Oleh: Zaflis Zaim *
Disampaikan dalam acara “Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang , Hotel Sapadia Pasir Pengaraian, 21 Desember 2011. (*) Dosen Teknik Planologi , Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota, Fak.Teknik Universitas Islam Riau (Email:
[email protected])
DEFINISI: 1. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang (UndangUndang Penataan Ruang No.26/2007). 2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).
DEFINISI: 1. Desa adalah suatu permukiman kecil di luar kota dengan jumlah penduduk terbatas, luas daerah geografis terbatas, kepadatan penduduk rendah, berpola hubungan tradisional dgn mata pencaharian utama bidang pertanian (Kamus Tata Ruang). 2. Kota adalah: a.Wilayah berpenduduk relatif besar, luas area terbatas & pada umumnya bersifat non agraris dengan kepadatan penduduk relatif tinggi (Kamus Tata Ruang, 1997). b.Kota adalah suatu permukiman yang relative besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari segi social (Rappoport, Amos, 1955). 3. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman kota, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
DEFINISI: 4. Permukiman adalah; a. Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal / hunian & tempat kegiatan yang mendukung penghidupan (Doxiadis, CA, 1967). b. Kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan serta kesempatan kerja terbatas untuk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut dapat berdayaguna dan berhasil guna (Kamus Tata Ruang, 1997).
SIAPA YANG MERENCANAKAN KOTA..?? BAGAIMANA KOTA YANG IDEAL..??
Jalan Toll sebagai atap rumah
Rumah di bawah Jembatan
Kawasan Perdagangan & Hunian di tepian Rel KA
Permukiman yang tumbuh secara masif tanpa Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Habitat Satwa yang terancam:
1. Pada masa Pra-Revolusi Industri; masyarakat urban yang ideal adalah yang diperintah dengan prinsip berkeadilan dan mempunyai prinsip kehidupan bersama berdasarkan etika (Plato, Critias & Timaeus) 2. Pada masa revolusi industri abad ke-19 di Eropa Barat, pengertian “Kota Ideal dikaitkan dengan wujud fisik dari sebuah masyarakat urban yang mampu mengintegrasikan berbagai strata sosial ke dalam sebuah lingkungan yg baik. 3. Pada masa pembangunan masyarakat modern (abad 20), Kota Ideal“ didefinisikan sebagai sebuah kota dengan wujud fisik yang modern dan industrialis tetapi sekaligus bersifat humanis (Contoh: upaya Ebenezer Howard berusaha mewujudkan ide Garden City-nya dengan membangun kota baru di Letchworth). Jadi: Kota Ideal“ yang dimaksud di sini, bisa mempunyai wujud fisik tertentu, bisa juga tidak.
Dua unsur utama terkait impian kota ideal: 1. Sistem ekologis kota yang berkelanjutan. 2. Kemampuan berkembang secara berkeadilan (just-city), ekonomi tumbuh berkelanjutan (growth-city) dan secara kultural mampu mengembangkan identitas lokal yang kuat (urban cultural identity).
Secara konseptual makro, ciri-ciri kota yang ideal adalah (Santoso, Jo, 2009): A. Kota yang mampu mengantisipasi proses urbanisasi, yaitu mampu menyediakan ruang hidup yang berkualitas bagi semua penghuninya. Hal ini bisa tercapai bila distribusi tanah perkotaan, utilitas dan fasilitas perkotaan dilakukan secara berkeadilan dengan tujuan untuk dapat menampung berbagai tingkat kegiatan ekonomi mulai dari ekonomi kampung, ekonomi urban, ekonomi regional maupun ekonomi global. B. Kota yang dapat berfungsi sebagai agent of development, yaitu mampu menjadi pemacu perkembangan ekonomi nasional dalam rangka proses transformasi masyarakat secara keseluruhan dari negara berkembang menjadi negara yang mampu bersaing secara global, demokratis dan bermartabat. “Kota yang ideal“ harus mampu mengatasi struktur ekonomi urban yang sangat lemah dalam menghadapi dominasi ekonomi global.
C. Kota yang secara sosial & kultural harus menjadi bagian terintegrasi di tingkat lokal-regional, bukan sebagai agen perantara yang secara sepihak mendukung kepentingan politik negaranegara adikuasa dan secara berat sebelah hanya berfungsi sebagai penyebar kultur universal yang bersifat generik di kota kota di Indonesia.
D. Kota yang mempunyai ketahanan yang kuat atau kemampuan tinggi untuk menetralisasi proses perubahan iklim. Masalah yang harus mampu diatasi oleh “Kota Ideal“ yang kita impikan adalah datangnya ancaman dalam bentuk perubahan sistem ekologis. Kota yang ideal dalam pengertian ini adalah kota yang mampu menjinakkan dampak negatif dari kenaikan suhu bumi seperti perubahan iklim, kenaikan permukaan air laut, kekeringan, banjir, tanah longsor dan seterusnya.
Konsep Dasar Pembangunan Kota ideal (Kaidah Teknis)
Ruang kota adalah rongga yang terbentuk oleh elemen-elemen pembentuk kota baik secara alami atau buatan. Kota yang baik idealnya terbagi dalam beberapa blok peruntukan yang terhubung secara hierarkis melalui sistem jaringan jalan yang dibedakan menurut fungsinya serta dilengkapi sarana & utilitas kota yang memadai. Peruntukan fungsi tiap blok antara lain: a. Pusat pemerintahan b. Pusat perdagangan & jasa c. Pusat permukiman/perumahan d. Pusat sarana umum (RTH, taman, plaza dan lainnya). e. Kawasan lindung & budidaya lainnya (sempadan sungai, laut, mata air)
Kualitas ruang kota akan baik jika: a. Skala & Proporsi seimbang. b. Adanya kesinambungan elemen-elemen kota Elemen-elemen fisik kota (Shirvani, 2001): a. Land Use atau guna lahan. Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam penata gunaan lahan: - Pertimbangan umum, adalah aspek-aspek terkait bagaimana seharusnya suatu zona dikembangkan. - Pertimbangan pejalan kaki /street level (untuk menciptakan ruang yang manusiawi) b. Bentuk & Massa Bangunan, yaitu berkaitan dengan bentuk fisik & penampakan bangunan. Bagaimana bangunan & penataannya dapat menjadi bangunan yang bisa berhubungan secara harmonis dengan bangunan lain di sekitarnya. Skala proporsi Ketinggian (floor area ratio/FAR) Bahan Besaran Tekstur Koefisien dasar bangunan (KDB) Facade Setback bangunan / ROW Warna Model bangunan
c. Sirkulasi & Parkir. Sirkulasi merupakan satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan. Tiga prinsip pengaturan sirkulasi adalah:
Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memberikan dampak visual positif. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca Sektor publik harus terpadu dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
d. Open Space. Open space didefinisikan sebagai landscape, hard space (jalan, side-walks), taman, ruang rekreasi. Fungsi Ruang terbuka, yaitu: 1. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara ke dalam bangunan terutama di pusat kota. 2. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama di kawasan pusat kota yang padat. 3. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus. 4. Melindungi fungsi ekologi kawasan (area resapan & menjamin ketersediaan air tanah) 5. Sebagai area cadangan untuk pengembangan lahan dimasa depan (cadangan fasos & fasum).
e. Jalur Pejalan Kaki. Sistem pejalan kaki yang baik akan mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan bermotor, meningkatkan pergerakan di pusat kota, meningkatkan lingkungan dgn mempromosikan sistem skala manusia, meningkatkan aktivitas retailing, & meningkatkan kualitas udara.
f. Pendukung Aktivitas. Timbul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang umum kota.
g. Signage (penanda). Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk: - Menciptakan kesesuaian. - Mengurangi dampak negatif visual. - Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting. - Tanda didesain dengan baik maka akan menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan informasi bisnis.
h. Preservasi Dalam rancang kota, preservasi harus diarahkan pada perlindungan kawasan permukiman yang ada dan membentuk urban place. Sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang sedang & akan terus berlangsung di tempat itu.