1. IDENTIFIKASI POTENSI LOKASI EKOWISATA
Ulasan singkat Ekowisata sebagai bagian dari konsep pengembangan pariwisata telah mengalami kemajuan dengan semakin banyaknya peminat jenis wisata yang berbasis pada kelestarian lingkungan, sehingga dalam pengembangan destinasi wisata alam didapatkan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara manusia sebagai mahluk yang menikmati alam dalam kegiatannya dengan alam yang terlestarikan secara baik. Kriteria ekowisata meliputi tiga hal, yaitu (1) keberlangsungan alam atau ekologi, (2) memberikan manfaat ekonomi, dan (3) secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Minat pengunjung terhadap suatu daerah tujuan wisata dapat ditingkatkan melalui pengembangan objek wisata yang ada dilokasi tersebut. Objek wisata dapat berupa (1) Natural tourist resources yangberasal dari alam dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas pada tempat-tempat tertentu harus dibayar untuk masuk seperti cagar alam, kebun raya. (2) Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari seperti monument bersejarah, perayaan tradisional. Disamping itu perlu juga identifikasi dimensi wisata meliputi atraksi, fasilitas, transportasi dan keramahtamahan. Atraksi terbagi atas 3 yakni atraksi alam,budaya dan buatan. daya tarik wisata alam dengan memperhatikan kelestarian alam. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan alam, atraksi alam, dan atraksi budaya.Untuk itu perlu diadakan proses identifikasi potensi lokasi ekowisata yang harus dilakukan oleh pengelola kawasan ekowisata. Identifikasi potensi lokasi ekowisata meliputi beberapa aspek, yaitu kadar hubungan/aksesibilitas, pengelolaan dan pelayanan, akomodasi, sarana dan prasarana penunjang; atraksi dan kegiatan ekowisata, kondisi perkembangan jumlah pengunjung. Mengidentifikasi dan memetakan potensi wisata alam lokasi ekowisata dapat menggunakan Sistem Informasi Geografi (GIS). Potensi alam dapat dikembangkan untuk menambah minat pengunjung. Kegiatan penjelajahan hutan (trekking) merupakan salah satu pemanfaatan potensi alam yang ditawarkan pengelola lokasi ekowisata kepada pengunjung.
1
Tujuan Tujuan survey atau identifikasi adalah untuk menyediakan informasi awal guna mengembangkan kawasan objek ekowisata yang berazaskan kepada konservasi lingkungan, mengikutsertakan masyarakat dalam penentuan lokasi-lokasi yang layak untuk dikelola dan dikembangkan sebagai objek wisata, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Pemda setempat dan pendapatan masyarakat dari kegiatan pariwisata serta menjadikan lokasi ekowisata sebagai media pengenalan dan konservasi lingkungan bagi masyarakat sekitar, wisatawan nusantara dan manca negara.
Penanggung jawab Sebagai pihak yang turut bertanggung jawab dalam kegiatan identifikasi potensi lokasi ekowisata adalah pengelola kawasan ekowisata sendiri dan seluruh pemangku kepentingan di sekitar kawasan ekowisata, termasuk pemerintah daerah.
Prosedur Dalam melakukan kegiatan identifikasi potensi lokasi kawasan ekowisata ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan gagasan atau ide, meliputi: a. Identifikasi perkembangan kunjungan wisatawan b. Evaluasi dampak perkembangan terhadap eksistensi objek wisata, perekonomian lokal, dan nasional c. Identifikasi atraksi yang tersedia dan dapat dikembangkan d. Identifikasi keterlibatan berbagai pemangku kepentingan di dalam pengelolaan ekowisata e. Identifikasi segmen pasar potensial dengan karakteristik kebutuhannya f. Identifikasi pengembangan investasi proyek ekowisata 2. Lakukan studi kelayakan a. Mengevaluasi kondisi nyata suatu produk atau layanan b. Mengevaluasi peluang pengembangan produk dan jasa c. Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru d. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek
2
e. Studi kelayakan diarahkan untuk pertimbangan:
Tujuan dan kepentingan
Kelayakan
Daya dukung
Keuntungan
3. Lakukan evaluasi dengan metode analisis SWOT (strong, weakness, opportunity, threat) dan tentukan unsur serta variabel kajiannya, sebagai berikut: A LA LD PA D PD U M IPPEOK D U V natotoaekaasunerfrou rsyseatftoegm k srrkrkm kaiu uiaapueaarhuoam raksksabsraa,r,otntn siim g bsisikasahm ei,i,hinjkabivsea l labgaaesuian ajbjinikssikts leuenluaaeuaipr andnglitlsws ei m iaikit,,uipdtli sysuna asaaaeal ,a,ngsatiandnrk gkkiatdvkub jjauspnauekae uunee areiw r m m gs pntltib llya,pa,oe,sa aaanes rm ag hhnm rapibhta ,,gfujreaauai ita,m lgb m m psul a,aus
3
uuoi,am pane tttknaapngk uue,fasruat ,,nrnaabno see,lnl r m m ikka,ik, aaaouthke ssl ei aars aaonplksji llgseauiak aaii ir,,a hhs,kna p ,, e skk dogieep ddani ,hm u aanga uib yykt dm tl aadoa aari asnnsak tty aa, aaa inn rr n,,d iid f a kku oitn k rne u m sam n aema g snws itoy ira yfkr a, a
4
npk gm ea ent odg tiel eam o nbk tpaa irnl kog, m a ont se ir h a d a p
p e n g e m b a n g a n
5
e k o w i s a t a .
Itulah beberapa langkah prosedur yang dilakukan dalam proses identifikasi potensi lokasi dari sebuah kawasan ekowisata.
Referensi Damanik & Weber. 2006. HAKIM, Mohammad Nur Rahman. 2011 PWK SAPPK-ITB. Iskandar Sembiring dkk. 2004; Survei Potensi Ekowisata di Kabupaten Dairi. USU Digital Library. Puspar UGM, 2004.
6
2. PENENTUAN TUJUAN EKOWISATA
Ulasan Singkat Kegiatan ekowisata yang dilakukan dengan tujuan meminimalkan dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan memberikan pengalaman positif kepada pengunjung maupun penerima dan memberikan manfaat dan keberdayaan masyarakat lokal. Turis domestik maupun mancanegara sebagai pengunjung dalam kegiatan ekowisata. Baik kalangan peneliti, pemerhati lingkungan, siswa sekolah maupun kalangan umum yang ingin menikmati obyek wisata yang telah disediakan. Batasan ekowisata merupakan bentuk dan kegiatan wisata yang bertumpu pada lingkungan dan bermafaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumber daya alam dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Lima aspek utama untuk berkembangnya ekowisata adalah : (1) adanya keaslian lingkungan alam dan budaya (2) keberadaan daya dukung masyarakat (3) pendidikan dan pengalaman (4) berkelanjutan dan (5) kemampuan manajemen dalam pengelolaan ekowisata (Choy, 1997).
Tujuan a. Menciptakan ekowisata berkelanjutan berbasis lingkungan. b. Mewujudkan penyelenggaraan wisata yang bertanggung jawab, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam yang telah ada. c. Menjaga kelestarian lingkungan.
Penanggung jawab Pihak yang berwenang dalam tahapan ini adalah staf ahli. Jabatan penanggung jawab dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan kegiatan ekowisata sesuai dengan prinsip berkelanjutan dan etika bisnis nasional dan internasional serta memiliki kreativitas dan inovasi dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Prosedur
7
Konsep ekowisata yang selama ini diterapkan di Indonesia pada umumnya langsung diambil dari konsep-konsep yang sudah berhasil di luar negeri tanpa ditelaah terlebih dahulu, apakah konsep tersebut sesuai atau tidak dengan kondisi alam dan budaya Indonesia. Konsep tersebut diantaranya : sudut pandang pengembangan konsep ekowisata, peran pemerintah, badan pengelola daerah ekowisata dan paket ekowisata yang diplih. Sedangkan tahap-tahap pekerjaan yang harus dipenuhi dalam penentuan tujuan ekowisata adalah : 1. Analisa potensi lahan Melakukan analisa dengan menggunakan data-data sekunder yang berkenaan dengan potensi lahan serta hal-hal yang berkenaan dengan program.
2. Melakukan musyawarah dengan aparatur pemerintah desa setempat Melakukan diskusi terbuka dengan tokoh masyarakat mengenai program sebagai usaha mencari tanggapan dan dukungan masyarakat terhadap program yang akan dilaksanakan yang selanjutnya dilakukan musyawarah dengan aparatur pemerintah desa setempat.
3. Suvey dan identifikasi lahan Survey dilakukan setelah mendapatkan kesepakatan dari hasil musyawarah dengan aparatur pemerintah desa guna mengidentifikasi potensi lahan yang akan digunakan sebagai lokasi pelaksanaan program.
Referensi Choy, 1997. Perencanaan Ekowisata. Belajar dari Pengalaman di South East Queesland. Proceedings on The Planning and Workshop of Planning Sustainable Tourism. Penerbit ITB Bandung.
8
3. PENENTUAN STRATEGI EKOWISATA
Ulasan Singkat Penentuan Strategi didasarkan pada target dan segmentasi yang ada, dalam hal ini di bidang ekowisata yang merupakan suatu konsep pariwisata yang didukung oleh adanya kesadaran dalam memperhatikan lingkungan sekitar. Sebelum menentukan Strategi diperlukan analisis SWOT dimana dengan memakai analisis ini dapat diketahui Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dari kegiatan Ekowisata yang akan dikelola.
Tujuan Untuk menentukan langkah-langkah yang tepat didalam berjalannya suatu ekowisata yang diinginkan sesuai dengan segmentasi, target dan positioning masyarakat.
Penanggungjawab: 1. Manajer 2. Marketing
Prosedur A. Menentukan jasa pelayanan sebagai produk ekowisata Secara umum produk jasa pelayanan berbeda dengan produk manufaktur, sebab jasa pelayanan terdiri dari tindakan dan interaksi yang merupakan kontak sosial secara langsung antara produsen dan konsumen. Sedangkan produk manufaktur tidak terdapat kontak langsung dan bukan merupakan kontak sosial, Schroeder (2007). Pendit, (1999) menyampaikan produk wisata adalah segala bentuk pelayanan yang disajikan bagi kebutuhan wisatawan, berupa benda-benda pariwisata yang bersifat material maupun non-material.
B. Pengguna dan penyedia Jasa Layanan Ekowisata
9
Avenzora (2003) mendefinisikan sebagai: “suatu ruang tertentu dengan batas-batas tertentu yang mengandung elemen-elemen ruang tertentu yang dapat : (1) menarik minat orang untuk berekreasi, (2) menampung kegiatan rekreasi, dan (3) memberikan kepuasan orang berekreasi”. Dari sudut pandang psikologis, Ahola (dalam Fennell, 2002) memberikan pandangan, alasan kebutuhan wisatawan untuk bepergian yaitu: (i) untuk mencari pemuasan batin (kebanggaan), dan (ii) melarikan diri dari rutinitas keseharian (penghindaran). Pilihan-pilihan tersebut bahkan sudah terpola kedalam bentuk-bentuk karakter keinginan wisatawan (demand typology), seperti yang disampaikan Avenzora (2008), sebagai berikut: 1. Venture-someness : adalah wisatawan ingin mencari dan menggali, untuk cenderung menjadi pengunjung pertama pada tujuan wisata. 2. Peleasure-seeking: adalah wisatawan ingin mendapatkan kenyamanan dalam segala hal selama perjalanan, baik transportasi perjalanan, jasa hotel maupun wisata hiburan 3. Impassivity: adalah wisatawan yang cepat dalam pengambilan keputusan dengan tanpa perencanaan 4. Self-confidence: adalah wisatawan yang memiliki percaya diri untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Hal ini tercermin ketika menentukan kegiatan wisata ditempat tujuan akan selalu berbeda. 5. Planfulness: adalah wisatawan yang melakukan perencanaan perjalanan lebih awal, dengan mempertimbangkan program-program wisata sebelumnya. 6. Masculinity: adalah wisatawan yang selalu berorientasi pada aksi perjalanan yang penuh tantangan 7. Intelektualisme: adalah wisatawan yang memilih tujuan wisata sejarah dan budaya, meskipun harus membayar mahal. 8. People orientation: adalah wisatawan yang berorientasi pada menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang mereka kunjungi. Berdasarkan tipologi diatas maka dapat ditarik beberapa kesamaan karakter wisatawan sebagai berikut: a. Keinginan untuk mendapatkan kepuasan menjadi sesuatu yang prioritas. b. Keinginan untuk mendapatkan kenyamanan selama perjalanan menuju destinasi sampai kembali pulang
10
c. Keinginan untuk mendapatkan pengalaman yang berarti dalam hidup.
11
C. Manajemen Pelayanan Jasa Ekowisata Mewujudkan keterkaitan antara permintaan recreation dengan resources and supply dalam konteks jasa pelayanan ekowisata, maka mutlak dirumuskan terlebih dahulu sebuah rancangan proses produksi, dengan mempertimbangkan empat elemen produksi jasa, Schoroeder (2007), yaitu: Wisatawan, Manusia/operator, strategi dan system.
Referensi Bayualfian66. Perencanaan Ekowisata yang Berkelanjutan, (http://bayualfian66degagajago.blogspot.com , diakses 17 Juni 2011)
12
4. PENYUSUNAN ZONASI DAN ATURAN EKOWISATA
Ulasan singkat Zonasi kawasan merupakan salah satu aspek manajemen kawasan ekowisata yang berhubungan dengan tata guna lahan. Daya dukung lahan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan daerah tujuan wisata. Menurut Hakim (2004) dalam kaitannya dengan pembangunan sektor wisata, isu daya dukung lingkungan harus dimasukkan dalam isu-isu tata guna lahan. Penerapan sistem zonasi merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk memenuhi daya dukung. Keuntungan penerapan sistem zonasi adalah mereduksi konflik-konflik yang timbul di antara kepentingan masyarakat,wisatawan dan kegiatan konservasi yang dilaksanakan. Aturan ekowisata ditetapkan berdasarkan prinsip ekowisata yaitu: meminimalkan dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman positif baik kepada turis (visitor) maupun penerima (host), memberikan manfaat dan keberdayaan masyarakat lokal. Tujuannya adalah untuk menjamin kelestarian lingkungan.Maksud dari menjamin kelestarian seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut : 1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan. 2. Melindungi keanekaragaman hayati. 3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.
Tujuan Tujuan penetapan zonasi kawasan adalah dalam rangka meminimalkan dampak negatif dari aktifitas pengunjung terhadap kawasan yang dilindungi serta mengurangi tekanan dan konsentrasi kunjungan hanya pada satu lokasi tertentu.
Penanggungjawab Pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan zonasi kawasan dan aturanaturannya adalah manajer yang dibantu staf ahli pengelola ekowisata.
13
Prosedur Berdasarkan unit manajemen leuser (2004) pertimbangan penetapan zonasi kawasan berkaitan dengan : 1. Status dan fungsi kawasan. 2. Kepekaan kawasan. 3. Peraturan yang terkait dengan kawasan pengembangan. 4. Akses ruang dan kesempatan berpartisipasi bagi masyarakat. 5. Keamanan dan kenyamanan pengunjung. 6. Optimalisasi potensi wisata yang tersedia. 7. Optimalisasi sarana pendukung wisata. 8. Pertimbangan efisiensi biaya.
Pendekatan zonasi kawasan ekowisata Penentuan zonasi fasilitas dibedakan menjadi zona inti, zona penyangga, zona pelayanan dan zona pengembangan. a. Zona Inti : tempat atraksi/daya tarik wisata utama ekowisata. b. Zona Antara (Buffer Zone): di zona ini kekuatan daya tarik ekowisata dipertahankan sebagai ciri-ciri dan karakteristik ekowisata yaitu mendasarkan lingkungan. Pembangunan dan pengembangan unsur-unsur teknologi lain yang akan merusak dan menurunkan daya dukung lingkungan dan tidak sepadan dengan ekowisata dihindari. c. Zona Pelayanan: di wilayah ini dapat dikembangkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan pengunjung yang sepadan dengan kebutuhan ekowisata. d. Zona Pengembangan: areal dimana berfungsi sebagai lokasi budidaya dan penelitian pengembangan ekowisata.
Referensi : Kurnianto, I. R. 2008. Pengembangan ekowisata di Kawasan Waduk Cacaban, Kab. Tegal. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan. Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.Semarang. Hakim
(2004)
dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29775/3/Chapter%20II.pdf
14
UNEP (1980) ? unit
manajemen
leuser
(2004)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29 775/3/Chapter%20II.pdf
15
5. PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR, AKOMODASI DAN FASILITAS PENDUKUNG
Ulasan Singkat Infrastruktur merupakan salah satu unsur penunjang yang cukup penting untuk pengembangan kawasan wisata alam menjadi ekowisata. Ekowista mengacu pada pemanfaatan lingkungan alam untuk tujuan wisata. Infrastrukur yang diperlukan untuk pengembangan ekowisata dapat dikelompokan menjadi dua tipe, yaitu infrastruktur keras (hard infrastucture) yang meliputi pembuatan akses jalan masuk, saluran listrik dan air, gedung informasi, pos keamanan, fasilitas penginapan, dan warung makan serta cafe, sedangkan infrastruktur ringan (soft infrastructure) terdiri dari media informasi (brosur, papan informasi, dan petunjuk jalan), dan media komunikasi (tersedianya sinyal telekomunikasi dan jaringan internet) Di samping pembangunan infrastruktur penunjang, pengembangan ekowisata tidak bisa lepas dari pengurusan ijin (legalitas) dari pihak yang berwenang. Ada beberapa tipe pengurusan ijin yang harus dilakukan, diantaranya: a. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan Cagar Alam, Cagar Biosfer dan Hutan Alam dilakukan dengan BKSDA setempat, b. Pengembangan ekowisata yang berada pada kawasan Hutan Lindung dilakukan dengan Dinas Kehutanan Provinsi setempat. Selain pembangunan infrastruktur dan pengurusan ijin, masih ada unsur penunjang yang cukup penting yaitu fasilitas keamanan. Seperti yang sudah dituliskan pada paragraf sebelumnya, bahwa fasilitas keamanan dalam hal pembangunan pos keamanan sudah termasuk pembangunan infrastuktur keras, tetapi fasilitas keamanan tidak hanya meliputi pos keamanan tetapi juga tenaga keamanan, di mana tenaga keamanan merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang dan menjamin rasa aman bagi pengunjung. Penyediaan infrastuktur, akomodasi dan fasilitas lainnya di kawasan ekowisata diharapkan tidak melupakan unsur kelestarian lingkungan, dimana pengelola ekowista tidak boleh serta merta mengedepannya keuntungan ekonomi daripada keberlanjutan fungsi lingkungan, karena konsep ekowisata sangat erat kaitannya dengan lingkungan,
16
apabila kondisi lingkungan sudah tidak terjaga dan hilang nilai potensinya, maka konsep ekowisata berkenajutan yang ingin dibuat sudah tidak mungkin lagi untuk diterapkan.
Tujuan Adapun tujuan tahap penyediaan infrastuktur, akomodasi dan fasilitas pendukung, antara lain: a. Memberikan gambaran kepada masyarakat baik pengelola maupun pengguna ekowista akan pentingnya pembangunan infrastruktur, akomodasi dan fasilitas keamanan. b. Memberikan informasi khusunya kepada calon pengelola ekowisata mengenai tahapan pengurusan ijin penggunaan kawasan alam menjadi ekowisata.
Penanggung jawab Pihak yang bertanggung jawab untuk tahap penyediaan infrastuktur, akomodasi dan fasilitas pendukung adalah pengelola ekowisata, dalam hal ini manajer perencana dan pengelolaan fasilitas dari perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata.
Prosedur Berikut petunjuk teknis yang perlu dipersiapkan untuk tahap penyediaan infrstruktur, akomodasi, dan fasilitas keamanan, antara lain sebagai berikut: a. Lakukan pengurusan ijin (legalitas) penggunaan kawasan alam menjadi ekowisata, baik di Kementerian Kehutanan dalam hal ini BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) setempat maupun Pemerintah Provinsi yang diwakili Dinas Kehutanan Provinsi setempat. b. Pembangunan infrastruktur keras (hard infrastucture) yang meliputi pembuatan akses jalan masuk, saluran listrik dan air, gedung informasi, pos keamanan, fasilitas penginapan, warung makan atau cafe, dan infrastruktur ringan (soft infrastructure) terdiri dari media informasi (brosur, papan informasi, dan petunjuk jalan), dan media komunikasi (tersedianya sinyal telekomunikasi dan jaringan internet). c. Penyediaan tenaga keamanan untuk menjamin rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.
17
Referensi Black, R.S. 1999. Ecotour Guide: Performing a Vital Role in the Ecotourism Experience. Paper Presented at the World Ecotourism Conference. Kota Kinabalu Malaysia. Eplerwood, M. 1999. Ecotourism, Sustainable Development and Cultural Survival: Protecting Indigenous Culture and Land through Ecotourism. Cultural Survival Quaterly 23. Fandelli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. The International Ecotourism Society. 1990. Global Ecotourism Fact Sheet. the International Ecotourism Society. Washington DC. USA. The International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 1980. World Conservation Strategy: Living Resource Conservation for Sustainable Development. UNEP-UNEP-WWF.
18
6. STRATEGI PEMASARAN EKOWISATA
Ulasan singkat Posisi pemerintah pada saat mempromosikan ekowisata adalah sebagai penantang negara tujuan pariwisata lainnya (dalam hal ini terutama yang berada di Asia Tenggara dan sekitarnya). Oleh karena itu hal yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah mengadakan promosi secara gencar dengan cakupan wilayah yang luas dan merata berdasarkan hasil analisis yang mendalam. Yang kedua, pemerintah harus mampu membentuk
segmentasi
pasar.
Maksudnya
adalah
pemerintah
harus
dapat
memanfaatkan karakteristik objek wisata yang unik untuk berbagai kalangan masyarakat, karena dengan besarnya tingkat pluralitas maka akan ada suatu keinginan yang belum terpuaskan oleh jasa pariwisata sebelumnya. Hal yang perlu diingat adalah pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata harus siap menanggung resiko, karena pemasaran objek wisata membutuhkan waktu untuk menjadikannya ”laku” di masyarakat. Oleh karena itu hasil keuntungan yang didapat pertama kali mungkin tidak akan maksimal, namun diharapkan pendapatan dari sektor ini akan terus bergerak ke arah yang positif (mengalami kenaikan). a. Observasi Ekowisata Program ekowisata dibuat sesuai dengan kemampuan yang ada, selanjutnya dibuat perencanaan. Proses perencanaan; membangun sebuah ekowisata di sebuah kawasan tak bisa lepas dari pentingnya memperhitungkan masalah partisipasi dan distribusi keuntungan. Karena itu, sejak masa perencanaan, para pengelola sudah menentukan siapa “masyarakat” yang dimaksud, siapa yang berpartisipasi, siapa yang akan mengambil keputusan, bagaimana keuntungan akan diperoleh, seberapa besar investasi uang yang diperlukan, dan dari mana dana akan diperoleh. Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah adalah observasi pariwisata yang terdiri dari 3 macam tahap yaitu menentukan segmentasi ekowisata, menentukan target ekowisata, dan positioning objek ekowisata di daerah wisata. Yang pertama adalah segmentasi ekowisata, maksudnya adalah pemerintah harus bisa menentukan kepada siapa jasa pariwisata ini akan di promosikan, apakah ke wisatawan domestik atau wisatawan
19
mancanegara, masyarakat berpendapatan menengah ke atas atau menengah ke bawah. Dalam kasus ini ada 2 lapisan masyarakat secara general yaitu lapisan yang peduli pariwisata impian dan lapisan yang hanya mementingkan harga tanpa melihat atau mengabaikan kekurangan dari konsep pariwisata impian. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa menentukan akan ditujukan kepada kalangan seperti apakah objek wisata yang akan ditawarkan. Kemudian yang kedua adalah pemerintah harus menentukan target ekowisata dalam artian yang hampir sama dengan segmentasi ekowisata namun perbedaannya pada ”targeting”. Pemerintah menentukan target pariwisatanya apakah penduduk negara maju atau negara berkembang, atau kepada masyarakat perkotaan ataukah pedesaan. Jadi cakupan dari proses ”targeting” ini lebih spesifik. Hal selanjutnya yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah memposisikan objek ekowisatanya kepada daerah atau negara tujuan promosi. Pemerintah harus menentukan objek wisatanya ini adalah objek wisatanya yang berorientasi pada harga, keindahan alam atau pelayanan yang diberikan. Contohnya objek ekowisata yang berorientasi pada keindahan alam sebagai andalannya umumnya hanya mementingkan faktor ”bentuk” dari objek wisata yang dimaksud tetapi kurang memperhatikan pelayanan sehingga mudah dilupakan (wisatawan hanya akan berkunjung satu kali saja) dan beralih ke daerah tujuan wisata lainnya pada saat kunjungan berikutnya. Objek wisata yang mementingkan harga pada umumnya memasang tarif dengan harga yang murah tetapi tidak memperhatikan pelayanan terutama objek wisata yang memang memiliki keindahan alam dan infrastruktur yang serba tanggung (dipaksakan menjadi objek wisata). Objek wisata yang mementingkan kualitas pelayanan umumnya memiliki kesan yang baik karena dengan pelayanan yang baik akan makin sempurna karena ditunjang dengan keindahan alam yang cukup baik dan fasilitas menunjang yang terdapat didalamnya. Kegunaan dari proses ”positioning” ini adalah untuk memudahkan si pemerintah untuk menentukan segmentasi dan target ekowisata. Sedangkan tujuan dari segmentasi ekowisata dan menentukan target ekowisata adalah agar si pemerintah dapat lebih efektif dalam mempromosikan tempat, produk & jasa wisata sehingga bisa meminimalisir investasi dan risiko. Hal yang perlu digarisbawahi disini adalah sungguh tidak mungkin apabila pemerintah dan pelaku bisnis pariwisata harus mempromosikan berbagai jenis pariwisata untuk
20
semua kalangan, lagi pula objek wisata akan lebih mudah diterima di masyarakat karena pangsa pasarnya lebih terspesifikasi.
b. Strategi Pemasaran Ekowisata Strategi pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi pengelola ekowisata dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya.” Sedangkan definisi Pemasaran menurut W. Y. Stanton “Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun potensial.” Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen. Yang akhirnya pemasaran memiliki tujuan yaitu : 1. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk dan jasa yang kita hasilkan. 2. Pengelola ekowisata dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi: penjelasan mengenai produk/jasa, desain produk/jasa, promosi produk/jasa, pengiklanan produk/jasa, komunikasi kepada konsumen, sampai pengiriman produk/jasa agar sampai ke tangan konsumen secara cepat. 3. Pengelola ekowisata perlu mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk/jasanya cocok dengan selera konsumen. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan untuk memasarkan ekowisata: Dari sudut pandang pengelola: 1. Tempat yang strategis (place) Tempat memasarkan ekowisata adalah satu hal penting dan harus dipikirkan secara hati-hati oleh pemerintah. Dalam hal ini, berdasarkan hasil analisis, hendaknya pemerintah memasarkan objek ekowisata di tempat yang subur untuk ’menggaet’ wisatawan. Karena tempat tujuan promosi yang strategis akan mempermudah proses promosi serta mempengaruhi minat berkunjung wisatawan. 2. Produk yang bermutu (product)
21
Pemasaran merupakan kunci dalam mendorong kegiatan ekowisata. Sebelum memasarkan suatu obyek wisata perlu dipersiapkan: Obyek yang indah, unik, menarik yang dilengkapi dengan informasi menarik seperti papan interpretasi, rambu penunjuk jalan ke lokasi, dll. 3. Harga yang kompetitif (price) Harga menjadi salah satu indikator keberhasilan pemasaran ekowisata. Dalam hal penentuan harga terhadap segala sesuatu di tempat objek wisata yang dipasarkan sangatlah penting. Sebaiknya harga dengan kualitas ekowisata yang dipasarkan harus seimbang. 4. Promosi yang gencar (promotion) Promosi adalah bagian dari rangkaian kegiatan pemasaran. Promosi digunakan untuk mendukung berbagai strategi pemasaran lainnya (strategi produk, strategi penentuan harga, dan strategi distribusi). Promosi akan mempercepat penyampaian strategi pemasaran kepada konsumen. Tanpa promosi maka strategi ini akan sulit untuk sampai kepada konsumen. Bauran Promosi (Promotion Mix) merupakan metode promosi yang dapat diterapkan oleh pengelola ekowisata untuk meningkatkan penerimaan produk dan jasanya. Menurut Kotler (2005: 264-312), bauran promosi terdiri dari lima perangkat utama yaitu: 1. Advertising (iklan): merupakan semua penyajian non personal, promosi ide-ide, promosi produk atau jasa yang dilakukan sponsor tertentu yang dibayar. Iklan ekowisata dapat dilakukan melalui media cetak (surat kabar, majalah dll) dan media elektronik (televisi, radio, internet, dll). Iklan merupakan promosi satu arah tanpa melibatkan konsumen didalamnya sehingga bentuknya hanya bersifat pemberian informasi saja. 2. Sales Promotion: berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. 3. Public Relations (Hubungan Masyarakat) dan Publisitas: program untuk mempromosikan
dan/atau
melindungi
citera
perusahaan
atau
produk
individualnya. Promosi dengan cara ini dapat dilakukan dengan menulis press release dan features (berita khas) mengenai objek ekowisata ke media massa,
22
menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar objek ekowisata dan target potensial melalui kegiatan sosial dan lain sebagainya. 4. Personal Selling: Interaksi langsung dengan calon pembeli atau lebih untuk melakukan suatu presentasi, menjawab langsung dan menerima pesanan. Personal Selling merupakan bentuk promosi 2 arah seperti membuat acara-acara interaktif misalnya dengan metode visit Indonesia year dimana bisa dibuat promosi gencar ke luar dan dalam negeri dengan membuat beberapa event pendukung yang menarik atau memilih duta-duta wisata seperti ajang Abang None untuk tingkat DKI Jakarta dan acara sejenis lainnya untuk masing-masing daerah dengan tujuan mempromosikan pariwisata. 5. Direct Marketing: penggunaan surat, telepon, faksimil, e-mail dan alat penghubung nonpersonal lain untuk berkomunikasi guna mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan. Promosi ekowisata adalah hal terpenting dalam memasarkan ekowisata, khusunya objek ekowisata baru. Hal yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah adalah membuat promosinya seatraktif mungkin, sebagai langkah awal bisa melalui promosi langsung dan promosi 1 arah (melaui iklan saja). Namun tentu saja pemerintah bebas memilih cara promosi apa yang akan digunakan berdasarkan hasil riset dan observasi sebelumnya.
c. Bentuk Media Promosi yang akan Digunakan Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan, web site, internet atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek ekowisata dengan Biro Perjalanan (ASITA= Association of Indonesian Tour and Travel Agency), Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metoda promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek Ekowisata adalah metoda "tasting", yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
23
24
7. ANALISIS BIAYA
Ulasan Singkat Analisis biaya merupakan tahapan yang penting dalam menentukan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan ekowisata. Di dalam suatu pembangunan secara menyeluruh, pembiayaan tidak hanya sebatas pada biaya konstruksi fisik saja melainkan pembiayaan secara komprehensif meliputi pekerjaan eksternal dan juga pekerjaan khusus.
Tujuan Tujuan analisis biaya adalah untuk mengendalikan biaya agar tidak melebihi rencana anggaran biaya, untuk menentukan keputusan strategi harga, untuk merencanakan laba, dan untuk menghitung laba/rugi usaha.
Penanggung jawab Pihak yang berwenang dalam mengelola tahapan ini adalah staf administrasi yang memiliki kompetensi di bidang akutansi keuangan.
Prosedur a) Komponen Biaya Menentukan komponen biaya terdiri dari: Biaya Persiapan Biaya persiapan merupakan biaya yang mencakup seluruh biaya yang digunakan dalam proses penyiapan dokumen pengembangan fasilitas yang meliputi biaya untuk perijinan dan studi-studi perencana yang dilaksanakan (Tabel 1). Biaya Pembangunan Infrastruktur Biaya pembangunan infrastruktur mencakup biaya fasilitas utama, fasilitas penunjang, landscape dan utilitas. Biaya Operasional dan Manajemen.
25
Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya Kawasan Ekowisata N U SV H JIBIF FIB oraoaui Ia a Ii atlrmamsmsmIa iugl y3 i2 i2 y am aaa lmlma neh i2 i2 mtmtmO SP K aH K e a2 a2 p etaer smsme gurss 2 2 r mP ma iagei U anala t2 e2 s t up a nb i a(ra mu o nR un a na n ph( jh a )am( aml ni mn2 si g (a s ( Rl a m pn l i )y n s aya ) al 1.) nP 1.ye W an i )g s 1. ua P rte ua n g g a Ai ni n ra 2.T Ap ar a ne n 2. a nK ha a 2. P n e Wt mi o bs r 26
aa nt P ga e u n n Kg aee nl l uo Ta l er a 3. mg G ba e 3.o J r kob ga Pg n ei g nn a gM h a a Ts nr u ak 4. Tc M a ku 4.n Cs aah h mo 3. F p l ai l s na 5. i gT l o i Gk tro ao s uS no J du 5.a Av lre aen na i r 6.P T eo mi al
27
ne ct 7.i P na gr ak ni r Berdasarkan
ketiga
komponen
biaya
(biaya
persiapan,
pembangunan
infrastruktur, dan biaya operasional) maka, total biaya investasi dalam mengelola kawasan ekowisata adalah secara langsung adalah Rp……Sedangkan modal
kerja
yang
dihitung
berdasarkan
biaya
operasional
eksisting
membutuhkan investasi sebesar Rp…….
28
Tabel 2. Biaya Manfaat Kawasan Ekowisata No Ju Pe ml nd ah ap Pe ata ng n_ unj Ju un ml g ah per (R Ta p)_ hu ___ n Se wa La ha n_ Se wa Ba ng un an _P ark ir_ Ikl an _Ti ket Ma su k_ Pe ngi na pa n_ __1 .__ ___ ___ __2 .__ ___ ___ __3 29
.__ ___ ___ __4 .__ ___ ___ __5 .__ ___ ___ _T
OT AL _ Tabel 3 Biaya Pengeluaran Kawasan Ekowisata T H P JP S22222T aoeueo00000O hnmm s11111T uogl ei23456A nreala
L
lhil P u(hi eaRas grpra a)as w nai an i( (F P Rar pso ) im lo is ti
30
a) s ( (R R p p) )
31
b) Analisis Kriteria Investasi Dalam analisis keputusan investasi, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan, yaitu:
Menaksir aliran kas dari investasi tersebut
Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang
Mengevaluasi investasi dengan kriteria investasi
Mengambil keputusan, apakah investasi diterima atau ditolak.
Analisis kriteria investasi merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek, kelayakan ekonomi yang berhubungan dengan return on investment, pemanfaatan investasi yang dilakukan, serta penilaian terhadap kelayakan ekonominya. Pembiayaan proyek membutuhkan suatu penilaian, dimana melalui evaluasi proyek dapat menentukan benefit netto suatu proyek. Jika suatu proyek menghasilkan benefit netto yang lebih besar daripada benefit netto marginal, pelaksanaannya dapat disetujui. Jika lebih kecil, pelaksanaannya harus ditolak. Adapun cara/ metode untuk mengetahui kriteria tersebut, digunakan analisis
finansial.
Analisis
finansial
merupakan
suatu
analisis
yang
membandingkan antara biaya manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek. Ada beberapa metode pada analisis finansial untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi yang digambarkan pada bagan di bawah ini:
32
Diagram 1 Analisis Kriteria Investasi Payback Period
Discounted Payback Period
Accounting Rate of Return Analisis Kriteria Investasi
Metode Analisis
Net Present Value (NPV)
Discounted Cash Flow (Internal rate of Return)
Profitability Index (PI)
Payback Period. Bagaimana mengukur seberapa lama investasi bisa kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investasi, semakin baik suatu investasi. Kelemahan metode ini adalah tidak memperhitungkan nilai waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback.
Discounted Payback Period merupakan aliran kas yang dipresent-valuekan sebelum
dihitung payback
periodnya. Kelemahannya
adalah tidak
memperhitungkan aliran kas di luar payback period.
Accounting Rate of Return
Net Present Value adalah present value aliran kas masuk dikurangi present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut: NPV > 0 usulan investasi diterima NPV < 0 usulan investasi ditolak
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value aliran kas masuk dan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut: IRR > tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi diterima IRR < tingkat keuntungan yang disyaratkan usulan investasi ditolak
33
Profitability Index (PI) adalah present value aliran kas masuk dibagi dengan present value aliran kas keluar. Keputusan investasi adalah sebagai berikut: PI < 1 usulan investasi diterima PI > 1 usulan investasi ditolak PI mempunyai manfaat lain, yaitu dalam situasi keterbatasan modal (capital rationing). Dalam situasi tersebut, PI digunakan untuk meranking usulan investasi.
Berdasarkan banyaknya metode yang ada dalam menganalisis kriteria investasi, maka metode yang digunakan untuk menentukan apakah proyek ekowisata feasible/go atau no go project adalah NPV. Teknik net present value (NPV) merupakan teknik yang didasarkan pada arus kas yang didiskontokan. Ini merupakan ukuran dari laba dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari suatu investasi dalam bentuk nilai sekarang. NPV dari suatu proyek ditentukan dengan menghitung nilai sekarang dari arus kas yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan
tingkat
keuntungan
yang
dikehendaki
dan
kemudian
menguranginya dengan pengeluaran kas neto awal. Net Present Value juga memiliki pengertian sebagai manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam penghitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu. NPV juga bisa diartikan sebagai nilai saat ini dari suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukan. Adapun rumus dan ketentuan pada NPV sebagai berikut
Keterangan: Bt
= benefit sosial bruto pada th t
Ct
= biaya sosial bruto pada th
n
= umur ekonomis proyek
i
= social opportunity cost of capital
34
Interpretasi hasil : NPV > 0 (positif) maka proyek layak/ go untuk dilaksanakan NPV < 0 (negatif) maka proyek tidak layak/ go untuk dilaksanakan
Tabel 4. Analisis Biaya NPV Kawasan Ekowisata No Ta Inv est hu asi n _Bi aya Op era si_ Be nef it_ Df 10 %_ ___ ___ 10 %_ Bi_ Ci_ _1. _20 12_ … … … …_ __1 _0_ … … …. __2 ._2 013 ___
35
___ __3 ._2 014 ___ ___ __4 ._2 015 ___ ___ __5 ._2 016 ___ ___ __ Tot al_ _ _
c) Sumber Pembiayaan Sumber pembiayaan pembangunan ekowisata sepenuhnya menggunakan sumber pembiayaan yang bersifat konvensional dan non konvensional. Dalam pelaksanaanya, tidak menutup kemungkinan sumber pembiayaaan ini masih belum bisa memenuhi kebutuhan biaya pembangunan tersebut, maka dari itu perlu adanya sumber pembiayaan lainya baik itu sumber pembiayaan konvensional maupun non-konvensional. Selain pembiayaan konvensional dan non konvensional dapat juga pembiayaan dan pengelolaan berasal dari masyarakat sekitar yang ikut langsung mendapat manfaat dari pembangunan ekowisata tersebut.
36
d) Strategi Pembiayaan Strategi pembiayaan pada pembangunan kawasan ekowisata ini merupakan strategi pembiayaan non konvensional yaitu berupa kemitraan pemerintah dan swasta. Pemerintah daerah sebagai pemilik kawasan ekowisata memberikan
kesempatan
pada
swasta
untuk
membiayai
sepenuhnya
pembangunan baik pada pembangunan fisik, penyediaan alat dan fasilitas serta modal kerja pada saat pelaksanaan. Pembiayaan yang cocok untuk dibangun dikawasan ekowisata yaitu Build, Operate and Transfer (BOT). BOT digunakan untuk melibatkan investasi swasta pada pembangunan konstruksi infrastruktur baru. Di bawah prinsip BOT, pendanaan pihak swasta akan digunakan untuk membangun dan mengoperasikan fasilitas atau system infrastruktur berdasarkan standar-standar performance yang disusun oleh pemerintah.
Referensi http://www.scribd.com/ https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:litJvhtCMVoJ:masud.lecture.ub.ac.id /files/2010/06/Analisis-Biaya.pdf
37
8. EDUKASI
Ulasan Singkat Edukasi memberikan pengetahuan kepada pengunjung tentang berbagai informasi mengenai komponen di dalam kawasan ekowisata yang didapatkan dari media informasi yang tersedia. Prinsip edukasi ekowisata mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya sehingga dapat memberikan kepuasan, pengalaman dan pengetahuan kepada pengunjung. Ekowisata memberikan banyak peluang untuk memperkenalkan kepada pengunjung tentang pentingnya perlindungan alam dan penghargaan terhadap kebudayaan lokal. Dalam pendekatan ekowisata, Pusat Informasi menjadi hal yang penting dan dapat juga dijadikan pusat kegiatan dengan tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman seorang pengunjung sehingga bisa memperoleh informasi yang lengkap tentang lokasi atau kawasan dari segi budaya, sejarah, alam, dan budaya. Kriteria edukasi ekowisata pada dasarnya mencakup empat unsur pokok sebagai berikut: a. Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan mengembangkan upaya konservasi alam. b. Kegiatan ekowisata selalu beriringan dengan aktivitas meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengubah perilaku masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. c. Edukasi tentang budaya setempat dan konservasi untuk para pengunjung menjadi bagian dari paket ekowisata. d. Mengembangkan skema di mana tamu secara sukarela terlibat dalam kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan ekowisata selama kunjungannya.
Tujuan Edukasi ekowisata bertujuan untuk mendidik semua orang, baik itu pengunjung, pengelola kawasan ekowisata sampai masyarakat yang ada di dalam dan sekitar kawasan ekowisata, untuk mengetahui dan menyadari arti pentingnya ekowisata,
38
konservasi alam dan lingkungan, sehingga bersedia untuk ikut turut serta menjaga, melindungi dan melestarikannya. Tidak hanya ikut melestarikan kawasan ekowisata tetapi juga timbul kesadaran untuk menjaga, melindungi dan melestarikan lingkungan sekitar.
Penanggung jawab Semua komponen turut bertanggung jawab terhadap edukasi ekowisata yaitu pengelola kawasan ekowisata dan masyarakat di sekitar kawasan ekowisata sendiri.
Prosedur Prosedur
pelaksanaan
edukasi
ekowisata
kepada
pengunjung
maupun
masyarakat, baik stakeholder di dalam maupun di luar kawasan ekowisata dapat dilakukan melalui pemberian informasi maupun berbagai pelatihan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian informasi secara langsung dapat dilakukan melalui pusat media informasi yang disediakan pengelola di kawasan ekowisata untuk pengunjung maupun masyarakat sekitar kawasan ekowisata. Untuk stakeholder di dalam kawasan ekowisata terutama pengelola kawasan ekowisata dapat dilakukan melalui berbagai pelatihan maupun sharing dengan pengelola kawasan ekowisata di tempat lain, sehingga bisa saling mengisi untuk meningkatkan pengetahuan akan pentingnya kesadaran untuk menjaga, melindungi dan melestarikan serta mengembangkan kawasan ekowisata maupun lingkungan sekitar.
Referensi Fandelli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Direktorat Produk Pariwisata. 2012. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia, Jakarta. Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata. 2012. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Republik Indonesia. Jakarta. WWF. 2009. WWF Indonesia. Jakarta.
39
9. PENENTUAN PROFIT SHARING DENGAN MASYARAKAT SEKITAR
Ulasan Singkat Profit sharing atau pembagian keuntungan merupakan hal yang penting dan krusial dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi, maka dari itu pembagian keuntungan harus dilakukan secara adil, bijak dan menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal pengelolaan kawasan ekowisata, ada dua hal yang menjadi pelaku dari kegiatan ekowisata yaitu pengelola ekowisata dan masyarakat sekitar. Hubungan yang harmonis dan sinergis diantara kedua pelaku ekowisata merupakan suatu keharusan untuk mengembangan konsep ekowisata yang berkelanjutan. Dimana kawasan ekowisata diharapkan dapat berperan multipliers yang berarti dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat dan sektor-sektor perekonomian lain disekitarnya. Merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi masyarakat, apabila disekitar tempat tinggal mereka terdapat kawasan ekowisata yang mampu menggerakkan sektor perekonomian setempat, dimana masyarakat bisa membuka toko, warung makan, tempat penjualan souvenir, pasar tradisional dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan keuntungan tidak langsung dari adanya kawasan ekowisata. Keuntungan langsung yang dapat diperoleh masyarakat diantaranya, menjadi staf atau karyawan di perusahaan atau instansi pengelola ekowisata, serta masyarakat dapat mengelola kantong-kantong parkir kendaraan bagi pengunjung. Selain itu pengelola ekowisata juga memberikan sumbangan tunai kepada masyarakat, santunan bencana, dan kontribusi pajak ke pemerintah daerah. Pengaturan keuntungan diantara pihak-pihak terkait, diantara pengelola ekowisata dan masyarakat sekitar serta pihak pemerintah daerah dapat dilakukan bersama untuk mendiskusikan berapa besaran yang dapat diterima dan tidak merugikan masing-masing pihak. Dibutuhkan saling pengertian dan menghargai dalam proses pembagian keuntungan tersebut Pemberdayaan masyarakat melalui perekrutan pegawai di perusahaan atau instansi pengelola ekowisata merupakan suatu langkah untuk memelihara hubungan yang harmonis diantara pengelola ekowisata dan masyarakat sekitar. Untuk menjaga kualitas pegawai, maka proses perekrutan disesuaikan dengan kemampuan dan beban
40
tugas yang sesuai. Diharapkan dengan adanya kawasan ekowisata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar yang tidak hanya berlangsung sementara tetapi bisa berjalan berkelanjutan dengan tetap menjunjung konsep ekowisata berkelanjutan.
Tujuan Adapun tujuan pembagian keuntungan dengan masyarakat sekitar, diantaranya sebagai berikut: a. Memberikan gambaran kepada masyarakat, bagaimana menjaga hubungan baik diantara pengelola kawasan ekowisata dengan masyarakat sekitar dalam hal pembagian keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung yang timbul dari adanya pengembangan kawasan menjadi ekowisata. b. Memberikan masukan bagi pengelola ekowisata untuk memberdayakan masyarakat sekitar untuk direkrut sebagai pegawai pada perusahaan atau instansi pengelola ekowisata.
Penanggung jawab Pihak yang bertanggung jawab adalah pengelola ekowisata, yaitu manajer hubungan kemasyarakatan dari perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata.
Prosedur Berikut petunjuk teknis yang perlu dipersiapkan untuk tahap penentuan pembagian keuntungan dengan masyarakat, antara lain sebagai berikut: a. Lakukan pertemuan diantara pihak-pihak terkait, diantara pengelola ekowisata, perwakilan masyarakat
sekitar dan perwakilan pemerintah daerah untuk
mendiskusikan berapa besaran yang dapat diterima dan tidak merugikan masingmasing pihak. b. Selain pembahasan tentang pembagian keuntungan, perlu juga dilakukan pembahasan tentang pemberdayaan masyarakat setempat sebagai pegawai perusahaan maupun instansi pengelola ekowisata. c. Setelah
dicapai
kesepakatan
bersama,
maka
diperlu
dilegalkan
dengan
penandatanganan nota kesepahaman diantara pihak pengelola ekowisata dengan masyarakat sekitar, dan pengelola ekowisata dengan pemerintah daerah.
41
d. Nota kesepahaman ditandatangani dengan durasi waktu yang telah disepakati bersama dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak. e. Proses perbaikan (revisi) nota kesepahaman dapat dilakukan dengan persetujuan masing-masing pihak terkait.
Referensi ?
42
10. MONITORING DAN EVALUASI
Ulasan Singkat Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektifitas program, pemantauan perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan dan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan. Evaluasi adalah investigasi efektifitas program, penilaian kontribusi program terhadap perubahan dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan program (rekomendasi) secara sistematis dengan menggunakan metode penelitian sosial. Evaluasi memerlukan desain studi/penelitian, membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding, melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu dan melibatkan studi/penelitian khusus.
Tujuan: Tujuan dari monitoring adalah untuk mengukur output yang dihasilkan/dicapai dan prosesnya. Sedangkan tujuan evaluasi untuk mengetahui dampak jangka panjang dan juga saat kegiatan berlangsung, menilai apakah kegiatan yang dijalankan sudah efektif dan efisien.
Penanggungjawab: Penanggung jawab kegiatan monitoring adalah manajer dan staf, sedangkan kegiatan evaluasi adalah manajer, staf, penyandang dana, klien, stakeholder ataupun organisasi lainnya.
43
Prosedur: Proses dasar dalam monitoring dan evaluasi ini meliputi tiga tahap yaitu: 1. Tahap Perencanaan: Perencanaan dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang akan dimonitor serta menggunakan indikator mana yang sesuai dengan tujuan program. Rincian tentang variabel yang dimonitor harus jelas dulu, pasti batasannya dan definisinya. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap ini untuk mengukur sejauh mana kegiatan ini berlangsung, melihat situasi sekitar yang mendukung dan yang tidak. Memantau kegiatan agar sesuai dari rencana semula dan berusaha menuju target. 3. Tahap Pelaporan Mengukur kegiatan yang sudah dilakukan dengan standar yang harus dicapai. Apabila terjadi temuan-temuan yang sekiranya mengganggu proses kegiatan, maka dapat dilakukan perbaikan untuk kegiatan mendatang.
Referensi Hafidz.2009.
Pengertian
Monitoring
dan
Evaluasi,
(http://hafidzf.wordpress.com/2009/06/16/pengertian-monitoring-danevaluasi/#comment-426 , diakses 16 Juni 2009)
44