PEDOMAN WAWANCARA
Staff Quality Control : a. Latar Belakang Informan : 1. Nama Lengkap Informan 2. Tempat Tanggal Lahir 3. Usia Saat Ini 4. Riwayat Pendidikan 5. Pengalaman Bekerja b. Konsep Quality Control : 1. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? 2. Seperti apa definisi dari proses quality control yang baik? 3. Distribusi kerja (job desk) apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang staff quality control? 4. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? c. Pengawasan & Modifikasi Konten : 1. Apakah staff quality control mempunyai kewenangan untuk menambah, mengurangi, ataupun memodifikasi isi program?
2. Apa yang dilakukan jika pelanggarannya berupa pelanggaran pada audio? 3. Bagaimana cara Anda menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? 4. Apakah ketika qc menentukan revisi, lantas program yang bersangkutan akan direvisi dan dikembalikan ke editing? d. Penilaian & Penentuan Kelayakan : 1. Bagaimana cara Anda mengetahui apakah suatu gambar atau adegan melanggar P3SPS atau tidak? 2. Bagaimana cara staff quality control untuk menyamakan persepsi yang berbeda? 3. Apa yang dilakukan jika terdapat pelanggaran yang mungkin tidak tercantum dalam P3SPS? Bagaimana cara untuk menentukan apakah adegan tersebut layak untuk ditayangkan atau tidak? 4. Selain P3SPS, apakah terdapat aturan internal yang dapat mempengaruhi proses penentuan kelayakan suatu program? Jika ada, s iapakah yang membuat aturan tersebut? Apakah aturan tersebut bersifat jelas ataukah bersifat abu-abu? e. P3 & SPS : 1. Apa definisi P3 dan SPS bagi Anda? 2. Mengapa proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? 3. Selain P3 dan SPS, apakah terdapat regulasi lain yang juga menjadi landasan atau dasar dari pelaksanaan proses quality control? 4. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut Anda, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar? Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Bagaimana bentuknya?
f. Kewenangan Ideal : 1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak? 2. Apakah qc department di setiap stasiun tv memiliki kewenangan yang mutlak? Apakah keputusan yang dibuat oleh qc dapat di ganggu gugat oleh pihak lain? g. Pelaksanaan kewenangan di O Channel : 1. Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika Anda melakukan proses quality control? 2. Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa? 3. Siapakah pemegang kewenangan tertinggi di O Channel? 4. Jika harus diurutkan, kita-kira berada di urutan ke berapakah qc department dalam urusan kewenangan keputusan penayangan program di O Channel ini? 5. Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel? 6. Apakah pernah terjadi kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan? Apakah kasus seperti itu sering terjadi? Se jak kapan kasus seperti itu terjadi? 7. Siapakah pihak yang akan bertanggungjawab jika sial-sialnya, ketika program yang dinyatakan revisi oleh qc tapi ternyata ditaya ngkan, mendapatkan teguran dari KPI? Apakah department qc ataukah atasan yang memberikan wewenang? 8. Mengapa department qc selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab ketika terjadi kasus pada konten program?
9. Apakah pernah terjadi diskusi antara qc officer dengan atasan terkait pelaksanaan kewenangan dan sistem kerja yang tidak sesuai dengan birokrasi yang seharusnya? 10. Menurut Anda, bagaimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya?
Head Quality Control : a. Latar Belakang Informan : 1 Nama Lengkap Informan 2 Tempat Tanggal Lahir 3 Usia Saat Ini 4 Riwayat Pendidikan 5 Pengalaman Bekerja b. Konsep Quality Control : 1. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? 2. Seperti apa definisi dari proses quality control yang baik? 3. Distribusi kerja (job desk) apa saja yang seharusnya dimiliki oleh seorang staff quality control?
4. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? c. Pengawasan & Modifikasi Konten : 1. Apakah qc officer mempunyai kewenangan untuk menambah, mengurangi, ataupun memodifikasi isi program? 2. Bagaimana cara Anda menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? d. Penilaian & Penentuan Kelayakan : 1. Bagaimana cara Anda mengetahui apakah suatu gambar atau adegan melanggar P3SPS atau tidak? 2. Sebagai seorang head, ketika Anda merasa bingung ataupun ragu untuk mengambil keputusan, apa yang Anda lakukan? 3. Sebagai seorang head, menurut Anda, sejauh apa kewenangan yang dimiliki oleh para staff dalam proses penentuan kelayakan p rogram? 4. Apa yang dilakukan jika terdapat pelanggaran yang mungkin tidak tercantum dalam P3SPS? Bagaimana cara untuk menentukan apakah adegan tersebut layak untuk ditayangkan atau tidak? 5. Selain P3SPS, apakah terdapat aturan internal yang dapat mempengaruhi proses penentuan kelayakan suatu program? Jika ada, s iapakah yang membuat aturan tersebut? Apakah aturan tersebut bersifat jelas ataukah bersifat abu-abu? e. P3 & SPS : 1. Apa definisi P3 dan SPS bagi Anda? 2. Mengapa proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? 3. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut Anda, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar?
Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Bagaimana bentuknya? f. Kewenangan Ideal : 1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak? 2. Apakah qc department di setiap stasiun tv memiliki kewenangan yang mutlak? Apakah keputusan yang dibuat oleh qc dapat di ganggu gugat oleh pihak lain? g. Pelaksanaan Kewenangan di O Channel : 1.
Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika Anda melakukan proses quality control?
2.
Apakah kewenangan yang Anda miliki selaku head seimbang dengan kewenangan yang dimiliki oleh staff quality control?
3.
Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa?
4.
Sejauh apa keputusan atasan mempengaruhi keputusan qc?
5.
Jika harus diurutkan, kita-kira berada di urutan ke berapakah qc department dalam urusan kewenangan keputusan penayangan program di O Channel ini?
6.
Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel?
7.
Apakah pernah terjadi kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan? Apakah kasus seperti itu sering terjadi? Sejak kapan kasus seperti itu terjadi?
8. Siapakah pihak yang akan bertanggungjawab jika sial-sialnya, ketika program yang dinyatakan revisi oleh qc tapi ternyata
ditayangkan, mendapatkan teguran dari KPI? Apakah department qc ataukah atasan yang memberikan wewenang? 9. Mengapa department qc selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab ketika terjadi kasus pada konten program? 10. Apakah pernah terjadi diskusi antara qc officer dengan atasan terkait pelaksanaan kewenangan dan sistem kerja yang tidak sesuai dengan birokrasi yang seharusnya? 11. Menurut Anda, mengapa kasus dimana qc menyatakan revisi tapi ternyata ditayangkan bisa terjadi? Apa mungkin karena aturan yang kurang jelas, perbedaan persepsi dengan atasan, ataukah mungkin masih terdapat kesalahan sistem disini? 12. Menurut Anda, bagaimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya?
Programming Services Department Head : a. Latar Belakang Informan : 1. Nama Lengkap Informan 2. Tempat Tanggal Lahir 3. Usia Saat Ini 4. Riwayat Pendidikan 5. Pengalaman Bekerja
6. Kaitan antara posisi informan dengan sub divisi quality control b. Konsep Quality Control : 1. Apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? c. Kewenangan Ideal : 1. Sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Apakah kewenangan tersebut bersifat mutlak? d. Pelaksanaan Kewenangan di O Channel : 1. Siapa saja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Mengapa? 2. Bagaimana pelaksanaan kewenangan yang berlangsung di O Channel?
Kode Coding 001 : Latar Belakang Informan 002 : Pengetahuan tentang Konsep Quality Control 003 : Pengawasan & Modifikasi Konten 004 : Penilaian & Penentuan Kelayakan 005 : P3 & SPS 006 : Kewenangan Ideal 007 : Pelaksanaan Kewenangan di O Channel
OPEN CODING
Informan 1 Peneliti : Mega Herlina Subjek : Nicky Aditya Jabatan : Staff Quality Control Usia
: 23 Tahun
Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel Tanggal : 15 April 2013 pukul 15.45 – 16.10 WIB Tempat : Ruangan Quality Control Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada siang hari sekitar pukul 14.30 WIB dengan kondisi dimana ada tiga orang di dalam ruangan quality control, yakni peneliti dan dua orang staff quality control, yaitu informan dan seorang staff yang lainnya. Wawancara dilakukan dengan
kondisi dimana pintu ruangan terbuka sehingga memungkinkan adanya berbagai aktivitas di dalam ruangan, seperti para editor yang berlalu lalang untuk meletakkan log program untuk di preview ataupun staff lainnya yang datang ke ruangan hanya untuk melihat proses wawancara.
Catatan Lapangan
Kode
Transcript
Wawancara dilakukan di ruangan quality control, setelah narasumber selesai mempreview program. Karena belum ada program yang masuk lagi, maka narasumber memutuskan untuk melakukan wawancara dengan peneliti.
001
T : oke.. sebelum mulai wawancara, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa.. jadi pertanyaannya, nama lengkapnya siapa, kak? J : Nicky Aditya..
001
T : Tempat tanggal lahir? J : gue lahir di Bogor.. 5 Juli taun 89..
001
T : ehmm.. berarti.. 2013.. 1989.. 23 taun yaa, kak? J : iyaa.. 23 taun..
001
T : pendidikan.. kaka lulusan mana? J : pendidikan? Apa nih? Kuliah..?? apa SMA? T : ehmm.. dua-duanya.. J : e.. kalo SMA, gue lulus dari SMUN 1 Serpong.. trus kalo kuliah, gue lulusnya dari STIKOM Interstudi.. T : itu ambil penjurusan apa, ka? SMA ama kuliahnya? J : e.. kalo SMA gue IPS.. trus kalo kuliah, gue ambilnya jurusan komunikasi.. trus peminatannya penyiaran..
001
T : e.. trus sejak kapan Ka Nicky kerja di O Channel? J : e.. Februa.. February 2012.. 1 February tepatnya.. T : berarti udah setaun lebih gitu yaa, kak? J : setaun lebih…yaa, kira-kira begitulah..
Catatan Jawaban Responden
T : tapi emank pas masuk daftarnya jadi staff qc? Maksudnya apa.. apa pernah pindah-pindah ga gitu sebelumnya? Apa emank langsung masuk jadi staff qc? J : engga sih.. sedapetnya aja.. gua ngelamar disini PA sama QC, dapetnya QC, yaudah.. 001
T : tapi sebelum disini, pernah kerja di tempat lain ga, kak, sebelumnya? J : ehm.. pernah.. gue pernah kerja jadi layout editor.. cuma statusnya freelance waktu itu.. itu di ‘PAGE’ namanya.. majalah gratis di Tangerang gitu.. cuma ga lama kok.. itu cuma sekitar.. e.. 2 apa 3 bulanan gitu.. kalo ga salah sih dari Maret 2010 sampe Mei 2010..
001
T : abis itu langsung kerja di sini jadi QC? J : iyaa..abis itu langsung kesini.. dari February 2012.. ampe sekarang..
002
T : ohh.. oke.. ehm.. aku mulai dari pertanyaan nomor satu yaa.. Mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : e.. kalo menurut gue sih, ya tentunya, memenuhi standar on air dan peraturan-peraturan yang mengikat tentang lembaga penyiaran di.. di.. Indonesia ini ya tentunya.. Yang mana itu mengacu pada P3 dan SPS dan segala macamnya itu.. perundangundangan tentang penyiaran lah intinya.. Jadi proses quality control itu.. e.. mesti dilakukan karena menjaga agar konten dari program yang akan ditayangkan itu sesuai.. tidak melanggar dan tidak.. e.. apa yaa.. tidak berdampak buruk bagi masyarakat yang
P3 merupakan singkatan dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS merupakan singkatan dari Standar Program Siaran, dimana P3 dan SPS ini merupakan regulasi yang menjadi
menonton.. yang mana, seperti yang kita ketahui, tv itu jadi acuan dari pelaksanaan konsumsi publik yang paling umum.. media publik yang paling proses quality control. umum.. sekarang ini.. ehmm.. itu dia.. 002
Kamera yang digunakan oleh peneliti untuk merekam hasil wawancara ternyata mati karena kehabisan baterai, sehingga peneliti harus meminta narasumber untuk berhenti sebentar. Wawancara kemudian dilanjutkan dengan menggunakan handphone sebagai alat perekam.
007
T : Lalu, menurut kaka nih, proses quality control yang baik itu yang seperti apa sih? J : Proses quality control yang baik? Kalo menurut gue sih.. e.. kalo disini ya.. proses quality control yang baik itu ya.. program yang di preview harus bersih dari segala macam bentuk pelanggaran.. seperti pornografi.. e.. kekerasan.. kemudian penggunaan obat-obatan terlarang.. terlarang secara berlebih.. penggunaan rokok atau konsumsi rokok secara berlebih.. dan sebagainya.. Jadi, e.. program yang akan tayang itu harus bersih dari semua unsur-unsur tersebut.. selain itu, secara teknis juga harus e.. sesuai dengan standar dari masing-masing station.. e.. dari segi kualitas gambar, kualitas audio, kemudian chroma warna, dan sebagainya..
Preview merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses menonton program sebelum program tersebut ditayangkan, yang bertujuan untuk mengawasi konten program.
Chroma warna merupakan mengacu pada kemurnian atau T : Kendala apa saja yang umumnya dihadapi ketika kaka kecerahan warna. melakukan proses quality control? J : kalo di sini, kendala yang pertama paling besar sih kalo menurut gua alat ya.. karena.. e.. kita ga pake alat yang paling Mini dv player dan canggih dan semuanya dilakukan secara manual, cuma komputer betacam player sama.. e.. e.. mini dv player atau betacam player.. Jadi, yang merupakan alat-alat pertama adalah alat, terkadang.. e.. untuk komputer misalnya.. yang umumnya kadang komputernya e.. hank, ngelek, dan sema dan semacamnya digunakan untuk yang yang yang e.. menghambat pekerjaan dari quality control mempreview programsendiri, proses preview sendiri. Kemudian, kalo untuk e.. mini dv program yang dikemas player..ehmm.. terkadang kasetnya kotor ehm.. menyebabkan dalam bentuk mini dv
gambar rusak, scratch, dan segala macemnya.. Tapi, technically sih yang pertama itu alat, kemudian, kendala selanjutnya itu.. apa yaa.. lebih ke.. lebih ke.. ehmm.. ini sih.. individu masing-masing kaya kok capek namanya namanya orang namanya orang ehm.. orang e.. kerja, preview, menggunakan mata dan dan shift 9 jam terus-terusan nonton program itu ya.. ada fatiguenya juga.. Jadi, ya.. yang yang yang yang kedua ya itulah individu masing-masing atau atau lelah lah dari unsur manusianya sendiri..Gitu..
Banyak PA dan editor yang berlalu lalang sehingga mengganggu proses wawancara.
002
T : Ehmm.. Lalu, distribusi kerja yang seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh staff quality control, ka? J : Distribusi kerja yang harus dimiliki staff quality control.. Yang pertama jelas attention to detail.. harus.. apa ya.. harus detail.. harus ngeliat secara rinci.. ngeliat secara secara jelas.. harus bisa ngeliat apa yang ga bisa diliat oleh orang lain.. Jadi, kaya e.. sensitive terhadap peraturan dari P3SPS, kemudian, mata yang sehat sih.. basicly.. hehehe (tertawa).. e.. selain itu ya, standarlah.. Tapi yang paling penting itu.. attention to detail..
002
T : Oke.. Trus menurut kaka sendiri, apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? J : Fungsi proses quality control bagi stasiun tv.. mencegah stasiun tv tersebut.. Yang pertama mencegah stasiun tv tersebut ditegur oleh e.. regula.. regulasi pemerintah.. Jadi, which is KPI lah ya.. Kemudian, selanjutnya proses quality control ya berguna untuk menyaring program-program yang akan on air, terus, memastikan bahwa program itu layak tayang, tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi masyarakat yang bakal menonton.. Lalu, ya secara teknis, sesuai dengan kriteria masing-
(kaset kecil) maupun betacam (kaset besar). Scratch merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan pada audio maupun video, dimana gangguan tersebut bisa berupa audio terpotong ataupun terdapat garis atau kotak pada gambar sehingga gambar tidak mulus.
masing station. 005
T : Apa definisi P3 dan SPS menurut kaka? Soalnya kan e.. P3 dan SPS itu sendiri kan bisa dibilang terkait erat dengan proses quality control. J : Definisi P3 dan SPS.. ya basicly, peraturan yang dibuat untuk men.. jaga konten atau isi atau ya program lah.. untuk menjaga program yang disiarkan oleh stasiun-stasiun penyiaran, yang isinya Undang-undang tentang.. ya.. berbagai macam, kaya pornografi, terus perlindungan terhadap anak, terus kemudian.. ehm.. e.. peraturan jurnalistik dan semacamnya.. Jadi, e.. basicly ya peraturan yang dibuat untuk masing-masing.. masing-masing station penyiaran lah..
005
T : Ohh..oke.. Trus, kenapa nih proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? J : Proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS.. yaa.. karena memang acuannya ada di situ.. apalagi hihi (tertawa).. mencegah.. mencegah untuk terjadinya pelanggaran dari pasal-pasal yang ada di situ.. ehm..
005
T : emank selain selain P3SPS itu ga ada aturan lain lagi ya, ka? J : e.. lebih ke common sense sih.. Jadi kaya, ya.. perlindungan Common sense = akal bagi orang-orang yang belum tentu mau disiarkan di televisi.. sehat terus, e.. ya lebih ke ke kode etik sebenarnya, cuman, mayoritasnya.. dominannya adalah sebuah program siaran harus mengacu kepada P3SPS.
004
T : Oke, lalu, gimana cara kaka mengetahui apakah suatu gambar atau adegan itu melanggar P3SPS atau tidak? J : Di P3SPS tuh disebutkan bahwa.. yaa misalnya.. untuk e.. pornografi diperbolehkan, tidak diperbolehkan untuk menampilkan adegan.. apa.. ciuman laki-laki dan wanita, kemudian, e.. e.. adegan orang telanjang dan segala macem.. Jadi, sebagian besar tuh disebutkan di di di P3SPS ini, tapi, terkadang memang ada hal-hal yang di luar P3SPS yang mana harus kita pikir sesuai common sense kita, apakah sebuah gambar ini layak untuk tayang atau engga.. Jadi, selain P3SPS ini memang seorang QC officer itu harus punya common sense yang baik, apakah sebuah program ini layak atau sebuah gambar ini layak untuk tayang atau tidak.. e.. dengan segala macam picture gambargambar di dalamnya lah... Jadi, ya.. ok.. Next..
005
T : Nah, ka... P3SPS itu sendiri kan bisa dibilang sebagai regulasi yang emank memuat banyak banget aturan dan pasal. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut kaka nih, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar? Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Kenapa demikian? J : E.. tentang pornografi sih basicly, karena movie atau atau program itu banyak yang menampilkan hal-hal yang menyerempet ke arah pornografi, kaya e.. kissing.. terus kemudian pakaiannya minim, goyangnya erotis, dan sekali lagi itu ada di di P3SPS bahwa pornografi itu ada batas-batasnya.. ada.. ada batasan mana yang bisa ditayangkan, mana yang sudah menyerempet ke arah pornografi.. Jadi, e.. pretty much sih, pornografi lah ya
paling paling paling sering dilanggar. Kemudian.. 005
T : Selain pornografi apa, ka? J : Selain pornografi? Kayanya yang paling sering ditemukan sih itu.. Atau.. Selain itu yang yang yang jarang ya muncul, cuman terkadang muncul itu.. e.. apa.. perlindungan saksi atau korban.. Jadi kaya e.. pelaku.. pelaku suatu tindak kejahatan, apalagi yang umurnya di bawah 18 taun, itu di ditayangkan, di di di ditampilkan secara gamblang di televisi which is itu ga boleh, cuman itu jarang.. yang yang sering terjadi adalah pornografi..
003
T : Oke.. Next question.. Gimana cara kaka menyeleksi materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? J : Bagaimana cara menyeleksi materi tayang, hingga dapat disebut aman atau tidak.. Di sini di O Channel, proses QC itu dilakukan manual.. tiap program yang akan on air.. e.. kita tonton secara manual dari awal hingga akhir, kemudian kita tentukan, bagian mana yang harus di revisi dan bagian mana yang aman.. e.. sekali lagi.. acuannya adalah P3SPS.. namun selain itu ya.. balik lagi ke nalar masing-masing orang.. e.. common sense bahwa apakah sebuah gambar ini layak ditayangkan atau engga.. tapi.. e.. apa ya.. pretty much sih.. benang merahnya udah ada lah.. benang merahnya udah terbentuk bahwa orang telanjang ga boleh.. orang.. di O Channel, orang ngerokok ga boleh.. e.. penggunaan narkoba ga boleh.. kemudian ciuman laki-laki dan perempuan ga boleh.. jadi, benang merahnya udah ada, sehingga batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang ga boleh itu udah diketahui oleh masing-masing e.. qc officernya.. gitu..
006
T : Kemudian, sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Lalu, apakah kewenangan itu bersifat mutlak, ka? J : Kalo gue pribadi menilai.. otoritas seorang qc officer itu mutlak.. kalo dia bilang program itu harus revisi dan tidak bisa tayang, maka itu harus tidak bisa tayang dan harus direvisi terlebih dahulu sebelum akhirnya preview lagi.. dan e.. ditentukan.. dinyatakan.. lolos atau tidak.. habis itu.. dan pertanyaannya apakah mutlak atau tidak, jelas, itu mutlak, karena karena e.. ya itu.. divisi kami dibentuk untuk hal-hal seperti itu..
006 T : Jadi intinya ga bisa di ganggu gugat ya, ka? J : Tidak bisa.. Keputusan yang dibuat oleh qc itu ga bisa diganggu gugat.. 007 T : Kemudian, siapa saja yang memiliki kewenangan di O Channel ini untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? J : Di O Channel, nomor satu jelas.. e.. departemen quality control.. apa yang keluar dari departemen quality control, itu seharusnya mutlak.. bahwa suatu program tidak bisa tayang atau suatu program bisa tayang.. namun kalo ditanya siapa saja yang memiliki otoritas.. di sini, di O Channel, e.. penanggung jawab program juga punya otoritas untuk menentukan bahwa program ini bisa tayang, regardless bahwa QC bilang itu e.. revisi atau tidak layak tayang.. Jadi, di sini di O Channel, QC department juga penanggung jawab programnya..
007 T : Penanggung jawab program itu Mas TJ? J : Mas TJ.. Mas TJ yang bisa.. Gitu.. Kemudian.. T : kalo Om Yanto? J : Om Yanto biasanya lebih ke percaya sama QC.. T : Oohh.. J : Kalo QC bilang revisi, revisi.. kalo QC bilang oke, Om Yanto oke.. Tapi Om Yanto lebih lebih pro ke QC bahwa keputusan yang dibuat oleh QC itu adalah mutlak.. T : Ohh, oke.. J : Tapi, kalo Mas TJ, dia mungkin ada pertimbanganpertimbangan tertentu yang bisa aja kalo QC bilang tidak layak tayang tapi menurut dia, oke ini masih oke lah.. Jadi, sesuai otoritas dia bisa ditayangkan.. gitu.. 007 T : Pertanyaan terakhir, menurut kaka sendiri, gimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya? J : e.. sampai sejauh ini, kalo ngomong soal teknisnya, itu sudah ideal, karena ehm.. kami telah melakukan proses quality control secara, well.. bisa dibilang sebaik-baiknya lah.. e.. untuk.. untuk menghindari adanya gambar-gambar yang melanggar e.. P3SPS atau tidak layak ditayangkan bagi publik.. Tapi kalo dibilang, apakah sudah keten.. sudah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, gue agak annoy bahwa terkadang keputusan QC itu
bisa diganggu gugat.. e.. QC department itu dibikin untuk ngejagain lah.. untuk untuk untuk mencegah gambar-gambar yang tidak layak atau program yang tidak layak tayang bisa naik tayang.. tapi, terkadang ada aja program yang menurut QC department itu tidak layak tayang nyatanya bisa tayang dengan otoritas pihak-pihak tertentu.. Jadi kalo ditanya apakah sudah ideal atau sesuai dengan ketentuan atau belum, dengan berat hati gua mesti jawab bahwa belum.. belum sesuai ketentuan yang harusnya atau birokrasi yang harusnya ada di sebuah station tv mengenai layak tayang atau tidaknya sebuah program di station tersebut.. gitu.. 007 T : Definisi ideal yang kaka maksud itu yang kaya gimana? J : Definisi ideal.. proses QCnya ya.. ya itu.. kita tonton program, dari awal sampe akhir, kita tentuin bahwa itu program layak atau tidak layak.. kalo tidak layak..
T : revisi? J : berarti memang tidak bisa tayang.. gitu.. tapi disini, terkadang, suatu yang QC department bilang tidak layak, dengan otoritasotoritas tertentu itu, bisa saja tayang.. gitu.. 007 T : Ka, contohnya itu, pihak mana aja? J : Ya.. T : Apa cuma penanggung jawab program doank, atau bisa staff divisi lain gitu? J : bisa.. bisa penanggung jawab program.. bisa dari direktur.. ga
bisa kita jelaskan secara.. secara gamblang, karena setelah program keluar dari QC, QC ga bisa tracking bagaimana jalur program itu.. gitu.. Jadi.. kalo.. 007 T : Jadi cuma sebatas pada kita preview..? J : iya, kita preview.. T : kita lihat itu udah bukan tanggung jawab kita lagi? J : Iya.. telah.. telah keluar itu bukan tanggung jawab kita lagi.. ehm.. ya meski begitu, ya sebagai.. sebagai seorang yang bekerja di tv dan dan bisa kita tonton lah setiap hari tvnya, kita tau.. lho.. ini menurut kami kan revisi, kenapa bisa tayang? Dia.. dia tayang gitu di.. di.. di channelnya gitu misalnya.. Jadi ya, seperti itu.. 007 T : Kasus kaya gitu udah sering kejadian belum? J : Ehm.. gatau ya.. kalo dalam rentang waktu gue.. gue udah setaun disini.. dari taun, dari awal sampe 6 bulan atau 5 bulan pertama gue masuk lah, itu tuh ga terlalu.. ga terlalu sering ada kejadian kaya gitu.. tapi, belakangan, 6 bulan.. 6 bulan belakangan.. sering sekali apa yang kita bilang ga layak tiba-tiba bisa naik tayang.. 007 T : Trus, dari pihak QCnya sendiri, belum ada yang, maksudnya kaya komen ke.. ke penanggung jawab program atau gimana gitu? J : Ya, well.. Sekali lagi gua.. gua tegesin bahwa setelah program keluar dari QC itu ga ada.. ga ada.. QC tuh ga bisa.. bukan tanggung jawab QC lagi gitu lho.. Jadi, setelah program selesai kita preview, yaudah.. Kita ga mau.. kita ga mau ambil pusing
bahwa itu program apakah dia on air atau engga.. Ya emank ya sekali lagi, kalo sesuai otoritas, itu ga bener.. gitu.. T : Oke, mengerti.. J : Ada lagi? T : Udah sih ga ada.. J : Oke..! T : Terima kasih, ka, atas waktu dan jawabannya… J : Sama-sama..
Informan 2 Peneliti : Mega Herlina Subjek : Gemi Salvianto Jabatan : Staff Quality Control Usia
: 20 Tahun
Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel Tanggal : 16 April 2013 pukul 20.00 – 20.40 WIB Tempat : Ruangan Quality Control Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada malam hari setelah peneliti makan malam dengan informan dan seorang staff quality control lainnya. Wawancara yang berlangsung di ruangan quality control inipun berlangsung secara kondusif, karena kondisi yang sepi pada malam hari, dimana peneliti hanya melakukan wawancara berdua saja dengan informan. Keadaan ruangan yang sepi dan tidak adanya staff-staff lain yang
berlalu lalang pun sangat membantu peneliti dalam melakukan wawancara, karena peneliti dapat bertanya dengan tenang dan fokus informan pun tidak terganggu. Catatan Lapangan
Kode
Transcript
Wawancara dilakukan di ruangan quality control tanpa adanya gangguan dari pihak manapun.
001
T : oke.. sebelum mulai wawancaranya, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa, kak.. e.. nama lengkapnya siapa, kak? J : Gemi Salvianto..
001
T : Tempat tanggal lahir? J : e.. saya lahirnya di Bogor.. tanggalnya tanggal 6 Juni.. taun 1992..
001
T : wihh.. lebih muda.. berarti masih 20 taun yaa, kak? J : iya..
001
T : trus ini, kak.. pendidikan.. maksudnya lulusan dari mana aja? J : e.. darimana nih? dari SMA atau apa? T : dari SMA boleh.. J : kalo dari SMA, saya lulusnya dari Madrasah Aliyah Negeri 2.. itu di Bogor.. ehmm.. itu taun 2006 sampe 2009.. waktu itu ambil kelas IPA.. trus abis lulus, saya lanjut ke Bogor EduCARE.. itu tempat kuliah D1 gitu di Bogor.. e.. dari taun 2009 ampe 2011..
Catatan Jawaban Responden
trus ambilnya bagian Administrasi Perkantoran.. trus dari sana itu saya langsung kerja disini.. tapi sekarang masih sambil kuliah juga.. ngambil jurusan Sastra Inggris di Universitas Pamulang.. T : ohh.. semester berapa, kak? J : sekarang baru semester dua.. baru masuk kemarin.. taun 2012.. 001
T : trus sejak kapan kaka kerja disini? J : e.. saya mulai kerja disini dari awal.. e.. bulan Juli tahun 2011.. yaa .. e.. sampe sekarang berarti kurang lebih nyaris e.. 2 taun.. hampir mau 2 taun..
001
T : tapi emank sejak masuk disini itu, langsung jadi staff qc gt yaa, ka? Maksudnya ga dari.. dari.. divisi lain gt? J : engga.. kalau.. memang.. e.. awalnya memang applynya untuk.. e.. quality control disini.. gitu jadi.. jadi langsung diarahkan kesini dan tesnya pun memang menjurus ke.. masuk ke staff qc.. kaya gitu..
002
T : ok.. e.. jadi aku mau nanya nih, ka.. yang pertama, mengapa proses quality control itu perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : e.. jelas penting karena quality control itu suatu.. seperti penyaringan kalau dalam e.. kalau misalnya dalam suatu program itu penyaringan program-program yang yang yang yang yang tidak patut.. yang ga layak untuk ditonton oleh para pemirsa.. oleh
oleh oleh orang – orang yang menonton tv.. jadi di samping e.. sebagai penjaga konten – konten atau materi – materi yang e… bisa dibilang isi isi isi program yang.. yang.. yang harus e.. apa namanya.. e.. ada standarnya.. terutama contohnya seperti e.. program – program yang wajib di.. di.. lihat atau disaksikan oleh anak – anak atau misalnya e.. sudah agak malam boleh oleh orang.. e.. orang.. oleh orang dewasa.. itu jadi.. quality control itu perlu karena untuk nyaring, menjaga, kalo kalo.. kalo boleh saya bilang lebih.. lebih.. lebih menjaga e.. isi konten supaya tidak ditiru oleh orang – orang atau oleh pemirsa di rumah, kalau misalnya memang ada.. ya ada.. konten – konten yang ga baik atau nggak.. nggak.. nggak pantas.. seperti itu.
002
T : e… trus kalo menurut kakak, proses quality control yang baik itu tuh kaya gimana? J : ehm.. yaa kalau misalnya menurut saya, proses quality control yang baik itu jelas.. emmm.. pertama kita harus patuh kepada aturan.. karena e… dari aturan itulah kita mesti.. apa namanya.. kita mesti punya pedoman.. seperti itu.. untuk.. untuk.. untuk.. untuk melaksanakan proses quality control.. kemudian.. e.. di samping itu kita juga butuh.. e.. apa namanya.. e.. alat – alat yang baik juga, alat – alat yang.. yang.. yang.. yang.. yang.. sehat.. seperti itu.. jadi, supaya proses quality controlnya bisa berjalan dengan baik… yah seperti itu paling.. e.. lebih.. lebih.. lebih.. lebih mengikuti lebih mengikuti aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang berlaku oleh.. yang telah ditetapkan oleh e.. lembaga –
lembaga Penyiaran Indonesia.. seperti itu..
002
T : Jadi harus.. sesuai dengan aturan dan didukung oleh peralatan yang ada.. gitu ya, ka? J : iya.. dan juga, kalau misalnya boleh menambahkan.. e.. orang atau misalnya.. atau.. e.. karyawan.. e.. atau orang yang melaksanakan quality control pun harus punya pengetahuan yang cukup dalam memahami apakah e.. ini baik atau ini tidak baik.. seperti itu.. kaya gitu..
004
T : emmm…. caranya orang itu bisa memahami gimana kak, ketika berada dalam satu tim.. Setiap orang itu kan pasti punya persepsi yang beda – beda gitu kan? Cara.. cara.. anggota tim ini buat nyamain persepsinya itu gimana? J : Jelas itu salah satu kendala yang.. yang.. yang.. sering terjadi juga cuman.. yang sering kita lakukan disini adalah.. seandainya memang e.. susah untuk menyamakan tetapi setidaknya kita meminimalisasikan e.. apa namanya.. perbedaan tersebut seperti ehm.. sesuatu yang menurut si A boleh kemudian si B nggak boleh e.. kita bisa saling diskusi, kita bisa saling tukar pendapat terlebih dahulu setelah itu baru bisa disimpulkan apakah.. entah A-nya bisa menerima atau B-nya bisa saling menerima.. yang jelas kita harus.. komunikasi itu penting.. itu gitu..
007
T : e.. trus yang ketiga.. kendala apa aja sih yang biasa kakak hadapin ketika ngelakuin proses quality control? J : Kendalanya yang pasti.. kalau disini.. itu lebih kepada alat.. itu yang sering.. jadi, e.. bisa dibilang kadang alatnya kurang mendukung atau kurang e.. kurang.. apa sih namanya.. e.. membantu kita dalam.. dalam.. dalam.. melaksanakan tugas atau terutama dalam melakukan quality control tersebut.. jadi itu itu lah yang salah satunya e.. menjadi kendala besar.. jadi, yang saya sebutkan di awal tadi.. salah satu yang penting.. itu salah satunya itu… alat yang baik… atau alat yang sehat supaya semuanya lancar dan e… tidak ada kendala yang terlalu.. terlalu.. terlalu parah karena.. alat itulah yang salah satu… major… apa namanya… syarat penting dalam melaksanakan quality control..
007
T : e.. selain kendala alat yang utama gitu, ada nggak misalnya kaya kendala – kendala kecil.. yang tapi juga secara nggak sengaja itu bisa.. bisa apa ya.. bisa menghambat proses quality control gitu kak? J : e.. kalau untuk masalah e.. kendala.. kendala – kendala yang seperti itu... ehm.. banyak juga sih.. banyak gitu.. seperti e... kan contohnya karena.. orang yang melaksanakan quality control itu kan harus fokus.. itu salah satunya fokus.. jadi dia e.. diwajibkan atau dituntut untuk sedetail mungkin.. se-teliti mungkin dalam memeriksa program-lah atau misalnya.. bisa dibilang kita sering menyebutnya preview program lebih lebih e.. fokus, lebih teliti
supaya hal – hal yang kecil itu.. yang.. bisa saja nanti di kemudian hari hal.. hal kecil.. yang.. yang.. mungkin kita miss.. kita nggak.. kita nggak lihat hanya karena misalnya kita ngantuk, kecapean, yang kayak gitu – gitu tuh.. itu juga bisa menyebabkan fatal.. karena e.. ketika ngantuk dalam beberapa detik kita tidak tahu apakah dalam 2 detik yang proses apa.. 2 detik yang kita ngantuk tadi itu.. apakah e.. aman atau tidak.. mungkin aja bisa.. bisa sering terjadi muncul yang gak aman di proses misalnya saat di kita ngantuk itu.. gitu.. Jadi, penting juga buat refresh terus e.. semangat lah seperti itu lah..
007
T : oke.. Jadi kerjanya harus detail gitu ya? J : he eh..
T : e.. selain fokus ada kendala lain? J : apa lagi ya? Fokus.. e.. sering ya.. harus fit.. harus jaga badan.. karena yang dituntut ini adalah mata.. mata bisa aja... bisa aja kan capek, mata kan juga kan e.. maksudnya.. organ organ organ organ tubuh juga yang bisa capek, bisa ngantuk entah misalnya mata merah gitu.. atau misalnya, e.. kita nggak tahu mungkin.. mata kita bermasalah entah misalnya rabun atau apa segala macem.. jadi kita harus maksimal menggunakan apa yah.. memelihara mata, karena itulah salah satu modal kita sebagai QC.. kaya gitu..
002
T : e.. terus job desk apa saja sih yang biasa dilakuin ama seorang QC? J : Job desknya.. ehm.. sudah pasti preview program, itu e.. yang penting.. itu itu majornya.. jadi kalau misalnya e.. ada kaset dateng atau misalnya ada program dateng, kita mesti liat, kita mesti lihat seteliti mungkin, kemudian setelah itu e.. kita catat time code-nya.. kita.. kita data ibaratnya kita data program yang.. yang kita kerjakan tadi, entah itu dari mulai e.. tanggalnya dan segala macem.. e.. bahkan sampai deskripsi film dan e.. apa namanya.. hal - hal yang berkaitan dengan program yang kita pre.. yang yang yang kita kerjakan itu juga kita mesti.. kita mesti tahu.. kita mesti.. kita mesti paham.. seperti itu, kemudian e.. ya.. ya paling.. yang yang yang yang yang lebih fokus kesitu kali ya.. karena e.. ya emang.. emang lebih lebih lebih lebih banyak kesitu gitu.. kita justru lebih fokusnya kesitu.. Jadi, gimana caranya supaya bisa e.. fokus sama yang kita kerjakan seperti itu.. dan jangan lupa kita juga mesti paham sama apa yang kita preview juga.. seperti itu..
003
Preview merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses menonton program sebelum program tersebut ditayangkan, yang bertujuan untuk mengawasi konten program.
Time code merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui time in (waktu masuk) dan time out (waktu keluar), yang kemudian digunakan untuk mengetahui durasi T : tadi kan kata kakak intinya itu preview berarti dibanding program. itu.. e.. staff quality control punya job desk juga secara nggak langsung untuk yang namanya menambah, mengurangi, atau memodif.. memodifikasi isi program juga ya kak?
J : e.. iya.. jadi.. seandainya ada.. e.. hal – hal yang.. e.. maksudnya kalau misalnya ada program yang.. nggak pan.. nggak.. nggak pantes atau nggak patut kita mesti.. kita mesti.. apa
namanya.. e.. kita mesti tutupi.. kita mesti hilangkan gitu ya.. jadi.. ya itu mungkin salah satunya.. Jadi, fokus.. kemudian fokus supaya liat kesalahan – kesalahan itu.. hal – hal yang nggak patut dan nggak boleh.. kemudian kita.. kita mesti cut dan segala macem cut = membuang gambar kaya gitu gitu gitu.. dan kalau misalnya emank ada yang mesti dan menggantinya ditambahkan, ya why not.. gitu gitu.. kita bisa tambahkan juga.. dengan gambar lain. kaya gitu...
002
T : Terus pertanyaan selanjutnya nih, fungsi proses quality control bagi stasiun tv itu apa sih kak? J : penting.. karena e.. ehm.. fungsi.. ya karena quality control kan tadi sudah saya bilang e.. membersihkan program yang kotor.. yang.. yang.. yang.. yang masih.. yang masih awal, yang belum di.. yang baru lahir ibaratnya kaya gitu, kemudian kita bersihkan sampai benar – benar patut.. sampai benar - benar layak buat ditonton oleh masyarakat gitu ya.. jadi e.. penting banget apalagi kalau tv itu kan suatu.. suatu.. apa ya.. suatu e.. tem.. e.. T : industri? J : iya.. industri atau media atau misalnya tempat.. tempat buat masyarakat.. salah satunya bisa jadi contoh model karena tv itu fungsinya ya mendidik.. seperti itu.. itu itu.. e.. seharusnya sih mendidik ya.. jadi, untuk hal – hal yang tidak mendidik, kita mesti e.. T : hilangkan?
J : ya, kita mesti cut.. gitu.. kita mesti bersihkan.. seperti itu.. 002
T : Jadi, fungsi intinya itu cuma untuk menjaga content program supaya aman dan layak untuk ditonton? J : Iya.. iya pasti.. iya pasti.. itu pasti..
005
T : e.. terus.. menurut kakak sendiri, definisi P3 sama SPS itu P3 merupakan singkatan apa kak? dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS J : e.. menurut saya, pengertian secara general itu.. e.. aturan – merupakan singkatan aturan yang dibuat oleh lembaga.. lembaga penyiaran terutama di dari Standar Program Indonesia e.. yang.. ya.. yang.. yang.. yang.. yang.. yang wajib Siaran, dimana P3 dan untuk dipatuhi terutama dalam e.. membersihkan konten – konten SPS ini merupakan atau misalnya aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang layak regulasi yang menjadi atau tidaknya di.. diserap oleh masyarakat terutama dalam.. acuan dari pelaksanaan penonton televisi atau misalnya juga e.. seandainya memang ehm.. proses quality control. media lain itu juga bisa di di di di diaplikasikan gitu.. jadi aturan – aturan yang.. aturan – aturan yang.. yang.. yang.. yang.. yang harus dipatuhi supaya programnya bersih.. kaya gitu..
005
T : Jadi secara nggak langsung, P3SPS itu sendiri jadi landasan ya, kak? Landasan bagi seorang staff qc buat ngelakuin tugasnya gitu? J : iya pasti.. tapi, sebagai emank.. sebagai e.. manusia gitu ya.. kita pasti punya cara cara cara.. apa misalnya.. pola pikir yang
berbeda gitu.. jadi nggak.. ya nggak nggak selamanya kita mesti ngikutin peraturan itu, karena selagi masih bisa ditolerir seperti itu kan.. jadi kan.. yang namanya masalah nggak nggak hanya satu, pasti ada yang macem – macem gitu.. jadi nggak nggak selamanya masalah itu sama sama terus.. jadi nah begitulah fungsi kita sebagai apakah kita harus ngikutin e.. T : SPS? J : ya.. peraturan tersebut, atau kita punya penilaian sendiri dalam e.. menilai program tersebut gitu loh.. dalam menentukan program tersebut, layak atau tidaknya tayang.. gitu..
005
T : Nah, yang dimaksud dengan yang bisa di tolerir itu maksudnya, program yang gimana kak? Isi konten yang kayak gimana? J : ehm.. jadi, seperti hal – hal atau peraturan – peraturan.. atau keja.. apa ya.. maksudnya masalah – masalah yang.. yang tidak tercantum dalam KPI.. eh, maksudnya dalam.. dalam.. dalam.. dalam.. T : P3SPS? J : dalam peraturan tersebut gitu ya.. jadi.. e.. contohnya, seperti kasus kemarin itu ada beberapa.. ada e.. korban yang e.. apa namanya.. e.. terutama salah satu stasiun televisi yang mensorot data korban sampai e.. terlihat seluruh datanya.. sedangkan.. sedangkan di.. di KPI.. di peraturan tersebut kan tidak ada.. gitu
jadi.. sedangkan e.. maksudnya.. yang namanya data atau identitas tersebut, terutama korban, kita kan mesti.. mesti lindungi gitu.. ya seperti itu lah.. ya.. di peraturan tersebut secara general melindungi.. nah e.. ketika.. ketika sudah sampe kasus.. kita kan banyak kasusnya.. nah, disitulah kita mesti pinter – pinter maksudnya melindungi ini apakah seperti ini, apakah seperti ini, apakah seperti ini, karena kasus pasti macem – macem.. T : ok.. berarti harus bisa mencerna sesuai pola pikir masing – masing gitu ya, kak? J : he..eh..
005
T : e.. pertanyaan selanjutnya nih, proses pelaksanaan quality control itu…oke ini udah dijawab ya tadi.. pasti selalu mengacu ke P3 dan SPS ya, kak? J : he..eh..
005
T : selain P3.. e.. P3 dan SPS.. ada nggak sih misalnya aturan lain yang menjadi landasan atau ya basic.. yang.. yang.. secara ga langsung jadi aturan juga gitu, misalnya undang – undang penyiaran atau sejenisnya gitu? J : kalau untuk itu sih kurang paham.. karena e.. background saya bukan.. bukan.. bukan.. bukan.. bukan broadcast gitu.. tapi.. setidaknya kalau untuk peraturan di kantornya sendiri, terutama
di qc-nya disini sendiri, jadi, e.. kita mesti pertimbangkan.. jadi.. misalnya.. kalau misalnya di peraturan e.. P3 atau SPS seperti itu.. e.. seharus.. contohnya kaya misalnya belahan dada dan segala macam gitu ya.. itu ga boleh.. nah tapi ketika kasusnya kita bis.. e.. kita temukan belahan dada, tapi dalam jarak yang tidak terlalu kelihatan, kita masih bisa ya sudah gitu, karena memang ehm.. e.. majornya nggak disitu.. ada.. ada fokus lain.. lain..
T : ada fokus utamanya gitu ya? J : ya, ada fokus utamanya.. ya tapi, seandainya memang Cleavage = belahan dada cleavagenya memang terlalu dekat, apapun itu.. T : pokoknya ketika objek itu menjadi fokus utama? J : ya.. menjadi fokus utama.. sorotan.. terlalu.. terlalu mendominasi di antara.. di layar tersebut gitu.. ya kita mesti potong.. tapi kalau misalnya memang, dia adanya di background.. dia.. dia nggak terlalu.. dia minor gitu ya nggak nggak.. T : nggak terlalu keliatan? J : ya.. jadi ya.. ya.. ya.. ya.. ya udah gitu.. jadi ya, ya kaya gitu – gitu ya kita mesti, kita mesti pinter.. apa namanya.. nilai e.. kasus..
004
T : e.. trus gimana cara kakak sendiri tau kalau misalnya gambar atau adegan itu ngelanggar P3SPS atau nggak? contohnya misalnya kaya adegan berdarah gitu.. adegan
berdarah yang kaya gimana yang melanggar dan mana yang nggak, atau mungkin adegan orang ditembak, adegan kekerasan dan segala macem.. mana yang diperbolehkan dan mana yang nggak gitu.. e.. soalnya kan di P3SPS itu sendiri kan biasanya cuma ditulis nggak boleh ada.. ada kekerasan.. atau nggak boleh ada adegan yang berdarah – darah gitu.. Nah, cara kakak buat nentuinnya itu gimana? J : e.. ya itu.. sama seperti contoh tadi.. cuman.. nah kalau misalnya contohnya darah.. let’s say, kita ambil contoh e.. ehm.. orang nembak misalnya e.. ada adegan tem.. ada adegan penembakan antara polisi sama maling, misalnya kayak gitu ya.. nah di satu.. ada.. ada.. ada 2 contoh nih.. contoh pertama, dia nembak kepala.. dar.. muncrat, hancur kepalanya kan.. itu udah jelas – jelas dipotong dong.. karena nggak.. nggak layak.. itu sesuatu yang udah.. yang buat orang takut, serem, ngeri, jijik bahkan.. nah itu udah pasti.. pasti di cut.. Tapi kan e.. kasus kedua e.. dia nembak dadanya dan des.. darah pun nggak keluar ataupun dikit ya.. ya nggak apa – apa.. gitu karena.. e.. itu salah satu aksi dan itu masih bisa di tolerir, karena belum menimbulkan suatu persepsi orang yang jijik, atau misalnya menyeramkan.. bikin orang mual mungkin karena misalnya, seperti contoh yang pertama, bikin orang darahnya muncrat kaya gitu.. jadi, ya kaya gitu contoh.. contoh – contohnya..
004
T : Jadi intinya harus bisa mem.. apa ya.. kurang lebih harus bisa membayangkan persepsi audience gitu ya kak?
J : iya.. T : ketika menonton.. e.. adegan ini nih gimana gitu reaksinya.. J : Iya.. jadi.. jadi bisa dibilang, saat kita melaksanakan proses quality control, kita bisa asumsikan diri kita sebagai penonton juga.. jadi apakah seperti ini e.. apa namanya.. penonton merasa ngeri atau misalnya merasa oh.. e.. seru atau apa segala macem gitu.. jadi, kita bisa.. kita bisa punya.. ehm.. apa.. cara tersendiri supaya menyeleksi apakah program ini masih bisa ditolerir atau memang nggak bisa.. kayak gitu.. T : oke.. berarti itu balik lagi ke persepsi orang gitu, kak?
masing-masing
J : he..eh
005
T : e.. next.. e.. di P3SPS ndiri itu kan banyak memuat pasal.. nah, menurut kakak sendiri, pasal apa sih biasa paling sering dilanggar? Adegan apa sih biasa paling banyak ada di filmfilm ataukan program – program? J : oke.. kalau misalnya adegan yang sering muncul, mungkin kalau dilanggar ya.. ya.. ya.. ya.. saya nggak tau.. cuman kalau misalnya yang paling sering muncul itu e.. ya belahan dada yang terlalu expose kaya gitu ya.. itu udah pasti nggak.. nggak.. nggak.. nggak boleh karena bisa meningkatkan e.. mungkin kita bisa.. bisa.. bisa menjurus ke arah sensual.. sensualitas dan sensual.. ya pokoknya gitu - gitu ya.. kaya gitu dan itu mesti di cut.. kaya gitu..
kemudian, selain ehm e.. seperti itu.. kekerasan juga, atau misalnya adegan bunuh diri itu sering.. jadi seandainya orang lompat dari gedung….brak.. hancur badannya.. ya walaupun nggak hancur, tetapi darahnya kemana - mana dan itu dilihat secara dekat.. secara zoom gitu.. zoom.. zoom.. dan itu juga mesti kita.. kita.. kita.. kita cut jadi ya.. ya paling.. kemudian makian juga.. makian ya sering juga, baik dalam lagu atau dalam film.. terutama film, makian juga itu sering muncul.. kaya gitu gitu..
005
T : Berarti, kurang lebih awalnya itu, kaya jenis pornografi gitu ya? J : Sensualitas.. iya.. T : Sensualitas pornografi, terus yang kedua itu, bunuh diri? J : ya.. kekerasan.. T : kekerasan.. oke.. dan yang terakhir itu makian? J : iya.. iya makian..
003
T : kalau untuk makian sendiri biasanya diapain? J : hehehe (tertawa)… ya.. ya biasanya kita mute.. maksudnya kita Mute = audio hilang e.. kalau ibaratnya volume, ketika sudah sampai di.. di dihilangkan ucapannya dia, kita kecilin gitu.. atau kita hilangkan audionya dan segala macem.. itu pekerjaan editor dan segala macem.. itu..
supaya nggak kedengaran dia ngomong apa.. gitu tuh..
006
T : Next, ehm.. ini udah dijawab tadi.. pertanyaan selanjutnya aja deh.. sejauh apa staff quality control punya kewenangan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program, kak? J : e... harusnya sih, quality control itu punya.. punya apa namanya.. punya otoritas atau hak yang.. yang.. yang.. yang cukup kuat, dalam.. dalam.. dalam.. e.. pertelevisian ya.. karena e.. quality control ya tempatnya menyeleksi, membersihkan.. gitu loh.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control itu belum bersih, ya belum bersih.. karena quality control itu yang tahu programnya, yang yang hafal jalan ceritanya, yang paham materinya dan dan dan ngerti segala macemnya gitu loh jad.. program tersebut.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control, terutama kalau misalnya dalam tim, dan semua e.. semua.. maksudnya satu tim itu.. seandainya bilang belum, ya belum, harusnya seperti itu ya.. karena, ya, balik lagi.. kita yang tahu isinya, kita yang tahu luar dalemnya, kita yang tahu jalan ceritanya, dan segala macem gitu.. jadi, harusnya sih punya sesuatu.. apa ya namanya.. otoritas atau hak yang kuat, kalau misalnya ini belum lolos ya belum lolos, kalau misalnya ini sudah lolos, ya pasti sudah lolos gitu loh.. kaya gitu..
006
T : Jadi, intinya mutlak gitu ya, kak? J : iya…
T : ya? mutlak pada setiap stasiun tv? J : Ya... he eh..
003
T : e.. terus.. nanya bentar nih, kak.. e.. ini kan untuk pertanyaan tadi.. gimana disebut dengan ‘aman’ dan ‘tidak aman’.. berarti kurang lebih dari apa yang aku tangkep, yang aman itu yang sesuai dengan P3SPS dan yang nggak aman itu yang melanggar? J : ehm.. e.. yang tadi saya bilang, jadi kita.. kita punya aturan.. kita punya aturan P3SPS gitu ya.. tapi dalam prakteknya, atau dalam kasusnya, banyak.. banyak macem – macem yang.. yang.. yang mungkin nggak.. yang.. yang mungkin belum ada nih.. belum ada di ketentuan atau misalnya peraturan tersebut.. Jadi, disitulah kita dituntut buat e.. punya.. punya.. punya.. apa sih namanya.. punya aturan tersendiri gitu.. apakah ini memang layak atau belum layak ditonton gitu.. walaupun memang belum ada di.. di.. di peraturan.. T : di P3SPS? J : iya.. seperti itu..
007
T : e.. terus.. kaya yang tadi kakak bilang kan, kewenangan staff quality control itu sifatnya mutlak.. menurut kakak nih.. e.. pihak - pihak apa saja sih, yang punya kewenangan buat
nentukan suatu program itu layak atau nggak gitu di samping QC? J : e.. ehm.. Dalam beberapa kasus sih.. ehm.. e.. kalau misalnya e.. kalau misalnya memang e.. pihak – pihak yang berwenang atau misalnya yang.. yang.. yang.. yang memiliki otoritas lebih gitu e.. ehm.. itu sudah pasti diatasnya.. atau misalnya supervisornya QC sendiri seperti itu ya.. dan atau misalnya memang e.. T : pimpinan perusahaan? J : ya.. pimpinan perusahaannya ya.. karena ya, beliau.. beliau gitu.. tapi kalau misalnya e.. ada hal – hal lain yang.. yang.. yang.. yang bisa.. ya bisa dibilang.. e.. mengesampingkan.. e.. hasil keputusan quality control.. itu juga bisa terjadi karena ada beberapa situasi.. kaya gitu.. jadi kalau misalnya memang program ini sudah disetujui oleh client.. seperti itu.. tapi menurut.. menurut quality control masih belum, karena gambarnya masih jelek.. jadi kaya, nggak layak, belum layak.. seperti itu.. tapi kalau Di approve oleh client = misalnya clientnya bilang, ya udah nggak apa – apa, sudah di disetujui oleh client approve oleh clientnya.. ya udah gitu, karena emang e.. di samping itu e.. yang terpenting adalah kita sudah menjaga hal – hal yang.. yang.. yang.. yang wajib buat dijaga yang.. ya itu yang tadi.. tidak bersifat pornografi dan segala macem.. makian dan segala macem.. dan ini kasusnya hanya kualitas gambar yang mungkin sedikit - sedikit under kualitasnya.. dan itu masih bisa.. ya sudah kaya gitu..
T : e.. Itu kan kalau approve oleh client kalau emang
007
programnya dari client, sementara kalau untuk program misalkan dari production house atau program yang kita produksi sendiri gitu, diproduksi sendiri oleh O Channel, itu pihak mana selain misalnya pimpinan perusahaan dan staff quality control? Masih ada nggak.. ada nggak staff divisi lain, atau mungkin pimpinan divisi lain yang emang punya kewenangan gitu buat nentuin? J : Untuk programming? Ketua programming.. jadi, beliau itu yang.. yang.. yang.. yang bertanggung jawab sama program, keseluruhan program.. nah, beliau lah yang.. yang.. yang.. yang.. yang bisa jauh lebih berhak lagi.. e.. apakah menurut beliau lolos atau tidak.. ya.. ya beliau lah...
007
T : Ketua Programming itu siapa? J : e.. Mas TJ.. Mas Tanjung.. T : Kalau Om Yanto posisinya apa? J : Om Yanto itu apa ya? Karena e.. baru.. baru tahun ini gitu.. jadi baru tahu.. jadi masih belum.. belum.. belum tahu jabatannya apa.. tapi memang, posisinya Om Yanto itu ada di atas supervisor QC dan di bawah e.. pimpinan programming..
007
T : Oh jadi, posisi Om Yanto itu di atas supervisor QC di bawah programming.. Oh jadi, di antara Ka Jeffry ama Mas TJ.. terus kalau boleh nanya nih, kak.. misalkan kalau harus diurutin nih dalam suatu stasiun tv.. e.. staff QC itu
menduduki peringkat ke-berapa sih kalau untuk urusan kewenangan? Kelayakan program gitu.. kewenangan kewenangan dan segala macem buat nentuin program yang tadi layak atau nggak layak buat tayang gitu? J : ehm.. e.. kalau menurut saya sih, ya itu.. saya nggak bisa.. nggak bisa jawab apakah harus nomor 1,2,3,4 ya.. cuman, yang bisa saya tegaskan di sini adalah e.. yang tahu programnya itu siapa? QC.. yang.. yang.. yang paham isinya dan segala macem, layak atau tidaknya, kaya gitu.. itu QC.. jadi, bisa disimpulkan sendiri siapa yang lebih.. yang lebih.. yang lebih.. yang lebih e.. T : punya kewenangan? J : ya.. yang lebih bisa memberikan keputusan, apakah ini masih.. masih bisa ditolerir atau alias masih boleh tayang, atau memang benar – benar belum bisa tayang alias butuh revisi.. kaya gitu..
007
T : e.. terus.. yang terakhir.. bagaimana pelaksanaan proses quality control yang dilaksanakan di O Channel sendiri menurut kakak? udah ideal atau belum? J : hehe... e.. kalau untuk di O Channel sendiri, jujur ini baru pertama kalinya saya bekerja di sini karena emang belum.. belum pernah bekerja sebelumnya... tapi, ehm.. selama saya bekerja disini, e.. sudah cukup e.. e.. masih kadang bersifat ideal kadang bersifat tidak ideal.. karena ya.. ya itu juga disebabkan karena beberapa kasus.. kalau misalnya bersifat tidak ideal, itu bisa di bilang e.. otoritas QC atau misalnya hak QC itu sering e.. apa ya..
sering di.. di apa ya.. tidak diperhatikan, tidak dianggap karena e.. ada pihak - pihak yang.. yang maksudnya.. ada.. ada.. ada pihak yang.. yang.. yang.. yang membolehkan.. gitu yang.. yang.. yang membolehkan.. padahal di satu sisi seharusnya revisi.. seperti itu.. itu langsung contoh.. langsung contoh kasusnya aja ya.. dan kalau misalnya idealnya.. e.. untuk alurnya sendiri sih sudah.. sudah.. sudah.. sudah berjalan cukup baik karena nggak berantakan sih.. nggak.. nggak berantakan.. udah.. udah baik kalau dari segi alur.. tapi kalau dari otoritas masih belum bisa mengaplis... mengaplikasikan atau misalnya masih belum bisa mengartikan ya QC itu seharusnya ya.. ya itu.. T : aturan benernya kaya gini lho.. J : iya.. gitu.. karena qc yang tau.. gitu lho.. kaya gitu..
007
T : Trus yang dimaksud alur yang bener itu yang kaya gimana, kak? J : Ya alurnya tuh dari segi alur kerjanya.. jadi workflownya.. jadi dari mulai abcdfghij sampai ke tempat QC.. kalau.. kalau dari segi workflownya itu sudah.. udah baik.. sudah baik ya.. sudah baik.. T : Di mulai dari segi kewenangan itu aja? J : ya.. dari segi itu aja..
T : nah kalau misalnya kaya tadi.. contoh kasus yang kakak
Workflow = alur kerja
007
bilang itukan.. ada program yang harusnya.. seharusnya di revisi tapi akhirnya ditayangkan gitu dengan kewenangan.. apa.. kewenangan dari pihak tertentu.. nah dari stasiun televisi itu sendiri, emang nggak ada yang.. nggak ada yang.. apa ya.. kaya ngajuin protes atau segala macemnya gitu, kak? J : hehe (tertawa)...Oh kaya gitu?
T : Ya kaya misalnya ngasih saran, atau misalnya ngasih kritik, atau gimana ya.. kayak ngasih sedikit protes gitu ke.. ke yang punya kewenangan gitu.. J : e.. e... kalau.. kalau untuk protes sih.. kita nggak ya.. cuman lebih kita langsung ngasih buktinya.. ini loh yang kita maksud.. harus di revisi ini seperti ini, selanjutnya e.. tinggal keputusan yang.. yang.. yang.. yang.. yang.. T : yang berwenang aja? J : iya yang berwenang itu.. apakah.. T : yang intinya posisinya ada di atas? J : iya.. apakah menurut beliau memang masih bisa layak, sedangkan di satu sisi menurut QC masih e.. belum.. belum bisa layak dan harus di revisi.. kaya gitu.. jadi, kita lebih langsung ngeliat ini loh.. buktinya seperti ini.. maksudnya, program yang seperti ini tuh menurut kita masih belum, tapi gimana menurut.. Bapak merupakan istilah menurut beliau.. seperti menurut Bapak atau segala macem.. yang digunakan untuk
kayak gitu..
007
T : Nah, kalau kaya gitu.. misalnya nih.. sewaktu - waktu sial – sialnya gitu.. apa yang menurut QC revisi, tapi ternyata ditayangin atas kewenangan si pimpinan ini.. itu ternyata sewaktu – waktu misalnya ya.. misalnya dapat teguran gitu dari KPI.. itu yang.. pihak yang akan disalahkan itu siapa, kak? Apakah QC-nya atau pimpinannya atau gimana? J : ya.. ya udah pasti bukan QC dong, karena kan yang di dari.. dari statusnya aja kan e.. QC bilang revisi gitu.. tetapi ketika dinaikkan tidak ada tanda tangan atau tidak ada bukti yang.. yang.. yang.. yang.. yang.. yang jelas kalau misalnya QC itu mengok-kan atau misalnya meloloskan karena posisinya masih belum lolos atau revisi, itu udah pasti ya QC ya.. ya.. ya.. yang nggak mungkin disalahkan..
003
T : oke.. jadi intinya kalau emang QC bilang revisi itu pasti revisi? dan ketika... J : seharusnya.. T : ya seharusnya? J : ya seharusnya.. ketika.. ketika QC bilang revisi, ya seharusnya di revisi.. karena ya itu balik lagi.. kita tahu.. kita tahu isinya dan kita seakan – akan mengasumsikan diri kita sebagai penonton gitu
menggambarkan Direktur.
demi kelancaran, demi kesejahteraan perusahaan tersebut juga gitu loh..
003
T : Jadi ketika QC bilang revisi, itu pasti di balikin ke editor dan revisi juga kan? J : he eh..
007 T : dan ketika program itu ditayangkan, dan misalnya ada masalah, berarti itu kurang lebih bisa di bilang di luar tanggung jawab QC? J : Iya.. iya.. T : ehm.. ya udah sih itu saja kayanya… J : baik.. 007
T : e.. satu lagi deh pertanyaan terakhir.. tanggapan kakak aja… J : boleh.. T : secara nggak langsungkan tadi kakak bilang, kalau QC itu punya kewenangan gitu.. pendapat kakak sendiri gimana sih.. sebagai seorang staff QC yang misalnya kaya kasus tadi, yang kakak udah bilang revisi seharusnya nggak boleh tayang, tapi ternyata ditayangin gitu?
J : ehm.. ya nggak kenapa - kenapa juga sih, karena.. balik lagi.. ketika seandainya nanti ada suatu teguran atau apapun, kita nggak bisa disalahkan karena kita belum meng-ok-kan, dan.. dan.. dan.. ya itu.. belum meloloskan dan berarti, yang meloloskanlah tersebut.. yang meloloskan itu yang.. yang.. yang mesti bertanggung jawab.. gitu.. buktinya banyak.. eh.. ada buktinya.. gitu.. hehehe..
T : oke.. berarti itu di luar tanggung jawab QC gitu ya, kak? ya udah sih sekian aja wawancara saya… J : baik.. T : Terima kasih atas waktunya, kak.. J : sama – sama..
Informan 3 Peneliti : Mega Herlina Subjek : Santoro Darofit Jabatan : Staff Quality Control Usia
: 29 Tahun
Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel Tanggal : 20 April 2013 pukul 09.50 – 10.20 WIB Tempat : Ruangan Quality Control Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10 pagi, dimana wawancara yang dilakukan berlangsung dengan sangat lancar, karena pada hari Sabtu hanya ada sebagian staff yang masuk kerja. Karena minimnya aktivitas di ruangan kantor pada hari Sabtu pagi,
maka peneliti dapat dengan leluasa melakukan wawancara dengan informan tanpa adanya gangguan dari pihak lain. Selain itu, suasana tenang yang muncul karena minimnya aktivitas juga sangat membantu peneliti karena peneliti dapat melakukan wawancara dengan santai dan fokus informan tidak terganggu. Catatan Lapangan
Kode
Transcript
Ketika peneliti sampai di ruangan quality control, ternyata informan telah siap untuk melakukan wawancara. Oleh karenanya, peneliti langsung melakukan wawancara.
001
T : e.. sebelum mulai wawancaranya.. aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa, kak.. Nama lengkapnya siapa, kak? J : Santoro Darofit..
001
T : e.. tempat tanggal lahir? J : Saya lahir di Jakarta.. tanggal 29 Januari 84..
001
T : Umurnya sekarang berapa, kak? J : e.. 28.. 29.. 29 taun..
001
T : ohh.. pendidikan, ka.. kakak lulusan dari mana? J : kalo kuliah sih dulu di Mercu Buana.. itu ambilnya S1 ilmu komunikasi.. trus jurusannya broadcasting..
001
T : e.. trus pengalaman kerja nih, ka? kaka pernah kerja dimana aja? J : pengalaman kerja? waduh.. ada banyak itu.. mesti disebutin
Catatan Jawaban Responden
semuanya? T : yaa.. kalo inget semuanya sebutin semuanya gapapa.. J : e.. yang pertama itu taun 2003.. e.. itu jadi script writer waktu itu.. trus abis itu pindah ke PT. Sari Rasa.. yang Sate Khas Senayan itu lho.. itu jadi Assistant Manager.. kalo ga salah itu taun 2007an.. tapi disitu ga lama.. abis dari situ itu ke Global TV.. taun 2007 juga trus jadinya Production Assistant.. lalu pindah lagi ke.. e.. ke MNC Sky Vision.. itu.. e.. jadi Customer Care Inbound.. lalu taun 2008 pindah lagi ke Antv jadi staff qc.. e.. lalu taun 2009 baru pindah ke sini.. ke O Channel jadi quality control staff juga.. T : wow.. banyak banget, kak.. pindah kesini bulan apa, ka? J : e.. kalau ditanya bulannya.. aduh.. ga inget saya.. cuma kalo taunnya, itu taun 2009.. T : ohhh..jadi udah agak lama juga yaa, ka? J : iya.. kurang lebih begitu.. T : Oke.. aku mulai wawancaranya ya, kak.. J : iya.. silahkan.. 002
T : Yang pertama, mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : Karena itu perlu banget.. e.. di.. station tv sendiri itu sebenernya.. quality control itu nggak hanya ngecek untuk quality aja.. lebih juga ke censorship.. e.. yang patokannya itu ada.. kalau
untuk quality sendiri itu ada.. kaya teknisnya.. kaya audio, video, sedangkan untuk e.. kontennya ada yang berkaitan dengan kekerasan, trus pornografi, serta serta SARA.. jadi itu perlu banget, kita ada.. di masing – masing station tv tuh ada.. apa.. kaya peraturan sendiri gitu.. jadi beda.. jadi say.. saya rasa perlu untuk ada quality control..
002
T : Nah terus kalo menurut kaka sendiri, proses quality control yang baik itu yang kaya gimana sih? J : Kalau yang baik.. em.. tentunya.. adanya alat yang memadai.. terus adanya SDM juga.. terus.. sebenernya sih masing – masing ya.. kalau dari.. station tvnya sendiri sih ada macem – macem aturan.. beda – beda jadi gitu.. misalnya kalau kaya teknisnya.. kalau yang disini kaya gini standarnya kaya gimana gitu.. terus kalau untuk konten, itu kaya gimana sih.. pokoknya beda – beda sih.. kalau yang baik sih.. ya perlu adanya SDM yang baik, terus peralatan, kaya tools – toolsnya yang kita gunain juga harus bagus gitu baik.. he eh..
007
T : e.. terus yang ketiga.. kendala apa aja sih yang umumnya kaka hadapi ketika melakukan proses quality control? J : Kalau kendalanya sih.. kebanyakan kan ya, human error gitu ya.. kalau orang udah lama.. kan kalau QC itu kan kerjanya nonton.. nonton tv terus selama.. kalau di O Channel sendiri sembilan jam.. satu jamnya tuh istirahat.. gitu.. jadi, paling human
error.. terus kedua itu, yang tadi saya bilang, alat gitu.. masalahnya itu aja.. itu aja sih..
T : e.. bisa di deskripsiin nggak, kak, maksudnya kendala alatnya itu yang kaya gimana? J : Kalau kendala alat ya.. kaya apa ya.. mungkin kalau mega sendiri tau ya, disini kan alatnya juga kurang, terus kadang suka apa rusak gitu la ya.. jadi nggak bisa dipake.. balikin ke teknik juga baliknya begitu lagi.. terus yang kedua juga materinya.. materi yang kita terima tuh kadang, nggak sesuai atau nggak mumpuni alat kita gitu.. misalnya kaya.. dia ngasih betacam, tapi betacamnya betacam digital, sedangkan permasalahannya, alat kita lebih kepada alat apa.. kaya analog gitu.. paling itu aja sih kebanyakannya... pengalaman saya disini gitu..
002
T : e.. terus distribusi kerja yang harus dimiliki oleh staff quality control itu apa sih, kak? Job desknya gitu.. J : Job desknya..? T : Job desk seorang staff quality control..? J : kalau job desknya itu sih paling.. pertama sih.. nonton ya.. suka nonton program yang out source ataupun original.. kalau original Out source merupakan itu.. program yang produksi di O Channel sendiri.. kalau out program-program yang source itu, program seperti TVC, terus ada video klip juga.. ya diproduksi dari luar,
kerja kita nonton.. kita cek.. e.. sesuai dengan peraturan P3SPS.. terus ke pertama itu ya.. melihat apakah berkaitan dengan konten sendiri.. tapi itu peraturannya lebih kepada perusahaan gitu.. jadi kalau perusahaan bilang ya.. nggak apa – apa.. oke gitu.. terus... e.. keduanya teknis.. kita harus melihat teknis juga.. standarnya kaya gimana gitu.. kaya audio level terus kaya.. chroma em.. warna.. terus kaya background segala macem.. chroma key atau pokoknya editingnya lah gitu.. itu tiga itu..
003
Chroma warna atau chroma key merupakan mengacu pada kemurnian atau T : jadi e.. ketika program masuk, itu harus bener – bener di kecerahan warna. preview atau justru kaya.. misalkanlah kalau ada yang harus di revisi gitu, kak.. itu harus ada dikurangin, ditambahin, atau dimodifikasi gitu ya, kak? J : iya.. he eh.. di edit.. seperti itu.. T : Dibalikin lagi ke editing?
003
002
seperti PH ataupun client, sementara original merupakan program-program yang diproduksi sendiri oleh O Channel.
J : Iya.. he eh..
T : e.. terus.. fungsi proses quality control bagi stasiun tv itu apa sih, kak, menurut kakak? J : em.. kalau menurut saya sih.. mengurangi atau me... membatasi kesalahan apa ya.. yang fatal gitu.. karena perlu.. perlunya ada quality control kan, kalau misalnya produksi itu sendiri kan, dia lebih memproduksi.. dia itu kadang suka lupa apa gitu ya, kalau
misalnya kita ngecek.. suka lupa templatenya.. namanya salah.. terus audionya jumping atau temponya jumping.. itu paling lebih ke itu aja sih.. terus, yang terutama sih.. yang di.. paling di liat sekarang ini.. KPI gitu.. yang berkaitan dengan konten.. Jadi ya paling itu sih.. kita membatasi kaya.. Jadi semua yang mau tayang harus lewat QC dulu baru boleh tayang gitu.. T : Jadi membatasi dan mengawasi isi tayangan? 002
J : Iya.. he eh..
T : nah terus.. apa definisi P3 dan SPS menurut kakak? 005
005
J : Kalau P3SPS itu.. paling kita nyebutnya sebagai apa ya.. acuan aja sih.. tapi kalau itu.. emang acuan tapi kadang kita suka ikutin.. tapi balik lagi owner kita kaya gimana gitu.. kalau di O Channel sendiri kan kadang, apa ya.. kaya.. pornografi itu lebih ke second opinion lagi sih.. kalau dilihat lagi pake common sense kitalah gitu.. jadi masing – masing apa.. perusahaan itu beda – beda.. kalau misalnya P3SPS memang sebagai acuan aja sih..
Audio jumping atau tempo jumping merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan audio atau tempo program yang berjalan kurang lancar atau melompatlompat (missal : dari detik ke 2 langsung ke detik 10)
P3 merupakan singkatan dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS merupakan singkatan dari Standar Program Siaran, dimana P3 dan SPS ini merupakan regulasi yang menjadi acuan dari pelaksanaan T : e.. terus pertanyaan selanjutnya.. mengapa proses proses quality control. pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS?
J : balik lagi ke tadi tuh.. e.. KPI.. karena kalau KPI itu kan.. kalau kita nggak ikutin P3SPS, kode etik jurnalistik trus kaya..
pornografi, kekerasan, segala macem.. kita pasti akan melenceng.. terus akan dikenakan kaya sanksi.. apa.. teguran lah ya.. surat teguran dari KPI dan itu paling di.. akan dihentikan tayangannya selama beberapa pekan.. biasanya sih gitu.. jadi perlunya kita acuan untuk P3SPS itu gitu..
005
T : kalau misalnya kaya kesalahan – kesalahan ringan gitu.. teguran dari.. eh, teguran dari KPInya juga misalnya pemberhentian jam tayang gitu, kak? J : ya, betul.. pemberhentian ini programnya.. jadi, harus ganti program.. jadi misalnya.. T : kalo ada kesalahan kecil gitu, kak? J : Iya.. he eh.. jadi nggak boleh.. nggak.. misalnya.. si.. program A ini nggak boleh tayang lagi karena dia pernah me.. mengisukan SARA atau pornografi gitu.. jadi, mungkin di kasih waktu, untuk dua minggu ini, siaran program ini ga boleh tayang oleh KPI.. jadi gitu.. kalau yang selama saya alami sih kaya gitu..
004
T : e.. terus.. cara kakak mengetahui apakah suatu gambaran atau ade.. adegan itu melanggar P3SPS atau.. atau nggak itu gimana, kak? Soalnya kan, ada yang aku baca gitukan di P3SPS, paling kan cuma ditulis, nggak boleh ngelanggar pornografi, sedangkan nggak lebih dideskripsikan gitu, pornografi yang dimaksud tuh yang kaya gimana.. jadi kalau
menurut kakak sendiri.. cara kakak buat nentuin itu gimana? J : balik lagi.. emank kaya apa ya.. dari perusahaan sendiri sih... mungkin dari.. lebih jelasnya lagi ntar bisa tanya ke mas jeffry lah ya.. soalnya dia kan lebih ngerti.. kalau saya sendiri sih lebih apa ya.. acuannya lebih ke apa ya.. common sense aja sih.. kalau kita lihat.. tapi balik lagi sih ke bosnya lagi.. kalau misalnya, kita bilang nggak, tapi bosnya bilang iya.. ya udah gitu sih... kalau yang kita alamin di O Channel punya..
004
T : tapi kalau misalnya ada satu adegan nih.. menurut kaka oke, menurut yang lain nggak gitu.. terus.. sesama staff sih maksudnya.. kaya ama kak nicky ama kak gemi.. nah, cara kakak buat ininya gimana? nyesuainnya gimana? J : em.. paling kita ngobrol bareng ya.. biasanya kalau kita nanya bareng – bareng.. misalnya, eh ini.. ini.. ini udah pernah ditonton belum gitu.. jadi kaya gini oke nggak nih.. biasanya lebih ke yang staff – staff lamanya gitu ditanyai begitu.. atau nggak kita tanya ke mas jeffry.. mungkin ntar penjelasannya lebih ke mas jeffry kali ya.. mungkin dia lebih.. detil lagi kali.. he eh.. karena beliaukan udah cukup lama ya.. hehe (tertawa)..
T : e.. next, kak.. biasanya.. pasal apa aja sih yang paling sering dilanggar? 005
J : pasal? ya itu.. T : maksudnya adegan – adegan apa gitu yang dari sekian banyak program yang kita tonton .. adegan apa yang paling banyak muncul gitu.. yang maksudnya melanggar P3SPS itu? J : di O Channel? khususnya ya.. kalau O Channel tuh lebih ke pornografinya aja sih ya.. kaya.. em.. apa.. orang cewe nggak pake bra.. gitu terus.. mohon maaf itunya jiplak gitu kan.. terus em.. kissing segala macem.. terus.. apa.. maki – makian.. kayanya sih lebih ke itu aja sih.. kebanyakan.. ke movienya segala macem.. kalau untuk teknisnya sih pasti banyak lah ya.. kalau untuk teknis.. T : teknis itu kaya misalkan audio scratch, video under, gitu gitu? Scratch merupakan J : iya.. he..eh.. terus kaya template segala macem juga termasuk istilah yang digunakan teknis.. untuk menggambarkan kerusakan pada audio T : e.. selain pornografi, kira – kira yang lain, yang paling maupun video, dimana sering muncul apa, kak? gangguan tersebut bisa J : paling sering muncul.. apa ya.. ya teknik tadi.. teknis tadi.. kaya berupa audio terpotong jumping, trus.. video nyangkut segala macem lah pokoknya... he ataupun terdapat garis atau kotak pada gambar eh.. sehingga gambar tidak T : nggak maksud aku, yang.. yang.. lebih mengarah ke P3SPS mulus. gitu, kak.. 005
J : P3SPS?
T : kalo.. kalo yang tadikan teknis itu lebih ke perusahaan.. J : ya.. T : sementara kalau untuk yang P3SPS itu, selain pornografi..?? J : selain pornografi..?? oh itu ada juga sih mistis ya.. mistis.. mistis juga nggak boleh.. waktu itu pernah sih ada program apa ya.. jadi, iklan yang ngomongin tentang.. lupa deh pokoknya.. detilnya udah lupa.. tapi pokoknya berbau tentang klenik atau mistis gitu.. kayak dukun – dukunan tuh nggak boleh.. disini.. paling itu sih.. tapi jarang.. T : Kalau misalnya kekerasan, kak? 005
004
J : Kekerasan.. beberap.. di movienya sih jarang ya.. paling tembak – tembakan doang ya mungkin.. mega tau juga kali ya.. he eh.. ya boleh deh tambahan itu.. he eh..
T : e.. terus ini, aku mau nanya, kak.. e.. enggak kan nggak semua.. apa ya.. yang namanya.. e.. yang namanya movie itu kan pasti banyak jenisnya.. programnya itu kan banyak gitu kan.. dan nggak semua itu kan pasti tertulis di P3SPS.. nah, cara kakak buat nentuin, oh ini nih.. misalnya kaya.. apa ya.. pokoknya ada.. ada pelanggaran gitu deh.. kaya misalkan.. e.. pelanggaran program tapi.. yang nggak ada di P3SPS gitu.. soalnya P3SPS itu kan nggak memuat semuanya.. cara kakak
nentuin ini boleh ditayangin atau nggak gimana? J : itu dari si.. kepala programming kita itu, si mas TJ sih.. aturannya dari dia.. nggak ada.. slalu dikeluarin.. kemarin tahun lalu sih kemarin.. waktu lagi meeting sih, acuannya tuh masih seperti dulu.. tapi ntar ada lagi sih.. acuannya sih dari dia.. kita sih ngikutin aja gitu..
T : acuan yang seperti dulu itu yang kaya gimana, kak? 004
J : yang kaya dulu ya.. kaya pornografi.. kaya paha, rokok, segala macem, terus nembak darah itu nggak boleh.. disini.. maki – makian juga nggak boleh.. paling gitu aja sih.. ntar tapi ada aturan baru lagi dari beliau sih.. mungkin.. T : Jadi, ti.. tiap tahun pasti di.. di.. di.. maksudnya di.. di bikin aturan baru gitu?
004
J : em.. iya sih.. kayanya sih kaya gitu.. cuman.. dari mungkin ntar mas jeff.. tanya ke mas jeffry aja mungkin.. tapi tetap kaya dulu lagi gitu.. abu – abu gitu lho.. jadi mungkin ada.. mungkin kaya.. tadi mega bilangkan.. kadang kalau di lihat si nicky begini nggak apa – apa.. terus kalau dilihat gue malah jadi beda gitu kan.. yang mungkin abu – abu lagi deh gitu.. mungkin, si mas TJ mau nyamain semuanya.. yang tau ini.. mungkin kaya gitu sih.. mungkin lebih ke mas jeffry kali ntar kalau misalnya itu.. dia lebih.. soalnya dia kan sering ngobrol sama mas TJ gitu..
003
T : oke.. pertanyaannya.. next.. bagaimana cara kakak menyeleksi materi tayang hingga dapat disebut aman dan tidak aman? Kayanya jawabannya agak mirip ke yang tadi dijawab.. J : iya..he eh.. T : lebih banyak ke common sense? J : he eh.. he eh.. betul.. he eh..
006
T : e.. next aja.. sejauh apa staff quality control memiliki kewenangan, kak, untuk menentukan layak atau enggaknya suatu program? J : em.. kalau staffnya sih ini ya.. kalau.. lebih ke supervisornya ya kali ya.. T : he eh.. J : he eh.. kalau misalnya untuk tayangan.. untuk kelayakan atau tidaknya gitu.. kalau misalnya, udah yang biasa gitu.. misalnya si mas jeffry, ini udah biasa nih.. jadi kan, kita kan tau.. ya udah berarti kita telah.. la.. la.. layak tayang gitu kan.. tapi kalau misalnya yang bener-bener belum biasa kaya... adanya tadi.. audio..
T : pelanggaran baru gitu ya? J : ya.. pelanggaran baru.. mungkin kita lebih ke mas Jeffrynya gitu lho.. kita sih, acuannya ke mas Jeffry.. kita tanya ke dia dulu, baru kita ke mas TJ.. jadi apa ya.. susah juga ya ngomong ya.. otoritasnya ya... hahaha (tertawa).. T : mutlak atau nggak gitu? J : nggak begitu mutlak sih kalau staff ya.. kalau staff, nggak begitu mutlak.. T : tapi.. yang mutlaknya itu kalau.. atasan? J : ya.. headnya.. he eh.. lebih ke dia..
T : oke.. oke.. e.. terus.. e.. siapa aja yang memiliki kewenangan untuk menentukan layak atau nggaknya suatu program? 007 J : ya itu.. di sini ya.. O Channel sendiri ya.. kalau nggak mas Jeffry.. mas Jeffry untuk lebih ke konten.. Om Yanto.. terus lebih tinggi lagi, mas TJ.. mungkin ntar mega bisa ngobrol ke mereka kali ya.. lebih.. lebih ini.. lebih jelas kali ya..
006
T : e.. next.. oh.. ini yang mau aku tanyain.. kewenangannya sendiri.. kalau menurut kakak gitu.. di stasiun tv, kewenangan
departemen QC itu sebenernya mutlak atau nggak sih? J : departemen QC.. iya, mutlak..
006
T : Mutlak? Jadi kalau misalnya ada keputusan yang dibuat oleh staff QC itu nggak bisa diganggu gugat? J : Iya.. Iya.. he eh..
007
T : nah, tapi untuk pelaksanaan disini sendiri itu kaya gimana? J : kalau disini.. lebih ke ini ya.. Mas TJnya.. tapi kadang mas TJ juga kadang – kadang bantuin kita.. dia kan.. e.. kepala programming kan disini.. dia juga kadang – kadang oke kadang – kadang nggak gitu.. tergantung ke dia sih.. kalau di bilang mutlak ya mutlak emang.. hem.. jadi nggak bisa produksi, misalnya, ini paha nggak boleh, terus dari QC.. eh.. QC bilang nggak boleh nih paha.. terus di produksi boleh.. terus nggak mungkin produksi naikin sendiri.. nggak bisa.. harus lewat QC semuanya.. jadi saya bilang mutlak..
007
T : e.. maksudnya.. e.. aku mau nanya lagi nih.. pernah ga terjadi kasus, misalkan kaya, kakak bilang revisi, tapi ternyata dari mas Jeffry boleh.. itu dengan pertimbangan kaya gimana sih, kak, yang aku mau.. mau tau gitu kan.. soalnya kan masih.. aku masih baru juga di sini.. jadi kan kalo
dari QC bilang revisi nih.. tapi ternyata ditayangin.. kira – kira pertimbangan apa sih gitu yang.. apa yang bikin itu ditayangin? J : em.. itu mungkin ntar tepatnya ke mas TJ ya nanyanya.. terus.. kalau itu sih.. apa ya.. mungkin kita itu dikasih A.. tapi ini.. A ini.. bisa di obok – obok lagi oleh.. e.. bisa dirubah lagi oleh mas TJ gitu.. mas mas TJ.. ini ada A nih.. nggak boleh nih.. terus si A ini diliat lagi mas TJ.. kalo mas TJ liat.. dengan common sensenya dia.. misal oke ya udah oke.. paling gitu sih.. ntar mungkin lebih.. lu.. lu bisa tanyain ke mas TJ.. Mas TJ.. a.. apa sih ininya.. apa.. e.. acuan mas TJ sebagai.. e.. kepala programming terus gitu.. bisa yakin bahwa ini tuh.. it’s oke gitu.. mungkin juga.. T : padahal revisi..revisi gitu? J : he eh.. atau dari.. pokoknya kita tuh seber.. si staff itu hanya batasan aja.. A A semua gitu.. ntar tapi.. penentuannya dari head supervisor sama kepala programming.. gitu kan.. gitu.. kalau terjadi kasus ya... kalau misalnya oke oke aja sih.. kalau yang standard mungkin, mereka masih bisa.. mungkin masih bisa betulin..
002
T : e.. pertanyaan terakhir nih, kak.. J : he eh.. T : e.. gimana pelaksanaan proses QC yang berlangsung oleh..
e.. di O Channel sendiri menurut kakak? J : em.. prosesnya atau.. jalannya proses ini udah kayak gimana gitu maksudnya..? T : e.. keseluruhan sih... J : keseluruhan..? kalau jalannya.. mungkin mega nanya.. maksudnya.. prosesnya gimana gitu.. pertama.. yang pertama, mungkin.. dari produksi ataupun dari apa.. PH atau outsource gitu.. outsource program.. dia menyerahkan materi ke kita.. nih ya.. kita preview.. kita bikin log.. itu ada acuannya tadi.. yang P3SPS dah sama teknis segala macem.. terus kita revisi.. kita balikin lagi.. tapi beberapa kelompok produksi di review sendiri.. kalau untuk outsource dikembalikan lagi ke PHnya.. baru ntar masuk lagi kemari di preview ulang.. gitu.. T : pokoknya sampe lolos? J : he eh.. sampe lolos..
007
T : nah terus, kalau untuk jalannya proses sendiri.. misalnya kaya.. udah.. udah berlangsung baik atau nggak.. udah ideal atau belum gitu, kak.. udah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya atau engga gitu, kak.. J : em.. kalau dibilang untuk sesuai dengan ketentuannya.. cukup bisa dibilang sesuai dengan ketentuannya.. tapi.. apa ya.. sus susah juga ya.. mungkin mega tau sendiri kali ya.. em.. kalau..
kalau saya sendiri sebagai staff sih.. ya sudahlah.. sudah sesuai dengan ketentuan lah.. kalau menurut saya sih..
T : berarti udah berlangsung baik gitu ya, kak? J : sudah.. sudah berlangsung baik sih.. tau deh kalau misalnya.. mas TJ kalo ada apa – apa di luar gitu kan.. kalau program – programnya kan engga.. kalau sebagai staff sih udah cukup baik.. 007
007
T : em.. satu pertanyaan tambahan, kak.. kalau misalkan aku mau nanya nih... e.. e.. kalau kakak bisa kaya ngerangking gitu.. kewenangan staff quali.. eh, kewenangan departemen quality control ini ada di urutan ke berapa sih? Di O Channel ini gitu.. J : quality control ya.. em.. apa ya.. lebih kaya kebatasan aja ya.. dia lebih.. ke berapa ya.. maksudnya ke tengah tengah sih ya.. jadi kepalanya.. maksudnya kita jad.. jadi.. apa.. batasan aja gitu maksudnya.. maksudnya gimana sih.. jadi.. T : Jadi maksudnya yang paling tinggi itu, yang pegang kewenangan disini siapa..? J : oh.. pegang otoritas..? si bapak direktur kita, Pak Yustia... T : ohh.. J : he eh.. jadi kalo misalnya Pak Yustia bilang oke segala macem,
baru ke mas TJ.. eh, mas TJ.. baru ke Pak Yus...Pak Yus udah selesai beres.. dia lebih otoritas paling tinggi dia.. kalau qc berarti kita emang.. yang paling ini.. T : Berarti di bawah direktur itu.. di bawah Pa Yustia itu.. J : ada mas TJ.. T : mas TJ..? J : mas TJ baru Om Yanto.. Om Yanto baru menjalar ke mas Jeffry.. terus.. he eh.. T:
baru ke staff quality control..?
J : he eh.. staff quality control.. baru ada si mas.. e.. mas TJ ada lagi.. jalar si produksi.. produksi baru jalar lagi.. terus kameramen segala macem studio.. gitu.. tetep si mas TJ.. gitu.. T : jadi kewenangan utama ada di dia gitu, ka..? J : he em.. dia mau bilang apa terserah deh.. hehe (tertawa).. 007 T : tapi kalau misalkan.. ada kasus gitu, kak.. misalnya yang dari qc bilangnya revisi.. tapi ternyata ditayangin gitu kan.. nah, ketika balik.. misalkan kena kasus gitu.. KPI nuntut nuntut segala macem.. itu yang bertanggung jawab siapa? Maksudnya, departemen qcnya sendiri bakal disalahin gak gitu, kak?
J : kalau disini.. e.. untuk staffnya sendiri sih nggak.. yang kena itu biasanya supervisornya atau si head.. head programming.. T : Mas Jeffry ama Om Yanto? J : ya.. Mas Jeffry sama Om Yanto.. 007 T : Tapi kan kalau misalnya kita ngomongnya revisi.. berarti itu itu bukan.. secara nggak langsung, itu bukan salah kita dong, kak? J : Ya.. betul.. T : tapi kenapa pas dibalikin.. maksudnya harus kita yang kena teguran gitu..? J : itu sepertinya... kalo pertanyaan itu sepertinya e.. apa ya.. em.. politik kantor ya.. jadi nggak ngerti deh kalo masalah gitu.. soalnya kalo disini.. kamu seharusnya mega.. emang bener itu.. jadi kalau misalnya QC bilang revisi, jadi kalau udah tayang naik, bukan salah QC dong seharusnya gitu.. sebenernya.. T : iya.. jadi kan kaya, kita udah ngelakuin tanggung jawab kita gitu kan.. sejauh ini.. tapi ketika harus di revisi ulang.. J : Tiba – tiba tayang.. terus itu nggak tau siapa yang nayangin.. siapa yang okein.. terus kena kasus.. dibuangnya ke QC gitu.. itu sebenernya nggak nggak boleh.. cuma disini, ya mungkin jadi rahasia umum aja kali ya.. gitu ya.. ya.. yang bertanggung jawab kalau mungkin mega nanya yang bertanggung jawab.. supervisor
kita, mas Jeffry dan Om Yanto, Kepala Program Services.. 004 T : Jadi, mungkin kaya masih belum ada aturan yang kuat ya, kak? Yang.. yang buat.. apa ya.. buat.. buat ngelindungin gitu lah.. J : ya.. kalau mau lindungin.. mungkin kan.. tadikan gua udah bilang.. e.. mas TJ mau bikin lagi aturan baru.. yang mungkin itu ntar bisa akan menjadi.. bisa dilindungin ya.. kan soalnya kita udah punya kertas nih, mas TJ bilang ini udah oke.. jadi kalau sekarang belum ada.. kalau sekarang belum... masih belum ada kertas yang tertulis, karena dulu nggak tau deh.. karena itu mas.. mas Jeffry lah yang ituin.. ya mungkin ntar kali ya.. sebenernya, lumrahnya sih emang kaya gitu.. bukan salah QC dong, kalo misalnya QC bilang nggak, ya nggak boleh ditayangin lah.. cuma kalau disini, tidak.. kalo.. kalo mega nanya sudah akurat atau udah berjalan dengan baik untuk masalah yang itunya.. saya sebagai staff bilang belum.. 007
T : berarti kurang lebih.. kalau staff.. bisa dibilang secara alur udah baik.. gitu ya? J : iya.. alur sudah baik..cuman.. T : tapi untuk kewenangan dan segala macemnya masih.. J : politik kantor..
T : politik kantor? J : nggak ngerti deh.. politik kantor sih ya.. mungkin.. ya mungkin ntar mega bisa nanya ke mas Jeffry gitu kan.. kasus yang tadi gua bilang itu bisa jadi tambahan pertanyaan buat beliau.. terus mas TJ lagi.. yang lu bilang tadi.. apa sih yang buat mas TJ bisa mengiyakan program ini atau apa.. T : maksudnya yang di revisi di QC? J : he em.. yang di.. kenapa mas TJ kok bisa bilang oke? apa sih, mas, ini.. acuannya gitu.. boleh ga, mas..? mas sebagai e.. kepala programming.. sebagai yang udah lama berkecimpung di dalam programming.. gimana sih, mas? ceritain donk, mas.. gitu.. gimana gitu..? mungkin itu kali sih mega pertanyaannya ke dia ntar.. udah..
T : Udah sih itu aja, kak.. J : Oke sip.. T : e.. terima kasih atas waktunya.. maaf yaa, kak, ganggu.. J : Oke.. ha ah.. sip.. hehehehe.. sukses.. moga lulus yaa.. T : amin.. J : amin.. amin.. amin..
Informan 4 Peneliti : Mega Herlina Subjek : Jeffry S. Wibowo Jabatan : Head Quality Control Usia
: 39 Tahun
Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Pengawasan & Modifikasi Konten, Penilaian & Penentuan Kelayakan, P3 & SPS, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel Tanggal : 23 April 2013 pukul 11.33 – 12.03 WIB Tempat : Ruangan Quality Control Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada hari senin siang sekitar pukul 11, dimana ketika peneliti datang, tidak ada orang lain di ruangan quality control selain informan selaku head quality control yang sedang mempreview program movie. Ketika peneliti datang, wawancara pun
langsung dilakukan karena informan telah siap untuk diwawancara. Sama seperti pada wawancara sebelumnya, situasi pada wawancara kali ini pun cukup kondusif, karena tidak ada orang lain di ruangan selain peneliti dan informan, yang dikarenakan seorang staff quality control tidak masuk pada hari senin, sementara 2 orang sisanya masuk shift siang sekitar pukul 2. Untuk mendapatkan suasana yang lebih tenang, maka penulis menutup pintu ruangan, sehingga tidak ada staff lain yang bisa masuk dan berlalu lalang, dan karenanya pula fokus informan tidak terganggu sehingga wawancara dapat berlangsung dengan lancar. Catatan Lapangan
Kode
Wawancara dilakukan di ruangan quality control dalam suasana yang tenang dan kondusif.
Transcript T : mulai aku rekam yaa.. J : oke.. T : sebelum mulai, aku mulai dari data pribadi dulu ya, ka.. J : oke..
001
T : e.. yang pertama, nama lengkapnya siapa, ka? J : Jeffry S. Wibowo.. Jeffry Satrio Wibowo..
001
T : trus tempat tanggal lahir, ka? J : saya lahir di Jakarta.. taun 73.. tanggalnya tanggal 4 Juli..
001
T : berarti usianya sekarang berapa, ka?
Catatan Jawaban Responden
J : 39 taun.. 001
T : trus pendidikan nih, ka.. kaka kuliah dimana dulu? J : dulu itu kuliahnya di Iowa State University.. e.. itu lulusnya bulan Mei taun 99 kalo ga salah.. T : itu ambilnya jurusan apa, ka? J : e.. ambilnya Visual Studies.. jadi emank semuanya lebih ke penglihatan.. T : ohh.. trus gelarnya? S1 juga? J : S1 juga.. cuma gelarnya BFA.. Bachelor Fine Art.. e.. jadi BFA in Visual Studies.. T : ohh.. trus sejak kapan sih kaka kerja di O Channel?
001 J : saya bergabung di O Channel.. e.. sejak tahun 2005.. sejak February 2005 tepatnya.. T : wahh…udah lama banget yaa, ka? J : iyaa.. seperti itulah..
002
T : e.. oke.. aku mulai aja dari pertanyaan nomor satu.. e.. mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : e.. proses.. e.. kualitas tayang sebuah tv station.. e.. ditentukan
oleh divisi qc dari tv tersebut.. jadi, itulah diperlukan sebuah.. e.. qc.. gitu..
002
T : e.. terus kalo menurut kaka, proses quality control yang baik itu yang kaya gimana sih? J : e.. pro.. proses yang.. qua.. e.. qc yang baik adalah of course.. e.. didukung oleh alat – alat yang bagus.. e.. sdm.. e.. sumber daya manusianya juga bagus.. dan juga.. e.. yang tidak kalah pentingnya tuh.. kewewenangan dari.. e.. apa yaa.. e.. petugasnya.. officernya tuh.. e.. qc officernya.. e.. juga diperlukan.. jadi.. e.. supaya nggak.. apa yaa.. e.. boleh dibilang mutlak lah kewenangannya.. biar ga.. ga ribut lagi nanti.. ada atasan bilang ga boleh, nanti bawahan bilangnya harus naik tayang atau segala macem.. jadi kita perlunya otoritas yaa.. otoritas yaa..
002
T : jadi proses quality control yang baik itu, harus didukung dengan.. e.. peralatan dan juga sumber daya yang memadai gitu yaa, ka? J : ya, betul..
T : e.. terus yang ketiga.. kendala apa aja sih yang umumnya kaka hadapi ketika melakukan proses quality control? 007 J : kendala? e.. kendalanya yaa.. yaa.. e.. balik lagi yang ke..
nomor dua tadi.. e.. kendalanya of course kalo seandainya alatalatnya tidak.. ada yang rusak.. maksudnya tidak bagus.. sdmnya juga kurang berpengalaman atau tidak bagus.. tidak teliti.. e.. juga tidak adanya.. e.. o.. otoritas.. untuk qc officer.. itu kendalanya.. T : e.. next deh, ka.. J : iya..
002
T : e.. apa job desk yang harusnya dimiliki oleh seorang staff quality control? J : ehmm.. secara keseluruhan.. e.. job desk seorang qc dan censorship officer.. e.. e.. tentunya dia harus mempreview atau memeriksa program–prog.. program- program yang akan tayang.. ehm.. agar sesuai dengan batasan – batasan yang telah ditentukan..
003
T : kalo misalnya ada yang ga sesuai, biasanya apa yang dilakukan oleh qc officer..? J : e.. e.. revisi.. T : revisi? J : he eh..
003
T : jadi, bisa dikatakan kalau memang seorang qc officer itu punya kewenangan untuk misalnya menambah, mengurangi, atau memodifikasi isi tayangan gitu yaa, kak? J : ehm.. menambah..? T : mengurangi atau memodifikasi misalnya isi tayangan.. isi program gitu jika misalnya.. J : memodifikasi.. oke.. memodifikasi.. memodifikasi iya..
002
T : e.. terus nih, ka.. e.. apa fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? J : fungsi? e.. fungsinya.. e.. ya tadi.. e.. menjaga kualitas.. T : menjaga kualitas program? J : tayang.. menjaga kualitas tayang.. T : dimana kualitas tayang itu nantinya akan menentukan? mencerminkan stasiun tv itu? gitu, ka? J : oh iya..
T : e.. lanjut.. apa definisi P3 dan SPS bagi kakak? 005
J : e.. P3SPS merupakan dasar dari.. e.. pekerjaan kita.. e.. jadi kita.. apa yaa.. itu merupakan yaa.. landasan.. batasan – batasan.. P3 merupakan singkatan
yang harus kita.. e.. ikuti.. gitu..
005
T : trus.. e.. kenapa proses quality control itu harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? Di luar P3 dan SPS itu ga ada aturan lain yaa, ka? J : e.. e.. P3SPS itu adalah landasan hukum.. dari negara dan itu sudah ditentukan.. jadi kita tidak bisa mengganggu gugat.. e.. katakanlah kita mau me.. apa yaa.. mau.. mau tidak setuju boleh, tapi yaa itu melalui proses hukum tentunya..kenapa ini tidak boleh..? kenapa.. kenapa ini boleh..? hukum.. maksudnya kita mesti ajukan.. e.. yaa mungkin ke.. ke pengadilan gitu lho..e.. tapi untuk.. e.. apa yaa.. untuk dasarnya sih sudah ada.. yaa itu tadi P3SPS, kalo kita tidak setuju yaa.. hukum.. proses hukum..
T : e.. terus.. gimana cara kakak mengetahui apakah suatu gambar atau adegan itu melanggar P.. P3 SPS atau engga, ka? 004
J : e.. T : karna kan kaya misalnya, di P3SPS cuma tertulis ga boleh tentang pornografi.. tapi ga dijelaskan pornografi yang lebih lanjut tuh yang kaya gimana gitu.. J : ehm.. mungkin kalo di.. kalo itu sih kebanyakan sudah ada di P3SPS yaa.. cuma kan.. tapi tidak detail yaa.. dia ti.. dia tidak detail.. tapi kalo dari.. e.. qc kita.. dari qc O Channel.. ehm.. kita
dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan SPS merupakan singkatan dari Standar Program Siaran, dimana P3 dan SPS ini merupakan regulasi yang menjadi acuan dari pelaksanaan proses quality control.
selalu.. ehm.. di saat kita ragu, qc officer itu wajib menanyakan untuk.. apa.. second opinion.. minta second opinion kepada rekan kerja ataupun atasan.. e.. masih ragu juga, kita mengambil jalan aman, which is tidak menayangkan atau minta di revisi.. T : ohh.. J : jadi, iya dan tidak diantaranya kalo kita ragu, sudah di.. sudah konsul dengan.. e.. rekan kerja.. sudah ngobrol juga dengan atasan, masih ragu.. masih di tengah-tengah.. kita putusin tidak.. tidak ditayangkan atau revisi..
004
T : berarti, hal yang sama yang juga kakak lakuin yaa, kalo misalkan ada satu pelanggaran tapi itu ga tercantum di P3SPS? J : bukan.. bukan.. e.. kalo tidak ada pelanggaran.. ehh.. ada pelanggaran tapi tidak tercantum.. kalo ada pelanggaran tidak.. tidak dicantumkan kemungkinan kita tidak punya dasar hukum untuk tidak memperbolehkan tayangan tersebut.. T : ohh.. gitu.. J : tapi.. sudah ada di P3SPS tapi tidak detail.. jadi, seperti.. seperti tadi katakanlah.. e.. apa yaa..?? T : pornografi..?? J : biasanya sih iya.. men.. mencakup pornografi ataupun
kekerasan juga sering.. gitu..
004
T : e.. trus kalo misalnya ada nih.. e.. gimana yaa..?? yang namanya kendala dalam suatu program itu kan banyak.. gitu.. yang namanya halangan.. maksudnya yang kaya, yaa pelanggaran yang mungkin ga semuanya tercantum di P3SPS.. kalo misalkan, ada nih kejadian yang kaya gitu.. yang kaya tadi aku bilang.. yaa mungkin.. yaa pokoknya terjadi satu pelanggaran gitu, tapi di P3SPS tuh ga ada aturannya.. jadi tuh.. J : berarti itu bukan suatu pelanggaran kalo tidak ada di P3SPS, karna kita ngikutin P3SPS.. di samping P3SPS untuk.. untuk.. e.. supaya.. diketahui masyarakat umum.. biasanya, tv – tv station.. e.. juga memiliki internal.. jadi dia punya peraturan untuk tv tersebut.. jadi.. e.. seperti kita juga, kita ada batasan – batasan tersendiri.. walaupun si.. e.. dari e.. P3SPS itu katakanlah tidak ada.. e.. sebuah tayangan ini.. e.. tapi kita keberatan, kita tidak menayangkan itu.. T : gitu yaa.. J : he eh.. jadi tiap tv station itu selalu ada.. itu itu yang.. T : berarti, balik ke peraturan perusahaan gitu yaa, kak? J : iya.. ada peraturan perusahaan, ada peraturan P3SPS.. which is P3SPS itu.. hukum.. intinya itu.. hukum.. jadi kita harus
mengikuti..
004
T : e.. terus.. kalo misalnya untuk para staff kan biasanya mereka bisa diskusi.. nah, untuk kakak sendiri sebagai head, biasanya kalo untuk ada yang bingung, kakak diskusinya dengan para staff juga yaa, kak? ataukah dengan... J : iya, of course.. of course kita.. e.. ber.. bertukar pendapat lah.. juga.. dengan.. e.. e.. e.. apa.. e.. kolega – kolega kita.. gitu lho.. e.. ehm.. atau yaa.. ba.. kembali lagi ke atasan lagi.. gitu lho..e.. itu.. tapi biasanya sih keputusan sih sudah.. ehm.. e.. apa yaa.. untuk Kolega merupakan apa yaa.. legalnya yaa.. e.. kita nanya ke ini aja.. ke atasan.. istilah yang digunakan untuk menggambarkan atasan bilang boleh atau tidak, ya tergantung dari dia.. rekan kerja T : e.. atasannya itu.. Om Yanto atau Mas TJ? J : lebih ke.. e.. General Manager.. T : General Manager itu siapa yaa? J : TJ.. T : ohh.. J : itu dia yang ngatur..
T : e.. terus.. dari sekian banyak pasal nih, kak, yang ada di P3SPS.. biasanya pelanggaran apa sih yang paling sering
005
muncul di program – program? J : ehm.. T : yang biasa kakak preview.. J : seksualitas dan kekerasan..
005
T : seksualitas dan kekerasan.. biasanya, bentuknya itu yang kaya gimana, kak? misalnya seksualitas yang kaya gimana? trus kekerasan yang kaya gimana? J : bentuknya mungkin.. e.. contoh.. e.. mungkin pakaiannya terlalu pendek.. atau gerakan.. T : erotis? J : biasa dia erotis.. atau kekerasan yaa.. mungkin kekerasan lebih ke.. mungkin berdarah – berdarah atau pem.. pemukulan atau penembakan atau apa yaa.. ya seperti itulah.. ataupun dari ini juga.. e.. bisa seksualitas kekerasan juga.. melalui omongan.. jadi bukan secara gamblang.. T : makian gitu yaa, kak? J : he eh..
T : e.. next.. gimana cara kakak menyeleksi materi tayang suatu program gitu? hingga kakak bisa nentuin, oh, ini aman..
ini ga aman.. 003
J : ehm.. berdasarkan P3SPS.. T : P3SPS? J : he eh.. lebih ke situ..
006
T : terus.. pertanyaan selanjutnya.. sejauh apa departemen quality control itu punya kewenangan, kak, untuk menentukan layak atau engganya suatu program? J : sejauh apa? T : he eh.. yaa maksudnya.. kewenangan itu bersifat mutlak atau engga gitu? J : ohh.. ehm.. seharusnya mutlak.. seharusnya mutlak.. ehm.. ya itu.. untuk mempermudah ke.. apa.. e.. pekerjaan kita juga.. jadi kita ga perlu kaya tadi.. e.. bolak balik tanya ke atasan.. apa segala macem.. kalo sudah ada di.. seharusnya, ada di divisi qc.. itu sebutnya.. qc dan censorship.. e.. e.. divisi... e.. cukup sampai situ.. e.. supaya tidak memper.. apa yaa.. memperkeruh.. apa yaa.. T : memperumit? J : memperumit yaa.. memperumit.. karena mesti nanti nanya dulu ke bos.. yang di atas.. which is, ga.. ga setiap waktu ada.. e.. yaa jadi semakin lama..
T : jadi intinya, qc department di setiap stasiun tv itu.. e.. punya kewenangan yang mutlak, gitu yaa, ka? 006
J : harusnya mutlak..
T : tapi, pelaksanaan di sini sendiri kaya gimana, kak? 007
J : tidak mutlak.. T : tidak mutlak? J : he eh..
T : ohh.. jadi, keputusan yang dibuat oleh qc masih bisa diganggu gugat oleh pihak lain? 007
J : bukan pihak lain.. lebih ke atasan.. T : atasan? J : he eh.. kalo pihak lain.. e.. dalam.. e.. yang bukan masih satu garis dari programming apa e.. ke qc.. segala macem.. itu samping – samping, seharusnya tidak bisa.. gitu.. T : seharusnya tidak bisa? J
: seharusnya tidak bisa,
dalam artian,
mereka bisa
mempengaruhi keputusan dari atasan kita.. dalam artian yaa mungkin, untuk lebih amannya yaa.. e.. ini office politik soalnya.. e.. lebih.. untuk amannya mungkin lebih kaya.. e.. kebutuhan.. e.. iklan atau marketing lebih.. lebih.. lebih ke.. lebih ke situ deh.. e.. ehm.. biasanya seperti itu.. gitu..
004
T : oke.. ehm gini.. terus.. posisi kakak disini kan sebagai head nih.. menurut kakak sendiri.. e.. sejauh apa sih kewenangan yang dimiliki oleh para staff..?? gitu.. J : e.. gimana..?? gimana..?? pertanyaannya..?? T : kakak kan disini sebagai head.. J : ehmm... T : sejauh apa kewenangan yang dimiliki oleh para staff, kaya misalkan Ka Gemi, Ka Nicky, Ka Torro, gitu, kak..?? J : saya lebih menempatkan sebagai apa yaa..?? lebih.. e.. sedikit lebih berpengalamanlah.. setaraf.. e.. apa yaa.. ehm.. yaa, maksudnya apakah gitu.. yaa saya.. of course saya akan menanyakan juga.. untuk yaa, katakanlah saya sedang mempreview sendiri.. ehm.. dan keputusannya saya ragu.. of course saya akan minta pendapat.. e.. dari teman – teman juga.. gitu lho.. e.. jadi bukannya.. e.. saya artinya bisa mengambil keputusan sendiri.. ohh.. saya bisa mengambil keputusan, tapi tidak dengan.. e.. menanyakan second opinion juga untuk.. untuk
masalah – masalah yang seperti tadi itu..
007
T : berarti basicly.. e.. kewenangan yang kakak miliki ama staff yang lain miliki itu bisa dibilang seimbang, atau.. atau.. gimana, kak? J : e.. of course tidak seimbang.. karna.. e.. keputusan dari.. katakanlah dari.. e.. teman-teman.. e.. yang lain.. ehm.. saya masih bisa bilang ‘ini naik aja..’ T : ohhh.. J : ‘karna seperti ini.. seperti ini.. seperti ini..’ atau.. e.. ‘yang seperti ini.. yang seperti ini.. jangan dinaikin, karna dia berbahaya..’ atau.. yach.. saya.. e..
T : berarti kaya.. ma.. punya kewenangan lebih.. J
sedikit lebih.. yaa..
T : sedikit lebih daripada staff – staff yang lain.. J : saya ga.. saya ga bilang superior banget.. tidak.. tapi saya punya.. e.. or.. otoritas yang sedikit lebih..
T : oke.. e.. terus nih, kak.. disini itu, siapa aja sih yang punya kewenangan..? untuk menentukan layak atau engganya, selain
qc department..? 007
J : e... disini ini.. T : he eh.. J : bukannya seharusnya yaa? T : e.. yang seharusnya yang kaya gimana, kak? J : e.. seharusnya yaa itu tadi.. men.. men.. seharusnya mentok di.. e.. T : qc departement gitu? J : divisi qc.. T : ohh.. J : karna kan.. peraturan.. pertama sudah jelas P3SPS.. sama satu lagi.. ini yang bisa menentukan.. adalah.. peraturan.. e.. e.. internal.. nah, peraturan internal itu sudah di.. yah.. e.. e.. e.. sudah di.. e.. apa namanya? di.. di.. di.. diatur oleh kita.. oleh.. oleh.. oleh.. oleh.. oleh.. e.. oleh company ini.. kita setuju dengan oke, seperti ini yaa.. jangan.. jangan.. jangan di luar dari ini.. itu sudah.. sudah ada.. jadi kita sebenarnya tinggal ngikutin dari dua itu..ya of course.. ehm.. pasti ada.. ada beberapa hal yang.. e.. satu atau dua hal yang pasti akan.. akan tidak mencakup dua ini.. e.. itu bisa kita da.. tanyakan lagi.. ya itu.. tapi, 90.. mungkin 90% lebih, itu seharusnya sudah gampang.. sudah ada di kita.. kita bisa.. kita bisa bilang tidak tayang atau tayang, atau revisi atau tidak.. jadi, itulah fungsinya kita sebenarnya.. tap.. tapi kalo
seandainya.. e.. mesti tanya ini lagi, mesti tanya ini lagi, mesti tanya ini lagi, fungsi dari departement.. apa.. divisi kita tuh jadi tidak jelas.. T : ohh.. J : gitu..
T : berarti di sini, ga cuma mentok di qc departement, tapi ada keputusan atasan juga..? J : iya sep.. iya.. seperti itulah..
T : e.. boleh nanya ga, ka? maksudnya sejauh apa sih keputusan atasan tuh mempengaruhi keputusan qc? kalo kaya tadi kakak bilang kan... 007 J : e.. yang namanya jenjang.. jenjang.. apa.. jenjang.. e.. e.. apa yaa.. pokoknya, jenjangnya tuh dia lebih atas, of course dia bisa mengambil keputusan, kaya ini jangan.. tidak boleh.. atau ini boleh.. gitu lho.. e.. karna dia atasan.. ehm.. of course kita kan mesti ngikutin.. seperti itu loh.. tapi kalo seperti yang tadi saya bilang.. kalo emank mau.. ehm.. bagus.. e.. sekali sudah ditetapkan, yaa kita, ikutin lah peraturan itu.. seperti tadi.. tapi memang ada ada.. satu atau dua hal yang di.. di luar ini.. tapi kalo masih di dalam ini, seharusnya kita sudah bisa mengambil keputusan.. itulah tadi yang saya bilang.. e.. otoritas untuk.. e..
dari divisi kita seharusnya bisa.. apa yaa.. bisa.. boleh dibilang.. T : mutlak..?? J : mutlak, gitu lho.. of course.. e.. di satu dua hal yang saya tidak bisa meng.. e.. apa yaa.. ngambil contoh.. e.. apa yaa.. ambil contoh apa yaa.. ehm.. mungkin.. mungkin.. mungkin bukan masalah.. e.. di luar P.. P3SPS yaa.. karna P3SPS adalah melang.. menyangkut censorship dan itu dalah adalah hukum.. lebih yang menyangkut ke aturan kita sendiri nih.. aturan kita sendiri karna kita yang menciptakan sendiri, kita bisa merubah sendiri.. lebih.. lebih ke situ yaa.. karna kalo seandainya mengganggu P3SPS, itu adalah.. itu hukum sih maksudnya kita mesti deal sama.. e.. negara.. hukum gitu.. tapi kalo misalnya peraturan kita sendiri, kita bisa mengganggu gugat, tapi dalam artian yaa.. ga setiap kali.. e.. ini dilanggar.. gitu lho.. maksudnya kalo seandainya kita bisa.. e.. bilang ini boleh atau tidak, itu adalah peraturan kita, seharusnya kita bisa menjalankan yang itu..
004
T : Tadi kan kata kakak, misalnya disini, seharusnya qc departement itu bisa membuat aturan tersendiri, gitu kan, kak? J : e.. oke.. T : tapi kalo pada prakteknya, disini sendiri, aturan yang biasa dipake qc, maksudnya aturan internal itu, emank murni qc yang bikin apa atau mungkin ada keputusan atasan lagi?
J : itu keputusan.. e..kesepakatan dari atasan juga.. T : ohh.. kesepakatan dari atasan juga.. J : jadi katakanlah, kita punya guide line.. mungkin mega pernah saya.. saya kasih liat.. nah, guide lines itu adalah kesepakatan dari atasan juga.. gitu.. nah, makanya.. e.. sebenarnya guide lines itu.. ehm.. bukan peraturan baku, karna case by case itu bisa kita tambahin atau dikurangin.. ditambahin di kemudian hari.. seperti itu.. karna itu adalah peraturan kita sendiri.. gitu lho.. e.. tapi yang sudah ada.. yaa itu yang kita jalanin..
007
T : oke.. trus kalo boleh nanya nih, ka.. kalo misalkan harus diurutin, kira-kira qc department itu ada diurutan ke berapa sih dalam urusan kewenangan? e.. ap.. apa.. kewenangan keputusan penayangan program gitu... J : e.. semestinya nomor.. e.. semes.. semestinya nomor satu.. T : semestinya? J : he eh.. semestinya.. e.. karna sudah ditetapkan tadi itu... peraturan tadi itu.. kalau kita sudah ngikutin peraturan itu.. yaa kita bisa bilang ini naik.. ini naik tayang ini tidak naik tayang.. semestinya sih.. seharusnya seperti itu.. gitu lho..
T : tapi kalo untuk di O Channel sendiri ini gimana, kak?
Guide line merupakan peraturan yang membatasi apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak
J : ehm.. tidak nomor satu.. T : tidak nomor satu.. J : he eh.. T : e.. intinya cuma tidak nomor satu yaa, kak? J : iya tidak nomor satu.. T : karna di atas itu masih ada atasan.. J : iya..
007
T : e.. terus nih, ka.. menurut kakak, gimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel ini? Apa udah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan gitu, kak? J : prosesnya.. proses qc dan censorship baik.. e.. kalo apa yaa.. kalo ideal kah? tidak ideal.. ehm.. kalau.. s.. apa yaa.. untuk.. yaa untuk P3SPS yaa kita harus mengikuti.. itu aja sih..kalo ideal dalam a.. saya bilang tidak tidak ideal.. e.. dalam hal ini, menurut saya, P3SPS harus membedakan.. e.. lokal.. e.. lokal censorship sama e.. national censorship.. T : ohh.. J : kalo menurut pribadi yaa..
T : he eh.. J : e.. gitu aja sih..
T : oke.. jadi aku bisa bilang nih.. aku bisa simpulin kalo misalkan dari segi kewenangan itu, bisa dibilang, pelaksanaan qc-nya masih kurang gitu yaa, kak? 007 J : segi otoritas.. e.. kurang.. cuman yaa sekali lagi, saya nggak tau di.. e.. menurut saya di.. di luar juga selalu sama.. yang dibilang.. e.. ehm.. of course, atasan itu selalu.. T : punya kewenangan? J : punya oto.. otoritas lebih dari yang di bawah.. pasti itu semua kaya gitu.. di semua tv selalu seperti itu.. ehm.. se.. semua tv juga pasti qc-nya juga.. of course dia seharusnya, dia punya otoritas penuh atas.. namanya juga dia yang menentukan.. ini ada.. ini kurang.. secara.. e.. qc.. secara teknik.. e.. dan censorship ini tidak boleh atau apa.. itu.. e.. of course ada gitu.. cuman yaa tetep.. pasti ada.. ada ganggu gugat dari.. e.. atasan.. dalam hal ini, seperti tadi saya jelasin, kemungkinan lebih ke.. e.. alesan.. e.. alesan.. marketing.. ehm.. yaa seperti itulah.. T : tapi dari segi alur.. alur kerjanya sendiri, udah berlangsung cukup baik, kak? 007
J : e.. alur kerja.. alur kerja.. bisa di.. bisa bisa di.. apa yaa.. cukup baik.. cukup.. cuman.. e.. bisa di.. kita bisa.. bisa lebih.. bisa
lebih ditingkatkanlah.. istilahnya seperti itu..
007
T : ehh.. oke.. e.. terus nih, kak.. aku mw nanya.. pernah ga sih ada kasus misalnya qc bilang revisi tapi ternyata ditayangin gitu..? dan itu sering terjadi atau engga..? J : sering, mungkin engga.. tapi, terjadi..
T : oke.. e.. bisa dijelasin ga, kak? J : ehm.. T : contoh kasusnya kaya gimana? J : salah satunya.. e.. mungkin.. apa yaa.. e.. yaa itu tadi.. keputusan dari atasan.. bahwa ini masih ok.. layak.. gitu.. dalam segi censorship, dari segi.. e.. tehcnical..
007
T : ehm.. kira-kira kakak inget ga.. misalnya, kasus kaya gitu tuh terjadinya sejak kapan, kak? apa emang dari awal emang udah aturannya kaya gitu, atau mungkin baru belakangan ini gitu, sering terjadi kasus dimana qc bilang revisi ternyata tayang.. J : yang jelas belakangan ini lebih sering terjadi..
T : ohh.. J : untuk.. e.. sejak kapan.. sejak.. ehm.. aduh.. ehm.. mungkin di awal-awal tv ini berdiri.. e.. kita pernah satu dua kali melakukan kesalahan.. e.. kita perbaiki segala macem.. cuma lebih kesininya tuh kaya.. saya bilang tadi.. otoritas.. otoritas kita lebih.. e.. lebih keganggu lah.. lebih.. e.. banyak ca.. camp.. e.. sangkut.. T : campur tangan atasan? J : e.. iya.. campur tangan.. iya.. gitu..
T : terus misalnya nih, ka.. kalo misalkan kasus kaya gitu terjadi, sial-sialnya kena KPI gitu yaa, kak.. 007
J : he eh.. T : yang bakal bertanggung jawab itu siapa? apa mungkin qc officer atau atasan atau.. atau siapa gitu, kak? J : itu.. e.. saya of course.. sama penanggung jawab program.. T : ohh.. jadi ama Mas TJ? J : *mengangguk*
T : jadi meskipun.. kalo bisa dilihat kan itu sebenernya bukan salah pihak qc kan.. karna qc bilang revisi, tapi ternyata
007
ditayangin gitu kan, ka? J : ohh, kalo itu.. ini.. ini ngomongin spe.. spe.. spesifik berarti.. spesifik.. e.. bukan masalah.. bukan bukan keseluruhan.. spesifik yang tadi itu kan? T : he eh.. J : yaa iya.. memang seperti itu.. T : he eh.. J : e.. e.. kalo dari situ sih sebenernya.. kalo misalnya mau.. e.. secara bukti dan legalnya mungkin bisa.. bukan.. bukan bisa yaa.. susah.. susah ngomong itu.. apa yaa.. mungkin istilahnya ga.. lebih ga.. ga.. ga.. ga.. ga mau ke arah sana, karna itu lebih politik lagi.. politik.. T : ohh.. J : office politics.. which is.. e.. T : yaa.. susah untuk dijelaskan.. J : agak.. agak susah dan agak bahaya untuk saya gitu lho.. apalagi ini direkam yaa kan..? T : iyaa.. J : maksudnya lebih kaya.. lebih kaya.. e.. bisa menjadikan.. T : bukti lah..
J : apa yaa.. bukti rekaman ini bahwa si.. si.. si jeffry nih begini begini begini begini begini.. nah, which is.. which is.. makanya sih itu yang ga.. saya ga bisa ngomong.. situ hanya situ.. lebih kaya yaa.. office politics lah.. saya ga mau.. saya ga mau ke arah situ..
T : he eh.. mungkin tadi biasanya.. maksudnya.. meskipun kaya gitu pihak qc pasti dapet hukuman gitu yaa, kak? 007
J : tentunya..
T : Pasti.. pasti.. jadi sa.. jadi sa.. jadi salah satu pihak yang bertanggung jawab? J : iya.. makanya itu kita butuh.. itu tadi saya bilang, otoritas mutlak.. karna apa.. karna kita yang akan bertanggung jawab.. kalo kita, otoritas tidak mutlak.. tapi sudah.. kena tanggung jawab tetep kena.. kasian donk.. hehe *tertawa*.. yaa kan? Kalo seandainya mau otoritas ga mutlak yaa jangan.. trus ada apa – apa.. seandainya ada apa – apa yaa jangan diikutsertakan kitanya.. gitu.. kalo misalnya mau mutlak, kita bisa.. kita.. saya.. saya.. saya dengan.. dengan.. dengan.. apa yaa.. dengan carenya yaa.. saya akan bilang saya mau.. saya mau bertanggung jawab, kalo mutlak..
T : oke.. e.. terus nih, kak.. e.. menurut kakak, kenapa sih..
Care = peduli
007
kaya yang tadi yang aku bilang itu.. maksudnya kenapa.. e.. kasus kaya gitu bisa terjad.. bisa terjadi, kak? apa mungkin karna emang aturannya kurang jelas? atau mungkin perbedaan persepsi? atau mungkin masih ada kesalahan sistem disini? J : ehm.. apa yaa.. office politics lagi nih.. e.. apa yaa.. susah jelasinnya.. e.. balik lagi itu.. e.. me.. menyangkut soal office politics lagi.. T : oke.. J : sorry..
007
T : iya.. oke.. aku ngerti.. e.. pertanyaan terakhir aja nih, kak.. e.. pernah ga maksudnya ada diskusi antara kakak dengan atasan gitu kan untuk.. untuk nanganin kasus kaya gini gitu.. untuk memperbaiki sistem kerja yang ada.. maksudnya kalo kaya gini kan keliatannya kaya.. lama – lama tuh qc officer kaya.. percuma juga gitu kan kita preview tapi ternyata keputusan yang kita bikin juga kan bisa diganggu gugat ama atasan.. jadi kaya emank.. yaa kewenangannya tuh ga berarti apapun gitu kan, kak? maksudnya pernah ga, kakak kaya ngomong ama Mas TJ atau mungkin ama Om Yanto atau gimana gitu buat memperbaiki hal kaya gini? J : ehm.. saya sih dengan senang hati.. e.. untuk supaya ga kena salah lagi.. ga kena salah lagi.. e.. balik lagi itu office politics.. bener deh ga mean.. saya ga bisa untuk ngomong terlalu jauh
mengenai itu.. T : he eh.. iya, aku ngerti.. J : sorry yaa..
T : he eh.. e.. cuma ini aja sih, ka.. cuma mau butuh jawaban, maksudnya, pernah atau engga gitu kakak kaya.. kaya ngomonglah ama Mas TJ..? J : oke.. terakhir kali kita meeting.. terakhir kali kita ketemu.. terakhir kali kita bener – bener membicarakan.. apa nih yang kita butuhin.. apa yang ga.. ga dibutuhin.. atau.. e.. kaya lebih ke.. apa yaa.. apa yaa.. kaya mungkin.. meeting taunan yang bilang oke.. gol kita taun ini adalah ini.. kekurangan kita taun ini adalah ini.. kelebihan kita taun ini adalah ini.. ehm.. itu sudah lama sekali.. begitu.. T : jadi intinya pernah didis.. didiskusikan lah kurang lebih yaa, kak? J : pernah.. pernah.. T : udah sih sejauh itu aja, kak.. makasih atas waktunya.. maaf mengganggu yaa, kak.. J : oke..
Ga mean = ga bermaksud
Informan 5 Peneliti : Mega Herlina Subjek : Tri Iriyanto Jabatan : Programming Services Department Head Usia
: 46 Tahun
Topik : Latar Belakang Informan, Pengetahuan tentang Konsep Quality Control, Kewenangan, Pelaksanaan Kewenangan di O Channel Tanggal : 23 April 2013 pukul 21.50 – 22.20 WIB Tempat : Tempat meeting di pojok ruang utama Situasi Wawancara : Wawancara dilakukan pada Senin malam, setelah peneliti melakukan wawancara pada informan lain pada pagi harinya. Sebenarnya waktu yang ditentukan untuk melakukan wawancara adalah pada Senin siang, setelah jam makan siang dan setelah peneliti selesai melakukan wawancara pada informan lainnya. Namun, karena kesibukan yang dimiliki oleh informan, maka peneliti harus menunggu hingga malam hari, karena aktivitas informan selaku Programming Services Department Head memang cukup padat sejak siang hingga malam hari.
Wawancara dilakukan setelah informan menyelesaikan tugasnya, yaitu memastikan program yang sedang ditayangkan berjalan dengan baik. Wawancara dilakukan di pojok ruangan utama yang umumnya digunakan sebagai tempat meeting atau rapat, dan karena aktivitas pada malam hari sudah mulai sedikit, maka wawancara pun berlangsung dengan cukup lancar, akibat suasana yang juga sudah mulai sepi. Meskipun masih ada beberapa Production Assistant di sekitar lokasi yang sibuk mengobrol atau sibuk mengedit, namun itu tidak terlalu mengganggu proses wawancara yang berlangsung, karena fokus informan tidak terganggu dan wawancara dapat diselesaikan dengan cukup baik. Catatan Lapangan Wawancara dilakukan di tempat meeting di pojok ruangan utama, yang merupakan ruangan untuk Production Assistant, Staff Marketing, Staff Divisi Promo, Staff Library, Staff Schedulling, dan masih banyak lagi.
Kode
Transcript J : santai aja kan ini? T : iya... oke.. kita mulai yaa, om, wawancaranya.. aku mulai dari data diri dulu yaa, om.. J : iya..
001
T : e.. yang pertama.. nama lengkapnya siapa, om? J : Tri Iriyanto..
001
T : Trus tempat tanggal lahir? J : Saya lahir di Semarang.. tanggal 14 Maret 1966.. T : trus umurnya sekarang berapa, om?
001 J : masih muda kok.. 47 tahun.. hehehe..
Catatan Jawaban Responden
001
T : Iya, masih muda.. trus pendidikan, om.. lulusnya dari mana, om? J : Saya lulus dari YAI.. Yayasan Administrasi Indonesia.. waktu itu ambilnya jurusan akuntansi.. T : lho? Trus kok bisa nyasar ke broadcast, om? J : Iya.. ceritanya panjang.. e.. jadi waktu kuliah dulu, saya pernah diajakin ama temen buat main ke Prambors.. itu kalo ga salah waktu di semester 4.. nah, trus pas main ke Prambors, saya tertarik, karena saya juga suka ama yang namanya mixing audio segala macem.. trus isenk-isenk nyoba.. eh, ternyata suka.. trus yaudah dari situ saya mulai rajin nekunin dunia radio.. T : ohh.. terus abis lulus? J : abis lulus saya kerja di Prambors.. e.. jadi waktu itu, dari taun 89 sampe 95, saya kerja di Prambors.. trus dari Prambors saya pindah ke Hard Rock.. itu taun 95 sampe.. e.. 2005..
001
T : trus sejak kapan Om pindah ke O Channel? J : e.. saya bekerja di sini itu sejak tahun 2005.. untuk bulannya sendiri.. e.. saya lupa.. cuma saya kerja di sini sejak tahun 2005.. itu waktu itu saya pindah dari Hard Rock ke sini.. T : ohh.. trus waktu pindah kesini posisinya jadi apa, om? J : e.. antara taun 2005 sampe 2012 itu saya menjabat sebagai Head of OAP.. e.. jadi tugasnya itu mengepalai divisi on air yang menjalankan proses on air.. itu mulai dari penyiapan materi atau
preparation sampe pasca on air.. biasanya sih kita nyebutnya output on air.. T : trus dari taun 2012? J : dari taun 2012 saya menjabat sebagai Programming Services Department Head.. itu sampe sekarang.. jadi tugasnya itu.. e.. mengepalai divisi OAP atau On Air Presentation, trus Schedulling, Quality Control, ama Library.. nah, tugas utama saya itu adalah bertanggung jawab atas bank data program di O Channel..
001
T : ohh.. oke.. sebelum aku mulai masuk ke inti pertanyaan, bisa om jelasin dulu ga? Maksudnya posisi om disini itu sebagai apa? J : oke.. disini saya sebagai.. e.. Program Depart.. e.. Programming Services Department Head.. Jadi head yang.. yang.. membawahi qc.. e.. library.. schedulling.. dan on air.. tapi lebih ke servicesnya aja... maksudnya gini.. e.. cakupannya lebih ke bagaimana mendeli.. mendeliver.. e.. apa-apa yang menjadi qc.. supaya sampai ke.. e.. divisi.. divisi-divisi lain yang terkait..
T : oke.. e.. terus.. menurut om sendiri nih.. J : he eh..
Library merupakan sub divisi yang bertanggungjawab atas penyimpanan atau pengarsipan program, schedulling merupakan sub divisi yang bertanggungjawab atas penjadwalan program untuk ditayangkan, sementara on air merupakan sub divisi yang bertanggungjawab
002
T : apa sih fungsi proses quality control bagi suatu stasiun tv? J : kalau.. quality control di sebuah televisi.. internal ya khususnya ya.. itu.. itu suatu keharusan.. artinya gini.. ada lembaga sensor film yang namanya LF.. LSF.. itu dari luar.. namun, bukan berarti setelah kita mendapatkan surat sensor, itu sudah.. sudah suatu jaminan bahwa.. e.. apa namanya.. suatu program itu bisa tayang.. yaa.. e.. kita perlu yang namanya sensor internal, untuk memastikan benar-benar program tersebut.. e.. telah layak untuk di on air kan.. tentunya dengan.. e.. koridor dari.. e.. apa UndangUndang yang ada di KPI maupun di LSF.. itu lebih.. lebih untuk memastikan.. e.. bahwa tayangan itu benar-benar layak dan aman.. amannya artinya gini.. e.. tayangan ini kita usulkan untuk ditayangkan di jam - jam mana saja yang sesuai dengan.. e.. umur.. maupun usia daripada pemirsa.. misalnya.. dari e.. apa namanya.. e.. LSF.. itu biasanya ada yang tulisannya R.. Remaja.. tapi kalau menurut kita, isi dari.. e.. program tersebut sudah masuk ke ranah dewasa.. kita.. kita usulkan bahwa itu diputarkan di jam – jam dewasa.. seperti itu.. e.. apa namanya.. fungsi dari quality control di sebuah..
Handphone narasumber berbunyi namun tidak di sentuh..
T : Jadi, mengawasi isi konten program gitu ya? 002
Handphone narasumber berbunyi namun tidak di
J : isi konten.. isi konten.. khususnya.. e.. agar tidak terjadi hal – hal yang lepas control ya.. kadang.. e.. apa yang sudah kita dapatkan.. surat sensor.. setelah kita lakukan qc internal, itu masih ada dalam tanda kutip hal-hal yang harus kita.. e.. apa namanya.. kita sesuaikan dengan kebutuhan yang ada di.. di.. di..
atas penayangan program.
sentuh..
broadcast tersebut.. mungkin.. kalo.. kalo.. apa namanya.. ada beberapa teman yang liat.. kok tv ini bisa.. tv ini tidak bisa.. ya.. itu regulasinya masing-masing yaa.. masing-masing punya regulasi.. e.. apa namanya.. tv nasional punya regulasi.. oh, batasannya gua segini.. segini masih bisa.. itu regulasi masing – masing.. tapi kalo dari O Channel sendiri, kita memberlakukan.. e.. lebih.. lebih ketat.. karna kita.. e.. konten kita konten lokal yaa.. konten lokal yang.. yang kita ingin bahwa.. e.. kita menyampaikan suatu hal.. suatu program yang.. yang.. benar–benar clear, artinya mendidik ya.. ya tepat.. tepat sasaran.. program tersebut.. e.. sesuai dengan.. ditonton sesuai dengan umur dari .. dari.. dari.. masing-masing pemirsa..
T : berarti untuk setiap program itu, setiap kali masuk ke stasiun tv, itu pasti ada.. ada.. censorshipnya dulu gitu yaa, om? J : pasti.. pasti ada censorship.. kalo.. kalo itu belum kita dapatkan.. kita tayangkan.. sebetulnya itu sangat-sangat riskan dalam tanda kutip jika hal-hal.. e.. pada saat proses penayangan ada.. ada.. ada masalah yaa di kemudian hari.. kalo kita sudah dapat censorship, minimal kita 50% sudah kuat secara hukum yaa.. misalnya ada.. ada complain dari.. dari salah satu ormaslah yaa misalnya.. kok tv nya.. e.. kok movienya gini gini gini kok bisa lolos? oke.. kita sudah dapat surat sensor.. paling tidak kita sudah melakukan.. eh.. sudah.. sudah mendapat.. e.. apa namanya.. e.. lampu hijau yaa.. dari.. dari lembaga yang.. yang punya kapabilitas di soal sensor itu sendiri.. nah, kalo kita belum punya..
udah.. udah satu harga mati.. gitu.. heh..
T : berarti, biasanya kan untuk program itu, censorshipnya itu minta gitu, om? J : betul.. kita setelah melakukan apapun.. baik itu program.. terus.. e.. commercial pun kita harus melakukan.. kita harus minta nomer sensor.. semua harus dilakukan dengan sensor.. artinya apa? e.. kita.. sa.. sa.. sa.. satu sisi kita mendaftarkan bahwa program kita, itu adalah haknya.. haknya kita lah.. hak paten kita yaa.. satu.. yang kedua, kalo memang kita beli.. kita beli kaya.. kaya contohnya movie.. kita beli dari lu.. dari luar.. kita punya dasar hukum gitu yaa.. nih.. nih lho.. movie ini sud.. ini sudah kita beli.. jadi ga boleh kita.. e.. ga boleh lu jual ke tempat lain.. itu kaya gitu.. itu lebih ke untuk regulasi pembatasan.. e.. penayangan.. makanya kalo untuk movie, kita hanya bisa.. du.. e.. empat kali penayangan.. empat kali re- run.. abis itu kita tidak bisa me re-run.. karna itu sudah menjadi hak dari.. e.. vendor untuk.. untuk melakukan.. e.. jual beli untuk tv.. e.. station yang lain..
001
Re run merupakan istilah untuk proses penayangan ulang suatu program pada hari yang berbeda dan jam tayang T : e.. terus nih, om.. yang berbeda ataupun pada hari yang berbeda J : he eh.. dan jam tayang yang T : e.. bisa dijelasin ga, kaitan antara posisi om dengan quality sama. control department.. Vendor bisa berupa J : oke.. seperti yang tadi awal saya sampaikan, bahwa saya Production House
disini.. Head Department.. Department Head untuk Programming, maupun lembaga yang khususnya untuk Services yaa.. nah, salah satunya adalah.. e.. memiliki lisensi atas film quality control itu.. qc itu.. qc adalah sub.. e.. bagian dari pada.. atau program. e.. pekerjaan yang ada di bawah saya..
T : e.. next yaa, om.. J : he eh.. 006
T : berarti posisi om itu kan sebagai head.. J : he eh.. T : e.. menurut om, sejauh apa sih kewenangan yang dimiliki oleh quality control department? J : Nah.. T : trus kewenangannya itu mutlak atau engga? J : Nah.. ini nih.. ini yang sebetulnya.. ada pemahaman yang.. e.. e.. e.. sedikit.. sedikit.. e.. berbeda yaa.. karna gini.. e.. kalo di bilang quality control itu mutlak tidak? Memang harusnya iya.. iya.. harusnya iya.. ia menjadi.. e.. apa namanya.. kunci untuk.. e.. e.. suatu program itu lolos atau tidak lolos..
007
T : tapi pelaksanaannya disini? J : cuma.. kita kembali lagi ke.. di dalam sebuah perusahaan ada tahapan-tahapan.. contohnya.. saya sini..di.. e.. disini Department
Head untuk Programming, khususnya Services.. minta.. misal qc menyampaikan, om, ini.. e.. menurut gua ga lolos nih.. gitu.. kenapa? karna kondisinya gini.. gini.. gini.. gini.. saya sampaikan ke atasnya lagi.. di atas saya ada yang namanya GM Programming, yang membawahi.. e.. saya.. dan divisi – divisi di bawah saya.. nah, kalo dia punya regulasi tertentu dalam tanda kutip.. artinya gini.. misalkan.. oke.. sini.. biar gua.. e.. apa namanya.. e.. ambil tanggung jawab karna menurut gua itu nggak.. nggak.. nggak begitu parah – parah amat.. dia sign.. akhirnya, ya sudah lolos.. gitu.. makanya kalo tadi di bilang.. e.. mutlak atau tidak mutlak.. itu tinggal bagaimana sudut pandangnya saja.. dari GM misalkan tidak lolos.. masuk lagi ke ranah yang lebih tinggi lagi adalah Direktur misalnya.. Direktur punya kebijakan misalnya.. e.. sebuah program itu punya nilai jual yang cukup besar.. misalnya.. ini akan menambah pundi-pundi.. e.. pemasukan dari perusahaan.. dia akan mengambil keputusannya.. tentunya dia juga punya pertimbangan yaa.. artinya, dia tidak.. tidak mungkin mengambil.. e.. apa namanya.. T : resiko? J : keputusan yang.. yang beresiko.. gitu.. itu.. itu.. itu jenjang dari pengambil.. e.. pengambilan keputusan.. Jadi, mutlak.. dalam koridor menyampaikan apa apa yang ada di dalam program.. tapi kalo keputusan, ada.. e.. apa namanya.. jenjang yang bisa di.. di.. di.. bukan dimentahkan yaa.. tapi lebih ke.. e.. ada GM ataupun Direktur ataupun siapapun bisa mengambil keputusan dengan , dalam tanda kutip, pertimbangan-pertimbangan yang.. tentunya itu pertimbangan manajemen secara keseluruhan..
Sign = tanda tangan, sebagai tanda bahwa program terkait telah disetujui / diloloskan dan dapat ditayangkan.
007
Gambar under = kualitas T : ohh.. jadi.. mungkin bisa aku simpulin kaya om punya gambar kurang bagus suatu kewenangan atau kewenangan lebih gitu ya, untuk menentukan layak atau engganya suatu program..? Audio under = audio kecil sehingga kurang J : betul.. betul.. kalo.. kaya.. kaya saya.. saya punya kewenangan jelas untuk mengambil keputusan, misalnya, dari sisi teknis yaa.. kalo dari sisi konten, tentunya pasti akan.. saya akan.. e.. ber.. e.. apa Audio processor namanya.. konsultasi dengan.. e.. yang ada di atas saya.. kalo se.. merupakan alat pengolah e.. teknis.. saya bisa ngambil keputusan mutlak.. contoh.. sinyal suara, dimana misalkan.. e.. dari qc bilang, ini gambar ini under.. atau ini.. e.. dengan audio processor level suaranya under.. saya punya kebijakan untuk bisa ini, maka semua sinyal mengambil keputusan ini boleh dengan.. dengan.. dengan.. audio yang tadinya dengan.. e.. apa namanya.. dengan landasan.. mungkin temankurang jelas atau tidak teman di qc.. e.. belum memahami kalo kita di.. di bawah punya terdengar sama sekali ada namanya audio processor, video processor, dan sebagainya.. akan terdengar jelas dan dan sebagainya.. dasar saya untuk mengambil keputusan adalah transparan, sementara karena kita punya controlling, dalam tanda kutip, controlling video processor machine di bawah.. merupakan jenis alat yang berfungsi untuk T : ohh.. memperbaiki kualitas J : makanya bisa.. saya bisa ngambil keputusan untuk.. e.. assign gambar ketika bahwa ini bisa lolos.. untuk on air.. ditayangkan. Controlling machine = T : berarti, secara teknis itu cuma.. yang berhubungan dengan mesin pengontrol kualitas video atau mungkin audio gitu yaa, om? Assign = menetapkan
J : iya.. T : tapi, di luar itu, kalo ada hubungannya ama konten, balik lagi ke atasannya om? J : iya.. saya juga tidak berani mengambil keputusan sepihak.. artinya, kalo.. e.. dari qc bilang.. ini.. ini.. ini.. menurut ini.. dan saya lihat.. oh ya.. saya ragu nih mengambil keputusan.. saya akan pasti panggil yang lebih berwenang, yang punya kebijakan.. e.. lebih.. kaya atasan saya.. saya juga.. e.. akan liat dari form.. form qc itu.. saya liat di menit sekian.. bisa ga yaa? itu yang ragu.. dalam.. dalam artian ragu, saya ga.. kan kalo.. kalo.. soal porn.. pornografi ini kan lebih ke.. T : agak rancu sih.. J : rancu kan? karna di Undang – Undang KPI maupun di sensor, global.. sifat.. e.. di ayat sekian me.. menerangkan tidak boleh yang.. e.. menayangkan hal–hal yang berbau pornografi.. pornografi itu kan macem–macem.. mungkin dari.. dari kamu bilang X ini pornografi, dari saya belum tentu itu pornografi kan? belum lagi dari sisi yang lain juga belum tentu pornografi gitu yaa.. nah, itu kembali lagi.. e.. kewenangan itu gak akan saya ambil.. akan saya konsul.. konsultasikan.. ini bisa gak? kalo.. e.. yang bersangkutan bilang sign.. sign.. Sign = tanda tangan
007
T : berarti, bisa aku simpulin untuk pertanyaan nomor empat ini..
J : he eh.. T : yang punya kewenangan itu.. berarti mulai dari Direktur.. J : ya.. T : trus GM.. J : ya.. udah.. T : ohh.. Direktur dan GM aja? J : GM.. he eh.. kalo level saya kan level.. e.. apa namanya.. e.. wakil GM.. bukan wakil GM lebih ke.. masih.. masih.. head.. masih manager.. untuk.. untuk mengambil keputusan, saya.. untuk khususnya konten, tidak terlalu berani untuk ngambil keputusan itu.. T : jadi, keputusan untuk konten itu cuma di GM ama Direktur? J : iya..
T : sementara kalo teknis, itu di om.. J : saya berani ngambil keputusan.. T : oke.. J : kalo teknis itu..
T : e.. terus pertanyaan nomor lima nih, om.. J : he eh.. T : e.. sejauh mana posisi om bisa mempengaruhi keputusan QC dan keputusan seperti apa yang bisa ditentukan oleh om? kayanya ga beda jauh sih ama yang tadi.. J : sama.. jawabannya..
T : he eh.. yaudah langsung next ke pertanyaan nomor enem aja.. J : he eh.. T : e.. om ini kan head gitu.. bisa dijelasin ga, om, kira – kira.. proses program itu.. ketika selesai di preview, itu alurnya kaya gimana sih sampe dia bisa ditayangin.. J : nah.. proses abis.. e.. program.. selesai program.. su.. suatu In house merupakan program.. ya itu in.. in house maupun yang.. yang.. yang.. yang.. program-program yang diproduksi sendiri oleh O T : outsource? Channel, sementara out J : outsource.. selesai melakukan di.. dilakukan pre.. preview.. kita source merupakan punya namanya log preview.. nah, log preview itu.. kalo memang program-program yang ada catatan.. pastinya ada tulisan abcdefg sesuai dengan diproduksi dari luar, timecodenya.. itu masuk ke ranah saya.. kalo revisi.. kalo itu.. e.. seperti PH ataupun
selesai dalam.. dalam artian oke.. clear.. itu langsung masuk ke ranahnya library.. karna dia.. dia langsung disimpan di dalam.. e.. file library.. kalo memang dia in.. on air.. schedulling akan minta ke.. ke library.. kalo masih ada revisi masuk ke ranah saya.. nah, di ranah saya ini, yang saya olah.. apakah revisinya itu revisi teknis? apakah itu revisinya revisi konten? kembali lagi, kalo revisi teknis, saya bisa mengambil keputusan.. kalo itu masalah kontain.. konten.. saya lihat sejauh mana konten itu akan.. akan.. akan.. berdampak tidak baik.. kalo menurut.. saya ragu untuk ambil keputusan, saya masuk lagi ke ranah yang lebih tinggi, yaitu GM maupun.. e.. Direktur.. tapi alurnya seperti itu.. udah di preview.. preview itu oke.. if.. e.. kalau kalau oke ya masuk.. langsung masuk ke.. ke library.. kalo if.. e.. dia akan masuk ke ranah saya.. kalo saya tidak.. e.. tidak berani me.. e.. mengambil keputusan, masuk ke ranah yang lebih tinggi lagi..
client. Preview merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses menonton program sebelum program tersebut ditayangkan, yang bertujuan untuk mengawasi konten program.
Timecode merupakan waktu yang menggambarkan adanya T : ohh.. oke.. udah sih itu aja.. makasih, om, atas waktunya.. permasalahan pada dan makasih juga untuk pembelajarannya.. konten program (misalnya di menit, detik, J : he eh.. iya.. sama – sama.. dan frame kesekian)
AXIAL CODING
Format Axial Coding Konsep NA 1. Latar Belakang T : sebelum mulai Informan wawancara, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa.. jadi pertanyaannya, nama lengkapnya siapa, kak? J : Nicky Aditya..
GS T : sebelum mulai wawancaranya, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa, kak.. nama lengkapnya siapa, kak? J : Gemi Salvianto..
SD T : sebelum mulai wawancaranya, aku mulai dari data diri pribadi dulu yaa, kak.. Nama lengkapnya siapa, kak? J : Santoro Darofit..
JSW T : yang pertama, nama lengkapnya siapa, ka? J : Jeffry S. Wibowo.. Jeffry Satrio Wibowo..
TI T : kita mulai yaa, om, wawancaranya.. aku mulai dari data diri dulu yaa, om.. yang pertama, nama lengkapnya siapa, om? J : Tri Iriyanto..
T : Tempat tanggal lahir? J : gue lahir di Bogor.. 5 Juli taun 89..
T : Tempat tanggal lahir? J : saya lahirnya di Bogor.. tanggalnya tanggal 6 Juni.. taun 1992..
T : tempat tanggal lahir? J : Saya lahir di Jakarta.. tanggal 29 Januari 84..
T : trus tempat tanggal lahir, ka? J : saya lahir di Jakarta.. taun 73.. tanggalnya tanggal 4 Juli..
T : Trus tempat tanggal lahir? J : Saya lahir di Semarang.. tanggal 14 Maret 1966..
T : berarti 23 taun T : wihh.. lebih muda.. berarti yaa, kak? J : iyaa.. 23 taun.. masih 20 taun yaa, kak? J : iya..
T : Umurnya sekarang berapa, kak? J : 29 taun..
T : berarti usianya T : trus umurnya sekarang berapa, sekarang berapa, ka? om? J : 39 taun.. J : masih muda kok.. 47 tahun.. hehehe..
: T : pendidikan.. T : trus ini, kak.. T kaka lulusan pendidikan.. pendidikan,
ohh.. T : trus pendidikan T : Iya, ka.. nih, ka.. kaka muda..
masih trus
mana? J : kalo SMA, gue lulus dari SMUN 1 Serpong.. trus kalo kuliah, gue lulusnya dari STIKOM Interstudi.. T : itu ambil penjurusan apa, ka? SMA ama kuliahnya? J : kalo SMA gue IPS.. trus kalo kuliah, gue ambilnya jurusan komunikasi.. trus peminatannya penyiaran..
maksudnya lulusan dari mana aja? J : kalo dari SMA, saya lulusnya dari Madrasah Aliyah Negeri 2.. itu di Bogor.. itu taun 2006 sampe 2009.. waktu itu ambil kelas IPA.. trus abis lulus, saya lanjut ke Bogor EduCARE.. itu tempat kuliah D1 gitu di Bogor.. dari taun 2009 ampe 2011.. trus ambilnya bagian Administrasi Perkantoran.. trus dari sana itu saya langsung kerja disini.. tapi sekarang masih sambil kuliah juga.. ngambil jurusan Sastra Inggris di Universitas Pamulang.. T : ohh.. semester berapa, kak?
kakak lulusan dari mana? J : kalo kuliah sih dulu di Mercu Buana.. itu ambilnya S1 ilmu komunikasi.. trus jurusannya broadcasting..
kuliah dimana dulu? J : dulu itu kuliahnya di Iowa State University.. itu lulusnya bulan Mei taun 99 kalo ga salah.. T : itu ambilnya jurusan apa, ka? J : ambilnya Visual Studies.. jadi emank semuanya lebih ke penglihatan.. T : ohh.. trus gelarnya? S1 juga? J : S1 juga.. cuma gelarnya BFA.. Bachelor Fine Art.. jadi BFA in Visual Studies..
pendidikan, om.. lulusnya dari mana, om? J : Saya lulus dari YAI.. Yayasan Administrasi Indonesia.. waktu itu ambilnya jurusan akuntansi.. T : Trus kok bisa nyasar ke broadcast, om? J : Iya.. ceritanya panjang.. jadi waktu kuliah dulu, saya pernah diajakin ama temen buat main ke Prambors.. itu kalo ga salah waktu di semester 4.. nah, trus pas main ke Prambors, saya tertarik, karena saya juga suka ama yang namanya mixing audio segala macem.. trus isenkisenk nyoba.. eh, ternyata suka.. trus
yaudah dari situ saya mulai rajin nekunin dunia radio.. T : ohh.. terus abis lulus? J : abis lulus saya kerja di Prambors.. jadi waktu itu, dari taun 89 sampe 95, saya kerja di Prambors.. trus dari Prambors saya pindah ke Hard Rock.. itu taun 95 sampe 2005..
J : sekarang baru semester dua.. baru masuk kemarin.. taun 2012..
T : sebelum disini, pernah kerja di tempat lain ga, kak, sebelumnya? J : pernah.. gue pernah kerja jadi layout editor.. cuma statusnya freelance waktu itu.. itu di ‘PAGE’ namanya.. majalah gratis di Tangerang gitu..
T : trus pengalaman kerja nih, ka? kaka pernah kerja dimana aja? J : pengalaman kerja? waduh.. ada banyak itu.. mesti disebutin semuanya? T : yaa.. kalo inget semuanya sebutin
cuma ga lama kok.. itu cuma sekitar 2 apa 3 bulanan gitu.. kalo ga salah sih dari Maret 2010 sampe Mei 2010.. T : abis itu langsung kerja di sini jadi QC? J : iyaa..abis itu langsung kesini.. dari February 2012 ampe sekarang..
semuanya gapapa.. J : yang pertama itu taun 2003.. itu jadi script writer waktu itu.. trus abis itu pindah ke PT. Sari Rasa.. yang Sate Khas Senayan itu lho.. itu jadi Assistant Manager.. kalo ga salah itu taun 2007an.. tapi disitu ga lama.. abis dari situ itu ke Global TV.. taun 2007 juga trus jadinya Production Assistant.. lalu pindah lagi ke MNC Sky Vision.. itu jadi Customer Care Inbound.. lalu taun 2008 pindah lagi ke Antv jadi staff qc.. lalu taun 2009 baru pindah ke sini.. ke O Channel jadi quality control staff juga..
T : trus sejak kapan Ka Nicky kerja di O Channel? J : February 2012.. 1 February tepatnya.. T : berarti udah setaun lebih gitu yaa, kak? J : setaun lebih…yaa, kirakira begitulah..
T : trus sejak kapan kaka kerja disini? J : saya mulai kerja disini dari awal bulan Juli tahun 2011.. yaa sampe sekarang berarti kurang lebih nyaris 2 taun.. hampir mau 2 taun..
T : tapi emank pas masuk daftarnya jadi staff qc? Maksudnya apa pernah pindahpindah ga gitu sebelumnya? Apa emank langsung masuk jadi staff qc? J : engga sih.. sedapetnya aja.. gua ngelamar disini PA sama QC, dapetnya
T : tapi emank sejak masuk disini itu, langsung jadi staff qc gt yaa, ka? Maksudnya ga dari divisi lain gt? J : engga.. awalnya memang applynya untuk quality control disini.. gitu.. jadi langsung diarahkan kesini dan tesnya pun memang menjurus masuk ke
T : wow.. banyak banget, kak.. pindah kesini bulan apa, ka? J : kalau ditanya bulannya.. aduh.. ga inget saya.. cuma kalo taunnya, itu taun 2009.. T : ohhh..jadi udah agak lama juga yaa, ka? J : iya.. kurang lebih begitu..
T : ohh.. trus sejak kapan sih kaka kerja di O Channel? J : saya bergabung di O Channel sejak tahun 2005.. sejak February 2005 tepatnya.. T : wahh…udah lama banget yaa, ka? J : iyaa.. seperti itulah..
T : trus sejak kapan Om pindah ke O Channel? J : saya bekerja di sini itu sejak tahun 2005.. untuk bulannya sendiri saya lupa.. cuma saya kerja di sini sejak tahun 2005.. itu waktu itu saya pindah dari Hard Rock ke sini..
T : ohh.. trus waktu pindah kesini posisinya jadi apa, om? J : antara taun 2005 sampe 2012 itu saya menjabat sebagai Head of OAP.. jadi tugasnya itu mengepalai divisi on air yang menjalankan proses on air.. itu mulai dari penyiapan
QC, yaudah..
staff qc.. kaya gitu..
materi atau preparation sampe pasca on air.. biasanya sih kita nyebutnya output on air.. T : trus dari taun 2012? J : dari taun 2012 saya menjabat sebagai Programming Services Department Head.. itu sampe sekarang.. jadi tugasnya itu mengepalai divisi OAP atau On Air Presentation, trus Schedulling, Quality Control, ama Library.. nah, tugas utama saya itu adalah bertanggung jawab atas bank data program di O Channel.. T
:
ohh..
oke..
sebelum aku mulai masuk ke inti pertanyaan, bisa om jelasin dulu ga? Maksudnya posisi om disini itu sebagai apa? J : oke.. disini saya sebagai Programming Services Department Head.. Jadi head yang membawahi qc, library, schedulling dan on air.. tapi lebih ke servicesnya aja... maksudnya gini.. cakupannya lebih ke bagaimana mendeliver apa-apa yang menjadi qc supaya sampai ke divisi-divisi lain yang terkait.. 2. Konsep Quality T : mengapa proses T : yang pertama, T : yang pertama, T : aku mulai aja Control quality control mengapa proses mengapa proses dari pertanyaan perlu dilakukan quality control itu quality control nomor satu..
sebelum suatu program ditayangkan? J : e.. kalo menurut gue sih, ya tentunya, memenuhi standar on air dan peraturan-peraturan yang mengikat tentang lembaga penyiaran di Indonesia ini ya tentunya.. Yang mana itu mengacu pada P3 dan SPS dan segala macamnya itu.. perundangundangan tentang penyiaran lah intinya.. Jadi proses quality control itu mesti dilakukan karena menjaga agar konten dari program yang akan ditayangkan itu sesuai, tidak melanggar dan tidak
perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : jelas penting karena quality control itu suatu.. seperti penyaringan kalau dalam.. kalau misalnya dalam suatu program itu penyaringan program-program yang tidak patut.. yang ga layak untuk ditonton oleh para pemirsa.. oleh orang – orang yang menonton tv.. jadi di samping sebagai penjaga konten – konten atau materi – materi yang bisa dibilang isi program yang harus ada standarnya terutama.. contohnya seperti program – program
perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : Karena itu perlu banget.. di station tv sendiri itu sebenernya, quality control itu nggak hanya ngecek untuk quality aja.. lebih juga ke censorship yang patokannya itu ada.. kalau untuk quality sendiri itu ada kaya teknisnya, kaya audio, video, sedangkan untuk kontennya ada yang berkaitan dengan kekerasan, trus pornografi, serta SARA.. jadi itu perlu banget, kita ada.. di masing – masing station tv tuh ada kaya peraturan sendiri gitu.. jadi beda.. jadi saya rasa
mengapa proses quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan? J : kualitas tayang sebuah tv station ditentukan oleh divisi qc dari tv tersebut.. jadi, itulah diperlukan sebuah qc.. gitu..
berdampak buruk bagi masyarakat yang menonton.. yang mana, seperti yang kita ketahui, tv itu jadi konsumsi publik yang paling umum.. media publik yang paling umum sekarang ini..
yang wajib dilihat perlu untuk ada atau disaksikan oleh quality control.. anak – anak atau misalnya sudah agak malam boleh oleh orang dewasa.. itu jadi.. quality control itu perlu karena untuk nyaring, menjaga, kalo boleh saya bilang lebih menjaga isi konten supaya tidak ditiru oleh orang – orang atau oleh pemirsa di rumah, kalau misalnya memang ada konten – konten yang ga baik atau nggak pantas.. seperti itu..
T : Lalu, menurut kaka nih, proses quality control yang baik itu yang seperti apa sih? J : Kalo menurut
T : trus kalo menurut kakak, proses quality control yang baik itu tuh kaya gimana?
T : Nah terus kalo menurut kaka sendiri, proses quality control yang baik itu yang kaya gimana sih?
T : terus kalo menurut kaka, proses quality control yang baik itu yang kaya gimana sih? J : proses qc yang
gue sih.. e.. kalo disini ya.. proses quality control yang baik itu ya.. program yang di preview harus bersih dari segala macam bentuk pelanggaran.. seperti pornografi, kekerasan, kemudian penggunaan obatobatan terlarang secara berlebih, penggunaan rokok atau konsumsi rokok secara berlebih, dan sebagainya.. Jadi, program yang akan tayang itu harus bersih dari semua unsur-unsur tersebut.. selain itu, secara teknis juga harus sesuai dengan standar dari masing-masing station.. e.. dari segi
J : ehm.. yaa kalau misalnya menurut saya, proses quality control yang baik itu jelas.. pertama kita harus patuh kepada aturan karena dari aturan itulah kita mesti.. apa namanya.. kita mesti punya pedoman untuk melaksanakan proses quality control.. kemudian di samping itu, kita juga butuh alat – alat yang baik juga, alat – alat yang sehat.. seperti itu.. jadi supaya proses quality controlnya bisa berjalan dengan baik… yah seperti itu paling.. lebih mengikuti aturan – aturan yang berlaku yang telah ditetapkan oleh lembaga –
J : Kalau yang baik.. em.. tentunya adanya alat yang memadai.. terus adanya SDM juga.. terus sebenernya sih masing – masing ya.. kalau dari station tvnya sendiri sih ada macem – macem aturan.. beda – beda jadi gitu.. misalnya kalau kaya teknisnya, kalau yang disini kaya gini standarnya kaya gimana gitu.. terus kalau untuk konten, itu.. pokoknya beda – beda sih.. kalau yang baik sih ya perlu adanya SDM yang baik, terus peralatan, kaya tools – toolsnya yang kita gunain juga harus bagus gitu..
baik adalah of course didukung oleh alat – alat yang bagus.. sdm.. sumber daya manusianya juga bagus.. dan juga yang tidak kalah pentingnya kewewenangan dari petugasnya, qc officernya, juga diperlukan.. jadi boleh dibilang mutlak lah kewenangannya biar ga ribut lagi nanti.. ada atasan bilang ga boleh, nanti bawahan bilangnya harus naik tayang atau segala macem.. jadi kita perlu otoritas yaa..
kualitas gambar, lembaga Penyiaran kualitas audio, Indonesia.. seperti kemudian chroma itu.. warna, dan sebagainya.. T : jadi proses quality control yang baik itu harus didukung dengan peralatan dan juga sumber daya yang memadai gitu yaa, ka? J : ya, betul..
T : Jadi harus sesuai dengan aturan dan didukung oleh peralatan yang ada, gitu ya, ka? J : iya.. dan juga, kalau misalnya boleh menambahkan, orang atau misalnya karyawan atau orang yang melaksanakan quality control pun harus punya pengetahuan yang cukup dalam memahami apakah ini baik atau ini tidak baik.. seperti itu.. T
:
pertanyaan
terakhir nih, kak.. gimana pelaksanaan proses QC yang berlangsung di O Channel sendiri menurut kakak? J : kalau jalannya.. prosesnya gimana gitu.. yang pertama, mungkin dari produksi ataupun dari PH atau outsource program, dia menyerahkan materi ke kita.. kita preview, kita bikin log.. itu ada acuannya tadi, yang P3SPS sama teknis segala macem.. terus kita revisi, kita balikin lagi.. tapi beberapa kelompok produksi di review sendiri.. kalau untuk outsource dikembalikan lagi ke PHnya.. baru ntar
masuk lagi kemari di preview ulang sampe lolos.. T : Ehmm.. Lalu, distribusi kerja yang seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh staff quality control, ka? J : Distribusi kerja yang harus dimiliki staff quality control.. Yang pertama jelas attention to detail.. harus detail, harus ngeliat secara rinci, ngeliat secara jelas.. harus bisa ngeliat apa yang ga bisa diliat oleh orang lain.. Jadi, kaya sensitive terhadap peraturan dari P3SPS, kemudian, mata yang sehat sih basicly..hehehe (tertawa).. selain itu ya, standarlah.. Tapi
T : terus job desk apa saja sih yang biasa dilakuin ama seorang QC? J : Job desknya.. sudah pasti preview program, itu yang penting.. itu majornya.. jadi kalau misalnya ada kaset dateng atau misalnya ada program dateng, kita mesti lihat seteliti mungkin, kemudian setelah itu kita catat time codenya.. kita data ibaratnya.. kita data program yang kita kerjakan tadi, entah itu dari mulai tanggalnya dan segala macem bahkan sampai
T : terus distribusi kerja yang harus dimiliki oleh staff quality control itu apa sih, kak? Job desknya gitu.. Job desk seorang staff quality control..? J : kalau job desknya itu sih paling.. pertama sih nonton ya.. suka nonton program yang out source ataupun original.. kalau original itu program yang produksi di O Channel sendiri.. kalau out source itu, program seperti TVC, terus ada video klip juga.. ya kerja kita nonton.. kita cek sesuai
T : apa job desk yang harusnya dimiliki oleh seorang staff quality control? J : secara keseluruhan, job desk seorang qc dan censorship officer, tentunya dia harus mempreview atau memeriksa program- program yang akan tayang agar sesuai dengan batasan – batasan yang telah ditentukan..
yang paling penting deskripsi film dan itu.. attention to hal - hal yang detail.. berkaitan dengan program yang kita kerjakan itu juga kita mesti tahu, kita mesti paham.. seperti itu.. kemudian ya.. paling yang lebih fokus kesitu kali ya karena ya emang lebih banyak kesitu gitu.. kita justru lebih fokusnya kesitu.. Jadi, gimana caranya supaya bisa fokus sama yang kita kerjakan seperti itu.. dan jangan lupa kita juga mesti paham sama apa yang kita preview juga..
T : Oke.. Trus T : menurut kaka pertanyaan sendiri, apa fungsi selanjutnya
dengan peraturan P3SPS.. pertama itu ya.. melihat apakah berkaitan dengan konten sendiri.. tapi itu peraturannya lebih kepada perusahaan gitu.. jadi kalau perusahaan bilang nggak apa – apa ya oke gitu.. terus keduanya teknis.. kita harus melihat teknis juga.. standarnya kaya gimana gitu, kaya audio level terus kaya chroma, warna, terus kaya background segala macem.. chroma key atau pokoknya editingnya lah gitu.. itu tiga itu..
T : terus menurut Terus T : terus, fungsi om sendiri nih.. T : terus nih, ka.. proses quality apa fungsi proses apa sih fungsi nih, control bagi stasiun proses quality
proses quality control bagi suatu stasiun tv? J : Fungsi proses quality control bagi stasiun tv.. Yang pertama mencegah stasiun tv tersebut ditegur oleh regulasi pemerintah.. Jadi, which is KPI lah ya.. Kemudian, selanjutnya proses quality control ya berguna untuk menyaring programprogram yang akan on air, terus, memastikan bahwa program itu layak tayang, tidak mengandung unsurunsur yang berbahaya bagi masyarakat yang bakal menonton.. Lalu ya secara teknis, sesuai dengan kriteria
fungsi proses quality control bagi stasiun tv itu apa sih kak? J : penting.. karena quality control kan tadi sudah saya bilang.. membersihkan program yang kotor.. yang masih awal, yang belum di.. yang baru lahir ibaratnya kaya gitu, kemudian kita bersihkan sampai benar – benar patut.. sampai benar - benar layak buat ditonton oleh masyarakat gitu ya.. jadi penting banget, apalagi kalau tv itu kan suatu industri atau media atau misalnya tempat.. tempat buat masyarakat.. salah satunya bisa jadi
tv itu apa sih, kak, menurut kakak? J : em.. kalau menurut saya sih mengurangi atau membatasi kesalahan yang fatal gitu, karena perlunya ada quality control kan, kalau misalnya produksi itu sendiri kan, dia lebih memproduksi.. dia itu kadang suka lupa kalau misalnya kita ngecek, suka lupa templatenya, namanya salah, terus audionya jumping atau temponya jumping.. itu paling lebih ke itu aja sih.. terus, yang terutama sih paling di liat sekarang ini, KPI gitu.. yang berkaitan dengan konten.. Jadi
quality control bagi suatu stasiun tv? J : fungsinya ya menjaga kualitas.. menjaga kualitas tayang.. dimana kualitas tayang itu nantinya akan mencerminkan stasiun tv itu..
control bagi suatu stasiun tv? J : kalau quality control di sebuah televisi.. internal ya khususnya ya.. itu suatu keharusan.. artinya gini, ada lembaga sensor film yang namanya LSF, itu dari luar.. namun, bukan berarti setelah kita mendapatkan surat sensor, itu sudah suatu jaminan bahwa suatu program itu bisa tayang.. kita perlu yang namanya sensor internal, untuk memastikan benar-benar program tersebut telah layak untuk di on air kan, tentunya dengan koridor dari Undang-Undang yang ada di KPI
masing-masing station.
contoh model karena tv itu fungsinya ya mendidik.. seperti itu.. seharusnya sih mendidik ya.. jadi, untuk hal – hal yang tidak mendidik, kita mesti cut.. gitu.. kita mesti bersihkan.. seperti itu..
ya paling itu sih.. kita membatasi kaya.. Jadi semua yang mau tayang harus lewat QC dulu baru boleh tayang gitu..
maupun di LSF.. itu lebih untuk memastikan bahwa tayangan itu benarbenar layak dan aman.. amannya artinya gini, tayangan ini kita usulkan untuk ditayangkan di jam jam mana saja yang sesuai dengan umur maupun usia daripada pemirsa.. misalnya ada yang tulisannya R, Remaja, tapi kalau menurut kita, isi dari program tersebut sudah masuk ke ranah dewasa, kita usulkan bahwa itu diputarkan di jam – jam dewasa.. seperti itu fungsi dari quality control.. T
:
Jadi,
T : Jadi, fungsi intinya itu cuma untuk menjaga content program supaya aman dan layak untuk ditonton? J : Iya.. iya pasti.. iya pasti.. itu pasti..
T : Jadi membatasi dan mengawasi isi tayangan? J : Iya.. he eh..
mengawasi isi konten program gitu ya? J : isi konten khususnya agar tidak terjadi hal – hal yang lepas control.. kadang apa yang sudah kita dapatkan, surat sensor, setelah kita lakukan qc internal, itu masih ada dalam tanda kutip hal-hal yang harus kita sesuaikan dengan kebutuhan yang ada di broadcast tersebut.. mungkin kalo ada beberapa teman yang liat, kok tv ini bisa, tv ini tidak bisa.. ya, itu regulasinya masingmasing yaa.. tv nasional punya regulasi.. oh, batasannya gua segini.. segini masih
bisa.. itu regulasi masing – masing.. tapi kalo dari O Channel sendiri, kita memberlakukan lebih ketat, karna konten kita konten lokal yaa.. konten lokal yang kita ingin bahwa kita menyampaikan suatu program yang benar–benar clear.. artinya mendidik ya tepat sasaran.. program tersebut ditonton sesuai dengan umur dari masing-masing pemirsa.. 3. Pengawasan & Modifikasi Konten
T : tadi kan kata kakak intinya itu preview.. berarti staff quality control punya job desk juga secara nggak langsung untuk yang namanya
T : jadi ketika program masuk, itu harus bener – bener di preview atau justru kaya.. misalkanlah kalau ada yang harus di revisi gitu, kak.. itu
T : jadi, bisa dikatakan kalau memang seorang qc officer itu punya kewenangan untuk misalnya menambah, mengurangi, atau
menambah, mengurangi, atau memodifikasi isi program juga ya kak? J : iya.. jadi seandainya ada hal – hal yang.. maksudnya kalau misalnya ada program yang nggak pantes atau nggak patut kita mesti tutupi.. kita mesti hilangkan gitu ya.. jadi ya itu mungkin salah satunya.. Jadi, fokus.. kemudian fokus supaya liat kesalahan – kesalahan itu.. hal – hal yang nggak patut dan nggak boleh.. kemudian kita mesti cut dan segala macem kaya gitu.. dan kalau misalnya emank ada yang mesti
harus ada memodifikasi isi dikurangin, tayangan gitu yaa, ditambahin, atau kak? : oke.. dimodifikasi gitu J memodifikasi.. ya, kak? J : iya.. di edit.. memodifikasi iya.. seperti itu..
ditambahkan, ya why not.. kita bisa tambahkan juga.. kaya gitu... T : kalau untuk makian biasanya diapain? J : hehehe (tertawa).. ya biasanya kita mute.. maksudnya kita hilang.. kalau ibaratnya volume, ketika sudah sampai di ucapannya dia, kita kecilin gitu.. atau kita hilangkan audionya dan segala macem.. itu pekerjaan editor dan segala macem.. itu supaya nggak kedengaran dia ngomong apa.. gitu tuh.. T : Gimana cara T : terus.. nanya T : pertanyaannya.. T : gimana cara kaka menyeleksi bentar nih, kak.. next.. bagaimana kakak menyeleksi
materi tayang suatu program hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? J : Bagaimana cara menyeleksi materi tayang, hingga dapat disebut aman atau tidak.. Di sini di O Channel, proses QC itu dilakukan manual.. tiap program yang akan on air kita tonton secara manual dari awal hingga akhir, kemudian kita tentukan, bagian mana yang harus di revisi dan bagian mana yang aman.. e.. sekali lagi.. acuannya adalah P3SPS.. namun selain itu ya.. balik lagi ke nalar masing-masing
ini kan untuk pertanyaan tadi.. gimana disebut dengan ‘aman’ dan ‘tidak aman’.. berarti kurang lebih dari apa yang aku tangkep, yang aman itu yang sesuai dengan P3SPS dan yang nggak aman itu yang melanggar? J : ehm.. yang tadi saya bilang, jadi kita punya aturan P3SPS gitu ya.. tapi dalam prakteknya, atau dalam kasusnya, banyak macem – macem yang mungkin nggak.. yang mungkin belum ada nih.. belum ada di ketentuan atau misalnya peraturan tersebut.. Jadi, disitulah kita
cara kakak menyeleksi materi tayang hingga dapat disebut ‘aman’ dan ‘tidak aman’? Kayanya jawabannya agak mirip ke yang tadi dijawab.. lebih banyak ke common sense? J : he eh.. he eh.. betul.. he eh..
materi tayang suatu program gitu? hingga kakak bisa nentuin, oh, ini ‘aman’.. ini ‘ga aman’.. J : berdasarkan P3SPS.. lebih ke situ..
orang.. common sense bahwa apakah sebuah gambar ini layak ditayangkan atau engga.. tapi pretty much sih benang merahnya udah ada lah.. benang merahnya udah terbentuk bahwa orang telanjang ga boleh.. di O Channel, orang ngerokok ga boleh.. penggunaan narkoba ga boleh.. kemudian ciuman laki-laki dan perempuan ga boleh.. jadi, benang merahnya udah ada, sehingga batasanbatasan mana yang boleh dan mana yang ga boleh itu udah diketahui oleh masing-masing qc officernya.. gitu..
dituntut buat punya aturan tersendiri gitu.. apakah ini memang layak atau belum layak ditonton gitu.. walaupun memang belum ada di peraturan..
T : oke.. jadi intinya kalau emang QC bilang revisi itu pasti revisi? J : ya seharusnya.. ketika QC bilang revisi, ya seharusnya di revisi.. karena ya itu balik lagi.. kita tahu isinya dan kita seakan – akan mengasumsikan diri kita sebagai penonton gitu demi kelancaran, demi kesejahteraan perusahaan tersebut juga gitu loh.. T : Jadi ketika QC bilang revisi, itu pasti di balikin ke editor dan revisi juga kan? J : he eh..
T : Ketika revisi, dibalikin lagi ke editing? J : Iya.. he eh..
T : kalo misalnya ada yang ga sesuai, biasanya apa yang dilakukan oleh qc officer..? J : revisi..
4. Penilaian Penentuan Kelayakan
& T : Oke, lalu, gimana cara kaka mengetahui apakah suatu gambar atau adegan itu melanggar P3SPS atau tidak? J : Di P3SPS tuh disebutkan bahwa.. yaa misalnya.. untuk pornografi diperbolehkan, tidak diperbolehkan untuk menampilkan adegan.. apa.. ciuman laki-laki dan wanita, kemudian, adegan orang telanjang dan segala macem.. Jadi, sebagian besar tuh disebutkan di P3SPS ini, tapi, terkadang memang ada hal-hal yang di luar P3SPS yang mana harus kita pikir sesuai common
T : trus gimana cara kakak sendiri tau kalau misalnya gambar atau adegan itu ngelanggar P3SPS atau nggak? contohnya misalnya kaya adegan berdarah gitu.. adegan berdarah yang kaya gimana yang melanggar dan mana yang nggak, atau mungkin adegan orang ditembak, adegan kekerasan dan segala macem.. mana yang diperbolehkan dan mana yang nggak gitu.. soalnya kan di P3SPS itu sendiri kan biasanya cuma ditulis nggak boleh ada kekerasan atau
T : terus cara kakak mengetahui apakah suatu gambaran atau adegan itu melanggar P3SPS atau nggak itu gimana, kak? Soalnya kan, yang aku baca gitukan di P3SPS, paling kan cuma ditulis, nggak boleh ngelanggar pornografi, sedangkan nggak lebih dideskripsikan gitu, pornografi yang dimaksud tuh yang kaya gimana.. jadi kalau menurut kakak sendiri, cara kakak buat nentuin itu gimana? J : balik lagi.. emank kaya dari perusahaan sendiri
T : terus gimana cara kakak mengetahui apakah suatu gambar atau adegan itu melanggar P3SPS atau engga, ka? karna kan kaya misalnya, di P3SPS cuma tertulis ga boleh tentang pornografi.. tapi ga dijelaskan pornografi yang lebih lanjut tuh yang kaya gimana gitu.. J : mungkin kalo itu sih kebanyakan sudah ada di P3SPS yaa.. cuma kan tidak detail yaa.. dia tidak detail.. tapi kalo dari qc kita, dari qc O Channel, di saat kita ragu, qc officer itu wajib menanyakan untuk
sense kita, apakah sebuah gambar ini layak untuk tayang atau engga.. Jadi, selain P3SPS ini memang seorang QC officer itu harus punya common sense yang baik, apakah sebuah program ini layak atau sebuah gambar ini layak untuk tayang atau tidak dengan segala macam picture gambar-gambar di dalamnya lah...
nggak boleh ada adegan yang berdarah – darah gitu.. Nah, cara kakak buat nentuinnya itu gimana? J : ya itu.. sama seperti contoh tadi.. nah kalau misalnya contohnya darah.. let’s say, kita ambil contoh ehm.. orang nembak misalnya.. ada adegan penembakan antara polisi sama maling, misalnya kayak gitu ya.. ada 2 contoh nih.. contoh pertama, dia nembak kepala.. dar.. muncrat, hancur kepalanya kan.. itu udah jelas – jelas dipotong dong karena nggak layak.. itu sesuatu yang udah.. yang
sih.. mungkin lebih jelasnya lagi ntar bisa tanya ke mas jeffry lah ya, soalnya dia kan lebih ngerti.. kalau saya sendiri sih acuannya lebih ke common sense aja sih kalau kita lihat.. tapi balik lagi sih ke bosnya lagi.. kalau misalnya, kita bilang nggak, tapi bosnya bilang iya.. ya udah gitu sih... kalau yang kita alamin di O Channel punya..
second opinion.. minta second opinion kepada rekan kerja ataupun atasan.. masih ragu juga, kita mengambil jalan aman, which is tidak menayangkan atau minta di revisi.. jadi, iya dan tidak diantaranya kalo kita ragu, sudah konsul dengan rekan kerja.. sudah ngobrol juga dengan atasan.. masih ragu, masih di tengahtengah, kita putusin tidak ditayangkan atau revisi..
buat orang takut, serem, ngeri, jijik bahkan.. nah itu udah pasti di cut.. Tapi kan kasus kedua.. dia nembak dadanya dan des.. darah pun nggak keluar ataupun dikit.. ya nggak apa – apa gitu karena itu salah satu aksi dan itu masih bisa di tolerir, karena belum menimbulkan suatu persepsi orang yang jijik, atau misalnya menyeramkan, bikin orang mual mungkin karena misalnya, seperti contoh yang pertama, bikin orang darahnya muncrat kaya gitu.. jadi, ya kaya gitu contoh – contohnya.. T : kalo misalnya
T : cara orang bisa memahami gimana kak, ketika berada dalam satu tim.. Setiap orang itu kan pasti punya persepsi yang beda – beda gitu kan? Cara anggota tim ini buat nyamain persepsinya itu gimana? J : Jelas itu salah satu kendala yang sering terjadi juga cuman yang sering kita lakukan disini adalah.. seandainya memang susah untuk menyamakan tetapi setidaknya kita meminimalisasikan perbedaan tersebut seperti sesuatu yang menurut si A boleh kemudian si B nggak boleh.. kita bisa saling diskusi, kita
T : tapi kalau misalnya ada satu adegan nih.. menurut kaka oke, menurut yang lain nggak gitu.. terus sesama staff, maksudnya kaya ama kak nicky ama kak gemi.. nah, cara kakak buat nyesuainnya gimana? J : em.. paling kita ngobrol bareng ya.. biasanya kalau kita nanya bareng – bareng.. misalnya, eh ini udah pernah ditonton belum gitu.. jadi kaya gini oke nggak nih.. biasanya lebih ke yang staff – staff lamanya gitu ditanyai begitu.. atau nggak kita tanya ke mas jeffry.. mungkin ntar penjelasannya lebih
untuk para staff kan biasanya mereka bisa diskusi.. nah, untuk kakak sendiri sebagai head, biasanya kalo ada yang bingung, kakak diskusinya dengan para staff juga yaa, kak? J : iya, of course.. of course kita bertukar pendapat juga dengan kolega – kolega kita.. atau yaa kembali lagi ke atasan lagi.. tapi biasanya sih untuk legalnya yaa kita nanya ke atasan.. atasan bilang boleh atau tidak, ya tergantung dari dia.. atasannya itu lebih ke General Manager.. itu dia yang ngatur..
bisa saling tukar pendapat terlebih dahulu setelah itu baru bisa disimpulkan apakah.. entah Anya bisa menerima atau B-nya bisa saling menerima.. yang jelas kita harus.. komunikasi itu penting..
ke mas jeffry kali ya.. mungkin dia lebih detil lagi kali, karena beliaukan udah cukup lama ya..
T : terus posisi kakak disini kan sebagai head nih.. menurut kakak sendiri, sejauh apa sih otoritas yang dimiliki oleh para staff, kaya misalkan Ka Gemi, Ka Nicky, Ka Torro, gitu kak..? J : saya lebih menempatkan sebagai apa yaa..? sedikit lebih berpengalamanlah.. setaraf.. yaa of maksudnya, course saya akan
menanyakan juga.. katakanlah saya sedang mempreview sendiri dan keputusannya saya ragu.. of course saya akan minta pendapat dari teman – teman juga.. jadi bukan artinya saya bisa mengambil keputusan sendiri.. saya bisa mengambil keputusan, tapi dengan menanyakan second opinion juga untuk masalah – masalah yang seperti tadi itu..
T : Jadi intinya kurang lebih harus bisa membayangkan persepsi audience gitu ya kak? ketika
menonton adegan ini nih gimana gitu reaksinya.. J : Iya.. jadi bisa dibilang, saat kita melaksanakan proses quality control, kita bisa asumsikan diri kita sebagai penonton juga.. jadi apakah seperti ini penonton merasa ngeri atau misalnya merasa seru atau apa segala macem gitu.. jadi, kita bisa punya cara tersendiri supaya menyeleksi apakah program ini masih bisa ditolerir atau memang nggak bisa.. kayak gitu.. T : terus ini, aku mau nanya, kak.. kan nggak semua.. yang namanya movie itu kan pasti banyak jenisnya..
T : berarti, hal yang sama yang juga kakak lakuin kalo misalkan ada satu pelanggaran tapi itu ga tercantum di
program itu kan banyak gitu, dan nggak semua itu pasti tertulis di P3SPS.. nah, cara kakak buat nentuin, oh ini nih.. misalnya kaya ada pelanggaran gitu deh.. kaya misalkan pelanggaran program tapi nggak ada di P3SPS gitu.. soalnya P3SPS itu kan nggak memuat semuanya.. cara kakak nentuin ini boleh ditayangin atau nggak gimana? J : itu dari si kepala programming kita, si mas TJ sih.. aturannya dari dia.. slalu dikeluarin.. kemarin tahun lalu waktu lagi meeting
P3SPS? J : ada pelanggaran tapi tidak tercantum..? kalo ada pelanggaran tidak dicantumkan kemungkinan kita tidak punya dasar hukum untuk tidak memperbolehkan tayangan tersebut.. tapi, sudah ada di P3SPS tapi tidak detail.. jadi, seperti tadi katakanlah mencakup pornografi, ataupun kekerasan juga sering.. itu bukan suatu pelanggaran kalo tidak ada di P3SPS, karna kita ngikutin P3SPS.. di samping P3SPS, supaya diketahui masyarakat umum, biasanya tv – tv station juga memiliki peraturan
sih, acuannya tuh masih seperti dulu.. tapi ntar ada lagi sih acuannya dari dia.. kita sih ngikutin aja gitu..
T : Jadi, mungkin kaya masih belum ada aturan yang kuat ya, kak, buat ngelindungin gitu lah..
internal untuk tv tersebut.. jadi seperti kita juga, kita ada batasan – batasan tersendiri.. walaupun dari P3SPS itu katakanlah ada sebuah tayangan, tapi kita keberatan, kita tidak menayangkan itu.. jadi tiap tv station itu selalu ada peraturan perusahaan.. ada peraturan P3SPS, which is P3SPS itu hukum.. intinya itu.. hukum.. jadi kita harus mengikuti.. T : Tadi kan kata kakak, misalnya disini, seharusnya qc departement itu bisa membuat aturan tersendiri, gitu kan, kak? tapi
J : ya.. kalau mau lindungin.. tadikan gua udah bilang, mas TJ mau bikin lagi aturan baru yang mungkin ntar bisa dilindungin ya.. kan soalnya kita udah punya kertas nih, mas TJ bilang ini udah oke.. jadi kalau sekarang belum ada.. kalau sekarang masih belum ada kertas yang tertulis.. ya mungkin ntar kali ya.. sebenernya, lumrahnya sih emang kaya gitu.. bukan salah QC dong, kalo misalnya QC bilang nggak, ya nggak boleh ditayangin lah.. cuma kalau disini, tidak.. kalo mega nanya sudah akurat atau udah berjalan
kalo pada prakteknya, disini sendiri, aturan yang biasa dipake qc, maksudnya aturan internal itu, emank murni qc yang bikin atau mungkin ada keputusan atasan lagi? J : itu keputusan, kesepakatan dari atasan juga.. jadi katakanlah, kita punya guide line.. mungkin mega pernah saya kasih liat.. nah, guide lines itu adalah kesepakatan dari atasan juga.. makanya sebenarnya guide lines itu bukan peraturan baku, karna case by case itu bisa kita tambahin atau
dengan baik untuk dikurangin.. di masalah yang ditambahin hari.. itunya.. saya kemudian sebagai staff bilang seperti itu.. karna itu adalah peraturan belum.. kita sendiri.. tapi yang sudah ada, ya itu yang kita jalanin..
T : acuan yang seperti dulu itu yang kaya gimana, kak? J : yang kaya dulu ya kaya pornografi, kaya paha, rokok, segala macem, terus nembak, darah, itu nggak boleh.. disini maki – makian juga nggak boleh.. paling gitu aja sih.. ntar tapi ada aturan baru lagi dari beliau sih.. mungkin.. T : Jadi tiap tahun
pasti dibikin aturan baru gitu? J : em.. iya sih.. kayanya sih kaya gitu.. cuman mungkin ntar tanya ke mas jeffry aja mungkin.. tapi tetap kaya dulu lagi gitu.. abu – abu gitu lho.. jadi mungkin ada, mungkin kaya tadi mega bilangkan, kadang kalau di lihat si nicky begini nggak apa – apa, terus kalau dilihat gue malah jadi beda gitu kan.. mungkin abu – abu lagi deh gitu.. mungkin, si mas TJ mau nyamain semuanya yang taun ini.. mungkin kaya gitu sih.. mungkin lebih ke mas jeffry kali ntar kalau misalnya itu, dia lebih..
soalnya dia kan sering ngobrol sama mas TJ gitu.. 5. P3 & SPS
T : Apa definisi P3 dan SPS menurut kaka? Soalnya kan e.. P3 dan SPS itu sendiri kan bisa dibilang terkait erat dengan proses quality control. J : Definisi P3 dan SPS.. ya basicly, peraturan yang dibuat untuk menjaga konten atau isi atau ya program lah.. untuk menjaga program yang disiarkan oleh stasiun-stasiun penyiaran, yang isinya Undangundang tentang berbagai macam, kaya pornografi, terus perlindungan terhadap anak, terus
T : terus.. menurut kakak sendiri, definisi P3 sama SPS itu apa kak? J : menurut saya, pengertian secara general itu.. aturan – aturan yang dibuat oleh lembaga penyiaran terutama di Indonesia, yang wajib untuk dipatuhi terutama dalam membersihkan konten – konten atau misalnya aturan – aturan yang layak atau tidaknya diserap oleh masyarakat, terutama penonton televisi atau misalnya juga, seandainya memang media lain itu juga
T : nah terus, apa definisi P3 dan SPS menurut kakak? J : Kalau P3SPS itu paling kita nyebutnya sebagai acuan aja sih.. tapi kalau itu.. emang acuan tapi kadang kita suka ikutin.. tapi balik lagi owner kita kaya gimana gitu.. kalau di O Channel sendiri kan kadang, kaya pornografi itu lebih ke second opinion lagi sih, kalau dilihat lagi pake common sense kitalah gitu.. jadi masing – masing perusahaan itu beda – beda.. kalau misalnya P3SPS
T : apa definisi P3 dan SPS bagi kakak? J : P3SPS merupakan dasar dari pekerjaan kita.. jadi itu merupakan landasan.. batasan – batasan yang harus kita ikuti.. gitu..
kemudian peraturan jurnalistik dan semacamnya.. Jadi, basicly ya peraturan yang dibuat untuk masing-masing station penyiaran lah..
bisa diaplikasikan memang sebagai gitu.. jadi aturan – acuan aja sih.. aturan yang harus dipatuhi supaya programnya bersih.. kaya gitu..
T : Jadi secara nggak langsung, P3SPS itu sendiri jadi landasan ya, kak? Landasan bagi seorang staff qc buat ngelakuin tugasnya gitu? J : iya pasti.. tapi, sebagai manusia gitu ya.. kita pasti punya cara, pola pikir yang berbeda gitu.. jadi nggak, ya nggak selamanya kita mesti ngikutin peraturan itu, karena selagi masih bisa ditolerir seperti itu kan.. jadi kan..
yang namanya masalah nggak hanya satu, pasti ada yang macem – macem gitu.. jadi nggak selamanya masalah itu sama sama terus.. jadi nah begitulah fungsi kita, apakah kita harus ngikutin peraturan tersebut, atau kita punya penilaian sendiri dalam menilai program tersebut gitu loh.. dalam menentukan program tersebut, layak atau tidaknya tayang.. gitu.. T : Nah, yang dimaksud dengan yang bisa di tolerir itu maksudnya, program yang gimana kak? Isi konten yang kayak
gimana? J : ehm.. jadi, seperti hal – hal atau peraturan – peraturan atau masalah – masalah yang tidak tercantum dalam KPI.. eh, maksudnya dalam peraturan tersebut gitu ya.. jadi contohnya, seperti kasus kemarin itu ada korban yang terutama salah satu stasiun televisi yang mensorot data korban sampai terlihat seluruh datanya sedangkan di peraturan tersebut kan tidak ada.. jadi maksudnya, yang namanya data atau identitas tersebut, terutama korban, kita kan mesti
lindungi gitu.. ya seperti itu lah.. di peraturan tersebut secara general melindungi.. nah, ketika sudah sampe kasus, kita kan banyak kasusnya.. nah, disitulah kita mesti pinter – pinter maksudnya melindungi ini apakah seperti ini, apakah seperti ini, apakah seperti ini, karena kasus pasti macem – macem.. T : Ohh..oke.. Trus, kenapa nih proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? J : Proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3
T : pertanyaan selanjutnya nih, proses pelaksanaan quality control itu…oke ini udah dijawab ya tadi.. pasti selalu mengacu ke P3 dan SPS ya, kak? J : he..eh..
T : terus pertanyaan selanjutnya.. mengapa proses pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? J : balik lagi ke tadi tuh.. KPI.. karena
T : trus kenapa proses quality control itu harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS? J : P3SPS itu adalah landasan hukum dari negara dan itu sudah ditentukan.. jadi kita tidak bisa mengganggu gugat..
dan SPS karena memang acuannya ada di situ.. apalagi hihi (tertawa).. mencegah untuk terjadinya pelanggaran dari pasal-pasal yang ada di situ..
kalau KPI itu kan, kalau kita nggak ikutin P3SPS, kode etik jurnalistik trus kaya pornografi, kekerasan, segala macem, kita pasti akan melenceng.. terus akan dikenakan kaya sanksi.. teguran lah ya.. surat teguran dari KPI dan itu paling akan dihentikan tayangannya selama beberapa pekan.. biasanya sih gitu.. jadi perlunya kita acuan untuk P3SPS itu gitu.. T : kalau misalnya kaya kesalahan – kesalahan ringan gitu.. teguran dari KPInya juga misalnya pemberhentian
katakanlah kita mau tidak setuju boleh, tapi yaa itu melalui proses hukum tentunya.. kenapa ini tidak boleh..? kenapa ini boleh..? hukum.. maksudnya kita mesti ajukan mungkin ke pengadilan gitu lho.. tapi untuk dasarnya sih sudah ada.. yaa itu tadi P3SPS, kalo kita tidak setuju yaa proses hukum..
jam tayang gitu, kak? J : ya, betul.. pemberhentian programnya.. jadi, harus ganti program.. jadi misalnya si program A ini nggak boleh tayang lagi karena dia pernah mengisukan SARA atau pornografi gitu.. jadi, mungkin di kasih waktu, untuk dua minggu ini, siaran program ini ga boleh tayang oleh KPI.. jadi gitu.. kalau yang selama saya alami sih kaya gitu.. T : emank selain P3SPS itu ga ada aturan lain lagi ya, ka? J : e.. lebih ke common sense sih..
T : selain P3 dan SPS, ada nggak sih misalnya aturan lain yang menjadi landasan atau ya basic yang secara
Jadi kaya, ya.. perlindungan bagi orang-orang yang belum tentu mau disiarkan di televisi.. terus ya lebih ke kode etik sebenarnya, cuman, mayoritasnya.. dominannya adalah sebuah program siaran harus mengacu kepada P3SPS.
ga langsung jadi aturan juga gitu, misalnya undang – undang penyiaran atau sejenisnya gitu? J : kalau untuk itu sih kurang paham karena background saya bukan broadcast gitu.. tapi setidaknya kalau untuk peraturan di kantornya sendiri, terutama di qc-nya disini sendiri, jadi, kita mesti pertimbangkan.. jadi misalnya.. kalau misalnya di peraturan, P3 atau SPS seperti itu, kaya misalnya belahan dada dan segala macam gitu ya itu ga boleh.. nah tapi ketika kasusnya kita temukan belahan dada, tapi dalam
jarak yang tidak terlalu kelihatan, kita masih bisa ya sudah gitu, karena memang majornya nggak disitu.. ada fokus lain.. ada fokus utamanya.. ya tapi, seandainya memang cleavagenya memang terlalu dekat, menjadi fokus utama.. sorotan.. terlalu mendominasi di layar tersebut gitu.. ya kita mesti potong.. tapi kalau misalnya memang, dia adanya di background.. dia nggak terlalu.. dia minor gitu ya nggak terlalu keliatan, jadi ya, ya udah gitu.. jadi ya, ya kaya gitu – gitu ya kita mesti pinter nilai kasus..
T : Nah, ka... P3SPS itu sendiri kan bisa dibilang sebagai regulasi yang emank memuat banyak banget aturan dan pasal. Dari sekian banyak pasal yang termuat dalam P3 dan SPS, menurut kaka nih, pasal yang manakah yang paling sering dilanggar? Atau adegan terlarang apa sajakah yang paling sering muncul dalam konten suatu program? Kenapa demikian? J : E.. tentang pornografi sih basicly, karena movie atau program itu banyak yang menampilkan halhal yang
T : next.. di P3SPS ndiri itu kan banyak memuat pasal.. nah, menurut kakak sendiri, pasal apa sih biasa paling sering dilanggar? Adegan apa sih biasa paling banyak ada di filmfilm ataukan program – program? J : oke.. kalau misalnya adegan yang sering muncul.. mungkin kalau dilanggar ya saya nggak tau.. cuman kalau misalnya yang paling sering muncul itu ya belahan dada yang terlalu expose kaya gitu ya.. itu udah pasti nggak boleh karena bisa
T : next, kak.. biasanya pasal apa aja sih yang paling sering dilanggar? maksudnya adegan – adegan apa gitu yang dari sekian banyak program yang kita tonton.. adegan apa yang paling banyak muncul gitu.. yang maksudnya melanggar P3SPS itu? J : di O Channel? khususnya ya kalau O Channel tuh lebih ke pornografinya aja sih ya.. kaya orang cewe nggak pake bra.. gitu terus.. mohon maaf itunya jiplak gitu kan.. terus kissing segala macem.. terus maki – makian.. kayanya sih lebih ke itu aja
T : dari sekian banyak pasal nih, kak, yang ada di P3SPS.. biasanya pelanggaran apa sih yang paling sering muncul di program – program yang kakak preview.. J : seksualitas dan kekerasan.. T : biasanya, bentuknya itu yang kaya gimana, kak? misalnya seksualitas yang kaya gimana, trus kekerasan yang kaya gimana? J : contoh mungkin pakaiannya terlalu pendek, atau gerakan dia erotis.. atau kekerasan yaa.. mungkin kekerasan lebih ke berdarah – berdarah atau pemukulan atau
menyerempet ke arah pornografi, kaya kissing, terus kemudian pakaiannya minim, goyangnya erotis, dan sekali lagi itu ada di P3SPS bahwa pornografi itu ada batasbatasnya.. ada batasan mana yang bisa ditayangkan, mana yang sudah menyerempet ke arah pornografi.. Jadi, pretty much sih, pornografi lah yang paling sering dilanggar.
meningkatkan.. mungkin kita bisa menjurus ke arah sensual.. sensualitas dan sensual.. ya pokoknya gitu - gitu ya.. kaya gitu dan itu mesti di cut.. kaya gitu.. kemudian, selain itu, kekerasan juga, atau misalnya adegan bunuh diri itu sering.. jadi seandainya orang lompat dari gedung..brak.. hancur badannya.. ya walaupun nggak hancur, tetapi darahnya kemana mana dan itu dilihat secara dekat, secara zoom gitu dan itu juga mesti kita cut.. jadi ya paling.. kemudian makian juga.. makian ya sering juga, baik
sih kebanyakan.. ke movienya segala macem.. kalau untuk teknisnya sih pasti banyak lah ya.. kalau untuk teknis.. T : teknis itu kaya misalkan audio scratch, video under, gitu gitu? J : iya.. terus kaya template segala macem juga termasuk teknis.. T : selain pornografi, kira – kira yang lain, yang paling sering muncul apa, kak? J : paling sering muncul ya teknik tadi, kaya jumping, trus video nyangkut segala macem lah pokoknya..
penembakan.. ya seperti itulah.. ataupun dari ini juga bisa.. seksualitas kekerasan melalui omongan.. jadi bukan secara gamblang..
dalam lagu atau dalam film, terutama film, makian juga itu sering muncul.. kaya gitu gitu.. T : Selain pornografi apa, ka? J : Selain pornografi? Kayanya yang paling sering ditemukan sih itu.. Atau selain itu yang jarang ya muncul, cuman terkadang muncul itu perlindungan saksi atau korban.. Jadi kaya pelaku suatu tindak kejahatan, apalagi yang umurnya di bawah 18 taun, itu ditayangkan, ditampilkan secara gamblang di televisi
T : Berarti, kurang lebih awalnya itu, kaya jenis pornografi gitu ya? J : Sensualitas.. iya.. T : Sensualitas pornografi, terus yang kedua itu, bunuh diri? J : ya, kekerasan.. T : kekerasan.. oke.. dan yang terakhir itu makian? J : iya.. iya makian..
T : maksud aku yang lebih mengarah ke P3SPS gitu, kak.. kalo yang tadikan teknis itu lebih ke perusahaan.. sementara kalau untuk yang P3SPS itu, selain pornografi..?? J : selain pornografi..? oh itu ada juga sih mistis ya.. mistis juga nggak boleh.. waktu itu pernah sih ada program.. jadi, iklan yang ngomongin tentang.. lupa deh pokoknya.. detilnya udah lupa.. tapi
which is itu ga boleh, cuman itu jarang.. yang yang sering terjadi adalah pornografi..
6. Kewenangan Otoritas Ideal
/ T : Sejauh apa staff quality control memiliki otoritas untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? Lalu, apakah otoritas itu bersifat mutlak, ka? J : Kalo gue pribadi menilai.. otoritas
pokoknya berbau tentang klenik atau mistis gitu, kayak dukun – dukunan tuh nggak boleh disini.. paling itu sih.. tapi jarang.. T : Kalau misalnya kekerasan, kak? J : Kekerasan.. di movienya sih jarang ya.. paling tembak – tembakan doang ya mungkin.. mega tau juga kali ya.. T : Next.. pertanyaan selanjutnya.. sejauh apa staff quality control punya otoritas untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program, kak? J : harusnya sih, quality control itu punya otoritas atau
T : next aja.. sejauh apa staff quality control memiliki otoritas, kak, untuk menentukan layak atau enggaknya suatu program? J : em.. kalau staffnya sih ini ya.. lebih ke supervisornya kali ya.. kalau misalnya
T : terus pertanyaan selanjutnya.. sejauh apa departemen quality control itu punya otoritas, kak, untuk menentukan layak atau engganya suatu program? otoritas itu bersifat mutlak atau engga gitu?
T : berarti posisi om itu kan sebagai head.. menurut om, sejauh apa sih otoritas yang dimiliki oleh quality control department? trus otoritasnya itu mutlak atau engga? J : Nah.. ini nih.. ini yang sebetulnya ada
seorang qc officer itu mutlak.. kalo dia bilang program itu harus revisi dan tidak bisa tayang, maka itu harus tidak bisa tayang dan harus direvisi terlebih dahulu sebelum akhirnya preview lagi dan ditentukan.. dinyatakan lolos atau tidak.. dan pertanyaannya apakah mutlak atau tidak, jelas, itu mutlak, karena ya itu.. divisi kami dibentuk untuk halhal seperti itu..
hak yang cukup kuat, dalam pertelevisian ya karena quality control ya tempatnya menyeleksi, membersihkan.. gitu loh.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control itu belum bersih, ya belum bersih.. karena quality control itu yang tahu programnya, yang hafal jalan ceritanya, yang paham materinya dan ngerti segala macemnya gitu loh.. jadi kalau misalnya memang menurut quality control, terutama kalau misalnya dalam tim, dan semua.. maksudnya satu tim
untuk tayangan, untuk kelayakan atau tidaknya gitu.. kalau misalnya udah yang biasa gitu, misalnya si mas jeffry bilang ini udah biasa nih.. jadi kan, kita kan tau.. ya udah berarti telah layak tayang gitu kan.. tapi kalau misalnya yang bener-bener belum biasa kaya adanya pelanggaran baru, mungkin kita lebih ke mas Jeffrynya gitu lho.. kita sih, acuannya ke mas Jeffry.. kita tanya ke dia dulu, baru kita ke mas TJ.. jadi apa ya.. susah juga ya ngomong.. otoritasnya ya... hahaha (tertawa).. nggak begitu mutlak sih kalau staff ya..
J : ehm.. seharusnya mutlak.. itu untuk mempermudah pekerjaan kita juga.. jadi kita ga perlu bolak balik tanya ke atasan apa segala macem kalo sudah ada.. seharusnya, ada di divisi qc.. itu disebutnya divisi qc dan censorship.. cukup sampai situ supaya tidak memperumit, karena nanti mesti nanya dulu ke bos yang di atas, which is, ga setiap waktu ada.. yaa jadi semakin lama..
pemahaman yang sedikit berbeda yaa.. karna gini, kalo di bilang quality control itu mutlak tidak? Memang harusnya iya.. iya, harusnya iya.. ia menjadi kunci untuk suatu program itu lolos atau tidak lolos..
itu, seandainya bilang belum, ya belum, harusnya seperti itu ya.. karena ya, balik lagi.. kita yang tahu isinya, kita yang tahu luar dalemnya, kita yang tahu jalan ceritanya, dan segala macem gitu.. jadi, harusnya sih punya sesuatu otoritas atau hak yang kuat, kalau misalnya ini belum lolos ya belum lolos, kalau misalnya ini sudah lolos, ya pasti sudah lolos gitu loh.. kaya gitu..
kalau staff, nggak begitu mutlak..tapi yang mutlaknya itu kalau headnya.. lebih ke dia..
T : Jadi, intinya mutlak gitu ya, kak? mutlak pada setiap stasiun tv? J : Iya... he eh..
T : next.. ini yang mau aku tanyain.. menurut kakak gitu, di stasiun tv, otoritas departemen QC itu sebenernya mutlak
T : jadi intinya, qc department di setiap stasiun tv itu punya otoritas yang mutlak, gitu yaa, ka? J : harusnya mutlak..
atau nggak sih? J : departemen QC.. iya, mutlak.. T : Jadi intinya ga bisa di ganggu gugat ya, ka? J : Tidak bisa.. Keputusan yang dibuat oleh qc itu ga bisa diganggu gugat.. 7. Pelaksanaan T : Kendala apa Otoritas di O saja yang Channel umumnya dihadapi ketika kaka melakukan proses quality control? J : kalo di sini, kendala yang pertama paling besar sih kalo menurut gua alat ya, karena kita ga pake alat yang paling canggih dan semuanya dilakukan secara manual, cuma komputer
T : Mutlak? Jadi kalau misalnya ada keputusan yang dibuat oleh staff QC itu nggak bisa diganggu gugat? J : Iya.. Iya.. he eh.. T : trus kendala apa aja sih yang biasa kakak hadapin ketika ngelakuin proses quality control? J : Kendalanya yang pasti kalau disini itu lebih kepada alat.. itu yang sering.. jadi, bisa dibilang kadang alatnya kurang mendukung atau kurang membantu kita dalam melaksanakan
T : terus kendala apa aja sih yang umumnya kaka hadapi ketika melakukan proses quality control? J : Kalau kendalanya sih kebanyakan kan ya, human error gitu ya.. kalau orang udah lama.. kan kalau QC itu kan kerjanya nonton tv terus selama.. kalau di O Channel sendiri sembilan
T : terus kendala apa aja sih yang umumnya kaka hadapi ketika melakukan proses quality control? J : kendalanya ya balik lagi ke nomor dua tadi.. kendalanya of course kalo seandainya alatalatnya ada yang rusak.. maksudnya tidak bagus.. sdmnya juga kurang berpengalaman atau
sama mini dv player atau betacam player.. Jadi, yang pertama adalah alat, terkadang untuk komputer misalnya.. kadang komputernya hank, ngelek, dan semacamnya yang menghambat pekerjaan dari quality control sendiri, proses preview sendiri.. Kemudian, kalo untuk mini dv player terkadang kasetnya kotor ehm.. menyebabkan gambar rusak, scratch, dan segala macemnya.. Tapi, technically sih yang pertama itu alat, kemudian, kendala selanjutnya itu lebih ke individu masingmasing, kaya kok
tugas, atau terutama dalam melakukan quality control tersebut.. jadi itu lah yang salah satunya menjadi kendala besar.. jadi, yang saya sebutkan di awal tadi.. salah satu yang penting, itu salah satunya itu… alat yang baik… atau alat yang sehat supaya semuanya lancar dan tidak ada kendala yang terlalu parah karena alat itulah yang salah satu major.. syarat penting dalam melaksanakan quality control.. T : selain kendala alat yang utama gitu, ada nggak misalnya kaya kendala – kendala kecil yang tapi juga
jam.. satu jamnya tuh istirahat.. gitu.. jadi, paling human error.. terus kedua itu, yang tadi saya bilang, alat gitu.. masalahnya itu aja sih.. T : bisa di deskripsiin nggak, kak, maksudnya kendala alatnya itu yang kaya gimana? J : Kalau kendala alat ya mungkin kalau mega sendiri tau ya, disini kan alatnya juga kurang, terus kadang suka rusak gitu la ya.. jadi nggak bisa dipake.. balikin ke teknik juga baliknya begitu lagi.. terus yang kedua juga materinya.. materi yang kita terima tuh kadang nggak sesuai atau nggak
tidak bagus, tidak teliti, juga tidak adanya otoritas untuk qc officer.. itu kendalanya..
capek namanya orang kerja, preview, menggunakan mata dan shift 9 jam terus-terusan nonton program itu ya ada fatiguenya juga.. Jadi, ya.. yang kedua ya itulah individu masingmasing atau lelah lah dari unsur manusianya sendiri..
secara nggak sengaja itu bisa menghambat proses quality control gitu kak? J : kalau untuk masalah.. kendala – kendala yang seperti itu banyak juga sih.. banyak gitu seperti contohnya karena orang yang melaksanakan quality control itu kan harus fokus.. itu salah satunya fokus.. jadi dia diwajibkan atau dituntut untuk sedetail mungkin.. se-teliti mungkin dalam memeriksa program-lah, atau misalnya bisa dibilang kita sering menyebutnya preview program, lebih fokus, lebih teliti supaya hal –
mumpuni alat kita gitu.. misalnya kaya dia ngasih betacam, tapi betacamnya betacam digital, sedangkan permasalahannya, alat kita lebih kepada alat kaya analog gitu.. paling itu aja sih kebanyakannya.. pengalaman saya disini gitu..
hal yang kecil itu yang bisa saja nanti di kemudian hari hal kecil yang mungkin kita miss.. kita nggak lihat hanya karena misalnya kita ngantuk, kecapean, yang kayak gitu – gitu tuh.. itu juga bisa menyebabkan fatal karena ketika ngantuk, dalam beberapa detik kita tidak tahu apakah dalam 2 detik yang kita ngantuk tadi itu apakah aman atau tidak.. mungkin aja bisa sering terjadi muncul yang gak aman di proses misalnya saat kita ngantuk itu.. gitu.. Jadi, penting juga buat refresh terus semangat lah seperti itu.. T : oke.. Jadi
kerjanya harus detail gitu ya? selain fokus ada kendala lain? J : apa lagi ya? Fokus.. sering ya.. harus fit, harus jaga badan karena yang dituntut ini adalah mata.. mata bisa aja kan capek, mata juga kan organ tubuh juga yang bisa capek, bisa ngantuk entah misalnya mata merah gitu atau misalnya kita nggak tahu mungkin mata kita bermasalah entah misalnya rabun atau apa segala macem.. jadi kita harus maksimal menggunakan apa yah.. memelihara mata, karena itulah salah satu modal kita sebagai QC..
T : berarti basicly, otoritas yang kakak miliki ama staff yang lain miliki itu bisa dibilang seimbang atau gimana, kak? J : of course tidak seimbang, karna keputusan dari teman-teman yang lain, saya masih bisa bilang ‘ini naik aja,karna seperti ini, seperti ini, seperti ini’.. atau ‘yang seperti ini, yang seperti ini, jangan dinaikin, karna dia berbahaya’.. saya punya otoritas sedikit lebih dari staff – staff yang lain.. saya ga bilang superior banget, tidak, tapi saya
punya otoritas yang sedikit lebih.. T : Kemudian, siapa saja yang memiliki otoritas di O Channel ini untuk menentukan layak atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan? J : Di O Channel, nomor satu jelas departemen quality control.. apa yang keluar dari departemen quality control, itu seharusnya mutlak bahwa suatu program tidak bisa tayang atau suatu program bisa tayang.. namun kalo ditanya siapa saja yang memiliki otoritas.. di sini, di O Channel,
T : terus, kaya yang tadi kakak bilang kan, otoritas staff quality control itu sifatnya mutlak.. menurut kakak nih.. pihak pihak apa saja sih, yang punya otoritas buat nentukan suatu program itu layak atau nggak gitu di samping QC? J : ehm.. dalam beberapa kasus sih.. ehm.. kalau misalnya memang pihak – pihak yang berwenang atau misalnya yang memiliki otoritas lebih gitu.. ehm.. itu sudah pasti diatasnya.. atau misalnya supervisornya QC
T : terus siapa aja yang memiliki otoritas untuk menentukan layak atau nggaknya suatu program? J : di sini ya.. O Channel sendiri ya.. kalau nggak mas Jeffry, untuk lebih ke konten Om Yanto.. terus lebih tinggi lagi, mas TJ..
T : terus nih, kak.. disini itu, siapa aja sih yang punya otoritas untuk menentukan layak atau engganya, selain qc department..? J : seharusnya ya itu mentok di divisi qc, karna kan peraturan pertama sudah jelas, P3SPS.. sama satu lagi yang bisa menentukan adalah peraturan internal.. nah, peraturan internal itu sudah diatur oleh kita.. oleh company ini.. kita setuju dengan yang seperti ini yaa.. jangan di luar dari ini.. itu sudah ada.. jadi kita sebenarnya tinggal
T : jadi mungkin bisa aku simpulin, kaya om punya suatu otoritas atau kewenangan lebih gitu ya, untuk menentukan layak atau engganya suatu program..? J : betul betul.. kalo kaya saya, saya punya kewenangan untuk mengambil keputusan, misalnya, dari sisi teknis yaa.. kalo dari sisi konten, tentunya pasti saya akan konsultasi dengan yang ada di atas saya.. kalo teknis, saya bisa ngambil keputusan mutlak.. contoh misalkan, dari qc bilang gambar ini
penanggung jawab program juga punya otoritas untuk menentukan bahwa program ini bisa tayang, regardless bahwa QC bilang itu revisi atau tidak layak tayang.. Jadi, di sini di O Channel, QC department juga penanggung jawab programnya..
sendiri seperti itu ya dan atau misalnya memang pimpinan perusahaannya ya.. karena ya, beliau gitu.. tapi kalau misalnya ada hal – hal lain yang bisa, ya bisa dibilang mengesampingkan hasil keputusan quality control.. itu juga bisa terjadi karena ada beberapa situasi.. kaya gitu.. jadi kalau misalnya memang program ini sudah disetujui oleh client.. seperti itu.. tapi menurut quality control masih belum, karena gambarnya masih jelek.. jadi kaya, nggak layak, belum layak.. seperti itu.. tapi kalau misalnya clientnya bilang, ya
ngikutin dari dua itu..ya of course, pasti ada beberapa hal, satu atau dua hal yang pasti akan tidak mencakup dua ini.. itu bisa kita tanyakan lagi.. tapi, mungkin 90% lebih, itu seharusnya sudah gampang, sudah ada di kita.. kita bisa bilang tidak tayang atau tayang, atau revisi atau tidak.. jadi, itulah fungsinya kita sebenarnya.. tapi kalo seandainya mesti tanya ini lagi, mesti tanya ini lagi, mesti tanya ini lagi, fungsi dari divisi kita tuh jadi tidak jelas.. di sini, ga cuma mentok di qc departement, tapi ada keputusan atasan juga.. seperti
under atau level suaranya under.. saya punya kebijakan untuk bisa mengambil keputusan ini boleh, dengan landasan, mungkin temanteman di qc belum memahami kalo kita di bawah punya audio processor, video processor, dan sebagainya.. dasar saya untuk mengambil keputusan adalah karena kita punya controlling, dalam tanda kutip, controlling machine di bawah.. makanya saya bisa ngambil keputusan untuk assign bahwa ini bisa lolos untuk on air.. kalo ada hubungannya ama konten, balik lagi ke
udah nggak apa – apa, sudah di approve oleh clientnya.. ya udah gitu, karena emang di samping itu, yang terpenting adalah kita sudah menjaga hal – hal yang wajib buat dijaga, yang ya itu yang tadi.. tidak bersifat pornografi dan segala macem, makian dan segala macem, dan ini kasusnya hanya kualitas gambar yang mungkin sedikit - sedikit under kualitasnya dan itu masih bisa.. ya sudah kaya gitu..
itulah..
atasan.. saya juga tidak berani mengambil keputusan sepihak.. artinya, kalo dari qc bilang ini ini ini dan saya lihat, saya ragu nih mengambil keputusan.. saya pasti panggil yang lebih berwenang, yang punya kebijakan lebih kaya atasan saya.. saya juga akan liat dari form qc itu.. saya liat di menit sekian, bisa ga yaa? itu yang ragu dalam artian, kan kalo soal pornografi kan rancu? karna di Undang – Undang KPI maupun di sensor, di ayat sekian menerangkan tidak boleh menayangkan hal– hal yang berbau
pornografi.. pornografi itu kan macem–macem.. mungkin dari kamu bilang X ini pornografi, dari saya belum tentu itu pornografi kan? belum lagi dari sisi yang lain juga belum tentu pornografi gitu yaa.. nah, itu kembali lagi.. kewenangan itu gak akan saya ambil.. akan saya konsultasikan.. ini bisa gak? kalo yang bersangkutan bilang sign.. sign.. T : Itu kan kalau approve oleh client kalau emang programnya dari client, sementara kalau untuk program misalkan dari production house atau
program yang kita produksi sendiri gitu, diproduksi sendiri oleh O Channel, itu pihak mana selain misalnya pimpinan perusahaan dan staff quality control? Masih ada nggak staff divisi lain, atau mungkin pimpinan divisi lain yang emang punya otoritas gitu buat nentuin? J : Untuk programming? Ketua programming.. jadi, beliau itu yang bertanggung jawab sama program, keseluruhan program.. nah, beliau lah yang bisa jauh lebih berhak lagi.. apakah menurut beliau lolos
atau tidak.. ya.. ya beliau lah...
T : Penanggung jawab program itu Mas TJ? J : Mas TJ.. Mas TJ yang bisa.. T : kalo Om Yanto? J : Om Yanto biasanya lebih ke percaya sama QC.. kalo QC bilang revisi, revisi.. kalo QC bilang oke, Om Yanto oke.. Tapi Om Yanto lebih pro ke QC bahwa keputusan yang dibuat oleh QC itu adalah mutlak.. tapi, kalo Mas TJ, dia mungkin ada pertimbanganpertimbangan tertentu yang bisa aja kalo QC bilang tidak layak tayang
T : Ketua Programming itu siapa? J : Mas TJ.. Mas Tanjung.. T : Kalau Om Yanto posisinya apa? J : Om Yanto itu apa ya? Karena baru tahun ini gitu.. jadi baru tahu.. jadi masih belum tahu jabatannya apa.. tapi memang, posisinya Om Yanto itu ada di atas supervisor QC dan di bawah pimpinan programming..
T : berarti, bisa aku simpulin untuk pertanyaan nomor empat ini.. yang punya otoritas itu.. berarti mulai dari Direktur trus GM.. J : ya.. udah.. kalo level saya kan, masih head.. masih manager.. untuk mengambil keputusan, khususnya konten, tidak terlalu berani untuk ngambil keputusan itu.. saya berani ngambil keputusan kalo itu teknis..
tapi menurut dia, oke ini masih oke lah.. Jadi, sesuai otoritas dia bisa ditayangkan.. gitu.. T : Jadi yang paling tinggi itu, yang pegang otoritas disini siapa..? J : pegang otoritas si bapak direktur kita, Pak Yustia... jadi kalo misalnya Pak Yustia bilang oke segala macem, baru ke mas TJ.. eh, mas TJ, baru ke Pak Yus...Pak Yus udah selesai beres.. otoritas paling tinggi dia.. di bawah direktur, di bawah Pa Yustia itu ada mas TJ.. mas TJ baru Om Yanto.. Om Yanto baru menjalar ke mas Jeffry.. terus
staff quality control..
T : sejauh apa sih keputusan atasan mempengaruhi keputusan qc? J : yang namanya jenjang.. jenjangnya tuh dia lebih atas, of course dia bisa mengambil keputusan.. kaya ini jangan, tidak boleh, atau ini boleh.. karna dia atasan, of course kita kan mesti ngikutin.. tapi kalo seperti yang tadi saya bilang, kalo emank mau bagus, sekali sudah ditetapkan, yaa kita, ikutin lah peraturan itu.. memang ada satu atau dua hal yang di luar ini.. tapi kalo masih di dalam ini,
seharusnya kita sudah bisa mengambil keputusan.. itulah tadi yang saya bilang otoritas untuk divisi kita seharusnya bisa mutlak.. of course, di satu dua hal yang saya tidak bisa mengambil contoh.. ambil contoh apa yaa.. mungkin bukan masalah P3SPS yaa, karna P3SPS menyangkut censorship dan itu adalah hukum.. lebih yang menyangkut ke aturan kita sendiri, karna kita yang menciptakan sendiri, kita bisa merubah sendiri.. lebih ke situ yaa, karna kalo seandainya
mengganggu P3SPS, itu adalah hukum.. maksudnya kita mesti deal sama negara, hukum gitu.. tapi kalo misalnya peraturan kita sendiri, kita bisa mengganggu gugat.. dalam artian, ga setiap kali ini dilanggar.. maksudnya kalo seandainya kita bisa bilang ini boleh atau tidak, itu adalah peraturan kita, seharusnya kita bisa menjalankan yang itu.. T : Oh jadi, posisi Om Yanto itu di atas supervisor QC di bawah programming.. Oh jadi, di antara Ka Jeffry ama Mas TJ.. terus kalau boleh nanya nih,
T : satu pertanyaan tambahan, kak.. kalau misalkan kakak bisa ngerangking gitu.. otoritas departemen quality control ini ada di urutan ke berapa
T : trus kalo boleh nanya nih, ka.. kalo misalkan harus diurutin, kira-kira qc department itu ada diurutan ke berapa sih dalam urusan
kak.. misalkan kalau harus diurutin nih dalam suatu stasiun tv.. staff QC itu menduduki peringkat keberapa sih kalau untuk urusan otoritas? Kelayakan program gitu.. otoritas kewenangan dan segala macem buat nentuin program yang tadi layak atau nggak layak buat tayang gitu? J : ehm.. kalau menurut saya sih, ya itu, saya nggak bisa jawab apakah harus nomor 1,2,3,4 ya.. cuman, yang bisa saya tegaskan di sini adalah yang tahu programnya itu siapa? QC.. yang
sih? Di O Channel ini gitu.. J : quality control ya.. lebih kaya kebatasan aja ya.. ke tengah tengah sih ya..
otoritas keputusan penayangan program gitu.. J : semestinya nomor satu.. karna sudah ditetapkan peraturan tadi itu.. kalau kita sudah ngikutin peraturan itu, yaa kita bisa bilang ini naik tayang ini tidak naik tayang.. semestinya sih.. seharusnya seperti itu.. tapi kalo untuk di O Channel sendiri tidak nomor satu, karna di atas itu masih ada atasan..
paham isinya dan segala macem, layak atau tidaknya, kaya gitu.. itu QC.. jadi, bisa disimpulkan sendiri siapa yang lebih punya otoritas.. yang lebih bisa memberikan keputusan, apakah ini masih bisa ditolerir atau alias masih boleh tayang, atau memang benar – benar belum bisa tayang alias butuh revisi.. kaya gitu.. T : nah, tapi untuk pelaksanaan disini sendiri itu kaya gimana? J : kalau disini lebih ke Mas TJnya ya.. tapi kadang mas TJ juga kadang – kadang bantuin kita.. dia kan kepala programming kan
T : tapi, pelaksanaan di sini sendiri kaya gimana, kak? J : tidak mutlak.. T : jadi, keputusan yang dibuat oleh qc masih bisa diganggu gugat oleh pihak lain?
T : tapi pelaksanaannya disini? J : kita kembali lagi.. di dalam sebuah perusahaan ada tahapantahapan.. contohnya saya disini Department Head
disini.. dia juga kadang – kadang oke, kadang – kadang nggak gitu.. tergantung ke dia sih.. kalau di bilang mutlak, ya mutlak emang.. jadi nggak bisa produksi, misalnya, ini paha dari QC bilang nggak boleh nih, terus di produksi boleh.. terus nggak mungkin produksi naikin sendiri.. nggak bisa.. harus lewat QC semuanya.. jadi saya bilang mutlak..
J : bukan pihak lain, lebih ke atasan.. kalo pihak lain yang bukan satu garis dari programming ke qc apa segala macem, itu samping – samping, seharusnya tidak bisa.. dalam artian, mereka bisa mempengaruhi keputusan dari atasan kita.. dalam artian yaa mungkin, untuk lebih amannya yaa.. ini office politik soalnya.. untuk amannya mungkin lebih kaya kebutuhan iklan atau marketing.. lebih ke situ deh.. biasanya seperti itu..
untuk Programming, khususnya Services.. misal qc menyampaikan, om, ini menurut gua ga lolos nih, karna kondisinya gini gini gini.. saya sampaikan ke atasnya lagi.. di atas saya ada yang namanya GM Programming, yang membawahi saya dan divisi – divisi di bawah saya.. nah, kalo dia punya regulasi tertentu, dalam tanda kutip, artinya gini.. misalkan oke sini.. biar gua ambil tanggung jawab, karna menurut gua itu nggak begitu parah – parah amat.. dia sign.. akhirnya, ya sudah lolos.. makanya kalo
tadi di bilang mutlak atau tidak mutlak.. itu tinggal bagaimana sudut pandangnya saja.. dari GM misalkan tidak lolos, masuk lagi ke ranah yang lebih tinggi lagi adalah Direktur.. Direktur punya kebijakan misalnya sebuah program itu punya nilai jual yang cukup besar, misalnya ini akan menambah pundipundi pemasukan dari perusahaan.. dia akan mengambil keputusannya.. tentunya dia juga punya pertimbangan yaa.. artinya, dia tidak mungkin mengambil keputusan yang beresiko.. itu jenjang dari
pengambilan keputusan.. Jadi mutlak, dalam koridor menyampaikan apa apa yang ada di dalam program.. tapi kalo keputusan, lebih ke GM ataupun Direktur ataupun siapapun bisa mengambil keputusan dengan, dalam tanda kutip, pertimbanganpertimbangan yang tentunya itu pertimbangan manajemen secara keseluruhan.. T : aku mau nanya lagi nih.. pernah ga terjadi kasus misalkan kaya kakak bilang revisi, tapi ternyata dari mas Jeffry boleh.. itu dengan pertimbangan kaya
gimana sih, kak, yang aku mau tau.. soalnya kan aku masih baru juga di sini.. jadi kan kalo dari QC bilang revisi nih, tapi ternyata ditayangin.. kira – kira pertimbangan apa sih gitu yang bikin itu ditayangin? J : em.. itu mungkin ntar tepatnya ke mas TJ ya nanyanya.. kalau itu sih, mungkin kita itu dikasih A, tapi A ini bisa di obok – obok lagi.. bisa dirubah lagi oleh mas TJ gitu.. mas TJ, ini ada A nih, nggak boleh nih.. terus si A ini diliat mas TJ.. kalo mas TJ liat, dengan common sensenya dia, misal
oke ya udah oke.. paling gitu sih.. ntar mungkin lu bisa tanyain lebih ke mas TJ.. Mas TJ, apa sih acuan mas TJ sebagai kepala programming gitu, bisa yakin bahwa ini tuh it’s oke gitu.. staff itu hanya batasan aja.. A A semua gitu.. ntar tapi penentuannya dari head supervisor sama kepala programming.. gitu.. kalau misalnya oke oke aja sih, yang standard, mungkin mereka masih bisa..
T : terus nih, kak.. pernah ga sih ada kasus misalnya qc bilang revisi tapi ternyata ditayangin gitu..?
dan itu sering terjadi atau engga..? J : sering mungkin engga, tapi terjadi.. salah satunya mungkin yaa itu tadi.. keputusan dari atasan bahwa ini masih ok, layak, dalam segi censorship, dari segi tehcnical.. T : Kasus kaya gitu udah sering kejadian belum? J : Ehm.. gatau ya.. kalo dalam rentang waktu gue.. gue udah setaun disini.. dari awal sampe 6 bulan atau 5 bulan pertama gue masuk lah, itu tuh ga terlalu sering ada kejadian kaya gitu.. tapi, belakangan, 6 bulan belakangan,
T : kira-kira inget ga kasus kaya gitu tuh terjadinya sejak kapan, kak? apa dari awal emang udah aturannya kaya gitu, atau mungkin baru belakangan ini sering terjadi kasus dimana qc bilang revisi ternyata tayang.. J : yang jelas belakangan ini lebih
sering terjadi.. untuk sejak kapan, mungkin di awalawal tv ini berdiri, kita pernah satu dua kali melakukan kesalahan.. kita perbaiki segala macem.. cuma lebih kesininya tuh kaya saya bilang tadi.. otoritas kita lebih keganggu lah.. lebih banyak campur tangan atasan..
sering sekali apa yang kita bilang ga layak tiba-tiba bisa naik tayang..
T : Nah, kalau kaya gitu.. misalnya nih.. sewaktu waktu sial – sialnya gitu.. apa yang menurut QC revisi, tapi ternyata ditayangin atas kewenangan si pimpinan ini.. itu ternyata sewaktu – waktu misalnya ya.. misalnya dapat teguran gitu dari
T : tapi kalau misalkan ada kasus gitu, kak.. misalnya yang dari qc bilangnya revisi, tapi ternyata ditayangin gitu kan.. nah, ketika balik, misalkan kena kasus gitu, KPI nuntut segala macem.. itu yang bertanggung jawab siapa? Maksudnya,
T : terus misalnya nih, ka.. kalo misalkan kasus kaya gitu terjadi, sial-sialnya kena KPI gitu yaa, kak.. yang bakal bertanggung jawab itu siapa? apa mungkin qc officer atau atasan atau siapa gitu, kak? J : itu of course saya
KPI.. itu pihak yang akan disalahkan itu siapa, kak? Apakah QC-nya atau pimpinannya atau gimana? J : ya udah pasti bukan QC dong, karena kan dari statusnya aja kan QC bilang revisi gitu.. tetapi ketika dinaikkan tidak ada tanda tangan atau tidak ada bukti yang jelas kalau misalnya QC itu meng-ok-kan atau misalnya meloloskan karena posisinya masih belum lolos atau revisi, itu udah pasti ya QC yang nggak mungkin disalahkan.. T : Jadi ketika program itu
departemen qcnya sama penanggung program, sendiri bakal jawab disalahin gak gitu, Mas TJ.. kak? J : kalau disini untuk staffnya sendiri sih nggak.. yang kena itu biasanya supervisornya atau si head programming.. Mas Jeffry sama Om Yanto..
T
:
mungkin
ditayangkan, dan misalnya ada masalah, berarti itu kurang lebih bisa di bilang di luar tanggung jawab QC? J : Iya.. iya..
maksudnya, meskipun kaya gitu pihak qc pasti dapet hukuman gitu yaa, kak? Pasti jadi salah satu pihak yang bertanggung jawab? J : iya.. makanya itu kita butuh.. itu tadi saya bilang, otoritas mutlak.. karna kita yang akan bertanggung jawab.. kalo kita otoritas tidak mutlak, tapi tanggung jawab tetep kena, kasian donk.. kalo seandainya mau otoritas ga mutlak, yaa seandainya ada apa–apa, yaa jangan diikutsertakan kitanya.. kalo misalnya mau mutlak, saya dengan
carenya akan bilang, saya mau bertanggung jawab, kalo mutlak.. T : Tapi kan kalau misalnya kita ngomongnya revisi, berarti secara nggak langsung itu bukan salah kita dong, kak? tapi kenapa pas dibalikin harus kita yang kena teguran gitu..? J : kalo pertanyaan itu sepertinya politik kantor ya.. jadi nggak ngerti deh kalo masalah gitu.. soalnya kalo disini, tiba – tiba tayang terus itu nggak tau siapa yang nayangin, siapa yang okein, terus kena kasus.. dibuangnya ke QC gitu.. itu sebenernya
T : kalo bisa dilihat kan itu sebenernya bukan salah pihak qc, karna qc bilang revisi, tapi ternyata ditayangin gitu kan, ka? J : yaa iya, memang seperti itu.. kalo dari situ sih sebenernya, kalo misalnya mau secara bukti dan legalnya, mungkin bisa.. bukan bisa yaa.. susah ngomong itu.. mungkin istilahnya lebih ga mau ke arah sana, karna itu lebih politik lagi.. office politics, which is agak susah dan agak bahaya untuk
nggak boleh.. cuma disini, ya mungkin jadi rahasia umum aja kali ya.. yang bertanggung jawab kalau mungkin mega nanya supervisor kita, mas Jeffry dan Om Yanto, Kepala Program Services..
T : Trus, dari pihak QCnya sendiri, belum ada yang, maksudnya kaya komen ke penanggung jawab program atau gimana gitu? J : Ya, well.. Sekali lagi gua tegesin bahwa setelah program keluar dari QC itu ga ada.. QC tuh ga bisa.. bukan tanggung jawab QC
T : nah kalau misalnya kaya tadi.. contoh kasus yang kakak bilang itukan ada program yang seharusnya di revisi tapi akhirnya ditayangkan gitu dengan kewenangan dari pihak tertentu.. nah dari stasiun televisi itu sendiri, emang nggak ada
saya gitu lho.. apalagi ini direkam yaa kan..? maksudnya lebih bisa menjadikan bukti rekaman bahwa si jeffry nih begini begini.. nah, makanya itu saya ga bisa ngomong.. lebih kaya office politics lah.. saya ga mau ke arah situ.. T : pertanyaan terakhir aja nih, kak.. pernah ga maksudnya ada diskusi antara kakak dengan atasan untuk nanganin kasus kaya gini.. untuk memperbaiki sistem kerja yang ada.. maksudnya, kalo kaya gini kan keliatannya lama – lama tuh qc officer
lagi gitu lho.. Jadi, setelah program selesai kita preview, yaudah.. Kita ga mau ambil pusing bahwa itu program apakah dia on air atau engga.. Ya emank ya sekali lagi, kalo sesuai otoritas, itu ga bener.. gitu..
yang kaya ngajuin protes atau segala macemnya gitu, kak? kaya misalnya ngasih saran, atau misalnya ngasih kritik, atau kayak ngasih sedikit protes gitu ke yang punya otoritas gitu.. J : kalau untuk protes sih kita nggak ya.. cuman lebih kita langsung ngasih buktinya.. ini loh yang kita maksud.. harus di revisi ini seperti ini, selanjutnya tinggal keputusan yang berwenang itu.. apakah menurut beliau memang masih bisa layak, sedangkan di satu sisi menurut QC masih belum bisa
kaya percuma juga gitu kan kita preview tapi ternyata keputusan yang kita bikin juga kan bisa diganggu gugat ama atasan.. jadi kaya otoritasnya tuh ga berarti apapun gitu kan, kak? maksudnya pernah ga, kakak kaya ngomong ama Mas TJ atau mungkin ama Om Yanto atau gimana gitu buat memperbaiki hal kaya gini? J : saya sih dengan senang hati, untuk supaya ga kena salah lagi, ga kena salah lagi.. balik lagi itu office politics.. bener deh ga mean.. saya ga bisa untuk ngomong
layak dan harus di revisi.. kaya gitu.. jadi, kita lebih langsung ngeliat ini loh.. buktinya seperti ini.. maksudnya, program yang seperti ini tuh menurut kita masih belum, tapi gimana menurut beliau.. seperti menurut Bapak atau segala macem.. kayak gitu..
terlalu jauh mengenai itu.. terakhir kali kita meeting, terakhir kali kita ketemu, terakhir kali kita bener – bener membicarakan apa nih yang kita butuhin, apa yang ga dibutuhin, atau kaya mungkin meeting taunan yang bilang oke.. gol kita taun ini adalah ini.. kekurangan kita taun ini adalah ini.. kelebihan kita taun ini adalah ini.. itu sudah lama sekali.. T : menurut kakak, kenapa kasus kaya gitu bisa terjadi, kak? apa mungkin karna emang aturannya kurang jelas? atau
mungkin perbedaan persepsi? atau mungkin masih ada kesalahan sistem disini? J : office politics lagi nih.. susah jelasinnya.. balik lagi itu menyangkut soal office politics lagi.. T : Pertanyaan terakhir, menurut kaka sendiri, gimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel? Apakah telah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang seharusnya? J : e.. sampai sejauh ini, kalo ngomong soal teknisnya, itu sudah ideal, karena
T : terus, yang terakhir.. bagaimana pelaksanaan proses quality control yang dilaksanakan di O Channel sendiri menurut kakak? udah ideal atau belum? J : hehe... kalau untuk di O Channel sendiri, jujur ini baru pertama kalinya saya bekerja di sini karena emang belum
T : kalau untuk jalannya proses sendiri, misalnya kaya udah berlangsung baik atau nggak, udah ideal atau belum, udah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya atau engga gitu, kak.. J : kalau dibilang untuk sesuai dengan ketentuannya, cukup bisa dibilang sesuai dengan ketentuannya.. tapi
T : terus nih, ka.. menurut kakak, gimana pelaksanaan proses quality control yang berlangsung di O Channel ini? Apa udah ideal dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan gitu, kak? J : prosesnya.. proses qc dan censorship baik.. kalo ideal kah?
kami telah melakukan proses quality control secara, well.. bisa dibilang sebaikbaiknya lah untuk menghindari adanya gambar-gambar yang melanggar P3SPS atau tidak layak ditayangkan bagi publik.. Tapi kalo dibilang, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, gue agak annoy bahwa terkadang keputusan QC itu bisa diganggu gugat.. e.. QC department itu dibikin untuk ngejagain lah.. untuk mencegah gambar-gambar yang tidak layak atau program yang tidak layak tayang
pernah bekerja sebelumnya.. tapi, selama saya bekerja disini, sudah cukup.. masih kadang bersifat ideal kadang bersifat tidak ideal.. karena ya, ya itu juga disebabkan karena beberapa kasus.. kalau misalnya bersifat tidak ideal, itu bisa di bilang otoritas QC atau misalnya hak QC itu sering tidak diperhatikan, tidak dianggap karena ada pihak - pihak yang membolehkan gitu.. yang membolehkan, padahal di satu sisi seharusnya revisi.. seperti itu.. itu langsung contoh kasusnya aja ya.. dan kalau misalnya
susah juga ya.. kalau saya sendiri sebagai staff sih, ya sudahlah.. sudah sesuai dengan ketentuan lah.. kalau menurut saya sih sudah berlangsung baik.. tau deh kalau misalnya mas TJ kalo ada apa – apa di luar gitu kan.. kalau program – programnya kan engga.. kalau sebagai staff sih udah cukup baik..
tidak ideal.. kalau untuk P3SPS yaa kita harus mengikuti.. itu aja sih.. kalo ideal, saya bilang tidak ideal.. dalam hal ini, menurut saya, P3SPS harus membedakan lokal censorship sama national censorship.. kalo menurut pribadi yaa.. T : oke.. jadi aku bisa simpulin kalo misalkan dari segi otoritas itu, bisa dibilang, pelaksanaan qcnya masih kurang gitu yaa, kak? J : segi otoritas kurang.. cuman yaa sekali lagi, menurut saya, di luar juga selalu sama.. of course, atasan itu
bisa naik tayang.. tapi, terkadang ada aja program yang menurut QC department itu tidak layak tayang nyatanya bisa tayang dengan otoritas pihak-pihak tertentu.. Jadi kalo ditanya apakah sudah ideal atau sesuai dengan ketentuan atau belum, dengan berat hati gua mesti jawab bahwa belum.. belum sesuai ketentuan yang harusnya atau birokrasi yang harusnya ada di sebuah station tv mengenai layak tayang atau tidaknya sebuah program di station tersebut.. gitu..
idealnya.. untuk alurnya sendiri sih sudah berjalan cukup baik karena nggak berantakan sih.. nggak berantakan.. udah baik kalau dari segi alur, tapi kalau dari otoritas masih belum bisa mengaplikasikan atau misalnya masih belum bisa mengartikan ya QC itu seharusnya ya.. ya itu.. aturan benernya kaya gini lho.. gitu.. karena qc yang tau.. gitu lho..
selalu punya otoritas lebih dari yang di bawah.. pasti itu semua kaya gitu.. di semua tv selalu seperti itu.. semua tv juga pasti qc-nya juga.. of course dia seharusnya, dia punya otoritas penuh.. namanya juga dia yang menentukan.. ini ada, ini kurang.. secara qc, secara teknik, dan censorship, ini tidak boleh atau apa.. itu of course ada gitu.. cuman yaa tetep pasti ada ganggu gugat dari atasan.. dalam hal ini, seperti tadi saya jelasin, kemungkinan lebih ke alesan marketing.. yaa
seperti itulah.. T : Trus yang dimaksud alur yang bener itu yang kaya gimana, kak? J : Ya alurnya tuh dari segi alur kerjanya.. jadi workflownya.. jadi dari mulai abcdfghij sampai ke tempat QC.. kalau dari segi workflownya itu sudah baik..
T : Definisi ideal yang kaka maksud itu yang kaya gimana? J : Definisi ideal.. proses QCnya ya.. ya itu.. kita tonton program, dari awal sampe akhir, kita tentuin bahwa itu program layak atau tidak layak.. kalo
T : berarti kurang lebih bisa dibilang secara alur udah baik gitu ya? J : iya, alur sudah baik.. cuman untuk otoritas dan segala macemnya masih politik kantor..
T : tapi dari segi alur kerjanya sendiri, udah berlangsung cukup baik, kak? J : alur kerja cukup baik.. cuman bisa lebih kita tingkatkanlah.. istilahnya seperti itu..
tidak layak berarti memang tidak bisa tayang.. gitu.. tapi disini, terkadang, suatu yang QC department bilang tidak layak, dengan otoritas-otoritas tertentu itu, bisa saja tayang.. T : Ka, contohnya itu, pihak mana aja? Apa cuma penanggung jawab program doank, atau bisa staff divisi lain gitu? J : bisa penanggung jawab program, bisa dari direktur.. ga bisa kita jelaskan secara gamblang, karena setelah program keluar dari QC, QC ga bisa tracking bagaimana jalur program itu..
T : Jadi cuma sebatas pada kita preview..? J : iya, kita preview.. T : kita lihat itu udah bukan tanggung jawab kita lagi? J : Iya.. telah keluar itu bukan tanggung jawab kita lagi.. ya meski begitu, ya sebagai seorang yang bekerja di tv dan bisa kita tonton lah setiap hari tvnya, kita tau.. lho.. ini menurut kami kan revisi, kenapa bisa tayang? dia tayang gitu di channelnya gitu misalnya.. Jadi ya, T : secara nggak seperti itu.. langsungkan tadi kakak bilang, kalau QC itu punya otoritas gitu.. pendapat kakak sendiri
gimana sih sebagai seorang staff QC yang kaya kasus tadi, yang kakak udah bilang revisi seharusnya nggak boleh tayang, tapi ternyata ditayangin gitu? J : ehm.. ya nggak kenapa - kenapa juga sih, karena balik lagi.. ketika seandainya nanti ada suatu teguran atau apapun, kita nggak bisa disalahkan karena kita belum meng-okkan, dan ya itu.. belum meloloskan dan berarti, yang meloloskanlah itu yang mesti bertanggung jawab.. gitu.. buktinya banyak.. eh.. ada buktinya.. gitu..
QUOTE INFORMAN
STORYLINE KONSEP QUALITY CONTROL
- kalo menurut gue sih, ya tentunya, memenuhi standar on air dan peraturan-peraturan yang mengikat tentang lembaga penyiaran di Indonesia ini ya tentunya.. Yang mana itu mengacu pada P3 dan SPS dan segala macamnya itu.. perundang-undangan tentang penyiaran lah intinya.. Jadi proses quality control itu mesti dilakukan karena menjaga agar konten dari program yang akan ditayangkan itu sesuai, tidak melanggar dan tidak berdampak buruk bagi masyarakat yang menonton.. yang mana, seperti yang kita ketahui, tv itu jadi konsumsi publik yang paling umum.. media publik yang paling umum sekarang ini..(I1)
Quality control perlu dilakukan sebelum suatu program ditayangkan karena kualitas tayang dari sebuah stasiun tv ditentukan oleh divisi quality control dari stasiun tv tersebut. Selain itu, quality control juga diperlukan karena berfungsi untuk memenuhi standar on air, dimana tujuan utamanya adalah untuk menjaga agar konten dari program yang ditayangkan tidak melanggar dan sesuai dengan peraturan penyiaran di Indonesia, yaitu P3 dan SPS. Dengan demikian, dengan dilakukannya quality control, diharapkan konten dari program yang ditayangkan tidak akan berdampak buruk bagi masyarakat, mengingat televisi sudah menjadi salah satu media massa yang paling dominan dan paling diminati saat ini.
- kualitas tayang sebuah tv station ditentukan oleh divisi qc dari tv tersebut.. jadi, itulah diperlukan sebuah qc.. gitu..(I4) - Kalo menurut gue sih.. e.. kalo disini ya.. proses quality control yang baik itu ya.. program yang di preview harus bersih dari segala macam bentuk pelanggaran.. seperti pornografi, kekerasan, kemudian penggunaan obat-obatan terlarang secara berlebih, penggunaan rokok atau konsumsi rokok secara berlebih, dan sebagainya.. Jadi, program yang akan tayang itu harus bersih dari semua unsur-unsur tersebut.. selain itu, secara teknis juga harus sesuai dengan
Proses quality control yang baik adalah ketika quality control yang dilakukan didukung oleh tiga hal, yaitu: 1. peralatan yang baik 2. sumber daya yang baik 3. kewenangan yang mutlak. Yang dimaksud dengan peralatan yang baik adalah ketika peralatan yang digunakan dapat mendukung kelancaran proses quality control, dimana peralatan tersebut tidak rusak ataupun mengalami gangguan. Yang
standar dari masing-masing station.. e.. dari segi kualitas gambar, kualitas audio, kemudian chroma warna, dan sebagainya..(I1)
dimaksud dengan sumber daya yang baik adalah ketika sumber daya manusia yang dimiliki memahami konsep mengenai quality control dan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, dalam artian memiliki tanggung jawab serta dapat melaksanakan quality control dengan fokus - proses qc yang baik adalah of course didukung oleh alat – dan teliti. Yang dimaksud dengan kewenangan yang mutlak adalah ketika alat yang bagus.. sdm.. sumber daya manusianya juga bagus.. staff quality control memiliki kewenangan untuk dapat menentukan layak dan juga yang tidak kalah pentingnya kewewenangan dari atau tidaknya suatu program untuk ditayangkan. Yang terakhir yang tidak petugasnya, qc officernya, juga diperlukan.. jadi boleh kalah penting adalah quality control yang baik harus dapat menghasilkan dibilang mutlak lah kewenangannya biar ga ribut lagi nanti.. suatu program yang bersih dari segala macam bentuk pelanggaran. Jadi, ada atasan bilang ga boleh, nanti bawahan bilangnya harus program yang akan tayang harus bersih dari semua unsur pelanggaran dan naik tayang atau segala macem.. jadi kita perlu otoritas secara teknis juga harus sesuai dengan standar dari stasiun tv yang yaa..(I4) bersangkutan. - kalau jalannya.. prosesnya gimana gitu.. yang pertama, mungkin dari produksi ataupun dari PH atau outsource program, dia menyerahkan materi ke kita.. kita preview, kita bikin log.. itu ada acuannya tadi, yang P3SPS sama teknis segala macem.. terus kita revisi, kita balikin lagi.. tapi beberapa kelompok produksi di review sendiri.. kalau untuk outsource dikembalikan lagi ke PHnya.. baru ntar masuk lagi kemari di preview ulang sampe lolos..(I3)
- secara keseluruhan, job desk seorang qc dan censorship officer, tentunya dia harus mempreview atau memeriksa
Alur kerja yang berlaku dalam departemen quality control dimulai ketika staff produksi ataupun pihak Production House menyerahkan materi berupa program In House ataupun Out Source ke ruang quality control. Disana, program yang diserahkan tersebut akan di-preview dan dicatat dalam log preview program, dengan acuan berupa P3 dan SPS serta aturan internal perusahaan. Jika lolos, program tersebut dapat ditayangkan, namun jika tidak lolos, program tersebut akan dikembalikan kepada bagian produksi atau editing ataupun Production House untuk direvisi kembali. Setelah direvisi, program tersebut akan masuk lagi ke ruang quality control untuk di-preview ulang, dan demikian seterusnya hingga program tersebut dinyatakan lolos. Secara keseluruhan, job desk utama yang dimiliki oleh staff quality control adalah mem-preview atau memeriksa program-program yang akan
program- program yang akan tayang agar sesuai dengan batasan – batasan yang telah ditentukan..(I4)
tayang, guna memastikan agar konten program tersebut telah sesuai dengan batasan yang berlaku, yang ditentukan oleh lembaga penyiaran resmi di Indonesia yaitu KPI. Namun, tidak hanya memastikan konten - Job desknya.. sudah pasti preview program, itu yang penting.. program tidak bermasalah, karena seorang staff quality control juga harus itu majornya.. jadi kalau misalnya ada kaset dateng atau memahami apa isi dari program yang di-preview. Jadi, ketika program misalnya ada program dateng, kita mesti lihat seteliti masuk, ia harus dapat mendata program tersebut. Ia harus fokus dan teliti mungkin, kemudian setelah itu kita catat time code-nya.. kita dalam melaksanakan proses preview program, dan yang tidak kalah data ibaratnya.. kita data program yang kita kerjakan tadi, penting adalah ia harus memberikan timecode pada program yang dientah itu dari mulai tanggalnya dan segala macem bahkan preview, untuk menggambarkan durasi program serta letak kesalahan sampai deskripsi film dan hal - hal yang berkaitan dengan pada program. program yang kita kerjakan itu juga kita mesti tahu, kita mesti paham.. seperti itu.. kemudian ya.. paling yang lebih fokus kesitu kali ya karena ya emang lebih banyak kesitu gitu.. kita justru lebih fokusnya kesitu.. Jadi, gimana caranya supaya bisa fokus sama yang kita kerjakan seperti itu.. dan jangan lupa kita juga mesti paham sama apa yang kita preview juga..(I2) - fungsinya ya menjaga kualitas.. menjaga kualitas tayang.. dimana kualitas tayang itu nantinya akan mencerminkan stasiun tv itu..(I4) - fungsi proses quality control bagi stasiun tv.. Yang pertama mencegah stasiun tv tersebut ditegur oleh regulasi pemerintah.. Jadi, which is KPI lah ya.. Kemudian, selanjutnya proses quality control ya berguna untuk
Secara umum, quality control memiliki empat fungsi. 1. quality control berfungsi untuk menyaring program-program yang akan on air. 2. quality control berfungsi untuk memastikan jika program-program yang ada tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi masyarakat, sehingga layak untuk ditayangkan. 3. quality control berfungsi untuk memastikan jika kondisi program secara teknis telah sesuai dengan kriteria dari stasiun tv yang terkait.
menyaring program-program yang akan on air, terus, memastikan bahwa program itu layak tayang, tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi masyarakat yang bakal menonton.. Lalu ya secara teknis, sesuai dengan kriteria masing-masing station.(I1)
4. quality control berfungsi untuk mencegah stasiun tv terkait mendapat teguran dari lembaga penyiaran resmi di Indonesia yaitu KPI. Berdasarkan keempat fungsi tersebut, maka dapat disimpulkan jika quality control berfungsi untuk menjaga kualitas tayang dari suatu stasiun tv, dimana kualitas tayang itulah yang nantinya akan mencerminkan stasiun tv tersebut. PENGAWASAN & MODIFIKASI KONTEN
- iya.. di edit.. seperti itu..(I3) - oke.. memodifikasi.. memodifikasi iya.. (I4) - iya.. jadi seandainya ada hal – hal yang.. maksudnya kalau misalnya ada program yang nggak pantes atau nggak patut kita mesti tutupi.. kita mesti hilangkan gitu ya.. jadi ya itu mungkin salah satunya.. Jadi, fokus.. kemudian fokus supaya liat kesalahan – kesalahan itu.. hal – hal yang nggak patut dan nggak boleh.. kemudian kita mesti cut dan segala macem kaya gitu.. dan kalau misalnya emank ada yang mesti ditambahkan, ya why not.. kita bisa tambahkan juga.. kaya gitu... (I2) - hehehe (tertawa).. ya biasanya kita mute.. maksudnya kita hilang.. kalau ibaratnya volume, ketika sudah sampai di ucapannya dia, kita kecilin gitu.. atau kita hilangkan audionya dan segala macem.. itu pekerjaan editor dan segala macem.. itu supaya nggak kedengaran dia ngomong apa.. gitu
Terkait dengan konten pada program yang dianggap tidak layak atau tidak pantas, hal yang umumnya dilakukan oleh staff quality control adalah menyatakan program tersebut revisi, sehingga tidak layak untuk ditayangkan. Untuk proses revisinya sendiri, umumnya program itu akan dikembalikan lagi ke editor untuk di-edit ulang, dimana dalam proses editing ini, staff quality control memiliki kewenangan untuk menentukan konten bagian mana yang harus di buang, konten bagian mana yang harus di-edit ulang atau dimodifikasi, dan konten bagian mana yang harus ditambahkan.
Terkait dengan adanya pelanggaran pada audio, yang umumnya berupa makian ataupun ucapan-ucapan yang kurang pantas, umumnya yang dilakukan oleh staff quality control adalah meminta editor untuk me-mute ucapan ataupun makian yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan mute sendiri adalah proses dimana audio pada program dihilangkan, entah
tuh.. (I2)
dengan cara audionya dibuang atau volume audio pada ucapan yang bersangkutan dikecilkan, sehingga audience tidak dapat menangkap apa isi dari ucapan atau makian tersebut. Umumnya, ada dua hal yang dilakukan oleh staff quality control untuk - Bagaimana cara menyeleksi materi tayang, hingga dapat disebut aman atau tidak.. Di sini di O Channel, proses QC itu menseleksi materi tayang. dilakukan manual.. tiap program yang akan on air kita tonton 1. menggunakan acuan berupa P3 dan SPS. 2. menggunakan nalar atau common sense-nya untuk menentukan secara manual dari awal hingga akhir, kemudian kita apakah sebuah gambar dianggap layak untuk ditayangkan atau tidak. tentukan, bagian mana yang harus direvisi dan bagian mana yang aman.. e.. sekali lagi.. acuannya adalah P3SPS.. namun Penggunaan P3 dan SPS sebagai acuan pelaksanaan quality control merupakan hal yang lebih sering dilakukan, karena proses quality control selain itu ya.. balik lagi ke nalar masing-masing orang.. dilakukan secara manual, dimana tiap program yang akan on air akan dicommon sense bahwa apakah sebuah gambar ini layak preview secara manual untuk menentukan status kelayakan program. Oleh ditayangkan atau engga.. tapi pretty much sih benang karena itu, staff quality control lebih sering menggunakan dasar berupa P3 merahnya udah ada lah.. benang merahnya udah terbentuk dan SPS, karena di dalam P3 dan SPS, terdapat gambaran umum atau bahwa orang telanjang ga boleh.. di O Channel, orang benang merah terkait apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak, seperti ngerokok ga boleh.. penggunaan narkoba ga boleh.. adegan orang telanjang, orang merokok, maupun adegan ciuman yang kemudian ciuman laki-laki dan perempuan ga boleh.. jadi, benang merahnya udah ada, sehingga batasan-batasan mana tidak diperbolehkan. Namun, apabila terdapat adegan yang membuat staff quality control merasa ragu-ragu, umumnya staff quality control akan yang boleh dan mana yang ga boleh itu udah diketahui oleh menentukan status kelayakan adegan tersebut berdasarkan common sense masing-masing qc officernya.. gitu.. (I1) mereka. - ya seharusnya.. ketika QC bilang revisi, ya seharusnya Berdasarkan sistem kerjanya, staff quality control dapat dikatakan direvisi.. karena ya itu balik lagi.. kita tahu isinya dan kita memiliki kewenangan untuk menentukan apakah suatu program perlu seakan – akan mengasumsikan diri kita sebagai penonton gitu direvisi atau tidak. Hal ini sendiri disebabkan karena staff quality control demi kelancaran, demi kesejahteraan perusahaan tersebut lah yang bertugas untuk mem-preview program, sehingga staff quality juga gitu loh.. (I2) control juga lah yang pastinya memiliki pemahaman atas isi dari program
tersebut. Jika staff quality control menentukan bahwa suatu program harus direvisi, maka program tersebut pasti direvisi. PENILAIAN & PENENTUAN KELAYAKAN - Di P3SPS tuh disebutkan bahwa.. yaa misalnya.. untuk pornografi diperbolehkan, tidak diperbolehkan untuk menampilkan adegan.. apa.. ciuman laki-laki dan wanita, kemudian, adegan orang telanjang dan segala macem.. Jadi, sebagian besar tuh disebutkan di P3SPS ini, tapi, terkadang memang ada hal-hal yang di luar P3SPS yang mana harus kita pikir sesuai common sense kita, apakah sebuah gambar ini layak untuk tayang atau engga.. Jadi, selain P3SPS ini memang seorang QC officer itu harus punya common sense yang baik, apakah sebuah program ini layak atau sebuah gambar ini layak untuk tayang atau tidak dengan segala macam picture gambar-gambar di dalamnya lah... (I1) - mungkin kalo itu sih kebanyakan sudah ada di P3SPS yaa.. cuma kan tidak detail yaa.. dia tidak detail.. tapi kalo dari qc kita, dari qc O Channel, di saat kita ragu, qc officer itu wajib menanyakan untuk second opinion.. minta second opinion kepada rekan kerja ataupun atasan.. masih ragu juga, kita mengambil jalan aman, which is tidak menayangkan atau minta direvisi.. jadi, iya dan tidak diantaranya kalo kita ragu, sudah konsul dengan rekan kerja.. sudah ngobrol juga dengan atasan.. masih ragu, masih di tengah-tengah, kita
Tidak jauh berbeda dengan proses pengawasan program, proses penentuan kelayakan suatu program pun sebagian besar menggunakan P3 dan SPS sebagai acuan atau dasar pelaksanaannya. Hal ini karena apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang sebagian besar telah tercantum dalam P3 dan SPS. Terkadang memang terdapat beberapa adegan yang membuat staff quality control merasa ragu-ragu. Namun kembali lagi, ketika staff quality control merasa ragu-ragu, maka staff quality control akan menggunakan common sense mereka untuk menentukan status kelayakan program. Di samping menggunakan common sense, alternatif lain yang juga wajib dilakukan oleh staff quality control adalah meminta second opinion dari rekan kerja ataupun atasan yang bertugas. Namun jika setelah meminta second opinion, staff quality control yang bersangkutan masih merasa ragu, maka hal yang umumnya dilakukan adalah meminta agar konten program yang bersangkutan direvisi, atau mengambil jalan aman dengan cara tidak menayangkan adegan yang bersangkutan.
putusin tidak ditayangkan atau revisi.. (I4) - em.. paling kita ngobrol bareng ya.. biasanya kalau kita nanya bareng – bareng.. misalnya, eh ini udah pernah ditonton belum gitu.. jadi kaya gini oke nggak nih.. biasanya lebih ke yang staff – staff lamanya gitu ditanyai begitu.. atau nggak kita tanya ke mas jeffry.. mungkin ntar penjelasannya lebih ke mas jeffry kali ya.. mungkin dia lebih detil lagi kali, karena beliaukan udah cukup lama ya.. (I3) - iya, of course.. of course kita bertukar pendapat juga dengan kolega – kolega kita.. atau yaa kembali lagi ke atasan lagi.. tapi biasanya sih untuk legalnya yaa kita nanya ke atasan.. atasan bilang boleh atau tidak, ya tergantung dari dia.. atasannya itu lebih ke General Manager.. itu dia yang ngatur.. (I4) - saya lebih menempatkan sebagai apa yaa..? sedikit lebih berpengalamanlah.. setaraf.. yaa maksudnya, of course saya akan menanyakan juga.. katakanlah saya sedang mempreview sendiri dan keputusannya saya ragu.. of course saya akan minta pendapat dari teman – teman juga.. jadi bukan artinya saya bisa mengambil keputusan sendiri.. saya bisa mengambil keputusan, tapi dengan menanyakan second opinion juga untuk masalah – masalah yang seperti tadi itu.. (I4)
Ketika saling berdiskusi untuk meminimalisasikan perbedaan pendapat, staff quality control tidak hanya menanyakan apakah suatu adegan dianggap layak atau tidak, tetapi mereka juga menanyakan apakah adegan yang sama pernah muncul sebelumnya atau tidak. Namun, jika diskusi dengan sesama staff masih menghasilkan keragu-raguan, maka untuk legalnya, baik staff maupun head quality control akan bertanya kepada General Manager selaku atasan, dan akan mengikuti keputusan yang diambil olehnya.
Aturan yang berlaku untuk staff quality control ternyata berlaku juga untuk head quality control, dimana ketika head quality control merasa ragu untuk mengambil keputusan atas suatu program yang sedang dipreview-nya, maka head quality control juga akan meminta pendapat atau menanyakan second opinion kepada rekan-rekannya, yaitu staff quality control. Jadi bisa dikatakan, meskipun memiliki pengalaman sedikit lebih banyak dan kewenangan sedikit lebih tinggi, namun head quality control memilih untuk tidak mengambil keputusan sendiri, karena proses pengambilan keputusan akan dilakukannya dengan menanyakan second
opinion dari rekan-rekan kerjanya terlebih dahulu. - Iya.. jadi bisa dibilang, saat kita melaksanakan proses quality Salah satu cara khusus yang juga digunakan oleh staff quality control control, kita bisa asumsikan diri kita sebagai penonton juga.. untuk menentukan apakah suatu program masih bisa ditolerir atau tidak jadi apakah seperti ini penonton merasa ngeri atau misalnya adalah dengan memposisikan atau mengasumsikan diri mereka sendiri sebagai penonton, dimana mereka akan membayangkan bagaimana merasa seru atau apa segala macem gitu.. jadi, kita bisa punya cara tersendiri supaya menyeleksi apakah program ini respon penonton terhadap suatu adegan. Apakah merasa ngeri, seru, atau mungkin jijik? Berdasarkan respon yang muncul itulah mereka akan masih bisa ditolerir atau memang nggak bisa.. kayak gitu.. menentukan apakah suatu program layak untuk ditayangkan atau tidak. (I2) - ada pelanggaran tapi tidak tercantum..? kalo ada pelanggaran tidak dicantumkan kemungkinan kita tidak punya dasar hukum untuk tidak memperbolehkan tayangan tersebut.. tapi, sudah ada di P3SPS tapi tidak detail.. jadi, seperti tadi katakanlah mencakup pornografi, ataupun kekerasan juga sering.. itu bukan suatu pelanggaran kalo tidak ada di P3SPS, karna kita ngikutin P3SPS.. di samping P3SPS, supaya diketahui masyarakat umum, biasanya tv – tv station juga memiliki peraturan internal untuk tv tersebut.. jadi seperti kita juga, kita ada batasan – batasan tersendiri.. walaupun dari P3SPS itu katakanlah ada sebuah tayangan, tapi kita keberatan, kita tidak menayangkan itu.. jadi tiap tv station itu selalu ada peraturan perusahaan.. ada peraturan P3SPS, which is P3SPS itu hukum.. intinya itu.. hukum.. jadi kita harus mengikuti.. (I4)
Dalam pelaksanaan quality control, P3 dan SPS dapat dikategorikan sebagai landasan yang berbasis hukum, dimana aturan berdasarkan P3 dan SPS wajib diikuti. Bila terdapat suatu pelanggaran namun tidak tercantum dalam P3 dan SPS, maka staff quality control umumnya akan menganggap pelanggaran tersebut bukanlah suatu pelanggaran, karena tidak ada dasar hukum yang kuat untuk tidak memperbolehkan tayangan tersebut. Di samping P3 dan SPS, terdapat juga sebuah aturan di dalam perusahaan yang lebih dikenal sebagai aturan internal, yaitu aturan khusus yang ditetapkan oleh perusahaan yang juga wajib untuk ditaati, dimana aturan internal ini berfungsi untuk menentukan batasan-batasan dalam perusahaan, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Sehingga, jika terdapat suatu adegan yang diperbolehkan berdasarkan P3 dan SPS, namun ternyata berdasarkan aturan internal staff quality control merasa keberatan, maka adegan tersebut tidak akan ditayangkan.
- itu keputusan, kesepakatan dari atasan juga.. jadi katakanlah, Terkait dengan aturan internal yang selama ini berlaku dalam perusahaan,
kita punya guide line.. mungkin mega pernah saya kasih liat.. nah, guide lines itu adalah kesepakatan dari atasan juga.. makanya sebenarnya guide lines itu bukan peraturan baku, karna case by case itu bisa kita tambahin atau dikurangin.. ditambahin di kemudian hari.. seperti itu.. karna itu adalah peraturan kita sendiri.. tapi yang sudah ada, ya itu yang kita jalanin.. (I4)
- yang kaya dulu ya kaya pornografi, kaya paha, rokok, segala macem, terus nembak, darah, itu nggak boleh.. disini maki – makian juga nggak boleh.. paling gitu aja sih.. ntar tapi ada aturan baru lagi dari beliau sih.. mungkin.. (I3) - em.. iya sih.. kayanya sih kaya gitu.. cuman mungkin ntar tanya ke mas jeffry aja mungkin.. tapi tetap kaya dulu lagi gitu.. abu – abu gitu lho.. jadi mungkin ada, mungkin kaya tadi mega bilangkan, kadang kalau di lihat si nicky begini nggak apa – apa, terus kalau dilihat gue malah jadi beda gitu kan.. mungkin abu – abu lagi deh gitu.. mungkin, si mas TJ mau nyamain semuanya yang taun ini.. mungkin kaya gitu sih.. mungkin lebih ke mas jeffry kali ntar kalau misalnya itu, dia lebih.. soalnya dia kan sering ngobrol sama mas TJ gitu..
head quality control mengatakan bahwa aturan internal tersebut bukan merupakan aturan yang ditetapkan sendiri oleh departemen quality control, karena masih ada campur tangan atasan di dalamnya. Jadi, aturan internal atau guide lines yang selama ini digunakan, merupakan hasil dari kesepakatan bersama antara head quality control dengan General Manager. Meskipun demikian, menurut head quality control, guide lines tersebut tidak dapat dianggap sebagai suatu peraturan baku, karena masih bisa ditambahkan ataupun dikurangi di kemudian hari, sesuai dengan berbagai macam kasus yang mungkin ditemui oleh staff quality control. Namun, karena aturan atau guide lines itu sudah ada, maka guide lines itulah yang dijalankan oleh department quality control. Aturan internal yang berlaku di O Channel merupakan aturan yang melarang adanya adegan merokok, darah yang berlebihan, adegan pornografi, seperti paha, maupun adegan yang mengandung makian. Namun demikian, meskipun terdapat aturan internal, ternyata quality control yang dilaksanakan masih mengalami kendala tertentu, yang disebabkan karena aturan internal yang masih bersifat abu-abu.
(I3) P3 & SPS - Definisi P3 dan SPS.. ya basicly, peraturan yang dibuat untuk menjaga konten atau isi atau ya program lah.. untuk menjaga program yang disiarkan oleh stasiun-stasiun penyiaran, yang isinya Undang-undang tentang berbagai macam, kaya pornografi, terus perlindungan terhadap anak, terus kemudian peraturan jurnalistik dan semacamnya.. Jadi, basicly ya peraturan yang dibuat untuk masing-masing station penyiaran lah.. (I1)
Menurut staff quality control, P3 dan SPS dapat didefinisikan sebagai suatu aturan yang dibuat untuk menjaga konten atau program yang disiarkan oleh stasiun-stasiun penyiaran, dimana didalamnya terdapat regulasi tentang berbagai macam bentuk tayangan yang dilarang. Jadi, P3 dan SPS merupakan peraturan yang dibuat untuk masing-masing stasiun penyiaran, yang menjadi dasar atau landasan bagi staff quality control dalam menentukan batasan-batasan yang harus diikuti..
- P3SPS merupakan dasar dari pekerjaan kita.. jadi itu merupakan landasan.. batasan – batasan yang harus kita ikuti.. gitu.. (I4) - P3SPS itu adalah landasan hukum dari negara dan itu sudah ditentukan.. jadi kita tidak bisa mengganggu gugat.. katakanlah kita mau tidak setuju boleh, tapi yaa itu melalui proses hukum tentunya.. kenapa ini tidak boleh..? kenapa ini boleh..? hukum.. maksudnya kita mesti ajukan mungkin ke pengadilan gitu lho.. tapi untuk dasarnya sih sudah ada.. yaa itu tadi P3SPS, kalo kita tidak setuju yaa proses hukum.. (I4) - balik lagi ke tadi tuh.. KPI.. karena kalau KPI itu kan, kalau kita nggak ikutin P3SPS, kode etik jurnalistik trus kaya
Pelaksanaan quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS karena P3 dan SPS merupakan landasan hukum dari negara yang sudah ditentukan dan tidak bisa diganggu gugat, dimana pelanggaran atas P3 dan SPS dapat mengakibatkan staff quality control berhubungan dengan proses hukum. Di samping itu, menurut salah seorang staff quality control, jika proses quality control yang dilaksanakan melenceng dari P3 dan SPS, maka ada kemungkinan jika staff quality control beserta dengan stasiun tv yang terkait akan dikenakan sanksi oleh KPI, mulai dari mendapat surat teguran hingga kepada pemberhentian penayangan
pornografi, kekerasan, segala macem, kita pasti akan melenceng.. terus akan dikenakan kaya sanksi.. teguran lah ya.. surat teguran dari KPI dan itu paling akan dihentikan tayangannya selama beberapa pekan.. biasanya sih gitu.. jadi perlunya kita acuan untuk P3SPS itu gitu.. (I3)
program selama beberapa hari ataupun beberapa pekan.
- ya, betul.. pemberhentian programnya.. jadi, harus ganti program.. jadi misalnya si program A ini nggak boleh tayang lagi karena dia pernah mengisukan SARA atau pornografi gitu.. jadi, mungkin di kasih waktu, untuk dua minggu ini, siaran program ini ga boleh tayang oleh KPI.. jadi gitu.. kalau yang selama saya alami sih kaya gitu.. (I3) - e.. lebih ke common sense sih.. Jadi kaya, ya.. perlindungan bagi orang-orang yang belum tentu mau disiarkan di televisi.. terus ya lebih ke kode etik sebenarnya, cuman, mayoritasnya.. dominannya adalah sebuah program siaran harus mengacu kepada P3SPS.. (I1) - E.. tentang pornografi sih basicly, karena movie atau program itu banyak yang menampilkan hal-hal yang menyerempet ke arah pornografi, kaya kissing, terus kemudian pakaiannya minim, goyangnya erotis, dan sekali lagi itu ada di P3SPS bahwa pornografi itu ada batasbatasnya.. ada batasan mana yang bisa ditayangkan, mana yang sudah menyerempet ke arah pornografi.. Jadi, pretty
Menurut salah seorang staff quality control, selain P3 dan SPS, tidak ada aturan lain, seperti Undang-Undang Penyiaran atau sejenisnya, yang menjadi landasan atau aturan pelaksanaan quality control. Meskipun adakalanya proses quality control akan menggunakan common sense, namun secara dominan, proses quality control harus selalu mengacu kepada P3 dan SPS. Dari sekian banyak aturan yang terdapat dalam P3 dan SPS, salah satu aturan yang paling sering digunakan oleh staff quality control adalah aturan yang berkaitan dengan pornografi. Hal ini sendiri disebabkan karena pornografi merupakan salah satu adegan yang paling banyak ditemukan dalam program, sehingga dapat dikatakan jika pornografi menduduki posisi nomor satu untuk jenis pelanggaran pada program televisi. Adapun pornografi yang dimaksud seperti adanya adegan ciuman
much sih, pornografi lah yang paling sering dilanggar.. (I1) - contoh mungkin pakaiannya terlalu pendek, atau gerakan dia erotis.. atau kekerasan yaa.. mungkin kekerasan lebih ke berdarah – berdarah atau pemukulan atau penembakan.. ya seperti itulah.. ataupun dari ini juga bisa.. seksualitas kekerasan melalui omongan.. jadi bukan secara gamblang.. (I4)
dalam program, adegan yang menampilkan pakaian yang terlalu minim, gerakan yang terlalu erotis, dan sejenisnya. Selain pornografi, jenis pelanggaran yang menduduki posisi kedua adalah kekerasan, yang bisa berbentuk adegan pemukulan, penembakan, atau adanya adegan berdarahdarah pada program. Di samping pornografi dan kekerasan, pelanggaran yang juga sering terjadi adalah pelanggaran yang berbentuk makian, dimana seksualitas dan kekerasan yang terdapat dalam program diungkapkan dalam bentuk ucapan dan kata-kata.
KEWENANGAN IDEAL - Kalo gue pribadi menilai.. otoritas seorang qc officer itu mutlak.. kalo dia bilang program itu harus revisi dan tidak bisa tayang, maka itu harus tidak bisa tayang dan harus direvisi terlebih dahulu sebelum akhirnya preview lagi dan ditentukan.. dinyatakan lolos atau tidak.. dan pertanyaannya apakah mutlak atau tidak, jelas, itu mutlak, karena ya itu.. divisi kami dibentuk untuk hal-hal seperti itu.. (I1) - ehm.. seharusnya mutlak.. itu untuk mempermudah pekerjaan kita juga.. jadi kita ga perlu bolak balik tanya ke atasan apa segala macem kalo sudah ada.. seharusnya, ada di divisi qc.. itu disebutnya divisi qc dan censorship.. cukup sampai situ supaya tidak memperumit, karena nanti mesti nanya dulu ke bos yang di atas, which is, ga setiap waktu ada.. yaa jadi semakin lama.. (I4)
Ada tiga alasan yang mendasari mengapa department quality control harus memiliki kewenangan yang mutlak. Yang dimaksud dengan mutlak adalah ketika staff quality control menentukan bahwa suatu program dinyatakan revisi dan tidak bisa tayang, maka program tersebut harus direvisi terlebih dahulu, sebelum akhirnya masuk lagi ke quality control untuk di-preview lagi dan ditentukan lolos atau tidaknya. 1. karena department quality control dibentuk untuk hal-hal seperti itu, untuk mengawasi program baik secara teknis maupun konten, sehingga department quality control harus memiliki kewenangan yang mutlak. 2. kewenangan yang mutlak diperlukan staff quality control karena dapat mempermudah pekerjaan mereka, dimana mereka tidak perlu bolakbalik untuk bertanya kepada atasan yang tidak setiap waktu ada di tempat, apakah suatu adegan layak untuk ditayangkan atau tidak. 3. department quality control harus memiliki kewenangan yang mutlak
- Nah.. ini nih.. ini yang sebetulnya ada pemahaman yang sedikit berbeda yaa.. karna gini, kalo di bilang quality control itu mutlak tidak? Memang harusnya iya.. iya, harusnya iya.. ia menjadi kunci untuk suatu program itu lolos atau tidak lolos.. (I5)
karena department quality control menjadi kunci untuk suatu program apakah lolos atau tidak lolos.
- Tidak bisa.. keputusan yang dibuat oleh qc itu ga bisa diganggu gugat.. (I1)
Karena department quality control memiliki kewenangan yang mutlak, maka keputusan yang dibuat oleh department quality control tidak bisa diganggu gugat oleh pihak lain. PELAKSANAAN KEWENANGAN DI O CHANNEL
Ada tiga kendala yang umumnya dihadapi oleh staff quality control dalam - kalo di sini, kendala yang pertama paling besar sih kalo melaksanakan proses quality control. menurut gua alat ya, karena kita ga pake alat yang paling 1. Kendala yang pertama yang merupakan kendala paling besar adalah canggih dan semuanya dilakukan secara manual, cuma kendala alat. Kendala alat ini terjadi karena proses quality control komputer sama mini dv player atau betacam player.. Jadi, tidak menggunakan alat yang paling canggih dan semuanya yang pertama adalah alat, terkadang untuk komputer dilakukan secara manual dengan menggunakan komputer, mini dv misalnya.. kadang komputernya hank, ngelek, dan player, ataupun betacam player. Adapun kendala alat yang umumnya semacamnya yang menghambat pekerjaan dari quality ditemukan adalah komputer yang tidak berfungsi dengan baik control sendiri, proses preview sendiri.. Kemudian, kalo untuk ataupun kaset mini dv yang kotor, sehingga gambar yang dihasilkan mini dv player terkadang kasetnya kotor ehm.. menyebabkan rusak dan hal ini menghambat proses quality control. gambar rusak, scratch, dan segala macemnya.. Tapi, 2. Kendala yang kedua adalah kendala yang berkaitan dengan sumber technically sih yang pertama itu alat, kemudian, kendala daya manusia, dimana adakalanya staff quality control merasa lelah selanjutnya itu lebih ke individu masing-masing, kaya kok karena harus mem-preview program selama sembilan jam, sehingga capek namanya orang kerja, preview, menggunakan mata dan tidak jarang mata menjadi lelah dan staff quality control menjadi shift 9 jam terus-terusan nonton program itu ya ada fatiguenya juga.. Jadi, ya.. yang kedua ya itulah individu kurang fokus dan kurang teliti dalam mem-preview program.
masing-masing atau lelah lah dari unsur manusianya sendiri.. (I1) - kendalanya ya balik lagi ke nomor dua tadi.. kendalanya of course kalo seandainya alat-alatnya ada yang rusak.. maksudnya tidak bagus.. sdmnya juga kurang berpengalaman atau tidak bagus, tidak teliti, juga tidak adanya otoritas untuk qc officer.. itu kendalanya.. (I4) - of course tidak seimbang, karna keputusan dari teman-teman yang lain, saya masih bisa bilang ‘ini naik aja, karna seperti ini, seperti ini, seperti ini’.. atau ‘yang seperti ini, yang seperti ini, jangan dinaikin, karna dia berbahaya’.. saya punya otoritas sedikit lebih dari staff – staff yang lain.. saya ga bilang superior banget, tidak, tapi saya punya otoritas yang sedikit lebih.. (I4) - Di O Channel, nomor satu jelas departemen quality control.. apa yang keluar dari departemen quality control, itu seharusnya mutlak bahwa suatu program tidak bisa tayang atau suatu program bisa tayang.. namun kalo ditanya siapa saja yang memiliki otoritas.. di sini, di O Channel, penanggung jawab program juga punya otoritas untuk menentukan bahwa program ini bisa tayang, regardless bahwa QC bilang itu revisi atau tidak layak tayang.. Jadi, di sini di O Channel, QC department juga penanggung jawab
3.
Kendala yang terakhir adalah kendala yang berkaitan dengan kewenangan, dimana staff quality control tidak memiliki kewenangan yang mutlak.
Terkait dengan kewenangan yang dimiliki, ternyata kewenangan yang dimiliki oleh head quality control tidak seimbang dengan kewenangan yang dimiliki oleh staff quality control, karena meskipun tidak superior, namun head quality control memiliki kewenangan yang sedikit lebih dibandingkan kewenangan staff quality control. Jadi, head quality control masih dapat mengubah keputusan yang ditetapkan oleh staff quality control dan dapat menentukan kelayakan suatu program berdasarkan pertimbangan pribadinya. Terkait dengan pelaksanaan kewenangan di O Channel, peneliti menemukan sesuatu yang berbeda, dimana staff quality control mengatakan jika apa yang keluar dari department quality control seharusnya mutlak bahwa suatu program dinyatakan bisa tayang atau tidak bisa tayang. Namun ternyata, untuk pelaksanaan di O Channel sendiri, ada penanggung jawab program yang juga memiliki kewenangan untuk menentukan status kelayakan suatu program. Jadi, penanggung jawab program dapat menentukan suatu program layak untuk ditayangkan, meskipun menurut staff quality control program tersebut
harus direvisi dan tidak layak tayang. Lebih lanjut lagi, berdasarkan penuturan dari staff quality control yang lainnya, peneliti menemukan - di sini ya.. O Channel sendiri ya.. kalau nggak mas Jeffry, jawaban jika ternyata tidak hanya head quality control dan penanggung untuk lebih ke konten Om Yanto.. terus lebih tinggi lagi, mas jawab program yang memiliki kewenangan lebih dari staff quality control, TJ.. (I3) karena terdapat Programming Services Department Head yang juga memiliki kewenangan untuk menentukan status kelayakan suatu program. - betul betul.. kalo kaya saya, saya punya kewenangan untuk Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh Programming Services mengambil keputusan, misalnya, dari sisi teknis yaa.. kalo Department Head, peneliti menemukan jawaban jika ternyata proses dari sisi konten, tentunya pasti saya akan konsultasi dengan penentuan kelayakan di O Channel terbagi lagi menjadi dua bagian, dalam yang ada di atas saya.. kalo teknis, saya bisa ngambil artian, jika terdapat masalah pada suatu program yang menyebabkan keputusan mutlak.. contoh misalkan, dari qc bilang gambar program tersebut dinyatakan tidak layak tayang oleh staff quality control, ini under atau level suaranya under.. saya punya kebijakan untuk bisa mengambil keputusan ini boleh, dengan landasan, maka program tersebut akan dilemparkan kepada atasan untuk ditindaklanjuti oleh mereka. Adapun atasan yang dimaksud adalah mungkin teman-teman di qc belum memahami kalo kita di Programming Services Department Head dan juga penanggung jawab bawah punya audio processor, video processor, dan program, yang sekaligus menjabat sebagai General Manager. sebagainya.. dasar saya untuk mengambil keputusan adalah karena kita punya controlling, dalam tanda kutip, controlling a. Umumnya, jika masalah yang terdapat pada program berkaitan dengan teknis program, seperti kualitas gambar ataupun level suara machine di bawah.. makanya saya bisa ngambil keputusan yang under, maka kewenangan pengambilan keputusan berada di untuk assign bahwa ini bisa lolos untuk on air.. kalo ada tangan Programming Services Department Head. Hal ini diakui hubungannya ama konten, balik lagi ke atasan.. saya juga sendiri oleh Programming Services Department Head bahwa ia tidak berani mengambil keputusan sepihak.. artinya, kalo dari memiliki kewenangan yang mutlak untuk menentukan suatu program qc bilang ini ini ini dan saya lihat, saya ragu nih mengambil layak untuk ditayangkan atau tidak, jika memang masalah pada keputusan.. saya pasti panggil yang lebih berwenang, yang program merupakan masalah yang berkaitan dengan teknis program. punya kebijakan lebih kaya atasan saya.. saya juga akan liat b. Jika masalah yang terdapat dalam program berkaitan dengan konten dari form qc itu.. saya liat di menit sekian, bisa ga yaa? itu program, maka yang memiliki kewenangan untuk mengambil yang ragu dalam artian, kan kalo soal pornografi kan rancu? programnya.. (I1)
karna di Undang – Undang KPI maupun di sensor, di ayat sekian menerangkan tidak boleh menayangkan hal–hal yang berbau pornografi.. pornografi itu kan macem–macem.. mungkin dari kamu bilang X ini pornografi, dari saya belum tentu itu pornografi kan? belum lagi dari sisi yang lain juga belum tentu pornografi gitu yaa.. nah, itu kembali lagi.. kewenangan itu gak akan saya ambil.. akan saya konsultasikan.. ini bisa gak? kalo yang bersangkutan bilang sign.. sign.. (I5) - Om Yanto biasanya lebih ke percaya sama QC.. kalo QC bilang revisi, revisi.. kalo QC bilang oke, Om Yanto oke.. Tapi Om Yanto lebih pro ke QC bahwa keputusan yang dibuat oleh QC itu adalah mutlak.. tapi, kalo Mas TJ, dia mungkin ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang bisa aja kalo QC bilang tidak layak tayang tapi menurut dia, oke ini masih oke lah.. Jadi, sesuai otoritas dia bisa ditayangkan.. gitu.. (I1) - ya.. udah.. kalo level saya kan, masih head.. masih manager.. untuk mengambil keputusan, khususnya konten, tidak terlalu berani untuk ngambil keputusan itu.. saya berani ngambil keputusan kalo itu teknis.. (I5)
- pegang otoritas si bapak direktur kita, Pak Yustia... jadi kalo misalnya Pak Yustia bilang oke segala macem, baru ke mas
keputusan adalah penanggung jawab program, karena diakui oleh Programming Services Department Head jika dirinya tidak berani mengambil keputusan, jika keputusan tersebut berhubungan dengan konten program. Kewenangan untuk mengambil keputusan akan dilemparkan kepada penanggung jawab program karena penanggung jawab program lah yang lebih berwenang, sehingga jika penanggung jawab program merasa konten program tersebut masih oke dan layak untuk ditayangkan, maka program tersebut lantas akan ditayangkan.
Lebih lanjut lagi, menurut staff quality control, ketika mengambil keputusan terkait dengan konten program, Programming Services Department Head akan melihat dulu pada keputusan yang diambil oleh staff quality control, dengan pertimbangan bahwa keputusan yang dibuat oleh staff quality control adalah mutlak. Dalam artian, ketika staff quality control mengatakan jika konten suatu program revisi, maka Programming Services Department Head juga akan menyatakan jika program tersebut revisi. Namun, jika staff quality control mengatakan jika konten suatu program oke, maka Programming Services Department Head juga akan menyatakan program tersebut oke, tentunya dengan mempertimbangkan sejauh apa kendala teknis yang terdapat dalam program. Oleh karenanya, pengambilan keputusan untuk konten program lebih diberikan kepada penanggung jawab program, karena penanggung jawab program mungkin memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Dalam pelaksanaan quality control di O Channel, dapat disimpulkan jika pemegang kekuasaan tertinggi untuk urusan kewenangan adalah seorang
TJ.. eh, mas TJ, baru ke Pak Yus...Pak Yus udah selesai beres.. otoritas paling tinggi dia.. di bawah direktur, di bawah Pa Yustia itu ada mas TJ.. mas TJ baru Om Yanto.. Om Yanto baru menjalar ke mas Jeffry.. terus staff quality control.. (I3) - yang namanya jenjang.. jenjangnya tuh dia lebih atas, of course dia bisa mengambil keputusan.. kaya ini jangan, tidak boleh, atau ini boleh.. karna dia atasan, of course kita kan mesti ngikutin.. tapi kalo seperti yang tadi saya bilang, kalo emank mau bagus, sekali sudah ditetapkan, yaa kita, ikutin lah peraturan itu.. memang ada satu atau dua hal yang di luar ini.. tapi kalo masih di dalam ini, seharusnya kita sudah bisa mengambil keputusan.. itulah tadi yang saya bilang otoritas untuk divisi kita seharusnya bisa mutlak.. of course, di satu dua hal yang saya tidak bisa mengambil contoh.. ambil contoh apa yaa.. mungkin bukan masalah P3SPS yaa, karna P3SPS menyangkut censorship dan itu adalah hukum.. lebih yang menyangkut ke aturan kita sendiri, karna kita yang menciptakan sendiri, kita bisa merubah sendiri.. lebih ke situ yaa, karna kalo seandainya mengganggu P3SPS, itu adalah hukum.. maksudnya kita mesti deal sama negara, hukum gitu.. tapi kalo misalnya peraturan kita sendiri, kita bisa mengganggu gugat.. dalam artian, ga setiap kali ini dilanggar.. maksudnya kalo seandainya kita bisa bilang ini boleh atau tidak, itu adalah peraturan kita, seharusnya kita
Direktur. Lalu di bawahnya adalah seorang General Manager yang sekaligus menjabat sebagai penanggung jawab program. Setelah itu, di bawah General Manager adalah Programming Services Department Head, baru kemudian di bawahnya Head Quality Control, dan yang terakhir, staff quality control. Menurut head quality control, kewenangan yang dipegang oleh atasan sifatnya tidak terbantahkan, karena secara jenjang, atasan berada pada posisi yang lebih atas, sehingga tentu saja atasan memiliki kewenangan dan dapat mengambil keputusan. Namun menurutnya, jika ingin sistem yang ada berjalan dengan baik, maka ketika suatu aturan ditetapkan, sudah seharusnya aturan itu diikuti. Meskipun aturan yang berlaku merupakan aturan yang diciptakan oleh department quality control, yang masih dapat diubah dan diganggu gugat, namun hal itu tidak berarti bahwa department quality control dapat dengan mudahnya melanggar aturan tersebut. Itulah mengapa department quality control membutuhkan kewenangan yang mutlak untuk dapat menjalankan aturan yang telah ditetapkan dengan baik, karena dengan kewenangan yang mutlak, tidak akan ada campur tangan dari pihak luar dan keputusan yang dibuat akan selalu bersifat internal.
bisa menjalankan yang itu.. (I4) - ehm.. kalau menurut saya sih, ya itu, saya nggak bisa jawab apakah harus nomor 1,2,3,4 ya.. cuman, yang bisa saya tegaskan di sini adalah yang tahu programnya itu siapa? QC.. yang paham isinya dan segala macem, layak atau tidaknya, kaya gitu.. itu QC.. jadi, bisa disimpulkan sendiri siapa yang lebih punya otoritas.. yang lebih bisa memberikan keputusan, apakah ini masih bisa ditolerir atau alias masih boleh tayang, atau memang benar – benar belum bisa tayang alias butuh revisi.. kaya gitu.. (I2)
Ketika meminta staff quality control untuk mengurutkan berada di urutan ke berapakah department quality control dalam urusan kewenangan pengambilan keputusan, staff quality control menjawab jika dirinya tidak bisa menjawab apakah itu harus nomor satu, dua, tiga, ataupun empat. Namun, ada satu hal yang ditegaskan olehnya, yaitu bahwa pihak yang mengetahui tentang program, tentang isi dan segala macamnya, layak atau tidaknya, itu adalah department quality control, sehingga dapat disimpulkan sendiri siapakah yang seharusnya memiliki kewenangan lebih untuk memberikan keputusan apakah suatu program masih bisa ditolerir dan boleh ditayangkan, ataukah benar-benar belum bisa tayang alias - semestinya nomor satu.. karna sudah ditetapkan peraturan revisi. Sementara di sisi lain, head quality control menjawab jika tadi itu.. kalau kita sudah ngikutin peraturan itu, yaa kita bisa seharusnya department quality control menduduki urutan pertama dalam bilang ini naik tayang ini tidak naik tayang.. semestinya sih.. urusan kewenangan pengambilan keputusan, karena terdapat aturan yang seharusnya seperti itu.. tapi kalo untuk di O Channel sendiri membatasi serta menjadi landasan pelaksanaan quality control. Namun tidak nomor satu, karna di atas itu masih ada atasan.. (I4) sayangnya, untuk pelaksanaan di O Channel sendiri, department quality control tidak menduduki urutan pertama karena di atas department quality control masih ada atasan. - tidak mutlak.. bukan pihak lain, lebih ke atasan.. kalo pihak Kewenangan department quality control yang tidak mutlak, ternyata lain yang bukan satu garis dari programming ke qc apa dipengaruhi juga oleh kebutuhan iklan dan marketing. Meskipun staff dari segala macem, itu samping – samping, seharusnya tidak divisi lain tidak memiliki kewenangan untuk mempengaruhi keputusan bisa.. dalam artian, mereka bisa mempengaruhi keputusan department quality control, namun ternyata, kebutuhan akan iklan dan dari atasan kita.. dalam artian yaa mungkin, untuk lebih marketing secara tidak langsung dapat mempengaruhi pengambilan amannya yaa.. ini office politik soalnya.. untuk amannya keputusan terkait kelayakan program. Seperti yang telah diuraikan mungkin lebih kaya kebutuhan iklan atau marketing.. lebih ke sebelumnya, jika atasan memiliki kewenangan yang lebih dibandingkan
dengan department quality control, sehingga ketika suatu program dinyatakan tidak layak, maka program ini kemudian akan diserahkan - kita kembali lagi.. di dalam sebuah perusahaan ada tahapan- kepada atasan untuk ditindaklanjuti. Ketika diserahkan kepada atasan, tahapan.. contohnya saya disini Department Head untuk maka program itu akan berada di tangan Programming Services Programming, khususnya Services.. misal qc menyampaikan, Department Head, yang akan melihat dimanakah letak kesalahan program. om, ini menurut gua ga lolos nih, karna kondisinya gini gini Ketika ditemukan jika masalahnya merupakan masalah konten, maka gini.. saya sampaikan ke atasnya lagi.. di atas saya ada yang Programming Services Department Head lantas akan menyerahkan namanya GM Programming, yang membawahi saya dan program itu kepada General Manager untuk ditindaklanjuti. Di tangan divisi – divisi di bawah saya.. nah, kalo dia punya regulasi General Manager, program tersebut akan di-preview untuk melihat tertentu, dalam tanda kutip, artinya gini.. misalkan oke sini.. dimanakah letak kesalahan program. Jika menurut General Manager biar gua ambil tanggung jawab, karna menurut gua itu nggak konten dalam program masih oke, maka General Manager akan begitu parah – parah amat.. dia sign.. akhirnya, ya sudah menandatangani log program sebagai bukti jika program tersebut dapat lolos.. makanya kalo tadi di bilang mutlak atau tidak mutlak.. ditayangkan. Namun, jika General Manager juga tidak berani mengambil itu tinggal bagaimana sudut pandangnya saja.. dari GM keputusan, maka program tersebut akan masuk ke ranah yang lebih tinggi misalkan tidak lolos, masuk lagi ke ranah yang lebih tinggi lagi, yaitu Direktur. Ketika berada di tangan Direktur, Direktur akan lagi adalah Direktur.. Direktur punya kebijakan misalnya menggunakan kebijakannya tersendiri untuk menentukan status kelayakan sebuah program itu punya nilai jual yang cukup besar, program. Salah satu hal yang umumnya menjadi pertimbangan Direktur misalnya ini akan menambah pundi-pundi pemasukan dari dalam mengambil keputusan adalah kebutuhan akan iklan dan marketing, perusahaan.. dia akan mengambil keputusannya.. tentunya apakah program yang bersangkutan dapat meningkatkan pundi-pundi dia juga punya pertimbangan yaa.. artinya, dia tidak mungkin pemasukan perusahaan atau tidak. Jika pemasukan perusahaan dapat mengambil keputusan yang beresiko.. itu jenjang dari bertambah, maka Direktur akan mengambil resiko untuk menayangkan pengambilan keputusan.. Jadi mutlak, dalam koridor program tersebut, sementara jika pemasukan perusahaan tidak bertambah, menyampaikan apa apa yang ada di dalam program.. tapi maka umumnya keputusan untuk menayangkan program tidak akan kalo keputusan, lebih ke GM ataupun Direktur ataupun diambil. siapapun bisa mengambil keputusan dengan, dalam tanda kutip, pertimbangan-pertimbangan yang tentunya itu situ deh.. biasanya seperti itu.. (I4)
pertimbangan manajemen secara keseluruhan.. (I5) - sering mungkin engga, tapi terjadi.. salah satunya mungkin yaa itu tadi.. keputusan dari atasan bahwa ini masih ok, layak, dalam segi censorship, dari segi tehcnical.. (I4)
Selama pelaksanaan quality control, pernah terjadi kasus dimana program yang menurut department quality control seharusnya revisi, tapi ternyata ditayangkan. Meskipun kasus seperti ini tidak sering terjadi, namun menurut head quality control, kasus seperti ini pernah terjadi, dimana - yang jelas belakangan ini lebih sering terjadi.. untuk sejak program yang menurut department quality control revisi, tapi ternyata kapan, mungkin di awal-awal tv ini berdiri, kita pernah satu dianggap masih layak tayang dari segi konten maupun teknis oleh atasan. dua kali melakukan kesalahan.. kita perbaiki segala macem.. Lebih lanjut lagi, menurut head quality control, di awal-awal O Channel cuma lebih kesininya tuh kaya saya bilang tadi.. otoritas kita berdiri, department quality control pernah satu dua kali melakukan lebih keganggu lah.. lebih banyak campur tangan atasan.. (I4) kesalahan yang kemudian diperbaiki, namun semakin kesini, kewenangan department quality control menjadi lebih terganggu karena lebih banyak campur tangan atasan. - ya udah pasti bukan QC dong, karena kan dari statusnya aja Peneliti pun sempat bertanya, siapakah pihak yang bertanggung jawab jika kan QC bilang revisi gitu.. tetapi ketika dinaikkan tidak ada pada suatu hari nanti misalkan program yang menurut department quality tanda tangan atau tidak ada bukti yang jelas kalau misalnya control revisi, tapi ternyata ditayangkan dan mendapat teguran dari KPI? QC itu meng-ok-kan atau misalnya meloloskan karena Yang kemudian dijawab oleh salah seorang staff quality control bahwa posisinya masih belum lolos atau revisi, itu udah pasti ya QC yang pasti bukan staff quality control yang bertanggung jawab, karena yang nggak mungkin disalahkan.. (I2) staff quality control menyatakan bahwa program tersebut revisi dan belum layak tayang. Sehingga, karena staff quality control belum meng-oke-kan - kalau disini untuk staffnya sendiri sih nggak.. yang kena itu program tersebut, maka staff quality control sudah pasti tidak akan biasanya supervisornya atau si head programming.. Mas disalahkan. Jawaban ini pun kemudian diperkuat oleh jawaban staff Jeffry sama Om Yanto.. (I3) quality control yang lainnya, bahwa di O Channel sendiri, staff quality control tidak akan diminta pertanggungjawabannya. Namun, yang - itu of course saya sama penanggung jawab program, Mas umumnya bertanggung jawab adalah head quality control dan juga TJ.. (I4) Programming Services Department Head. Ketika peneliti menanyakan hal
- iya.. makanya itu kita butuh.. itu tadi saya bilang, otoritas mutlak.. karna kita yang akan bertanggung jawab.. kalo kita otoritas tidak mutlak, tapi tanggung jawab tetep kena, kasian donk.. kalo seandainya mau otoritas ga mutlak, yaa seandainya ada apa–apa, yaa jangan diikutsertakan kitanya.. kalo misalnya mau mutlak, saya dengan carenya akan bilang, saya mau bertanggung jawab, kalo mutlak.. (I4)
- kalo pertanyaan itu sepertinya politik kantor ya.. jadi nggak ngerti deh kalo masalah gitu.. soalnya kalo disini, tiba – tiba tayang terus itu nggak tau siapa yang nayangin, siapa yang okein, terus kena kasus.. dibuangnya ke QC gitu.. itu sebenernya nggak boleh.. cuma disini, ya mungkin jadi rahasia umum aja kali ya.. yang bertanggung jawab kalau mungkin mega nanya supervisor kita, mas Jeffry dan Om Yanto, Kepala Program Services.. (I3) - yaa iya, memang seperti itu.. kalo dari situ sih sebenernya, kalo misalnya mau secara bukti dan legalnya, mungkin bisa..
yang sama kepada head quality control, ia pun mengakui jika dirinya pasti menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab jika kasus seperti itu terjadi. Peneliti kemudian merasa tertarik untuk bertanya lebih lanjut, apakah jika kasus seperti itu terjadi, department quality control pasti selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab? Yang kemudian diakui oleh head quality control, bahwa iya, department quality control selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab. Oleh karenanya, head quality control kembali menegaskan bahwa department quality control membutuhkan kewenangan yang mutlak, karena rasanya tidak adil jika harus selalu menjadi pihak yang disalahkan, padahal kewenangan yang dimiliki tidak mutlak. Selain itu, head quality control juga menambahkan, jika misalkan kewenangan yang dimiliki oleh department quality control sifatnya mutlak, maka head quality control dengan tangan terbuka, bersedia menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab. Ketika peneliti menanyakan lebih lanjut, mengapa department quality control selalu menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab padahal department quality control tidak melakukan kesalahan, staff quality control menjawab bahwa hal tersebut merupakan politik kantor, dimana suatu program tiba-tiba tayang, tanpa kejelasan, siapa pihak yang mengoke-kan atau memberi izin untuk menayangkan program tersebut. Kembali lagi, ketika terkena kasus, kasus itu akan dibuang pada department quality control. Hal yang serupa juga diakui oleh head quality control, bahwa kasus seperti itu merupakan politik kantor, yang jika dilihat secara bukti dan legalnya, memang tidak benar. Namun, head
bukan bisa yaa.. susah ngomong itu.. mungkin istilahnya lebih ga mau ke arah sana, karna itu lebih politik lagi.. office politics, which is agak susah dan agak bahaya untuk saya gitu lho.. apalagi ini direkam yaa kan..? maksudnya lebih bisa menjadikan bukti rekaman bahwa si jeffry nih begini begini.. nah, makanya itu saya ga bisa ngomong.. lebih kaya office politics lah.. saya ga mau ke arah situ.. (I4)
quality control menolak untuk memberikan argumennya lebih lanjut, karena menurutnya argumen yang lebih lanjut dapat membahayakan dirinya dan posisinya. Oleh karenanya, head quality control lebih memilih untuk tidak melanjutkan pembicaraan ke arah sana.
- saya sih dengan senang hati, untuk supaya ga kena salah lagi, ga kena salah lagi.. balik lagi itu office politics.. bener deh ga mean.. saya ga bisa untuk ngomong terlalu jauh mengenai itu.. terakhir kali kita meeting, terakhir kali kita ketemu, terakhir kali kita bener – bener membicarakan apa nih yang kita butuhin, apa yang ga dibutuhin, atau kaya mungkin meeting taunan yang bilang oke.. gol kita taun ini adalah ini.. kekurangan kita taun ini adalah ini.. kelebihan kita taun ini adalah ini.. itu sudah lama sekali.. (I4)
Lebih lanjut lagi, untuk memperbaiki sistem kerja yang ada, pernah ada diskusi yang dilakukan antara head quality control dengan General Manager. Namun, diskusi yang dilakukan untuk membahas mengenai kekurangan, kelebihan, serta target yang ingin dicapai oleh department quality control itu sudah dilakukan lama sekali. Head quality control pun mengakui bahwa dirinya tidak bisa berbicara terlalu jauh, karena kembali lagi, hal tersebut berkaitan dengan politik kantor.
- office politics lagi nih.. susah jelasinnya.. balik lagi itu menyangkut soal office politics lagi.. (I4)
Peneliti juga sempat bertanya kepada head quality control, mengapa kasus dimana department quality control menyatakan revisi namun ternyata ditayangkan masih sering terjadi? Apakah mungkin karena aturan dalam perusahaan yang kurang jelas, adanya perbedaan persepsi antara staff quality control dengan atasan, ataukah mungkin karena masih ada kesalahan sistem di O Channel sendiri? Namun dengan singkatnya head quality control menjawab bahwa dirinya tidak bisa menjelaskan, karena kembali lagi, hal tersebut berkaitan dengan politik kantor.
- e.. sampai sejauh ini, kalo ngomong soal teknisnya, itu sudah ideal, karena kami telah melakukan proses quality control secara, well.. bisa dibilang sebaik-baiknya lah untuk menghindari adanya gambar-gambar yang melanggar P3SPS atau tidak layak ditayangkan bagi publik.. Tapi kalo dibilang, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, gue agak annoy bahwa terkadang keputusan QC itu bisa diganggu gugat.. e.. QC department itu dibikin untuk ngejagain lah.. untuk mencegah gambar-gambar yang tidak layak atau program yang tidak layak tayang bisa naik tayang.. tapi, terkadang ada aja program yang menurut QC department itu tidak layak tayang nyatanya bisa tayang dengan otoritas pihak-pihak tertentu.. Jadi kalo ditanya apakah sudah ideal atau sesuai dengan ketentuan atau belum, dengan berat hati gua mesti jawab bahwa belum.. belum sesuai ketentuan yang harusnya atau birokrasi yang harusnya ada di sebuah station tv mengenai layak tayang atau tidaknya sebuah program di station tersebut.. gitu.. (I1) - segi otoritas kurang.. cuman yaa sekali lagi, menurut saya, di luar juga selalu sama.. of course, atasan itu selalu punya otoritas lebih dari yang di bawah.. pasti itu semua kaya gitu.. di semua tv selalu seperti itu.. semua tv juga pasti qc-nya juga.. of course dia seharusnya, dia punya otoritas penuh.. namanya juga dia yang menentukan.. ini ada, ini kurang.. secara qc, secara teknik, dan censorship, ini tidak boleh atau
Sebagai pertanyaan penutup, peneliti menanyakan apakah pelaksanaan quality control yang berlangsung di O Channel telah berlangsung ideal atau belum, dan salah seorang staff quality control mengatakan bahwa secara teknis, quality control yang dilakukan sudah ideal, karena staff quality control telah melakukan quality control dengan sebaik-baiknya untuk menghindari adanya gambar-gambar ataupun adegan yang melanggar P3 dan SPS. Namun, jika ditanya apakah pelaksanaan quality control telah sesuai dengan ketentuan yang seharusnya, staff quality control merasa agak kesal karena terkadang keputusan yang dibuat oleh department quality control masih bisa diganggu gugat oleh pihak-pihak tertentu. Dalam artian, apa yang menurut department quality control tidak layak tayang ternyata dapat ditayangkan dengan kewenangan pihak-pihak tertentu. Sehingga secara garis besar, pelaksanaan quality control masih belum sesuai dengan ketentuan ataupun birokrasi yang seharusnya ada pada sebuah stasiun tv mengenai layak tayang atau tidaknya sebuah program di stasiun tv tersebut. Hal yang sama juga diakui oleh head quality control dan juga staff quality control yang lainnya, dimana menurut head quality control, pelaksanaan quality control masih kurang dari segi kewenangan, sementara menurut staff quality control yang lainnya, pelaksanaan quality control sudah berlangsung baik secara alur, namun secara kewenangan, masih politik kantor.
apa.. itu of course ada gitu.. cuman yaa tetep pasti ada ganggu gugat dari atasan.. dalam hal ini, seperti tadi saya jelasin, kemungkinan lebih ke alesan marketing.. yaa seperti itulah.. (I4) - iya, alur sudah baik.. cuman untuk otoritas dan segala macemnya masih politik kantor.. (I3)
O Channel Censorship Guide Lines By Programming Department
Pedoman ini dibuat dengan maksud untuk membantu semua pihak Outsource seperti Client, Agency, dan lain- lain, dan terlebih untuk pihak In-House Produksi dalam mengambil keputusan yang menyangkut perihal Censorship. Hal- hal yang harus diperhatikan mengenai pedoman berikut ialah; Pedoman ini merupakan garis besar dari Censorship O Channel. Guide Lines Agar tidak membatasi kreatifitas maka isi dari pedoman ini lebih ke yang dilarang atau yang jangan dilakukan, dari pada mana yang harus dilakukan Pedoman berikut akan terus diperbaharui belajar dari kasus- kasus yang akan muncul kedepannya. On going process Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang saling berbeda antara individu, pedoman ini lebih menghendaki penerapan pengertian dari masing- masing pihak dalam membuat sebuah program mulai dari tahap awal hingga tahap akhir, apa bila ragu untuk menggunakan suatu gambar/ suatu adegan, jangan diambil/dipakai. When in doubt, don’t.
Hal- hal yang harus di hindari adalah: ›› Sexual Content Manusia telanjang, yang memperlihatkan alat vital, dalam segala bentuk baik berupa gambar / lukisan, patung, dan lainnya. Pengambilan gambar alat vital, paha, buah dada atau bokong secara ‘Close Up’ baik dengan penutup terlebih tanpa penutup. Adegan ciuman terutama ciuman di bibir, kecuali ciuman dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan persahabatan. Pada sebuah pernikahan tidak boleh lebih dari 3 detik. Adegan maupun suara-suara yang mengambarkan adegan seksual atau memberi kesan seksual Percakapan atau perkataan yang mengandung seks dan tidak dari segi kedokteran Pembicaraan yang membenarkan hubungan seks di luar nikah Pakaian dalam dan pakaian yang terlalu minim atau vulgar Tarian dan gerakan yang terlalu vulgar Gesture/bahasa tubuh yang terlalu vulgar Mainan / alat bantu seks
›› Violence / Horor Adegan kekerasan
Luka parah atau darah yang berlebihan Pembahasan tentang kekerasan secara eksplisit dan rinci Mengandung unsur yang mendorong atau membenarkan kekerasan Tidak diperbolehkan tayangan horror atau mistis, kecuali berupa TVC atau Teaser Movie yang masih mengikuti ketentuan- ketentuan diatas
›› Smoking Adegan menghisap atau menikmati rokok Mengandung muatan yang mendorong penggunaan rokok
›› Alcohol / Drugs Produk narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) Adegan yang menggambarkan penggunaan NAPZA, minum atau menikmati minuman keras/alkohol Mengandung unsur yang mendorong atau membenarkan penggunaan NAPZA atau meminum minuman keras Pembahasan tentang penggunaan NAPZA dengan eksplisit dan secara rinci
›› Foul Language (seluruh bahasa) Penggunaan kata-kata kasar, kotor, jorok, cabul, mesum, dan vulgar secara verbal maupun non-verbal (isyarat) Contoh dalam bahasa Inggris; fuck, shit, piss, cunt, cocksucker, motherfucker, tits, asshole, bitch, etc. Penggunaan kata-kata yang menghujat Agama/ Tuhan (SARA)
›› Additions Penggunaan Merek/Brand pada program tanpa sponsor harus sepengetahuan tertulis Sales & Marketing Department Lagu yang mengandung unsur SARA, bunuh diri, dan seks (eksplisit / implisit) Acara yang mengandung penggunaan kata / perilaku yang merendahkan atau pelecehan terhadap SARA atau golongan tertentu Keberpihakan atau fitnah / pencemaran nama baik atas nama perorangan atau golongan tertentu Perbincangan kesehatan membahas sekitar SEKS, NAPZA, ALKOHOL maupun adegan yang mengandung KEKERASAN harus ada peringatan berupa Template, Superimpose ataupun secara lisan yang menerangkan tontonan Dewasa atau Bimbingan Orang Tua.
Orientasi QC and Subtitlor Staff
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki adalah:
•
Pemahaman tentang O Channel Censorship Guide Lines maupun peraturan sensor dari LSF dan KPI
•
Workflows dari
•
o
In-House Program
o
Out-Source Program
Pengetahuan tentang standard On-Air sebuah materi/ program seperti:
o
Durasi:
Program 15 menit terdiri dari 2 segment isi bersih 12 menit
Program 30 menit terdiri dari 4 segment isi bersih 23 menit
Program 60 menit terdiri dari 6 segment isi bersih 46 menit
Program 120 menit terdiri dari 12 segment isi bersih 90 menit
o
Batasan Audio & Video
o
Setelah Color Bar kasih Blank 30 seconds sebelum Body Program start at 00:02:00:00
Pemahaman In-House Program:
•
Pengenalan program- program In-House
Paranoia: Along with DJ Knox and P Double, this program takes us to event parties to see who's wearing what, what's the biggest
gig, who's in and who's out,and also new progress and events happening around the clubbing scenes in Jakarta.
Titian Iman: Program religi islam yang ditayangkan setiap hari jam 16.00 sampai jam 07.00 pagi secara live. Dibawakan oleh Aa
Hadi dan Arzeti Bitbina. Tiap hari Jumat ada kelompok pengajian yang diundang.
Pagi Jakarta: Acara talkshow selama 30 menit. Dipandu oleh Lucy Wiryono, live di pagi hari dari hari Senin hingga Jumat. Topik
yang diangkat seputra masalah/isu sehari-hari yang menarik, dan mengundang bintang tamu.
DKI 15: Liputan profile/hal-hal yang menarik di Jakarta selama 15 menit. Merupakan program feature tanpa host, hanya narasi dan
video.
Jakarta Spotlight: Menyajikan info/ berita ringan tentang Jakarta. Durasi 2 menit.
O- Shop: Promosi produk rumah tangga, dengan penawaran harga dan paket yang berbeda-beda.
O- Klinik: A talkshow that discuses various aspects of health and information regarding useful healthy lifestyle, hosted by dr. Sonia
Wibisono, inviting health experts and public figures.
O- Clip: Programyang menayangkan tayangan- tayangan Video Clip Indonesia maupun mancanegara
Rekomendasi: This program gives recommendations to the people of Jakarta concerning exciting places and activities to do in
Jakarta , such as cafes, restaurants, spa, beauty salons, boutiques, and lots more provided in Jakarta.
Bazaar Style: In association with Harper's BAZAAR magazine, this program presents the newest trends of fashion and lifestyle,
hosted by Sari Nila and Roberto.
Militer: Acara yang membahas semua hal tentang militer (TNI: AD, AL, AU) mulai dari persenjataan, kendaraan, teknik dan strategi,
dll.
Top K- Pop:
Jakarta’s Event: Liputan tentang event-event terbaru yang diadakan di Jakarta. Tidak ada host hanya narator (VO).
Contact Nokia (Sentra Ponsel): Acara talkshow/ promosi produk baru Nokia, dibahas salah satu tipe handphone. Disponsori oleh
Sentra Ponsel.
Loelebay: Program gossip artis- artis Indonesia
Music Mix: Program music dan informasi terkini dilengkapi dengan tips menarik dari host
How To Make The Thing: Program yang membahas segala hal tentang proses dibalik pembuatan suatu produk.
Pemahaman Out-Source Program:
•
Pengenalan program- program Out-Source
Movie Mania: Tayangan film-film menarik yang hadir setiap hari Jumat, Sabtu, Minggu. Durasi acara 120 menit.
Video Clip:
DRTV: Promosi produk-produk innovation store, ada paket promosi juga.
Lejel Home Shopping: Promosi produk-produk rumah tangga.
Solusi Life: Program religi kristiani, meliput kesaksian-kesaksian orang yang dipulihkan dengan berkat Tuhan. (pertobatan, dll)
Drama Korea: Menghadirkan Serial Korea terlaris setiap hari.
Megastar: Home shopping produk- produk kesehatan dan kecantikan
TV Series: Menghadirkan Seri TV lawas seperti The A Team, MacGyver, Miami Vice, Tour of Duty, dll.