga pendidikan formal, karena itulah penulis merasa perlu mengadakan penelitian untuk bisa mengetahui sejauh mana perkembangan kognitif diaplikasikan dalam pembelajaran fiqh. Dalam penelitian ini, penulis mengkategorikan penelitian sebagai penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penulis akan meneliti mengenai hal-hal yang bersifat kualitas dari sebuah pembelajaran. Terkait hal ini metode penelitian yang penulis gunakan diantaranya adalah dokumentasi yakni mengumpulkan beberapa hasil penelitian yang terkait langsung dengang penelitian penulis, maupun hasil penelitian yang dapat membantu terselesaikannya penelitian penulis. Sementara dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan metode analisis data kualitatif. Selama penulis melakukan penelitian, penulis menemukan bahwa pembelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul merupakan penyampaian informasi kepada peserta didik tentang pelaksanaan ibadah kepada Allah SWT secara benar yang materinya telah ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Materimateri yang diajarkan disesuaikan dengan tingkat kedewasaan peserta didik. Dengan demikian prinsip-prinsip perkembangan kognitif sangat sesuai dengan aplikasi pembelajaran fiqh di MI Maoskidul. Kata kunci
: Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif, pembelajaran fiqh
x
DAFTAR ISI Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Nota Dinas Pembimbing
iii
Pernyataan Keorisinilan Skripsi
v
Motto
vi
Persembahan
vii
Kata Pengantar
viii
Abstraksi
x
Daftar Isi
xi
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Definisi Operasional
5
C. Rumusan Masalah
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
8
E. Telaah Pustaka
9
F. Sistematika Penulisan Skripsi
11
BAB II LANDASAN TEORI
13
A. Perkembangan Kognitif
13
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
13
2. teori-teori Perkembangan Kognitif
17
B. Pembelajaran Fiqh
24
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh
xi
24
2. Tujuan Pembelajaran Fiqh
25
3. Materi Fiqh Tingkat Madrasah Ibtidaiyah
27
4. Kurikulum Pembelajaran Fiqh
27
5. Metode Pembelajaran Fiqh
31
C. Pembekajaran
fiqh
dan
Penerapan
Prinsip-prinsip
Perkembangan Kignitif
34
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
41
C. Obyek Penelitian
41
D. Subyek Penelitian
42
E. Teknik Pengumpulan Data
42
F. Teknik Analisis Data
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
45
1. Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif (Ide Jean Piaget)
45
2. Aplikasi Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajran Fiqh Kelas V MI Darusu’ada MAoskidul B. Pembahasan
46 55
BAB V PENUTUP
58
A. Kesimpulan
58
B. Saran-saran
58
C. Penutup
59
xii
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kehidupan bayi mulai membuat asosiasi antara informasi yang ia peroleh melalui matanya dan informasi yang ia terima melalui indera lainnya: menyentuh, mendengar, merasakan, mencium, dan bergerak. Informasi dari apa yang ia lihat dan lakukan terjaring ketika bayi sampai pada menyentuhnya. Sebelum bayi dapat menggunakan kata untuk berpikir atau mengekspresikan pikiran, mata memberi tangan tanggapan balik nonverbal yang mengatakan kepadanya, “Aku dekat dengannya, akau hampir meraihnya, aku mendapatkannya”, bayi juga mempelajari segala sesuatu yang dianggap mirip dan berfungsi maupun tujuan obyek dan tindakan. Ketika mereka melakukannya,
mereka
meningkatkan
keterampilan
visualnya
dan
memperbaiki keterampilan motoriknya. Mereka terus menjalani masa balita dan anak-anak untuk mengembangkan keterampilan visual-motoriknya, melalui aktivitas seperti menangkap bola, menggambar, menggunting dan menulis.1 Anak-anak juga mulai membuat asosiasi antara informasi yang melalui mata mereka dengan informasi yang datang melalui telinganya. Asosiasi
1
Carolyn Olivier, Reosemary F. Bowler, Cara Cerdas Melejitkan Kecerdasan, Inisiasi Press, Jakarta 2005, hlm 30.
1
pertama seperti banyak bayi mengenali wajah ibu bersama dengan suaranya. Kemudian ia dapat mengenali suara burung dan lain sebagainya.2 Perkembangan anak akan terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan pertumbuhan fisiknya. Semakin matang pertumbuhan anak, maka semakin matang pula perkembangan anak. Pada kondisi ini, anak sangat membutuhkan pola pengasuhan yang mendukung pada pertumbuhan dan perkembangannya. Diantaranya adalah lingkungan yang adaptif dan orang tua yang mengerti pola pengasuhan anak. Hal ini penting, sebab pola pengasuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tumbuh kembang anak termasuk pula dalam hal ini adalah kemampuan intelegensi anak. Menurut William Stern intelegensi ialah
kesanggupan
untuk
menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.3 Sementara Jean Piaget mendefinisikan intelegensi sebagai bentuk ekuilibirium (keseimbangan) kearah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan dan mekanisme sensorimotor diarahkan.4 Dari pengertian di atas, tergambar bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang kental terhadap perkembangan intelegensi seseorang, bahkan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain, kemampuan seseorang dalam memecahkan persoalan kehidupan yang menghampirinya,
2
Ibid. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosda Karya, Bandung 1991, hlm 56. 4 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kongitif Jean Piaget, Kanisius, Yogyakarta 2001, hlm 19. 3
2
serta memformulasikan hal baru dalam kehidupannya adalah sebagian dari peranan intelegensi yang ia miliki. Intelegensi bukanlah hal yang terjadi dengan tiba-tiba, menuju kearahnya memerlukan kematangan fisik dan intelektual. Oleh karenanya intelegensi mencangkup bagaimana seseorang beradaptasi secara biologis dengan lingkungannya, bagaimana seseorang menyeimbangkan antara kepentingan individual dengan lingkungan, perkembangan yang gradual, kegiatan mental, dan kompetensi.5 Ketika memasuki dunia sekolah, anak menghadapi banyak tugas baru yang mewajibkannya untuk memberi arti atas apa yang ia lihat. Beberapa tugas berdasar pada keterampilan visual yang anak kembangkan pada tahuntahun prasekolah, tugas lain mewajibkannya untuk menguasai keterampilan visual baru sehingga ia akan memahami hal-hal baru yang ia lihat. Tantangan pertama yang dimunculkan sekolah adalah kebutuhan untuk melakukan diskriminasi di sebuah lingkungan dimana banyak obyek yang tampak serupa. Untuk memasuki dunia baru ini, anak menghadapi sejumlah tuntutan praktis yang akan ia jalani dengan mudah ataupun dengan susah payah, tergantung pada kemampuannya untuk melakukan diskriminasidiskriminasi visual. Ia harus mampu menemukan kelas, loker, kotak makan siang, bis sekolah, dan mobil orang tuanya dilapangan parkir. Sebagaian besar obyek dalam kategori ini memiliki tampilan fungsi dan desain yang sangat mirip, namun demikian anak harus mampu melihat
5
Ibid, hlm 20.
3
perbedaan nyata antara bis sekolah sebagai contoh, dalam satu baris kendaraan yang hampir sama. Demikian pula dengan berbagai mata pelajaran yang diterima anak, banyak beberapa mata pelajaran yang awalnya anak hanya mengikuti saja apa yang disampaikan oleh gurunya, tanpa mengerti pelajaran apa yang sedang ia terima, apalagi sampai pada kemampuan untuk membedakan dan memahami antara satu pelajaran dengan pelajaran yang lain. Dalam keadaan seperti inilah intelegensi yang dimiliki dan dibantu pengembangannya oleh orang tua dan guru mempunyai peranan yang penting bagi
anak,
kemampuan
intelegensi
yang
kurang dapat
mengekang
perkembangan anak dan bahkan menyingkirkannya dari dunia pergaulan anakanak. Maka pantaslah ketika Allah SWT berfirman dalam surah an-Nisa ayat 9 yang artinya : Hendaklah orang-orang itu khawatir jika mereka meninggalkan keturunan yang lemah dan mengkhawatirkan sepeninggal mereka. Maka hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah SWT dan hendaklah mereka mengucapkan perkatan yang benar.6
Oleh karena itu sudah semestinya
intelegensi yang dimiliki anak mendapatkan perhatian yang cukup besar dari orang tua dan para guru tentunya. Berdasarkan hal ini penulis mencoba melakukan penelitian tentang “ Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajaran Fiqh Di MI Darussu’ada Maoskidul Tahun Pelajaran 2009/2010”.
6
Al qur’an dan terjemah Departemen Agama RI tahun 1984
4
B. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada maksud penelitian ini, maka kiranya penulis perlu menjelaskan bebera kalimat yang mungkin menimbulkan misinterpretasi, diantaranya: 1. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir” mencangkup kemampuan intelektual
yang lebih sederhana
yaitu
mengingat sampai pada kemampuan pemecahan masalah (problem solving). Hal itu menuntut murid untuk mampu menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.7 Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembanagn kognitif anak dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal.8 Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka yang penulis maksudkan dengan perkembangan kognitif adalah peningkatan kemampuan anak didik untuk menyelesaikan berbagai macam masalah yang hadir dalam kehidupannya, yang dimulai dari kemampuan sensorimotor, kemudian praoperasi, kemudian operasikonkret, kemudian operasional formal. Sensorimotor merupakan tahap paling awal perkembangan kognitif terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar umur 2 tahun. Pada tahan ini
7
Syafaruddin dan Irwan Nasution:2005:106 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius Yogyakarta, 2001, hlm 2689.
8
5
intelegensi anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seprti melihat, meraba, mendengar dan lain-lain.9 Praoperasi merupakan tahapan kedua yang dicirikan adanya fungsi semiotik, yaitu penggunaan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan obyek yang saat itu tidak berada bersama subyek. Cara berfikir ini diungkapkan dengan penggunaan bahasa pada masa anak berumur 2 tahun. Dengan adanya penggunaan simbol itu seorang anak dapat mengungkapkan dan membicarakan sesuatu hal yang terjadi.10 Operasi konkret merupakan tahap perkembangan kognitif yang ketiga dengan dicirikan adanya perkembanga sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Operasi ini bersifat reversibel artinya dapat dimengerti dalam dua arah, yaitu suatu pemikiran yang dapat dikembalikan kepada lagi. Dalam matematika sifat reversibel tampak pada operasi seperti penjumlahan (+), pengurangan (-), urutan (<), dan persamaan (=). Misalnya, bila A + B = C, dapat dibuat juga C - B = A.11 Operasi formal merupakan tahap terakhir perkembangan kognitif menurut Piaget, tahap ini terjadi sekitar umur 11 atau 12 tahun keatas. Pada tahap ini remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proporsi-proporsi dan hipotesis, dan
9
Ibid hlm 26 Ibid hlm 49 11 Ibid hlm69 10
6
dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu. Pada tahap ini logika remaja mulai berkembang dan digunakan.12 2. Pembelajaran Fiqh Pembelajaran adalah rangkaian perbuatan guru-murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual di kelas atau aplikasi dari perencanaan pembelajaran.13 Sementara yang penulis maksudkan dengan “fiqh” adalah mata pelajaran agama islam yang membahas tentang tata cara beribadah dengan Allah SWT, ibadah yang berkaitan dengan diri sendiri (makan minum dan lain sebagainya), ibadah yang berkaitan dengan orang lain.14 Dengan menggunakan beberapa pengertian tersebut, maka yang penulis maksudkan dengan pembelajaran fiqh adalah upaya yang dilakukan oleh seorang guru dengan berbagai macam kombinasi, untuk mencapai tujuan pembelajaran fiqh di kelas lima MI Darussu’ada Maoskidul yaitu pemahaman tentang makanan dan minuman yang halal dan yang haram, binatang yang halal dan yang haram dagingnya, manfaat makanan dan minuman yang halal, akibat makanan dan minuman yang haram, memahami ketentuan kurban dan memahami tata cara ibadah haji.
12
Ibid 88 Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Grafindo Litera Media, Yogyakarta, 2009, hlm 4. 14 Shalahuddin Fikry, Substansi Syariat Islam, Makalah Diskusi Publik, pada 1 Agustus 2010 di Masjid RSUD Banyumas. 13
7
3. MI Darussu’ada MI Darussu’ada adalah sekolah tingkat dasar yang berada di desa Maos Kidul kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Dari beberapa pengertian di atas, maka yang penulis maksudkan dengan
judul
“Prinsip-prinsip
Perkembangan
Kognitif
Dalam
Pembelajaran Fiqh di MI Darussa’ada Maoskidul Tahun Pelajaran 2009/2010” adalah fase-fase perkembangan (mengenai kemampuan anak didik
dalam
praoperasional,
mengembangkan operasional
kemampuan
konkret,
operasional
sensoris-motorik, formal)
untuk
mengetahui kemampuan anak didik dalam menyelesaikan permasalahan yang hadir dalam hidupnya yang di terapkan dalam mata pelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul kelas lima pada tahun pelajaran 2009/2010. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapatlah dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Ada berapa tahapan perkembangan kognitif? 2. Bagaimana perkembangan kognitif pada pembelajaran fiqh kelas V MI Darussu’ada Maos Kidul? D. Tujaun dan Manfaat Penelitian Diantara tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perkembangan kognitif menurut tahapannya. 2. Mengetahui tahapan perkembangan kognitif dalam pembelajaran fiqh kelas V MI Darussu’ada Maos Kidul.
8
Adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya adalah: 1. Menambah khasanah keilmuan kampus IAIIG Cilacap. 2. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis. 3. Memperkaya wacana pendidikan terutama pendidikan yang berkaitan dengan teori kognitif. E. Telaah Pustaka Penulis menemukan hasil penelitian yang hampir sama dengan topik bahasan penelitian penulis, diantaranya adalah: Menurut pendapat Blom (1956) dalam Ivor K. Devies, bahwa tujuan pembelajaran harus mengacu kepada tiga domain (kawasan pembinaan) untuk pengembangan pribadi anak, yaitu; kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penyusunan tujuan pembelajaran, guru berperan penting dalam memahami ketiga domain tersebut untuk dikonsep dalam perencanaan pengajaran yang disiapkan. (Ivor K. Devies:199:97) Kriteria keceerdasan apapun yang dianut-purposeful gropping atau pemeriksaan yang bertujuan pemahaman atau pendalaman tiba-tiba, kordinsai antara tujuan dan lain-lain, semua orang sepakat dalam mengakui telah eksisnya kecerdasan sebelum bahasa. Meskipun pada dasarnya bersifat praktis – bertujuan memperoleh hasil-hasil dari pada menyatakan kebenaran – kecerdasan ini bagaimanapun berhasil memecahkan berbagai masalah
9
tindakan (seperti meraih obyek-obyek yang jauh dan tersembunyi) dengan membangun sistem skema tindakan.15 Unsur biologis cukup jelas mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelegensi seseorang, berfungsinya suatu struktur organik atau jaringan tertentu dalam tubuh seseorang mempunyai pengaruh bagaimana ia mengembangkan
pemikirannya.
Misalnya
kordinasi
penglihatan
dan
pengertian akan bekerja pada umur empat setengah bulan. Keadaan organik untuk persepsi visual belum terwujud sampai retina seseorang berfungsi penuh.16 Menurut Kemp (1994) dalam Syafaruddin dan Irwan Nasution, meskipun domain pembelajaran dibagi kepada tiga bagian, para guru perlu mempelajari bahwa ketiganya memiliki hubungan yang erat dalam konteks tujuan yang akan dicapai. Satu tujuan utama pembelajaran dapat melibatkan satu atau bahkan semua domain pembelajaran. Sebagai contoh “Siswa terampil melaksanakan shalat”. Domain kognitif, psikomotor, dan afektif tentang shalat baik bacaan shalat, cara-cara dan rukun shalat terpadu dan seklaigus siswa meyakini dan memiliki sikap patuh melaksanakan shalat dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu biasanya tujuan dalam domain
15 16
Jean Piaget, Psikologi Anak, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hlm 6. Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius, Yogyakarta 2001 hlm 105.
10
kognitif terlebih dahulu dicapai yang selanjutnya akan memungkinkan tercapainya domain afektif dan psikomotorik.17 Dalam skripsi Khoridah, NIM 062321521, Institut Agama Islam Imam dengan
judul
“
Teori
Perkembangan
Kognitif
Jean
Piaget
Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran PAI Di SD Negeri 02 Purwokerto Lor Kecamatan Purwokerto Timur Tahun Pelajaran 2008/2009”. Skripsi ini memang membahas tentang teori perkembangan kognisi Jean Piaget, tetapi berbeda dengan penelitian penulis dalam lokasi penelitian dan obyek penelitiannya. F. Sistematika Penulisan Skripsi Dalam penelitian ini rencana penulisan skripsinya adalah sebagai berikut: Bab I gambaran umum skripsi yang berisi: Latar Belakang Masalah, Definisi Operasional, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II berisi kajian teori meliputi: Perkembangan Kognitif , Pembelajaran Fiqh Tingkat Madrasah Ibtidaiyah dan Implementasi Prinsipprinsip Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajaran Fiqh. Dalam bab ini penulis mengkaji tentang perkembangan kognitif dan pembelajaran fiqh tingkat Madrasah Ibtidaiyah secara umum.
17
Syafaruddin dan Irwan Nasution, 2005 :105
11
Bab III merupakan metode penelitian. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang cara kerja penelitian penulis. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini penulis menyajikan hasil penelitian dan pembahasan akan hasil penelitian berdasarkan kajian teori pada bab dua. Bab V Penutup. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan akan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, memberikan saran dan kata penutup.
12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Perkembangan Kognitif 1. Pengertian Perkembangan Kognitif Dalam psikologi Barat tidak ditemukan istilah pengembangan, tetapi yang ditemukan adalah istilah perkembangan. Perkembangan adalah sebuah pemaparan tentang kondisi manusia yang terus mengalami perubahan ketingkat yang lebih tinggi secara alami dan terus berputar ketingkat yang lebih tinggi secara alami dan terus berputar terjadi.1 Soetjiningsih mengatakan, bahwa perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungisnya.2 Sementara istilah kognitif menurut Monty P. Satiadarma, Fidelis E Waruwu, dan berasal dari kata cognition yang padannya knowing, yang berarti kemampuan berpikir.3
• 1 2 3
•
Rafi Sapuri, Psikologi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2009, hlm 107. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, EGC anggota IKAPI, Jakarta 1995, hlm 1. Monty P. Satiadarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor, Jakarta 2003, hlm 62. Dan Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm 58.
13
Dalam arti luas kognitif (kognisi) adalah perolehan, pemetaan dan penggunaan pengetahuan. Yang dimaksud dengan kognisi mencakup pengertian luas, mengenai tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Dari beberapa pengertian tersebut dapatlah penulis simpulkan bahwa perekembangan kognitif adalah optimalisasi dari otak manusia dalam hal berpikir.4 Menurut Monty P. Satiadarma perkembangan kognitif ini meliputi lima hal yakni5: 1) Perkembangan ingatan Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai umur empat tahun, selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas terbesar atau terbaik dan kuat jika anak berumur antara delapan sampai dua belas tahun, pada saat itu daya menghafal atau daya memorisasi dapat memuat hafalan sebanyak mungkin.6 Sebelum umur setengah tahun (0.6) anak pada umumnya belum mengenal benda disekitarnya secara hakiki, anak saat itu baru mengenal keadaan dan situasinya saja. Misalnya, seorang ibu menyodorkan sendok kepadanya, ia mengenal keadaan itu, tetapi ketika sendok ditaruh atau diletakkan di atas meja, anak sudah tidak mengenal benda itu lagi. Baru
•
4
Colin Rose, Accelerated Learning, Nuansa, Bandung, 2009, hlm 25. Monty P. Satiadarma dan Fidelis E Waruwu, Op Cit, hlm 63-66. 6 Ibid. 5
14
umur lebih dari setengah tahun anak pelan-pelan mulai mengenal lingkungannya.7 2) Perolehan informasi Kemampuan memperoleh informasi pada diri seseorang dilandasi oleh kepekaan sensoris (penginderaan) atau keoptimalan fungsi saraf untuk mengolah rangsang. Kepekaan sensoris dipengaruhi oleh aspek bawaan dan pelatihan. Sejumlah anak mempunyai kepekaan yang lebih tinggi dibanding dengan anak lainnya dalam hal kemampuan visual, pendengaran, perabaan dan sebagainya.8 Karenanya anak-anak yang memiliki kemampuan visual lebih baik, cenderung dapat membedakan warna daripada mereka yang mempunyai kemampuan visual kurang baik. 3) Proses berpikir logis Tahapan ini muncul antara usia enam sampai sebelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai9. Tahap berpikir logis ini dicirikan dengan pemikiran anak yang sudah berdasarkan logika tertentu dengan sifat reversibilitas dan kekekalan. Anak sudah dapat berpikir lebih menyeluruh dengan melihat banyak unsur dalam waktu yang sama. Pemikiran anak dalam banyak hal sudah lebih teratur dan terarah karena sudah dapat berpikir seriasi bahkan mengambil kesimpulan akan suatu tindakan. • 7
Ibid. Monty P. Satiadarma dan Fidelis E Waruwu, Op Cit, hlm 64. 9 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius Yogyakarta, 2001, hlm 70. 8
15
4) Intelegensi Dalam tahap ini, perkembangan pemikiran anak dapat dibedakan menjadi dua yakni; perkembangan formal yaitu perkembangan fungsifungsi pikir anak atau alat-alat pikir anak untuk dapat menyerap, menimbang, memutuskan, menuraikan dan lain-lain; perkembangan material yaitu perkembngan jumlah pengetahuan pikir oleh seorang anak itu dapat dimiliki dan dikuasainya. Contohnya, penguasaan tentang angka-angka, pendapat dan teorisasi.10 5) Perkembangan bahasa Pada ahir tahun pertama kelahiran anak dan menjelang awal tahun kedua, ada pertumbuhan dan perkembangan anak yang menonjol yakni mulai menunjukkan kemampuannya untuk dapat berjalan sendiri dan kemampuannya untuk dapat berbicara dan berbahasa.11 Awal perkembangan bahasa sebenarnya dapat diartikan sejak mulai adanya tangis pertama bayi, sebab tangis bayi dapat dianggap sebagai bahasa bayi atau anak. Dengan menangis bagi anak juga dapat sebagai upaya mengekspresikan kehendak jiwanya. Adapun penguasaan bahasa anak secara berangsur, anak akan mengikuti bakat serta ritme perkembangan yang dialami. Akan tetapi perkembangan tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan. William Stern dan Clara Stern mengtakan bahwa fungsi bahasa bagi seseorang adalah; sebagai aspek ekspresi untuk menyatakan kehendak •
10 11
Monty P. Satiadarma, Op Cit, hlm 64-66. Ibid hlm 59.
16
dan pengalaman jiwanya; aspek sosial (untuk mengadakan komunikasi dengan orang lain); aspek intensional (untuk menunjukkan atau membanggakan sesuatu).12 2. Teori-teori Perkembangan Kognitif Saat ini terdapat dua mazhab pemikiran utama mengenai hakikat kecerdasan (kognisi). Pertama, adalah aliran yang didukung oleh pesikologpsikolog seperti Eysenck, Galton, Jensen, dan Spearmen yang percaya bahwa semua kecerdasan berasal dari faktor umum yang dikenal sebagai ”g”. Kedua, adalah aliran yang didukung oleh Garner, Sternberg dan Thurstone, para psikolog ini berpikir bahwa ada lebih dari satu kecerdasan umum, atau dengan kata lain bahwa ada kecerdasan lain yang berbeda.13 Untuk aliran pertama atau mengenai teori satu jenis kecerdasan umum terdapat beberapa argumen kuat yang mendukungnya. Di antaranya bukti yang mendukung untuk satu kecerdasan umum adalah fakta bahwa ada bukti terhadap faktor umum yang tunggal yang mengatur tingkat kecerdasan dari seorang individu. Ini juga dikenal dengan keragaman positif (positive manifold) yang diperkenalkan oleh Spearman pada tahun 1904. Oleh karena itu ada sebuah korelasi yang kuat antara IQ dengan tugas-tugas kognitif sangat sederhana, yang mendukung teori satu kecerdasan umum.14 Spearman dalam Irina mengatakan bahwa dari hasil penelitiannya tentang mengatur banyak orang dengan jenis tes berbeda, menutupi •
12
Ibid. Irina, V. Sokolova, Kepribadian Anak, ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2008 hlm 164. 14 Ibid, hlm 165. 13
17
beberapa area berbeda dari kemampuan kognitif. Ketika dia menguji akibat dari tes berbeda ini, dia menemukan bahwa ada sebuah korelasi positif di antara tes-tes terhadap individu yang ditentukan. Dengan kata lain jika seseorang tertentu melaksanakannya dengan baik pada sebuah tes kemapuan verbal, maka orang yang sama juga akan melakukannya dengan baik pada tes lain mengenai kemampuan kognitif yang lain, misalnya sebuah tes matematika. Spearman menamakan korelasi positif di antara tes-tes tersebut sebagai keragaman psositif. Keragaman positif ini juga disebut sebagai faktor kecerdasan umum atau ”g”.15 Argumen kuat lain yang mendukung satu kecerdasan umum adalah fakta bahwa ada sebuah korelasi yang sangat kuat antara reaksi waktu dan IQ. IQ berkorelasi sangat kuat (8 ke atas tanpa korelasi dengan kelemahannya) dengan tes-tes yang pada dasarnya begitu sederhana atau bahkan secara langsung bersifat fisiologis yang mereka bisa pertimbangkan dengan kuat yang bersifat kognitif saat diterima indera.16 Misalnya contoh tentang jenis tes yang digunakan untuk mengukur reaksi waktu adalah tes dimana sebuah lampu dihidupkan. Peserta diminta untuk menekan tombol segera setelah lampu itu menyala. Dari tes seperti ini reaksi waktu dapat di ukur. Penentuan gerakan sensoris dan motoris yang sangat sederhana perlu ditanggapi, karena sangatlah sulit berargumen bahwa berbagai ketidaksesuaian lingkungan, budaya, gender, sosio-ekonomi, atau
•
15 16
Ibid hlm 166. Ibid.
18
pendidikan
akan
mempengaruhi
kemampuan
para
peserta
dalam
menanggapai pertanyaan para penguji.17 Dengan demikian, para psikolog di atas percaya bahwa kecerdasan bisa didefinisikan oleh sebuah faktor tunggal. Apakah faktor tunggal ini diistilahkan
keragaman
positif,
kecepatan
proses
saraf
atau
”g”,
kompleksitas pikiran manusia dan prosesnya bisa dikurangi menjadi sebuah faktor tunggal yang didefinisikan sebagai kecerdasan. Sementara untuk teori kecerdasan yang kedua yakni kecerdasan majemuk banyak dipelopori oleh Gardner dan Sternberg. Menurut Gardner mengenai kecerdasan majemuk bahwa ada tujuh macam kecerdasan yang berbeda. Yakni kecerdasan linguistik, musik, spasial, jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan logikan matematik.18 Menurut gardner, jika bisa ditemukan bahwa bagian otak tertentu bisa dipetakan tersendiri dengan pemfungsiann kognitif tertentu (A), maka pemfungsian kognitif itu bisa diisolasikan sebagai satu kecerdasan majemuk (B). Jika A maka B. Masih menurutnya, bahwa sekarang telah ditemukan bahwa bagian-bagian otak tertentu dapat dipetakan tersendiri dengan pemfungsian kognitif tertentu, seperti yang dibuktikan oleh kerusakan otak tertentu yang mengarah pada hilangnya fungsi kognitif tertentu. (Bukti dari A), karena itu kecerdasan majemuk (karena B).19 Teori Gardner mempunyai basis biologis yang sangat padat. Dua premisnya mempertimbangkan otak sebagai determinan fisik utama dari •
17
Ibid hlm 166. Howard Gardner, Multiple Intelegences, Interaksara, Jakarta 2003, hlm 36-47. 19 Ibid. 18
19
kecerdasan. Dengan mempelajari individu-individu yang mempunyai kerusakan bicara, kelumpuhan atau ketidakmampuan yang lain, Gardner bisa melokalisasikan bagian-bagian otak yang harus melaksanakan fungsi fisik tersebut. Dia mempelajari otak-otak dari orang-orang yang mengalami ketidakmampuan itu setelah meninggal dunia dan menemukkan bahwa ada kerusakan pada area-area spesifik, dalam perbandingannya dengan mereka yang tidak mempunyai kemampuan. Gardener menemukan tujuh area otak yang berbeda dan dengan demikian teorinya mengandung tujuh kecerdasan yang berbeda yang masing-masing dihubungkan dengan sebuah porsi spesifik dari otak manusia.20 Sementara teori kecerdasan yang dikembangkan oleh Sternberg yakni tentang triarkis, merupakan sebuah teori komprehensif dan lebih melingkupi, karena dia mempertimbangkan faktor-faktor sosial dan kontekstual sebagai bagian dari kemampuan manusia. Sternberg merasa bahwa teori-teori yang ada sebelumnya bukanlah tidak benar, tapi belum lengkap. Akibat teori tersebut, seperti teori Gardner mempertimbangkan kecerdasan kreatif atau musik. Akan tetapi sebagaimana kecerdasan yang enam dari teori Gardner, Sternberg mengklasifikasikannya menjadi dua jenis kecerdasan berbeda; kecerdasan analitis (akademis) dan praktis.21 Dua kecerdasan ini berbeda dan dijelaskan oleh Sternberg sebagai berikut: •
20 21
Ibid. Irina, Op Cit, hlm 167.
20
”Masalah-masalah analitis cenderung telah diformulasikan oleh orang lain, menjadi jelas terdefinisikan datang bersama dengan semua informasi yang dibutuhkan untuk memberikan solusinya hanya mempunyai suatu jawaban tunggal yang benar, bisa dicapai hanya dengan menggunakan metode yang tunggal, tidak diwujudkan dari pengalaman biasa, dan mempunyai minat instrinsik yang sedikit atau tidak ada sama sekali. Sedangkan masalah-masalah praktis cenderung membutuhkan pengakuan dan formulasi masalah yang lebih kabur didefinisikan membutuhkan pencarian informasi, mempunyai beragam solusi yang bisa diterima diwujudkan dalam dan membutuhkan pengalaman sebelumnya dan membutuhkan motivasi dan pelibatan personal”.22 Satu alasan mengapa teori Sternberg dirasakan begitu sangat di sambut gembira adalah bahwa dalam suasana kehidupan nyata, hal itu terbukti dengan sendirinya. Misalnya anak jalanan Brazil bisa matematika karena mereka harus tahu agar mereka bisa menjalankan bisnis jalanan mereka, akan tetapi mereka tidak mampu menyelesaikan kelas matematika di sekolah. Selain teori Gardner dan Sternberg tentang kecerdasan majemuk, ada juga teori lain, termasuk teori Thurstone dan Guilford, keduanya adalah pendukung teori kecerdasan majemuk. Thurstone menyatakan bahwa fungsi biologis dari kecerdasan adalah untuk melindungi organisme dari resiko jasmaniah dan untuk memuaskan keinginannya dengan kesempatan sedikit yang memungkinkan dalam merekam kegagalan terhadap lingkungan tersebut.23 Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa aliran teori-teori perkembangan kognitif pada saat ini hanya terbagi kedalam •
22 23
Irina, V. Sokolova, Op Cit, hlm 170. Ibid
21
dua aliran yakni aliran yang percaya bahwa perkembangan kognisi hanya tunggal yang di dukung oleh Eysenck, Galton, Jensen, Spearman dan lain sebagainya.
Selanjutnya
adalah
aliran
yang
mempercayai
bahwa
perkembangan kognisi tidaklah tunggal melainkan terdapat banyak atau (majemuk), aliran ini didukung oleh Gardner, Sternberg, Guilford, Thurstone dan lain sebagainya. Sementara menurut Jean Piaget perkembangan kognitif anak meliputi: a. Tahap Sensorimotor Pemikiran bayi termasuk kedalam pemikiran sensoris motorik, tahap sensoris motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira-kira berumur dua tahun. Selama tahap ini perkembangan mental ditandai dengan perkembangan pesat dengan kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan-gerakan dan tindakantindakan fisik. Dalam hal ini bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara
pasif
rangsangan-rangsangan
terhadap
alat-alat
indranya,
melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakni melaui gerak-gerak refleks. Pada akhir tahap ini ketika anak berusia sekitar dua tahun, pola-pola sensorik motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi suatu sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia dua tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benarbenar ada. Anak juga dapat menggunakan kata-kata sederhana, seperti
22
“mama melompat” untuk menunjukan telah terjadinya sebuah peristiwa sensoris motorik.24 b. Tahap Praoperasional Perkemabnagn kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia dua hingga tujuh tahun. Pada tahap ini dicirikan dengan pemikiran intuitif pada anak. Dengan perkembangan ini jelas bahwa intelegensi anak makin berkembang.25 Perkembangan kognitf tahap pra operasi dibagi menjadi dua bagian : 1. Umur 2 – 4 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis. 2. Umur 4 – 7 tahun dicirikan oleh perkembangan pemikiran intuitif.26
c. Tahap Operasional Konkret Pemikiran anak pada masa ini disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational
thought).
Menurut
Piaget
operasi
adalah
hubungan-hubungan logis diantara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek atau peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.27 •
24
Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius Yogyakarta, 2001, hlm 2627. 25 Ibid hlm 49. 26 Ibid hlm 49 27 Ibid hlm 70.
23
d. Tahap Operasional Formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.28 Dengan demikian, menurut Piaget bahwa bayi pasti akan melewati masa
perkembangan
kognitif
dimulai
dari
masa
sensorimotor,
praoperasional, operasional formal dan operasional konkret. B. Pembelajaran Fiqh
1. Pengertian Pembelajaran Fiqh Pembelajaran adalah rangkaian perbuatan guru-murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual dikelas atau aplikasi dari perencanaan pembelajaran.29 Dalam konteks ini dapatlah dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu aktivitas untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subyek belajar, dalam konteks ini guru berperan sebagai penjabar, penerjemah bahan tersebut supaya dimiliki siswa. Dalam pembelajaran guru tidaklah dapat memaksakan kehendaknya kepada murid agar ia dapat cepat memahami akan materi pelajaran yang •
28 29
Ibid hlm 88-89. Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Grafido Litera Media, Yogyakarta, 2009, hlm 4.
24
diberikannya, melainkan guru mesti membimbing dan mengarahkan jasmani dan rohani anak didikan agar ia dapat memahami materi sesuai dengan kemampuan anak didik. Bagaikan tukang kebun yang menanam bibit pada satu lahan, bibit tersebut akan tumbuh dengan alami sesuai kekuatan yang ada dari dalam dirinya, ada yang mengalami percepatan dalam pertumbuhan, ada yang lambat, ia tidak dapat memaksa agar tanaman tersebut cepat tumbuh berkembanga apalagi berbuah. Jadi pembelajaran bukanlah upaya pembiasaan dari seorang guru kepada anak didiknya, bukanlah upaya pemaksaan dari guru kepada anak didiknya, melainkan pembelajaran adalah upaya sistematis dari guru kepada anak didiknya untuk membantunya memahami materi pelajaran. Dalam konteks ini jika kita kaitkan dengan pengertian fiqh yang dijelaskan oleh Abi Suja’, adalah ilmu syari’at (ajaran agama Islam) yang diambil dari dalil secara terperinci,30 maka pembelajaran fiqh adalah upaya sadar yang dilakukan oleh guru (pendidik) terhadap anak didik untuk membantunya dapat memahami ilmu syari’at (ajaran agama Islam) secara menyeluruh dan membantunya untuk dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Tujuan Pembelajaran Fiqh Fiqh adalah bagian dari pendidikan agama Islam, tujuan pembelajaran fiqh secara umum tidak jauh berbeda dari tujuap pendidikan Islam, yakni kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil yaitu •
30
Abi Suja’, Fathal Qorib, Maktbah Hidayah Semarang, hlm 1-2.
25
manusia yang utuh jasmani dan rohani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan ajaran Islam dan mengembangkannya dalam segala aspek kehidupan.31 Arifin berpendapat bahwa orientasi pendidikan Islam adalah iman dan taqwa yang menjelma dalam seluruh aspek kehidupan.32 Misalnya adalah beriman akan kewajiban shalat, maka ini sama arti dengan beriman tidak melakukan praktik riba. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam adalah perilaku positif yang diawali dari keimanan yang sungguh-sungguh dan diteruskan dengan pengamalan atau realisasinya dalam kehidupan. Namun demikian, lebih gamblang telah dikatakan oleh Ibnu Qasim, bahwa pembelajaran fiqh bertujuan agar seseorang dapat beribadah secara benar berdasarkan ketentuan yang diambil dari dasar hukum secaa rinci.33 Penulis menggaris bawahi bahwa yang dimaksudkan beribadah secara benar oleh Ibnu Qasim adalah ibadah yang hubungannya langsung dengan Allah SWT sang pencipta misalnya shalat, zakat, puasa, haji, jihad; yang hubungannya dengan dirinya sendiri misalnya makan, minum, dan berpakaian secara halal dan baik; hubungannya dengan sesama misalnya jual beli, mudharabah, syirkah dan lain sebagainya. •
31
Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.hlm 30 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm 7. 33 Ibnu Qasim, Bajuri, Maktabah Hidayah, hlm 1-3. 32
26
Jad tujuan daripada pembelajarn fiqh adalah agar manusia dapat berperilaku dengan benar dalam beribadah yang berhubunga langsung dengan Allah SWT, berhubungan dengan dirinya, berhubungan dengan sesamanya berdasarkan dalil yang terperinci dari al-Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas.
3. Materi Fiqh Tingkat Madrasah Ibtidaiyyah Berdasarkan surat edaran dari Departemen Agama, materi fiqh tingkat Madraah Ibtidaiyah adalah sebagai berikut34: Lihat lampiran
4. Kurikulum Pembelajaran Fiqh Kurikulum menurut PP Nomor 19 tahun 2005 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Hasan
Langgulung
mengatakan
kurikulum
adalah
sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan diluar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.35
•
34 35
KTSP MI Darussu’ada tentang materi PAI tahun 2009/2010. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, al-Husna Zikra, Jakarta, 1995, hlm 145.
27
Ngalim Purwanto mengatakan, kurikulum meliputi segala aspek kehidupan dan lapangan hidup manusia dalam masyarakat modern ini yang dapat dimasukkan ke dalam tanggung jawab sekolah, yang dapat digunakan untuk mengembangkan pribadi murid serta memberi sumbangan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.36 Dari beberapa pengertian tersebut di atas, maka kurikulum dapatlah penulis katakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi matari, tujuan, metode, dan evaluasi yang mana kurikulum ini bersifat umum, dapat dipakai dalam pembelajaran materi apapun, tidak terkecuali materi fiqh. Dalam perkembangannya kurikulum mengalami perubahan yang pesat. Di antaranya yang sedang berjalan saat ini kebanyakan di dunia pendidikan adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum Tngkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dapat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik paserta didik.37 Departemen Pendidikan Nasional mulai tahun pelajaran 2006/2007, meluncurkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut Kurikulum 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
•
36
37
Ngalim Purwanto, Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm 1. E Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Remaja Rosdakarya, Bandung,. 2007, hlm 8.
28
memberikan keleluasaan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar.38 Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP) disusun
dan
dikembangkan berdasarkan undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat (1), dan (2) sebagai berikut : (1) Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Secara tidak langusng model kurikulum ini menuntut kreativitas untuk menyusun model pendidikan yang sesuai dengan kondisi lokal, sebab guru dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) memiliki kewenangan untuk menyusun kurikulum sesuai dengen kebutuhan tingkat pendidikan sekolah dia tempat mengajar. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada Dewan Perwakilan Daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga kependidikan, perwakilan orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah •
38
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (manajemen pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya). Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hlm 94.
29
berdasarkan
ketentuan-ketentuan
tentang
pendidikan
yang
berlakuselanjutnya komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai implikasinya terhadap programprogram kegiatan operasional untuk mencapai tujuan sekolah.39 Jadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah Kurikulum yang di susun dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan potensi, karakteristik dan sosial budaya masyarakat dan peserta didik dengan berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan. Dalam pemberjalanannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki prinsip dan kakarakteristik yang khas. Sepertimana yang dikatakan oleh Masnur Muslich berikut ini:40 a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. b. Beragam dan terpadu. c. Tanggap terhadap perkembangan ipteks. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan. f. Belajar sepanjang hayat. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. h. Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan i. Partisipasi masyarakat dan orang tua yang tinggi •
39 40
E. Mulyasa, Op Cit, hlm 21. Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm11.
30
j. Kepemimpinan yang demokratis dan profesional k. Tim kerja yang kompak dan transparan 5. Metode Pembelajaran Fiqh Orang dapat melakukan tugasnya dengan cara meniru dari apa yang telah dilakukan orang lain, atau mengikuti cara yang lazim dilakukan. Keadaan demikian akan membuatnya mengalami kegagalan, sebab ia tidak mempunyai metode yang serasi dengan tugas yang dikerjakannya. Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan, ia merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana41. Dalam terminologi yang lain dijelaskan secara etimologi, istilah metodologi berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata metodos yang berarti "cara" atau "jalan", dan logos artinya "ilmu". Sedangkan, secara semantik metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.42 Dengan demikian, karena metode merupakan sebuat tatanan cara atau jalan untuk meraih tujuan tentunya ini dapat disesuaikan dengan tujuan daripada
pembelajarannya.
Berdasarkan
tujuan
pembelajaran
fiqh
sebagaimana di atas, maka metode yang dapat digunakan di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Metode ceramah •
41
Zakiah Darajat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm 2. 42 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta Bumi Aksara 2008 hlm. 65
31
Metode ceramah adalah tekhnik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai para guru disekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru didalam kelas, peran
murid
memperhatikan,
disini
sebagai
mencatat
penerimaa
pesan,
keterangan-keterangan
mendengarkan, guru
bilamana
diperlukan.43 Metode ceramah bisa dipakai oleh guru dalam menyampaikan pesan dimuka kelas atau diluar kelas, baik pesan yang disampaikan berupa teori atau fakta, jumlah siswanya tidak terlalu banyak, dan guru merupakan pembicara yang baik dan berwibawa. Dengan metode ceramah guru dapat mengoptimalkan pesan yang disampaikannya dan dapat mengefisienkan waktu penyampaian materi, demikian pula memberikan motivasi belajar kepada siswanya. Namun demikian seirngkali guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi pelajaran, siswa mengalami kepasifan dalam menyimpulkan materi pelajaran yang diberikan guru, dan tidak jarang metode ceramah kadang membosankan bagi beberapa siswa.
b. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah suatu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan dalam menyampaikan pelajaran. Ini
•
43
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat press, Jakarta 2002, hlm 34
32
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah disampaikan.44 Metode ini pas sekali digunakan untuk mendampingi metode ceramah, sebab dalam ceramah yang diberikan oleh guru, bisa jadi masih tersisa beberapa murid yang tidak memahami akan materi yang diberikannya, maka dengan metode tanya jawab ini dapat membantunya untuk memahami materi tersebut.
c. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peraga untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan seuatu kepada anak didik.45 Metode ini dapat pula digunakan untuk memberikan gambaran secara detail mengenai materi pelajaran yang berhubungan dengan hal-hal teknis, misalnya materi shalat, wudlu, tayamum dan lain sebagainya. Namun demikian, terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan metode demonstrasi yaitu; a) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang dianggap penting oleh guru dapat diamati dengan tajam. b) Perhatian anak didik akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan, jadi proses belajar anak didik akan akan lebih
•
44 45
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara Jakarta 2008, hlm 307 Ibid, hlm 296
33
terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain. c) Apabila anak didik sendiri ikut aktif dalam percobaan demonstrasi, maka mereka akan memperoleh pengalaman yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapan.46
C. Pembelajaran Fiqh dan Penerapan Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif Anak memiliki hukum-hukum perkembangannya sendiri, dan jika kita ingin membantunya tumbuh maka bantuan tesebut berupa upaya mengikuti hukum-hukum
perkembangan
anak,
bukannya
memaksakan
hukum
perkembangan kita kepada anak. Misalnya ketika kita berkeinginan untuk mengajak jalan-jalan kepada anak, maka dalam hal ini kita mesti memahami bahwa anak tidak hanya berjalan dengan tungkainya tetapi anak juga berjalan menggunakan matanya, sedang sesuatu yang memikat hatinya adalah hal-hal menarik yang dilihatnya, pada saat ia menemukan seekor domba yang duduk memakan rumput ia duduk didekatyanya untuk mengamati, tidak lama kemudia ia bangkit dan bergerak cukup jauh untuk melihat sekuntum bunga, menciuminya lantas memandang pohon dan mendekatinya, berjalan mengitarinya beberapa kali, kemudian duduk untuk mengamatinya.
•
46
Ibid.
34
Dengan cara inilah anak bisa saja berkelana dalam jarak berkilo-kilo, perjalanannya terputus oleh periode istirahat dan pada saat yang sama penuh dengan temuan-temuan baru. Jika penghalang tertentu merintangi jalannya misalnya, beberapa runtuhan batu atau pohon yang tumbang maka kebahagiannya cukup sudah. Itulah masa perkembangan dan pertumbuhan anak, dimana ia banyak mempelajari hal-hal yang belum dikenalnya dan sebagai orang tua yang baik tentunyan tidak memaksakan perkembangan anak sesuai dengan kemauan kita, akan tetapi ikutilah irama perkembangan anak dengan seksama dan jelaskan hal-hal yang baik kepadanya dengan bahasa dan gaya anak, bukan dengan menggunakan gaya dan bahasa orang dewasa. Itulah dunia anak, dimana dalam dunia mereka terjadi banyak perkembangan terutama mengenai aspek kognisi. Dalam tahap perkembangan ini anak perlu mendapatkan dukugan dari orang tua berupa kebutuhan primer, pangan, sandang, dan perumahan serta kasih sayang, perhatian, penghargaan terhadap dirinya dan peluang mengatualisasikan dirinya. Dukungan tersebut dari orang tua atau pihak yang telah dewasa penting untuk didapatkan anak, sebab dalam masa perkembangannya anak melewati masa perkembangan ingatan, perolehan informasi, perkembangan penalaran logis dan intelegensi.47 Perkembangan ingatan ini dilalui anak pada masa usia nol sampai berusia dua tahun, pada masa ini sebaiknya orang tua memberikan fakta-fakta yang berguna ketika ia telah dewasa. Misalnya, dalam ajaran Islam lebih •
47
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E Waruwu, Op Cit, hlm 63-64.
35
khusus dalam bidang keilmuan fiqh telah jauh di ajarkan bahwa pada waktu anak dilahirkan supaya orang tua mengumandangkan adzan di telinganya yang kanan dan mengumandangkan iqomat ditelinganya yang kiri, maksud dari pada dilakukan hal ini adalah agar anak dapat selalu teringat dengan rangsangan awal yakni suara panggilan untuk beribadah, sehingga dapat membentuk skema awal dalam otak anak yang mana diharapkan akan menuntun anak untuk melakukan ibadah dalam hal ini adalah shalat, ketika anak mendengarkan kumandang adzan dilain waktu. Pada usia ini, juga merupakan perkembangan saraf motorik yang cepat, anak banyak memerlukan latihan pengamatan melalui penglihatan, pendengaran, serta geraknya.48 Karena itu dengan disyariatkannya kumandang adzan pada telinga kanan anak ketika ia baru dilahirkan dan iqomat pada telinganya yang kiri ini dapat mempertajam ingatannya melalui pengamatan pendengaran, dan bahkan di syariatkannya tahniq (mengunyahkan kurma atau semisalnya kemudian di oleskan kelangit-langit mulut bayi),49 dapat memberikan rangsangan kepada anak sehingga ia menggerak-gerakkan mulutnya, dengan proses ini syaraf motorik anak akan mudah tumbuh dan berkembang. Inilah salah satu relevansi di syariatkannya adzan, iqomah dan tahnik pada anak yang baru lahir yang pada kenyataan dapat membantu anak untuk menumbuhkan dan mengembangkan saraf motoriknya, dan disinilah relevansi dari ajaran Islam dalam hal ini adalah fiqh, yang mana jika ajaran ini diterapkan Insya Allah akan berakibat kebaikan untuk anak dan orang tuanya, •
48 49
Yufiarti dkk, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta, ISBN, 2008, hlm 49. Al-Maghribi bin Sain al-Maghribi, Begini Seharusna Mendidik Anak, Jakarta, Darul Haq, 2008, hlm 103.
36
yakni misalnya orang tua dengan melakukan dua tiga hal tersebut pada anak yang baru lahir ia mendapatkan pahal sunnah, sementara hal tersebut bagi anak dapat merangsang dan menumbuhkan saraf motoriknya. Pada tahun kedua hingga tahun kelima dari kelahiran anak (masa pra sekolah), merupakan masa pra operasional, yang ditandai dengan sikap keras kepala anak dan asyiknya ia dengan dunia fantasi. Pada masa ini secara tak sadar anak menemukan akunya dan sangat bersifat egosentris.50 Dengan demikian pada tahapan ini yang dibuthkan anak adalah bagaimana agar sifat egosentrisnya dapat diakui oleh orang lain dan bagaimana memahamkan kepadanya bahwa diluar dirinya terdapat orang lain yang juga mempunyai perasaan dan pemikiran yang tidak jauh berbeda. Karena itu dalam fiqh telah diajarkan bahwa pada usia ini anak supaya diperkenalkan dengan masalah keimanan dan etika serta pengenalan rukun Islam secara bertahap dan melakukan pembiasan yang paling mungkin terhadap anak, misalnya anak dikutsertakan shalat berjamaah dengan orang tua, anak diikutkan dalam kegiatan-kegiatan keagaman dan yang paling penting adalah anak diperkenalkan dengan lingkungannya bahwa di balik keindahan alam semesta serta isinya terdapat pencipta yang Agung yakni Allah SWT.51 Dengan pembiasaan tersebut lama-kelamaan sifat egosentris anak yang tinggi anak menurun dan bahkan dapat berubah menjadi sifat yang terpuji, sebab dengan penjelaan yang gamblang dari orang tua mengenai eksistensi Allah SWT sebagai pencipta makhluk, etika, dan hubungan manusia •
50 51
Yufiarti, Op Cit, hlm 49. Niesha, Etika Fiqh Dalam Mendidik Anak, makalah, hlm 1-2.
37
sesamanya dan dengan Allah SWT anak akan semakin mengerti bahwa ia di bumi ini tidak hidup sendirian melainkan hidup bedampingan dengan orang lain sebagai sama-sama makhluk Allah SWT yang mempunyai kewajiban sama yakni untuk tunduk dan beribadah kepadanya, karena itu diperlukan sikap saling menghormati dan saling mengingatkan. Inilah relevansi dari pembelajaran fiqh yang diterima anak pada usia pra sekolah, setiap orang tua berkewajiban memberikan pembelajaran tersebut kepada anak-anaknya tanpa pilih kasih bahkan setiap pendidik berkewajiban memberikan pembelajaran tersebut kepada setiap anak didik, sebab mereka semua adalah generasi penerus Islam di masa yang akan datang, dan melakukan pemebelajaran fiqh kepada anak merupakan tanggung jawab orang tua kepada anak atau tanggung jawab pendidik kepada anak didiknya. Pada usia sekolah (operasional konkret), yakni antara usia enam tahun sampai dua belas tahun
anak sudah mampu menyesuaikan diri dengan
lingkunganya. Masa ini juga disebut masa pemantapan intelektual karena pada umur ini ia haus pengetahuan meski cara berpikirnya masih bersifat holistik namun ia sudah dapat memahami sebab akibat.52 Karenanya dalam fiqh, pada masa usia ini anak sudah diperintahkan untuk melakukan rukun Islam secara mandiri misalnya puasa dan shalat tanpa menunggu perintah atau instruksi, atau ajakan dari orang tuanya. Anak juga mulai diberikan pemahaman tentang berbagai disiplin keilmuan yang mendukung dalam pelaksanaan ibadah mahdzah, seperti tata cara bersuci, •
52
Yufiarti, Op Cit, hlm 50.
38
berwudlu, melakukan shalat dan lain sebagainya, bahkan ketika usia anak telah memasuki sepuluh tahun akan tetapi ia tidak melakukan shalat maka orang tuanya diperkenankan untuk memberikan pukulan yang tidak membahayakan kepada anak sebagai peringatan akan kelalaiannya.53 Upaya-upaya tersebut terus dilakukan orang tua hingga anak menjadi dewasa (operasional formal), dan pada saatnya telah dewasa maka dalam ajaran fiqh orang tua supaya memberikan pemantapan keilmuannya dalam masalah keimanan, ‘ubudiyah, akhlak, jasmani rohani, seksual, pengetahuan dan teknologi dan lain sebagainya, sebab hal tersebut merupakan hak bagi anak dan kewajiban bagi orang tua.54Dan bahwa dalam usia ini anak juga sudah matang dalam penalarannya sehingga materi tersebut dapat diterima anak dengan baik seiring penjelasan dan penyampaian materi yang baik pula. Demikian kita melihat kesesuaian antara pembelajaran fiqh dan perkembangan kognisi pada anak, diharapkan dengan pembelajaran fiqh yang telah diterima anak sejak ia dilahrikan hingga dewasa akan menuntunnya menjadi manusia yang dewasa mampu memahami kewajiban manusia terhadap sang Pencipta manusia. Terutama bagi siswa – siswa kelas lima Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darusssu’ada Maoskidul sebagai salah satu subyek penelitian penulis mengenai prinsip-prinsip perkembangan kognitif yang diterapkan dalam pembelajaran fiqh. Tidak kalah penting bagi kita semua harus bisa berusaha •
53
Nawawi al-Jawi, Riyadul Badi’ah, Pustaka ‘Alawiyah, Semarang, bab taharah, wudlu dan shalat. 54 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, Pustaka Amani, Jakarta, 2007, hlm 165-607.
39
semaksimal mungkin untuk mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan judul penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Dikatakan sebagai penelitian lapangan atau (field reseach) karena data pokok dalam penelitian ini bukan diambil dari buku melainkan dari lokasi penelitian. Sedangkan data yang di dapatkan dari lokasi penelitian adalah data kualitatif, karenanya pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di MI Darussu’ada Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah selama lima bulan, yakni dari bulan April sampai dengan Juni 2010.
C. Obyek Penelitian Dengan mengamati judul pada penelitian ini yakni tentang teori perkembangan kognitif Jean Piaget dan aplikasinya dalam pembelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maos Kidul tahun pelajaran 2009/2010, maka obyek pada penelitian ini adalah aplikasi perkembangan kognitif dalm pembelajaran fiqh tahun 2009/2010 di MI Darussu’ada Maos Kidul.
41
D. Subyek Penelitian Berdasarkan obyek dalam penelitian ini maka subyek dalam penelitian ini adalah: a. Guru mata pelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maos Kidul. b. Siswa Kelas Lima (V) MI sebagai peserta didik. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam
pengumpupulan
data
penulis
menggunakan
metode
diantaranya: a. Observasi Metode observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki dengan seluruh alat indera dan penelitian secara langsung kelapangan.1 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data terkait obyek dalam penelitian ini secara langsung dari subyek penelitian (guru dan siswa) pada waktu pembelajaran fiqh sedang berlangsung. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua orang yaitu pewawancara (yang memberikan pertanyaan) dan terwawancara (yang memberikan jawaban).2
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Sutau Pendekatan Praktek, Jakarta:Rineka Cipta, 1998, hlm146. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Anggota IKAPI 2008, hlm 194.
42
Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data terkait aplikasi perkembangan kognitif pada mata pelajaran fiqh di MI Darussa’ada dari subyek data yakni guru dan siswa. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.3 Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data terkait obyek penelitian dari sumber data yang berupa buku, legger, makalah, notulen, dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisis Data Setelah penulis mendapatkan data yang dibutuhkan, langkah selanjutnya penulis menganalisa data tersebut untuk disimpulkan sebagai hasil penelitian. Adapun langkah dalam menganalisis data, penulis menggunakan tekhnik analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.4
3 4
Ibid, hlm 236. Lexy, J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung 2007, hlm 248.
43
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, terkumpul semuanya, kemudian penulis mengklasifikasi data tersebut berdasarkan kategorinya dan kemudian menyusunnya secara sistematis, kemudian penulis mencoba mendapatkan data yang penting dan terkait dengan obyek penelitian, setelehanya data tersebut disusun kembali sebagai hasil penelitian penulis.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Pemikiran Jean Piaget Tentang Perkembangan Kognitif Dalam pandangan Piaget tahap-tahap perkembanagn kognitif anak dibedakan atas empat tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Dari keempat tahapan tersebuut penulis akan membahas satu tahapan yaitu tahapan operasional formal.1 Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.2 Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada gradasi abu-abu di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
1 2
Paul Suparno Teori Perkembangan KognisiJean Peaget, Kanisius, Yogyakarta 2001, hlm 26-89 Ibid, hlm 88-89.
45
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.3 Tidak semua orang sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasianal konkrit. 2. Aplikasi
Teori
Perkembangan
Kognitif
Jean
Piaget
Dalam
Pembelajaran Fiqh Kelas V di MI Darussu’ada Maos Kidul a. Materi Fiqh Kelas V MI Darussu’ada Maos Kidul Berdasarkan wawancara dengan guru materi pelajaran fiqh kelas lima MI Darussu’ada Maos Kidul, yakni Ibu Asriyah, S.Ag, diperoleh keterangan bahwasanya materi fiqh kelas V (lima) MI Darussu’ada Maos Kidul meliputi: makanan halal dan haram, minuman halal dan haram, manfaat mengkonsumsi makanan dan minum yang halal, bahaya mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram, qurban dan ibadah haji. Sementara buku-buku yang digunakan sebagai acuan materi tersebut adalah buku fiqh yang sesuai dengan permenag RI no 2 tahun 2008 dan buku pendamping buku pelajaran yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Kabupaten Cilacap.4 Disamping materi pembelajaran yang mengacu pada permenag RI no 2 tahun 2008, MI Darussu’ada Maoskidul juga menambah pembiasaan
3 4
Ibid. Hasil Wawancara Dengan Guru Fiqh ( Ibu Asriyah, S.Ag ) Kelas Lima MI Darussu’ada Maos Kidul pada 6 April 2010
46
amaliah ibadah yang tidak kalah pentingnya. Penambahan kegiatan ini atas usulan dari berbagai pihak diantaranya komite dan dewan guru yang disampaikan pada saat penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Setiap guru yang mengajar di MI Darussu’ada Maoskidul harus mengetahui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata pelajaran. Seperti halnya materi mata pelajaran fiqh seluruh Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) semuanya sudah tertuangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).5 Baik materi pokok atau pembiasaan keduanya berjalan bersama sesuai dengan alokasi waktu yang telah diatur dalam kurikulum. Agar semua materi bisa disampaikan dengan baik maka guru selalu menyiapkan Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP).
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) ini merupakan salah satu alat evaluasi baik bagi guru ataupun kepala Madrasah untuk melihat sejauh mana materi pembelajaran (fiqh) ini disampaikan kepada siswa. Makin baik kualitas Rencana Plaksanaan Pembelajaran (RPP) makin baik pula hasil pembelajarannya. Sehingga Kepala Madrasah selalu menegur setiap guru yang tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5
Hasil Wawancara Dengan Guru Fiqh ( Ibu Asriyah, S.Ag ) Kelas Lima MI Darussu’ada Maos Kidul pada 6 April 2010.
47
TABEL 1 Materi Fiqh MI Darussu’ada Kelas V Materi
Alokasi Waktu
1) Makanan, Minuman Yang Halal dan Yang Haram 2) Manfaat Makanan
Mengkonsumsi dan
Minuman
Yang Halal 3) Bahaya
2
x 35 menit dalam satu minggu
Mengkonsumsi
Maknan dan Minuman Yang Haram 4) Qurban 5) Ibadah Haji 6) Pembiasaan (sholat dhuha Sholat dluha setiap hari dan sholat dzuhur) berjamaah Sholat dhuhur setiap senin – kamis 7) Berjabatan
tangan
dengan Setiap hari
guru setiap hari
b. Tujuan Pembelajaran Fiqh Kelas V MI Darussu’ada Maos Kidul Berdasarkan wawancara guru fiqh kelas lima, tujuan pembelajaran fiqh kelas lima di MI Darussu’ada Maos Kidul adalah: 1) Untuk mengetahui dan melaksanakan hukum islam baik yang ibadah ataupun muamalahnya
48
2) Untuk dapat mengamalkan ketentuan hukum islam baik yang hablum minallah, hablum minannaas ataupun hablum minal ‘alam atau hidup keberagamaan, hidup kebersamaan ataupun hidup kemitraan.6 c. Metode Pembelajaran Fiqh Kelas V MI Darussu’ada Maos Kidul Metode pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi fiqh kelas lima di MI Darussu’ada Maos Kidul adalah menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan demonstrasi.7 Ketiga metode ini sering kali digunakan oleh guru mata pelajaran fiqh. Hanya saja yang seringkali dignakan adalah metode ceramah. Ketiga metode ini saling membantu baik terhadap guru sebagai penyaji materi maupun siswa sebagai pesrta didik dalam pencapaian ketuntasan belajar. Metode ceramah digunakan pada saat pembelajaran berada di dalam kelas, yakni guru memberikan materi pelajaran fiqh sementara siswa dipersilahkan untuk menyimaknya. Siswa yang mempunyai daya intelektualitas
tinggi
terlihat
lebih
serius
dalam
mendengarkan
penyampaian materi oleh guru, sedangkan siswa yang lain kelihatan biasa saja dalam mempehatikan penyampaian guru. Sementara metode tanya jawab bisa digunakan pada saat pembelajaran di dalam kelas dan diluar kelas. Dipakai di dalam kelas ketika seoran murid menemukan kesulitan akan keterangan guru pada saat memberikan materi pembelajaran. Pada
6
7
Hasil Wawancara Dengan Guru Fiqh ( Ibu Asriyah, S.Ag ) Kelas Lima MI Darussu’ada Maos Kidul pada 6 April 2010. Ibid.
49
situasi yang seperti ini metode tanya jawab sering digunakan di dalam kelas. Metode tanya jawab dan metode demontrasi bisa digunakan diluar kelas yakni ketika siswa diminta untuk mengidentifikasi benda peraga yang terkait materi (pada saat demonstrasi), bahwasanya siswa dipersilahkan untuk bertanya akan materi yang masih kurang jelas.8 d. Kurikulum Pembelajaran Fiqh Kelas V Di MI Darussu’ada Maos Kidul Kurikulum yang dipakai dalam pembelajaran Fiqh kelas V (lima) di MI Darusu’ada adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kuriklum yang dimaksud adalah berdasarkan kebutuhan siswa akan materi pelajaran dan berdasarkan aspirasi wali murid yang ditampung oleh komite sekolah.9 Dalam
prakteknya,
sebelum
memberikan
materi
fiqh,
guru
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi Standar
Kompetensi,
Kompetensi
Dasar,
materi,
metode,
media
pembelajaran, Alokasi waktu, tagihan dan sistem penilaian.10 e. Penerapan
Teori
Perkembangan
Kognitif
Jean
Piaget
Pada
Pembelajaran Fiqh Kelas V (Lima) MI Darussu’ada Maos Kidul. Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa pelajaran fiqh di kelas V MI Darussu’ada Maoskidul diberikan dua kali dalam satu minggu.11 Model pembelajarannya adalah pembelajaran klasikal. Dalam satu kelas
8
Hasil Obsevasi selama bulan April 2010. Hasil Wawancara Dengan Guru Fiqh ( Ibu Asriyah, S.Ag ) Kelas Lima MI Darussu’ada Maos Kidul pada 11 April 2010. 10 Ibid 11 Ibid 9
50
tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam memecahkan masalah. Sehingga gurupun melakukan program remidi ketika ada siswa yang belum mencapai nilai batas minimal.12 Secara umum pembelajaran fiqh di kelas V MI Darussu’ada Maoskidul berjalan aktif karena hampir seluruh siswa dapat mengikuti materi yang disajikan
oleh
guru.
Banyak
diantara
siswa
yang
menanyakan
permasalahan yang timbul dalam dirinya terkait dengan materi yang di ajarkan.13 Saat itu pada bulan April 2010 guru sedang menerangkan tentang haji, dimana ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang paling berat karena memerlukan kesiapan seseorang dari berbagai hal. Untuk melaksanakan ibadah ini seorang muslim harus menyiapkan biaya yang cukup besar, tenaga, waktu dan kesehatan.14 Ketika itu pula seorang siswa menanyakan kepada guru : “ Bu, bagaimana hukumnya kalau orang itu kaya raya tapi tidak melaksanakan ibadah haji”? Jawab sang guru : hukumnya dosa karena ibadah haji itu wajib bagi yang mampu, dia sudah mampu tapi tidak melaksanakannya. Si anak pun kembali bertanya : “ berarti orang itu tidak takut dosa ya bu?” Guru pun menjawab : “ Barang kali dia belum tahu hukumnya melaksanakan ibadah haji, kalau orang islam yang sudah tahu hukum nya melaksanakan ibadah haji itu wajib, maka dia pun akan
12
Ibid Ibid 14 Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih 5 untuk kls V Madrasah Ibtidaiyah,Tiga Serangkai, Solo 2008 hlm 48 13
51
melaksanakannya15. Oleh karena itulah anak-anakku semua sejak sekarang kita belajar, siapatahu nanti kita jadi orang yang kaya dan mampu melaksanakan ibadah haji”.
Siswapun terlihat lega ketika guru
memberikan jawaban sesuai dengan keinginan hati siswa yang bertanya.16 Pembelajaran pun terus berjalan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Untuk lebih mendalami materi pembelajaran gurupun memberikan kesempatan kepada siswa di akhir pertemuan untuk menunjukan kemampuan mereka dalam memperoleh informasi dari seorang guru, maka gurupun memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik yang ada di kelas tersebut. Guru bertanya : sebutkan rukun haji yang pertama! Jawabanpun beraneka ragam sesuai dengan apa yang mereka tangkap. Ada yang menjawab : memakai pakaian putih, ada juga ihram, ada juga memakai paikaian yang tak dijahit dan lain-lain. Tapi ada juga dari sekian siswa yang tidak menjawab karena kebingungan17. Keberanekaragaman jawaban siswa yang muncul akibat stimulan guru, menunjukkan bahwa siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam berfikir akan tetapi masih dalam pembahasan yang sama. Berbeda dengan siswa yang memang mempunyai kemempuan di bawah rata-rata, maka diapun akan kelihatan bingung dan disinilah guru dituntut untuk bisa
15
Observasi pada bulan April 2010 di MI Maoskidul (proses pembelajaran) Ibid 17 Ibid 16
52
mengantarkan peserta didiknya memperoleh nilai batas minimal melalui program remidi dan tambahan jam pembelajaran atau les.18 Observasi penulis lanjutkan dengan bertanya kepada pesrta didik, salah satu dari mereka adalah siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah19. Penulis menemukan ada sebuah pemahaman yang diperoleh siswa ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung di sisi lain penulis juga menemukan kebingunan pada peserta didik yang belum dapat menerima penjelasan guru. Sehingga ada dua masalah yang harus ditangani oleh seorang guru, yang pertama memberikan pengayaan terhadap siswa yang sudah dapat menerima pelajaran dengan mudah dan yang kedua adalah memeberikan remidi atau pengulangan terhadap siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.20 Bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan materi fiqh kelas V, adalah sesuai dengan teori Jean Piaget yang mengatakan bahwa tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia21.
18
Keterangan Guru Kelas V MI Darussu’ada Maoskidul, April 2010 Hasil wawancara dengan murid kelas V MI Darussu’ada Maoskidul, April 2010 20 Keterangan Buru kelas V MI darussu’ada Maoskidul, 2010 21 Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Kanisius Yogyakarta, 2001, hlm 88 19
53
Peserta didik kelas V sudah tanggap dan dapat berabstraksi logis tentang pelaksanaan ibadah haji, mereka mengatakan bahwa ibadah haji sangat melelahkan karena dilaksanakan di Makkah. Kota Makkah terletak di negara Arab yang penuh dengan padang pasir dan cuacanya sangat panas22. Mereka juga membayangkan ketika melaksanakan wuquf di Arafah berjuta-juta orang berdesakan di bawah terik matahari yang panas maka rasa haus dan dahagapun muncul yang menyebabkan para jama’ah haji menjadi kecapaian23. Hanya saja penyampaian materi ibadah haji di MI Drussu’ada masih kurang maksimal karena ada beberapa faktor. Pertama guru yang menyampaikan materi tersebut belum menunaian ibadah haji. Kedua keterangan ibadah haji masih sebatas apa yang tertulis dalam buku pelajaran fiqih belum disertai pengalaman melaksanakan ibadah haji.24 Evaluasi mata pelajaran fiqh di kelas V (lima) MI Darusu’ada Maoskidul dibagi menjadi dua teknik yaitu tes tertulis dan praktik. Hasil evaluasi tersebut dimasukan kedalam buku nilai kelas. Dari buku nilai kelas itu guru di akhir semester mengolah nilai untuk menentukan kenaikan kelas. Bagi siswa yang memenuhi nilai standar minimal atau diatasnya, maka siswa tersebut naik kelas VI (enam) tapi bagi siswa yang
22
Wawancara dengan murid kelas V MI Darussu’ada Maoskidul, April 2010 Ibid 24 Wawancara dengan guru Kelas V MI darussu’ada Maoskidul, April 2010 23
54
tidak memenuhi nilai batas minimal, maka siswa tersebut tinggal di kelas V (lima).25 B. Pembahasan Tahap Operasional Formal Menurut Piaget, tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.26 Tahapan ini teraplikasikan dalam materi mata pelajaran fiqh yang diajarkan pada peserta didik kelas lima dan enam yang kebanyakan mereka adalah berusia sebelas sampai dua belas tahun bahkan ada yang tiga belas tahun, berupa mengenal ketentuan tentang makanan yang halal dan haram, manfaat dan kerugian mengkonsumsinya, qurban, ibadah haji, khitan, mandi wajib, jual beli, pinjam-meminjam Hal ini merupakan pemilihan materi yang tepat, mengingat materimateri tersebut terkait erat dengan perasaan, dan membutuhkan penalaran dari hal yang abstrak menuju hal yang logis, sementara anak pada usia ini telah dapat melakukan hal itu. Dan bahwa materi tersbut terkait erat sekali dengan pembentukan perilaku atau pola hidup anak usia pubertas. 25 26
Ibid Paul Suparno Teori Perkembangan KognisiJean Peaget, Kanisius, Yogyakarta 2001, hlm 88-89
55
Jadi jika materi yang diberikan adalah mengenai makanan dan minum yang halal dan haram, bahaya dan manfaat mengkonsumsinya, qurban, dan lain sebagainya maka materi ini merupakan materi yang terkait erat dengan perilaku seorang anak dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, sehingga diharapkan dengan alokasi waktu dan pemberian materi yang maksimal serta adanya upaya penanggulangan akan ketidakpahaman anak terhadap materi ini, diharapkan anak dapat berperilaku dengan baik kepada Allah SWT, dirinya sendiri dan orang lain. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah : 1. Mengapa materi ibadah haji kurang maksimal? 2. Bagaimana cara penyampaian materi ibadah haji agar lebih maksimal? Dengan mengkaji teori prekembangan Jean Piaget, pembelajaran materi ibadah haji di kelas lima semestinya bisa dimaksimalkan, karena teori Jean Piaget mengatakan bahwa anak yang sudah mencapai tahapan operasional formal dapat berfikir logis. Sehingga apa yang disampaikan guru dalam hal ini materi ibadah haji akan bisa diterima dengan baik oleh pesrta didik kelas lima. Akan tetapi faktor pendidik dan sarana juga sangat berpengaruh. Ketika seorang pendidik belum menguasai materi secara maksimal maka penyampaian materi kepada peserta didikpun akan kurang maksimal. Diantara kekurangan dari pendidik adalah belum
56
pernah melaksanakan ibadah haji. Walaupun demikian secara prosedural materi fiqh sudah disampaikan oleh pendidik sebagaimana mestinya. Lalu bagaimana agar materi fiqh bisa lebih maksimal? Jawabannya adalah kretififas pendidik dalam menentukan metode pembelajaran. Apa yang penulis peroleh dari data bahwa metode yang diunakan adalah metode ceramah, tanya jawab dan demontrasi. Hanya saja sudahkah metode-metode
itu
dimaksimalkan
dalam
pentampaian
materi
pembelajaran? Kalau metode yang digunakan sudah sesuai dengan materi yang diajarkan maka keberhasilan pembelajaran di kelas lima akan lebih maksimal.
57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang Prinsip-prinsip Perkembangan Kognitif Dalam Pembelajaran Fiqh Di MI Darussu’ada Maoskidul Tahun Pelajaran 2009/2010 maka dapatlah penulis simpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip perkembangan kognitif ada empat tahapan yaitu: tahapan sensorimotor, tahapan praoperasi, tahapan operasi konkret dan tahapan operasi formal akan tetapi yang penulis bahas hanya satu yaitu tahapan operasi formal. Karena tahapan inilah yang penulis bahas kaitannya dengan perkembangan pesrta didik di kelas lima. 2. Prinsip-prinsip perkembangan kognitif tersebut sudah sesuai dengan aplikasi pembelajaran fiqh di MI Darussu’ada Maoskidul yang meliputi pemahaman rukun islam, rukun iman, thoharoh, sholat fadlu, sholat sunat, puasa ramahdan, zakat, infaq, sedekah, memahami makanan dan minuman yang halal dan yang haram, tata cara haji, mandi wajib, khitan dan tata cara jual beli.
B. Saran-saran Demikianlah tahapan perkembangan kognitif yang dialami seorang anak, sudah semestinya bagi para orang tua dan tenaga pendidik agar dapat memeperhatikan hal tersebut, sehingga anak dapat berkembang dengan baik 58
dan optimal. Lebih dari itu bahwa, merawat anak adalah bagian dari tanggung jawab orang tua terhadap anak. Berdasarkan penelitian ini penulis memberi saran kepada lembaga pendidikan MI Darussu’ada Maoskidul dan tenaga pendidiknya. 1. Lengkapilah buku pelajaran fiqh. 2. Kepala Madrasah sebagai pengelola harus lebih sering melakukan supervisi kelas. 3. Gunakan metode pembelajaran yang lebih menyenangkan. 4. Kreatifitas guru dalam menentukan metode pembelajaran sangat mendukung perkembangan kognisi peserta didik.
C. Kata Penutup Semoga apa saja yang penulis ketengahkan dapat menjadi literatur pelengkap dalam dunia pendidikan bidang psikologi, dan semoga saja penelitian ini dapat memberikan kesadaran penuh kepada penulis akan pentingnya kehadiran seorang anak, sehingga penulis dapat mensyukuri kehadiran anak dengan merawat sebabik-baiknya. Pesrta didik merupakan bagian dari pada amanah Allah SWT yang harus kita bina dan kita arahkan ke jalan yang benar. Oleh karena itu penulis berharap
kepada
seluruh
praktisi
pendidikan
agar
memaksimalkan
penyampaian informasi pengetahuan kepada anak didiknya demi terbentuknya skema pemikiran anak didik yang baik.
59
Dan apabila terdapat kebenaran dalam penelitian ini, maka sungguh hal tersebut merupakan rahmat dari Allah SWT, sebaliknya jika terdapat kekeliruan dalam penelitian ini, maka hal tersebut diakibatkan kekurangan penulis. Wallahhua’lam…
60
DAFTAR PUSTAKA Al-Maghribi bin Sain al-Maghribi, Begini Seharusna Mendidik Anak, Jakarta, Darul Haq, 2008. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Abi Suja’, Fathal Qorib, Maktbah Hidayah Semarang. Anis Tanwir Hadi, Pengantar Fikih 5 untuk kls V Madrasah Ibtidaiyah,Tiga Serangkai, Solo 2008 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat press, Jakarta 2002. Carolyn Olivier, Reosemary F. Bowler, Cara Cerdas Melejitkan Kecerdasan, Inisiasi Press, Jakarta 2005. Colin Rose, Accelerated Learning, Nuansa, Bandung, 2009. E Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Remaja Rosdakarya, Bandung,. 2007. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, al-Husna Zikra, Jakarta, 1995. Howard Gardner, Multiple Intelegences, Interaksara, Jakarta 2003. Irina, V. Sokolova, Kepribadian Anak, ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2008. Ibnu Qosim, Kitab Bajuri, Maktabah Hidayah Semarang. Jean Piaget, Psikologi Anak, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010 Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) MI Darussu’ada Maos Kidul, tahun 2009/2010. Lexy, J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung 2007. Masnur Muslich, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta, 2007. Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (manajemen pelaksanaan dan kesiapan sekolah menyongsongnya). Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan, Pustaka Populer Obor, Jakarta 2003. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosda Karya, Bandung 1991. Ngalim Purwanto, Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009. Nawawi al-Jawi, Riyadul Badi’ah, Pustaka ‘Alawiyah, Semarang, bab taharah, wudlu dan shalat. Niesha, Etika Fiqh Dalam Mendidik Anak, makalah. Paul Suparno, Teori Perkembangan Kongitif Jean Piaget, Kanisius, Yogyakarta 2001. Rafi Sapuri, Psikologi Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2009. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta:Rineka Cipta, 1998.
Sutau
Pendekatan
Praktek,
Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Grafindo Litera Media, Yogyakarta, 2009. Shalahuddin Fikry, Substansi Syariat Islam, Makalah Diskusi Publik, pada 1 Agustus 2010 di Masjid RSUD Banyumas. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Anggota IKAPI 2008. Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, EGC anggota IKAPI, Jakarta 1995. Ummu Habibah, Membentuk Anak Berotak Prima, makalah. 2009. Yufiarti dkk, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta, ISBN, 2008.. Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara Jakarta 2008. Zakiah Darajat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Materi apa saja yang diajarkan di kelas lima? 2. Sebelum mengajar, apa yang dilakukan seorang guru? 3. Apa tujuan pembelajaran fiqh di MI Daruss’uada Maoskidul (kelas lima)? 4. Metode apa yang dipakai dalam menyajikan pembelajaran? 5. Kurilulum apa yang dipakai di MI Darussu’ada Maoskidul? 6. Apa yang disiapkan guru sebelum mengajar? 7. Berapa kali pelajaran fiqh diberikan dalam satu minggu? 8. Model pembelajaran apa yang dipakai dalam pembelajaran fiqh? 9. Apa tindakan guru ketika peserta didik belum mencapai nilai batas minimal? 10. Bagaimana sikap atau tindakan siswa ketika menemukan kesulitan dalam menerima pelajaran? 11. Buku apa yang dipakai sebagai buku pegangan guru? 12. Bagaimana sikap siswa ketika diberi keterangan oleh guru? 13. Bagaimana jawaban siswa atau sikap siswa ketika ditanya oleh guru? 14. Selain remidi, apa tindakan guru mnghadapi peserta didik yang belum mencapai nilai batas minimal? 15. Sejauh mana kemampuan peserta didik dalam mengukuti pembelajaran? 16. Bagaimana kesesuaian teori perkembangan Jean Piaget dengan aplikasi pembelajaran fiqh di kelas lima? 17. Bagaimana sikap peserta didik ketika materinya tentang ibadah haji? 18. Bisa maksimal apa tidak materi fiqh disampaikan? Kalau bisa bagaimana? kalau tidak kenapa? 19. Bagaimana cara mengevaluasi materi pembelajaran fiqh?
HASIL WAWANCARA MI Darussu’ada merupakan lembaga pendidikan dasar di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Cilacap. Ada enam rombongan belajar di MI Darussu’ada Maoskidul yaitu : kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 4, kelas 5 dan kelas 6. Data yang penulis dapatkan dalah data kelas 5 (lima). Data-data tersebut adalah : Materi pelajaran fiqh yang diajarkan di kelas 5 (lima) MI Darussu’ada Maoskidul meliputi : makanan halal dan haram, minuman halal dan haram, manfaat mengkonsumsi makanan dan minum yang halal, bahaya mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram, qurban dan ibadah haji. Setiap guru yang akan melaksanakan tugas harus mengetahui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dari setiap mata pelajaran. Seperti halnya materi mata pelajaran fiqh seluruh Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) semuanya sudah tertuangkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tujuan pembelajaran di MI Darussu’ada adalah untuk mengetahui dan melaksanakan hukum islam baik yang ibadah ataupun muamalahnya dan untuk dapat mengamalkan ketentuan hukum islam baik yang hablum minallah, hablum minannaas ataupun hablum minal ‘alam atau hidup keberagamaan, hidup kebersamaan ataupun hidup kemitraan. Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran fiqh adalah metode ceramah, tanya jawab dan demonterasi. Dalam proses pembelajaran MI Darussu’ad Maoskidul menggunakan/berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam praktiknya sebelum mengajar setiap guru harus menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi, metode, media pembelajaran, Alokasi waktu, tagihan dan sistem penilaian. Mata pelajaran fiqh diberikan dua kali dalam satu mingggu dengan menggunakan model pembelajaran klasikal. Dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga siswa yang belum dapat memperoleh nilai batas minimal harus mengikuti program remidial.
Siswa kelas lima dalam tahapan perkembangan kognisi termasuk dalam tahapan operasional formal, sehingga ketika mereka menemukan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran maka merekapun menanyakan pada gurunya. Guru sebagai nara sumber menggunakan buku pegangan yang sesuai dengan permenag RI no 2 tahun 2008 dan buku pendamping buku pelajaran yang diterbitkan oleh Kementerian Agama Kabupaten Cilacap. Tanya jawabpun berjalan ketika siswa menemukan kesulitan dan siswapun terlihat lega ketika guru memberikan jawaban sesuai dengan keinginan hati siswa yang bertanya. Sebagai umpan balik gurupun memberikan beberapa pertanyaan. Dari dua puluh siswa yang ada jawabanpun beraneka ragam sesuai dengan apa yang mereka tangkap. Guru memahami benar siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan, sehingga gurupun memebrikan jam tambahan atau les bagi siswa yang belum dapat memahami materi fiqh tersebut. Penulis melanjutkan penelitian kedalamproses pembelajaran. Penulis menemukan ada sebuah pemahaman yang diperoleh siswa ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung di sisi lain penulis juga menemukan kebingunan pada peserta didik yang belum dapat menerima penjelasan guru. Sehingga ada dua masalah yang harus ditangani oleh seorang guru, yang pertama memberikan pengayaan terhadap siswa yang sudah dapat menerima pelajaran dengan mudah dan yang kedua adalah memeberikan remidi atau pengulangan dan les terhadap siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran. Bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam arti mampu menyesuaikan diri dengan materi fiqh kelas V, adalah sesuai dengan teori Jean Piaget yang mengatakan bahwa tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia Peserta didik kelas V sudah tanggap dan dapat berabstraksi logis tentang pelaksanaan ibadah haji, mereka mengatakan bahwa ibadah haji sangat
melelahkan karena dilaksanakan di Makkah. Kota Makkah terletak di negara Arab yang penuh dengan padang pasir dan cuacanya sangat panas. Hanya saja penulis menemukan bahwa penyampaian materi ibadah haji di MI Drussu’ada masih kurang maksimal karena ada beberapa faktor. Pertama guru yang menyampaikan materi tersebut belum menunaian ibadah haji. Kedua keterangan ibadah haji masih sebatas apa yang tertulis dalam buku pelajaran fiqih belum disertai pengalaman melaksanakan ibadah haji. Setelah beban pembelajaran selesai gurupun mengadakan evaluasi. Evaluasi mata pelajaran fiqh di kelas V (lima) MI Darusu’ada Maoskidul dibagi menjadi dua teknik yaitu tes tertulis dan praktik. Hasil evaluasi tersebut dimasukan kedalam buku nilai kelas. Dari buku nilai kelas itu guru di akhir semester mengolah nilai untuk menentukan kenaikan kelas. Bagi siswa yang memenuhi nilai standar minimal atau diatasnya, maka siswa tersebut naik kelas VI (enam) tapi bagi siswa yang tidak memenuhi nilai batas minimal, maka siswa tersebut tinggal di kelas V (lima).
Maoskidul, 6 Juni 2010 Mengetahui
Guru Kelas V
Kepala Madrasah
Asriyah, S.Ag
Mahmud Yunus, S.Pd.I
NIP.150416235
NIP 197507042005011003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Kelas I, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal lima rukun Islam
2. Mengenal najis
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menyebutkan lima rukun Islam 1.2 Menghafalkan syahadatain dan artinya
tata cara bersuci dari 2.1 2.2 2.3 2.4
Kelas I, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 3. Mengenal tata cara wudlu
4. Mengenal tata cara salat fardu
Kelas II, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI
Menjelaskan pengertian bersuci dari najis Menjelaskan tata cara bersuci dari najis Menirukan tata cara menyucikan najis. Membiasakan hidup suci dan bersih dalam kehidupan sehari-hari
KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan tata cara wudu 3.2 Mempraktikkan tata cara wudu 3.3 Menghafal doa sesudah wudu 4.1 Menyebutkan macam-macam salat Fardu 4.2 Menirukan gerakan salat fardu 4.3 Menghafal bacaan salat fardu
KOMPETENSI DASAR
1. Mempraktikkan salat fardu
1.1 Menyebutkan ketentuan tata cara salat fardu 1.2 Mempraktikkan keserasian gerakan dan bacaan salat fardu
2. Mengenal azan dan iqamah
2.1 Menyebutkan ketentuan azan dan iqamah 2.2 Melafalkan azan dan iqamah 2.3 Mempraktikkan azan dan iqamah
Kelas II, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 3. Mengenal tata cara salat berjamaah
KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan ketentuan tata cara salat berjamaah 3.2 Menirukan salat berjamaah
4. Melakukan zikir dan doa
Kelas III, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal salat sunah rawatib
2. Mengenal salat Jumat
4.1 Melafalkan zikir setelah salat fardu 4.2 Melafalkan doa setelah salat fardu
KOMPETENSI DASAR 1.1.Menjelaskan ketentuan salat sunah rawatib 1.2 Mempratikkan tata cara salat rawatib 2.1 Mengenal ketentuan salat Jumat 2.2 Membiasakan mengikuti salat Jumat
3. Mengenal tata cara salat bagi orang 3.1 Menjelaskan tata cara salat bagi orang yang sakit yang sakit 3.2 Mendemonstrasikan cara salat dalam keadaan sakit
Kelas III, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal puasa Ramadan
2. Mengenal amalan-amalan di bulan Ramadan
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan ketentuan puasa Ramadan 1.2 Menyebutkan hikmah puasa Ramadan
2.1 Menjelaskan ketentuan salat tarawih 2.2 Menjelaskan ketentuan salat witir 2.3 Menjelaskan keutamaan-keutamaan yang ada dalam bulan Ramadan
Kelas IV, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengetahui ketentuan zakat
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan macam-macam zakat 1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah 1.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
2. Mengenal ketentuan infak dan 2.1 Menjelaskan ketentuan infak dan sedekah sedekah 2.2 Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah Kelas IV, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 3. Mengenal ketentuan salat Id
Kelas V, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram.
KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan macam-macam salat Id 3.2 Menjelaskan ketentuan salat Id 3.3 Mendemonstrasikan tata cara salat Id
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram 1.2 Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya 1.3 Menjelaskan manfaat makanan dan minuman halal 1.4 Menjelaskan minuman haram
Kelas V, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 2. Mengenal ketentuan kurban
3. Mengenal tata cara ibadah haji
akibat
makanan
KOMPETENSI DASAR 2.1 Menjelaskan ketentuan kurban 2.2 Mendemonstrasikan tata cara kurban 3.1 Menjelaskan tata cara haji 3.2 Mendemonstrasikan tata cara haji
dan
Kelas VI, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal tata cara mandi wajib 2. Mengenal ketentuan khitan
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan ketentuan mandi wajib setelah haid 2.1 Menjelaskan ketentuan khitan 2.2 Menjelaskan hikmah khitan
Kelas VI, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 3. Mengenal ketentuan jual beli dan 3.1 Menjelaskan tata cara jual beli dan pinjam pinjam meminjam. meminjam 3.2 Mempraktikkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam
Kelas I, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal lima rukun Islam
1.1 Menyebutkan lima rukun Islam 1.2 Menghafalkan syahadatain dan artinya
2. Mengenal najis
Menjelaskan pengertian bersuci dari najis 2.2 Menjelaskan tata cara bersuci dari najis 2.3 Menirukan tata cara menyucikan najis. 2.4 Membiasakan hidup suci dan bersih dalam kehidupan seharihari
tata cara bersuci dari 2.1
Kelas I, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
3. Mengenal tata cara wudlu
3.1 Menjelaskan tata cara wudu 3.2 Mempraktikkan tata cara wudu 3.3 Menghafal doa sesudah wudu
4. Mengenal tata cara salat fardu
4.1
Kelas II, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mempraktikkan salat fardu
Menyebutkan macammacam salat Fardu 4.2 Menirukan gerakan salat fardu 4.3 Menghafal bacaan salat fardu
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menyebutkan ketentuan tata cara salat fardu 1.2 Mempraktikkan keserasian gerakan dan bacaan salat fardu
2. Mengenal azan dan iqamah
Kelas II, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 3. Mengenal tata cara salat berjamaah
2.1 Menyebutkan ketentuan azan dan iqamah 2.2 Melafalkan azan dan iqamah 2.3 Mempraktikkan azan dan iqamah
KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan ketentuan tata cara salat berjamaah 3.2 Menirukan salat berjamaah
4. Melakukan zikir dan doa
Kelas III, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI
4.1 Melafalkan zikir setelah salat fardu 4.2 Melafalkan doa setelah salat fardu
KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal salat sunah rawatib
1.1.Menjelaskan ketentuan salat sunah rawatib 1.2 Mempratikkan tata cara salat rawatib
2. Mengenal salat Jumat
2.1 Mengenal ketentuan salat Jumat 2.2 Membiasakan mengikuti salat Jumat
3. Mengenal tata cara salat bagi orang 3.1 Menjelaskan tata cara salat yang sakit bagi orang yang sakit 3.2 Mendemonstrasikan cara salat dalam keadaan sakit
Kelas III, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Mengenal puasa Ramadan
1.1 Menjelaskan ketentuan puasa Ramadan 1.2 Menyebutkan hikmah puasa Ramadan
2. Mengenal amalan-amalan di bulan Ramadan
2.1 Menjelaskan ketentuan salat tarawih 2.2 Menjelaskan ketentuan salat witir 2.3 Menjelaskan keutamaankeutamaan yang ada dalam bulan Ramadan
Kelas IV, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengetahui ketentuan zakat
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan macam-macam zakat 1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah 1.3 Mempraktekkan tata cara zakat fitrah
2. Mengenal ketentuan infak dan 2.1 Menjelaskan ketentuan infak sedekah dan sedekah 2.2 Mempraktikkan tata cara infak dan sedekah Kelas IV, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 3. Mengenal ketentuan salat Id
Kelas V, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram.
KOMPETENSI DASAR 3.1 Menjelaskan macam-macam salat Id 3.2 Menjelaskan ketentuan salat Id 3.3 Mendemonstrasikan tata cara salat Id
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan ketentuan makanan dan minuman yang
halal dan haram 1.2 Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya 1.3 Menjelaskan manfaat makanan dan minuman halal 1.4 Menjelaskan akibat makanan dan minuman haram
Kelas V, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI 2. Mengenal ketentuan kurban
3. Mengenal tata cara ibadah haji
KOMPETENSI DASAR 2.1 Menjelaskan ketentuan kurban 2.2 Mendemonstrasikan tata cara kurban 3.1 Menjelaskan tata cara haji 3.2 Mendemonstrasikan tata cara haji
Kelas VI, Semester 1 STANDAR KOMPETENSI 1. Mengenal tata cara mandi wajib 2. Mengenal ketentuan khitan
KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan ketentuan mandi wajib setelah haid 2.1 Menjelaskan ketentuan khitan 2.2 Menjelaskan hikmah khitan
Kelas VI, Semester 2 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 3. Mengenal ketentuan jual beli dan 3.1 Menjelaskan tata cara jual pinjam meminjam. beli dan pinjam meminjam 3.2 Mempraktikkan tata cara jual beli dan pinjam meminjam