10
BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF, TIPE THINK PAIR SHARE, BERPIKIR KRITIS, DAN PENGUASAAN KONSEP PERKEMBANGAN MANUSIA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share 1. Pengertian Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) Dalam buku yang berjudul Cooperative Learning,Lie (2008) menyatakan bahwa sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur adalah sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pengembangan pembelajaran yang berasal dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206). Menurut Gunawan (2010), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok (Aryawan, 2009). Sistem Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka antara satu dengan yang lainnya. 2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Menurut Aryawan (2009), pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik, diantaranya adalah siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin serta sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model pembelajaran kooperatif yaitu forming (pembentukan) yaitu ketrampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma, functioniong (pengaturan) yaitu ketrampilan yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma, formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan, fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi,
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan (Aryawan, 2009). 3. Unsur-unsur Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas lebih efektif (Suprijono, 2012). Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif, yakni positive interdependence
(saling
ketergantungan
positif),
personal
responsibility
(tanggung jawab perseorangan), face to face promotiveinteraction (interaksi promotif), interpersonal skill (komunikasi antaranggota), group processing (pemrosesan kelompok) (Lie, 2008). a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) Unsur pertama pembelajaran kooperatif ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif
ada
dua
pertanggungjawaban
kelompok,
yaitu
mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan, demi tercapainya tujuan yang sama (Lie, 2008).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) Unsur kedua dari pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individual. Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama (Suprijono, 2012). c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) Unsur ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Di mana unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciriciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efesien, saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama (Suprijono, 2012). d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota) Unsur keempat dari pembelajaran kooperatif adalah keterampilan sosial. Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan peserta didik, maka harus saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif (Suprijono, 2012). e. Group processing (pemrosesan kelompok) Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan (Suprijono, 2012). 4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share Teknik belajar mengajarthink-pair-share merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dikembangkan oleh Frank Lyman sebagai struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiriserta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik think-pair-share ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik think-pair-sharememberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik(Lie, 2008).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
Menurut Siti (2010), ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share adalah tiga langkah utama yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). a.
Think (berpikir secara individual) Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang
dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan (Siti, 2010). Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri (Siti, 2010).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
b. Pair (berpasangan dengan teman sebangku) Langkah kedua menurut Siti (2010)adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. c.Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasanganpasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran (Siti, 2010). Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share Langkah Kegiatan Pembelajaran Langkah menjelaskanaturan main Tahap 1 - Guru Pendahul danbatasanwaktuuntuktiapkegiatan, uan memotivasisiswaterlibatpadaaktivitaspemecahanmasalah - Guru menjelaskankompetensi yang harusdicapaiolehsiswa - Guru menggalipengetahuanawalsiswamelaluikegiatandemonstrasi Tahap 2 Think - Guru memberikanLembarKerjaSiswa (LKS) kepadaseluruhsiswa - Siswamengerjakan LKS tersebutsecaraindividu Tahap 3 - Siswadikelompokkandengantemansebangkunya Pair - Siswaberdiskusidenganpasangannyamengenaijawabantugas yang telahdikerjakan Tahap4 Share Satupasangsiswadipanggilsecaraacakuntukberbagipendapa tkepadaseluruhsiswa di kelasdengandipanduoleh guru. Tahap 5 - Siswadinilaisecaraindividudankelompok Pengharg aan (Siti, 2010) Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.
b. Tahap think (berpikir secara individual)
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
Proses think-pair-share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan
oleh
guru.
Setiap
siswa
memiliki
kesempatan
untuk
mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama. d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. e. Tahap penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas (Siti, 2010).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Think-pair-sharemerupakan suatu bentuk metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir, merespon, serta saling membantu satu sama lain. Model think-pair-sharedikembangkan oleh Frank Lyman dan rekanrekannya dari Universitas Maryland. Think-pair-share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Gunawan, 2010). Dengan model pembelajaran ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Metode TPS merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir, sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berpikir siswa akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan kecakapan akademiknya. Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. B. Kemampuan Berpikir Kritis 1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis Banyak definisi berpikir kritis yang diungkapkan oleh para ahli. Seperti yang dikemukakan oleh Sudargo (2010: 10), bahwa berpikir kritis merupakan proses yang kompleks dan jika dilakukan dengan benar dapat membantu kita
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
untuk menguji suatu gagasan secara sistematis untuk pemahaman yang lebih baik, baik yang berkaitan dengan masalah maupun konsekuensi dari suatu kegiatan. Menurut Julia G.Thompson (2002:161), critical thinking skill adalah proses berpikir yang melibatkan aktivitas seperti logical reasoning, pemecahan masalah, dan pemikiran reflektif. Ketika guru menawarkan kesempatan untuk berpikir kritis, melihat siswa menjadi begitu terlarut dalam pekerjaannya adalah satusatunya penghargaan. Berpikir kritis juga mendukung aktivitas pembelajaran dan meningkatkan retensi siswa. Dr Richard Paul dan Dr Linda Elder (dalam Sudargo, 2010), menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dipilah menjadi delapan fungsi yang saling berhubungan dimana masing-masing fungsi mewakili bagian penting dari kualitas berpikir dan hasilnya secara menyeluruh, yaitu: a.
Question at issue: kesadaran untuk mempertanyakan sesuatu yang memang diperlukan.
b. Purpose: ada kebutuhan yang sesuai dengan tujuan atau hasil yang akan dicapai. Melalui proses inkuairi untuk mengidentifikasi tujuan. c.
Information: menjawab pertanyan membutuhkan informasi yang sesuai dan informasi ini merupakan bahan untuk mengembangkan gagasan dan mensintesa pemikiran baru.
d. Concepts: merupakan teori, definisi, aturan dan hukum yang mengarahkan pikiran atau tindakan. Konsep merupakan konstruk dari pikiran manusia, yang menggambarkan kerangka berpikir dan bertindak.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
e. Assumptions : merupakan anggapan dasar yang
tidak perlu dibuktikan
kebenarannya. f.
Points of view: perbedaan sudut pandang seseorang dalam menalar dan berpikir. Merupakan bagian dari berpikir kritis yang melibatkan proses interpretasi dan memahami sesuatu.
g. Interpretation and inference: pada saat berpikir kita memadukan informasi baru dengan gagasan ke dalam sudut pandang yang telah ada, konsep, dan asumsi. Interpretasi diperlukan untuk memahami data dan menarik kesimpulan. h.
Implication
and
Consequences:
merupakan akibat dari menalar dan
berpikir, karena berpikir kritis bukan suatu entitas tunggal melainkan proses untuk menghasilkan sesuatu (Sudargo, 2010: 11).
Ennis (1985:54-56) menyatakan bahwa indikator kemampuan berpikir kritis, dibagi menjadi 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, membuat inferensi, membuat penjelasan lebih lanjut, serta mengatur strategi dan taktik. Berikut perincian mengenai 5 aspek kemampuan berpikir kritis sebagai berikut: Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan Berpikir Kritis Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana)
Sub Kemampuan Berpikir Kritis 1. Memfokuskan pertanyaan
Penjelasan a. Mengidentifikasi dan merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi dan merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. Memelihara kondisi dalam keadaan
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan Berpikir Kritis 2. Menganalisis argumen
Penjelasan
a. b. c. d.
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau tantangan.
Basic support (membangun keterampilan dasar)
4. Mempertimbangkan kredibilitas sumber
5. Mengobservasi dan mempertimbang -kan hasil observasi
e. f. g. a. b. c. d. e. f. a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c.
d.
e. f. g.
berpikir. Mengidentifikasi kesimpulan Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit) Mengidentifikasi alasan (sebab) yang dinyatakan (eksplisit) Mengidentifikasi ketidak relevanan dan kerelevanan Mencari persamaan dan perbedaan Mencari struktur dari suatu argumen Membuat ringkasan Mengapa demikian Apa intinya dan apa artinya Yang mana contoh dan yang bukan contoh Bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut Perbedaan apa yang menyebabkannya Apa faktanya Ahli Kelemahan dari permasalahan yang bersangkutan Kesepakatan antar sumber Reputasi Menggunakan prosedur yang telah diakui Mengetahui berdasarkan reputasi Kemampuan memberikan alasan Kebiasaan sehari-hari Sedikit mengambil kesimpulan yang berbelit-belit Interval waktu singkat antara observasi dan pembuatan laporan Laporan dibuat oleh observer, lebih baik dari yang dibuat orang lain (laporan bukan sekedar kabar angin) Merekam gambaran secara umum, jika laporan disertai rekaman, umumnya lebih baik. Kondisi akses yang baik. Penggunaan teknologi yang kompeten Kepuasan observer atas kredibilitas criteria.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
Kemampuan Berpikir Kritis Inference (membuat inferensi)
Sub Kemampuan Berpikir Kritis 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
8. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya
Advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut)
9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi 10. Mengidentifikasi asumsi
Strategy and tactics (mengatur strategi dan taktik)
11. Memutuskan suatu tindakan
Penjelasan a. Kelompok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan
a. Membuat generalisasi; kekhususan data pembatasan terhadap alasan; pengambilan contoh, tabel, grafik. b. Membuat penjelasan dari suatu kesimpulan dan hipotesis. c. Menyelidiki yaitu merancang eksperimen termasuk merencanakan dalam mengendalikan variable, mencari bukti di luar bukti yang telah ada, mencari penjelasan lain yang memungkinkan. d. Memberikan kriteria alasan dalam membuat asumsi a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Penerapan utama terhadap prinsipprinsip yang telah diterima d. Memperhitungkan banyak alternatif e. Menyesuaikan, menimbang, dan memutuskan. a. Bentuk: sinonim, klarifikasi, rentang ekspresi yang sama b. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi persamaan) c. Isi (content) a. Penalaran secara implicit b. Diperlukan asumsi seperti membangun kembali argument a. Mendefinisikan masalah b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi c. Merumuskan alternatif yang memungkinkan d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentative e. Melalukan review f. Memonitor implementasi
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan Berpikir Kritis 12. Berinteraksi dengan orang lain
Penjelasan a. b. c. d.
Strategi logis Strategi retoris Memberi label Mempresentasikan secara lisan atau tertulis Sumber: (Ennis, 1985)
2. Siswa membutuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk memproses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi untuk mencari solusi yang logis. Sayangnya tidak semua orang dilahirkan memiliki kemampuan ini dan jarang pula diajarkan di sekolah-sekolah. C. Penguasaan Konsep 1.
Konsep Ada beberapa definisi konsep diantaranya menurut Ratna Wilis Dahar
(1989): a.
Konsep-konsep merupakan kategori–kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus menyediakan
yang
ada
skema-skema
di
lingkungan
terorganisasi
kita.
untuk
Konsep-konsep mengasimilasikan
stimulus-stimulus baru, dan untuk menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori. b.
Konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun (building blocks) berpikir.
c.
Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Menurut Rosser (dalam Dahar, 1989), konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Oleh karena orang mengalami stimulus-stimulus yang berbeda, orang membentuk konsep sesuai dengan pengelompokkan stimulus-stimulus dengan cara tertentu. Oleh karena konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi
yang berdasarkan
pengalaman, dan karena tidak mungkin ada dua orang yang mempunyai pengalaman yang persis sama, maka konsep-konsep yang dibentuk mungkin berbeda juga. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa suatu konsep merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus-stimulus. Kita menyimpulkan bahwa satu konsep telah dipelajari bila yang diajar dapat menampilkan prilakuprilaku tertentu (Dahar, 1989). Adapun ciri-ciri konsep menurut Ratna Wilis Dahar (1989) antara lain: 1) Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa, atau fakta; konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut. 2) Konsep adalah hasil berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut. 3) Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkan timbulnya fakta-fakta baru, oleh karena itu konsep dapat mengalami perubahan (bersifat tentatif). 2. PenguasaanKonsep Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsepkonsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 2003:4). Menurut West dan Pines (Rustaman et al., 2005: 171), belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Belajar kognitif bertujuan mengubah pemahaman siswa tentang konsep yang dipelajari. Menurut struktur kognitif yang dikemukakan Benjamin S.Bloom (1971 dalam Mahardi, 2000) penguasaan adalah kemampuan mengungkap pengertianpengertian, seperti mampu mengungkap suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang dapat dimengerti dan mampu memberikan interpretasi serta mengklasifikasikannya.Adapun
penguasaan
konsep
dimaksudkan
sebagai
tingkatan dimana seorang siswa tidak sekedar mengetahui konsep-konsep, melainkan benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Berdasarkan Taksonomi Bloom, penguasaan konsep dalam penelitian ini meliputi ranah kognitif C1, C2,C3, C4, C5, dan C6. D. Materi Perkembangan Manusia 1. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Manusia juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, umumnya menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan (Yanto, 2011).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
a. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan (Fase Embrionik) Pertumbuhan dan perkembangan embrionik adalah fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zigot. Zigot akan melakukan pembelahan sel (cleavage). Zigot selanjutnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui tahap-tahap yaitu pembelahan, gastrulasi, dan organogenesis (Nurmala, 2011). Kehamilan pada manusia diawali oleh konsepsi, yaitu proses fertilisasi atau pembuahan telur oleh sebuah sperma, dan berlangsung terus sampai kelahiran sang anak. Kehamilan pada manusia berlangsung rata-rata 266 hari (38 minggu) dari konsepsi, atau 40 minggu dari permulaan siklus menstruasi terakhir. Kehamilan manusia dapat dibagi ke dalam tiga trimester yang masing-masing sekitar 3 bulan lamanya (Campbell, 2004). Gambar 2.1 Perkembangan Fetus Manusia
(a) 5 minggu Pada umur 5 minggu, tunas tungkai (alat gerak), mata, jantung, hati, dan semua organ lain telah mulai berkembang pada mebrio yang hanya sekitar 1 cm.
(b) 14 minggu
(c) 20 minggu
Pertumbuhan dan perkembangan anak, sekarang disebut fetus, terus berlangsung selama trimester kedua. Fetus ini berumur 14 minggu dan panjangnya sekitar 6 cm.
Fetus pada foto ini berumur 20 minggu. Pada akhir trimester kedua (pada 24 minggu), fetus tumbuh sampai panjangnya sekitar 30 cm.
Sumber: (Campbell, 2004) Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
1) Trimester Pertama Trimester pertama adalah waktu terjadinya perubahan yang paling radikal baik untuk ibu maupun bayinya. Fertilisasi terjadi dalam oviduk. Sekitar 24 jam kemudian, zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan (cleavage). Pembelahan itu terus berlangsung, dan embrio membentuk kumpulan sel berbentuk bola ketika mencapai uterus sekitar 3 sampai 4 hari setelah pembuahan. Sekitar 1 minggu setelah pembuahan, proses pembelahan itu menghasilkan tahapan embrionik yang disebut blastokista (blastocyst), yaitu bola sel yang mengandung rongga pipih. Dalam proses yang berlangsung kurang lebih 5 hari lagi, blastosista tersebut menempel dan terimplantasi ke dalam endometrium. Diferensisasi struktur tubuh mulai benar-benar berlangsung. Selama implantasi, blastosista akan menempel di endometrium, yang memberikan respons dengan tumbuh menyelimuti blastosista tersebut. Embrio mendapatkan nutriennya secara langsung dari endometrium selama 2 sampai 4 minggu pertama perkembangan. Sementara itu, jaringan yang tumbuh dari embrio yang sedang berkembang itu bercampur dengan endometrium dan membentuk plasenta. Organ berbentuk cakram ini, yang mengandung pembuluh darah embrio, tumbuh hingga mencapai ukuran piring makan dan berbobot kurang dari 1 kg. Difusi zat-zat antara sirkulasi maternal dan embrio menyediakan nutrien, mempertukarkan gas-gas respirasi, dan pembuangan limbah metabolisme untuk embrio tersebut. Darah dari embrio mengalir ke plasenta melalui arteri tali pusar dan kembali melalui vena pusar, dan melewati hari embrio tersebut. Seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
Gambar 2.2 Plasenta di dalam rahim ibu
Sumber: (Campbell, 2004)
Trimester pertama juga merupakan periode pertama organogenesis, yaitu perkembangan organ tubuh. Jantung mulai berdenyut pada minggu keempat dan dapat dideteksi dengan stetoskop pada akhir trisemester pertama. Pada akhir minggu kedelapan, semua struktur utama dewasa sudah ada dalam bentuk rudimenter. Pada saat itu, embrio disebut fetus atau janin. Meskipun sudah berdeferensiasi dengan baik, fetus hanya 5 cm panjangnya pada akhir trimester pertama. Karena laju organogenesis yang cepat, embrio paling sensitif selama trimester pertama terhadap ancaman seperti radiasi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan cacat lahir (Campbell, 2004). Trimester pertama juga merupakan waktu di mana terjadi perubahan cepat pada ibu. Embrio mensekresikan hormon yang memberikan sinyal akan kehadirannya dan mengontrol sistem reproduksi ibunya. Satu hormon embrio adalah human chorionic gonadotropin (HCG), bertindak seperti LH pituitari Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
untuk mempertahankan sekresi progesteron dan estrogen oleh korpus luteum selama trimester pertama. Dengan ketidakberadaan hormon tersebut, penurunan kadar LH maternal akibat inhibisi (penghambatan) pituitari oleh progesteron akan mengakibatkan menstruasi dan aborsi embrio secara spontan. Kadar HCG dalam darah ibu sedemikian tingginya sehingga sebagian di antaranya diekskresikan dalam urin, dan dapat dideteksi dalam uji kehamilan. Kadar progesteron yang tinggi mengawali perubahan sistem reproduksi pada perempuan yang hamil, termasuk peningkatan mukus dalam serviks yang membentuk sumbat pelindung, pertumbuhan plasenta bagian maternal milik ibu, pembesaran uterus, dan (umpanbalik negatif pada hipotalamus dan pituitari) penghentian ovulasi dan siklus menstruasi. Payudara juga membesar secara cepat dan seringkali menjadi lembek (Campbell, 2004). 2) Trimester Kedua Selama trimester kedua, fetus tumbuh secara cepat dan mencapai panjang sekitar 30 cm serta sangat aktif. Ibu bisa merasakan pergerakan fetus selama awal trisemester kedua, dan aktivitas fetus bisa terlihat melalui dinding abdomen pada pertengahan periode ini. Kadar hormon akan stabil ketika HCG menurun, korpus luteum akan mulai rusak, plasenta akan mensekresikan progesteronnya sendiri, yang mempertahankan kehamilan tersebut. Selama trimester kedua, uterus akan tumbuh cukup besar sehingga kehamilan ini menjadi terlihat jelas. 3) Trimester Ketiga Trimester ketiga dan yang terakhir merupakan terjadinya pertumbuhan fetus yang cepat hingga mencapai bobot sekitar 3-3,5 kg dan panjang 50 cm.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
Aktivitas fetus mungkin berkurang ketika fetus mengisi seluruh ruangan yang tersedia di dalam membran embrio. Ketika fetus tumbuh dan uterus mengembang mengelilinginya, maka organ abdomen ibu menjadi tertekan dan terrdesak, dan menyebabkan urinasi yang sering, hambatan pencernaan, dan pegal pada otot punggung. Kerja beberapa hormon yang saling berkaitan (estrogen dan oksitosin) dan regulator lokal (prostaglandin) menginduksi dan mengatur proses kelahiran. Terlihat pada Gambar 2.3 berikut. Gambar 2.3 Induksi hormonal kelahiran
Sumber: (Campbell, 2004) Estrogen mencapai kadar tertinggi dalam darah ibu selama minggu terakhir kehamilan, dan memicu pembentukan reseptor oksitosin pada uterus.
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
Oksitosin, yang dihasilkan oleh fetus dan pituitari posterior ibu, merangsang kontraksi yang sangat kuat oleh otot polos uterus. Oksitosin juga merangang plasenta untuk mensekresikan prostaglandin, yang meningkatkan kontraksi tersebut. Selanjutnya, cekaman fisik dan emosi yang berkaitan dengan kontraksi itu merangsang pelepasan lebih banyak oksitosin dan prostaglandin, yang merupakan sistem umpan-balik positif yang mendasari tiga tahapan proses kelahiran (partus/ parturisi) (Campbell, 2004). 2. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir Gambar 2.4 Tahapan Perkembangan Manusia setelah Lahir
0-5 6-12 Balita Kanak-kanak
13-18 Remaja
19-49 Dewasa
50 ke atas Manula
Sumber: (Zaif, 2010) a. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Saat bayi lahir, perubahan mendadak antara udara yang hangat di dalam rahim dengan udara luar yang dingin menyebabkan bayi menangis sehingga menarik udara masuk paru-paru dan pernapasan pun dimulai. Pada saat bayi lahir, gigi susu serta gigi seri telah ada pada gusi. Namun, gigi susu biasanya tumbuh pada usia enam bulan atau tujuh bulan. Gigi bawah tumbuh lebih dulu daripada gigi atas. Geraham pertama muncul antara umur 12 dan 16 bulan, kemudian gigi Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
taring menyusul. Pada usia 1 bulan, bayi mulai membalikkan kepala, belajar memfokuskan mata, serta mengkoordinasikan mata dengan mengikuti benda bergerak. Usia 2 bulan mulai tersenyum. Selanjutnya, bayi mengkoordinasikan tangan untuk memegang benda. Umur 3 bulan, bayi sudah mulai belajar bersuara. Umur 6 bulan bayi sudah mulai dapat membedakan antara orang yang dikenalnya dan orang asing. Memasuki umur 7 bulan, bayi mulai berputar, duduk, kemudian merangkak, belajar berdiri sambil berpegangan. Selanjutnya, berdiri tanpa berpegangan di akhir tahun pertama. Selain itu, mulai belajar meniru bermacammacam bunyi yang memiliki arti tertentu. Tahun kedua, telah mengetahui hubungan dirinya dengan keluarga, dan ingin mengetahui semuanya. Antara umur 1-3 tahun, bayi belajar memusatkan perhatian dan minat pada benda-benda, belajar untuk tidak tergantung pada orang lain. Antara umur 3-5 tahun, sifat keingintahuan sangat menonjol, banyak bertanya, kemampuan pengamatan bertambah dengan teratur sehingga mulai mampu memecahkan teka-teki sederhana (Zaif, 2010). b. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak-Anak Masa awal anak anak (early childhood) yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
masa awal anak anak. Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode perkembangan yang merentang dari usia enam hingga sebelas tahun, yang setara dengan tahun-tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar. Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat (Yanto, 2011). Masa kanak-kanak memiliki ciri-ciri dengan gigi susu mulai tanggal dan gigi permanen mulai tumbuh, pertumbuhan jiwanya relatif stabil, daya ingat kuat dan mematuhi segala perintah gurunya, mudah menghafal tetapi juga mudah melupakan, sifat keras kepala mulai berkurang dan lebih dapat menerima pengertian karena kemampuan logikanya mulai berkembang (Irianto, 2008). c. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Remaja (Puber) Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga (Yanto, 2011).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
d. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Dewasa Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak. Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir. Sedangkan masa akhir dewasa(late adulthood) ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan peran peran sosial baru (Yanto, 2011). e. Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Tua Masa tua adalah masa di mana orang berusia 60 tahun ke atas. Ketika manusia memasuki usia 40 sampai 50 tahun mulai terjadi banyak perubahan pada tubuh. Pada masa tua organ-organ tubuh mengalami penurunan fungsi karena proses penuaan(Yanto, 2011).Pada wanita (umur 48-50) mengalami menopause, yaitu berakhirnya kemampuan organ reproduksi menghasilkan
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
ovum. Pada laki-laki kemampuan seksual kemungkinan menurun. Penurunan yang teratur dalam hal penciuman, pendengaran, penglihatan, dan ingatan. Pada masa usia lanjut sering terjadi gangguan kesehatan. Hal ini tergantung pada manusia, bagaimana memelihara dan menjaga kesehatan tubuhnya. Masa ini, tanggung jawab manusia biasanya sudah berkurang (Zaif, 2010). 3. Pubertas Pada Remaja Semua remaja mengalami pubertas. Pubertas adalah perubahan perubahan menjadi dewasa yang ditandai adanya perubahan fisik dan emosional (psikis). Masa pubertas disebut juga akil balig. Pada masa tercapai kematangan seksual yaitu sistem reproduksi telah mampu membuat sel-sel kelamin (gamet). Gejala pubertas dapat ditinjau secara fisik dan psikis (kejiwaan/ emosional) (Irianto, 2008). Masa pubertas pada perempuan biasanya terjadi pada usia 9-3 tahun. Perempuan akan bertambah tinggi dan badan yang gemuk menjadi ramping dengan cepat. Ciri-ciri seks sekunder pada perempuan yang dapat dilihat, misalnya payudara membesar, panggul membesar, rambut tumbuh di sekitar alat kelamin dan ketiak, kadang timbul jerawat. Selain itu, kematangan organ reproduksi ditandai dengan mendapatkan haid (menstruasi) yang pertama. Hal ini menandai adanya pelepasan pertama ovum dari indung telur. Pertambahan tinggi badan melambat. Sedangkan masa pubertas pada laki-laki terjadi antara umur 10-14 tahun (Munawaroh, 2010).Pada masa ini kematangan organ reproduksi ditandai dengan terbentuknya sperma dan terjadi pengeluaran sperma pada saat tidur (mimpi basah). Ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki, misalnya
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
tumbuh rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, tumbuh kumis, jenggot, tumbuh jakun, suara menjadi besar, otot-otot membesar, dan dada menjadi bidang. Setelah usia 14 tahun, pertambahan tinggi akan berkurang atau melambat. Pada masa pubertas kecerdasan berkembang cepat, kecepatan dan ketepatan keterampilan
motorik
menonjol,
dan
perkembangan
mental
terbentuk
(Munawaroh, 2010). 4. Menstruasi Wanita mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle). Pada kasus ini, ovulasi terjadi pada suatu waktu dalam siklus itu setelah endometrium mulai menebal dan teraliri banyak darah, karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio. Pada siklus menstruasi, endometrium akan meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi. Lama siklus menstruasi pada manusia rata-rata 28 hari. Hanya sekitar 30% perempuan mempunyai siklus dengan kisaran satu atau dua hari dari rata-rata statistik 28 hari. Siklus menstruasi pada wanita bervariasi, berkisar dari 20 sampai 40 hari. Pada beberapa perempuan siklus itu umumnya sangat teratur, tetapi pada individu-individu lain, lama siklus sangat bervariasi dari siklus ke siklus selanjutnya (Campbell, 2004). Secara rata-rata, perempuan mengalami menopause, yaitu berhentinya ovulasi dan menstruasi, antara umur 46 sampai 54. Ternyata, selama tahun-tahun tersebut ovarium akan kehilangan responsivitasnya terhadap gonadotropin (FSH dan LH) dari pituitari, dan menopause terjadi akibat penurunan produksi estrogen oleh ovarium (Campbell, 2004).
Nur Intan Rif’atunnisah, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Terhadap Penguasaan Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep Perkembangan Manusia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu