1.
Pendahuluan Dibidang pendidikan, pemanfaatan teknologi telah dilakukan untuk memudahkan guru dalam menjelaskan materi, seperti penggunaan komputer, penggunaan media pendukung seperti power point juga telah diterapkan dalam pembelajaran untuk dapat menarik minat belajar peserta didik [1]. Akan tetapi dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada guru mata pelajaran sosiologi, diperoleh data bahwa antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran masih jauh dari harapan, terdapat 58,33% peserta didik yang memiliki antusias mengikuti pembelajaran. Dari aspek afektif, terdapat 41,67% peserta didik yang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru yang dapat dilihat dari kelengkapan catatan mereka, sisanya terdapat peserta didik yang mengerjakan tugas dari pelajaran kelas lain, ada yang menggambar, dan ada pula yang bercengkrama dengan teman sebangkunya. Mengenai keaktifan peserta didik, terdapat 20,83% peserta didik yang berani ikut aktif dalam dalam bertanya. Dari aspek kognitif, mengenai pemahaman peserta didik, hasil dari observasi dan wawancara menyebutkan bahwa terdapat 33,33% peserta didik yang mampu berpendapat. Mereka ikut aktif, jika mereka ditunjuk oleh guru untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Mengenai peserta didik yang mampu menjelaskan materi pembelajaran kembali terdapat 41,67% peserta didik yang mampu menjelaskan materi yang telah diberikan oleh guru. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa banyak peserta didik yang tidak termasuk dalam aspek afektif dan kognitif dalam pembelajaran sosiologi. Dari observasi dan wawancara yang dilakukan mengenai kegiatan peserta didik di luar jam sekolah, aktivitas menggunakan jejaring sosial begitu digemari peserta didik. Jejaring sosial yang peserta didik akses adalah jejaring sosial twitter. Twitter dapat dijuluki SMS of the Internet, sebagai program aplikasi internet untuk mengirim pesan pendek. Dalam perkembangannya, twitter banyak membantu menyebarkan informasi kepada masyarakat umum salah satunya adalah ajang promosi kandidat pemilihan Presiden di Amerika Serikat. Dalam kondisi ini twitter diperuntukan sebagai media penyalur informasi [2]. Berdasarkan penelitian Semiocast, lembaga riset jejaring sosial yang berpusat di Paris, Prancis, Indonesia berada di posisi kelima dengan jumlah akun 19,5 juta [3]. Dari 24 peserta didik dalam 1 kelas, 18 peserta didik memiliki akun twitter. Twitter diakses oleh kalangan peserta didik untuk menyampaikan ekspresi diri maupun mencari informasi. Dalam satu hari, apabila diakumulasikan waktu yang digunakan untuk mengakses twitter 2-3 jam dari waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar atau mengerjakan tugas. Hal ini menunjukkan bahwa minat peserta didik untuk mengakses jejaring sosial cukup besar. Berdasarkan hasil observasi dan uraian dari permasalahan yang ada, maka dilakukan penelitian tentang pemanfaatan twitter untuk meningkatkan minat belajar peserta didik, agar dapat mengetahui prestasi belajar peserta didik.
8
2. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian Sri Rahayuningsih (2013) yang berjudul “Potensi Pemanfaatan Facebook Sebagai Media Pembelajaran Bagi Peserta didik Sekolah Menegah Atas”, model pembelajaran menggunakan facebook digunakan untuk mendiskusikan tugas sekolah, pemberian materi pelajaran pendukung seperti video, gambar, maupun bahan bacaan. Selain itu facebook juga digunakan sebagai alat bantu konsultasi dengan guru pengampu. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa peserta didik lebih antusias, bersemangat serta dapat meningkatkan keaktifan dalam kegiatan pembelajraran karena penggunaan media facebook sebagai media pembelajaran memberikan warna yang berbeda bagi mereka sehingga dapat menghilangkan rasa jejuh dalam kegiatan pembelajaran dan memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih fleksibel [4]. Penelitian lain yang relevan dengan memanfaatkan jejaring sosial sebagai media pembelajaran yaitu penelitian yang dilakukan oleh Catherine-Mette (2009) dalam junal “Using Twitter in EFL Education”. Dalam penelitian ini, twitter digunakan oleh pengajar untuk menambah kosakata peserta didik yang perkembangannya dapat dilihat dari pembelajaran sehari-hari. Penelitian ini menunjukkan bahwa twitter dapat digunakan sebagai media alternatif yang digunakan untuk manambah pengetahuan peserta didik dalam mengembangkan pemahaman kosakata [5]. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jejaring sosial lebih tepatnya adalah twitter. Manfaat media dalam proses pembelajaran antara lain: - Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, diharapkan dengan adanya media pembelajaran, kualitas belajar peserta didik lebih meningkat. - Tempat berlangsungnya proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. - Peran pendidik, dapat lebih berfungsi sebagai fasilitator [6]. Jadi media pembelajaran diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar karena dapat membantu kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan efisien. Kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien tentu harus dapat menarik minat belajar peserta didik. Minat belajar adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh [7]. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu [8]. Terdapat indikator yang dapat menjelaskan minat belajar peserta didik antara lain perasaan senang, perhatian dan konsentrasi. Perasaan senang dapat dilihat dari antusias peserta didik saat mengikuti pelajaran, contohnya seperti peserta didik memperhatikan penjelasan dari guru dan mencatat materi penting dalam pelajaran. Dari indikator perhatian peserta didik dapat kita lihat dari peserta didik dapat bertanya atau mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan suatu materi pelajaran. Dalam indikator mengenai konsentrasi peserta didik, dapat dilihat dari pemahaman peserta didik dalam mempelajari sebuah materi yang nantinya mereka dapat menjelaskan kembali materi yang telah diajarkan baik kepada guru maupun rekan peserta didik yang lain. [7]. 9
Twitter dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran karena memenuhi beberapa kriteria sebagai media pembelajaran antara lain : - Access Twitter sangat mudah diakses oleh para penggunanya, dengan menggunakan handphone yang terkoneksi internet, penggunaan twitter sudah dapat dilakukan, tanpa adanya batasan ruang dan waktu untuk mengakses atau memperoleh informasi. - Cost Dalam menggunakan twitter, para pengguna tidak perlu membeli sebuah lisensi atau memiliki sebuah sertifikat penggunaan dalam menjalankannya. Sehingga dinilai murah dari segi penggunaannya. - Interactivity Media yang baik adalah media yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Melalui twitter komunikasi dua arah dapat dengan mudah dilakukan. Misal: terjadi komunikasi timbal balik mengenai materi yang didiskusikan [9]. 3. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Alasan penggunaan metode ini ialah data yang disajikan bukan hanya diuji statistik saja tetapi disajikan untuk mendeskripsikan gejala yang ditemukan. Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: Pra Penelitian Identifikasi Sarana dan Prasarana Mendesain Strategi Penerapan Evaluasi Gambar 3.1 Tahapan Penelitian
Tahapan pra penelitian ini dilakukan untuk mengetahui situasi belajar mengajar yang sedang terjadi. Dipilihnya SMA Virgo Fidelis Bawen sebagai tempat penelitian dikarenakan akses yang mudah untuk melakukan penelitian, dan faktor peserta didik yang telah menggunakan twitter sebagai media komunikasi. Dalam tahapan ini, dilakukan observasi dan wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses belajar mengajar yang selama ini dilakukan sedangkan wawancara dilakukan terhadap peserta didik mengenai aktivitas mereka dalam 10
mengikuti kegiatan belajar yang telah dilakukan. Berikut tabel wawancara yang akan diajukan kepada peserta didik: Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Aktivitas Peserta Didik Dalam Mengikuti Pelajaran
Narasumber Peserta Didik
Pertanyaan 1. Apakah anda antusias mengikuti pelajaran sosiologi? 2. Apa yang anda pembelajaran?
lakukan
dalam
proses
3. Apakah anda ikut aktif bertanya dalam proses pembelajaran? 4. Apakah anda ikut aktif berpendapat dalam proses pembelajaran? 5. Apakah anda berani untuk menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan? 6. Apakah anda memiliki dan mengakses situs jejaring sosial twitter?
7. Berapa lama anda mengakses twitter dalam sehari?
Identifikasi sarana dan prasarana berupa fasilitas belajar yang terdapat di SMA Virgo Fidelis Bawen. Fasilitas belajar yang terdapat di SMA Virgo Fidelis dapat dikatakan lengkap. Fasilitas tersebut antara lain perpustakaan, web sekolah, LCD Projector, speaker dalam kelas dll. Dalam pembelajaran sosiologi menggunakan twitter ini, tentunya dibutuhkan fasilitas pendukung seperti komputer/handphone yang terkoneksi dengan fasilitas internet. Akan tetapi, jika dilakukan diruang komputer tentunya akan mengganggu dalam pelaksanaan mata pelajaran komputer. Oleh sebab itu agar tidak mengganggu mata pelajaran yang lainnya proses ini dilakukan di luar jam sekolah dengan memberikan informasi atau latihan-latihan soal yang bersangkutan dengan mata pelaran sosiologi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah minat peserta didik dalam belajar sosiologi selain itu juga untuk membantu proses belajar peserta didik terhadap mata pelajaran sosiologi. Desain strategi bertujuan agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh pelaku pembelajaran dapat berjalan secara terstruktur. Oleh karena itu agar rancangan sistem dapat berjalan dengan semestinya maka RPP digunakan sebagai acuannya. Penelitian ini dilakukan pada saat pembelajaran di sekolah dan di luar jam pembelajaran di sekolah. Penelitian pada saat pembelajaran di kelas meliputi observasi proses pembelajaran treatment class dan control class. Untuk kegiatan belajar di luar jam pembelajaran di sekolah ialah peserta didik melakukan akses twitter pada akun @sosiologivf. Akun ini digunakan untuk sarana diskusi peserta 11
didik dengan konsep pemberian latihan-latihan soal, diskusi, maupun evaluasi belajar peserta didik. Tahap berikutnya adalah tahapan pelaksanaan. Dalam tahapan ini dilakukan eksperimen. Pada tahapan ini, diterapkan Control Class dengan Treatment Class. Pemilihan Treatment Class dengan Control Class merupakan pilihan dari guru mata pelajaran bersangkutan. Treatment Class merupakan kelas yang memperoleh kesempatan belajar menggunakan twitter. Pada tahapan ini, untuk dapat melakukan penelitian ada beberapa hal yang diperlukan, yaitu hardware, soal latihan, dan soal tes. Dalam penerapannya, twitter yang digunakan guru sebagai media pembelajaran sosiologi di SMA Virgo Fidelis Bawen dilakukan di luar jam sekolah. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik tidak terganggu dalam proses belajar ketika berada di sekolah. Selain itu agar peserta didik mampu belajar mengulang materi yang sudah diberikan atau mempersiapkan materi yang akan diajarkan selanjutnya. Pembelajaran menggunakan twitter hanya dilakukan pada treatment class, sedangkan untuk control class menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada tahapan eksperimen yang dilakukan pada treatment class mengenai pemberian latihan soal yang berkaitan dengan materi kelompok sosial berupa uraian singkat. Guru memberikan soal dengan total 25 soal. Dari setiap soalnya memiliki poin yang sama yaitu 4 poin per soal jika mereka menjawab benar. 1 poin bagi mereka yang menjawab tetapi salah. Guru juga menentukan klasifikasi jumlah peserta didik dalam menjawab soal yang diberikan oleh guru adalah sebagai berikut 0-5 peserta didik menjawab soal digolongkan pada indikator tidak aktif, 6-10 digolongkan kurang aktif, 11-15 standar, 16-20 aktif, 21-15 sangat aktif. Standar yang ditentukan guru untuk peserta didik menjawab pertanyaan di twitter ialah sebesar 11-15 kali. Materi yang diberikan mencakup materi pengertian kelompok sosial, ciri kelompok sosial, daftar pembentukan kelompok sosial, dan klasifikasi kelompok sosial. Pemberian latihan soal bukan hanya teks saja melainkan dengan memberikan contoh gambar pendukung juga dilakukan. Hal ini dimanfaatkan untuk memberikan warna lain dalam proses pembelajaran dan melatih analisa peserta didik dalam memahami suatu materi. Selain latihan soal, dilakukan juga pemberian ringkasan materi serta evaluasi dari latihan soal. Berbeda denga treatment class dalam control class, kegiatan belajar menggunakan twitter tidak mereka dapatkan. Kegiatan yang mereka lakukan adalah pembelajaran yang dilakukan didalam kelas dengan menggunakan metode konvensional dimana guru menjelaskan materi dan diharapkan peserta didik memperhatikan sembari menyimak materi yang diajarkan. Tahapan yang terakhir adalah tahapan evaluasi. Evaluasi merupakan hal yang dilakukan untuk mengetahui apakah penelitian ini dapat tercapai dengan baik atau tidak. Evaluasi ini dibagi menjadi 2 bagian, evaluasi mengenai minat belajar peserta didik yang dilihat setelah mereka mengakses twitter sebagai media pembelajaran melalui observasi, pengisian kuesioner dan wawancara serta evaluasi mengenai hasil belajar peserta didik yang dilakukan dengan tes tertulis. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik antara treatment dan control class, dilakukan uji beda rata-rata hasil evaluasi tertulis menggunakan pengujian
12
Independent-Samples T-Test. Hipotesis yang digunakan adalah Ho : Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha : Hasil belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik control class. 4.
Hasil dan Pembahasan
Melihat dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa antusias peserta didik, sikap afektif dan kognitif peserta didik dalam pembelajaran masih kurang, guru mencoba kegiatan baru dengan memberikan alternatif pembelajaran menggunakan twitter mengingat jejaring sosial ini dimiliki dan diakses oleh peserta didik. Alternatif yang dilakukan oleh guru adalah memberikan latihan-latihan soal yang diberikan pada akun @sosiologivf yang telah diikuti oleh para peserta didik. Penerapan twitter sebagai media pembelajaran yang dilakukan oleh guru, memperoleh respon yang baik dari peserta didik dari treatment class. Dari beberapa eksperimen yang telah dilakukan, posting yang diberikan kepada peserta didik berjumlah 12 kali. Sebanyak 24 peserta didik ikut serta dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tanpa harus diberi dorongan oleh agar mereka menjawab. Aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam menggunakan twitter sebagai media belajar, selain menjawab pertanyaan yang diutarakan oleh guru, terdapat peserta didik yang berdiskusi dengan teman mengenai materi yang dipelajari, dimana ketika salah satu peserta didik keliru dalam menjawab terdapat peserta didik lain yang memberikan arahan/penjelasan mengenai jawaban yang benar. Melalui twitter telah terjadi Tanya jawab antara peserta didik dengan guru tentang materi yang masih kurang dipahami. Hal tersebut tentunya membawa dampak positif dalam proses belajar peserta didik. Dari kegiatan mereka menjawab pertanyaan yang terdapat dalam twitter, secara tidak langsung telah menggali pemahaman mereka mengenai materi yang peserta didik pelajari. Antusias peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan twitter begitu baik meskipun frekuensi peserta didik dalam menjawab berbeda-beda. Berikut tabel data frekuensi menjawab peserta didik treatment class yang telah melakukan pembelajaran menggunakan twitter : Tabel 4.1 Frekuensi Peserta Didik Mengakses Twitter
Jumlah Frekuensi Menjawab
Jumlah Peserta Didik (/Orang)
Kategori Menjawab
0-5
6 Orang
Tidak Aktif
6-10
5 Orang
Kurang Aktif
11-15
6 Orang
Standar
16-20
7 Orang
Aktif
21-25
-
Sangat Aktif
13
Tabel 4.1, menunjukan bahwa dari 24 peserta didik terdapat 6 orang peserta didik yang masih tidak aktif sedangkan terdapat 5 orang peserta didik yang dapat dikatakan kurang aktif. Sedangkan 6 orang peserta didik lainnya dapat dikatakan standar. Sisanya, 7 orang peserta didik dapat digolongkan dalam kategori aktif. Jadi hanya terdapat 13 peserta didik yang dapat dikatakan aktiv dalam pembelajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan. Setelah pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran, mereka terlihat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Tidak ada lagi peserta didik yang bercengkrama dengan peserta didik lain selain memperhatikan penjelasan yang guru berikan dan berdiskusi mengenai materi yang sedang diberikan oleh guru. Beberapa peserta didik sudah berani menyatakan pendapat, gagasannya dan menjelaskan materi yang sedang dibahas. Peserta didik juga tanpa ragu bertanya terhadap guru mengenai materi yang belum peserta didik pahami. Berikut merupakan grafik dari hasil observasi yang telah dilakukan.
Grafik 4.1 Perbandingan Jumlah Peserta Didik Treatment Class Dalam Indikator Minat Belajar Sebelum dan Setelah Twitter Diterapkan
Berdasarkan indikator minat dari sumber yang digunakan, maka pada grafik 4.1 dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan minat belajar peserta didik treatment class. Untuk peserta didik control class, dengan menggunakan pembelajaran konvensional tanpa melakukan pembelajaran menggunakan twitter, minat belajar mereka tidaklah berbeda dengan observasi awal yang dilakukan. Masih terdapat peserta didik yang bercengkrama dengan rekan sebangkunya, dan menjalankan aktivitas di luar pembelajaran. Untuk bertanya, berpendapat maupun menjelaskan materi kembali yang telah guru berikan dirasa masih kurang. Hanya beberapa peserta yang berani melakukannya dan harus ada peran serta guru dalam memberikan dorongan terhadap peserta didik. Berikut grafik perbedaan minat belajar peserta didik treatment class dengan control class. 14
Grafik 4.1.1 Perbandingan Peserta Didik Treatment Class dengan Control Class Dalam Indikator Minat Belajar
Dari grafik 4.1.1 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan minat belajar peserta didik treatment class yang mendapat tambahan pembelajaran menggunakan twitter sebagai media pembelajaran di luar jam sekolah dengan peserta didik control class yang hanya menggunakan pembelajaran konvensional di kelas sangatlah berbeda. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam belajarnya, dilakukan evaluasi tertulis yang terdiri dari 15 soal. Tes ini dilakukan setelah seluruh materi diberikan oleh guru. Hasil evaluasi peserta didik yang telah diperoleh dari peserta didik treatment class maupun control class diperoleh hasil dengan nilai tertinggi 100 untuk peserta didik treatment class dan 97 untuk peserta didik control class. Untuk nilai terendah dari kedua kelas tersebut adalah 50 untuk peserta didik treatment class dan nilai 29 dari peserta didik control class. Rata-rata kelas dari setiap kelasnya diperoleh hasil 79.13 untuk treatment class, sedangkan untuk control class, rata-rata kelasnya adalah 63.88. Dari data evaluasi peserta didik tersebut, akan diuji untuk mengetahui nilai perbedaan yang signifikan antara peserta didik treatment class dengan peserta didik control class. Pengujian ini akan dilakukan dengan pengujian Independent-Samples t test pada aplikasi SPSS. Terdapat 2 hipotesis yang akan diuji dalam pengujian ini. Hipotesis pertama dalam tabel Levene's Test untuk uji homogenitas menyebutkan : Ho = Kedua kelas memiliki varian yang sama. Ha = Kedua kelas tidak memiliki varian yang sama. Hipotesis kedua dalam tabel t-test for Equality of Means digunakan untuk menguji apakah kedua kelas memiliki rata-rata yang sama menyebutkan : Ho = Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha = Hasil belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik control class.
15
Dari hasil pengujian dapat dijelaskan bahwa jumlah data yang diteliti adalah 24 peserta didik. Kelas 1 adalah treatment class, sedangkan kelas 2 adalah control class. Rata-rata dari kelas 1 adalah 79.13 sedangkan kelas 2 adalah 63.88. Dari data tersebut tampak bahwa F= 0.041 dengan nilai p=0.841. Karena nilai p > dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima karena kedua kelas tidak memiliki perbedaan varians nilai antara peserta didik kelas 1 dengan kelas 2. Dengan kata lain dikatakan bahwa nilai kelas 1 dengan nilai kelas 2 adalah homogen. Dalam tabel t-test for Equality of Means digunakan untuk menguji apakah kedua kelas memiliki rata-rata yang sama. Hipotesis yang diketahui adalah Ho : Hasil belajar peserta didik treatment class sama dengan peserta didik control class. Ha : Hasil belajar peserta didik treatment class lebih besar dari peserta didik control class. Tabel 4.2 : Tabel Kriteria Pengujian t-test for Equality of Means
Output Berdasar t-hitung & t-tabel a. t hitung > t tabel b. t hitung < t tabel Berdasar probabilitas a. p value < 0.05 b. p value > 0.05
Penjelasan Ho ditolak Ho diterima Ho ditolak Ho diterima
Dari tabel 4.2 diperoleh bahwa nilai t hitung (2.990) lebih besar dari nilai t tabel (2.013) dengan p value (0.004 < 0.05). Jadi jika t hitung > t tabel dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak sedangkan Ha diterima. Untuk probabilitasnya, dapat diketahui bahwa nilai Sig (2-tailed) sebesar 0.004 lebih kecil dari 0.05. Jadi dari dua perhitungan diatas hasil akhir yang diperoleh adalah ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai evaluasi tertulis treatment class dengan rata-rata evaluasi tertulis control class. Setelah proses pembelajaran dilakukan, peserta didik treatment class diwajibkan untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan. Kuesioner berguna untuk mengetahui respon peserta didik terhadap pemafaatan twitter dalam pembelajaran serta manfaat yang diperoleh oleh peserta didik. Berikut tabel indikator dan prosentasenya. Tabel 4.3 Cakupan Pertanyaan Dalam Kuesioner
Aspek Afektif Kognitif
Indikator Berkaitan dengan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Soal no : 7,8,14,16 Berkaitan dengan pemahaman peserta didik mengenai materi yang diajarkan guru. Soal no : 6,9,10,11,12
16
Tabel 4.3.1 Hasil Kuesioner
Pernyataan Afektif 1. Setelah menggunakan twitter saya dapat menyimak pelajaran dengan baik 2. Setelah menggunakan twitter saya berani bertanya maupun menyampaikan gagasan saya saat pembelajaran sosiologi tanpa ada dorongan dari guru 3. Pembelajaran menggunakan twitter membuat minat saya bertambah dalam mengikuti pelajaran Sosiologi 4. Setelah pembelajaran menggunakan twitter antusias belajar saya terhadap mata pelajaran sosiologi meningkat. Kognitif 1. Setelah menggunakan twitter saya memperoleh pemahaman baru mengenai hal-hal yang ada disekitar saya 2. Setelah menggunakan twitter saya mampu mengutarakan pendapat saya saat pembelajaran sosiologi tanpa ada dorongan dari guru 3. Setelah menggunakan twitter saya mampu menjelaskan kembali mengenai materi yang telah dipelajari 4. Pembelajaran Sosiologi menggunakan twitter membantu saya dalam berfikir praktis dan tepat sasaran Pembelajaran Sosiologi 5. menggunakan twitter membantu saya dalam melatih analisa saya terhadap materi pelajaran sosiologi
Prosentase % Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
54.17
37.5
8.33
50
12.5
37.5
62.5
25
12.5
58.33
41.67
0
58.33
29.17
12.5
62.5
12.5
25
54.17
25
20.83
50
33.33
16.67
62.5
25
12.5
Dari tabel 4.3.1, menjelaskan bahwa pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran berdampak positif terhadap proses belajar peserta didik. Dari aspek afektif menunjukan 54.17% peserta didik sangat setuju twitter mampu membantu mereka untuk menyimak pelajaran dengan baik. 50% peserta didik berani untuk 17
bertanya, 62.5% perserta didik merasa bahwa minat belajar mereka bertambah setelah pemanfaatan twitter. 58.33% peserta didik merasakan antusias belajar mereka bertambah. Dari aspek kognitif diperoleh hasil bahwa 58.33% peserta didik memperoleh pemahaman baru setelah pemanfaatan twitter. 62.5% peserta didik mampu berpendapat, 54.17% peserta didik mampu menjelaskan kembali materi yang dijelaskan oleh guru setelah memanfaatkan media belajar ini. 50% peserta didik merasa bahwa pembelajaran ini membantu mereka untuk berpikir praktis dan tepat sasaran. 62.5% peserta didik merasa bahwa pembelajaran ini membantu mereka dalam melatih analisa mereka terhadap suatu materi. Selain data diatas, dilakukan wawancara terhadap guru dan peserta didik mengenai hasil yang diperoleh setelah pembelajaran menggunakan twitter. Dari hasil wawancara dengan peserta didik diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan twitter dapat membantu peserta didik untuk berani memberikan pendapat pribadi dan dari materi yang diberikan di twitter peserta didik dapat memahami serta mengalisa hal-hal baru yang sekiranya belum peserta didik ketahui. Dengan adanya batasan karakter penulisan dalam twitter, secara tidak langsung dapat melatih peserta didik untuk berpikir praktis, dan tepat sasaran. Selain itu dengan adanya pembelajaran melalui twitter, peserta didik menjadi lebih siap dan secara tidak langsung minat belajar peserta didik menjadi bertambah. Pembelajaran dengan model ini menyenangkan, secara tidak langsung mengajak peserta didik untuk belajar. Selain wawancara dengan peserta didik, wawancara juga dilakukan terhadap guru mata pelajaran sosiologi. Menurut guru, penggunaan twitter untuk media pembelajaran di luar sekolah sangat bagus, media ini secara tidak langsung dapat membantu peserta didik dalam belajarnya. Mereka bisa bersantai sambil belajar dan ini merupakan terobosan baru yang pantas untuk dikembangkan. Hasil setelah penggunaan twitter terhadap proses pembelajaran dirasa sangat positif. Terdapat perubahan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dari yang awalnya pasif menjadi aktif. Mereka tidak ragu untuk mengeluarkan pendapat mereka. Mereka juga ikut aktif dalam pembelajaran, pemahaman mereka terhadap suatu pokok bahasan juga bertambah, contoh yang mereka berikan juga bervariatif. 5.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan pengujian dan analisis pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar peserta didik di SMA Virgo Fidelis dapat kita tarik kesimpulan bahwa (1) Pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran dapat membantu hasil belajar peserta didik treatment class lebih baik dari peserta didik control class. (2) Pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan aspek afektif, kognitif peserta didik. (3) Penggunaan twitter sebagai media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk berpikir praktis dan tepat sasaran. (4) Pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar peserta didik dalam mata pelajaran sosiologi untuk kompetensi dasar kelompok sosial dalam masyarakat 18
multikultural. (5) Pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam belajar di luar jam sekolah. Untuk saran dari pengujian ini (1) Pemanfaatan twitter sebagai media pembelajaran ini perlu dipertahankan karena dapat membantu peserta didik dalam belajarnya. (2) Perlu pengembangan yang lebih inovatif lagi dalam penyampaian materi ajar agar peserta didik dapat lebih kaya pemahaman mengenai materi ajar. 6. [1]
[2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]
Daftar Pustaka Kusuma Arief. 2010. Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengajaran di Indonesia. (http://www.esaunggul.ac.id/article/pemanfaatan-teknologiinformasi-dalam-proses-pengajaran-di-indonesia-2/) Diakses pada : 18 Januari 2014 Waloeyo,Yohan Jati. 2010. Twitter Best Sosial Networking. Yogyakarta: Penerbit Andi,ELCOM. Shin, J. K, 2006, Ten helpful ideas for teaching english to young learners, English Teaching Forum. 44(2), hal. 2-7. Rahayuningsih Sri. 2013. Potensi Pemanfaatan Facebook sebagai Media Pembelajaran Bagi Peserta didik Sekolah Menegah Atas. Skripsi.2013. Cathrine-Mette(Trine)Mork. Using Twitter in EFL Education.The JALT CALL Journal-Vol.5, No.3.2009. Hal 41-56 Widodo, Chomsin S. Jasmadi STP. 2008, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Usman, Uzer. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fakhurroja, Hanif. S.Si dan Munandar, Aris. S.Si. Cetakan I, 2009. Twitter Ngoceh Dapet Duit. Yogyakarta: Great Publisher.
19