UPAYA MENINGKATKAN TEKNIK SEPAK SILA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 10 MUARA ENIM Juli Astuti, Ayu Puspita Indah Sri, Tri Agustin Dosen Universitas Bina Darma dan Mahasiswa Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 12 Palembang Pos-el:
[email protected],
[email protected],
[email protected].
Abstract: The problem of this research is there any improvement in the passing game takraw technique through methods STAD (Student Team Achievement Division) in the fifth grade students of State Elementary School 10 MuaraEnim. The purpose of this study was to determine the increase in the passing game takraw technique through methods STAD (Student Team Achievement Division) in the fifth grade students of State Elementary School 10 MuaraEnim. The method used is the method of classroom action research (PTK). The subjects of this study were students of class V SD Negeri 10 MuaraEnim numbered 30 people. The data collection technique using the test sepak sila in the game takraw. Based on the results of research and discussion that were outlined can be concluded that there is an increase in the sepak sila game takraw technique through methods STAD (Student Team Achievement Division) in the fifth grade students of State Elementary School 10 MuaraEnim. This is shown by the increase of pre-cycle to the third cycle of 100% Keywords: sepak sila, STAD method Abstrak: Masalah penelitian ini adalah adakah peningkatan teknik sepak silapadapermainan takraw melalui metode STAD (Student Team Achievement Division) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Muara Enim. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan teknik passing padapermainan takraw melalui metode STAD (Student Team Achievement Division) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Muara Enim. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 10 Muara Enim berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan tes sepak siladalam permainan takraw. Hasil penelitian disimpulkan bahwa ada peningkatan teknik sepak silapadapermainan takraw melalui metode STAD (Student Team Achievement Division) pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Muara Enim. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan dari pra siklus ke siklus ketiga sebesar 100%. Kata kunci: sepak sila, metode STAD
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa di sekolah. Mata pelajaran ini membahas tentang olahraga dan kesehatan yang meliputi permainan kecil, permainan besar, atletik, dan kesehatan tubuh. Tujuan pembelajaran Penjasorkes adalah menjadikan siswa memiliki keterampilan dalam bidang olahraga baik secara teori maupun praktik serta memiliki pola pikir yang baik dan memiliki gaya hidup sehat (Rosdiani, 2012:178). Dengan demikian, pada pembelajaran Penjasorkes siswa tidak hanya dituntut menguasai materi secara teori tetapi juga menguasai materi secara praktik.
Salah satu permainan yang dipelajari siswa pada pembelajaran Penjasorkes di sekolah adalah permainan sepak takraw. Pada permainan ini, siswa dapat menguasai teknik dasar sepak takraw secara teori dan praktik. Akan tetapi, tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai apabila siswa dapat menerima materi dengan baik sewaktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat. Metode pembelajaran merupakan suatu cara menyampaikan materi pelajaran pada siswa. Tujuan digunakannya metode pembelajaran adalah supaya siswa dapat memahami dengan mudah materi pelajaran yang disampaikan guru, karena dalam penggunaan metode terdapat suatu cara menyampaikan materi 1
dengan baik, jelas, dan menyenangkan siswa sehingga siswa tidak merasa bosan mengikuti pembelajaran sampai selesai jam belajar di sekolah. Metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran yang digunakan membutuhkan kepandaian guru dalam menggunakannya. Kemampuan guru menggunakan metode dan alat bantu pembelajaran yang dilakukan dapat memudahkan proses belajar mengajar (Notoadmodjo, 2009:43). Kemampuan guru memilih metode yang tepat memengaruhi kegiatan siswa dalam pembelajaran, terutama untuk dapat menjadikan siswa aktif mengikuti proses pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Hamdani (2014:82), bahwa penggunaan metode pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi keaktifan siswa dalam pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk belajar. Metode pembelajaran yang dapat dipilih adalah metode yang dapat menjadikan siswa aktif belajar, baik untuk menguasai materi secara teori maupun praktik. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa dapat leluasa menguasai materi dengan baik, dan leluasa untuk bertanya dan berlatih apabila menemukan kesulitan dalam menguasai materi. Hasil observasi awal pada hari Rabu, 28 September 2016 di SD Negeri 10 Muara Enim menunjukkan bahwa, siswa belum mampu menguasai teknik dasar passing karena masih terlihat sering terjadi kesalahan. Teknik passing dalam permainan sepak takraw termasukdalam sepak sila. Teknik melakukan sepak sila yang tepat dilakukan dengan cara menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam untuk menerima dan menimang bola, mengumpan bola dan menyelamatkan smash yang dilakukan lawan dalam permainan (Anonim, diunduh Oktober 2016). Dalam melakukan sepak sila di SD Negeri 10 Muara Enim, siswa belum aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan passing yang diperoleh masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan ratarata nilai yang diperoleh siswa 68 sedangkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum adalah 75. Permasalahan tersebut merupakan masalah yang serius yang membutuhkan penyelesaiannya. Apabila tidak segera diatasi maka dikhawatirkan kemampuan siswa tidak mengalami peningkatan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sastrawan dkk (2014), dalam skripsi
berjudul “Implementasi Model Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sepakan SepakTakraw,” bahwa hasil analisis data, aktivitas dan hasil belajar teknik dasar sepakan (sepaksila) sepak takraw meningkat melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 4 Kubu Tambahan tahun pelajaran 2013/2014. Restyan Dewi Antari (2015) dalam skripsi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap Hasil Belajar Sepak Mula Bawah Pada Permainan Sepak Takraw (Studi pada Siswa Kelas XI B SMK 1 Muhammadiyah Trenggalek),” menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar sepak sila pada permainan sepak takraw dengan peningkatan sebesar 137,64%. Hasil uji t (Paired Sample t Test) menyatakan bahwa nilai t hitung 20,84 > nilai t tabel 2,021, artinya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar sepak mula bawah pada permainan sepak takraw. Iska Yuliyanti (2013) dalam skripsi berjudul, “Meningkatkan Hasil Belajar Sepak Takraw Melalui Pendekatan Permainan Jala Hip Hop Siswa Kelas V SD Negeri Keputran 01 Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2012/2013”, menunjukkan bahwa melalui pendekatan permainan jala hip hop dapat meningkatkan hasil belajar sepak takraw pada siswa kelas V SD Negeri Keputran 01 Kota Pekalongan Tahun Pelajaran 2012/2013. Penulis selaku guru penjasorkes bermaksud untuk mencari solusi menyelesaikan masalah tersebut dengan memilih menerapkan metode STAD(Student Team Achievement Division) dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Melalui penerapan metode STAD diharapkan kemampuan siswa dapat mengalami peningkatan. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian ilmiah berjudul, ”Upaya Meningkatkan Teknik Sepak Sila pada Permainan Takraw melalui Metode STAD (Student Team Achievement Division) pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Muara Enim.” 2
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat identifikasi permasalahan penelitian ini adalah: 1. kemampuan teknik sepak sila siswa rendah; 2. pembelajaran sepak sila belum berjalan sebagaimana mestinya; 3. belum pernah diterapkan metode STAD dalam pembelajaran sepak sila. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, fokus penelitian dibatasi pada: 1. kemampuan siswa dalam mempraktikkan sepak sila; 2. metode pembelajaran menggunakan metode STAD; 3. penelitian ini dilakukan di SD Negeri 10 Muara Enim, khususnya siswa kelas V. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan sepak sila siswa? 2. Bagaimana pembelajaran menggunakan metode STAD? 3. Bagaimana peningkatan teknik Sepak Sila dalam permainan takraw menggunakan metode STAD siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Muara Enim? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. kemampuan sepak sila siswa; 2. pembelajaran sepak takraw menggunakan metode STAD; 3. peningkatanteknik Sepak Silapadapermainan takraw menggunakan metode STAD siswa kelas V di SD Negeri 10 Muara Enim. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak berikut ini. 1. Siswa Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan motivasi melakukan teknik dasar sepak sila dalam permainan takraw. 2. Bagi Guru Mata Pelajaran PJOK Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi guru Mata Pelajaran PJOK dalam pembelajaran takraw, khususnya teknik dasar sepak sila. 3. Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan meningkatkan
prestasi mata pelajaran PJOK, khususnya permainan sepak takraw. 4. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan melaksanakan penelitian masalah serupa pada masa akan datang. 5. Program Studi Pendidikan Olahraga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu, khususnya pembelajaran takraw teknik sepak sila.
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sepak Takraw 2.1.1 Pengertian Sepak Takraw Sepak takraw adalah jenis olahraga campuran dari sepak bola dan bola voli yang dimainkan di lapangan ganda bulutangkis serta pemain tidak boleh menyentuh bola dengan tangan (Atmasubrata, 2012:129). Permainan sepak takraw pada mulanya bernama sepak raga dari bahasa Melayu. Permainan ini sering dipermainkan dalam berbagai pertandingan olahraga. Sepak takraw berasal dari zaman kesultanan Melaka tahun 1402-1511 dan dikenal dengan nama sepak raga dalam bahasa Melayu, bola ini dibuat dari anyaman rotan dan pemain berdiri membentuk lingkaran (Kurniawan, 2012:145). Menurut Dini (2008:17), sepak takraw adalah suatu permainan yang dimainkan di lapangan tenis dengan teknik permainan yang mirip dengan sepakbola dan permainan bola voli. 2.1.2 Sejarah Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari bahasa Melayu, yang dikenal dengan sepak raga. Ketika itu raja Ahmad, putra dari Sultan Mansur Shah Ibni almarhum Sultan Muzzaffar Shah, telah dibuang karena membunuh anak bendahara kerajaan akibat persengketaannya ketika bermain sepak raga (Atmasubrata, 2012:129). Permainan sepak takraw berasal dari zaman Kesultanan Malaka (1402-1511) dan dikenal sebagai Sepak Raga dalam bahasa Melayu. Bola takraw terbuat dari anyaman rotan yang dibentuk bulat seperti bola, sedangkan pemain takraw berdiri membentuk lingkaran (Kurniawan, 2012:145). Sumber lain menyatakan bahwa sepak takraw berasal dari kerajaan Melayu yang diperintah oleh seorang Raja bernama Ahmad, putra dari Sultan Mansur Shah Ibni almarhum 3
Sultan Muzzafar Shah tahun 1459-1477. Ketika itu, sepak takraw sudah dimainkan di wilayah kerajaan. Hal ini diketahui dari sebuah bukti pembuangan Raja Ahmad karena membunuh anak bendahara akibat perselisihan dalam bermain sepak raga (Atmasubrata, 2012:129). Olahraga sepak takraw sudah dimasukkan dalam kompetisi di Bangkok. Olahraga ini dimainkan di lapangan ganda bulu tangkis dan pemain tidak boleh menyentuh bola dengan tangan. Pada tahun 1940-an, permainan dirubah dengan alat berupa jaring dan peraturan angka. Permainan sepak takraw di Filipina disebut sipa, di Burma chinlone, di Laos Qatar, dan di Thailan disebut takraw (Kurniawan, 2011:107). Di Indonesia olahraga sepak takraw secara resmi mulai berkembang tahun 1970. Setahun kemudian, lahirlah persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (Perserasi), dan saat ini berganti nama PTSI (Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia). Olahraga sepak takraw menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan secara nasional maupun internasional (Rahmani,2014:174). Dengan demikian dapat diketahui bahwa sejarah sepak takraw dimulai pada zaman Kesultanan Malaka (1402-1511) dan dikenal sebagai Sepak Raga dalam bahasa Melayu. Olahraga ini berkembang ke seluruh dunia termasuk pula ke Indonesia karena mudah dimainkan, dan teknik yang digunakan tidak banyak. Permainan sepak takraw di Indonesia berkembang sebagai salah satu materi pelajaran penjasorkes di sekolah. 2.1.3 Peraturan Sepak Takraw a. Lapangan Sepak takraw memiliki ukuran lapangan sama dengan ukuran lapangan bulutangkis, yaitu 13,40 m x 6,10 m. Keempat sisi lapangan sepak takraw ditandai dengan cat atau lakban yang lebarnya 4 cm, area bebas minimal 3 m (Atmasubrata, 2012:130). b. Net Net permainan sepak takraw memiliki ukuran, tiang net 30 cm di luar garis pinggir. Tinggi net putra1,55 m di pinggir dan minimal 1,52 di bagian tengah. Tinggi net putri 1,45 m di pinggir dan minimal 1,42 di bagian tengah (Atmasubrata, 2012:131). c. Bola Bola takraw terbuat dari anyaman rotan atau plastik dengan ukuran. Lingkaran 42-44 cm untuk putra dan 43-45 cm untuk
putri. Berat 170-180 gr untuk putra dan 150160 gr untuk putri (Atmasubrata, 2012:132). Pada arena lapangan diberi garis putih selebar 5 centi meter yang membagi area lingkaran tengah tempat dilakukannya servis. Garis menengah lingkaran berukuran 61 centi meter, dan jari-jari lingkaran servis berukuran 90 centi meter (Rahmani, 2014:176). 2.1.1 Teknik Dasar Permainan Takraw Permainan sepak takraw dimainkan dengan berbagai macam teknik dasar, yaitu sepak sila, sepak kuda, sepak cungkil, menapak, sepak badek, main kepala, mendala, memaham, dan membahu. Secara khusus terdiri dari tiga macam teknik yaitu “servis, smash dan block (menahan)” (Kurniawan, 2012:145). Sembilan teknik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sepak Sila Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam gunanya untuk menerima dan menimang bola, mengumpan dan menyelamatkan serangan lawan (Kurniawan, 2012:145). Pendapat yang lain menambahkan bahwa sepak sila dilakukan dengan cara menggunakan kaki bagian dalam. Hal ini dikatakan oleh Rahmani (2014:174), yaitu sepak sila merupakan teknik menendang bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. b. Sepak Kuda Sepak kuda atau sepak kuran adalah sepakan dengan menggunakan kura kaki atau dengan punggung kaki. Digunakan untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan, memainkan bola dengan usaha menyelamatkan bola dan mengambil bola yang rendah (Kurniawan, 2012:145). Menurut Rahmani (2014:174), sepak kuda merupakan teknik mengamankan bola dari lawan, dan mengambil bola yang rendah dengan menggunakan punggung kaki. c. Sepak Cungkil Sepak cungkil adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki atau jari kaki untuk mengambil bola yang jauh, rendah dan bola yang liar pantulan dari bloking (Kurniawan, 2012:145). Menurut Rahmani (2014:174), sepak cungkil adalah teknik mengambil bola dengan jari-jari kaki ketika bola berada pada posisi tinggi. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Kurniawan di atas hanya saja Rahmani mengkhususkan pada bola yang tinggi atau jauh. 4
d. Menapak Menapak adalah menyepak bola dengan menggunakan telapak kaki ke pihak lawan, menahan atau membloking smash dari pihak lawan dan menyematkan bola dekat net (Kurniawan, 2012:146). Menurut Rahmani (2014:175), menapak merupakan suatu teknik dasar sepak takraw untuk melakukan smash dengan menggunakan telapak kaki. Teknik ini perlu dikuasai untuk menempatkan bola dekat dengan net. e. Sepak Badek Sepak simpuh atau badek adalah menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping luar untuk menyelamatkan bola dari pihak lawan dan mengontrol bola dalam usaha penyelamatan (Kurniawan, 2012:146). Menurut Atmasubrata (2011:129), sepak badek merupakan salah satu teknik dari sepak takraw yang dilakukan dengan cara menyepak bola dengan kaki bagian luar atau samping luar untuk menyelamatkan bola dari pihak lawan dan mengontrol dalam usaha penyelamatan. f. Main Kepala Main kepala atau heading adalah memainkan bola dengan kepala untuk menerima bola pertama dari pihak lawan dan menyelamatkan bola dari serangan lawan (Kurniawan, 2012:146). Main kepala ini sama dengan teknik menyundul bola, yaitu cara mengambil bola dengan menggunakan kepala. Main kepala adalah memainkan bola dengan mengunakan kepala untuk menyelamatkan bola dari serangan lawan (Rahmani, 2014:175). Teknik ini dilakukan pada saat bola berada pada ketinggian tertentu yang memungkinkan kepala dalam mengambilnya untuk menyelamatkan bola dari lawan. g. Mendada Mendada adalah memainkan bola dengan dada, digunakan untuk mengontrol bola untuk dapat dimainkan selanjutnya (Kurniawan, 2012:146). Mendada dilakukan ketika bola memungkinkan untuk diambil dengan menggunakan dada sehingga bola dapat dikontrol dengan baik. Mendada merupakan teknik sepak takraw yang digunakan untuk memainkan bola menggunakan dada (Rahmani, 2014:175). Teknik ini dilakukan dengan cara menggunakan dada saat bola berada persis berada pada ketinggian yang dijangkau oleh
dada sehingga bola dapat terkontrol dengan baik, dan permainan tidak terhenti. h. Memaha Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola, digunakan untuk menahan, menerima dan menyelamatkann bola dari serangan lawan (Kurniawan, 2012:146). Memaha adalah merupakan teknik sepak takraw yang digunakan untuk memainkan bola menggunakan paha (Rahmani, 2014:175). Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk menahan, menerima dan menyelamatkann bola dari serangan lawan. i. Membahu Membahu adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha mengontrol bola untuk menahan, menerima, dan menyelamatkan bola dari serangan lawan (Kurniawan, 2012:146). Membahu adalah teknik sepak takraw yang digunakan untuk memainkan bola menggunakan bahu (Rahmani, 2014:175). Teknik ini dapat dilakukan ketika bola dioper oleh pemain kawan ataupun menyelamatkan bola ketika berada dari pemain lawan. j. Servis (Sepak Mula) Servis adalah salah satu teknik dasar sepak takraw secara khusus (selain dari smash dan block), servis dikenal dengan nama sepak mula yaitu teknik menyepak yang dilakukan pada permulaan permainan dilakukan (Kurniawan, 2012:146). Sejalan dengan pendapat tersebut, Atmasubrata (2012:129) mengemukakan bahwa terdapat istilah dalam sepak takraw antara lain adalah “sipa, chinlone, kator, dan takraw. Permainan ini dilakukan dengan teknik khusus yaitu sepak mula atau servis, smash dan menahan”. Sepak mula (servis) adalah sepakan yang dilakukan oleh tekong kearah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan. suatu gerak kerja yang penting dalam permainan sepak takraw, karena point dapat dibuat oleh regu yang melakukan servis. Tujuan suatu servis hendaklah dipusatkan kepada pengacuan permainan atau pertahanan lawan sehingga kita dapat mengatur smash yang mematikan dan sulit menerima bola oleh lawan (http://danang39.blogspot.com/2011/10, diunduh Oktober 2016).
5
2.2 Metode STAD 2.2.1 Pengertian Metode STAD MetodeSTAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan suatu metode yang pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan kooperatif (Hamdani, 2014:284). Metode STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana di dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Metode STAD adalah metode pembelajaran yang termasuk ke dalam pendekatan pembelajaran kooperatif dimana siswa dibentuk menjadi 4-5 orang per kelompok (Yamin, 2012:7). 2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode STAD MetodeSTAD (Student Team Achievement Divisions) memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini ada dua, yaitu: (1) seluruh siswa menjadi lebih siap; dan (2) melatih kerja sama dengan baik (Hamdani, 2014:284). Kelebihan metode STAD adalah sebagai berikut: (1) dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tesb aku; (2) meningkatkan rasa percaya diri siswa, karena merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya; dan (3) strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis. Menurut Slavin dalam Hartati (2005:21) metode STAD mempunyai kekurangan sebagai berikut: (1) apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet; (2) apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga tidak ikut bekerja sama menyelesaikan tugas; dan (3) apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Sedangkan kekurangan metodeSTAD (Student Team Achievement Divisions) adalah: (1) anggota kelompok semua mengalami kesulitan; dan (2) membedakan siswa (Hamdani, 2014:284). 2.2.3 Langkah-langkah Menggunakan Metode STAD Metode STAD dalam pembelajaran dapat diterapkan dengan langkahlangkahsebagai berikut: a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal; c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender; d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi; e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual; g. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (Slavin, 2008).
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib (2009:13) menyatakan bahwa, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan dengan menerapkan sebuah perlakuan atau tindakan secara bersiklus. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan oleh penelitidi dalam kelas. Arikunto, dkk (2011:2) menyatakan bahwa terdapat tiga kata yang membentuk 6
pengertian Penelitian Tindakan Kelas, yaitu sebagai berikut. 1. Penelitian: menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti; 2. Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu; 3. Kelas: sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. 3.2 Rancangan Penelitian Pada penelitian ini dilakukan dengan empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Aqib, 2009:30). 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 10 Muara Enim yang beralamat di Jalan Majapahit Kelurahan Pasar III Kecamatan Muara Enim Kabupaten Muara Enim.Waktu penelitian akan dilakukan pada tanggal 01 sampai dengan 30 November 2016. 3.4 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 10 Muara Enim berjumlah 30 orang. Lebih jelasnya sebagai berikut. Tabel 1 Subjek Penelitian Putra Putri Jumlah 14 16 30 30 orang Sumber: TU SD Negeri 10 Muara Enim, 2016 3 .5 Prosedur Pengambilan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri 10 Muara Enim dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara perencanaan tindakan serta menyaring data aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Observasi dilakukan oleh pengamat atau guru penjasorkes dan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi. 2. Tes Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa menguasai teknik dasar passing permainan sepak
takraw. Tes yang diberikan berbentuk psikomotorik atau praktik melakukan teknik sepak sila yang diberikan pada akhir tindakan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan teknik sepak silapermainan takraw yang diperoleh melalui dokumentasi guru mata pelajaran sebelum perlakuan. 3.6 Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data Penelitian Tindakan Kelas terhadap data kemampuan teknik sepak silapermainan sepak takraw. Kritera penilaian digunakan adalah sebagai berikut. Tabel 2 Indikator Penilaian Teknik Sepak Sila NO
INDIKATOR
1
Teknik melakukan awalan
2
Teknik melakukan gerak
3
Keseimbangan badan
4
Estetika dalam melakukan gerak
No 1
SUB INDIKATOR
SKALA 1
2
3
4
Sikap posisi pandangan ketajaman mata terhadap bola Sikap posisi tegak lurus badan terhadap bola Posisi gerakan kaki menyiku, mata dan badan Control gerakan kaki terhadap bola Tumpuan kaki yang tidak goyang Condong badan Arah laju bola Liukan gerakan
Sumber : RPP KTSP Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung data berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes maupun nontes siswa sebanyak dua kali, yaitu siklus I , siklus II dan siklus III. 7
a. Merekap skor yang diperoleh siswa b. Menghitung skor komulatif dari seluruh aspek c. Menghitung skor rata-rata d. Merekap perhitungan nilai masing-masing tes (siklus I, siklus II dan siklus III). e. Nilai pembelajaransepak sila pada tiap siklus dirata-rata. f. Membandingkan hasil nilai antara siklus I, siklus II dan siklus III (meningkat atau tidak). g. Menghitung persentase peningkatan teknik sepak siladari siklus I ke siklus II dan siklus III. Hasil perhitungan peningkatan kemampuan sepak sila menggunakan metode STAD dari masing-masing siklus ini dibandingkan.Hasil ini memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan.Dengan adanya peningkatan ini berarti peningkatan kemampuan sepak silamenggunakan metode STAD dapat berhasil optimal. Adapun kriteria keberhasilan tindakan dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3. Kriteria Keberhasilan Tindakan Keterangan Interval 0 – 24
Sangat tidak tuntas KKM
25 – 49
Tidak tuntas KKM
50 – 74
Belum Tuntas
75 – 100
Tuntas KKM
Jumlah Sumber : RPP KTSPHasil tes sepak silayang dilakukan siswa sudah mencapai sasaran atau belum dalam tindakan kelas apabila sudah memenuhi indikator ketercapaian yaitu telah mencapai nilai ≥ 75%. 3.7 Tahapan-Tahapan Penelitian 3.7.1 Tahapan Perencanaan Perencanaan merupakan program yang berisi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Penelitian Tindakan Kelas. Untuk mendukung pelaksanaan tindakan direncanakan hal-hal sebagai berikut. a. Refleksi awal, meliputi kegiatan: (1) menyiapkan tugas teknik sepak silapermainan takraw yang harus dilakukan siswa per individu; (2) menyiapkan contoh teknik passing sebagai
stimulus bagi siswa; (3) menyiapkan sarana dan prasarana pendukung; (4) menyiapkan RPP; dan (5) menyiapkan administrasi berupa lembar observasi, dan absen. b. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menyusun kegiatan pembelajaran teknik sepak silamenggunakan metode STAD. 3.7.2 Tahapan Pelaksanaan Tindakan merupakan pelaksanaan program penelitian yang telah dibuat. Untuk meningkatkan hasil dalam pembelajaran teknik dasar sepak silapermainan takraw dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. a. Merencanakan 1) Menyusun rencana pembelajaran untuk tindakan 2) Menyiapkan tes 3) Menyiapkan lembar observasi 4) Mengkoordinasikan program kerja pelaksanaan tindakan dengan guru lain b. Melaksanakan Melaksanakan tindakan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun yaitu pembelajaran menggunakan metode STAD. 3.7.3 Tahapan Observasi dan Evaluasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas siswa melalui pengamatan. Dalam mengumpulkan data observasi digunakan instrumen observasi, yaitu alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan observasinya (Sanjaya, 2013:274).Pada penelitian ini yang diobservasi adalah aktivitas siswa melakukan passing menggunakan metode STAD. Observasi dilakukan pada siswa dan dibantu oleh observer pendamping/ teman sejawat. a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa melakukan sepak sila, baik secara individu maupun kelompok. b. Siswa melakukan teknik dasar sepak silapermainan takraw yang diberikan. c. Menilai kemampuan siswa melakukan teknik dasar sepak silapermainan takraw secara teliti dan memberikan nilai sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa.
8
3.7.4 Refleksi Kriteria penilaian terhadap tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. a. Hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan dan memberi hasil yang baik untuk semua komponen. Proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai ≥ 75%. b. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam tes melakukan teknik dasar passingpermainan takraw yang diberikan pada tiap akhir tindakan. Hal ini ditunjukkan apabila 75% siswa telah mencapai nilai ≥ 75%.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1Pra Siklus Pra siklus adalah suatu penelitian awal yang dilakukan sebelum melakukan perlakuan pada siklus-siklus PTK. Pra siklus dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum PTK. Hasil pra siklus dapat dilihat di bawah ini.
Gambar.1 Diagram Kriteria Ketuntasan Pra Siklus Sumber : Dokumentasi Penelitian Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa hasil tes pra siklus di dapat bahwa siswa yang belum tuntas KKM perkelas adalah 86,66% atau sebanyak 26 orang dan yang tuntas KKM adalah 13,33% atau sebanyak 4 orang siswa. 4.2.2 Siklus 1 1) Perencanaan Pertemuan ke-1 dalam siklus ke-1 merupakan persiapan untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada pertemuan
ke-1. Aktivitas perencanaan pertemuan 1 siklus ke-1 bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum tindakan, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, merumuskan kegiatan yang akan dilakukan, memilih dan merumuskan kegiatan dari setiap pertemuan, menyusun alat pengumpulan data, dan lembar penilaian tes, serta mempersiapkan absen siswa. Lebih jelasnya perencanaan tersebut adalah Refleksi awal, meliputi kegiatan: (1) menyiapkan tugas teknik sepak silapermainan takraw yang harus dilakukan siswa per individu; (2) menyiapkan contoh teknik passing sebagai stimulus bagi siswa; (3) menyiapkan sarana dan prasarana pendukung; (4) menyiapkan RPP; dan (5) menyiapkan administrasi berupa lembar observasi, dan absen. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menyusun kegiatan pembelajaran teknik sepak silamenggunakan metode STAD. 2) Pelaksanaan Setelah perencanaan dilakukan maka dilakukan pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas pertemuan 1, meliputi pelaksanaan pembelajaran STAD materi sepak sila dalam permainan sepaktakraw. Kegiatan dilakukan adalah sebagai berikut. Kegitanawal, meliputi: (a) Guru mengkondisikan kelas; (b) Peserta didik memperoleh informasi tentang tujuan pembelajaran dan KD; (c) Peserta didik menjawab tes awal; (d) Guru menjelaskan manfaat materi pelajaran dan menyampaikan tujuan. Kegiataninti, meliputi: (a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal; (c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender; (d) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD, biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi;(h) Guru memfasilitasi 9
siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, (e) memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari; (f) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual; dan (g) Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran; (b) Peserta didik dan pendidik merefleksi hasil pembelajaran; dan (c) Peserta didik mempraktikkan teknik dasar passing. 3) Observasi Observasi adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam setiap tindakan. Alat yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi dilakukan pada siswa dan dibantu oleh observer pendamping/ teman sejawat. a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa melakukan sepak sila, baik secara individu maupun kelompok. b. Siswa melakukan teknik dasar sepak silapermainan takraw yang diberikan. c. Menilai kemampuan siswa melakukan teknik dasar sepak silapermainan takraw secara teliti dan memberikan nilai sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa. 4) Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengevaluasi kemampuan siswa menguasai sepak sila.
Gambar.2 Diagram Kriteria Ketuntasan Siklus I Sumber : Dokumentasi Penelitian Berdasarkan diagram kriteria ketuntasan siklus I di atas, maka di dapat 56,66% atau sebanyak 17 orang siswa yang belum tuntas teknik sepak siladan 43,33% atau sebanyank 13 orang siswa yang sudah tuntas teknik sepak siladalam permainan sepak takraw.
4.2.3 Siklus 2 1) Perencanaan Perencanaan yang perlu menjadi acuan dalam perbaikan pada siklus dua adalah pada siklus satu siswa masih banyak yang belum aktif, hanya berkisar 70,2%. Oleh karena itu, pada siklus 2 dilakukan perbaikan tindakan dimana pada siklus 2, pertemuan ke-1 dilakukan persiapan untuk berupa membentuk siswa dalam kelompok kecil masing-masing lima sampai delapan orang dengan cara acak, tidak berdasarkan nomor absen. Aktivitas perencanaan pertemuan 1 siklus ke-2 bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah menggunakan metode STAD. Setelah itu merumuskan tujuan yang hendak dicapai, merumuskan kegiatan yang akan dilakukan, memilih dan merumuskan kegiatan dari setiap pertemuan, menyusun alat pengumpulan data, dan lembar penilaian tes, serta mempersiapkan absen siswa. Lebih jelasnya perencanaan tersebut adalah Refleksi awal, meliputi kegiatan: (1) menyiapkan tugas teknik passing permainan takraw yang harus dilakukan siswa per individu; (2) menyiapkan nama kelompok STAD dengan cara acak 5-7 orang; (3) menyiapkan sarana dan prasarana takraw; (4) menyiapkan RPP; dan (5) menyiapkan administrasi berupa lembar observasi, dan absen. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menyusun kegiatan pembelajaran teknik sepak silamenggunakan metode STAD. 2) Pelaksanaan Setelah perencanaan dilakukan maka dilakukan pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas pertemuan 1, meliputi pelaksanaan pembelajaran STAD materi sepak sila dalam permainan sepak takraw. Kegiatan dilakukan adalah sebagai berikut. Kegitan awal, meliputi: (a) Guru mengkondisikan kelas; (b) Peserta didik memperoleh informasi tentang tujuan pembelajarandan KD; (c) memberikan motivasi dan apersepsi; (d) Guru menjelaskan manfaat materi pelajaran dan menyampaikan tujuan. Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (b) Guru menjelaskan kegiatanyang harus dilakukan siswa; (c) Guru 10
membentuk 4-7 secara acak dan menyebutkan namanya (d) memberikan tugas mempelajari sepak silasepaktaraw secara teori dan praktik per kelompok. Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran; (b) Peserta didik dan pendidik merefleksi hasil pembelajaran; dan (c) Peserta didik mempraktikkan teknik dasar sepak sila. 3) Observasi Observasi adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam setiap tindakan. Alat yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi dilakukan pada siswa dan dibantu oleh observer pendamping/teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan siswa melakukan sepak sila, baik secara individu maupun kelompok. 4) Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengevaluasi kemampuan siswa menguasai sepak sila. Refleksi diakhiri dengan memberi tes sepak sila kepada siswa per individu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Memberi kesempatan pada siswa untuk tes sepak sila b. Siswa melakukan teknik dasar sepak sila permainan takraw yang diberikan. c. Menilai kemampuan siswa melakukan teknik dasar sepak sila permainan takraw secara teliti dan; d. Memberikan nilai sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa. Hasil tes sepak sila pertemuan kesatu siklus dua dapat dilihat pada tabel di bawah ini. pada diagram di bawah ini :
Gambar 11 Diagram Keriteria Ketuntasan Siklus II Sumber : Dokumentasi Penelitian Berdasarkan diagram di atas, dapat dipaparkan bahwa 20% atau sebanyak 6 orang
siswa belum tuntas KKM teknik sepak sila 80% atau sebanyak 24 orang siswa sudah tuntas KKM teknik sepak siladalam pembelajaran sepak takraw. 2.2.4 Siklus 3 1) Perencanaan Perencanaan yang perlu menjadi acuan dalam perbaikan pada siklus dua adalah pada siklus satu siswa masih banyak yang belum aktif, hanya berkisar 70,2%. Oleh karena itu, pada siklus 2 dilakukan perbaikan tindakan dimana pada siklus 2, pertemuan ke-1 dilakukan persiapan untuk berupa membentuk siswa dalam kelompok kecil masing-masing lima sampai delapan orang dengan cara acak, tidak berdasarkan nomor absen. Aktivitas perencanaan pertemuan 1 siklus ke-2 bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah menggunakan metode STAD. Setelah itu merumuskan tujuan yang hendak dicapai, merumuskan kegiatan yang akan dilakukan, memilih dan merumuskan kegiatan dari setiap pertemuan, menyusun alat pengumpulan data, dan lembar penilaian tes, serta mempersiapkan absen siswa. Lebih jelasnya perencanaan tersebut adalah Refleksi awal, meliputi kegiatan: (1) menyiapkan tugas teknik sepak silapermainan takraw yang harus dilakukan siswa per individu; (2) menyiapkan nama kelompok STAD dengan cara acak 5-7 orang; (3) menyiapkan sarana dan prasarana takraw; (4) menyiapkan RPP; dan (5) menyiapkan administrasi berupa lembar observasi, dan absen. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menyusun kegiatan pembelajaran teknik sepak silamenggunakan metode STAD. 2) Pelaksanaan Setelah perencanaan dilakukan maka dilakukan pelaksanaan pembelajaran tindakan kelas pertemuan 1, meliputi pelaksanaan pembelajaran STAD materi sepak sila dalam permainan sepaktakraw. Kegiatan dilakukan adalah sebagai berikut. Kegitan awal, meliputi: (a) Guru mengkondisikan kelas; (b) Peserta didik memperoleh informasi tentang tujuan pembelajaran dan KD; (c) memberikan motivasi dan apersepsi; (d) Guru menjelaskan manfaat materi pelajaran dan menyampaikan tujuan. 11
Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai; (b) Guru menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa; (c) Guru membentuk 4-7 secara acak dan menyebutkan namanya (d) memberikan tugas mempelajari sepak silapada permainansepaktakraw secara teori dan praktik per kelompok. Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran; (b) Peserta didik dan pendidik merefleksi hasil pembelajaran; dan (c) Peserta didik mempraktikkan teknik dasar sepak sila . 3) Observasi Observasi adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam setiap tindakan. Alat yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi dilakukan pada siswa dan dibantu oleh observer pendamping/teman sejawat. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan siswa melakukan sepak sila, baik secara individu maupun kelompok. 4) Refleksi Refleksi adalah suatu kegiatan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan dan mengevaluasi kemampuan siswa menguasai sepak sila. Refleksi diakhiri dengan memberi tes sepak silakepada siswa per individu. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. a. Memberi kesempatan pada siswa untuk tes sepak sila b. Siswa melakukan teknik dasar sepak sila permainan takraw yang diberikan. c. Menilai kemampuan siswa melakukan teknik dasar sepak sila permainan takraw secara teliti dan; d. Memberikan nilai sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa. Hasil tes sepak silapertemuan kesatu siklus dua dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar.4 Diagram Kriteria Ketuntasan Siklus III Sumber : Dokumentasi Penelitian
Berdasarkan diagram di atas, diperoleh bahwa 100% atau sebanyak 30 orang siswa sudah tuntas KKM teknik sepak siladan 0% atau sebanyak 0 orang siswa belum tuntas KKM teknik sepak silapada pembelajaran sepak takraw. 4.3 Analisis Data Peningkatan Siklus dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan bahwa pada pra siklus siswa yang tuntas hanya 13,33% perkelas, pada siklus ke satu terjadi peningkatan menjadi 43,33%, siklus kedua 80% dan siklus ketiga menjadi 100%. Besaran peningkatan dari pra siklus ke siklus ketiga 86,67%. Melihat dari peningkatan yang terjadi antar siklus, bahwa pembelajaran teknik sepak sila atas menggunakan metode STAD sangat wajar terjadi. Peningkatan ini di dasari oleh tujuan dari konsep pembelajaran STAD yang menekankan pembelajaran karena pengaruh kelompok belajar. Setiap masing-masing kelompok memang benar-benar diperhatikan oleh guru. Sementara siswa semangat untuk mengajari diantara rekannya yang belum bisa, dengan kata lain memudahkan siswa untuk saling berkoordinasi sesama rekan sekelompok.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa: 1. Prasiklus menunjukan bahwa terdapat ketuntasan sebesar 13,33%. 2. Siklus ke I menunjukan terjadi peningkatan dari 13,33% pra siklus menjadi 43,33%. 3. Siklus ke II menunjukan terjadi peningkatan dari 13,33% pra siklus menjadi 80%. 4. Siklus ke III menunjukan terjadi peningkatan dari 13,33% pra siklus menjadi 100%. 5. Besarnya peningkatan pembelajaran passing sepak takraw melalui metode STAD dari pra siklus ke siklus ketiga sebesar 86,67%. 5.2 Saran-Saran Berdasarkan simpulan di atas dapat diuraikan saran sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi siswa 12
dalam melakukan teknik dasar sepak silapermainan sepak takraw. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran Penjasorkes dalam pembelajaran takraw, khususnya teknik dasar sepak sila. 3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan karena memberikan kontribusi bagi sekolah dalam meningkatkan prestasi mata pelajaran penjasorkes, terutama dalam teknik sepak silapermainan sepak takraw. 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan minat, motivasi dan kemampuan melaksanakan penelitian masalah serupa pada masa akan datang.
Rosdiani, Dini. 2012. Model Pembelajaran Langsung Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sastrawan dkk. 2014. Implementasi Model Kooperatif STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Sepakan Sepak Takraw. Universitas Negeri Padang. Yamin, Muhammad. 2012. Metode Pembelajaran Konstruktivisme. Bandung: Alfabeta. Yuliyanti, Iska. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Sepak Takraw Melalui Pendekatan Permainan Jala Hip Hop. Universitas Ekasari Padang.
DAFTAR PUSTAKA Antari, Restyan ,Dewi. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student TeamsAchievement Division (STAD). Universitas Negeri Semarang. Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Atmasubrata. 2012. Serba Tahu Dunia Olahraga. Surabaya: Dafa Publishing. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Dini. 2008. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan untuk Umum. Yogyakarta. ANDY Press. Hamdani. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Praceza, dalam http://danang39.blogspot.com/2011/10 . (online), diunduh Oktober 2016. Kurniawan. Feri. 2012. Buku Pintar Pengetahuan Olahraga untuk Pelajar, Mahasiswa, Olahragawan dan Umum.Jakarta: Laskar Aksara. Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhasan. 2008. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan. Jakarta: Diknas. Rahmani, Mikanda. 2014. Buku Super Lengkap Olahraga. Jakarta: Dunia Cerdas.
13