PROBLEMATIKA PENGAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP KY AGENG GIRI KUSUMO, DESA BANYUMENENG, KEC. MRANGGEN, KAB. DEMAK TAHUN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : FARIDATUN NAHDLIYAH 121 07 033
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
ii
PROBLEMATIKA PENGAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP KY AGENG GIRI KUSUMO, DESA BANYUMENENG, KEC. MRANGGEN, KAB. DEMAK TAHUN 2009/2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.) Dalam Ilmu Tarbiyah
Disusun Oleh : FARIDATUN NAHDLIYAH 121 07 033
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudari: Nama
: FARIDATUN NAHDLIYAH
NIM
: 121 07 033
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: PROBLEMATIKA
PENGAJARAN
BIDANG
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP KY AGENG GIRI KUSUMO BANYUMENENG, MRANGGEN, DEMAK TAHUN 2009/2010. telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 5 Maret 2010 Pembimbing
Siti Rukhayati M.Ag. NIP. 19770403 200312 2 003
iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudari : FARIDATUN NAHDLIYAH dengan Nomor Induk Mahasiswa: 121 07 033 yang berjudul : "PROBLEMATIKA PENGAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP KY AGENG GIRI KUSUMO BANYUMENENG, MRANGGEN, DEMAK TAHUN 2009/2010". Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Sabtu, 13 Maret 2010 M yang bertepatan dengan tanggal 27 Rabiul Awal 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) 13 Maret
2010 M
Salatiga, 27 Rabiul Awal 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. H. Muh. Saerozi M.Ag NIP. 19660215 199103 1 001
Penguji I
Penguji II
M. Gufron, M.Ag NIP. 19720814 200312 1 001
Jaka Siswanta, M.Pd NIP. 19710219 200003 1 002 Pembimbing
Siti Rukhayati M.Ag. NIP. 19770403 200312 2 003
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini: Nama
: FARIDATUN NAHDLIYAH
NIM
: 121 07 033
Jurusan
: TARBIYAH
Program Studi
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 5 Maret 2010 Yang Menyatakan,
FARIDATUN NAHDLIYAH NIM. 121 07 033
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َُوالَ َتعَاوَوُوْا عَلَى االِ ْثمِ وَا ْلعُدْوَانِج وَاَتقُوْاهللُصلىاِنَ اهللَ شَدِيْد .ِا ْل ِعقَاب
“Dan tolong-menolong kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksanya”. (Q.S. Ali Imran : 2)
PERSEMBAHAN Setelah berjuang mencapai kesuksekan dalam belajar, dengan segenap cinta dan ketulusan hati, karya yang sederhana ini penulis persembahkan kepada: Ibunda Siti Romlah, kasih terindah yang pernah aku miliki cermin hidup tak pernah letih memahami, mengajarkan dan mengalirkan cinta dan kasih sayang dengan pengorbanan yang membuat berarti. Ayahanda Muh. Rochim, suatu kebanggaan kebahagiaan yang tak ternilai telah menerimaku apa
adanya,
semoga
karya
ini
dapat
dibanggakan. Adinda dan ananda Chamdun, Ana, Ulya kehadiran ku akan berarti apabila aku dapat menjadi suri tauladan yang baik bagimu dan membanggakanmu.
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمه الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skripsi ini adalah "PROBLEMATIKA PENGAJARAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP KY AGENG GIRI KUSUMO BANYUMENENG, MRANGGEN, DEMAK TAHUN 2009/2010”. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN 2. Fatchurrohman, S.Ag, M.Pd. selaku Kaprogdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 3. Dr. H. Sa’adi, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 4. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangkan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaga
viii
dalam memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen STAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 7. Bapak Munhammir selaku Kepala Sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Kab. Demak yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian. 8. Bapak Asmuni Irfan, S.Sos., Hayyin Fuad, S.Ag., Ja’far Shodiq, S.Ag. selaku guru agama dan seluruh keluarga besar SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Kab. Demak yang telah meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini. 9. Semua teman kosku (Rini, Indah, Kiki, Susi) yang selalu membuat aku tersenyum. 10. Segenap mahasiswa Tarbiyah PAI angkatan 2008. 11. Saudara-saudara
dan
sahabat-sahabat
semua
yang
telah
membantu
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
ix
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda amin. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karenanya dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amin ya robbal ‘alamin.
Salatiga, 5 Maret 2010 Penulis,
FARIDATUN NAHDLIYAH 121 07 033
x
ABSTRAK Nahdliyah, Faridatun. 2010. Problematika Pengajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Tahun 2009/2010. Skripsi Jurusan Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Siti Rukhayati, M.Ag. Kata kunci : problematika dan pengajaran PAI Lingkungan pembelajaran bidang studi pendidikan agma Islam banyak tidak di minati oleh anak didik. Hal ini di mungkinkan terjadi karena disebabkan oleh unsur-unsur lain seperti materi pelajaran, guru pendidikan agama Islam, latar belakang sosial siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain. Pengajaran merupakan perencanaan dan proses mengajar guru sekaligus kegiatan belajar siswa khususnya bidang studi pendidikan agama Islam pada cabang bidang bidang studi aqidah akhak, problematika pengajaran seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika menghajar bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan rujukan teoritis bagi peneliti yang lebih dalam lagi tentang problematika pengajaran khususnya bidang pendidikan agama Islam, menjadi sumbangan informasi guru untuk membangkitkan siswa agar belajar lebih aktif dalam pelajaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research). Teknik pengumpulan data dengan metode interview, metode observasi, metode dokumentasi. Hasil penelitian ini berupa problematika pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak yaitu : siswa masih banyak yang belum dapat membaca Arab dengan baik, kemampuan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam kurang, seperti Al-Qur'an atau Hadist, mangartikan, dan mengamalkan, media pembelajaran pendidikan agama Islam, waktu pendidikan agama Islam tidak disampaikan dengan dasar-dasar yang kuat sehingga materi yang diberikan menimbulkan kesulitan siswa untuk mempelajarinya.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ...............................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................
ii
HALAMAN JUDUL .............................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..........................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................
vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
viii
ABSTRAK ............................................................................................
xi
DAFTAR ISI .........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................
4
C. Tujuan Penelitian ........................................................
4
D. Manfaat Penelitian ......................................................
5
E. Penegasan Istilah ........................................................
6
F. Metode Penelitian .......................................................
7
G. Sistematika Penulisan .................................................
12
xii
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran ..............................................................
15
1. Pengertian Pembelajaran .......................................
15
2. Tujuan dan Teori Pembelajaran .............................
15
3. Prinsip-prinsip Pembelajaran ................................
18
B. Pendidikan Agama Islam ............................................
20
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam .....................
20
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam .....................................................................
21
3. Dasar Pendidikan Agama Islam ............................
25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
BAB III
Pendidikan Agama Islam ......................................
27
C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .
32
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak ..............................
50
B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..
63
C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak ...................................................... D. Cara
Mengatasi
Problematika
68
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak ................
71
E. Solusi Problematika Pengajaran Pendidikan Agama Islam ........................................................................... xiii
76
BAB IV
PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ..
78
B. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak ...................................................... C. Cara
Mengatasi
dan
Solusi
84
Problematika
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak ........................................................................ BAB V
86
PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................
92
B. Saran-Saran ................................................................
94
C. Penutup.......................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Karyawan SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Tahun 2009/2010 .......... Tabel 4.2 Keadaan
Siswa
SMP
Ky
Ageng
Giri
Kusumo
Banyumeneng, Mranggen, Demak Tahun 2009/2010 ...........
xv
58
60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sistematika Ajaran Islam ......................................................
xvi
37
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum ialah untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti taat dan menjalankan perintah serta menjauhi larangan-larangannya (Purwanto, 1997:157). Pada lingkungan pembelajaran bidang studi pendidikan agama Islam banyak tidak diminati oleh anak didik, hal ini dimungkinkan terjadi karena disebabkan oleh unsur-unsur seperti materi pelajaran, guru pendidikan agama Islam, latar belakang sosial siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain. Unsurunsur tersebut telah diperhatikan dengan diterbitkannya kebijakan pemerintah dalam bentuk kompetensi dasar, kemudian kompetensi guru dilakukan dengan pemberdayaan guru melalui evaluasi uji sertifikasi (Samana, 1994:44). Sedangkan latar belakang sosial siswa maupun strategi mengajar guru pada pencatatan pendidikan agama Islam secara aktual belum terealisasi dalam bentuk evaluasi apapun. Pengajaran merupakan perencanaan dan proses Islam pada bidang studi Aqidah Akhlak. Pemilihan lokasi penelitian di Desa Banyumeneng Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak dengan menempatkan objek problematika pengajaran pendidikan agama Islam sebagai objek penelitian adalah karena di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kec. Mranggen, Kab. Demak merupakan lembaga pendidikan umum sehingga diasumsikan tingkat
1
2
pemahaman Islam biasa saja atau tidak ada peningkatan. Hal ini memungkinkan untuk mengkaji dan meneliti seberapa tinggi minat belajar anak didik terhadap bidang studi pendidikan agama Islam, khususnya di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan
Mranggen,
Kabupaten Demak. SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, sebagai sekolah yang memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan siswa dengan ilmu supaya untuk menghasilkan siswa yang berilmu dan berakhlak mulia. Salah satunya adalah mengatasi problematika pengajaran pendidikan agama Islam. Di sekolah gurulah yang berinteraksi langsung dengan siswa. Di dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami kondisi belajar mengajar yang baik dari upaya mengatasi problematika pengakaran pendidikan agama Islam guru dituntut untuk memiliki skill untuk mengajar sekaligus menbimbing siswa agar tercapai tujuan dari pembelajaran. Perkembangan jaman yang semakin pesat banyak memberi dampak pada belajar siswa, bagi guru ini adalah tugas berat dan harus menjaga agar tidak berdampak negatif terhadap siswa. Contoh dampak negatifnya antara lain: teknologi internet seharusnya digunakan untuk mencari ilmu dan informasi siswa bisa terjerumus ke dalam situs-situs yang dapat merusak moral seperti situs porno. Begitu juga program TV swasta yang menyajikan acara anak-anak di waktu mereka harus belajar. Hal ini mengakibatkan mereka tidak berkonsentarasi terhadap belajaranya. Sesungguhnya TV memberikan
3
wawasan informasi bagi mereka, karena kurangnya bimbingan dari orang tua atau guru, siswa dapat terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Pada waktuwaktu belajar diharapkan pelajar menggunakan waktunya untuk belajar bukan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan banyak pihak, karena sering pelajar yang tergolong remaja ini justru tidak berada, misalkan di kantin atau di pinggir-pinggir jalan. Demikian juga pada saat jam belajar, di rumah pelajar yang kurang bertanggungjawab ini justru berada di luar rumah dan mengadakan kegiatan yang seharusnya tidak mereka lakukan. Fenomena problematika pengajaran seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun problematika pengajaran juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (mis behavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, sering meninggalkan sekolah. Problematika pengajaran dapat digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Ky Ageng Giri Kusumo merupakan salah satu pinggiran gunung di Desa Banyumeneng, Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak, yang
masyarakatnya didominasi oleh petani sehingga yang bersekolah rata-rata anaknya petani. Kondisi sosial ini menyebabkan terbatasnya anak-anak untuk menyediakan diri mendalami ilmu-ilmu agama, meskipun terdapat beberapa lembaga Islam yang dapat berkembang dengan baik, seperti SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
4
Namun eksistensi lembaga Islam tersebut tidak banyak pengaruh keberhasilan pendidikan agama Islam anak dengan kenyataan seperti di atas maka peneliti ingin meneliti tentang problematika pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak tahun 2009/2010.
B. Rumusan Masalah Sebagai pokok masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pelaksanaan pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak? 2. Problematika apa saja yang muncul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak? 3. Bagaimana cara mengatasi problematika pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak?
C. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
5
2. Untuk mengetahui ada tidaknya problematika dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi problematika pengajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis maupun praktis, antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat dijadikan dasar yang lebih dalam lagi tentang problematika pengajaran khususnya di bidang pendidikan agama Islam. b. Diharapkan
memberikan
sumbangan
bagi
pengembangan
dan
peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya, khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari penelitian ini. c. Dapat
memberikan
motivasi
kepada
tenaga
pendidik
untuk
memberikan yang terbaik kepada peserta didik, karena pada dasarnya salah satu penentu keberhasilan penyempurnaan kurikulum adalah pendidik itu sendiri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis Dengan meneliti problematika pengajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng,
6
Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak maka akan menambah
wawasan pemahaman yang lebih komprehensif tentang problematika pengajaran pendidikan agama Islam. b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru Diharapkan dapat memberi sumbangan untuk membangkitkan siswa belajar agar lebih aktif dengan pelajaran. c. Penelitian ini sebagai bagian usaha untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan pada jurusan Tarbiyah khususnya.
E. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul di atas. Istilah-istilah tersebut adalah : 1. Problematika Problematika
mempunyai
pengertian
sebagai
hal-hal
yang
menimbulkan masalah yang belum bisa dipecahkan (permasalahan) (Depdikbud, 2007:896). Sedangkan menurut penulis problematika adalah suatu permasalahan yang timbul sebagai akibat dari beberapa hal yang perlu dicarikan penyelesaiannya. 2. Pengajaran Pengajaran adalah perencanaan proses mengajar guru dan sekaligus siswa dalam bidang studi pendidikan agama Islam. Pada definisi yang lain pengajaran adalah aktivitas atau proses yang berkaitan dengan penyebaran ilmu pengetahuan atau kemahiran tertentu yang meliputi perkara-perkara seperti aktivitas perencanaan, pengelolaan, penyampaian, bimbingan dan
7
pemikiran dengan tujuan menyebarkan ilmu pengetahuan atau yang berkesan (M. Surya, 2003:11). Mendasarkan pada pengertian di atas penulis mengartikan bahwa pengajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan atau belajar mengajar dalam hal ini bidang studi pendidikan agama Islam yang disampaikan oleh guru, sebagai bekal anak dalam menghadapi dunia luar. 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha secara sadar dan sistematis dan pragmatik dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam (Zuharini, 1983:27). Sedangkan menurut penulis pendidikan agama Islam adalah suatu usaha memberikan pengetahuan kepada seorang anak supaya anak tersebut dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya di sekolah. Jadi yang dimaksud dengan problematika pengajaran pendidikan agama Islam adalah masalah yang di dalam proses pelaksanaan pengajaran baik materi, guru, siswa, lingkungan dan sarana prasarana, khususnya di bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Klik dan Miller adalah
8
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergabung pada pengamatan terhadap manusia dalam pelaksanaan dan peristilahannya. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005:234). 2. Instrumen Penelitian Untuk dapat memahami makna dan penafsiran dari pengajaran pendidikan agama Islam dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrumen karena manusia memiliki ciri-ciri responsif, mudah menyelesaikan diri (adutable), menekankan kepada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki yang tidak lazim (S. Nasution, 2003:18). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah SMP Ky Ageng Giri Kusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan Februari 2010.
9
4. Sumber Data a. Sumber data primer diperoleh dari siswa dan guru yang mengajar PAI di SMP Ky Ageng Giri Kusumo, Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. b. Sumber data sekunder yang dapat diperoleh dari Kepala Sekolah atau wakil sekolah dan tata usaha di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi : a. Metode Interview Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden. Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Soetrisno Hadi, 2000:196). Metode ini ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru dan siswa yang dapat menjelaskan lebih jauh tentang problematika pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamtan Mranggen, Kabupaten Demak. b. Metode Observasi Observasi
sebagai
pengamatan
dan
pencatatan
dengan
sistematis fenomena yang diselidiki (Soetrisno Hadi, 2000:136).
10
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data seperti: letak geografis, keadaan gedung, fasilitas yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang sejarah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak dan perubahan yang dilakukan, struktur organisasi serta data lain yang berhubungan dengan SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. 6. Teknik Analisis Data Secara umum penelitian dengan metode kualitatif merupakan penelitian non hipotesis, maka proses analisis datanya seperti yang dikemukakan Moleong Lexy adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan susunan uraian dasar, sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Sukandarrumuji, 2004:101). Secara prosedural, data yang digunakan direduksi mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan direduksi, disajikan, disimpulkan dan diverbalkan serta dipilah-pilah menurut kategori data. Dimana sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan konsep.
11
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah pada simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji, maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian bermula sampai berakhir, diteliti dan tinjauan ulang sehingga dapat teruji validitasnya. 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu. Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan : a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan siswa dengan apa yang dikatakan guru. c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait. d. Membandingkan apa yang dikatakan key informan dan informan.
12
8. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti, antara lain : a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk melakukan penelitian kepada Ketua STAIN Salatiga dan kepada Kepala Sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan. c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung mendapat data. d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan data penelitian. e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan. f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan data.
G. Sistematika Penulisan Bab I
: Pendahuluan Merupakan gambaran keseluruhan skripsi yang meliputi : A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah
13
C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Penegasan Istilah F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II
: Kajian Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang melingkupi teori dalam skripsi ini. A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran 2. Tujuan dan Teori Pembelajaran 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam 3. Dasar Pendidikan Agama Islam 4. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bab III
: Paparan Data Pada bab ini akan dibahas, mengenai: A. Gambaran
Umum
SMP
Ky
Ageng
Giri
Banyumeneng, Mranggen, Demak. B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kusumo
14
C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak. D. Cara
Mengatasi
Problematika
Pembelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak. E. Solusi Problematika Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Bab IV
: Pembahasan Pada bab ini akan dibahas 3 sub pokok yaitu: A. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. B. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak. C. Cara Mengatasi dan Solusi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak.
Bab V
: Penutup Bagian ini terdiri dari 3 sub bab, antara lain: A. Kesimpulan. B. Saran-saran C. Penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dan dalam lingkungan (M. Surya, 2003:11). Sedangkan menurut Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta ddik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 2. Tujuan dan Teori Pembelajaran a. Tujuan Tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan keterampilan dan perubahan sikap, mental, atau nilai-nilai. Dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki maka kita akan mendapatkan peningkatan derajat sesuai dengan firman Allah SWT, dalam AlQur'an surat Al-Mujadalah ayat 11 :
ﺲ ِ ﺴﺤُﻮا ﻓِﻲ ا ْﻟ َﻤﺠَﺎِﻟ َّ ﻞ َﻟ ُﻜ ْﻢ َﺗ َﻔ َ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮا ِإذَا ﻗِﻴ َ ﻳَﺎ أَ ُّﻳﻬَﺎ اَّﻟﺬِﻳ ﺸﺰُوا َﻳ ْﺮ َﻓ ِﻊ ُ ﺸﺰُوا ﻓَﺎ ْﻧ ُ ﻞ ا ْﻧ َ ﺢ اﻟّﻠَ ُﻪ َﻟ ُﻜ ْﻢ َوِإذَا ﻗِﻴ ِﺴ َ ﻓَﺎ ْﻓﺴَﺤُﻮا َﻳ ْﻔ ت وَاﻟّﻠَ ُﻪ ﺑِﻤَﺎ ٍ ﻦ أُوﺗُﻮا ا ْﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ َد َرﺟَﺎ َ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮا ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ وَاَّﻟﺬِﻳ َ اﻟّﻠَ ُﻪ اَّﻟﺬِﻳ (١١:ن ﺧَﺒِﻴ ٌﺮ )اﻣﺠﺎدﻟﺔ َ َﺗ ْﻌ َﻤﻠُﻮ
15
16
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Qur'an: PT. Syammil, 2005:11). b. Teori Pembelajaran Belajar merupakan proses untuk menghilangkan kebodohan dan keterbelakangan. Dengan belajar diharapkan terjadi suatu perubahan pada individu pelaku belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan tetapi juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, dan penyesuaian diri. Pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang (Nasution, 1995:35). Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 1991:76). Dari kedua definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah kegiatan untuk mendapatkan perubahan yang diperoleh dari pengalaman yang berupa pengetahuan. Selanjutnya untuk mendapatkan pengetahuan ada beberapa pendapat sebagaimana yang disampaikan oleh para ahli adalah sebagai berikut : 1) Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Daya
17
Menurut teori ini bahwa manusia memiliki daya-daya kejiwaan yang harus dilatih agar menjadi kuat. Belajar adalah melatih daya-daya agar berfungsi. Dari teori ini belajar hanya dengan menghafal. (Arifin, 1991:37). 2) Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Asosiasi Menurut teori ini bahwa keseluruhan itu terdiri atas penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dalam aliran ini terdapat dua macam teori belajar yang terkenal, yaitu : a) Teori Connestionisme Teori ini dikemukakan oleh Thordike yang dikutip oleh Arifin mengatakan bahwa belajar adalah pembentukan atau penguatan hubungan antara S (Stimulus) dengan R (Respon) atau tanggapan dari stimulus (Nasution, 1995:37). Belajar adalah proses penerimaan rangsangan betapa penyajian bahan pelajaran dalam berbagai bentuk dan isinya. Kemudian anak didik memberikan gerak balas (respon) terhadap
rangsangan
tersebut
dalam
bentuk
pemikiran,
pemahaman dan penghayatan sampai pada pengembangan yang disebut oleh Bond gabungan antara S dan R.
18
b) Teori Conditioning Teori conditioning ini dikemukakanoleh Pallow yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditioning) yang kemudian menimbulkan reaksi (respon). Untuk dijadikan seorang itu belajar haruslah memberikan syarat-syarat tertentu yang penting adalah belajar yang terjadi secara otomatis (Purwanto, 1997:91). 3) Teori Belajar menurut Ilmu Jiwa Gestall Belajar menurut psikologi Gestall bukan hanya sekedar merupakan proses asosiasi antar stimulus respon yang makin lama makin kuat, karena adanya latihan-latihan atau ulangan-ulangan belajar menurut psikologi Gestall terjadi karena adanya pengertianpengertian ini muncul apabila seseorang setelah beberapa saat mencoba memahami suatu masalah tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat olehnya unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian dipahami sangkut pautnya (Purwanto, 1997:101). 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Prinsip-prinsip pembelajaran ialah prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda oleh setiap siswa secara individual. Adapun prinsip-prinsisp belajar pada umumnya adalah : a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.
19
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. c. Belajar harus dapat menimbulkan terinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional (Slameto, 1988:29). d. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. e. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. g. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. h. Belajar perlu lingkungan yang menantang, dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya berekspresi dan belajar dengan efektif. i. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. j. Belajar adalah kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain), sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan. k. Repitisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian atau ketrampilan, sikap itu mendalam pada siswa.
20
B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sebelum penulis membahas pendidikan agama Islam, terlebih dahulu penulis akan bahas pendidikan secara umum, antara lain : a. Bab I pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sisdiknas, 2009:3). b. Menurut AD. Marimba bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani terdidik menuju terbentuknya kepribadian utama (Marimba, 1981:19). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam rangka menanamkan, membina, dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia utama yang berakhlak mulia yang terwujud dalam berfikir, bertindak, bersikap dan mempunyai keterampilan yang berguna bagi nusa dan bangsa.
21
Sedangkan pendidikan agama Islam menurut para ahli antara lain : a. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, mengamalkan agama Islam melalui kegiatan-kegiatan
bimbingan.
Pengajaran
atau
latihan
dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungannya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan paham nasional. b. Adapun menurut Achmadi, pengertian pendidikan agama Islam ialah usaha sadar yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan potensi anak didik secara sistematis dan pragmatis berdasarkan hukum Islam agar dapat dipahami, dihayati, dan diamalkan sebagai pandangan hidup untuk keselamatan di dunia sampai akhirat nantinya. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
22
bernegara. Tujuan ini merupakan penjabaran dari Bab II Pasal 3 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003, yang menyatakan: “....bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup manusia yaitu sebagai hamba Allah SWT yang beriman dan takwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
(٥٦: )اﻟﺬرﻳﺎت.ن َ ﻻ ِﻟ َﻴ ْﻌ ُﺒ ُﺪ ْو ﺲ ِا ﱠ َ ﻦ وَا ْﻟِﺎ ْﻧ ﺠﱠ ِ ﺖ ا ْﻟ ُ ﺧَﻠ ْﻘ َ َوﻣَﺎ Artinya : Dan tidak aku jadikan jin danmanusia melainkan supaya mereka menyembahku (QS. Adh-Dhariyat:56). Ruang lingkup pendidikan agama Islam menurut Yunus Hamsa, ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan kesimbangan antara : a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. c. Hubungan manusia dengan dirinya, dan d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Keempat hubungan di atas harus diwujudkan karena keempat hubungan di atas saling berkaitan dalam rangka mencapai berhasilnya pendidikan agama Islam. Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam menurut Yunus Hamsa meliputi tujuan pokok
23
yaitu keimanan, ibadah, Al-Qur'an, akhlak, muamalah, syariah, dan tarikh. Menutip dalam artikel berjudul “Fungsi dan Tujuan dari Pendidikan”, dinyatakan bahwa: The multifarious goals include benefits for the learner's mind such as manipulating language, for the learner's future career and opportunities to emigrate, and effects on the society whether through the integration of minority groups, the creation of a skilled work-force, the growth of international trade, or indeed 'good citizenship, moral values and the Malaysian way of life' (Kementarian Pendidikan RI, 2009: http://www.google.com_tujuan_pengajaran_tingkat_SMP diakses pada 2 Maret 2009). Tujuan mencakup yang beraneka manfaat bagi pikiran pelajar seperti misalnya memanipulasi bahasa, untuk masa depan pelajar karir dan kesempatan untuk beremigrasi, dan efek di masyarakat baik melalui integrasi
kelompok
minoritas,
penciptaan
tenaga
kerja
terampil,
pertumbuhan internasional perdagangan, atau bahkan 'kewarganegaraan yang baik, nilai-nilai moral dan cara hidup Menurut pendapat Cook, tujuan dari pengajaran dapat diuraikan sebagai berikut: (VJ Cook, 2002) a. Self-development. The student becomes in some way a 'better' person through learning another language. This goal is unrelated to the fact that some people actually use the second language, as in the group-related dynamics of Community Language Learning. Berarti pengembangan diri tujuan ini tidak berhubungan dengan kenyataan bahwa beberapa orang benar-benar menggunakan bahasa, seperti dalam kelompok yang terkait dengan dinamika of Community Language Learning.
24
b. A method of training new cognitive processes. By learning another language, students acquire methods of learning or new perspectives on themselves and their societies. Metode pelatihan proses-proses kognitif baru, dengan belajar siswa memperoleh metode belajar atau perspektif baru pada diri mereka sendiri dan masyarakat mereka. c. A way-in to the mother-tongue. The students' awareness of their first language is enhanced by learning a second language. Cara ini merupakan bahasa ibu, sehingga kesadaran para murid dapat ditingkatkan dengan belajar bahasa kedua. d. An entrée to another culture. Students can come to understand other groups in the world and to appreciate. Sebuah Entree ke budaya lain/kebiasaan, sehingga siswa dapat memahami kelompok dan untuk saling menghargai. e. A form of religious observance for many people a second language is part of their religion, whether Hebrew for the Jewish religion, Arabic for Muslims, or indeed English for Christians in some parts of the world. Suatu bentuk ketaatan agama bagi banyak orang bahasa kedua adalah bagian dari agama, baik Ibrani untuk agama Yahudi, Arab bagi umat Islam, atau bahkan bahasa Inggris untuk orang-orang Kristen di beberapa bagian dunia. f. A means of communicating with those who speak another language. We all need to cope with people from other parts of the world,
25
whether for business or pleasure. Sarana untuk berkomunikasi dengan mereka yang berbicara bahasa lain untuk menghadapi orang-orang dari bagian lain dunia, baik untuk bisnis atau kesenangan. g. The promotion of intercultural understanding and peace to foster negotiation rather than war or changes in the society outside the classroom. Peningkatan pemahaman antar budaya dan perdamaian serta untuk mendorong negosiasi daripada perang atau perubahan di masyarakat di luar kelas. None of these goals directly state that the learners should approximate native speakers, even if they are waiting in the wings. They are instead concerned with the educational values of the second language for the learner. Tak satu pun dari tujuan secara langsung menyatakan bahwa pembelajar harus perkiraan penutur asli, bahkan jika mereka menunggu. Mereka bukannya prihatin dengan nilai-nilai pendidikan bahasa kedua bagi peserta didik (tujuan dari pendidikan dan pengajaran http://europa.eu.int/comm/education/languages.html., 2 Februari 2009).
3. Dasar Pendidikan Agama Islam Yang dimaksud dengan dasar pendidikan agama Islam di sini adalah pandangan yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan baik dalam rangka penyusunan teori, perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan agama Islam itu ada tiga : a. Dasar Yuridis Yaitu dasar pendidikan agama Islam yang berasal dari peraturan Undang-undang yang secara langsung maupun tidak
26
langsung dapat dijadikan pegangan dalam pendidikan agama Islam, diantaranya adalah : 1) Dasar Ideal dan Konstitusional Disebutkan dalam Bab II pasal 2 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 2) Dasar Operasional Yaitu
dasar
yang
secara
langsung
mengatur
pelaksanaan
pendidikan secara nasional, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. b. Dasar Religius Adalah dasar yang bersumber pada Al-Qur'an atau Hadits Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 122, menegaskan:
ﻞ ِﻓ ْﺮ َﻗ ٍﺔ ِّ ﻦ ُآ ْ ن ِﻟ َﻴ ْﻨ ِﻔﺮُوا آَﺎ َّﻓ ًﺔ ﻓَﻠَﻮْﻻ َﻧ َﻔ َﺮ ِﻣ َ ن ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨُﻮ َ وَﻣَﺎ آَﺎ ﺟﻌُﻮا َ ﻦ َوِﻟ ُﻴ ْﻨ ِﺬرُوا َﻗ ْﻮ َﻣ ُﻬ ْﻢ إِذَا َر ِ ِﻣ ْﻨ ُﻬ ْﻢ ﻃَﺎ ِﺋ َﻔ ٌﺔ ِﻟ َﻴ َﺘ َﻔ َّﻘﻬُﻮا ﻓِﻲ اﻟ ِﺪّﻳ (١٢٢:ن )اﻟﺘﻮﺑﻪ َ ﺤ َﺬرُو ْ ِإَﻟ ْﻴ ِﻬ ْﻢ َﻟ َﻌَّﻠ ُﻬ ْﻢ َﻳ Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (QS. At-Taubah: 122).. Sedangkan hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan antara lain :
27
(ﻋُﻠ ُﻪ )روﻳﻪ ﻣﺴﻠﻢ ِ ﻞ ﻓَﺎ ُ ﺧ ْﻴ ِﺮ َﻓَﻠ ُﻪ ِﻣ ْﺜ َ ﻞ ﻋَﻠَﻰ َﺧ َ ﻦ َد ْ َﻣ Artinya : Barang siapa yang memberi petunjuk atas kebaikan, maka mendapatkan pahala seperti apa yang melakukan kebaikan itu” (HR. Muslim).
(ﺴِﻠ َﻤ ٌﺔ )روﻳﻪ ﻣﺴﻠﻢ ْ ﺴِﻠ ٍﻢ َو ُﻣ ْ ﻀ ٌﺔ ﻋَﻠَﻰ ُﻣ َ ﺐ ا ْﻟ ِﻌ ْﻠ ُﻢ َﻓ ِﺮ ْﻳ ُ ﻃَﻠ َ Artinya : Mencari ilmu itu wajib bagi tiap-tiap orang muslim laki-laki dan perempuan (HR. Muslim). c. Dasar Sosial Psikologi Manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan pegangan yang disebut agama. Mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada perasaan yang mengakui ada dzat yang Maha Kuasa, tempat belindung dan mohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya jika dapat mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
(٢٨:ب )اﻟﺮﻋﺪ ُ ﻦ ا ْﻟ ُﻘُﻠ ْﻮ ﻄ َﻤ ِﺌ ﱠ ْ ﷲ َﻧ ِ ﻻ ِﺑ ِﺬ ْآ ِﺮ ا َ َا Artinya : Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram (QS. Ar-Ra’du:28). 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran pendidikan Agama Islam itu ada lima macam, dimana faktor yang satu dengan yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah : a. Faktor Anak Didik Faktor anak didik merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan, sebab tanpa anak didik maka pendidikan seorang pendidikan harus tahu sepenuhnya pondasi anak didik, karena sering
28
kali
tidak
semua
usia
perkembangan
seorang
mengalami
perkembangan yang sama jauhnya. Dengan demikian anak harus dididik, karena pada hakekatnya akan mencapai tingkat keberhasilan anak menurut sifat-sifatnya dapat dididik dan mempunyai bakat-bakat untuk dapat dididik. b. Faktor Pendidik Termasuk faktor yang sangat penting yaitu pendidik, karena pendidik yang akan bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya dam kepada Allah SWT, terutama pendidik (pendidikan agama Islam) mempunyai peran terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam. Adapun tugas pendidik agama Islam pada umumnya adalah : a. Mengajarkan ilmu pendidikan agama Islam b. Menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak. c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama. d. Mendidik anak agar berbudi mulia. Athiyah Al-Abrasyi mengemukakan pendapatnya, guru dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya harus memiliki syarat-syarat, diantaranya : 1) Guru agama harus zuhud 2) Bersih jasmani dan rohani 3) Bersifat pemaaf, sabar, dan pandai menahan diri 4) Seorang guru harus terlebih dahulu menjadikan seorang bapak sebelum menjadi guru.
29
5) Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak. 6) Menguasai bahan yang diajarkan (Tafsir, 1992:82). Dengan demikian guru harus memiliki syarat-syarat yang harus dimiliki dalam mendorong, membimbing dan memberi fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan, sehingga guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat sesuatu yang terjadi di dalam proses perkembangan siswa dan pencapaian materi pelajaran. c. Faktor Tujuan Tujuan pendidikan adalah faktor yang penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidik itu. Demikian halnya dengan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan agama Islam. Adapun tujuan pendidikan dan pengajaran agama dapat dirumuskan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum meliputi: 1) Tujuan nasional 2) Tujuan institusional 3) Tujuan kurikuler 4) Tujuan intruksional Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan pada setiap tahap yang dilalui oleh pendidikan di SLTP, tujuan pendidikan di SLTA / SMA berbeda dengan pendidikan di perguruan tinggi (Zuhairini, 1983:46).
30
d. Faktor Alat Pendidikan Alat pendidikan adalah perbuatan atau situasi yang diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan (Burnadib, 1984:40). Dengan demikian yang dimaksud alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan agama. Alat-alat pendidikan cukup banyak, akan tetapi dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a. Alat Pengajaran Agama Alat pengajaran agama dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Alat pendidikan klasik b) Alat pengajaran individu c) Alat peraga b. Alat Pendidikan yang Langsung Alat pendidikan agama yang langsung yaitu alat-alat yang sifatnya menganjurkan saja dan dengan maksud usaha, dengan menanamkan pengaruh positif terhadap murid. c. Alat Pendidikan Agama yang Tidak Langsung Alat pendidikan agama yang tidak langsung yaitu alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha (Zuhairini, 1983:50-53). e. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap berhasil tidaknya pendidikan agama, karena perkembangan
31
jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Lingkungan dapat memberi pengaruh positif maupun pengaruhnya negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan agamanya. Menurut Master Yahya dalam bukunya Fannut Tarbiyah mengatakan ”Saling meniru diantara anak dengan temannya sangat cepat dan sangat kuat”. Dengan demikian kita dapat memastikan bahwa hari depan anak adalah tergantung kepada masyarakat di mana anak itu bergaul. Dengan demikian lingkungan hendaknya mendapat perhatian besar, sehingga senantiasa dapat memberikan pengaruh positif terhadap anak. Beberapa ahli pendidikan membagi lingkungan menjadi tiga macam, yaitu : 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan sekolah 3) Lingkungan masyarakat (Burnadib, 1983:40). Hal ini berarti pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu orang tua, pendidik (guru) maupun pelaku pendidikan bahwa pemerintah pada khususnya hendaknya memberikan lingkungan yang sebaikbaiknya kepada anak didiknya agar terbentuk yang sesuai dengan citacita dan tujuan yang dikehendaki.
32
Uraian di atas jelas bahwa kelima faktor pendidikan saling menunjang dalam pencapaian pendidikan yang dari kelimanya merupakan Gestall, yaitu suatu keseluruhan yang berarti apabila salah satu dihilangkan, maka tidak akan berarti bagian-bagian tersebut.
C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Problematika menimbulkan
mempunya
masalah
yang
pengertian belum
bisa
sebagai
hal-hal
yang
terpecahkan/permasalahan
(Depdikbud, 1993:701). Mochtar Bukhori (dalam Muhaimin, 2003:89) menyatakan bahwa kegiatan pendidikan agama yang berlangsung selama ini lebih banyak bersikap
menyendiri,
kurang
berinteraksi
dengan
kegiatan-kegiatan
pendidikan lainnya. Cara kerja semacam ini kurang efektif untuk keperluan penanaman suatu perangkat nilai yang kompleks. Karena itu seharusnya para guru / pendidik agama bekerjasama dengan guru-guru non agama dalam pekerjaan mereka sehari-hari. Pernyataan senada juga telah dinyatakan oleh Soedjarmoko (Muhaimin, 2003:89) bahwa pendidikan agama harus berusaha berintegrasi dan bersinkronisasi dengan pendidikan non agama. Pendidikan agama tidak boleh dan tidak dapat berjalan sendiri, tetapi harus berjalan bersama dan bekerjasama dengan program-program pendidikan non agama kalau ia ingin mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam proses belajar atau dalam melaksanakan pendidikan perlu diperhatikan adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, dan faktor-faktor tersebut ikut menentukan berhasil dan tidaknya pembelajaran,
33
problematika yang timbul dalam pembelajaran pendidikan agama Islam bila dilihat dari faktor-faktor pembelajarannya adalah : 1. Tujuan Pendidikan agama Islam diajarkan bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (Sisdiknas, 2003). Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu : a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam. c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam, dan d. Dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami, dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
mampu
menumbuhkan
motivasi
dalam
dirinya
untuk
menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilainilainya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melihat sebuah hasil pekerjaan baik atau buruk itu sudah dapat di deteksi antara proses, kalau prosesnya baik maka akan
34
mendapatkan out-come-nya baik. Dan sebaliknya, kalau prosesnya tidak baik akan mendapatkan out come yang tidak baik juga. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini dapat berupa umum atau khusus (Gofar dan Jamil, 2003:32). Adapun yang menjadi problem tujuan adalah : a. Tujuan pembelajaran tidak dirumuskan dengan jelas, baik tujuan yang bersifat umum maupun khusus, hasil pencapaian pembelajaran bagaimanakah yang diharapkan, sehingga dapat timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk apakah saya belajar pendidikan agama Islam dan apa gunanya? b. Tujuan pembelajaran yang terlalu tinggi sehingga tujuan tidak akan pernah tercapai karena tujuan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan siswa maupun guru dan keadaan pembelajaran yang ada. 2. Materi Menurut Kemp (1977) isi materi pelajaran dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan Merril (1977) membedakan menjadi 4 macam, yaitu fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Mengajar untuk memperlancar usaha belajar siswa, pusat proses mengajar terletak pada metode mengajar yang digunakan. Sebab metode mengajar menggambarkan cara kerja atau interaksi guru siswa dalam mengolah bahan pelajaran. Aktivitas guru siswa disebut bentuk pengajaran. Menurut Galpenin, bentuk pengajaran terdiri dari kegiatan
35
orientasi, latihan, umpan balik, dan lanjutan. Guru memilih metode mengajar dengan pertimbangan antara lain : a. Tujuan pengajaran b. Isi bahan pelajaran c. Kemampuan pelajar d. Fasilitas yang ada e. Waktu yang tersedia f. Kekuatan dan kelemahan tiap-tiap metode. Menurut Rusdinah (dalam Muhaimin, 2003:89) mengemukakan beberapa kelemahan dari pendidikan agama Islam di sekolah, baik dalam pemahaman
materi
pendidikan
agama
Islam
maupun
dalam
pelaksanaannya, yaitu : a. Dalam bidang teologi, ada kecenderungan mengarah pada paham fatalistik. b. Bidang akhlak yang berorientasi pada urusan sopan santun dan belum dipahami sebagai keseluruhan pribadi manusia beragama. c. Bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian. d. Dalam bidang hukum (fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan yang tidak akan berubah sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika dan jiwa hukum Islam. e. Agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma kemajuan ilmu pengetahuan.
36
f. Orientasi mempelajari Al-Qur'an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman arti dan penggalan makna. Towaf (dalam Muhaimin, 2003:89) juga telah mengamati adanya kelemahan-kelemahan
agama
Islam
di sekolah, antara lain sebagai
berikut : a. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa illustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. b. Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku padanya, sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh. c. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas guru kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. d. Keterbatasan sarana / prasarana mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama Islam yang diklaim sebagai aspek yang penting seringkali kurang prioritas dalam urusan fasilitas.
37
Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam (kurikulum KBK) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur'an-hadits, keimanan, syariah, ibadah muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik (Muhaimin, 2003:79). Pada kurikulum KTSP tahun 2006 didapatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu Al-Qur'an, keimanan, akhlak, fiqih dan bimbingan ibadah serta tarikh / sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dilihat dari sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu memiliki kaitan yang erat, sebagaimana dilihat pada skema berikut ini :
ISLAM AL-QUR'AN DAN SUNAH / HADITS
Ibadah Syariah
Muamalah
Akidah Akhlak
Sistem Kehidupan 1. Politik 2. Ekonomi 3. Sosial 4. Pendidikan 5. Kekeluargaan 6. Kebudayaan / Seni 7. IPTEK 8. Orkes 9. Lingkungan hidup (Flora, fauna, dll) 10. Hankam, dll
Tarikh / Sejarah
Gambar 1. Sistematika Ajaran Islam Dari sistematika tersebut, berikut ini dapat dijelaskan mengenai kedudukan dan kaitan yang erat antara unsur-unsur pokok materi pendidikan agama Islam.
38
Al-Qur'an-Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber akidah (keimanan), syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama, ibadah, muamalah, dan akhlak. Bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syariah merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, salat, zakat, puasa, dan haji). Dan dalam hubungan dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kabudayaan / seni, Iptek, olah raga / kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia mulsim dari masa ke masa dalam usaha beryariah (beribadah dan muamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah. 3. Guru Dalam Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana dikutip di atas, ditegaskan agar proses pembelajaran
39
diselenggarakan dengan menyenangkan, motivatif, inspiratif agar terjadi proses pengambangan kreatifitas. Dengan demikian model-model sekolah feodal yang memberi ruang pada hukuman fisik kini sudah tidak memperoleh ruang dalam pendidikan dan proses pembelajaran. Guru memperoleh ruang dalam pendidikan dan pembelajaran. Guru dengan demikian harus mendefinisi tentang pengembangan proses pembelajaran dari proses mengubah perilaku anak dengan dengan memfasilitasi anak untuk berubah. Terkait dengan paradigma tersebut, maka secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah kelas. Gilbert H. Hunt dalam bukunya Effective Teaching menyatakan bahwa guru yang baik itu harus memenuhi tujuan kriteria (Hunt, 1995:1516), yaitu : a. Sifat; guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras, toleransi, sopan dan bijaksana, bisa dipercaya, fleksibel, dan mudah menyesuaikan diri, demokratis, penuh harapan bagi siswa, tidak semata mencuri reputasi pribadi, mampu mengatasi strereotype siswa, bertanggungjawab terhadap kegiatan belajar siswa, mampu menyampaikan perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik.
40
b. Pengetahuan; Guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam bidang ilmunya itu. c. Apa yang disampaikan; Guru yang baik juga mampu memberikan jaminan bahwa materi yang diharapkan mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal. d. Bagaimana mengajar; Guru yang baik mampu menjelaskan berbagai infomasi secara jelas dan terang, memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara memonetum, menggunakan kelompok kecil secara efektif, memandang semua siswa untuk berpartisipasi, memonitor, dan bahkan sering mendatangi siswa, mampu mengambil keuntungan dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, memonitor tempat duduk siswa, senantiasa melakuskan formatif test dan post test, melibatkan siswa dalam tutorial atau pengajaran sebaya, menggunakan kelompok
besar
untuk
pengajaran
instruktional,
menghindari
kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan saja informasi, menggunakan beberapa bahan tradisional, menunjukkan pada siswa tentang pentingnya bahan-bahan yang mereka punyai, menunjukkan proses berfikir yang penting untuk belajar, berpartisipasi dan mampu memberikan perbaikan terhadap kesalahan konsepsi yang dilakukan siswa. e. Harapan; Guru yang baik mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa akuntabe, dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya.
41
f. Reaksi guru terhadap siswa; Guru yang baik biasa menerima berbagai masukan, resiko, dan tantangan konsistensi dalam kesepakatankesepakatan
dengan
siswa,
bijaksana
terhadap
kritik
siswa,
menyesuaikan diri dengan kemajuan-kemajuan siswa, pengajaran yang memperhatikan individu, mampu memberikan jaminan atas kesetaraan partisipasi siswa, mempu menyediakan waktu yang pantas untuk siswa bertanya, cepat dalam memberikan pengarahan/pengajaran bagi siswa dalam membantu mereka belajar, peduli dan sensitif terhadap perbedaan-perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan kultur siswa, dan
menyesuaikannya
pada
kebijakan
menghadapi
berbagai
perbedaan. g. Managemen; Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas sejak hari pertama dia bertugas, mampu merancang kelas multi dimensional sebagaimana dia juga mampu menyusun bangku belajar siswa secara dinamis dan sesuai dengan suasana belajar yang akan dikembangkannya, cepat memulai kelas, melewati masa transisi dengan baik, memiliki kemampuan dalam mengatasi dan/atau pembelajaran kelas dalam satu waktu yang sama, mampu memelihara waktu bekerja serta menggunakannya secara efisien dan konsisten, dapat meminimalisasi gangguan, dapat menerima suasana kelas yang ribut dengan kegiatan pembelajaran, memiliki teknik untuk mengontrol kelas, memberi hukuman dengan bentuk yang paling ringan, dapat
42
memelihara suasana tenang dalam belajar, dan tetap dapat menjaga siswa untuk tetap belajar menuju sukses. Efektif tidaknya suatu metode juga sangat dipengaruhi pada kemampuan guru dalam menggunakannya, selain kepribadian guru memang cukup dominan pengaruhnya. Misalnya seorang guru, oleh karen mahir dan cerdik dalam berbicara, sehingga setiap pendengar menjadi terkesan dan terpukau dengan pembicaraannya, maka metode ceramah tentu menjadi pilihan utama di samping metode yang lain ssebagai pendukungnya. Akan tetapi metode ceramah tersebut akan menjadi tidak efektif bagi seorang guru yang pendiam dan tidak menguasai teknik-teknik metode ceramah dengan baik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pendidikan agama Islam berkaitan dengan masalah guru, diantaranya : a. Kemampuan guru yang tidak memenuhi persyaratan kriteria yang harus dimiliki seorang guru, tidak menguasai materi yang diajarkan sepenuhnya. b. Dalam mengajar, guru terlalu tergesa-gesa dan hanya sebatas mengajar dan menyelesaikan batas (tuntutan) kurikulum yang ditetapkan meskipun siswa belum matang menguasai materi pelajaran yang disampaikan. c. Tanpa ada perencanaan maupun persiapan materi yang akan diajarkan.
43
4. Siswa Siswa atau peserta didik adalah orang yang menerima pengaruh dari seorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan (Djamarah, 1997:51). Anak didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusia yang mempunyai akal. Anak didik adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif, ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah ”kunci” menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. Dalam perspektif pedagogis, anak didik adalah sejenis makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam arti ini anak didik disebut sejenis makhluk ”homo educandum”. Pendidikan merupakan suatu keharusan yang diberikan kepada anak didik, anak didik sebagai manusia yang berpotensi perlu dibina dan dibimbing dengan perantara guru. Potensi anak didik yang bersifat laten perlu diaktualisasikan agar anak didik tidak lagi dikatakan
sebagai
”animal
educable”,
sejenis
binatang
yang
memungkinkan untuk dididik, tetapi ia harus dianggap sebagai manusia secara mutlak, sebab anak didik memang manusia. Ia adalah sejenis makhluk manusia yang terlahir dari rahim seorang ibu. Anak didik adalah
44
manusia yang memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila yang cakap. Faktor peserta didik merupakan faktor yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut maka pendidikan tidak akan dapat berlangsung. Peserta didik merupakan ”raw material” (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang disebut pendidikan. Oleh karena itu faktor peserta didik tidak dapat digantinya oleh faktor lain, sehingga kedudukan siswa sebagai yang dibimbing dalam pembelajaran menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam nenetapkan metode pembelajaran yang tepat. Setiap siswa memiliki berbagai perbedaan baik dalam kemampuan, kecerdasan, karakter, latar belakang sosial, sekonomi dan usia. Dalam mempelajari pendidikan agama Islam tidak sedikit problem yang ditimbulkan oleh siswa. Problem yang sering timbul adalah : a. Kemampuan atau kecerdasan siswa yang kurang. b. Motivasi mempelajari pendidikan agama Islam yang rendah. c. Tidak ada kesungguhan dalam mempelajari pendidikan agama Islam. d. Siswa tidak suka terhadap pelajaran pendidikan agama Islam atau guru mata pelajaran tersebut. 5. Lingkungan Lingkungan adalah faktor yang besar pengaruhnya terhadap suatu pembelajaran, terutama dalam pembelajaran bahasa lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat besar pengaruhnya.
45
Dalam belajar agama haruslah dengan mempraktekkannya, akan tetapi yang menjadi masalah bagi seorang siswa yang sedang mempelajari pendidikan agama Islam adalah dia hanya dapat mempraktekkan dalam waktu-waktu tertentu dan dengan orang-orang tertentu pula. Lingkungan keluarga dan masyarkaat Indonesia umumnya belum bisa diharapkan secara penuh untuk membantu pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga dalam pergaulan sehari-haripun mereka cenderung tidak melaksanakannya. Bukti lingkungan sangat besar pengaruhnya adalah ketika seseorang yang bekerja di luar negeri pastilah dia mampu berkomunikasi dengan bahasa negara tersebut walaupun tanpa proses pembelajaran formal. Demikian pula seorang siswa yang mempelajari suatu ilmu dan tinggal di negara tersebut, maka hasilnyapun akan jauh lebih baik. Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama Islam hendaklah diciptakan di lingkungan yang ketat dalam mempraktekkan ajaran-ajaran tersebut, misalnya lingkungan pondok pesantren. 6. Media Media (medium) yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan pengajaran. Proses komunikasi sebagai proses komunikasi maka ada sumber pesan (guru), penerima pesan (murid), dan pesan yaitu materi pendidikan yang diambilkan dari kurikulum. Sumber pesan harus melakukan encoding, yaitu menerjemahkan gagasan, pikiran perasaan atau pesannya ke dalam bentuk lambang tertentu. Lambang itu
46
dapat berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar. Dalam melakukan encoding guru harus memperhatikan latar belakang pengalaman penerima pesan agar pesan tersebut mudah diterima. Sedangkan penerima pesan harus melakukan decoding, yaitu menafsirkan lambang-lambang yang mengandung pesan. Kalau pesan / pengertian yang diterima oleh penerima pesan (siswa) sama atau mendekati sama dengan pesan / pengertian yang dimaksud oleh sumber pesan, maka komunikasi dinyatakan efektif. Media dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan. Semakin baik medianya, makin kecil distorsi / gangguannya dan makin baik pesan itu diterima siswa. Media dapat digunakan dalam pengajaran dengan dua cara, yaitu sebagai alat bantu (dependent media) dan digunakan sendiri oleh siswa (independent media). Pertimbangan dalam memilih media : a. Tujuan pengajaran yang akan dicapai b. Karakteristik siswa c. Karakterisitik media d. Alokasi waktu e. Ketersediaan f. Kompatibelitas (sesuai dengan norma) g. Biaya h. Mutu teknis i. Artistik Klasifikasi media pengajaran : a. Media audio b. Media visual
47
c. Media audio visual d. Media serba aneka, meliputi : 1) Papan tulis dan papan panjang 2) Media tiga dimensi 3) Media teknik dramatisasi 4) Sumber belajar pada masyarakat 5) Belajar terprogram 6) Komputer. Edgar Dale dengan kerucut pengalamannya mencoba menunjukkan tentang derajat kekonkretan dan keabstrakan dari berbagai pengalaman, simbol verbal, simbol visual, reklame, radio, gambar diam, gambar bergerak, televisi, sajian atau pameran, karya wisata, demonstrasi, pengalaman
yang
diperankan,
pengalaman
terbatas,
pengalaman
langsung. Media adalah faktor yang sangat penting bagi tercapainya tujuan pembelajaran, akan tetapi yang menjadi problem adalah media yang tersedia hanyalah media tradisional, misalnya buku-buku dan alat tulis. Sedangkan laboratorium / perpustakaan, audio visual, dan alat peraga belum dapat terpenuhi. 7. Strategi Kata strategi sama maknanya dengan siasat, kiat atau teknik. Menurut Gibbs, strategi adalah rencana untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dengan biaya sekecil mungkin. Sedangkan menurut Ivor
48
K. Danes, strategi berarti rencana pokok mengenai pencapaian berbagai tujuan yang lebih umum. Strategi pengajaran adalah siasat / taktik yang harus dipikirkan / direncanakan guru untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Strategi pengajaran ini akan menampak pada dimensi perencanaan ataupun pelaksanaan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar guru mampu menggunakan strategi aktif, sehingga siswa dapat belajar dengan penuh semangat dan antusias untuk mengikuti pembelajaran di kelas. Penggunaan strategi aktif dalam proses pembelajaran merupakan suatu keharusan dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu strategi merupakan komponen yang menentukan terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar di samping tujuan, materi, dan evaluasi. Strategi yang digunakan adalah betul-betul dapat melayani kebutuhan peserta didik, baik secara individu maupun kelompok merupakan suatu hal yang diharapkan saat ini. Penggunaan strategi yang tepat dapat berpengaruh terhadap efektifitas kegiatan belajar mengajar. 8. Evaluasi Evaluasi
dapat
diartikan
sebagai
upaya
sistematik
untuk
menghimpun, menyusun, dan memperoleh data serta informasi yang dapat diolah dan dianalisa menjadi kesimpulan yang berguna bagi landasan pengelolaan program. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengajaran dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi juga dimaksudkan untuk mengetahui hambatan-
49
hambatan dan kelemahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengajaran. Evaluasi belajar yang baik berdasarakan acuan patokan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran dari kurikulum sudah tercapai. Bila kurikulum sudah tertata rapi dan jelas, akan dapat teridentifikasi dan dapat terukur target pencapaian pembelajaran dan dapat terukur target pencapaian pembelajaran, sehingga evaluasi belajar yang diadakan mampu mempetakan kemampuan siswa. Data evaluasi belajar diperoleh melalui evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Slameto, 1988:25). Evaluasi formatif lebih diarahkan kepada pertanyaan sampai dimanakah guru telah berhasil menyampaikan bahan pelajaran kepada siswanya. Evaluasi formatif pada umumnya dilakukan pada akhir satuan pelajaran maupun dalam bentuk ulangan harian.
Sedangkan
evaluasi
sumatif
langsung
diarahkan
kepada
keberhasilan siswa mempelajari suatu program pengajaran. Biasanya dilakukan pada akhir program pengajaran yang relatif besar, misalnya: triwulan, tengah semester atau akhir semester.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak 1. Sejarah SMP Ky Ageng Giri Sekolah Menengah Pertama (SMP) Ky Ageng Giri adalah lembaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Ky Ageng Giri yang dipimpin oleh Almukaromah Simbah KH. Munif Muhammad Zuhri. SMP Ky Ageng Giri telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan berbagai prestasi yang telah diraih baik prestasi akademis maupun non akademis. Jumlah siswa tiap tahun kian mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan rata-rata berkisar 500 siswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia baik Jawa maupun luar Jawa. SMP Ky Ageng Giri merupakan sekolah umum yang ada di lingkungan pesantren yang terletak di Desa Banyumeneng. Lembaga pendidikan yang notabene terletak di desa yang cukup terpencil ini sebagian besar siswanya berasal dari masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi menengah ke bawah. Masyarakat sekitar SMP Ky Ageng Giri mayoritas bermatapencaharian sebagai petani dan buruh pabrik. Dengan kondisi seperti ini tidak menyurutkan tekad dan semangat civitas akademika SMP Ky Ageng Giri untuk tetap berjuang dalam memberikan dan memajukan pendidikan anak didiknya.
50
51
Dalam kondisi yang serba modern dan serba mahal ini, SMP Ky Ageng Giri mencoba memberikan dan membuka sekolah dengan biaya yang relatif murah, sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan. Fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar berusaha diberikan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin demi kelancaran dan kemajuan siswa didiknya dalam belajar menuntut ilmu. Dengan adanya asrama siswa di Pondek Pesantren yang disediakan oleh sekolah menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luar untuk menyekolahkan putra-putrinya di SMP Ky Ageng Giri. Tingkat perbandingan siswa dengan prosentase 60% dari lingkungan sekitar dan 40% dari luar daerah membuat SMP Ky Ageng Giri menjadi salah satu lembaga pendidikan yang majemuk. Bagi siswa yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta sebagai penunjang lulusan yang bermutu dan siap menghadapi dunia kerja, SMP Ky Ageng Giri mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja yang disebut
dengan
Pendidikan
Kecakapan
Hidup
(PKH).
Kegiatan
ekstrakurikuler ini sifatnya wajib diikuti oleh semua siswa. Dengan memberikan Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi siswa-siswi lulusan SMP Ky Ageng Giri. Tidak kalah penting dari semua hal di atas, SMP Ky Ageng Giri tetap memberikan pendidikan akhlak dan pendidikan agama sebagai penunjang ilmu pengetahuan yang telah mereka dapatkan.
52
2. Visi dan Misi SMP Ky Ageng Giri Sebagai lembaga pendidikan, SMP Ky Ageng Giri mempunyai visi dan misi, sebagai berikut: a. Visi Berkualitas dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbudi pekerti luhur berlandaskan iman dan takwa kepada Allah SWT. b. Misi 1) Melaksanakan
pendidikan
yang
bermutu
dalam
upaya
meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dan religius. 2) Melaksanakan dan menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh warga sekolah. 3) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengefektifkan seluruh kegiatan sekolah. 4) Mengutamakan
kerja
sama
dalam
menyelesaikan
tugas
kependidikan dan keguruan. 5) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal. 6) Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya meningkatkan prestasi. 7) Mengembangkan pribadi yang cinta tanah air. 8) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam dalam bertindak dan berperilaku.
53
3. Struktur Organisasi Sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Organisasi yang dimaksud adalah struktur kepegawaian dan hubungan tugas dan tanggung jawab masing-masing dari individu / perorangan. Organisasi merupakan hal yang sangat penting untuk kelancaran, ketertiban, dan kelangsungan suatu lembaga pendidikan dan pengajaran. Dengan adanya pengorganisasian ini dapat terwujud berbagai tugas kerja dan efisiensi kerja. Adapun mengenai struktur organisasi SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak sebagaimana terlampir pada lampiran. 4. Job Description Dalam sebuah organisasi ataupun perusahaan tersusun atas beberapa bagian yang mempunyai tugas sesuai dengan fungsi kerja dan tanggang jawab masing-masing. Tugas dan tanggung jawab masingmasing bagian pada SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah sebagai berikut : a. Kepala Sekolah Bertanggungjawab atas segala persoalan sekolah, intern dan ekstern. b. Wakil Kepala Sekolah 1) Mewakili kepala sekolah apabila kepala sekolah berhalangan / tidak ada di tempat. 2) Membantu kepala sekolah di dalam menjalankan tugas seharihari.
54
3) Membantu bidang perencanaan dan pengembangan. 4) Mengatur rapat-rapat periodik pembinaan guru / karyawan. c. PP. Urusan Kurikulum 1) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan. 2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal mengajar. 3) Mengatur pelaksanaan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 4) Mengatur penyusunan program pengajaran (program semester, program silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran / RPP, dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian kurikulum). 5) Mengatur pengembangan MGMP dan koordinasi mata pelajaran. 6) Menyusun pencalonan pelajar teladan / bea siswa. 7) Melakukan supervisi administrasi, akademis. d. PP. Urusan Kesiswaan 1) Membina kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler. 2) Membina kegiatan olah raga dan seni. 3) Membantu penyelenggaraan absen siswa. 4) Membantu guru dan staf sekolah lainnya dalam membantu / membina pribadi siswa. 5) Mengkoordinasi kegiatan kepramukaan. 6) Merencanakan jadwal kegiatan pertandingan-pertandingan. 7) Mengkoordinasi upacara hari-hari besar. 8) Mengatur mutasi siswa. 9) Pembagian kelas dan penempatan siswa.
55
e. Koordinator Urusan BK 1) Menyelenggarakan administrasi BK (buku pribadi, data siswa, absen siswa, dan lain-lain). 2) Menyusun dan mengelola data siswa. 3) Menyusun dan melaksanakan program BK. 4) Mengkoordinir kegiatan wali kelas dalam program BK. 5) Membina kerjasama dengan orang tua murid dalam program pembinaan dan penyuluhan siswa. 6) Membantu pelaksanaan ketertiban dan keamanan penyelenggaraan kegiatan sekolah. f. PP. Urusan Humas 1) Memelihara dan mengembangkan hubungan baik antara sekolah dengan orang tua. 2) Mengatur siswa dalam kegiatan bakti masyarakat dan bakti sosial. 3) Memelihara dan mengembangkan hubungan baik antara sekolah dengan lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat. 4) Mengatur pemeliharaan kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah. g. Koordinator Urusan Sarana dan Prasarana 1) Inventarisasi 2) Pendayagunaan 3) Pemeliharaan (pengamanan, penghapusan, pengembangan) 4) Pengadaan 5) Kartu pelaksanaan pendidikan
56
6) Rencana kebutuhan barang 7) Rencana pembelian barang, penerimaan barang, penghapusan barang. h. Guru 1) Menyusun AMP, PS atau semester, PSP dan pokok uji. 2) Menyusun LKS dan materi asensial. 3) Menyusun strategi atau metode KBM. 4) Melaksanakan KBM 5) Mengadakan pendalaman materi 6) Mengadakan evaluasi 7) Menganalisa hasil evaluasi 8) Mengadakan tindak lanjut. i. Wali Kelas S 1) Membentuk pengurus kelas (organisasi kelas) 2) Membentuk regu (kelompok kerja) 3) Meneliti daftar hadir siswa 4) Meneliti papan absen. 5) Memanatu atau menganalisis kemajuan belajar siswa. 6) Menangani siswa bermasalah (kerjasama dengan guru BK) 7) Mengisi data ke dalam buku pribadi. 8) Mengisi legger 9) Mengisi raport 10) Melakukan koordinasi atau komunikasi dengan orang tua atau wali siswa untuk memantau perkembangan belajar siswa minimal 1 bulan sekali.
57
j. Ketatausahaan (Staff TU) 1) Urusan Administrasi 2) Melaksanakan ketatausahaan baik bersifat umum maupun teknis pengajaran. 3) Melaksanakan administrasi keuangan. 4) Melaksanakan administrasi kepegawaian. 5) Mengatur inventaris sekolah 6) Melaksanakan pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan dan sarana pendidikan. k. Urusan Keuangan 1) Membuat daftar gaji dan honor. 2) Membuat RAPBS 3) Membuat SPJ setiap bulan atau tahun 4) Membuat rencana pengeluaran. l. Urusan Ketatausahaan 1) Membantu bagian administrasi dalam hal surat menyurat. 2) Membantu bagian administrasi dalam hal agenda surat masuk / keluar. 3) Membantu bagian administrasi dalam hal arsip surat masuk / keluar. 4) Membantu bagian administrasi dalam hal ketik mengetik dan pengolah data komputer. m. Urusan Kesiswaan BK 1) Penerimaan siswa baru 2) Data siswa
58
3) Mutasi siswa 4) Surat keterangan dan lain-lain. 5) Memberikan teguran kepada siswa yang sering melanggar tata tertib. n. Urusan Inventaris 1) Menginventaris semua barang 2) Memelihara barang 3) Memeriksa barang 4) Memperbaiki barang 5. Keadaan
Guru
dan
Karyawan
SMP
Ky
Ageng
Giri
Kusumo
Banyumeneng, Mranggen, Demak a. Kepala Sekolah
: 1 orang
b. Wakil Kepala Sekolah
: 1 orang
c. Guru tidak tetap
: 26 orang Tabel 4.1
Keadaan Guru dan Karyawan SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Tahun 2009/2010 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tenaga Pendidik Munhamir Ulin Nuha Asmuni Irfan, S.Sos. Hayyin Fuad, S.Ag. Sumatun S.T. Ja’far Shodiq, S.Ag. Ani Isroatun AP. Erni Sutanti Sholeh, S.Pd. M. Efendi
L/P L L L L P L P P L L
Jabatan Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah PP. Sarana Prasarana PP. Kurikulum PP. Kesiswaan Ka. Perpus dan Lab. Ka. Bendahara Koordinator BK Walli Kelas XI D Guru BK I
59
No. 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Tenaga Pendidik Siti Rubi’ani, A.Md. Aferianika LD, SE. Ana Sugianti, S.Pd. Rofi’ah, S.Pd. Amanusz, S.Pd. Arifatul KH, S.Pd. Siti Asadah, S.Pd. Aris Sulistri Y, S.Pd. Didik Darwanto Abdul Abbas Ainun Hadzir, A.Md. Hasikin, A.Md. Muthohar, S.Pd. Sutrisno, S.Pd. Indah Ekowati, S.Pd. Mutajir, S.Ag. Dahwan Muafi Muhlisin Zahrotul Aufa M. Kholid Eviyti Erna H Liya Ulfiyati M. Dahrusshofi
L/P P P P P P P P L L L P L L L P L L L P L P P L
Jabatan Wali Kelas VII A Wali Kelas VII B Wali Kelas VII C Wali Kelas VII D Wali Kelas VIII A Wali Kelas VIII B Wali Kelas VIII C Wali Kelas VIII D Wali Kelas IX A Wali Kelas IX B Wali Kelas IX C Guru Guru Guru Guru Guru Guru Perpustakaan Laborat IPA Laborat Komputer Staf I Staf II Staf III
6. Keadaan Siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Jumlah
keadaan
murid
SMP
Ky
Ageng
Giri
Kusumo
Banyumeneng, Mranggen, Demak untuk periode tahun 2009/2010 secara keseluruhan berjumlah 481 siswa. Dari jumlah tersebut terdiri atas 12 kelas.
60
Tabel 4.2 Keadaan Siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak Tahun 2009/2010 No. 1
2
3
Kelas VII A VII B VII C VII D Jumlah VIII A VIII B VIII C VIII D Jumlah IX A IX B IX C IX D Jumlah Jumlah total
Siswa Putra 22 26 27 29 106 14 32 26 29 101 8 24 18 20 70 275
Putri 15 13 15 13 66 22 10 16 13 61 28 18 20 22 88 205
Jumlah 37 39 42 42 162 36 42 42 42 162 36 42 38 42 158 480
7. Keadaan Sarana dan Prasarana SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak a. Mengadakan penambahan gedung guna memenuhi / menambah lokal untuk kelas. b. Mengadakan / membangun lokal untuk sarana koperasi, perpustakaan, UKS, dan lokal untuk laboratorium sekolah. c. Mengadakan atau membangun gedung lantai 2 satu ruang. d. Mengadakan sarana prasarana lain demi kemajuan sekolah yang menunjang pendidikan.
61
1) Sarana pendidikan meliputi : a) Memperbaiki sarana pendidikan yang sudah ada akan tetapi akan mengalami kerusakan. b) Mengadakan dan melengkapi secara bertahap peralatanperalatan pendidikan yang dibutuhkan sekolah. c) Mengadakan dan meningkatkan sarana perpustakaan sekolah. 2) Sarana umum sekolah a) Mengadakan pengecatan / pengapuran sekolah agar kelihatan bersih, sarana air (PAM) untuk sekolah. b) Menata halaman sekolah (pondasi dan paving halaman). Adapun daftar inventasi / barang kekayaan SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak terdiri atas : 1) Inventaris tidak bergerak a) Satu unit gedung sekolah yang terdiri atas: - 12 lokal untuk ruang kelas - 1 lokal untuk kantor - 1 lokal untuk Kepala Sekolah - 1 lokal untuk TU - 1 lokal untuk Wakil Kepala Sekolah - 1 lokal untuk perpustakaan - 1 lokal untuk komputer - 1 lokal untuk laboratorium - 1 lokal untuk mushola. b) Satu unit bangunan MCK
62
2) Inventaris yang bergerak / tidak tetap a) Inventaris kantor, yang terdiri atas : -
2 buah almsari administrasi
-
1 meja kepala sekolah
-
1 meja kepala tata usaha
-
26 meja guru
-
36 kursi kepala sekolah, guru dan karyawan.
-
Peralatan-peralatan lainnya.
b) Inventaris ruang sekolah, guru dan karyawan -
3 buah matras senam
-
3 buah bola voley
-
3 buah bola sepak
-
4 buah lembing
-
3 buah cakram
-
3 buah tolak peluru
c) Inventaris Perpustakaan -
4 buah rak perpustakaan
-
50 meja dan kursi perpustakaan
-
Buku-buku perpustakaan
d) Inventaris ruang kelas Terdiri dari kelas kelas I, kelas II, dan kelas III yang terdiri dari : -
1 buah meja dan kursi guru.
-
241 buah meja siswa / murid
63
-
481 buah kursi siswa / murid
-
Masing-masing gamabr presiden dan wakil presiden, tata tertib, jam dinding, taplak meja, papan absensi siswa.
-
12 buah papan tulis
-
Gambar-gambar pahlawan
-
Peralatan-peralatan lain yang menunjang.
e) Inventaris penunjang -
Tiang bendera sekolah
-
Halaman sekolah
-
Ruang UKS
-
Sarana-sarana lain yang menunjang.
8. Keadaan Umum Lingkungan Sekolah Berdasarkan observasi penulis secara langsung keadaan lingkungan sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo cukup bagus, letak sekolahan di pinggir jalan dan di pinggir hutan dan daerah terpencil dengan letak dan keadaan demikian, maka sekolahan ini sudah di bilang bagus demi berjalannya proses belajar mengajar tidak ada gangguan dalam pembelajaran, lingkungan semacam ini telah tercipta lingkungan yang kondusif dan saling mendukung yaitu lingkungan yang tercipta, terarah dan terbina. B. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan suatu pembelajaran memakai suatu perbedaan dan tekanannya pada masing-masing mata pelajaran, maka implikasinya dalam
64
pemilihan metode, guru hendaklah mampu melihat perbedaan-perbedaan tersebut dan membawanya ke dalam situasi pemilihan riset metode yang dianggap paling tepat. Pembelajaran pendidikan agama Islam mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Pengenalan dasar pendidikan agama Islam melalui aqidah, akhlak, dan syariah. b. Agar siswa dapat memahami ilmu aqidah, akhlak, dan syariah sehingga dapat mengamalkannya. c. Dapat mengetahui kebaikan dan keburukan berdasarkan Al-Qur'an dan hadits. d. Membina minat dan motivasi siswa untuk mempelajari pendidikan agama Islam. (Wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 8 Juli 2009) 2. Kualifikasi Guru Salah satu guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah Bapak H. Jafar Shodiq, S.Ag. Beliau mengajar sudah 2 tahun, dan untuk tahun ajaran 2009 / 2010 beliau mengajar kelas VII, VIII, dan IX. Latar belakang pendidikan terakhir guru tersebut adalah lulusan Sarjana Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, mampu berpendidikan agama Islam baik lisan maupun tulisan, dalam satu minggu mengajar 2 jam pelajaran. Selain beliau memberikan bimbingan dan pembelajaran pendidikan agama Islam juga memberikan motivasi siswa untuk meningkatkan
65
kreatifitas berfikir dalam memecahkan suatu masalah dengan cara merangsang siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, pancingan, dan hasil jawaban siswa guru memberikan pujian, dorongan dan pandangan simpatik atas prestasi siswa tersebut. (Sumber observasi dan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak pada tanggal 15 Juli 2009). 3. Siswa Siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak rata-rata berumur 13 tahun, masa dimana seorang anak mulai beranjak dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, tidak ada syarat khusus untuk masuk ke sekolah ini, siswa harus lulus sekolah-sekolah dasar atau sederajat, latar belakang
pendidikan siswa sebelum memasuki sebuah
lembaga pendidikan sangat menentukan proses pendidikan selanjutnya. Perbedaan latar belakang ini yang menyebabkan seorang guru mengalami sebuah masalah di lingkungan pendidikan yang baru. Siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak berjumlah 481 siswa yang terdiri dari lulusan SD yaitu 60% dan siswa yang berasal dari lulusan MI 40%. Siswa yang berasal dari MI sebagian besar dari mereka pemahamannya terhadap agama lebih baik dan sudah dapat membaca AlQur'an bila dibandingkan siswa yang berasal dari lulusan sekolah dasar. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 18 Juli 2009). 4. Materi Materi pendidikan agama Islam yang diberikan di SMP diambil dari kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik
66
Indonesia dan ditambah oleh kebijakan sekolah itu sendiri, yang meliputi : a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah SWT. b. Pengalaman, mengkoordinasikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil amalan isi mata peajaran dalam kehidupan seharihari. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 28 Juli 2009). Pengorganisasian
materi
pada
hakekatnya
adalah
kegiatan
mensiasati proses pembelajaran dengan perancang / rekayasa terhadap unsur-unsur instrumen melalui upaya pengorganisasian. Materi itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan terdiri dari perencanaan persatuan waktu dan perencanaan persatuan bahan ajar. Perencanaan persatuan waktu terdiri dari program tahunan dan program semester. Perencanaan persatuan bahan ajar dibuat berdasarkan satu kebutuhan bahan ajar yang disampaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan. Pelaksanaan terdiri dari langkahlangkah pembelajaran di dalam atau di luar kelas, mulai dari pendahuluan, penyajian, dan penutup. Penilaian merupakan proses yang dilakukan terus menerus sejak perencanaan pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan pembelajaran per pertemuan, satuan bahan ajar maupun satuan waktu. Dalam
proses
perancangan
dan
pelaksanaan
pembelajaran
hendaknya diikuti langkah-langkah strategis sesuai dengan prinsip didaktik, antara lain : dari mudah ke sulit, dari sederhana ke kompleks, dan
67
dari konkret ke abstrak. Setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik mengandung nilai-nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari, misalnya mengajarkan materi ibadah yaitu wudhu. Selain keharusan menyiramkan air ke anggota tubuh, di dalamnya juga terkandung nilai-nilai kebersihan. Nilai-nilai inilah yang ditanamkan kepada peserta didik dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam. 5. Metode Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak menggunakan pendekatan ceramah dan diskusi. Pembelajaran dilakukan terpusat pada satu mata pelajaran
yaitu
Pelaksanaannya
sub
mata
berlangsung
pelajaran dengan
pendidikan
teknik
direct
agama method,
Islam. yaitu
pembelajaran secara langsung dengan menggunakan bahasa yang dipahami siswa. (Wawancara dengan guru pendidikan agama Islam pada tanggal 11 Agustus 2009). 6. Waktu Dalam menentukan metode pembelajaran hendaklah seorang guru memperhatikan waktu, sehingga yang digunakan sesuai dengan waktu yang tersedia. Sedangkan waktu yang tersedia dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah 2 jam pelajaran dalam satu minggu (wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 13 Agustus 2009). 7. Sarana Prasarana Sebagai penunjang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak menyediakan
68
sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengajaran. Diantara sarana prasarana yang tersedia adalah gambar, alat peraga, TV, CD film berpendidikan pendidikan agama Islam dan lain-lain. Sedangkan di perpustakaan yang tersedia buku-buku pelajaran pendidikan agama Islam dan majalah-majalah berpendidikan Islam (wawancara dan observasi pda guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 22 Agustus 2009). 8. Evaluasi Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar secara maksimal. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak tidak jauh beda dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu dengan tes tertulis berupa: tes pilihan ganda dan tes uraian/isian. C. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng Mranggen Demak merupakan lembaga pendidikan yang masih dalam taraf perkembangan.ini tentunya masih banyak kekurangan dan problem yang dihadapi dalam proses pelaksanaan belajar mengajar. Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, disampaikan bahwa problematika pengajaran pendidikan agama Islam yang
69
dihadapi di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah sebagai berikut : 1. Faktor Siswa a. Siswa banyak yang belum dapat membaca tulisan Arab dengan baik Dalam mempelajari pendidikan agama Islam hendaklah sudah bisa membaca tulisan Arab yang baik, tetapi siswa di sekolah ini ternyata banyak sekali yang belum bisa mengenal huruf Arab. Siswa yang berasal dari SD sebagian besar belum mampu membaca tulisan Arab, akan tetapi siswa yang berasal dari MI sebagian besar dari mereka sudah bisa membaca tulisan Arab dengan baik. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 26 Agustus 2009). b. Kemampuan siswa yang kurang Siswa yang sekolah di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak sebagian besar berasal dari ekonomi yang rendah dan menengah, dan tingkat kecerdasan mereka tidak terlalu tinggi, sehingga daya tangkap mereka terhadap pelajaran tidak terlalu tinggi dan menjadikan problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 8 September 2009). 2. Faktor Media Pembelajaran Media
pembelajaran
di
SMP
Ky
Ageng
Giri
Kusumo
Banyumeneng, Mranggen, Demak masih belum memadai. Hal ini terlihat dari belum adanya dokumentasi audio visual seperti sejarah perjalanan
70
rasul, sejarah terciptanya manusia (wawancara dengn guru pendidikan agama Islam, tanggal 10 September 2009). Kelengkapan media belajar dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam menunjang proses belajar mengajar pendidikan agama Islam. 3. Faktor Lingkungan Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak pada dasarnya lingkungan sekolah secara formal cukup nyaman / kondusif dalam menyampaikan pelajaran. Akan tetapi siswa masih mempraktekkan pendidikan agama Islam hanya di sekolah saja. Sedangkan di luar jam pelajaran, lingkungan keluarga dan masyarakat belum bisa diharapkan bantuannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 26 September 2009). 4. Faktor Waktu Waktu yang disediakan di sekolah ini untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam sangatlah minim yaitu hanya 2 jam pelajaran. Dalam mempelajari pendidikan agama Islam, waktu 2 jam pelajaran sangatlah kurang, karena materi yang dipelajari sangatlah banyak yang meliputi keimanan, pengamalan, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. (Wawancara dengan
Guru
Pendidikan
Agama Islam pada tanggal 6 Oktober 2009). 5. Faktor Materi Perbedaan yang jauh antara pendidikan agama Islam dan mata pelajaran umum yang lain bahwa materi pendidikan agama Islam
71
mencakup materi Al-Qur'an, keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh/sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Ilmu agama Islam merupakan yang harus diterapkan semenjak kecil, sehingga siswa dapat menekankan kesulitan dalam mempelajarinya. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 24 Oktober 2009). D. Cara Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak 1. Faktor Siswa a. Siswa banyak yang belum dapat membaca tulisan Arab dengan baik Solusi yang dilakukan guru adalah pertama memberikan kegiatan ekstrakurikuler BTQ, solusi ini sangat membantu siswa agar dapat keluar dari permasalahan tersebut, kegiatan ini juga tidak menggangu atau mengurangi waktu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas. Selain itu, kegiatan diberikan khusus untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca tulisan Arab sehingga materi BTQ dapat disesuaikan dengan siswa karena kemampuan siswa yang sudah seragam, solusi ini tepat diberikan tetapi perlu diperhatikan kesediaan murid dalam mengikuti kegiatan ini, mengingat kegiatan ini adalah ekstrakurikuler di luar dari jam sekolah. Solusi kedua mengawali pembelajaran pendidikan agama Islam dengan membaca Al-Qur’an sebelum masuk materi pelajaran, salah satu kelebihan solusi ini adalah dapat memperlancar bacaan sedangkan
72
kekurangannya adalah pada awal permulaan susah diterapkan, karena sebagian siswa belum bisa membaca Al-Qur’an sehingga hanya bisa menyimak saja. Solusi ini kurang efektif untuk diterapkan, jika waktu hanyalah 10 menit, dan hanya satu kali pertemuan dalam satu minggu, terlebih lagi bagi siswa yang belum mengenal huruf Arab, solusi ini juga dapat membosankan siswa karena setiap pertemuan pendidikan agama Islam diawali dengan membaca, terlebih membosankan lagi bagi siswa yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan baik. Solusi ketiga adalah memberikan tugas-tugas khusus untuk membaca tulisan Arab, padahal pemberian tugas terus menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan jika siswa tidak mempunyai orang tua atau orang yang membimbing, maka bagaimanakah dia dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga solusi ini belum memberikan jalan-jalan yang tepat. b. Kemampuan Siswa Kurang Siswa yang kecerdasannya di bawah rata-rata diberikan perhatian dan bimbingan, solusi ini hanyalah sebagai bentuk motivasi kepada siswa tersebut, di samping itu juga diberikan tugas khusus yang tidak terlalu sulit sehingga dapat dipelajari oleh siswa tersebut di rumahnya. Solusi ini kurang tepat diberikan, jika dilihat dari kemampuan siswa
yang
rendah
maka
pemberian
tugas
akan
semakin
membingungkan baginya, belajar di kelas saja yang dibimbing oleh
73
seorang
guru
mengalami
kesulitan,
bagaimanakah
dia
akan
mengerjakan PR-nya jika di rumahnya tidak ada pembimbing. Solusi yang dilakukan di atas yang sudah tepat adalah pemberian kegiatan ekstra kurikuler BTA, sedangkan solusi-solusi yang lain belumlah sepenuhnya bisa
memberikan tepat, dalam
pembelajaran di kelas belum bisa berlangsung dengan maksimal jika pembelaajran disama-ratakan. Hal itu disebabkan karena murid yang berbeda, sebagian siswa belum bisa membaca tulisan Arab dengan baik, ada pula yang memang kecerdasannya yang kurang, tetapi pula yang
memang
kecerdasannya
tinggi.
Akan
tetapi
dalam
pembelajarannya belum ada pengelompokan siswa, seperti contoh dapat memakai strategi power of two yaitu memasangkan siswa yang kemampuannya tinggi dengan kemampuan rendah dengan meminta siswa yang kemampuannya tinggi untuk menerangkan kepada siswa yang kemampuannya rendah, sehingga siswa dituntut untuk bertanya. 2. Faktor Media Pembelajaran Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam adalah dengan memanfaatkan media yang ada. Akan tetapi ini belumlah merupakan solusi, yaitu pembelajaran hanyalah dilakukan dengan papan tulis dan kapur. Akibatnya adalah suasana kelas menjadi membosankan dan tidak menarik. Jika keadaan seperti ini pastilah pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Fungsi media diantaranya adalah menarik minat dan meningkatkan pengertian siswa.
74
Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa dititik tolakkan pada pentingnya penggunaan media tersebut, bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap terbanyak dan tertinggi melalui indera lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui indera dengar, sehingga penggunaan video sangat bermanfaat bagi pembelajaran pendidikan agama Islam. Akan tetapi media-media tersebut belum dapat terpenuhi, sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam belum memaksimalkan indera lihat dan indera dengan siswa. 3. Faktor Lingkungan Solusi yang diambil adalah memberikan tugas belajar kelompok yang materinya adalah percakapan. Percakapan pada dasarnya solusi yang diambil ini sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang Islami. Akan tetapi dalam prakteknya kegiatan belajar kelompok ini tidak cukup efektif dan sulit untuk dilaksanakan, sebab waktu untuk dilaksanakannya sangat terbatas dan hanya dapat dilaksanakan satu atau dua kali saja dalam satu minggu. Tempatpun menjadi kendala, karena letak tempat tinggal siswa yang tidak selalu berdekatan, selain itu juga tidak adanya pembimbing yang memantau kegiatan ini, sehingga solusi ini belum dapat diharapkan hasilnya. 4. Faktor Waktu Waktu yang disediakan di sekolah untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah 2 jam pelajaran, waktu yang sangat minim sekali
75
dalam pembelajaran agama Islam. Waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu tidaklah cukup. Solusi yang dilakukan oleh guru adalah dengan mengoptimalkan waktu yang tersedia. Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam tersebut belumlah cukup, karena materi pendidikan agama Islam yang cukup banyak sehingga guru terlalu tergesa-gesa dalam menyampaikan materi untuk dapat menyelenggarakan batas (tuntutan) kurikulum yang telah ditetapkan meskipun peserta didik belum matang (menguasai materi pelajaran) sudah dipaksakan untuk pindah ke pokok bahasan selanjutnya, sehingga dapat mengakibatkan gagalnya pembelajaran. 5. Faktor Materi Solusi pertama yang ditempuh guru pendidikan agama Islam di SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah merencanakan rancangan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, kemudian menerangkannya kepada siswa dengan jelas disertai dengan contoh-contoh di setiap materi. Solusi yang dapat ditempuh oleh guru pendidikan agama Islam belum adanya penekanan terhadap pengambilan suatu metode, solusi yang dilakukan tersebut hanyalah sebagai persiapan mengajar, belum menjadi solusi problem ini. Solusi kedua memberikan materi yang dapat dipakai siswa untuk belajar secara mandiri. Penerapan solusi ini sesuai dengan keadaan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah ini, karena dilihat dari lingkungan siswa tinggal yang secara umum tidak membantu proses
76
pembelajarannya. Maka jika diberikan materi yang dipakai belajar secara mandiri, siswa dapat mempelajarinya kembali di rumahnya. Akan tetapi bagi siswa yang berkemampuan rendah masih menjadi kendala, walaupun materi yang diberikan adalah materi yang dapat dipakai belajar secara mandiri, tetap saja bagi siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajarinya tanpa adanya pembimbing.
E. Solusi Problematika Pengajaran Pendidikan Agama Islam 1. Faktor Siswa Siswa banyak yang belum dapat membaca tulisan Arab, diberikan tugas-tugas khusus untuk dikerjakan di rumah antara lain untuk membaca tulisan Arab. Pada awal pertemuan guru sering mengawali pelajaran muthola’ah / membaca tulisan Arab selama 10-15 menit sebelum memulai materi pelajaran. Selain itu guru juga menyarankan kepada siswa agar mengikuti TPA di daerah masing-masing. Sekolah juga memberikan solusi problem ini dengan memberikan kegiatan ekstrakurikuler BTQ/BTA bagi siswa yang belum bisa membaca tulisan Arab. (Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam pada tanggal 17 November 2009). 2. Faktor Media Pembelajaran Setiap menyikapi hal tersebut, dapat memaksimalkan media dan sumber pembelajaran yang telah ada sambil berusaha untuk memberikan fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar dengan baik. Salah satu usahanya yang dilakukan SMP Ky Ageng
Giri
Kusumo
Banyumeneng,
Mranggen,
Demak
adalah
77
pembangunan laboratorium audio visual yang tidak lama siap untuk digunakan. (Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak pada tanggal 15 Desember 2009). 3. Faktor Lingkungan Lingkungan adalah faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam, tetapi yang menjadi problema adalah masyarakat Indonesia belum bisa diharapkan bantuannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Maka pemecahannya adalah dengan menciptakan lingkungan homogen, sehingga dapat membantu pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut. Ini dapat diwujudkan dengan menempatkan para siswa di pondok / asrama. Akan tetapi hal ini pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah memberikan tugas belajar kelompok yang diantara materinya adalah percakapan-percakapan yang dapat dipelajari oleh siswa dalam kelompok-kelompok tersebut. 4. Faktor Waktu Waktu yang disediakan di sekolah ini untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah 2 jam pelajaran. Waktu yang sangat minim sekali khususnya pelajaran pendidikan agama Islam, karena materi yang dipelajari adalah emosional, fungsional, dan keteladanan sehingga waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu tidaklah cukup. Solusi yang dilakukan oleh guru adalah dengan mengoptimalkan waktu yang tersedia.
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan pada data-data yang telah dipaparkan pada Bab III, maka pada Bab IV akan dilakukan analisa data tentang problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai berikut: A. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Mendasarkan pada hasil penelitian penulis paparkan bahwa tujuan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam memakai maka akan memberikan suatu perbedaan dan tekanan pada masing-masing mata pelajaran
lain.
Implikasinya
berdampak
pada
pemilihan
metode
pembelajaran yang hendak digunakan guru dalam penyampaian materi setiap mata pelajaran. Adapun tujuan dari pembelajaran pendidikan agama Islam dalam setiap tingkat sekolah akan memberikan tujuan, antara lain: dapat mencetak peserta didik agar lebih giat dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam, membuat setiap peserta didik mampu meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dan penanaman keimanan serta ketakwaan, ketauhidan. Disamping itu, guru hendaklah mampu melihat berbagai perbedaan dan membawa kepada pemilihan metode yang dianggap paling tepat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sehingga para siswa dalam suatu tingkat pendidikan dapat menerima secara jelas dan memotivasi agar lebih giat.
78
79
2. Kualifikasi Guru Salah satu cara guru yang mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen,
Demak.
Berdasarkan
tingkat
kualifikasi,
guru
dalam
menyampaikan pembelajaran ditinjau dari tingkat profesional, kreatifitas dalam menyampaikan materi dan karakteristik perseorangan. Adapun penjelasan dari tingkat kualifikasi guru, penulis paparkan, sebagai berikut: (1) tingkat profesional, dalam hal ini berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang diampu khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam, (2) tingkat kreatifitas, guru dituntut harus bisa memberi motivasi dan semangat pada peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik dapat memahami segala yang telah disampaikan oleh guru, (3) tingkat karakteristik, menunjuk pada sifat atau watak dari masing-masing guru sehingga peserta didik harus bisa memahami agar dapat menerima segala hal yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pada hasil penelitian guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusomo adalah Bapak H. Jafar Shodiq, S.Ag, Bapak Hayin Fuad, S.Ag dan Bapak Asmuni Irfan, S.Sos. Beliau mengajar sudah 2 tahun, dan untuk tahun ajaran 2009 / 2010 beliau mengajar kelas VII, VIII, dan IX. Latar belakang pendidikan terakhir guru, dua diantaranya adalah lulusan Sarjana Tarbiyah Pendidikan Agama Islam sedangkan satu guru lulusan sarjana sosial. Ketiga guru tersebut mampu menguasai pendidikan agama Islam baik secara lisan
80
maupun tulisan, baik dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Selain beliau memberikan bimbingan dan pembelajaran pendidikan agama Islam juga memberikan motivasi siswa untuk meningkatkan kreatifitas berfikir dalam memecahkan suatu masalah dengan cara merangsang siswa melalui pertanyaan-pertanyaan, pancingan, dan hasil jawaban siswa guru memberikan pujian, dorongan dan pandangan simpatik atas prestasi siswa tersebut. 3. Siswa Melihat peran siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak dalam mengikuti pembelajaran tingkat kemampuan, motivasi dan perhatian terhadap pengajaran Pendidikan Agama Islam masih kurang. Ditinjau dari usia rata-rata siswa berumur 13 tahun, akan menimbulkan perbedaan latar belakang yang menyebabkan seorang guru mengalami sebuah masalah di lingkungan pendidikan yang baru. Siswa SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak berjumlah 481 siswa yang terdiri dari lulusan SD yaitu 60% dan siswa yang berasal dari lulusan MI 40%. Siswa yang berasal dari MI sebagian besar dari mereka pemahamannya terhadap agama lebih baik dan sudah dapat membaca Al-Qur'an bila dibandingkan siswa yang berasal dari lulusan sekolah dasar. Menurut pendapat penulis untuk meningkatkan kemampuan, aktifitas dan perhatian dalam mengikuti pengajaran pendidikan agama Islam, para siswa dituntut untuk lebih mendalami di luar lingkungan
81
sekolah khususnya dengan pendalaman seperti: di TPA, TPQ, dan lainlain. 4. Materi Materi pendidikan agama Islam yang diberikan di SMP mendasarkan pada kurikulum yang dikeluarkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia dan ditambah oleh kebijakan sekolah itu sendiri, yang meliputi: a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentasng adanya Allah SWT. b. Pengalaman, mengkoordinasikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil amalan isi mata pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pengorganisasian
materi
pada
hakekatnya
adalah
kegiatan
perencanaan dan penerapan pelaksanaan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Mensiasati proses pembelajaran dengan perancangan terhadap unsur-unsur instrumen melalui upaya pengorganisasian suatu penentuan pemahaman. Materi dalam hal ini mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan terdiri dari perencanaan persatuan waktu dan perencanaan persatuan bahan ajar. Perencanaan persatuan waktu terdiri dari program tahunan dan program semester. Perencanaan persatuan bahan ajar dibuat berdasarkan satu kebutuhan bahan ajar yang disampaikan dalam satu atau beberapa kali
82
pertemuan. Pelaksanaan terdiri dari langkah-langkah pembelajaran di dalam atau di luar kelas, mulai dari pendahuluan, penyajian dan penutup. Penilaian merupakan proses yang dilakukan terus menerus sejak perencanaan pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan pembelajaran per pertemuan, satuan bahan ajar maupun satuan waktu. 5. Metode Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak menggunakan pendekatan ceramah dan diskusi. Pembelajaran dilakukan terpusat pada satu mata pelajaran yaitu sub mata pelajaran pendidikan agama Islam yang disampaikan terlalu rumit sedangkan alokasi waktu kurang. Untuk metode yang digunakan dalam penyampaian materi pelajaran adalah ceramah, diskusi dan direct method (bertatap muka secara langsung). Adapun maksud dari penggunaan ketiga metode tersebut untuk memudahkan
dan
meningkatkan
pemahaman
siswa
serta
dalam
penyampaian materi sesuai target. 6. Waktu Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Apabila menyesuaikan waktu jam pelajaran penyampaian materi kurang lengkap, sehingga perlu adanya tambahan waktu di luar jam pelajaran.
83
7. Sarana Prasarana Sebagai penunjang pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengajaran. Diantara sarana prasarana yang tersedia adalah gambar, alat peraga, TV, CD film berpendidikan pendidikan agama Islam dan lain-lain. Sedangkan di perpustakaan yang tersedia buku-buku pelajaran pendidikan agama Islam dan majalah-majalah berpendidikan Islam. Mengkaitkan dengan adanya penyediaan sarana prasarana, penulis berpendapat bahwa guru dan siswa tidak secara aktif menggunakan. Sehingga pelajaran yang diberikan selama di sekolah seolah-olah bersifat monoton dan siswa merasa enggan untuk mengikuti proses pembelajaran. 8. Evaluasi Evaluasi
digunakan
untuk
memperoleh
informasi
tentang
pencapaian tujuan penguasaan bahan oleh peserta didik. Dimana evaluasi untuk menentukan para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga peserta didik dapat menguasai bahan belajar secara maksimal. Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak tidak jauh beda dengan sekolah-sekolah lainnya yaitu dengan tes tertulis. Bentuk dari tes tertulis tersebut berupa tes pilihan ganda dan uraian yang diberikan setiap kali materi pembelajaran tuntas.
84
B. Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng Mranggen Demak merupakan lembaga pendidikan yang masih dalam taraf penembangan.ini tentunya masih banyak kekurangan dan problem yang di hadapi dalam proses pelaksanan belajar mengajar. Adapun problematika dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak: 1. Siswa banyak yang belum dapat membaca tulisan Arab dengan baik Dalam mempelajari pendidikan agama Islam hendaklah sudah bisa membaca tulisan Arab dengan baik, karena dapat membaca tulisan Arab merupakan syarat agar dapat mempelajari pendidikan agama Islam. Akan tetapi siswa SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak sebagian besar mereka belum bisa membaca tulisan Arab sehingga menjadi problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. 2. Kemampuan siswa yang kurang Siswa yang sekolah di SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak tersebut sebagian besar berasal dari ekonomi yang rendah dan menengah, dan tingkat kecerdasan mereka tidak terlalu tinggi, sehingga daya tangkap mereka terhadap pelajaran tidak terlalu tinggi sehingga menjadikan problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Siswa merupakan faktor yang paling penting, karena tanpa adanya faktor tersebut pendidikan tidak dapat digantikan dengan faktor lain
85
sehingga kecerdasan siswa sebagai yang dibimbing menjadi hal yang tepat. 3. Faktor Media Pembelajaran Media dan sumber pembelajaran di SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak masih belum memadai. Hal ini terlihat belum adanya dokumentasi, audio visual seperti sejarah perjalanan para rosul, sejarah terciptanya manusia seperti yang sudah diterbitkan oleh Harun Yahya. Media adalah faktor yang sangat penting bagi tercapainya tujuan
pembelajaran
sehingga
kurangnya
media
pembelajaran
menimbulkan problem dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. 4. Faktor Lingkungan Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, pada dasarnya lingkungan sekolah secara formal cukup nyaman atau kondusif dalam menyampaikan pelajaran, akan tetapi masalah disini adalah siswa hanya dapat mempraktekkan pendidikan agama Islam di sekolah saja, sedangkan di luar jam pelajaran lingkungan keluarga dan masyarakat belum bisa diharapkan bantuannya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Lingkungan yang dibutuhkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam adalah lingkungan yang homogen seperti lingkungan keluarga, dimana lingkungan tersebut menunjang dalam praktek pelakasanaan nilainilai Islam. 5. Faktor Waktu Waktu yang disediakan ini untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam sangatlah minim hanya 2 jam pelajaran. Dalam mempelajari agama Islam waktu 2 jam pelajaran sangatlah kurang, karena materi yang
86
dipelajari sangatlah banyak meliputi : keimanan, pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. Pembelajaran agama Islam pada umunya membutuhkan waktu yang cukup banyak, sehingga dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dibutuhkan waktu yang lebih dari 2 jam pelajaran. 6. Faktor Materi Perbedaan yang jauh antara pendidikan agama Islam dengan mata pelajaran lain adalah bahwa materi agama Islam merupakan materi keyakinan hidup manusia artinya konsep pendidikan agama menekankan pada etika kepada pencipta dan muamallah kepada manusia, sehingga menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mempelajarinya. Problem ini berbeda dengan pembelajaran pada umunya, karena pendidikan agama Islam merupakan kenyakinan hidup manusia. C. Cara Mengatasi dan Solusi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak 1. Faktor Siswa a. Siswa banyak yang belum dapat membaca tulisan Arab dengan baik Solusi yang dilakukan guru adalah pertama memberikan kegiatan ekstrakurikuler BTQ, solusi ini sangat membantu siswa agar dapat keluar dari permasalahan tersebut, kegiatan ini juga tidak menggangu atau mengurangi waktu dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di kelas. Disamping itu, kegiatan diberikan khusus untuk
87
siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca tulisan Arab sehingga materi BTQ dapat disesuaikan dengan siswa karena kemampuan siswa yang sudah seragam, solusi ini tepat diberikan tetapi perlu diperhatikan kesediaan murid dalam mengikuti kegiatan ini, mengingat kegiatan ini adalah ekstrakurikuler di luar dari jam sekolah. Solusi kedua mengawali pembelajaran pendidikan agama Islam dengan membaca Al-Qur’an sebelum masuk materi pelajaran, salah satu kelebihan solusi ini adalah dapat memperlancar bacaan sedangkan kekurangannya adalah pada awal permulaan susah diterapkan, karena sebagian siswa belum bisa membaca Al-Qur’an sehingga hanya bisa menyimak saja. Solusi ini kurang efektif untuk diterapkan, jika waktu hanyalah 10 menit, dan hanya satu kali pertemuan dalam satu minggu, terlebih lagi bagi siswa yang belum mengenal huruf Arab, solusi ini juga dapat membosankan siswa karena setiap pertemuan pendidikan agama Islam diawali dengan membaca, terlebih membosankan lagi bagi siswa yang sudah bisa membaca tulisan Arab dengan baik. Solusi ketiga adalah memberikan tugas-tugas khusus untuk membaca tulisan Arab, padahal pemberian tugas terus menerus dapat mengakibatkan kebosanan dan jika siswa tidak mempunyai orang tua atau orang yang membimbing, maka bagaimanakah dia dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga solusi ini belum memberikan jalan-jalan yang tepat.
88
b. Kemampuan Siswa Kurang Siswa yang kecerdasannya di bawah rata-rata diberikan perhatian dan bimbingan, solusi ini hanyalah sebagai bentuk motivasi kepada siswa tersebut. Disamping itu, juga diberikan tugas khusus yang tidak terlalu sulit sehingga dapat dipelajari oleh siswa tersebut di rumahnya. Solusi ini kurang tepat diberikan, jika dilihat dari kemampuan siswa
yang
rendah
maka
pemberian
tugas
akan
semakin
membingungkan baginya, belajar di kelas saja yang dibimbing oleh seorang
guru
mengalami
kesulitan,
bagaimanakah
dia
akan
mengerjakan PRnya jika di rumahnya tidak ada pembimbing. Solusi yang dilakukan di atas yang sudah tepat adalah pemberian kegiatan ekstra kurikuler BTA, sedangkan solusi-solusi yang lain belumlah sepenuhnya bisa
memberikan tepat, dalam
pembelajaran di kelas belum bisa berlangsung dengan maksimal jika pembelajaran disama-ratakan. Hal itu disebabkan karena murid yang berbeda, sebagian siswa belum bisa membaca tulisan Arab dengan baik, ada pula yang memang kecerdasannya yang kurang, tetapi pula yang
memang
kecerdasannya
tinggi.
Akan
tetapi
dalam
pembelajarannya belum ada pengelompokan siswa, seperti contoh dapat memakai strategi power of two yaitu memasangkan siswa yang kemampuannya tinggi dengan kemampuan rendah dengan meminta siswa yang kemampuannya tinggi untuk menerangkan kepada siswa yang kemampuannya rendah, sehingga siswa dituntut untuk bertanya.
89
2. Faktor Media Pembelajaran Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam adalah dengan memanfaatkan media yang ada. Akan tetapi ini belumlah merupakan solusi, yaitu pembelajaran hanyalah dilakukan dengan papan tulis dan kapur. Akibatnya adalah suasana kelas menjadi membosankan dan tidak menarik. Jika keadaan seperti ini pastilah pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Fungsi media diantaranya adalah menarik minat dan meningkatkan pengertian siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa dititik tolakkan pada pentingnya penggunaan media tersebut, bahwa totalitas persentase banyaknya ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap terbanyak dan tertinggi melalui indera lihat dan pengalaman langsung melakukan sendiri. Sedangkan selebihnya melalui indera dengar, sehingga penggunaan video sangat bermanfaat bagi pembelajaran pendidikan agama Islam. Akan tetapi media-media tersebut belum dapat terpenuhi, sehingga pembelajaran pendidikan agama Islam belum memaksimalkan indera lihat dan indera dengan siswa. 3. Faktor Lingkungan Solusi yang diambil adalah memberikan tugas belajar kelompok yang materinya adalah percakapan. Percakapan pada dasarnya solusi yang diambil ini sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan yang Islami. Akan tetapi dalam prakteknya kegiatan belajar kelompok ini tidak cukup efektif dan sulit untuk dilaksanakan, sebab waktu untuk dilaksanakannya
90
sangat terbatas dan hanya dapat dilaksanakan satu atau dua kali saja dalam satu minggu. Tempatpun menjadi kendala, karena letak tempat tinggal siswa yang tidak selalu berdekatan, selain itu juga tidak adanya pembimbing yang memantau kegiatan ini, sehingga solusi ini belum dapat diharapkan hasilnya. 4. Faktor Waktu Waktu yang disediakan di sekolah untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah 2 jam pelaajran, waktu yang sangat minim sekali dalam pembelajaran agama Islam. Waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu tidaklah cukup. Solusi yang dilakukan oleh guru adalah dengan mengoptimalkan waktu yang tersedia. Solusi yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam tersebut belumlah cukup, karena materi pendidikan agama Islam yang cukup banyak sehingga guru terlalu tergesa-gesa dalam menyampaikan materi untuk dapat menyelenggarakan batas (tuntutan) kurikulum yang telah ditetapkan meskipun peserta didik belum matang (menguasai materi pelajaran) sudah dipaksakan untuk pindah ke pokok bahasan selanjutnya, sehingga dapat mengakibatkan gagalnya pembelajaran. 5. Faktor Materi Solusi pertama yang ditempuh guru pendidikan agama Islam di SMP Ky. Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak adalah merencanakan rancangan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, kemudian menerangkannya kepada siswa dengan jelas disertai dengan contoh-contoh
91
di setiap materi. Solusi yang dapat ditempuh oleh guru pendidikan agama Islam belum adanya penekanan terhadap pengambilan suatu metode, solusi yang dilakukan tersebut hanyalah sebagai persiapan mengajar, belum menjadi solusi problem ini. Solusi kedua memberikan materi yang dapat dipakai siswa untuk belajar secara mandiri. Penerapan solusi ini sesuai dengan keadaan pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah ini, karena dilihat dari lingkungan siswa tinggal yang secara umum tidak membantu proses pembelajarannya. Maka jika diberikan materi yang dipakai belajar secara mandiri, siswa dapat mempelajarinya kembali di rumahnya. Akan tetapi bagi siswa yang berkemampuan rendah masih menjadi kendala, walaupun materi yang diberikan adalah materi yang dapat dipakai belajar secara mandiri, tetap saja bagi siswa tersebut mengalami kesulitan dalam mempelajarinya tanpa adanya pembimbing.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dan pembahasan mengenai problematika pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a. Tujuan pembelajaran, untuk menanamkan keimanan dan ketakwaan serta mengamalkan terhadap siswa dalam kehidupan sehari-hari. b. Kualifikasi guru, ditinjau dari profesional, karakteristik dan kreativitas terhadap penyampaian materi. c. Siswa, didasarkan pada kemampuan, perhatian dan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. d. Materi,
mendasarkan
pada
kurikulum
dari
Depag
RI
yang
pengembangannya berupa: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. e. Metode, penyampaian pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan direct method. f. Waktu, adanya keterbatasan waktu dalam penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. g. Sarana prasarana, guru dan siswa tidak memanfaatkan dalam proses belajar
mengajar
sehingga
menggunakan metode lama. 92
langkah
apa
digunakan
kadang
93
h. Evaluasi, siswa diberikan evaluasi dalam bentuk tertulis oleh guru setiap kali materi pembelajaran selesai (sesuai dengan rencana dan pelaksanaan pengajaran). 2. Problem yang dihadapi dalam pengajaran bidang studi pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak : a. Siswa masih banyak yang belum dapat membaca Arab dengan baik. b. Kemampuan siswa dalam memahami pendidikan agama Islam kurang, seperti
memaknai
hadis
ataupun
Al-Qur’an
mengartikan
dan
mengamalkan. c. Media pembelajaran pendidikan agama Islam kurang lengkap. d. Minimnya dukungan masyarakat terhadap pendidikan agama Islam. e. Waktu pendidikan agama Islam sedikit karena tidak memenuhi kapasitas materi pendidikan agama Islam. f. Mata pelajaran pendidikan agama Islam tidak disampaikan dengan dasar-dasar yang kuat sehingga materi yang diberikan menimbulkan kesulitan siswa untuk mempelajari. 3. Cara mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Ky Ageng Giri Kusumo Banyumeneng, Mranggen, Demak : a. Memberikan tambahan jam pelajaran untuk membaca bahasa Arab. b. Memberi kesempatan agar siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar pendidikan agama Islam. c. Membina hubungan dengan masyarakat agar lebih baik seperti mengadakan acara keagamaan dengan mengundang tokoh-tokoh masyarakat sekitar.
94
d. Membagi jam pelajaran agama dengan tepat. e. Membuat konsep mengajar yang efisien dan metode yang lebih tepat.
B. Saran 1. Untuk Kepala Sekolah a. Menambah sarana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar. b. Memberikan tambahan untuk pendidikan agama Islam, ataupun memberikan kegiatan ekstrakurikuler. 2. Untuk Guru a. Untuk meningkatkan profesinya dan mengefektifkan penggunaan metode
mengajar,
hendaknya
mempelajari
buku-buku
tentang
pengajaran yang fungsinya untuk memperluas cakrawala berfikir dan mengembangkan dalam proses belajar mengajar, sehingga tujuan belajar mengajar dapat tercapai. b. Pembuatan dan penggunaan media, media sederhana yang telah dipersiapkan akan sangat bermanfaat dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, karena dengan media dapat menarik minat siswa, meningkatkan pengertian siswa dan memudahkan, menafsirkan kata, contoh media sederhana yang cukup membantu adalah kepingan/ potongan kertas ”strip stroy” papan kantong, stick, figures dan lainlain. c. Guru perlu menyusun materi sendiri yang dapat menerangkan dari buku lain sehingga mencakup seluruh materi pelajaran pendidikan agama Islam sehingga penerapan materi di sekolah benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa dan media yang tersedia.
95
3. Untuk Siswa a. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. b. Mengikuti kegiatan ekstrakurikuler agar dapat membaca tulisan Arab dengan baik. c. Belajar secara kontinue (rutin) dan tidak segan-segan untuk bertanya serta jangan belajar bila ada ujian saja. C. Penutup Dengan mengucapkan Alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis diberi kemampuan dan kekuatan untuk menyelesaikan tugas akhir studi dalam menyusun skripsi ini. Segala upaya telah penulis lakukan demi sempurnanya skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tak lepas dari terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu apapun wujud dari kekurangan itu penulis mengaharap kritik dan saran yang kondusif dari siapapun. Akhirnya penulis hanya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan bagi siapa saja yang membaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Gafar, Irpan dan Jamil, Muhammad B.M. 2003. Re-Formulasi Rancangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Arifin. 1991. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang Burnadib, Imam Sutari. 1984. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Jakarta: Bina Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. 1997. Jakarta: Rineka Cipta. Ghofir, Abdul, dkk. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik, 1, 2, 3. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marimba. 1989. Pengantar Filsft Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif J. Moleong, Lexy. 1995. Metode Penelitian Kualittif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhaimin. 2003. Paradigma Pengertian Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Namsa, Yunus. 2000. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus. Nasution. 1995. Didaktik Asas-asas Mengajar Dalam Kredit Semester. Jakarta: Bina Aksara. Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya Samana. 1994. Profesionlisme Keguruan, Yogykrta: Kanisius. Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. _______. 1991. Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bina Aksara. Sukan, Darrumuji. 2004. Metodologi Petunjuk Praktis untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Jakarta: Maha Putra Adi Daya. Syammil. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Syamil Cipta Media. Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Sisdiknas No. 2 tahun 1989: Bab II pasal 12 Armas Duta Jaya. ___________ a. Sisdiknas No. 2 tahun 1989: Bab II pasal 4 Armas Duta Jaya. ___________ b. Sisdiknas No. 2 tahun 1989: Pendidikan Nasional. Armas Duta Jaya. Kementarian Pendidikan RI. 2009 (http://www.google.com/ tujuan pengajaran tingkat SMP.htm) diakses 2 Maret 2009. Pembelajaran (http://sabri23.tripod.cash/tugasans.htm) Pengajaran (http://sabri23.tripod.cash/tugasans.htm)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: FARIDATUN NAHDLIYAH
Tempat / Tanggal Lahir
: Demak, 02 September 1986
Alamat
: Karang Gawang, Sidokumpul, Guntur, Demak.
Nama Ayah
: Muh. Rochim
Riwayat Pendidikan : 1. RA Nurul Huda, lulus tahun 1993. 2. MI Nurul Huda, lulus tahun 1999. 3. MTs Negeri Candisari Mranggen, lulus tahun 2002. 4. SMA Ky. Ageng Giri Kusumo Mranggen, lulus tahun 2005. 5. D-II STAIN Salatiga, lulus tahun 2007. 6. S-1 STAIN Salatiga, lulus tahun 2010.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 09 Februari 2010 Penulis,
Faridatun Nahdliyah