1
Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Psikologi Tingkat Satu Universitas Gunadarma Arum Puspita Sari Dr. Eko Djuniarto Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengendalian emosi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa psikologi tingkat satu dikarenakan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan tugas kuliah yang lebih sulit dibandingkan tingkat SMA serta kemampuannya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Dengan kemampuan tersebut individu akan lebih mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam kehidupan modern yang semakin kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi tingkat satu Universitas Gunadarma. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa psikologi Universitas Gunadarma dengan sampel mahasiswa psikologi tingkat tiga universitas gunadarma sebanyak 80 mahasiswa. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Untuk mengukur kecerdasan emosional dengan menggunakan skala yang didasarkan dari komponenkomponen kecerdasan emosional, sedangkan untuk mengukur prestasi akademik menggunakan data Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa. Hasil validitas item dalam penelitian ini untuk skala kecerdasan emosional bergerak dari 0,333 sampai 0,557 dengan reliabilitas sebesar 0,891. Sedangkan untuk data IPK prestasi akademik terendah 2.29 dan yang tertinggi 3.83. Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment pearson (1 –tailed) diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0.385 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (P < 0,01). Hal ini artinya terdapat hubungan yang positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik, maka semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi akademiknya. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki subjek maka akan semakin rendah pula tingkat prestasi akademiknya. Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Prestasi Akademik, Mahasiswa
2
dimungkinkan,
PENDAHULUAN Mahasiswa
merupakan
suatu
kelompok individu dalam masyarakat yang
memperoleh
statusnya
terkandung
agar dalam
kekuatan
yang
emosi
dapat
dimanfaatkan secara positif.
melalui
Proses belajar yang terjadi pada
perguruan tinggi tempat mereka menuntut
setiap mahasiswa umum sekali terjadi.
ilmu. Salah satu tingkatan mahasiswa
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1999)
ialah mahasiswa tingkat awal atau tingkat
belajar adalah setiap perubahan yang
satu. Kegiatan mahasiswa tingkat satu
relatif permanen dalam tingkah laku yang
pada umumnya adalah menyelesaikan
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
tugas-tugas
pengalaman.
mata
mempersiapkan
kuliah
tersebut
sebagaimana yang dikemukakan oleh
Memasuki masa awal perkuliahan seorang
Winkel (1996) adalah suatu proses dari
mahasiswa tentulah dituntut untuk dapat
yang belum mampu ke arah yang sudah
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
mampu. Pada masa proses belajar tersebut
kampus, lingkungan kelas, dan teman-
mahasiswa
temannya.
Secara awal
menjelang
Perubahan
ujian.
tingkat
diri
dan
pasti
mengharapkan
hasil
emosi
mahasiswa
belajar yang maksimal. Pada mahasiswa
biasanya
merasakan
tingkat
ketidaknyamanan
dengan
teman-teman
satu,
akademik
untuk
yang
meraih
prestasi
memuaskan,
seorang
baru atau senang dengan adanya teman-
mahasiswa harus memiliki perilaku yang
teman baru. Menurut Armiyanti (2008)
mendukung. Perilaku yang mendukung
emosi adalah perasaan tertentu yang
tersebut antara lain meliputi pedoman
bergejolak dan dialami seseorang serta
belajar, cara belajar, pengaturan waktu
berpengaruh terhadap kehidupan, karena
dan cara membaca yang baik (Tjundjing,
itu orang tidak akan pernah dapat lepas
2001).
dari emosi. Emosi-emosi tertentu dapat
Untuk melihat hasil belajar yang
ditentukan melalui rangsang suara atau
dicapai
gambar. Meskipun dalam hal ini unsur
beberapa kurun waktu tertentu maka akan
biologis
tetapi
diadakan suatu evaluasi belajar. Hasil
pengalaman kehidupan serta budaya akan
penilaian pendidik terhadap proses dan
mempengaruhi ekspresinya. Oleh karena
hasil belajar siswa atau mahasiswa dengan
itu
tujuan yang telah ditetapkan disebut
memainkan
pengelolaan
peran
emosi
sangat
peserta
didik
selama
dalam
3
sebagai
prestasi
akademik.
Berbagai
daya
serap
yang
tinggi,
demikian
penilaian dalam proses belajar tersebut
sebaliknya.
diberikan melalui kuis, tugas, UTS, dan
mencerminkan kualitas dari mahasiswa
UAS dari materi pelajaran yang diberikan.
tersebut. Kualitas mahasiswa dikatakan
Hasil dari mahasiswa tersebut dinamakan
tinggi apabila mereka dapat mencapai
indeks prestasi. Indeks prestasi merupakan
predikat lulus memuaskan (B) atau sangat
rumusan terakhir yang diberikan oleh
memuaskan (A). Hal ini berarti mereka
dosen mengenai kemajuan atau hasil
mampu menunjukkan tingkat penguasaan
belajar. Secara tidak langsung prestasi
yang tinggi terhadap program belajar yang
yang dicapai dapat menjadi prediksi bagi
dibebankan kepadanya.
keberhasilan individu di masa mendatang sehingga
terbentuklah
Memang
harus
ini
diakui
juga
bahwa
daya
mereka yang memiliki IQ rendah dan
manusia yang berkualitas. Purwadarminta
mengalami keterbelakangan mental akan
(dalam
mengalami kesulitan bahkan mungkin
Tanaya,
Kartika,1999)
sumber
Keadaan
Hartanti
mendefinisikan
dan prestasi
tidak
mampu
mengikuti
pendidikan
akademik adalah hasil yang telah dicapai,
formal yang seharusnya sesuai dengan
dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang
usia mereka. Namun fenomena yang ada
sebagai
dan
menunjukkan bahwa tidak sedikit individu
2001)
dengan IQ tinggi yang memiliki prestasi
berpendapat bahwa prestasi akademik
rendah dan individu dengan IQ sedang
merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu
dapat mengungguli prestasi studi individu
sejauh mana peserta didik menguasai
dengan
bahan pelajaran yang diajarkan.
kemampuan
hasil
Martaniah
belajar.
(dalam
Prestasi
Masrun
Tjundjing,
tinggi. intelektual
Siswa yang
dengan tinggi
merupakan
ternyata memiliki resiko yang tinggi juga
cerminan usaha yang dilakukan siswa atau
dalam mengahadapi kesulitan-kesulitan
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas
seperti kegagalan akademis, kecanduan
belajar yang diberikan kepadanya. Prestasi
alkohol dan tindak kejahatan, hal tersebut
akademik
sampai
bukan karena intelektualitas mereka yang
sejauh mana kemampuan daya serap
kurang tetapi karena kendali mereka
mahasiswa
terhadap
juga
akademik
IQ
menunjukkan
dalam
belajar.
Prestasi
akademik yang tinggi menggambarkan
kehidupan
emosionalnya
terganggu (Goleman, 2009). Hal ini
4
menunjukkan bahwa IQ tidak selalu dapat
Kehidupan seseorang mahasiswa
menentukan prestasi akademik seseorang
tidaklah statis, melainkan selalu dinamis
(Goleman, 2009) juga berpendapat bahwa
dan diwarnai oleh tekanan, tuntutan dan
kecermelangan
tantangan, baik hal tersebut dari segi
seorang
individu
berdasarkan IQ (intelligence quotient)
proses
hanyalah sekitar 20%, dan 80% lainnya
kehidupan secara umum. Pada keadaan
bergantung pada faktor lain, diantaranya
normal seseorang yang memiliki IQ dan
adalah kecerdasan emosional.
kecerdasan emosional yang tinggi (cerdas
belajar
mengajar
maupun
Hubungan kecerdasan emosional
dan pandai bergaul) mungkin dapat tetap
dengan prestasi akademik di dalam proses
bertahan dan juga berprestasi, namun
belajar mengajar merupakan faktor yang
ketika menghadapi masalah misalnya
sangat
mencapai
kegagalan dalam menjalani proses belajar,
mahasiswa,
tidak mendapatkan nilai sesuai dengan
karena kecerdasan secara akademis saja
yang diinginkan, terlalu lelah dalam
tidak memberikan kesiapan individu untuk
menajalani rutinitas kuliah, tidak dapat
mengahadapi kegagalan secara akademis,
membagi waktu antara belajar dengan
maka harus di imbangi dengan kecerdasan
keterlibatnnya
secara emosional. Banyak faktor yang
mahasiswa, ataupun permasalahan yang
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
lebih
akademik siswa atau mahasiswa, faktor
seseorang yang sangat berarti (dalam hal
tersebut berasal dari dalam diri mahasiswa
ini meninggal dunia) dan perceraian orang
maupun dari luar diri mahasiswa (dalam
tua. Tidak semua individu dapat bertahan
Utami dan Hawadi, 2006). Faktor yang
dan mengembangkan dirinya kembali
berasal dari dirinya sendiri (internal)
dengan
meliputi kesehatan secara fisiologis atau
kematangan
fisik,
inteligensi,
menjadi sangat penting bagi mahasiswa
perilaku, sikap. Sedangkan faktor yang
dalam menjalani proses belajar mengajar,
berasal
(eksternal)
karena mahasiswa yang memiliki masalah
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
dalam pengelolaan emosi akan lebih
sekolah dan lingkungan masyarakat.
mudah mengalami kesulitan dalam belajar
penting
keberhasilan
minat, dari
dalam
berprestasi
motivasi, luar
dirinya
dalam
dramatis
seperti
permasalahan dalam
organisasi kehilangan
tersebut,
maka
mengelola
emosi
dan juga bergaul dengan orang lain.
5
Mengamati
masalah
tersebut
TINJAUAN PUSTAKA
maka individu yang memiliki kecerdasan
Kecerdasan Emosional
emosional yang tinggi ditandai dengan
Menurut
Goleman
(dalam
Prihanto,
dan
adanya kemampuan untuk menguasai
Melianawati,
pikiran dan emosinya sehingga mampu
Tjahjoanggoro,
mendorong
emosional adalah kecakapan emosional
produktivitas
sedangkan
individu
kecerdasan
emosional
seseorang,
yang
memiliki
meliputi
kecerdasan
kemampuan
untuk
rendah
mengendalikan diri sendiri dan memiliki
ditandai dengan ketidakmampuan diri
daya tahan ketika menghadapi rintangan,
dalam menjalin hubungan antar pribadi
mampu mengendalikan impuls dan tidak
sehingga hal tersebut dapat menimbulkan
cepat merasa puas, mampu mengatur
konflik dan gangguan emosional sehingga
suasana hati dan mampu mengelola
tidak
kecemasan
memiliki
pikiran
yang
yang
2001)
yang
jernih
(Goleman, 2009).
agar
tidak
mengganggu
kemampuan berpikir, mampu berempati
Dari penjelasan tersebut maka
serta berharap. Di samping itu individu
kecerdasan emosi menjadi penting bagi
juga mampu membina hubungan yang
mahasiswa
adalah
baik dengan orang lain dan mudah
insan yang sedang menjalani pendidikan
mengenali emosi orang lain dan penuh
di sebuah universitas atau perguruan
perhatian.
tinggi, yang mana mahasiswa tersebut
emosi adalah dasas-dasar pembentukan
dituntut untuk dapat meraih prestasi
emosi
akademik yang baik di kampusnya agar
keterampilan
menjadi manusia yang lebih berkualitas.
mengadakan
karena
mahasiswa
Dari kajian di atas, menarik peneliti
untuk
melakukan
penelitian
Patton (2000) kecerdasan
yang
mencakup
keterampilan-
seseorang
untuk
impuls-impuls
dan
menyalurkan emosi yang kuat secara efektif.
Dari
uraian
di
atas
dapat
mengenai hubungan antara kecerdasan
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional
emosional dengan prestasi akademik pada
adalah
mahasiswa
kemampuan,
psikologi
Universitas Gunadarma.
tingkat
satu
serangkain
keterampilan
seperti
atau
kemampuan
merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi untuk dapat mengendalikan diri sendiri
6
dan
memiliki
daya
mengahadapi
tahan
ketika
rintangan,
mampu
mengendalikan impuls dan tidak cepat puas serta mampu mengatur suasana hati, mengelola
kecemasan
agar
tidak
mengganggu kemampuan berpikir.
a) Memiliki
kemampuan
untuk
memotivasi diri sendiri dan dapat bertahan dalam menghadapi frustrasi b) Dapat
mengendalikan
dorongan-
dorongan hati sehingga tidak melebihlebihkan suatu kesenangan c) Mampu mengatur suasana hati dan
Faktor-faktor
Yang
Mempengaruhi
Kecerdasan Emosional
dapat menjaganya agar beban stress tidak
Menurut Goleman (2009) faktorfaktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional meliputi:
melumpuhkan
kemampuan
berpikir seseorang d) Mampu
untuk
berempati
terhadap
orang lain dan tidak lupa berdoa
a) Faktor yang bersifat bawaan genetik b) Faktor yang berasal dari lingkungan
Prestasi Akademik Prestasi
Komponen-komponen
Kecerdasan
Emosional Goleman
(2009)
kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama yaitu:
Suryabrata (1998) ialah sebagai penilaian
adalah proses yang dialami siswa untuk
c) Memotivasi diri
menghasilkan perubahan dalam bidang
d) Mengenali emosi orang lain
pengetahuan,
e) Membina hubungan dengan orang lain yang
Memiliki
Goleman (2009) mengemukakan yang
kecerdasan emosi tinggi, yaitu:
pemahaman,
penerapan,
daya analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah penilaian hasil
Kecerdasan Emosi Tinggi individu
manakah anak didik setelah ia belajar dan (dalam Winkel, 1996) prestasi akademik
b) Mengelola emosi
Individu
pada waktu dilakukannya penilaian sejauh berlatih dengan sengaja. Menurut Bloom
a) Mengenali emosi diri
cirri-ciri
menurut
hasil pendidikan, yaitu untuk mengetahui
Menurut
Ciri-ciri
akademik
memiliki
pendidikan siswa yang berupa perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi,
hasil
penilaian
diberikan
7
berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian
secara luas mencakup sistem klasifikasi
dari setiap mata kuliah, hasil tersebut
tujuan pendidikan dalam tiga kawasan
diinterpretasikan
(domain) perilaku, yaitu kawasan afektif,
secara
objektif
dan
diterapkan dalam bentuk angka.
kawasan
kognitif,
dan
kawasan
psikomotor. Taksonomi Bloom (dalam Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Prestasi Akademik
Prabowo dan Puspitawati, 1997) telah mengadakan taksonomi pendidikan dalam
Menurut Akbar (2003) terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi akademik. Faktor internal meliputi: kemampuan intelektual, minat, bakat, sikap, motivasi berprestasi,
ranah
kognitif
(pengetahuan
meliputi: dan
knowledge pengenalan),
comprehension (pemahaman), Application (penerapan), Analysis (analisis), synthesis (sintesis), evaluation (evaluasi).
konsep diri dan sistem nilai. Sedangkan faktor
eksternal
sekolah,
meliputi:
lingkungan
lingkungan
keluarga,
dan
lingkungan masyarakat.
Mahasiswa Mahasiswa adalah individu yang belajar dan menjalani pendidikan pada perguruan tinggi (Salim & Salim 2002).
Aspek-aspek Dalam Prestasi Belajar Menurut
Gagne
(dalam
Winkel,1996):
mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan
a) Informasi Verbal
tinggi. Berdasarkan definisi diatas, dapat
b) Keterampilan Intelektual
disimpulkan
c) Keterampilan Motorik
bahwa
yang
dimaskud
dengan mahasiswa adalah peserta didik
d) Sikap
yang terdaftar dan belajar menjalankan
e) Siasat Kognitif
kewajiban-kewajiban
satu
pedoman
pendidikannya
dalam suatu perguruan tinggi.
Pengukuran Prestasi Akademik Salah
Sedangkan menurut Sudarman (2004)
dalam
menentukan tingkat kompetensi aitem tes adalah taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Benjamin S. Bloom dkk (dalam Azwar, 2005). Taksonomi ini
8
Hubungan
Antara
Kecerdasan
seorang
mahasiswa
tersebut
biasanya
Emosional Dengan Prestasi Akademik
mengalami rintangan yang juga tidaklah
Mahasiswa
mudah.
Psikologi
Tingkat
Satu
individu
yang
berpendapat bahwa untuk meraih prestasi
Universitas Gunadarma Seseorang
Banyak
yang
telah
yang tinggi dalam belajar seseorang harus
menyelesaikan pendidikannya di tingkat
memiliki IQ yang tinggi karena intelektual
SMA dan melanjutkannya ke perguruan
merupakan bekal potensial yang akan
tinggi biasanya mulai belajar beradaptasi
memudahkan dalam belajar dan pada
mengenai
gilirannya akan menghasilkan prestasi
perubahan-perubahan
sistem
pengajaran serta penilaian hasil belajar
akademik
yang sebelumnya berupa rapor diganti
kenyataannya
menjadi DNS (Daftar Nilai Semester) dan
mengajar di sekolah ataupun perguruan
DNU
yang
tinggi sering ditemukan mahasiswa yang
(Indeks
tidak dapat meraih prestasi akademik yang
(Daftar
ditunjukkan
Nilai
oleh
Utama)
nilai
IPK
Prestasi Kumulatif) dari hasil belajar
suatu
topik
optimal.
dalam
Banyak
akademik
dalam
proses
belajar
faktor
yang
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
bidang
akademik siswa dari yang berasal dari
tersebut
dalam diri siswa maupun dari luar diri
berkembang dengan pertimbangan bahwa
siswa (Dalyono, 2001). Faktor internal
prestasi akademik merupakan indikator
tersebut meliputi faktor fisiologis yang
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
mengacu pada keadaan fisik, khususnya
telah dikuasai oleh mahasiswa. Pada
sistem
umumnya
prestasi
suatu
dimana kesehatan fisik memang sangat
penilaian
dari
yang
diperlukan dalam meningkatkan prestasi
pendidikan,
utama
merupakan
Namun
setara dengan kemampuan inteligensinya.
selama satu semester. Prestasi
yang
pendapat
merupakan
hasil
belajar
penglihatan
dan
pendengaran,
dirumuskan pada suatu evaluasi belajar
akademik
atau biasa disebut Daftar Nilai Semester.
psikologis yang meliputi faktor non-fisik
Proses belajar di sekolah ataupun
seperti
seseorang. minat,
Lalu
motivasi,
faktor
intelegensi,
di perguruan tinggi adalah proses yang
perilaku dan sikap yang mengaitkan
sifatnya
bahwa tanpa adanya suatu minat dan
kompleks
dan
menyeluruh.
Dalam menjalankan kewajibannya sebagai
motivasi
yang
kuat
untuk
tujuan
9
meningkatkan
prestasi
akademik
untuk mempelajari suatu pengetahuan
seseorang, maka tidak akan tercipta
namun individu yang memiliki minat
intelegensi atau kemudahan seseorang
terhadap hal tersebut akan melakukan
dalam menyelesaikan masalah dengan
sesuatu
baik. Dalam faktor eksternal terdapat
mempelajarinya. Menurut Akbar (2003)
faktor lingkungan keluarga, lingkungan
minat
sekolah atau kampus dan lingkungan
memungkinkan
masyarakat yang dapat menjadi sebab
pikiran bahkan juga dapat menimbulkan
suatu prestasi akademik yang baik bagi
kesenangan
mahasiswa.
sendiri. Sikap dan perilaku yang baik juga
Selama ini inteligensi dianggap sebagai
faktor
keberhasilan
yang
menentukan
akademik
seorang
dengan mahasiswa
baik terhadap
terjadinya
dalam
dalam
usaha
pelajaran pemusatan belajarnya
diperlukan oleh seorang mahasiswa dalam meraih
prestasi
memuaskan.
akademik Tjundjing
yang (2001)
mahasiswa. Sebuah laporan dari National
menjelaskan perilaku tersebut meliputi
Center for Clinical Infant Programs
memiliki pedoman belajar yang baik,
(dalam
menjelaskan
belajar dengan teratur, disiplin dalam
bahwa keberhasilan di sekolah ditentukan
belajar, serta memanfaatkan perpustakaan
oleh ukuran-ukuran emosional dan sosial
sebagai sarana dalam memperdalam dan
yaitu pada diri sendiri dan mempunyai
memusatkan perhatian pada pelajaran,
minat, mengetahui pola perilaku yang
memiliki cara belajar yang baik dan
diharapkan orang lain dan bagaimana
pengaturan waktu yang baik. Namun,
mengendalikan
faktor tersebut tidaklah cukup, ada faktor
Goleman,
2009)
dorongan
hati
untuk
berbuat nakal. Memiliki
lain yang harus mendampingi untuk yang
menghadapi kesulitan serta rintangan yang
dapat
melanda mahasiswa dikarenakan terdapat
termotivasi untuk belajar dengan sungguh-
banyak tuntutan dan kondisi yang dialami
sungguh. Menurut Tjundjing (2001) tanpa
mahasiswa
tujuan belajar motivasi akan mudah
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004)
padam karena tidak memiliki sesuatu
prestasi
untuk diperjuangkan. Pada umumnya
berhubungan dengan faktor psikologis
jelas,
seorang
tujuan
belajar
mahasiswa
mahasiswa memiliki minat yang kurang
psikologi belajar
tingkat
seseorang
satu. dapat
10
salah satunya oleh faktor kecerdasan
kompeten,
emosi.
gagasan secara nalar, serta memiliki Kecerdasan emosional meliputi
kemampuan
mengenali
emosi
diri,
gairah
lebih
mampu
belajar
yang
menyusun
lebih
tinggi
dibandingkan dengan anak yang tidak
mengelola emosi diri, memotivasi diri
mampu
sendiri, mengenali emosi orang lain serta
Goleman (2009) menjelaskan bila seorang
membina hubungan dengan orang lain
individu
(Goleman, 2009). Keterampilan dasar
emosionalnya dan tidak dapat berpikir
emosional seperti itu tidak dimiliki secara
jernih akan mengakibatkan kekurangan
tiba-tiba,
pada kemampuan intelektual seorang anak
tetapi
membutuhkan
proses
dalam mempelajarinya dan lingkungan yang
mendukung
menunda
dorongan
sedang
hatinya.
kacau
secara
dan menghambat kemampuan belajarnya.
pembentukan
Kecerdasan
emosional
bekerja
kecerdasan emosional tersebut sangat
secara
besar pengaruhnya. Hal positif yang akan
kognitif yang terdapat dalam aspek-aspek
diperoleh anak ialah lebih cerdas dalam
prestasi akademik. Individu yang memiliki
mengelola
keduanya
emosi,
penuh
pengertian,
sinergi
dengan
akan
keterampilan
berprestasi
baik.
mudah menerima perasaan, dan mudah
Melianawati, Prihanto, dan Tjahjoanggoro
dalam menyelesaikan masalahnya sendiri
(2001) menjelaskan keterampilan kognitif
sehingga pada saat remaja akan lebih
dapat
sukses di sekolah dan dalam berhubungan
mengelola
dengan teman-temannya serta terlindung
kecerdasan emosi individu tidak akan
dari resiko-resiko seperti penggunaan obat
dapat
terlarang, keterlibatan kenakalan remaja
kemampuan
serta
potensi yang maksimal serta membedakan
perilaku
kekerasaan
(Gottman,
2001).
meliputi
kemampuan
sistem
belajarnya,
menggunakan kognitif
dalam tanpa
kemampuanmereka
dengan
permasalahan yang dapat mempengaruhi Penelitian Walter Mischel (Dalam
prestasi
akademiknya.
Kecerdasan
Goleman, 2009) mengenai “marsmallow
emosional yang memiliki keterampilan
challenge” menunjukkan anak yang ketika
secara kognitif merupakan kunci dalam
berumur empat tahun mampu menunda
keberhasilan
dorongan hatinya, setelah lulus sekolah
sehingga
menengah atas secara akademis lebih
menyelesaikan kegagalan dalam meraih
akademik
seseorang
mampu menghadapi masalah,
11
nilai
akademisnya
(Girgus
dalam
Tjundjing, 2001).
maka prestasi akademik yang diperoleh
Hubungan emosional
semakin rendah kecerdasan emosional
antara
dengan
kecerdasan
prestasi
akan rendah.
akademik
mahasiswa tingkat satu terbentuk karena
METODOLOGI PENELITIAN
adanya kesesuaian antara minat belajar,
Populasi dan Sampel Penelitian
motivasi
berprestasi
mahasiswa
perilaku mahasiswa yang menunjukkan hal tersebut sehingga tujuan belajarnya tercapai. Selain itu dalam proses belajar mahasiswa
untuk
meraih
Populasi
serta
prestasi
akademik yang baik maka diperlukan yang
saling
Menurut
Goleman
berinteraksi.
(2009)
kedua
inteligensi tersebut saling melengkapi, jika keduanya dapat seimbang satu sama lain maka
kecerdasan
bertambah
emosional
demikian
juga
akan dengan
kecerdasan intelektualnya.
Gunadarma, yang mengambil sampel mahasiswa
psikologi
tingkat
tiga
Universitas Gunadarma. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berbentuk
skala
emosioanal
dan
pada berupa
kecerdasan data
Indeks
Prestasi Kumulatif mahasiswa Validitas dan Reliabilitas Pengumpulan Data Validitas tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes
Hipotesis Berdasarkan
hasil
uraian
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi akademik pada mahasiswa psikologi
ini
adalah mahasiswa psikologi Universitas
kemampuan intelektual dan kecerdasan emosional
dalam penelitian
tingkat
satu
universitas
gunadarma,
dimana
semakin
kecerdasan
emosional,
maka
tinggi prestasi
akademik yang diperoleh akan tinggi dan
tersebut dapat mengukur apa yang harus diukur dari tes berikut. Validitas tes memberi informasi tentang apa yang bisa disimpulkan dari skor-skor tes. Validitas secara umum adalah mengukur apa yang harus diukur. Suatu item dikatakan valid apabila nilai koefisiennya pada output SPSS, dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation ≥ 0,300 (Azwar dalam Prabowo dan Suhendra, 2008).
12
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
HASIL PENELITIAN Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa
kali
pengukuran
Berdasarkan hasil perhitungan uji
terhadap
kesahihan dan uji keandalan pada skala
kelompok subjek yang sama diperoleh
kecerdasan emosional dari 40 item yang di
hasil yang relatif sama, jika aspek yang
uji cobakan, 10 item dinyatakan gugur
diukur dalam diri subjek memang belum
sehingga item yang valid berjumlah 30
berubah. Reliabilitas sangat erat kaitannya
item. Item-item yang valid bergerak antara
dengan
ketelitian
0,333 sampai dengan 0,557. Uji keandalan
pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil
dilakukan dengan menggunakan teknik
jika pengukuran pada sebuah obyek
Alpha Cronbach dan diperoleh angka
dilakukan berulang-ulang pada waktu
koefisien reliabilitas 0,891.
ketepatan
dan
yang berbeda, menunjukkan hasil yang sama, dikatakan ekivalen jika pengukuran
Hasil Uji Normalitas dan Linearitas Untuk melihat sebaran skor dalam
menunjukkan hasil pengukuran yang sama jika dilakukan peneliti lain atau memakai contoh item lain, serta dikatakan konsisten internal jika item-item atau indikator yang digunakan adalah konsisten satu sama lain. Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empirik ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut nilai koefisien reliabilitas. Kesepakatan secara umum, reliabilitas yang dianggap sudah cukup memuaskan jika ≥ 0,700 (pada output SPSS, dapat dilihat pada nilai Alpha) (Azwar dalam Prabowo dan Suhendra, 2008).
uji normalitas dapat dilihat pada uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas pada skala kecerdasan emosional
diketahui
nilai
statistiknya
sebesar 0,151 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p>0,05). Hal ini menunjukkan distribusi skor skala kecerdasan emosional pada
subjek
penelitian
adalah
tidak
normal. Pada variabel prestasi akademik berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif mahasiswa, nilai statistiknya 0,086 dengan signifikansi sebesar 0,200 (p>0,05). Hal ini menunjukkan distribusi skor prestasi akademik adalah normal. Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa
hubungan
yang
terjadi
antar
13
variabel adalah hubungan yang linear.
hubungan positif yang sangat signifikan
Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh
antara
nilai F sebesar 13.544 dengan signifikansi
prestasi
sebesar
psikologi
0,000
(p<0,05).
Hal
ini
kecerdasan akademik tingkat
emosional
dengan
pada
mahasiswa
satu
Universitas
menunjukkan bahwa hubungan antara
Gunadarma. Hal ini berarti semakin tinggi
skala kecerdasan emosional dengan skala
tingkat
prestasi akademik adalah linear.
dimiliki subjek, maka semakin tinggi pula
kecerdasan
emosional
yang
tingkat prestasi akademiknya. Sebaliknya UJI HIPOTESIS
jika semakin rendah tingkat kecerdasan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment (1tailed) pada program SPSS ver.17 .0 For Windows diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0,385 dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 (p<0,01). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini
diterima,
yang
artinya
terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara
kecerdasan
prestasi
akademik
psikologi
tingkat
emosional
dengan
pada
mahasiswa
satu
Universitas
Gunadarma. Hal ini berarti
semakin
tinggi kecerdasan emosional mahasiswa semakin tinggi prestasi akademiknya, semakin rendah kecerdasan emosional semakin rendah prestasi akademiknya
akademiknya.
Berdasarkan
hasil
perhitungan perbandingan mean empirik dan mean hipotetik pada penelitian ini juga diketahui bahwa mean empirik skala kecerdasan
emosional
berada
pada
kategori tinggi yang berarti secara umum subjek penelitian memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Menurut Goleman (2009) individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi memiliki lebih besar kemungkinan untuk merasa bahagia dan berhasil dalam hidupnya, dan ditandai juga dengan adanya kemampuan untuk menguasai pikiran dan emosinya yang
dapat
mereka.
mendorong
Jika,
produktifitas
berdasarkan
prestasi
kategori sedang. Hal tersebut mungkin
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan
semakin rendah pula tingkat prestasi
akademik subjek penelitian berada pada
PENUTUP
dapat
emosional yang dimiliki subjek maka akan
bahwa
terdapat
disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal yang kurang mendukung bagi
14
peningkatan hasil belajar siswa seperti kelengkapan
fasilitas
belajar,
bahan
3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut Bagi
penelitian
selanjutnya
pelajaran, masalah pribadi dan keluarga,
sehubungan dengan peran kecerdasan
kesehatan, sikap mental serta cara belajar
emosional dan prestasi belajar dalam
para siswa.
pendidikan,
diharapkan
dapat
memperluas ruang lingkup penelitian Saran
ini dengan memperhatikan variabel-
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diajukan beberapa saran, sebagai berikut:
variabel lain yang mungkin dapat berpengaruh dengan variabel penelitian ini.
1. Saran untuk Subjek Penelitian Kecerdasan emosional subjek termasuk
DAFTAR PUSTAKA
dalam
Ahmadi, A., & Supriyono, W. 2004. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta Akbar, R. 2003. Psikologi perkembangan anak: mengenal sifat, bakat, dan kemampuan anak. Jakarta: PT Gramedia Ali, M., & M. Asrori. 2005. Psikologi remaja: perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Anwar, D. (2001). Kamus lengkap bahasa indonesia. Surabaya: Putra Harsa. Armiyanti, E.O. 2008. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap kecenderungan perilaku delinkuen pada remaja. Psikovidya, Volume: 12. 1-10 Azwar, S. 2005. Tes prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bona, F. 2000. Sukses studi di perguruan tinggi. Jakarta: Restu Agung. Crow, A. 1961. An outcome of educational psychology. New Jersey: Little field; Adam and co.
kategori
yang
tinggi,
sangat
baik
bila
tersebut
hal terus
dipertahankan oleh subjek penelitian. Sedangkan prestasi akademik subjek termasuk
dalam
sebaiknya
lebih
kategori
sedang,
diperhatikan
lagi
faktor pendukung lain yang dapat meningkatkan seperti
prestasi
permasalahan
akademik pribadi
dan
keluarga, sikap, mental, fasilitas belajar serta cara belajarnya. 2. Saran untuk Orangtua Bagi orang tua diharapkan agar lebih membimbing
dan
memperhatikan
anak-anaknya
dengan
memberikan
pelatihan dalam mengelola emosi sejak dini
sehingga
hal
ini
dapat
dimanfaatkan dalam menanggulangi permasalahan dalam belajar.
15
Dalyono, M. 2001. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Fariselli,
Ghini & Freedman (http://translate.google.co.id/tra nslate?hl=id&langpair=en|id& u=http://www.6seconds.org/sei /wp-age.php). Diakses tanggal 31 Desember 2010 Goleman, D. 2009. Emotional Intelligence: Mengapa EI lebih penting daripada IQ. PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Gottman, J., & De Claire, J. 1997. Kiatkiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosional. Jakarta: Gramedia Kuswanto, M.H. & Siswanto, Bambang, S.H. 2003 Sosiologi. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Melianawati, F.X., Prihanto, S., & Tjahjoanggoro, A.J. 2001. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan. Anima, 17 (1). 5762. Naderi, H., Abdullah, R., Aizan, H.T., & Sharir, J. 2010. Intelligence and academic achievement: an investigation of gender differences (http://www.sciencepub.n et http://www.sciencepub.net) Diakses tanggal 1 April 2011. Patton, P. 2000. EQ: pengembangan sukses lebih bermakna. Jakarta: Media Publishers. Prabowo, H. & Puspitawati, I. 1997. Psikologi pendidikan sri diktat kuliah. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Prabowo, H., & Suhendra, E.S. 2008. Diktat kursus SPSS. Jakarta : Universitas Gunadarma. Purwanto, M. N. 1999. Psikologi pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Qurniyawati, E. 2009. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada mahasiswa program studi D IV Kebidanan Jalur Reguler FK UNS tahun ajaran 2008/2009. KTI. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS Ridwan, Deden. 2001. Tradisi baru penelitian agama islam: tinjauan antardisiplin ilmu. Bandung: Yayasan Nusantara Cendikia. Salim, M. A. & Salim. (2002). Kamus bahasa indonesia kontemporer. Jakarta: Modern Inggris Crash. Shapiro, L. (1997). Mengajarkan emotional intelligence pada anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum. Sobur, A. 2003. Psikologi umum dalam lintas sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Sudarman, P. (2004). Belajar efektif di perguruan tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Suryabrata, S. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tanaya, H. T., Hartanti & Kartika, A. 1999. Perbedaan prestasi belajar matematika antara kompetisi peringkat kelas dan metode kompetisi alternatif. Anima, Volume XIV, 259-270. Tjundjing, S. 2001. Hubungan antara IQ, EQ, dan AQ dengan prestasi studi pada siswa SMU. Anima, Indonesian Psychological
16
Journal, Volume XVII No. 1, 69-87. Utami, A.B., & Hawadi, L.F. 2006. Kontribusi adversity quotient terhadap prestasi belajar siswa SMU program percepatan belajar di Jakarta. Jurnal penelitian psikologi universitas gunadarma. 2 (11), 137-148. Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia.