EVALUASI KESELAMATAN GEDUNG DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA TANGERANG BERDASARKAN KEPMENKES NO. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 Bayu Agung Nugroho, Doni Hikmat Ramdhan Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Email :
[email protected] Abstrak Mutu atau kualitas rumah sakit dipengaruhi oleh dua hal, yaitu : pelayanan oleh petugas kesehatan dan sarana prasarana bangunan rumah sakit itu sendiri. Banyak penduduk Indonesia (baik yang tinggal di perkotaan atau perbatasan) pergi ke luar negeri hanya untuk berobat. Hal itu bukan disebabkan oleh rendahnya mutu layanan petugas kesehatan, namun lebih disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana rumah sakit sehingga kepercayaan penduduk Indonesia untuk berobat di dalam negeri menjadi berkurang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di RSUD Kota Tangerang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010.Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada periode bulan Juni 2014. Sarana prasarana RSUD Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 meskipun ada beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Building Safety Evaluation of General Hospital of Tangerang City Based on Minister of Health's Decision No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 Abstrack The quality of a hospital depends on two things, they are : services provides by health officer also facilities and supporting infrastructure of the building itself. Many Indonesian people (which is live in urban or border area) goes abroad only for medical treatment reason. That is not because of the poor quality of services provides by health officer but mostly because our hospital facilities and supporting infrastructure is very poor, therefore the trust of our people for choosing medical treatment within the country is decreasing. The objection of this research is to evaluate the application of occupational health and safety in General Hospital of Tangerang City according to the standard stipulated in Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Method of data analysis is descriptive qualitative. This research is perform during June 2014. Its facilities and supporting infrastructure have fulfilled the minimum requirements of Minister of Health's Desicion No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 while several parts of them need improvement. Keywords: hospital building evaluation, hospital facilities and infrastrusture, General Hospital of Tangerang City.
Pendahuluan Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Pelayanan kesehatan di negara berkembang lebih dipengaruhi oleh mutu sumber daya manusia dan infrastruktur pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah daerah pedesaan di provinsi Sichuan Cina yang miskin dan terbelakang. Sistem kesehatan sangat lemah, baik dalam hal infrastruktur dan pelayanan. (http://www.who.int/ mediacentre/ news/notes/ 2013/ hospital_ partnership_ 20130131/en/). Dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah rumah sakit umum di Indonesia sebanyak 1.762 buah (rumah sakit pemerintah dan swasta atau privat) dan jumlah rumah sakit khusus sebanyak 527 buah (rumah sakit pemerintah dan swasta atau privat).Dari jumlah tersebut, negara Indonesia memiliki jumlah rumah sakit yang tidak sedikit. (http://sirs.buk.depkes.go.id/ rsonline/ report/ report_by_catrs.php). Rumah sakit yang dibangun harus memenuhi persyaratan minimal dengan tujuan pelayanan kesehatan dapat terlaksana secara paripurna. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Yang isinya berfokus pada standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit serta sumber daya manusia keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit (SDM K3RS), dengan tujuan tidak hanya memberikan pelayanan pada pasien secara paripurna tetapi juga memberikan rasa aman dan selamat terhadap petugas medis dan paramedis dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana pendukung rumah sakit. Tinjauan Teoritis Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. (UU No. 44 Tahun 2009) Di Rumah Sakit terdapat sarana (kondisi bangunan, lantai, plafon, pintu dan jendela, dinding, jalur penghubung antar ruang dan antar lantai, toilet serta sarana evakuasi) dan prasarana (sistem ventilasi, sistem komunikasi, sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran) beserta ketersediaan SDM K3RS. Teori SHELL yang dikembangkan oleh Hawkins (1975) dengan pendekatan manusia (human faktor) secarap konsep melihat kecelakaan dalam kerangka sistem, namun tetap menempatkan manusia sebagai focus utama.Teori SHELL menerangkan bahwa hubungan yang terkait dari faktor-faktor yang ada (Liveware-Software-Hardware-Environment) dianggap lebih penting daripada karakteristik masing-masing faktor tersebut. Ketidaksesuaian antar faktor yang ada dapat dianggap sebagai sumber kesalahan manusia.Secara umum kecelakaan dapat diakibatkan oleh sistem yang ada ataupun manusia.
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
Gambar .1. Teori SHELL S :Softwareadalah komponen yang bersifat administratif (hukum, peraturan, kebijakan, SOP) H: Hardwareadalah komponen peralatan yang digunakan dalam proses pekerjaan (mesin, peralatan, dan tanda-tanda peringatan termasuk sarana dan prasarana rumah sakit) E: Environmentadalah komponen lingkungan yang mempengaruhi pekerjaan (cuaca, kecepatan angin, kondisi kerja, dan waktu kerja) L: Livewareadalah komponen hidup yang ada disekeliling atau diluar individu (fisik, pengalaman kerja, tingkat pendidikan, hubungan interpersonal, kerjasama tim, kekuasaan dan tanggung jawab) L: Liveware (individu) Metodologi Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional, menggunakan pendekatan kualitatif.Analisis dan evaluasi dari sarana dan prasarana rumah sakit menggunakan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Penelitian dilakukan di RSUD Kota Tangerang, waktu pelaksanaan penelitian adalah bulan Juni 2014. Penelitian dilaksanakan dengan cara observasi gedung rumah sakit dan wawancara pada pegawai yang terkait. Observasi dilakukan pada sarana dan prasarana gedung rumah sakit. Pengumpulan data terkait dengan sarana dan prasarana serta SDM K3RS yang ada di rumah sakit dilakukan dengan cara: a. Data Primer: merupakan data yang dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
b. Data sekunder: merupakan data yang dikumpulkan dengan cara studi kepustakaan, yaitu dengan cara telaah literature yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan pada rumah sakit. Telaah literature diperoleh dari buku teks, hasil publikasi, skripsi. Instrumen data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: lembar wawancara untuk mengetahui sejarah rumah sakit, lembar ceklis untuk menilai sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit, kamera untuk merekam gambar dan sebagai evidence penelitian. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan cara dibandingkan dengan peraturan yang berlaku yaitu: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Kemudian hasilnya dijabarkan dalam bentuk narasi. Hasil Penelitian 1. Konstruksi Bangunan Luas lahan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah 14.000 m2 dengan luas bangunan 19.743 m2. Spesifikasi umum bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah sebagai berikut: a. Struktur bangunan
: beton bertulang
b. Lantai
: beton dilapisi keramik
c. Dinding
: beton
d. Atap
: dak beton
e. Jendela
: kaca dengan kusen alumunium
f. Pintu
: kayu dan kaca
g. Tangga
: beton dengan pegangan tangan (handrail) dari besi
2. Sarana dan Prasarana Tabel .1. Hasil Penelitian Standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 1. Kondisi Sistem Ventilasi: Sistem ventilasi harus mempunyai ventilasi alamiah dan/ atau buatan sesuai fungsinya dan mempunyai sistem filtrasi pada sistem
Hasil
Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang terdapat 5 jenis sistem ventilasi, yaitu: a. Sistem ventilsi alami, terdapat diruang rawat dan ruang laundry serta ruang gizi. Ruang rawat berukuran panjang 800 cm dan lebar
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
ventilasi buatan, juga mempertimbangkan penempatan (lokasi) sistem ventilasi buatan agar mudah dalam perawatan.
2.
3.
Kondisi Sistem Hubungan Horizontal Dalam Rumah Sakit: Sistem hubungan horizontal dalam rumah sakit harus memiliki pintu dan koridor yang memadai untuk memudahkan terselenggaranya fungsi rumah sakit, ukuran koridor 240 cm. Kondisi Sistem Hubungan Vertikal Dalam Rumah Sakit: a. Ramp Ramp di rumah sakit harus memiliki lebar 120 cm disertai tepi pengaman, memiliki lantai yang bertekstur kasar, harus mempunyai pencahayaan alami, tepi awalan (borders) minimal 160 cm.
700 cm b. Sistem ventilsai buatan dengan AC (Air Conditioner) split, terdapat diruang rawat isolasi, laboraturium, ruang rontgen, nurse station, ruang tunggu pendaftaran, dan ruang gudang untuk gizi serta ruang jenazah Gedung C). c. Sistem ventilasi buatan dengan AC (Air Conditioner) central, terdapat diruang perkantoran dan koridor dekat lift. Atau terdapat di lantai 1 sampai lantai 3 di gedung A (yang memiliki 8 lantai). Juga ruang laboraturium dan ruang rontgen. d. Sistem ventilasi buatan dengan AHU (Air Handling Unit) terdapat dilantai 1 sampai lantai 4 di gedung B (yang hanya 4 lantai). e. Sistem ventilasi buatan dengan AHU (Air Handling Unit) dan HEPA filter terdapat diruang operasi atau ruang bedah sentral. Perawatan AC (Air Conditioner) masih ditangani oleh pihak kontraktor gedung sampai bulan Juni 2014.
Lebar koridor Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah 380 cm dan dilengkapi oleh handrail agar memudahkan pasien dengan disabilitas untuk berpindah tempat. Tinggi handrail tersebut dari permukaan lantai adalah 100 cm.
Ramp di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang memiliki lebar 290 cm disertai tepi pengaman, dengan tinggi 90 cm. Kemudian awalan (borders) atau bidang datar ramp yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang berukuran 160 cm. Lantai ramp terbuat dari keramik dengan permukaan kasar
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
yang berguna untuk menghindari terjadinya kejadian terjatuh atau terpeleset saat digunakan. Ramp dibangun baru sampai lantai 5 (karena lantai 2 sampai lantai 5 adalah ruang rawat), rencana kedepannya adalah lantai 6 sampai lantai 8 akan digunakan untuk pelayanan one day care. Jadi hanya untuk pasien yang mampu beraktivitas mandiri atau dengan bantuan minimal. b. Tangga Tangga di rumah sakit harus memiliki lebar 120 cm disertai handrail yang kuat dikedua sisi dengan tinggi handrail 65-80 cm dari lantai, bagian ujung handrail dibengkokkan kearah dinding. Memiliki tinggi pijakan antara 15-17 cm. Sudut kemiringan tidak boleh terlalu curam.
1) Tangga Umum Tangga di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang memiliki lebar 174 cm dan memiliki tinggi pijakan atau tanjakan tangga sebesar 17 cm dan memiliki lebar atau kedalaman pijakan tangga sebesar 30 cm. Tangga tersebut dilengkapi dengan handrail dengan tinggi 100cm dari lantai dan ujung dari handrail tersebut disambungkan ke tiang atau dinding. 2) Tangga Darurat a) Gedung A Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang juga memiliki tangga darurat yang digunakan saat terjadinya keadaan darurat dengan spesifikasi: memiliki lebar 120 cm dan memiliki tinggi pijakan atau tanjakan tangga sebesar 17 cm dan memiliki lebar atau kedalaman pijakan tangga sebesar 30 cm. Tangga tersebut dilengkapi dengan handrail dengan tinggi 97 cm dari lantai dan ujung dari handrail tersebut disambungkan ke tiang atau dinding. b) Gedung B Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang juga memiliki tangga darurat yang digunakan saat terjadinya keadaan darurat dengan spesifikasi: memiliki lebar 98 cm dan memiliki tinggi pijakan atau tanjakan tangga sebesar 17 cm dan memiliki lebar atau kedalaman pijakan tangga sebesar 30 cm. Tangga tersebut
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
dilengkapi dengan handrail dengan tinggi 97 cm dari lantai dan ujung dari handrail tersebut disambungkan ke tiang atau dinding. c. Lift Lift di rumah sakit harus memisahkan lift untuk pengunjung dan pasien serta lift barang. Ukuran lift minimal lebar 150 cm dan panjang 230 cm, lebar pintu lift tidak kurang dari 120 cm. Dan memiliki lift khusus yang dapat digunakan oleh petugas kebakaran saat terjadi peristiwa darurat.
4.
5.
Kondisi Sarana Evakuasi Sarana evakuasi rumah sakit harus memiliki peringatan bahaya bagi pengguna gedung, terdapat pintu darurat, terdapat jalur evakuasi.
Kondisi Pintu dan Jendela a. Pintu ruang rawat Terdapat persyaratan tentang pintu ruang perawatan, yaitu tinggi minimal: 270 cm, dan lebar 120 cm serta arah bukaannya kearah luar.
Sakit Umum Daerah Kota Tangerang tidak memiliki lift khusus untuk pemadam kebakaran, tetapi telah memisahkan lift berdasarkan penggunaannya, yaitu: a. Lift Pengunjung, memiliki ukuran: Tinggi pintu lift : 205 cm Lebar pintu lift : 90 cm Panjang lift : 160 cm Lebar lift : 160 cm b. Lift Barang, memiliki ukuran: Tinggi pintu lift : 205 cm Lebar pintu lift : 90 cm Panjang lift : 160 cm Lebar lift : 160 cm c. Lift Pasien, memiliki ukuran: Tinggi pintu lift : 205 cm Lebar pintu lift : 120 cm Panjang lift : 244 cm Lebar lift : 150 cm Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang memiliki sarana evakuasi saat terjadinya keadaan darurat, meliputi: jalur evakuasi, pintu darurat, sistem peringatan keadaan darurat dan tangga darurat. Di lorong tangga darurat tidak terdapat sistem pengendali asap, hanya terdapat ventilasi alami yang dapat dibuka dan ditutup secara manual.
Pintu ruang perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang spesifikasinya, yaitu: tinggi pintu adalah 221 cm dan lebar pintu adalah 141 cm. Terdiri dari dua daun pintu yang dapat dibuka. Arah bukaan pintu adalah kearah dalam ruangan. Pintu terbuat dari kayu dan terdapat kaca untuk melihat ke dalam ruang
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
perawatan.
b. Pintu darurat Terdapat persyaratan tentang pintu darurat, yaitu tinggi minimal: 270 cm, dan lebar 120 cm serta arah bukaannya kearah luar (tangga darurat, arah evakuasi), bahan pintu yang tahan api minimal 2 jam, dilengkapi panic handle, terdapat penutup pintu otomatis. c. Pintu radiologi Terdapat persyaratan tentang pintu ruang radiologi, yaitu terdiri dari 2 daun pintu dan dilapisi Pb 2 mm/ setara bata setebal 30 cm dan dilengkapi dengan kaca anti radiasi serta lampu merah tanda bahaya radiasi. d. Jendela Terdapat persyaratan tentang jendela di rumah sakit, yaitu jarak ambang bawah jendela dengan lantai adalah 100 cm, khusus jendela yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar memakai jeruji atau teralis. 6.
Kondisi Dinding Terdapat persyaratan tentang dinding di rumah sakit meliputi: bentuk sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dan dinding dengan atap di rumah sakit
Pintu darurat, spesifikasinya, yaitu: tinggi pintu adalah 215 cm dan lebar pintu adalah 75 cm. Pintu darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang terbuat dengan bahan tahan api dan dilengkapi oleh penutup pintu otomatis serta arah bukaan pintu menuju kearah tangga darurat dan dilengkapi dengan panic handle.
Pintu radiologi di Rumah Sakit Kota Tangerang, terdiri dari 2 daun pintu yang dilapisi Pb 2 mm dan dilengkapai dengan kaca anti radiasi dan papan informasi tentang bahaya radiasi serta lampu merah tanda bahaya radiasi.
Jendela yang terdapat diruang rawat terbuat dari kaca dengan kusen dari alumunium, ukurannya adalah tingginya 130 cm dan lebarnya 202 cm. Tidak memiliki teralis ataupun jeruji. Jarak ambang bawah jendela dengan lantai adalah 84 cm.
Bentuk sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dan dinding dengan atap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang berbentuk konus atau tidak menyiku. Dinding berwarna terang dan rata. Keadaan dinding toilet berbahan kuat dilapisi oleh keramik agar tidak
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
7.
8.
9.
berbentuk konus atau tidak menyiku. Dinding berwarna terang dan rata, dinding toilet berbahan kuat dan kedap air, dan dinding radiologi dilapisi oleh Pb 2 mm dan dilengkapi kaca anti radiasi. Kondisi Lantai Terdapat persyaratan tentang keadaan lantai ruangan dan koridor (dengan spesifikasi: tidak licin dan berwarna terang, berbahan kuat dan mudah dibersihkan, serta kedap air), dan keadaan lantai toilet (dengan spesifikasi: tidak licin, berwarna terang, kedap air, berbahan kuat dan memiliki permukaan kasar). Kondisi Plafon Terdapat persyaratan tentang plafon, yaitu: Ketinggian minimal 280 cm dari lantai, berwarna terang dan mudah dibersihkan serta tidak menggunakan bahan asbes. Kondisi Sistem Komunikasi Terdapat persyaratan tentang sistem komunikasi, yaitu: Tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat (untuk UGD, sentral telepon dan posko tanggap darurat), instalasi kabel telah terpasang rapi, aman dan berfungsi dengan baik, tersedia sistem panggilan perawat (nurse call) yang terpasang dan berfungsi dengan baik, tersedia sistem tata suara pusat (central sound system), tersedia peralatan pemantau keamanan/ CCTV (Close circuit television),
mudah terkena jamur. Dan berwarna terang. Keadaan dinding radiologi dilapisi Pb 2 mm dan dilengkapi dengan kaca anti radiasi.
Lantai ruangan dan koridor berbahan keramik, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Lantai toilet berwarna terang dan memiliki permukaan kasar dan mudah dibersihkan. Dan tidak air yang menggenang.
Ketinggian plafon Rumah Sakit Kota Tangerang adalah 288 cm dan berwarna terang serta mudah dibersihkan. Bahan plafon tersebut adalah gypsum.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memiliki CCTV namun belum diaktifkan. Telah tersedia sistem panggil perawat dan telah tersedia saluran telepon khusus untuk keadaan darurat. Instalasi kabel telah terpasang dengan baik dan diletakkan didalam plafon sehingga tidak terlihat dari luar. Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang juga tersedia sistem komunikasi HT yang dapat digunakan dalam keadaan darurat dan untuk meminta bantuan petugas keamanan.
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
10.
tersedia HT (handy talkie), paging sistem dan alarm untuk mendukung komunikasi tanggap darurat. Kondisi Toilet a. Toilet untuk pasien dengan disabilitas, yaitu: toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol "penyandang cacat" pada bagian luarnya, toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda, ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda sekitar (45 ~ 50 cm), toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain, pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda, Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa dijangkau
Toilet di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang belum menyediakan toilet untuk pasien disabilitas. Toilet di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang mempunyai kloset duduk dengan ketinggian tempat duduknya 40 cm, dan berdinding keramik berwarna terang serta berlantai keramik dengan permukaan kasar dan berwarna terang agar tidak licin. Lantai toilet tidak ada air yang menggenang.
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
11.
pengguna kursi roda, pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktuwaktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, bahan lantai tidak licin dan berpermukaan kasar. b. Toilet untuk pasien yang dapat aktivitas mandiri dan toilet pengunjung, yaitu: toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan keluar oleh pengguna, ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna ( 36 ~ 40 cm), lantai tidak licin dan berbahan kuat serta berpermukaan rata. Kondisi Sistem Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran: Terdapat persyaratan tentang sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran, yaitu: tersedia APAR yang sesuai kebutuhan, tersedia HIDRAN dan berfungsi dengan baik dan tersedia penampungan air yang cukup serta sesuai kebutuhan untuk memadamkan api, tersedia alat penyemprot air (sprinkler) dengan jumlah yang memenuhi kebutuhan luas area, tersedia pompa HIDRAN dengan generator cadangan,
Di Rumah Sakit Kota Tangerang tersedia APAR jenis dry powder, dan diletakkan di koridor rumah sakit. Terdapat hidran di setiap lantai yang masih berfungsi dengan baik karena Rumah Sakit Kota Tangerang baru diresmikan dan diletakkan disetiap ujung koridor. Rumah Sakit Kota Tangerang juga memiliki sistem deteksi terhadap kebakaran yaitu smoke detector yang diletakkan disetiap koridor dan ruang, termasuk ruang rawat. Smoke detector tersebut terhubung dengan sistem alarm sehingga bila terdapat asap diruang rawat atau koridor maka alarm akan berbunyi. Rumah Sakit Kota Tangerang memiliki generator cadangan yang dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat. Di lantai paling atas terdapat tandon air yang dapat digunakan saat terjadi keadaan darurat. Rumah Sakit Kota Tangerang
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
Tersedia instalasi alarm.
juga dilengkapi dengan springkler yang berguna untuk memancarkan air saat terjadi kebakaran. Jarak antar springkler di Rumah Sakit Kota Tangerang adalah 370 cm. HIDRAN yang dimiliki berjumlah 36 buah ( 28 buah HIDRAN dalam, dan 8 buah HIDRAN luar). Rumah Sakit Kota Tangerang juga memiliki meeting point atau tempat berkumpul di dekat jalan masuk ke IGD. Kondisi sistem pencegahan dan penanggulanagan kebakaran telah dicek oleh petugas pemadam kebakaran Kota Tangerang pada bulan April 2014. 3. Proses Desain Dan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Saat proses pendesainan gedung Rumah Sakit Kota Tangerang, pihak manajemen Rumah Sakit Kota Tangerang belum terbentuk. Sehingga tidak dilibatkan dalam proses pendesainan Rumah Sakit. 4. Standar Sumber Daya Keselamatan dan kesehatan kerja Rumah Sakit Di Rumah Sakit Kota Tangerang telah memiliki kepanitiaan dalam pengelolaan K3RS, yang di ketuai oleh dr. Tulus Pudjiantoro, DK. Program pelatihan dan pengembangan diadakan dengan cara mengirimkan staf dari instalasi pemeliharaan rumah sakit untuk mengikuti pelatihan tentang K3 dan seminar tentang K3. PEMBAHASAN 1. Konstruksi Bangunan Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/2010 luas lahan rumah sakit bertingkat seharusnya 2 kali luas bangunan. Tetapi luas lahan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang adalah 14.000 m2sehingga Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang belum memenuhi persyaratan luas lahan. 2. Kondisi Sistem Ventilasi Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka sistem ventilasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/2010. Namun perlu sedikit di tambahkan teralis ataupun jeruji di jendela ruang rawat dan jarak ambang bawah jendela dengan lantai adalah 84 cm. 3. Kondisi Lantai
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka kondisi lantai di ruangan dan koridor,serta toilet di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. 4. Kondisi Sistem Hubungan Horizontal Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka sistem hubungan horizontal dalam rumah sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. 5. Kondisi Sistem Hubungan Vertikal a. Ramp Dari data hasil penelitian yang didapatkan,meskipunramp di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/2010, namun dinding yang terbuka menyebabkan lantai jadi basah saat hujan. Sehingga peneliti menyarankan agar ramp tersebut dimodifikasi agar air tidak masuk ke ramp saat hujan. b. Tangga Dari data hasil penelitian yang didapatkan, Meskipun tangga di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010, tetapi tangga darurat di gedung B perlu diperbaiki ukurannya. c. Lift Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka lift di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. 6. Kondisi Toilet Dalam Bangunan Dari data hasil penelitian yang didapatkan, meskipun kondisi toilet di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010.Tetapi belum memiliki toilet untuk pasien disabilitas. 7. Kondisi Sarana Evakuasi Dari data hasil penelitian yang didapatkan, meskipun sarana evakuasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Namun Rumah sakit
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
masih perlu menambahkan sistem pengendali asap di lorong tangga darurat dan blower untuk membuat positif pressure pada lorong tangga darurat serta menambahkan pencahayaan darurat. 8. Kondisi Plafon Dalam Bangunan a. Pintu ruang rawat Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka pintu darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang belum memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 untuk ukurannya (baik tinggi ataupun lebarnya). b. Pintu darurat Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka pintu ruang rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 untuk ukurannya (baik tinggi ataupun lebarnya), tetapi belum memenuhi persyaratan dalam hal arah bukaan pintu, karena bila terjadi hal darurat maka arah bukaan pintu yang kedalam akan menyulitkan proses evakuasi. c. Pintu radiologi Maka pintu ruang radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. d. Jendela Dari data hasil penelitian yang didapatkan,meskipun jendela ruang rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Tetapi perlu sedikit di tambahkan teralis ataupun jeruji di jendela ruang rawat dan jarak ambang bawah jendela dengan lantai adalah 84 cm. 9. Kondisi Dinding Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka kondisi dinding di ruang rawat, toilet, dan ruang radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. 10. Kondisi Sistem Komunikasi
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
Dari data hasil penelitian yang didapatkan, maka kondisi sistem komunikasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. 11. Kondisi Sistem Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Dari data hasil penelitian yang didapatkan, meskipun kondisi sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang telah memenuhi persyaratan yang ada di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010. Namun ada hal yang perlu mendapat perbaikan, yaitu meeting point saat terjadi keadaan darurat, karena area meeting point di Rumah Sakit digunakan untuk parkir mobil. 12. Mengetahui SDM K3RS Dari hasil wawancara dengan pihak terkait, didapatkan informasi bahwa SDM K3RS di RSUD Kota Tangerang sudah ada, dan telah mempunyai program: a. Penyedian jasa kebersihan Rumah Sakit b. Penyediaan seragam kerja lapangan c. Penyusunan standar operasional prosedur (SOP) d. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM rumah sakit Kesimpulan Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang, didapatkan hasil bahwa sarana dan prasarana pendukungnya serta SDM K3RS telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan di Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 namun ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki. Saran 1. Saran Untuk Rumah Sakit Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang, peneliti memberikan beberapa saran untuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang: a. Menambah luas lahan Rumah Sakit bila memungkinkan. b. Arah bukaan pintu diubah ke arah jalur evakuasi (kearah luar), mengganti ukuran pintu darurat. c. Jendela, dipasang teralis. d. Toilet khusus pasien dissabilitas segera ditambahkan. e. Kondisi sistem pencegahan dan penanggulangan kebakaran, meeting point di Rumah Sakit Umum Kota Tangerang hendaknnya tidak terhalang oleh mobil-mobil yang
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
parkir. Dan menambahkan sistem pengendali asap di lorong tangga darurat serta blower untuk membuat pressure positif. f. Ujung-ujung tangga diberi warna yang berbeda agar mengurangi kecelakaan saat naik ataupun turun menggunakan tangga, kemudian jalur evakuasi hendaknya dilengkapi alat pengendali asap. g. Ramp hendaknya dimodifikasi agar tidak terkena air saat hujan. h. Melibatkan manajemen Rumah Sakit Kota Tangerang, khususnya ahli ataupun staf Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam proses desain pengembangan gedung selanjutnya. i. RSUD Kota Tangerang telah memiliki SDM K3RS, tetapi program tentang K3 perlu ditambah, seperti program medical check up secara berkala dan medical check up khusus untuk pegawai Rumah Sakit yang mengalami kecelakaan ataupun penyakit yang perlu perawatan lebih dari 2 minggu. Kemudian lebih intens memberikan ataupun mengirimkan pegawai K3RS untuk mengikuti pelatihan K3 dan untuk meng-upgrade pengetahuan K3. 2. Saran Untuk Kementrian Kesehatan Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang, peneliti memberikan saran untuk Kementrian Kesehatan: Saat sebuah rumah sakit dibangun (baik swasta ataupun pemerintah) kemudian belum memenuhi persyaratan (sarana dan prasarana) dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/2010, maka Kementerian Kesehatan harus tegas dalam pemberian perizinan. Daftar Refrensi Hawkins, F.H., & Orlady, H.W. (Ed.). (1993). Human factors in flight (2nd ed.). England: Avebury Technical, 1993. Kurniawidjaja, L. Meilly . 2010. Teori Aplikasi Kesehatan Kerja. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit http://ciptakarya.pu.go.id/dok/hukum/permen/permen_26_2008.pdf http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014
http://lontar.ui.ac.id/ file-file.digital/ 123406-S-5360-Faktor-faktoryang-Literatur.pdf http://sirs.buk.depkes.go.id/ rsonline/ report/ report_by_catrs.php http://www.tf.itb.ac.id/files/2011/11/Modul-K3L-Gedung-ITB.pdf http://www.who.int/ mediacentre/ news/notes/ 2013/ hospital_ partnership_ 20130131/en/
Evaluasi Keselamatan..., Bayu Agung Nugroho, FKM UI, 2014