ISSN 0216 - 3128
154
Frida Iswinning Diah, dkk.
RANCANG BANGUN SISTEM PENGATUR PROSES IRADIASI LATEKS MESIN BERKAS ELEKTRON 300 keV/20 mA BERBASIS MIKROKONTROLER Frida Iswinning Diah, Saminto, Eko Priyono, Slamet Santosa Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan – BATAN, Email:
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM PENGATUR PROSES IRADIASI LATEKS MESIN BERKAS ELEKTRON 300 keV/20 mA BERBASIS MIKROKONTROLER. Sistem pengatur proses iradiasi bejana lateks telah berhasil dibuat dengan berbasis mikrokontroler. Sistem ini terdiri dari rangkaian input, pemroses dan rangkaian output. Rangkaian input terdiri atas limit switch, rangkaian sensor level lateks dan sebagai pewaktu proses iradiasi digunakan modul timer. Mikrokontroler yang digunakan ATMega8535, sedangkan untuk rangkaian output yang digunakan adalah relay mekanik dan solid state relay. Keseluruhan komponen diintegrasikan menjadi satu dan disimulasikan dengan menggunakan lampu sebagai indikator output. Dari hasil simulasi diperoleh bahwa sistem pengatur proses iradiasi siap digunakan untuk mendukung komponen utama MBE 300 keV/20 mA untuk industri lateks. Kata kunci : rancang bangun, bejana iradiasi, sistem pengatur, mikrokontroller
ABSTRACT DESIGN AND CONSTRUCTION CONTROL SYSTEM OF IRRADIATION PROCESS OF 300 keV/20 mA ELECTRON BEAM MACHINE BASE ON MICROCONTROLLER. Irradiation process control system of latex vessels has been done which is consist of input component, microcontroller, and output component. Input component consist of limit switch, lateks level sensor, irradiation timer, and for microcontroller used IC ATMega8535. The output component consist of relay and solid state relay. All of component integrated and simulated together with lamp for output indicator to substitute mechanichal component of irradiation process. From simulated it is known that control system irradiation process has been already used for supporting main component of 300 keV/20 mA electron beam machine. Key words: design construction, irradiation vessels, control system, microcontroller
PENDAHULUAN
B
ejana iradiasi adalah salah satu sistem pendukung pada aplikasi Mesin Berkas Elektron (MBE) 300 keV/20 mA untuk vulkanisasi lateks yang digunakan sebagai wadah penampung lateks yang akan diiradiasi. Pada penelitian sebelumnya telah berhasil dilakukan perancangan hardware (perangkat keras) dan software (perangkat lunak) yang akan digunakan untuk mengendalikan proses iradiasi. Pada perancangan tersebut dapat diperoleh suatu sistem kendali yang handal. Sebagai tindak lanjut dari penelitian sebelumnya maka dilakukan rancang bangun sistem untuk mengetahui tingkat kehandalan sistem yang akan digunakan. Sistem kendali yang telah dirancang terdiri dari rangkaian input (masukan), rangkaian output (keluaran), modul mikrokontroler, dan software pengendali berbasis bahasa C.
Rangkaian input terdiri atas rangkaian sensor level, rangkaian interface (antarmuka), komponen limit switch(saklar), dan komponen timer(pewaktu). Sebagai otak dari sistem kendali digunakan mikrokontroler ATMega8535 yang mengatur input dan output dalam proses iradiasi. Sedangkan untuk rangkaian output terdiri dari beberapa komponen relay (kontaktor) dan Solid State Relay (SSR) sebagai komponen penghubung antara komponen elektrik dengan komponen mekanik. Perancangan dengan menggunakan komponen-komponen tersebut disusun berdasarkan pertimbangan proses iradiasi yang akan dikendalikan. Dimana alur proses iradiasi ditentukan berdasarkan spesifikasi MBE yang digunakan yaitu 300 keV/20 mA dan untuk wadah lateksnya digunakan 2 bejana yang digerakkan ke depan dan ke belakang untuk diiradiasi secara bergantian. Ilustrasi proses iradiasi disajikan pada Gambar 1.
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
Gambar 1. Ilustrasi proses iradiasi pada bejana iradiasi lateks MBE 300 keV/20 mA[1]
Gambar 2. Flowchart kendali proses iradiasi.[1]
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
155
156
ISSN 0216 - 3128
Dari penelitian sebelumnya, proses Iradiasi yang akan dikendalikan memiliki alur proses seperti tampak pada Gambar 2. Dari alur tersebut, selanjutnya ditentukan beberapa komponenkomponen mekanik yang diperlukan dalam proses iradiasi lateks. Yang pertama adalah komponen untuk menggerakkan bejana iradiasi dengan menggunakan penggerak pneumatik. Selanjutnya untuk proses pengisian dan pembuangan cairan lateks digunakan 4 solenoid valve(katup selenoid) yang terdiri dari 2 selenoid valve untuk pengisian dan 2 selenoid valve untuk pembuangan. Proses pemerataan dosis pada lateks yang diiradiasi digunakan baling-baling yang digerakkan oleh motor AC. Dari komponen mekanik dan elektrik yang telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah terlebih dahulu dilakukan simulasi untuk menguji kehandalan sistem yang telah dibuat, sebelum nantinya komponen elektrik dirangkai pada komponen mekanik.
Frida Iswinning Diah, dkk.
TATA KERJA Dalam proses rancang bangun, metodologi yang dilakukan antara lain merangkai komponen per bagian dan diuji coba masukan dan keluarannya, penyusunan software kendali, merangkai semua bagian menjadi satu kesatuan dan yang terakhir adalah simulasi untuk memastikan bahwa seluruh bagian bekerja sesuai dengan desain detail yang telah dibuat.
Perancangan Kendali Berbasis Mikrokontroler
Proses
Iradiasi
Pada sistem yang telah dirangkai terdapat beberapa perubahan dari rancangan sebelumnya. Yaitu penggantian rangkaian sensor level dan motor penggerak bejana yang diganti menggunakan sistem pneumatik. Gambar 3 menunjukkan gambar diagram blok dari rangkaian kendali yang telah dirancang pada penelitian sebelumnya. Dari diagram blok tersebut dibagi menjadi beberapa rangkaian detail. Yang pertama adalah rangkaian sensor level, dengan gambar detailnya disajikan pada Gambar 4.
Gambar 3. Diagram Blok Sistem Kendali Proses Iradiasi.
Gambar 4. Rangkaian Sensor Level Lateks.[2]
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
Pada Gambar 4 komponen utama dari sistem ini meliputi 1N4011 Quad NAND gate dan 3 gerbang yaitu G1, G2, dan G3. G1 digunakan sebagai inverter (kedua inputnya dihubungkan), sedangkan G2 dan G3 sebagai RS flip-flop. Sedangkan sensor levelnya dapat digunakan tembaga atau logam stainless steel. Prinsip kerjanya adalah ketika tidak ada air pada tangki, trigger sensor mengambang dan input G1 adalah high oleh pull-up resistor sehingga output dari G1 low. Kemudian menyebabkan output G2 high, yang mengaktifkan Q1 yang mengaktifkan relay untuk menyalakan pompa. Pada kondisi ini, kedua input G3 high, sehingga outputnya low. Cairan pada tangki semakin meningkat sampai dengan menyentuh trigger sensor dimana input G1 terhubung dengan ground, sehingga output G1 menjadi high. Hal ini tidak menyebabkan perubahan pada output G2, walaupun pada saat itu input-an G2 yang lain (yang asalnya dari G3) masih low. Oleh karena itu pada kondisi ini pompa masih terus mengisi tangki dengan cairan. Pada saat level cairan menyentuh threshold sensor, pin 9 pada input G3 menjadi low, menyebabkan output dari G3
157
menjadi high. Ini artinya bahwa kedua input G2 sekarang pada kondisi high, menyebabkan output G2 menjadi low. Sehingga mematikan Q1 yang menyebabkan relay kehilangan catu daya dan mematikan pompa. Ketika level cairan menjadi dibawah trigger sensor, input G1 high kembali, menyebabkan output G1 menjadi low. Kondisi ini mengidupkan kembali pompa cairan dan siklus kembali berulang. Dalam uji coba rangkaian yang telah dibuat dengan menggunakan multimeter digital diperoleh data disajikan pada Tabel 1. Input yang lain berasal dari limit switch yang diletakkan pada sisi bejana. Limit switch ini ketika tertekan, memberikan sinyal pada mikrokontroler untuk mengaktifkan timer(pewaktu) proses iradiasi. Sehingga waktu iradiasi pun mulai dihitung mundur. Ketika waktu iradiasi telah habis, komponen timer memberikan sinyal input pada mikrokontroler agar pneumatik memanjang atau memendek untuk menggeser bejana ke depan atau kebelakang untuk mengiradiasi lateks pada bejana yang lain. Modul timer yang digunakan disajikan pada Gambar 5.
Tabel 1. Uji fungsi rangkaian sensor level. Langkah Pencelupan
Common Sensor
Trigger Sensor
Threshold Sensor
LED
Tegangan Output
1
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Nyala
5.14 V
2
Tercelup
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Nyala
5.14 V
3
Tercelup
Tercelup
Tidak tercelup
Nyala
5.14 V
4
Tercelup
Tercelup
Tercelup
Mati
0V
5
Tercelup
Tercelup
Tidak tercelup
Mati
0V
6
Tercelup
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Nyala
5.14 V
7
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Tidak tercelup
Nyala
5.14 V
Gambar 5. Modul Timer.
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
158
ISSN 0216 - 3128
Frida Iswinning Diah, dkk.
Gambar 6. Rangkaian Interface.[3]
Rangkaian interface yang menghubungkan rangkaian input ke pin mikrokontroler disajikan pada Gambar 6. Prinsip dasar rangkaian ini terdapat pada komponen IC 74HC244 yang terdiri dari 4 schmitt trigger yang mempunyai fungsi mengurangi efek switch bounches. Efek switch bounces biasa terjadi ketika sebuah switch (saklar) digunakan sebagai input secara langsung ke mikrokontroler. Pada saat saklar ditutup atau dihubungkan, saklar memantul (switch bounces) atau dengan kata lain membuka dan menutup dalam range waktu 30 ms. Range waktu ini memang sangat singkat bagi pengamat, tetapi tidak bagi mikrokontroler. Sebagai salah satu contohnya mikrokontroler 8051 dengan clock 12 MHz memiliki waktu eksekusi 1 us per bit akan membaca saklar membuka dan menutup berulang kali. Hal ini akan dapat mengakibatkan kesalahan
dalam eksekusi program. Penjelasan secara gambar disajikan pada Gambar 7. Efek switch bounches dapat diatasi dengan rangkaian switch debouncing (anti pentalan kontak saklar) seperti yang disajikan pada Gambar 8 dengan penjelasan sebagai berikut : pada saat saklar ditutup, tegangan kapasitor 0 V dan pada kondisi yang sama akan terjadi pentalan kontak saklar (switch bounches) selama kurang lebih 30 ms. Pada kondisi pentalan kontak saklar (switch bounches) membuka, kapasitor akan terisi hingga 5 V dan tegangannya tidak pernah melebihi tegangan referensi dari schmitt trigger sehingga keluarannya adalah LOW dan pantulan saklar tidak akan terbaca pada kaki port. Ketika saklar dibuka, kapasitor memiliki cukup waktu untuk mengisi sampai dengan tegangan referensi trigger, dimana pada saat output trigger HIGH keluaran dapat terlihat pada kaki port.
Gambar 7. Efek switch bounches.[3]
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
159
Gambar 8. Rangkaian switch debouncing.[3]
Setelah diuji coba dengan diukur menggunakan multimeter digital, dihasilkan data seperti tampak pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil uji fungsi rangkaian interface. PIN 0 1 2 3 4 5 6 7
INPUT 5.15 V 5.15 V 5.15 V 0V 0V 0V 5.15 V 5.15 V
OUTPUT 0.097 0.097 0.097 6.2 6.17 5.94 0.095 0.095
Sebagai otak pengendali semua proses digunakan mikrokontroler AVR ATMega8535 buatan Atmel. ATMega8535 memiliki fitur yang cukup lengkap, mulai dari kapasitas memori program dan memori data yang cukup besar, interupsi, timer/counter, PWM, USART, TWI, analog comparator, EEPROM Internal dan juga ADC internal semuanya ada dalam ATMega8535. Selain itu kemampuan kecepatan eksekusi yang lebih tinggi menjadi alasan bagi banyak orang untuk beralih dan lebih memilih menggunakan mikrokontroler jenis AVR ketimbang mikrokontroler pendahulunya yaitu keluarga MCS-51. Sebagai rangkaian pendukung IC ATMega8535 digunakan sistem minimum yang disajikan pada Gambar 9.[4]
Gambar 9. Sistem Minimum Mikrokontroler ATMega8535.[4] Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
160
Sedangkan untuk memprogram mikrokontroler ini digunakan bahasa C yang merupakan bahasa pemrograman level tinggi dan relatif lebih mudah untuk dipelajari. Kompiler yang digunakan untuk pemrograman adalah Code VisionAVR yang dapat didownload secara gratis di http://www. hpinfotech.ro. [4] Dalam rancang bangun ini pin ATMega8535 yang digunakan 16 buah, 8 pin untuk input dan 8 pin untuk output. Rincian pin yang digunakan dan beserta fungsinya disajikan pada Tabel 3. Kemudian sebagai penghubung antara output dari mikrokontroler dengan komponen mekanik yang berupa selenoid valve, pneumatik dan motor AC pengaduk digunakan Solid State Relay (SSR). SSR dibuat untuk mengatasi keterbatasan relay elektromagnetik apabila digunakan sebagai kontaktor untuk daya besar, dikarenakan biaya yang cukup besar, umur alat yang terbatas, membutuhkan banyak ruang, dan kecepatan kontak yang lambat jika dibandingkan dengan alat yang berbasis semikonduktor. SSR ini menggunakan keluaran SCR (Silicon Control Rectifier), TRIAC (Triode for Alternating Current), atau transistor untuk
pensaklaran pengatur daya. Keluaran alat-alat ini secara optis digandeng dengan LED sebagai sumber cahaya didalam relay. Relay akan aktif dengan memberi energi pada LED menggunakan tegangan DC rendah. Sebagai sebuah komponen solid state, keuntungannya antara lain tidak ada bagian yang bergerak dalam penggunaanya, dan mampu untuk mensaklar ON-OFF lebih cepat dari semua jenis relay mekanik. Selain itu tidak ada percikan antar kontak, dan juga tidak ada masalah dengan korosi pada kontaknya. Walaupun begitu SSR masih terlalu mahal untuk dibuat dengan spesifikasi arus tinggi, sehingga kontaktor elektromekanik masih mendominasi aplikasi di industri.[5] Untuk proses yang terakhir adalah penyusunan software pengatur proses iradiasi. Dari flowchart pada Gambar 1 dan rincian I/O pada Tabel 3 dapat disusun programnya dengan menggunakan bahasa C. Pada dasarnya program yang disusun ini hanya mengatur output sesuai dengan input yang diberikan dengan pengaturan disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Daftar input dan output yang digunakan pada ATMega8535. INPUT
OUTPUT
Pin D.0
-
Pin C.0
Timer
Pin D.1
-
Pin C.1
Valve Atas Bejana I
Pin D.2
Timer
Pin C.2
Valve Atas Bejana II
Pin D.3
Tombol start/stop
Pin C.3
Valve Bawah Bejana I
Pin D.4
Limit switch bejana II
Pin C.4
Valve Bawah Bejana II
Pin D.5
Limit switch bejana I
Pin C.5
Motor Pengaduk Bejana I
Pin D.6
Sensor level bejana II
Pin C.6
Motor Pengaduk Bejana II
Pin D.7
Sensor level bejana I
Pin C.7
Pneumatik penggeser bejana
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
161
Tabel 4. Pengaturan I/O Proses Iradiasi. NO
D.7
D.6
D.5
D.4
D.3
D.2
D.1
D.0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
2
0
0
0
1
1
1
0
0
3
1
0
0
1
1
1
0
0
4
1
0
1
0
0
1
0
0
5
1
1
1
0
0
1
0
0
6
1
1
1
0
0
0
0
0
7
1
1
0
1
0
0
0
0
9
0
1
0
1
0
1
0
0
10
1
1
0
1
0
1
1
0
11
1
1
0
1
0
0
1
0
12
1
1
1
0
0
0
1
0
13
1
1
1
0
0
1
1
0
14
1
0
1
0
0
1
1
0
15 16
KONDISI Start (Inisialisasi) -> Reset Buka Valve Atas I - Tutup Valve Atas I - Motor Pengaduk I ON - Geser ke belakang - Timer ON - Buka Valve Atas II - Tutup Valve Atas II - Motor
Pengadu k II ON Geser ke depan Reset Timer
- Tutup Valve Bawah I - Delay - Buka valve atas I - Tutup valve atas I - Motor Pengadu k I ON Geser ke pos. II Reset Timer - Timer ON - Motor Pengadu k I OFF - Buka valve bawah II - Tutup valve bawah II - Delay - Buka valve Atas II Kembali ke point 5 End
C.7
C.6
C.5
C.4
C.3
C.2
C.1
C.0
B.7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
0
1
1
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
162
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah semua komponen dirangkai per bagian dan diuji per bagian, selanjutnya adalah merangkai seluruh modul ke dalam sebuah sistem yang terintegrasi sesuai dengan diagram blok yang ada pada Gambar 3. Pada penelitian saat ini, sistem kendali yang dirancangbangun tidak dipasang pada sistem yang sebenarnya, tetapi disimulasikan terlebih dahulu untuk menguji apakah sudah benarbenar sesuai dengan rancangan. Pemasangan sistem diawali dengan pemasangan komponen input berupa sensor level, limit switch dan rangkaian interface ke pin mikrokontroler. Rangkaian sensor level yang telah dirangkai disajikan pada Gambar 10. Untuk kebutuhan simulasi, sebagai pengganti sensor level digunakan toggle switch untuk memberikan sinyal high dan low pada pin mikrokontroler seperti disajikan pada Gambar 11. Mikrokontroler sebagai otak dari kendali proses iradiasi, selain membutuhkan input sebagai sinyal untuk memproses software yang telah
diprogram ke dalam IC ATMega8535, juga membutuhkan sistem output sebagai final actuator yang menggerakkan komponen mekanik. Sistem output terdiri dari komponen relay dan SSR yang tersaji pada Gambar 12 sebagai penghubung antara pin output dari mikrokontroler dengan komponen mekanik yang akan digerakkan. Pada penelitian ini digunakan lampu 5 watt, sebagai indikator output untuk menggantikan komponen mekanik.
Gambar 10. Rangkaian sensor level.
Gambar 11. Komponen input yang akan dipasangkan pada pin input mikrokontroler.
Gambar 12. Komponen SSR dan relay mekanik.
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
163
Sedangkan untuk Sistem Minimum ATMega8535 yang digunakan adalah modul yang sudah jadi seperti tampak pada Gambar 13, tetapi untuk keperluan simulasi untuk lebih mudahnya digunakan sistem minimum dengan downloader menggunakan USB.
Gambar 14. Seluruh komponen sistem pengatur proses iradiasi yang telah diintegrasikan. Gambar 13. Sistem Minimum ATMega8535. Semua komponen diatas dirangkai menjadi satu kesatuan dengan hasil seperti yang disajikan pada Gambar 14.
Setelah semua perangkat terintegrasi langkah berikutnya adalah melakukan simulasi. Hasil simulasi ditunjukkan pada Tabel 5 dimana sebagai indikator digunakan lampu 5 watt sebagai pengganti komponen mekanik.
Tabel 5. Simulasi Proses Iradiasi dengan Indikator Lampu. NO 1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13
14 15
KONDISI Start (Inisialisasi) -> Reset Buka Valve Atas I - Tutup Valve Atas I - Motor Pengaduk I ON - Geser ke belakang - Timer ON - Buka Valve Atas II - Tutup Valve Atas II - Motor Pengaduk II ON Geser ke depan Reset Timer - Timer ON - Buka Valve Bawah I - Motor Pengaduk I OFF - Tutup Valve Bawah I - Delay - Buka Valve Atas I - Tutup Valve Atas I - Motor Pengaduk I ON Geser ke pos. II Reset Timer - Timer ON - Motor Pengaduk I OFF - Buka Valve Bawah II - Tutup Valve Bawah II - Delay - Buka Valve Atas II Kembali ke point 5
C.7 L L
C.6 L L
C.5 L L
C.4 L L
C.3 L L
C.2 L L
C.1 L H
C.0 L L
B.7 L L
H
L
H
L
L
L
L
L
L
H
L
H
L
L
H
L
H
L
H
H
H
L
L
L
L
H
L
L L
H H
H H
L L
L L
L L
L L
H L
L L
L
H
L
L
H
L
L
H
L
L
H
L
L
L
L
L
H
H
L
H
L
L
L
L
L
H
H
H H
H H
H H
L L
L L
L L
L L
H L
H H
H
L
H
H
L
L
L
H
H
H
L
H
L
L
H
L
H
H
Keterangan : H = Lampu menyala L = Lampu mati
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
164
ISSN 0216 - 3128
Dari Tabel 5 dapat dijelaskan hasil simulasi sistem proses iradiasi yang telah dilakukan. Pada saat tombol start iradiasi di-ON-kan maka proses pertama adalah mikrokontroler melakukan proses inisialisasi untuk mengidentifikasi kondisi awal input, setelah itu semua output direset, yaitu memastikan semua ouput pada kondisi low. Maka semua lampu, led pada relay dan timer tidak menyala dan tidak aktif. Setelah itu sensor level I mendeteksi bahwa bejana masih kosong, sehingga memerintahkan valve atas I membuka (pada Tabel 5 ditandai dengan port C.1 high). Pada saat sensor level 1 membaca bejana sudah terisi penuh lateks, maka mikrokontroler memerintahkan valve atas I menutup (port C.1 low), motor pengaduk I ON, dan mengaktifkan pneumatik agar memanjang sehingga bejana bergeser ke belakang. Selanjutnya proses iradiasi bejana I dimulai dan pengisian bejana II juga dimulai. Apabila bejana II sudah penuh maka valve atas II menutup, dan motor pengaduk II ON sambil menunggu timer proses iradiasi selesai bejana akan terus dalam posisi di belakang. Ketika timer proses selesai maka pneumatik akan memendek lagi sehingga menggeser bejana ke posisi depan. Lateks pada bejana I yang telah diiradiasi akan dibuang dengan mengaktifkan valve bawah I. Setelah bejana kosong valve bawah menutup dan diganti dengan mengaktifkan valve atas 1. Proses ini akan terus looping hingga tombol start radiasi di-OFF-kan. Dengan kondisi akhir bejana akan kembali seperti saat pada awal start. Semua proses ini adalah proses sebenarnya apabila sistem sudah diinstal menjadi satu kesatuan dengan komponen mekanik pada MBE 300 keV/20 mA. Sedangkan untuk simulasi, penuh dan kosongnya bejana untuk sementara dikendalikan manual dengan toggle switch. Begitu juga dengan limit switch yang seharusnya tertekan apabila bejana bergeser ke depan dan ke belakang diganti dengan toggle switch. Sedangkan untuk melihat output dari mikrokontroler dapat dilihat pada lampu apakah pada kondisi H atau L. Melihat dari keseluruhan sistem yang telah disimulasikan, sistem dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga sistem ini siap untuk diinstalasi pada komponen utama. Pada saat instalasi dan uji coba pada komponen yang sebenarnya perlu adanya penyesuaian terhadap timing terhadap komponen-komponen mekanik yang digunakan, karena komponen mekanik mempunyai waktu tunda(delay) dalam setiap perubahan kondisinya. Sehingga diharapkan eksekusi yang dilakukan oleh mikrokontroler tepat sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Frida Iswinning Diah, dkk.
KESIMPULAN Dari hasil rancang bangun dan simulasi ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Rangkaian sensor level yang dibuat, cukup stabil digunakan pada kondisi permukaan lateks bergelombang (beriak) pada saat diaduk, dengan ditunjukkan nyala led pada sistem sensor level pada saat diuji coba. 2. Rangkaian interface cukup stabil untuk mengurangi efek noise dan switch bounce dari saklar dan lingkungan sehingga tegangan yang masuk ke mikrokontroler stabil, hal ini ditunjukkan dengan jalannya program yang sesuai dengan flowchart yang telah dibuat. 3. Sistem pengatur proses iradiasi siap diinstalasi pada komponen sebenarnya dengan sedikit dilakukan perubahan pada timing software yang telah disusun.
DAFTAR PUSTAKA 1. FRIDA ID, dkk., Perancangan Detail Sistem Kendali Proses Iradiasi Lateks Berbasis Mikrokontroler, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, Yogyakarta, Oktober 2009. 2. www.ECELab.com 3. JAME ROGER, www.EdSim51 - Notes on the 8051.2005-2006. 4. TONY R. KUPHALDT, Lesson In Electric Circuits, Vol. IV – Digital, Fourth Edition, 01 November 2007. 5. AGUS BEJO, C & AVR Rahasia Kemudahan Bahas C dalam Mikrokontroler ATMega8538, 2008, Yogyakarta, Graha Ilmu.
TANYA JAWAB Lely SRM − Bahan apa yang digunakan pada solid state relay, mengapa digunakan bahan tersebut? − Bagaimana cara menentukan hubungan waktu dengan variasi homogenitas berkas? Frida − Bahan yang duganakan adalah bahan semikonduktor jenis Si, terdiri dua komponen elek-
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010
Frida Iswinning Diah, dkk.
ISSN 0216 - 3128
tronik, Opto Coupler dan Triac. SSR tersebut digunakan untuk menggerakan/mengemudikan bagian elemen power yang brtegangan 220 Vac, sedangkan masukan berupa tegangan dc 3 s/d 5 V dari mikrokontroler, output mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan bagian
165
elemen power yang bertegangan AC 220 V, sehingga perlu tambahan SSR. − Dari penelitian sebelumnya ditentukan berdasarkan arus yang dihasilkan oleh MBE dan volume bejana iradiasi.
Prosiding PPI - PDIPTN 2010 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 20 Juli 2010