Volume VII Nomor 3, Juli 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) PENDAHULUAN
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PENCAPAIAN IMUNISASI BAYI YANG RENDAH Juni Dwi Kurnia Santi (Mahasiswa Pascasarjana Program studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya)
ABSTRAK Dari laporan tahuan Puskesmas Tanjungsari diketahui bahwa hasil cakupan hasil kegiatan imunisasi bayi belum mencapai target UCI (Uneversal Child Immunization). Ketidak berhasilan ini disebabkan belum baiknya pelaksanaan fungsi manajemen di Puskesmas meliputi perencanaan, pelaksanaan yang termasuk didalamnya adalah supervisi, koordinasi, Cold Chain, beban kerja, motivasi, evaluasi dan hasil cakupan kegiatan imunisasi bayi.Berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, berdasarkan klasifikasinya penelitian ini termasuk penelitian Observasional. Sebagai unit analisis untuk penelitian ini adalah unit program imunisasi di Puskesmas Tanjungsari. Objek penelitian adalah dokumen program imunisasi meliputi dokumen perencanaan, dokumen pelaksanaan, check list supervisi, check list koordinasi, dokumen evaluasi dan dokumen hasil cakupan kegiatan program imunisasi.responden adalah petugas program imunisasi sebagai sumber informasi tentang pelaksanaan program imunisasi.Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa rata – rata cakupan imunisasi bayi sampai empat tahun adalah 86% untuk campak, 89% untuk DPT1, 86% untuk DPT3, 87% untuk Polio4, 84% untuk BCG dan 85% untuk HB3. Imunisasi bayi di Puskesmas belum mencapai target UCI. Perencanaan, pelaksanaan yang meliputi supervisi, koordinasi, Cold Chain, beban kerja, motivasi dan evaluasi program imunisasi masih belum dilaksanakan sepenuhnya. Hambatan dalam progam imunisasi sebagian petugas belum mengetahui proses langkah penyusunan Planning Of Action, tidak adanya supervisi untuk imunisasi dan kurangnya motivasi untuk petugas. Kata kunci: Perencanaan, Imunisasi, Puskesmas
136
Latar Belakang Imunisasi merupakan upaya promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan dasar yang memegang peranan penting pada penurunan angka kematian bayi yang terjadi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Upaya promotif dan preventif dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan yang diberikan pada bayi dan balita. Relevansi program imunisasi adalah dengan imunisasi akan terjadi penurunan kematian maupun kesakitan bayi dan anak, dan secara tidak langsung akan meningkatkan kesehatan mereka. Meningkatnya kesehatan dan menurunkan kecacatan akibat penyakit akan meningkatkan produktivitas dikemudian hari. Jadi imunisasi adalah program yang memiliki prioritas, atau relevansi tinggi dengan kebijakan umum maupun kebijakan dasar manusia yaitu meningkatkan pembangunan kesehatan khususnya, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan harus dengan seksama memperhatikan dasardasar pembangunan kesehatan. Untuk mewujudkan Visi “Departemen Kesehatan” sebagai Penggerak Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat, maka misi Departemen Kesehatan adalah: Memantapkan manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel, Meningkatkan kinerja dan mutu upaya kesehatan, Memberdayakan Masyarakat dan Daerah, Melaksanakan pembangunan kesehatan yang berskala nasional. Strategi untuk mewujudkan Visi Departemen Kesehatan sesuai misi yang ditetapkan, adalah : Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan, Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan, Membina sistem kesehatan dan sistem hukum dibidang kesehatan, Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan. Berdasarkan misi, visi maka disusun program pencegahan dan pemberantasan penyakit, yaitu Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan serta kebijakan peningkatan imunisasi dan desiminasinya, Menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi, Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sesuai skala prioritas, Menyusun juklak atau juknis atau protap, Mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi, Meningkatkan
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
kemampuan tenaga untuk melaksanakan program imunisasi, Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan imunisasi, Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja peningkatan imunisasi serta Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi Kebijakan imunisasi saat ini diarahkan untuk mencapai sasaran imunisasi yaitu: Eradikasi Polio, Eliminasi Tetanus Neonatarum dan Reduksi Campak. Komitmen global tersebut harus tetap dilanjutkan hingga sasaran program dicapai, dengan didukung oleh pemerataan UCI (Universal Child Imunization) sampai tingkat desa serta terjaminnya penyuntikan yang aman (safe injection) untuk kesinambungan program. Target yang harus dicapai dalam program imunisasi adalah: tercapainya pemerataan UCI (Universal Child Imunization) di puskesmas Tanjungsari, Program imunisasi di Puskesmas Tanjungsari pelaksanaannya bersifat pasif yaitu hanya menunggu sasaran datang ke puskesmas, poskeskel, pustu dan posyandu. Akibatnya hasil pencapaian imunisasi belum dapat mencapai target sejak tahun 2013 sampai 2015, dengan tidak tecapainya target imunisasi menyebabkan Puskesmas Tanjungsari belum mencapai UCI. Tidak tercapainya UCI disebabkan oleh beberapa faktor manajemen, masyarakat dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab hasil pencapaian imunisasi bayi yang rendah di Puskesmas Tanjungsari METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah diskriptif observasional. Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari. Unit analisis dalam penelitian ini adalah karyawan Puskesmas Tanjungsari dan bidan kelurahan sebanyak 13 orang. Waktu penelitian MeiAgustus 2015. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dan daftar tilik.
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) mengetahuinya langkah–langkah dalam penyusunan POA (Planning Of Action). Tabel 1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi di Puskesmas Tanjungsari Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
13
100
13 13
100 100
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100
13
100
Tabel 2. Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi di Puskesmas Tanjungsari Tahun 2015 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perencanaan
137
Jumlah Ya % 13 100 5 36
Pelaksanaan
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan Tabel 1 dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan imunisasi hanya 5 bidan (36%) yang terlibat sedangkan yang tidak terlibat 8 bidan (64%). Dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi terdapat hambatan yang dialami petugas, hambatan yang paling besar menurut seluruh bidan yang melaksanakan program imunisasi di Puskesmas Tanjungsari adalah belum
Tahap Penyusunan Rencana Menyusunan RPK Imunisasi Melibatkan bidan dalam menyusun Merencanakan Pemantauan Wilayah Setempat Merencanakan Target Merencanaan persediaan vaksin Merencanakan tenaga Pendataan sasaran Merencanakan tenaga Vaksinator sesuai sasaran Merencanakan kerjasama Vaksinator dan kader Merencanakan Penyebarluasan Informasi Merencanakan tempat pelaksanaan imunisasi Merencanakan waktu pelaksanaan Merencanakan tenaga pengambil vaksin ke Dinkes Merencanakan pencatatan hasil kegiatan imunisasi
10 11 12
Tahap Pelaksanaan Kegiatan Imunisasi Keterlibatan bidan dan kader dalam pelaksanaan imunisasi Dapat mencapai target Pelaksanaan imunisasi Tepat Waktu Ketepatan tempat pelaksanaan imunisasi Pengambilan vaksin ke Dinas Kesehatan Kota Pendataan Penyebaran Informasi pemantauan Wilayah Setempat Dilakukan pencatatan hasil kegiatan imunisasi Persediaan vaksin mencukupi kebutuhan Pembagian tenaga vaksinator sesuai sasaran Pembagian tenaga vaksinator
Jumlah Ya % 13 3
100 23
4
31
13
100
13 0 0
100 0 0
0
0
5
39
13
100
13 13
100 100
Variabel yang direncanakan tetapi tidak dilaksanakan selama pelaksanaan kegiatan imunisasi adalah penyebaran informasi, melakukan pendataan dan pemantauan wilayah setempat. Hambatan dalam pelaksanaan program imunisasi sehingga
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik)
tidak dapat mencapai target yang ditentukan, adalah sasaran tidak datang pada jadwal yang ditentukan, bidan tidak membawa vaksin, bayi sakit tidak diimunisasi dan orang tua bayi lebih mengutamakan bekerja diutarakan oleh 13 (100%) bidan, lima bidan (38%) mengutarakan pengetahuan masyarakat yang kurang, tujuh bidan (54%) mengutarakan jarak yang jauh. Supervisi Tabel 3. Supervisi Kegiatan Posyandu di wilayah Puskesmas Tanjungsari dari Tahun 2013 sampai Tahun 2015 Supervisi Ada atau tidak ada Frekuensi (berapa kali dalam satu tahun) Kapan dilaksanakannya Siapa yang terlibat
Tujuan
Isi
Manfaat
138
Koordinasi Koordinasi merupakan proses pemerolehan, penyebaran informasi kegiatan imunisasipada unit kerja Puskesmas dengan mekanisme kerjasama tim agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien. Tabel 4. Koordinasi Kegiatan Imunisasi di wilayah Puskesmas Tanjungsari No 1
TAHUN 2013 Ada
2014 Ada
2015 Ada
Empat kali dalam satu tahun
Empat kali dalam satu tahun
Empat kali dalam satu tahun
Maret, Juni, September, Desember. Dokter, bidan, tim Pembina dari puskesmas
Maret, Juni, September, Desember. Dokter, bidan, tim Pembina dari puskesmas
Maret, Juni, September, Desember. Dokter, bidan, tim Pembina dari puskesmas
Memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan program posyandu pada tiap tiga bulan sekali.
Memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan program posyandu pada tiap tiga bulan sekali
Memberikan pembinaan terhadap pelaksanaan program posyandu pada tiap tiga bulan sekali
Manajemen: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, monitoring. Tugas pokok: imunisasi, penimbangan, pelayanan KB, penyuluhan dan perbaikan gizi.
Manajemen:p erencanaan, pelaksanaan, evaluasi, monitoring. Tugas pokok: imunisasi, penimbangan, pelayanan KB, penyuluhan dan perbaikan gizi.
Manajemen: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, monitoring. Tugas pokok: imunisasi, penimbangan, pelayanan KB, penyuluhan dan perbaikan gizi.
Mengetahui kinerja Mengetahui hasil cakupan
Mengetahui Mengetahui kinerja kinerja Mengetahui Mengetahui hasil cakupan hasil cakupan Mengetahui Mengetahui permasalahan permasalahan Menentukan srategi pemecahan masalah Menentukan langkah kegiatan salanjutnya.
2 3
4 5
6 7 8 9
Pernyataan Dalam Kegiatan Jumlah Koordinasi (%) Hal- hal yang dikomunikasikan dengan tim a. Jumlah vaksin 54 b. Jadwal imunisasi 46 c. Jumlah sasaran 69 d. Cool pack dan termos 100 e. Hasil pencapaian 100 f. Hambatan yang dialami 69 selama pelaksanaan Keterlibatan bidan dalam 100 komunikasi dengan tim Yang bertanggung jawab a. Kepala Puskesmas 100 b. Koordinator imunisasi 100 Ketepatan Waktu koordinasi 100 Imunisasi Sasaran dalam Koordinasi a. Bidan kelurahan 100 b. Kader posyandu 100 Waktu melakukan koordinasi saat 100 rapat mini Tempat pelaksanaan koordinasi 100 di Puskesmas induk Mekanismenya Menyampaikan 100 hasil kegiatan setiap bulannya Tujuan koordinasi: a. Untuk mengetahui target yang 100 telah diimunisasi b. Tidak ada penggalangan 0 kerjasama tim lintas program c. Tidak ada penggalangan 0 kerjasama lintas sektoral d. Terlaksananya rapat kerja 100 tribulan
Tempat pelaksanaan koordinasi imunisasi ini di Puskesmas dilakukan pada waktu rapat mini bidan-bidan satu bulan sekali. Dari tujuan koordinasi yang tidak dilakukan 67% yaitu Penggalangan kerjasama tim lintas program dan Penggalangan kerjasama lintas sektoral. Chold chain Cold chain merupakan tata cara dan peralatan yang digunakan dala pengiriman dan penyimpanan vaksin dengan suhu yang terkontrol.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik)
Tabel 5. Peralatan yang digunakan untuk pengiriman vaksin imunisasi dari Puskesmas Pusat ke Tempat imunisasi diPuskesmas Tanjungsari
pembagian waktu dalam melaksanakan tugasnya 100% bidan tidak membuat jadwal kegiatan harian. Motivasi
No Jenis peralatan 1 Vaccine carrier atau termos 2 Cold box Jumlah
Jumlah 10
% 77
3 13
23 100
Peralatan yang digunakan untuk pengiriman vaksin dari puskesmas ke bidan pada saat pelaksanaan imunisasi yaitu Vaccine carrier atau termos 10 bidan (77%) dan cool box 3 bidan (23%). persediaan vaksin di puskesmasselama tiga tahun tidak pernah mengalami kekurangan dikarenakan pada setiap akhir tahun di puskesmas masih terdapat persediaan untuk tahun selanjutnya. Pengambilan vaksin ke Dnas kesehatan dilakukan oleh Koordinator imunisasi pada tiap bulannya. Beban Kerja Beban kerja merupakan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seseorang atau kelompok dalam waktu yang telah ditentukan. Tabel 6. Beban Kerja Bidan Sebagai Petugas Imunisasi di wilayah Puskesmas Tanjungsari tahun 2015 No Pernyataan Dalam Beban Kerja Jumlah Petugas Imunisasi (%) 1 Imunisasi merupakan bukan tugas utama bidan 0 2 Tugas utama bidan yang menjadi tanggung jawab selain imunisasi KIA 100 KB 100 Posyandu 100 Membantu persalinan 100 3 Tugas tambahan bidan yang dilakukan selain tugas utama Koordinator Lansia 69 Kesehatan lingkungan 38 Gizi 62 Pembinaan kesehatan 69 Pengobatan 100 4 Tugas imunisasi dijalankan dengan ringan 100 5 Adanya tugas tambahan pekerjaan menjadi berat 100 6 Tidak membuat jadwal kegiatan pada setiap bulannya 0
Dari Tabel 6 menurut seluruh bidan yang melaksanakan program imunisasi di wilayah Tanjungsari , 100% bidan tidak pernah merasa kegiatan imunisas. Adanya tugas tambahan yang menjadi tanggung jawabnya bidan merasa sangat berat dan untuk
139
Tabel 7. Motivasi Bidan Sebagai Petugas Imunisasi di wilayah Puskesmas Tanjungsari Jenis motivasi 1. Prestasi 2. Pengakuan atas hasil kerja 3. Tanggung jawab 4. Pekerjaan itu sendiri 5. Pengembangan individu 6. Gaji dan upah 7. Kondisi kerja 8. Hubungan antar pribadi 9. Supervisi Rata-rata
Skala penilaian 4 3 2 1 0 0 3 10 0 0 0 13
Ratarata
Keterangan
1.23 1
Tidak dapat Tidak dapat
0 9
4 0
2.85
Ringan
0 8
5 0
2.77
Senang
0 0
8
0 8
5 0
2.62
cukup
0 3 6 5 0 13 0 0
1.62 3
Mendukung Baik
0 13 0 0
3 2.2
Bermanfaat Kurang baik
5 1.62
jarang sekali
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa motivasi responden kurang baik karena nilai rata-rata dari hasil yang didapat masih di bawah 2,6 yaitu 2,2. Dalam prestasi kerja dalam melakukan tugas imunisasi bayi petugas tidak dapat mencapai standart yang ditetapkan pada perencanaan yaitu 80% dengan hasil penilaian 1,23 masih di bawah 2,6. Bidan tidak pernah mendapatkan ucapan terima kasih dari pimpinan atas pekerjaan yang dilakukan karena tugas yang dilakukan dinilai tugas biasa dan merupakan tugas rutin dengan hasil penilaian 1 masih jauh di bawah 2,6. Bidan jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk pengembangan potensi pada diri masingmasing serta tidak mendapat kesempatan untuk maju atas pekerjaannya dengan hasil penilaian diatas 2,6 yaitu 1,62 dikarenakan para bidan melaksanakan tugas – tugasnya sebagai hal biasa dan kurang melaksanakan protap. Evaluasi Kegiatan evaluasi bertujuan untuk memantau kegiatan yang dilaksanakan serta hasil dari evaluasi dapat digunakan untuk pedoman dalam penyusunan perencanaan selanjutnya, jika ada hambatan maka dapat ditentukan strategi pemecahan masalah yang diatasi. Evaluasi dilaksanakan karena
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik)
adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Tabel 8. Evaluasi Kegiatan Imunisasi di wilayah Puskesmas Tanjungsari No 1
2 3 4 5
6 7
8
9
10
Tahap Evaluasi Kegiatan Imunisasi Puskesmas melakukan kegiatan evaluasi kegiatan imunisasi Dilakukan pada tiga bulan sekali Pembuatan laporan bulanan kegiatan imunisasi Ketepatan waktu pembuatan laporan kegiatan imunisasi Mengikuti pertemuan mengevaluasi hasil pelaksanaan imunisasi Mekanisme dengan mengoreksi chek list Melakukan evaluasi terhadap rencana program imunisasi yang dibuat Evaluasi terhadap kebenaran pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan imunisasi Melakukan Evaluasi terhadap Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) program imunisasi Melakukan tindakan dalam mengatasi masalah
Jumlah (%) 100
100 39 39 100
100 0
0
0
0
Dari Tabel 8, 13 bidan (100%) mengutarakan bahwa evaluasi kegiatan imunisasi tidak melakukan: evaluasi terhadap rencana program imunisasi yang dibuat, evaluasi terhadap kebenaran pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan imunisasi, evaluasi terhadap pemantauan wilayah setempat program imunisasi dan melakukan tindakan dalam mengatasi masalah, delapan bidan 61% tidak membuat laporan bulanan dan tidak tepat waktu pembuatan. Hasil Pencapain Pencapaian rata-rata cakupan imunisasi bayi sampai empat tahun adalah 86% untuk campak, 89% untuk DPT1, 86% untuk DPT3, 87% untuk Polio4, 84% untuk BCG dan 85% untuk HB3. persentase cakupan rata – rata pertahun mengalami peningkatan tetapi masih belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. PEMBAHASAN Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005) perencanaan kesehatan bermaksud merumuskan dan melaksanakan kegiatankegiatan pada masa mendatang (yang akhirnya bertujuan) untuk meningkatkan
140
derajat kesehatan. Pada setiap tahunnya Puskesmas Tanjungsari menyusun rencana pelaksanaan kegiatan untuk program imunisasi, tetapi penyusunan tersebut hanya berisikan hal – hal yang umum saja, sehingga pada setiap tahunnya tidak ada upaya untuk memperbaiki penyusunan perencanaan agar dapat mengatasi permasalahan yang membuat pelaksanaan imunisasi bayi pada setiap tahunnya tidak dapat mencapai target. Perencanaan bukan hanya sekedar suatu kegiatan teknis, namun suatu proses berkesinambungan dari mengamati penyesuaian untuk mengadakan perubahan serta proses belajar, yang mana harus dijaga kesinambungannya. Petugas dalam melaksanakan program imunisasi bayi tidak dapat mencapai target yang ditentukan karena tugas rangkap petugas imunisasi bidan sebagian besar banyak tugas rangkap dua tugas pokok selain imunisasi. Hal ini akan berakibat hasil kerja kurang optimal tidak dapat mencapai taget maka untuk itu perlu rekrutmen tenaga yang profesional. Selain tugas rangkap juga adany Persepsi masyarakat puskesmas merupakan tempat untuk berobat jika mereka telah sakit parah. Persepsi yang salah tersebut karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Seharusnya pihak puskesmas lebih aktif melakukan penyuluhan jika imunisasi merupakan langkah pencegahan sehingga lebih penting sebelum terserang penyakit. Menurut Azwar (1996), supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. Di Puskesmas Tanjungsari tidak pernah dilakukan Supervisi khusus untuk program imunisasi pada setiap tahunnya. Tetapi supervisi yang diberikan tentang kegiatan posyandu dimana dalam supervisi posyandu tersebut juga membahas masalah imunisasi, sehingga bidan mengharapkan adanya supervisi khusus imunisasi. Konsekuensi jika tidak adanya supervisi khusus imunisasi maka tidak bisa membahas seluruh permasalahan dari imunisasi, jika supervisi tetap digabung dalam supervisi posyandu maka topik permasalahan yang dibahas banyak kelompoknya. Upaya agar diadakannya supervisi khusus imunisasi adalah dengan cara menetapkan jadwal dan permasalahan yang dihadapi bidan pada saat melaksanakan program imunisasi. Kegiatan koordinasi di Puskesmas Tanjungsari telah dilakukan dengan baik dapat dilihat dari hasil kegiatan komunikasi
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
antar bidan hal ini sesuai dengan pendapat supriyanto (2005) bahwa oordinasi adalah proses komunikasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi kegiatan-kegiatan pada unit kerja Puskesmas dengan mekanisme kerjasama Tim (intern Puskesmas dan Lintas Sektoreal) agar tujuan Puskemas dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien. Bagian terpenting dari sistem cold chain adalah penanganan penyimpanan vaksin dan penanganan pengiriman vaksin, cold chain tidak akan efektif walaupun dilakukan dengan peralatan yang modern sekalipun bila tidak ada petugas yang menangani secara benar (Dit Jen PPM dan PL Dep Kes RI, 2003). Sehingga memerlukan perhatian khusus untuk penyimpanan vaksin imunisasi bayi tersebut agar vaksin tetap dapat digunakan. esmas dapat tercapai secara lebih efektif dan efisien. Beban kerja adalah jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau seseorang dalam waktu tertentu (Handiarti dalam Partiduri, 2002). Semakin tinggi beban kerja seseorang maka hasil kualitas pekerjaan yang ada tidak akan sempurna dan tidak akn mencapai target yang ada. Menurut Supriyanto (2003), implikasi motivasi Herzbrg adalah para pemberi pelayanan kesehatan perlu berusaha sebaikbaiknya untuk mencegah hal-hal yang tidak memuaskan, serta pemberi pelayanan perlu mengenal secara cermat faktor utama yang memuaskan dan mendorong perilaku masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi petugas pelaksana di Puskesmas dikategorikan kurang atau di bawah rata-rata. Menurut Supriyanto dan Damayanti (2005), kegiatan evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dimaksudkan untuk mendapatkan relevan informasi guna pengambilan keputusan. Selain itu evaluasi bertujuan untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan perencanaan yang akan datang serta memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan perencanaan program imunisasi bayi di Puskesmas Tanjungsari (1) Tidak semua bidan terlibat dalam penyusunan perencanaan (2) Tidak adanya Pemantauan wilayah Setempat dan Kurangnya
141
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) pengetahuan tentang langkah – langkah Penyusunan POA. Dalam Pelaksanaan kegiatan imunisasi bayi diPuskesmas Tanjungsari (1) Tidak tepat waktu dan pendataan sasaran tidak dilakukan (2) Tidak melakukan penyebaran informasi dan tidak melakukan pencatatan hasil kegiatan imunisasi (3) Tidak melakukan sweeping atau datang ke rumah sasaran. Hambatan dalam pelaksanaan imunisasi bayi (1) Sasaran tidak datang tepat waktu pada jadwal yang ditentukan (2)Bidan tidak terlibat cold chain (3) Bayi sakit tidak diimunisasi dan orang tua bayi mengutamakan bekerja. Manfaat Supervisi masih belum dipahami dalam imunisasi bayi (1) tidak mengetahui permasalahan (2) tidak Menetukan strategi pemecahan masalah (3) tidak menentukan langkah selanjutnya.Tujuan Koordinasi belum dipahami dalam imunisasi bayi (1) tidak ada penggalangan kerjasama tim lintas program (2) tidak ada penggalangan kerjasama lintas sektoral. Cold chain di Puskesmas Tanjungsari sesuai dengan aturan yang telah ada untuk menjaga kualitas vaksin dapat tetap digunakan sehingga tidak pernah mengalami kekurangan. Motivasi dalam kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Tanjungsari (1)Sebagian besar bidan tidak dapat mencapai target yang ditentukan (2) Bidan tidak pernah mendapatkan pengakuan atas hasil kerjanya (3) Bidan jarang sekali mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan potensi. Kegiatan evaluasi hasil dalam kegiatan imunisasi bayi di Puskesmas Tanjungsari tidak dilakukan. Hasil pencapaian seluruh imunisasi bayi di wilayah Puskesmas Tanjungsari kurang dari target telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan penyusunan RPK dengan melibatkan semua bidan dan kepala Puskesmas, pengaktifan kegiatan sweping, pendataan sasaran dan penyebaran informasi bersama tokoh masyarakat, pelatihan dan pendidikan tentang imunisasi, seminar tentnag POA , pembuatan leaflet dan spanduk imunisasi, pembuatan jadwal kegiatan oleh bidan dalam kegiatan imunisasi, mengaktifkan kegiatan supervise imunisasi, peningkatan motivasi ppetugas dalam melaksanakan kegiatan imunisasiSeminar tentang Langkah penyusunan POA dan Pembinaan Program imunisasi. DAFTAR PUSTAKA Azwar A. 1996. Pengatar Administrasi Kesehatan. Jakarta :Binarupa Aksara.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 3, Juli 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik)
Depkes – Kesejahteraan Sosial, 2014. Buku Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, Sub Derektorat Imunisasi. Dessler G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid II, Alih Bahasa. Jakarta: PT. Prehallindo Dit Jen PPM dan PL Dep Kes RI, 2003. Modul Latihan Penyuntikan yang Aman dan Imunisasi Hepatitis B. Dinas Kesehatan Jawa Timur. Mawatunsih A.P., 2003. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Beban Kerja pada Unit Pemulihan Kesehatan dan Rujukan di Puskesmas Tambak Rejo Kota Surabaya. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. Muninjaya.A.A.G, 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Moekijat, 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia (Manajemen Kepegawaian). Bandung: Mandar Maju. Notoatmodjo S, 2003. Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Oematan H, 2005. Evaluasi Pelaksanaan Program Pemberantasan Kusta di Kabupaten Kupang Tahun 2003. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. Pitaduri A., 2000. Faktor-Faktor yang Mampengaruhi Rendahnya Stres Kerja pada Beban Kerja yang Tinggi (Studi pada Perawat IRD RSUD Dr. Sutomo Lantai I). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. Supriyanto, S. 2010. Metodologi Riset. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Supriyanto, S dan Damayanti A. 2005. Perencanaan dan Evaluasi. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Umar, H. 2003. Riset Sumberdaya Manusia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
142
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes