Volume VII Nomor 2, April 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) PENDAHULUAN Latar Belakang
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PROSES PERSALINAN KALA I Moh. Wildan (Program Studi Kebidanan Jember, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang) Jenie Palupi (Program Studi Kebidanan Jember, Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang) Sukartini (Rumah Sakit Elizabeth Situbondo) ABSTRACT Background: Most pregnant mother experienced the feeling of anxiety prior to the delevires of their babies. This pre-labour anxiety requires a serious attention from the health professionals involved in helping the labour process, including the midwife, because it potentially increases into a higher degree of anxiety when no immediate action is taken to overcome it. The objective of this research was to obtain in depth information on the difference to degree of anxiety which was experienced by pregnant mother prior and post to obtaining therapeutic communications. Methods: This Research used “one group pre test-post design” with total responden of 30 expecting mather admitted to Elisabeth Hospital, Situbondo. The data obtained were then analized using Chi Square statistical tes on 5 % level significance and degree of freedom 4. Results: The result showed that the value of 2 the computed Chi Square X (10,582) is higher than that of the stsndard value of X2 presented in Chi Square tables (9,488). Therefore te hypotesis which said that there was a difference degree of anxiety experienced by pregnant mother prior and post to obtaining therapeutic communications was accepted. The value of the contingency coefficience was only 0,392, hence there was a positive correlation, even thought it was no so strong. Conclusion: It could be concluded that the degree of anxiety experienced by pregnant mother facing labour process at term I decreased upon obtaining therapeutic communications from the midwife. Keywords: Therapeutic communications, anxiety, labour
103
Kecemasan merupakan pengalaman setiap orang sebagai sinyal waspada untuk memperingatkan adanya bahaya maupun ancaman. Keadaan tersebut tidak menyenangkan disertai perasaan ragu/khawatir. Juga adanya gejala otomatik yang bervariasi pada beberapa orang. Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Stuart & Sundeen, 1998). Kecemasan dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai kondisi dan situasi kehidupan, misalnya pada wanita yang menjelang persalinan dimana persalinan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita beserta keluarganya. Persalinan juga merupakan masa-masa sulit yaitu saat terjadinya perubahan identitas dan peran bagi ibu, bapak dan anggota keluarga lain. Saat-saat sulit pada ibu secara psikologis yang sering dialami ibu menjelang proses persalinan adalah kecemasan terhadap kondisinya dan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan datang (Taylor, 1997). Kecemasaan pada ibu hamil menjelang persalinan merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena kecemasan yang berlangsung terusmenerus tanpa adanya suatu solusi akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih berat dan meningkatkan resiko cedera (Arwani, 2003). Misalnya, pada ibu yang mengalami kecemasan saat menjelang persalinan dapat mempengaruhi his sehingga menjadi his hypertonic. Keadaan his seperti ini dan berlangsung terus menerus tanpa diimbangi dengan pembukaan servic dapat mengakibatkan ruptur uteri. Diharapkan dengan adanya komunikasi terapeutik dari bidan dan tenaga kesehatan lain dapat membantu ibu untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya sehingga kecemasan yang dilami dapat berkurang. Berdasarkan uriaian diatas dan usaha untuk mengatasi dampak kecemasan maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Komunikasi Terapiutik
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 2, April 2016
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I”. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : ”Adakah Pengaruh Komunikasi Terapiutik Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I.”? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapiutik terhadap tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah untuk membantu klien mengenali kecemasan yang dihadapi sehingga klien dapat beradaptasi dengan kecemasan yang dialami dan dapat mengatasinya dengan koping yang baik. Juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengurangi kecemasan pada ibu yang menghadapi proses persalinan kala I oleh para bidan atau tenaga kesehatan. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah “One-Group Pra test - Post tes Design”, dimana peneliti mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, artinya kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah diintervensi. Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang menghadapi proses persalinan kala I di Rumah Sakit Elizabeth Situbondo.Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan “Accidental Sampling” yakni pengambilan sampel secara aksidental (accidental) ini dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Jumlah sampel diperoleh 30 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah: untuk komunikasi terapeutik peneliti menggunakan checklist. dalam bentuk pertanyaan tertutup yaitu dichotomis choice dimana dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban/alternatif dan hanya memilih satu diantaranya dengan memberi tanda (). Jumlah pertanyaan untuk komunikasi terapeutik adalah 24 pertanyaan. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan, peneliti menggunakan checklist kecemasan dari Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat ukur ini terdiri atas 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
104
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) Langkah awal pengumpulan data adalah menyeleksi calon responden dengan berpedoman pada kriteria sampel. Setelah mendapatkan responden yang dikehendaki maka langkah selanjutnya adalah peneliti meminta persetujuan dari responden penelitian dengan memberikan persetujuan dan meminta tanda tangan responden apabila bersedia diteliti. Setelah mendapat persetujuan, peneliti mengobservasi tingkat kecemasan responden dengan menggunakan Check List HARS, kemudian responden diberi komunikai terapeutik oleh bidan dan peneliti mengobservasi komunikasi terapeutik yang diberikan dengan mengisi Check List yang tersedia. Selanjutnya mengobservasi ulang tingkat kecemasan dengan alat ukur yang sama. Setelah data terkumpul dari hasil pengisian Check List kemudian data diproses secara diskret yaitu mengecek kembali kelengkapan data, coding kemudian ditabulasi. Dari hasil pengisian Check List Komunikasi terapiutik untuk pernyataan dengan dua kategori jawaban menggunakan ketetapan nilai pada setiap jawaban yaitu nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 jawaban “tidak” dan biasanya tidak perlu dinilai, tetapi hanya dijumlahkan (Arikunto, 2002). Sedangkan hasil pengisian Check List HARS melalui proses observasi setiap kelompok gejala diberi skor 0-4 dan kemudian dijumlahkan. Dari penjumlahan nilai (skor) dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu: Skor < 14 : tidak ada kecemasan 14 – 20 : kecemasan ringan 21 – 27 : kecemasan sedang 28 – 41 : kecemasan berat 42 – 46 : kecemasan sangat berat Untuk menentukan uji statistik maka harus disesuaikan dengan skala pengukuran dan jenis penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan klasifikasi skala pengukuran nominal dan ordinal dengan desain penelitian korelasional pra experimen dan menggunakan metode pendekatan “One Group Pra Test – Post Test Design”. Sehingga alat statistik yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran 2 variabel dependen dan independen menggunakan uji statistik korelasi ChiSquare. Kemudian dilanjutkan dengan koefisien kontingensi C. HASIL PENELITIAN Dari semua responden dilakukan pre test berupa pengisian observasi HARS yang pertama kemudian seluruh responden dilakukan komunikasi terapeutik oleh bidan setelah itu dilakukan kembali pengisian
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 2, April 2016
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik)
observasi HARS yang kedua sebagai post test. Hasil penelitian yang dapat ditabulasi dengan menggunakan distribusi frekuensi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang terdiri dari data umum dan data khusus. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden di RS. Elizabeth Situbondo No Umur 1 2 3 4 Pendidikan 1 2 3 A. Paritas 1 2
Karakteristik
F
%
16 – 20 tahun 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun Total
15 7 4 3 30
50,00 % 23,34 % 13,33 % 10,00 % 100,00 %
SD SMP SMU Total
7 10 13 30
23,33 % 33,33 % 43,33 % 100,00 %
16 14 30
53,33 % 46,67 % 100,00 %
Primigravida Multigravida Total
Berdasarkan tabel 1 didapatkan responden mayoritas berumur 16-20 tahun sebanyak 15 responden (50,00%), sedangkan paling sedikit berumur 31-35 tahun sebanyak 4 responden (13,33%). Responden yang berpendidikan SD sebanyak 7 responden (23,33%), SMP sebanyak 10 responden (33,33%) dan SMU sebanyak 13 responden (43,33%). Sedangkan responden primigravida sebanyak 16 responden (53,33%) dan jumlah responden multigravida sebanyak 14 responden (46,67%) Tabel 2. Distribusi Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Sebelum dan Sesudah Diberikan Komunikasi Terapeutik di RS. Elizabeth Situbondo Tingkat Kecemasan Tidak Cemas Ringan Sedang Berat Sangat berat Total X2 = 10,528
Komunikasi Terapiutik Sebelum Sesudah Jumlah 9 (30,00%) 16 (53,33%) 25 7 (23,33%) 11 (36,67%) 18 9 (30,0050 1 (3,33%) 10 3 (10,00%) 1 (3,33%) 4 2 (6,67%) 1 (3,33%) 3 30 (100%) 30 (100%) 60 Sig. 0.000 CC : 0,391
Berdasarkan tabel 2 didapatkan jumlah responden sebelum diberikan komunikasi terapeutik di RS. Elizabeth Situbondo yang tidak cemas sebanyak 9 responden (30,00%), yang mengalami cemas sebanyak 21 responden (70,00%) yang meliputi: cemas ringan sebanyak 7 responden
105
(23,33%), cemas sedang 9 responden (30,00%), cemas berat sebanyak 3 responden (10,00%), cemas sangat berat sebanyak 2 responden (6,67%). Sedangkan tingkat kecemasan responden setelah diberikan komunikasi terapeutik di RS. Elizabeth Situbondo adalah 16 responden (53,33%) tidak mengalami kecemasan, cemas ringan 11 responden (36,67%), cemas sedang 1 responden (3,33%), cemas berat 1 responden (3,33%), dan cemas sangat berat 1 responden (3,33%). Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat kecemasan responden sebelum diberikan komunikasi terapeutik dari 30 responden sebanyak 9 responden (30%), cemas ringan sebanyak 7 responden (23,33%), cemas sedang sebanyak 9 responden (30%), cemas berat sebanyak 3 responden (10%), dan cemas sangat berat sebanyak 2 responden (6,67%). Sedangkan tingkat kecemasan responden setelah diberikan komunikasi terapeutik dari 30 responden sebanyak 16 responden (53,83%), cemas ringan sebanyak 11 responden (36,67%), cemas sedang sebanyak 1 responden (3,33%), cemas berat sebanyak 1 responden (3,33%), dan cemas sangat berat sebanyak 1 responden (3,33%). 2 Dari analisa data didapatkan nilai X 2 hitung > X tabel (10,582 > 9,488) dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 4. Angka probabilitas pada kolom approx.sig adalah 0,000 berarti < 0,05. Sedangkan nilai korelasi Coefisien Contingensi sebesar 0,391. Dengan demikian Ho ditolak, berarti ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I dengan arah korelasi yang positif (+), tingkat korelasi agak rendah/ lemah tapi pasti. Dari hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I di RS. Elizabeth Situbondo yang artinya apabila komunikasi terapeutik dilakukan pada ibu yang menghadapi proses persalinan kala I maka dapat menurunkan tingkat kecemasan. PEMBAHASAN Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Sebelum Dilakukan Komunikasi Terapeutik Dari hasil penelitian pada tabel 2 didapatkan tingkat kecemasan responden sebelum diberikan komunikasi terapeutik adalah 30% tidak mengalami kecemasan dan 70% mengalami kecemasan dengan
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 2, April 2016
berbagai tingkatan antara lain : cemas ringan (23,33%), cemas sedang (30%), cemas berat (10%), dan cemas sangat berat (6,67%). Melihat data di atas menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kecemasan dalam menghadapi proses persalinan kala I sebelum diberikan komunikasi terapeutik jauh lebih besar dari pada ibu yang tidak cemas. Hal ini didukung oleh pendapat Taylor (1997), yang mengemukakan bahwa kecemasan dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai kondisi dan situasi kehidupan, misalnya pada wanita yang menjelang persalinan dimana persalinan merupakan suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita beserta keluarganya. Persalinan juga merupakan masa-masa sulit yaitu saat terjadinya perubahan identitas dan peran bagi ibu, bapak dan anggota keluarga lain. Saat-saat sulit pada masa bagi sang ibu baik psikologis yang sering dialami ibu menjelang proses persalinan adalah kecemasan terhadap kondisinya dan hal-hal yang akan terjadi dimasa yang akan dating. (Hamilton, 1995). Selain hal tersebut kecemasan ibu yang menghadapi proses persalinan juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman seseorang terhadap proses persalinan, tingkat pendidikan seseorang, serta usia seseorang. Individu yang tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan mempunyai koping lebih adaptif terhadap kecemasan dari pada individu yang tingkat pengetahuannya lebih renda. Seseorang yang telah mempunyai keterampilan dalam menggunakan koping dapat memilih tindakan-tindakan yang akan memudahkan adaptasi terhadap stresor baru. Seseorang yang telah berhasil menangani stresor-stresor di masa lampau akan mempunyai ketrampilan koping yang lebih baik dan dapat menangani secara efektif bila krisis terjadi. Hal ini diperkuat oleh Purwanto (2000), bahwa primigravida lebih banyak cemas dari pada multigravida. Ini berarti seseorang yang belum mempunyai pengalaman melahirkan (primigravida) lebih banyak cemas bila dibandingkan dengan seseorang yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya (multigravida). Hal ini juga disebabkan karena masih banyak petugas kesehatan yang belum menerapkan komunikasi terapeutik. Sedangkan dampak kecemasaan pada ibu hamil menjelang persalinan merupakan halhal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena kecemasan yang berlangsung terusmenerus tanpa adanya suatu solusi akan mengakibatkan peningkatan kecemasan ke level yang lebih berat dan meningkatkan resiko cedera. Ibu yang mengalami
106
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) kecemasan saat menjelang persalinan dapat mempengaruhi his sehingga menjadi his hypertonic. Keadaan his seperti ini dan berlangsung terus menerus tanpa diimbangi dengan pembukaan servic dapat mengakibatkan ruptur uteri. Oleh sebab itu diperlukan penerapan komunikai terapeutik. (Taylor, 1997). Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Sesudah dilakukan Komunikasi Terapiutik. Dari hasil penelitian pada tabel 2 didaptkan tingkat kecemasan responden sesudah dilakukan komunikasi terapeutik adalah 58,33% tidak mengalami kecemasan dan 46,67% mengalami kecemasan dengan berbagai tingkatan antara lain : cemas ringan (36,67%), cemas sedang (3,33%), cemas berat (33,3%) dan cemas sangat berat (33,3%). Hal ini di dukung oleh teori Purwanto (1994), tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya padahal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya, mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri. Berdasarkan analisa dari fakta teori menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu yang menghadapi proses persalinan kala I dapat diturunkan/diatasi dengan komunikasi terapeutik. Oleh sebab itu dengan informasi yang diperoleh melalui komunikasi terapeutik akan membantu pasien mengurangi beban perasaan dan pasien dapat membangun koping dan adaptif sehingga memudahkan untuk memilih tindakan-tindakan efektif serta dapat beradaptasi terhadap stessor baru. Pengaruh Komunikasi Terapiutik terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Dari hasil analisa data yang menggunakan uji statistik korelasi Chi Square yang kemudian dikonfirmasikan dengan Chi Square tabel, hasil yang 2 2 diperoleh X hitung 10,582 sedangkan X tabel 9,488 dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan 4 maka X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (10,582% > 9,488%). Dengan demikian berarti adanya pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I di RS. Elizabeth Situbondo.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes
Volume VII Nomor 2, April 2016
Hal ini di dukung oleh teori Christina (2002), komunikasi terapeutik memegang peranan penting dalam membantu pasien memecahkan masalah yang dihadapi. Komunikasi terapeutik didefinisikan sebagai komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatan-kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Berdasarkan analisa dan fakta teori berarti ada pengaruh antara komunikasi therapiutik dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I, dengan besar koefisien 0,391 artinya tingkat korelasi rendah/ lemah tapi pasti dengan arah korelasi positif. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hubungan Komunikasi Terapeutik dalam asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan bidan-klien. Bila bidan tidak memperhatikan hal ini, hubungan bidan-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses kesembuhan klien, tetapi merupakan hubungan sosial biasa. Oleh sebab itu bidan perlu meningkatkan asuhan kebidanan dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang dapat memberikan dampak mempercepat proses adaptasi klien terhadap kecemasan yang dialami. B. SIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN DAN SARAN
ISSN 2086-3098 (cetak) ISSN 2502-7778 (elektronik) DAFTAR PUSTAKA Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Cipta. Arwani (2003). Komunikasi Dalam Keperawata. Jakarta. EGC. Christina (2002). Komunikasi kebidanan. Jakarta. EGC. Hamilton (1995). Dasar-dasar keperawatan Maternitas Edisi 6. Alih Bahasa Ni Luh GedeYasmin. Jakarta. EGC. Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Purwanto. (1994). Komunikasi Untuk Perawat. . Jakarta. EGC. Struat & Sunden. (1995). Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta, EGC. Taylor. (1997). Kehamilan dan Persalinan. Jakarta. EGC, Jakarta.
Kesimpulan Setelah dilakukan analisis data disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik berpengaruh terhadap tingkat kecemasan ibu yang menghadapi proses persalinan kala I, dengan tingkat korelasi lemah. Saran Bagi masyarakat ; diharapkan ibu hamil yang menghadapi proses persalinan dapat memilih tindakan-tindakan yang efektif sehingga dapat mengurangi kecemasan yang dialami dengan cara mengikuti saransaran dari bidan. Bagi tenaga kesehatan ; diharapkan meningkatkan kualitas asuhan kebidanan dengan menerapkan komunikasi terapeutik yang dapat memberikan dampak mempercepat proses adaptasi klien terhadap kecemasan yang dialami. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh dukungan keluarga (suami) terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi proses persalinan kala I.
107
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes