SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PENENTUAN LOKASI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Nama NRP Jurusan Dosen Pembimbing
: Zuliana Fitria : 1207 100 012 : Matematika : 1. Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si 2. Alvida Mustika Rukmi, S.Si, M.Si
Abstrak Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) semakin banyak yang bermunculan terutama di kota besar seperti Surabaya. Seiring dengan banyaknya SPBU yang didirikan maka semakin banyak pula persaingan dalam memikat konsumen. Terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang keramaian SPBU diantaranya pelayanan yang baik, pemilihan lokasi yang strategis, fasilitas yang disediakan dan lain-lain. Namun pada penilitian ini membahas tentang pemilihan lokasi yang strategis. Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang mampu memvisualisasikan aspek-aspek spasial dan non spasial untuk dapat diketahui dan dianalisa. Sedangkan Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah metode yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan multi kriteria dan multi alternatif. Kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi SPBU yang strategis pada penelitian ini adalah kepadatan lalu lintas, jumlah SPBU pada persekitaran jalan, jumlah rumah tangga dan jumlah industri. Dengan visualisasi posisi penyebaran data pada kondisi sesungguhnya menggunakan SIG serta ditambah hasil rekomendasi dengan metode AHP dapat ditentukan rekomendasi lokasi SPBU yang strategis yang akan dibuka selanjutnya. Kata Kunci : Sistem informasi geografis, Analytic Hierarchy Process, lokasi SPBU Sistem informasi geografis untuk penentuan lokasi SPBU ini diharapkan dapat membantu untuk mengambil keputusan dan mempermudah calon atau pengusaha SPBU mendapatkan informasi agar dapat mendirikan SPBU di lokasi yang strategis dan memenuhi kriteria yang digunakan.
1.
Pendahulun Seiiring perkembangan kepadatan penduduk dan juga arus globalisasi, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di Surabaya semakin berkembang pesat. Oleh karena itu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebagai penunjang mobilitas kendaraan bermotor juga kian berkembang pesat. Dalam pemilihan lokasi SPBU baru terdapat beberapa kriteria yang dapat mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan. Kriteria tersebut antara lain kepadatan lalu lintas pada jalan tersebut, jumlah penduduk, jumlah SPBU pada persekitaran jalan tersebut, jumlah industri dan lain-lain. Setiap pemilik usaha memiliki penilaian prioritas yang berbeda terhadap beberapa kriteria tersebut. Untuk membantu pengambilan keputusan dapat digunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode ini dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan multi kriteria dan multi alternatif dengan pemberian tingkat kepentingan (Permadi, 1992). Untuk mendapatkan informasi lokasi SPBU baru yang stategis perencanaan spasial sangatlah penting. Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan langkah yang dapat digunakan karena mempunyai kemampuan yang sangat luas baik dalam proses pemetaan maupun analisis
2. Tinjauan Pustaka 2.1 Sistem Informasi Geografis Menurut Riyanto (2009), SIG adalah sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data spasial. Komponen SIG terdiri atas perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data geospasial dan pengguna. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 Sistem Komputer Hardware dan software untuk memasukkan, menyimpan, mengolah dan analisis data.
Data Geospasial Berupa peta foto udara, citra satelit,data statistik,dll
Pengguna
Gambar 2.1 Komponen SIG 1
Data yang diolah pada SIG adalah data geospasial (data spasial dan non spasial). Data spasial adalah data yang berhubungan dengan kondisi geografi misalnya sungai, gedung, jalan raya dan lain-lain. Sedangkan data non spasial adalah data yang berupa teks atau angka, biasa disebut dengan atribut. Dengan menggunakan SIG, didapat keuntungan berikut (Riyanto, 2009): a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik b. Merubah dan pemperbarui data menjadi lebih mudah c. Data geospatial lebih mudah dianalisis dan direpresentasikan d. informasi lebih mudah dicari e. Menjadi produk bernilai tambah f. Data geospatial dapat dipertukarkan g. Penghematan waktu dan biaya h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik.
Tabel2.1 Matriks perbandingan berpasangan
….
a11 a21 a31 …. an1
a12 a22 a32 …. an2
a13 a23 a33 …. an3
…. …. …. …. …. ….
a1n a2n a3n …. ann
dengan: Ak adalah kriteria atau alternatif, k = 1,2,3..,n n adalah jumlah kriteria atau alternatif aij adalah konstanta perbandingan elemen pada baris ke-i terhadap elemen pada kolom ke-j. Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan digunakan skala AHP. Skala dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Skala Banding Secara Berpasang Intensitas Pentingnya 1
2.2 AHP Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang sangat kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan kedalam bagian-bagiannya, menata dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel dan menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut(Saaty, 1993). 2.2.1 Prinsip-prinsip AHP Prinsip-prinsip AHP adalah (Permadi, 1992): 1. Decompostion Decomposition adalah memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Proses analisis ini dinamakan hirarki. 2. Comparative judgement Prinsip ini memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari penggunaan metode AHP. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal,artinya jika elemen i dinilai n kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/n kali pentingnya dibanding elemen i.Susunan elemenelemen yang dibandingkan dapat dilihat pada tabel 2.1
2 3 4 5 6 7 8 9
Kebalikan
Definisi Kedua elemen sama penting Elemen yang satu antara sama penting dan sedikit lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu antara sedikit lebih penting dan lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu antara lebih penting dan sangat lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu sangat lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu antara sangat penting dan mutlak lebih penting dari elemen lainnya Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen lainnya Jika elemen i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan elemen j, maka elemen j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan elemen i.
3. Synthesis of priority Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority. Pengurutan elemenelemennya menurut kepentingan relatif dinamakan priority synthesis. 2
4. Logical consistency Nilai pada matriks yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut. Hubungan Kardinal : aij . ajk = aik Hubungan Ordinal : ai>aj>ak, maka ai>ak
perbandingan disebut konsisten jika nilai CR < 0,10. CI = (2.6) CR = (2.7) dengan: n adalah jumlah kriteria atau alternatif 𝜆i adalah eigen value pada kriteria atau alternatif ke-i. 𝜆 maks adalah rata-rata eigen value A i,j adalah nilai pada matriks perbandingan adalah bobot prioritas kriteria atau alternatif ke-i. CI adalah consistency index RI adalah nilai random indeks CR adalah consistency ratio. 5. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk seluruh tingkat hirarki. 6. Menghitung overall composite weight (CW) atau prioritas global. CW didapatkan dengan mengalikan bobot prioritas alternatif dengan bobot prioritas kriteria seperti pada tabel 2.4.
2.2.2 Langkah-Langkah AHP Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan metode AHP, antara lain: 1. Menentukan masalah dan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur yang terdiri dari tujuan umum, kriteria, subkriteria dan alternatif pada tingkatan yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan 4. Menghitung bobot prioritas dan menguji konsistensinya. Mencari bobot prioritas. a. Jumlahkan nilai pada satu kolom dan lakukan pada setiap kolom. , Jumlah nilai perkolom = ∑ j=1,2,3,…,n (2.1) b. Bagilah setiap nilai dalam satu kolom dengan nilai jumlah kolom tersebut, sehingga nilai jumlah kolom yang baru sama dengan satu. ∑ = 1, j=1,2,3,…,n (2.2) c. Jumlahkan nilai pada setiap baris kemudian bagi dengan banyaknya kriteria atau alternatif. , i=1,2,3,…,n (2.3) = ∑ dengan: xij adalah nilai pada baris ke-i dan kolom ke-j n adalah jumlah kriteria atau alternatif adalah bobot prioritas kriteria atau alternatif ke-i. Uji konsistensi a. Mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan bobot prioritas, kemudian hasil dari perkalian tersebut dibagi dengan bobot prioritas yang bersesuaian untuk mendapatkan nilai lamda atau eigen value. 𝜆i =
∑
(
)
, i=1,2,3,…,n
Tabel 2.4 Perkalian bobot prioritas alternatif dengan bobot prioritas kriteria
Alternatif A Alternatif B Alternatif C … Alternatif ke -X
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria n
Wj
CW
…
WA1
WA2
…
WAn
W1
CWA
W2
CWB
WB1
WB2
…
WBn
WC1
WC2
…
WCn
…
…
…
…
….
…
WX1
WX2
…
WXn
Wn
CWX
X
W3
=
CWC
dengan: Wij
adalah bobot prioritas alternatif ke-i pada kriteria ke-j Wj adalah bobot prioritas kriteria ke-j CWi adalah composite weight pada alternatif ke-i. Dari Composite Weight (CW) didapatkan rekomendasi utama adalah nilai yang terbesar, rekomendasi kedua adalah nilai terbesar kedua dan seterusnya hingga rekomendasi terakhir dengan nilai yang terkecil.
(2.4)
b. Hitung lamda maksimal dengan mencari rata-rata dari nilai lamda. 𝜆 maks = (2.5) c. Hitung Consietncy Index (CI) dan Consistency Ratio (CR). Suatu matriks
2.3 Basis Data Basis data adalah kumpulan data yang dapat digambarkan sebagai aktifitas dari satu atau lebih organisasi yang berelasi. Sedangkan data adalah fakta mengenai objek, orang dan 3
lain-lain yang disimpan dan memiliki makna. Informasi adalah data yang telah diolah dan memiliki nilai(Suryanto,2004). Suatu software/perangkat lunak yang digunakan untuk memanipulasi data disebut Database Management System (DBMS) atau Sistem Manajemen Basis Data. Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem Basis Data adalah Basis Data dan DBMS yang digunakan untuk mendefinisikan suatu basis data tersebut. Untuk membangun suatu basis data dibutuhkan pemodelan data. Pemodelan data adalah struktur konseptual untuk merepresentasikan data, relasi data dan batasan suatu data. Dasar dari pemodelan data adalah Entity Relationship Diagram (ERD). ERD adalah desain konseptual untuk menggambarkan relasi antar data dalam bentuk diagram. Komponen utama yang membangun dari suatu ERD adalah entitas dan relasi.
4. Perancangan dan Implementasi Sistem 4.1 Perancangan Sistem Langkah 0 : Mulai Langkah 1 : Input nilai (skala) AHP pada matriks kriteria dengan membandingkan tingkat kepentingan antar kriteria. Langkah 2 : Uji konsistensi nilai inputan. Jika tidak konsisten, dilakukan pengulangan input nilai AHP. Langkah 3 : Proses perhitungan AHP, dengan menormalkan matriks kriteria dan mengkalikannya dengan matriks alternatif pada database. Langkah 4 : Menampilkan hasil perhitungan AHP yaitu 5 nama jalan yang direkomendasikan untuk lokasi SPBU baru. Langkah 5 : Selesai. Diagram alur untuk perancangan sistem dapat di lihat pada gambar 4.1.
3.
Metode Penelitian Metode Penelitian pembuatan sistem penentuan lokasi SPBU ini adalah sebagai berikut :
MULAI
INPUT SKALA AHP PADA MATRIKS KRITERIA
Studi literatur tentang sistem informasi geografis dan AHP
UJI KONSISTENSI TIDAK
Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan sebagai dasar pembuatan sistem
APAKAH MATRIKS KONSISTEN?
Merancang sistem dengan melakukan analisa metode yang akan dibuat
YA
AMBIL DATA DARI DATABASE
Melakukan pengolahan data dengan metode AHP menggunakan Microsoft excel. PROSES AHP
Membuat program sesuai rancangan sistem yang dibuat menggunakan software Mapserver
REKOMENDASI LOKASI SPBU
Melakukan pengujian terhadap program yang telah dibuat
SELESAI
Gambar 4.1 Diagram Alur Sistem Penentuan Lokasi SPBU
Menyusun laporan serta memberikan kesimpulan dan saran 4
3. Menentukan alternatif Jalan yang digunakan sebagai alternatif adalah jalan yang mempunyai perkiraan omset SPBU diatas batas minimal dan jalan yang pada jalan tersebut dan pada persekitarannya tidak terdapat SPBU. Omset SPBU didapatkan dengan cara menghitung rata-rata perhari penjualan premium, solar dan biosolar pada November 2010. Sedangkan perkiraan omset SPBU baru didapat dengan cara menjumlahkan omset SPBU pada persekitaran jalan kemudian membaginya dengan jumlah SPBU ditambah satu. Karena omset rata-rata SPBU di Surabaya per November 2010 adalah 10 kiloliter perhari dan diperkirakan omset akan naik setiap tahun maka jalan yang mempunyai omset SPBU persekitaran minimal 8 kiloliter perhari dianggap telah layak untuk didirikan SPBU baru dan menjadi alternatif. 4. Perancangan hirarki Hirarki pada penentuan lokasi SPBU baru dengan kriteria jumlah SPBU pada persekitaran jalan, tingkat kepadatan lalu lintas, jumlah rumah tangga (RT) dan industri serta alternatif berupa nama jalan dapat dilihat pada gambar 4.3.
4.2 Perancangan Basis Data Rancangan basis data dari sistem informasi geografis untuk penentuan lokasi SPBU terdiri dari tabel jalan, tabel kecamatan, tabel SPBU, tabel user dan tabel komentar. Perancangan dibuat pertama kali pada ArcView yang kemudian diekspor ke PostgreSQL. 4.3 Perancangan SIG Langkah-langkah untuk mengolah peta Surabaya adalah: 1. Digitasi peta Pendigitasian peta Surabaya dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcView GIS. Dimana data yang sudah diperoleh difilter sesuai dengan kebutuhan. 2. Ekspor ke PostgreSQL Untuk menyimpan file SHP (data geospasial) di PostgreSQL diperlukan konversi dari file shp menjadi file .sql terlebih dahulu. Aliran proses konversi dapat dilihat pada gambar 4.2. SHP
.SQL
PostgreSQL
Gambar 4.2 Aliran proses konversi file shp ke PostgreSQL
Penentuan Lokasi SPBU
3. Menampilkan Peta ke Web Untuk menampilkan peta pada web digunakan software MapServer. Pada Tugas Akhir ini digunakan Mapserver dengan framework Pmapper. Diperlukan peta berekstensi .map yang disebut dengan filemap agar dapat digunakan pada MapServer. Digunakan QuantumGIS untuk merubah data spasial pada file SHP menjadi filemap.
Kepadatan Lalu lintas
Jalan A
Jumlah SPBU
Jalan B
Jumlah Industri
Jumlah RT
……………….
Jalan X
Gambar 4.3 Struktur Hirarki AHP penentuan lokasi SPBU
4.4 Perancangan Metode AHP Terdapat langkah-langkah dalam perancangan metode AHP. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menentukan permasalahan permasalahan yang akan diselesaikan adalah menentukan lokasi pembangunan SPBU baru yang memenuhi kriteria. 2. Menentukan kriteria Kriteria yang diambil merupakan faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan lokasi SPBU yang akan dibangun. Kriteriakriteria dalam pemilihan lokasi SPBU antara lain: Tingkat kepadatan lalu lintas. Jumlah SPBU pada persekitaran jalan Jumlah rumah tangga Jumlah industri
5. Perancangan proses Proses perhitungan AHP untuk mendapatkan rekomendasi SPBU baru adalah sebagai berikut: Perhitungan bobot alternatif Perhitungan bobot kriteria Perkalian matriks Menampilkan hasil perhitungan 4.5 Implementasi Sistem Implementasi sistem terdiri dari: 1. Implementasi tampilan utama 2. Implementasi form login 3. Implementasi form AHP 4. Implementasi form informasi 5
5. Implementasi form komentar 6. Implementasi form management a. Form management user b. Form management komentar c. Form management data jalan d. Form managemet data kecamatan Gambar 5.3 Proses Login
5 Uji Coba Sistem a) Pengujian Hasil Implementasi Proses Register Pengguna yang ingin mempunyai hak akses terhadap menu-menu yang ada maka pengguna tersebut harus menjadi anggota terlebih dahulu dengan melakukan registrasi member. Link registrasi member terdapat pada form login. Proses registrasi dapat dilihat pada gambar 5.1.
Jika berhasil login maka di atas layer peta akan terdapat informasi pengguna yaitu username dan user grup sebagai masyarakat atau pengusaha SPBU sesuai dengan inputan pada saat registrasi seperti pada gambar 5.4.
Gambar 5.4 Hasil Pengujian Proses Login c) Pengujian Hasil Implementasi Proses Pencarian Proses yang dilakukan adalah memilih pilihan yang ada pada list kemudian pengguna mengetikkan apa yang akan dicari pada kotak di sebelah kanan list seperti pada gambar 5.5. Setelah itu tekan tombol search, maka akan ditampilkan hasil pencarian pada map utama seperti terlihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.1 Proses Registrasi Anggota Data yang telah diinputkan oleh pengguna pada saat registrasi selanjutnya disimpan pada basisdata. Gambar 5.2 menunjukkan hasil menyimpan data pengguna pada basis data.
Gambar 5.5 Proses Pencarian
Data Pengguna
Gambar 5.2 Data Pengguna pada Basis data b) Pengujian Hasil Implementasi Proses Login Proses login dilakukan oleh pengguna yang telah terdaftar dan ingin mengakses menu-menu yang ada. Proses yang dilakukan adalah menginputkan username dan password seperti pada gambar 5.3.
Gambar 5.6 Hasil Pengujian Proses Pencarian
6
d) Pengujian Hasil Implementasi Proses Perhitungan AHP Pada menu AHP pengguna dapat melakukan perhitungan dengan metode AHP untuk mendapatkan rekomendasi lokasi SPBU. Proses yang dilakukan adalah memilih lokasi di Surabaya bagian mana SPBU akan dibangun. Kemudian mengisi matriks perbandingan kriteria menggunakan nilai atau skala AHP dengan membandingkan prioritas kriteria pada baris terhadap kriteria pada kolom. Kriteria diurutkan berdasarkan prioritas, sebagai contoh yaitu prioritas pertama adalah kepadatan lalu lintas, prioritas kedua jumlah SPBU, prioritas ketiga jumlah rumah tangga dan yang terakhir jumlah industri. Perbandingan prioritas kriteria dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Perbandingan Prioritas Kriteria Perbandingan Prioritas Kriteria Kepadatan lalu lintas sedikit lebih penting dari jumlah SPBU Kepadatan lalu lintas lebih penting dari jumlah rumah tangga Kepadatan lalu lintas sangat lebih penting dari jumlah industri Jumlah SPBU sedikit lebih penting dari jumlah rumah tangga Jumlah SPBU lebih penting dari jumlah industri Jumlah rumah tangga sedikit lebih penting dari jumlah industri
Gambar 5.8 Hasil Pengujian Proses Perhitungan AHP Dari perhitungan didapat rekomendasi untuk lokasi SPBU baru di Surabaya pusat yaitu: 1. Jl. Pandegiling 2. Jl. Urip Sumoharjo 3. Jl. Embong Kemiri 4. Jl. Gubeng Pojok 5. Jl. Keramat Gantung.
Skala AHP 3 5
6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sistem informasi geografis dapat membantu dalam pemilihan lokasi yang tepat untuk membuka SPBU baru dengan menggunakan metode AHP. 2. Pemilihan prioritas kriteria dan pemberian skala AHP oleh pengguna berpengaruh pada hasil perhitungan. 3. Dengan sistem ini dapat membantu untuk mendukung pengambilan keputusan penetuan lokasi SPBU baru yang sesuai dengan kriteria.
7 3 5 3
Proses dan hasil pengujian proses perhitungan AHP dengan lokasi Surabaya pusat dapat dilihat pada gambar 5.7 dan 5.8.
6.2 Saran Beberapa saran yang dapat penulis berikan untuk proses pelaksanaan dan pengembangan sistem ini selanjutnya adalah : 1. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan lokasi SPBU merupakan kriteria utama sehingga perlu adanya kriteria lain yang juga berpengaruh terhadap kestategisan lokasi SPBU baru. 2. Data yang digunakan sebaiknya data yang terbaru sehingga hasil perhitungan berupa rekomendasi lokasi SPBU akan semakin baik.
Gambar 5.7 Proses Perhitungan AHP
7
3. Untuk pengembangan selanjutnya diharapkan dapat ditambahkan suatu fitur untuk mengupdate peta sehingga tidak memerlukan update peta secara manual.
Prahasta, Eddy. 2006. Membangun Aplikasi Web-based GIS dengan MapServer. Bandung: Informatika. Riyanto & Putra, Prinali Eka. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis Dekstop dan Web. Yogyakarta: Gava Media. Saaty,Thomas.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Pemimpin. Jakarta: PT.Pustaka Binaman Pressindo. Suyanto, A. H. 2004. Basis Data dan DBMS.
. Diunduh pada 14 Mei 2011 pukul 10:57 WIB. Syafii, M. 2005. Panduan membuat aplikasi database dengan PHP 5 MySQL PostgreSQL Oracle. Yogyakarta: Andi.
DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, Eko. 2005. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARCVIEW GIS. Yogyakarta: Andi. Guide, Properti. 2011. Daftar Perkiraan Harga-Harga Tanah Pasar Sekunder Di Surabaya Per 01 Jan 2011. . Diunduh pada 15 Februari 2011 pukul 20:30 WIB. Permadi, Bambang. 1992. AHP. Jakarta: Pusat Antar Universitas-Studi EkonomiUniversitas Indonesia.
8