ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF COMPANY CHARACTERISTICS TO MANDATORY DISCLOSURE ON INDEX LQ45 COMPANIES Adelina Sihite Undergraduate Program, Faculty of Economics, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Index disclosure, liquidity ratios, profitability ratios, leverage, firm size, corporate status, LQ45.
ABSTRACT The financial statements are not an end goal but the financial statements are intended to provide information useful in making and decision-making and economic enterprise. Disclosure of information in the financial statements should be sufficient to use as a basis for decision making so as to produce a careful and appropriate decisions. The company is expected to be more transparent in revealing financial information company, so it can help decision-makers such as investors, creditors, and other information users in anticipation of the uncertain economic conditions. This study aims to determine the effect of liquidity ratios, profitability ratios, leverage, firm size, and status of the company's extensive mandatory disclosure of annual reports. The unit of analysis used is LQ45 companies included in the period February 2008 - July 2008. Data were analyzed using the classic assumption test and multiple linear regression analysis. The results showed that only one variable that affects the broad disclosures required annual reports of variable size companies. As for the variable liquidity ratios, profitability ratios, leverage, and corporate status does not affect the extensive disclosures required annual reports.
1
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN WAJIB LAPORAN TAHUNAN (MANDATORY DISCLOSURE) PADA PERUSAHAAN INDEKS LQ45 Adelina Sihite Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2010 Email :
[email protected]
ABSTRACK The financial statements is not an end goal but the financial statements are intended to provide information useful in making and decision-making and economic enterprise. Disclosure of information in the financial statements should be sufficient to use as a basis for decision making so as to produce a careful and appropriate decisions. The company is expected to be more transparent in revealing financial information company, so it can help decision-makers such as investors, creditors, and other information users in anticipation of the uncertain economic conditions. This study aims to determine the effect of liquidity ratios, profitability ratios, leverage, firm size, and status of the company's extensive mandatory disclosure of annual reports. The unit of analysis used is LQ45 companies included in the period February 2008 - July 2008. Data were analyzed using the classic assumption test and multiple linear regression analysis. The results showed that only one variable that affects the broad disclosures required annual reports of variable size companies. As for the variable liquidity ratios, profitability ratios, leverage, and corporate status does not affect the extensive disclosures required annual reports. Keywords: Index disclosure, liquidity ratios, profitability ratios, leverage, firm size, corporate status, LQ45.
PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan laporan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, pengikhtisaran, dan penafsiran transaksi keuangan selama satu periode akuntansi dan merupakan media yang umum dipakai untuk meneliti kesehatan perusahaan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh manajemen berisi tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan sesuai dengan asumsi akrual dan kelangsungan usaha. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, serta laporan arus kas. Neraca merupakan bentuk laporan keuangan
2
yang menyajikan informasi mengenai posisi harta, utang dan modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan kinerja perusahaan dalam memperoleh laba sebelum jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal menyajikan informasi mengenai perubahan modal suatu perusahaan yang terjadi pada satu periode tertentu. Laporan arus kas menunjukkan aktivitas kas masuk ataupun kas keluar selama jangka waktu tertentu. Laporan keuangan bukan merupakan suatu tujuan akhir tetapi laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pembuatan dan pengambilan keputusan perusahaan dan ekonomi. Beberapa ahli mengemukakan definisi laporan keuangan secara berbeda-beda. Diantara definisi tersebut dikatakan bahwa Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau suatu aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan atau data tersebut (Munawir, 1995:2). Pengertian lain diungkapkan bahwa Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan (stakeholders) di luar perusahaan; pemilik perusahaan, pemerintah, kreditor, dan pihak lainnya (Rahardjo, 2005:1). Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure) dan pengungkapan sukarela (Voluntary Disclosure). Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku (peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui keputusan ketua BAPEPAM No. SE-02/PM/2002). Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkunngan hidup, laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai. Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu Negara, teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang berwenang. Ada 3 (tiga) konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan, antara lain : (1) Adequate Disclosure / pengungkapan cukup; (2) Fair Disclosure / pengungkapan wajar; dan (3) Full Disclosure / pengungkapan penuh.
3
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi Indonesia, 2002:2) mengemukakan bahwa Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan dan bagian integral dari laporan keuangan. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (Standar Akuntansi Indonesia, 2002:4), mengatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka membuat keputusankeputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : (1) aktiva; (2) kewajiban; (3) ekuitas; (4) pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; (5) arus kas. Karakteristik Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan salah satu sumber utama informasi keuangan yang sangat penting bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Zaki Baridwan bahwa laporan keuangan akan bermanfaat bila memenuhi ketujuh kualitas sebagai berikut : 1) Relevan. Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas lainnya terpenuhi. 2) Dapat Dimengerti Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga diharapkan adanya pengertian / pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan. 3) Daya Uji Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Sehubungan dengan keterlibatan manusia didalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata. Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya, informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4
4) Netral Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. 5) Tepat Waktu Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut. 6) Daya Banding. Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama. 7) Lengkap. Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitas diatas; dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan. Pengungkapan (Disclosure) Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau menyembunyikan. Apabila dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat, karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut. Tiga konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full). Yang paling umum digunakan dari ketiga konsep diatas adalah pengungkapan yang cukup. Pengungkapan ini mencakup pengungkapan minimal yang harus dilakukan agar laporan keuangan tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep yang lebih bersifat positif. Pengungkapan yang wajar menunjukkan tujuan etis agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum bagi semua pemakai laporan keuangan. pengungkapan yang lengkap mensyaratkan perlunya penyajian semua informasi yang relevan. Terlalu banyak informasi yang disajikan akan membahayakan karena penyajian rincian yang tidak penting justru akan mengaburkan informasi yang signifikan dan membuat laporan keuangan tersebut sulit dipahami. Oleh karena itu, pengungkapan yang tepat mengenai informasi yang penting bagi para investor dan pihak lainnya, hendaknya bersifat cukup, wajar dan lengkap.
5
Indeks LQ45 Indeks LQ45 adalah indeks yang hanya mencatat perubahan harga rata-rata dari 45 saham bluechip berkinerja terbaik dan paling likuid di Bursa Efek jakarta (Wijaya, 2006: 77). Berikut ini adalah kriteria utama yang digunakan dalam seleksi atas suatu saham untuk masuk dalam LQ45 : a. masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (ratarata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir. c. Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan . d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan /transaksi di pasar reguler. BEI secara rutin memantau perkembangan komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45. pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada awal bulan februari dan bulan Agustus.
METODE PENELITIAN Pembahasan dan Hasil Penelitian Uji Penyimpangan Asumsi Klasik - Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Ada beberapa cara dapat dilakukan untuk mengetahui sebaran data berdistribusi normal atau tidak, antara lain dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikan lebih besar dari 5% atau 0,05. Cara lain adalah dengan melihat grafik (P-Plot) yang menggambarkan suatu pola grafik tertentu. Dalam pembahasan ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik (P-Plot) dari hasil pengujian normalitas. Hasil pengujian dapat dilihat dari gambar 4.1 dibawah ini.
6
Gam mbar 4.1 Normal P-P P Plot of Regrression Standaardized Residuual
Dari gambbar diatas ddapat dilihaat bahwa seebaran data hampir meengikuti pola yang y ada. H Hal ini mennunjukkan bahwa b sebarran data daalam penelittian ini dikataakan berdisttribusi norm mal. Dengaan demikiann pengujiann berikutnyaa dapat dilanjuutkan. -
Uji M Multikolineaaritas Uji multikkolinearitass digunakann untuk meengetahui aada atau tiidaknya penyim mpangan assumsi klasiik multikoliinearitas, yaitu adanyaa hubungann linear antar vvariabel inddependen daalam modell regresi. Prrasyarat yanng harus terrpenuhi dalam m model regrresi adalah ttidak adanyaa multikolinnearitas. Ada beberapa metode penguj ujian yang diigunakan anntara lain : 1. D Dengan melihhat nilai infl flation factorr (VIF) padda model reggresi. 2. D Dengan mem mbandingkann nilai koeffisien determ minasi indiividual (r²) dengan niilai determinnasi secara sserentak (R²²). 3. D Dengan melihhat nilai eiggenvalue dann condition index. Range terrhadap terjaadinya multiikolinearitass antara 0,005 sampai 100. Pada pembaahasan ini akan dilakkukan uji multikolineearitas denggan melihaat nilai inflatioon factor (VIF) paada modell regresi. Hasil penngujian daari uji multikkolinearitas dapat dilihaat pada tabell 4.1 dibawaah ini :
7
Tabel 4.1 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
18.004
21.363
Likuiditas
.002
.002
Profitabilitas .001 Leverage Size
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.843
.405
.125
.804
.426
.912
1.097
.002
.063
.417
.679
.967
1.034
.097
.667
.023
.146
.885
.900
1.112
1.796
.727
.377
2.470
.018
.938
1.067
4.568
-.033
-.217
.829
.968
1.033
Status -.993 Sumber : Data diolah
Berdasarkan output tabel diatas dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) antara lain : variabel likuiditas (X1) sebesar 1.097, variabel profitabilitas (X2) sebesar 1.034, variabel leverage (X3) sebesar 1.112, variabel size perusahaan (X4) sebesar 1.067, dan variabel status perusahaan (X5) sebesar 1.033. untuk memenuhi syarat yang ada agar tidak terjadi mutikolinearitas adalah nilai VIF berkisar antara 0.05 – 10. Kelima variabel independent tersebut memenuhi syarat yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas antar variabel independent yang ada. -
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik Heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji park, uji glesjer, melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi spearman. Dalam pembahasan ini akan dilakukan uji dengan melihat pola regresi grafik. hasil pengujian dari uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar 4.2 berikut ini.
8
Gam mbar 4.2 Scaatterplot
Berdasarkkan gambar 4.2 diatas dapat dilihhat, sebarann data yang terjadi tidak m membentukk suatu pola tertentu. Deengan demikkian dapat ddisimpulkann bahwa tidak ditemukannnya masalahh heterokeddastisitas paada model regresi. Seehingga penguj ujian selanjuutnya dapat ddilakukan. -
Uji Au utokorelasii Uji autokkorelasi diigunakan uuntuk menngetahui adda atau tiidaknya penyim mpangan assumsi klasiik autokoreelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residuual pada sattu pengamaatan dengann pengamattan lain paada model rregresi. Prasyaarat yang harus h terpennuhi adalah tidak adannya autokoreelasi dalam m model regresi. Metode yyang akan digunakan dalam pennelitian ini adalah dengan uji Durbinn-Watson. H Hasil penguujian dari ujii autokorelaasi dapat dillihat pada taabel 4.2 berikuut ini. T Tabel 4.2 Modeel Summaryyb Model
R
RS Square
1 .3833a .147 Sumber : Daata diolah
A Adjusted R Square .037
Std. Error of tthe Durbin-W Watson Estimate 13.661350
1.740
Bedasarkaan output pada tabell 4.2 diataas, didapat nilai DW W yang dihasillkan dari model m regreesi adalah 11.740. sedanngkan dari tabel DW dengan signifiikan 0.05 dan d jumlah data (n) = 445, k = 5 (jumlah ( variiabel independent) diperooleh nilai dL L sebesar 1.287 dan dU U sebesar 1.776. karenaa nilai DW (1.740)
9
berada pada daerah antara dL dan dU, maka tidak terjadi autokorelasi antara variabel independent dan variabel dependent. Uji regresi Linier Berganda Parsial Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independent (X1, X2, …, Xn) dengan variabel dependent (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent apakah masing-masing variabel independent berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependent apabila nilai variabel independent mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Output dari pengujian regresi linear berganda dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients B
1
Standardized Coefficien ts
Std. Error
(Constant)
18.004
21.363
Likuiditas
.002
.002
Profitabilitas
.001
Leverage
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.843
.405
.125
.804
.426
.912
1.097
.002
.063
.417
.679
.967
1.034
.097
.667
.023
.146
.885
.900
1.112
Size
1.796
.727
.377
2.470
.018
.938
1.067
Status Sumber : Data diolah
-.993
4.568
-.033
-.217
.829
.968
1.033
Berdasarkan tabel 4.3 coefficients dapat dilihat dari setiap variabel yang ada memiliki karakteristik masing-masing. Berkut ini dijabarkan dalam setiap variabel, antara lain : a. Rasio Likuiditas Probability value yang dihasilkan adalah 0,426. Karena Probability value > tingkat signifikan (0,426 > 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima atau dengan kata lain menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terhadap luas pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan. b. Rasio Profitabilitas Probability value yang dihasilkan adalah 0,679. Karena Probability value > tingkat signifikan (0,679 > 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima atau dengan kata lain menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terhadap luas pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan.
10
c.
d.
e.
Rasio leverage Probability value yang dihasilkan adalah 0,885. Karena Probability value > tingkat signifikan (0,885 > 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterim atau dengan kata lain menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terhadap luas pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan. Size perusahaan Probability value yang dihasilkan adalah 0,018. Karena Probability value < tingkat signifikan (0,018 < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak atau dengan kata lain menyatakan bahwa terdapat pengaruh terhadap luas pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan. Status perusahaan Probability value yang dihasilkan adalah 0,829. Karena Probability value > tingkat signifikan (0,829 > 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima atau dengan kata lain menyatakan bahwa tidak ada pengaruh terhadap luas pengungkapan wajib (mandatory disclosure) laporan tahunan.
Uji regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependent atau tidak. Dari hasil output analisis regresi dapat diketahui nilai F seperti pada tabel 4.4 di bawah ini : Tabel 4.4 b ANOVA
Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1251.333
5
250.267
Residual
7278.667
39
186.632
8530.000
44
Total Sumber : Data diolah
F 1.341
Sig. .268a
Berdasarkan output tabel diatas dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, a = 5%, df 1 (jumlah variabel – 1) = 5, dan df 2 (n – k – 1) atau 45 – 5 – 1 = 39 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independent), hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,456. Sedangkan hasil pada F Hitung yang terdapat dalam tabel diatas 1,341. Karena F Hitung < F Tabel (1,341 < 2,456), maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan antara rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, size perusahaan, dan status perusahaan secara bersama-sama terhadap
11
tingkat pengungkapan laporan tahunan. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan semua variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan. Analisis Pembahasan Dari pengolahan regresi linier berganda parsial diperoleh data-data yang dapat dijadikan suatu patokan untuk terangkumnya suatu kesimpulan baik variabel dependent dan variabel independent, dapat dibuat dalam tabel sebagai berikut :
Variabel Rasio likuiditas Rasio profitabilitas Rasio leverage Size Perusahaan Status Perusahaan
Tabel 4.4 Hasil Regresi Koefisien Signifikan 0.002 0.426 0.001 0.679 0.097 0.885 1.796 0.018 -0.993 0.829
Ho Diterima Diterima Diterima Ditolak Diterima
Ha Ditolak Ditolak Ditolak Diterima Ditolak
Sumber : data diolah
Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Tingkat Pengungkapan Wajib Laporan Tahunan. Rasio likuiditas ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang ) dapat menutupi hutang lancar yang ada. Rasio ini juga menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi belum tentu menjamin dapat terbayarnya hutang jangka pendek. Hal ini dapat terjadi karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan. Jika dilihat dari karakteristik perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ45, secara kasat mata dapat langsung ditarik kesimpulan bahwa tingkat likuiditasnya tinggi, dan mampu membayar seluruh hutang jangka pendeknya. Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.426 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel rasio likuiditas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan. Rasio profit margin digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang tinggi
12
menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi profit margin maka akan semakin tinggi pula pengungkapannya. Dari sudut pandang perusahaan, dapat kita lihat bahwa perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ45 adalah perusahaan yang sangat mampu untuk menghasilkan laba. Hal ini dapat kita lihat dari pembagian deviden dari setiap saham yang dimiliki investor. Dengan saham yang likuid dapat dikatakan perputaran uang dan perolehan laba pun akan lebih besar. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.679 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel rasio profitabilitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib. Analisis Pengaruh Rasio Leverage Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan. Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa Rasio leverage penting untuk menilai kemampuan perusahaan melunasi semua hutang-hutangnya. Perusahaan yang mempunyai proporsi utang lebih banyak dalam struktur permodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang mempunyai leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih untuk memenuhi kebutuhan informasi krediturnya. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.885 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel rasio leverage tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyatakan bahwa rasio leverage tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib. Analisis Pengaruh Size Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan. Perusahaan besar memiliki sumber daya yang besar. Dengan sumber daya yang besar tersebut, perusahaan perlu dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi itu sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap. Sebaliknya, perusahaan dengan sumber daya yang relatif kecil mungkin tidak memilki informasi siap saji sebagaimana perusahaan besar Perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ45 adalah perusahaanperusahaan besar yang sudah go public. Sangat dimungkinkan bahkan diharuskan untuk mengungkapkan setiap informasi baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern dan ekstern. Semakin banyak informasi yang diungkapkan akan
13
menambah kualitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu perusahaan besar sangat dituntut sekali untuk mengungkapkan informasi yang ada. Hal ini didukung dengan biaya dan sumber daya yang ada. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.018 > 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang artinya bahwa variabel size perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyatakan bahwa size perusahaan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib. Analisis Pengaruh Status Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan. Status perusahaan disini diartikan sebagai ada atau tidaknya pengaruh asing (PMA) atau bahkan hanya pengaruh dari dalam negri saja (PMDN). Terdapat kemungkinan perusahaan berbasis asing dapat mengungkapkan informasi yang terdapat dalam perusahaan tersebut lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan berbasis dalam negri. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain manajemen yang lebih baik. Berdasarkan tabel 4.4 diatas dilihat dari nilai signifikan sebesar 0.829 > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang artinya bahwa variabel status perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengungkapan wajib. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia (2007) yang menyatakan bahwa status perusahaan tidak mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib. Persamaan regresi linear berganda yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y = 18.004 + 0.002 X1 + 0.001 X2 + 0.097 X3 + 1.796 X4 + (-0.993) X5 + 21.363 Keterangan : Y = kelengkapan pengungkapan X1 = rasio likuiditas X2 = rasio proftabiliatas X3 = rasio leverage X4 = size perusahaan X5 = Status perusahaan Dari persamaan tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut : • Konstanta sebesar 18.004; artinya jika rasio likuiditas (X1), rasio profitabilitas (X2), rasio leverage (X3), size perusahaan (X4), dan status perusahaan (X5) nilainya adalah 0, maka kelengkapan pengungkapan (Y), nilainya adalah 18.004. • Koefisien regresi variabel rasio likuidtas (X1) sebesar 0.002; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan rasio likuiditas mengalami kenaikan 1%, maka kelengkapan pengungkapan akan mengalami kenaikan sebesar 0.002. koefisien
14
•
•
•
•
bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara rasio likuiditas dengan kelengkapan pengungkapan, semakin naik rasio likuiditas maka semakin naik tingkat kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan. Koefisien regresi variabel rasio profitabilitas (X2) sebesar 0.001; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan rasio profitabilitas mengalami kenaikan 1%, maka kelengkapan pengungkapan akan mengalami kenaikan sebesar 0.001. koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara rasio profitabilitas dengan kelengkapan pengungkapan, semakin naik rasio profitabilitas maka semakin naik tingkat kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan. Koefisien regresi variabel rasio leverage (X3) sebesar 0.097; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan rasio leverage mengalami kenaikan 1%, maka kelengkapan pengungkapan akan mengalami kenaikan sebesar 0.097. koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara rasio leverage dengan kelengkapan pengungkapan, semakin naik rasio leverage maka semakin naik tingkat kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan. Koefisien regresi variabel size perusahaan (X4) sebesar 1.796; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan size perusahaan mengalami kenaikan 1%, maka kelengkapan pengungkapan akan mengalami kenaikan sebesar 1.796. koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara size perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan, semakin naik size perusahaan maka semakin naik tingkat kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan. Koefisien regresi variabel status perusahaan (X5) sebesar -0,993; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan status perusahaan mengalami kenaikan 1%, maka kelengkapan pengungkapan akan mengalami penurunan sebesar 0.993. koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara status perusahaan dengan kelengkapan pengungkapan, semakin naik status perusahaan maka semakin turun tingkat kelengkapan pengungkapan pada laporan tahunan. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, size perusahaan, dan status perusahaan terhadap luas mandatory disclosure. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dan pengolahan data menggunakan SPSS 17.0. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, berikut adalah hasil dari uji regresi linier berganda parsial yang dapat disimpulkan : a. Pada variabel rasio likuiditas disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap luas mandatory disclosure.
15
b.
Pada variabel rasio profitabilitas disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap luas mandatory disclosure. c. Pada variabel rasio leverage disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap luas mandatory disclosure. d. Pada variabel size perusahaan disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap luas mandatory disclosure. e. Pada variabel status perusahaan disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap luas mandatory disclosure. Dengan menggunakan uji koefisien regresi secara bersama-sama dapat disimpulkan bahwa variabel independent (rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage, size perusahaan, dan status perusahaan) secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (tingkat pengungkapan laporan tahunan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata mandatory disclosure perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ45 masih relatif rendah. Perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ45 tidak begitu dipengaruhi dengan karakteristik perusahaan yang diteliti terhadap pengungkapan wajib (mandatory disclosure). Saran Adapun saran yang dikemukakan guna menguji konsistensi penelitian selanjutnya : 1. Agar hasil penelitian bisa mendukung kesimpulan yang lebih akurat maka sampel yang digunakan hendaknya lebih banyak. 2. Penelitian berikutnya dapat menambahkan variabel lain yang berperan dalam mempengaruhi kelengkapan pengungkapan, seperti penerbitan sekuritas.
DAFTAR PUSTAKA Almilia, L. Spica dan Ikka R. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ. Jurnal Inovasi Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis. Jakarta : Universitas Trisakti. 2007. Baridwan, Z, Intermediate Accounting, 6th Edition. Yogyakarta : BPFE. 1992. Choiri, Anis dan Imam G. Teori Akuntansi. Semarang : Univeritas Diponegoro. 2003. Fitriani. Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV. 2001.
16
Financial Accounting Standard Board, Statement of Financial Accounting Concepts, No. 1, New York : Mc Graw Hill. Hanafi, M, Damduh dan Abdul H, Edisi Revisi Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. 2003. Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntnasi Keuangan, Jakarta : Salemba Empat. 2002. Naim, Ainun dan Fuad R. Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan., Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.15, No.1-4. 2000. Raharjo, B., Laporan Keuangan Perusahaan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005. S. Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Lyberty, 1995. S. Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Lyberty. Edisi revisi, 2004. Stanislaus, S. Uyanto. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS Terapan: Riset Statistik Parametik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 2006. Sudarmadji, A. M. dan Lana S. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Vol.2. 2007. Sudarmanto, R, Gunawan. Analisis Regresi Linier Ganda Dengan SPSS, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2005. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE- 02/PM/2002 Tanggal : 27 Desember 2002. Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : kep-38/PM/1996. Suripto, Bambang. Pengaruh KarakteristikPerusahaan terhadap Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan, Thesis S-2, Universitas Gadjah Mada. 1998. Wijaya, J. A. Bursa Berjangka. Yogyakarta : Andi. 2006. http://www.bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.html http://www.idx.co.id