1
MANAJEMEN KEUANGAN (FINANCIAL MANAGEMENT) UNTUK LAM-PTKes Tujuan utama manajemen keuangan adalah untuk membuat keputusan keuangan yang transparan, akuntabel dan profesional dalam organisasi. Ruang lingkup manajemen keuangan meliputi : akuntansi; penghitungan biaya (costing); pendanaan (financing); penetapan tarif (pricing); dan penganggaran (budgeting). [1] Gambar 1 : Ruang Lingkup Manajemen Keuangan [1] AKUNTANSI
1. COSTING
2. FINANCING
MANAJEMEN KEUANGAN
3. PRICING
4. BUDGETING
1. PENGHITUNGAN BIAYA (COSTING) Biaya (cost) adalah semua pengorbanan yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Dengan demikian pengertian biaya adalah sangat luas, karena pengorbanan tersebut bisa sangat bervariasi. Pengorbanan tersebut misalnya bisa dalam bentuk uang tunai (cash), barang, waktu, kesempatan, kenyamanan, dan lain sebagainya. Apapun wujud pengorbanan tersebut, dalam perhitungan biaya semuanya harus ditransformasikan ke dalam nilai uang. Singkatnya, biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk memperoleh sesuatu. [2;3]
1.1. KLASIFIKASI BIAYA [1-12] 1) Biaya Investasi dan Operasional Merupakan klasifikasi biaya berdasarkan masukan (input); Biasanya digunakan untuk Penganggaran Berbasis Input (Line Item Budgeting). a) Biaya Investasi (Capital cost) Adalah biaya yang pemanfaatannya berlangsung selama > 1 tahun. Adalah biaya untuk satu kali investasi yang biasanya diadakan pada tahun pertama berjalannya organisasi atau pada tahap pengembangan selanjutnya. Dianggap bahwa barang yang memiliki biaya yang masa pakai atau berlakunya lebih dari satu tahun dan satu unitnya bernilai lebih dari US$100 adalah barang investasi.
2 Contoh : (1) pembelian, pembangunan atau renovasi ruangan gedung (2) pembelian kendaraan (3) pembelian dan instalasi peralatan (4) investasi awal dalam tenaga, seperti pelatihan awal bagi staf (5) bantuan teknis yang diberikan pada tahap awal atau tahap pengembangan organisasi. b) Biaya Operasional (Recurrent cost) Adalah biaya yang harus ditanggung agar barang-barang yang diadakan dengan Biaya Investasi dapat beroperasi. Biaya ini lazimnya direncanakan dan diselenggarakan selama satu tahun. Biaya ini berhubungan dengan pelaksanaan atau pemeliharaan sarana atau aset. Tujuan menghitung biaya operasional adalah untuk mengidentifikasi semua biaya yang diperlukan untuk menjalankan organisasi selama satu tahun penuh. Contoh : Gaji staf, asuransi untuk aset tetap organisasi, biaya transport, listrik, air dsb. 2) Biaya Tetap (Fixed cost) dan Biaya Tidak Tetap (Variable cost) Merupakan klasifikasi berdasarkan perilaku biaya (cost behavior); Biasanya digunakan untuk perkiraan biaya (cost estimation) dan peramalan biaya (cost prediction). a) Biaya Tidak Tetap / Variable cost Adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat aktifitas, volume produksi atau jumlah luaran /output. Jika tidak ada luaran, maka biayanya adalah nihil. Contoh : Biaya Obat, yang besarnya sangat dipengaruhi oleh jumlah pasien yang dilayani. b) Biaya Tetap / Fixed cost Adalah biaya yang besarnya relatif tidak terpengaruh oleh banyaknya aktifitas atau besarnya jumlah luaran / output. Biayanya tetap ada berapapun banyaknya luaran yang dihasilkan. Contoh : Sewa gedung yang harus dibayar per bulan atau per tahun berapapun banyaknya barang / jasa yang diproduksi. 3) Biaya Langsung (Direct cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect cost) Merupakan klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan Obyek Biaya (Cost Object) / luaran / output; Biasanya digunakan untuk : o penghitungan biaya; o Penganggaran Berbasis Kinerja (Performance Based Budgeting). a) Biaya Langsung / Direct cost Adalah biaya yang terpakai langsung menjadi komponen dari luaran / output. Adalah biaya yang dapat dipakai hanya untuk satu luaran, seperti misalnya bahan yang dipakai langsung dalam menghasilkan sebuah pelayanan kepada seorang pasien.
3 Perubahan pada biaya ini cenderung untuk merubah kuantitas luarannya. Contoh : Kalau rawat inap adalah suatu luaran / output, maka biaya obat yang diberikan kepada pasien yang dirawat, jasa perawat dan dokter, biaya tempat tidur yang dipakai pasien – semuanya adalah Biaya Langsung, karena langsung terwujud menjadi pelayanan rawat inap yang dikonsumsi oleh seorang pasien. b) Biaya Tidak Langsung / Indirect cost Adalah biaya yang ditanggung oleh unit pendukung untuk berjalannya unit produksi. Adalah biaya yang terpakai untuk dua atau lebih luaran, tetapi tidak untuk seluruh bagian dari masing-masing luaran tersebut. Perubahan pada biaya ini relatif tidak merubah kuantitas luarannya. Contoh : Biaya yang ditanggung oleh Direksi, Tata Usaha, Bagian Umum, Dapur, Laundry dan sebagainya untuk mendukung terselenggaranya pelayanan rawat inap. 4) Biaya Total, Biaya Satuan (Unit cost) dan Biaya Marginal Biasanya digunakan untuk menghitung volume produksi, tarif (revenues).
dan pendapatan
a) Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap b) Biaya Satuan / Unit cost Biaya Satuan = Biaya Total Jumlah Produksi Untuk sampai pada perhitungan Biaya Satuan, semua Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap harus dihitung, kemudian dibagi dengan jumlah total luaran / output yang dihasilkan dalam satuan luarannya. c) Biaya Marginal Adalah biaya yang diperlukan untuk meningkatkan volume produksi sebanyak satu satuan luaran / output (misalnya satu orang pasien rawat inap). Biaya Marginal = Biaya Total untuk (n) – Biaya Total untuk (n-1) dimana ‘n’ adalah jumlah produksi. Biaya Marginal ini penting untuk membuat keputusan tentang tarif dan volume produksi. 5) Biaya Ekonomi (Economic cost) / Biaya Pengorbanan (Opportunity cost) Biasanya digunakan untuk melakukan Analisis Manfaat Biaya (Cost Benefit Analysis) Adalah penggunaan sumber daya untuk suatu kegiatan yang sebenarnya dapat dipakai secara produktif untuk kegiatan lain. Acuan yang dipakai dalam menilai sumber daya pada Biaya Ekonomi bukan hanya pada nilai uang yang dibayar (Biaya Finansial), ataupun yang tidak dibayar, tetapi pada nilai pengorbanan masyarakat atas hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut.
4 Adalah biaya yang diperhitungkan atas dasar nilai uang dari suatu kesempatan yang hilang. Contoh : RS membeli alat medik seharga Rp. 100 juta. Sebenarnya ada alternatif lain yang segera dapat dimanfaatkan dengan uang tersebut, yaitu mendepositokannya di bank. Kesempatan memperoleh bunga deposito tersebut hilang oleh karena diputuskan untuk membeli alat medik tadi. Biaya Pengorbanan pembelian alat tersebut dengan demikian adalah besarnya bunga deposito yang sebetulnya dapat diperoleh. Sebagai konsensus, perhitungan Biaya Pengorbanan hanya dikenakan pada Biaya Investasi. Sedangkan bunga deposito yang dipakai adalah bunga deposito yang berlaku pada Bank Pemerintah (bank sentral, misalnya Bank Indonesia). 6) Biaya Penyusutan / Depresiasi Adalah nilai biaya investasi selama satu tahun tertentu (any given year). Adalah nilai uang dari peralatan dan aset tetap lain (termasuk gedung) selama satu tahun tertentu. Besarnya biaya ini ditentukan oleh : harga awal pembelian, lamanya barang investasi tersebut dapat berfungsi, laju inflasi, Biaya Ekonomi / Biaya Pengorbanan barang tersebut serta pada tahun ke berapa penghitungan dilakukan. Ada beberapa cara untuk menghitung Biaya Penyusutan tergantung pada asumsi yang dipakai. Salah satu cara adalah dengan rumus sebagai berikut :
AFC = Keterangan : AFC IFC i t L r
= = = = = =
IFC ( 1 + i ) L
t
X (1+r)
nilai depresiasi pada tahun „t‟ nilai harga awal tingkat inflasi jumlah tahun pakai masa fungsional (masa hidup) barang tersebut tingkat suku bunga / interest rate (pada bank Pemerintah)
1.2. STANDARISASI BIAYA Standarisasi Biaya diperlukan untuk memperkirakan plafon Anggaran Berbasis Kinerja dalam membiayai kinerja yang diharapkan dihasilkan oleh institusi publik. Standarisasi Biaya terdiri atas Standar Biaya Umum dan Standar Biaya Khusus sebagaimana terlihat pada Tabel 1 di bawah. Tabel 1 : Standar Biaya Umum dan Standar Biaya Khusus [13] STANDARISASI BIAYA Standar Biaya Umum Standar Biaya Khusus Digunakan untuk penganggaran Khususnya digunakan untuk biaya-biaya kegiatan-kegiatan yang bersifat umum tertentu Biasanya dipakai dalam standarisasi Biasanya dipakai untuk standarisasi biaya biaya untuk masukan / input luaran / output
5
1.3. MANFAAT PENGHITUNGAN BIAYA [4] 1. memberi informasi untuk kebijakan pengendalian biaya 2. memberi informasi untuk kebijakan pendanaan / subsidi Financing 3. sebagai pertanggungjawaban tentang efektifitas biaya kepada pemangku kepentingan dan penyandang dana 4. memberi informasi untuk kebijakan tarif Pricing 5. sebagai dasar untuk perencanaan anggaran Budgeting Tabel 2 : Manfaat Penghitungan Biaya untuk Pelayanan RS Pemerintah [1;13;14]
Biaya
Operasional
Pemeliharan
Investasi (+ Depresiasi)
Langsung
1
2
3
Tidak Tetap / Variable
Tidak Langsung
4
5
6
Tetap / Fixed
Biaya
Tarif Rawat Inap Kelas III Miskin = 1 = Biaya Operasional, Langsung dan Tidak Tetap; = Paket Pelayanan Esensial (PPE) untuk masyarakat miskin;
Tarif Rawat Inap Kelas III Swasta = 1 + 2 + 4 = PPE untuk masyarakat kurang mampu;
Tarif Rawat Inap Kelas II = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 = PPE untuk masyarakat umum dan Askes standar untuk PNS;
Tarif Rawat Inap Kelas I = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta (5);
Tarif Rawat Inap Kelas VIP = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Subsidi untuk Biaya Kelas III Swasta ( 3 + 6) + Surplus*;
Tarif Rawat Jalan Pagi = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6;
Tarif Rawat Jalan Sore = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + Surplus*;
Tarif Rawat Gawat Darurat = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6;
Tarif Layanan Lain di RS = 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6.
*Surplus dibutuhkan untuk kesinambungan (sustainability) pelayanan RS, misalnya untuk memenuhi Biaya Investasi ataupun Biaya Operasional ketika subsidi hilang/ dikurangi dan untuk mengembangkan kegiatan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan RS.
2. PENDANAAN (FINANCING) Pendanaan adalah penyediaan dana yang diperlukan untuk menutup Biaya Investasi dan Biaya Operasional (termasuk biaya pemeliharaan dan ketenagaan) organisasi [15]. Pendanaan LAM-PTKes dapat berasal dari sumber-sumber berikut ini : 1) Sumber Pendanaan dari Dalam Negeri : [16] a) Pemerintah (pilihan dari 68% Responden Survey); b) Asosiasi Institusi Pendidikan (pilihan dari 13% Responden Survey); c) Institusi Pendidikan yang diakreditasi (pilihan dari 10% Responden Survey); d) Organisasi Profesi (pilihan dari 3% Responden Survey).
6 2) Sumber Pendanaan dari Luar Negeri : a) Pinjaman melalui kerja sama antar pemerintah; b) Hibah. 3) Sumber Pendanaan dari Pendapatan LAM-PTKes sendiri. Perlunya pendanaan bagi LAM-PTKes adalah untuk menyeimbangkan antara rencana pengeluaran dengan pendapatannya sebagaimana terlihat pada Gambar 2 di bawah. Gambar 2 : Perlunya Pendanaan untuk Menyeimbangkan Rencana Pengeluaran [17] SUMBER PENDANAAN LAM-PTKes : Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Pendapatan sendiri
PENDAPATAN
=
=
Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan) Biaya Investasi (+ Depresiasi)
PENGELUARAN (rencana)
3. PENETAPAN TARIF (PRICING) Penetapan Tarif (Pricing) adalah proses penentuan berapa nilai yang akan diterima oleh organisasi untuk produk yang dihasilkannya [18]. Ada 6 hal yang mempengaruhi penetapan tarif sebagai berikut : [17;19] 1. Biaya Produksi (Cost); 2. Pendanaan (Finance); 3. Peraturan perundang-undangan dan Kontrak dari Pemerintah (Regulations & Contracts); 4. Kemampuan Membayar (Ability To Pay /ATP); 5. Kekuatan Pasar (Market Forces); 6. Kemauan Membayar (Willingness To Pay /WTP) Ke 6 faktor di atas saling berinteraksi sehingga menghasilkan dinamika penetapan tarif layanan akreditasi oleh LAM-PTKes sebagaimana terlihat di Gambar 3 di bawah.
7 Gambar 3 : Dinamika Penetapan Tarif [19] COST
FINANCE
REGULATIONS & CONTRACTS
TARIFF / PRICE
ABILITY TO PAY / ATP
MARKET FORCES
WILLLINGNESS TO PAY / WTP
Sebagaimana telah ditunjukkan oleh Tabel 2, dari faktor Biaya saja dapat ditetapkan berbagai jenis Tarif untuk pelayanan RS. Semakin banyak faktor yang saling berinteraksi, semakin banyak pula jenis tarif yang dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Penetapan Tarif yang profesional diperlukan untuk menyeimbangkan antara rencana pendapatan dengan pengeluarannya sebagaimana terlihat pada Gambar 4 di bawah. Oleh karena itu, Penetapan Tarif harus berdasarkan komitmen Pendanaan yang sudah disepakati dari sumber-sumber pendanaan yang ada. [17] Gambar 4 : Perlunya Penetapan Tarif untuk Menyeimbangkan Rencana Pendapatan dengan Pengeluarannya [17] SUMBER PENDAPATAN LAM-PTKes: Pemerintah Asosiasi Institusi Pendidikan Institusi Pendidikan yang diakreditasi Organisasi Profesi Pendanaan dari Luar Negeri Tarif
PENDAPATAN (rencana)
=
=
Biaya Operasional (termasuk Biaya Pemeliharaan dan Ketenagaan)
Biaya Investasi (+Depresiasi)
PENGELUARAN
4. PENGANGGARAN (BUDGETING) Bisakah anggaran yang baik dibuat sebelum dilakukan Penghitungan Biaya (Costing) yang seksama, Komitmen Pendanaan (Financing) dan Penetapan Tarif (Pricing) yang profesional ?
8
REFERENSI 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14.
15.
16.
17. 18. 19.
Soedarmono S, Yuyun SMS, Yudianto Y, M Rizal. Manajemen Keuangan Unit Transfusi Darah. Disampaikan pada Pelatihan “Costing” bagi Kepala UTDC dan Tenaga Administrasi UTDC / PMI Cabang se Jawa Barat. Bandung, 2-3 Pebruari 2007. Ascobat Gani. Analisa Biaya Rumah Sakit, dalam Bahan Bacaan Training Analisa Biaya dan Penentuan Tarif RS. Depok, FKM UI, 1996. Paguyuban Nusantara Baru Cermin Dunia-Indonesia Raya. Kebangkitan Perkoperasian Indonesia – Jilid 1. 2005. Soedarmono Soejitno. Manfaat Penghitungan Biaya/Costing. Disampaikan pada Pertemuan Penghitungan Biaya Unit Transfusi Darah. Jakarta. 2006. Creese A, Parker D. Cost Analysis in Primary Health Care : A training manual for program managers. Geneva, World Health Organization. 1994. Costing Blood Transfusion Services. Geneva, World Health Organization. 1998. Garrison R, Noreen E. Managerial Accounting, 9th edition, Irwin McGraw-Hill, Boston, Mas., 2000. Activity-Based Costing Concept Paper. OSD Comptroller iCenter. www.dtic.mil. Diakses tanggal 11/17/2002. Soedarmono Soejitno. Biaya Pelayanan Rumah Sakit bagi Pasien Miskin. Disampaikan sebagai kesaksian ahli di Pengadilan Negeri Medan, Mei 2006. Costing Guidelines for HIV Prevention Strategies. Geneva, UNAIDS. 2000. Sopariwala PR. Cost Terminology in the 21st Century : Using Direct Labor Cost in a Costs vs. Resources Framework. Management Accounting Quarterly. Spring 2004, vol.5, no.3: pp.5-12. Horngren CT, Datar SM, Foster G, Rajan M, and Ittner C. Cost Accounting : A Managerial Emphasis. 13th ed. Pearson International Ed. 2009. Soedarmono S, Asih EP, MW Manicki, D Weiss. Mekanisme Pembiayaan RS di Indonesia : Apakah RS sudah siap untuk asuransi kesehatan sosial ? Jakarta, Kerjasama Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat – Departemen Kesehatan – GTZ, 2007. Soedarmono Soejitno. Sosialisasi Paket Pelayanan Esensial (PPE-RS). Disampaikan pada acara Sosialisasi PPE-RS dalam Rangka Menunjang Pelaksanaan Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Energi Bidang Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (PD-PSE BK & KS). Palembang, 12-14 Januari 2002. Hoare G, Mills A. Paying for the Health Sector : A review and annotated bibliography of the literature on developing countries. EPC Publication No.12, London, Evaluation and Planning Centre for Healthcare, London School of Hygiene and Tropical Medicine, 1986. Soedarmono Soejitno. Laporan Bulanan Pertama Technical Assistance for Developing Business Plan Lembaga Akreditasi Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) Proyek Peningkatan Kualitas Pendidikan Tenaga Kesehatan (Health Professional Education Quality Improvement / HPEQ). Jakarta, Desember 2011. Kajian Awal Analisa Kebijakan Pelayanan Darah Transfusi Nasional. (Draft 1). Bidang Transfusi Darah, Palang Merah Indonesia. Jakarta. September, 2007. Griffin RW, Ebert RJ. Business. 4th ed. New Jersey. Prentice Hall Int. Inc. 1996. Soedarmono Soejitno, Asih Eka Putri, MW Manicki. Towards the National Health Insurance Program: Future Models of Integrated Healthcare Delivery System. The Coordinating Ministry for People‟s Welfare of RI, The Ministry of Health of RI, GTZ, GVG. 2008.