perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA SISWA KELAS III SDN JATEN 4 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh : Any Jamila Fatmasari X7108620
JURUSAN PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Any Jamila Fatmasari, Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) meningkatkan minat belajar IPA melalui pendekatan ketrampilan proses pada siswa kelas 3 SDN Jaten 4, (2) meningkatkan nilai tugas dan nilai evaluasi IPA siswa kelas 3 SDN Jaten 4 melalui pendekatan ketrampilan proses. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan minat belajar IPA, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui siklus-siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data variabel peningkatan minat belajar IPA melalui pendekatan keterampilan proses digunakan teknik angket dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan model interaktif analisa Miles & Huberman yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan verivikasi data atau penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar. Pada siklus I 77% (26 siswa) dari 34 siswa masuk kategori minat belajar tinggi dengan nilai angket 75,88%, pada siklus II 74% (27 siswa) dari 37 siswa masuk kategori minat tinggi dengan nilai angket 76,25%. Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila minimal 70% dari seluruh peserta didik yang hadir masuk dalam kriteria minat tinggi dengan nilai angket > 70%. (2) penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan nilai tugas dan nilai evaluasi siswa. Untuk tugas kelompok pada siklus I diperoleh ratarata sebesar 77,5; pada siklus II meningkat menjadi 86,2. Nilai ini telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata lebih dari 70. Dengan meningkatnya nilai tugas ini dapat dijadikan salah satu indikasi meningkatnya minat belajar siswa Untuk evaluasi pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 78,5; pada siklus II nilai rataratanya 73,5. Pada evaluasi ini >25% siswa yang masuk mencapai nilai 80-100 dengan nilai rata-rata lebih dari 70. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kelas 3 dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPA di SDN Jaten 4 Karanganyar.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Any Jamila Fatmasari, Improve Learning Interest in Science Through Process Skills Approach in The Grade III Student of SDN Jaten 4 Karanganyar in School Year 2009/2010. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University of Surakarta, May 2010. The purpose of this study are to: (1)improve learning interest in science through process skills approach in the grade III student of SDN Jaten 4, (2) improve value of the task and the value of scince evaluations in the grade III student of SDN Jaten 4 through process skills approach. Variable that become target this research is to improve learning interest in science. While used action variable that used in this research is learning with the process skills approach. This research employed a classroom-action research through 2 cycle. Every cycle consist of 4 step, they are action planning (planning), applying of action (action), observing (observation), and refleksi (reflecting). The collecting data technics variable is to increase interest learning pass/through observation, questionnaires interest, and tes. Technique of analyzing data employed was a interactive model analysis Miles & Huberman which consist of data reduction, data sajian, and data verification or withdrawal of node. Based to the result of the research it can be concluded that (1) by using of process skills approach can improve interest learning science III SDN class student 4 Jaten Karanganyar. In the first cycle 77% (26 students) of the 34 incoming students studying high-interest category with 75,88% of the questionnaire, on the second cycle 74% (27 students) from 37 students into categories of high interest questionnaire with the value 76,25%. This research was successful if at least 70% of all students who were present included in the criteria of high interest to the questionnaire values > 70%. (2) use of process skills approach can increase the value of the task and the value of student evaluations. For the task group in the cycle I gained an average shall be 77,5; in cycle II rises to 86,2. With the increasing value of this task can be one indication of growing interest in student learning. In order to evaluate the cycle I gained an average of 78,5; on the second cycle the mean value of 73,5. In this evaluation > 25% of students who were present value 80-100 with the class mean value more than 70. So that, it can be raised by an recommendation that by applying the process skills approach in the science learning III class can improve interest learning and the result science learning in SDN Jaten 4 Karanganyar.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan YME, yang telah
melimpahkan
rahmat
serta
hidayahNya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar, guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Bapak Drs Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi SI PGSD Kualifikasi Guru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4.
Bapak Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi SI PGSD Kualifikasi Guru, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5.
Ibu Dra. MG. Dwiji Astuti, M.Pd selaku Pembimbing I yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
6.
Bapak Drs. Sarmino, M.Pd selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7.
Bapak Usada MPd selaku Dosen Penasehat Akademik
8.
Bapak Kepala Sekolah SD Negeri 4 Jaten, Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
9.
Bapak / Ibu guru SDN 4 Jaten yang telah membantu memberikan saransaran kepada penulis.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
10.
digilib.uns.ac.id
Orang tua yang selalu membantu memberikan dorongan kepada penulis dan senantiasa menyertakan penulis dalam setiap Munajatnya.
11.
Suami dan anak tercinta yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis.
12.
Teman-teman seperjuangan, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Atas segala bantuan yang telah diberikan, penulis mendoakan semoga semua
amaliyah diterima dan dilipatgandakan oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari segala kekurangan, namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.
Karanganyar, 10 Mei 2010
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK..................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI
xi
................................................................................................
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
4
C. Pembatasan Masalah .............................................................
5
D. Perumusan Masalah ..............................................................
5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ................................................................
5
LANDASAN TEORI ..................................................................
7
A. Kajian Pustaka .......................................................................
7
1. Hakikat Minat ....................................................................
7
a. Pengertian Minat .........................................................
7
b. Pentingnya Minat ........................................................
8
c. Ciri-ciri Minat ..............................................................
9
d. Aspek-aspek Minat ......................................................
10
e. Fungsi dan Peranan Minat dalam Belajar ....................
11
f. Aspek yang Membangkitkan dan Menumbuhkan Minat
12
g. Kondisi yang Mempengaruhi Minat ............................
14
BAB II
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
h. Pentingnya Minat Belajar.............................................
15
2. Hakikat Belajar ..................................................................
16
a. Pengertian Belajar ........................................................
16
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar .................
17
3. Hakikat Minat Belajar ......................................................
20
4. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam......................................
21
a. Pengertian IPA .............................................................
21
b. Hakikat Belajar IPA .....................................................
22
c. Hakikat Minat Belajar IPA...........................................
22
d. Fungsi Belajar IPA .......................................................
23
e. Tujuan Belajar IPA ......................................................
24
f. Prinsip Belajar IPa di SD .............................................
24
5. Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)...........................
26
a. Hakikat PKP .................................................................
26
b. Tujuan PKP ..................................................................
26
c. Rasionalisasi PKP dalam Pembelajaran .......................
27
d. Keterampilan Mendasar dalam Keterampilan Proses ..
28
B. Penelitian Relevan .................................................................
32
C. Kerangka Pemikiran ..............................................................
34
D. Hipotesis.................................................................................
36
METODE PENELITIAN ..........................................................
37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
37
1. Tempat Penelitian ............................................................
37
2. Waktu Penelitian ..............................................................
37
B. Subyek dan Obyek Penelitian ...............................................
37
C. Bentuk dan Strategi Penelitian ..............................................
37
D. Sumber Data ...........................................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
38
1. Angket .............................................................................
39
2. Observasi .........................................................................
39
F. Validitas Data .........................................................................
40
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
G. Analisis Data .........................................................................
41
H. Indikator Kinerja ...................................................................
42
I. Prosedur Penelitian ...............................................................
42
HASIL PENELITIAN………………………………………...
53
A. Deskripsi lokasi Penelitian ....................................................
53
1. Keadaan Sekolah, Sarana, dan Prasarana ........................
53
2. Keadaan Siswa SDN Jaten 4 ...........................................
54
B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................
54
C. Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................
57
1. Siklus I ............................................................................
57
a. Perencanaan Tindakan I ............................................
57
b. Pelaksanaan Tindakan I.............................................
63
c. Observasi dan Interpretasi I ......................................
73
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ..............................
76
2. Siklus II ...........................................................................
77
a. Perencanaan Tindakan II ...........................................
77
b. Pelaksanaan Tindakan II ...........................................
82
c. Observasi dan Interpretasi II .....................................
93
d. Analisis dan Refleksi Tindakan II .............................
96
D. Pembahasan ............................................................................
96
1. Hasil Angket Minat Belajar IPA .....................................
97
2. Hasil Percobaan Kelompok .............................................
98
3. Hasil Evaluasi .................................................................
100
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN…………………... A. Simpulan ................................................................................
102
1. Hasil Angket Minat Belajar IPA .....................................
102
2. Hasil Nilai Tugas dan Evaluasi .......................................
103
B. Implikasi Hasil Penelitian ......................................................
105
C. Saran ......................................................................................
107
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
109
LAMPIRAN………………………………………………………………….
111
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL 1 Tabel 1. Nilai Tugas Kelompok ......................................................................
55
Tabel 2. Nilai Evaluasi .....................................................................................
56
Tabel 3. Hasil Angket Minat Belajar Siswa .....................................................
56
Tabel 4. Hasil Angket Minat Belajar Siswa ....................................................
75
Tabel 5. Nilai Percobaan Siklus I ....................................................................
75
Tabel 6. Nilai Evaluasi Siklus I ......................................................................
75
Tabel 7. Hasil Angket Minat Belajar Siswa ....................................................
95
Tabel 8. Nilai Percobaan Siklus II ...................................................................
95
Tabel 9. Nilai Evaluasi Siklus II .....................................................................
95
Tabel 10. Hasil Angket Minat Belajar Siswa ..................................................
97
Tabel 11. Hasil Tugas Kelompok ...................................................................
99
Tabel 12. Hasil Evaluasi ..................................................................................
100
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ......................................................................
36
Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Kelas ...................................................
38
Gambar 3. Histogram perbandingan aspek minat belajar ................................
97
Gambar 4. Histogram perbandingan aspek minat belajar ................................
98
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum PKP ....................
111
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ..............................
117
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................
135
Lampiran 4. Rekapitulasi Nilai Pada Kondisi Awal SebelumPKP ..................
152
Lampiran 5. Rekapitulasi Nilai Siklus I ...........................................................
156
Lampiran 6. Rekapitulasi Nilai Siklus II..........................................................
162
Lampiran 7. Hasil Observasi Siklus I ..............................................................
168
Lampiran 8. Hasil Observasi Siklus II .............................................................
170
Lampiran 9. Kisi-Kisi Instrumen Angket Minat Belajar .................................
172
Lampiran 10.Instrumen Angket Minat Belajar IPA .........................................
173
Lampiran 11.Hasil Angket Minat Belajar IPA Sebelum PKP .........................
176
Lampiran 12.Hasil Angket Minat Belajar IPA Siklus I ...................................
178
Lampiran 13.Hasil Angket Minat Belajar IPA Siklus II ..................................
180
Lampiran 14.Hasil Angket Minat Belajar IPA pada Tiap Aspek Sebelum PKP
182
Lampiran 15.Hasil Angket Minat Belajar IPA pada Tiap Aspek Siklus I .......
184
Lampiran 16.Hasil Angket Minat Belajar IPA pada Tiap Aspek Siklus II ......
186
Lampiran 17.Rekapitulasi Angket Minat Belajar IPA Tiap Aspek pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II..........................................
188
Lampiran 18.Foto Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran .................................
189
Lampiran 19.Surat Keterangan dari SDN Jaten 4 ............................................
194
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Komponen yang ada di dalam kegiatan belajar diantaranya adalah guru dan siswa. Saat ini pembelajaran IPA terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang kian melaju dengan pesat. Perkembangan baru terhadap pandangan pembelajaran IPA membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan
peranan
dan
kompetensinya,
meningkatkan
pengetahuan,
keterampilan dan sikap profesional dalam membelajarkan siswa-siswanya. Guru ditantang untuk dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih terarah pada penguasaan konsep IPA yang dapat bermanfaat dalam kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan dengan perkembangan IPA, kreatifitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk ditingkatkan. Akan tetapi dalam prakteknya di lapangan, pembelajaran IPA yang diterapkan sangatlah kontras dengan konsep pembelajaran di atas. Seperti yang terjadi di SD Jaten 4 Karanganyar. Pembelajaran berpusat pada guru. Guru mendril siswa untuk mempelajari berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri. Saat pembelajaran IPA guru hanya menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Jika guru telah menerangkan konsep-konsep yang terdapat dalam buku siswa, umumnya mereka berpendapat bahwa kegiatan belajar telah selesai. Pengajaran IPA tanpa disertai kerja laboratorium atau percobaan. Alasannya hasil kegiatan laboratorium tidak pernah diujikan dalam ujian akhir. Misalnya pada materi gerak benda, guru hanya menjelaskan konsep tentang berbagai gerak benda tanpa disertai percobaan sederhana. Dari nilai tugas rata-rata nilainya hanya 65,6. Rata-rata nilai ulangan harian untuk materi gerak benda yaitu 71,8. Siswa malas dan kurang bergairah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
belajar IPA karena pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Siswa tidak diberi kesempatan berfikir dan bekerja secara ilmiah untuk mengamati, menggali dan menyampaikan informasi tentang gerak benda melalui percobaan. Guru hanya mengandalkan metode ceramah sehingga konsep tentang gerak benda sulit dipahami siswa. Dari contoh diatas terlihat bahwa sistem konvensional lazim digunakan guru dalam pembelajaran. Siswa hanya dianggap seperti botol kosong yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai kehendak guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan yang dimiliki. Akibatnya siswa malas belajar karena rendahnya minat belajar. Whitherington mengungkapkan (http://www.Asri Buton@physic UNHALU.mht) seorang anak yang tidak atau kurang berminat terhadap pelajaran, maka anak tersebut akan menunjukkan sikap tidak simpatik seperti malas dan tidak bergairah. Selain kurangnya minat belajar IPA, hasil belajar siswa juga rendah. Hal tersebut terjadi tidak terlepas dari kurang tepatnya metode ceramah yang digunakan guru. Dampaknya ke depan adalah rendahnya mutu pendidikan yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya kualitas guru sebagai tenaga pendidik karena pengajaran yang tidak tepat dan kurang menggugah minat belajar siswa. Hal ini sesuai
dengan
pernyataan
Matulada
(http://www.ilmiah-
tesis.com/2009/0/pengaruh-interaksi-pendekatan.html) yang menyatakan bahwa rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh mutu tenaga kependidikan yang masih rendah dan kurang memadai. Hal senada diungkapkan oleh Radikun (http://www.ilmiah-tesis.com/2009/0/pengaruh-interaksi-pendekatan.html)
yang
menyatakan bahwa rendahnya kualitas pengajar disebabkan pengajaran yang kurang efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan minat siswa untuk belajar. Menurut Piaget dalam Conny Semiawan (1999:271) anak usia SD (usia 7-11 tahun) berada pada tahap perkembangan operasional kongkrit. Hal ini ditandai dengan semakin berkurangnya egosentris, siswa secara psikologis lebih mudah memahami konsep yang rumit dan abstrak bila disertai dengan contoh kongkrit yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam pembelajaran gerak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
benda di atas, siswa sulit memahami gerak benda karena cenderung abstrak. Perkembangan pikiran siswa sulit untuk menjangkau sejauh itu. Siswa menelan mentah-mentah konsep materi dari ceramah guru. Hakikat belajar IPA tentu saja tidak cukup sekedar mengingat dan memahami konsep yang dipaparkan guru. Anak mampu berfikir logis untuk memecahkan
masalah
kongkrit
dengan
mengalami
sendiri.
Piaget
(http://www.teoripembelajaran.teknodik.net/?p=271) mengatakan bahwa intisari pengetahuan adalah kegiatan atau aktivitas, baik fisik maupun mental. Proses penemuan konsep IPA yang melibatkan aktivitas baik fisik maupun mental dapat dilaksanakan dan ditingkatkan melalui kegiatan percobaan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian
Yaqin
(http://www.yusupsubagyo.blog.unnes.ac.id/wp_content/uploods/PKP_UNNES_P DF.pdf) yang menyatakan bahwa keterampilan dapat ditingkatkan dengan menyelenggarakan kegiatan percobaan. Demikian juga hasil dari penelitian suskandani(http://www.yusupsubagyo.blog.unnes.ac.id/wp_content/uploods/PKP _UNNES_PDF.pdf) yang menyatakan bahwa kegiatan percobaan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Oleh karena itu pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses perlu dilaksanakan untuk melibatkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa dapat mengamati dan menggali konsep IPA dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mendasar pada dirinya untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna. Siswa didorong untuk melakukan percobaan dan eksplorasi sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa. Whitherington mengungkapkan (http://www.Asri Buton@physic UNHALU.mht) anak yang berminat terhadap pelajaran, maka akan menunjukkan sikap simpatik, rajin, dan penuh gairah dalam menekuni pelajaran, sehingga melahirkan hasil yang memuaskan. Bila siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar IPA, maka ia akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan siswa minatnya sedikit. Hal ini diungkapkan oleh Hurlock (http://www.mathedu-unila.blogspot.com) yang menyatakan bahwa anak-anak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Dengan demikian bila minat belajar siswa tinggi diharapkan dapat
membantu
memperbaiki
hasil
belajarnya.
Hurlock
(2005:116)
menambahkan bahwa minat dapat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni. Bila pendekatan keterampilan proses dapat menarik minat belajar siswa maka pengalaman belajar yang mereka dapatkan akan menimbulkan kesan menarik dan menyenangkan. Minat siswa terhadap apa yang dipelajari saat percobaan, hasilnya lebih dapat diingat dalam jangka panjang dan digunakan kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran dimasa yang akan datang. Atas dasar uraian dan permasalahan-permasalahan yang ada, peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar”.
B. Identifikasi Masalah Bertolak dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Pengajaran IPA dipelajari dengan cara menghafal. 2. Siswa kurang tertarik dengan metode pembelajaran ceramah yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA. 3. Pengajaran IPA tanpa disertai kerja laboratorium 4. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan keterampilan yang dimiliki. 5. Struktur kognitif anak SD mampu berfikir logis untuk memecahkan konsep yang rumit dan abstrak bila disertai dengan contoh kongkrit dengan mengalami sendiri 6. Minat belajar IPA masih rendah 7. Hasil belajar anak masih rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Pembatasan Masalah 1. Penelitian
ini
hanya
dibatasi
pada
masalah
penerapan
Pendekatan
Keterampilan Proses pada kelas 3 semester genap untuk meningkatkan minat belajar IPA di SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009-2010. 2. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan sejauhmana peningkatan minat belajar dan hasil belajar IPA berupa nilai tugas dan evaluasi setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses di SDN Jaten 4 Karanganyar Tahun Pelajaran 2009-2010.
D. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang ada, masalah-masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan minat belajar IPA pada kelas 3 SDN Jaten 4? 2. Apakah pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan nilai tugas dan nilai evaluasi IPA siswa kelas 3 SDN Jaten 4?
E. Tujuan Penelitian Bertolak dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk meningkatkan minat belajar IPA melalui pendekatan ketrampilan proses pada siswa kelas 3 SDN Jaten 4. 2. Untuk meningkatkan nilai tugas dan nilai evaluasi IPA siswa kelas 3 SDN Jaten 4 melalui pendekatan ketrampilan proses.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari hasil penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis, yaitu dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengertian dan kesadaran kepada para guru bahwa Pendekatan Keterampilan Proses sangat penting dalam meningkatkan minat belajar dan hasil belajar IPA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2. Manfaat praktis, yaitu : a. bagi guru kelas : meningkatkan keterampilan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses. b. bagi siswa : meningkatnya minat belajar dan hasil belajar IPA sehingga lebih dapat diingat dalam jangka panjang dan digunakan kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran dimasa yang akan datang. c. bagi sekolah : dapat memberikan masukan dalam mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas dalam pembelajaran. Dengan mengetahui hasil penelitian di atas diharapkan dapat memberikan salah satu gambaran bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA di SD untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Diharapkan dengan rangkaian kegiatan di atas, dapat memberikan masukan untuk meningkatkan pembelajaran yang lebih baik, dapat mengembangkan minat dan keterampilan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 1. Hakikat Minat Belajar IPA a. Pengertian Minat Anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam keluarga. Banyak orang tua bermimpi anaknya adalah sosok individu yang pandai, unggul, dan serba hebat. Mereka menginginkan anaknya tumbuh cerdas, kreatif, memiliki minat dan bakat yang menonjol. Lalu apakah yang dimaksud dengan anak yang berminat?. Menurut Hurlock (2005:114) minat adalah suatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya. Minat menjadi gambaran penting didalam kehidupan seseorang dan berdampak pada perilaku dan sikap. Menurutnya secara keseluruhan, pada masa anak-anak minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anak-anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Di masa yang akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari cita-cita pada anak. Menurut Muhibbin Syah dkk (2006:136) menyatakan bahwa minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dari batasan ini bahwa minat merupakan keinginan untuk memiliki suatu objek. Hilgard dalam Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa “Interest is persisting tendency to pay ettention to and enjoy some activity or content”. Atau dapat diartikan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa minat selalu diikuti dengan perasaan senang yang pada akhirnya akan mendatangkan kepuasan. Dari situ timbul perhatian terhadap objek yang diwujudkan dalam suatu aktivitas untuk memperoleh pengalaman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Winkel (2005:212) menyatakan bahwa minat merupakan suatu kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu. Slameto (1995:180) mengungkapkan tentang minat yaitu suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Jadi untuk menumbuhkan minat memerlukan kesadaran penuh agar segala upaya yang dilakukan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu kecenderungan atau rasa ketertarikan terhadap sesuatu yang sifatnya tetap untuk memperhatikan atas dasar keinginan dan kesenangan dalam memperoleh pemahaman dengan penuh kesadaran. Minat ini di masa mendatang dapat mempengaruhi intensitas dan cita-cita anak.
b. Pentingnya Minat Betapa pentingnya minat diungkapkan oleh Lester dan Crow dalam The Liang Gie (1995:129) yang menyatakan bahwa : An interest in learning is an obligation which goes with you to class and accompanies you during each study assignment, thereby, enabling you to succeed in the study activity. Likewise, interest is basic to your life’s work if you are to reach your recreation projects necessary for genuine success in the outcome. Atau dapat diartikan suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai anda ke kelas dan menemani anda selama setiap tugas studi, dengan demikian memungkinkan anda berhasil dalam kegiatan studi. Demikian pula, minat merupakan dasar bagi tugas hidup anda kalau anda ingin mencapai tujuan yang anda harapkan. Minat dalam pekerjaan anda, dalam studi anda atau dalam kegiatan-kegiatan hiburan anda adalah perlu sukses sejati dalam hasil. Minat merupakan sikap batin dalam diri seseorang, maka timbulnya minat bermuara pada berbagai dorongan batin yang kuat untuk mencapai sesuatu. Menurut Hurlock (2005:114) pada semua usia minat memainkan peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
besar atas perilaku dan sikap. Menurutnya sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Hurlock (2005:114) menambahkan anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan, akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat. Jika kita mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak sepenuhnya, rangsangan harus diatur supaya bertepatan dengan minat anak. Hurlock (2005:114) menegaskan bahwa minat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Semakin yakin anak terhadap suatu pekerjaan, semakin besar minat mereka terhadap kegiatan baik di kelas maupun di luar kelas yang mendukung tercapainya aspirasi itu. Hurlock (2005:116) menyatakan minat dapat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni. Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan.
c. Ciri-ciri Minat Minat merupakan kondisi psikis yang akan mewarnai aktivitas seseorang dalam mencapai tujuan. Ciri-ciri minat menurut Hurlock (2005:115) adalah : 1) minat tumbuh bersama dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Saat pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. 2) minat tergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak belum bisa dikatakan mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik maupun mental. 3) minat tergantung pada kesempatan belajar Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat anak. Karena lingkungan anak kecil, sebagian besar terbatas pada rumah,. Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup sosial mereka menjadi tetarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
4) perkembangan minat mungkin terbatas ketidakmampuan fisik dan mental serta pengalaman sosial yang terbatas akan membatasi minat anak. Misalnya anak yang cacat fisik tidak mungkin mempunyai minat yang sama pada olah raga seperti temannya yang memiliki fisik normal. 5) minat dipengaruhi budaya Anak-anak mendapat kesepatan belajar mengnai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan anak tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai dengan kelompok budaya mereka. 6) minat berbobot emosional Bobot emosional yang tidak menyenangkan akan melemahkan minat dan bobot emosional yang menyenangkan akan memperkuat minat. 7) minat itu egosentris Sepanjang masa anak-anak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika sering dilandasi pemikiran bahwa matematika adalah langkah untuk mencapai kedudukan bagus di dunia usaha.
d. Aspek-aspek Minat Menurut Hurlock (2005:116) semua minat memiliki dua aspek, yaitu : 1) Aspek kognitif Aspek kognitif didasarkan atas konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Karena minat masa kanakkanak cenderung egosentris, aspek kognitif minat berkisar sekitar pernyataan apa saja, keuntungan dan kepuasan apa yang dapat diperoleh dari minat itu. Konsep yang membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai media massa. Dari berbagai sumber tersebut, anak belajar apa saja yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
2) Aspek afektif Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Aspek ini berkembang dari pengalaman pribadi, dari sikap orang tua, guru, teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut. Aspek afektif lebih penting daripada aspek kognitif karena a).aspek afektif mempunyai peran lebih besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif, b).aspek afektif minat sekali terbentuk cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Mengingat pengaruh minat pada perilaku dan pada penyesuaian pribadi dan sosial dalam perkembangan minat, perhatian yang lebih besar harus diberikan pada pengembangan bobot emosional positif dari minat ini, daripada aspek kognitifnya.
e. Fungsi dan Peranan Minat dalam Belajar Hurlock (2005:114) minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang mempunyai minat belajar akan berusaha sekuat tenaga untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan.
Amstrong
(http://www.zanikhan.multiply.com/) menyatakan bahwa kosentrasi ada bila ada minat yang memadai, seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika tidak ada minat. Menurutnya minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni oleh seseorang. Suatu minat dalam belajar merupakan suatu kejiwaan yang menyertai siswa dikelas dan menemani siswa dalam belajar. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat memiliki peran yang sangat besar dalam belajar. Konsentrasi siswa tergantung pada seberapa besar minat yang dimilikinya. Bila siswa memiliki minat belajar yang besar, maka secara tidak langsung akan mendorong prestasi belajarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
f. Aspek-Aspek yang Membangkitkan dan Menumbuhkan Minat Belajar Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, memuaskan dan melayani kebutuhan-kebutuhannya. Jika siswa sudah sadar bahwa belajar merupakan alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting, maka belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya dan otomatis dia bersemangat dalam mempelajari hal tersebut. Pada kenyataannya tidak semua siswa sadar akan hal itu, dan tidak semua siswa memiliki minat intrinsik yang sama. Dengan ketidaksamaan minat tersebut guru hendaknya mengetahui seberapa besar minat siswa tersebut terhadap pelajaran. Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu siswa menurut Slameto (1995:181) adalah dengan cara : 1) Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada Misalnya siswa berminat pada basket maka sebelum mengajarkan bagaimana cara permainannya pengajar dapat menceritakan tentang permainan basket yang baru berlangsung lalu diarahkan ke materi. 2) Membentuk minat-minat baru pada diri siswa Ini dapat dicapai dengan memberikan informasi mengenai hubungan suatu pelajaran yang lalu lalu diuraikan kegunaannya di masa yang akan datang. 3) Memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran Intensif merupakan alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agarmelakukan sesuatu yang tidak mau melakukannya atau yang tidak dilakukannya dengan baik. Diharapkan dengan pemberian intensif akan membangkitkan motivasi siswa dan minat terhadap bahan yang diajarkan akan muncul. Shalahuddin
(http://www.zanikhan.multiply.com/)
mengungkapkan
aspek yang dapat menumbuhkan minat dalam bukunya pengantar psikologi pendidikan yaitu : 1) Fungsi/adanya kebutuhan-kebutuhan Minat dapat muncul atau digerakkan jika ada kebutuhan seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
kebutuhan psikologis (seperti lapar), kebutuhan keamanan (seperti rasa aman), kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau pengembangan bakat. 2) Keinginan dan cita-cita Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan, penyakit-penyakit). Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang. 3) Pengaruh kebudayaan Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni lingkup mikro (individual) dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan dapat memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, Tari Remo dari Jawa Timur, Jaipong dari Jawa Barat, semua itu akan menarik orang untuk memperhatikan dan mempelajari kebudayaan jawa barat dan jawa timur. Begitu juga belajar, minat belajar siswa dapat timbul karena adanya kebiasaan belajar. 4) Pengalaman Pengalaman
merupakan
permulaan
dari
kebudayaan
seperti
pengalaman seorang guru dapat menimbulkan/menumbuhkan minat guru untuk menekuni bidang-bidang keguruan, dengan adanya pengalaman tersebut minat seseorang bisa tergerak (bertambah), misal ada seseorang siswa, tahun lalu menduduki prestasi rendah, maka siswa tersebut berpikiran jangan sampai itu terulang kembali, sehingga ia lebih meningkatkan belajarnya dari tercapainya prestasi yang lebih baik dari yang kemarin.
g. Kondisi yang Mempengaruhi Minat Menurut Hurlock yang dikutip oleh Meitasari Tjandrasa (2005:139) kondisi yang mempengaruhi minat anak di sekolah sebagai berikut : 1) Pengalaman dini di sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Pengalaman di kelompok bermain anak-anak mempermudah penyesuaian dan menjadikan pengalaman dini sekolah yang menyenangkan. 2) Pengaruh orang tua Sikap orang tua sangat mempengaruhi minat anak terhadap sekolah secara umum dan kesadaran akan pentinganya pendidikan. 3) Sikap saudara kandung Saudara kandung yang lebih besar mempunyai pengaruh yang sama terhadap sikap anak sekolah. 4) Sikap teman sebaya Minat dan sikap terhadap sekolah secara umum dan terhadap kegiatan sekolah sangat diarahkan oleh teman sebaya. 5) Penerimaan oleh kelompok teman sebaya Untuk dapat diterima diantara teman sebaya, anak belajar bahwa ia harus menerima minat dan nilai dari kelompok lain. 6) Keberhasilan akademik Bila keberhasilan akademik merupakan lambang status, maka kegagalan akan mengurangi minat anak pada sekolah. 7) Sikap terhadap pekerjaan Dengan adanya kenaikan kelas maka lebih banyak tuntutan untuk membuat pekerjaan rumah, ini bisa menimbulkan rasa tidak suka. 8) Hubungan guru dengan murid Guru yang memiliki hubungan yang baik dengan murid akan mendorong sikap yang lebih positif kepada murid. 9) Suasana emosional di sekolah Suasana emosional sekolah dipengaruhi sikap guru dan jenis disiplin yang digunakan. Guru yang menggunakan disiplin yang demokratis mendorong sikap yang lebih positif pada siswa.
h. Pentingnya Minat Belajar Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa. Bila
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan baik karena tidak ada daya tarik baginya. Oleh karena itu, untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dalam belajar, guru hendaknya berusaha bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu butuh dan ingin terus belajar. Dalam artian menciptakan siswa yang mempunyai minat belajar yang besar, mungkin dengan menjelaskan hal-hal yang menarik dan mengembangkan variasi dalam gaya mengajar agar siswa bisa merasa senang dan memperoleh kepuasan belajar. (Anonim,2009.http://www.zanikhan.multiply.com/) Jadi minat sangat erat hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan. Dalam kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari gurunya, temannya, dan orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menyediakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat belajar siswa. Membangkitkan minat belajar siswa itu juga merupakan tugas guru yang mana guru harus benar-benar bisa menguasai semua keterampilan yang menyangkut
pengajaran,
terutama
keterampilan
dalam
bervariasi.
Keterampilan ini sangat mempengaruhi minat belajar siswa seperti halnya bervariasi dalam gaya mengajar. Jika guru tidak menggunakan variasi tersebut, siswa akan cepat bosan dan jenuh terhadap materi pelajaran. Untuk mengatasi hal-hal tersebut guru hendaknya menggunakan variasi dalam gaya mengajar, agar semangat dan minat siswa dalam belajar dapat meningkat. Jika sudah begitu, hasil belajar sangat memuaskan. Dan tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
i. Pengertian Belajar Belajar adalah proses yang terjadi terus menerus dalam hidup manusia. Woolfolk dalam Conny Semiawan (1999:245) menegaskan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan perilaku yang relatif permanen pada individu. Syamsudin dalam Conny Semiawan (1999:245) mendefinisikan bahwa belajar adalah perbuatan yang menghasilkan perubahan prilaku dan pribadi. Hal senada juga diungkapkan oleh Nana Sudjana (1996:5) yang menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) mengemukakan bahwa belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru. Belajar menurut Winkel (2005:59) adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam
pengetahuan-pemahaman,
keterampilan,
nilai-sikap.
Perubahan itu bersifat relatif, konstan, dan berbekas. Dari berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang ditandai dengan adanya perubahan dari sifat stimulus lingkungan menjadi kapabilitas baru yang bersifat konstan untuk memperoleh pengetahuan baru. Morgan
dalam
Ngalim
Purwanto
(2002:84)
mengungkapkan
pendapatnya tentang belajar yaitu setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai sesuatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan Slameto (1995:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas fisik dan mental berupa perubahan tingkah laku yang relatif konstan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk memperoleh pengetahuan baru.
j. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar ada dua, Ngalim Purwanto (2002:102) mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu : 1). faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar, 2). faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Ngalim Purwanto (2002:107) mengikhtisarkan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut : Alam Lingkungan Sosial Luar
Kurikulum/bahan pelajaran Guru/pengajar Instrumental
Sarana dan fasilitas Administrasi/Manajemen
Faktor
Kondisi fisik Fisiologi Kondisi panca indra Dalam
Bakat Minat Psikologi
Kecerdasan Motivasi Kemampuan kognitif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Muhibbin
Syah
(2006:132)
membedakan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi belajar siswa menjadi tiga yaitu : 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek yaitu : a). Aspek fisiologis (bersifat jasmaniah) Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajari kurang berbekas. Kondisi indera pendengar dan penglihat sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Pola makan-minum, dan istirahat dapat mempengaruhi reaksi tonus dan semangat mental siswa itu sendiri. b). Aspek psikologis (bersifat rohaniah) Yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa adalah : (1) Inteligensi siswa : inteligensi diartikan kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Inteligensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat kleberhasilan belajar. Semakin tinggi inteligensi maka semakin besar peluang untuk meraih sukses (2) Sikap
siswa
:
sikap
merupakan
gejala
internal
berupa
kecenderungan untuk merespon dengan relatif tetap terhadap objek orang, barang, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif kepada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut (3) Bakat siswa : bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan di masa yang akan datang (Chapin, 1972; Reber, 1988). Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. (4) Minat siswa : minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang study tertentu. (5) Motivasi siswa : motivasi merupakan keadaan internal organisme yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan orang lain. 2) Faktor eksternal yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa meliputi : a). lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi, dan teman
sekelas
dapat
mempengaruhi
semangat
belajar
siswa.
Lingkungan sosial siswa meliputi masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar perkampungan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri b). lingkungan nonsosial Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai strategi yang digunakan siswa
dalam
menunjang
efektivitas
dan
efisiensi
dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu faktor pendekatan belajar berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa tersebut.
k. Hakikat Minat Belajar Winkel (1987:150-151) mengungkapkan pendapaatnya tentang minat belajar yaitu keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Minat belajar adalah aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi
mencari
pengetahuan,
dan
pengalaman.
(Anonim,2009.http://www.zanikhan.multiply.com/) Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar yaitu daya penggerak psikis yang mampu menimbulkan suatu keinginan untuk melakukan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar mencari pengetahuan dan pengalaman untuk mencapai suatu tujuan.
l. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
(http://www.depdiknas.go.id/cdisis.php) IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses pencarian. IPA dalam Depdikbud (1995:73) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Sains
menurut
Sund
dan
Trowbribge
(http://www.id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Pengetahuan_Alam&ac tion=edit) yaitu kumpulan pengetahuan dan proses. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa IPA adalah kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep, serta cara mencari tahu tentang sebab akibat dari kejadian alam secara sistematis melalui serangkaian proses ilmiah guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
m. Hakikat Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keempat unsur utama tersebut adalah: 1) Sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended. 2) Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. 3) Produk; berupa fakta, prinsip, teori dan hukum 4) Aplikasi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.(Anonim,2009. http://anwarpgmi.blogspot.com/2008/07/keterampilan-proses-sains.html) Dalam pembelajaran IPA ke empat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga siswa dapat mengalami pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah dan meniru ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
n. Hakikat Minat Belajar Ilmu Pengatahuan Alam IPA (Sains) berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, jangkauan IPA semakin luas. Semboyan "Sains hari ini adalah teknologi hari esok" merupakan semboyan yang dibuktikan sejarah. (Anonim,2009.http://www.id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ilmu_Pengetah uan_Alam&action=edit) Dalam pembelajaran IPA sebagai pendidik guru bertugas menggugah minat siswa untuk terus menggali rahasia alam dan seisinya. Dengan demikian guru harus mengerti makna dari minat belajar IPA itu sendiri. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar IPA adalah perubahan tingkah laku yang didahului oleh rasa ketertarikan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
mencari tahu tentang alam secara sistematis, baik proses maupun produk melalui latihan dan pengalaman guna mengungkap rahasia tentang alam semesta yang pada akhirnya menghasilkan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, dan perasaan senang.
o. Fungsi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Fungsi belajar IPA dalam Depdikbud (1995:73) yaitu: 1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 2) Mengembangkan keterampilan proses. 3) Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan, dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
p. Tujuan Belajar IPA Tujuan pembelajaran IPA dalam Depdikbud (1995:73) bagi siswa agar siswa memiliki kemampuan : 1) Memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. 2) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan tentang alam sekitar. 3) Mengembangkan minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda, serta kejadian di lingkungan selitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
4) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, bekerjasama, dan mandiri. 5) Mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan dalam kehidupan sehari-hari. 6) Mampu
menggunakan
teknologi
sederhana
yang
berguna
untuk
memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 7) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
q. Prinsip Pembelajaran IPA di SD Prinsip pembelajaran merupakan hal penting yang harus dikuasai guru dalam proses pembelajaran. Adapun beberapa prinsip pembelajaran IPA di SD yaitu : 1) Prinsip motivasi Motivasi adalah daya dorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan. Motivasi ada yang berasal dari dalam atau intrinsik dan ada yang timbul akibat rangsangan dari luar atau ekstrinsik. Motivasi intrinsik akan mendorong rasa ingin tahu, keinginan mencoba, mandiri dan ingin maju. 2) Prinsip latar Pada hakekatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru perlu mengetahui pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman apa yang telah dimiliki siswa sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berawal dari suatu kekosongan. 3) Prinsip menemukan Pada dasarnya siswa memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga potensial untuk mencari guna menemukan sesuatu. Oleh karena itu bila diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi tersebut siswa akan merasa senang atau tidak bosan. 4) Prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing) Pengalaman yang diperoleh melalui bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah terlupakan. Oleh karena itu dalam proses belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
mengajar
sebaiknya
siswa
diarahkan
untuk
melakukan
kegiatan
atau ”Learning by doing” 5) Prinsip belajar sambil bermain Bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana gembira dan menyenangkan, sehingga akan dapat mendorong siswa untuk melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran perlu diciptakan suasana yang menyenangkan lewat kegiatan bermain yang kreatif. 6) Prinsip hubungan sosial Dalam beberapa hal kegiatan belajar akan lebih berhasil jika dikerjakan secara berkelompok. Dari kegiatan kelompok siswa tahu kekurangan dan kelebihannya sehingga tumbuh kesadaran perlunya interaksi
dan
kerja
sama
dengan
orang
lain.
(Anonim,2009.http://anwarpgmi.blogspot.com/2008/07/keterampilanproses-sains.html). Dari uraian di atas terlihat bahwa prinsip-prinsip pembelajaran dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran.
2. Pendekatan Keterampilan Proses a. Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:138) memaknai pendekatan keterampilan proses sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:139) pendekatan keterampilan proses adalah wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa untuk mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan
proses
adalah
wahana
penemuan
commit to user
dan
pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan
mendasar
yang
dimiliki
siswa
untuk
mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa.
b. Tujuan Pendekatan Keterampilan Proses Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang psikomotorik, melainkan juga bukan sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan di atas, pada keterampilan proses, guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi ilmuwan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-cara seperti yang diperbuat oleh ilmuwan. Selain itu pendekatan keterampilan proses juga bertujuan
untuk
membantu
mengembangkan
kepribadian
siswa.
(Anonim,2009.http://www.teoripembelajaran.teknodik.net/?p=271)
c. Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Dalam pembelajaran, pendekatan keterampilan proses merupakan anutan pengembangan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan mendasar yang telah ada pada diri siswa. Conny Semiawan (1992:14) menjabarkan beberapa alasan yang melandasi penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran yaitu : 1) Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Karena terdesak waktu untuk mengejar ketercapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode ceramah. Akibatnya para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan konsep, dan tidak dilatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. 2) Anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, contoh-contoh yang wajar sesuai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan menyerahkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata. 3) Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relativ tetapi masih terbuka untuk diperbaiki. 4) Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Pendapat lain diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2002:137) yang memaparkan dasar penerapan PKP dalam pembelajaran yaitu meliputi : 1). Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi Untuk mengatasi percepatan perubahan IPTEK maka perlu pengembangan keterampilan memperoleh dan memproses semua fakta, konsep, prinsip, pada siswa. 2). Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal maka dibutuhkan kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip. 3). Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu. Dengan penanaman sikap dan nilai ini akan menyadarkan siswa pada keterbatasan dan keunggulan manusia, apabila dibandingakan dengan keterbatasan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kemampuan atau Keterampilan Mendasar dalam Keterampilan Proses Para ilmuwan dapat menemukan suatu yang baru karena mereka mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan fakta dan konsep sehingga mampu menciptakan dan menemukan sesuatu yang baru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Conny Semiawan (1992:17) menjabarkan kemampuan dasar yang dimaksud antara lain : 1) Observasi atau pengamatan Conny
Semiawan
(1992:19)
mengungkapkan observasi atau
pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Dalam mengobservasi
kita
memilah-milah
mana
yang
penting
dengan
menggunakan semua indra untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Dimyati dan Mudjiono (2002:142) membagi observasi menjadi 2 sifat yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindra untuk memperoleh informasi. Misalnya menentukan warna (penglihatan), mengenali suara jangkerik (pendengaran). Observasi bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindra juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat. Misalnya menghitung
panjang
ruang
kelas
dengan
satuan
ukuran
meter.
Keterampilan melakukan observasi sangat erat hubungannya dengan pengetahuan, proses berfikir dan motivasi pengamatan. Sesuatu yang diamati orang dalam situasi tertentu bergantung pada minatnya. Pengamatan yang salah akan memberikan informasi yang salah juga. 2) Membuat hipotesis Menurut Conny Semiawan (1992:25) hipotesis adalah suatu perkiraan beralasan yang menerangkan suatu kejadian tertentu. Mudjiono (2002:148)
mendefinisikan
hipotesis
sebagai
kemampuan
untuk
menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam satu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah perkiraan atau dugaan beralasan mengenai adanya faktor yang terdapat dalam suatu kejadian tertentu, dimana hal ini akan memunculkan suatu akibat tertentu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Hipotesis
menyatakan
hubungan
antara
dua
variabel
atau
mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dengan hipotesis, seorang ilmuwan biasanya menguji hipotesis dengan suatu eksperimen. Hipotesis mengungkapkan pernyataan logis yang dapat diuji kebenarannya. Adanya hipotesis akan mengarahkan siswa untuk dapat memecahkan permasalahan agar tidak menyimpang. Guru dapat melatih anak membuat hipotesis sederhana, misalnya melakukan percobaan dengan baterai. Jika lampu tidak menyala mereka dapat membuat hipotesis mengapa terjadi demikian. 3) Perencanaan penelitian atau eksperimen Ilmu pengetahuan dan teknologi terlahir dari sejumlah penelitian yang mendahuluinya. Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan adanya rancangan penelitian. Conny Semiawan (1992:26) mengungkapkan eksperimen merupakan usaha menguji melalui penyelidikan praktis. Keterampilan merancang penelitian perlu diberikan sejak dini. Guru perlu melatih anak untuk mengadakan eksperimen sederhana, misalnya tanaman dalam kaleng dll. Dalam melakukan eksperimen guru perlu melatih siswa dalam merencanakan eksperimen untuk menghindari pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya tidak sesuai dengan harapan. 4) Pengendalian variabel Dimyati dan Mudjiono (2002:146) mengungkapkan variabel sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah dalam satu situasi. Pernyataan berbeda diungkapkan oleh Conny Semiawan (1992:28) yang mendefinisikan variabel sebagai faktor yang berpengaruh. Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan suatu faktor berpengaruh yang memiliki variasi nilai dan dapat berubah dalam satu situasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Dimyati dan Mudjiono (2002:145) mengungkapkan ada 2 macam variabel yang perlu dikenal, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam suatu situasi dan diselidiki pengaruhnya. Variabel terikat adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam hubungan yang fungsional (dengan atau sebagai pengaruh dari variabel bebas). Guru perlu melatih anak dalam mengendalikan variabel dan memperlakukan varibel, contoh membuktikan tanaman jagung yang diberi pupuk akan lebih cepat tumbuh anak perlu melakukan percobaan dengan menanam beberapa bibit jagung pada beberapa tempat yang berbeda dengan jenis tanah yang sama. Perbedaannya hanya diberi pupuk dan tidak. Lalu anak mengamati dan mengukur kecepatan pertumbuhan tanaman jagung tsb serta membandingkan hasilnya. Variabel yang terikat adalah jenis bibit yang sama, variabel yang bebas adalah pupuk. 5) Interpretasi data Mencatat setiap hasil pengamatan termasuk dalam menafsirkan atau interpretasi. Menghubungkan hasil pengamatan tentang perubahan arus dan tegangan dalam suatu rangkaian tertutup menunjukkan bahwa siswa melakukan interpretasi. Data yang dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, histogram atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapatlah diinterpretasikan. Interpretasi sering dicampur dengan observasi. Karena itu setelah observasi dan memperoleh data hasil pengamatan dilanjutkan dengan mengorganisir data tersebut. Interpretasi dapat dilakukan dengan baik jika antar variabel yang telah dikendalikan memiliki hubungan dengan pola tertentu
yang
jelas.
Kesimpulan
yang
baik
bergantung
pada
pengorganisasian yang jelas dari data-data hasil pengamatan. 6) Kesimpulan sementara (Inferensi) Kesimpulan sementara atau inferensi bukan merupakan kesimpulan akhir, jadi hanya kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
itu. Guru dapat melatih siswa menyusun kesimpulan sementara, misalnya seorang siswa membayangkan ciri-ciri seekor binatang, lalu menuliskan beberapa hasil observasi di papan. Siswa yang lain diperintahkan membuat kesimpulan sementara dari hasil observasi yang ditulis di papan. 7) Peramalan atau prediksi Keterampilan meramalkan merupakan keterampilan yang mencakup mengajukan
perkiraan
sesuatu
yang
belum
terjadi
berdasarkan
kecenderungan atau pola yang sudah ada. Peramalan dapat didasarkan atas beberapa kejadian yang bersifat ilmiah. Guru dapat melatih anak membuat ramalan kejadian yang akan datang. Misalnya mencatat curah hujan selama dua tahun lalu meramalkan jumlah curah hujan pada tahun depan. 8) Penerapan Guru dapat melatih anak menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, contoh siswa memompa ban sepeda yang mampu memuat beban yang berat. 9) Komunikasi Setiap ahli dituntut mampu menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan adalah salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuwan. Guru dapat melatih siswa dengan menyajikan laporan hasil percobaan kelompok, membuat paper, dan menyusun karangan.
B. Penelitian Relevan Berikut ini merupakan penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain : Penelitian Istri Wahyuni (2009), dengan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Menggunakan Kombinasi Metode Observasi dan Metode Kerja Kelompok Sebagai Upaya Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Sains Biologi Pada Materi Tumbuhan Biji Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Pengasih Kulonprogo”.
(http://digilib.uin-
suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=digilib-uinsuka--istriwahyu1684&q=Belajar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
pendekatan keterampilan proses menggunakan metode observasi dan kerja kelompok dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sains biologi siswa kelas VII A semester II tahun ajaran 2007-2008 di SMP Negeri 2 Pengasih. Pengunaan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode observasi dan kerja kelompok mendapat tanggapan positif dari siswa. Penelitian Setyaningsih (2006), dengan judul “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Siswa Kelas XI Semester II SMA Islam Sultan Agung I Semarang
Tahun
Pelajaran
2005/2006.
(http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH9ce.dir/doc.pdf). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa dapat mencapai ketuntasan belajar baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik melalui penerapan pendekatan keterampilan proses. Penelitian Marsono (2004), dengan judul “Hubungan Antara Kemampuan Penalaran dan Minat Belajar dengan Hasil Belajar IPA survei pada Siswa Kelas V Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Semester II Tahun Pelajaran 2003/2004”. Dalam penelitian ini ditunjukkan pengujian dengan rumus product moment. Setelah dilakukan analisis dengan komputer diperoleh harga rx2y=0,360>0,312 maka hipotesis tersebut dapat diterima. Kesimpulannya terdapat hubungan minat belajar terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SDN Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Semester II Tahun Pelajaran 2003/2004. Penelitian Yustami, (2005) dengan judul “Penerapan Keterampilan Proses Sains Meningkatkan Pemahaman Konsep Fluida Statik pada Siswa Kelas II SMA. (http://www.sps.upi.edu/?pps=IsiAbstrak&kode=40). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan. Subyek penelitian dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas percobaan. Kelas kontrol menggunakan pembelajaran dengan metode konvensional dan kelas eksperimen menggunakan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains melalui percobaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses sains melalui percobaan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas II SMA dalam memahami konsep fluida statis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Adapun penelitian sejenis yang diambil dari jurnal penelitian nasional yaitu : Sri Kudsiyati, Endang Sri Markamah, St.Y. Slamet, (2002), dengan judul “Pengaruh Tingkat Penerapan Keterampilan Proses dan Pengalaman Mengampu Kelas terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar Kota Surakarta”. Salah satu hasil hasil dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan prestasi belajar IPA antara siswa yang belajar dengan tingkat penerapan keterampilan proses tinggi dengan tingkat penerapan keterampilan proses rendah. Belajar IPA dengan tingkat penerapan keterampilan proses tinggi lebih baik daripada tingkat penerapan keterampilan proses rendah. Hal ini dikarenakan penerapan keterampilan proses tinggi menuntut adanya keterlibatan siswa secara total dalam menemukan fakta dan konsep IPA melalui konsep IPA.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal pembelajaran berpusat pada guru. Guru mendril siswa untuk menghafal berbagai konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep itu sendiri. Siswa kurang tertarik dengan metode ceramah yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA. Pengajaran sains tanpa disertai percobaan karena hasil kegiatan percobaan tidak pernah diujikan dalam ujian akhir. Secara psikologis struktur kognitif anak SD sulit berfikir logis untuk memecahkan konsep yang rumit dan abstrak karena dalam pembelajaran tanpa menyertakan contoh kongkrit yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dalam pembelajaran. Maka dari itu minat belajar IPA rendah karena siswa kurang tertarik pada pembelajaran yang diterapkan. Pendekatan
keterampilan
proses
adalah
wahana
penemuan
dan
pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki siswa untuk mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Kelebihan pendekatan keterampilan proses yaitu: 1).memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan, 2).menerapkan pengetahuan untuk menyiapkan siswa demi masa depan, 3).pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan yang kreatif karena siswa aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri sehingga dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
meningkatkan cara mendapatkan pengetahuan. Oleh karena itu jika pendekatan keterampilan proses diterapkan dalam pembelajaran maka dapat meningkatkan minat belajar IPA karena dalam pendekatan keterampilan proses siswa dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar. Siswa didorong untuk melakukan percobaan dan eksplorasi sehingga dapat membangkitkan minat siswa dalam belajar IPA. Berdasarkan uraian di atas, maka alur kerangka berfikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi -
awal
IPA hanya dipelajari dengan metode ceramah dan menghafal. Pengajaran IPA tanpa disertai kegiatan percobaan Siswa sulit memahami konsep yang rumit dan abstrak tanpa contoh kongkrit dengan
Minat belajar IPA rendah
mengalami sendiri
Tindakan
Kondisi akhir
Guru menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA
Siklus I
Siklus II
Minat belajar IPA meningkat
Gambar 1. Kerangka pemikiran
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: “Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 3 SDN Jaten 4 Karanganyar”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Jaten 4 Karanganyar pada tahun pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010 selama 4 bulan. Dimulai Januari 2010 sampai bulan April 2010.
B. Subyek dan Obyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah guru IPA dan siswa kelas 3 SDN Jaten 4 Karanganyar. Obyek penelitian ini adalah proses pembelajaran IPA di kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas. Sehubungan dengan bentuk penelitian yang digunakan maka strategi penelitian yang digunakan berupa tindakan melalui siklus-siklus, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan keterampilan proses. Dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Perencanaan
Refleksi Perbaikan Rencana Tindakan / Observasi
Refleksi Tindakan / Observasi Perbaikan Refleksi
Rencana
Tindakan/Observasi Dan seterusnya Gambar 2: Spiral Penelitian Tindakan Kelas Hopkins dalam Suharsimi Arikunto (2008:105)
D. Sumber Data Sumber data berasal dari informasi siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar dan guru kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar. Data yang berupa hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi. Data nilai evaluasi dan tugas kelompok diperoleh melalui tes evaluasi dan lembar kerja kelompok. Proses yang diamati mencakup aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Data minat belajar IPA diperoleh melalui angket yang diberikan kepada siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
E. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penilaian kualitatif dan jenis data yang dimanfaatkan, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Angket Angket dalam penelitian ini menggunakan metode Likert yang dimodivikasi dengan soal pilihan ganda empat (4) alternatif jawaban. Masing-masing bernilai 1, 2, 3, dan 4. Penentuan alternatif nilai skor pada jawaban didasarkan pada indikator variabel yang telah tercantum dalam kisi-kisi angket. Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkatan minat belajar siswa, maka dipergunakan teknik pengambilan data melalui angket. Angket diberikan kepada sampel untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan sehingga dapat diperoleh klasifikasi minat belajar siswa yang bersangkutan.
2. Observasi Suharsimi Arikunto (2005:30) mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Dalam penelitian ini observasi yang akan digunakan adalah observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Observasi dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan minat belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar. Untuk mempermudah dalam observasi maka peneliti memakai skala. Nana Sudjana (2009:86) mengklasifikasikan skala observasi menjadi tiga yaitu skala tinggi, sedang dan kurang. Aspek-aspek yang diamati dalam observasi diklasifikasikan dalam bentuk skala tinggi, sedang dan kurang. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkupinya. Peneliti menggunakan lembar observasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
pada waktu proses pembelajaran berlangsung yaitu dengan membubuhkan tanda chek list (√). Adapun langkah-langkah observasi meliputi : a. Perencanaan yaitu peneliti memeriksa urutan kegiatan observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai fokus, kriteria atau kerangka pikir disamping teknik observasi yang akan dilakukan. b. Pelaksanaaan observasi kelas yaitu mengamati proses pembelajaran, mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. c. Pembahasan balikan
3. Tes Teknik ini dilakukan dengan pemberian tugas kelompok dan tes evaluasi pada tiap pertemuan setiap siklus. Bentuk dari tes tersebut adalah soal esai dan pilihan ganda. Dalam hal ini tes dilakukan untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar IPA. Selain itu tes juga berfungsi untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau perkembangan pelaksanaan tindakan.
F. Validitas Data Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi. Moleong dalam Basrowi dan Suwandi (2008:123) menggolongkan triangulasi menjadi 3 yaitu triangulasi sumber data, triangulasi metode, dan triangulasi teori. Adapun dari triangulasi yang ada peneliti hanya menggunakan teknik triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data digunakan dengan mengecek beberapa sumber data. Melalui metode ini penulis membandingkan data yang diperoleh melalui observasi maupun dokumen.
G. Analisis Data Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa Miles & Huberman dalam Sutopo (2006:113). Analisa data dalam penelitian ini meliputi tiga komponen yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
1. Reduksi data Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari catatan data yang diperoleh di lapangan. Dengan kata lain reduksi data adalah mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga narasi sajian data dan simpulan dari unit-unit permasalahan yang telah dikaji dalam penelitian dapat dilakukan. 2. Sajian data Sajian data disusun berdasarkan reduksi data dan disajikan dengan bahasa yang logis dan sistematis. Sutopo (2006:115) menjelaskan sajian data merupakan narasi mengenai berbagai hal yang terjadi di lapangan. Narasi yang tersaji merupakan deskripsi kondisi yang rinci dan mendalam untuk menceritakan dan menjawab masalah yang ada. Sajian data juga dapat dipaparkan dalam bentuk matriks, gambar/skema, dan tabel sebagai pendukung narasinya. 3. Verifikasi data atau penarikan simpulan Verivikasi merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat. Peneliti melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Verivikasi dapat berupa mengembangkan ketelitian, misalnya dengan berdiskusi, saling memeriksa antarteman atau dengan replikasi dalam satuan data yang lain. Berdasarkan acuan di atas, penulis melakukan analisis sebagai berikut : 1. Membandingkan minat belajar siswa sebelum menggunakan pendekatan keterampilan proses dan sesudahnya. 2. Membandingkan nilai evaluasi dan nilai tugas siswa sebelum menggunakan pendekatan keterampilan proses dan sesudahnya. 3. Menyimpulkan bagaimana peningkatan minat belajar siswa. 4. Menyimpulkan bagaimana peningkatan nilai evaluasi dan nilai tugas siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan. Penelitian tindakan kelas ini dapat dikatakan berhasil apabila minimal mencapai indikator sebagai berikut : 1. Rata-rata untuk nilai hasil angket minat belajar > 70% dan rata-rata untuk nilai evaluasi dan tugas kelompok >70. 2. Skor atau nilai minat tinggi dicapai oleh minimal 70% dari seluruh siswa yang masuk. Berikut ini adalah penentuan kriteria skor minat : No. Nilai 1. Kurang dari 60% 2. 60% sampai 70% 3. Lebih dari 70%
Kriteria Minat rendah sedang tinggi
3. Pada tes evaluasi skor lebih dari 80-100 dicapai oleh minimal 25% dari seleuruh siswa yang masuk
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan ini terdiri dari siklus-siklus. Dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini terdiri dari dua siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Perencanaan siklus yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Siklus I a. Perencanaan tindakan 1). Sebelum mengadakan penelitian maka terlebih dahulu peneliti minta izin kepada Kepala Sekolah SDN Jaten 4 Karanganyar untuk mengadakan penelitian di SD tersebut. 2). membuat rencana pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi gerak benda untuk dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa 16 Februari 2010 dan hari Rabu 24 Februari 2010. Peneliti menyusun RPP dengan indikator :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
a). Indikator pada pertemuan pertama yaitu mengidentifikasi berbagai gerak benda melalui percobaan, misalnya menggelinding, jatuh, mengalir, memantul, dan berputar. b). Indikator pada pertemuan kedua yaitu mengidentifikasi hal-hal yang mempengaruhi gerak benda, misalnya berat ringan, bentuk, permukaan benda, dan kekasaran permukaan benda. 3). mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk percobaan.antara lain bola, truk mainan, bola kaki, penghapus, batu, kertas, daun, sendok, kayu, baskom, air, kayu, botol, kelereng, payung, dan balok kayu. 4). membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA. 5). membuat angket tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA. 6). menyiapkan soal evaluasi untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. b. Penerapan tindakan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut: Pertemuan pertama hari Selasa 16 Februari 2010 1). Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang bagaimana gerakan bola dan bagaimana gerakan roda. 2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3). Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai gerak benda sambil memeragakan gerak benda dengan menggunakan bola, spidol, dan roda. 4). Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai gerak benda dengan pendekatan keterampilan proses. Adapun penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : a) Observasi : siswa menghitung jumlah roda truk mainan, mengukur panjang dan lebar truk mainan, mengelompokkan benda yang terapung dan tenggelam, mengamati arah gerak benda yang jatuh ke bawah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
b) Membuat hipotesis : siswa membuat hipotesis bahwa air bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. c) Merencanakan penelitian: siswa mengadakan percobaan sederhana tentang berbagai macam gerak benda mulai dari memantul hingga tenggelam. d) Mengendalikan variabel : siswa mengadakan percobaan sederhana dengan mengamati gerak bola kaki dengan gerak bola tennis. e) Menafsirkan data: siswa melaporkan hasil percobaan sederhana tentang bermacam-macam gerak benda dalam bentuk tabel. f) Menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara bahwa gerakan air yang berpindah dari tempat tinggi ke tempat yang rendah disebut mengalir. g) Meramalkan : siswa berlatih meramalkan gerakan kipas angin, gerak roda mobil, dan gerak otopet. h) Penerapan : siswa menerapkan konsep bola bergerak dengan menggelinding dengan mendorong bola, menerapkan konsep tentang air bergerak dengan mengalir yaitu dengan menuang air dari baskom ke parit depan sekolah. i) Komunikasi:siswa membacakan laporan hasil percobaan kelompoknya. 5). Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. 6). Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama 7). Siswa bermain permainan ”kartu ajaib” dimana di dalam kartu tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Siswa yang ditunjuk guru maju memilih salah satu kartu lalu menjawab pertanyaannya. 8). Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Gerak Benda” bersama-sama. 9). Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 10). Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. Pertemuan kedua hari Rabu tanggal 24 Februari 2010: 1). Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. 2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3). Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai faktor yang mempengaruhi gerak benda sambil menunjukkan berbagai bentuk dan permukaan benda 4). Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi gerak benda dengan pendekatan
keterampilan
proses.
Adapun
penerapan
pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : a). Observasi : siswa mengamati benda-benda mana yang lebih cepat bergerak, berdasarkan bentuk dan permukaan benda. b). Membuat hipotesis : siswa membuat hipotesis bahwa benda yang berbentuk bulat lebih mudah bergerak daripada benda yang berbentuk kotak, membuat hipotesis bahwa benda yang permukaannya halus lebih mudah bergerak daripada benda yang permukaannya kasar. c). Merencanakan penelitian: siswa mengadakan percobaan sederhana tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi gerak benda. d). Mengendalikan variabel : siswa mengadakan percobaan sederhana dengan membandingkan bagaimana rasanya berlari dengan payung yang tertutup dengan berlari memakai payung yang terbuka. e). Menafsirkan data: siswa melaporkan hasil percobaan sederhana tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda dan ditulis di lembar kerja kelompok. f). Menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara bahwa permukaan benda, bentuk benda, dan ukuran benda dapat mempengaruhi gerak benda. g). Meramalkan : Siswa meramalkan gerak beberapa benda yang memiliki bentuk dan permukaan berbeda. h). Penerapan : siswa menerapkan konsep tentang bola lebih mudah bergerak dengan menarik mobil mainan dan balok kayu secara bersamaan. Menerapkan konsep tentang bentuk, ukuran, dan permukaan benda dapat mempengaruhi gerakan benda dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
mengadakan percobaan berbagai macam benda yang berbeda bentuk, ukuran, dan permukaannya. i). Komunikasi:siswa membacakan laporan hasil percobaan kelompoknya. 5). Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. 6). Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama 7). Siswa bermain permainan ”tebak aku” dimana siswa menjawab soal dari nomor yang ditempel di papan. Siswa yang ditunjuk guru maju memilih salah satu nomor lalu menjawab pertanyaannya. 8). Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Gerak Benda” bersama-sama. 9). Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 10). Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. 11). Guru memberikan angket tentang minat belajar IPA kepada siswa. c. Pengamatan (Observasi) Guru menyiapkan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran IPA dan mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan minat belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar. d. Refleksi Guru mengumpulkan hasil percobaan kelompok, hasil observasi, serta angket untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari siklus I: 1). Percobaan kelompok : pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 63, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 92. Pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya belum mencapai indikator, namun pada pertemuan kedua sudah memenuhi indikator dengan rata-rata di atas 70. 2). Evaluasi : pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 77, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 80. Nilai rata-rata evaluasi pada siklus I ini sudah mencapai indikator dengan rata-rata lebih dari 70.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama dan kedua siswa sangat menikmati pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses. Siswa terlihat antusias saat melakukan percobaan sederhana. Pada pertemuan pertama siswa belum dapat melakukan percobaan dengan baik, sedangkan pertemuan kedua siswa sudah bisa melakukan percobaan dengan baik. Namun secara umum siswa belum dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. b).Observasi pada guru : secara umum pada siklus I ini peran guru dalam meningkatkan minat belajar IPA masih kurang. Guru kurang mengarahkan pada siswa bagaimana memanfaatkan waktu dengan baik sehingga berdampak pada penggunaan waktu dalam proses pembelajaran yang kurang tepat. Namun guru sudah menggunakan metode dan media yang beragam sehingga cukup memotivasi siswa dalam belajar. 4). Angket : pada siklus I ini diperoleh hasil rata-rata angket siswa yaitu sebesar 75,88%. Siswa yang masuk dalam kriteria minat tinggi sebanyak 77% (26 siswa) dari 34 siswa yang masuk. Dalam pembelajaran IPA pada siklus I di atas memang untuk hasil angket telah mencapai nilai minat tinggi dengan rata-rata di atas 70% namun untuk nilai evaluasi dan kelompok perlu ditingkatkan lagi agar lebih optimal. Oleh karena itu akan diadakan siklus II untuk lebih meningkatkan minat belajar siswa.
2. Siklus II Karena dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I kurang maksimal, maka dilakukan tindakan kedua pada siklus II yaitu : a. Perencanaan tindakan 1). Peneliti menambah buku pegangan selain buku yang dipakai di sekolah. 2). membuat rencana pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari serta sumber energi, kegunaan, dan cara menghemat. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
yakni hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 dan hari Rabu 24 Maret 2010. Peneliti menyusun RPP dengan indikator : a). Pertemuan pertama : menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan pengamatan, misalnya panas dari sinar matahari, kincir angin berputar bila ditiup angin, memetik gitar menghasilkan bunyi, dan menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan bahwa energi itu ada, tidak dapat dilihat tetapi dapat dirasakan. b). Pertemuan kedua : membuat daftar sumber-sumber energi yang terdapat di sekitar, misalnya makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar matahari, air, dan angin, dan menjelaskan tujuan penggunaan sumber energi. 3). mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan untuk percobaan antara lain balok kayu, kipas, kertas, kipas angin, jam tangan, sendok, roti, lilin, korek api, kue, baterai, jam weker, minyak tanah, tungku minyak tanah, lampu pijar dan lampu neon, serta beberapa gambar diantaranya gambar tabung elpiji, air terjun, dan kincir angin. 4). membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA 5). membuat angket tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA. 6). menyiapkan soal evaluasi untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. b. Penerapan tindakan Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan diuraikan sebagai berikut: Pertemuan pertama hari Rabu 17 Maret 2010: 1). Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang berbagai macam energi, misalnya energi panas dan energi cahaya dari matahari, energi gerak dari kipas angin dll. 2). Guru dan siswa membuat kesepakatan sanksi yaitu apabila siswa membuat keributan maka akan dikenakan sanksi. 3). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
4). Siswa menyanyi lagu dengan judul “Bentuk Energi” bersama-sama. 5). Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai macam energi dari lagu yang baru dinyanyikan. Siswa juga bertanya jawab tentang berbagai contoh bentuk energi misalnya memperhatikan gerakan kipas angin yang termasuk dalam energi gerak, memeragakan energi bunyi dari pita suara. 6). Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai macam energi dengan pendekatan keterampilan proses. Adapun penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : a). observasi:siswa mengamati kertas basah yang dijemur selama 10 menit. b). membuat hipotesis:siswa membuat hipotesis bahwa matahari dapat mengeringkan baju dan kertas yang basah karena memiliki energi panas. c). merencanakan penelitian: siswa merencanakan dan mengadakan percobaan sederhana tentang bentuk-bentuk energi dalam kehidupan sehari-hari. d). mengendalikan variabel : siswa membandingkan kertas basah yang dijemur di bawah sinar matahari dengan kertas yang diletakkan di tempat yang teduh. e). interpretasi data: siswa melaporkan hasil percobaan sederhana pada lembar kerja kelompok tentang macam-macam energi. f). menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara tentang macam-macam energi dari percobaan sederhana yang sudah dilakukan. g). meramalkan : siswa berlatih meramalkan keadaan kertas yang dijemur saat terik matahari dengan kertas yang dijemur saat mendung. h). penerapan : siswa menerapkan konsep tentang matahari sebagai sumber energi cahaya dan sumber energi panas dengan menjemur kertas di bawah terik matahari. i). komunikasi :siswa membacakan laporan hasil percobaan kelompoknya. 7). Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
8). Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama 9). Siswa bermain permainan ”adu cepat” dimana siswa yang paling cepat unjuk jari akan mendapat kesempatan untuk memilih beberapa kertas warna-warni yang ada di depan. Di dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab. 10). Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. 11). Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. Pertemuan kedua hari Rabu 24 Maret 2010 : 1). Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang berbagai sumber energi di bumi, misalnya energi matahari, minyak bumi dan gas alam, energi listrik. 2). Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3). Siswa menyanyi lagu dengan judul “Sumber Energi” bersama-sama. 4). Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai sumber energi dari lagu yang baru dinyanyikan. Siswa juga bertanya jawab tentang berbagai contoh sumber energi misalnya memperhatikan matahari sebagai sumber energi terbesar, merasakan angin yang digerakkan kipas angin 5). Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai sumber energi dengan pendekatan keterampilan proses. Adapun penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : a). observasi : siswa mengelompokkan sumber energi yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui. b). membuat hipotesis: siswa membuat hipotesis bahwa matahari merupakan sumber energi terbesar di bumi. c). merencanakan penelitian: siswa merencanakan dan mengadakan percobaan sederhana tentang tujuan penggunaan berbagai sumber energi dan cara menghematnya. d). mengendalikan variabel : siswa membandingkan bagaimana nyala lampu pijar dengan nyala lampu neon bila memiliki tegangan sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
e). interpretasi data : siswa melaporkan hasil percobaan sederhana pada lembar kerja kelompok tentang tujuan penggunaan berbagai sumber energi dan cara menghematnya. f). menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara tentang manfaat sumber energi dan cara menghematnya dari percobaan sederhana yang sudah dilakukan. g). meramalkan : siswa berlatih meramalkan apa yang akan terjadi bila sumber energi sudah habis. h). penerapan : menerapkan konsep untuk hemat energi dengan menggunakan sumber energi secara bijaksana. i). komunikasi :siswa membacakan laporan hasil percobaan kelompoknya. (6). Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. (7). Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama. (8). Siswa bermain permainan ”balon ajaib” dimana siswa yang paling cepat unjuk jari akan mendapat kesempatan untuk memilih beberapa balon warna-warni yang ada di depan. Di dalam balon tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab. (9). Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. (10). Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. (11). Guru memberikan angket tentang minat belajar IPA kepada siswa. c. Pengamatan (Observasi) Guru menyiapkan lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran IPA dan mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran.
Observasi
ini juga dilakukan untuk melihat
pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan
baik
tidak
ada
penyimpangan-penyimpangan
yang
dapat
memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan minat belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
d. Refleksi Guru mengumpulkan hasil percobaan kelompok, hasil observasi, serta angket untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi. Berikut ini adalah refleksi dari siklus II: 1). Percobaan kelompok : pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 81,4, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 91. Nilai percobaan kelompok pada siklus II ini sudah mencapai indikator yaitu lebih dari 70. 2). Evaluasi : pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 73, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 74. Bila dicermati nilai ratarata evaluasi pada siklus II lebih rendah daripada siklus I. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan materi pada siklus I dan siklus II berbeda. Pada siklus II tingkat kesulitan materinya lebih tinggi. Meskipun demikian nilai evaluasi pada siklus II ini telah mencapai indikator dengan nilai ratarata di atas 70. 3). Observasi : a).Observasi pada siswa:secara umum pada pertemuan pertama dan kedua siswa sangat aktif belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses. Siswa sangat antusias saat melakukan percobaan sederhana. Baik pada pertemuan pertama maupun kedua siswa bisa melakukan percobaan dengan baik. Secara umum siswa telah menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. b).Observasi pada guru : pada siklus II ini peran guru dalam membangkitkan minat belajar IPA sudah baik. baik pada pertemuan pertama maupun kedua guru mampu memberikan informasi dengan tepat sehingga siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran. Dengan intensitas pemberian latihan soal yang tinggi diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa. Guru juga telah menggunakan variasi media dan metode mengajar agar siswa lebih termotivasi untuk belajar. 4). Angket : pada siklus II ini diperoleh hasil rata-rata angket siswa yaitu sebesar 76,25%. Siswa yang masuk dalam kriteria minat tinggi sebanyak 74% (27 siswa) dari 37 siswa yang masuk Dari pembelajaran IPA pada siklus II di atas telah dicapai hasil yang maksimal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
yaitu meningkatnya minat belajar IPA dan meningkatnya hasil belajar siswa (nilai tugas dan evaluasi).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Keadaan Sekolah, Sarana dan Prasarana SD Negeri Jaten 4 Sekolah Dasar Negeri Jaten 4 dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan selalu berpedoman pada peraturan pemerintah yang berlaku. Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar selalu memantau perkembangan dan kemajuan pendidikan di sekolah dasar. Dalam pelaksanaan pendidikan sejak tahun 1962 sampai tahun 2010 sudah menerapkan kurikulum yang berlaku. Pada tahun pelajaran 2009/2010 Sekolah Dasar Negeri Jaten 4 menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk sarana dan prasarana pembelajaran IPA di SDN Jaten 4
cukup
lengkap. Sarana pembelajaran itu antara lain buku-buku IPA dari Dinas Pendidikan Nasional yang terdiri dari buku paket dengan penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, buku bidang kajian IPA dengan penerbit PT. Bengawan Ilmu dan CV. Sinar Cemerlang Abadi, lup, torso manusia, gambar-gambar model pencernaan dan pernafasan, skema siklus metamorfosis hewan, serta sejumlah peralatan KIT IPA diantaranya KIT aneka batuan dan KIT mineral bantuan dari Dinas Pendidikan Nasional Jakarta. Selain itu prasarana penunjang
kegiatan
pembelajaran
IPA
dalam
praktek
dan
penelitian
memanfaatkan lingkungan sekolah. Dalam pembelajaran IPA sarana buku IPA dan lembar kerja siswa (LKS) sudah cukup untuk dipelajari anak-anak baik di sekolah maupun di rumah. Sedangkan untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas memanfaatkan lingkungan sekolah dan lingkungan rumah anak. Semua sarana, prasarana, dan lingkungan sangat berperan penting dan menunjang kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu konsepkonsep pembelajaran IPA mudah dipahami, diingat, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Jaten 4 Sekolah Dasar Negeri Jaten 4 Karanganyar yang berdiri pada tahun 1992. Sekolah ini mendapat ijin operasional dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 2 Januari 1992 dengan jumlah siswa yang relatif tidak stabil. Hal ini dikarenakan mobilitas dari orang tua siswa yang berpindah-pindah tempat tinggal. Pada tahun pelajaran 2009/2010 jumlah siswa yang bersekolah di SDN Jaten 4 Karanganyar dari kelas I sampai IV berjumlah 414 siswa, yang terdiri dari kelas IA sebanyak 37 siswa, kelas IB sebanyak 37 siswa, kelas II A sebanyak 35 siswa, kelas II B sebanyak 33 siswa, kelas III A sebanyak 39 siswa, kelas III B sebanyak 37 siswa, kelas IV A sebanyak 40 siswa, kelas IV B sebanyak 41 siswa, kelas V A sebanyak 34 siswa, kelas V B sebanyak 30 siswa, kelas VI A sebanyak 26 siswa, dan kelas VI B sebanyak 25 siswa. Jumlah siswa merupakan asset yang berharga bagi sekolah, semakin banyak siswa yang bersekolah di SDN Jaten 4 maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Di bawah koordinasi kepala sekolah, komite sekolah, dan tokoh masyarakat berusaha mengajak anak-anak yang belum bersekolah dan sudah waktunya bersekolah agar dimasukkan ke SDN Jaten 4. Demi kemajuan dan peningkatan prestasi, SDN Jaten 4 mengirimkan siswa untuk mengikuti lomba baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.
B. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal pembelajaran IPA pada siswa kelas 3 SDN Jaten 4 Kecamatan Jaten Karanganyar dilakukan dengan menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses pembelajaran masih tampak didominasi segi teoritik. Pembelajaran berpusat pada guru. Siswa mencatat semua penjelasan guru sehingga pembelajaran hanya berjalan satu arah. Saat pembelajaran IPA guru hanya menjelaskan dan menyampaikan informasi tentang konsep-konsep. Siswa malas dan kurang bergairah belajar IPA karena pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Siswa tidak diberi kesempatan berfikir dan bekerja secara ilmiah untuk mengamati, menggali, dan menyampaikan informasi melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
pendekatan keterampilan proses. Guru hanya mengandalkan metode ceramah sehingga konsep IPA yang abstrak sulit dipahami siswa. Konsep pembelajaran IPA hanya diterima dari guru. Siswa belum mengkonstruksikan materi yang telah dipelajarinya sehingga pembelajaran belum bermakna bagi siswa. Dalam melakukan penilaian, guru lebih menekankan pada segi penilaian produk atau hasil. Pada pembelajaran konvensional tanpa PKP ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Februari 2010 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mengkondisikan siswa agar siap belajar. Guru menjelaskan tentang gerak benda tanpa melalui pendekatan keterampilan proses. Siswa mencatat apa yang ditulis guru di papan. Setelah selesai mencatat siswa dibentuk dalam 5 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 anak. Siswa diberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok. Siswa mengerjakan secara open book. Saat siswa mengerjakan tugas, guru mengamati banyak siswa yang mengandalkan temannya untuk mengerjakan tugas. Rata-rata dalam satu kelompok terlihat hanya beberapa siswa yang mengerjakan tugas, anggota kelompok yang lain asik bermain sendiri bahkan tidak jarang mengganggu temannya yang sedang mengerjakan tugas. Setelah selesai siswa bersama guru membahas bersama tugas yang baru dikerjakan lalu guru menilai pekerjaan siswa. Dari hasil tugas yang diberikan guru, disajikan dalam tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Nilai tugas kelompok No. 1. 2. 3.
Uraian pencapaian hasil Nilai kurang dari 60 Nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 Nilai lebih besar dari 80 sampai 100
Jumlah kelompok 2 kelompok 2 kelompok 1 kelompok
Dari hasil tugas kelompok pada kondisi awal ini nilai rata-ratanya 65,6. Nilai rata-rata ini belum dapat mencapai indikator yang ditentukan. Pada akhir pembelajaran siswa diberi soal evaluasi yang harus dikerjakan secara inidividu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Dari hasil evaluasi disajikan dalam tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Nilai evaluasi No. 1.
Uraian pencapaian hasil Jumlah siswa Nilai kurang dari 60 1 siswa Nilai lebih besar atau sama dengan 60 31 siswa 2. sampai 80 3. Nilai lebih besar dari 80 sampai 100 4 siswa Dari hasil evaluasi pada kondisi awal ini nilai rata-ratanya 71,8. Nilai ini sudah mencapai indikator dengan nilai rata-rata di atas 70. Pada kondisi awal pembelajaran ini, siswa terlihat malas dan kurang bergairah belajar IPA karena pembelajaran kurang menarik dan membosankan. Siswa
tidak diberi kesempatan berfikir dan bekerja secara ilmiah untuk
mengamati, menggali dan menyampaikan informasi tentang materi yang dipelajarinya.
Padahal
Witheringthon
(http://www.Asri
Buton@physic
UNHALU.mht) mengungkapkan anak yang menunjukkan sikap malas dan tidak bergairah, maka anak tersebut termasuk anak yang kurang berminat dalam belajar. Setelah mengerjakan soal evaluasi, siswa diberikan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan minat belajar IPA. Hasil angket menunjukkan bahwa rata-rata angket pada kondisi awal sebesar 74,13%. Sebanyak 70% (25 siswa) dari 36 siswa yang masuk mencapai kategori minat belajar tinggi dengan nilai angket > 70%. Berikut ini adalah hasil angket minat belajar siswa yang disajikan dalam tabel 3 Tabel 3. Hasil angket minat belajar siswa No. Aspek pengamatan
Rata-rata nilai minat belajar (%)
Kriteria Minat
1. Perasaan senang 2. Perhatian 3. Kesadaran 4. Kemauan Rata-rata angket/kriteria
75,00 64,23 78,35 76,56 74,13
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Dari tabel di atas, terlihat bahwa rata-rata hasil angket minat belajar pada kondisi awal ini sudah cukup baik, sudah menjangkau pada ketegori minat belajar tinggi dengan rata-rata >70%. Namun bila dilihat dari kondisi siswa pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
pembelajaran menunjukkan bahwa pada kondisi awal ini pembelajaran IPA dapat dikatakan belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan minat belajar siswa dan menguasai tujuan pembelajaran.
C. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Siklus I Penerapan pembelajaran IPA pada siklus I melalui pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Tindakan I Kegiatan perencanaan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 8 Februari 2010 di ruang komputer SDN Jaten 4 Karanganyar. Peneliti mengungkapkan bahwa siswa menemui permasalahan mengenai kurangnya minat mengikuti pelajaran IPA dan kesulitan siswa dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari rendahnya perhatian siswa terhadap pembelajaran IPA, kurangnya perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan, serta catatan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari nilai tugas yang diberikan guru rata-rata nilainya hanya 65,6. Rata-rata nilai evaluasi untuk materi gerak benda yaitu 71,8. Berdasarkan dari kenyataan tersebut maka peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah untuk mengadakan penelitian meningkatkan minat belajar IPA melalui pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas 3. Peneliti bersama guru kelas 3 mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yakni pada hari Selasa tanggal 16 Februari 2010 dan hari Rabu tanggal 24 Februari 2010. Dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, peneliti bertindak sebagai guru yang akan melakukan proses pembelajaran di kelas dengan melibatkan pihak lain. Peneliti akan melibatkan guru kelas 3 untuk mendampingi peneliti dalam mengamati proses pembelajaran yang dilakukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Guru kelas juga bertindak sebagai observer dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa di kelas melalui lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, antara lain : 1). Memilih materi pembelajaran, melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan pengalaman belajar. 2). Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi gerak benda 3). Peneliti menyusun instrument penelitian, yang terdiri dari : a) Menyusun lembar observasi tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran IPA dan mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk
melihat apakah
semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik, tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan minat belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses. Dalam hal ini peneliti dibantu guru kelas 3 untuk menjadi observer dalam melakukan pengamatan terhadap pembelajaran guru dan aktivitas siswa. b) Menyusun angket minat belajar IPA. Dalam hal ini angket diisi oleh siswa untuk mengetahui minat belajar siswa dari siklus I c) Menyiapkan soal evaluasi untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan I Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan atau skenario pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Selasa dan Rabu tanggal 16 dan 24 Februari 2010 di ruang kelas 3. Pertemuan pertama dan kedua masing-masing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
dilaksanakan selama 2 x 35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan I ini adalah gerak benda. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran. Peneliti dibantu guru kelas 3 untuk menjadi observer dalam melakukan pengamatan terhadap pembelajaran guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran, guru menyediakan lembar kerja kelompok, soal evaluasi, dan media pembelajaran antara lain media untuk pembelajaran, percobaan kelompok, dan permainan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi pelajaran. Urutan pelaksanaan tindakan I adalah sebagai berikut : 1). Pertemuan pertama, Selasa 16 Februari 2010, alokasi waktu 2 x 35 menit. a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan presensi siswa yang mengikuti pelajaran b) Guru melakukan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya tentang bagaimana gerakan bola dan bagaimana gerakan roda. Dari kegiatan ini hampir semua siswa bisa menjawab dengan benar. Mereka terlihat sangat antusias dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dan mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang berbagai gerak benda sambil memeragakan gerak benda dengan menggunakan bola, spidol,
dan
roda.
Siswa
memperhatikan
gerak
benda
yang
didemonstrasikan beberapa temannya di depan. Siswa terlihat antusias dalam menjawab pertanyaan seputar gerak benda. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka kembali ingatan siswa tentang materi pembelajaran. d) Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan
tentang
berbagai
gerak
benda
dengan
pendekatan
keterampilan proses. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara acak dimana setiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 anak. Kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
membagikan lembar kerja kelompok dan media untuk percobaan pada tiap-tiap kelompok. Guru memberikan waktu yang cukup lama kepada masing-masing bekerjasama
kelompok
dengan
untuk
melakukan
kelompoknya
percobaan.
mengerjakan
lembar
Siswa kerja
kelompok dengan pendekatan keterampilan proses. Guru memonitor semua kegiatan siswa sehingga dapat diketahui keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Dengan melakukan percobaan sederhana siswa dapat
menemukan
sendiri
konsep-konsep
ilmu
pengetahuan,
diharapkan siswa lebih memahami IPA. Adapun penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : (1). Observasi:siswa menghitung jumlah roda truk mainan, mengukur panjang dan lebar truk mainan, mengelompokkan benda yang terapung dan tenggelam, mengamati arah gerak benda yang jatuh ke bawah. Dalam hal ini siswa diberi kesempatan untuk mengobservasi truk mainan, siswa dilatih menghitung jumlah roda truk mainan. Siswa juga mengklasifikasi beberapa benda menurut sifatnya terapung atau tenggelam. Beberapa benda tersebut yaitu batu, sendok, kertas, daun, dan kayu. Benda-benda tersebut diamati secara cermat lalu dikelompokkan apakah terapung atau tenggelam. Selain itu siswa juga dilatih untuk mengenal arah. Dengan mengamati penghapus yang jatuh, siswa mengenal bahwa sesuatu benda dapat dikatakan jatuh apabila arah geraknya ke bawah. Jadi dalam mengobservasi siswa memilah-milah mana yang penting dengan menggunakan semua indra untuk melihat, dan mendengar. (2). Membuat hipotesis:siswa membuat hipotesis bahwa air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan dari kejadian air yang mengalir. (3). Merencanakan
penelitian:
siswa
mengadakan
percobaan
sederhana tentang berbagai macam gerak benda mulai dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
memantul hingga tenggelam. Di sini secara berkelompok siswa dilatih untuk melakukan penyelidikan praktis tentang berbagai macam
gerak
merencanakan
benda. percobaan
Guru
membimbing
sederhana
dengan
siswa
dalam
menyediakan
berbagai media percobaan dan memberikan petunjuk percobaan tentang gerak benda pada lembar kerja kelompok. Guru melatih siswa dalam merencanakan percobaan untuk menghindari pemborosan waktu, dan tenaga serta hasilnya tidak sesuai dengan harapan. (4). Mengendalikan variabel:siswa mengadakan percobaan sederhana dengan mengamati gerak bola kaki dengan gerak bola tenis. Guru melatih siswa dalam memperlakukan variabel yaitu dua bola yang sama-sama bulat namun memiliki berat dan ukuran yang berbeda. Siswa mengamati dan membandingkan bagaimana gerak dan kecepatan bola kaki dan bola tennis bila didorong dengan kecepatan yang sama. Dalam hal ini variabel bebas yaitu bola kaki dan bola tennis, sedangkan untuk variabel terikat yaitu bola yang sama-sama berbentuk bulat. (5). Menafsirkan data:siswa melaporkan hasil percobaan sederhana tentang bermacam-macam gerak benda dalam bentuk tabel. Dalam hal ini siswa membuat data hasil pengamatan dan percobaan gerak benda dalam bentuk tabel pada lembar kerja. (6). Menyusun kesimpulan sementara:siswa membuat kesimpulan sementara bahwa gerakan air yang berpindah dari tempat tinggi ke tempat yang rendah disebut mengalir. Dari hasil observasi gerakan air, siswa dapat menarik kesimpulan sementara bahwa air bergerak dengan mengalir. (7). Meramalkan : siswa berlatih meramalkan gerakan kipas angin, gerak roda mobil, dan gerak otopet. Berdasarkan dari observasi kipas angin dan observasi roda pada truk mainan, siswa dilatih untuk meramalkan gerak roda pada otopet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
(8). Penerapan : siswa menerapkan konsep bola bergerak dengan menggelinding dengan mendorong bola, menerapkan konsep tentang air bergerak dengan mengalir yaitu dengan menuang air dari baskom ke parit depan sekolah. Setelah siswa menemukan konsep gerak bola dan gerak air, siswa menerapkan konsep tersebut dalam percobaan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menerapkan konsep bola yang bergerak dengan menggelinding untuk bermain sepak bola. (9). Komunikasi : siswa membacakan laporan hasil percobaan kelompoknya. Setelah semua kelompok selesai melakukan percobaan, guru menunjuk acak beberapa siswa untuk maju mewakili kelompoknya membacakan hasil percobaan dan diskusi kelompoknya. e) Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. Guru memonitor semua kegiatan siswa dalam melakukan percobaan dengan berkeliling sehingga dapat diketahui kelompok mana yang membutuhkan bimbingan guru. Dengan berkeliling guru juga dapat mengamati sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Setelah mengadakan percobaan secara berkelompok, siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal pada lembar kerja kelompok. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru kelas membantu peneliti memonitor semua pekerjaan siswa dengan memberikan penilaian dan mengisi lembar observasi mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. f) Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama. Siswa terlihat antusias pada saat guru mengumumkan akan menunjuk beberapa siswa untuk membacakan pekerjaannya. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang unjuk jari berebut ingin maju. Guru menunjuk beberapa siswa wakil dari kelompok masing-masing secara acak. Siswa yang ditunjuk diberi kesempatan untuk mengemukakan jawabannya di depan. Dari kegiatan pembahasan ini rata-rata siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
bisa menjawab dengan benar, hanya beberapa kelompok yang belum tepat dalam menjawab. Melalui kegiatan pembahasan soal, siswa dapat mengetahui letak kesalahannya sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahan tersebut jika dihadapkan dengan soal yang serupa. g) Siswa bermain permainan ”kartu ajaib” dimana di dalam kartu tersebut terdapat
beberapa
pertanyaan
yang
harus
dijawab.
Untuk
menghilangkan kejenuhan setelah diskusi kelompok, guru mengadakan permainan ”kartu ajaib”. Siswa sangat antusias ingin mengikuti permainan. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang unjuk jari berebut ingin maju. Guru menunjuk beberapa siswa. Masing-masing siswa memilih kartu secara acak lalu menjawab pertanyaannya. Apabila siswa tersebut belum benar dalam menjawab maka pertanyaan akan dilempar kepada siswa yang lain. Banyak siswa berebut ingin menjawab. Dari permainan ”kartu ajaib” ini 4 dari 5 siswa yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Melalui permainan siswa dapat memperdalam konsep tentang berbagai gerak benda. h) Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Gerak Benda” bersama-sama sambil bertepuk tangan. Untuk menyegarkan suasana, guru mengajak siswa bernyanyi bersama. Lagu ”Gerak Benda” berisi syair tentang berbagai macam gerak benda, mulai dari jatuh, memantul, berputar, menggelinding, mengalir, dan tenggelam. Jadi sambil bernyanyi secara tidak langsung siswa sambil belajar. Siswa menyegarkan ingatannya kembali tentang gerak benda yang baru dipelajari. i)
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi gerak benda lalu menarik kesimpulannya. Dengan menyimpulkan materi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memperkuat konsep gerak benda.
j)
Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
2). Pertemuan kedua, Rabu 24 Februari 2010, alokasi waktu 2 x 35 menit. a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan presensi siswa yang mengikuti pelajaran. b) Guru melakukan apersepsi yaitu mengaitkan pelajaran sebelumnya dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya tentang faktorfaktor yang mempengaruhi gerak benda. Dari kegiatan ini hanya beberapa siswa yang bisa menjawab dengan benar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dan mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang berbagai faktor yang mempengaruhi gerak benda sambil menunjukkan berbagai bentuk dan permukaan benda. Beberapa siswa maju mendemonstrasikan gerak beberapa benda yang memiliki bentuk dan permukaan yang berbeda, siswa yang lain memperhatikan. Saat guru melempar pertanyaan seputar faktor yang mempengaruhi gerak benda, siswa terlihat antusias dalam menjawab pertanyaan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka kembali ingatan siswa tentang materi pembelajaran. d) Siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi gerak benda dengan pendekatan keterampilan proses. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara acak dimana setiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 anak. Kemudian membagikan lembar kerja kelompok dan media untuk percobaan pada tiap-tiap kelompok. Guru memberikan waktu yang cukup lama kepada masing-masing kelompok untuk melakukan percobaan. Siswa bekerjasama dengan kelompoknya mengerjakan lembar kerja kelompok dengan pendekatan keterampilan proses. Guru memonitor semua kegiatan siswa sehingga dapat diketahui keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Dengan melakukan percobaan sederhana siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep ilmu pengetahuan, diharapkan siswa lebih memahami IPA.
commit to user
Adapun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : (1) Observasi : siswa mengamati benda-benda mana yang lebih cepat bergerak, berdasarkan bentuk dan permukaan benda. Dalam hal ini siswa menggunakan semua inderanya untuk mengobservasi gerak beberapa benda yaitu kelereng, batu, kayu, dan botol kecil. Bendabenda tersebut digerakkan secara bersamaan. Siswa dilatih untuk mengamati dengan cermat benda mana yang lebih cepat bergerak. Jadi dalam mengobservasi siswa memilah-milah mana yang penting dengan menggunakan semua indra untuk melihat, dan mendengar. (2) Membuat hipotesis : siswa membuat hipotesis bahwa benda yang berbentuk bulat lebih mudah bergerak daripada benda yang berbentuk
kotak,
membuat
hipotesis
bahwa
benda
yang
permukaannya halus lebih mudah bergerak daripada benda yang permukaannya kasar. Siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan dari gerak benda yang berbentuk bulat dan memiliki permukaan yang halus. (3) Merencanakan penelitian: siswa mengadakan percobaan sederhana tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi gerak benda. Di sini secara berkelompok siswa dilatih untuk melakukan penyelidikan praktis tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi gerak benda. Guru
membimbing
siswa
dalam
merencanakan
percobaan
sederhana dengan menyediakan berbagai media percobaan dan memberikan petunjuk percobaan tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi gerak benda pada lembar kerja kelompok. Guru melatih siswa dalam merencanakan percobaan untuk menghindari pemborosan waktu, tenaga dan hasilnya tidak sesuai harapan. (4) Mengendalikan variabel : siswa mengadakan percobaan sederhana dengan mengamati dan membandingkan bagaimana rasanya berlari dengan payung yang tertutup dengan berlari memakai payung yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
terbuka. Guru melatih siswa dalam memperlakukan variabel yaitu payung yang terbuka dan tertutup. Siswa membandingkan pengaruh payung yang terbuka dan tertutup terhadap kecepatan bila berlari dengan kecepatan yang sama. Variabel bebas yaitu payung yang dibuka dan ditutup, dan variabel terikatnya yakni menggunakan payung yang sama. (5) Menafsirkan data: siswa melaporkan hasil percobaan sederhana tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda dan ditulis di lembar kerja kelompok. Dalam hal ini siswa membuat data hasil pengamatan dan percobaan pada lembar kerja (6) Menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara bahwa permukaan benda, bentuk benda, dan ukuran benda dapat mempengaruhi gerak benda. Dari hasil observasi gerak benda, siswa dapat menarik kesimpulan sementara bahwa benda yang berbentuk bulat, memiliki permukaan halus, dan berukuran kecil dapat bergerak lebih cepat. (7) Meramalkan : Siswa meramalkan gerak beberapa benda yang memiliki bentuk dan permukaan berbeda. Berdasarkan hasil dari observasi gerakan kelereng, batu, dan kayu yang dilempar bersamaan, siswa dilatih untuk meramalkan bagaimana gerakan botol besar dan gerakan serpihan keramik bila dilempar bersamaan. (8) Penerapan : siswa menerapkan konsep tentang roda lebih mudah bergerak dengan menarik mobil mainan dan balok kayu secara bersamaan. Menerapkan konsep tentang bentuk, ukuran, dan permukaan benda dapat mempengaruhi gerakan benda dengan mengadakan percobaan berbagai macam benda yang berbeda bentuk, ukuran, dan permukaannya. Setelah siswa menemukan konsep gerakan roda, siswa menerapkan konsep tersebut dalam percobaan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menerapkan konsep roda yang bergerak dengan berputar untuk mengangkut barang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
(9) Komunikasi:siswa
membacakan
laporan
hasil
percobaan
kelompoknya. e) Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. Guru memonitor semua kegiatan siswa dalam melakukan percobaan dengan berkeliling sehingga dapat diketahui kelompok mana yang membutuhkan bimbingan guru. Dengan berkeliling guru juga dapat mengamati sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Setelah mengadakan percobaan, siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal pada lembar kerja kelompok. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru kelas membantu peneliti memonitor semua pekerjaan siswa dengan memberikan penilaian dan mengisi lembar observasi mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. f) Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama. Siswa sangat antusias pada saat guru mengumumkan akan menunjuk beberapa siswa untuk membacakan pekerjaannya. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang unjuk jari berebut ingin maju. Guru menunjuk beberapa siswa wakil dari kelompok masing-masing secara acak. Siswa yang ditunjuk diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban dari
soal
yang
telah
dikerjakan
dengan
mendemonstrasikan
jawabannya di depan. Dari kegiatan pembahasan ini hampir semua siswa bisa menjawab dengan benar, namun beberapa siswa belum tepat dalam menjawab. Melalui pembahasan soal ini siswa dapat mengetahui letak kesalahannya sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahan tersebut jika dihadapkan dengan soal yang serupa. g) Siswa bermain permainan ”tebak aku” dimana siswa menjawab soal dari nomor yang ditempel di papan. Siswa yang ditunjuk guru maju memilih salah satu nomor lalu menjawab pertanyaannya. Terlihat banyak siswa yang unjuk jari berebut ingin maju. Siswa terlihat sangat antusias ingin mengikuti permainan ini. Guru menunjuk beberapa siswa. Masing-masing siswa memilih salah satu nomor lalu menjawab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
pertanyaannya. Apabila siswa tersebut belum tepat dalam menjawab maka pertanyaan akan dilempar kepada siswa yang lain. Dari permainan ”tebak aku”, semua siswa yang maju dapat menjawab pertanyaan
dengan
benar.
Melalui
permainan
siswa
dapat
memperdalam konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. h) Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Gerak Benda” bersama-sama sambil bertepuk tangan. Untuk menyegarkan suasana, guru mengajak siswa bernyanyi bersama. Lagu ”Gerak Benda” berisi syair tentang berbagai macam gerak benda, mulai dari jatuh, memantul, berputar, menggelinding, mengalir, hingga tenggelam. Jadi sambil bernyanyi secara tidak langsung siswa sambil belajar. Siswa menyegarkan ingatannya kembali tentang gerak benda yang baru dipelajari. i)
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi gerak benda lalu menarik kesimpulannya. Dengan menyimpulkan materi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memperkuat konsep gerak benda.
j)
Guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. Soal ini harus dikerjakan siswa secara individu. Siswa mengerjakan dengan tenang, namun ada beberapa siswa yang masih bertanya kepada temannya yang ada di sebelah kanan atau kirinya sehingga guru mendekati siswa tersebut agar mengerjakan sesuai dengan kemampuannya. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
k) Guru memberikan angket tentang minat belajar IPA kepada siswa pada tiap-tiap pertemuan. Dalam hal ini angket diberikan untuk mengetahui tingkatan minat belajar siswa. Siswa mengisi angket dengan seksama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
c. Observasi dan Interpretasi I Dalam pembelajaran ini, ada dua aktivitas yang dilakukan yaitu penerapan tindakan dan aktivitas penelitian. Untuk memperoleh informasi dari adanya penerapan tindakan dalam proses pembelajaran dan aktivitas penelitian maka perlu melakukan pengamatan dan pencatatan data dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diisi dengan membubuhkan tanda chek list (√) sesuai dengan pengamataan dari pelaksanaan tindakan. Dalam proses pembelajaran pengamatan dilakukan oleh observer yaitu guru kelas. Sesuai dengan skala Nana Sudjana (2009:86) kriteria pengamatan untuk aktivitas siswa dalam setiap aspek pembelajaran diberi skala tinggi, sedang, dan kurang. Berdasarkan observasi pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tindakan I diperoleh rata-rata 2,36 dengan kriteria cukup. Dari observasi ini dapat dievaluasi bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Saat guru mulai masuk kelas, terlihat beberapa siswa yang masih bermain di luar sehingga siswa tersebut tidak bisa masuk kelas tepat waktu. Saat guru melakukan apersepsi siswa tersebut terlihat masih sibuk menyiapkan buku pelajarannya sehingga ia tidak terfokus pada pertanyaan yang dilemparkan guru. Siswa juga belum bisa memanfaatkan waktu saat diminta membentuk kelompok. Mereka tidak segera beranjak dari tempat duduk. Bahkan tampak beberapa siswa yang masih berbincang dengan temannya. Pada saat beranjak dari tempat duduk lalu membentuk kelompok pun tidak dilakukan dengan cepat. Mereka lebih memilih kelompok dengan teman yang lebih dekat sehingga ada beberapa kelompok yang kekurangan anggota, ada yang kelebihan anggota. Sehingga guru harus mengacak ulang semua siswa hingga terbentuk kelompok dengan jumlah anggota yang seimbang. Pada saat melakukan percobaan masih terlihat kekurangsiapan pada diri siswa. Masih banyak diantara mereka yang hanya sekedar membawa buku dan alat tulis tanpa banyak melakukan aktivitas termasuk melakukan percobaan. Tidak jarang ada beberapa siswa yang justru asik bermain media yang disediakan untuk percobaan, siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
waktu dengan baik. Dalam beberapa kelompok guru mengamati hanya beberapa siswa dalam kelompok tersebut yang aktif melakukan percobaan. Beberapa siswa terlihat pasif dalam diskusi kelompok, bahkan ada yang asik berbincang dengan temannya. Selain itu terdapat beberapa siswa yang belum memahami percobaan sehingga mereka agak kesulitan melakukan percobaan. Setelah dibimbing guru, siswa mulai memahami dan bisa melanjutkan percobaannya. Secara umum pada pertemuan pertama siswa belum bisa melakukan percobaan dengan baik, namun pada pertemuan kedua siswa mulai bisa melakukan percobaan dengan baik. Berdasarkan observasi guru pada siklus I didapatkan rata-rata 2,12 dengan kriteria cukup. Pada siklus I ini peran guru dalam membangkitkan minat siswa masih kurang. Guru kurang mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik sehingga berdampak pada pembelajaran. Penggunaan waktu dalam proses pembelajaran pada pertemuan pertama masih kurang, sedang pada pertemuan kedua sudah lebih baik dengan skala sedang. Guru kurang memberikan informasi saat percobaan , pada pertemuan kedua sudah diperbaiki dengan
memberikan informasi tentang bahan ajar dan
percobaan kelompok. Guru juga menggunakan variasi media dan metode mengajar dengan cukup baik sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar. Baik pada pertemuan pertama maupun kedua guru sudah menggunakan penilaian proses dan hasil dengan skala sedang melalui pemberian soal-soal dengan intensitas sedang dan tinggi. Dari hasil obsevasi pada siklus I pendekatan keterampilan proses dinilai dapat membangkitkan minat belajar siswa meskipun masih dalam skala kurang dan sedang. PKP dinilai cukup membantu siswa dalam memahami materi IPA. Baik pada pertemuan pertama maupun kedua siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan skala sedang. Hal ini menunjukkan bahwa dengan PKP dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa belajar IPA. Siswa lebih mudah mencerna konsep tentang berbagai gerak benda yang cenderung abstrak menjadi lebih nyata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
dengan PKP dalam pembelajaran IPA pada siklus I, siswa cukup menunjukkan kepuasannya dalam belajar. Hasil dari angket menunjukkan bahwa rata-rata angket pada siklus I ini sebesar 75,88% dengan kriteria minat tinggi. Jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan hasil rata-rata angket pada kondisi awal yaitu 74,13%. Siswa yang masuk dalam kriteria minat tinggi sebanyak 77% (26 siswa) dari 34 siswa yang masuk. Berikut ini adalah hasil angket minat belajar siswa yang tertera pada tabel 4. Tabel 4. Hasil angket minat belajar siswa Rata-rata nilai Kriteria Minat minat belajar (%) 1. Perasaan senang 75,24 Tinggi 2. Perhatian 65,44 Sedang 3. Kesadaran 79,28 Tinggi 4. Kemauan 82,16 Tinggi Rata-rata angket/kriteria 75,88 Tinggi Dari hasil percobaan kelompok rata-rata siswa bisa menjawab dengan No.
Aspek Pengamatan
baik dan benar, hanya beberapa yang belum tepat dalam menjawab. Hasil percobaan pada siklus I disajikan dalam tabel 5. Tabel 5. Nilai percobaan pada siklus I No. Uraian pencapaian hasil 1. Nilai kurang dari 60 2. Nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 3. Nilai lebih besar dari 80 sampai 100
Pertemuan pertama Pertemuan kedua 3 kelompok 1 kelompok
1 kelompok
1 kelompok
4 kelompok
Dari percobaan kelompok pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 63, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 92. Pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya belum dapat mencapai indikator, namun pada pertemuan kedua telah memenuhi indikator dengan nilai rata-rata di atas 70. Dari hasil evaluasi rata-rata siswa bisa menjawab dengan baik dan benar, hanya beberapa yang belum tepat dalam menjawab. Hasil evaluasi pada siklus I disajikan dalam tabel 6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Tabel 6. Nilai evaluasi pada siklus I No. Uraian pencapaian hasil 1. Nilai kurang dari 60 Nilai lebih besar atau sama dengan 2. 60 sampai 80 3. Nilai lebih besar dari 80 sampai 100
Pertemuan pertama Pertemuan kedua 4 siswa 24 siswa
8 siswa
10 siswa
22 siswa
Dari evaluasi pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 77, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 80. Jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan nilai ratarata evaluasi pada kondisi awal yaitu 71,8. Nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus I telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata si atas 70. Selain itu lebih dari 25% dari siswa yang masuk memperoleh nilai lebih dari 80-100. Hal ini menandakan bahwa untuk nilai evaluasi dan tugas kelompok telah mencapai indikator. Namun secara umum siswa belum dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.
d. Analisis dan Refleksi Tindakan I Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus I, peneliti melakukan analisis sebagai berikut : 1). Guru dan siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik 2). Siswa kurang bersemangat dalam melakukan percobaan, hanya beberapa siswa yang aktif melakukan percobaan, sementara siswa yang lain asik bermain sendiri. 3). Beberapa kelompok masih kesulitan dalam melakukan percobaan karena informasi yang kurang tepat dari guru sehingga agak membingungkan siswa. 4). Peran guru dalam meningkatkan minat belajar siswa masih kurang 5). Siswa belum dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. 6). Motivasi yang diberikan guru sudah cukup baik 7). Media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran cukup bervariasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
8). Penilaian proses dan penilaian hasil baik dari evaluasi maupun percobaan sudah baik namun perlu ditingkatkan lagi. Berdasarkan analisis di atas, sebagai tindaklanjutnya maka hal yang perlu ditekankan pada pembelajaran siklus II yaitu menekankan pada siswa mengenai pentingnya pemanfaatan waktu. Sebelum percobaan dimulai guru langsung membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang kondusif maka guru dan siswa membuat kesepakatan sanksi yaitu apabila siswa membuat keributan maka akan dikenakan sanksi. Untuk menarik minat belajar siswa, guru menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik. Dalam pembelajaran guru memberikan informasi yang lebih jelas dengan membimbing dan mengarahkan siswa yang masih kesulitan belajar. Salah satu hal yang menyebabkan siswa kesulitan yaitu petunjuk percobaan yang sulit dipahami. Karena itu pada siklus berikutnya guru menggunakan petunjuk percobaan dengan bahasa yang lebih mudah dipahami siswa. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena mereka belum dapat dengan serta merta dilepaskan untuk melakukan percobaan dan diskusi kelompok secara mandiri. Dari hasil angket, hasil evaluasi dan tugas kelompok memang sudah masuk dalam kriteria yang ditetapkan pada indikator namun masih harus ditingkatkan lagi agar lebih optimal. Dari proses pembelajaran yang berlangsung, diketahui bahwa keatifan siswa masih kurang. Maka dari itu perlu ditingkatkan keaktifan siswa salah satunya keaktifan dalam berdiskusi. Siswa perlu dibangkitkan lagi semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan dapat bermanfaat untuk menyempurnakan pekerjaannya.
2. Siklus II Pembelajaran IPA pada siklus II masih ditujukan pada peningkatan minat belajar. Pelaksanaannya dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Adapun penerapan pembelajaran IPA pada siklus II melalui pendekatan keterampilan proses adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
a. Perencanaan Tindakan II Kegiatan perencanaan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 30 Februari 2010 di ruang Kepala Sekolah SDN Jaten 4 Karanganyar. Peneliti mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I kurang maksimal, minat belajar siswa masih kurang. Selain itu siswa masih tampak kesulitan dalam mengerjakan soal atau tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa masih terlihat pasif dan kurang perhatian terhadap tugasnya dalam kelompok. Namun disisi lain cukup banyak siswa yang mulai tertarik dengan pembelajaran IPA melalui PKP, dari hasil percobaan dan evaluasi belajar siswa mulai menunjukkan perbaikan namun lebih bagus lagi bila ditingkatkan. Berdasarkan dari kenyataan di atas maka peneliti mengadakan konsultasi dengan guru kelas 3. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yakni pada hari Rabu tanggal 17 Maret 2010 dan tanggal 24 Maret 2010. Dalam pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan, peneliti bertindak sebagai guru yang akan melakukan proses pembelajaran di kelas dengan didampingi oleh guru kelas 3 yang akan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan peneliti. Guru kelas juga bertindak sebagai observer dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa di kelas melalui lembar observasi yang telah dibuat. Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses, antara lain : 1). Memilih materi pembelajaran, melakukan analisis kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dan pengalaman belajar. 2). Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada materi bentuk-bentuk energi dan pada materi sumber energi dan cara menghematnya 3). Peneliti menyusun instrument penelitian, yang terdiri dari : a) Menyusun lembar observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pembelajaran IPA dan mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Observasi ini juga dilakukan untuk
commit to user
melihat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
pelaksanaan apakah semua rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tidak ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberikan hasil yang kurang maksimal dalam perbaikan minat belajar IPA dengan pendekatan keterampilan proses. Dalam hal ini peneliti dibantu guru kelas 3 untuk menjadi observer dalam melakukan pengamatan terhadap pembelajaran guru dan aktivitas siswa. b) Menyusun angket minat belajar IPA. Dalam hal ini angket diisi oleh siswa untuk mengetahui minat belajar siswa dari siklus II c) Menyiapkan soal evaluasi untuk mengetahui sejauhmana penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan atau skenario pembelajaran yang telah dirumuskan. Pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, seperti yang telah direncanakan, yaitu pada hari Rabu tanggal 17 dan 24 Maret 2010 di ruang kelas 3. Pertemuan pertama dan kedua masing-masing dilaksanakan selama 2 x 35 menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan tindakan II ini adalah energi dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari serta sumber energi, kegunaan, dan cara menghemat.. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru yang melakukan proses pembelajaran. Peneliti dibantu guru kelas 3 untuk menjadi observer dalam melakukan pengamatan terhadap pembelajaran guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam setiap proses pembelajaran, guru menyediakan lembar kerja kelompok, soal evaluasi, dan media pembelajaran antara lain media untuk pembelajaran, percobaan kelompok, dan permainan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah siswa dalam mempelajari materi. Urutan pelaksanaan tindakan II adalah sebagai berikut : 1). Pertemuan pertama, Rabu 17 Maret 2010, alokasi waktu 2 x 35 menit. a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan presensi siswa yang mengikuti pelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
b) Guru melakukan apersepsi yaitu mengaitkan pelajaran sebelumnya dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya tentang berbagai macam energi dan kegunaannya, misalnya energi panas dan energi cahaya dari matahari untuk mengeringkan beras. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dan mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. Setelah tanya jawab, guru dan siswa membuat kesepakatan sanksi. Sanksinya yaitu setelah jam terakhir siswa tidak boleh pulang karena harus mengerjakan tugas tambahan dari guru. Apabila siswa membuat keributan maka akan dikenakan sanksi. Sanksi ini ditujukan agar siswa tertib dan disiplin dalam belajar. c) Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Bentuk Energi” sambil bertepuk tangan. Untuk membangkitkan semangat dan minat belajar siswa, di awal pembelajaran guru mengajak bernyanyi bersama. Lagu ini berisi syair tentang berbagai bentuk energi, mulai dari energi panas hingga energi kimia. Jadi sambil bernyanyi siswa sambil belajar. Siswa menyegarkan ingatannya kembali tentang berbagai bentuk energi. d) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai bentuk energi dari lagu yang baru dinyanyikan. Siswa juga bertanya jawab tentang berbagai contoh bentuk energi misalnya memperhatikan gerakan kipas angin yang termasuk dalam energi gerak, memeragakan energi bunyi dari pita suara. Beberapa siswa menunjukkan beberapa bentuk energi yang ada di dalam kelas, siswa yang lain memperhatikan. Misalnya saat Dicky menunjuk lampu sebagai energi cahaya, siswa yang lain terlihat memperhatikan. Pendapat lain diungkapkan oleh Ako, ia menunjuk lampu sebagai energi listrik. Pembelajaran mulai menarik, dari jawaban Dicky dan Ako yang berbeda, beberapa siswa mengemukakan pendapatnya. Dari tanya jawab ini siswa membuka kembali ingatan mereka tentang materi bentuk energi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
e) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai bentuk energi dengan pendekatan keterampilan proses. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara acak dimana setiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 anak. Kemudian membagikan lembar kerja kelompok dan media untuk percobaan pada tiap-tiap kelompok. Guru memberikan waktu yang cukup lama kepada masing-masing bekerjasama
kelompok
dengan
untuk
melakukan
kelompoknya
percobaan.
mengerjakan
lembar
Siswa kerja
kelompok dengan pendekatan keterampilan proses. Guru memonitor semua kegiatan siswa sehingga dapat diketahui keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Dengan melakukan percobaan sederhana siswa dapat
menemukan
sendiri
konsep-konsep
diharapkan siswa lebih memahami IPA.
ilmu
pengetahuan,
Adapun penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : (1). observasi : siswa mengamati kertas basah yang dijemur selama 10 menit. Dalam hal ini siswa menggunakan semua inderanya untuk mengobservasi kertas basah yang dijemur di bawah terik matahari. Siswa dilatih untuk mengamati dengan cermat apa yang akan terjadi pada kertas setelah 10 menit dijemur. Jadi dalam mengobservasi siswa memilah-milah mana yang penting dengan menggunakan semua indra untuk melihat, dan mendengar. (2). membuat hipotesis: siswa membuat hipotesis bahwa matahari dapat mengeringkan baju dan kertas yang basah karena memiliki energi panas. Siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan dari peristiwa keringnya baju dan keringnya kertas basah karena energi panas matahari. (3). merencanakan penelitian: siswa merencanakan dan mengadakan percobaan sederhana tentang
macam-macam energi dalam
kehidupan sehari-hari. Di sini secara berkelompok siswa dilatih untuk melakukan penyelidikan praktis tentang macam-macam atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
bentuk-bentuk
energi.
Guru
membimbing
siswa
dalam
merencanakan percobaan sederhana dengan menyediakan berbagai media percobaan dan memberikan petunjuk percobaan pada lembar kerja kelompok. Guru melatih siswa dalam merencanakan percobaan untuk menghindari pemborosan waktu, dan tenaga serta hasilnya tidak sesuai dengan harapan. (4). mengendalikan variabel : siswa membandingkan kertas basah yang dijemur di bawah sinar matahari dengan kertas yang diletakkan di tempat yang teduh. Guru melatih siswa dalam memperlakukan variabel yaitu dua lembar kertas yang sama-sama basah namun dijemur di tempat yang berbeda selama 10 menit. Siswa mengamati dan membandingkan bagaimana keadaan kedua kertas apabila dijemur di terik matahari dan dijemur di tempat yang teduh. Dalam hal ini kertas yang basah merupakan variabel terikat, dan variabel bebasnya yaitu kertas yang diletakkan di tempat teduh dan kertas yang dijemur di bawah terik matahari. (5). interpretasi data: siswa melaporkan hasil percobaan sederhana tentang macam-macam energi pada lembar kerja kelompok. Dalam hal ini siswa membuat data hasil pengamatan dan percobaan pada lembar kerja kelompok. (6). menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara tentang macam-macam energi dari percobaan sederhana yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi tentang energi, siswa dapat menarik kesimpulan sementara bahwa energi dibagi menjadi 6 yaitu energi panas, cahaya, gerak, listrik, bunyi dan energi kimia. (7). meramalkan : siswa berlatih meramalkan keadaan kertas yang dijemur saat terik matahari dengan kertas yang dijemur saat mendung. Beberapa peristiwa yang dilihat sehari-hari misalnya baju yang dijemur diterik matahari lebih cepat kering daripada yang dijemur di tempat yang teduh, berdasarkan dari observasi tersebut siswa dapat dilatih untuk meramalkan keadaan kertas yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
dijemur di bawah terik matahari dengan kertas yang dijemur saat mendung. (8). penerapan : siswa menerapkan konsep tentang matahari sebagai sumber energi cahaya dan sumber energi panas dengan menjemur kertas di bawah terik matahari. Setelah siswa menemukan konsep matahari sebagai sumber energi di bumi, siswa menerapkan konsep tersebut
dalam
percobaan
dan
mengaplikasikannya
dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya menjemur bahan makanan misalnya beras agar tahan lama. (9). komunikasi : siswa membacakan laporan hasil percobaannya. f) Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. Guru memonitor semua kegiatan siswa dalam melakukan percobaan dengan berkeliling sehingga dapat diketahui kelompok mana yang membutuhkan bimbingan guru. Dengan berkeliling guru juga dapat mengamati sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Pada saat guru berkeliling terlihat beberapa siswa yang dalam pembelajaran sebelumnya terlihat pasif mulai mau bekerjasama dengan
kelompoknya.
berkelompok,
siswa
Setelah
mengadakan
berdiskusi
dengan
percobaan
secara
kelompoknya
untuk
mengerjakan soal-soal pada lembar kerja kelompok. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, guru kelas membantu peneliti memonitor semua pekerjaan siswa dengan memberikan penilaian dan mengisi lembar observasi mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. g) Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama. Banyak siswa yang unjuk jari ingin maju membacakan pekerjaannya. Guru menunjuk beberapa siswa wakil dari kelompok masing-masing secara
acak. Siswa yang ditunjuk diberi kesempatan untuk
mengemukakan jawabannya di depan. Dari kegiatan pembahasan ini rata-rata siswa bisa menjawab dengan baik dan benar, hanya beberapa kelompok yang belum tepat dalam menjawab. Melalui kegiatan pembahasan soal, siswa dapat mengetahui letak kesalahannya sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
siswa dapat memperbaiki kesalahan tersebut jika dihadapkan dengan soal yang serupa. h) Siswa bermain permainan ”adu cepat” dimana siswa yang paling cepat unjuk jari akan mendapat kesempatan untuk memilih beberapa kertas warna-warni yang ada di depan. Di dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab. Untuk menyegarkan suasana setelah diskusi kelompok, guru mengadakan permainan. Terlihat banyak siswa yang berebut unjuk jari ingin maju. Siswa terlihat antusias ingin mengikuti permainan ini. Guru menunjuk beberapa siswa. Masingmasing siswa memilih salah satu kertas warna-warni lalu menjawab pertanyaannya. Apabila siswa tersebut belum benar dalam menjawab maka pertanyaan akan dilempar kepada siswa yang lain. Apabila siswa berhasil menjawab dengan baik dan benar maka ia akan mendapatkan poin. Jumlah poin terbanyak yang akan menjadi pemenang. Dari permainan ”adu cepat” ini 4 dari 6 siswa yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Melalui permainan siswa dapat memperdalam konsep tentang bentuk-bentuk energi. i)
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi bentuk energi lalu menarik kesimpulannya. Dengan menyimpulkan materi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memperkuat konsep bentuk energi.
j)
Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. Pada saat siswa mengerjakan terdapat beberapa siswa yang masih bertanya pada teman di kanan dan kirinya sehingga mengganggu temannya yang lain. Guru menegur siswa tersebut agar mengerjakan sesuai dengan kemampuannya. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
2). Pertemuan kedua, Rabu 24 Maret 2010, alokasi waktu 2 x 35 menit. a) Guru mengawali pembelajaran dengan salam, kemudian melakukan presensi siswa yang mengikuti pelajaran. b) Guru melakukan apersepsi yaitu mengaitkan pelajaran sebelumnya dengan memberikan beberapa pertanyaan diantaranya tentang berbagai sumber energi, kegunaan dan cara menghematnya, misalnya energi matahari, minyak bumi dan gas alam, serta energi listrik. Guru bertanya jawab dengan siswa bagaimana cara menghemat sumber energi minyak bumi dan gas alam. Beberapa siswa menjawab dengan mencari sumber energi alternatif, ada lagi dengan cara mematikan kompor bila tidak digunakan. Banyak siswa yang unjuk jari ingin menjawab, dari beberapa siswa yang ditunjuk guru hampir semuanya bisa menjawab dengan benar. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan dan mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran. c) Siswa menyanyi lagu dengan judul ”Sumber Energi” bersama-sama. Untuk membangkitkan semangat dan minat belajar siswa, di awal pembelajaran guru mengajak bernyanyi bersama. Lagu ini berisi syair tentang berbagai sumber energi, mulai dari sumber energi matahari, makanan, baterai, listrik, air, angin, serta minyak bumi dan gas alam. Jadi sambil bernyanyi secara tidak langsung siswa sambil belajar. Siswa menyegarkan ingatannya kembali tentang sumber energi yang sebelumnya pernah dipelajari. d) Siswa bertanya jawab dengan guru tentang berbagai sumber energi dari lagu yang baru dinyanyikan. Siswa juga bertanya jawab tentang berbagai contoh sumber energi misalnya memperhatikan matahari sebagai sumber energi terbesar, merasakan angin yang digerakkan kipas angin. Guru menyuruh siswa menunjukkan beberapa sumber energi yang ada di sekitar sekolah. Kezia memberikan jawabannya dengan menunjuk lampu sebagai bagian dari sumber energi listrik, siswa yang lain terlihat memperhatikan. Pendapat lain diungkapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
oleh Reno, ia menunjuk makanan sebagai sumber energi. Saat Inez mengungkapkan cara menghemat sumber energi gas alam ia tampak kesulitan, lalu guru menawarkan kepada siswa lain yang ingin membantu Inez. Hendra langsung unjuk jari. Menurutnya cara menghemat sumber energi gas alam yaitu dengan mencari sumber energi alternatif. Lalu guru coba memancing dengan memberikan pertanyaan tentang contoh sumber energi alternatif, beberapa saat siswa tampak berpikir. Tidak berselang lama Salsabila unjuk jari dan menjawab menggunakan sekam. Pembelajaran mulai menarik, dari tanya jawab dengan beberapa siswa akan membuka kembali ingatan mereka tentang materi sumber energi. e) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok untuk mengadakan percobaan tentang berbagai sumber energi dengan pendekatan keterampilan proses. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok secara acak dimana setiap kelompok terdiri dari 7 sampai 8 anak. Kemudian membagikan lembar kerja kelompok dan media untuk percobaan pada tiap-tiap kelompok. Guru memberikan waktu yang cukup lama kepada masing-masing bekerjasama
kelompok
dengan
untuk
melakukan
kelompoknya
percobaan.
mengerjakan
lembar
Siswa kerja
kelompok dengan pendekatan keterampilan proses. Guru memonitor semua kegiatan siswa sehingga dapat diketahui keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Dengan melakukan percobaan sederhana siswa dapat
menemukan
sendiri
konsep-konsep
diharapkan siswa lebih memahami IPA.
ilmu
pengetahuan,
Adapun penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA akan diuraikan sebagai berikut : (1). observasi : siswa mengelompokkan sumber energi yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui. Dalam hal ini siswa menggunakan semua inderanya untuk mengklasifikasikan berbagai sumber energi yang ada di sekitar sekolah. Siswa dilatih untuk mengenali ciri khusus dari tiap-tiap sumber energi sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
dikelompokkan. Jadi dalam mengobservasi siswa memilah-milah mana yang penting dengan menggunakan semua indra untuk melihat, dan mendengar. (2). membuat hipotesis: siswa membuat hipotesis bahwa matahari merupakan sumber energi terbesar di bumi. Siswa dilatih untuk membuat suatu perkiraan dari peristiwa keringnya baju, panasnya terik matahari, dan terangnya di siang hari karena energi panas dan energi cahaya yang dihasilkan matahari. (3). merencanakan penelitian: siswa merencanakan dan mengadakan percobaan sederhana tentang tujuan penggunaan berbagai sumber energi dan cara menghematnya. Di sini secara berkelompok siswa dilatih untuk melakukan penyelidikan praktis tentang sumber energi. Guru membimbing siswa dalam merencanakan percobaan sederhana dengan menyediakan berbagai media percobaan dan memberikan petunjuk percobaan pada lembar kerja kelompok. Guru melatih siswa dalam merencanakan percobaan untuk menghindari pemborosan waktu, dan tenaga serta hasilnya tidak sesuai dengan harapan. (4). mengendalikan variabel : siswa membandingkan nyala lampu pijar dengan nyala lampu neon dengan tegangan yang sama. Guru melatih siswa dalam memperlakukan variabel yaitu dua buah lampu yaitu lampu pijar dan lampu neon dimana keduanya memiliki
tegangan
yang
sama.
Siswa
mengamati
dan
membandingkan bagaimana nyala kedua lampu tersebut, lebih terang lampu pijar atau lampu neon. Dalam hal ini variabel bebas yaitu lampu pijar dan lampu neon, dan lampu dengan tegangan yang sama sebagai variabel terikat (5). interpretasi data : siswa melaporkan hasil percobaan sederhana pada lembar kerja kelompok tentang tujuan penggunaan berbagai sumber energi dan cara menghematnya. Dalam hal ini siswa membuat data hasil pengamatan dan percobaan dalam bentuk tabel.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
(6). menyusun kesimpulan sementara: siswa membuat kesimpulan sementara tentang manfaat sumber energi dan cara menghematnya dari percobaan sederhana yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi tentang berbagai sumber energi, siswa dapat menarik kesimpulan sementara bahwa beberapa sumber energi ada yang bisa
diperbarui
dalam
waktu
singkat
namun
ada
yang
membutuhkan waktu jutaan tahun untuk membentuk energi kembali. (7). meramalkan : siswa berlatih meramalkan apa yang akan terjadi bila sumber energi sudah habis. Siswa mencermati beberapa peristiwa yang biasa dilihat sehari-hari misalnya motor dan mobil dapat berjalan bila memiliki bensin sebagai bahan bakar. Berdasarkan dari observasi tersebut siswa dapat dilatih untuk meramalkan bagaimana jika tidak ada bensin atau bensin di bumi ini telah habis. (8). penerapan : menerapkan konsep untuk hemat energi dengan menggunakan sumber energi secara bijaksana. Setelah siswa menemukan konsep energi bisa habis bila digunakan terus menerus, maka siswa menerapkan konsep untuk hemat energi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya berangkat ke sekolah naik sepeda sendiri. (9). komunikasi : siswa membacakan laporan hasil percobaannya. f) Guru membimbing kelompok yang kesulitan mengadakan percobaan. Guru memonitor semua kegiatan siswa dalam melakukan percobaan dengan berkeliling sehingga dapat diketahui kelompok mana yang membutuhkan bimbingan guru. Dengan berkeliling guru juga dapat mengamati sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam melakukan percobaan. Pada saat guru berkeliling terlihat beberapa siswa yang dalam pembelajaran sebelumnya pasif terlihat bekerjasama dengan kelompoknya. Setelah mengadakan percobaan secara berkelompok, siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal pada lembar kerja kelompok. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
guru kelas membantu peneliti memonitor semua pekerjaan siswa dengan memberikan penilaian dan mengisi lembar observasi mengenai aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA. g) Siswa bersama guru membahas lembar kerja kelompok bersama-sama. Banyak siswa yang unjuk jari ingin maju membacakan pekerjaannya. Guru menunjuk beberapa siswa wakil dari kelompok masing-masing secara
acak. Siswa yang ditunjuk diberi kesempatan untuk
mengemukakan jawabannya di depan. Dari kegiatan pembahasan ini rata-rata siswa bisa menjawab dengan baik dan benar, hanya beberapa kelompok yang kurang tepat dalam menjawab. Melalui kegiatan pembahasan soal, siswa dapat mengetahui letak kesalahannya sehingga siswa dapat memperbaiki kesalahan tersebut jika dihadapkan dengan soal yang serupa. h) Siswa bermain ”balon ajaib” dimana siswa yang paling cepat unjuk jari akan mendapat kesempatan untuk memilih beberapa balon warnawarni yang ada di depan. Untuk menyegarkan suasana setelah diskusi kelompok, guru mengadakan permainan balon. Di dalam balon tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab. Terlihat banyak siswa yang berebut unjuk jari ingin maju. Siswa terlihat antusias ingin mengikuti permainan ini. Guru menunjuk beberapa siswa. Masingmasing siswa memilih balon secara acak lalu menjawab pertanyaannya. Apabila siswa tersebut belum benar dalam menjawab maka pertanyaan akan dilempar kepada siswa yang lain. Apabila siswa berhasil menjawab dengan baik dan benar maka ia akan mendapatkan nilai. Nilai terbanyak yang akan menjadi pemenang. Dari permainan ”balon ajaib” ini semua siswa yang ditunjuk dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Melalui permainan siswa dapat memperdalam konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gerak benda. i)
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru tentang materi sumber energi lalu menarik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
kesimpulannya. Dengan menyimpulkan materi pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih memperkuat konsep sumber energi. j)
Guru memberikan evaluasi yang harus dikerjakan siswa secara individu. Dalam pembelajaran ini terlihat siswa mulai terlihat mandiri dalam mengerjakan soal tanpa bertanya kepada temannya. Guru mengawasi dengan baik agar tercipta kemandirian belajar pada diri siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal dengan tertib dan tenang.
k) Guru memberikan angket tentang minat belajar IPA kepada siswa. Dalam hal ini angket diberikan untuk mengetahui tingkatan minat belajar siswa. Siswa mengisi angket dengan seksama.
c. Observasi dan Interpretasi II Dalam pembelajaran ini, ada dua aktivitas yang dilakukan yaitu penerapan tindakan dan aktivitas penelitian. Untuk memperoleh informasi dari penerapan tindakan dalam proses pembelajaran maka perlu dilakukan pengamatan dan pencatatan data dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi diisi dengan membubuhkan tanda chek list (√) sesuai dengan pengamataan dari pelaksanaan tindakan. Dalam proses pembelajaran pengamatan dilakukan oleh observer yaitu guru kelas. Sesuai dengan pendapat Nana Sudjana (2009:86) pada observasi kriteria pengamatan aktivitas siswa dalam setiap aspek pembelajaran diberi skala tinggi, sedang dan kurang. Berdasarkan observasi pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tindakan II diperoleh rata-rata 3,00 dengan kriteria baik. Dari observasi dapat dievaluasi bahwa siswa mulai dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Siswa masuk kelas tepat waktu. Sebelum pembelajaran dimulai siswa menunjukkan kesiapan buku pelajaran IPA. Pada saat diminta membentuk kelompok, siswa segera beranjak dari tempat duduk untuk langsung bergabung dengan kelompok yang sudah dibentuk. Saat melakukan percobaan terlihat beberapa siswa yang pada siklus pembelajaran sebelumnya terkesan cuek dengan tugasnya mulai terlihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
kesadarannya untuk bekerjasama dengan kelompoknya. Memang terkadang siswa tersebut lalai dan bermain sendiri namun setelah diingatkan temannya tentang sanksi yang telah disepakati bersama, siswa tersebut langsung bergabung dengan kelompoknya untuk berdiskusi. Beberapa siswa terlihat mengalami kesulitan namun setelah bertanya pada teman atau guru, siswa dapat melakukan percobaan dengan baik. Secara umum baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua siswa bisa melakukan percobaan dengan baik. Dari hasil observasi, PKP dinilai dapat membangkitkan minat belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa tinggi. Hal ini terlihat saat percobaan, siswa lebih aktif dan sangat antusias dalam proses pembelajaran. PKP dinilai dapat membantu siswa dalam memahami materi IPA. Pada pertemuan pertama siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan skala sedang, sedangkan pada pertemuan kedua siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan skala tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa dengan PKP dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa belajar IPA. Siswa lebih mudah mencerna konsepkonsep IPA yang cenderung abstrak menjadi lebih nyata. Sehingga dengan PKP siswa dapat menunjukkan kepuasannya dalam belajar. Hasil observasi guru (peneliti) pada siklus II didapatkan rata-rata 2,8 dengan
kriteria
cukup.
Jumlah
ini
menunjukkan
peningkatan
bila
dibandingkan dengan siklus I. Dari observasi menunjukkan bahwa peran guru dalam membangkitkan minat belajar IPA dinilai baik dengan skala tinggi. Baik saat pembelajaran maupun saat percobaan guru mampu memberikan informasi dengan tepat. Guru juga menggunakan berbagai media dan metode dalam pembelajaran sehingga dapat lebih memotivasi siswa dalam belajar. Intensitas pemberian soal diperoleh dengan skala tinggi, dengan ini diharapkan
dapat
mengasah
kemampuan
siswa.
Untuk
mengetahui
sejauhmana kemajuan siswa, guru melakukan penilaian proses dan hasil. Dari sini diperoleh hasil observasi dengan skala sedang pada pertemuan pertama dan skala tinggi pada pertemuan kedua. Pada akhir pembelajaran ditutup dengan skala sedang pada aspek penggunaan waktu dalam KBM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Hasil dari angket menunjukkan bahwa rata-rata angket pada siklus II ini sebesar 76,25% dengan kriteria minat tinggi. Jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan hasil rata-rata angket pada siklus I yaitu 75,88%. Siswa yang masuk dalam kriteria minat tinggi sebanyak 74% (27 siswa) dari 37 siswa yang masuk. Berikut ini adalah hasil angket minat belajar siswa yang disajikan pada tabel 7. Tabel 7. Hasil angket minat belajar siswa No.
Aspek Pengamatan
1. Perasaan senang 2. Perhatian 3. Kesadaran 4. Kemauan Rata-rata
Rata-rata nilai minat belajar (%) 76,68 61,99 80,51 83,44 76,25
Kriteria Minat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
Dari hasil percobaan kelompok rata-rata siswa bisa menjawab dengan baik dan benar, hanya beberapa yang kurang tepat dalam menjawab. Hasil percobaan pada siklus II disajikan dalam tabel 8 berikut ini : Tabel 8. Nilai percobaan pada siklus II No. Uraian pencapaian hasil 1. Nilai kurang dari 60 Nilai lebih besar atau sama 2. dengan 60 sampai 80 Nilai lebih besar dari 80 3. sampai 100
Pertemuan pertama -
Pertemuan kedua -
2 kelompok
1 kelompok
3 kelompok
4 kelompok
Dari percobaan kelompok pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 81,4. Pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 91. Pada siklus II nilai percobaan kelompok telah mencapai indikator dengan rata-rata lebih dari 70. Dari hasil evaluasi rata-rata siswa bisa menjawab dengan baik dan benar, hanya beberapa yang belum tepat dalam menjawab. Hasil evaluasi pada siklus II disajikan dalam tabel 9.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tabel 9. Nilai evaluasi pada siklus II No. Uraian pencapaian hasil 1. Nilai kurang dari 60 Nilai lebih besar atau sama 2. dengan 60 sampai 80 Nilai lebih besar dari 80 3. sampai 100
Pertemuan pertama 8 siswa
Pertemuan kedua 6 siswa
21 siswa
19 siswa
7 siswa
12 siswa
Dari evaluasi pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 73, pada pertemuan kedua nilai rata-ratanya meningkat menjadi 74. Pada pertemuan pertama hanya 19% (7 siswa) dari 36 yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Namun pada pertemuan selanjutnya 32% (12 siswa) dari 37 siswa yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Dari siklus II ini nilai rata-rata yang dicapai di atas 70, sehingga nilai evaluasi yang diperoleh pada siklus II telah mencapai indikator.
d. Analisis dan Refleksi tindakan II Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut : 1). Guru dan siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik 2). Siswa tampak bersemangat dalam melakukan percobaan. Beberapa siswa yang pada siklus pembelajaran sebelumnya terkesan cuek mulai terlihat kesadarannya untuk bekerjasama dengan kelompoknya. 3). Meski beberapa siswa terlihat mengalami kesulitan namun secara umum baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua siswa bisa melakukan percobaan dengan baik. Hal ini dikarenakan informasi yang diberikan guru tentang materi pembelajaran dan tentang percobaan lebih jelas dan mudah dipahami siswa daripada siklus I. 4). Peran guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah baik. Pendekatan keterampilan proses dinilai dapat membangkitkan minat belajar siswa. 5). PKP dapat mempermudah siswa belajar IPA. Siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik. Dari hasil penilaian proses dan penilaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
hasil yang dilakukan guru pada percobaan kelompok dan evaluasi terdapat peningkatan. 6). Penggunaan media dan metode pembelajaran yang beragam dapat membantu memotivasi belajar IPA. Berdasarkan hasil dari proses pembelajaran di atas, diketahui bahwa minat belajar, keaktifan, dan hasil belajar siswa telah meningkat. Hasil dari angket menunjukkan bahwa rata-rata angket pada siklus II adalah 76,25%. Nilai ini telah memenuhi kategori nilai minat tinggi dengan rata-rata >70% dan dicapai oleh lebih dari 70% dari seluruh siswa yang masuk. Sebanyak 74% (27 siswa) dari 37 siswa yang hadir, masuk dalam kategori minat belajar tinggi. Pada hasil belajar baik evaluasi maupun percobaan, keduanya telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata di atas 70. dari hasil evaluasi pada pertemuan kedua sebanyak 32% (12 siswa) dari 37 siswa yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Maka dari itu pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dapat dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Namun guru harus tetap memperhatikan minat belajar siswa dan terus memberikan bimbingan belajar pada anak yang minat belajarnya rendah.
D. Pembahasan Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan minat belajar melalui pendekatan keterampilan proses. Hal tersebut dapat dilihat dari pembahasan yang telah disampaikan di depan, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil Angket Minat Belajar IPA Minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dapat dilihat dari hasil angket minat siswa. Berikut ini hasil angket minat siswa yang disajikan pada tabel 10.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 10. Hasil Angket Minat Belajar Siswa No.
Rata-rata nilai minat belajar (%) Kondisi awal Siklus I Siklus II 75,00 75,24 76,68 64,23 65,44 61,99 78,35 79,28 80,51 76,56 82,16 83,44 74,13 75,88 76,25
Aspek pengamatan
1. Perasaan senang 2. Perhatian 3. Kesadaran 4. Kemauan Rata-rata
Berdasarkan tabel 10 di atas dapat diperjelas melalui histogram di bawah ini. 100 80
76.68 75 75.24
60
65.44 64.23 61.99
78.35 79.28
80.51
82.16 83.44 76.56 Kondisi aw al Siklus I
40
Siklus II
20 0 Perasaan senang
Perhatian
Kesadaran
Kem auan
Gambar 3. Histogram perbandingan aspek minat belajar dari kondisi awal hingga siklus II Hasil angket yang disajikan pada tabel dan histogram di atas dapat dideskripsikan bahwa minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran selalu meningkat. Pada tabel di atas rata-rata angket minat belajar siswa sebelum menggunakan PKP pada aspek perasaan senang adalah 75%. Aspek perhatian sebesar 64,23%. Aspek kesadaran sebesar 78,35%, dan aspek kemauan sebesar 76,56%. Sementara untuk rata-rata angket sebelum menggunakan PKP adalah 74,13%(minat tinggi). Sebanyak 70% (25 siswa) dari 36 siswa, masuk kategori minat tinggi. Sementara itu hasil angket belajar pada siklus I lebih meningkat. Untuk aspek perasaan senang tercatat 75,24%. Aspek perhatian sebesar 65,44%. Aspek kesadaran sebesar 79,28%, dan aspek kemauan sebesar 82,16%. Sementara untuk rata-rata angket pada siklus I ini adalah 75,88%(minat tinggi). Sebanyak 77% (26siswa) dari 34 siswa, masuk kategori minat tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Pada siklus II untuk aspek perasaan senang tercatat 76,68%. Aspek perhatian sebesar 61,99%. Aspek kesadaran sebesar 80,51%. Aspek kemauan sebesar 83,44%. Sementara untuk rata-rata angket pada siklus II meningkat menjadi 76,25% (minat tinggi). Sebanyak 74% (27 siswa) dari 37 siswa masuk kategori minat tinggi. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata angket minat belajar masuk dalam kategoti minat belajar tinggi dengan rata-rata >70%. Selain itu >70% dari siswa yang hadir, masuk dalam kriteria minat tinggi. Peningkatan nilai hasil angket minat belajar ini sejalan dengan peningkatan minat belajar siswa saat pembelajaran IPA di kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan minat belajar IPA setelah mengikuti pembelajaran PKP. Di bawah ini merupakan histogram perbandingan nilai rata-rata tugas kelompok dan evaluasi dari kondisi awal hingga siklus II. 92
100 80
77
71.8 65.6
91 80
81.4
74
73
63
60
Tugas kelompok
40
Evaluasi
20 0 Kondisi awal
Siklus I pert. 1
Siklus I pert. 2
Siklus II pert. 1
Siklus II pert. 2
Gambar 4. Histogram perbandingan nilai rata-rata tugas kelompok dan evaluasi dari kondisi awal hingga siklus II
2. Hasil Percobaan Kelompok Hasil dari tugas kelompok baik sebelum atau sesudah penerapan dengan pendekatan keterampilan proses dapat dilihat pada tabel 11.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 11. Hasil Tugas Kelompok No.
Uraian pencapaian hasil 1. Nilai kurang dari 60 2. Nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 3. Nilai lebih besar dari 80 sampai 100 Rata-rata nilai kelompok
Siklus I
Kondisi awal
Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
2 kelompok
3 kelompok
-
-
-
2 kelompok
1 kelompok
1 kelompok
2 kelompok
1 kelompok
1 kelompok
1 kelompok
4 kelompok
3 kelompok
4 kelompok
65,6
63
92
81,4
91
Pada tugas kelompok yang disajikan pada tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa hasil tugas kelompok siswa meningkat. Pada tabel di atas, diketahui tugas kelompok siswa sebelum menggunakan PKP rata-rata nilainya adalah 65,6. Sebanyak 2 kelompok mendapat nilai kurang dari 60, 2 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 1 kelompok nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Nilai rata-rata ini belum mencapai indikator yang ditentukan. Sementara itu hasil tugas kelompok pada siklus I untuk pertemuan pertama diperoleh rata-rata sebesar 63. Memang nilai rata-rata pada pertemuan pertama ini lebih rendah dari nilai sebelum menggunakan PKP. Sebanyak 3 kelompok mendapat nilai kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 1 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua nilai hasil tugas kelompok meningkat. Rata-ratanya sebesar 92, meningkat pesat bila dibandingkan dengan rata-rata nilai tugas pada pertemuan pertama. Tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 4 kelompok nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada pertemuan pertama nilai rataratanya belum dapat mencapai indikator, namun pada pertemuan kedua telah memenuhi indikator dengan nilai rata-rata di atas 70.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Pada siklus II untuk pertemuan pertama hasil tugas kelompok diperoleh ratarata sebesar 81,4. Tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari 60, 2 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 3 kelompok nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua nilai hasil tugas kelompok meningkat. Rata-ratanya sebesar 91, hasil ini meningkat bila dibandingkan dengan rata-rata nilai tugas pada pertemuan pertama. Tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 4 kelompok nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada siklus II nilai percobaan kelompok telah mencapai indikator dengan rata-rata lebih dari 70. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai tugas kelompok setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan PKP.
3. Hasil Evaluasi Hasil dari evaluasi baik sebelum atau sesudah penerapan dengan pendekatan keterampilan proses dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Hasil Evaluasi Siklus I Siklus II Uraian Kondisi pencapaian awal Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 hasil Nilai kurang 1 siswa 4 siswa 8 siswa 6 siswa 1. dari 60 Nilai lebih besar 31 atau sama 24 siswa 8 siswa 21 siswa 19 siswa 2. siswa dengan 60 sampai 80 Nilai lebih besar 3. dari 80 sampai 4 siswa 10 siswa 22 siswa 7 siswa 12 siswa 100 Rata-rata nilai 71,8 77 80 73 74 evaluasi
No.
Pada evaluasi yang disajikan pada tabel di atas diketahui evaluasi sebelum menggunakan PKP rata-rata nilainya adalah 71,8. Sebanyak 1 siswa mendapat nilai kurang dari 60, 31 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
sampai 80 dan 4 siswa nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Nilai ini telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata di atas 70, namun jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari 80-100 hanya 11%. Sementara itu hasil evaluasi pada siklus I untuk pertemuan pertama diperoleh rata-rata sebesar 77. tidak ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 60, 24 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 10 siswa nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua nilai hasil evaluasi meningkat. Rata-ratanya sebesar 80, meningkat bila dibandingkan dengan ratarata nilai tugas pada pertemuan pertama. Empat siswa mendapat nilai kurang dari 60, 8 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 22 siswa nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus I telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata di atas 70. Selain itu lebih dari 25% dari siswa yang masuk memperoleh nilai lebih dari 80-100. Pada siklus II untuk pertemuan pertama hasil evaluasi diperoleh rata-rata sebesar 73. Delapan siswa mendapat nilai kurang dari 60, 21 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 7 siswa mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua nilai hasil tugas kelompok sedikit meningkat. Rata-ratanya sebesar 74, hasil ini meningkat bila dibandingkan dengan rata-rata nilai tugas pada pertemuan pertama. Enam siswa mendapat nilai kurang dari 60, 19 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 12 siswa nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada pertemuan pertama hanya 19% (7 siswa) dari 36 yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Namun pada pertemuan selanjutnya 32% (12 siswa) dari 37 siswa yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Dari siklus II ini nilai rata-rata yang dicapai di atas 70, sehingga nilai evaluasi yang diperoleh pada siklus II telah mencapai indikator. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai evaluasi setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan PKP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar, 2.pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan nilai tugas siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar, 3.pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan nilai evaluasi siswa kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar. Bila siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajar IPA maka ia akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan anak yang kurang berminat. Sehingga dengan meningkatnya nilai tugas dan nilai evaluasi dapat dijadikan salah satu indikasi meningkatnya minat belajar siswa. Peningkatan-peningkatan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini:
1. Hasil Angket Minat Belajar IPA a. Kondisi Awal Setiap angket minat belajar memiliki 4 aspek yaitu perasaan senang, perhatian, kesadaran, dan aspek kemauan. Untuk aspek perasaan senang tercatat 75,00%. Aspek perhatian yakni sebesar 64,23%, aspek kesadaran sebesar 78,35%, dan aspek kemauan sebesar 76,56%. Sementara untuk ratarata angket dengan menggunakan PKP pada kondisi awal adalah sebesar 74,13% (minat tinggi). Sebanyak 70% (25 siswa) dari 36 siswa yang masuk mencapai kategori minat belajar tinggi dengan nilai angket > 70%. b. Siklus I Pada siklus I ini hasil angket meningkat bila dibandingkan dengan kondisi awal. Untuk aspek perasaan senang tercatat 75,24%. Aspek perhatian yakni sebesar 65,44%, aspek kesadaran sebesar 79,28%, dan aspek kemauan sebesar 82,16%. Sementara untuk rata-rata angket dengan menggunakan PKP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
pada siklus I adalah sebesar 75,88% (minat tinggi). Sebanyak 77% (26 siswa) dari 34 siswa, masuk kategori minat belajar tinggi dengan nilai angket > 70%.
c. Siklus II Pada siklus II ini hasil angket meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Sama dengan siklus I angket minat belajar terdiri dari 4 aspek. Untuk aspek perasaan senang meningkat menjadi 76,68%. Aspek perhatian tercatat 61,99%, aspek kesadaran diperoleh sebesar 80,51%, dan aspek kemauan sebesar 83,44%. Sementara untuk rata-rata angket dengan menggunakan PKP pada siklus II meningkat menjadi 76,25% (minat tinggi). Sebanyak 74% (27 siswa) dari 37 siswa, masuk kategori minat tinggi dengan nilai angket >70%. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus di atas, terlihat bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Bahwa dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kelas 3 dapat meningkatkan minat belajar IPA di SD Jaten 4 Karanganyar. Dengan demikian pendekatan keterampilan proses dapat dilaksanakan untuk meningkatkan minat belajar IPA siswa di kelas 3.
2. Hasil Nilai Tugas a. Kondisi awal Hasil tugas kelompok pada kondisi awal untuk diperoleh rata-rata sebesar 65,6. Sebanyak 2 kelompok mendapat nilai kurang dari 60, 2 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 1 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Nilai rata-rata ini belum mencapai indikator yang ditentukan b. Siklus I Hasil tugas kelompok pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 77,5. Pada pertemuan pertama sebanyak 3 kelompok mendapat nilai kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 1 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua mengalami peningkatan. Tidak ada kelompok yang mendapat nilai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 4 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya belum dapat mencapai indikator, namun pada pertemuan kedua telah memenuhi indikator dengan nilai rata-rata di atas 70.
c. Siklus II Pada siklus II ini hasil nilai tugas kelompok meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Nilai rata-rata tugas kelompok pada siklus II meningkat menjadi 86,2. Pada pertemuan pertama tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari 60, 2 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 3 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua mengalami peningkatan. Tidak ada kelompok yang mendapat nilai kurang dari 60, 1 kelompok mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 4 kelompok mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada siklus II nilai percobaan kelompok telah mencapai indikator dengan rata-rata lebih dari 70. Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai tugas kelompok setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses. Dengan meningkatnya nilai tugas kelompok ini dapat dijadikan salah satu indikasi meningkatnya minat belajar siswa. Sehingga dari hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus di atas, terlihat bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Bahwa dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kelas 3 dapat meningkatkan minat belajar IPA di SD Jaten 4 Karanganyar.
3. Hasil Nilai Evaluasi a. Kondisi awal Hasil evaluasi pada kondisi awal untuk diperoleh rata-rata sebesar 71,8. Sebanyak 1 siswa mendapat nilai kurang dari 60, 31 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 4 siswa mendapat nilai lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
besar dari 80 sampai 100. Nilai ini telah mencapai indikator dengan nilai ratarata di atas 70, namun jumlah siswa yang mencapai nilai lebih dari 80-100 hanya 11% (4 siswa). b. Siklus I Hasil evaluasi pada siklus I diperoleh rata-rata sebesar 78,5. Untuk pertemuan pertama tidak ada siswa mendapat nilai kurang dari 60, 24 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80 dan 10 siswa nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua terdapat 4 siswa yang mendapat nilai kurang dari 60, 8 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 22 siswa mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Nilai rata-rata yang diperoleh dari siklus I telah mencapai indikator dengan nilai rata-rata di atas 70. Selain itu lebih dari 25% dari siswa yang masuk memperoleh nilai lebih dari 80-100. c. Siklus II Pada evaluasi siklus II ini, nilai rata-ratanya 73,5. Pada pertemuan pertama tidak terdapat 8 siswa yang mendapat nilai kurang dari 60, 21 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 7 siswa mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Untuk pertemuan kedua mengalami peningkatan. Sebanyak 6 siswa mendapat nilai kurang dari 60, 19 siswa mendapat nilai lebih besar atau sama dengan 60 sampai 80, dan 12 siswa mendapat nilai lebih besar dari 80 sampai 100. Pada pertemuan pertama hanya 19% (7 siswa) dari 36 yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Namun pada pertemuan selanjutnya 32% (12 siswa) dari 37 siswa yang masuk mencapai nilai lebih dari 80-100. Berdasarkan hasil di atas, memang nilai rata-rata evaluasi pada siklus II lebih rendah daripada siklus I. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan materi pada siklus I dan siklus II berbeda. Pada siklus II tingkat kesulitan materinya lebih tinggi. Dari uraian di atas secara umum dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan nilai pada tugas kelompok dan nilai evaluasi. Dengan meningkatnya nilai ini dapat dijadikan salah satu indikasi meningkatnya minat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
belajar siswa. Sehingga dari hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus di atas, terlihat bahwa hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Bahwa dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA kelas 3 dapat meningkatkan minat belajar IPA di SD Jaten 4 Karanganyar.
B. Implikasi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Minat Belajar IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Pada Siswa Kelas III SDN Jaten 4 Karanganyar” yang dilakukan sebanyak 2 siklus ternyata dapat meningkatkan minat belajar siswa. Minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja, melainkan perlu diupayakan pembinaannya. Pada pembelajaran IPA dengan pendekatan keterampilan proses siswa dapat mengamati dan menggali konsep IPA dengan menerapkan keterampilan-keterampilan mendasar pada dirinya untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan percobaan. Siswa yang biasanya terlihat pasif menerima pelajaran, berubah menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa bekerjasama dengan temannya untuk melakukan percobaan kelompok. Dengan demikian siswa belajar melalui bekerja. Siswa lebih banyak praktik dan melakukan percobaan tidak hanya sekedar teori. Oleh karena itu siswa terlihat lebih simpatik, rajin, dan penuh gairah dalam belajar, sehingga melahirkan hasil yang memuaskan. Mengingat penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan minat belajar IPA, maka diharapkan PKP tidak hanya diterapkan pada pembelajaran IPA tetapi bisa diterapkan pada semua mata pelajaran di sekolah dasar. Hal-hal yang dapat diterapkan guru untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa sebagai implikasi dari penelitian ini adalah : 1. Memotivasi siswa untuk menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin. Cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap sesuatu. Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
2. Menanamkan pada siswa bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Dalam pembelajaran guru tidak langsung memberikan konsep materi tetapi siswa diajarkan bagaimana cara memperoleh konsep ilmu tersebut. Melalui pendekatan keterampilan proses, siswa dapat menggali konsep IPA dengan menerapkan keterampilan mendasar pada dirinya untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep. Dengan mencari pengetahuan sendiri, siswa lebih terlibat aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian diharapkan PKP dapat meningkatkan minat belajar siswa. Selain itu siswa dapat menerapkan pengetahuan untuk menyiapkan siswa di masa depan. 3. Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Pengalaman belajar yang menyenangkan merupakan permulaan yang baik untuk menumbuhkan minat belajar pada siswa. Minat siswa akan tergerak (bertambah) dengan pengalaman yang menyenangkan. 4. Memberikan keteladanan. Guru perlu menunjukkan ketertarikannya pada pembelajaran. Sikap yang ditunjukkan guru berpengaruh positif terhadap tumbuh kembang minat belajar siswa. 5. Menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Agar siswa lebih tertarik dalam pembelajaran, guru bisa menggunakan minat yang telah ada pada siswa. Misalnya siswa menruh perhatian pada sepak bola, guru dapat menarik perhatian siswa dengan menceritakan mengenai pertandingan sepak bola yang baru saja berlangsung, kemudian sedikit demi sedikit diarahkan ke materi Gerak Benda.. 6. Memanfaatkan minat yang telah ada untuk membentuk minat baru. Untuk dapat membentuk minat baru pada siswa, guru dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara suatu materi yang akan diajarkan dengan materi yang lalu dan menguraikan kegunaannya bagiu siswa di masa yang akan datang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi hasil penelitian ini, dapat disarankan ke beberapa pihak yaitu : 1. Saran untuk peneliti lain Karena keterbatasan-keterbatasan yang ada, penelitian ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut yang sejenis disarankan : a. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang dan sistematis agar benar-benar dapat diperoleh hasil yang lebih optimal. b. Tindakan perbaikan tiap-tiap siklus pada penelitian ini belum optimal. Oleh karena itu, kepada peneliti lain yang akam mengadakan penelitian yang sejenis perlu memberikan penekanan pada segi-segi observasi dan interpretasi sehingga perefleksian hasil observasi dari satu siklus dapat ditindaklanjuti pada siklus berikutnya secara cermat.
2. Saran untuk penerapan hasil penelitian a. Saran untuk guru Kepada para guru SD dapat menerapkan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan minat belajar siswa. Guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran IPA perlu lebih meningkatkan wawasan tentang
pendekatan
keterampilan
proses
sehingga
dalam
pengimplementasiannya dapat berjalan lebih efektif. Dan bagi para guru SD yang akan mengajarkan mata pelajaran IPA, senantiasa dapat memberikan keteladanan yang positif demi meningkatkan minat belajar siswa. b. Saran untuk kepala sekolah Kepala sekolah perlu lebih mengupayakan profesionalisme guru melalui
pelatihan-pelatihan
yang
berkaitan
dengan
model-model
pembelajaran khususnya mengenai implementasi pendekatan keterampilan proses. Yang kedua, kepala sekolah perlu mengupayakan tersedianya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
fasilitas-fasilitas
yang
dapat
menopang
terselenggaranya
kegiatan
pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses. c. Saran untuk Dinas Pendidikan Nasional Dinas pendidikan nasional dapat memfasilitasi terselenggaranya pelatihan-pelatihan bagi pengembangan profesionalisme guru, khususnya yang berkaitan dengan teknik-teknik dan model pembelajaran. d. Saran untuk orang tua siswa Dalam
keluarga,
orang
tua
dan
saudara
kandung
dapat
mempengaruhi minat belajar anak. Orang tua perlu menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik sejak dini untuk membangkitkan minat belajar anak dan mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah. Keteladanan yang baik dari orang tua dan saudara kandung, dapat terhadap tumbuh kembang minat belajar anak.
commit to user
berpengaruh positif