TRANSMISI
1.1. PENGERTIAN UMUM a Secara etimologis yang dimaksud transmisi adalah pengiriman; jaringan atau penyaluran. Sedangkan penyaluran dapat diartikan : proses;
perbuatan; cara menyalurkan.
a Dalam konteks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah penyaluran energi listrik, sehingga mempunyai maksud : proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya : 9 Dari pembangkit listrik ke gardu induk. 9 Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. 9 Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi. 9 Dari jjaring g distribusi tegangan g g menengah g ke jjaring g tegangan g g rendah dan instalasi pemanfaatan. a Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada di Indonesia. a Pembahasannya y bersifat p praktis sesuai p pengalaman g dan p pelaksanaan p pekerjaan j di lapangan, dengan harapan para profesionalis di bidang pemasangan (konstruktor) instalasi listrik akan lebih mudah dalam mempelajari dan memahaminya. 1
1.2. FUNGSI TRANSMISI a Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa transmisi tenaga listrik benfungsi untuk menyalurkan energi listrik dari suatu tempat ke tempat lainnya. a Sedangkan transmisi tegangan tinggi, adalah : 9 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya. 9 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi. 9 Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV. a Beberapa hal yang perlu diketahui : 9 Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur mulai ditiadakan (tidak digunakan). 9 Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera. 9 Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa. 2
1.3. JENIS TRANSMISI BERDASARKAN KUALIFIKASI TEGANGAN a Selama ini ada pemahaman dari para profesionalis ketenagalistrikan, ketenagalistrikan bahwa yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi. a Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over head line). a Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV), tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV), dan tegangan rendah (LV). a Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari : 9 Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi. 9 Menggunakan kabel udara untuk tegangan ekstra tinggi. a Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari kualifikasi tegangannya : 3
1.3.1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV – 500 KV a Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500 MW. a Tujuannya j y adalah agar g drop p tegangan g g dan p penampang p g kawat dapat p direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. a Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah : konstruksi tiang (tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. a Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, SUTET adalah masalah sosial yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain : 9 Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET. 9 Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi. tinggi 9 Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET. 9 Dan lain sebagainya. a Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan 500 km. 4
1.3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV a Tegangan T operasii antara t 30 KV sampaii dengan d 150 KV. KV a Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. kawat Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. a Apabila p kapasitas p daya y yyang g disalurkan besar,, maka p penghantar g pada masingp g masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan berkas konduktor disebut Bundle Conductor. a Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif adalah 100 km. a Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, km maka tegangan jatuh (drop voltage) terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah. a Untuk mengatasi hal tersebut, tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. 5
1.3.3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV a SKTT dipasang di kota-kota kota kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau JAwa), JAwa) dengan beberapa pertimbangan : 9 Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower. 9 Untuk ROW juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi. 9 Pertimbangan keamanan dan estetika. 9 Adanya Ad permintaan i t d pertumbuhan dan t b h beban b b yang sangatt tinggi. ti i a Jenis kabel yang digunakan : 9 Kabel yang berisolasi (berbahan) poly etheline atau kabel jenis Cross Link Poly Etheline (XLPE). 9 Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper impregnated). a Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan : 9 Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core. 9 Three Th core dengan d penampang 240 mm2 2 – 800 mm2 2 tiap ti core. 9 Pertimbangan fabrikasi. 9 Pertimbangan pemasangan di lapangan.
6
Lanjutan 1.3.3. a Kelemahan SKTT : 9 Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT. 9 Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain. a Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa sambungan sesuai kebutuhan. a Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu : 9 Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura). 9 Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali). a Beberapa hal yang perlu diketahui : 9 Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan. 9 Direncanakan akan didibangun sub nmarine cable Jawa – Sumatera. 9 Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu. 7
1.3.4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV a Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV. Secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV. a Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi yyang g menghubungkan g g dari Gardu Induk,, Penyulang y g ((Feeder), ), SUTM,, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen). a Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, trafo efektifitas penyalurannya hanya pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak bisa bekerja secara selektif. a Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas, kondisi geografis, geografis dan lain lain-lain) lain), transmisi SUTM di Indonesia disalurkan jauh melebihi kondisi ideal di atas. 8
1.3.5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV a Diti Ditinjau j d i segii fungsi dari f i , transmisi t i i SKTM memiliki iliki fungsi f i yang sama dengan d transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah. a Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM, SKTM adalah : 9 Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM. 9 Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota dan pemukiman padat. 9 Pertimbangan segi estetika. a Beberapa hal yang perlu diketahui : 9 Pembangunan P b t transmisi i i SKTM lebih l bih mahal h l dan d l bih rumit, lebih it karena k h harga kabel yang jauh lebih mahal dibandimg penghantar udara dan dalam pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan banyak y p pihak. 9 Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan masalah, khususnya terjadinya kamacetan lalu lintas. 9 Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM terpasang di wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang. Tangerang 9 Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM. 9
1.3.6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000 VOLT a Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik tegangan rendah konsumen. a Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt. a Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh : 9 Susut tegangan yang disyaratkan. 9 Luas penghantar jaringan. jaringan 9 Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi. 9 Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain). 9 Di Indonesia I d i (PLN), (PLN) susut tegangan yang diijinkan diiji k adalah d l h +5%
d dan
– 10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter. a Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage Twisted Cable (LVTC). 10
1.3.7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000 VOLT a Diti Ditinjau j d i segii fungsi, dari f i transmisi t i i SKTR memiliki iliki fungsi f i yang sama dengan d transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam tanah. a Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi. Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan : 9 Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, ada misalnya : karena menggunakan transmisi SKTM. 9 Faktor estetika. a Ol Oleh h karenanya k transmisi SKTR S pada d umumnya dipasang d d daerah di d h perkotaan, k terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek estetika. a Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara lain : 9 Biaya investasi mahal. 9 Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah. masalah 9 Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif lama untuk perbaikannya. 11
1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI a Adanya pertambahan dan pertumbuhan beban pada instalasi pemanfaatan. a Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi tegangan tinggi. a Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain : 9 Biaya investasi (biaya pembagunan) jauh lebih murah jika dibanding transmisi SKTT. 9 Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya. 9 Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, pembangunan lebih mudah, mudah dan tidak melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT. 9 Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya. 9 Route SUTT bisa melewati berbagai g kondisi g geografis, g , misal : dataran rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan lainlain. a Untuk di Pulau JAwa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara terintegrasi melalui sistem interkoneksi (interconnection system). Sedangkan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sedang dikembangkan menjadi sistem interkoneksi. 12
1.5. KETENTUAN JARAK AMAN/ RUANG BEBAS (ROW) a Transmisi tenaga listrik l k yang bertegangan b tinggi (SUTET, (S S SUTT, S SKTT, S SKLTT), ) memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang ditimbulkannya. ditimbulkannya a Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi tegangan tinggi. a Dengan terpenuhinya jarak/ aman / ruang bebas (ROW) di sepanjang jalur transmisi tegangan tinggi, tinggi maka : 9 Keamanan dan kesehatan lingkungan dapat terpenuhi dengan baik. 9 Dampak secara teknik, keamanan, kesehatan dan sosial, dapat diterima oleh masyarakat. masyarakat a Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW) dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula. 13
Lanjutan 1.5.
Gambar 1 1. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTT 150 KV.
14
Lanjutan 1.5.
Gambar 2. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTET 500 KV.
15
Lanjutan 1.5.
Gambar G b 3 3. Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada SUTT 150 KV yang melintasi sungai dan berada pada daerah muara sungai
16
2.1. PONDASI TOWER (TIANG) a Berfungsi untuk menyangga tower atau sebagai tapak (kaki) tower. a Dalam satu route map SUTT, jenis dan konstruksi pondasi terdiri dari beberapa type. Hal ini disebabkan adanya beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan d l dalam menentukan t k type t pondasi d i SUTT, SUTT sehingga hi muncull beberapa b b t type pondasi. d i a Pertimbangan dalam menentukan pondasi tower : 9 Route map yang akan dilalui jalur SUTT. SUTT 9 Posisi pondasi tower, apakah pada posisi suspension, tension atau dead end. Untuk tension masih memperhitungkan besar kecilnya sudut belokan. 9 Kondisi tanah yang akan ditempati pondasi, misal : tanah normal, tanah berlumpur (sawah atau rawa), tanah berpasir, tanah berbatu, posisi tanah tebing/ miring, dan lain sebagainya. 9 Besar kecilnya (berat) tower yang akan dipasang pada pondasi. 9 Pertimbangan harga tanah, tanah aspek sosial, sosial dan lain-lain. lain-lain 9 Catatan : • Besar kecilnya pondasi menyesuaikan tower yang akan dipasang. g g p pabrikan tower memiliki desain dan spesifikasi p yyang g • Masing-masing berbeda-beda. • Pada saat ini tower SUTT telah diproduksi di dalam negeri. 17
Lanjutan 2.1. a Type pondasi : 9 Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam. 9 Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA, CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain. a Konstruksi pondasi : 9 Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, dipasang harus terlebih dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan tower. 9 Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah), baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang. 9 Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi SUTT antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), SUTT, Foundation) Bump Pile, Pile Mikro Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile. a Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 18
2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN TAPAK TOWER a Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang bermacam-macam jenis. a Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu, maka harus dipasang p g ((dibangun) g ) tembok/ p pasangan g beton/ p pasangan g batu kali yang berfungsi untuk menahan pondasi tower. a Tembok/pasangan beton/ pasangan batu kali tersebut dipasang pada dan bertujuan : 9 Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di tebing (posisi tanah miring), untuk menghindari timbulnya tanah longsor. longsor 9 Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di sawah, tambak, rawa-rawa dan tempat berpasir, untuk menghindari terjadinya pengikisan tanah pada tapak tower dan agar tanah tidak lembek, lembek maka harus dipasang tembok keliling pada batas tanah milik PLN. 19
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH
a Untuk memberikan tanda dan untuk menghindari terjadinya penyerobotan tanah milik PLN, maka pada tiap lokasi tower PLN dipasang patok tanda batas tanah. a Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi “PLN” dan dipasang diempat sudut batas tanah. a Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower, sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda batas tanah. tanah a Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran 8 m x 8 m, m 10 m x 10 m, m 12 m x 12 m, m 14 m x 14 m, m dan seterusnya, seterusnya mengikuti besar kecilnya tower. a T Tanah h yang berada b d pada d patok t k tanda t d batas b t tanah t h diurug di d diratakan, dan di t k pada d umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya. 20
2.4. TOWER (TIANG) DAN PERLENGKAPANNYA a Berfungsi sebagai penyangga kawat (konduktor/ penghantar) yang direntangkan antara tower-tower (tiang-tiang) pada jalur transmisi melalui isolator-isolator. a Beberapa jenis tower dan fungsinya : 9 Tower penyangga (Suspension Tower) berfungsi utnuk mendukung ((menyangga) y gg ) p penghantar g SUTT beserta Accesoriiesnya, y sehingga gg harus kuat menahan gaya berat dari peralatan listrik yang ada pada tower tersebut. Tower ini berada pada posisi jalur lurus sampai dengan sudut 2 Derajat. 9 Tower penegang atau peregang (Tension Tower), berfungsi untuk menahan gaya berat b t dan d t ik dari tarik d i dua d arah h dari d i penghantar h t SUTT. SUTT Tower T i i berada ini b d pada posisi jalur lurus SUTT (di tengah atau diantara beberapa tower). 9 Tower Sudut ( Angle Tower), disebut juga Tower Penegang, berfungsi menerima gaya tarik akibat dari perubahan arah SUTT. Tower ini terletak pada belokan route map jaringan transmisi SUTT. 9 Tower Akhir (Dead and Tower), berfungsi sebagai penegang dan terletak pada posisi paling akhir dari jaringan transmisi SUTT (terletak di dekat switch yard Gardu Induk). Tower ini hanya menahan gaya tarik penghantar SUTT dari satu arah saja. 21
Lanjutan 2.4. 3 3.
Gambar 4 : Tower dan perlengkapannya
a B Bagian-bagian i b i Tower T : 9 Stub (Kerangka Tower), adalah kerangka utama tower, yang berfungsi untuk menopang komponen k li t ik listrik SUTT. 9 Silang-silang, berfungsi sebagai penguat rangka tiang (di (diagonal l tiang). i ) 9 Travers, berfungsi sebagai tempat dudukan isolator dan tempat pemasangan kawat tanah (ground wire) a Perlengkapan lain tower : 9 Number Plate Plate, adalah menunjukkan nomor tower dan urutan fasanya. 9 Danger Plate atau plat tanda bahaya. bahaya 9 Penghalang panjat. 9 Step bolt.
22
Lanjutan 2.4. a Bentuk dan Konstruksi Tiang SUTT :
Gambar 5 : Konstruksi baja tiang SUTT berupa menara
9 Konstruksi baja : ¾ Terbuat dari baja profil atau besi siku, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk suatu menara (tower), (tower) yang kekuatannya disesuaikan dengan kebutuhan. ¾ Konstruksi jenis inilah yang banyak digunakan di Indonesia. 9 Konstruksi Manesman: ¾ Terbuat dari pipa baja. Konstruksi jenis ini digunakan di Indonesia hanya di daerah perkotaan yang tidak memungkinkan dipasang menara (tower). ¾ Jarak efektif antara tiang adalah 20 meter sampai dengan 40 meter. ¾ Jarak andongan terendah dengan t tanah h dan d b bangunan adalah d l h ± 7 meter. ¾ Pada konstruksi jenis ini untuk posisi tiang tertentu (tiang penegang, tiang sudut,, tiang g awal/akhir), ), dilengkapi g p dengan Guy Wire yang berbentuk tarik (Line Guy) atau tekan (Pole Brace)
23
Lanjutan 2.4. a K Konstruksi t k i Kayu K :: 9 Terbuat dari kayu ulin dan kayu besi, yang mempunyai kekuatan dan umur yang baik d tidak dan tid k perlu l melalui l l i proses pengawetan. 9 Jenis ini jarang digunakan di Indonesia, apalagi saat ini untukk memperoleh l h k kayu sangat sulit dan bisabisa lebih mahal jika dibandingkan menggunakan konstruksi jenis lainnya. lainnya
Gambar 6 : Konstruksi Manesman Tiang SUTT
a Konstruksi Tiang Beton (Concrete Pole) : 9 Terbuat dari beton bertulang yang berongga di dalamnya. 9 Konstruksi jenis ini digunakan di kota-kota kota kota besar di Indonesia, karena tidak memungkinkan dipasang tiang bentuk menara.
24
Lanjutan 2.4.
Gambar7 b : Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT 25
2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT
a Berbeda dengan komponen sipil pada SUTT,, maka komponen p p sipil p pada SKTT lebih sederhana, karena tidak memerlukan pondasi. pondasi a Beberapa komponen sipil pada SKTT, antara lain : ¾ Pasir urug. ¾ Lempengan beton pengaman. ¾ Patok tanda SKTT. Gambar 8 : Komponen Sipil pada SKTT
¾ Konstruksi jembatan kabel ( (apabila b l melewati l sungai). ) 26
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA a Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya. lainnya a Jenis kawat yang digunakan : 9 Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang mahal. mahal 9 Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) : ¾ Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia. g penggunaan p gg T-ACSR ((Thermal-Alluminium Steel ¾ Saat ini dikembangkan Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7 kali KHA ACSR. ¾ Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi ketentuan standard teknik,, jjuga g memiliki kemampuan p ((kekuatan)) mekanik yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC. a Hal-hal yang perlu diperhatikan : 9 Jika arus listrik mengalir g pada p p penghantar, g , maka akan menimbulkan p panas pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan andongan (lendutan). perlu adanya y ketentuan standard suhu operasi p maksimum 9 Konsdisi tersebut p penghantar yang diijinkan. 9 PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT sebesar 750 C. 27
Lanjutan 3.1.
a Beberapa material yang termasuk lengkapan (Accessories) konduktor :
Gambar 9 : Jenis Konduktor ACSR
9 Batang pelindung (Armor Rod), Rod) berfungsi untuk melindungi dan penguatan konduktor dari kemungkinan timbulnya kerusakan akibat gesekan penjepit, yang diakibatkan getaran karena angin. 9 Peredam (Dumper) :
Gambar 10 : Batang g Pelindung g (Armor ( Rod)
¾ Berfungsi untuk mengurangi getaran-getaran pada penghantar h t SUTT maupun pada ground wire, karena angin dan lain-lain. ¾ Dit Ditempatkan tk b d k t dengan berdekatan d klem penjepit (Tension Clamp/ Suspension Clamp). 28
Lanjutan 3.1.
Gambar 11 : Peredam (Dumper)
Gambar G b 12 : Penyambung Penghantar
9 Penyambung penghantar (Joint Sleeve) : g untuk menyambung y g ¾ Berfungsi penghantar. ¾ Joint sleeve harus mempunyai konduktifitas yang baik dan kekuatan mekanis yang tinggi. ¾ Joint sleeve yang digunakan untuk menyambung konduktor ACSR, terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian dalam untuk sambungan steel dan bagian luar untuk sambungan alluminium. ¾ Joint sleeve juga disebut Mid Span Joint, yang sistem penyambungannya adalah sistem tekan (Compression Joint). g sistem ini akan Dengan menghasilkan batang pasip, sehingga secara mekanis maupun elektris memenuhi karakteristik 29 penghantar SUTT.
Lanjutan 3.1.
Gambar 13 : Repair Sleeve
Gambar 14 : Paralel Groove Clamp
9 Repair Sleeve : ¾ Berfungsi sebagai pembungkus/ mereparasi/memperbaiki penghantar yang urat-uratnya rusak (putus). (putus) ¾ Terdiri dari dua bagian, yang pertama sebagai penutup sebagian besar konduktor dan bagian kedua penutup kecil yang disambungkan ke bagian kecil, pertama. ¾ Setelah terpasang , selanjutnya diproses, sehingga akan berbentuk segi enam. enam 9 Paralel Groove Clamp (PG Clamp) : ¾ Berfungsi g untuk menghubungkan g g (penyambung) kawat penghantar pada posisi tower tension. ¾ Kedua ujung kawat penghantar dari klem penegang p g g yyang g lain,, dihubungkan melalui Jumper Support Insulator. 30
Lanjutan 3.1.
9 Perentang (Spacer) : ¾ Berfungsi sebagai pengatur jarak (pemisah)
dua
k d k konduktor
atau
pada d
lebih tiap-tiap
phasa SUTT. ¾ Tujuannya adalah untuk menjaga agar jarak dengan
antara konduktor
konduktor dalam satu
phasa tidak berubah dan bertumbukan, Gambar G b 15 : Perentang (Spacer)
karena
tidak adanya
gaya elektromekanik atau angin. angin 31
3.2. INSULATOR STRINGS & FITTING a Yang dimaksud Insulator Strings dan Fitting, adalah rangkaian isolator dan perlengkapannya, antara lain : Isolator, Tension p, Suspension p Clamp, p, U Blot,, Clamp, Anchor Sackle, Horn Holder, Yoke, Ball Clevis, Arching Horn, Clevis Eye dan Socket Clevis. Gambar 16 : Isolator Piring (Isolator Gantung)
Gambar 17 : Isolator Tonggak Saluran Vertikal
a Isoalato Isoalator : 9 Berfungsi sebagai isolasi antara konduktor dengan tiang (tower). 9 Pada umumnya terbuat dari porselin atau kasa. 9 Isolator yang digunakan pada SUTT : ¾ Isolator Gantung (lihat gambar 16). ¾ Isolator Tonggak Saluran (lihat gambar 17). ¾ Isolator Tonggak Saluran Horizontal (lihat gambar 18). 32
Lanjutan 3.2.
Gambar 18: Isolator Tonggak Saluran Horizontal
Gambar 19 : Klem Penegang (Tension Clamp) dengan Mur Baut
a Klem Penegang ( Tension Clamp) : 9 Berfungsi untuk penjepit (pengikat) penghantar phasa pada tower p tension ((tower penegang). 9 Pada SUTT umumnya digunakan jenis klem penegang : ¾ Jenis mur baut atau bolt & nut (lihat gambar 19). ¾ Jenis press atau Compression Type (lihat gambar 20). 9 Umumnya bahannya terbuat dari campuran alluminium atau tembaga, tergantung da i jenis penghantar dari penghanta yang ang digunakan. 9 Pada saat ini Klem Penegang yang terbuat dari campuran tembaga jarang digunakan, digunakan karena penghantar tembaga tidak digunakan lagi pada SUTT.
33
Lanjutan 3.2.
Gambar 20 : Klem Penengang (Tension Clamp) type Press
Gambar 21 : Klem Penyangga (Suspension Clamp)
a Klem penyangga (Suspension Clamp) : 9 Berfungsi untuk penjepit (penegang) penghantar pada isolator gantung yang terdapat pada tiang penyangga. 9 Pada klem penyangga biasanya dilengkapi dengan batang pelindung (Armor Wire), Wire) yang tujuannya adalah mencegah rusaknya (cacat) penghantar yang diakibatkan tekanan klem dan getaran penghantar akibat angin. a Klem Jembatan (Paralel Groove Clamp) : 9 Berfungsi sebagai penghubung (penyambung/ penggandeng) kedua ujung penghantar dari klem penegang satu t dengan d kl klem penegang. 9 Dipasang pada tower penegang. 34
Lanjutan 3.2. a Accesories lain yang melengkapi isolator gantung, adalah : 9 Tanduk busur (Arcing Horn), yang berfungsi untuk melindungi isolator dari tegangan surja. 9 Cincin Perisai (Grading Ring), berfungsi untuk meratakan (mendistribusikan) medan listrik dan distribusi tegangan yang terjadi pada isolator. a U Bolt : Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan). a Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi udaranya uda a ya normal, o a , dae daerah a ya yang g mengandung e ga du g po polusi us kimia a ttinggi, gg , dae daerah a ya yang g udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain. a Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan ) digunakan d k Isolator l Type Normal. l Sedangkan d k untukk daerah d h yang udaranya d asin), berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator). 35
3.3. KOMPONEN PENGAMAN (PERLINDUNGAN) a Komponen pengaman (perlindungan) pada transmisi tegangan tinggi (SUTT), memiliki fungsi penting sebagai pengaman (perlindungan) SUTT secara menyeluruh. a Komponen pengaman (perlindungan) pada SUTT, antara lain : 9 Kawat Tanah (Ground Wire) dan perlengkapannya. 9 Pentanahan tiang. 9 Jaringan pengaman (Safety Net). 9 Bola pengaman (Balistor). (Balistor) a Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang j l SUTT. jalur SUTT g pengaman p g ((Safetyy Net)) dan bola p pengaman g dipasang p g p pada a Untuk jjaringan tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat. 36
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA a Adalah kawat pentanahan (grounding) yang berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan (sambaran) petir secara langsung. a Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja (steel wire) i ) dengan d k k t St 35 atau kekuatan t St 50, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan oleh PLN. a Accesories Ground Wire : Joint Sleeve, Dumper, Jumper Clamp, Tension Clamp, Suspension Clamp dan PG Clamp.
Gambar 22 : Pemasangan Ground Wire pada Tower
a Accesories ground wire yang memiliki nama/ jenis yang sama g accesories p penghantar, g , dengan memiliki fungsi yang sama dengan accesories penghantar tersebut. a Jumlah ground wire pada SUTT, ada yang satu atau dua, tergantung dari pucuk tower.
37
3.3.2. PENTANAHAN TIANG a Pentanahan tiang dipasang pada masing-masing tower di sepanjang jalur SUTT. a Fungsi pentanahan tiang : Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground wire) akibat kib terjadinya j di sambaran b petir. i a Pentanahan tiang terdiri dari kawat tembaga g atau kawat baja j yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower (tiang) SUTT.
Gambar G b 23 : Pentanahan Tiang
a Pemasangan pentanahan tiang dilakukan setelah pemasangan Stub Tower dan sebelum pembesian/ pengecoran pondasi, karena pentanahan tiang ini ada dalam pondasi. 38
3.3.3. JARING PENGAMAN (SAFETY NET) a Berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan yang dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di bawah SUTT yang tingginya melebihi tinggi yang diijinkan. a Fungsi lainnya adalah untuk menjaga kemungkinan putusnya penghantar SUTT, sehingga tidak membahayakan lalu lintas yang melewati persilangan dengan SUTT tersebut. a Pada umumnya jaring pengaman dipasang di pe lintasan perlintasan (persilangan) jalan umum dengan jalur SUTT. Gambar G b 24 : Jaring Pengaman(Safety Net) 39
3.3.4. BOLA PENGAMAN (BALISTOR)
a Dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu lintas udara. a Pada umumnya dipasang pada kawat tanah (Ground Wire) di daerah yang banyak dilewati lalu lintas udara atau di dekat bandar udara (Bandara).
Gambar G b 25 : Bola Pengaman (Balistor)
a Untuk pengaman pada malam hari, digunakan Balistor yang dipasang p g p pada kawat p phasa dan bekerja atas dasar drop tegangan yang dapat menyalakan ion pendar seperti lampu neon (lampu TL) dengan warna kuning. kuning 40
4.1. KABEL TANAH
a Pada umumnya jenis kabel yang digunakan adalah Kabel Oil Impregnating p g g Paper p Failed. a Kabel ini adalah sejenis kabel minyak, y , yyang g isolasinya y terdiri dari unsur minyak yang mengimpregnating kertas isolasi untuk membungkus konduktor, sehingga mampu mengisolasi i l i t h d terhadap tegangan kerja sistem.
Gambar 26 : Kabel Minyak 150 KV
a P Penggunaan isolasi i l i jenis j i ini i i karena k dianggap relatip cukup baik, sebab isolasi cukup tipis dan mempunyai kekuatan secara elektris dan mekanis yang cukup baik. 41
4.2. SAMBUNGAN (JOINTING) a Sambungan Langsung : Konstruksi sambungan ini cukup gg sederhana,, tidak menggunakan teknologi tinggi (konvensional), tetapi mempunyai kekuatan dan keandalan yang baik. Gambar 27 : Penampang Sambungan Langsung Kabel Minyak 150 KV
Gambar G b 28 : Stop Joint Terpisah Kabel Minyak 150 KV
a Sambungan Terpisah (Stop Joint) : 9 Konstruksi sambungan ini terbagi g menjadi j dua,, yyang g masing-masing minyak sisi sebelah kiri dan kanan tidak saling bertemu. 9 Jika terjadi kebocoran minyak, minyak konstruksi jenis ini lebih mudah dalam mencari letak kebocoran, terutama jika SKTT terbagi menjadi beberapa seksi dari panjang kabel yang kurang lebih 300 meter. 42
4.3. PROSES PENGISIAN MINYAK
a Proses pengisian : 9 Sepanjang seksi kabel harus terlebih dahulu di vacum. vacum 9 Treatment minyak kabel. 9 Memasukkan minyak. a Perbedaan level permukaan tanah akan menimbulkan perbedaan tekanan di salah satu sisi kabel, dimana tekanan normal adalah 1,2 bar.
Gambar 29 : Proses Vacum Stop Joint, setelah selesai di Installing
a Karena perbedaan level, maka pada bagian kabel yang rendah akan mempunyai tekanan lebih tinggi, yang disebabkan unsur berat minyak tersebut. 43
5.1. PERSIAPAN PEKERJAAN a P Pengecekan k terhadap t h d semua route t SUTT, SUTT terutama t t pada d lokasi l k i tanah t h yang akan k ditempati masing-masing pondasi tower. Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh pihak tertentu, tertentu sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis. a Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan ditempati tapak tower, tower di sekeliling tapak tower jalan masuk menuju tapak tower, karena : 9 Untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi dibutuhkan tempat yang lebih luas dari tanah yang akan ditempati tapak tower. Jika pada tanah ini terdapat pohon/ tanaman/bangunan, maka perlu dirundingkan masalah ganti ruginya. 9 Jika diperlukan jalan masuk menuju tapak tower dan kemungkinan akan merusak p pohon// tanaman// bangunan, g , maka p perlu dirundingkan g masalah g ganti ruginya. 9 Meskipun pada tanah tapak tower sudah dibeli oleh PLN, ada kemungkinan pihak bekas pemilik tanah masih meminta ganti rugi pohon/ tanamn, sehingga perlu dirundingkan penyelesaiannya, agar tidak timbul masalah pada saat pelaksanaan pekerjaan. 44
Lanjutan 5.1. a Persiapan administrasi (surat menyurat), administrasi keuangan dan administrasi teknik : 9 Surat menyurat y dan p pengurusan g ijin-ijin j j untuk keperluan p koordinasi dengan g pihak-pihak terkait. 9 Menyimpan petunjuk-petunjuk dan gambar-gambar pelaksanaan. 9 Menyiapkan y p format-format dan buku-buku untuk laporan p harian,, laporan p mingguan, dan lain-lain. 9 Pembayaran ganti rugi tanaman/ pohon/ bangunan yang terkena dampak pemasangan pondasi tower a Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan mobilisasi material. a Menyiapkan crew tenaga kerja : Di awal pekerjaan SUTT yang dibutuhkan adalah tenaga kerja ahli dan terampil di bidang pekerjaan sipil (untuk pekerjaan pondasi) dan di bidang pekerjaan mekanikal (untuk pekerjaan Stub Setting dan Erection Tower). 45
5.2. UITZET/ PEMATOKAN a Uitzet/ pematokan sangat menentukan untuk melaksanakan pekerjaan selanjutnya. a Uitzet/ pematokan adalah menentukan letak pondasi pada masing-masing kaki pondasi. pondasi a Harus diyakini bahwa posisi patok yyang g menandai tempat p tower tidak bergeser (tidak digeser) dari tempat yang telah ditentukan.
Gambar 30 : Uitzet/ Pematokan
a Jik Jika patokk tanda d l k tower letak bergeser, secara teknis akan timbul masalah, misalnya : seharusnya tower suspension p yyang g berubah posisi menjadi tension. 46
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK
a Pemasangan bouwplank adalah untuk masing kaki tower.
menentukan
letak
(posisi)
masing-
a Pemasangan bouwplank menggunakan kayu papan yang mengelilingi letak pondasi tower dan berbentuk bujur sangkar. a Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As) masing-masing g g kaki tower. a Berdasarkan pengalaman di lapangan dan kebiasaan para pekerajaan lapangan, p g ,p pada umumnya y p papan-papan p p p untuk bouwplank p tidak dipasang, p g, karena bouwplank justru akan bergeser jika terkena tanah galian. pekerjaan j galian tanah g a Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah p selesai. 47
5.4. GALIAN TANAH a Galian tanah dilakukan setelah bouwplank terpasang, sehingga posisi tanah yang akan digali jelas dan tidak terjadi kesalahan galian tanah. a Pekerjaan galian tanah diperuntukkan pada jenis pondasi cakar ayam dan pondasi normal.
Gambar 31 : Galian Tanah pada Pondasi Type Normal
a Untuk pondasi jenis Bump Pile, Bor Pile, l Strauss Pile, l Mikro k Pile, l Injection Mikro Pile, tidak ada pekerjaan galian tanah. a Pada saat melaksanakan pekerjaan galian tanah, harus dilakukan hatihati jangan sampai benang untuk poros ((As)) kaki tower menentukan p bergeser. 48
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA
Gambar 32 : Urug Pasir dan Lantai Kerja a Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya l b k dan lembek d b l berlumpur, sehingga hi pada d saatt pengecoran pondasi, d i dasar (landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras. a Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali. a Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk memasukkan pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki tower (stub tower). 49
5.6. STUB SETTING DAN PEMASANGAN PENTANAHAN TIANG a Adalah pekerjaan penyetelan/ pemasangan bodi utama tower (kaki-kaki tower). a Pada bagian bawah masing-masing kaki tower, dipasang sepatu stub berupa p besi siku yyang g disilangkan, g sehingga stub tower tidak menancap (ambles) tanah.
Gambar 33 : Stub Setting dan Pemasangan Pentanahan Tiang
a Penyetelan kaki tower akan sangat menentukan kelancaran erection tower selanjutnya. a Setelah stub (kaki) tower dipasang dengan baik dan sebelum pekerjaan pembesian dipasang pentanahan pembesian, tiang (penjelasan dan gambar lihat bagian 3.3.2. gambar 23) 50
5.7. PEMBESIAN DAN PEMASANGAN BEKESTING a Pembesian merupakan bagian dari cor pondasi. a Besar kecilnya y p penampang p g besi dan pembesian secara keseluruhan, tergantung dari besar kecilnya pondasi dan tower. a Pada saat melakukan pembesian harus dilaksanakan dengan hatihati, jangan sampai merubah setting stub (pengesetan kaki tower). a Setelah pembesian selesai, dilanjutkan pemasangan bekesting (cetakan beton). Gambar G b 34 : Pembesian dan Pemasangan Bekesting Pondasi Type Normal
a Pemasangan bekesting termasuk sampai dengan kaki tower yang menyembul di atas tanah. 51
5.8. PERSIAPAN COR PONDASI a Dalam melakukan pengecoran masing-masing kaki-kaki pondasi tower, harus diselesaikan tuntas (tidak boleh terpotong).
Gambar 35 : Persiapan Cor Pondasi
a Oleh karenanya hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi pondasi adalah : sebelum cor p 9 Jika kondisi galian tanah rentan longsor, harus dipasang turap dengan kuat dan baik. 9 Bekesting harus telah terpasang dengan baik dan kuat. 9 Palungan (tempat memasukkan campuran semen ke dalam b k ti ) bekesting) h harus di i k disiapkan dengan baik.
9 Material (semen, pasir, air, koral, dan lain-lain) harus telah disiapkan cukup. 9 Perlengkapan kerja (beton, (beton molen, molen pompa air, air vibrator, vibrator sekop, sekop dan lain-lain) lain lain) harus disiapkan lengkap dan memadai. 9 Kesiapan tenaga kerja dan supervisor (pengawas). 52
5.9. PELAKSANAAN COR PONDASI a Pengecoran pada masing-masing masing masing kaki tower dilakukan secara terus menerus dan tuntas, tidak boleh ada tenggang waktu yang terlalu lama. lama a Jika dalam satu kaki tower di cor p kali dalam beberapa p hari,, beberapa dikhawatirkan senyawa pada sambungan cor menjadi kurang baik.
Gambar 36 : Cor Pondasi Tower
a Kekuatan beton ditentukan dalam notasi K, misal : K-175, K-225, K350 dan seterusnya, tergantung dari spesifikasi yang telah ditentukan dalam kontrak.
a Pada saat cor dibuat “kubus beton”, untuk dilakukan uji kekuatan beton, sebagai bukti bahwa pondasi telah memenuhi syarat kekuatan betonnya. betonnya Pengujian (test) tekan hancur beton dilakukan di laboratorium konstruksi (biasanya di Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan di Perguruan Tinggi setempat, atau di tempat lain yang direkomendasikan). 53
Lanjutan 5.9. a Agar campuran beton merata, padat dan tidak berongga, setelah campuran beton dituangkan harus diaduk dengan mesin penggetar (vibrator). (vibrator) a Jika pekerjaan dalam keadaan emergency dan membutuhkan penyesalan cepat cepat, dimana pengerasan beton juga harus dipercepat, maka beton diberi campuran Adittive. a Jenis dan volume adittive yang dicampurkan bermacam-macam, tergantung sampai seberapa cepat waktu a tu ya yang g d dibutuhkan butu a untuk u tu pengerasan beton. Gambar 37 : Turap yang dipasang pada tanah yang mudah ambrol
a Dengan campuran Adittive ini, yang seharusnya baru boleh di di-erection erection towernya pada umur beton 28 hari, bisa dipersingkat menjadi 3, 4, 5 hari dan seterusnya. 54
Lanjutan 5.9.
a Pada kondisi tanah tertentu (misal : berlumpur berpasir, berlumpur, berpasir dan lain-lain) lain lain) yang mudah ambrol dan meluber, disekeliling g g galian harus dipasang p g turap yang kuat, sehingga pada saat pengecoran tidak ambrol.
a Jenis pondasi tergantung jenis dan k di i tanah kondisi h setempat. Gambar G b 38 Gambar 38 : Pondasi Jenis Cakar Ayam
menunjukkan
gambar
pondasi
tower jenis cakar ayam.
55
5.10. PEMBONGKARAN BEKESTING DAN URUG BALIK a Pembongkaran bekesting dilakukan apabila umur beton telah mencukupi (beberapa hari setelah pelaksanaan cor pondasi). a Setelah bekesting dibongkar, dilanjutkan dengan melakukan pengurugan kembali k b li ((urug balik) b lik) tanah.
Gambar 39 : Pembongkaran Bekesting dan Urug Balik
a Pada saat melakukan urug balik, tidak boleh sekaligus selesai. Tetapi harus dilakukan secara bertahap/ berlapis, kemudian dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat tanah (Stamper), dilanjutkan untuk lapisan urugan selanjutnya, sampai dengan selesai.
56
5.11. ERECTION TOWER a Ereetion Tower dilaksanakan setelah pondasi tower dinyatakan benar-benar mengeras. a Biasanya jika pengecoran dalam keadaan normal (tidak menggunakan campuran Adittive/ untuk t k mempercepatt pengerasan beton), pekerjaan erection baru dilaksanakan setelah umur pondasi mencapai 28 (dua puluh delapan) h i sejak hari j k pengecoran selesai. l i
Gambar 40 : Erection Stub Tower dan SilangSilang (Diagonal).
a Urutan pelaksanaan erection tower : 9 Pemasangan stub (kaki tower) secara bertahap seksi demi seksi. 9 Pemasangan silang-silang (di (diagonal) l) tower. t 9 Pemasangan travers dan pucuk tower. 57
5.12. FINISHING DAN PEKERJAAN LAIN-LAIN
Gambar 41 : Perataan Tanah & Patok Batas Tanah Milik PLN
a Yang termasuk finishing, meliputi pekerjaan : 9 Perataan tanah sesuai dengan g luas tanah yang dimiliki PLN pada tapak tower. 9 Pengerasan bolt & nut tower. Bila perlu sampai satu atau dua tingkat (seksi stub), bolt & nut dimatikan (di las), terutama didaerah yang rawan pencurian. pencurian 9 Pemasangan Danger Plate dan Number Plate. 9 Pemasangan Penghalang Panjat Tower. 9 Pemasangan patok batas tanah milik PLN. 9 Penyempurnaan mata intan (plesteran kaki tower). 58
Lanjutan 5.12.
a Pekerjaan finishing tersebut biasanya dilaksanakan setelah pekerjaan penarikan konduktor (stringing) diselesaikan, dengan maksud agar tidak terjadi kerusakan ketika dilaksanakan pekerjaan stringing. a b
c
Gambar 42 : a Plat Nomor Tower (Number Plate) a. Plate). b. Plat Tanda Bahaya (Danger Plate). c. Penghalang Panjat Tower.
a Pekerjaan lain-lain : 9 Pemasangan Vang Net (kalau kebetulan 1 paket dengan pekerjaan SUTT). 9 Pemasangan P b l bola pengaman// Balistor (kalau ada). 9 Pemasangan tembok penahan pondasi (kalau ada). 59
6.1. PERSIAPAN PEKERJAAN
a Identifikasi permasalahan, dengan pertimbangan : 9 Volume pekerjaan stringing SUTT harus melalui jalur yang panjang (jauh). 9 Melewati berbagai macam area (rumah/ bangunan, bangunan perkebunan perkebunan, persawahan, hutan tanaman pangan, hutan jati, jaringan listrik dan telepon, dan lain-lain). 9 Pada saat pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ruang bebas/ jarak aman, beberapa hal yang harus diperhatikan : ¾ Pekerjaan harus berjalan kontinyu dan tidak boleh terhenti (berhenti) karena timbulnya y masalah di lapangan. p g ¾ Timbulnya kerusakan dan pembongkaran untuk keperluan ROW dan saat pelaksanaan pekerjaan harus diselesaikan diantisipasi pada saat persiapan pekerjaan. 9 Adanya protes dari masyarakat yang tidak menyetujui pembangunan SUTT. 9 Permintaan ganti rugi kerusakan tanaman/ bangunan yang terlalu tinggi (tidak wajar). 9 Dan berbagai permasalahan lainnya, yang terkadang tidak diprediksi dan tidak diperhitungkan sebelumnya. 60
Lanjutan 6.1. a Antisipasi yang harus dilakukan : 9 Agar dalam pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar, tidak tersendat dan terhenti serta agar tidak timbul permasalahan, maka perlu antisipasi sejak awal. 9 Bentuk antisipasi ini adalah melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. a Dampak p jjika antisipasi p kurang g matang g: 9 Ada kemungkinan pada saat pelaksanaan pekerjaan berlangsung, harus terhenti (dihentikan), misalnya : karena ganti rugi yang belum beres, adanya protes dari masyarakat, dan lain-lain. 9 Akan muncul biaya tak terduga untuk pengamanan peralatan kerja dan material yang ada di lapangan. Jika terhentinya pekerjaan berlangsung lama, maka pembengkaan biaya menjadi sangat besar. 9 Timbulnya kerawanan keamanan dan dampak sosial. sosial 9 Pengaruh terhadap sistem ketenagalistrikan secara lebih luas, karena akan berdampak pada sistem yang lain. 9 Kerugian di sisi PLN karena penyerapan anggaran yang tertunda dan penjualan energi listrik yang tertunda. 9 Kerugian masyarakat karena tertundanya dalam memanfaatkan listrik. 61
Lanjutan 6.1. a Antisipasi dan persiapan pekerjaan : 9 Identifikasi dan inventarisasi terhadap kemungkinan timbulnya kerusakan tanaman, bangunan dan lain-lain, akibat pelaksanaan pekerjaan. Hal ini menyangkut penyelesaian ganti rugi. 9 Mengurus dan mengkoordinasikan berbagai permasalahan dan perijinan/ pemberitahuan yyang p g terkait dengan g berbagai g pihak,, misalnya p y : PLN setempat, Pemkab/ Pemkot beserta jajarannya, PT. Telkom, Perumka, Perhutani, dan lain-lain. 9 Menyiapkan y p informasi yyang g menyangkut y g petunjuk p j pelaksanaan kerja, p j , gambar-gambar pelaksanaan, dan lain-lain. 9 Menyiapkan buku-buku dan format-format laporan, yang diperlukan untuk mencatat berbagai kejadian dalam pelaksanaan pekerjaan, laporan harian, laporan mingguan, dan lain-lain. 9 Menyiapkan Direksi Keet dan gudang di lapangan. Karena pekerjaan SUTT bersifat mobile dan routenya panjang, biasanya Direksi Keet dan Gudang, menyewa dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. 62
Lanjutan 6.1. 9 Pemasangan stegger (scaffolding) pada lintasan SUTT yang bersilangan (crossing) dengan jalan, kabel telepon, rel KA, bangunan, dan lain-lain.
Gambar 43 : Stegger gg (Crossing g dengan g JTM dan Jalan l Raya)) 9 Penyelesaian pembayaran ganti rugi tanaman,, banguan, g ,p pohon.
Gambar G b 44 : Scaffolding (Crossing dengan SUTT) 63
6.2. PEMASANGAN INSULATOR STRINGS a Menyiapkan isolator sesuai volume kebutuhan di masing-masing area. a Membersihkan isolator dari kotorankotoran yang menempel, misalnya : debu, oli, minyak, cat dan kotorankotoran lainnya. a Menginventarisasi kebutuhan isolator dan rangkaiannya pada masing- masing tower dari seluruh tower yang ada.
Gambar 45 : Isolator dalam Kemasan (Packing)
a Melaksanakan pengesetan isolator dan rangkaiannya sesuai data masing-masing tower dari seluruh tower yang ada. a Jenis Insulator Strings berdasarkan jenis tower : 9 Suspension p Insulator Strings. g 9 Tension Insulator Strings. 9 Dead End Insulator Strings. 9 Jumper Support Insulator. 64
Lanjutan 6.2.
Gambar 46 : Insulator Strings Set a Selanjutnya menaikkan Insulator Strings St gs ke e ccross oss a arm da dan mengaitkannya (memasang) pada cross arm.
a Pemasangan Insulator Strings : 9 Suspension Insulator Strings, dipasang pada tower penyangga ((suspension). p ) Adalah tower yyang g terletak pada posisi SUTT lurus, tetapi bukan tower penegang. 9 Tension Insulator Strings, dipasang pada tower belokan dan tower penegang (tension). 9 Dead End Insulator Strings, dipasang pada tower awal/ akhir SUTT. 9 Jumper Support Insulator, dipasang pada tower tension dan tower awal/ akhir. akhir a Pada cross arm paling atas dari g g tower dipasang p g masing-masing Snatch Block, yang berfungsi untuk alat menaikkan (kerekan) insulator strings. 65
Lanjutan 6.2. a Gambar 47 sampai dengan gambar 53 menunjukkan proses pemasangan Insulator Strings, bagian-bagian Insulator Strings dan Insulator Strings dalam keadaan telah terpasang pada travers.
Gambar 47 : Menaikkan Insulator Strings ke Travers
66
Lanjutan 6.2.
Gambar 48 : Single Suspension Insulator Strings(A), Suspension Clamp (B), Armour Rod (C) dan Dumper (D)
67
Lanjutan 6.2.
Gambar G b 49 : Single Tension Insulator, Double Tension Insulator Strings dan Jumper Support Insulator pada Tower Belokan (Tower Tension)
68
Lanjutan 6.2.
Gambar 50 : Pemasangan Tension Insulator Strings & Proses Sagging 69
Lanjutan 6.2.
Gambar 51 : Single dan Double Tension Insulator Strings
70
Lanjutan 6.2.
Gambar 52 : Double Suspension Insulator Strings 71
Lanjutan 6.2.
Gambar 53 : Single Tension & Jumper Supoort I Insulator l t St Strings i pada d Tower T Belokan B l k (Tension) (T i )
72
Lanjutan 6.2.
Gambar 54 : Insulator Strings g Terpasang p g pada p Gantry Gardu Induk
73
6.3. PENARIKAN KONDUKTOR & GROUND WIRE a Dalam pelaksanaan pekerjaan stringing SUTT, SUTT salah satu pekerjaan pokok adalah penarikan konduktor dan ground wire. a Sebelum proses penarikan konduktor dan ground wire dilaksanakan, harus di cek terlebih dahulu seluruh jalur yang akan dilalui pekerjaan stringing apakah telah aman, terutama pada jalur persilangan (crossing) dengan jalan, dan lain sebagainya b i h harus sudah d h terpasang t stegger/ t / scaffolding ff ldi dengan d b ik baik. a Mengingat pada proses stringing merupakan pekerjaan yang sering menimbulkan masalah, maka perlu antisipasi dan persiapan secara khusus dan matang. a Secara umum ada tiga bagian utama dalam pelaksanaan pekerjaan penarikan konduktor dan ground wire yang harus dilakukan, yaitu : 9 Persiapan umum. 9 Persiapan penarikan (pemasangan pilot wire). 9 Proses dan pelaksanaan penarikan konduktor dan ground wire.
74
6.3.1. PERSIAPAN UMUM a Meletakkan (menempatkan) mesin-mesin penarik (Engine Winch dan Real Winder) pada jalur-jalur penarikan Tensioner Engine atau Break pada Drum Area, dimana pada tempat tersebut juga diletakkan Haspel-Haspel Konduktor dan Ground Wire. Wire a Pada masing-masing tower yang berada di depan mesin penarik dan dan mesin penegang (Tensioner), (Tensioner) semua cross arm-nya arm nya dipasang achoer ke body tower. tower Tujuannya adalah untuk menahan Cross Arm dari kemungkinan timbulnya pembengkokan pada saat dilaksanakan penarikan konduktor dan ground wire. a Pada suspension insulator yang telah terpasang pada jalur penarikan, dipasang Montage Roll yang berfungsi untuk lewatnya Pilot Wire dan konduktor serta ground wire. Sedangkan g g pada tower tension,, Montage p g Roll langsung g g dipasang p g pada cross arm, dengan dibantu Wire Rope yang telah dipotong dan disesuaikan kebutuhan. a Setelah persiapan umum kita lakukan dengan baik, dilanjutkan dengan persiapam penarikan (pemasangan Pilot Wire). 75
6.3.2. PERSIAPAN PENARIKAN (PEMASANGAN PILOT WIRE) a Pemasangan Small Pilot Wire : 9 Melaksanakan penggelaran Small Pilot Wire dari arah Drum Area ke arah Engine Winch Puller Engine. 9 Penggelaran sekaligus dilaksanakan pada Montage Roll yang telah terpasang. 9 Setiap gulungan Small Pilot Wire, panjangnya lebih kurang 200 meter. 9 Setiap Winch dan Tensioner diperlukan beberapa gulung Small Pilot Wire. 9 Antara gulungan yang satu dengan gulungan lainnya disambung dengan Wire Clips. a Pemasangan Big Pilot Wire : 9 Setelah Big Pilot Wire sampai pada Engine Winch, maka Big Pilot Wire dari Break Machine (Tensioner) disambung dan ditarik ke arah Engine Winch, sesuai dengan panjang Small Pilot Wire. 9 Selanjutnya Small Pilot Wire digulung dengan Reel Winder yang diletakkan d k t dekat dekat d k t Engine E i Winch. Wi h 9 Panjang Big Pilot Wire bisa mencapai 10.000 meter. 76
Lanjutan 6.3.2. a Persiapan penarikan konduktor dan ground wire : 9 Konduktor dan ground wire ditarik dengan menggunakan Big Pilot Wire dari Drum Site ke arah Engine Winch. 9 Penarikan konduktor dilakukan sekaligus, sehingga diperlukan material (perlengkapan) bantu yang berupa Yoke yang dilengkapi dengan Counter Weight. 9 Pada saat Big Pilot Wire sudah sampai di tempat Engine Winch, maka Drum (Haspel) konduktor dan ground wire dilewatkan pada Tensioner serta dililitkan sesuai reelnya (alur) dari Tensioner. 9 Fungsi Tensioner adalah untuk mengatur ketinggian konduktor dan ground wire dari tanah, pada saat berlangsungnya proses penarikan. 77
6.3.3. PROSES DAN PELAKSANAAN PENARIKAN KONDUKTOR & GROUND WIRE a Ujung konduktor dan ground wire dihubungkan dengan Yoke yang telah dilengkapi Counter Weight, dengan menggunakan Pulling Grip dan Beugel, sedangkan ujung Big Pilot Wire dihubungkan dengan Yoke menggunakan Beugel. Beugel a Proses penarikan : 9 Penarikan konduktor dan ground wire mengikuti jalur Pilot Wire. Wire 9 Setelah Yoke sampai pada Rol-Rol yang terpasang pada tower, dilakukan penyetopan Engine dan Tensioner. 9 Penyetopan dilakukan oleh pekerja pengawal Counter Weight dengan menggunakan sarana komunikasi Handy Talky. 9 Memindahkan Yoke dari Rol sisi Drum Site dan Rol sisi Engine Site, dilaksanakan oleh pekerja yang telah siap pada tower jalur Pilot Wire. a Penyambungan konduktor dan ground wire : p konduktor dan g ground wire dalam satu g gulungan g ((haspel) p ) telah 9 Apabila habis ditarik, maka dilakukan penyambungan dengan gulungan (haspel) lainnya. 78
Lanjutan 6.3.3. 9 Penyambungan P b d dengan menggunakan k Joint J i t Sleeve Sl t type C Compression. i 9 Untuk sambungan konduktor (konduktor line/ phasa) yang pada umumnya menggunakan kawat ACSR, proses penyambungannya dua kali, yaitu penyambungan b (j i t sleeve) (joint l ) steel t l dan d penyambungan b (j i t sleeve) (joint l ) alluminium. 9 Untuk sambungan ground wire yang pada umumnya menggunakan kawat GSW penyambungan dilakukan satu kali, GSW, kali karena semua urat kawatnya sama, terbuat dari steel. 9 Agar pada saat melalui rol-rol kabel sambungan tidak mengalami kerusakan, maka diberi pengaman yang berupa Joint Protector. Protector a Begitulah seterusnya proses penarikan dilakukan, hingga ujung konduktor dan ground d wire i sampaii pada d Engine E i Wich Wi h (Dead (D d End E d Tower). T ) a Pemasangan Tension Clamp dan Persiapan Sagging : 9 Setelah Counter Weight sampai pada Engine Winch, ujung-ujung konduktor dan ground wire dilepas dari Yoke. 79
Lanjutan 6.3.3. 9 Selanjutnya salah atu ujung konduktor dan ground wire dipasang Tension Clamp dan dikaitkan (dipasang) pada Tension Insulator Strings. 9 Pada P d sisi i i ujung j yang satunya t b l belum di dipasang
T i Tension Cl Clamp, k karena
andongan (sagging) dari konduktor dan ground wire tersebut masih belum sempurna. p 9 Salah satu ujung konduktorn dan ground
wire di klem dengan
mempergunakan Come Along pada tower yang lain, dengan terlebih dahulu diatur andongannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan PLN.
a Demikianlah D iki l h proses dan d pelaksanaan l k penarikan ik k d kt dan konduktor d ground d wire i pada masing-masing phasa/ line dilaksanakan. Untuk penarikan konduktor dan ground wire p g pada p phasa// line yyang g lain,, mengikuti g ketentuan dan tatacara seperti yang diuraikan di atas. 80
6.4. PENGATUBAN ANDONGAN (SAGGING) a Setelah penarikan konduktor dan ground wire antar Section Drum Site dan Engine Site selesai dilaksanakan seluruhnya, selanjutnya dilaksanakan pekerjaan pengaturan andongan (sagging). a Untuk mengatur clearance andongan (sagging) dipergunakan alat penarik yang berupa Small Engine, pada tower tension yang ujung konduktornya belum di klem. a Pada tower-tower kontrol yang ditentukan antara tower tension dipasang pesawat Theodolit untuk mengukur dan mengetahui clearance andongan (sagging) konduktor dan ground wire. a Ketentuan besar kecilnya tarikan dan tinggi rendahnya andongan konduktor dan ground wire, disesuaikan dengan spesifikasi SUTT. a Selanjutnya dilakukan pemasangan Tension Clamp pada ujung konduktor dan ground wire, Dengan demikian pekerjaan sagging telah selesai. 81
6.5. CLAMPING DAN PEMASANGAN ACCESORIES a Dengan selesainya pekerjaan sagging dan dead & clamp kedua ujung konduktor dan ground wire dipasang pada masing-masing tower tension, j y dilakukan p pemasangan g Klem ((Clamping) p g) p pada tower-tower selalnjutnya penyangga (Suspension Tower). a Proses dan pelaksnaan clamping : 9 Memindahkan konduktor dan ground wire dari Montage Roll ke posisinya masing-masing, yaitu : untuk konduktor ke Suspension Insulator Strings dan untuk t k ground d wire i dipasang di (dik itk ) pada (dikaitkan) d Cross C A Arm paling li atas t (untuk ( t k double ground wire) atau pada pucuk tower (untuk single ground wire). 9 Selanjutnya diteruskan dengan pengerasan klem-klem. a Pekerjaan lainnya : 9 Pemasangan Jumper Support Insulator pada tower tension lengkap dengan pemasangan Jumper Conductor dan Paralel Groove Clamp. 82
Lanjutan 6.5. a Pemasangan Stock Bridge Dumper untuk masing-masing konduktor dan ground wire. Catatan : Jarakk dari d kl klem pada d Insulator l String ke k Stockk Bridge d Dumper, disesuaikan dengan ketentuan yang diberikan PLN.
a Apabila jumlah konduktor pada masing-masing line (phasa) lebih dari satu, misalnya : dua atau empat, maka harus dipasang pemisah atau perentang (Spacer).
a Tujuan T j pemasangan Spacer S adalah d l h untuk t k menjaga j j k antara jarak t k d kt yang konduktor satu dengan konduktor lainnya dalam satu phasa, agar tidak berubah dan tidak bertumbukan satu dengan lainnya, karena adanya gaya elektromagnetik atau angin. 83
6.6. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN PEKERJAAN STRINGING SUTT
Gambar 55 : Wire Rope (Pancingan Konduktor dan Ground Wire) 84
Lanjutan 6.6.
Gambar 56 : Tensioner 85
Lanjutan 6.6.
Gambar G b 57 : Engine Winch (A) dan Reel Windeer (B) 86
Lanjutan 6.6.
Gambar 58 : Counter Weight. 87
Lanjutan 6.6.
Gambar 59 : Proses P P Penyambungan b K Konduktor d kt ACSR dengan d menggunakan k Joint Sleeve Type Compression 88
Lanjutan 6.6.
Gambar 60 : Penyambung Konduktor ACSR (Joint Sleeve) yang telah terpasang. 89
Lanjutan 6.6.
Gambar 61 : Standby Conduktor dengan bantuan Montage Rol (Posisi konduktor jauh dari Tensioner). 90
Lanjutan 6.6.
Gambar 62 : Joint Sleeve Ground Wire. 91
6.7. PEKERJAAN FINISHING a S Secara umum pekerjaan k j fi i hi finishing adalah d l h melakukan l k k pengecekan k t h d terhadap semua scope pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan maksud : 9 Untuk mengetahui apakah pekerjaan telah dilaksanakan secara baik dan benar. 9 Dengan pengecekan akan diketahui apabila terjadi kekurangan pekerjaan, sehingga langsung dilakukan langkah-langkah perbaikan. a Melaksanakan pembongkaran stegger (scaffolding) dan membersihkan lokasi pekerjaan sepanjang jalur SUTT, dari sisa-sisa (limbah) pekerjaan. a M Menyelesaikan l ik pembayaran b ganti ti rugii kerusakan k k t tanaman, b bangunan, pohonh pohon, dan lain-lain yang mengalami kerusakan atau karena ditebang, yang diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan. a Memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan oleh proses pengangkutan peralatan dan material kerja pada saat pelaksanaan stringing. a Memperbaiki bangunan yang rusak (kalau ada), yang diakibatkan pada saat pelaksanaan pekerjaan stringing. 92
Lanjutan 6.7. a Memperbaiki b k tanah h yang rusak, k yang digunakan d k sebagai b l d landasan ( (tempat) ) peralatan kerja stringing. a Melaksanakan pengecekan sepanjang jalur SUTT, untuk mengetahui keadaan SUTT apakah benar-benar sudah aman dari gangguan pohon-pohon / bangunan atau kemungkinan masih terdapat sisa-sisa material yang menempel pada d konduktor k d kt atau t di atas t tower. t a Melaksanakan Commissioning Test atau pemeriksaan dan pengujian seluruh route SUTT. SUTT a Menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi teknik, laporanlaporan pekerjaan, pembuatan asbuilt drawing, laporan progress phisik, dan lain sebagainya. a Mengembalikan (retour) material sisa pekerjaan ke gudang PLN. 93
7.1. PENGERTIAN COMMISSIONING TEST a P Pekerjaan k j i t l i listrik instalasi li t ik yang telah t l h selesai l i dikerjakan dik j k d dan akan k di dioperasikan, ik tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi listrik tersebut benarbenar aman untuk dioperasikan. p a Untuk meyakini bahwa instalasi listrik telah benar-benar aman dioperasikan, keberadaannya harus telah memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis yang berlaku. a Apakah instalasi listrik telah memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian atau commisoning test. a Secara umum pengertian Commisioning Test adalah : 9 Serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan diopersikan. 9 Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa instalasi yang diperiksa dan diuji, baik alat demi alat maupun sebagai sub sistem dan sistem, telah berfungsi semestinya dan memnuhi persyaratan kontrak, sehingga dinyatakan siap untuk diopersikan dan secara resmi dapat diserahterimakan kepada Pemberi Kerja. 94
7.2. RUANG LINGKUP COMMISSIONING TEST a P Pemeriksaan ik : Merupakan bagian dari Commisioning Test, dengan cara melihat langsung terhadap peralatan/ material maupun konstruksi instalasi listrik yang telah terpasang secara kasat mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal : teropong tetapi tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur. teropong, ukur a Ada 2 (dua) jenis pemeriksaan, yaitu : 9 Pemeriksaan sifat tampak (visual check). 9 Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi. konstruksi a Pemeriksaan sifat tampak (visual check), yang meliputi : 9 Pemeriksaan item per item alat/ barang/material yang telah terpasang. 9 Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat/barang/material yang dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak. 9 Melihat apakah perlengkapan yang dipasang dalam kondisi baik, secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak, dan lain-lain. a Pemeriksaan pemasangan (konstruksi) yang meliputi : 9 Pemeriksaan rangkaian alat/barang/material yang telah terpasang. j y adalah mengetahui g alat/ barang/material g yyang g dipasang, p g 9 Tujuannya apakah telah sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku (SNI, LMK, PUIL, SPLN, dan lain sebagainya). 95
7.3. COMMISSIONING TEST PADA TRANSMISI a Pemeriksaan sifat tampak (Visual Check) : 9 Memeriksa kondisi tower, apakah semuanya dalam keadaan baik dan tidak ada bagian yang berkarat, termasuk bolt & nut-nya. 9 Memeriksa kondisi isolator, isolator apakah semuanya dalam keadaan baik dan bersih, tidak ada yang pecah atau retak dan tidak ada kotoran yang menempel. 9 Memeriksa kelengkapan isolator, apakah dalam keadaan baik dan tidak cacat. 9 Memeriksa k kondisi k d konduktor, k d k ground d wire dan d joint sleeve, l tidak d k boleh b l h ada d yang cacat (rantas) dan pengepresan harus baik (tidak longgar dan tidak terlalu kuat). 9 Memeriksa semua p perlengkapan/material.barang g p / g lainnya y yyang g terpasang p g pada SUTT, yang pada prinsipnya semua dalam kondisi baik, secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak dan tidak kotor. a Pemeriksaan pemasangan (konstruksi) : 9 Memeriksa semua komponen SUTT sebagaimana disebutkan di atas, harus benar-benar telah terpasang dengan baik, sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. 9 Jadi pada pemeriksaan konstruksi ini, yang diperiksa adalah rangkaiannya, yaitu rangkaian semua komponen dalam satu kesatuan (sistem) SUTT. 96
Lanjutan 7.3. a Untuk item pekerjaan tertentu yang tidak bisa dilihat secara kasat mata (tidak bisa dilihat secara kasat mata), maka dilakukan pengujian dengan menggunakan alat uji/ alat ukur. a Pengujian transmisi relatif lebih sederhana dan tidak serumit pengujian instalasi pembangkit tenaga listrik maupun gardu induk. a Pada transmisi yang diuji antara lain : 9 Tahanan isolasi isolator, tahanan isolasi antara phasa dengan phasa dan tahanan isolasi antara phasa dengan kawat netral. Alat uji/ alat ukur yang digunakan adalah Mega Ohm Meter/ Megger/ Insulation Resistance Tester. 9 Tahanan pembumian, dengan menggunakan alat uji/ alat ukur Earth Resistance Tester. pengujian g j agar g hati-hati dan menggunakan gg alat ukur Catatan : Dalam melakukan p yang benar-benar presisi dan tidak rusak. 97
7.4. PENGOPERASIAN TRANSMISI a Apabila tahap Commissioning Test telah dilaksanakan dan diselesaikan dengan sesuai ketentuan yang berlaku, maka Transmisi telah siap untuk dioperasikan. a Agak berbeda dengan pengoperasian Gardu Induk yang hanya di satu tempat, tempat pengoperasian Transmisi harus dilaksanakan secara lebih hati-hati, karena berada pada area dan route yang panjang. Oleh karenanya sebelum dioperasikan/ dimasuki tegangan (Energizing), harus diyakini bahwa seluruh route jaringan benar benar-benar benar aman. aman a Dalam pengoperasian transmisi melibatkan pihak-pihak : j ((Pengguna gg Jasa). ) 9 Pihak Pemberi Kerja 9 PT. PLN (Persero) Jasa Sertifikasi, selaku pihak yang memberikan Sertifikat Laik Operasi (SLO). 9 Pihak Kontraktor Listrik yang mengerjakan Transmisi. 9 PT. PT PLN (Persero) (P ) terkait. t k it 9 Pemerintah Kabupaten/ Kota setempat, beserta jajarannya. a Dengan telah dioperasikannya transmisi, transmisi dilanjutkan dengan penyerahan pekerjaan oleh Kontraktor kepada Pemberi Kerja. 98
8.1. SERAH TERIMA PERTAMA a Setelah Transmisi beroperasi dengan baik, maka pekerjaan tersebut dapat dinyatakan selesai, sehingga dapat dilaksanakan serah terima pekerjaan (serah terima pertama). a Dengan dilaksanakannya serah terima pertama ini, berarti phisik pekerjaan telah mencapai 100 % (seratus persen). Tetapi pada umumnya pembayaran termijn h hanya dib ik 95% dari diberikan d i total t t l nilai il i kontrak. k t k a Pada saat serah terima pertama ini, pelaksana pekerjaan (Kontraktor) masih mempunyaii tanggungan t pekerjaan k j yang akan k dil k dilaksanakan k (jik terdapat (jika t d t kekurangan yang tidak signifikan) selama masa pemeliharaan. a S Selanjutnya l j t K t kt berkewajiban Kontraktor b k jib memberikan b ik J i Jaminan P Pemeliharaan lih yang berupa Bank Garansi (Garansi Bank). a K Kekurangan k ( i ) pekerjaan (sisa) k j dib tk dibuatkan B it Acara Berita A d l dalam b t k “Pending bentuk “P di Item” pekerjaan. 99
8.2. MASA PEMELIHARAAN a Yang dimaksud masa pemeliharaan adalah masa atau periode waktu tertentu dimana Kontraktor harus melakukan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang telah dikerjakan. a Jadi jika selama masa waktu pemeliharaan terdapat kekurangan pekerjaan yang menyebabkan tidak sesuai dengan kontrak, kewajiban Kontraktor untuk menyelesaikan/ l ik / memperbaiki/ b iki/ menyempurnakan k hingga hi sesuaii dengan d k t k kontrak. a Untuk pekerjaan Transmisi, sisa pekerjaan yang ditoleransi dikerjakan pada masa pemeliharaan lih (k (karena b l belum di l ik diselesaikan pada d saatt sebelum b l S h Terima Serah T i Pertama), antara lain 9 Penyelesaian ganti rugi yang masih tersisa, yang keterlambatannya tidak disebabkan oleh Kontraktor. Kontraktor 9 Pengembalian (retour) material ke gudang PLN. 9 Pembuatan asbulit drawing. 9 Berita B it acara penyelesaian l i sisa i pekerjaan k j (P di Item). (Pending It ) 9 Pekerjaan lain yang diakibatkan bukan karena ketidaksiapan Kontraktor. 100
8.3. SERAH TERIMA KEDUA a Apabila masa pemeliharaan (garansi) telah dilampaui dan sisa pekerjaan selama masa pemeliharaan telah diselesaikan dengan baik, maka dapat dilaksanakan penyerahan pekerjaan kedua (Serah Terima Kedua). a Dengan dilaksanakannya Serah Terima Kedua, maka hubungan kontraktual antara Pemberi Kerja (PLN) dengan Kontraktor telah berakhir. a Catatan : 9 Meskipun secara legal aspect seharusnya hubungan kontraktual berakhir, kenyataannya Kontraktor masih harus memberikan jaminan terhadap g terpasang. p g Peralatan Material yyang 9 Pada umumnya jaminan diberikan selama 1 (satu) tahun sejak Serah Terima Kedua. 9 Jaminan yang diberikan berupa Jaminan Bank (Bank Garansi). 9 Jadi kalau ada kerusakan peralatan/ material yang disebabkan bukan karena kesalahan operasi atau bencana alam, maka pihak Kontraktor masih berkewajiban memperbaikinya. a D Dengan telah l h dilaksanakannya dil k k S h Terima Serah T i K d Kedua, maka k pembayaran b retensii sebesar 5% (lima persen) dilaksanakan (dibayarkan). 101
9.1. ASPEK MANAJEMEN a Dari sisi konstruksi, pekerjaan Transmisi adalah pekerjaan yang sederhana sehingga dalam pekerjaannya tidak sulit. Yang rumit dan terkadang menyulitkan adalah masalah-masalah non teknis, karena : 9 Route SUTT yang panjang, sehingga pekerjaan berpindah-pindah tempat (mobile). 9 Dalam pelaksanaan pekerjaan melibatkan banyak pihak, terutama pihak eksternal (masyarakat) yang akan dilalui dan disekitar jalur SUTT. 9 Permasalahan-permasalahan di lapangan antara lain : ¾ Masalah M l h ganti ti rugii tanah, t h tanaman, t b bangunan, d lain-lain. dan l i l i ¾ Kesulitan mendapatkan ruang bebas/ jarak aman (ROW). ¾ Ketidaksediaan masyarakat untuk dilalui jalur SUTT. a Akibat berbagai permasalahan tersebut, sering terjadi pekerjaaan terpaksa harus terhenti beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan ada yang sampai terhenti bertahun-tahun. a Pihak yang terlibat dan terkait dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan SUTT, antara lain : 9 Kontraktor Listrik selaku pelaksana pekerjaan. 9 Pemberi Kerja atau Instritusi Pengguna (PLN). 9 Pabrikan/ Distributor/ Supplier/ Fabrikator komponen listrik. 102
Lanjutan 9.1. 9 Importer dan Transporter. Transporter 9 Pemkab/ Pemkot setempat beserta jajarannya yang akan dilalui jalur SUTT. 9 Masyarakat setempat yang akan dilalui dan yang ada di sekitar jalur SUTT. a Mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi, maka aspek manajemen harus mendapatkan perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, bahkan secara khusus ditangani g oleh p para p personil yyang g berpengalaman p g di bidang g p pekerjaan j Transmisi. a Karena pekerjaan ini banyak berpotensi timbul masalah (konflik), maka : 9 Kontraktor harus mampu mengkoordinasikan semua pihak dengan sebaikbaiknya. 9 Kontraktor harus mampu menangani setiap masalah yang timbul dengan sebaik-baiknya b ik b ik d responsif dan if terhadap t h d segala l masalah l h yang dihadapi. dih d i 9 Pelaksana (petugas) lapangan harus jeli melihat kemungkinan timbulnya masalah, sekaligus memiliki kemampuan tentang manajemen konflik. 9 Kontraktor harus mampu mengindetifikasi dan melaksanakan secara baik tentang alur proses pekerjaan, sejak dari awal sampai dengan berakhirnya kontrak. 103
Lanjutan 9.1. a Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, dilakukan antara lain : : 9 Administrasi : ¾ Pengurusan ijin-ijin. ¾ Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, muka jaminan pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain –lain). 9 Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material). 9 Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule, A b ilt Drawing, Asbuilt D i d lain-lain). dan l i l i ) 9 Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah terima pekerjaan. 9 Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan. 9 Dan lain sebagainya. a Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam pembuatan “Network Planning”, sehingga : 9 Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah. 9 Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah dibuat. dibuat 9 Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. 9 Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. 104
9.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK a Usaha jasa konstruksi terdiri dari 5 (lima) bidang, bidang yaitu ASMET (Arsitektural, (Arsitektural Sipil, Sipil Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan), bidang elektrikal memiliki kekhasan dan kekhususan dibanding yang lain. a Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan. a Bidang Elektrikal selain sangat spesifik, spesifik juga memiliki resiko tinggi. tinggi a Kriteria Kontraktor Listrik yang menjadi pelaksana pekerjaan Transmisi, adalah : 9 Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi pekerjaan yang dikerjakan. 9 Harus memiliki pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang dikerjakan. dikerjakan 9 Memiliki personil (tenaga kerja) yang berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan Transmisi. gg g Jawab Teknik ((PJT)) yyang g bersertifikat Keahlian 9 Memiliki Penanggung Kualifikasi Ahli Utama di bidang Teknik Tenaga Listrik. 9 Memiliki peralatan kerja yang memadai, sesuai dengan pekerjaan yang ditangani. 105
9.3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA a Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan, adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja. a Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan pelatihan khusus tentang p g K3. a Untuk pelaksanaan pekerjaan Transmisi Eksisting, masalah K3 harus dipatuhi secara lebih ketat, ketat disamping itu yang harus diperhatikan dan dipenuhi : 9 Harus ada Supervisor yang khusus menangani dan mengkoordinasikan masalah K3. 9 Setiap dan semua pekerjaan dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi dengan Pengawas Pekerjaan (PLN). (PLN) 9 Di lokasi pekerjaan harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya, sehingga pekerja tidak seenaknya berlalu lalang di lokasi tertentu yang membahayakan. 9 Harus disediakan alat keselamatan kerja yang lengkap. lengkap 9 Semua pihak harus mematuhi dan menjalankan peraturan K3 dengan baik. 106