PENDAPATAN NASIONAL
Kompetensi Dasar: 3.1 Mendeskripsikan pendapatan nasional 4.1 Menyajikan hasil perhitungan pendapatan nasional Indikator Pencapaian Kompetensi: 1. Menjelaskan konsep dan metode penghitungan pendapatan nasional. 2. Menjelaskan hubungan antar komponen-komponen pendapatan nasional. 3. Mengidentifikasi manfaat penghitungan pendapatan nasional. 4. Menjelaskan konsep pendapatan perkapita dan penghitungan pendapatan per kapita. 5. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita.
Perekonomian suatu negara senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Cuma masalahnya bagaimana mengukur dan menilai perkembangan perekonomian nasional selama kurun waktu tertentu. Sebelum krisis besar (the great depression) yang melanda perekonomian dunia pada tahun 1930-an, tidak ada prosedur penghitungan Pendapatan Nasional sebagai ukuran (parameter) perkembangan perekonomian nasional. Seorang ahli Ekonomi, Simon Kuznets, yang dijuluki “Bapak Pendapatan Nasional”, dalam tulisan
berjudul
National Income, 1929-1932 (1934),
memperkenalkan
pendekatan
penghitungan Pendapatan Nasional. Kuznets meraih Hadiah Nobel bidang Ekonomi pada tahun 1971 atas dedikasinya mengembangkan metode penghitungan Pendapatan Nasional. Kemudian metode tersebut dimodifikasi dan diperbaharui sehingga dapat digunakan secara internasional hingga dewasa ini. 1. PENDEKATAN PENDAPATAN NASIONAL Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas menghitung Pendapatan Nasional di Indonesia. Ukuran yang paling umum dari Pendapatan Nasional yaitu PDB (Produk Domestik Bruto) atau GDP (Gross Domestic Product). PDB dapat dihitung menggunakan 3 (tiga) pendekatan atau metode yaitu:
Pendekatan produksi (production approach): Menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan seluruh masyarakat di suatu negara selama periode tertentu.
Pendekatan pendapatan (income approach): Menghitung nilai balas jasa yang diterima para pemilik factor produksi selama periode tertentu.
Pendekatan
pengeluaran
(spending
approach):
Menghitung
nilai
total
pengeluaran para pelaku ekonomi selama periode tertentu. Penghitungan PDB berdasarkan ketiga pendekatan ini akan dihasilkan nilai yang sama, hanya pendekatan (metodenya) yang berbeda-beda. Intinya sebagai berikut Total Produksi = Total Pengeluaran = Total Pendapatan
1
#hysunuendrayanto@2015
Hasil penghitungan ketiga pendekatan tersebut dinyatakan dalam nilai uang misalnya, di Indonesia dinyatakan dengan rupiah atau secara internasional dinyatakan dalam Dollar AS. 2. PENDEKATAN PRODUKSI Kita mulai pendekatan penghitungan Pendapatan Nasional dari pendekatan produksi. Berdasarkan pendekatan produksi, PDB merupakan jumlah nilai tambah seluruh barang dan jasa final menurut harga pasar yang dihasilkan masyarakat yang berada di dalam suatu wilayah negara selama periode tertentu, biasanya satu tahun. PDB yang dihitung menggunakan pendekatan produksi disebut PDB menurut sektor atau lapangan usaha. Pada tabel 1 disajikan PDB Indonesia menurut sektor produksi berdasarkan harga berlaku
dan
harga konstan
tahun
2000.
Seluruh
sektor
produksi
di
Indonesia
dikelompokkan atau diklasifikasikan menjadi 9 (sembilan) sektor. Nilai PDB Indonesia disajikan dalam dua bentuk yaitu PDB dengan migas (minyak dan gas) dan PDB tanpa migas (minyak dan gas). Nilai PDB dengan migas merupakan nilai total seluruh produksi dari lapangan usaha termasuk hasil-hasil produksi minyak dan gas bumi (migas). Nilai PDB tanpa migas merupakan penjumlahan nilai produksi seluruh sektor produksi, tanpa nilai produksi minyak dan gas bumi (migas). Tabel 1. PDB menurut Sektor Produksi atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 (Trilyun Rp) Harga Konstan Harga Berlaku Tahun 2000 Sektor 2010
2011*
2012**
2010
2011*
2012**
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
985,5
1.091,4
1.190,4
304,8
315,0
327,5
2. Pertambangan & Penggalian
719,7
879,5
970,6
187,2
189,8
192,6
1.599,1
1.806,1
1.972,8
597,1
633,8
670,1
3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih
49,1
56,8
65,1
18,1
18,9
20,1
5. Konstruksi
660,9
754,5
861,0
150,0
160,0
172,0
6. Perdagangan, Hotel & Restoran
882,5
1.024,0
1.145,6
400,5
437,2
472,6
b. Komunikasi
205,9
236,8
261,8
132,7
149,5
167,5
8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan
466,6
535,2
598,5
221,0
236,1
253,0
9. Jasa-jasa
660,4
784,0
888,7
217,8
232,5
244,7
PDB
6.446,9
7.422,8
8.241,9
2.314,5
2.464,7
2.618,1
PDB Tanpa Migas Sumber: BPS (www.bps.go.id) *Angka sementara **Angka sangat sementara
5.942,0
5.942,0
7.604,8
2.171,1
2.322,8
2.481,0
2.1. Nilai Tambah (Value Added) Menghitung PDB bukanlah tugas yang mudah, karena menyangkut penghitungan jutaan hasil produksi sebuah negara. Tentu saja hal ini menimbulkan kesulitan dalam penghitungannya. Kesalahan penghitungan nilai produksi tentu saja menyebabkan hasil
2
#hysunuendrayanto@2015
PDB kita menjadi tidak akurat. Masalah yang sering muncul dalam penghitungan PDB menurut pendekatan produksi yaitu penghitungan rangkap (double counting). Untuk mengatasi masalah penghitungan rangkap digunakan analisis Input-Output (I-O) untuk menghitung berapa besarnya Nilai Tambah setiap sektor produksi. Nilai Tambah tidak dihitung satu per satu barang yang diproduksi, melainkan menurut kelompok-kelompok sektor. Misalnya, sepeda motor masuk dalam kelompok sektor industri manufaktur; beras masuk dalam kelompok sektor pertanian; listrik masuk dalam kelompok sektor listrik, gas, dan air bersih; pakaian jadi masuk dalam kelompok sektor industri manufaktur, dan lain-lain. Besarnya Nilai Tambah dapat dihitung dengan rumus: VAS = OS - IS di mana: VAS = Nilai tambah (value added) masing-masing sektor OS = Has produksi barang dan jasa dari masing-masing sektor (output) IS = Input yang digunakan masing-masing sektor Jika hasil produksi setiap sektor produksi diketahui nilainya, kita bisa memperoleh nilai PDB dengan cara menjumlahkan seluruh nilai tambah masing-masing sektor. Rumusnya sebagai berikut: PDB = VASP + VAST + VASI + … + VASN di mana: VASP = Nilai tambah sektor pertanian VAST = Nilai tambah sektor pertambangan dan penggalian VASI = Nilai tambah sektor industri manufaktur VASN = Nilai tambah sektor ke-N. Pada tabel 2 disajikan contoh penghitungan Nilai Tambah. Kegiatan-kegiatan produksi yang dilakukan meliputi produksi padi di sektor pertanian, beras di sektor penggilingan, beras di sektor perdagangan, dan nasi di sektor restoran. Petani yang berproduksi di sektor pertanian menghasilkan padi, digiling di sektor penggilingan sehingga dihasilkan beras, dijual kepada pedagang beras di sektor perdagangan, dan dijual kepada pemilik restoran dihasilkan nasi.
3
#hysunuendrayanto@2015
Tabel 2. Contoh Penghitungan Nilai Tambah Produksi Beras Sektor
Hasil Produksi
Output
Primer
Input
Nilai Tambah (Output – Input)
Padi
4.000
2.000
2.000
Beras
5.000
4.000
1.000
Perdagangan
Beras
7.000
5.000
2.000
Restoran
Nasi
8.000
7.000
1.000
24.000
18.000
6.000
Pertanian Sekunder Penggilingan padi Tersier
Jumlah
Kegiatan-kegiatan produksi tersebut dilakukan empat produsen yang berbeda.
Petani memproduksi padi seharga Rp 4.000 dengan input produksi (benih, pupuk, tenaga kerja, uang, lahan sawah, dan lain-lain) seharga Rp 2.000.
Hasil produksi padi dari petani dijual kepada pabrik beras (penggilingan beras). Beras yang dihasilkan seharga Rp 5.000. Input produksi pabrik penggilingan sebesar Rp 4.000 sama dengan output yang dihasilkan petani.
Hasil produksi beras yang berasal dari pabrik penggilingan dijual kepada pedagang beras. Pedagang beras menjual beras kepada pemilik restoran seharga Rp 7.000. Output dari pabrik penggilingan menjadi input bagi pemiliki restoran.
Pemilik restoran kemudian menjual beras yang sudah diolah menjadi nasi seharga Rp 8.000. Total output beras yang dihasilkan seluruh produsen sebesar Rp 24.000, input
produksi dari seluruh produsen sebesar Rp 18.000. Total nilai tambah dari seluruh produsen sebesar Rp 6.000 (= Rp 24.000 – Rp 18.000). Jika di dalam PDB, nilai produksi ditulis (dicantumkan) sebesar Rp 24.000, maka inilah yang disebut kesalahan hitung (penghitungan rangkap). Ini berakibat nilai produksi beras dalam PDB menjadi sangat besar. Sebab nilai output beras sebesar Rp 24.000 didalamnya sudah terkandung nilai input dari masing-masing sektor produksi. 2.2. PDB Harga Berlaku dan PDB Harga Konstan Pada tabel 1 di atas, nilai PDB Indonesia disajikan menurut harga berlaku (current price) dan PDB menurut harga konstan (constant price). Cara penyajian ini tidak hanya untuk PDB saja, melainkan juga pendekatan penghitungan Pendapatan Nasional lainnya. PDB menurut harga berlaku yaitu nilai produksi barang dan jasa suatu negara dihitung dengan menggunakan harga pada tahun yang bersangkutan. Termasuk di dalamnya kenaikan harga-harga juga ikut dihitung. PDB Indonesia menurut harga berlaku pada tahun 2010 berarti memperhitungan kenaikan harga-harga barang dan jasa pada tahun 2010.
4
#hysunuendrayanto@2015
Pada tabel 1 di atas, PDB tahun 2010 atas dasar harga konstan atau tahun-tahun berikutnya menggunakan tahun dasar tahun 2000. Artinya jumlah barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun 2010 (juga pada tahun-tahun berikutnya) dihitung dengan menggunakan harga-harga pada tahun 2010. PDB menurut harga konstan yaitu nilai produksi barang dan jasa suatu negara dihitung dengan menggunakan harga pada pada tahun dasar (base year). Penghitungan PDB menurut harga konstan telah menghilangkan pengaruh kenaikan harga barang dan jasa. PDB menurut harga konstan sering juga disebut PDB riil (real GDP). Riil berarti sesungguhnya atau nyata. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil dianggap hanya berubah sesuai dengan perubahan kuantitas barang. Jadi PDB atas dasar harga konstan menunjukkan PDB yang sesungguhnya (riil) dari hasil produksi barang dan jasa masyarakat Indonesia pada periode tertentu setelah dikoreksi dengan tingkat kenaikan harga atau inflasi. Penghitungan
menurut
harga
berlaku
dan
harga
konstan
bertujuan
membandingkan dan sekaligus membedakan nilai barang dan jasa yang masih dipengaruhi kenaikan harga-harga barang dan jasa dan nilai barang dan jasa yang sesungguhnya (riil) setelah pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa sudah dihilangkan. 3. PENDEKATAN PENDAPATAN Produksi barang dan jasa melibatkan penggunaan faktor produksi (input produksi) seperti tenaga kerja, tanah atau sumber daya alam, modal, dan pengusaha. Faktor produksi
ini
harus
diberi
balas jasa.
Pendekatan
pendapatan
(income
approach)
menghitung total nilai balas jasa yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi selama satu tahun. Jadi PDB menurut pendekatan pendapatan merupakan seluruh nilai uang balas jasa yang diterima para pemilik faktor produksi selama satu tahun. Balas jasa untuk para pemilik faktor produksi terdiri dari:
Faktor produksi tanah memperoleh balas jasa yaitu sewa (r = rent).
Faktor produksi tenaga kerja memperoleh balas jasa yaitu upah/gaji (w = wage).
Faktor produksi modal memperoleh balas jasa yaitu tingkat bunga (i = interest).
Faktor produksi pengusaha memperoleh balas jasa yaitu laba (p = profit).
Kita dapat menyusun rumus sederhana penghitungan PDB menurut pendapatan yaitu: PDB = r + w + i + p Para konsumen bertugas menyediakan faktor produksi dan para produsen menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Secara sederhana, hubungan antara produsen dan konsumen berkaitan penggunaan faktor produksi dan pemberian balas jasa terhadap faktor produksi diillustrasikan pada gambar 1.
5
#hysunuendrayanto@2015
Gambar 1. Hubungan antara Produsen dan Konsumen.
4. PENDEKATAN PENGELUARAN Hasil produksi barang dan jasa akan dibeli oleh para pelaku ekonomi. Pendekatan pengeluaran menghitung nilai PDB berdasarkan pengeluaran para pelaku ekonomi selama periode tertentu. PDB menurut pendekatan pengeluaran sering juga disebut PDB menurut penggunaan. PDB menurut pendekatan pengeluaran menghitung total pengeluaran para pelaku ekonomi selama periode tertentu. Pengeluaran para pelaku ekonomi terdiri dari pengeluaran konsumen, pengeluaran produsen, pengeluaran pemerintah, dan pengeluaran masyarakat luar negeri (lihat gambar 2).
Gambar 2. Pendekatan Pengeluaran Menghitung Pengeluaran Para Pelaku Ekonomi.
Pada tabel 4 disajikan nilai PDB Indonesia untuk tahun 2010 menurut pendekatan pengeluaran (penggunaan) atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2000.
6
#hysunuendrayanto@2015
Tabel 4. PDB Indonesia Pendekatan Pengeluaran Tahun 2012 berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Trilyun Rupiah) Harga Konstan Tahun Jenis Pengeluaran Harga Berlaku 2000 1
2
3
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
4.496,4
1.442,2
a. Makanan
2.141,2
641,9
b. Bukan Makanan
2.355,2
800,3
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (a+b-c)
732,3
205,3
a. Belanja Barang
324,3
127,5
b. Belanja Pegawai + Penyusutan (NTB)
485,5
99,6
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
2.733,2
660,9
a. Bangunan
2.310,7
471,3
25,7
14,4
b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri
4 5
244,8
103,4
d. Alat Angkutan Dalam Negeri
19,4
9,9
e. Alat Angkutan Luar Negeri
79,5
39,0
f. Lainnya Dalam Negeri
33,8
12,7
g. Lainnya Luar Negeri
19,4
10,2
a. Perubahan Inventori
178,2
53,2
b. Diskrepansi Statistik
229,9
15,7
Ekspor Barang dan Jasa
1.999,4
1.245,8
a. Barang
1.819,9
1.111,5
179,5
134,3
Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2.127,5
1.005,0
a. Barang
1.802,8
797,2
324,7
207,8
1)
b. Jasa 6
b. Jasa 7
PDB
8.241,9 Ket: 1) Selisih antara PDB menurut Sektor dan PDB menurut Pengeluaran Sumber: BPS (www.bps.go.id)
2.618,1
Dari angka-angka yang tersaji pada tabel tersebut, kita dapat mengidentifikasi pengeluaran para pelaku ekonomi selama satu tahun sebagai berikut. 4.1. Konsumsi Pengeluaran para konsumen disebut konsumsi atau pengeluaran konsumsi rumah tangga (Consumption, C). Konsumsi (C) mencakup berbagai pengeluaran konsumen membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu maupun keluarga setiap harinya. Konsumsi dapat dibedakan menjadi pengeluaran makanan dan pengeluaran bukan makanan. Termasuk pula didalamnya, pengeluaran lembaga nirlaba (contohnya, yayasan) yang tujuan usahanya melayani kepentingan rumah tangga konsumen. 4.2. Pengeluaran Pemerintah
7
#hysunuendrayanto@2015
Pengeluaran pemerintah (Government Expenditure, G) atau istilah teknisnya pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan total pengeluaran pemerintah untuk membiayai kegiatan pemerintah. Pengeluaran pemerintah dapat dirinci terdiri dari:
Pembelian barang dan jasa (belanja barang);
Pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai);
Penyusutan barang modal dikurangi hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemerintah (yang bukan dikonsumsi pemerintah).
Pengeluaran pemerintah (umum) meliputi pengeluaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau seluruh lembaga pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. 4.3. Pengeluaran Produsen Pengeluaran produsen disebut investasi (Investment, I) atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Investasi (I) merupakan pengeluaran para produsen membeli barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan bukan barang konsumsi.
Pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri dikurangi penjualan netto barang modal. Barang modal juga mencakup barang yang masih digunakan dalam proses produksi secara berulang-ulang dan mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih.
Investasi mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan.
Persediaan (stok atau inventori) yang terdiri: (1) barang yang dibeli tetapi belum terpakai dalam proses produksi, (2) barang yang masih dalam proses produksi, (3) barang yang belum terjual, dan (4) barang tahan lama yang masih dalam proses produksi (contohnya bangunan, mesin, dan lain-lain).
Perubahan inventori (stok) yaitu selisih antara nilai inventori pada akhir periode penghitungan (31 Desember) dengan nilai inventori pada awal periode penghitungan (1 Januari). Perubahan inventori ini menjelaskan perubahan posisi barang inventori yang bisa berarti penambahan (bertanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Jumlah
dari
nilai
ketiga
jenis
investasi
di
atas
disebut
investasi
bruto
(pembentukan modal tetap domestik bruto). Apabila investasi bruto dikurangi depresiasi (penyusutan) disebut investasi netto. 4.4. Perdagangan Internasional Pihak
keempat
yang
membeli
hasil
produksi
masyarakat
Indonesia
yaitu
masyarakat luar negeri. Komponen keempat ini merupakan kegiatan perdagangan
8
#hysunuendrayanto@2015
internasional yang dilakukan Indonesia dengan negara lain. Kegiatan perdagangan internasional meliputi:
Penjualan barang dan jasa hasil produksi Indonesia kepada negara lain disebut ekspor (export, X)
Pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia yang berasal luar negeri disebut impor (Import, M).
Selisih antara ekspor (X) dan impor (M) disebut ekspor netto (Net Export, Xn) atau Xn = X – M. Apabila ekspor (X) Indonesia ke luar negeri lebih besar besar dibandingkan impor (M) Indonesia dari luar negeri berarti posisi perdagangan Indonesia mengalami surplus. Apabila ekspor (X) Indonesia lebih kecil daripada impor (M) Indonesia, maka Indonesia mengalami defisit perdagangan. Pembelanjaan Nasional Dari seluruh komponen pengeluaran para pelaku ekonomi pada periode tertentu seperti yang sudah diuraikan di atas, kita bisa menyusun rumus sederhana PDB dari pendekatan pengeluaran (penggunaan) yaitu: PDB = C + G + I + X – M PDB menurut pendekatan pengeluaran sering disebut pembelanjaan nasional (national spending). Besarnya PDB menurut pendekatan pengeluaran sama dengan PDB menurut pendekatan produksi. Cocokkan nilai PDB Indonesia berdasarkan pendekatan produksi pada tahun 2012 pada tabel 10.1 (harga berlaku dan harga konstan) dan nilai PDB menurut pendekatan pengeluaran pada tabel 10.4. Diskrepansi Statistik Kita juga melihat di dalam PDB menurut pendekatan pengeluaran terdapat komponen diskrepansi statistik. Diskrepansi statistik merupakan selisih antara PDB menurut pendekatan produksi dan PDB menurut pendekatan pengeluaran. Karena penghitungan PDB mencakup jutaan jenis barang yang diproduksi dan transaksitransaksinya, maka seringkali terjadi selisih antara PDB menurut pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran. Hal ini menyebabkan PDB menurut pendekatan produksi dan pendekatan pengeluaran memiliki nilai yang tidak sama. Untuk menyiasati selisih tersebut, ditambahkan komponen Diskrepansi Statistik sebagai koreksi terhadap selisih antara PDB menurut pendekatan produksi dan PDB menurut pendekatan pengeluaran. 5. KOMPONEN PENDAPATAN NASIONAL Pada tabel 5 disajikan nilai PDB yang bisa dikurangi atau ditambah komponenkomponen lain sehingga dihasilkan nilai Pendapatan Nasional yang dimiliki masyarakat Indonesia.
9
#hysunuendrayanto@2015
Tabel 5. Dari PDB hingga Pendapatan Nasional Indonesia Tahun 2010 – 2012 menurut Harga Berlaku (Trilyun Rp) 2012 Komponen 2010 2011 Produk Domestik Bruto (PDB) Pendapatan Netto Terhadap Luar Negeri Atas Faktor Produksi a. Pendapatan Dari Luar Negeri
6.446,85
7.422,78
8.241,86
-180,97
-211,69
-239,19
26,43
28,60
30,28
b. Pendapatan Ke Luar Negeri
207,40
240,29
269,46
Produk Nasional Bruto (PNB)
6.265,88
7.211,09
8.002,68
Dikurangi Pajak Tidak Langsung Neto (a-b)
225,19
179,73
46,44
a. Pajak Tidak Langsung
387,11
453,15
388,78
b. Subsidi
161,92
273,43
342,34
Dikurangi Penyusutan
322,34
371,14
412,09
5.718,35
6.660,23
7.544,15
Pendapatan Nasional Sumber: BPS (www.bps.go.id), diolah.
Jika diuraikan secara lebih rinci lagi, di dalam Pendapatan Nasional masih dijumpai berbagai komponen yang menghubungkan antara satu pendekatan dengan pendekatan lainnya. Hubungan antara satu komponen dengan komponen lain dari ketiga pendekatan tersebut dapat diilustrasikan pada gambar 3.
Gambar 3. Hubungan Komponen-komponen dalam Penghitungan Pendapatan Nasional.
10
#hysunuendrayanto@2015
5.1. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB atau GDP) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa final yang dihasilkan berbagai sektor produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama periode tertentu, biasanya satu tahun. Nilai PDB ini mencakup hasil produksi perusahaan atau orang asing di wilayah negara yang bersangkutan. Barangbarang
yang
dihasilkan
termasuk
barang
modal
yang
belum
diperhitungkan
penyusutannya, sehinga nilai PDB masih dianggap bersifat bruto (kotor). 5.2. Produk Nasional Bruto (PNB) Besarnya PDB masih belum memperhitungan berapa nilai produksi dari pihak asing yang ikut berproduksi di Indonesia. Misalnya, pendapatan tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, dan lain-lain. Di sisi lain, banyak warga Indonesia yang ikut terlibat kegiatan produksi di luar negeri juga belum diperhitungkan. Misalnya, tenaga kerja di luar negeri (TKI), laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan Indonesia yang beroperasi di luar negeri, dan lain-lain. Oleh karena itu PDB masih perlu dikoreksi (ditambah atau dikurangi) dengan Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri (Net Income from Abroad) sehingga diperoleh nilai Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP). Rumusnya yaitu: PNB = PDB +/- Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri diperoleh dengan cara membandingkan antara Pendapatan dari Luar Negeri dan Pendapatan ke Luar Negeri. Pendapatan dari Luar Negeri merupakan pendapatan yang diperoleh warga negara Indonesia di luar negeri. Pendapatan ke Luar Negeri yaitu pendapatan yang diperoleh warga negara asing di Indonesia.
Pendapatan Luar Negeri lebih besar dari Pendapatan dari Luar Negeri, maka Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri bernilai negatif (-). Jika nilainya negatif, PDB dikurangi Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri.
Pendapatan ke Luar Negeri lebih kecil dari Pendapatan dari Luar Negeri, Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri bernilai positif (+). Apabila nilainya positif, PDB ditambah Pendapatan Netto Faktor Luar Negeri.
Komponen Pendapatan Netto terhadap Luar Negeri yang diterima Indonesia selalu bernilai negatif (lihat pada tabel 5). Ini menunjukkan pendapatan dari luar negeri yang diperoleh Indonesia lebih kecil daripada pendapatan asing (perusahaan dan orang asing) di Indonesia. Akibatnya nilai PNB Indonesia menjadi lebih kecil. Hal semacam ini lazim terjadi di negara-negara sedang berkembang. 5.3. Produk Nasional Neto (PNN) Produk Nasional Neto (PNN) atau Net National Product (NNP) yaitu PNB dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Kegiatan
11
#hysunuendrayanto@2015
produksi membutuhkan barang-barang modal seperti mesin, kendaraan, bangunan, dan lain-lain. Misalnya, mesin baru yang digunakan terus menerus untuk kegiatan produksi, sehingga mesin tersebut menjadi rusak (aus), sehingga nilai mesin itu menjadi berkurang. Berdasarkan hal itu, depresiasi (penyusutan) barang modal juga harus diperhitungan dalam kegiatan produksi. PNN = PNB - Depresiasi 5.4. Pendapatan Nasional Neto (PNN) Pendapatan Nasional Netto (PNN) atau Net National Income (NI) atau disimbolkan dengan Y merupakan PNN dikurangi Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax, Ti). Pajak tidak langsung merupakan pajak yang bebannya bisa dialihkan kepada pihak lain. Barangbarang hasil produksi sering kali dikenai pajak, contohnya, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), cukai, dan lain-lain. PNN harus dikurangi Pajak Tidak Langsung sehingga diperoleh Pendapatan Nasional. PN = PNN - Ti Besarnya Pendapatan Nasional ini nilainya sama dengan nilai balas jasa yang diterima
oleh
masyarakat
sebagai
pemilik
faktor
produksi.
Pendapatan
Nasional
merupakan balas jasa untuk tenaga kerja (upah), modal (bunga), tanah atau tanah atau sumber daya alam (sewa), dan pengusaha (laba). PN = w + i + r + p 5.5. Pendapatan Personal Pendapatan Nasional (PN atau Y) merupakan nilai balas jasa yang diterima para pemilik faktor produksi yang diterima/dimiliki masyarakat pada periode tertentu. Pada dasarnya,
Pendapatan
Nasional
(Y)
mengalir
kepada
konsumen
atau
menjadi
pendapatannya konsumen. Pada kenyataannya nilai Pendapatan Nasional (Y) tidak seluruhnya mengalir ke konsumen.
Ada sebagian yang ditahan di perusahaan sebagai cadangan (laba ditahan) untuk meningkatkan modal perusahaan.
Sebagian lagi ada yang dibayarkan kepada pemerintah dalam bentuk pajak langsung (Direct Tax, TD), contohnya pajak pendapatan perusahaan.
Berdasarkan dua komponen tersebut, besarnya Pendapatan Nasional (Y) dikurangi dengan cadangan (laba ditahan) dan pajak langsung (TD) diperoleh nilai Pendapatan personal (Personal Income, YP). Pendapatan personal (YP) merupakan nilai pendapatan yang diterima setiap warga negara Indonesia, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun, setelah dikurangi pajak langsung dan cadangan (laba ditahan). YP = PN – (Cad + TD) 5.6. Pendapatan Disposabel
12
#hysunuendrayanto@2015
Pendapatan Disposabel (Disposable Income, YD) atau pendapatan yang siap dibelanjakan merupakan pendapatan yang siap digunakan rumah tangga untuk konsumsi dan sisanya digunakan sebagai tabungan. Pendapatan disposabel (YD) diperoleh dari Pendapatan Perseorangan (PI) dikurangi pajak konsumen (TK), misalnya, pajak penghasilan konsumen. Pendapatan disposabel (YD) masih dilengkapi (ditambah) Pembayaran Transfer (transfer payment, Tr). Pembayaran Transfer (Tr) meliputi subsidi, tunjangan, uang pensiun, dan lain-lain yang menjadi pendapatan konsumen. YD = YP + Tr - TK Pendapatan disposabel (YD) digunakan untuk kepentingan konsumsi (Consumption, C) dan sisanya sebagai tabungan (Saving, S). Tabungan (S) disimpan di bank yang juga bertindak sebagai produsen yang nantinya disalurkan kembali kepada masyarakat. Dengan demikian kita bisa merumuskan dalam suatu persamaan sederhana sebagai berikut: YD = C + S S = YD - C Seperti disajikan pada tabel 5 di atas, nilai Pendapatan Personal (YP) dan Pendapatan disposabel (YD) tidak disajikan dalam penghitungan tersebut. Karena memang menghitung setiap komponen bukan pekerjaan yang mudah. Namun intinya, nilai PDB menurut pendekatan produksi, PDB menurut pendekatan pendapatan, dan PDB menurut pendekatan pengeluaran besarnya sama. Angka-angka pada tabel 5 memberikan gambaran berapa besarnya nilai masing-masing komponen tersebut. Illustrasi Penghitungan Sebagai illustrasi penghitungan PDB pendekatan produksi hingga pendekatan pengeluaran, berikut ini disajikan angka-angka hipotetis yang menunjukkan keterkaitan ketiga pendekatan penghitungan PDB berdasarkan komponen-komponen yang sudah dijabarkan di atas.
PDB menurut sektor
Rp 1.000 trilyun
Pendapatan ke luar negeri
Rp 75 trilyun
Pendapatan dari luar negeri
Rp 50 trilyun
Penyusutan (depresiasi)
Rp 25 trilyun
Pajak tidak langsung
Rp 10 trilyun
Pajak langsung
Rp 17 trilyun
Laba ditahan
Rp 3 trilyun
Pembayaran transfer
Rp 15 trilyun
Pengeluaran konsumsi sebesar 60% dari Pendapatan Disposabel (YD)
Dari data-data di atas kita bisa menghitung berapa besarnya masing-masing komponen penghitungan PDB berdasarkan ketiga pendekatan. Caranya sebagai berikut:
13
PDB
Rp 1.000 trilyun #hysunuendrayanto@2015
Pendapatan dari luar negeri
Rp 50 trilyun
Pendapatan ke luar negeri
Rp 75 trilyun-
Dikurangi: Pendapatan netto faktor luar negeri
(Rp 25 trilyun)
Produk National Bruto (PNB)
Rp 975 trilyun
Dikurangi: Depresiasi
Rp 25 trilyun -
Produk Nasional Netto (PNN)
Rp 950 trilyun
Dikurangi: Pajak Tidak Langsung (TD)
Rp 10 trilyun -
Pendapatan Nasional (PN)
Rp 940 trilyun
Dikurangi: Laba ditahan
Rp 3 trilyun
Pajak Langsung (TD)
Rp 17 trilyun+ Rp 20 trilyun -
Pendapatan Personal (YP)
Rp 920 trilyun
Ditambah: Pembayaran Transfer (Tr)
Rp 15 trilyun
Pendapatan Disposabel (YD)
Rp 935 trilyun
Konsumsi (C) sebesar 60% dari YD, jadi besarnya konsumsi (C) Rp 561 trilyun (= 60% x Rp 935 trilyun). Besarnya tabungan (S) yaitu: YD = C + S 935 = 561 + S S = 935 – 561 S = Rp 374 trilyun Besarnya Pengeluaran Pemerintah (G): G = Pajak Tidak Langsung (Ti) + Pajak Langsung (TD) - Pembayaran Transfer (Tr) G = (10 + 17) – 15 G = Rp 12 trilyun Besarnya Investasi (I) yaitu: Investasi = Depresiasi + Laba ditahan + Tabungan I = 25 + 3 + 374 I = Rp 402 trilyun PDB Pendekatan Pengeluaran: PDB = C + G + I + Xn PDB = 561 + 12 + 402 + Xn 1.000 = 561 + 12 + 402 + Xn Xn = Rp 25 trilyun PDB = 561 + 12 + 402 + 25 PDB = Rp 1.000 trilyun Nilai PDB pendekatan produksi dan PDB pendekatan pengeluaran besarnya sama yaitu Rp 1.000 trilyun. 6. PENDAPATAN PER KAPITA Salah satu kegunaan Pendapatan Nasional (Y) yaitu menghitung pendapatan yang diterima masing-masing penduduk di suatu negara yang disebut pendapatan per kapita (percapita income). Pendapatan per kapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara pada periode tertentu, biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita dihitung dengan cara membagi antara PDB, PNB, atau Pendapatan Nasional (PN) dengan jumlah penduduk. Rumusnya yaitu:
14
#hysunuendrayanto@2015
PDB per Kapita =
PNB per Kapita = PN per Kapita =
PDB Jumlah Penduduk PNB Jumlah Penduduk
PN Jumlah Penduduk
Selain pendapatan per kapita menurut harga berlaku, pemerintah juga menghitung pendapatan per kapita menurut harga konstan. Pada tabel 6 disajikan perkembangan pendapatan per kapita Indonesia menurut harga berlaku dan harga konstan tahun 2000. Tabel 6. Pendapatan Per Kapita menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2000 Deskripsi 2000 2005 2010 Atas Dasar Harga Berlaku PDB Per Kapita
6.775.002,92
12.557.512,92
27.084.008,20
PNB Per Kapita
6.325.722,46
11.946.446,38
26.322.486,04
PN Per Kapita
6.171.342,87
11.075.415,49
24.020.664,83
PDB Per Kapita
6.775.002,92
7.924.894,31
9.736.695,11
PNB Per Kapita
6.325.722,51
7.438.841,61
9.345.382,15
PN Per Kapita Sumber: BPS (www.bps.go.id)
6.171.342,91
6.885.535,65
8.516.999,43
Atas Dasar Harga Konstan 2000
Apabila kita menggunakan PDB harga konstan, pada tahun 2010 PDB per kapita harga konstan yang sekitar Rp 6,7 juta. Artinya, masing-masing penduduk Indonesia menerima pendapatan sekitar Rp 6,7 juta. Begitu pula bila menggunakan komponen Produk Nasional Bruto (PNB) atau Pendapatan Nasional (PN). Namun angka-angka pendapatan per kapita ini masih bersifat umum, belum memperhitungkan pembagian Pendapatan Nasional di kalangan penduduk. Jadi Pendapatan per Kapita hanya menggambarkan kira-kira berapa besarnya pendapatan yang diterima penduduk. Membandingkan Pendapatan per Kapita antar Negara Setiap negara memiliki mata uang nasional sehingga setiap negara menghitung PDB (GDP) berdasarkan mata uang masing-masing. Apabila kita ingin membandingkan PDB antar negara, PDB suatu negara yang menggunakan mata uang nasional harus diubah (dikonversi) nilainya dengan mata uang inernasional. Lembaga-lembaga kerjasama ekonomi internasional (seperti Bank Dunia, IMF, dan lain-lain) sering menggunakan mata uang Dollar AS untuk menghitung PDB masing-masing negara baik dengan menggunakan harga berlaku maupun harga konstan. Begitu pula pendapatan per kapita. Berdasarkan pendapatan per kapita, negara-negara di seluruh dunia dapat dikelompokkan (diklasifikasikan). Bank Dunia (World Bank, 2009) mengklasifikasikan negara-negara di dunia berdasarkan pendapatan per kapita menjadi empat kelompok yaitu:
15
#hysunuendrayanto@2015
Kelompok negara berpendapatan rendah (low-income countries), yaitu negaranegara yang memiliki pendapatan per kapita lebih kecil dari US$ 1,005.
Kelompok
negara
berpendapatan
menengah-bawah
(lower-middle
income
countries) yaitu negara dengan pendapatan per perkapita sekitar US$ 1,006 – US$ 3,975
Kelompok negara berpendapatan menengah-atas (upper-middle income coutries) yaitu negara dengan Pendapatan per Kapita sekitar US$ 3,976 – US$ 12,275.
Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income countries), yaitu negara yang memiliki Pendapatan per Kapita di atas US$ 12,276.
Pada gambar 10.4 disajikan PDB (GDP) per kapita negara-negara ASEAN pada tahun 2010 dalam US$ sebagai contoh sederhana bagaiman membandingkan pendapatan per kapita antar negara. Sebenarnya ditinjau dari PDB, kemampuan produksi Indonesia relatif besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, tenaga kerja yang besar, kekayaan sumber daya alam yang besar, wilayah yang luas, dan lain-lain. Dibandingkan negara-negara ASEAN lain, nilai PDB Indonesia memang yang terbesar baik menurut harga berlaku maupun harga konstan.
Vietnam
1,183
Timor Leste
706
Thailand
4,613
Singapura
43,783
Filipina
2,140
Myanmar
876
Malaysia
8,373
Laos
1,048
Indonesia
2,949
Kamboja
797
Brunei Darussalam
32,648 0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
Gambar 4. PDB per Kapita Negara-negara ASEAN Tahun 2010 dalam US$ Sumber: ESCAP (www.escap.org)
16
#hysunuendrayanto@2015
Ditinjau dari sisi pendapatan per kapita (PDB per kapita), Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN, terutama Singapura, Brunei Darrusalam, Malaysia, dan Thailand. Jumlah penduduk Indonesia paling besar dibandingkan negaranegara ASEAN lainnya. Apabila PDB Indonesia dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia, PDB per kapita Indonesia menjadi merosot. Karena jumlah penduduk yang besar, PDB per kapita Indonesia menjadi semakin kecil. Berdasarkan angka-angka pada gambar 10.4 kita bisa mengelompokkan negara-negara ASEAN berdasarkan kriteria negara menurut Bank Dunia seperti dikemukakan di atas. 7. MANFAAT PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Apa manfaat penghitungan Pendapatan Nasional? Pendapatan Nasional bisa menjadi tolok ukur perkembangan perekonomian nasional dan menjadi data-data secara terperinci mengenai seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu. Dengan menggunakan data-data Pendapatan Nasional, pemerintah bisa menyusun dan menetapkan kebijakan ekonomi apa yang efektif untuk meningkatkan kemampuan produksi secara nasional. Kita dapat menggunakan Pendapatan Nasional untuk menelaah struktur ekonomi suatu negara. Di atas sudah diuraikan bagimana cara mengetahui struktur ekonomi suatu negara menggunakan kontribusi masing-masing sektor atau lapangan usaha. Kita bisa menggolongkan suatu negara apakah tergolong sebagai negara industri, negara agraris, atau negara yang mengandalkan pada sektor jasa. Misalnya, Amerika Serikat tergolong sebagai negara industri, sementara Singapura sebagai negara yang maju di sektor jasa, dan lain-lain. Pendapatan
Nasional
dapat
digunakan
membandingkan
perkembangan
perekonomian suatu negara dari waktu ke waktu. Dengan pengamatan-pengamatan antar periode kita bisa memberikan kesimpulan apakah perekonomian nasional mengalami kemajuan
atau
tidak,
mengapa
pada
tahun-tahun
tertentu
terjadi
kemerosotan
perekonomian. Bahkan beberapa parameter (ukuran) yang dihitung dari PDB atau komponen yang lain seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita bisa digunakan menganalisis perkembangan perekonomian dari waktu ke waktu. Pendapatan Nasional bisa digunakan membandingkan perekonomian antar negara. Di atas sudah dicontohkan bagaimana membandingkan perekonomian antar negara menggunakan Pendapatan Nasional dan Pendapatan per Kapita dalam lingkup ASEAN. Kita bisa memperluas perbandingan ini antar negara di berbagai kawasan atau benua. 8. KELEMAHAN PENDAPATAN NASIONAL Pendapatan Nasional memang menjadi ukuran perkembangan perekonomian suatu negara. Namun Pendapatan Nasional memiliki sejumlah kelemahan.
17
#hysunuendrayanto@2015
Pendapatan Nasional tidak mengukur perkembangan sosial masyarakat di suatu negara seperti tingkat buta huruf, harapan hidup, angka kematian bayi, kriminalitas, dan lain-lain. Meskipun parameter (ukuran) bersifat sosial ini berhubungan dengan PDB, Indonesia memiliki PDB yang relatif besar dibandingkan misalnya Singapura, Malaysia, dan Thailand, tetapi memiliki tingkat buta huruf penduduk Indonesia masih tergolong tinggi dibandingkan negara-negara tersebut. Pendapatan Nasional tidak mengukur ketimpangan pendapatan atau distribusi pendapatan di kalangan penduduk. PDB per kapita suatu negara barangkali relatif besar dibandingkan negara lain, namun hal ini tidak serta merta mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan di kalangan penduduk. Di beberapa negara, seperti Indonesia, sekelompok kecil penduduk yang hanya menikmati sebagian besar dari “kue” Pendapatan Nasional. Pendapatan
Nasional
tidak
memperhitungan
masalah
lingkungan
seperti
pencemaran lingkungan (udara, air, tanah, dan lain-lain). Tingkat produksi yang tinggi bisa menimbulkan konsekuensi rusaknya atau merosotnya kualitas lingkungan. Pembukaan perkebunan (seperti perkebunan kelapa sawit dan karet) bisa meningkatkan nilai PDB Indonesia. Namun pembukaan perkebunan ini diikuti dengan penebangan (pembabatan) hutan untuk lahan perkebunan. Penebangan hutan juga dapat meningkatkan PDB Indonesia. Konsekuensinya sumber daya hutan menjadi rusak yang berdampak pada bencana seperti banjir atau longsor. Pendapatan Nasional hanya memperhitungan hasil produksi dan pendapatan yang dilaporkan atau tercatat. Kenyataannya, banyak aktivitas ekonomi dalam masyarakat kita yang bersifat informal (pemulung, pedagang kaki lima, penjual keliling, dan lain-lain). Aktivitas ekonomi semacam ini seringkali tidak tercatat dalam penghitung Pendapatan Nasional. Di sisi lain, banyak aktivitas ekonomi yang bersifat illegal (melanggar hukum) seperti perjudian, pelacuran, produksi dan perdagangan narkotika, penyelundupan, pungli, penggelapan pajak, suap, dan lain-lain. Aktivitas-aktivitas ekonomi tersebut sering disebut ekonomi bawah tanah (underground economy). Aktivitas ekonomi yang dicatat dalam Pendapatan Nasional hanya aktivitas ekonomi yang diperjualbelikan di pasar. Aktivitas seorang ibu rumah tangga yang mengurus rumah tangga (memasak, membersihkan rumah, mencuci, dan lain-lain) sebenarnya aktivitas produktif. Namun hasil produksi seorang ibu rumah tangga hanya dinikmati anggota keluarganya saja dan tidak diperjualbelikan di pasar. Oleh karena itu aktivitas seorang ibu rumah tangga tidak ikut dihitung di dalam PDB. PERTANYAAN 1. Apakah
perbedaan
PDB
pendekatan
produksi,
pendekatan
pendapatan,
dan
pendekatan pengeluaran?
18
#hysunuendrayanto@2015
2. Apakah yang dimaksud penghitungan rangkap (double accounting)? Bagaimana cara mengatasi penghitungan rangkap? Berikan contohnya menggunakan angka-angka Anda buat sendiri! 3. Mengapa PDB harus disajikan menurut harga berlaku dan harga konstan? Apa pentingnya penyajian dengan dua cara ini? 4. Komponen-komponen apa saja yang menghubungkan antara pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran, dan pendekatan pendapatan? Jelaskan! 5. Apakah manfaat penghitungan PDB, khususnya bagi pemerintah di suatu negara? Apa saja kekurangan penghitungan PDB? Berikan penjelasan! 6. Anggaplah data-data berikut ini merupakan angka-angka pada komponen PDB Indonesia.
PDB Rp 2.000 trilyun
Pajak Langsung Rp 25 trilyun
Pembayaran
Transfer
Depresiasi Rp 15 trilyun
Pendapatan
Netto
Rp
Faktor
Tidak
Langsung
Rp
20
trilyun 10
trilyun
Pajak
Laba ditahan Rp 5 trilyun
Tingkat tabungan sebesar 20% dari Pendapatan Disposabel (YD)
Luar
Negeri – Rp 10 trilyun Hitunglah: a. Nilai PNB hingga Pendapatan Disposabel (YD) b. PDB menurut pendekatan pengeluaran (konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi, ekspor dan impor)
19
#hysunuendrayanto@2015